Disusun Oleh :
Nama : Repliana
NIM 2008060030
Kelas : 3B
Angkatan 2020
PROGRAM STUDI S1
FARMASI FAKULTAS
KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
MATARAM NUSA TENGGARA BARAT
2021/2022
DAFTAR ISI
COVER
DAFTAR ISI................................................................................................................i
BAB 1 KARDIOVASKULER....................................................................................1
BAB 2 RESPIRASI.....................................................................................................7
BAB 3 GASTROINTESTIAL..................................................................................10
BAB 5 HIPERLIPIDEMIA......................................................................................16
BAB 6 SSP.................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................20
i
BAB 1
KARDIOVASKULER
1
Angina atau yang disebut angina pectoris adalah adanya episode singkat
iskemia miokardium yang terjadi karena ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen pada otot jantung. Obat yang biasa digunakan untuk pengobatan angina
pektoris antara lain: Nitrovasodilator, antagonis reseptor beta, antiplatelet, calcium
channel blocker, dan lain. Adapun mekanisme kerja obat antiangina adalah sebagai
berikut:
a. Menurunkan kebutuhan oksigen jantung dengan cara menurunkan
kinerja jantung menggunakan penyekat reseptor beta
b. Melebarkan pembuluh darah koroner sehingga aliran darah lebih lancar
dan membawa lebih banyak oksigen (fungsi vasodilator)
c. Mengkombinasikan kedua cara pada butir 1 dan 2.
2. Obat Antiaritmia
Aritmia merupakan gangguan detak jantung atau irama jantung. Aritmia dapat
dapat berupa takikardia dan bradikardia. Takikardia merupakan adanya percepatan
irama detak jantung yang lebih dari normal, taki kardia dapat ditandai dengan adanya
pingsan sewaktuwaktu. Bradikardia merupakan kebalikan dari takikardia yaitu
merupakan perlambatan detak jantung yang dapat menjadi awal dari adanya gangguan
gagal jantung kongestif (CHF).
Obat yang biasa digunakan untuk pengobatan aritmia kordis antaralain adalah:
beta bloker, calcium channel blocker, antikoagulan, dll. Mekanisme kerja dari obat
antiaritmia adalah memperbaiki aktivitas listrik di jantung agar normal dengan
mengontrol kecepaan jantung berkontraksi.
3. Obat Glikosida/Gagal Jantung
Gagal jantung merupakan sebuah gangguan pada jantung berupa kegagalan
dalam memompa darah dalam jumlah yang memadai untuk mencukupi kebutuhan
metabolisme sehingga terjadi ketidakseimbangan jumlah antara darah yang
dibutuhkan dengan suplai darah yang ada
Obat yang biasa digunakan untuk mengatasi gagal jantung antara lain adalah:
obat yang mengandung zat diuretik, beta bloker, dan lain-lain
4. Obat Antihipertensi
Hipertensi atau yang biasa disingkat HT/HTN merupakan adanya peningkatan
tekanan darah di arteri secara abnormal. Obat yang dapat digunakan untuk mengatasi
hipertensi antara lain: Calcium channel blocker dengan diuretik, beta bloker dengan
diuretik, antagonis saluran Ca dengan beta bloker, antagonis Ca dengan Diltiazem.
Adapun mekanisme kerja dari obat antihipertensi adalah sebagai berikut :
a. Diuretik. Mengeluarkan cairan tubuh melalui air seni/kencing sehingga
volume cairan tubuh berkurang. Berkurangnya volume cairan tubuh ini
mengakibatkab daya pompa dan kerja jantung menjadi lebih ringan
b. Betabloker. Zat beta bloker pada obat antihipertensi juga berfungsi
untuk menurunkan daya pompa jantung
c. Vasodilator. Dengan adanya fungsi vasodilator pada obat anti
hipertensi, pembuluh darah akan melebar dengan adanya relaksasi otot
polos. Sehingga aliran darah lebih lancar dan daya pompa jantung lebih
ringan
d. Antagonis Kalsium. Ion kalsium dalam jantung mempengaruhi kinerja
denyut dan daya pompa jantung. Dengan adanya antagonis kalsium
atau Calcium Channel Blocker, jumlah ion Ca2+ yang masuk ke
jantung menurun sehingga dapat mengurangi dan menghambat
kontraksi jantung. Dengan terhambatnya kontraksi jantung, daya
pompa jantung juga akan jadi lebih ringan
RESPIRASI
2. Pengobatan
Pengobatan asma dan bronchitis dapat dibagi atas 3 kategori, yaitu terapi
serangan akut, status asmathicus, dan terapi pencegahan
Terapi Serangan Akut
Pada keadaan ini pemberian obat bronchospasmolitik untuk melepaskan
kejang bronchi. Obat yang digunakan adalah Salbutamol/Terbutalin, sebaiknya
secara inhalasi (efek 3-5 menit).
