HIPERTIROIDISME
Disusun Oleh
NAMA:SEPRIDA
NIM:2022207209538
HIPERTIROIDISME
A. DEFINISI
Hipertiroid adalah penyaakit yang disebabkan oleh penyakit Graves yaitu jenis
masalah autoimun yang menyebabkan kelenjar tiroid untuk memproduksi terlalu
banyak hormon tiroid. ( Toft, D. 2014)
Hipertiroid atau hipertiroidisme adalah suatu keadaan atau gambaran klinis
akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjer tiroid yang terlalu aktif.
Karena tiroid memproduksi hormon tiroksin dari iodium, maka iodium radiaktif
dalam dosis kecil dapat digunakan untuk mengobatinya (mengurangi intensitas
fungsinya). (NANDA NIC-NOC. 2013)
Hipertiroidisme adalah suatu kondisi di mana kelenjar tiroid terlalu aktif dan
membuat berlebihan hormon tiroid. Kelenjar tiroi dadalah organ yang terletak
dibagian depan leher dan hormon ini yang mengontrol metabolisme, bernapas, denyut
jantung, sistem saraf, berat badan,suhu tubuh, dan banyak fungsi lainnya dalam tubuh.
Ketika kelenjar tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme) proses tubuh mempercepat
dan mungkin mengalami kegelisahan, kecemasan, denyut jantung yang cepat, tremor
tangan, keringat berlebihan, penurunan berat badan, dan masalah tidur, antara gejala
lainnya. (Aleppo, G. 2015)
B. ETIOLOGI
Kelenjar tiroid membuat hormon tiroksin (T4) dan triiodothyronine (T3) yang
memainkan peran penting dalam cara fungsi seluruh tubuh. Jika kelenjar tiroid
membuat terlalu banyak T4 dan T3, ini didefinisikan sebagai hipertiroid.
Penyebab paling umum dari hipertiroid adalah penyakit gangguan autoimun
Graves '. Dalam gangguan ini, tubuh membuat antibodi (protein yang dihasilkan oleh
tubuh untuk melindungi terhadap virus atau bakteri) yang disebut thyroid-stimulating
immunoglobulin (TSI) yang menyebabkan kelenjar tiroid membuat terlalu banyak
hormon tiroid. Penyakit Graves berjalan dalam keluarga dan lebih sering ditemukan
pada wanita.
Hyperteroid djuga bisa disebabkan oleh nodular atau multinodular gondok
beracun, yang merupakan benjolan atau nodul pada kelenjar tiroid yang menyebabkan
tiroid untuk memproduksi berlebihan hormon tiroid. Selain itu, radang kelenjar tiroid
yang disebut tiroiditis-akibat virus atau masalah dengan sistem kekebalan tubuh dapat
menyebabkan sementara gejala hipertiroid. Selain itu, beberapa orang yang
mengonsumsi terlalu banyak yodium (baik dari makanan atau suplemen) atau yang
mengambil obat yang mengandung yodium (seperti amiodaron) dapat menyebabkan
kelenjar tiroid untuk kelebihan hormon tiroid. (Aleppo, G. 2015)
Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu:
1. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang overaktif dan merupakan
penyebab hypertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan.
Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Diduga penyebabnya adalah penyakit
autoimun, dimana antibody yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid
stimulating imunogirobulin (TSI anti bodies ), tyroid peroksidase antibodies
( TPO ) dan TSA receptor antibodies ( TRAB ) pencetus kelainan ini adalah stress,
merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap
sinar, terasa seperti ada pasir dimata, mata dapat menonjol keluar hingga double
vision.
2. Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tyroid yang berbentuk biji padat, bisa satu
atau banyak. Kata toksik berarti hypertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak
terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tyroid yang berlebihan.
3. Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan sehingga
merangsang tyroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
4. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
5. Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi yang berlebihan bisa menimbulkan hypertiroid, kelainan ini
biasanya timbul apabila sebelumnya sipasien memang sudah ada kelainan kelenjar
tyroid.
6. Minum obat hormon tyroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan
kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tyroid,
adapula orang yang minum hormon tyroid dengan tujuan menurunkan bada hingga
timbul efek samping. (NANDA NIC-NOC. 2013)
C. PATOFISIOLOGI
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika.
Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga
kali dari ukuran normal, disertai dengan banyak hyperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel
ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga,
setiap sel meningkatkan kecepatan 5-15 kali lebih besar dari pada normal.
Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu
yang ”menyerupai” TSH. Biasanya bahan-bahan ini adalah antibody immunoglobulin
yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berkaitan dengan
reseptor yang mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi CAMP
dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien
hipertiroidisme konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan
yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH
yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan
oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis
anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormone hingga
diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar
tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin
termasuk akibat dari sifat hormone tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju
metabolism tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolism yang
menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek
pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari
hipertiroidisme menyebabkan terjadinya tremor otot halus dengan frekuensi 10-15
kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi
yang takikardia atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada
system kardiovaskuler. Eksopthalamus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi
auroimun yang mengenai darah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler,
akibatnya bola mata terdesak keluar.
