Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTIROIDISME

Disusun Oleh

NAMA:SEPRIDA

NIM:2022207209538

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTIROIDISME

A. DEFINISI
Hipertiroid adalah penyaakit yang disebabkan oleh penyakit Graves yaitu jenis
masalah autoimun yang menyebabkan kelenjar tiroid untuk memproduksi terlalu
banyak hormon tiroid. ( Toft, D. 2014)
Hipertiroid atau hipertiroidisme adalah suatu keadaan atau gambaran klinis
akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjer tiroid yang terlalu aktif.
Karena tiroid memproduksi hormon tiroksin dari iodium, maka iodium radiaktif
dalam dosis kecil dapat digunakan untuk mengobatinya (mengurangi intensitas
fungsinya). (NANDA NIC-NOC. 2013)
Hipertiroidisme adalah suatu kondisi di mana kelenjar tiroid terlalu aktif dan
membuat berlebihan hormon tiroid. Kelenjar tiroi dadalah organ yang terletak
dibagian depan leher dan hormon ini yang mengontrol metabolisme, bernapas, denyut
jantung, sistem saraf, berat badan,suhu tubuh, dan banyak fungsi lainnya dalam tubuh.
Ketika kelenjar tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme) proses tubuh mempercepat
dan mungkin mengalami kegelisahan, kecemasan, denyut jantung yang cepat, tremor
tangan, keringat berlebihan, penurunan berat badan, dan masalah tidur, antara gejala
lainnya. (Aleppo, G. 2015)

B. ETIOLOGI
Kelenjar tiroid membuat hormon tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3) yang
memainkan peran penting dalam cara fungsi seluruh tubuh. Jika kelenjar tiroid
membuat terlalu banyak T4 dan T3, ini didefinisikan sebagai hipertiroid.
Penyebab paling umum dari hipertiroid adalah penyakit gangguan autoimun
Graves '. Dalam gangguan ini, tubuh membuat antibodi (protein yang dihasilkan oleh
tubuh untuk melindungi terhadap virus atau bakteri) yang disebut thyroid-stimulating
immunoglobulin (TSI) yang menyebabkan kelenjar tiroid membuat terlalu banyak
hormon tiroid. Penyakit Graves berjalan dalam keluarga dan lebih sering ditemukan
pada wanita.
Hyperteroid djuga bisa disebabkan oleh nodular atau multinodular gondok
beracun, yang merupakan benjolan atau nodul pada kelenjar tiroid yang menyebabkan
tiroid untuk memproduksi berlebihan hormon tiroid. Selain itu, radang kelenjar tiroid
yang disebut tiroiditis-akibat virus atau masalah dengan sistem kekebalan tubuh dapat
menyebabkan sementara gejala hipertiroid. Selain itu, beberapa orang yang
mengonsumsi terlalu banyak yodium (baik dari makanan atau suplemen) atau yang
mengambil obat yang mengandung yodium (seperti amiodaron) dapat menyebabkan
kelenjar tiroid untuk kelebihan hormon tiroid. (Aleppo, G. 2015)
Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu:

1. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang overaktif dan merupakan
penyebab hypertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan.
Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Diduga penyebabnya adalah penyakit
autoimun, dimana antibody yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid
stimulating imunogirobulin (TSI anti bodies ), tyroid peroksidase antibodies
( TPO ) dan TSA receptor antibodies ( TRAB ) pencetus kelainan ini adalah stress,
merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap
sinar, terasa seperti ada pasir dimata, mata dapat menonjol keluar hingga double
vision.
2. Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tyroid yang berbentuk biji padat, bisa satu
atau banyak. Kata toksik berarti hypertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak
terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tyroid yang berlebihan.
3. Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan sehingga
merangsang tyroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
4. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
5. Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi yang berlebihan bisa menimbulkan hypertiroid, kelainan ini
biasanya timbul apabila sebelumnya sipasien memang sudah ada kelainan kelenjar
tyroid.
6. Minum obat hormon tyroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan
kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tyroid,
adapula orang yang minum hormon tyroid dengan tujuan menurunkan bada hingga
timbul efek samping. (NANDA NIC-NOC. 2013)

