Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEMULAWAK

Dosen pengampu: Ade Sukma Hamdani S.Farm, M.Si, Apt

Nama: Dianita gadis pratama


Nim: 200806009

PRODI FARMASI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA NTB

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga

makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak

terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan dukungan

baik materi maupun pikirannya.

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas Mata kuliah obatan asli indonesia . Karena

keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki, maka dalam pembuatan makalah ini kami

berusaha mencari sumber data dari berbagai sumber informasi terutama dari media internet

dan beberapa sumber lainnya.Terlaksananya penyusunan ini tak lepas dari pengawasan dan

bimbingan serta kerjasama pihak lain, maka sepantasnya kami penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada orang yang telah berjasa dalam penulisan ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang temulawak ini dapat

memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Mataram, 4 Mei 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Temulawak merupakan salah satu tanaman yang banyak digunakan


sebagai bahan baku obat tradisional di industri jamu, industri farmasi, serta industri
makanan dan minuman. Tanaman ini terkenal khasiatnya sebagai antioksidan. (Hadi,
1985; Agustra dan Chairul 1994; Suksamran dkk, 1994). Senyawa yang bertanggung
jawab terhadap efek farmakologis tersebut adalah kurkumin yang merupakan
kandungan utama dalam rimpang temulawak dan kunyit (Jayaprakasha dkk, 2006)
Sejak lama masyarakat telah mengenal dan menggunakan obat-obatan
alamiah yang berasal dari tumbu-tumbuhan, hewan dan mineral. Mereka meramu
dan meraciknya sendiri atas dasar pengalaman yang diwariskan secara turun-
temurun oleh generasi sebelumnya (Dalimartha, 2007)
Rimpang temulawak sejak lama dikenal sebagai tanaman obat, diantaranya
memiliki efek farmakologis sebagai pelindung terhadap hati (hepatoprotektor),
meningkatkan nafsu makan, anti radang, memperlancar pengeluaran empedu
(kolagogum), dan mengatasi gangguan pencernaan seperti diare, konstipasi, dan
disentri (Wijaya kusuma, 2007). Namun mekanisme kerja temulawak dalam
mengatasi diare sampai saat ini belum diketahui.
Melihat tingginya pemanfaatan temulawak dalam kehidupan sehari-hari
yang berfungsi sebagai antioksidan, sangat penting dilakukan analisis senyawa
kurkumin untuk menjamin efek farmakologis yang dihasilkan dari produk olahan
temulawak
Seiring perkembangan zaman, khasiat rimpang temulawak sebagai salah
satu obat alternatif semakin diakui. Saat ini telah dibuktikan secara ilmiah melalui
berbagai penelitian. Rimpang temulawak banyak digunakan sebagai bahan jamu
atau obat tradisional. Sari temulawak terkenal sebagai obat untuk mengembalikan
kondisi tubuh yang kelelahan (Muhlisah 1999).Disamping itu rimpang temulawak
dapat digunakan sebagai stimulansia (tonik), sehingga banyak dimanfaatkan
sebagai jamu yang berkhasiat untuk memulihkan nafsu makan dan sebagai obat
penambah darah. Bertambahnya nafsu makan dapat meningkatkan stamina tubuh
karena asupan makanan dan energinya cukup (Anonim, 1989).
B. Rumusan masalah
1. Bagaiman sejarah temulawak?
2. Bagaimana deskripsi tanaman temulawak?
3. Apa saja kandungan tanaman temulawak?
4. Apa saja manfaat temulawak?
5. Bagaimana cara budidaya tanaman temulawak?
6. Bagaimana cara panen dan pengolahan temulawak?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Sejarah temulawak
2. Untuk mengetahui deskrpisi tanaman temulawak
3. Untuk mengetahui kandungan tanaman temulawak
4. Untuk mengetahui manfaat tanaman temulawak
5. Untuk mengetahui cara budidaya temulawak
6. Untuk mengetahui cara panen dan pengolahan temulawak
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah tanaman temulawak (curcuma xanthorrhiza)


Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) merupakan tanaman obat asli Indonesia,
biasanya disebut juga dengan Curcuma javanica. Temulawak merupakan tanaman asli
Indonesia yang kemudian menyebar ke Malaysia, Thailand, Vietnam, Burma, India, dan
Filipina. Penyebaran temulawak berhubungan erat dengan pergerakan atau mobilitas
penduduk terutama suku Jawa. Wilayah pengembangan temulawak di Indonesia meliputi 13
propinsi, yaitu Sumatera Utara, Riau, Jambi, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta,
Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi
Selatan.
Temulawak telah dimanfaatkan dalam industri obat sebagai jamu, herbal terstandar
dan obat fitofarmaka, di Indonesia maupun di mancanegara. Kebutuhan temulawak untuk
industri obat tradisional menduduki peringkat pertama di Jawa Timur dan peringkat kedua
di Jawa Tengah setelah jahe.18 Oleh karena itu pada tahun 2004, pemerintah melalui Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (POM) mencanangkan Gerakan Nasional Minum
Temulawak sebagai minuman kesehatan.

B. Deskripsi tanaman temulawak

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) adalah salah satu obat herbal yang sering
digunakan oleh masyarakat khususnya di Indonesia dan merupakan salah satu obat
unggulan Indonesia yang telah diteliti sejak tahun 2003 (BPOM, 2005). Rimpang temulawak
digunakan dalam pembuatan jamu secara tradisional di Indonesia karena temulawak
dipercaya mempunyai manfaat yang sangat besar antara lain meningkatkan nafsu makan,
anti kolesterol, anti inflamasi, anemia, pencegah kanker, serta dapat mencegah terjadinya
pelemakan dalam sel-sel hati dan sebagai antioksidan penangkal senyawa-senyawa radikal
yang berbahaya (Oktaviana, 2010).
Pada temulawak (Curcuma xanthorrhiza) rimpangnya mengandung banyak zat
kimiawi yang memberikan pengaruh positif terhadap organ dalam manusia seperti empedu,
hati dan pankreas. Terutama pada liver, temulawak sebagai tanaman obat khas Indonesia
yang sangat efektif untuk mengatasi gangguan lever. Kertia (2000) menyatakan bahwa zat
aktif dari temulawak adalah kurkumin yang memiliki kemampuan melindungi fungsi liver,
saluran cerna, ginjal serta menurunkan profil lipid dan radikal bebas. Sedangkan Liang, et
al.(1985) menyatakan bahwa rimpang temulawak juga memiliki manfaat untuk mengatasi
gangguan liver serta meningkatkan sistem imun dalam tubuh manusia. Menurut Dalimarta
(2000) menyatakan bahwa ekstrak temulawak sangat manjur untuk pengobatan penyakit hati.
Hal ini disebabkan oleh beberapa dari komposisi kimia rimpang temulawak yang
mengandung protein pati sebesar 29-30%, kurkumin 1-3%, dan minyak atsiri 6-10%. Di
samping itu, kurkumin berperan dalam menjaga dan menyehatkan hati (hepatoprotector)

