Oleh :
Pendamping :
dr. Marjuani
i
DAFTAR ISI
BAB 1....................................................................................................................................1
2.1. Definisi...........................................................................................................................3
2.1.1. Etiologi........................................................................................................................3
2.1.2. Marfologi....................................................................................................................4
2.1.3. Patogenesis..................................................................................................................5
2.1.4. Gejala Klinis...............................................................................................................5
2.1.5. Faktor Yang Mempengaruhi Angka Kejadian.......................................................6
2.1.6. Diagnosa Skabies........................................................................................................9
2.1.7. Pencegahan Skabies...................................................................................................9
2.1.8. Diagnosa Banding......................................................................................................10
2.1.9. Penatalaksanaan........................................................................................................10
2.1.10. Pencegahan...............................................................................................................10
ii
2.1.11. Pragnosis...................................................................................................................12
2.2. Pengertian Pengetahuan...............................................................................................12
BAB 3 METEDOLOGI.......................................................................................................14
iii
4.4.3. Perilaku Pasien Dalam Upaya Pencegahan Skabies...............................................21
BAB 5 DISKUSI...................................................................................................................23
5.1. Pembahasan...................................................................................................................23
5.1.2. Sikap............................................................................................................................24
5.1.3. Perilaku.......................................................................................................................25
5.2. Kesimpulan....................................................................................................................25
5.3. Saran..............................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................27
LAMPIRAN
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
P
enyakit skabies ini sangat mudah sekali menular dan sangat gatal terutama
1
pada malam hari. Predileksi dari scabies ialah biasanya pada axilla, areolamammae,
sekitar umbilikus, genital, bokong, pergelangan tanga bagian volar, sela-sela jari tangan,
2,3
siku flexor, telapak tangan dan telapak kaki.
S
kabies yang terjadi pada anak balita biasanya terdapat pada leher, kepala,
telapak tangan dan telapak kaki sehingga sering dikelirukan dengan gambaran
eksema atopik. Karena sifatnya yang sangat menular, maka scabies ini popular
dikalangan masyarakat padat. Distribusi epidemiologisnya kosmopolitan terutama pada
2
pendudukdengan keadaan sosial ekonomi rendah.
Ad
apun empat tanda kardinal gejala penyakit skabies yakni pruritus
nokturna,menyerang manusia secara berkelompok, adanya terowongan (kunikulus) pada
tempat- tempat predileksi, dan ditemukannyatungau. Diagnosis dapat dibuat dengan
menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut. Effluoresensinya berupa papula atau
vesikel dimana puncaknya terdapat gambaran yang sebenarnya merupakan lorong-
3,4
lorong rumah sarcoptes yang biasanyadisebut kunikulus.
1
Pada populasi yang memiliki imunitas yang rendah atau pada usia tua akan
lebih mudah terjadi bentuk yang lebih berat dari scabies yang disebut Norwegian
3
scabies atau skabies berkrustayang lebih menular dan susah untuk diobati.
Dari uraian singkat di atas, adalah menarik untuk membahas tentang scabies di
wilayah kerja Puskesmas Lmno
2.1.1. Etiologi
2.1.2. Morfologi
Secara morfologi tungau Sarcoptes scaibiei berbentuk oval/lonjong dan gepeng,
berwarna putih kotor, punggungnya cembung dan bagian dadanya rata, dan tidak
memiliki mata. Ukuran betinanya lebih besar dibandingkan jantan, yakni 330-450 mikron
x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan berkisar antara 200-240 mikron x 150-200
mikron. Stadium dewasa memiliki 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di bagian depan dan 2
pasang kaki di bagian belakang. Pada betina, 2 pasang kaki belakang dilengkapi dengan
cambuk/rambut. Sedangkan pada jantan hanya pasangan kaki ketiga saja yang berakhir
dengan cambuk/rambut, pasangan kaki keempatnya dilengkapi oleh ambulakral (perekat).
Alat reproduksi betinanya berbentuk celah pada bagian ventral tubuh, pada jantan alat
reproduksinya berbentuk huruf Y yang terletak diantara pasangan kaki keempat.2
2.1.3. Patogenesis
Kelainan kulit pada kondisi ini disebabkan oleh siklus hidup tungau yang membentuk
terowongan dan juga akibat garukan pasien. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi
terhadap sekret dan ekskret tungau yang akan muncul kira-kira satu bulan sesudah infestasi.