C. PATOFISIOLOGI
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika.
Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga
kali dari ukuran normal, disertai dengan banyak hyperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel
ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga,
setiap sel meningkatkan kecepatan 5-15 kali lebih besar dari pada normal.
Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu
yang ”menyerupai” TSH. Biasanya bahan-bahan ini adalah antibody immunoglobulin
yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berkaitan dengan
reseptor yang mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi CAMP
dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien
hipertiroidisme konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan
yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH
yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan
oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis
anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormone hingga
diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar
tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin
termasuk akibat dari sifat hormone tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju
metabolism tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolism yang
menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek
pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari
hipertiroidisme menyebabkan terjadinya tremor otot halus dengan frekuensi 10-15
kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi
yang takikardia atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada
system kardiovaskuler. Eksopthalamus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi
auroimun yang mengenai darah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler,
akibatnya bola mata terdesak keluar.
D. PATHWAY
Hipotalamus

Hipofisis Anterior Hormone pelepas (tirotropin)

Hormone perangsang Tiroid hipertrofi (peningkatan


tiroid (TSH) sekresi yodium) Tiroksin imonuglobin

Hipertiroid

Peningkatan frekuensi dan


Metabolisme meningkat
kontraksi jantung

Peningkatan konsumsi O2 System kardiovaskuler

Pemakaian glukosa sel System saraf - Takikardi


- TD, nadi
Pemecahan lemak dan - Nerfus - Angina
protein - Kelelahan - Gagal jantung
- Mudah terangsang
- Penurunan curah jantung

Otot dan tulang Kulit Peningkatan kebutuhan


kalori
Kelelahan otot Peningkatan suhu tubuh
Ketidakefektifan nutrisi
Resiko kerusakan Hipertermi kurang dari kebutuhan
integritas jaringan tubuh

WOC (NANDA NIC-NOC)


E. TANDA DAN GEJALA
1. Kelelahan atau kelemahan otot
2. Tremortangan
3. perubahan suasana hati
4. Kegugupanatau kecemasan
5. Denyut jantung yang cepat
6. Jantung berdebar-debarataudenyut jantung tidak teratur
7. kekeringan kulit
8. kesulitan tidur
9. berat badan
10. Peningkatan frekuensi buang air besar
11. Perubahannafsu makan(penurunan atau peningkatan)
12. Sulit tidur (insomnia)
13. Intoleransi panas
14. Berkeringat banyak
15. Mata melotot
16. Cepat marah
17. Sesak napas
18. Kelumpuhan mendadak
19. Tremor
20. Berat badan turun
21. Pusing
22. Gatal-gatal
23. Penipisan rambut
24. Kenaikan gula darah
(Milas, K. 2014).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. TSH serum (biasanya menurun)
2. T3, T4 (biasanya meningkat)
3. Tes darah hormon tiroid
4. X-ray scan, CAT scan, MRI scan (untuk mendeteksi adanya tumor)
(NANDA NIC-NOC. 2013)
G. PENATALAKSANAAN
Hipertiroidisme dapat diobati dengan obat-obat antitiroid yang mengganggu
produksi hormon tiroid (terutama methimazole, propylthiouracil sekarang digunakan
hanya untuk perempuan pada trimester pertama kehamilan). Pilihan lain adalah terapi
yodium radioaktif untuk merusak sel-sel yang membuat hormon tiroid. Dalam kasus
yang jarang terjadi di mana wanita tidak menanggapi atau memiliki efek samping dari
terapi ini, operasi untuk mengangkat tiroid (salah satu bagian dari seluruh kelenjar)
mungkin diperlukan. Pilihan pengobatan tergantung pada penyebab yang mendasari
keparahan dan gejala , usia , apakah sedang hamil, kondisi lain yang mungkin
dimiliki, dan potensi efek samping dari obat.

