Kriteria Hasil
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan 1. Pantau tekanan darah, nadi,
selama 2x24 jam, dan haluaran urin.
diharapkan masalah 2. Auskultasi suara paru-paru.
penurunan curah 3. Pantau sirkulasi perifer, pulsa,
jantung berhubungan CRT,edema, warna, dan suhu.
dengan perubahan 4. Pantau EKG.
inotropik dapat 5. Berikan obat sesuai dengan
teratasi, dengan kriteria instruksi dokter
hasil : 6. Motivasi dan berikan istirahat
1. Pasien akan yang cukup, lingkungan yang
mempertahankan tenang, posisikan semi-Fowler.
curah jantung yang 7. Amati nyeri atipikal 8. Amati
memadai dan pasien dengan cermat efek
perfusi jaringan. samping dari obat
2. Pasien akan
menunjukkan
tanda-tanda
peningkatan curah
jantung dan perfusi
jaringa
16. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik
yang dikarakteristikan oleh hiperglikemia akibat defek pada
sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya.
17. Klasifikasi Diabetes Melitus
a. Diabetes tipe 1 (sebelumnya disebut sebagai
ketergantungan insulin diabetes mellitus)
b. Diabetes tipe 2 (sebelumnya disebut sebagai diabetes yang
tidak tergantung mellitus)
c. Diabetes mellitus gestasional dalah tingkat intoleransi
glukosa dimana onsetnya terjadi selama kehamilan.
18. Etiologi
a. Kegemukan, obesitas, dan aktivitas fisik
b. Resistensi insulin
c. Gen dan riwayat keluarga
19. Tanda Gejala meliputi polydipsia (haus berlebihan), poliuria
(buang air kecil berlebihan), dan polifagia (kelaparan
berlebihan)
20. Glukosa darah tinggi juga bisa menyebabkan, kelelahan,
penglihatan kabur, sakit perut, dan sakit kepala
21. Komplikasi
a. Hiperglikemi yaitu glukosa darah tinggi
b. Hipoglikemi yaitu gula darah rendah terjadi jika penurunan
glukosa yang cepat.
22. Penatalaksanaan
a. Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang
membutuhkan seumur hidup perilaku manajemen diri
khusus. Karena diet, fisik aktivitas, dan stres fisik dan
emosional mempengaruhi kontrol diabetes.
b. Pasien harus belajar keterampilan perawatan diri harian
untuk mencegah fluktuasi akut dalam darah glukosa, dan
mereka juga harus memasukkan banyak gaya hidup mereka
perilaku preventif untuk menghindari
diabetes jangka panjang komplikasi.
c. Pasien diabetes harus memiliki pengetahuan
tentang nutrisi, efek obat dan efek samping, olahraga,
perkembangan penyakit,
strategi pencegahan, teknik pemantauan glukosa darah,
dan penyesuaian obat.
23. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian (Riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan
masa lalu, dan riwayat kesehatan keluarga)
b. Pemeriksaan fisik dan penunjang
c. Fungtional gordon
d. diuresis osmotik adalah kelebihan glukosa yang
diekskresikan dalam urin, yang dapat disertai dengan
kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan
24. Diagnosa keperawatan
1) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi
nutrisi
2) Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan
dengan asupan makanan, ketidakadekuatan monitor glukosa
darah, kurangan ketaatan dalam manajemen diabetes
3) Risiko untuk pemeliharaan kesehatan yang tidak efektif
terkait dengan defisit pengetahuan pada pasien dengan
diabetes mellitus yang baru didiagnosis.
