Anda di halaman 1dari 127

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN.

S
KHUSUSNYA TN. S DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
DASAR NUTRISI PADA SISTEM ENDOKRIN: DIABETES
MELITUS DI RT 005 RW 002 KELURAHAN UTAN PANJANG
KECAMATAN KEMAYORAN JAKARTA PUSAT TANGGAL 05
MEI – 11 MEI 2017

Disusun Oleh :
RANNY DWI HARDIYANTI
2014750033

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn. S Khususnya Tn. S Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Sistem Endokrin: Diabetes Melitus di RT 005
RW 002 Kelurahan Utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat“ Karya Tulis
Ilmiah ini disusun dalam rangka menyelesaikan pendidikan program DIII
Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dalam menyusun Karya Tulis
Ilmiah ini, penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan. Namun berkat bantuan
bimbingan, pengarahan, bantuan ilmu pengetahuan penulis selama mengikuti
perkuliahan di Program DIII Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta dan
motivasi dari semua pihak maka penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Dengan selesainya Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada berbagai pihak terutama kepada:

1. Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang


2. Ibu Ns. Titin Sutini,M.Kep.,sp.Kep.An selaku Ka Prodi DIII Keperawatan
Universitas MUhammadiyah Jakarta
3. Ibu Ns. Nurhayati,M.Kep.,sp.Kep.Kom selaku pembimbing Karya Tulis
Ilmiah
4. Bapak Drs. Dedi Muhdiana,M.Kes selaku wali tingkat
5. Dosen penguji
6. Seluruh Staf pengajar Program DIII Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta
7. Bapak/Ibu Kepala Puskesmas serta Kakak-Kakak Kelurahan sumur batu dan
Staf-Staf yang telah memeberikan doa-doa untuk menunjang Karya Tulis
Ilmiah ini
8. Keluarga Tn. S khususnya Tn. S yang banyak membantu untuk terwujudnya
Karya Tulis Ilmiah ini
9. Kedua orang tua saya ( Mamih Dally & Bapak Haryadiyanto) yang sangat
saya hormati, sayangi, cintai yang selalu memberikan semangat dan doa serta
mau dan mampu megeluarkan dukungan moril dan materil dan tak pernah
putus untuk selalu mendoakan untuk kemudahan, kelancaran serta
kesuksesan untuk saya dengan penuh ke ikhlasan dan ketulusan beserta kasih
sayangnya
10. Untuk kakak kandung saya Rully Bustamie Adie yang ikut memberi
semangat untuk mengerjakan Karya Tulis Ilmiah ini
11. Seluruh keluarga besar saya yang selalu mendoakan saya sehingga saya dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan lancar dan baik
12. Sahabat-sahabat tersayang saya Mariyatul qibtiyah, Nadiyah intan tiara dewi,
Nur fatkhaturohmah, Selly Melinda putri, Asri nurul falah, Aisyah
rahmawati, Isti hidayah yang telah memberi semangat sangat besar disaat
lelah dan malas
13. Teman-teman seperjuangan keluarga Samawa ( aisyah, selly, ayu nila, diah,
maiyanti, susan, trimel )
14. Teman-teman seperjuangan angkatan 32 atas kerja samanya selama 3 tahun
ini
15. Untuk Jamal (jams) yang selalu menjadi moodboster untuk saya dan yang
sangat sangat dalam hal apapun
16. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun Karya
Tulis Ilmiah. SUKSES UNTUK KITA SEMUA !!!

Jakarta, 05 Juni 2017

(Penulis)
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN…………………………………………………….i

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………..ii

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..iii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..v

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………….......1
B. Tujuan Penulisan………………………………………………………....6
1. Tujuan Umum……………………………………………………......6
2. Tujuan Khusus………………………………………………………..6
C. Metode Penulisan………………………………………………………...7
D. Ruang Lingkup…………………………………………………………...7
E. Sistematika Penulisan…………………………………………………….7

BAB II : TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Masalah Kesehatan……………………………………….9


1. Pengertian…………………………………………………………….9
2. Klasifikasi…………………………………………………………....10
a. Etiologi…………………………………………………………...10
b. Patofisiologi……………………………………………………...12
c. Manifestasi……………………………………………………….13
d. Komplikasi……………………………………………………….14
3. Penatalaksanaan……………………………………………………...15
a. Terapi…………………………………………………………….16
b. Tindakan Medis………………………………………………….17
B. Asuhan Keperawatan Keluarga………………………………………..20
1. Konsep Keluarga…………………………………………………..20
a. Pengertian……………………………………………………...20
b. Tipe Keluarga………………………………………………….20
c. Struktur Keluarga……………………………………………...24
d. Peran Keluarga………………………………………………...26
e. Fungsi Keluarga……………………………………………….30

2. Konsep Proses Keperawatan Keluarga……………………………34


a. Pengkajian Keperawatan……………………………………...34
b. Diagnosa Keperawatan………………………………………..35
c. Perencanaan Keperawatan…………………………………….37
d. Pelaksanaan Keperawatan…………………………………….39
e. Evaluasi Keperawatan………………………………………...41

BAB III : TINJAUAN KASUS

A. Pengakajian Keperawatan…………………………………………….42
B. Diagnosa Keperawatan……………………………………………….56
C. Perencanaan Keperawatan……………………………………………59
D. Pelaksanaan Keperawatan……………………………………………83
E. Evaluasi Keperawatan………………………………………………..90

BAB IV : PEMBAHASAN

A. Pengakjian Keperawatan…………………………………………….95
B. Diagnosa Keperawatan………………………………………………97
C. Perencanaan Keperawatan…………………………………………...98
D. Pelaksanaan Keperawatan…………………………………………...99
E. Evaluasi Keperawatan……………………………………………….99
BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………….101
B. Saran………………………………………………………...............102

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan
kadar glukosa darah diatas nilai normal. Diabetes mellitus merupakan
sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar
glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja
insulin, atau keduanya. Tiga komplikasi akut utama diabetes terkait
ketidakseimbangan kadar glukosa yang berlangsung dalam jangka waktu
pendek ialah hipoglikemia, ketoasidosis diabetik (DKA) dan sindrom
nonketoik hiperosmolar hiperglikemik. Hiperglikemia jangka panjang dapat
berperan menyebabkan komplikasi mikrovaskular kronik (penyakit ginjal dan
mata) dan komplikasi neuropatik. Diabetes juga dikaitkan dengan peningkatan
insidensi penyakit makrovaskular, seperti penyakit arteri koroner (infark
miokard), penyakit serebrovaskular (stroke), dan penyakit vascular perifer.
(Smeltzer., 2014)
Riskesdas(2007) menyebutkan prevalensi penyakit diabetes melitus di
Indonesia berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 0,7%
sedangkan prevalensi diabetes melitus (D/G) sebesar 1,1% data ini
menunjukan cakupan diagnosis diabetes melitus oleh tenaga kesehatan
mencapai 63,6% lebih tinggi dibandingkan cakupan penyakit asma maupun
penyakit jantung. Prevalensi diabetes melitus menurut provinsi berkisar antara
0,4% di Lampung hingga 2,6% di DKI Jakarta. Sedangkan pada riskesdas
(2013) menyebutkan prevalensi diabetes melitus di Indonesia tahun 2013
berdasarkan wawancara yang terdiagnosis Dokter sebesar 1,5%, diabetes
melitus terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 2,1%, prevalensi diabetes yang
terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di Yogyakarta 2,6%, DKI Jakarta 2,5%,
Sulawesi Utara 2,4%, dan Kalimantan Timur 2,3%, prevalensi diabetes
melitus yang terdiagnosis Dokter atau gejala tertinggi terdapat di Sulawesi
Tengah 3,7%, Sulawesi Utara 3,6%, Sulawesi Selatan 3,4%, dan Nusa
Tenggara Timur 3,3%, tepatnya data di daerah Utan Panjang, didapatkan hasil
penderita diabetes melitus pada tahun 2016 terdapat 36 jiwa dan di daerah
Sumur Batu terdapat 23 jiwa.
Riskesdas(2013) menyebutkan Penyakit diabetes melitus disebabkan
oleh gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara
absolut maupun relatif. Ada 2 tipe diabetes melitus yaitu diabetes tipe I yaitu
diabetes yang umumnya didapat sejak masa kanak-kanak dan diabetes tipe II
yaitu diabetes yang didapat setelah dewasa.
Kebutuhan nutrisi dengan diet atau mengontrol nutrisi merupakan hal
yang penting bagi klien dengan diabetes melitus. Tujuan yang paling penting
dalam manajemen nutrisi dan diet adalah untuk mengotrol total kebutuhan
kalori tubuh, intake yang dibutuhkan, mencapai kadar serum lipid normal.
Kompoisi kebutuhan nutrisi pada diet diabetes melitus adalah kebutuhan
kalori, karbohidrat, lemak, protein dan serat. Kebutuhan kalori tergantung dari
berat badan, jenis kelamin, usia, aktivitas fisik untuk menentukan jumlah
kalori dalam tubuh, sedangkan kebutuhan karbohidrat merupakan komponen
terbesar dari kebutuhan kalori tubuh, yaitu sekitar 50% sampai 60%,
sedangkan kebutuhan protein untuk adekuatnya cdangan protein, diperlukan
kira-kira 10% sampai 20% dari kebutuhan kalori atau 0,8 g/kg/hari,
sedangkan kebutuhan lemak kurang dari 30% dari total kalori, sebaiknya dari
lemak nabati dan sedikit dari lemak hewani, sedangkan kebuuhan serat
dibutuhkan sekitar 20 sampai 35 g/hari dari berbagai bahan makanan atau
rata-rata 25 g/hari. (Tarwoto., 2012)
Tanda dan gejala diabetes melitus antara lain: rasa haus yang
berlebihan (polidipsi), sering kencing (poliuri) terutama malam hari, sering
merasa lapar (poliphagi), berat badan yang turun dengan cepat, keluhan
lemah, kesemutan pada tangan dan kaki, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur.
Peningkatan gula darah yang terjadi pada diabetes melitus dapat
mengaibatkan gangguan pada keseimbangan pemenuhan kebutuhan nutrisi,
klien mengalami peningkatan nafsu makan yang berlebihan dikarenakan
penggunaan cadangan lemak akibat glukosa tidak dapat masuk kedalam sel.
(Riyadi & Sukarmin, 2013 dan Doenges, 2012)
Akibat dari penyakit diabetes melitus ialah bisa menimbulkan masalah
seperti penyakit makrovaskuler (pembuluh darah besar) mempengaruhi
sirkulasi koroner, pembuluh darah perifer, dan pembuluh darah otak, penyakit
mikrovaskuler (pembuluh darah kecil) mempengaruhi mata, dan ginjal, dan
penyakit neuropatik yang mempengaruhi saraf sensori motoric dan otonom
serta berperan memunculkan masalah. (Smeltzer, 2014)
Pencegahan diabetes melitus bisa primer, dan sekunder. Pencegahan
primer misalnya dengan penyuluhan kesehatan mengenai pola hidup sehat,
termasuk gerak badan dan pengendalian berat badan contohnya berjalan,
berenang, bersepeda, menari, dan berkebun. Sedangkan pencegahan sekunder
misalnya klien yang sudah diketahui terkena diabetes melitus harus diberi
kemudahan untuk memperoleh penyuluhan kesehatan tentang penyakit
diabetes melitus, dukungan diet, sistem pendukung sosial, asuhan medis, dan
asuhan keperawatan. Dengan demikian deteksi awal terhadap komplikasi
dapat diketahui dan dapat diberikan tindakan yang tepat agar perkembangan
komplikasi dapat dicegah, program untuk mendeteksi dan mengendalikan
perawatan kaki, dan berhenti merokok pada klien diabetes melitus merupakan
program pencegahan sekunder.
Badan kesehatan WHO dan Pemerintah khususnya Kementrian
Kesehatan upaya yang sudah dilakukan dalam mengatasi diabetes melitus
dilakukan melalui strategi yang efektif dan terintegrasi, melalui kerjasama
lintas program dan lintas sector termasuk swasta. Dengan demikian
pengembangan kemitraan dengan berbagai unsur dimasyarakat dan lintas
sector yang terkait dengan diabetes melitus disetiap wilayah merupakan hal
yang penting. Tujuan program pengendalian diabetes melitus di Indonesia
adalah terselenggaranya pengendalian faktor resiko untuk menurunkan angka
kematian yang disebabkan diabetes melitus. (kemenkes., 2013)
Peran perawat adalah sebagai pendidik, perawat memberikan
pengetahuan kepada klien dalam rangka meningkatkan kesehatan, tentang
tindakan keperawatan dan tindakan medik yang di terima, sehingga klien atau
keluarga dapat bertanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya. Kedua
sebagai koordinator, perawat mengkoordinir seluruh pelayanan keperawatan,
mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas, mengembangkan sistem
pelayanan keperawatan, dan memberikan informasi tentang hal-hal yang
terkait dengan pelayanan keperawatan di sarana kesehatan. Ketiga sebagai
pelaksana, dalam asuhan/pelayanan keperawatan memberikan/asuhan
keperawatan secara professional, yang meliputi treatment keperawatan,
observasi, penkes, dan menjalankan treatment medikal. Keempat sebagai
pembaharu/perubah, perawat mengadakan inovasi agar klien/keluarga
mempunyai cara yang benar dalam mengatasi masalah, sehingga sikap dan
tingkah laku menjadi efektf, serta meningkatkan keterampilan yang
diperlukan untuk hidup lebih sehat. Kelima sebagai advocat, perawat
berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim kesehatan lain,
membela kepentingan klien dan membantu klien agar memahami semua
informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan. Peran
advocat sekaligus mengharuskan perawat membantu klien/keluarga dalam
mengambil keputusan berdasarkan pemahaman informasi yang diberikan oleh
perawat. Keenam sebagai konsultan, perawat sebagai mediator antara klien
dengan profesi kesehatan lainnya, peran ini berkaitan erat dengan keberadaan
perawat mendampingi klien selama 24 jam. Perawat sebagai tempat konsultasi
terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan.
Peran ini diberikan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan
pelayanan keperawatan yang diberikan. Ketujuh sebagai kolaborasi, perawat
bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lain dan keluarga dalam
menentukan rencana atau pelaksana asuhan keperawatan. Kedelapan sebagai
pengelola, perawat mengatur kegiatan dalam upaya mencapai tujuan yang
diharapkan, sehingga pasien dan perawat mendapatkan kepuasan karena
asuhan keperawatan yang diberikan. Perawat mengelola (merencanakan,
mengorganisasi, menggerakan dan mengevaluasi) pelayanan keperawatan
baik langsung maupun tidak langsung dan menggunakan peran serta aktif
masyarakat dalam kegiatan keperawatan komunitas. Kesembilan sebagai
peneliti, perawat diharapkan mampu mengidentifikasi masalah penelitian,
menerapkan prinsip dan metode penelitian serta memanfaatkan hasil
penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan
keperawatan. Perawat melakukan penelitian untuk mengembangkan mutu
pelayanan keperawatan. (Susanto., 2012)
Peran keluarga sangat diperlukan dalam menurunkan dampak pada
keluarga dan masyarakat, peran perawat keluarga dapat memodifikasi
lingkungan keluarga, memfasilitasi pencapaian tugas perkembangan keluarga,
mempertahankan struktur dan fungsi keluarga, serta mengadaptasikan
keluarga terhadap stressor masalah di keluarga sehingga keluarga dapat
mengatasi permasalahan kesehatan secara mandiri. (Susanto., 2012)
Adapun tugas keluarga dalam kesehatan sangat diperlukan dalam
mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya, mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga, memberikan keperawatan
anggota yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena
cacat atau usianya yang terlalu muda, mempertahankan suasana dirumah yang
menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga,
mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan atau pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada. (Setiadi., 2008)
Berdasarkan data maka penulis tertarik untuk memberikan
“pemenuhan kebutuhan dasar nutrisi kepada keluarga Tn. S khususnya Tn. S
dengan Gangguan Sistem Endokrin: Diabetes Melitus di RT 005 RW 002
Kelurahan Utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat”
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan kepada klien selama 6
hari diharapkan penulis dapat memberikan gambaran dan pengalaman
yang nyata dalam memberikan asuhan keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar nutrisi dalam gangguan sistem endokrin kepada
keluarga Tn. S khususnya Tn. S dengan Diabetes Melitus melalui
pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan kepada klien diharapkan
penulis :
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Diabetes
Melitus.
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan
Diabetes Melitus.
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien
dengan Diabetes Melitus.
d. Mampu melaksanakan rencana tindakan keperawatan pada
klien dengan Diabetes Melitus.
e. Mampu melakukan evaluasi pada klien dengan Diabetes
Melitus.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara
teori dan kasus dengan praktek nyata terhadap klien dengan
Diabetes Melitus.
g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung mampu
penghambat serta dapat mencari solusi untuk pemecahan
masalah keperawatan kepada klien dengan Diabetes Melitus.
h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan asuhan
keperawatan dalam bentuk narasi dengan Diabetes Melitus.
C. METODE PENULISAN
Metode penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode deskriptif
dan studi literature. Metode deskriptif yaitu menguraikan hasil asuhan
keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus mulai dari pengkajian
keperawatan, diagnose keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan
keperawatan, evaluasi keperawatan. Studi literature yaitu mempelajari dan
mengumpulkan bahan-bahan teori dan bacaan ilmiah yang berhubungan
dengan kasus Diabetes Melitus.