Kelainan kulit yang muncul mirip dermatitis dengan efloresensi papul, vesikel, dan urtika.
Selain itu, karena garukan muncul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder5.
Gambar 1.2 Patogenesis
2.1.4. Epidemiologi
Di negara berkembang dilaporkan bahwa angka prevalensi skabies mencapai 6-27%
dengan insidens terbesar di kalangan anak-anak dan remaja. Berdasarkan penelitian Ma’rufi
pada tahun 2005 mengenai “Faktor Sanitasi Lingkungan yang Berperan Terhadap Prevalensi
Penyakit Skabies”, ditemukan bahwa prevalensi skabies di tempat yang padat penduduk
seperti pesantren pada kelompok yang higiene-nya buruk mencapai 73,7%. Sedangkan pada
kelompok yang higiene-nya baik, angka prevalensi skabies hanya berkisar antar 2-3 %. 12
Skabies ditemukan diseluruh dunia dengan angka prevalensi bervariasi yang disebabkan
karena faktor-faktor berhubungan. Beberapa faktor tersebut antara lain adalah higiene
perseorangan yang buruk, tingkat sosial ekonomi yang rendah, kebiasaan berganti-ganti
pasangan seksual, dan juga kepadatan penduduk. Diantara faktor –faktor tersebut yang paling
mempengaruhi adalah faktor kepadatan penduduk.4
2.1.5. Gambaran klinis
Keluhan yang umumnya dirasakan pada awal masa infestasi tungau pada penyakit
skabies adalah rasa gatal yang terjadi pada malam hari, cuaca panas dan badan berkeringat.
Rasa gatal biasanya dirasakan di sekitar lesi namun pada tahap kronis maka rasa gatal dapat
dirasakan hingga ke seluruh tubuh. Gatal ini disebabkan karena sensitisasi kulit terhadap
ekskret dan sekret tungau yang dikeluarkannya pada saat membuat terowogan. Lesi pada
kulit berupa terowongan halus sedikit meninggi, berkelok-kelok dengan warna putih keabu-
abuan. Di daerah yang beriklim tropis jarang ditemukan terowongan. Biasanya Sarcoptes
scabiei memilih tempat tertentu untuk membuat terowongan seperti sela jari, pergelangan
tangan dan kaki, penis, areola mammae, umbilikus, dibawah payudara wanita dan aksila.2
Pada dewasa, skabies jarang menyerang leher, muka, kulit kepala yang berambut,
punggung bagian atas, telapak kaki dan tangan, tetapi pada anak kecil dan bayi daerah-daerah
ini sering terinfestasi dan dapat pula menyerang seluruh badan. Lesi kulit dapat berupa
vesikel, papul, dan urtika. Berat ringannya kerusakan kulit yang dialami tergantung pada
derajat sensitisasi, lamanya infeksi, higiene perorangan dan riwayat pengobatan sebelumnya.
Pada tahap yang kronik, skabies dapat mengakibatkan penebalan kulit (likenifikasi) dan
berwarna lebih gelap (hiperpigmentasi).2
Kebersihan Diri
Pemeliharaan kebersihan diri berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan
diri sesorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan memiliki
kebersihan diri baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang
meliputi kebersihan kulit, tangan dan kuku, kebersihan kaki dan kebersihan genitalia. Banyak
manfaat yang dapat di petik dengan merawat kebersihan diri, memperbaiki kebersihan diri,
mencegah penyakit, meningkatkan kepercayaan diri dan menciptakan keindahan.4.5
Kebersihan Kulit
Kebersihan individu yang buruk atau bermasalah akan mengakibatkan berbagai
dampak baik fisik maupun psikososial. Dampak fisik yang sering dialami seseorang tidak
terjaga dengan baik adalah gangguan integritas kulitKulit yang pertama kali menerima
rangsangan seperti rangsangan sentuhan, rasa sakit, maupun pengaruh buruk dari luar. Kulit
berfungsi untuk melindungi permukaan tubuh, memelihara suhu tubuh dan mengeluarkan
kotoran-kotoran tertentu. Kulit juga penting bagi produksivitamin D oleh tubuh yang berasal
dari sinar ultraviolet. Mengingat pentingnya kulit sebagai pelindung organ-organ tubuh
didalammnya, maka kulit perlu dijaga kesehatannya. Penyakit kulit dapat disebabkan oleh
jamur, virus, kuman, parasit hewani dan lain-lain. Salah satu penyakit kulit yang disebabkan
oleh parasit adalah Skabies.