D. PATHWAY
Hipotalamus
Hipertiroid
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. TSH serum (biasanya menurun)
2. T3, T4 (biasanya meningkat)
3. Tes darah hormon tiroid
4. X-ray scan, CAT scan, MRI scan (untuk mendeteksi adanya tumor)
(NANDA NIC-NOC. 2013)
G. PENATALAKSANAAN
Hipertiroidisme dapat diobati dengan obat-obat antitiroid yang mengganggu
produksi hormon tiroid (terutama methimazole, propylthiouracil sekarang digunakan
hanya untuk perempuan pada trimester pertama kehamilan). Pilihan lain adalah terapi
yodium radioaktif untuk merusak sel-sel yang membuat hormon tiroid. Dalam kasus
yang jarang terjadi di mana wanita tidak menanggapi atau memiliki efek samping dari
terapi ini, operasi untuk mengangkat tiroid (salah satu bagian dari seluruh kelenjar)
mungkin diperlukan. Pilihan pengobatan tergantung pada penyebab yang mendasari
keparahan dan gejala , usia , apakah sedang hamil, kondisi lain yang mungkin
dimiliki, dan potensi efek samping dari obat.
Ada mudah perawatan yang tersedia dan efektif untuk semua jenis umum dari
hipertiroid. Beberapa gejala hipertiroid (seperti tremor dan palpitasi, yang disebabkan
oleh kelebihan hormon tiroid yang bekerja pada sistem jantung dan saraf) dapat
ditingkatkan dalam beberapa jam dengan obat yang disebut beta-blocker (misalnya,
propranolol, Inderal).
Obat ini memblokir efek dari hormon tiroid tetapi tidak memiliki efek pada
tiroid itu sendiri, sehingga beta blockers tidak menyembuhkan hipertiroid dan tidak
mengurangi jumlah hormon tiroid yang diproduksi; mereka hanya mencegah beberapa
gejala. Untuk pasien dengan bentuk sementara hipertiroidisme (tiroiditis atau minum
obat tiroid berlebih), beta blockers mungkin satu-satunya pengobatan yang
dibutuhkan. Setelah tiroiditis (peradangan kelenjar tiroid) menyelesaikan dan hilang,
pasien dapat berhenti minum obat.
H. KOMPLIKASI
Hipertiroidisme tidak diobati dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama
yang berkaitan dengan jantung.
Beberapa komplikasi yang berhubungan dengan jantung :
- Aritmia (detak jantung abnormal, sepertiatrial fibrilasi)
- Dilatasi jantung (peningkatan ukuran rongga jantung, yang sebenarnya menipis
otot jantung dan gagal jantung kongestif)
- Serangan jantung mendadak
- Hipertensi
Jika tidak hipertiroid tidak diobati, akan mengalami resiko terkena
osteoporosis. Secara bertahap akan kehilangan kepadatan mineral tulang karena
hipertiroidisme yang tidak terkontrol dapat menyebabkan tubuh untuk menarik
kalsium dan fosfat dari tulang dan mengeluarkan terlalu banyak kalsium dan fosfor
(melalui urine dan feses). (Milas, K. 2014)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan prose sang
sistematik dalam pengumpulana data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan pasien.
a. Identitas
Meliputi nama pasien, nama panggilan, jenis kelamin perempuan lebih
mendominasi
terjadinya goiter daripada laki-laki (DEPKES, 2017), jumlah saudara, alamat atau
tempat tinggal penderita Goiter lebih berisiko di daerah dataran tinggi karena
kurangnya yodium, bahasa yang digunakan, usia sering terjadi pada usia dibawah
40 tahun (halodoc, 2019), namun besar kemungkian dapat terjadi pada remaja
ataupun dewasa.
b. Keluhan Utama
Menurut (Sdwijo, 2011) pada pasien mengeluh terdapat pembesaran pada leher.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Menurut (Sdwijo, 2011) biasanya pasien mengalami pembesaran nodul pada leher
yang semakin membesar sehingga mengakibatkan terganggunya pernapasan karena
penekanan trakea
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan mengenai apakah pasien penah mengalami penyakit yang sama
e. Riwayat Psikososial
Perlu dikaji bagaimana hubungan pasien dengan orang lain saat mengalami sakit
f. Fokus pengkajian :
1) Keadaan umum, keadaan pasien terlihat lemah serta perubahan pada tanda-tanda
vital (TD meningkat, suhu meningkat, RR meningkat, nadi meningkat)
2) Kepala dan leher, pada pasien adanya benjolan pada leher
3) Sistem pernapasan, biasanya pasien merasa sesak
4) Sistem neurologi, pada pemeriksaan reflek didapatkan hasil positif.