Selain perawatan ini, dokter juga mungkin meresepkan beta-blocker untuk


memblokir efek dari hormon tiroid pada tubuh. Sebagai contoh, beta-blocker
membantu memperlambat detak jantung yang cepat dan mengurangi getaran tangan.
(Aleppo, G. 2015.

Ada mudah perawatan yang tersedia dan efektif untuk semua jenis umum dari
hipertiroid. Beberapa gejala hipertiroid (seperti tremor dan palpitasi, yang disebabkan
oleh kelebihan hormon tiroid yang bekerja pada sistem jantung dan saraf) dapat
ditingkatkan dalam beberapa jam dengan obat yang disebut beta-blocker (misalnya,
propranolol, Inderal).

Obat ini memblokir efek dari hormon tiroid tetapi tidak memiliki efek pada
tiroid itu sendiri, sehingga beta blockers tidak menyembuhkan hipertiroid dan tidak
mengurangi jumlah hormon tiroid yang diproduksi; mereka hanya mencegah beberapa
gejala. Untuk pasien dengan bentuk sementara hipertiroidisme (tiroiditis atau minum
obat tiroid berlebih), beta blockers mungkin satu-satunya pengobatan yang
dibutuhkan. Setelah tiroiditis (peradangan kelenjar tiroid) menyelesaikan dan hilang,
pasien dapat berhenti minum obat.
H. KOMPLIKASI
Hipertiroidisme tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama
yang berkaitan dengan jantung.
Beberapa komplikasi yang berhubungan dengan jantung :
- Aritmia (detak jantung abnormal, sepertiatrial fibrilasi)
- Dilatasi jantung (peningkatan ukuran rongga jantung, yang sebenarnya menipis
otot jantung dan gagal jantung kongestif)
- Serangan jantung mendadak
- Hipertensi
Jika tidak hipertiroid tidak diobati, akan mengalami resiko terkena
osteoporosis. Secara bertahap akan kehilangan kepadatan mineral tulang karena
hipertiroidisme yang tidak terkontrol dapat menyebabkan tubuh untuk menarik
kalsium dan fosfat dari tulang dan mengeluarkan terlalu banyak kalsium dan fosfor
(melalui urine dan feses). (Milas, K. 2014)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan prose sang
sistematik dalam pengumpulana data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan pasien.

a. Identitas
Meliputi nama pasien, nama panggilan, jenis kelamin perempuan lebih
mendominasi
terjadinya goiter daripada laki-laki (DEPKES, 2017), jumlah saudara, alamat atau
tempat tinggal penderita Goiter lebih berisiko di daerah dataran tinggi karena
kurangnya yodium, bahasa yang digunakan, usia sering terjadi pada usia dibawah
40 tahun (halodoc, 2019), namun besar kemungkian dapat terjadi pada remaja
ataupun dewasa.
b. Keluhan Utama
Menurut (Sdwijo, 2011) pada pasien mengeluh terdapat pembesaran pada leher.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Menurut (Sdwijo, 2011) biasanya pasien mengalami pembesaran nodul pada leher
yang semakin membesar sehingga mengakibatkan terganggunya pernapasan karena
penekanan trakea
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan mengenai apakah pasien penah mengalami penyakit yang sama
e. Riwayat Psikososial
Perlu dikaji bagaimana hubungan pasien dengan orang lain saat mengalami sakit
f. Fokus pengkajian :
1) Keadaan umum, keadaan pasien terlihat lemah serta perubahan pada tanda-tanda
vital (TD meningkat, suhu meningkat, RR meningkat, nadi meningkat)
2) Kepala dan leher, pada pasien adanya benjolan pada leher
3) Sistem pernapasan, biasanya pasien merasa sesak
4) Sistem neurologi, pada pemeriksaan reflek didapatkan hasil positif.
5) Sistem gastrointestinal, biasanya pasien mengalami diare, bising usus meningkat
6) Aktivitas/istirahat, biasanya pasien akan merasa lemah dan sulit tidur.
7) Eliminasi, output urine pasien akan mengalami pertambahan sekitar 1000 ml
8) Integritas ego, mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi
labil, depresi.
9) Makanan/cairan, kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan
menurun.
10) Rasa nyeri/kenyamanan, nyeri orbital, fotofobia.
11) Keamanan, tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi
terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan), suhu meningkat di
atas 37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis,
mengkilat dan lurus, eksoptamus : retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair,
pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.

