Oleh:
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………..............
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………..............
A. LatarBelakang…………………………………………………...............
B. Tujuan ……………………………………………………………...........
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian …........…………………………….......................................
B. Lapisan pelindung pada imunitas …………………….........................
C. Perisai permukaan ……………………………………..........................
D. Imunitas Bawaan .....................................................................................
E. Imunitas Adaftip…………………………………....................................
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………….............
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengaruh yang tidak menguntungkan dari proses imun menjadi dasar dari banyak
penyakit pada manusia dan dapat mengganggu setiap sistem organ yang penting. Selain
itu perubahan karakteristik pada reaktan imun yang memberikan kunci diagnostic yang
penting menyertai banyak keadaan sebagai akibat atau peristiw yang parallel. Sekarang
sudah jelas, bahwa respon antibody normal dan respon yang diperantarai sel menyangkut
serankaian langkah yang masing-masing dimodulasi oleh kelompok-kelompok sel
tertentu. Gangguan pada proses ini dapat menyebabkan reaksi imun yang tidak
semestinya. Lebih jarang, penyakit terjadi bila mekanisme hipersensitivitas tipe cepat dan
lambat yang normal bersifat melindungi, terganggu atau gagal berkembang secara normal.
Berbagai keadaan imunologik dapat dipandang sebagai keseimbangan antara pengaruh
patogenik dari dua kelompok factor, benda asing yang berpotensi membahayakan dan
respon pertahanan tubuh, yang dapat mwenyebabkan kerusakan jaringan atau gangguan
jaringan atau gangguan fungsi.
Imunitas pelindung dan penyakit alergi bersama-sama memiliki respon jaringan
terhadap zat yang dikenal sebagai benda asing. Mekanisme imun memberikan pertahanan
yang esensial melawan invasi organisme yang menimbulkan cedera dan timbulnya tumor
ganas, fungsi yang sudah menjamin mereka bertahan selama evolusi vertebrata. Namun,
proses-proses yang sama ini dapat ditimbulkan oleh agen-agen ekstrinsik yang relative
tidak membahayakan, dan kadang dapat memusatkan reaksi pada komponen jaringan
hospes.Dalam keadaan ini, maka hasil bersih dari keterbukaan dan respon hospes yang
spesifik tidak menguntungkan. Gambaran keadaan penyakit yang timbul dikenal sebagai
penyakit imunologik. Keadaan ini berbeda beda jenis berkisar dari gangguan ringan, kulit,
atau gangguan membrane mukosa yang kronik sampai keadaan katotropik yang
mematikan dalam beberapa deetik. Selanjutnya, karena penyakit imunologik ditentukan
oleh reaktivitas hospes maupun oleh jenis dan kekuatan antigenic, maka perbedaan
tempat prevalensi adalah menyolok. Namun, secara keseluruhan, gangguan ini sangat
sering dijumpai dan nampak pada kehidupan dan produktivitas manusia nyata diseluruh
dunia.
Karena urgennya masalah imunitas dan gangguannya dalam kehidupan manusia
inilah sehingga kita perlu mengetahuinya lbih lanjut. Ini merupakan salah satu latar
belakang pembuatan makalah ini. Untuk lebih jelasnya akan kami bahas pada bab
selanjutnya.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan kita mengenai system imunitas dan berbagai gangguan system imun dalam
tubuh manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Komponen imunitas
Sistem imun bawaan Sistem imun adaptif
Baik imunitas bawaan dan adaptif bergantung pada kemampuan sistem imun untuk
memusnahkan baik molekul sendiri dan non-sendiri. Pada imunologi, molekul sendiri
adalah komponen tubuh organisme yang dapat dimusnahkan dari bahan asing oleh sistem
imun. Sebaliknya, molekul non-sendiri adalah yang dianggap sebagai molekul asing. Satu
kelas dari molekul non-sendiri disebut antigen (kependean dari generator antibodi) dan
dianggap sebagai bahan yang menempel pada reseptor imun spesifik dan mendapatkan
respon imun.
C. Perisai permukaan
Kulit adalah contoh perisai mekanikal yang merupakan pertahanan awal terhadap
infeksi. Namun, karena organisme tidak dapat sepenuhnya ditahan terhadap lingkungan
mereka, sistem lainnya melindungi tubuh seperti paru-paru, usus, dan sistem genitourinari.
Pada paru-paru, batuk dan bersin secara mekanis mengeluarkan patogen dan iritan lainnya
dari sistem pernapasan. Pengeluaran air mata dan urin juga secara mekanis mengeluarkan
patogen, sementara ingus dikeluarkan oleh saluran pernapasan dan sistem pencernaan
untuk menangkap mikroorganisme. Perisai kimia juga melindungi terhadap infeksi. Kulit
dan sistem pernapasan mengeluarkan peptida antimikroba seperti β-defensin. Enzim
seperti lisozim dan fosfolipase A2 pada air liur, air mata dan air susu ibu juga antiseptik.
Sekresi Vagina merupakan perisai kimia selama menarche, ketika mereka menjadi agak
bersifat asam, sementara semen memiliki pertahanan dan zinc untuk membunuh patogen.
Pada perut, asam lambung dan protase menyediakan pertahanan kimia yang kuat melawan
patogen yang tertelan ketika dimakan.
D. Imunitas Bawaan
Mikroorganisme yang berhasil memasuki organisme akan bertemu dengan sel dan
mekanisme sistem imun bawaan. Respon bawaan biasanya dijalankan ketika mikroba
diidentifikasi oleh reseptor pengenalan susunan, yang mengenali komponen yang
diawetkan antara grup mikroorganisme.Pertahanan imun bawaan tidak spesifik, berarti
bahwa respon sistem tersebut pada patogen berada pada cara yang umum. Sistem ini tidak
berbuat lama-penghabisan imunitas terhadap patogen. Sistem imun bawaan adalah sistem
dominan pertahanan seseorang pada kebanyakan organisme.