5) Sistem gastrointestinal, biasanya pasien mengalami diare, bising usus meningkat
6) Aktivitas/istirahat, biasanya pasien akan merasa lemah dan sulit tidur.
7) Eliminasi, output urine pasien akan mengalami pertambahan sekitar 1000 ml
8) Integritas ego, mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi
labil, depresi.
9) Makanan/cairan, kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan
menurun.
10) Rasa nyeri/kenyamanan, nyeri orbital, fotofobia.
11) Keamanan, tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi
terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan), suhu meningkat di
atas 37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis,
mengkilat dan lurus, eksoptamus : retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair,
pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.
2. Analisa Data
Dari hasil pengkajian kemudian data tersebut dikelompokan lalu dianlias sehingga
dapat ditarik kesimpulan masalah yang timbul dan untuk selanjutnya dapat dirumuskan
diagnose keperawatan.
Gejala mayor
Subjektif : dyspnea
Objektif
Penggunaan otot
bantu pernapasan
Fase ekspirasi
memanjang
Pola napas abnormal
Gejala minor
Subjektif : ortopnea
Objektif
Pernapasan pursed lip
Pernapasan cuping
hidung
Diameter thorak
anterior posterior
meningkat
Ventilasi semenit
menurun
Kapasitas vital
menurun
Tekanan ekspirasi
menurun
Tekanan inspirasi
menurun
Ekskursi dad berubah
2 Keletihan (D.0057) Setelah dilakukan a. Manajemen Energi
Penyebab : tindakan keperawatan (I.05178)
Ketidak seimbangan selama …. X…. jam,
Identifkasi gangguan
energy dengan Tingkat Keletihan
fungsi tubuh yang
kebutuhan tubuh Membaik (L.05046)
mengakibatkan
Tirah baring pasien meningkat
kelelahan
Kelemahan dengan kriteria hasil :
Monitor kelelahan
Imobilitas Verbalisasi
fisik dan emosional
kepulihan energi
Gaya hidup monoton meningkat Monitor pola dan jam
Gejala dan Tanda Tenaga Meningkat tidur
Mayor Kemampuan Monitor lokasi dan
Subjektif : melakukan aktivitas ketidaknyamanan
Mengeluh lelah rutin meningkat selama melakukan
Objektif Motivasi meningkat aktivitas
Frekuensi jantung Verbalisasi lelah Sediakan lingkungan
meningkat >20% menurun nyaman dan rendah
dari kondisi istirahat Lesu Menurun stimulus seperti
Gejala dan Tanda Minor Gangguan cahaya, suara, dan
Subjektif : konsentrasi menurun kunjungan
Dispenua saat atau Cianosis menurun Lakukan rentang
setelah beraktivitas gerak pasif dan/atau
Merasa tidak nyaman aktif
setelah aktivitas Berikan aktivitas
Merasa lelah distraksi yang
Objektif : menyenangkan
Tekanan darah Fasilitas duduk di sisi
berubah >20% dari tempat tidur, jika tidak
kondisi istirahat dapat berpindah atau
Gambaran EKG berjalan
menunjukkan aritma Anjurkan tirah baring
saat atau setelah Anjurkan melakukan
aktivitas aktivitas secara
Gambaran EKG bertahap
menunjukkan iskemia Anjurkan
Sianosis menghubungi perawat
Kondisi klinis terkait : jika tanda dan gejala
Anemia kelelahan tidak
Gagal jantung berkurang
kongestif Ajarkan strategi
Penyakit jantung koping untuk
koroner mengurangi kelelahan
Penyakit katup Kolaborasi dengan
jantung ahli gizi tentang cara
Aritmia meningkatkan asupan
PPOK makanan
Gangguan metabolik
b. Edukasi Aktivitas /
Gangguan
Istirahat (I.12362)
muskuloskeletal
Identifikasi kesiapan
dan kemampuan
menerima informasi
Sediakan materi dan
media pengaturan
aktivitas dan istirahat
Jadwalkan pemberian
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
Berikan kesempatan
kepada pasien dan
keluarga untuk
bertanya
Jelaskan pentingnya
melakukan aktivitas
fisik/olahraga secara
rutin
Anjurkan terlibat
dalam aktivitas
kelompok, aktivitas
bermain atau aktivitas
lainnya
Anjurkan menyusun
jadwal aktivitas dan
istirahat
Ajarkan cara
mengidentifikasi
kebutuhan istirahat
seperti kelelahan,
sesak nafas saat
aktivitas.
Ajarkan cara
mengidentifikasi
target dan jenis
aktivitas sesuai
kemampuan
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2013). NANDA NIC-NOC. (jilid 1 & 2). Yogyakarta :
MediaAction
Rehan, K. M. (2014). Papillary Thyroid Cancer Risk Factor. Retrieved from www.
Endocrineweb.com 5 Februari 2015