C. Kandungan tanaman temulawak

Kandungan dalam temulawak berisi senyawa-senyawa kimia yang memiliki kandungan


aktif secara fisiologi, yaitu kurkuminoid dan minyak atsiri. Kandungan kurkuminoid dalam
temulawak berfungsi sebagai anti- bakteria, anti-kanker, anti-tumor, serta mengandung
antioksidan. Kandungan kurkuminoid dalam temulawak berkisar 1-2% dan kandungan minyak
atsiri dalam temulawak berkisar 3-12%.
Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) mengandung banyak zat kimiawi yang
memberikan kesan positif terhadap organ dalam manusia seperti empedu, hati dan pankreas.
Pengaruhnya terhadap empedu ialah dapat mencegah pembentukan batu dan kolesistisis. Dalam
hati, zat temulawak merangsang sel hati membuat empedu, mencegah hepatatis dan penyakit
hati, membantu menurunkan kadar SGOT dan SGPT dan sebagai anti- hepatotoksik. Selain itu,
yang dapat merangsang fungsi pankreas, menambah selera makan, berkemampuan merangsang
perjalanan sistem hormon metabolisme dan fisiologi tubuh.
Temulawak mengandung minyak atsiri seperti limonina yang mengharumkan, sedangkan
kandungan flavonoida-nya berkhasiat menyembuhkan radang. Minyak atsiri juga bisa
membunuh mikroba. Buahnya mengandung minyak terbang (anetol, pinen, felandren, dipenten,
fenchon, metilchavikol, anisaldehida, asam anisat, kamfer) dan minyak lemak. Komponen
utama rimpang temulawak:
Tabel 1. Kandungan atau komponen utama Rimpang Temulawak.

NO Kandungan zat Jumlah kandungan (%) Manfaat


1 Pati 48,18% - 59,64% Membantu proses
metabolisme dan
fisiologis organ
badan
2 Protein 29%-30%
abu 5,26%-7,07%
serat 2,58%- 4,83% Memulihkan
kesegaran badan
3 Kurkumin 1,6% - 2,2% melancarkan proses
pencernaan tubuh
4 Minyak atsiri 6% - 10% Meningkatkan
fungsi ginjal
5 Phelandren - Melancarkan
pengeluaran toksik
dalam tubuh
melalui air kencing
6 Turmerol - Membantu proses
metabolisme
7 Borneol - Memulihkan
kesehatan tubuh
badan akubat
serangan penyakit
8 Sineal & xanthorizol

D. Khasiat tanaman temulawak


Khasiat dari tanaman rimpang temulawak dapat dibuktikan melalui bukti- bukti empiris
dari budaya minum jamu nenek moyang kita dan bukti ilmiah melalui pengujian-pengujian
secara in vitro, pengujian praklinis kepada binatang dan uji klinis terhadap manusia. Bukti
empiris rimpang temulawak banyak digunakan untuk meningkatkan nafsu makan, memperbaiki
fungsi pencernaan, memelihara kesehatan fungsi hati, pereda nyeri sendi dan tulang,
menurunkan lemak darah, sebagai antioksidan dan membantu menghambat penggumpalan
darah.1
Bukti ilmiah dari khasiat temulawak telah diketahui melalui berbagai pengujian
praklinis. Penelitian yang telah ada membuktikan bahwa ekstrak temulawak yang diberikan
secara oral pada tikus percobaan, dapat mengurangi rasa sakit dengan memblok respon nyeri
inflamasi. Zat aktif yang ditemukan dalam rimpang temulawak adalah xanthorrhizol yang dapat
berfungsi sebagai analgesik (penghilang rasa sakit). Secara in vitro ekstrak rimpang temulawak
dapat juga dipergunakan untuk menghambat pertumbuhan jamur, misalnya jamur Candida
albicans. Aktivitas antijamur pada temulawak disebabkan karena adanya kandungan minyak
atsiri pada temulawak. Efek dari temulawak yang telah terbukti lainnya adalah sebagai
antiinflamasi, anti oksidan, anti diabetes, anti helmintik, anti tumor, efek hipolipidemik, efek
penekanan saraf pusat, efek hepatoprotektif, dan antibakteri.

E. Budidaya temulawak

Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan terlindung
dari teriknya sinar matahari. Dihabitat alami rumpun tanaman ini tumbuh subur di bawah
naungan pohonbambu atau jati. Akan tetapi temulawak juga dapat dengan mudah ditemukan
di tempat yang terik seperti tanah tegalan. Secara umum tanaman ini memiliki daya adaptasi
yang tinggi terhadap berbagai cuaca di daerah beriklim tropis.

a. Pembibitan :

Perbanyakan tanaman temulawak dilakukan menggunakan rimpang-rimpangnya baik berupa


rimpang induk (rimpang utama) maupun rimpang anakan (rimpang cabang). Keperluan rimpang
induk adalah 1.500-2.000 kg/ha dan rimpang cabang sebanyak 500-700 kg/ha.

