Anda di halaman 1dari 13

KARYA ILMIAH

PELECEHAN SEKSUAL DI DALAM KEHIDUPAN


MASYARAKAT
D

OLEH:

KELOMPOK 2 :

1. DEDI IRAWAN
2. BELLA SINTAYU BR.SIRAIT
3. DEASY ANGELIA
4. DHEA SYAHFITRI DARMASARI NASUTION
5. DWI AFRILIANTI
6. IBNUH MAULANA

KELAS : XI MIA.3
BIDANG STUDI : BAHASA INDONESIA
GURU PEMBIMBING : PITRAYATI, S.Pd

SMA NEGERI 1 BANDAR PASIR MANDOGE


T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami
dapat menulis dan menyusun karya ilmiah yang berjudul “ Pelecehan Seksual Di Dalam Kehidupan
Masyarakat “ dengan disusun secara sederhana.
Karya ilmiah ini dibuat berdasarkan pengetahuan,sumber buku,dan informasi dari internet.
Semoga karya ilmiah ini dapat menjadi sarana bagi generasi muda untuk mengetahui bahaya
berhubungan intim di luar nikah .
Kami menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangannya. Untuk itu, demi kesempurnaan karya ilmiah ini kami sangat mengharapkan
adanya saran, kritik, dan masukan yang bersifat membangun.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu guru dan teman  yang telah memberikan
saran yang baik kepada kami dalam menyusun karya ilmiah ini, tak lupa kami juga mengucapkan
banyak terima kasih kepada Ibu Pitrayati yang telah memberi kesempatan dan kepercayaan kepada kami
untuk membuat karya ilmiah ini.

BP. MANDOGE, 30 JANUARI 2022


Ketua Kelompok,

DEDI IRAWAN

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2. Batasan Masalah......................................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulis............................................................................................................ 2
1.4. Tujuan khusus ........................................................................................................... 2
1.5. Manfaat penulisan ..................................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 pengertian pelecehan seksual...................................................................................... 3
2.2 pelecehan dan kekerasan seksual pada remaja putri................................................... 4
2.3 pelecehan dan kekerasan seksual pada anak .............................................................. 4
2.4 dampak dari pelecehan seksual .................................................................................. 6
2.5 solusi dalam mencegah kekerasan dan pelecehan seksual ......................................... 7
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................................... 9
B. Saran ............................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kejahatan sejak dahulu hingga sekarang selalu mendapatkan sorotan, baik itu dari kalangan
pemerintah maupun dari masyarakat itu sendiri. Persoalan kejahatan bukanlah merupakan persoalan
yang sederhana terutama dalam masyarakat yang sedang mengalami perkembangan seperti
Indonesia ini. Dengan adanya perkembangan itu dapat dipastikan terjadi perubahan tata nilai, dimana
perubahan tata nilai yang bersifat positif berakibat pada kehidupan masyarakat yang harmonis dan
sejahtera, sedang perubahan tata nilai bersifat negatif menjurus ke arah runtuhnya nilai-nilai budaya
yang sudahada.“Kejahatan adalah suatu tindakan anti sosial yang merugikan, tidak pantas, tidak
dapat dibiarkan yang dapat menimbulkan kegoncangan dalam masyarakat.”( B. Simandjuntak, 1981,
Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial, Bandung: Tarsito, hal 71)