D. RUANG LINGKUP
Mengingat banyaknya kasus penyakit yang ada di RT 005 RW 002 Kelurahan
Utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat maka penulis membatasi
cangkupan pembahasan yang hanya terfokus pada “pemenuhan kebutuhan
dasar nutrisi dalam gangguan sistem endokrin kepada keluarga Tn. S
khususnya Tn. S Dengan Diabetes Melitus di RT 005 RW 002 Kelurahan
Utan Panjang Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat” dengan lama asuhan 6
hari perawatan mulai dari 05-11 mei 2017.

E. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I:
Pendahuluan, latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode
penulisan, sistematika penulisan.
BAB II: Tujuan teoritis
1. Konsep Dasar
Pengertian, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi Klinis, Penatalaksanaan,
Komplikasi, dan Konsep Kebutuhan Dasar.
2. Konsep asuhan keperawatan keluarga pada klien dengan Diabetes Melitus
yaitu: Konsep Keluarga, Fungsi Keluarga, dan Tahapan Perkembangan
Keluarga. Konsep proses keperawatan keluarga yaitu: (Pengkajian
keperawatan, Diagnosa keperawatan, Rencana Keperawatan, Pelaksanaan
Keperawatan, Evaluasi Keperawatan) dan kebutuhan dasar dengan
masalah Diabetes Melitus.

BAB III: Tujuan Khusus

Pada BAB ini membahas laporan hasil asuhan keperawatan yang meliputi:
Pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan,
pelaksanaan keperawatan, evaluasi keperawatan.

BAB IV: Pembahasan

Pada BAB ini membahas masalah yang terkait kesenjangan yang didapat
dan solusi atau pemecahan masalah yang terjadi antara BAB II dan BAB III
yang meliputi: pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, pelaksanaan keperawatan, Evaluasi keperawatan.

BAB V: Penutup

1. Kesimpulan
Berisi uraian singkat mengenai asuhan keperawatan kepada klien dengan
Diabetes Melitus mulai dari pengkajian keperawatan, diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan keperawatan, evaluasi
keperawatan.
2. Saran
Berisi tentang ulasan-ulsan mengenai hal-hal yang harus diperbaiki dalam
melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien dengan Diabetes Melitus,
guna meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Daftar pustaka

Lampiran
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI DIABETES MELITUS


Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa
darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relative. (Suyono,
2007)
Diabetes melitus adalah penyakit kronik, progresif yang
dikarakterisasikan dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein awal terjadinya
hiperglikemia (kadar gula yang tinggi dalam darah). (Black & Hawk,
2009)
Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat
kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Tiga
komplikasi akut utama diabetes terkait ketidak seimbangan kadar glukosa
yang berlangsung dalam jangka waktu pendek ialah hipoglikemia,
ketoasidosis diabetik (DKA) dan sindrom nonketoik hiperosmolar
hiperglikemik. Hiperglikemia jangka panjang dapat berperan
menyebabkan komplikasi mikrovaskular kronik (penyakit ginjal dan mata)
dan komplikasi neuropatik. Diabetes juga dikaitkan dengan peningkatan
insidensi penyakit makrovaskular, seperti penyakit arteri koroner (infark
miokard), penyakit serebrovaskular (stroke), dan penyakit vascular perifer.
(Smeltzer, 2014)
B. KLASIFIKASI DIABETES MELITUS
Diabetes diklasifikasikan menjadi :
1. Diabetes melitus tipe 1
Yaitu yang tergantung dengan insulin, diabetes 1 disebabkan karena
kerusakan sel beta pankreas yang menghasilkan insulin. Hal ini
berhubungan dengan kombinasi antara faktor genetik, immunologi dan
kemungkinan lingkungan, seperti virus. Terdapat juga hubungan
terjadinya diabetes tipe 1 dengan beberapa antigen leukosit manusia
dan adanya autoimun antibody sel islet yang dapat merusak sel-sel
beta pankreas.
2. Diabetes melitus tipe 2
Yang tidak tergantung pada insulin, kurang lebih 90%-95% penderita
diabetes melitus adalah diabetes tipe ini. Diabetes tipe 2 terjadi akibat
penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat
penurunan produksi insulin. Normalnya insulin terikat oleh reseptor
khusus pada permukaan sel dan mulai terjadi rangkaian reaksi
termasuk metabolisme glukosa. Pada diabetes tipe 2 reaksi dalam sel
kurang efektif karena kurangnya insulin bereran dalam menstimulasi
glukosa masuk kejaringan dan pengaturan pelepasan glukosa dihati.
Adanya insulin ini juga dapat mencegah pemecahan lemak yang
menghasilkan badan keton.

C. ETIOLOGI DIABETES MELITUS


Penyebab diabetes melitus ini belum diketahui secara lengkap dan
kemungkinan faktor penyebab dan faktor resiko diabetes melitus
diantaranya :
1. Riwayat keturunan dengan diabetes melitus, misalnya pada diabetes
tipe 1 diturunkan sebagai sifat heterogen, mutigenik. Kembar identic
mempunyai resiko 25%-50% sementara saudara kandung beresiko 6%
dan anak beresiko 5%
2. Lingkungan seperti virus (cytomegalovirus, mumps, rubella) yang
dapat memicu terjadinya autoimun dan menghancurkan sel-sel beta
pankreas, obat-obatan dan zat kimia seperti alloxan, streptozotocin,
pentamidine
3. Usia diatas 45 tahun
4. Obesitas, berat badan lebih dari atau sama dengan 20% berat badan
ideal
5. Etnik, banyak terjadi pada orang Amerika keturunan Afrika, Asia
6. Hipertensi, tekanan darah lebih dari atau sama dengan 140/90 mmHg
7. HDL kolesterol lebih dari atau sama dengan 35 mg/dl atau trigiserida
lebih dari 250 mg/dl
8. Kurang olahraga
D. PATOFISIOLOGI (Amin Huda Nurarif, 2015)

Faktor genetik Ketidakseimbanga Gula dalam darah tidak


Infeksi Virus Kerusakan sel beta n produksi insulin dapat dibawa masuk dalam
Pengrusakan sel
imunologik

Glukosuria
E. Batas melebihi ambang ginjal Hiperglikemi Anabolisme protein
a menurun

Dieresis osmotik Vikositas darah meningkat Syok hiperglikemik Kerusakan pada antibodi

Poliuria Aliran darah lambat Koma diabetik Kekebalan tubuh menurun


Retensi urine

Kehilangan Iskemik jaringan Resiko infeksi Neuropati sensori perifer


elektrolit dalam sel

Ketidakefektifan perfusi Klien tidak merasa sakit


Dehidrasi Nekrosis luka
jaringan perifer

Resiko syok
Kehilangan kalori Gangrene Kerusakan integritas jaringan

Merangsang hipotalamus Sel kekurangan bahan Protein dan lemak dibakar BB menurun
untuk metabolisme

Keletihan
Pusat lapar dan haus Katabolisme lemak Pemecahan protein

Polidipsia
Asam lemak Keton Ureum
Polipagia

Ketidak seimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan tubuh Ketoasidosis
E. MANIFESTASI KLINIS

1. Sering kencing/miksi atau meningkatnya frekuensi buang air kecil


(poliuria) adanya hiperglikemia menyebabkan sebagian glukosa di
keluarkan oleh ginjal bersama urine karena keterbatasan kemampuan
filtrasi ginjal dan kemampuan reabsorpsi dari tubulus ginjal. Untuk
mempermudah pengeluaran glukosa maka diperlukan banyak air,
sehingga frekuensi miksi menjadi meningkat.
2. Meningkatnya rasa haus (polidipsi)
Banyaknya miksi menyebabkan tubuh kekurangan cairan (dehidrasi),
hal ini merangsang pusat haus yang mengakibatkan peningkatan rasa
haus.
3. Meningkatnya rasa lapar (polipagia)
Meningkatnya ketabolisme, pemecahan glikogen untuk energi
menyebabkan cadangan energy berkurang, keadaan ini menstimulasi
pusat lapar.
4. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan disebabkan karena banyaknya kehilangan
cairan, glikogen dan cadangan trigliserida serta massa otot.
5. Kelainan pada mata, penglihatan kabur
Pada kondisi kronis, keadaan hiperglikemia menyebabkan aliran darah
menjadi lambat, sirkulasi ke vaskuler tidak lancar, termasuk pada mata
yang dapat merusak retina serta kekeruhan pada lensa.
6. Kulit gatal, infeksi kulit, gatal-gatal disekitar penis dan vagina
peningkatan glukosa darah mengakibatkan penumpukan pla pada kulit
sehingga menjadi gatal, jamur, dan bakteri mudah menyerang kulit.
7. Ketonuria
Ketika glukosa tidak lagi digunakan untuk energy, maka digunakan
asam lemak untuk energi, asam lemak akan dipecah menjadi keton
yang kemudian berada pada darah dan dikeluarkan melalui ginjal.
8. Kelemahan dan keletihan
Kurangnya cadangan energi, adanya kelaparan sel, kehilangan
potassium menjadi akibat pasien mudah lelah dan letih.
9. Terkadang tanpa gejala
Pada keadaan tertentu, tubuh sudah dapat beradaptasi dengan
peningkatan glukosa darah.

F. KOMPLIKASI
Pasien degan diabetes melitus beresiko terjadi komplikasi baik bersifat akut
maupun kronis diantaranya :
1. Komplikasi akut
a. koma hiperglikemia disebabkan kadar gula sangat tinggi biasanya
terjadi pada NIDDM
b. ketoasidosis atau keracunan zat keton sebagai hasil metabolisme lemak
dan protein terutama terjadi pada IDDM
c. koma hipoglikemia akibat terapi insulin yang berlebihan atau tidak
terkontrol

2. Komplikasi kronis
a. Mikroangiopati (kerusakan pada saraf-saraf perifer) pada organ-organ
yang mempunyai pembuluh darah kecil
b. retinopati diabetika (kerusakan saraf retina dimata) sehingga
mengakibatkan kebutaan
c. neuropati diabetika (kerusakan saraf-saraf perifer) mengakibatkan baal
atau gangguan sensoris pada organ tubuh
d. nefropati diabetika (kelainan/kerusakan pada ginjal) dapat mengakibat
kan gagal ginjal
3. Makroangiopati
a. kelainan pada jantung dan pembuluh darah seperti miokard infark
maupun gangguan fungsi jantung karena arteriskelosis
b. penyakit vaskuler perifer
c. gangguan sistem pembuluh darah otak atau stroke

4. Gangren diabetika karena adanya neuroati dan terjadi luka yang tidak
sembuh-sembuh

5. Disfungsi erektil diabetika


Angka kematian dan kesakitan dari diabetes terjadi akibat komplikasi
seperti karena :
a. hiperglikemia atau hipoglikemia
b. meningkatnya resiko infeksi
c. Komplikasi mikrovaskuler seperti retinopati, nefropati
d. komplikasi neurofatik
e. komplikasi makrovaskuler seperti penyakit jantung koroner, stroke

G. PENATALAKSANAN DIABETES MELITUS


1. Managemen diet diabetes melitus
Kotrol nutrisi, diet dan berat badan merupakan dasar penangan pasien
diabetes melitus. Tujuan yang paling penting dalam managemen nutrisi
dan diet adalah mengontrol total kebutuhan kalori tubuh, inteke yang
dibutuhkan, mencapai kadar serum lipid normal. Komposisi pada diet
diabetes melituse adalah kebutuhan kalori, karohidret, lemak, protein dan
serat.
a. Kebutuhan kalori
Kebutuhan kalori tergantung dari berat badan (kurus, ideal, obesitas),
jenis, kelamin, usia, aktivitas fisik. Untuk menentukan kalori dipakai
rumus broca yaitu :
Berat badan ideal = (TB (cm) -100) – 10%
Ketentuan :
Berat badan kurang = < 90% BB ideal
Berat badan normal = 90 – 110% BB ideal
Berat badan lebih = 110 – 120% BB ideal
Gemuk = > 120% BB ideal

b. Kebutuhan karbohidrat
Karbohidrat merupakan komponen terbesar dari kebutuhan kalori
tubuh, yaitu sekitar 50% - 60%
c. Kebutuhan protein
Untuk adekuatnya cadangan protein, diperlukan kira-kira 10% - 20%
dari kebutuhan kalori atau 0,8 g/kg/hari
d. Kebutuhan lemak
Kebutuhan lemak kurang dari 30% dari total kalori, sebaiknya dari
lemak nabati dan sedikit dari lemak hewani
e. Kebutuhan serat
Serat dibutuhkan sekitar 20 – 50 g per hari dari berbagai bahan
makanan atau rata-rata 25 g per hari

2. Latihan fisik/exercise
Latihan fisik bagi penderita diabetes melitus sangat dibutukan, karena
pada saat latihan fisik energy yang dipakai adalah glukosa dan asam lemak
bebas. Latihan fisik bertujuan :
a. Menurunkan gula darah dengan meningkatkan metabolisme
karbohidrat
b. Menurunkan berat badan dan mempertahankan berat badan normal
c. Meningkat kan sensitifitas insulin
d. Meningkatkan kadar HDL (hight density lipoprotein) dan menurunkan
kadar trigliserida dan menurunkan tekanan darah
3. Obat-obatan
Obat antidiabetik oral atau oral hypoglokemik agent (OH) efektif pada
diabetes melitus tipe 2, jika manegemen nutrisi dan latihan gagal. Jenis
obat-obatan antidiabetik oral diantaranya :
a. Sulfonilurea : bekerja dengan merangsang beta sel pankreas untuk
melepaskan cadangan insuli nya. Yang termasuk jenis obat ini adalah
glibentklamid, tolbutamid, klorpropamid
b. Biguanida : bekerja dengan menghabat penyerapan glukosa di usus,
misalnya metformin, glukophage

4. Pemberian hormon insulin


Pasien dengan diabetes melitus tipe 1 tidak mampu memproduksi insulin
dalam tubuhnya, sehingga sangat tergantung pada pemberian insulin.
Berbeda dengan diabetes melitus tipe 2 yang tidak tergantung pada
insulin, tetapi memerlukan sebagai pendukung untung menurunkan
glukosa darah dalam mempertahankan kehidupan.
Tujuan pemberian insulin adalah meningkatkan transport glukosa ke
dalam sel dan menghambat konversi glikogen dan asam amino menjadi
glukosa. Berdasarkan daya kerjanya insulin dibedakan menjadi :
a. Insuin dengan masa kerja pendek (2-4 jam) seperti regular insulin,
actrapid
b. Insulin dengan masa kerja menengah (6-12 jam) seperti NPH (Nutral
Protamine Hagedorn) insulin, lente insulin
c. Insulin dengan masa kerja panjang (18-24 jam) seperti protamine zinc
insulin dan ultralenta insulin
d. Insulin campuran yaitu kerja cepat dan menengah, misalnya 70%
NPH, 30% regular
Dosis insulin ditentukan berdasarkan pada :
a. Kebutuhan pasien, kebutuhan insulin meningkat pada keadaan sakit
yang serius/parah, infeksi, menjalani operasi dan masa pubertas.
b. Respon pasien terhadap injeksi insulin, pemberian insulin biasanya
dimulai antara 0,5 dan 1 unit/kgBB/hari

