TEMULAWAK
PRODI FARMASI
FAKULTAS KESEHATAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan dukungan
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas Mata kuliah obatan asli indonesia . Karena
keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki, maka dalam pembuatan makalah ini kami
berusaha mencari sumber data dari berbagai sumber informasi terutama dari media internet
dan beberapa sumber lainnya.Terlaksananya penyusunan ini tak lepas dari pengawasan dan
bimbingan serta kerjasama pihak lain, maka sepantasnya kami penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada orang yang telah berjasa dalam penulisan ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang temulawak ini dapat
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Sejarah temulawak
2. Untuk mengetahui deskrpisi tanaman temulawak
3. Untuk mengetahui kandungan tanaman temulawak
4. Untuk mengetahui manfaat tanaman temulawak
5. Untuk mengetahui cara budidaya temulawak
6. Untuk mengetahui cara panen dan pengolahan temulawak
BAB II
PEMBAHASAN
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) adalah salah satu obat herbal yang sering
digunakan oleh masyarakat khususnya di Indonesia dan merupakan salah satu obat
unggulan Indonesia yang telah diteliti sejak tahun 2003 (BPOM, 2005). Rimpang temulawak
digunakan dalam pembuatan jamu secara tradisional di Indonesia karena temulawak
dipercaya mempunyai manfaat yang sangat besar antara lain meningkatkan nafsu makan,
anti kolesterol, anti inflamasi, anemia, pencegah kanker, serta dapat mencegah terjadinya
pelemakan dalam sel-sel hati dan sebagai antioksidan penangkal senyawa-senyawa radikal
yang berbahaya (Oktaviana, 2010).
Pada temulawak (Curcuma xanthorrhiza) rimpangnya mengandung banyak zat
kimiawi yang memberikan pengaruh positif terhadap organ dalam manusia seperti empedu,
hati dan pankreas. Terutama pada liver, temulawak sebagai tanaman obat khas Indonesia
yang sangat efektif untuk mengatasi gangguan lever. Kertia (2000) menyatakan bahwa zat
aktif dari temulawak adalah kurkumin yang memiliki kemampuan melindungi fungsi liver,
saluran cerna, ginjal serta menurunkan profil lipid dan radikal bebas. Sedangkan Liang, et
al.(1985) menyatakan bahwa rimpang temulawak juga memiliki manfaat untuk mengatasi
gangguan liver serta meningkatkan sistem imun dalam tubuh manusia. Menurut Dalimarta
(2000) menyatakan bahwa ekstrak temulawak sangat manjur untuk pengobatan penyakit hati.
Hal ini disebabkan oleh beberapa dari komposisi kimia rimpang temulawak yang
mengandung protein pati sebesar 29-30%, kurkumin 1-3%, dan minyak atsiri 6-10%. Di
samping itu, kurkumin berperan dalam menjaga dan menyehatkan hati (hepatoprotector)
E. Budidaya temulawak
Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan terlindung
dari teriknya sinar matahari. Dihabitat alami rumpun tanaman ini tumbuh subur di bawah
naungan pohonbambu atau jati. Akan tetapi temulawak juga dapat dengan mudah ditemukan
di tempat yang terik seperti tanah tegalan. Secara umum tanaman ini memiliki daya adaptasi
yang tinggi terhadap berbagai cuaca di daerah beriklim tropis.
a. Pembibitan :
1. Persyaratan Bibit : Rimpang untuk bibit diambil dari tanaman tua yang sehat berumur 10
-12 bulan.
2. Penyiapan Bibit : Tanaman induk dibongkar dan bersihkan akar dan tanah yang menempel
pada rimpang. Pisahkan rimpang induk dari rimpang anak.
Bibit rimpang induk : Rimpang induk dibelah menjadi empat bagian yang
mengandung 2-3 mata tunas dan dijemur selama 3-4 jam selama 4-6 hari berturut-turut.
Setelah itu rimpang dapat langsung ditanam.
Bibit rimpang anak : Simpan rimpang anak yang baru diambil di tempat lembab
dan gelap selama 1-2 bulan sampai keluar tunas baru. Penyiapan bibit dapat pula
dilakukan dengan menimbun rimpang di dalam tanah pada tempat teduh, meyiraminya
dengan air bersih setiap pagi/sore hari sampai keluar tunas. Rimpang yang telah
bertunas segera dipotong-potong menjadi potongan yang memiliki 2-3 mata tunas yang
siap ditanam. Bibit yang berasal dari rimpang induk lebih baik daripada rimpang anakan.
Sebaiknya bibit disiapkan sesaat sebelum tanam agar mutu bibit tidak berkurang akibat
penyimpanan.
c. Teknik Penanaman
Cara Penanaman : Satu bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan posisi
mata tunas menghadap ke atas. Setelah itu bibit ditimbun dengan tanah sedalam 10 cm.
Periode Tanam : Masa tanam temulawak yaitu pada awal musim hujan untuk
masa panen musim kemarau mendatang. Penanaman pada di awal musim hujan ini
memungkinkan untuk suplai air yang cukup bagi tanaman muda yang memang sangat
membutuhkan air di awal pertumbuhannya.
d. Pemeliharaan Tanaman
Penyulaman : Tanaman yang rusak/mati diganti oleh bibit yang sehat yang merupakan
bibit cadangan.
Penyiangan : Penyiangan rumput liar dilakukan pagi/sore hari yang tumbuh di atas
bedengan atau petak bertujuan untuk menghindari persaingan makanan dan air.
Peyiangan pertama dan kedua dilakukan pada dua dan empat bulan setelah tanam
(bersamaan dengan pemupukan). Selanjutnya penyiangan dapat dilakukan segera
setelah rumput liar tumbuh. Untuk mencegah kerusakan akar, rumput liar disiangi
dengan bantuan kored/cangkul dengan hati-hati.