Menurut Van Bemmelen, kejahatan adalah:“Tiap kelakukan yang bersifat tindak susila yang
merugikan yang menimbulkan begitu banyak ketidaktenangan dalam suatu masyarakat tertentu.
Sehingga masyarakat itu berhak mencelanya dan menyatakan penolakannya atas kelakukan itu
dalam bentuk nestapa dengan sengaja diberikan karena kelakuan tersebut”. Sementara itu, menurut
Bonger, “Setiap kejahatan bertentangan dengan kesusilaaan, kesusilaan berakar dalam rasa sosial
dan lebih dalam tertanam daripada agama, kesusilaan merupakan salah satu kaidah pergaulan” Salah
satu masalah yang dihadapi remaja dan menjadi masalah bagi lingkungannya adalah aktivitas
seksual yang akhir-akhir ini nampak menjurus pada hal-hal negatif. Dikatakan negatif karena para
remaja bersikap dan bertingkah laku yang menyimpang, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya
berbagai macam perilaku seksual disalurkan dengan sesama jenis kelamin, dengan anak yang belum
berumur, dan sebagainya.
Permasalahan sebuah rumah tangga yang tidak dapat terurai secara jelas dapat menyebabkan
keretakan sebuah kebersamaan yang serius yaitu, perceraian. Perceraian kemudian melahirkan babak
kehidupan baru seperti terjadinya peran baru yang disebut single parent.Single parent seorang ayah
atau seorang ibu yang memikul tugasnya sendiri sebagai kepala keluarga sekaligus ibu rumah
tangga. Orang tua tunggal atau disebut dengan istilah Single Parent yaitu orang tua yang hanya
terdiri dari satu orang saja, dimana didalam rumah tangga ia berperan sebagai ibu dan juga berperan
sebagai ayah. Saat ini keluarga orang tunggal memiliki serangkaian masalah khusus.Orang tua
tunggal ini menjadi lebih penting bagi anak dan perkembangannya karena orang tua tunggal ini tidak
mempunyai pasangan untuk saling menopang.

iv
1 . 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah:
1. Apa pengertian dari Pelecehan Seksual?
2. Bagaimanakah pelecehan seksual yang terjadi pada remaja putri ?
3. Bagaimanakah pelecehan seksual yang terjadi pada anak-anak?
4. Apa saja dampak dari pelecehan seksual ?
5. Bagaimanakahsolusinya untuk mencegah terjadinya kekerasan dan pelecehan seksual?

1. 3 Tujuan Penulisan
1.3. 1 Tujuan Umum Untuk menyelesaikan tugas dari mata pelajaran Bahasa Indonesia.

1.3. 2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui pengertian dari Pelecehan Seksual.
2. Untuk mengetahui pelecehan seksual yang terjadi pada remaja putri.
3. Untuk mengetahui pelecehan seksual yang terjadi pada anak-anak.
4. Untuk mengetahuidampak dari pelecehan seksual.
5. Untuk mengetahuisolusinya untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bagi Penulis
Sebagai suatu pengetahuan yang lebih luas untuk penulias mengenai masalah pelecehan
seksual (sexual harassment) serta untuk lebih memahami mengenai penerapan hukum
yang lebih baik di masyarakat.
2. Bagi Masyarakat
Sebagai tambahan bagi masyarakat terutama pada pihak orang tua yang memiliki anak-
anak remaja agar lebih memahami tentang fenomena pelecehan seksual, apa saja faktor
dan dampak apabila sampai terjadi pelecehan seksual (sexsual harassment) serta
penanggulangan-penanggulangan yang dapat dilakukan jika terjadi pelecehan seksual.