2. Analisa Data
Dari hasil pengkajian kemudian data tersebut dikelompokan lalu dianlias sehingga
dapat ditarik kesimpulan masalah yang timbul dan untuk selanjutnya dapat dirumuskan
diagnose keperawatan.

3. Diagnosa yang Mungkin Muncul


Menurut SDKI (2017), kemungkinan masalah yang muncul adalah sebagai berikut :
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan, hambatan
upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan otot pernapasan)
b. Keletihan/kelelahan b.d Ketidak seimbangan energy dengan kebutuhan tubuh
c.Defisit nutrisi berhubungan dengan etidakmampuan menelan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien,
peningktan kebutuhan metabolism
d.Ganguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kelemahan otot,
ketidakbugaran fisik, gangguan neuroskeletal,
e. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload,
Perubahan frekuensi jantung, perubahan irama jantung, perubahan kontraktilita
4. Intervensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan SIKI : Pemantauan
Penyebab : tindakan asuhan Respirasi
Depresi pusat keperawatan selama 1. Monitor frekuensi, irama,
pernapasan ….x…. jam kedalaman dan upaya
 Hambatan upaya diharapkan pola nafas napas
napas pasien efektif 2. Monitor pola napas
 Deformitas dinding dengan kriteria hasil: 3. Monitor kemempuan batuk
dada  Ventilasi semenit efektif
 Deformitas tulang  Kapasitas vital 4. Monitor produksi sputum
dada  Diameter thorak 5. Monitor sumbatan jalan
 Gangguan anterior posterior napas
neuromuscular  Tekanan ekspirasi 6. Palpasi kesimetrisan
 Gangguan neurologis  Tekanan inspirasi ekspansi paru
 Imaturitas neurologis  Tidak Dyspnea 7. Auskultasi bunyi napas
 Penurunan energy  Penggunaan otot 8. Monitor saturasi oksigen
 Obesitas bantu napas 9. Monitor nilai AGD
 Posisi tubuh  Pemanjangan fase 10. Monitor foto thorax
menghambat ekspansi ekspirasi 11. Atur interval pemantauan
paru  Tidak Ortopnea respirasi sesuai kondisi pasien
 Sindrom  Pernapasan pursed 12. Dokumentasikan hasil
hipoventilasi lip pemantauan
 Kerusakan inervasi  Pernapasan cuping 13. Jelaskan tujuan dan
diafragma hidung prosedur pemantauan
 Cedera pada medulla  Frekuensi napas 14. Informasikan hasil
spinalis normal pemantauan
 Efek agen  Kedalaman napas
farmakologi normal
 Kecemasan  Ekskursi dada

Gejala mayor
Subjektif : dyspnea
Objektif
 Penggunaan otot
bantu pernapasan
 Fase ekspirasi
memanjang
 Pola napas abnormal