Pemupukan :
a. Pemupukan Awal
Pupuk dasar yang diberikan saat tanam adalah SP-36 sebanyak 100 kg/ha yang disebar
di dalam larikan sedalam 5 cm di antara barisan tanaman atau dimasukkan ke dalam
lubang sedalam 5 cm pada jarak 10 cm dari bibit yang baru ditanam. Larikan atau
lubang pupuk kemudian ditutup dengan tanah. Sesaat setelah pemupukan tanaman
langsung disiram untuk mencegah kekeringan tunas.
b. Pemupukan Susulan
Pada waktu berumur dua bulan, tanaman dipupuk dengan pupuk kandang sebanyak 0,5
kg/tanaman (10-12,5 ton/ha), 95 kg/ha urea dan 85 kg/ha KCl. Pupuk diberikan kembali
pada waktu umur tanaman mencapai empat bulan berupa urea dan KCl dengan dosis
masing-masing 40 kg/ha. Pupuk diberikan dengan cara disebarkan merata di dalam
larikan pada jarak 20 cm dari pangkal batang tanaman lalu ditutup dengan tanah.
F. Panen Temulawak
Rimpang dipanen dari tanaman yang telah berumur 9-10 bulan. Tanaman yang siap panen
memiliki daun-daun dan bagian tanaman yang telah menguning dan mengering, memiliki
rimpang besar dan berwarna kuning kecoklatan.
Cara Panen:
Tanah disekitar rumpun digali dan rumpun diangkat bersama akar dan rimpangnya.
Periode Panen :
Panen dilakukan pada akhir masa pertumbuhan tanaman yaitu pada musim kemarau. Saat
panen biasanya ditandai dengan mengeringnya bagian atas tanah. Namun demikian apabila
tidak sempat dipanen pada musim kemarau tahun pertama ini sebaiknya dilakukan pada
musim kemarau tahun berikutnya. Pemanenan pada musim hujan menyebabkan rusaknya
rimpang dan menurunkan kualitas rimpang sehubungan dengan rendahnya bahan aktif karena
lebih banyak kadar airnya.
Tanaman yang sehat dan terpelihara menghasilkan rimpang segar sebanyak 10-20 ton/hektar.
1. ALAT
pisau
alat penghancur (blender, parutan)
penyaring
wajan
timbangan
pengaduk
alat penepung/penumbuk (lumpang) dan pengayak
kemasan
kompor
wadah (waskom)
talenan
2. BAHAN
rimpang temulawak 1 kg
cengkeh 5 gram
jeruk nipis 1 buah
daun pandan 10 helai
garam secukupnya
gula pasir 800 gram atau 8 ons
air
susu indomilk 3 sachet
batang tanaman sereh secukupnya
LANGKAH KERJA
1. Rimpang temulawak di cuci bersih, kemudian dikupas, dihaluskan tambah air, diperas
ambil sarinya lalu disaring
2. Cengkeh, daun pandan ditumbuk halus, jeruk nipis dibelah dan diambil airnya
3. Bahan-bahan sari temulawak ditambah air perasan jeruk nipis, bubuk cengkeh, daun
pandan, garam, serta tambahkan setengah dari jumlah gula pasir (400 gram). Kemudian
diaduk dan lakukan penyaringan
4. Setelah didapat filtrat kemudian lakukan pemasakan di dalam wajan dengan api sedang
bahkan mendekati kecil. Selama pemasakan, pengadukan harus terus dilakukan untuk
menghindari terjadinya penggumpalan dan penghangusan. Pemasakan terus dilakukan
hingga terbentuk adonan yang kental dan berkesan berminyak
5. Kedalaman adonan yang kental (no 4), ditambahkan lagi gula pasir yang tersisa (400 gram)
dengan terus dilakukan pengadukan hingga terjadi kristal, terus diaduk hingga dingin.
Selanjutnya setelah dingin lalu di tumbuk atau dihancurkan hingga menjadi serbuk.
6. Serbuk yang telah dihancurkan kemudian diayak hingga diperoleh instan temulawak yang
benar-benar lembut
7. Instan temulawak kemudian dikemas dengan menggunakan kemasan yang sesuai, misalnya
plastik seperti untuk es mambo.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
• Penulis diharapkan lebih baik lagi dalam menulis makalah ini
• Penulis diharapkan mengkaji lebih dalam hal yang berkaitan dengan judul makalah
• Semoga bermanfaat bagi penulis dan khusunya bagi penulis
DAFTAR PUSTAKA
Jawetz E, Melnick JL, Adelberg E. Mikrobiologi Kesehatan. Buku Kesehatan. Jakarta. 2005.
Anand, P. Bioavailability of Curcumin: Problems and Promises. J Mol Pharmaceutics. 2007;
4(6): 807-18.
Rita, WS. Isolasi, identifikasi dan uji aktivitas antibakteri senyawa golongan triterpenoid
pada rimpang temu putih. J Chem. 2010; 4(1): 20-26.
Heinrich, M. Farmakognosi dan Fitoterapi. Buku Kedokteran Indonesia. Jakarta. 2009.
Ro.binson T. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. ITB. Bandung. 1991.
Bermawie N, Rahardjo M, Wahyuno D, Mamun. Status teknologi budidaya dan pasca
panen tanaman kunyit dan temulawak sebagai penghasil kurkumin. Balai Penelitian
Tanaman Obat dan Aromatik. Bogor. (Penerbit), 2008: 84-97.
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/30e0ef5e6a764d70fb92cc1cf6e2e364.pdf