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pelecehan Seksual


Pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi seksual yang
dilakukan secara sepihak dan tidak diharapkan oleh orang yang menjadi sasaran hingga
menimbulkan reaksi negatif: rasa malu, marah, tersinggung dan sebagainya pada diri orang yang
menjadi korban pelecehan. Pelecehan seksual terjadi ketika pelaku mempunyai kekuasaan yang lebih
dari pada korban. Kekuasaan dapat berupa posisi pekerjaan yang lebih tinggi, kekuasaan ekonomi,
"kekuasaan" jenis kelamin yang satu terhadap jenis kelamin yang lain, jumlah personal yang lebih
banyak, dsb.
Rentang pelecehan seksual ini sangat luas, meliputi: main mata, siulan nakal, komentar yang
berkonotasi seks, humor porno, cubitan, colekan, tepukan atau sentuhan di bagian tubuh tertentu,
gerakan tertentu atau isyarat yang bersifat seksual, ajakan berkencan dengan iming-iming atau
ancaman, ajakan melakukan hubungan seksual sampai perkosaan.Pelecehan juga dapat berupa
komentar/perlakuan negatif yang berdasar pada gender, sebab pada dasarnya pelecehan seksual
merupakan pelecehan gender, yaitu pelecehan yang didasarkan atas gender seseorang, dalam hal ini
karena seseorang tersebut adalah perempuan. Seperti: " Tugas perempuan kan di belakang....",
“Tidak jadi dinkahi, karena sudah tidak perawan lagi….”
Pelaku kekerasan seksual yang biasanya merupakan keluarga dekat, misalnya: teman dekat,
kekasih, saudara, ayah (tiri maupun kandung), guru, pemuka agama, atasan, dan sebagainya.Menurut
data statistik kejahatan seksual WHO 1993, 60-78% pelaku tindak kekerasan seksual adalah orang
yang dikenal korban. Dalam banyak kasus lainnya, perkosaan dilakukan oleh orang-orang yang baru
dikenal dan semula nampak sebagai orang baik-baik yang menawarkan bantuan, misalnya
mengantarkan korban ke suatu tempat.Pelecehan seksual bisa terjadi di mana saja dan kapan saja,
seperti di bus, pabrik, supermarket, bioskop, kantor, hotel, trotoar, dsb baik siang maupun malam.
Pelecehan seksual di tempat kerja seringkali disertai dengan janji imbalan pekerjaan atau
kenaikan jabatan. Bahkan bisa disertai ancaman, baik secara terang-terangan ataupun tidak. Kalau
janji atau ajakan tidak diterima bisa kehilangan pekerjaan, tidak dipromosikan, dimutasikan, dsb.
Pelecehan seksual bisa juga terjadi tanpa ada janji atau ancaman, namun dapat membuat tempat
kerja menjadi tidak tenang, ada permusuhan, penuh tekanan, dsb.Hampir semua korban pelecehan
seksual adalah perempuan tidak memandang status sosial ekonomi, usia, ras, pendidikan,
penampilan fisik, agama, dsb.
Ada beberapa pasal dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang dapat menjerat
seseorang pelaku pelecehan seksual:
1. Pencabulan pasal 289-296.

vi
2. Penghubungan pencabulan pasal 295-298 dan pasal 506.
3. Persetubuhan dengan wanita di bawah umur pasal 286-288.
2.2 Pelecehan Dan Kekerasan Seksual Pada Remaja Putri
Remaja adalah aset berharga suatu bangsa. Mereka yang nantinya dharapkan menjadi penerus
kelangsungan suatu negara dalam segala hal. Dari data proyeksi populasi remaja di Indonesia yang
dilakukan BKKBN ternyata untuk setiap 5 tahun ke depan populasi usia ini diperkirakan akan terus
mengalami kenaikan jumlah. Upaya menyejahterakan remaja salah satunya adalah dengan
melindungi usia ini dari segala bentuk kekerasan dan pelecehan terhadap hak asasi mereka sebagai
manusia sehingga nantinya mereka akan siap sebagai manusia dewasa yang sejahtera secara fisik,
mental dan spiritual.
Kekerasan yang termasuk sering dialami usia remaja, terutama remaja wanita, adalah kekerasan
seksual. Hal ini mencakup segala perlakuan mulai dari pelecehan sampai perkosaan. Menurut data
statistik kejahatan seksual WHO tahun 1993, korban kejahatan seksual di mayoritas negara-negara di
dunia adalah usia di bawah 15 tahun, berkisar di antara 36-62%.Data di Indonesia belum dapat
disimpulkan karena laporan yang sangat sedikit. Namun wacana di banyak media massa cukup dapat
menyimpulkan bahwa kekerasan seksual pada remaja wanita di Indonesia sangat memprihatinkan.