25. Kriteria hasil dan intervensi
Diagnosa dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Mengkaji adanya pasien alergi
terhadap makanan
2. Berkolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis gizi yang dibutuhkan
Ketidakseimbangan nutrisi: untuk memenuhi kebutuhan gizi
kurang dari kebutuhan tubuh pasien
berhubungan dengan 3. Mengatur pola makan dan gaya
ketidakmampuan untuk hidup pasien
mengabsorbsi nutrisi 4. Mengajarkan pasien bagaimana
pola makan sehari- hari yang
Kriteria Hasil sesuai dengankebutuhan
Setelah dilakukan tindakan 5. Memantau dan mencatat
keperawatan selama 2x24 masukan kalori dan nutrisi
jam, 6. Timbang berat badan pasien
diharapkan masalah dengan interval yang sesuai
ketidakseimbangan nutrisi: 7. Memantau makanan dan
kurang dari kebutuhan tubuh minuman yang dimakan dan
pada pasien dengan hitung intake kalori sehari yang
diabetes mellitus yang baru sesuai
didiagnosis, dengan kriteria 8. Memantau ketepatan anjuran
hasil: diet untuk memenuhi kebutuhan
1. Intake nutrisi adekuat nutrisi sehari hariyang sesuai
2. Intake makanan adekuat 9. Berkolaborasi dengan ahli gizi
3. Intake cairan dalam batas untuk menentukan jumlah
normal kalori dan jenis gizi yang
4. Energi cukup dibutuhkan untuk memenuhi
5. Indeks masa tubuh dalam kebutuhan gizi pasien
batas 10. Memberikan makanan sesuai
normal dengan diet yang dianjurkan
11. Memantau hasil laboratorium
12. Mengajari keluarga dan pasien
secara tertulis contoh diet yang
dianjurkan
Kb 2 Keperawatan Bedah
Kb 3 Kegawatdaruratan Trauma
52. Fraktur dapat terjadi terbuka, yaitu pada saat ujung tulang yang
patah keluar menembus kulit atau mungkin tertutup.
53. Tanda gejala fraktur meliputi nyeri, rotasi anggota gerak atau
deformitas (perubahan bentuk) dan pemendekan anggota
gerak (jika tulang tungkai yang rusak), dan rentang gerak
menjadi menurun. Terdengar suara gemeretak (crepitation)
dapat didengar
dimana hal ini disebabkan oleh fragmen tulang yang saling
bergesekan.
54. Tulang adalah jaringan yang dinamis dan dapat berubah. Ketika
tulang rusak, maka tubuh mulai segera memperbaiki cedera
55. Penatalaksanaan kegawatdaruratan pada pasien fraktur
a. Kaji terlebih dulu ABC (jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi)
b. Pasang bidai di atas dan di bawah fraktur
c. Jika ada perdarahan, pasang splint dan padding
d. Jika fraktur anggota gerak adalah tulang kaki, anggota gerak yang
tidak terpengaruh dapat digunakan sebagai penyangga dengan
membalut kedua kaki secara bersamaan.
e. Kaji warna, kehangatan, sirkulasi, dan gerakan dari anggota gerak
distal ke fraktur sebelum dan sesudah pemasangan bidai.
f. Pada fraktur terbuka tutupi area tulang yang menonjol dengan
kassa bersih (steril).
g. Jangan “meluruskan” atau meluruskan kembali anggota gerak
yang retak.
h. Pindahkan anggota tubuh yang terkena seminimal yang
diperlukan.
56. Kompartemen adalah selubung jaringan fibrosa yang
mendukung dan menyekat saraf, otot, dan pembuluh darah,
terutama di anggota
gerak.
57. Sindrom kompartemen akut adalah masalah serius dimana
tekanan dalam satu atau lebih kompartemen anggota gerak
meningkat, menyebabkan gangguan sirkulasi besarbesaran ke
daerah tersebut.
58. Gejala awal sindroma kompartemen akut adalah pasien
mengeluh
mengalami nyeri yang hebat dan yang tidak hilang dengan obat-
obatan golongan narkotika dan lebih banyak terjadi pada
gerakan aktif daripada gerakan pasif.
59. Pengkajian keperawatan pasien fraktur meliputi :
a. riwayat penyakit (Riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
dahulu, riwayat penyakit keluarga)
b. pola kesehatan fungsional (aktifitas, sirkulasi,neusensori,
nyeri/kenyamanan, keamanan, pola hubungan dan peran
pasien dalam keuarga, pola persepsi dan konsep diri, pola
sensori dan kognitif, pola nilai dan keyanianan.
60. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan
dengan terputusnya jaringan 1. Berikan analgesik dan anti
tulang, gerakan fragmen inflamasi sesuai dengan
tulang, edema dan cedera instruksi dokter
pada jaringan, alat traksi/ 2. Pastikan posisi ekstremitas
immobilisasi, stress, ansietas. yang patah di posisi yang
sesuai
Kriteria Hasil 3. Kaji adanya tanda sindroma
Setelah dilakukan tindakan kompartemen terutama pada
keperawatan selama 2x24 pasien yang terpasang gips
jam, diharapkan nyeri akut 4. Berikan kompres es sesuai
pada pasien dapat teratasi, denganinstruksi
dengan kriteria hasil : 5. Ajari metode penatalaksanaan
Pasien memverbalkan nyeri
adanya penurunan nyeri
Hambatan mobilitas fisik 1. Mengidentifikasi masalah,
berhubungan memudahkan intervensi
dengan nyeri / ketidak 2. Mempengaruhi penilaian
nyamanan,kerusakan terhadap kemampuan aktifitas
musculoskeletal, terapi apakah karena
pembatasan aktifitas, ketidakmampuan atau
penurunan kekuatan / ketidakmauan.
tahanan. 3. Menilai batasan kemampuan
Kriteria Hasil aktivitas optimal
Setelah dilakukan tindakan 4. Agar pasien mampu mengikuti
keperawatan latihan dan bisa bergerak
selama 2x24 jam, diharapkan secara perlahan
hambatan mobilitas fisik 5. Sebagai suatu sumber untuk
pada pasien dapat teratasi, mengembangkan
dengan kriteria hasil : perencanaan dan
Pasien menunjukkan mempertahankan atau
peningkatan meningkatkan mobilitas
kemampuan mobilita pasien.
71. Trauma kepala adalah kerusakan pada kulit kepala, tengkorak atau
otak yang disebabkan oleh cedera.
72. Cedera kepala diklasifikasikan menjadi cedera kepala terbuka atau
cedera kepala tertutup.
73. Cedera kepala dapat menyebabkan pendarahan di jaringan otak dan
lapisann yang mengelilingi otak (subarachnoid hemorrhage,
subdural hematoma, hematoma epidural).
74. Obstruksi jalan napas dan hipoventilasi sering terjadi pada pasien
yang mengalami cedera kepala sehingga bisa menyebabkan
hipoksemia dan hiperkapnea
75. Mempertahankan tekanan perfusi serebral yang adekuat
merupakan tujuan utama manajemen trauma kepala
76. Pasien dengan cedera kepala yang parah dan mengalami hipotensi
memiliki risiko kematian dua kali lipat dibandingkan dengan pasien
normotensif
(bahkan setelah satu pun episode hipotensi)
77. Hipotensi dapat menyebabkan berkurangnya perfusi otak dan
iskemia neuronal dan sering juga terjadi multifaktorial pada pasien
trauma. Kita harus selalu berasumsi bahwa hipotensi terjadi untuk
hipovolemia sampai terbukti sebaliknya dan perlu mencari
area/sumber kehilangan darah
78. penangann pertama pada pasien cedera kepala yaitu
a. Periksa saluran napas, pernapasan, dan sirkulasi orang itu.
b. Jika pernapasan dan detak jantung pasien normal, tetapi dalam
kondisi tidak sadar, maka perlakukan pasien seolah-olah mengalami
cedera tulang belakang.
c. Hentikan pendarahan dengan menekan kuat pada area yang
mengalami perdarahan dengan menggunakan kain bersih
d. Jika pasien dicurigai mengalami patah tulang tengkorak, jangan
berikan tekanan langsung ke tempat perdarahan. Tutupi luka
dengan kasa steril.
e. Jika orang tersebut muntah, untuk mencegah tersedak, miringkan
kepala leher, dan tubuh seseorang menggunakan metode log roll.