Sabun dan air adalah hal yang penting untuk mempertahankan kebersihan kulit.
Mandi yang baik adalah : 1). Satu sampai dua kali sehari, khususnya di daerah tropis. 2). Bagi
yang terlibat dalam kegiatan olah raga atau pekerjaan lain yang mengeluarkan banyak
keringat dianjurkan untuk segera mandi setelah selesai kegiatan tersebut. 3). Gunakan sabun
yang lembut. Germicidal atau sabun antiseptik tidak dianjurkan untuk mandi sehari-hari. 4).
Bersihkan anus dan genitalia dengan baik karena pada kondisi tidak bersih, sekresi normal
dari anus dan genitalia akan menyebabkan iritasi dan infeksi. 5). Bersihkan badan dengan air
setelah memakai sabun dan handuk yang sama dengan orang lain.4.5
Kebersihan Genitalia
Karena minimnya pengetahuan tentang kebersihan genitalia, banyak kaum remaja
putri maupun putra mengalami infeksi di alat reproduksinya akibat garukan, apalagi seorang
anak tersebut sudah mengalami skabies diarea terterntu maka garukan di area genitalia akan
sangat mudah terserang penyakit kulit skabies, karena area genitalia merupakan tempat yang
lembab dan kurang sinar matahari. Salah satu contoh pendidikan kesehatan di dalam
keluarga, misalnya bagaimana orang tua mengajarkan anak cebok secara benar. Seperti
penjelasan, bila ia hendak cebok harus dibasuh dengan air bersih. Caranya menyiram dari
depan ke belakang bukan belakang ke depan. Apabila salah, pada alat genital anak
perempuan akan lebih mudah terkena infeksi. Penyebabnya karena kuman dari belakang
(dubur) akan masuk ke dalam alat genital. Jadi hal tersebut, harus diberikan ilmunya sejak
dini. Kebersihan genital lain, selain cebok, yang harus diperhatikan yaitu pemakaian celana
dalam. Apabila ia mengenakan celana pun, pastikan celananya dalam keadaan kering. Selain
kebersihan genital, peningkatan gizi juga merupakan hal yang penting untuk tumbuh
kembang anak. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan
itu memudahkan pertumbuhan jamur. Oleh karena itu seringlah menganti celana dalam.
Kebersihan tangan dan kuku
Indonesia adalah negara yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan tangan
untuk makan, mempersiapkan makanan, bekerja dan lain sebagainya. Bagi penderita skabies
akan sangat mudah penyebaran penyakit ke wilayah tubuh yang lain. Oleh karena itu, butuh
perhatian ekstra untuk kebersihan tangan dan kuku sebelum dan sesudah beraktivitas. 1).
Cuci tangan sebelum dan sesudah makan, setelah ke kamar mandi dengan menggunakan
sabun. Menyabuni dan mencuci harus meliputi area antara jari tangan, kuku dan punggung
tangan. 2). Handuk yang digunakan untuk mengeringkan tangan sebaiknya dicuci dan diganti
setiap hari. 3). Jangan menggaruk atau menyentuh bagian tubuh seperti telinga, hidung, dan
lain-lain saat menyiapkan makanan. 4). Pelihara kuku agar tetap pendek, jangan memotong
kuku terlalu pendek sehingga mengenai pinch kulit.
Perilaku
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan kebiasaan untuk menerapkan kebiasaan
yang baik, bersih dan sehat secara berhasil guna dan berdaya guna baik dirumah tangga,
institusi-institusi maupun tempat-tempat umum. Kebiasaan menyangkut pinjam meminjam
yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit menular seperti baju, sabun mandi, handuk,
sisir haruslah dihindari.
Salah satu penyebab dari kejadian skabies adalah pakaian yang kurang bersih dan
saling bertukar-tukar pakaian dengan teman satu kamar.
Lingkungan
Kebersihan lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal, tempat bekerja, dan
berbagai sarana umum. Kebersihan tempat tinggal dilakukan dengan cara membersihkan
jendela dan perabot santri, menyapu dan mengepel lantai, mencuci peralatan makan,
membersihkan kamar, serta membuang sampah. Kebersihan lingkungan dimulai dari menjaga
kebersihan halaman dan selokan, dan membersihkan jalan di depan asrama dari
sampah.Penularan penyakit skabies terjadi bila kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan
tidak terjaga dengan baik. Faktanya, sebagian pesantren tumbuh dalam lingkungan yang
kumuh, tempat mandi dan WC yang kotor, lingkungan yang lembab, dan sanitasi buruk.