2.3 Pelecehan Dan Kekerasan Seksual Pada Anak


Menurut WHO (2004 dalam Lidya, 2009) kekerasan terhadap anak adalah suatu tindakan
penganiayaan atau perlakuan salah pada anak dalam bentuk menyakiti fisik, emosional, seksual,
melalaikan pengasuhan dan eksploitasi untuk kepentingan komersial yang secara nyata ataupun tidak
dapat membahayakan kesehatan, kelangsungan hidup, martabat, atau perkembangannya, tindakan
kekerasan diperoleh dari orang yang bertanggung jawab, dipercaya, atau berkuasa dalam
perlindungan anak tersebut. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud kekerasan terhadap anak
adalah perilaku salah baikdari orang tua, pengasuh, dan lingkungan dalam bentuk perlakuan
kekerasan fisik, psikis, maupunmental yang termasuk didalamnya eksploitasi, mengancam, dan lain-
lain terhadap anak.
Azevedo & Viviane mengklasifikasikan bentuk kekerasan psikologis pada anak:
1. Kekerasan anak secara fisik
Kekerasan anak secara fisikadalah penyiksaan, pemukulan, dan penganiayaan terhadap anak,
dengan atau tanpa menggunakan benda-benda tertentu, yang menimbulkan luka-luka fisik atau kematian
kepada anak. Bentuk luka dapat berupa lecet atau memar akibat persentuhan atau kekerasan benda
tumpul, seperti bekas gigitan, cubitan, ikat pinggang atau rotan. Dapat pula berupa luka bakar akibat
bensin panas atau berpola akibat sundutan rokok atau setrika. Lokasi luka biasanya ditemukan pada
daerah paha, lengan, mulut, pipi, dada, perut, punggung atau daerah bokong. Terjadinya kekerasan
terhadap anak secara fisik umumnya dipicu oleh tingkah laku anak yang tidak disukai orangtuanya,
seperti anak nakal atau rewel, menangis terus, minta jajan, buang air, kencing atau muntah disembarang
tempat, memecahkan barang berharga.

vii
2. Kekerasan anak secara psikis
Kekerasan anak secara psikis meliputi penghardikkan, penyampaian kata-kata kasar dan kotor,
memperlihatkan buku, gambar atau film pornografi pada anak. Anak yang mendapatkan perlakuan ini
umumnya menunjukkan gejala perilaku maladaftif, seperti menarik diri, pemalu, menangis jika didekati,
takut keluar rumah dan takut bertemu orang lain.
3. Kekerasan anak secara seksual
Kekerasan anak secara seksual dapat berupa perlakuan prakontak seksual antara anak dengan
orang yang lebih besar (melalui kata, sentuhan, gambar visual, exhibitionism), maupun perlakuan kontak
seksual secara langsung antara anak dengan orang dewasa (incest, perkosaan, eksploitasi seksual).
Pemukulan pada daerah “bokong” anak dapat menumbuhkan perasaan nikmat seksual secara dini.
Mereka tidak dapat mengerti mengenai perasaan tersebut. Setelah dewasa mereka melakukan keanehan
seksual ini biasanya mereka mencari pelacur. Selain itu anak korban pemukulan merasa dirinya tidak
berharga, karena terbiasa merasa sakit karena pukulan, anak-anak ini akan mudah menyerahkan
tubuhnya untuk diperlakukan secara tidak senonoh setelah dewasa, sehingga ia mudah menjadi korban
pelacuran.
4. Kekerasan anak secara social
Kekerasan anak secara sosialdapat mencakup penelantaran anak dan eksploitasi anak.
Penelantaran anak adalah sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak
terhadap proses tumbuh kembang anak. Misalnya anak dikucilkan, diasingkan dari keluarga, atau tidak
diberikan pendidikan dan perawatan kesehatan yang layak. Eksploitasi anak menunjuk pada sikap
diskriminatif atau perlakuan sewenang-wenang terhadap anak yang dilakukan keluarga atau masyarakat.
Sebagai contoh, memaksa anak untuk melakukan sesuatu demi kepentingan ekonomi, sosial atau politik
tanpa memperhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan perlindungan sesuai dengan perkembangan
fisik, psikis dan status sosialnya.
Contoh Kasus Pelecehan Seksual Yang Terjadi
Kasus Pertama :
Sepanjang tahun 2010 menurut laporan , terjadi 125 kasus pelecehan seksual. Tahun
sebelumnya, hanya terjadi 90 kasus. Dari 125 kasus, 20 kasus di antaranya berlanjut ke meja hijau.
Namun tak disebutkan apakah kasus perkosaan oleh mantan presiden Moshe Katsav masuk dalam angka
ini. Direktur Jenderal Association of Rape Crisis Centers Israel, Michal Rozin, menyatakan tingginya
angka ini karena banyak korban dalam kasus ini mau bersuara dan mencari keadilan.
Kasus serupa Katsav muncul tahun 2010 saat seorang PNS, Orly Innes melaporkan dirinya
dilecehkan secara seksual oleh seorang dirjen di Kementerian Keamanan Publik, Hagai Peleg.Laporan
dari Komisi Pegawai Negeri Sipil, yang baru-baru ini diberikan kepada Departemen Kehakiman,
menunjukkan bahwa Departemen Pendidikan mencatatkan jumlah keluhan terbesar pada tahun 2010.