Komplikasi pemberian insulin


Pemberian terapi insulin dapat menyebabkan satu atau lebih
komplikasi diantaranya :
a. Hipoglikemia, Terjadi apabila kadar glukosa darah dibawah 60
mg,100 ml, karena kelebihan dosis insulin atau terlambat makan
sementara pasien sudah diberikan insulin, aktivitas yang
berlebihan. Kelebihan pemberian dosis biasanya terjadi akibat
kesalahan menggunakan alat suntik insulin dengaan ukuran 40
U/ml atau 100 U/ml. pada keadaan hipoglikemia pasien biasanya
mengalami gangguan kesadaran, takhikardia, keringat dingin,
berkunang-kunang, lemas.
b. Hipertropi atau atropi jaringan, Hipertropi jaringan meliputi
penebalan dari jaringan subkutan pada tempat injeksi. Jaringan
atropi terjadi dengan hilangnya lemak pada area injeksi.
c. Alergi insulin, baik reaksi alergi setempat maupun reaksi alergi
sistemik. Reaksi alergi setempat biasanya terjadi pada tahap
permulaan pemberian terapi insulin 1-2 jam setelah pemberian.
Reaksi setempat ditandai dengan adanya kemerahan,
pembengkakan, nyeri tekan pada durasi 2-4 cm dilokasi
penyuntikan. Reaksi alergi sistemik jarang terjadi, merupakan
reaksi anapilatik yang merupakan keadaan emergensi.
d. Resisten insulin, merupakan keadaan dimana pasien membutuhkan
insulin lebih dari 100 unit per hari. Keadaan ini disebabkan
antibody yang menangkap molekul insulin tidak aktif.
5. pendidikan kesehatan
hal penting yang harus dilakukan pada pasien dengan diabetes melitus
adalah pendidikan kesehatan, beberapa hal penting yang perlu
disampaikan pada pasien diabetes melitus adalah :
a. penyakit diabetes melitus (pengertian, tanda dan gejala, penyebab,
patofisiologi, dan test diagnosis)
b. diet atau managemen diet pada pasien diabetes melitus
c. aktivitas sehari-hari termasuk latihan dan olahraga
d. pencegahan terhadap komplikasi diabetes melitus
e. pemberian obat-obatan diabetes melitus dan cara injeksi insulin
f. cara monitoring dan pengukuran glukosa darah secara mandiri

6. monitoring glukosa darah


pasien dengan diabetes melitus perlu dikenalkan tanda dan gejala
hiperglikemia dan hipoglikemia serta yang paling penting adalah
bagaimana memonitor glukosa darah secara mandiri. Pemeriksaan glukosa
darah dapat dilakukan secara mandiri dengan menggunakan glucometer.
Pemeriksaan ini penting untuk memastikan glukosa darah dalam keadaan
stabil.
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
1. Konsep keluarga
a. Pengertian
Friedman (1998) (dikutip Sudiharto., 2007) menyebutkan
keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena
ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan
pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai
bagian dari keluarga.
Stanhope dan Lancester (1996) (dikutip Susanto., 2012)
menyebutkan keluarga adalah dua atau lebih individu yang berasal
dari kelomok keluarga yang sama atau yang berbeda dan saling
mengikutsertakan dalam kehidupan yang terus menerus, biasanya
bertempat tinggal dalam satu rumah, mempunyai ikatan emosional
dan adanya pembagian tugas anatara satu dengan yang lainnya.
Keluarga adalah suatu sistem social yang terdiri dari individu-
individu yang bergabung dan berinteraksi secara teratur anatara
satu dengan yang lain yang diwujudkan dengan adanya saling
ketergantungan dan berhubungan untuk mencapai tujuan bersama.
(Andarmoyo S., 2012)

b. Tipe keluarga
Tipe keluarga menurut (Friedman, Bowden, & Jones, 2003
didalam Buku Ajar Keperawatan Keluarga, 2012) Keluarga
memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam
pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial, maka
tipe keluarga juga akan berkembang mengikutinya. Agar dapat
mengupayakan peran serta dalam keluarga dalam
meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu
mengetahui berbagai tipe keluarga.
1) Keluarga tradisional
a) The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b) The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah.
c) Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua
dengan anak sudah memisahkan diri.
d) The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang di sebabkan
karena mengejar karir/ pendidikan yang terjadi pada wanita.
e) The extended family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama
dalam satu rumah seperti nuclear family disertai paman, tante,
orang tua (kakek-nenek), keponakan.
f) The single parent family
Keluarga yang terdiri dari satu orang (ayah atau ibu) dengan
anak, hal ini terjadi biasanya terjadi melalui proses perceraian,
kematian atau ditinggalkan (menyalahi hokum pernikahan).
g) Commuter family
Kedua orang tua bekerja dikota yang berbeda, tapi salah satu
kota tersebut menjadi sebagai tempat tinggal dan orang tua
yang bekerja diluar kota bisa berkumpul saat anggota
keluarga pada saat “ weekend” atau pada waktu-waktu
tertentu.
h) Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah.
i) Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan
pelayanan yang sama. Contoh : dapur, kamar mandi, televise,
telepon, dll.
j) Blended family
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali
dan membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari
perkawinan sebelumnya.
k) The single adult living alone/single adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri
karena pilihannya atau perpisahan (separasi) seperti :
perceraian, atau ditinggal mati.

2) Keluarga non tradisional


a) The unmarried teenage mother
Keluarga yang teridir dari orangtua (terutama ibu) dengan
anak dari hubungan tanpa nikah.
b) The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri.
c) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah,
sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama.
d) The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan.
e) Gay and lesbian family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana marital partners.
f) Cohabitating family
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
g) Group marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah
tangga bersama, yang saling merasa saling menikah satu
dengan yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexual dan
membersarkan anaknya.
h) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh set turan/nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-
barang rumah tangga bersama, pelayanan, bertanggung jawab
membersarkan anaknya.
i) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya.
j) Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis yang personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
k) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan
criminal dalam kehidupan.
c. Struktur keluarga
Struktur di dasari oleh organisasi meliputi keanggotaan dan
pola hubungan yang terus menerus. (Friedman, Bowden, &
Jones, 2003 didalam Buku Ajar Keperawatan Keluarga, 2012)
membagi struktur keluarga menjadi empat elemen, yaitu pola
komunikasi, peran keluarga, nilai dan norma keluarga, dan
kekuatan keluarga.
1) Pola komunikasi kelurga
Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang
tidak, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada
dalam komponen komunikasi seperti sender, chanel-media,
message, environment, dan receiver. Komunikasi dalam
keluarga dapat berupa komunikasi secara emonisional,
komunikasi verbal, dan non verbal, komunikasi sirkular.
Komunikasi emosional memungkinkan setiap individu dalam
keluarga dapat mengekspresikan perasaan seperti bahagia,
sedih, atau marah diantara para anggota keluarga. Pada
komunikasi verbal individu dalam keluarga dapat
mengungkapkan sesuatu yang diinginkan melalui kata-kata
yang dapat diiringi dengan ada nya komunikasi non verbal
yang dapat berupa gerakan tubuh dalam penekanan sesuatu
hal yang diucapkannya dalam keluarga. Komunikasi sirkular
mencakup sesuatu yang melingkar dua arah dalam keluarga,
misalnya apabila istri marah pada suami, maka suami akan
melakukan klarifikasi kepada istri tentang sesuatu yang
membuat istri marah kepada suami.
2) Pola peran keluarga
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan sehingga pada struktur
peran bisa bersifat formal atau informal. Posisi atau status
dalam keluarga adalah posisi individu dalam kelarga yang
dapat dipandang oleh masyarakat sebagai istri, suami atau
anak. Peran formal disalam keluarga merupakan kesepakatan
bersama yang dibentuk dalam suatu norma keluarga. Peran
didalam keluarga menunjukan pola tingkah laku dari semua
anggota didalam keluarga. Peran dalam keluarga merupakan
pola tingkah laku yang konsisten terhadap suatu situasi
didalam keluarga yang terjadi akibat interaksi diantara
anggota keluarga, seperti menyapu, membersihkan rumah.
Peran didalam keluarga sekarang ini mengalami perubahan.
Peran didalam keluarga juga dapat terjadi peran ganda
sehingga anggota keluarga dapat menyesuaikan peran
tersebut. Peran didalam keluarga dapat fleksibel sehingga
anggota keluarga dapat beradaptsi terhadap perubahan yang
terjadi.
3) Pola norma dan nilai keluarga
Nilai merupakan persepsi seseorang tentang sesuatu hal
apakah baik atau bermanfaat bagi dirinya. Norma adalah
peran-peran yang dilakukan manusia, berrasal dari nilai
budaya terkait. Norma berasal dari niai budaya terkait. Norma
mengarah sesuai dengan nilai yang dianut oleh masyarakat,
dimana norma-norma dipelajari sejak kecil. Persepsi
seseorang tentang nilai dipengaruhi nilai. Nilai mengarahkan
respon seseorang terhadap nilai orang lain. Nilai
merefleksikan identitas seseorang sebagai bentuk dasar
evaluasi diri. Nilai memberikan dasar untuk posisi seseorang
pada berbagai issue personal, professional, sosial, politik.
Nilai merupakan perilaku motifasi diekspresikan melalui
perasaan, tindakan dan pengetahuan. Nilai-nilai merupakan
tujuan dari keperilakuan individu. Nilai memberikan makna
kehidupan dan meningkatkan harga diri. Nilai merupakan
suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau
tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam suatu budaya.
Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan
pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.
4) Pola kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga merupakan kemampuan (potensial atau
aktual) dari individu untuk mengendalikan atau
mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah
positif, tipe struktur kekuatan dalam keluarga antara lain :
legitimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti
orangtua terhadap anak, referent power (sseorang yang ditiru),
resource or expert power (pendapat, ahli dan lain-lain),
reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan
yang diterima), coercive power (pengaruh yang dipaksakan
sesuai keinginannya), informational power (pengaruh yang
dilalui melalui keinginannya), informational power (pengaruh
yang dilalui melalui persuasi), affective power (pengaruh
yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih
misalnya hubungan sexual). Hasil dari kekuatan tersebut yang
akan mendasari suatu proses dalam pengambilan keputusan
dalam keluarga seperti konsesus, tawar menawar atau
akomodasi, kompromi atau de facto, dan paksaan.

d. Peran keluarga
1) Peran-peran formal keluarga
Peran formal bersifat ekplisit. Peran formal keluarga adalah :
a) Peran parental dan perkawinan
(Nye dan Gecas 1976 di dalam Buku Ajar Keperawatan
Keluarga, 2012), telah mengidentifikasi enam peran dasar
yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah dan istri-
ibu. Peran tersebut adalah : peran provider/penyedia, peran
pengatur rumah tangga, peran perawatan anak, peran
sosialisasi anak, peran rekreasi, peran persaudaraan, peran
terapeutik atau memenuhi kebutuhan efektif dari pasangan,
peran seksual.
b) Peran anak
Peran anak adalah melaksanakan tugas perkembangan dan
pertumbuhan fisik, psikis, sosial.
c) Peran kakek/nenek
Peran kakek atau nenek dalam keluarga adalah : semata-mata
hadir dalam keluarga, pengawal atau menjaga dan melindungi
bila di perlukan, menjadi hakim, negosisasi antara anak dan
orng tua, menjadi partisipan aktif, menciptakan keterkaitan
antara masa lalu dengan sekarang serta masa yang akan
datang.

2) Peran-peran informal keluarga


Peran informal bersifat implisit biasanya tidak tampak
kepermukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan emosional individu (Satir, 1967
didalam Buku Ajar Kepetawatan Keluarga, 2012) dan untuk
menjaga keseimbangan dalam keluarga. Keberadaan peran
informal penting bagi tuntutan-tuntutan integrative dan
adaktif kelompok keluarga.
a) Pendorong
Pendorong memuji, setuju dengan, dan menerima kontribusi
dari orang lain. Akibatnya ia dapat merangkul orang lain dan
membuat mereka merasa bahwa pemikiran mereka penting
dan bernilai untuk didengar.
b) Pengharmonis
Pengharmonis menengahi perbedaan yang terdapat diantara
para anggota menghibur menyatukan kembali perbedaan
pendapat.
c) Inisiator-konstributor
Inisiator-konstributor mengemukakan dan mengajukan ide-ide
baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan
dalam kelompok.
d) Pendamai
Pendamai merupakan salah satu bagian dari konflik dan
ketidak sepakatan. Pendamai menyatakan posisinya dan
mengakui kesalahannya, atau menawarkan penyeselaian
“setengah jalan”
e) Penghalang
Penghalang cenderung negatif terhadap semua ide yang di
tolak tanpa alasan.
f) Dominator
Dominator cenderung memaksakan kekuasaan atau
superioritas dengan memanipulasi anggota kelompok tertentu
dan membanggakan kekuasaannya dan bertindak seakan-akan
ia mengetahui segala-galanya dan tampil sempurna.
g) Penyalah
Peran ini sama seperti penghalang dan dominator. Penyalah
adalah seorang yang suka mencari tahu kesalahan, dan
bersikap diktator.
h) Pengikut
Seorang pengikut terus menggerakan dari kelompok,
menerima ide-ide dari orang lain kurang lebih secara pasif,
tampil sebagai pendengar dalam diskusi kelompok dan
keputusan kelompok.
i) Pencari pengakuan
Pencari pengakuan berupaya mencari cara apa saja yang tepat
untuk menarik perhatian kepada dirinya sendiri,
perbuatannya, prestasi, dan masalah-masalahnya.
j) Martir
Martir tidak menginginkan apa saja untuk dirinya, ia hanya
berkorban anggota keluarga.
k) Keras hati
Orang yang menginginkan peran ini mengumbar terus
menerus dan aktif tentang semua hal yang benar, tidak
bedanya dengan sebuah computer.
l) Sahabat
Sahabat seorang teman bermain keluarga yang mengikuti
kehendak pribadi dan memaafkan perilaku keluarga tingkah
lakunya sendiri tanpa melihat konsekuensinya. Nampak ia
tidak selalu relevan.
m) Kambing hitam keluarga
Kambig hitam keluarga adalah masalah anggota keluaraga
yang yang telah didefinisikan dalam keluarga. sebagai orban
atau tempat pelampiasan ketegangan dan rasa bermusuhan,
baik secara jelas maupun tidak. Kambing hitam berfungsi
sebagai tempat penyaluran.
n) Penghibur
Penghibur senantiasa mengagumkan dan mencoba
menyenangkan tidak pernah tidak setuju, ia termasuk yang
selalu mengiyakan.
o) Perawat keluarga
Perawat keluarga adalah orang terpanggil untuk merawat dan
mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkan
.
p) Pioneer keluarga
Pioner keluarga membawa keluarga pindah kesuatau wilayah
asing, dan dalam pengalaman baru.
q) Distraktor dan orang yang tidak relevan
Distractor bersifat tidak relevan, dengan menunjukan perilaku
yang menarik perhatian, ia membantu keluarga menghindari
atau melupakan persoalan-persoalan yang menyedihkan dan
sulit.
r) Koordinator keluarga
Koordinator keluarga mengorganisasi dan merencanakan
kegiatan-kegiatan keluarga, yang berfungsi mengangkat
keterkaitan/keakraban dan memerangi kepedihan.
s) Penghubung keluarga
Perantara keluarga adalah penghubung, ia (biasanya ibu)
mengirim dan memonitor komunikasi dalam keluarga.
t) Saksi
Peran dan saksi sama dengan pengikut kecuali dalam
beberapa hal, saksi lebih pasif. Saksi hanya mengamati, tidak
melibatkan diri.

e. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga menurut WHO (1978) dikutip Andarmayo
S. (2012)
1) Fungsi biologis
Artinya adalah fungsi reproduksi, pemelihara dan
membesarkan anak, memberi makan, mempertahankan
kesehatan, dan rekreasi. Prasyarat yang harus dipenuhi untuk
fungsi ini adalah pengetahuan dan pemahaman tentang
manajemen fertilitas, kesehatan genetik, perawatan selama
hamil, perilaku konsumsi yang sehat, serta melakukan
perawatan anak.
2) Fungsi ekonomi
Adalah fungsi untuk memenuhi sumber penghasilan,
menjamin keamanan finansial anggota keluarga, dan
menentukan alokasi sumber yang diperlukan. Prasyarat untuk
memenuhi fungsi ini adalah keluarga mempunyai
pengetahuan dan keterampilan yang sesuai serta tanggung
jawab.
3) Fungsi psikologis
Adalah fungsi untuk menyediakan lingkungan yang dapat
meningkatkan kepribadian secara alami, guna memberikan
perlindungan psikologis yang optimum. Prasyarat yang harus
dipenuhi untuk melaksanakan fungsi ini adalah emosi stabil,
perasaan antara anggota keluarga baik, kemampuan untuk
mengatasi sters dan krisis.
4) Fungsi edukasi
Adalah fungsi untuk mengajarkan keterampilan, sikap dan
pengetahuan. Prasyarat yang harus dipenuhi dalam
melaksanakan fungsi ini adalah anggota keluarga harus
mempunyai tingkat intelegansi yang meliputi pengetahuan,
keterampilan serta pengalaman yang sesuai.
5) Fungsi sosiokultural
Adalah fungsi untuk melksanakan transfer nilai-nilai yang
berhubungan dengan perilaku, tradisi/adat dan bahasa.
Prasyarat yang dipenuhi adalah keluarga harus mengetahui
standar nilai yang dibutuhkan, memberi contoh norma-norma
perilaku serta mempertahankannya.
Fungsi keluarga menurut Friedman dikutip Andarmayo
S. (2012)
1) Fungsi afektif
Yaitu perlindungan psikologis, rasa aman, interaksi,
mendewsakan dan mengenal identitas diri individu.
2) Fungsi sosialisasi peran
Adalah fungsi dan peran di masyarakat, serta sasaran untuk
kontak sosial di dalam/di luar rumah.
3) Fungsi reproduksi
Adalah menjamin kelangsungan generasi dan kelangsungan
hidup masyarakat.
4) Fungsi memenuhi kebutuhan fisik dan perawatan
Merupakan pemenuhan sandang, pangan dan papan serta
perawatan kesehatan.
5) Fungsi ekonomi
Adalah fungsi untuk pengadaan sumber dana, pengalokasian
dana serta pengaturan keseimbangan.
6) Fungsi pengontrolan/pengatur
Adalah memberikan pendidikan dan norma-norma.