79. Asuhhan keperawatan pada pasien cedera kepala yaitu
Pengkajian (identitas)
Riwayat kesehatan (tingkat kesadaran, riwayat penyakit dahulu)
Pemerikasaan fisik
Pemeriksaan penunjang
80. Diagnosa dan intervensi keperawatan
Diagnosa dan Kriteria
Intervensi
Hasil
Ketidakefektifan pola
nafas berhubungan
dengan depresi pada 38.Hitung pernapasan pasien dalam
pusat napas di satu menit.
otak. 39.Cek pemasangan tube, untuk
Kriteria Hasil memberikan ventilasi yang adekuat
Setelah dilakukan dalam pemberian tidalvolume.
tindakan keperawatan 40.Observasi ratio inspirasi dan ekspirasi
selama 2x24 jam, pada fase ekspirasi
diharapkan pola nafas 41.Perhatikan kelembaban dan suhu
tidak efektif pada pasien pasien.
dapat teratasi, dengan 42.Cek selang ventilator setiap waktu
kriteria hasil : (15menit)
Pasien mampu 43.Siapkan BVM tetap berada di dekat
mempertahankan pola pasien, membantu membarikan
nafas yang efektif dan ventilasi yang adekuat bila ada
menunjukkan gangguan pada ventilator.
peningkatan
pertukaran gas di paru
Gangguan perfusi
jaringan otak sehubungan
dengan edema otak
Kriteria Hasil
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan 1. Monitor dan catat status neurologis
selama 2x24 jam, dengan menggunakan metode GCS.
diharapkan gangguan 2. Monitor tanda-tanda vital tiap 30
perfusi jaringan serebral menit.
pada pasien dapat 3. Pertahankan posisi kepala yang
teratasi, sejajar dan tidak menekan.
dengan kriteria hasil :
Tanda-tanda vital stabil,
tidak ada peningkatan
intrakrania
81. Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh transfer energi dari
sumber panas ke tubuh menyebabkan kerusakan pada jaringan
82. panas mengubah sifat protein seluler dan mengganggu suplai darah
83. Jumlah kerusakan kulit terkait dengan
(1) suhu agen yang terbakar
(2) bahan yang terbakar
(3) durasi paparan
(4) konduktivitas jaringan,
(5) ketebalan yang terlibat struktur dermal
84. Komplikasi utama yang dapat terjadi pada luka bakar terbakar yang
terjadi di ruang tertutup adalah cedera inhalasi.
85. Infeksi adalah komplikasi umum lainnya pada kasus dengan luka
bakar yang luas.
86. Insiden infeksi meningkat dengan adanya ukuran luka bakar karena
garis pertahanan pertama terhadap mikroorganisme adalah kulit
87. Diagnosa dan invensi keperawatan
Diagnosa dan Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan edema
1.Kaji status pernapasan
jalan nafas bagian atas, edema
2.Monitor gas darah arteri dan
di membrane kapiler alveoli
kadar CO
Kriteria Hasil
3.Monitor adanya suara nafas
Setelah dilakukan tindakan
tambahan
keperawatan selama 2x24 jam,
4.Berikan oksigen melalui non
diharapkan gangguan
rebreathing mask dengan
pertukaran gas
konsentrasi 100%
pada pasien dapat teratasi,
5.Elevasikan bagian kepala
dengan
tempat tidur
kriteria hasil :
6.Berikan perawatan paru
1. Pertukaran gas meningkat
7.Ambil kultur sputum
2. Kadar CO berkurang
8.Berikan bronkodilator dan
3. Suara paru bersih
antibiotik
4. PaO2 80 – 100 mmHg
5. PaCO2 35 – 45 mmHg
1. Kaji proses injuri; bila masih
teraba panas, dinginkan
Kerusakan integritas kulit dengan air mengalir atau air
berhubungan dengan injuri steril