Ditambah lagi dengan perilaku tidak sehat, seperti menggantung pakaian di kamar, tidak
membolehkan pakaian santri wanita dijemur di bawah terik matahari, dan saling bertukar
pakai benda pribadi, seperti sisir dan handuk.
Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.
Sehingga skabies sangat mudah berkembang pada tempat disela-sela tubuh karena tidak
dibersihkan. Padahal jika rajin mandi kemungkinan besar skabies akan susah berkembang
ditubuh manusia. Seharusnya jika sebagian budaya tidak membolehkan mandi bagi orang
yang sakit maka dapat dibersihkan dengan cara mengelap bagian tubuh dengan handuk yang
basah. Terutama pada tempat-tempat yang mudah dihinggapi skabies.
Sosial Ekonomi
Kebersihan diri memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. Yang menjadi
penghambat saat pencegahan penyakit skabies adalah keterlambatan atau kurangnya uang
kebutuhan yang dikirim orangtua untuk para santri selama diasrama tiap bulannya.
Terdapat empat tanda kardinal skabies. Diagnosis dapat ditegakkan bila memnuhi dua
dari empat tanda kardinal.
1) Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena tungau
penyebabnya lebih aktif di malam hari, suhu yang lebih lembab, dan panas.
2) Penyakit ini menyerang secara berkelompok. Misalnya dalam sebuah keluarga atau
kelompok bermain terdapat satu anak yang terkena skabies, maka biasanya akan ada
anggota kelompok lain yang menderita penyakit tersebut pula. Terdapat istilah pembawa
(carrier) yakni penderita yang terkena infestasi tungau skabies tetapi tidak memberikan
gejala klinis.
3) Terdapat terowongan atau yang dikenal juga sebagai kanlikulus. Biasanya pada tempat
predileksi tertentu yang stratum korneumnya tipis, misal sela jari tangan, pergelangan
tangan bagian volar, lipat ketiak bagian depan, bokong, genitelia eksterna, dan perut
bagian bawah. Pada bayi dapat ditemukan di telapak tangan dan telapak kaki. Kanalikuli
berbentuk terowongan berwarna keabu-abuan atau putih, rata-rata panjang 1 cm, dan
biasanya ujungnya dapat ditemukan papul atau vesikel.
4) Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik tetapi paling sulit pula.
Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
Pengobatan skabies dilakukan melalui dua cara yaitu melaliu terapi medikamentosa
dan non-medikamentosa. Untuk terapi medikamentosa dapat digunakan beberapa obat topikal
yang digunakan untuk megobati scabies diantaranya:1
Permetrin
Permetrin adalah insektisida yang termasuk golongan pirethroid sintetik yang efektif
dalam mengobati skabies. Parmetrin yang digunakan untuk mengobati skabies merupakan
krim dengan konsentrasi 5%. Permetrin telah disetujui sebagai obat untuk mengobati skabies
sejak tahun 1989 di Amerika Serikat dan 1991 di Belanda.
Sulfur
Sulfur merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi skabies. Dibandingkan dengan
obat-obatan yang lain, sulfur memiliki harga yang terjangkau bagi kalangan masyarakat.