Gejala minor
Subjektif : ortopnea
Objektif
 Pernapasan pursed lip
 Pernapasan cuping
hidung
 Diameter thorak
anterior posterior
meningkat
 Ventilasi semenit
menurun
 Kapasitas vital
menurun
 Tekanan ekspirasi
menurun
 Tekanan inspirasi
menurun
 Ekskursi dad berubah
2 Keletihan (D.0057) Setelah dilakukan a. Manajemen Energi
Penyebab : tindakan keperawatan (I.05178)
Ketidak seimbangan selama …. X…. jam,
 Identifkasi gangguan
energy dengan Tingkat Keletihan
fungsi tubuh yang
kebutuhan tubuh Membaik (L.05046)
mengakibatkan
 Tirah baring pasien meningkat
kelelahan
 Kelemahan dengan kriteria hasil :
 Monitor kelelahan
 Imobilitas  Verbalisasi
fisik dan emosional
kepulihan energi
 Gaya hidup monoton meningkat  Monitor pola dan jam
Gejala dan Tanda  Tenaga Meningkat tidur
Mayor  Kemampuan  Monitor lokasi dan
Subjektif : melakukan aktivitas ketidaknyamanan
 Mengeluh lelah rutin meningkat selama melakukan
Objektif Motivasi meningkat aktivitas
 Frekuensi jantung  Verbalisasi lelah  Sediakan lingkungan
meningkat >20% menurun nyaman dan rendah
dari kondisi istirahat  Lesu Menurun stimulus seperti
Gejala dan Tanda Minor  Gangguan cahaya, suara, dan
Subjektif : konsentrasi menurun kunjungan
 Dispenua saat atau  Cianosis menurun  Lakukan rentang
setelah beraktivitas gerak pasif dan/atau
 Merasa tidak nyaman aktif
setelah aktivitas  Berikan aktivitas
 Merasa lelah distraksi yang
Objektif : menyenangkan
 Tekanan darah  Fasilitas duduk di sisi
berubah >20% dari tempat tidur, jika tidak
kondisi istirahat dapat berpindah atau
 Gambaran EKG berjalan
menunjukkan aritma  Anjurkan tirah baring
saat atau setelah  Anjurkan melakukan
aktivitas aktivitas secara
 Gambaran EKG bertahap
menunjukkan iskemia  Anjurkan
 Sianosis menghubungi perawat
Kondisi klinis terkait : jika tanda dan gejala
 Anemia kelelahan tidak
 Gagal jantung berkurang
kongestif  Ajarkan strategi
 Penyakit jantung koping untuk
koroner mengurangi kelelahan
 Penyakit katup  Kolaborasi dengan
jantung ahli gizi tentang cara
 Aritmia meningkatkan asupan
 PPOK makanan
 Gangguan metabolik
b. Edukasi Aktivitas /
 Gangguan
Istirahat (I.12362)
muskuloskeletal

 Identifikasi kesiapan
dan kemampuan
menerima informasi
 Sediakan materi dan
media pengaturan
aktivitas dan istirahat
 Jadwalkan pemberian
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan
kepada pasien dan
keluarga untuk
bertanya
 Jelaskan pentingnya
melakukan aktivitas
fisik/olahraga secara
rutin
 Anjurkan terlibat
dalam aktivitas
kelompok, aktivitas
bermain atau aktivitas
lainnya
 Anjurkan menyusun
jadwal aktivitas dan
istirahat
 Ajarkan cara
mengidentifikasi
kebutuhan istirahat
seperti kelelahan,
sesak nafas saat
aktivitas.
 Ajarkan cara
mengidentifikasi
target dan jenis
aktivitas sesuai
kemampuan