thermal 2. Kaji area luka bakar untuk
Kriteria Hasil menilai prosentase luka bakar
Setelah dilakukan tindakan dan kedalaman luka bakar
keperawatan selama 2x24 jam, 3. Lepas pakaian dan perhiasan
diharapkan kerusakan integritas 4. Tutup area tubuh pasien
kulit pada pasien dapat teratasi, dengan kain bersih
dengan kriteria hasil : 5. Bersihkan luka bakar dengan
1. Area luka bakar sembuh selang air mengalir
2. Tidak ada infeks 6. Berikan/oleskan salep topical
7. Balut area dari distal ke
proksimal
1. Nafas normal
2. Tidak terjadi aspirasi
3. Tidak ada dispnea
Isolasi sosial berhubungan
dengan rendah diri terhadap
keadaan penyakit dan stigma
1. Memberikan dukungan psikologis
buruk penyakit epilepsi
dan motivasi pada pasien
dalam masyarakat
2. Anjurkan keluarga untuk memberi
Kriteria Hasil
motivasi kepada pasien
Setelah dilakukan tindakan
3. Memberi informasi pada keluarga
keperawatan selama 2x24
dan teman dekat pasien bahwa
jam, diharapkan masalah
penyakit epilepsi tidak menular
isolasi sosial pada klien dapat
Kolaborasi
teratasi, dengan
4. Rujuk pasien/ orang terdekat pada
kriteria hasil :
kelompok penyokong
1. Adanya interaksi pasien
5. Kolaborasi dengan tim psikiater
dengan lingkungan sekitar
2. Adanya partisipasi pasien
dalam lingkungan masyaraka
101. Racun adalah zat apa pun yang, jika dicerna, dihirup,
diserap, menempel pada kulit, atau diproduksi di dalam tubuh
dalam jumlah yang relatif kecil, namun melukai tubuh dengan aksi
kimianya.
102. Keracunan dari inhalasi dan menelan bahan beracun, baik yang
disengaja maupun tidak disengaja, merupakan bahaya kesehatan
utama dan situasi yang darurat
103. Racun yang ditelan dapat bersifat korosif.
104. Racun korosif termasuk agen alkali dan asam yang dapat
menyebabkan kerusakan jaringan setelah bersentuhan
dengan membran mukosa.
105. penatalaksanaan berfokus pada pengendalian jalan nafas, ventilasi
dan oksigenasi
106. Syok mungkin disebabkan oleh tindakan cardiodepressant dari zat
yang dicerna, atau dari berkurangnya volume darah yang
bersirkulasi akibat peningkatan permeabilitas kapiler
107. Tanda dan gejala seperti rasa sakit atau sensasi terbakar,
kemerahan atau luka bakar di mulut atau tenggorokan, nyeri saat
menelan atau ketidakmampuan untuk menelan, muntah, atau
meneteskan air liur; usia dan berat pasien; dan riwayat kesehatan
yang berkaitan
108. Keracunan karbon monoksida dapat terjadi sebagai akibat dari
insiden kecelakaan kerja pada industri atau rumah tangga atau
percobaan bunuh diri.
109. Keracunan karbon monoksida dapat menyebabkan lebih banyak
kematian daripada racun lainnya kecuali alkohol.
110. Karbon monoksida mempunyai efek toksik dengan mengikat
sirkulasi hemoglobin dan dengan demikian akan mengurangi
kapasitas pembawa oksigen darah.
110. tanda gejala pasien keracunan karbon monoksida mungkin tampak
seperti orang mabuk (dari hipoksia serebral). Tanda dan gejala lain
termasuk sakit kepala, kelemahan otot, palpitasi, pusing, dan
kebingungan, yang dapat berkembang dengan cepat menjadi
koma,Warna kulit, yang bisa berkisar dari merah muda atau merah
ceri ke cyanotic dan pucat.