Sulfur dengan konsentrasi 5-10 % telah lama digunakan sebagai skabisida. Dalam penelitian
yang dilakukan Pruksachatkunakorn terbukti bahwa sulfur dengan konsentrasi 10% efektif
untuk mengobati skabies meski sulfur dengan konsnetrasi 6% sudah cukup untuk mengobati
skabies. Namun pada beberapa kasus sulfur dengan 6% dianggap kurang efektif. Sulfur
dengan konsentrasi 10% mampu membunuh larva dan tungau skabies meskipun belum
mampu membunuh telur skabies.1,6
Emulsi Benzil-Benzoas
Emulsi benzil-benzoat (20-25%) juga efektif diguanakan untuk semua stadium pada
skabies deengan penggunaan selama tiga hari. Kekurangan dari obat ini ialah sering
meyebabkan iritasi pada penggunanya dan masih sulit ditemukan sehingga jarang digunakan
untuk pengobatan skabies1
Gama benzene heksa klorida (Gameksan) dengan kadar 1% merupakan salah satu
obat yang efektif untuk pengobatan skabies karena efektif membunuh dalam semua stadium
dan tidak menyebabkan iritasi pada penggunanya. Namun penggunannya dikontraindikasikan
pada pasien anak dan ibu hamil akibat bersifat toksik pada susunan saraf pusat.1
Krotamiton
Krotamiton 10% juga merupakan salah salah satu obat pilihan pada penyakit skabies,
Obat ini memiliki dua efek yaitu antiskabies dan antigatal. Namun penggunaan krotamiton
dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan iritasi pada pasien. 1
Terapi Non-medikamentosa
Untuk terapi non-medikamentosa yang diberikan pada pasien skabies ialah mengenai
edukasi terutama dalam pecegahan penularan dan reinfeksi. Pencegahan lebih bersifat
preventif atau pencegahan dari peyakit skabies. Pencegahan awal dilakuakan dengan menjaga
kebersihan diri sendiri, lingkungan, serta membiasakan diri untuk tidak menggunakan
barang-barang pribadi secara bersama-sama.
Pencegahan penularan terjadi apabila seseorang telah terjangkit skabies. Bentuk pencegahan
yang dilakukan ialah dengan mengobati penderita secara langsung dan melakukan isolasi
sementara pada penderita agar tungau tidak menginfeksi orang-orang yang berada di
sekitarnya. Perlu pula dilakukan pemeriksaan terhadap orang-orang yang sering berada di
sekitar penderita maupun yang pernah melakukan kontak langsusng dengan penderita.
Pencegahan reinfeksi skabies pada orang yang sama dilakukan dengan mencuci bersih semua
barang pribadi penderita seperti pakaian, handuk, sprei, dan sarung dengan menggunakan
detergen dan dijemur di bawah terik matahari agar seluruh tungau mati.
Penyakit skabies sangat erat kaitannya dengan kebersihan dan lingkungan yang
kurang baik oleh sebab itu untuk mencegah penyebaran penyakit ini dapat dilakukan dengan
cara : 1. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun. 2. Mencuci pakaian, sprei, sarung
bantal, selimut dan lainnya secara teratur minimal 2 kali dalam seminggu. 3. Tidak saling
bertukar pakaian, handuk dengan orang lain. 4. Hindari kontak dengan orang serta pakaian
yang dicurigai terinfeksi tungau skabies. 5. Menjaga kebersihan rumah dan ventilasi yang
cukup.21
2.1.11. Prognosis
Ad sanationam : dubia
2.2. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden.6.7
Pengatahuan
Sikap Skabies
Perlaku
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif yang
bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku pasien terhadap skabies.
Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dimana
pengambilan data dilakukan hanya sekali saja pada setiap responden.
b. Cukup, apabila jawaban responden benar 75%-56 % atau memiliki skor 6-7
c. Kurang, apabila jawaban responden benar < 56% atau memiliki skor 0-5
2. Sikap
Sikap adalah reaksi yang masih tertutup atau kecenderungan seseorang untuk
bertindak. Hasil ukur disajikan dalam bentuk persentase dengan cara membagi skor
yang diperoleh responden dengan skor tertinggi dikalikan dengan 100%. Skor tertinggi
35 dan skor terendah 7.
Dengan kategori sebagai berikut :
a. Baik, apabila jawaban responden benar > 75% atau memiliki skor 27-35
b. Cukup, apabila jawaban responden benar 75%-56% atau memiliki skor 20-26
c. Kurang, apabila jawaban responden benar < 56% atau memiliki skor 0-19
3. Prilaku
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi seseorang yang sudah dilakukan dalam bentuk
tindakan. Hasil ukur disajikan dalam bentuk persentase dengan cara membagi skor yang
diperoleh responden dengan skor tertinggi dikalikan dengan 100%. Skor tertinggi 35 dan
skor terendah 7.