1. Persyaratan Bibit : Rimpang untuk bibit diambil dari tanaman tua yang sehat berumur 10
-12 bulan.
2. Penyiapan Bibit : Tanaman induk dibongkar dan bersihkan akar dan tanah yang menempel
pada rimpang. Pisahkan rimpang induk dari rimpang anak.

 Bibit rimpang induk : Rimpang induk dibelah menjadi empat bagian yang
mengandung 2-3 mata tunas dan dijemur selama 3-4 jam selama 4-6 hari berturut-turut.
Setelah itu rimpang dapat langsung ditanam.

 Bibit rimpang anak : Simpan rimpang anak yang baru diambil di tempat lembab
dan gelap selama 1-2 bulan sampai keluar tunas baru. Penyiapan bibit dapat pula
dilakukan dengan menimbun rimpang di dalam tanah pada tempat teduh, meyiraminya
dengan air bersih setiap pagi/sore hari sampai keluar tunas. Rimpang yang telah
bertunas segera dipotong-potong menjadi potongan yang memiliki 2-3 mata tunas yang
siap ditanam. Bibit yang berasal dari rimpang induk lebih baik daripada rimpang anakan.
Sebaiknya bibit disiapkan sesaat sebelum tanam agar mutu bibit tidak berkurang akibat
penyimpanan.

b. Pengolahan Media Tanam


 Persiapan Lahan : Lokasi penanaman dapat berupa lahan tegalan, perkebunan
atau pekarangan. Penyiapan lahan untuk kebun temulawak sebaiknya dilakukan 30 hari
sebelum tanam.

 Pembukaan Lahan: Lahan dibersihkan dari tanaman-tanaman lain dan gulma


yang dapat mengganggu pertumbuhan kunyit. Lahan dicangkul sedalam 30 cm sampai
tanah menjadi gembur.

 Pembentukan Bedengan : Lahan dibuat bedengan selebar 120-200 cm, tinggi 30


cm dan jarak antar bedengan 30-40 cm. Selain dalam bentuk bedengan, lahan dapat juga
dibentuk menjadi petakan-petakan agak luas yang dikelilingi parit pemasukkan dan
pembuangan air, khususnya jika temulawak akan ditanam di musim hujan.

 Pemupukan Organik (sebelum tanam) : Pupuk kandang matang dimasukkan ke


dalam lubang tanam sebanyak 1-2 kg. Keperluan pupuk kandang untuk satu hektar
kebun adalah 20-25 ton karena pada satu hektar lahan terdapat 20.000-25.000 tanaman.

c. Teknik Penanaman

 Penentuan Pola Tanaman : Penanaman dilakukan secara monokultur dan lebih


baik dilakukan pada awal musim hujan kecuali pada daerah yang memiliki pengairan
sepanjang waktu. Fase awal pertumbuhan adalah saat dimana tanaman memerlukan
banyak air.

 Pembutan Lubang Tanam : Lubang tanam dibuat di atas bedengan/petakan


dengan ukuran lubang 30 x 30 cm dengan kedalaman 60 cm. Jarak antara lubang adalah
60 x 60 cm.

 Cara Penanaman : Satu bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan posisi
mata tunas menghadap ke atas. Setelah itu bibit ditimbun dengan tanah sedalam 10 cm.

 Periode Tanam : Masa tanam temulawak yaitu pada awal musim hujan untuk
masa panen musim kemarau mendatang. Penanaman pada di awal musim hujan ini
memungkinkan untuk suplai air yang cukup bagi tanaman muda yang memang sangat
membutuhkan air di awal pertumbuhannya.

d. Pemeliharaan Tanaman
 Penyulaman : Tanaman yang rusak/mati diganti oleh bibit yang sehat yang merupakan
bibit cadangan.