viii
Rozin mengatakan kasus pelanggaran seksual melibatkan figur publik seperti kasus Katsav atau mantan
menteri Haim Ramon juga menunjukkan tren meningkat.

Kasus Kedua:
Perekam video cabul yang melibatkan siswi SMP di Jakarta Pusat. Video pelecehan seksual
menyebar di kalangan siswa SMP 4 di Jakarta Pusat.Video ini berisi pemaksaan lima siswi SMP kepada
rekannya wanitanya dan seorang laki-laki adik kelasnya untuk beradegan seks. Kasus dugaan pelecehan
ini muncul ketika salah seorang siswi SMP di Jakarta Pusat membuat laporan di Polres Jakarta Pusat
pada Minggu (13/10) lalu.Saat itu siswi kelas IX itu mengaku dipaksa oleh salah orang temannya untuk
melakukan seks oral kepada adik kelasnya yang masih duduk di kelas VIII. Adegan tersebut disaksikan
dan direkam video oleh 5 orang perempuan lain yang juga merupakan teman seangkatan korban.Korban
bahkan diancam dengan menggunakan senjata tajam jika menolak permintaan keenam temannya
tersebut. Merasa terancam, korban terpaksa menuruti kemauan bejat teman-temannya itu. Kejadian ini
terjadi pada 13 September lalu.

2.4 Dampak Dari Pelecehan Seksual


Banyak akibat yang ditimbulkan oleh kekerasan seksual. Sebagai remaja yang masih
berkembang, hal ini akan sangat membekas dan meninggalkan efek lama baik secara fisik atau mental.
Angka bunuh diri pada wanita yang mengalami kekerasan seksual dari pria yang tinggal bersamanya 5
kali lebih besar dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami hal tersebut. Berbagai penyakit
menular seksual dapat ditularkan melalui kekerasan seksual. Walaupun organ reproduksi remaja wanita
sudah berkembang, kekerasan seksual yang dialami mulai dari manipulasi organ seksual sampai
pemerkosaan dapat melukai organ reproduksi dan menimbulkan infeksi, penyakit organ reproduksi
lainnya, kehamilan yang tidak diinginkan bahkan aborsi.
Rasa takut dan malu korban akibat intimidasi dan budaya masyarakat menyebabkan tidak
terdeteksinya penyakit dan kehamilan sehingga kadang ditemukan dalam keadaan lanjut.Problem
kesehatan mental yang dihadapi oleh remaja putri yang mengalami pelecehan dan kekerasan seksual
bisa berupa depresi atau kecemasan yang berlangsung lama, atau sindrom stress pasca trauma. Beberapa
menunjukkan mekanisme mengingkari dengan beralih pada alkohol atau obat terlarang untuk
menghilangkan rasa sakit. Kebanyakan dari mereka mengisolasi diri mereka dan menarik diri dari
lingkungan.
Di antara dampak sosial yang dilami korban adalah menurunnya prestasi sekolah/kerja, lebih
sering absen, tidak mengambil mata kuliah yang diajarkan dosen tertentu, nilai di menurun, mendapat
balas dendam dari pelaku atau teman si pelaku, kehilangan kehidupan pribadi karena menjadi “yang
bersalah”, menjadi objek pembicaraan, kehancuran karakter/reputasi, kehilangan rasa percaya pada
orang dengan tipe/posisi yang serupa pelaku, kehilangan rasa percaya pada lingkungan yang serupa,
mengalami stress luar biasa dalam berelasi dengan partner, dikucilkan, pindah universitas/fakultas;
kehilangan pekerjaan dan kesempatan mendapat referensi, kehilangan karir. Di samping itu juga terdapat