Dengan kategori sebagai berikut:
a. Baik, apabila jawaban responden benar > 75% atau memiliki skor 27-35
b. Cukup, apabila jawaban responden benar 75%-56 atau memiliki skor 20-26
c. Kurang, apabila jawaban responden benar < 56% atau memiliki skor 0-19
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan Pasien Terhadap
Skabies
Variabel Kategori N %
Tingkat Pengetahuan Baik 6 10,0
Cukup 31 51,7
Kurang 23 38,3
Total 60 100,0
Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan siswi dengan kategori
baik berjumlah 6 orang (10,0%) tingkat pengetahuan kategori cukup berjumlah 31 orang
(51,7 %) dan tingkat pengetahuan kategori kurang berjumlah 23 orang (38,3%)
Benar Salah
N % N %
1 Pengertian penyakit skabies 17 28,3 43 71,7
Dari tabel 4.3 diatas terlihat bahwa jumlah pasien yang paling banyak menjawab
benar adalah pada soal nomor 9 yaitu tentang cara menghindari penyakit skabies sebanyak 54
(90,0%) orang. Jumlah siswi yang paling sedikit menjawab benar adalah pada soal nomor 1
yaitu tentang pengertian penyakit skabies sebanyak 17 orang (28,3%).
Dari tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa sikap pasien dengan kategori baik berjumlah
18 orang (30,0%) sikap dengan kategori cukup berjumlah 26 orang (43,3%) dan sikap
kategori kurang berjumlah 16 orang (26,7%).
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Sikap
No Pernyataan SS S RR TS STS
N % N % N % N % N %
1 Kasur dan 24 40,0 15 25,0 1 1,7 12 20,0 8 13,3
bantal perlu
dijemur
Dari tabel 4.5 di atas terlihat bahwa pernyataan sikap yang paling banyak dijawab
dengan sangat setuju adalah pada pernyataan nomor 1 yaitu sebanyak 24 orang (40,0%) dan
pernyataan yang paling sedikit dijawab dengan sikap sangat setuju adalah pernyataan nomor
5 yaitu 6 orang (10,0%). Dan pernyataan yang paling banyak menjawab dengan sikap setuju
adalah pernyataan nomor 5 yaitu sebanyak 28 orang (46,7%) dan yang paling sedikit
menjawab setuju adalah pernyataan nomor 1 yaitu sebanyak 15 orang (25,0%). Dan
pernyataan yang paling banyak menjawab dengan ragu-ragu yang paling adalah pernyataan
nomor 5 yaitu sebanyak 16 orang (26,7%) dan yang paling sedikit menjawab ragu-ragu
adalah pernyataan nomor 1 yaitu 1 orang (1,7%). Dan pada pernyataan tidak setuju yang
paling banyak menjawab adalah pernyataan nomor 3 yaitu sebanyak 16 orang (26,7%) dan
yang paling sedikit menjawab adalah pernyataan nomor 7 yaitu 3 orang (5,0%). Dan pada
pernyataan sangat tidak setuju yang paling banyak menjawab adalah pernyataan nomor 1
yaitu sebanyak 8 orang (13,3%) dan yang paling sedikit adalah pernyataan nomor 4,5 dan 6
yaitu sebanyak 3 orang (5,0%).
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Uji Perilaku Pasien dalam Upaya
Pencegahan Skabies
Variabel Kategori
N %
Perilaku Baik 11 18,3
Cukup 19 31,7
Kurang 30 50,0
Total 60 100,0
Dari tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa perilaku pasien dalam upaya pencegahan
skabies dengan kategori baik berjumlah orang 11 (18,30%), perilaku kategori cukup
berjumlah 19 orang (31,7%) dan perilaku kategori kurang berjumlah 30 orang (50,0%).
No Pernyataan SS S CS KK TP
N % N% N % N % N %
BAB 5
DISKUSI
5.1. Pembahasan
5.1.1. Tingkat Pengetahuan
Dari penelitian ini diperoleh bahwa responden berusia 17-16 tahun. Hal ini sesuai
dengan rentang usia pasien scabies. Pengertian pengetahuan menurut Notoadmojo (2010)
adalah hasil tahu seseorang yang berasal dari penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu.5
Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa tingkat pengetahuan Dari hasil penelitian ini
diperoleh bahwa tingkat pengetahuan pasien tentang skabies di Puskesmas lamno termasuk
kategori cukup yaitu sebanyak 31 orang (51,7%). Tingkat pengetahuan kategori kurang yaitu
sebanyak 23 orang (38,3%) dan tingkat pengetahuan kategori baik berjumlah 6 orang
(10,0%). Hal ini sejalan dengan mini projeck bahwa tingkat pengetahuan responden
mayoritas termasuk kategori cukup.