111. Tujuan dari penatalaksanaan manajemen adalah membalikkan
hipoksia serebral dan miokard dan untuk mempercepat eliminasi
karbon monoksid, dengan cara:
a. Bawa pasien ke udara segar segera; buka semua pintu dan
jendela.
b. Kendurkan semua pakaian ketat.
c. Lakukan inisiasi cardiopulmonary resuscitation jika diperlukan;
mengelola oksigen.
d. Cegah dingin; bungkus pasien dalam selimut.
e. Jaga pasien agar tetap setenang mungkin.
f. Jangan berikan alkohol dalam bentuk apa pun
112 Keracunan makanan adalah penyakit mendadak yang terjadi
setelah konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi.
113. Botulism adalah bentuk keracunan makanan yang serius yang
membutuhkan pengawasan terus-menerus.
114. pengobatan pada keracunan makanan adalah dengan menentukan
sumber dan jenis keracunan makanan. makanan yang dicurigai
harus dibawa ke laboratorium medis dan riwayat kesehatan yang
diperoleh dari pasien atau keluarga.
115. Alkohol adalah obat psikotropika yang memengaruhi suasana hati,
penilaian, perilaku, konsentrasi, dan kesadaran
116. Alkohol, atau etanol, adalah toksin multisistem langsung dan
depresan SSP yang menyebabkan kantuk, inkoordinasi,
melambatnya ucapan, perubahan suasana hati yang tiba-tiba,
agresi, dan perilaku tidak baik.
117. Pengobatan meliputi detoksifikasi keracunan akut, pemulihan, dan
rehabilitasi.
118. Pengkajian pada pasien keracunan meliputi
1) Jalan nafas
2) Sirkulasi yang mengancam jiwa
3) Adanya perdarahan
4) Adanya cidera yang berkaitan dengan penyakit lain
5) Adanya gangguan asam basa
6) Keadaan status jantung
7) Status kesadaran
Riwayat Kesehatan
1) Riwayat keracunan
2) Bahan racun yang digunakan
3) Berapa lama diketahui setelah keracunan
4) Ada masalah lain sebagai pencetus keracunan
5) Syndroma toksik yang ditimbulkan
119. Diagnosa dan Invtervensi Keperawatan
Diagnosa dan Kriteria Hasil Implementasi
Tidak efektifnya pola nafas 1. Pantau tingkat atau
berhubungan dengan penurunan kedalaman
ekspansi paru dan pola pernafasan
Kriteria Hasil 2. Auskultasi bunyi nafas
Setelah dilakukan tindakan 3. Pertahankan posisi tidur
keperawatan selama 2x24 jam,
diharapkan masalah tidak
efektifnya pola nafas pada klien
dapat teratasi, dengan kriteria hasil
yang
:
nyaman, biasanya dengan
1. Pasien mampu mempertahankan
peninggian kepala tempat
pola nafas
tidur
yang efektif dengan tingkat
4. Berikan tambahan oksigen
pernafasan normal
2. Paru paru pasien bersih, bebas
dari sianosis dan tanda gejala
hipoksia yang lain
1. Monitor vital sign tiap 15
Penurunan kesadaran berhubungan menit
dengan depresi system saraf pusat 2. Catat tingkat kesadaran
Kriteria Hasil pasien
Setelah dilakukan tindakan 3. Kaji adanya tanda-tanda
keperawatan distress pernapasan,nadi
selama 2x24 jam, diharapkan cepat,sianosis dan
masalah penurunan kesadaran kolapsnya
pada klien dapat teratasi, pembuluh darah
dengan kriteria hasil : pasien 4. Monitor adanya perubahan
diharapkan dapat tingkat kesadaran
mempertahankan tingkat 5. Kolaborasi dengan tim
kesadaran klien (kompos mentis) medis dalam pemberian
anti dotum
Ketidakefektifan perfusi jaringan
otak berhubungan dengan depresi
system saraf pusat
Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya perubahan
keperawatan selama 2x24 jam, tanda tanda vital.
diharapkan masalah resiko 2. Kaji daerah ekstremitas
ketidakefektifan perfusi jaringan dingin, lembab, dan
otak pada klien dapat teratasi, sianosis
dengan kriteria hasil : 3. Berikan kenyamanan
pasien mampu mempertahankan
perfusi
jaringan yang adekuat