Fungsi keluarga menurut PP No. 21 Th. 1994 dan UU No.


10 Tahun 1992 dikutip Andarmayo S. (2012)
1) Fungsi keagamaan
Keluarga adalah wahana utama dan pertama menciptakan
seluruh anggota keluarga menjadi insan yang taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
2) Fungsi sosial budaya
Keluarga berfungsi untuk menggali, mengembangkan dan
melestarikan sosial budaya Indonesia.
3) Fungsi kasih sayang
Keluarga berfungsi mengembangkan rasa cinta dan kasing
sayang setiap anggota keluarga, antarkerabat, antargenerasi.
4) Fungsi perlindungan
Keluarga berfungsi memberikan rasa aman secara lahir dan
batin kepada setiap anggota keluarga.
5) Fungsi reproduksi
Memberikan keturunan yang berkualitas melalui : pengaturan
dan perencanaan yang sehat, dan menjadi insan pembangun
yang handal.
6) Fungsi pendidikan dan sosial
Keluarga merupakan tempat pendidikan utama dan pertama
dari anggota keluarga yang berfungsi untuk meningkatkan
fisik, mental, sosial dan spiritual secara serasi, selaras dan
seimbang.
7) Fungsi ekonomi
Keluarga meningkatkan keterampilan dalam usaha ekonomis
produktif agar pendapatan keluarga meningkat dan tercapai
kesejahteraan.
8) Fungsi pembinaan lingkungan
Meningkatkan diri dalam lingkungan yang serasi, selaras, dan
seimbang.
B. KONSEP PROSES KEPERAWATAN KELUARGA
1. Pengkajian
a. Pengertian
Pengkajian keperawatan keluarga merupakan suatu tahapan dimana
perawat mengambil informasi dengan pendekatan sistematis untuk
mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapt diketahui
kebutuhan keluarga yang dibinanya. Metode yang dapat digunakan
perawat dalam pengkajian keluarga diantaranya wawancara, observasi
fasilitas dan keadaan rumah, pemeriksaan fisik dari anggota keluarga,
measurement dari data sekunder (kartu keluaga, hasil lab, papsmear,
dan sebagainya).

b. Model pengkajian
Friedman menguraikan beberapa hal yang dapat dikaji dalam keluarga
binaan. Pengkajian ditekankan pada pengkajian keluarga seutuhnya
dan pengkajian terhadap anggota keluarga. Beberapa hal yang dikaji
dalam keluarga antara lain data sosial budaya, data lingkungan,
struktur dan fungsi keluarga. Pengkajian terhadap anggota keluaga
ditekankan pada aspek fisik, mental, emosional, sosial, dan spiritual.
Beberapa aspek yang dikaji dalam keluarga seperti data sosial budaya,
data lingkungan, struktur dan fungsi keluarga serta status kesehatan
anggota keluarga merupakan suatu stressor dalam sistem keluarga
yang memerlukan suatu mekanisme adaptasi.

Struktur dasar berisi seluruh variable untuk mempertahankan hidup


dasar yang biasa terdapat pada manusia dan keluarga sesuai
karakteristik individu yang unik. Variable-variabel tersebut yaitu
variable sistem, genetik, dan kekuatan/kelemahan bagian-bagian
sistem. Lines of resistance : adalah serangkaian lingkaran putus-putus
tyang melindungi struktur dasar yang berarti garis ini melindungi
struktur dasar yang berarti garis ini melindungi struktur dasar dan akan
teraktivasi jika ada invasi dari stressor lingkungan melalui garis
normal pertahanan (Normal Line Of Defense) misalnya mekanisme
sistem immune tubuh individu atau mekanisme koping keluarga yang
berkaitan dengan struktur keluarga. Jika Lines Of Resistance efektif
dalam merespon stressor tersebut maka sistem dapat berkonstribusi,
jika tidak efektif maka energi berkurang dan bisa menimbulkan
kematian atau permasalahan dalam keluarga dalam memenuhi
perkembangan keluarga.

Normal Lines Of Defense merupakan lingkaran utuh yang


mencerminkan suatu keadaan stabil untuk individu, sistem atau
keadaan stabil untuk individu, sistem atau kondidi yang menyertai
pengaturan karena adanya stressor yang disebut kedaan wellness
normal dan digunakan sebagai dasar untuk menentukan adanya deviasi
dari keadan wellness untuk sistem klien. Berbagai stressor dapat
menginvasi normal line defense jika fleksibel lines of defense tidak
dapat melindungi secara adekuat. Jika itu terjadi maka sistem klien
akan bereaksi yang akan tampak adanya gejala ketidakstabilan atau
sakit dan akan mengurangi kemampuan sistem untuk mengatasi
stressor tambahan, Normal Lines Of Defense terbentuk dari beberapa
variable dan perilaku seperti pola koping individu dan keluarga, gaya
hidup keluarga dan tahap perkembangan keluaga. (Susanto. 2012)

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenal individu,
keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses
pengumpulan data dan analisis cermat dan sistematis, memberikan dasar
untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung
jawab melaksnakannya. Diagnosa keperawatan keluarga dianalisis dari
hasil pengkajian terhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan
keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi
keluarga, dan koping keluarga, baik yang bersifat actual, resiko maupun
sejahtera dimana perawat mmiliki kewenangan dan tanggung jawab
untuk melakukan tindakan-tindakan keperawatan bersama-sama dengan
keluarga dan berdasarkan kemampuan dan sumberdaya keluarga.

Diagnosis keperawatan keluarga diangkat setekah stressor mengenai


garis pertahanan keluaga baik garis pertahanan fleksibel, garis
pertahanan normal, dan garis pertahanan resisten. Stressor-stresor
tersebut akan mempengaruhi tahap perkembangan keluarga, lingkungan
keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga dan koping keluarga
setiap garis pertahanan yang ada dalam keluarga. Diagnosa keperawatan
dapat bersifat actual, resiko maupun sejahtera tergantung dari garis
pertahanan dalam keluarga yang terdapat stressor baik sehat maupun
sakit.

Tipologi atau sifat dari diagnosa keperawatan kelurga adalah actual,


resiko, dan sejahtera. Tipologi diagnosa keperawatan keluarga bersifat
actual berarti terjadi defisit/gangguan kesehatan dalam keluarga dan dari
hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari
gangguan kesehatan. Diagnosa keperawatan keluaga bersifat resiko
(ancaman kesehatan) berarti sudah ada data yang menunjang namun
belum terjadi gangguan, misalnya lingkungan rumah yang kurang bersih
atau pola makan tidak adekuat. Diagnosa keperawatan keluarga bersifat
keadaan sejahtera (wellness) merupakan suarau keadaan dimana
keluarga dalam keadaan sejahtera, sehingga kesehatan perlu
ditingkatkan. (Susanto. 2012)
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang
ditentukan oleh perawat bersama-sama sasaran yaitu keluarga untuk
dilaksanakan, sehingga masalah kesehatan dan masalah keperawatan
yang telah diidentifikasi dapat diselesaikan. Kualitas rencana
keperawatan keluarga sebaiknya berdasarkan masalah yang jelas, harus
realitas, sesuai dengan tujuan, dibuat secara tertulis, dan dibuat bersama
keluarga. Dalam perencanaan keperawatan keluarga ada beberapa hal
yang harus dilakukan perawat keluarga yaitu : penyusun tujuan,
mengidentifikasi sumber-sumber, mengidentifikasikan pendekatan
alternatif, memilih intervensi perawatan, dan penyusunan prioritas.
a. Menetapkan prioritas masalah keperawatan
Menetepkan prioritas masalah/diagnosa keperawatan kelurga adalah
dengan menggunakan skala menyusun prioritas dari Bailon dan
Maglaya, 1978 dalam Buku Ajar Keperawatan Keluarga 2012 :
Skala untuk menentukan prioritas asuhan keperawatan

No. Kriteria Skor Bobot

1. Sifat masalah
Skala :
Aktual 3
Resiko 2 1
Keadaan sejahtera/diagnosa sehat 1

2. Kemungkinan masalah dapat diubah


Skala :
Mudah 2
Sebagaian 1 2
Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk dicegah
Skala :
Tinggi 3
Cukup 2 1
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
Skala :
Masalah dirasakan dan harus segera 2
ditangani.
Ada masalah tetapi tudak harus 1 1
ditangani.
Masalah tidak dirasakan. 0

b. Skoring :
Tentukan skore untuk setiap kriteria, Skore dibagi dengan makna
tertinggi dan kalikanlah dengan bobot

Skore
____________ X bobot

Angka tertinggi

c. Jumlahkanlah tujuan keperawatan


d. Menetapkan tujuan keperawatan
Tujuan keperawatan harus mewakili status yang diinginkan yang dapat
dicapai atau dipertahankan melalui program intervensi keperawatan
(mandiri) (Carpenito, 1988 dalam Buku Ajar Keperawatan Keluarga
2012). Sasaran merupakan tujuan umum yang merupakan akhir yang
dituju dengan semua usaha. Tujuan merupakan pernyataan yang
spesifik tentang hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan yang
terdiri dari jangka panjang dan jangka pendek.
Tujuan jangka panjang adalah target dari kegiatan atau hasil akhir yang
diharapkan dari rangkaian proses penyelesaian masalah keperawatan
(penyeselsaian satu diagnosa atau masalah) dan biasanya berorientasi
pada perubahan perilaku seperti pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Tujuan jangka pendek adalah merupakan hasil yang diharapkan dari
setiap akhir kegiatan yang dilakukan pada waktu tertentu disesuaikan
dengan penjabaran jangka panjang.
e. Menyusun rencana tindakan keperawatan keluarga
Rencana tindakan keperawatan keluarga merupakan langkah dalam
menyusun alternative-alternatif dan mengidentifikasi sumber-sumber
kekuatan dari keluarga (kemampuan perawatan mandiri, sumber
pendukung/bantuan yang bisa dimanfaatkan) yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah dalam keluarga. Dalam setiap rencaa
keperawatan perawat keluarga menetapkan aktifitas untuk setiap
tujuan keperawatan. Perawatk\ keluarga merencanakan kegiatan apa
yang akan dilakukan, kapan, bagaimana melakukan, siapa yang
melakukan, dan berapa banyak yang akan dilakukan.

Intervensi keperawatan keluarga ditekankan pada penguatan garis


pertahanan keluarga karena keluarga merupakan suatu sistem.
Penguatan garis pertahanan keluarga pada model Neuman dengan
menekankan pada 3 tingkat pencegahan yaitu: pencegahan primer
untuk garis perthanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk garis
pertahanan normal, dan pencegahan tersier untuk garis pertahanan
resisten.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan keluraga merupakan pelaksanaan dari
rencana asuhan keperawatan yang telah disusun perawat bersama
keluarga.
Pada pelaksanaan implementasi keluarga, hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah (Friedman,2004 dalam Buku Ajar Keperawatan
Keluarga 2012) : Menstimulasi keluarga untuk memutuskan tindakan
yang tepat dengan cara :
a. Diakui tentang konsekuensi tidak melakukan tindakan.
b. Identifikasi sumber-sumber tindakan dan langkah-langkah serta
sumber yang dibutuhkan.
c. Menstimulasi kesadaran dan penerimaan tentang masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara : Memperluas infomasi keluarga,
Membantu untuk melihat dampak akibat situasi yang ada, Hubungan
kebutuhan kesehatan dengan sasaran keluarga, Dorong sikap emosi
yang sehat menghadapi masalah.
d. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat keluarga yang sakit,
dengan cara : Mendemonstrasikan cara perawatan, Menggunakan alat
dan fasilitas yang ada dirumah, Mengawasi keluarga melakukan
perawatan.
e. Intervensi untuk menurunkan ancaman psikologis : Meningkatkan
hubungan yang terbuka dan dekat, meningkatkan pola
komunikasi/interaksi, meningkatkan peran dan tanggung jawab,
Memilih intervensi keperawatan yang tepat.
f. Memilih metode kontak yang tepat : kunjungan rumah, konferansi di
klinik/puskesmas, pendekatan kelompok.
g. Membantu keluarga untk menemukan cara membuat lingkungan
menjadi sehat, dengan cara : Menemukan sumber-sumber yang dapat
digunakan keluarga, Melakukan perubahan lingkungan keluarga
seoptimal mungkin.
h. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
dengan cara : Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan
keluarga, Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang
ada.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawata merupakan salah satu langkah dalam menilai
hasil asuhan yang dilakukan dengan membandingkan hasil yang
dicapai berupa respon keluarga terhadap tindakan yang dilakukan
dengan indikator yang diterapkan. Hasil asuhan keperawatan dapat
diukur melalui: Keadaan fisik, Sikap/psikologis, Pengetahuan atau
kelakuan belajar, dan Perilaku kesehatan.

Hasil evaluasi keperawatan keluarga akan menentukan apakah


keluarga sudah dapat dilepas dari pembinaan/asuhan pada tingkat
kemandirian yang diinginkan, atau masih perlu tindak lanjut. Bila
kunjungan berkelanjutan maka perlu dibuat catatan perkembangannya.
Jika tujuan tidak tercapai maka perlu dilihat ,Apakah tujuan realitas,
Apakah tindakan sudah tepat, dan bagaimana faktor lingkungan yang
tidak dapat diatasi. (Susanto, 2012)
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Asuhan keperawatan keluarga dilakukan pada keluarga binaan yang
berlangsung selama enam hari yang dimulai tanggal 05 sampai 11 mei 2017
dengan melakukan kunjungan rumah sebanyak enam kali pertemuan. Asuhan
keperawatan keluarga dilaksanakan melalui proses keperawatan dengan
langkah-langkah sebagai berikut: pengkajian, analisa data, dan perumusan
masalah keperawatan, diagnosa keperawatan (prioritas diagnosa masalah
keperawatan dengan tehnik scoring), perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Dalam BAB ini penulis menggunakan laporan kasus keperawatan keluarga
dengan masalah penyakit Diabetes Melitus pada keluarga Tn. S khususnya
Tn. S di RT 005/02 kel utan panjang Jakarta pusat dalam pengumpulan data
penulis menggunakan tehnik wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik
pada seluruh anggota keluarga.