E. Imunitas adaptif
Imunitas adaptif berevolusi pada vertebrata awal dan membuat adanya respon
imun yang lebih kuat dan juga memori imunologikal, yang tiap patogen diingat oleh tanda
antigen. Respon imun adaptif spesifik-antigen dan membutuhkan pengenalan antigen
"bukan sendiri" spesifik selama proses disebut presentasi antigen. Spesifisitas antigen
menyebabkan generasi respon yang disesuaikan pada patogen atau sel yang terinfeksi
patogen. Kemampuan tersebut ditegakan di tubuh oleh "sel memori". Patogen akan
menginfeksi tubuh lebih dari sekali, sehingga sel memori tersebut digunakan untuk segera
memusnahkannya.membran plasma mereka
Limfosit
Sel sistem imun adaptif adalah tipe spesial leukosit yang disebut limfosit. Sel B dan
sel T adalah tipe utama limfosit dan berasal dari sel batang hematopoietik pada sumsum
tulang. Sel B ikut serta pada imunitas humoral, sedangkan sel T ikut serta pada respon
imun selular.
Baik sel B dan sel T membawa molekul reseptor yang mengenali target spesifil.
Sel T mengenali target bukan diri sendiri, seperti patogen, hanya setelah antigen (fragmen
kecil patogen) telah diproses dan disampaikan pada kombinasi dengan reseptor "sendiri"
yang disebut molekul major histocompatibility complex (MHC). Terdapat dua subtipe
utama sel T: sel T pembunuh dan sel T pembantu. Sel T pemnbunuh hanya mengenali
antigen dirangkaikan pada molekul kelas I MHC, sementara sel T pembantu hanya
mengenali antigen dirangkaikan pada molekul kelas II MHC. Dua mekanisme
penyampaian antigen tersebut memunculkan peran berbeda dua tipe sel T. Yang ketiga,
subtipe minor adalah sel T γδ yang mengenali antigen yang tidak melekat pada reseptor
MHC.
Reseptor antigel sel B adalah molekul antibodi pada permukaan sel B dan
mengenali semua patogen tanpa perlu adanya proses antigen. Tiap keturunan sel B
memiliki antibodi yang berbeda, sehingga kumpulan resptor antigen sel B yang lengkap
melambangkan semua antibodi yang dapat diproduksi oleh tubuh.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi
tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh
patogen serta sel tumor.
2. Kemampuan diversifikasi dimiliki oleh komponen system imun yang terdapat dalam
jaringan limforetikular yang letaknya tersebar diseluruh tubuh, misalnya dalam
sumsum tulang, kelenjar limfa, thymus, sistem saluran nafas, saluran cerna dan organ
lain.
3. Rangsangan terhadap imun tersebut terjadi apabila kedalam tubuh masuk suatu zat
yang oleh sel atau jaringan tadi dianggap asing.
4. Sel B dan sel T adalah tipe utama limfosit dan berasal dari sel batang hematopoietik
pada sumsum tulang. Sel B ikut serta pada imunitas humoral, sedangkan sel T ikut
serta pada respon imun selular.
DAFTAR PUSTAKA
Gangguan Imunitas/http://id.wikipedia.org/wiki/17/09/2008
Imunitas/http://id.wikipedia.org/wiki/17/09/2008
Cara kerja vaksin virus corona dalam tubuh? Vaksin membantu meningkatkan sistem
kekebalan tubuh dengan mengaktifkan respon tubuh terhadap penyakit tertentu. Dengan
vaksin, tubuh akan MENGENALI, MELAWAN, dan MENGINGAT cara melawan virus
atau bakteri pembawa penyakit.Sebenarnya,cara vaksin COVID-19 tak berbeda jauh pada
vaksin pada umumnya. Vaksin sendiri merupakan suatu bahan atau produk yang
digunakan untuk menghasilkan sistem imun dari berbagai penyakit.Di dalam vaksin
terdapat berbagai produk biologi, dan bagian dari virus atau bakteri, maupun virus atau
bakteri yang sudah dilemahkan. Nah, produk inilah yang berguna untuk merangsang
munculnya antibodi atau kekebalan tubuh. Dengan kata lain, cara kerja vaksin virus
corona sama dengan vaksin lainnya. Vaksin COVID-19 akan merangsang sistem imunitas
untuk membuat zat kekebalan tubuh (antibodi) yang bertahan cukup lama. Zat ini
nantinya akan melawan antigen dari patogen (virus corona) COVID-19 masuk ke dalam
tubuh. Bila antigen penyakit COVID-19 menyerang kembali, maka akan muncul reaksi
imunitas yang kuat dari tubuh. Tujuannya untuk menghancurkan antigen tersebut.
Sel cangkok itu seseorang atau makhluk yang menerima transplantasi sel menggunakan
program 'sel induk pluripoten diinduksi' atau Induced Pluriprotein Stem Cells (iPS) yang
didonorkan oleh manusia dewasa lain.Metode iPS dikembangkan dengan memindahkan
dan memprogram ulang sel matang milik pendonor menjadi kondisi embrio, dikalibrasi
ulang, dan menempatkannya ke dalam tubuh manusia penerima donor.Pada prosedur
yang dilakukan, sel kulit pendonor yang sehat dikalibrasi ulang menjadi tipe sel retina
yang kemudian ditransplantasi ke retina penerima donor yang mengalami degenerasi
akibat pertambahan usia. Melalui proses transplantasi itu, sel baru milik pendonor yang
telah diprogram ulang menggunakan metode iPS diharapkan mampu menghambat atau
bahkan menghentikan proses degenerasi sel milik penerima donor.