Hal ini mungkin disebabkan oleh karena pasien hanya pernah mendengar tetapi tidak
mempelajari secara khusus apa dan bagaimana penyakit skabies secara mendalam.
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel tingkat pengetahuan
diperoleh bahwa pertanyaan nomor 1 tentang definisi penyakit skabies mayoritas pasien
menjawab salah sebanyak 43 orang (71,7%) dan minoritas menjawab benar sebanyak 17
orang (28,3). Pertanyaan nomor 2 tentang gejala penyakit skabies pasien menjawab benar 30
orang (50,0%) dan siswi menjawab salah 30 orang (50,0%).
Pertanyaan nomor 3 tentang anggota tubuh yang sering terkena skabies mayoritas
menjawab benar 31 orang (51,7%) dan minoritas menjawab salah 29 orang (48,3%) hal ini
menunjukkan mayoritas pasien mengetahui anggota tubuh yang sering terkena skabies.
Seperti yang telah dikemukakan pada The NewEngland journal of medicine bahwa skabies
sering terkena dibagian jari-jari tangan, bokong, ketiak, dan alat kelamin, serta dibagian
payudara pada wanita.2.8
Pertanyaan nomor 4 tentang ciri khas penyakit skabies mayoritas pasien menjawab
salah 40 orang (66,7%) dan minoritas menjawab benar 20 (33,3%) hal ini bisa terjadi karena
penyakit skabies merupakan the great imitator, dapat menyerupai banyak penyakit kulit.1.2
Pertanyaan nomor 5 tentang orang yang dapat diserang oleh penyakit skabies
mayoritas pasien menjawab benar 43 orang (71,7%) dan minoritas menjawab salah 17 orang
(28,3%). Seperti yang dikemukakan oleh Graham Johnston bahwa skabies dapat menyerang
semua usia.2.6
Pertanyaan nomor 6 tentang cara penularan skabies mayoritas pasien menjawab benar
34 orang (56,7%) dan minoritas menjawab salah 26 orang (43,3%) seperti yang telah
dikemukakan pada The New England journal of medicine bahwa transmisi skabies dapat
langsung melaui kulit dengan kulit dan tidak langsung melalui tempat tidur, pakian dan lain-
lain.2.6
Pertayaan nomor 7 tentang tempat skabies sering dijumpai mayoritas pasien
menjawab benar benar 34 orang dan minoritas menjawab salah 26 orang. Pertanyaan nomor 8
tentang pencegahan penularan skabies mayoritas pasien menjawab benar 41 orang dan
minoritas menjawab salah 19 orang. Center For Disease Control and Prevention(CDC)
mengatakan bahwa pencegahan skabies dengan cara menghindari kontak kulit dengan kulit
atau dengan benda seperti pakaian.1.5
Pertanyaan nomor 9 tentang cara menghindari penyakit skabies mayoritas pasien
menjawab benar 54 orang dan minoritas menjawab salah 6 orang. Dan pertayaan nomor 10
tentang faktor yang mempengaruhi perkembangan skabies mayoritas pasien menjawab benar
40 orang dan minoritas menjawab salah 20 orang, menurut Ian F. Burgess yang
mempengaruhi perkembangan skabies adalah banyaknya orang yang tinggal bersama-sama
dalam suatu tempat.3.1
5.1.2. Sikap
Pengertian sikap menurut Notoatmodjo (2010) adalah respon tertutup terhadap
stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan.5 Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa sikap pasien dalam upaya
pencegahan skabies termasuk kategori cukup yaitu sebanyak 26 orang (43,3%). Sikap
kategori kurang sebanyak 16 orang (26,7%) dan sikap kategori baik sebanyak 18 orang
(30,0%). Mayoritas termasuk kategori cukup yaitu 45,5%.
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel sikap diatas
diperoleh bahwa mayoritas siswi menjawab setuju pada pernyataan nomor 2 yaitu penyakit
skabies tidak perlu diwaspadai karena tidak berbahaya. Hal ini tidak sejalan dengan teori
Aman Parikh dan Collen Campbell yang menjelaskan bahwa penyakit skabies adalah
penyakit yang menular dan dapat disertai oleh infeksi sekundender yang berat pada skabies
berkrusta.1.6
5.1.3. Perilaku
Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar). Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa perilaku pasien dalam upaya pencegahan
skabies termasuk kategori kurang yaitu sebanyak 30 orang (50,0%). Perilaku kategori cukup
sebanyak 19 orang (31,7%) dan perilaku kategori baik sebanyak 11 orang (18,3%).