1. Data Dasar Keluarga


Nama Kepala Keluarga : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur/Tanggal Lahir : 54 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wirausaha
Alamat :Jl. Hjung RT005/02 Kelurahan Utan panjang
Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat
2. Susunan Anggota Keluarga :
No Nama Umur Gender Agama Hub Pendidikan Pekerjaan Ket
dgn KK
Tn. S 54 L Islam Suami SMA Wiraswasta DM
1.
Nn. E 27 P Islam Anak SMA Karyawan -
2.
swasta
Tn. I 23 L Islam Anak STM Tidak -
3.
Bekerja

3. Genogram

Tn.A Ny.R
81 th 79 th

Ny.C Ny.S Tn.S Ny.J Tn.J Tn.W Tn.A Tn.K Ny.N


58 th 57 th 54 th 52 th 49 th 46 th 42 th 40 th 37 th

Tn.R Ny.S
80 th 78 th

Tn.A Ny.A Ny.N Tn.S Ny.S Tn.U


59 th 57 th 55 th 53 th 50 th 45 th

Ny.E Tn.I
27 th 23 th
Keterangan :

Perempuan

Laki – laki

Meninggal

Klien

Tinggal Serumah

Keluarga Tn. S termasuk keluarga inti terdiri dari Ayah, Ibu dan dua anaknya yaitu
Tn. S (ayah), Ny. S (istri), Nn. E (anak pertama), Tn. I (anak kedua). Tn. S bersuku
Jawa tetapi bahasa sehari-hari yang digunakan adalah Bahasa Indonesia. Tidak ada
faktor budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan keluarga, seluruh anggota
keluarga Tn. S beragama Islam, anak-anaknya sangat rajin menjalankan ibadah. Tn. S
mengatakan penghasilan keluarga per/bulan diatas Rp. 3. 000.000 itu penghasilan
dari bak air dan dari anak pertamanya. Pengeluaran digunakan untuk bayar listrik dan
kebutuhan sehari-hari. Kondisi rumah yang ditempati adalah rumah milik pribadi.
Keluarga Tn. S melakukan rekreasi dengan menonton tv dirumah, bersantai bersama,
Tn. S mengatakan tidak jalan-jalan keluar karena ketidaksamaan waktu dan lebih
memilih dirumah saja.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Tahap perkembangan saat ini adalah untuk tahapan anak usia dewasa
muda. Tugas perkembangan yaitu :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar Nn. E belum
menikah dan masih tinggal bersama Tn. S
2) Mempertahankan keintiman pasangan
Nn. E belum menikah sehingga Nn. E belum memiliki pasangan
3) Membantu orang tua, suami atau istri yang sedang sakit atau
memasuki masa tua.
Nn. E setiap bulannya membantu orang tua dengan cara
memberikan uang bulanan.
4) Membantu anak untuk mandiri dimasyarakat
Nn. E belum mempunyai anak karena Nn. E belum menikah
5) Penatan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
Anak pertama maupun anak kedua Tn. S belum menikah dan
masih tinggal bersama Tn. S

b. Tugas keluarga yang belum terpenuhi dari tahap perkembangan


Tugas perkembangan semuanya belum terpenuhi
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orang tua, suami atau istri yang sedang sakit atau
memasuki masa tua.
4) Membantu anak untuk mandiri dimasyarakat
5) Penatan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

5. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi dalam keluarga Tn. S dan Ny. S dengan anak-
anaknya terbuka dalam hal apapun, dan jika ada masalah didalam
keluarga diselesaikan secara bersama-sama. Pola interaksi dalam
keluarga Tn. S baik karena komunikasi yang dilakukan dalam keluarga
tidak hanya ada urusan saja tetapi kapan pun saat berkumpul mereka
berkomunikasi. Biasanya yang sering terjadi dalam berkomunikasi
pada saat malam hari sambil menonton TV, karena pada malam hari
semuanya berkumpul. Anggota yang paling dominan berbicara adalah
anak perempuan yang pertama, dengan menggunakan bahasa
Indonesia.
b. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga mengatakan di dalam keluarganya sebagai pengambil
keputusan adalah Tn. S sebagai kepala keluarga, menurutnya seriap
anggota keluarga mempunyai hak masing-masing dalam
mengeluarkan pendapat, jika ada masalah selalu dimusyawarahkan
bersama karena Tn. S tidak suka jika ada yang disembunyikan.
c. Struktur peran
1) Tn. S adalah kepala keluarga yang mampu berperan sebagai mencari
nafkah kebutuhan sehari-hari.
2) Nn. E adalah anak perempuan yang pertama yang berperan sebagai
membantu orang tua dan bekerja.
3) Tn. I adalah anak laki-laki yang kedua yang berperan sebagai
membantu Tn. S dirumah karena Tn. I belum bekerja.
d. Nilai dan norma budaya
Menurut keluarga nilai dan norma yang berlaku di dalam keluarga
adalah agama, budaya, dan sosisal. Nilai yang dianut oleh keluarga
adalah budaya jawa, nilai budaya jawa sangat mempengaruhi keluarga
dalam kesehatan diabetes melitus misalnya pada suku jawa terbiasa
makan manis sehingga keluarga beresiko terkena diabetes melitus.
Selain itu juga Keluarga Tn. S menerapkan aturan-aturan sesuai
dengan ajaran islam dan mengaharapkan anaknya menjadi anak yang
taat dalam menjalankan agama.

6. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga Tn. S dan Ny. S sangat menjaga keharmonisan dan
ketentraman dikeluarga mereka dan sekitar lingkungan mereka.
Menurut Tn. S keluarga selalu mengajarkan sikap saling menyayangi
dan menghormati antar keluarga.
b. Fungsi sosial
Keluarga selalu mengatakan kepada anaknya untuk selalu berperilaku
baik, sopan, dan santun dan sesuai dengan ajaran yang mereka anut
dalam di kehidupan di lingkungannya.
c. Fungsi ekonomi
Tn. S mengatakan saat ini hanya bekerja sebagai penjual air dari bak
air ke bak yang lainnya yang perbulannya hanya menghasilkan kurang
lebih Rp. 800.000 dan hanya mendapatkan uang tambahan dari anak
Tn. S dan Ny. S yang bekerja setiap bulannya mendapat kurang lebih
Rp. 3.000.000 dan pengeluaran rutin tiap bulan sebesar Rp. 2.000.000
untuk biaya listrik, kebutuhan bulanan, dan cicilan motor
d. Fungsi reproduksi
Keluarga Tn. S dikaruniai (2 orang anak) 1 anak perempuan dan 1
anak laki-laki, anak perempuan pertama berusia 27 tahun, anak laki-
laki kedua berusia 23 tahun.
e. Fungsi pemelihara kesehatan
Tn. S mengatakan jika ada keluarga yang sakit tetapi masih bisa
diatasi sendiri Tn. S hanya membeli obat di warung, kecuali Tn. S
merasa sakitnya sudah tidak dapat diatasi dengan sendiri maka Tn. S
segera membawa berobat ke puskesmas terdekat. Tn. S mengatakan
penyakit diabetes melitus atau gula penyebabnya adalah dari makanan
dan keturunan. Akibat dari diabetes melitus atau gula itu bisa terkena
penyakit jantung, gagal ginjal, dan dapat menyebabkan kematian.

7. Stress dan koping keluarga


a. Stressor jangka panjang dan jangka pendek
Tn. S mengetahui jika terkena DM atau gula waktu Tn. S berobat ke
puskesmas. Dan saat diperiksa gula darah hasilnya tinggi 500 mg/dl.
Keluhan yang dirasakan sering banyak minum, sering banyak kencing
dan kadang-kadang kaki tersa baal.
b. Strategi koping yang digunakan
Upaya yang dilakukan Tn. S adalah dengan menggerak-gerakan jari
jari kakinya dan mengontrol makanan dan minuman yang manis-
manis/atau mengurangi makanan yang manis-manis.
c. Strategi adaptasi disfungsional
Setiap ada masalah Tn.S menghadapinya dengan sabar dan pasrah.

8. Kesehatan lingkungan
a. Perumahan
Rumah yang ditempati adalah milik pribadi. Rumah ini berukuran
dengan luas bangunan 4 x 29 m2 dengan luas perkarangan 1 m2 yang
terdiri dari ruang TV yang gabung dengan kamar tidur, dapur dan
kamar mandi, lantai rumah dikeramik semua ruangan tampak kotor
dan banyak barang, serta perabotan rumah tidak tersusun rapi, terdapat
jendela satu dan atap rumah dari asbes.
b. Denah Rumah :

Kamar
mandi

DAPUR s
PINTU VENTILASI
T
1 m2

KAMAR
B
TERAS TIDUR U
4
TERAS

PINTU

4 x 29 m2
c. Pengelolaan sampah
Tn. S memiliki tempat pembuangan sampah sendiri dan biasanya
ketika sampah menumpuk ada petugas kebersihan yang datang untuk
membersihkan sampahnya.
d. Sumber air
Tn. S menggunakan sumur gali sebagai sumber air, sedangkan air
yang digunakan untuk mengkonsumsi minum adalah air pam.
e. Jamban keluarga
Tn. S memiliki kamar mandi dan WC sendiri, jenisnya adalah leher
angsa.
f. Pembuangan air limbah
Tn. S memiliki saluran pembuangan air kotor

9. Fasilitas sosial dan fasilitas kesehatan


Tn. S di lingkungan masyarakat kadang mengikuti kerja bakti dan
menjaga pos ronda, sedangkan Nn. E di lingkungan masyarakat tidak
mengikuti kegiatan apapun, sedangkan Tn. I di lingkungan masyarakat
juga tidak mengikuti kegiatan apapun. Fasilitas kesehatan di lingkungan
Tn. S terdapat pengobatan puskesmas.

10. Pemeriksaan fisik anggota keluarga


Tabel : 3.1 Hasil pemeriksaan fisik keluarga Tn. S dengan: DM
Pemeriiksaan Tn. S Nn. E Tn. I
Fisik
Kulit kepala bersih, tidak Kulit kepala bersih, tidak ada Kulit kepala bersih, tidak
Kepala
ada benjolan, rambut tidak benjolan, rambut tidak ada benjolan, rambut tidak
rontok, rambut sedikit rontok, rambut tampak hitam rontok, rambut tampak
beruban. hitam
Konjungtiva an-anemis, Konjungtiva an-anemis, Konjungtiva an-anemis,
Mata
sclera an-ikterik sclera an-ikterik sclera an-ikterik
Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran sinus, Tidak ada pembesaran
Hidung
sinus, hidung tampak bersih, hidung tampak bersih, dan sinus, hidung tampak
dan tidak ada cairan yang tidak ada cairan yang keluar bersih, dan tidak ada
keluar dari idung dari idung cairan yang keluar dari
idung
Mukosa bibir lembab, tidak Mukosa bibir lembab, tidak Mukosa bibir lembab,
Mulut
ada sariawan, ada beberapa ada sariawan, dan gigi masih tidak ada sariawan, dan
gigi yang berlubang utuh gigi masih utuh
Telinga tampak simetris, Telinga tampak simetris, Telinga tampak simetris,
Telinga
tidak ada serumen atau tidak ada serumen atau tidak ada serumen atau
kotoran telinga, dan kotoran telinga, dan kotoran telinga, dan
pendengaran baik pendengaran baik pendengaran baik
Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
Leher
kelenjar tiroid/kelenjar kelenjar tiroid/kelenjar getah kelenjar tiroid/kelenjar
getah bening bening getah bening
Dada tampak simetris, suara Dada tampak simetris, suara Dada tampak simetris,
Dada
paru-paru vesikuler, dan paru-paru vesikuler dan tidak suara paru-paru vesikuler
tidak ada suara tambahan ada suara tambahan dan tidak ada suara
tambahan
Teraba massa dibawah Tidak ada benjolan diperut, Tidak ada benjolan
Abdomen
puser sampai ke pubis, tidak ada luka bekas operasi, diperut, tidak ada luka
Tidak ada benjolan diperut, tidak ada nyeri tekan, dan bekas operasi, tidak ada
tidak ada luka bekas bising usus 6x/menit nyeri tekan, dan bising
operasi, dan bising usus usus 6x/menit
7x/menit
Tidak ada edema, tetapi Tidak ada kesulitan dalam Tidak ada kesulitan dalam
Ekstermitas
kadang suka merasa pergerakan, tidak ada edema pergerakan, tidak ada
atas
keram/kesemutan edema
Kaki kadang berasa Kaki tidak ada kelainan, tidak Kaki tidak ada kelainan,
Ekstermitas
kesemutan atau kebas tidak ada edema, tidak ada tidak ada edema, tidak ada
bawah
ada edema, kadang merasa kesulitan dalam pergerakan kesulitan dalam
nyeri pergerakan
TD : 120/70 mmHg TD : 120/790mmHg TD : 120/90mmHg
TTV
N : 85 x/menit N : 89 x/menit N : 90 x/menit
(tanda-tanda
RR : 20 x/menit RR : 19 x/menit RR : 19 x/menit
vital)
S : 36,5 °C S : 36,7 °C S : 36,6 °C
Hasil pemeriksaan Gula Tidak ada Tidak ada
Pemeriksaan
darah sewaktu tanggal 08
lainnya
mei 2017: 400 mg/dl

Kesimpulan Tn. S ada masalah Nn. E tidak ada masalah pada Tn. I tidak ada masalah
kesehatan: Diabetes Melitus kesehatan pada kesehatan
(gula) dan Rematik

Penjajakan II
Masalah kesehatan Diabetes Melitus
Tn. S mengatakan memiliki penyakit gula sudah lama kurang lebih 1
tahun.
a. Kemampuan keluarga mengenal masalah
1) Tn. S mengatakan “penyakit diabetes melitus itu adalah penyakit gula”
2) Tn. S mengatakan “penyebab diabetes melitus itu dari makanan dan
keturunan”
3) Tn. S mengatakan “akibat dari diabetes melitus itu bisa kejantung dan
keginjal”

b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan


Tn. S mengatakan “jika badannya sakit tetapi masih dapat diatasi
dengan sendiri maka Tn. S hanya membeli obat warung, tetapi apabila
sakitnya sudah tidak dapat diatasi sendiri maka Tn. S segera berobat
ke puskesmas terdekat”

c. Kemampuan keluarga merawat


Tn. S mengatakan “cara merawat keluarga dengan masalah diabetes
melitus adalah Tn. S membatasi dan mengontrol makanan dan
minuman yang manis-manis dan Tn. S mengatakan suka
mengkonsumsi teh pahit”

d. Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan


Tn. S mengatakan “cara memodifikasi lingkungan dengan membatasi
makanan yang manis-manis”

e. Pemanfaatan kesehatan lingkungan


Tn. S mengatakan “jika saya sakit dan sudah tidak dapat diatasi sendiri
maka Tn. S segera berobat ke puskesmas terdekat”

11. Analisa data


Tabel 3.2 Hasil analisa data Keluarga Tn. S dengan DM
No Data fokus Masalah Keperawatan Etiologi

Data Subjektif : Perubahan nutrisi kurang Ketidakmampuan


1.
a. Tn. S mengatakan dari kebutuhan tubuh pada keluarga merawat
“penyakit diabetes melitus keluarga Tn. S khususnya anggota keluarga
itu adalah penyakit gula” Tn. S yang mempunyai
b. Tn. S mengatakan penyakit Diabetes
“penyebab diabetes Melitus.
melitus itu dari makanan
dan keturunan”
c. Tn. S mengatakan “akibat
dari diabetes melitus itu
bisa keginjal dan
kejantung”.
d. Tn. S mengatakan “jika
badannya sakit tetapi
masih dapat diatasi dengan
sendiri maka Tn. S hanya
membeli obat warung,
tetapi apabila sakitnya
sudah tidak dapat diatasi
sendiri maka Tn. S segera
berobat ke puskesmas
terdekat”
e. Tn. S mengatakan “cara
merawat anggota keluarga
dengan penyakit diabetes
melitus adalah Tn. S
membatasi makanan dan
minuman /mengontrol
makanan yang manis-
manis dan Tn. S
mengatakan suka
mengkonsumsi teh pait
f. Tn. S mengatakan “jika
saya sakit dan sudah tidak
dapat mengatasinya
sendiri maka saya segera
berobat ke puskesmas”
Data Objektif :
a. Kesadaran
Composmentis
b. TD : 120/70 mmHg
c. RR : 20 x/menit
d. S : 36,5 °C
e. N : 85 x/menit
f. Klien tampak kurus
g. BB pasien turun
tadinya 44 kg menjadi
40kg

h. IMT = BB (kg) = 40
TB (cm)2 1,50 2
= 40 = 17,7
2,25
i. .Hasil pemeriksaan
gula darah : Tgl : 08
mei 2017 = 400 mg/dl

2. Data Subjektif : Retensio Urine pada Ketidakmampuan


a. Tn. S2.mengatakan “tidak tau keluarga Tn. S khususnya keluarga merawat
apa itu retensia urine”. Tn. S anggota keluarga
b. Tn. S mengatakan “tidak tau yang mempunyai
penyebab dari retensia urine”. penyakit Diabetes
c. Tn. S mengatakan “tidak tau Melitus.
akibat dari retensia urine”
d. Tn. S mengatakan “biasanya
hanya melakukan perawatan
seadanya saja seperti jika akan
mau buang air kecil”
e. Tn. S menghidupkan keran
untuk memancing air
keluarganya pipis
f. Tn. S mengatakan “hanya
didiamkan saja”
g. Tn. S mengatakan “jika
merasa sakit tapi masih dapat
diatasi dengan sendiri maka
Tn. S hanya membeli obat di
warung tetapi apabila sakitnya
sudah tidak dapat diatasi
sendiri mka Tn. S langsung
berobat ke puskesmas”

Data Objektif :
a. Dari hasil pemeriksaan fisik
teraba masa di bawah puser
sampai diatas pubis dan tidak
ada nyeri tekan.
b. TD : 120/70 mmHg
N : 85x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,5 °C
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan analisa data tersebut yang telah dilakukan maka muncul 2
diagnosa keperawatan tersebut :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga Tn. S
khususnya Tn. S berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang mempunyai penyakit Diabetes Melitus.
2. Retensio urine pada keluarga Tn. S khususnya Tn. S berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mempunyai
penyait diabetes melitus.