Status Asmathicus
Pada keadaan ini efek bronchodilator hanya ringan dan lambat. Hal ini
disebabkan oleh blockade reseptor beta karena adanya infeksi dalam saluran
napas. Pengobatan dengan suntikan IV Aminophilin/ Salbutamol dan
Hidrokortison dosis tinggi (200 – 400 mg per jam sampai maksimum 4 gram
sehari).
Terapi Pencegahan
Dilakukan dengan pemberian bronchodilator, misalnya: Salbutamol,
Ipatropium atau Teofilin. Bila karena alergi perlu ditambahkan Ketotifen.
GASTROINTESTINAL
DM (DIABETES MELITUS)
B. Pengobatan DM Geriatri
Pengobatan DM geriatri terdiri dari terapi non farmakologi dan farmakologi.
Terapi farmakologi diberikan apabila terapi non farmakologi tidak bisa mengendalikan
kontrol glukosa darah. Tetapi pada pemberian terapi farmakologi tetap diseimbangi
dengan terapi non farmakologi (Yunir & Soebardi, 2007).
a. Terapi Non Farmakologi
Pengaturan diet
Olahraga
Berhenti Merokok
b. Terapi Farmakologi
Lansia dengan DM tipe 2 tetap memiliki kemampuan
memproduksi insulin, sehingga penatalaksanaan DM dengan diet dapat
mengendalikan kontrol glukosa darah. Namun, apabila penderita tidak
melakukan pembatasan makan dengan ketat atau apabila penyakit tidak
terdeteksi dari awal maka terapi farmakologi dapat diberikan (Dellasega
& Yonushonis, 2007).
Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Insulin
Insulin merupakan hormon polipeptida yang di sekresi
oleh sel β pankreas.Insulin dapat dirusak oleh enzim
pencernaan sehingga diberikan melalui injeksi (Suherman,
2008)
BAB 5
HIPERLIPIDEMIA
SSP
Obat Susunan Saraf Pusat (SSP) adalah semua obat yang berpengaruh terhadap sistem
saraf pusat. Obat tersebut bereaksi terhadap otak dan dapat mempengaruhi pikiran seseorang
yaitu perasaan atau tingkah laku. Obat yang dapat merangsang SSP disebut analeptika.
Anestetika
Hipnotiv sedativ
Antikonvulsan
Antipartinson
Analeptika
BAB 7
A. Gagal Ginjal
Penyakit ini mengurangi ekskresi obat aktif maupun metabolitnya yang aktif
melalui ginjal sehingga meningkatkan kadarnya dalam darah dan jaringan, dan
menimbulkan respons yang berlebihan atau efek toksik.
Di samping itu peyakit ginjal dapat mengurangi kadar protein plasma atau
mengurangi ikatan protein plasma sehingga kadar obat bebas dalam darah meningkat,
terjadi perubahan keseimbangan elektrolit dan asam-basa, meningkatkan sensitivitas atau
respon jaringan terhadap beberapa obat, dan mengurangi atau menghilangkan efektivitas
beberapa obat.
Prinsip umum penggunaan obat pada gagal ginjal adalah sebagai berikut.
1) Sedapat mungkin dipilih obat yang eliminasi utamanya melalui
metabolisme hati, untuk obatnya sendiri maupun untuk metabolit aktifnya.
2) Hindarkan penggunaan: golongan tetrasiklin untuk semua derjat gangguan
ginjal (kecuali doksisiklin dan minosiklin yang dapat diberikan asal fungsi
ginjal tetap dimonitor), diuretik merkuri, diuretik hemat K, diuretik tiazid,
antidiabetik oral, dan aspirin (parasetamol mungkin merupakan analgesik
yang paling aman pada penyakit ginjal).
3) Gunakan dosis yang lebih rendah dari normal, terutama untuk obat-obat
yang eliminasi utamanya melalui ekskresi ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
Anugrah & Petter. (1995). Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Gadjah Mada
University Press.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. (2000). Informatorium Obat Nasional
Indonesia. Jakarta Indonesia: Depertemen Kesehatan Republik Indonesia.
Ganiswara, S.G. (2016). Farmakologi dan Terapi Ed.6. Jakarta Indonesia: Gaya Baru
--------., (2008). Buku Saku Obat-obat Penting untuk Pelayanan Kefarmasian, edisi revisi.
Yogyakarta Indonesia: Laboratorioum Manajemen Farmasi UGM.