Pada aspek perilaku responden, peneliti mengajukan beberapa pernyataan. Sehingga
didapati hasil sebagai berikut, secara umum pada pernyataan mandi secara teratur (2 kali
dalam sehari) mayoritas pasien menjawab sangat sering hal ini sudah cukup baik berarti
responden sudah cukup mengerti dan bertindak baik dalam upaya pencegahan skabies yaitu
dengan cara mandi secara teratur (2 kali dalam sehari).
Demikian juga pada pernyataan menjemur handuk setelah digunakan. Mayoritas
pasien menjawab sangat sering hal ini juga sudah cukup baik berarti pasien cukup mengerti
bahwa handuk harus dijemur setelah digunakan untuk mencegah terjadinya skabies.
Dan untuk pernyataan menganti pakaian secara teratur (3 kali dalam sehari),
mayoritas siswi menjawab sangat sering, hal ini sudah cukup baik dalam upaya pencegahan
skabies.
5.2. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, kesimpulan yang dapat diambil
adalah:
1. Tingkat pengetahuan pasien termasuk dalam kategori cukup berjumlah 31 orang.
2. Sikap pasien terhadap upaya pencegahan skabies termasuk dalam kategori cukup
berjumlah 26 orang.
3. Perilaku pasien terhadap upaya pencegahan skabies termasuk dalam kategori
kurang berjumlah 30 orang.
5.3. Saran
Dari kesimpulan yang didapat, pasien memiliki tingkat pengetahuan dan sikap
terhadap skabies dengan kategori cukup, dan perilaku pasien dengan kategori kurang, peneliti
menyarankan agar:
1. Bagi penderita Skabies
Meningkatkan pengetahuan tentang Skabies dan patuh menjalakan pengobatan skabies
sampai tuntas, serta selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan agar tidak terkena scabies
lagi dikemudian hari
2. Bagi masyarakat/kader
Meningkatkan pengetahuan tentang skabies dan kemampuan melakukan penjaringanterhadap
masyarakat yang berpotensi tinggi terkena scabies serta turut melakukan pengawasan
terhadap proses pengobatan sehingga dapatberperan aktif untuk mencegah dan mengurangi
angka kejadian skabies.
3. Bagi puskesmas
Meningkatkan frekuensi dan intensitas pemantauan terhadap pasien penderita scabies
danpembinaan terhadap para kader sehingga masyarakat dapat berperan aktif dan agresif
dalam upaya menekan angka kejadian skabies, danmenyediakan obat-obatan yang sesuai
untuk penyakit Skabies, agar pasien bias sembuh dengan sempurna dan tidak meningkat
menajdi scabies dengan infeksi sekunder.
DAFTAR PUSTAKA
No Pernyataan SS S RR TS STS
1 Kasur dan bantal perlu dijemur tiap
minggu
2 Penyakit skabies tidak perlu diwaspadai
karena tidak berbahaya
3 Tidak saling menukar pakaian, handuk
dan tempat tidur
4 Kebersihan diri sangat perlu dijaga agar
terbebas dari penyakit skabies
5 Penyakit skabies dapat dengan mudah
terjadi ditempat orang yang sedikit
penghuninya
6 Jika ditemukan penyakit skabies harus
sesegera mungkin dilakukan pengobatan
untuk mencegah penularan
7 Selain kebersihan diri, kebersihan
lingkungan juga sangat perlu diperhatikan
untuk terhindar dari penyakit scabies
Kuesioner Perilaku Pasien
No Pernyataan SS S CS KK TP
1 Mandi secara teratur
(2 kali sehari)
2 Menjemur handuk
setelah digunakan
3 Meminjam pakaian
teman
Tingkat_Pengetahuan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percen Percent
t
Valid baik 6 10.0 10.0 10.0
cukup 31 51.7 51.7 61.7
kurang 23 38.3 38.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
Sikap
Valid Cumulative
Frequency Percent Percen Percent
t
Valid Baik 18 30.0 30.0 30.0
Cukup 26 43.3 43.3 73.3
Kurang 16 26.7 26.7 100.0
Total 60 100.0 100.0
Perilaku
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Baik 11 18.3 18.3 18.3
cukup 19 31.7 31.7 50.0
Kurang 30 50.0 50.0 100.0
Total 60 100.0 100.0
Lampiran 3