Scoring masalah keperawatan


1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada keluarga Tn. S
khususnya Tn. S berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang mempunyai penyakit Diabetes Melitus.

No Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran


1 Sifat Masalah 1 3/3 x 1 = 1 Masalah sudah terjadi
Skala : karena sudah ada tanda
Potensial : 1 dan gejalanya yang
Resiko : 2 terlihat dari Tn. S. Tn S
Aktual : 3 mengatakan “BB nya
turun dari 45 kg menjadi
40 kg dan makan hanya
sedikit”
2 Kemungkinan Masalah 2 1/2 x 2 = 1 Tn. S mengatakan”
untuk diubah jarang mengkonsumsi
Skala : obat tetapi sudah
Mudah : 2 mengurangi makanan
Sebagian : 1 yang manis-manis dan
Tidak dapat : 0 sudah sering
menggerakan kakinya
yang kadang berasa baal”
3 Potensi Masalah untuk 1 3/3 x 1 = 1 Tn. S mengatakan “sakit
dicegah diabetes melitus sudah
Skala : lama kira-kira 1 tahun
Tinggi : 3 mengetahui kalau terkena
Cukup : 2 diabetes melitus saat Tn.
Rendah : 1 S berobat ke puskesmas
dan sekarang sudah
mampu menjaga pola
makannya dengan
mengurangi makanan
yang manis-manis”
4 Menonjol Masalah 1 2/2 x 1 = 1 Tn. S mengatakan
Skala: “diabetes melitus itu
Segera ditangani : 2 suatu masalah karena
Masalah ada tapi tidak dapat mengganggu saat
perlu : 1 aktivitas dan mengatakan
Masalah tidak saat kakinya kesemutan
dirasakan : 0 atau kebas Tn. S harus
berjalan pelan-pelan”
Jumlah 4
2. Retensio urine pada keluarga Tn.S khususnya Tn. S berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
mempunyai penyakit diabetes mellitus.
No Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran
1 Sifat Masalah 1 3/3 x 1 = 1 Masalah sudah terjadi
Skala : karena sudah ada tanda
Potensial : 1 dan gejalanya yang
Resiko : 2 terlihat dari Tn. S. Tn. S
Aktual : 3 mengatakan “sering
BAK, tetapi BAK nya
keluarnya sedikit-sedikit
dan kira-kira BAK nya
hanya ½ gelas aqua yang
keluar”.
2 Kemungkinan 2 1/2x 2 = 1 Tn. S mengatakan “sudah
mengetahui sebagian
Masalah untuk diubah
tentang Retensia Urine”.
Skala : Tn. S mengatakan “jika
Mudah : 2 ingin BAK menyalakan
Sebagian : 1 air kran untuk
Tidak dapat : 0 memancing BAK”.
3 Potensi Masalah untuk 1 2/3 x 1 = 2/3 Tn. S mengatakan “BAK
dicegah sedikit-sedikit sudah
Skala : lama kira-kira 1 tahun.
Tinggi : 3
Cukup : 2
Rendah : 1
4 Menonjol Masalah 1 2/2 x 1 = 1 Tn. S mengatakan
Skala: “ketika sudah
Segera ditangani : 2 mengetahui BAK nya
Masalah ada tapi tidak sedikit-sedikit, dan saat
perlu : 1 ini belum berobat”
Masalah tidak
dirasakan : 0
Jumlah 3 2/3

C. RENCANA KEPERAWATAN
Perencanaan keperawatan di sumber dasarkan diagnosa keperawatan yang
telah di prioritaskan, rencana keperawatan disusun bersama keluarga untuk
membantu mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga.
Perencanaan keperawatan terdapat dalam table berikut ini
Diagnosa Tujuan Evaluasi Tindakan
No.
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar Keperawatan
1 Perubahan nutrisi Setelah 6x Setelah 1x30
kurang dari kunjungan menit
kebutuhan tubuh rumah, kunjungan
pada keluarga Tn.S diharapkan klien rumah, keluarga
khususnya Tn.S dapat mengerti mampu
berhubungan tentang penyakit mengenal
dengan dan resiko masalah
ketidakmampuan berulang tidak keluarga Tn.S
keluarga merawat terjadi pada dengan cara:
anggota keluarga keluarga Tn.S
yang mempunyai khususnya Tn.S 1.1 Menyebutkan Respon Verbal a. Diabetes 1.1.1 Jelaskan kepada
penyakit Diabetes pengertian Melitus keluarga pengertian
Melitus Diabetes Melitus adalah Diabetes Melitus
keadaan yang 1.1.2 Tanyakan
timbul kembali pada
karena keluarga tentang
ketidak pengertian
mampuan Diabetes Melitus
tubuh 1.1.3 Beri pujian atas
mengolah usaha yang
karbohidrat/g dilakukan
lukosa akibat keluarga
kurangnya
jumlah
insulin atau
insulin tidak
berfungsi
sempurna

1.2 Menyebutkan Respon Verbal b. Diabetes 1.2.1 Diskusikan


penyebab Melitus bersama keluarga
terjadinya Diabetes disebabkan tentang penyebab
Melitus oleh karena Diabetes melitus
faktor dengan
keturunan, menggunakan
makanan lembar balik
yang 1.2.2 Motivasi keluarga
berlebihan, untuk
obesitas, menyebutkan
merokok, dll. kembali penyebab
Diabetes melitus
1.2.3 Beri pujian atas
usaha yang
dilakukan
keluarga

a.
1.3 Menyebutkan Respon Verbal c. Menyebutka 1.3.1 Diskusikan
tanda dan n tanda dan dengan keluarga
gejala dari gejala : tentang tanda-
Diabetes 1. Mudah tanda Diabetes
Melitus lelah melitus
2. BB 1.3.2 Motivasi keluarga
menurun untuk
tetapi menyebutkan
nafsumak kembali tanda-
an tanda Diabetes
bertamba melitus
h 1.3.3 Beri pujian atas
3. Mudah usaha yang
merasa dilakukan
haus keluarga
4. Sering
BAK
terutama
padamala
m hari
5. Luka
sukarsem
buh
6. Pandanga
nkabur

2 Setelah 1x30
menit
kunjungan
rumah, keluarga
mampu
mengambil
keputusan untuk
merawat
anggota
keluarga yang
menderita
Diabetes
melitus dengan
cara :
2.1 Menyebut Respon Verbal a. Menyebu 2.1.1 Jelaskan
kan akibat tkan pada
lanjut jika akibat keluarga
tidak lanjut akibat
diobatinya dari lanjut
Diabetes Diabetes apabila
melitus melitus Diabetes
yang melitus
diobati : tidak
1. Otak : diobati
Hipertens dengan
idan mengguna
stroke kan
2. Mata : lembar
Katarak, balik
glaukoma 2.1.2 Motivasi
, dan keluarga
sampai untuk
kebutaan menyebut
3. Jantung : kan
2,5x lebih kembali
tinggi akibat
terkena lanjut dari
serangan Diabetes
jantung melitus
4. Kulit : yang tidak
Kulit diobati
kering 2.1.3 Beri
dan pujian atas
mudah usaha
luka yang
5. Saraf dilakukan
:Kesemut keluarga
an, mati
rasa, sakit
saat
berjalan,
dan
kerusaka
n saraf.
6. Ginjal :
Gagal
ginjal

2.2 Memutusk Respon Verbal b. Keputusa 2.2.1 Motivasi


an untuk n keluarga
merawat keluarga untuk
untuk mengatasi
merawat masalah yang
dan dihadapi
mengatas 2.2.2 Beri
i reinforcement
Diabetes positif atas
melitus keputusan
pada keluarga
anggota untuk
keluarga merawat
anggota
keluarga yang
mengalami
Diabetes
melitus

3 Setelah 1x30
menit
kunjungan
rumah, keluarga
mampu
merawat
anggota
keluarga dengan
Diabetes
melitus
3.1 Menyebutk Respon Verbal c. Menyebu 3.1.1 Diskusikan
an cara tkan 2 dengan
perawatan dari 5 keluarga
pada klien cara cara
yang perawata perawatan
mengalami n klien Diabetes
Diabetes dengan melitus
melitus Diabetes dengan
Melitus : menggunak
1. Olah raga an lembar
teratur balik
2. Kurangik 3.1.2 Motivasi
onsumsig keluarga
ula untuk
3. Menjagab menyebutka
eratbadan n kembali
4. Perbanya perawatan
k Diabetes
konsumsi melitus
makanan 3.1.3 Beri pujian
yang atas usaha
alami yang
5. Perbanya dilakukan
k minum keluarga
air putih

a.

3.2.1 Mengajarkan
3.2 Mendemos Psikomotor d. Melakuk kepada keluarga
trasikan an senam tentang cara
senam diabetik senam diabetic
diabetik 1 Duduk 3.2.2 berikan
dengan kesempatan
baik di kepada keluarga
atas kursi untuk melakukan
sambil senam diabetic
meletakka 3.2.3 Beri
n kaki ke reinforcement
lantai positif
2 Sambil 3.2.4 Pastikan keluarga
meletakka akan melakukan
n tumit di tindakan yang
lantai, diajarkan jika
jari-jari diperlukan
kedua
belah kaki
diluruskan
keatasdan
dibengkok
kan
kebawah
sebanyak 4.
10 kali. a.
3 Sambil
meletakka
n tumit di
lantai,
angkat
telapak
kaki ke
atas.
Kemudian
, jari-jari
kaki
diletakkan
di lantai
sambil
tumit kaki
diangkat
ke atas. b.
Langkah
ini
diulangi
sebanyak
10 kali
4 Tumit
kaki
diletakkan
di lantai.
Bagian
depan
kaki
diangkat
ke atas
dan
putaran
360º
dibuat
dengan
pergeraka
n pada
pergelang
an kaki
sebanyak
10 kali
5 Jari-jari
kaki
diletakkan
dilantai.
Tumit
diangkat
dan
putaran
360º
dibuat
dengan
pergeraka
n pada
pergelang
an kaki
sebanyak
10 kali
6 Kaki
diangkat
ke atas
dengan
meluruska
n lutut.
Putaran
360º
dibuat
dengan
pergeraka
n pada
pergelang
an kaki
sebanyak
10 kali
7 Lututdilur
uskan dan
dibengkok
kan
kebawah
sebanyak
10 kali.
Ulangi
langkah
ini untuk
kaki yang
sebelah
lagi.
8 Letakkan
sehelai
kertas
koran di
lantai.
Remas
kertas itu
menjadi
bola
dengan
kedua
kaki.
Kemudian
,buka bola
itu
menjadi
kertas
yang lebar
mengguna
kan kedua
belah
kaki.
Langkah
ini
dilakukan
sekali
saja.
9 Robek
koran
menjadi
dua
bagian,
pisahkan
kedua
bagian
koran
10 Sebagian
koran di
sobek-
sobek
menjadi
kecil-kecil
dengan
kedua
kaki
11 Pisahkan
kumpulan
sobekan-
sobekan
tersebut
dengan
kedua
kaki lalu
letakkan
sobekkan
kertas
pada
bagian
kertas
yang utuh.
12 Bungkus
semuanya
dengan
kaki
menjadi
bentuk
bola.

4 Setelah 1x30
menit
kunjungan
rumah,
keluarga
mampu
memelihara/
memodifikasi
lingkungankel
uarga dengan
Diabetes
melitus.
4.1. Menyebutkan Respon e. Menyebu 4.1.1.Mengajarkan
cara memelihara/ Verbal tkan 2 keluarga dan klien cara
memodifikasi dari 3 mencegah Diabetes
lingkungan cara dengan memodifikasi
memodif lingkungan
ikasi 4.1.2.Memotivasi
lingkung keluarga untuk
an untuk memodifikasi lingkungan
mencega 4.1.3. Beri reinforcement
h positif atas perilaku
Diabetes keluarga yang baik.
dari
komplika
si:
1. Menghind
ari benda-
benda
tajam
2. Menjaga
makan
agar tidak
berlebiha
n yang
mengandu
ng gula
yang
berlebiha
n
3. Anjurkan
klienuntu
kmenggu
nakan
sandal
baik di
luar
rumah
maupun
didalam
5 Setelah 1x30
menit
kunjunganrum
ah, keluarga
mampu
memanfaatkan
fasilitas
kesehatan
dengan
Diabetes
melitus
5.1. Menyebutkan Respon Verbal f. Memanf 5.1.1. Informasik
manfaat kunjungan aatkan anmengena
kefasilitas kunjunga i
kesehatan nkefasilit pengobatan
5.1 Memanfaat askeseha dan
kan tan : pendidikan
pelayanan 1. Mendapatk yang
kesehatan an didapatkan
dalam pelayanan keluarga di
mengatasi kesehatan puskesmas
masalah untukmeng 5.1.2. Memotivasi
Diabetes atasi keluarga
melitus Diabetes untuk
melitus memanfaat
2. Mendapatk kanpelayan
an an
pendidikan kesehatan
kesehatan dalam
tentang mengatasi
Diabetes masalah
melitus Diabetes
3. Menujukk melitus
an 5.1.3. Beri
kartuberob reinforcem
at adanya ent positif
terapipeng atas hasil
obatan. yang
dicapai
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KELUARGA

Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Paraf


Keperawatan Keperawatan
Jum’at/ 05 mei Perubahan nutrisi TUK 1 Ranny
2017 kurang dari 1. Mendiskusikan
kebutuhan tubuh dengan keluarga
pada keluarga tentang pengertian,
Tn.S khususnya penyebab, tanda
Tn.S dan gejala DM
berhubungan 2. Memotivasi
dengan Ketidak keluarga untuk
mampuan menyebutkan
keluarga merawat kembali
anggota keluarga pengertian,
yang mempunyai penyebab, tanda
penyakit Diabetes dan gejala DM
Melitus. 3. Memberikan
pujian positif atas
usaha keluarga
Respon Subjektif
a. Tn. S mengatakan
“DM adalah
penyakit gula yang
berlebih”.
b. Tn. S mengatakan
“penyebab dari
DM adalah
makanan yang
manis, faktor
keturunan dan
obesitas”.
c. Tn. S mengatakan
“tanda dan gejala
dari DM adalah
mudah lelah,
sering haus, sering
BAK pada malam
hari dan baal pada
kaki”.
d. Tn. S mengatakan
“setelah mendapat
informasi sekarang
menjadi tahu
tentang DM”.

Respon Objektif
a. Keluarga aktif dan
kooperatif saat
diberikan
penyuluhan
b. Keluarga
mendengarkan
penjelasan yang
diberikan

TUK 2 Ranny
1. Menjelaskan
akibat lebih lanjut
dari DM
2. Memotivasi
keluarga untuk
menyebutkan
kembali akibat
lanjut dari DM
yang tidak diobati
3. Memberikan
pujian atas usaha
yang dilakukan
keluarga
Respon Subjektif
Tn. S mengatakan
“akibat dari DM itu
bisa sakit mata,
jantung, dan baal dan
Tn. S mengatakan
kalau tidak minum
obat berarti tidak
sembuh”.
Respon Objektif
a. Keluarga
mendengarkan
penjelasan dengan
baik
b. Keluarga aktif dan
kooperatif
TUK 3 Ranny
1. Diskusikan dengan
keluargacara
perawatan DM
2. Motivasi keluarga
untuk
menyebutkan
kembali perawatan
DM
Respon Subjektif
Tn. S mengatakan
“sudah mengurangi
konsumsi gula,olah
raga dan minum obat
teratur, dan Keluarga
mengatakan akan
selalu mengingatkan
Tn. S untuk minum
obat”.
Respon Objektif
a. Keluarga tampak
kooperatif
b. Keluarga tampak
mendengarkan
penjelasan yang
sudah disampaikan

TUK 3 Ranny
1. Mendemostrasikan
cara senam
diabetik
2. Memberikan
kesempatan
kepada keluarga
untuk mencoba
melakukan senam
diabetik
Respon Subjektif
Tn. S mengatakan
“senam kaki DM sulit
tetapi bisa untuk
melancarkan
peredaran darah”.
Respon Objektif
a. Keluarga tampak
mendengarkan
penjelasan dengan
baik dan
melakukan senam
kaki dengan baik

TUK 4 Ranny
1. Menyebutkan cara
memodifikasi
lingkungan
2. Mengajarkan
keluarga dan klien
cara mencegah
DM dengan
memodifikasi
lingkungan
Respon Subjektif
Tn. S mengatakan “
selalu membersihkan
rumahnya setiap
hari”.
Respon Objektif
a. Keluarga
mendengarkan
penjelasan perawat
b. Lingkungannya
tampak sudah
bersih

TUK 5 Ranny
1. Informasikan
kepada keluarga
tentang
pengobatan dan
pelayanan
kesehatan yang
dapat
dipergunakan oleh
keluarga
2. Memberikan
pujian atas usaha
keluarga
Respon Subjektif
Tn. S mengatakan
“jika sakitnya tidak
dapat diatasi dengan
sendiri lagi maka
langsung pergi ke
puskesmas”
Respon Objektif
a. Minum obat masih
kurang teratur.
EVALUASI KEPERAWATAN KELUARGA

Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf


Keperawatan
Kamis/ 11 mei Perubahan nutrisi Subjektif : Ranny
2017 kurang dari a. Tn.S
kebutuhan tubuh mengatakan
pada keluarga “penyakit DM
Tn.S khususnya itu adalah
Tn.S penyakit gula
berhubungan yang berlebih”.
dengan Ketidak b. Tn.S
mampuan mengatakan
keluarga merawat “penyebab dari
anggota keluarga DM adalah
yang mempunyai makanan yang
penyakit Diabetes manis, faktor
Melitus. keturunan dan
obesitas”.
c. Tn.S
mengatakan
“tanda dan
gejala dari DM
adalah mudah
lelah, sering
haus, sering
BAK pada
malam hari dan
baal pada
kaki”.