 Penyiangan : Penyiangan rumput liar dilakukan pagi/sore hari yang tumbuh di atas
bedengan atau petak bertujuan untuk menghindari persaingan makanan dan air.
Peyiangan pertama dan kedua dilakukan pada dua dan empat bulan setelah tanam
(bersamaan dengan pemupukan). Selanjutnya penyiangan dapat dilakukan segera
setelah rumput liar tumbuh. Untuk mencegah kerusakan akar, rumput liar disiangi
dengan bantuan kored/cangkul dengan hati-hati.

 Pembumbunan : Kegiatan pembumbunan perlu dilakukan pada pertanaman rimpang-


rimpangan untuk memberikan media tumbuh rimpang yang cukup baik. Pembumbunan
dilakukan dengan menimbun kembali area perakaran dengan tanah yang jatuh terbawa
air. Pembumbunan dilakukan secara rutin setelah dilakukan penyiangan.

 Pemupukan :

1. Pemupukan Organik : Pada pertanian organik yang tidak menggunakan bahan


kimia termasuk pupuk buatan dan obat-obatan, maka pemupukan secara organik
yaitu dengan menggunakan pupuk kompos organik atau pupuk kandang dilakukan
lebih sering disbanding kalau kita menggunakan pupuk buatan. Adapun pemberian
pupuk kompos organik ini dilakukan pada awal pertanaman pada saat pembuatan
guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60 – 80 ton per hektar yang ditebar dan
dicampur tanah olahan. Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos dapat juga
dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman
sebanyak 0.5 – 1kg per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur
2 – 3 bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak
2 – 3 kg per tanaman. Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah
kegiatan penyiangan dan bersamaan dengan kegiatan pembumbunan.
2. Pemupukan Konvensional :

a. Pemupukan Awal

Pupuk dasar yang diberikan saat tanam adalah SP-36 sebanyak 100 kg/ha yang disebar
di dalam larikan sedalam 5 cm di antara barisan tanaman atau dimasukkan ke dalam
lubang sedalam 5 cm pada jarak 10 cm dari bibit yang baru ditanam. Larikan atau
lubang pupuk kemudian ditutup dengan tanah. Sesaat setelah pemupukan tanaman
langsung disiram untuk mencegah kekeringan tunas.

b. Pemupukan Susulan

Pada waktu berumur dua bulan, tanaman dipupuk dengan pupuk kandang sebanyak 0,5
kg/tanaman (10-12,5 ton/ha), 95 kg/ha urea dan 85 kg/ha KCl. Pupuk diberikan kembali
pada waktu umur tanaman mencapai empat bulan berupa urea dan KCl dengan dosis
masing-masing 40 kg/ha. Pupuk diberikan dengan cara disebarkan merata di dalam
larikan pada jarak 20 cm dari pangkal batang tanaman lalu ditutup dengan tanah.

F. Panen Temulawak

 Ciri dan Umur Panen :

Rimpang dipanen dari tanaman yang telah berumur 9-10 bulan. Tanaman yang siap panen
memiliki daun-daun dan bagian tanaman yang telah menguning dan mengering, memiliki
rimpang besar dan berwarna kuning kecoklatan.

 Cara Panen:

Tanah disekitar rumpun digali dan rumpun diangkat bersama akar dan rimpangnya.

 Periode Panen :

Panen dilakukan pada akhir masa pertumbuhan tanaman yaitu pada musim kemarau. Saat
panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah. Namun demikian apabila
tidak sempat dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada
musim kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya
rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena
lebih banyak kadar airnya.

 Perkiraan Hasil Panen :

Tanaman yang sehat dan terpelihara menghasilkan rimpang segar sebanyak 10-20 ton/hektar.