3 Defisit nutrisi Setelah dilakukan SIKI


Penyebab : asuhan keperawatan Manajemen nutrisi (I.03119)
 Ketidakmampuan selama …..x…. jam  Identifikasi status
menelan makanan diharapkan Status nutrisi
 Ketidakmampuan Nutrisi membaik  Identifikasi alergi dan
mencerna makanan (L.03030) intoleransi makanan
 Ketidakmampuan dengan criteria hasil :  Identifikasi makanan
mengabsorbsi nutrien  Porsi makan yang yang disukai
 Peningkatan di habiskan  Identifikasi kebutuhan
kebutuhan metabolisme meningkat kalori dan jenis
 Faktor ekonomi (mis.  Berat badan dan nutrient
Finansial tidak Indeks massa  Identifikasi perlunya
mencukupi) tubuh (IMT) penggunaan selang
 Faktor psikologis membaik nasogastrik
(mis. Stres, keenggan  Tebal lipatan kulit  Monitor asupan
untuk makan) trisep membaik makanan
Gejala dan tanda  Monitor berat badan
mayor :  Monitor hasil
Subjektif : - pemeriksaan
Objektif : laboratorium
 Berat badan menurun  Lakukan oral hygiene
minimal 10% sebelum makan, jika
Dibawah rentang ideal perlu
Gejala dan tanda  Fasilitasi menentukan
minor : pedoman diet (mis.
Subjektif : Piramida makanan)
 Cepat kenyang  Sajikan makanan
setelah makan secara menarik dan
 Kram/nyeri abdomen suhu yang sesuai
 Nafsu makan  Berikan makan tinggi
menurun serat untuk mencegah
Objektif : konstipasi
 Bising usus hiperaktif  Berikan makanan
 Otot pengunyah tinggi kalori dan
lemah tinggi protein
 Otot menelan lemah  Berikan suplemen
 Membran mukosa makanan, jika perlu
pucat  Hentikan pemberian
 Sariawan makan melalui selang
 Serum albumin turun nasigastrik jika asupan
 Rambut rontok oral dapat ditoleransi
berlebihan  Anjurkan posisi
 Diare duduk, jika mampu
Kondisi Klinis Terkait :  Ajarkan diet yang
 Stroke diprogramkan
 Parkinson  Kolaborasi pemberian
 Mobius syndrome medikasi sebelum
 Cerebral palsy makan (mis. Pereda
 Cleft lift nyeri, antiemetik), jika
 Cleft palate perlu
 Amvotropic lateral Pemantauan nutrisi :
sclerosis 1. Timbang berat badan
2. Ukur antroprometrik
komposisi tubuh (mis.
Indeks massa tubuh,
pengukuran pinggang,
dan ukuran lipatan kulit)
3. Hitung perubahan berat
badan
4. Dokumentasikan hasil
pemantauan

4 Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan 1. DUKUNGAN


Fisik asuhan keperawatan AMBULASI (1.06171)
Penyebab selama …..x…. jam 1. Observasi
 Kerusakan integritas mobilitas membaik  Identifikasi adanya nyeri
struktur tulang dengan criteria hasil : atau keluhan fisik lainnya
 Perubahan Utama : Mobilitas  Identifikasi toleransi fisik
metabolisme fisik melakukan ambulasi
 Ketidakbugaran fisik Tambahan :  Monitor frekuensi jantung
 Penurunan kendali  Berat badan dan tekanan darah
otot  Fungsi Sensori sebelum memulai
 Penurunan massa otot  Keseimbangan ambulasi
 Penurunan kekuatan  Konservasi energy  Monitor kondisi umum
otot  Koordinasi selama melakukan ambulasi
 Keterlambatan pergerakan 2. Terapeutik
perkembangan  Motivasi  Fasilitasi aktivitas ambulasi
 Kekakuan sendi  Pergerakan sendi dengan alat bantu (mis.
 Kontraktur  Status neurologis tongkat, kruk)
 Malnutrisi  Status nutrisi  Fasilitasi melakukan
 Gangguan  Toleransi aktifitas mobilisasi fisik, jika perlu
muskuloskeletal  Libatkan keluarga untuk
 Gangguan membantu pasien dalam
neuromuskular meningkatkan ambulasi
 Indeks masa tubuh 3. Edukasi
diatas persentil ke-75  Jelaskan tujuan dan
sesuai usia prosedur ambulasi
 Efek agen  Anjurkan melakukan
farmakologis ambulasi dini
 Program pembatasan  Ajarkan ambulasi
gerak sederhana yang harus
 Nyeri dilakukan (mis. berjalan
 Kurang terpapar dari tempat tidur ke kursi
informasi tentang roda, berjalan dari tempat
aktivitas fisik tidur ke kamar mandi,
 Kecemasan berjalan sesuai toleransi)
Gangguan kognitif
 Keengganan
melakukan pergerakan
 Gangguan
sensoripersepsi
Gejala dan Tanda
Mayor
Subjektif
 Mengeluh sulit
menggerakkan
ekstremitas
 Objektif
 Kekuatan otot
menurun
 Rentang gerak
(ROM) menurun
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
 Nyeri saat bergerak
 Enggan melakukan
pergerakan
 Merasa cemas saat
bergerak
Objektif
 Sendi kaku
 Gerakan tidak
terkoordinasi
 Gerakan terbatas
 Fisik lemah
Kondisi Klinis Terkait
 Stroke
 Cedera medula
spinalis
 Trauma
 Fraktur
 Osteoarthirtis
 Ostemalasia
tempat tidur ke kursi
roda, berjalan dari
tempat tidur ke kamar
mandi, berjalan
sesuai toleransi)
 Keganasan