Objektif :
Keluarga Tn.S
khususnya Tn.S
tampak kooperatif
dan aktif saat
dijelaskan
mengenai
pengertian,
penyebab, tanda
dan gejala DM.
Analisa:
Tn.S tampak dapat
menyebutkan
pengertian,
penyebab, tanda
dan gejala.
Planning:
Lanjutkan TUK 2
Ranny
Subjektif:
a. Tn.S
mengatakan
“akibat lanjut
dari DM adalah
bisa sakit mata,
jantung, dan
kaki baal”.
b. Tn.S
mengatakan
“akan minum
obat teratur”.
Objektif:
Tn.S tampak
mendengarkan
penjelasan yang
telah diberikan
dan kooperatif
Analisa:
Tn.S dapat
menyebutkan
akibat lanjut dari
DM
Planning:
Lanjutkan TUK 3
Ranny
Subjektif:
Tn.S mengatakan
“senam kaki DM
sulit tapi bisa
melancarkan
peredaran darah”
Objektif:
Tn.S tampak
kooperatif dan
mampu
melakukan senam
diabetik
Analisa:
Tn.S dapat
melakukan senam
diabetik
Planning:
Lanjutkan TUK 4 Ranny

Subjektif:
Keluarga
mengatakan selalu
membersihkan
rumahnya setiap
hari dan
membereskan
benda-benda yang
tajam disimpan
ditempatnya”
Objektif:
Tn. S tamapak
mampu
menyebutkan 2
dari 3 cara
memodifikasi
lingkungan.
Analisa:
Keluarga tampak
sudah mengetahui
cara memodifikasi
lingkungan.
Planning: Ranny
Lanjutkan TUK 5
Subjektif:
Keluarga
mengatakan
“fasilitas
kesehatan sangat
penting untuk
orang yang sakit
dan untuk
mengecek
kesehatan”.
Objektif:
Tn. S tampak
mendengarkan
dan kooperatif
Analisa:
Keluarga
mengetahui cara
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
Planning:
Hentikan TUK
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulis akan membahas tentang kesenjangan yang terjadi
antara teori dan aplikasi yang dilakukan mulai tanggal 05-11 mei 2017 yang
beralamat di RT 005 RW 002 Kelurahan Utan Panjang Kecamatan Kemayoran
Jakarta Pusat. Dalam pembahasan masalah ini penulis akan menggunakan proses
keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Ada beberapa
kesenjangan yang terjadi antara konsep dan aplikasi, penulis akan menjabarkan
mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan oleh penulis tanggal 05-
08 mei 2017 dalam pengkajian penulis melakukan pengumpulan data. Data
diperoleh dengan menggunakan format pengkajian dan tekhnik pengumpulan data
dengan cara wawancara dengan klien maupun keluarga, observasi dan
pemeriksaan fisik. Setelah penulis melakukan pendekatan untuk menjalin
hubungan saling percaya keluarga Tn. S dapat menerima kedatangan penulis.
Dalam pengkajian tidak ditemukan kesulitan dikarenakan keluarga Tn. S yang
kooperatif keluarga Tn. S menjawab semua pertanyaan yang diajuka oleh penulis
sehingga memudahkan mendapatkan informasi tetapi dalam pemeriksaan fisik
terdapat kesulitan dalam mengumpulkan data karena anggota keluarga yang sibuk
dengan aktifitas masing-masing, walaupun demikian data pemeriksaan fisik
lengkap dengan kontrak waktu yang sudah disepakati dengan yang bersangkutan
agar dapat bertemu. Selain itu penulis terbantu dengan adanya format pengkajian.
Untuk tipe keluarga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dikarenakan tipe
keluarga tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dikarenakan tipe keluarga
pada keluarga Tn. S adalah keluarga inti. Dimana didalam teori menurut Tantut
Susanto (2012) dijelaskan bahwa keluarga the nuclear family yaitu keluarga yang
terdiri dari suami, istri, dan anak.

Tahap perkembangan keluarga saat ini berada pada keluarga tahap


keluarga dengan dewasa muda atau dewasa awal dimana Tn. S mempunyai anak
pertama yang berusia 27 tahun dalam tugas perkembangan didapatkan
kesenjangan antara kasus dengan teori, dimana berdasarkan teori tugas
perkembangan keluarga yaitu menjadikan keluarga inti menjadi keluarga besar,
mempertahankan keintiman pasangan, membantu orang tua, suami, atau istri yang
sedang sakit atau memasuki masa tua, membantu anak untuk mandiri
dimasyarakat, dan penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga. Tetapi
keluarga Tn. S belum dapat menjadikan keluarga inti menjadi keluarga besar
karena anak pertama Tn. S belum menikah, anak Tn. S belum mempertahankan
keintiman pasangan karena anak pertama Tn. S belum menikah dan belum
mempunyai pasangan, selain itu anak pertama Tn. S belum dapat membantu anak
untuk mandiri dimasyarakat karena anak pertama Tn. S belum menikah dan belum
mempunyai anak atau keturunan, dan anak pertama Tn. S belum dapat menata
kembali peran dan kegiatan rumah tangga dikarenakan belum menikah dan masih
tinggal bersama dengan Tn. S.

Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus pada Fungsi keluarga Tn. S
terutama fungsi pemeliharaan kesehatan dimana didalam teori menurut friedman
tugas keluarga dalam bidang kesehatan yaitu: mengenal masalah kesehatan setiap
anggotanya, mengambil keputsan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi
keluarga, memebrikan keperawatan anggota yang sakit, memodifikasi lingkungan,
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Sedangkan berdasarkan kasus
Keluarga Tn. S tidak mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan karena anak Tn. S
yang sibuk bekerja sehingga tidak membawa atau jarang membawa berobat ke
puskesmas dan Tn. S lebih memilih membeli obat warung.

Untuk penyebab dan tanda gejala yang dikeluhkan Tn. S tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan kasus berdasarkan teori penyebab dari diabetes
melitus adalah keturunan, pola makan, obesitas, kurang olahraga, usia diatas 45
tahun dan tanda gejala dari diabetes melitus adalah banyak minum, banyak buang
air kecil, suka merasa lelah, kesemutan pada tangan dan kaki atau merasa baal
pada kaki.
Sedangkan berdasarkan kasus Tn. S mengatakan penyebab dari diabetes melitus
adalah keturunan, pola makan, kurang olahraga, usia diatas 45 tahun dan Tn. S
suka merasa banyak minum , banyak buang air kecil, berat badan menurun,suka
merasa lelah kadang kaki berasa baal.

Kemudian pada pemeriksaan penunjang terdapat kesenjangan antara teori


dan kasus, dimana pada teori ada tujuh cara pemeriksaan yaitu: pemeriksaan gula
darah puasa, pemeriksaan gula darah setelah makan, pemeriksaan toleransi
glukosa oral, pemeriksaan glukosa urine, pemeriksaan ketone urine, pemeriksaan
kolesterol dan pemeriksaan hemoglobin glikat, sedangkan berdasarkan kasus Tn.
S hanya dilakukan pemeriksaan gula darah sewaktu karena keterbatasan alat
kesehatan yang tersedia.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dalam membuat diagnosa penulis sudah mengacu sesuai teori yaitu actual,
resiko dan potensial. Dalam membuat diagnosa, ada sedikit kesenjangan teori dan
kasus yaitu jika didalam teori sasarannya individu dan keluarga, sedangkan dalam
kasus penulis sasarannya lebih sering pada individu. Didalam keluarga Tn. S
terdapat 2 masalah yaitu Diabetes melitus, dan Rematik. Pada kasus penulis hanya
membahas mengenai gangguan sistem endokrin: Diabetes melitus dan mengenai
pemenuhan kebutuhan dasar pada rematik dan hanya mendapatkan diagnosa
actual dan resiko, untuk membuat scoring penulis mengalami kesulitan, karena
keluarga tidak mengerti scoring.
Berdasarkan teori diabetes melitus diagnosa yang dapat ditegakan menurut
teori NANDA adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
retensio urine, kehilangan elektrolit dalam sel, resiko syok, ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer, resiko infeksi dan kerusakan integritas kulit dan diagnosa
yang dapat ditegakan pada rematik menurut teori adalah sedangkan berdasarkan
kasus diagnosa actual yang dapat ditegakan pada kasus diabetes melitus adalah
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Pada kasus penulis hanya memunculkan diagnosa actual dan resiko,
diagnosa actual yaitu: perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada
keluarga Tn. S khususnya Tn. S sedangkan pada diagnosa resiko yaitu: resiko
nyeri berulang pada keluarga Tn. S khususnya Tn. S. sementara diagnosa
potensial tidak ditegakan karena saat ini keluarga belum mempunyai sumber
penunjang kesehatan yang memungkinkan untuk ditingkatkan

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Perencanaan keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang
ditentukan oleh perawat bersama-sama sasaran yaitu keluarga untuk
dilaksanakan, sehingga masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang
telah diidentifikasi dapat diselesaikan. Kualitas rencana keperawatan keluarga
sebaiknya berdasarkan masalah yang jelas, harus realitas, sesuai dengan tujuan,
dibuat secara tertulis, dan dibuat bersama keluarga.

Terdapat kesenjangan antara rencana tindakan keperawatan keluarga pada


teori dan kasus. Dimana didalam teori perencanaan dibuat secara tertulis dan
dibuat bersama keluarga. Sedangkan berdasarkan kasus penulis tidak
melibatkan keluarga Tn. S dalam penyusunan rencana tindakan dikarenakan
anak Tn. S yang tidak ada dirumah melainkan sedang bekerja

Pada diagnosa pertama yaitu perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh pada keluarga Tn. S khususnya Tn. S berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mempunyai
penyakit dibetes melitus, maka penulis dan anggota keluarga merumuskan
untuk menjelaskan pengertian, penyebab, tanda gejala, dan akibat diabetes
melitus dan cara perawatan diabetes melitus. Kemudian melakukan kegiatan
psikomotorik berupa senam kaki diabetes.

Pada diagnosa kedua resiko nyeri berulang pada keluarga Tn. S khususnya
Tn. S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang mempunyai penyakit rematik, maka penulis akan menjelaskan
pengertian, penyebab, tanda gejala, dan akibat rematik, cara pencegahan dan
makanan yang dibolehkan pada penyait rematik.

D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Implementasi adalah aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun
sesuai rencana tindakan. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan penulis
melakukan sesuai rencana yang telah disusun. Dalam pelaksanaan keperawatan
tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus dan pada saat pelaksanaan
Keluarga Tn. S sangat terbuka setiap tindakan yang diberikan oleh penulis pada
diagnosa pertama penulis tidak menemukan hambatan yang berarti sehingga
implementasi dapat dilaksanakan penulis. Implementasi yang dilakukan adalah
mendemonstrasikan senam kaki diabetes.

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan merupakan salah satu langkah dalam menilai asuhan
yang dilakukan dengan membandingkan hasil yang dicapai berupa respon
keluarga terhadap tindakan yang dilakukan dengan indikator yang diterapkan.

Penulis mendokumentasikan evaluasi pada hari ketiga sampai hari keenam


dikarenakan hari pertama melakukan pengkajian, hari kedua perumusan
diagnosa dan intervensi dan hari ketiga sampai keenam implementasi dan
evaluasi. Penulis hanya melakukan kunjungan rumah sebanyak enam kali,
dengan tiga kali evaluasi yang telah di implementasikan dalam perencanaan,
penulis berperan pada keluarga semoga keluarga dapat melaksanakan
intervensi tersebut walau penulis sudah tidak berada di lingkungan keluarga
Tn. S lagi. Faktor pendukung yang mengetahui keberhasilan asuhan
keperawatan yaitu adanya motivasi yang tinggi dari keluarga, fakta
penghambatnya yaitu ketidakhadiran anggota keluarga yaitu anak perempuan
pertama karena sedang bekerja di restoran yang pulangnya malam hari. Pada
diagnosa pertama subjektif : “Tn.S mengatakan penyakit diabetes melitus itu
adalah penyakit gula yang berlebih, penyebab dari diabetes melitus adalah
makanan yang manis, faktor keturunan dan obesitas, tanda dan gejala dari
diabetes melitus adalah mudah lelah, sering haus, sering BAK pada malam hari
dan baal pada kaki, cara pencegahannya dengan mengurangi makanan yang
manis-manis”. Objektif : “keluarga tampak mengerti tentang masalah diabetes
melitus yang sudah dijelaskan, keluarga tampak sudah mulai mengetahui
perawatan pada klien yang mengalami diabetes melitus, Tn. S mampu
mendemonstrasikan senam kaki diabetes yang diajarkan”. Analisa : masalah
teratasi sebagian. Planning : anjurkan keluarga Tn. S untuk tetap melakukan
apa yang sudah diajarkan dan tetap mengurangi makanan yang manis-manis.

Pada diagnosa kedua yaitu gangguan rasa nyaman nyeri berulang pada
keluarga Tn. S khususnya Tn. S berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami penyakit rematik.
Subjektif : “Tn. S mengatakan rematik adalah kaku pada sendi, kondisi tubuh
yang sangat menyakitkan pada sendi, otot, dan tulang, Penyebab reumatik
adalah usia, trauma, posisi yang tidak tepat saat aktivitas, peningkatan kadar
asam urat, tanda gejala rematik adalah nyeri sendi, kemerahan dan bengkak
pada sendi, gangguan dalam bergerak, cara pencegahan dengan mengurangi
makanan sayuran yang hijau seperti bayam, kangkung, kacang-kacangan”.
Objektif: “Keluarga kooperatif dan aktif saat dijelaskan dan Keluarga
mendengarkan penjelasan yang diberikan”. Analisa : masalah teratasi sebagian.
Planning : anjurkan keluarga Tn. S untuk tetap menjaga atau mengurangi
makanan sayuran hijau.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah melewati pembahasan dimana penulis membahas mengenai kesenjangan


yang terjadi antara landasan teoritis dengan kasus yang ada dilapangan maka
penulis mencoba untuk menyimpulkan kembali hasil dari pembahasan.

A. Kesimpulan
Diabetes melitus adalah penyakit gangguan metabolik kronis yang ditandai
peningkatan glukosa darah (hiperglikemia) disebabkan karena tidak seimbangnya
antara insulin dan kebutuhan insulin. Penyakit diabetes melitus bukan penyakit
menular melainkan penyakit keturunan atau faktor gaya hidup yang tidak baik.
Adapun komplikasi dari diabetes melitus yaitu jantung, gagal ginjal, katarak, dan
luka yang sukar sembuh, jika ada luka yang tidak sembuh maka akan diamputasi
jika segera tidak ditangani akan terjadi syok bahkan menyebabkan kematian.
Pada tahap pengkajian tidak banyak kendala yang ditemui karena Tn. S
selalu ada dirumah. Pada tahapan diagnosa tidak ada kendala yang dirasakan
penulis. Ditemukan dua diagnosa. Pada saat menyusun rencana tindakan penulis
tidak melibatkan semua anggota keluarga dikarenakan kesibukan keluarga
sehingga jarang berkumpul. Maka dari itu penulis menyusun rencana tindakan
sendiri sesuai dengan kemampuan keluarga.
Pada tahap implementasi dari dua diagnosa, dua diagnosa juga yang
diimplementasikan. Pada diagnosa pertama dan diagnosa kedua ada sedikit
kendala, yaitu ketidakhadiran anak perempuan pertama yaitu Nn. E sehingga
penulis meinggalkan lefleat untuk disampaikan kepada anggota keluarga yang
tidak hadir. Pada tahap evaluasi, dua diagnosa telah diimplementasikan dan dua
diagnosa tersebut telah teratasi. Dilihat dari keluarga mampu menjelaskan tentang
pengertian, penyebab, tanda gejala, cara pencegahan dan cara perawatan penyakit
diabetes melitus dan rematik. Selain itu juga keluarga mampu menjelaskan dan
mendemontrasikan senam kaki diabetes.
B. Saran
Dari kesimpulan yang telah didapat penulis menganggap perlu adanya
peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang diharapkan agar dapat
membantu keluarga dalam mempertahankan dan meningkatkan derajat
kesehatannya secara optimal. Disini penulis memberikan beberapa pihak yang
diharapkan dapat membantu dalam memberikan asuhan keperawatan pada
keluarga dengan penyakit diabetes melitus.
1. Bagi penulis
Dalam penerapan asuhan keperawatan diharapkan mahasiswa dapat melakukan
pengkajian yang lebih lengkap untuk mendapatkan hasil yang optimal dan mampu
memberikan asuhan yang kompeten bagi keluarga. Mahasiwa juga diharapkan
dapat mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya selama proses pembelajaran baik
di kampus maupun di lingkungan.