Pengolahan hasil panen temulawak (cara membuat temulawak instan)


Banyak cara mengolah temulawak, kebanyakan mengolahnya menjadi jamu. Tapi, terkadang
rasa pahit itu ada ketika dikonsumsi. Berikut adalah cara mengolah temulawak instan sebagai
minuman segar untuk mengobati berbagai penyakit:

ALAT DAN BAHAN

1. ALAT

 pisau
 alat penghancur (blender, parutan)
 penyaring
 wajan
 timbangan
 pengaduk
 alat penepung/penumbuk (lumpang) dan pengayak
 kemasan
 kompor
 wadah (waskom)
 talenan

2. BAHAN

 rimpang temulawak 1 kg
 cengkeh 5 gram
 jeruk nipis 1 buah
 daun pandan 10 helai
 garam secukupnya
 gula pasir 800 gram atau 8 ons
 air
 susu indomilk 3 sachet
 batang tanaman sereh secukupnya

LANGKAH KERJA

1. Rimpang temulawak di cuci bersih, kemudian dikupas, dihaluskan tambah air, diperas
ambil sarinya lalu disaring
2. Cengkeh, daun pandan ditumbuk halus, jeruk nipis dibelah dan diambil airnya
3. Bahan-bahan sari temulawak ditambah air perasan jeruk nipis, bubuk cengkeh, daun
pandan, garam, serta tambahkan setengah dari jumlah gula pasir (400 gram). Kemudian
diaduk dan lakukan penyaringan
4. Setelah didapat filtrat kemudian lakukan pemasakan di dalam wajan dengan api sedang
bahkan mendekati kecil. Selama pemasakan, pengadukan harus terus dilakukan untuk
menghindari terjadinya penggumpalan dan penghangusan. Pemasakan terus dilakukan
hingga terbentuk adonan yang kental dan berkesan berminyak
5. Kedalaman adonan yang kental (no 4), ditambahkan lagi gula pasir yang tersisa (400 gram)
dengan terus dilakukan pengadukan hingga terjadi kristal, terus diaduk hingga dingin.
Selanjutnya setelah dingin lalu di tumbuk atau dihancurkan hingga menjadi serbuk.
6. Serbuk yang telah dihancurkan kemudian diayak hingga diperoleh instan temulawak yang
benar-benar lembut
7. Instan temulawak kemudian dikemas dengan menggunakan kemasan yang sesuai, misalnya
plastik seperti untuk es mambo.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Rimpang temulawak dikenal sebagai tanaman obat, diantaranya memiliki efek


farmakologis sebagai pelindung terhadap hati (hepatoprotektor), meningkatkan nafsu makan,
antiradang, memperlancar pengeluaran empedu (kolagogum), dan mengatasi gangguan
pencernaan seperti diare, konstipasi, dan disentri
Temulawak ternyata sangat mudah ditanam karena lokasi penanaman dapat berupa
lahan tegalan, perkebunan atau pekarangan. Maka kita bisa memanfaatkan lahan kecil yang
tidak terpakai untuk penanaman temulawak ini.

B. Saran
• Penulis diharapkan lebih baik lagi dalam menulis makalah ini
• Penulis diharapkan mengkaji lebih dalam hal yang berkaitan dengan judul makalah
• Semoga bermanfaat bagi penulis dan khusunya bagi penulis
DAFTAR PUSTAKA

Jawetz E, Melnick JL, Adelberg E. Mikrobiologi Kesehatan. Buku Kesehatan. Jakarta. 2005.
Anand, P. Bioavailability of Curcumin: Problems and Promises. J Mol Pharmaceutics. 2007;
4(6): 807-18.
Rita, WS. Isolasi, identifikasi dan uji aktivitas antibakteri senyawa golongan triterpenoid
pada rimpang temu putih. J Chem. 2010; 4(1): 20-26.
Heinrich, M. Farmakognosi dan Fitoterapi. Buku Kedokteran Indonesia. Jakarta. 2009.
Ro.binson T. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. ITB. Bandung. 1991.
Bermawie N, Rahardjo M, Wahyuno D, Mamun. Status teknologi budidaya dan pasca
panen tanaman kunyit dan temulawak sebagai penghasil kurkumin. Balai Penelitian
Tanaman Obat dan Aromatik. Bogor. (Penerbit), 2008: 84-97.
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/30e0ef5e6a764d70fb92cc1cf6e2e364.pdf

Anda mungkin juga menyukai