5 Risiko Penurunan Curah Pompa Jantung A. PERAWATAN


Jantung efektif (0400) JANTUNG (I.02075)
Faktor Risiko : Status sirkulasi 1. Observasi
 Perubahan afterload. (0401)  Identifikasi tanda/gejala
 Perubahan frekuensi Setelah dilakukan primer Penurunan curah
jantung. intervensi jantung (meliputi
 Perubahan irama keperawatan dispenea, kelelahan,
jantung. selama ……….. klien adema ortopnea
 Perubahan dapat mencapai paroxysmal nocturnal
kontraktilitas. pompa jantung efektif dyspenea, peningkatan
 Perubahan preload. dan status sirkulasi CPV)
Kondisi Klinis Terkait. dengan kriteria hasil:  Identifikasi tanda /gejala
 Gagal jantung  HR klien dalam sekunder penurunan curah
kongestif kisaran : 0– 3 bln : jantung (meliputi
 Sindrom koroner 85 -200 x/mt 3 bl- peningkatan berat badan,
akut. 2 th : 100–190x/mt hepatomegali ditensi vena
 Gangguan katup 2 th-10 th : 60-140 jugularis, palpitasi, ronkhi
jantung (stenosis / x/mt basah, oliguria, batuk, kulit
regirgitasi aorta,  Respirasi Rate pucat)
pulmonalis, klien dalam  Monitor tekanan darah
trikuspidalis, kisaran: < 1 th 30 - (termasuk tekanan darah
atau mitralis). 40x/ mt 2 th - 5 th ortostatik, jika perlu)
 Atrial / ventricular 20-30 x/mt 5 th-12  Monitor intake dan output
septal defect. th 15 -20 x/mt > cairan
 Aritmia. 12 th 12 –16 x/mt  Monitor berat badan setiap
Cardiac index hari pada waktu yang sama
normal  Monitor saturasi oksigen
 Toleransi aktifitas  Monitor keluhan nyeri
normal dada (mis. Intensitas, lokasi,
 Ukuran jantung radiasi, durasi, presivitasi
normal yang mengurangi nyeri)
 Warna kulit normal  Monitor EKG 12 sadapoan
 Tidak terjadi  Monitor aritmia (kelainan
disritmia irama dan frekwensi)
 Tidak ada suara  Monitor nilai laboratorium
jantung yang jantung (mis. Elektrolit,
abnormal Tidak enzim jantung, BNP,Ntpro-
terdapat angina BNP)
 Tidak terdapat  Monitor fungsi alat pacu
edema perifer, edema jantung
pulmo  Periksa tekanan darah dan
 Tidak terdapat frekwensi nadisebelum dan
mual sesudah

DAFTAR PUSTAKA

Allepo, G. (2015). Hyperthyroidism Overview. Retrieved from www. Endocrineweb.com 5


Februari 2015
Milas, K. (2014). Hyperthyroidism Symptoms. Retrieved from www. Endocrineweb.com 5
Februari 2015

Milas, K. (2014). Hyperthyroidism Complication. Retrieved from www. Endocrineweb.com


5 Februari 2015

Norman, J. (2010). Hyperthyroidism Operactivity of the Thyroid Gland. Retrieved from


www. Endocrineweb.com 5 Februari 2015

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2013). NANDA NIC-NOC. (jilid 1 & 2). Yogyakarta :
MediaAction

Rehan, K. M. (2014). Papillary Thyroid Cancer Risk Factor. Retrieved from www.
Endocrineweb.com 5 Februari 2015

Toft, D. J. (2014). Graves’ Disease Overview. Retrieved from www. Endocrineweb.com 5


Februari 2015

P.D Welsby. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. EGC.Jakarta.2010

Tucker.. standar perawatan pasien, edisi:3, EGC, Jakarta. 1998

Anda mungkin juga menyukai