2. Bagi puskesmas
Diharapkan melakukan monitoring terhadap masalah kesehatan khususnya
diabetes melitus karena penyakit tesebut banyak terjadi di kalangan usia dewasa
dan komplikasi yang terjadi. Selain itu perlunya penambahan perawat yang
ditugaskan di wilayah Utan Panjang. Untuk mengontrol kesehatan masyarakat
Utan Panjang khususnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar
derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dapat meningkat.

3. Bagi keluarga
Diharapkan kepada keluarga klien agar dapat menjaga pola makan klien untuk
mencegah terjadinya komplikasi yang lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan. Nanda Nic-Noc. Jilid
1. Yogyakarta: Mediaction.
Andarmayo S. (2012). Keperawatan Keluarga. Konsep teori, proses, dan praktik
keperawatan. Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Depkes. (2013). Pusat Data Diabetes Melitus 2013.
http://www.depkes.go.id/article/view/414/tahun-2030-prevalensi-diabetes-
melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html. 27/05/2017. 19.00.
Riskesdas. (2007). Prevalensi Diabetes Melitus 2007
http://www.K4health.org/sites/default/files/laporanNasional%20Riskesdas%
202007.pdf. 03/02/2017. 13.00.
Riskesdas. (2013). Prevalensi Diabetes Melitus 2013
http://www.depkes.go.id.resources/download/general/hasil%20Riskesdas%2
02013. 03/02/2017. 13.10.
Depkes (2013). Prevalensi Diabetes Melitus 2013 http://indodiabetes.com/data-
statistik-jumlah-penderita-diabetes-di-dunia-versi-
who.html?fdxswitcher=true. 09/02/2017. 15.00.
Ns. Tantut Susanto. (2012). Keperawatan Keluarga. Konsep teori dan praktik
keperawatan. Edisi 1. Jakarta: Trans Info Media.
Potter Patricia. (2010). Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: Salemba
Media.
Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Edisi 1. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sudiharto, S.Kp, M.Kes. (2007). Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan
Keperawatan Transkultural. Edisi 1. Jakarta: EGC.
Susan C. Smeltzer. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 12. Jakarta: EGC.
Tarwoto, Ns, S.Kep, M.Kep. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Gangguan
sistem endokrin. Edisi 1. Jakarta: Trans Info Media.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

DIABETES MELITUS

Pokok bahasan : Diabetes Melitus


Sub pokok bahasan : Diabetes Melitus
Sasaran : Keluarga Tn. S
Hari/tanggal : Selasa, 09 mei 2017
Waktu : 30 menit/ 10.00 – 10.30 WIB
Tempat : RT 005 RW002
Peserta : Keluarga Tn. S

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan keluarga
Tn. S khususnya Tn. S mampu merawat keluarga yang mempunyai
penyakit diabetes melitus.
2. Tujuan khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan keluarga
Tn. S khususnya Tn. S mampu :
a. Menjelaskan pengertian diabetes melitus
b. Menjelaskan penyebab diabetes melitus
c. Menjelaskan tanda dan gejala diabetes melitus
d. Menjelaskan tentang komplikasi diabetes mellitus

B. Materi
1. Pengertian diabetes melitus
2. Penyebab diabetes melitus
3. Tanda dan gejala diabetes melitus
4. Komplikasi diabetes melitus

C. Media
1. Leaflet
D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab

E. Pengorganisasian
1. Pembimbing
Pembimbing Pendidikan : Ns. Nurhayati, S.Kep.Kom
Penyaji : Ranny Dwi Hardiyanti
Peran Penyaji
a. Menyajikan materi penyuluhan
b. Bersama fasilitator menjalin kerjasama dalam acara penyuluhan
c. Menjawab pertanyaan audiens

2. Observer : Ranny Dwi Hardiyanti


Peran Observer
a. Mengamati jalannya kegiatan
b. Mengevaluasi kegiatan
c. Mencatat prilaku verbal dan non verbal serta kegiatan

3. Fasilitator : Ranny Dwi Hardiyanti


Peran Fasilitator
a. Memotivasi peserta kegiatan dalam bertanya
b. Bekerjasama dengan penyaji dalam menampilkan Bahan
penyuluhan
c. Membagikan leafleat
F. Setting Tempat

Keterangan:

: Penyaji

: Peserta

G. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Peserta

5 Menit  Mengucapkan Salam  Menjawab salam


1. (pembuka  Memperkenalkan nama kepada  Memperatikan dan mendengarkan
an) audiens  Memperhatikan dan mendengarkan
 Kontrak Waktu  Memperhatikan dan mendengarkan
 Menjelaskan tujuan
penyuluhan
2. 15 Ment  Menjelaskan pengertian DM  Memperhatikan dan mendengarkan
(mengisi  Menjelaskan penyebab DM  Memperhatikan dan mendengarkan
materi)  Menjelaskan tanda dan gejala  Memperhatikan dan mendengarkan
DM  Memperhatikan dan mendengarkan
 Menjelaskan komplikasi DM

3. 10  Mengajukan3  Menjawab pertanyaan


Menit pertanyaantentangpenyuluhan
 Memberikankesimpulantentan  Memperhatikan dan mendengarkan
(penutup) gpenyuluhan  Menjawab salam
 Salam penutup
H. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan selama proses dan pada akhir kegiatan penyuluhan
dengan memberikan pertanyaan secara lisan sebagai berikut :
1. Menjelaskan pengertian diabetes melitus
2. Menjelaskan penyebab diabetes melitus
3. Menjelaskan tanda dan gejala diabetes melitus
4. Menjelaskan komplikasi diabetes mellitus

Evaluasi struktur
1. Menyiapkan SAP
2. Menyiapkan materi dan media
3. Kontrak waktu dan sasaran
4. Menyiapkan tempat
5. Menyiapkan pertanyaan

Evaluasi proses
1. Sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama penyuluhan
berlansung
2. Sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti
3. Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi
4. Sasaran tidak meninggalkan tempat selama penyuluhan
berlangsung
5. Tanya jawab berjalan dengan baik

Evaluasi Hasil
1. Penyuluhan dikatakan berhasil apabila sasaran mampu menjawab
pertanyaan 80% lebih dengan benar
2. Penyuluhan dikatakan cukup berhasil/ cukup baik apabila sasaran
mampu menjawab pertanyaan antara 50-80% dengan benar
3. Penyuluhan dikatakan kurang berhasil / tidak baik apabila
sasaran hanya mampu menjawab kurang dari 50% dengan benar
I. Penjelasan materi
1. Pengertian Diabetes melitus
Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu penyakit dimana kadar gula
/ glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat
menghasilkan atau menggunakan insulin secara aktif.

2. Penyebab Diabetes melitus


a. Faktor keturunan
b. Kegemukan / obesitas
c. Pola makan
d. Gaya hidup

3. Tanda dan gejala Diabetes melitus


a. Banyak makan
b. Banyak minum
c. Banyak BAK
d. Penurunan berat badan
e. Mudah lelah tanpa sebab
f. Kesemutan pada kaki dan tangan dan kadang merasa baal

4. Komplikasi Diabetes melitus


a. Gangguan sistem penglihatan
b. Stroke
c. Gagal ginjal
d. Jantung dan luka sukar sembuh
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Senam Kaki

Sub Pokok Bahasan : Senam Kaki Diabetes

Sasaran : Keluarga Tn. S

Pelaksanaan Kegiatan

Hari/Tanggal : jum’at/ 12 mei 2017

Waktu : 30 menit

Tempat : Rumah Tn. S

Pemberi Materi : Ranny

A. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU):
Setelah mendapatkan penyuluhan, peserta dapat memahami tentang
senam kaki diabetes dan diharapkan keluarga dapat membatu anggota
keluarga yang memiliki penyakit diabetes untuk melakukan senam
kaki diabetes di rumah.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK):
Setelah selesai mengikuti penyuluhan, peserta dapat:
a. Menyebutkan kembali pengertian senam kaki diabetes
b. Menyebutkan kembali manfaat senam kaki diabetes
c. Menyebutkan kembali hal-hal yang perlu diperhatikan dari senam kaki
diabetes
d. Menyebutkan kembali langkah-langkah senam kaki diabetes
B. SASARAN
Adapun sasaran dari penyuluhan ini ditujukan khususnya untuk
pasien dan keluarga Tn. S khususnya Tn. S. Dirumah keluarga Tn.
S RT 005/002 Kelurahan Utan Panjang.

C. Metode
1. Ceramah
2. Demonstrasi

D. Media
Leaflet

E. Materi
1. Pengertian senam kaki diabetes
2. Manfaat senam kaki diabetes
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari senam kaki diabetes
4. Langkah-langkah senam kaki diabetes

F. Pengorganisasian
Pembimbing
Pembimbing Pendidikan : Drs. Dedi Muhdiana, M.Kes
Pembimbing Kader : Ibu Kader Rt005 Rw 002
Moderator : Ranny
Peran Moderator
1. Menutup dan memulaiacara
2. Memperkenalkan diri
3. Menetapkan tata tertib acara penyuluhan
4. Menjaga kelancaran acara
5. Memimpindiskusi

Penyaji : Ranny
Peran Penyaji
1. Menyajikan materi penyuluhan
2. Bersama fasilitator menjalin kerjasama dalam acara penyuluhan
3. Menjawab pertanyaan audiens

Observer : Ranny
Peran Observer
1. Mengamati jalannya kegiatan
2. Mengevaluasi kegiatan
3. Mencatat perilaku verbal dan non verbal serta kegiatan

Fasilitator : Ranny
Peran Fasilitator
1. Memotivasi peserta kegiatan dalam bertanya
2. Bekerjasama dengan penyaji dalam menampilkan bahan penyuluhan
3. Membagi leaflet

G. Seting
Peserta penyuluhan duduk berhadapan dengan penyaji

Keterangan :

: Penyaji

: Dosen pembimbing

: peserta penyuluhan

H. KEGIATAN
1. Persiapan
a. Berpakaian rapi dan sopan.
b. Mempersiapkan alat-alat dan bahan untuk penyuluhan, yaitu: kursi
b. Mempersiapkan media untuk penyuluhan, yaitu : leaflet dan koran

I. Pelaksanaan
TAHAP KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN AUDIENS MEDIA

1. Memberi salam pembukaan 1. Membalas salam penyaji


2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
3. Menjelaskan tujuan memperhatikan
Pembukaan
4. Menjelaskan kontrak waktu 3. Mendengarkan dan -
5 menit
memperhatikan
4. Mendengarkan dan
memperhatikan

PenjelasanMateri :

1. Menjelaskan
pengertian senam diabetes
mellitus
Pelaksanaan 2. Menjelaskan tujuan senam dia
Mendengarkan dengan aktif Leaflet
20 menit betes mellitus
3. Menjelaskan manfaat senam d
iabetes mellitus
4. Menjelaskan cara melakukan
senam diabetes mellitus dan
memperagakannya
1. Memberikan beberapa 1. Menjawab pertanyaan
pertanyaan untuk 2. Menyimpulkan
mengevaluasi sejauh mana 3. Mendengarkan dan memperhatikan
Penutup
pemahaman klien 4. Membalas salam penutup -
5 menit 2. Menyimpulkan secara
bersama-sama
3. Mengakhiri penyuluhan
4. Memberi salam penutup
J. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Perawat mempersiapkan SAP, materi, dan media yang akan
diberikan
b. Perawat dating tepat waktu dan pada tempat yang telah
ditentukan
c. Acara dimulai dan berakhir tepat waktu
2. Evaluasi proses
a. Ny.S dan keluarga mengikuti pendidikan kesehatan dari awal
hingga akhir
b. Keluarga mampu :
1) Menyebutkan kembali pengertian diabetes melitus
2) Menyebutkan kembali penyebab diabetes melitus
3) Menyebutkan kembali tanda dan gejala diabetes melitus
4) Menyebutkan kembali komplikasidaridiabetes melitus
3. Evaluasi hasil
Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil jika : Lebih dari 75%
Keluarga klien mampu menjawab pertanyaan perawat.

PANDUAN PELAKSANAAN

SENAM KAKI DIABETES


A. Pengertian
Senam kaki adalah latihan gerakan-gerakan kaki yang dapat meningkatkan
aliran darah ke kaki. Pada area kaki yang kaku, atau area yang ototnya ketat
atau kram dapat merasa lebih baik. Latihan kaki merupakan gerakan sederhana
pada kedua kaki yang dilaksanakan dengan posisi duduk.
B. Tujuan dan Manfaat
Latihan atau olahraga mampu memberikan dampak pada pengendalian kondisi
pasien DM melalui :
1. Meningkatkan penggunaan insulin oleh tubuh.
2. Membantu pembakaran lemak tubuh serta membantu mengontrol berat
badan.
3. Meningkatkan kekuatan otot.
4. Meningkatkan sirkulasi darah dan menurunkan kerusakan saraf.
5. Menurunkan stress, meningkatkan relaxasi, menurunkan ketegangan dan
kecemasan.

Latihan kaki memiliki fungsi yang sangat baik bagi upaya pencegahan
komplikasi kaki diabetik. Beberapa manfaat yang akan diperoleh adalah
sebagai berikut :

1. Memperbaiki sirkulasi darah


2. Memperkuat otot-otot kecil
3. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
4. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha
5. Mengatasi keterbatasan gerak sendi
6. Mengurangi rasa nyeri, kramdankak

C. Hal-hal yang perlu diperhatikan :


1. Senam kaki dapat dilaksanakan bila pasien memiliki gula darah dan tekanan
darah yang terkontrol.
2. Senam kaki hanya boleh dilaksanakan oleh pasien diabetes yang tidak
memiliki luka di kaki.
3. Pelaksanaan senam dapat dilaksanakan tiga kali sehari, pada pagi, siang, dan
sore hari, masing-masing selama 10-20 menit.
4. Latihan dilaksanakan 2 jam setelah makan

D. Langkah-langkah senam kaki


Langkah-langkah senam kaki adalah sebagai berikut:

Duduk dengan baik di atas kursi sambil meletakkan kaki ke lantai

2
Sambil meletakkan tumit di lantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan ke atas
dan dibengkokkan ke bawah sebanyak 10 kali.

Sambil meletakkan tumit di lantai, angkat telapak kaki ke atas. Kemudian, jari-jari
kaki diletakkan di lantai sambil tumit kaki diangkat ke atas. Langkah ini diulangi
sebanyak 10 kali

Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian depan kaki diangkat ke atas dan putaran
360 º dibuat dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali

5
Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan putaran 360º dibuat dengan
pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali

Kaki diangkat ke atas dengan meluruskan lutut. Putaran 360º dibuat dengan
pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali

Lutut diluruskan dan dibengkokkan kebawah sebanyak 10 kali. Ulangi langkah ini
untuk kaki yang sebelah lagi.

Letakkan sehelai kertas koran di lantai. Remas kertas itu menjadi bola dengan
kedua kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi kertas yang lebar menggunakan
kedua belah kaki. Langkah ini dilakukan sekali saja.

a. Robek koran menjadi dua bagian, pisahkan kedua bagian koran.


b. Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki.
c. Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu letakan
sobek kan kertas pada bagian kertas yang utuh.
d. Bungkus semuanya dengan kaki menjadi bentuk bola.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Ranny Dwi Hardiyanti

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 09 september 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Status Menikah : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jln. Dukuh Utara Rt04/15 No 11 Jakarta Utara


Kecamatan cilincing Kelurahan Semper Barat

No HP : 083874414934

Email : Rannydh@gmail.com

PENDIDIKAN

1. SDN 07 pagi Lulus Tahun 2002-2008


2. MtsN 5 Lulus Tahun 2008-2011
3. SMA 114 Jakarta Lulus Tahun 2011-2014
4. D III Keperawatan UMJ Lulus Tahun 2014-2017

Anda mungkin juga menyukai