ix
dampak psikologis/fisiologis, yaitu: depresi, serangan panik,kecemasan, gangguan tidur, penyalahan
diri, kesulitan konsentrasi, sakit kepala, kehilangan motivasi, lupa waktu, merasa dikhianati, kemarahan
dan hingga pikiran bunuh diri.
2.5 Solusi Dalam Mencegah Kekerasan Dan Pelecehan Seksual
Cara-cara mencegah pelecehan seksual:
1. Pelajari persoalan pelecehan seksual.
2. Mampu bertindak asertif dan berani mengatakan tidak (menolak).
3. Menyebarkan informasi tentang pelecehan seksual.
4. Mau bertindak sebagai saksi.
5. Membantu korban.
6. Membentuk kelompok solidaritas.
7. Mengkampanyekan jaminan keamanan, khususnya bagi perempuan.
8. Mengkampanyekan penegakan hukum bagi hak-hak perempuan.
Berikut ini adalah peran penting dalam mencegah terjadinya kekerasan dan pelecehan seksual:
1. Orang Tua Para
Orang tua seharusnya lebih memperhatikan kehidupan anaknya. Orang tua dituntut
kecakapannya dalam mendidik dan menyayangi anak-anaknya. Jangan membiarkan anak
hidup dalam kekangan, mental maupun fisik. Sikap memarahi anak habis-habisan, apalagi
tindakan kekerasan (pemukulan danpenyiksaan fisik) tidaklah arif, karena hal itu hanya akan
menyebabkan anak merasa tidak diperhatikan, tidak disayangi. Akhirnya anak merasa
trauma, bahkan putus asa.
2. Guru
Peran seorang guru dituntut untuk menyadari bahwa pendidikan di Negara kita bukan
saja untuk membuat anak pandai dan pintar, tetapi harus juga dapat melatih mental anak
didiknya. Peran guru dalam memahami kondisi siswa sangat diperlukan.Sikap arif, bijaksana,
dan toleransi sangat diperlukan. Idealnya seorang guru mengenal betul pribadi peserta didik,
termasuk status sosial orang tua murid sehingga ia dapat bertindak dan bersikap bijak.
3. Masyarakat
Anak-anak kita ini selain bersentuhan dengan orang tua dan guru, mereka pun tidak bisa
lepas dari berbagai persinggungan dengan lingkungan masyarakat dimana dia berada. Untuk
itu diperlukan kesadaran dan kerjasama dari berbagai elemen di masyarakat untuk turut
memberikan nuansa pendidikan positif bagi anak-anak.Salah satu elemen tersebut adalah
pihak pengelola stasiun TV. Banyak risetmenyimpulkan bahwa pengaruh media (terutama
TV) terhadap perilaku anak cukup besar. Berbagai tayangan kriminal di berbagaisatsiun TV,
tanpa kita sadari telah menampilkan potret-potret kekerasan yang tentu akanberpengaruh
pada pembentuk mental pribadi anak dan terhadap kejahatan seksual.
4. Pemerintah Dan Sosial Worker

x
Pemerintah adalah pihak yang bertanggung jawab penuh terhadap
kemashlahatanrakyatnya, termasuk dalam hal ini adalah menjamin masa depan bagianak-
anak kita sebagai generasi penerus.Pemerintah dirasa sangat perlu memperbaiki undang-
undang, terutama mengenai hak-hak wanita dan anak-anak, memperberat hukuman bagi
pelaku dan memberikan pendidikan mengenai kekerasan seksual pada wanita dan remaja
putri sehingga paradigma kekerasan dan pelecehan seksual sebagai sesuatu yang lumrah
menjadi hilang. Masyarakat perlu menggalang kekuatan yang dapat menekan pemerintah
untuk segera mengatasi masalah ini dengan melibatkan pekerja sosial atau dunia
internasional yang peduli pada masalah kekerasan terhadap wanita dan anak-anak.
Para pekerja sosial yang peduli dalam masalah kekerasan seksual pada remaja dapat
menyelenggarakan penggalangan kesadaran pentingnya mengetahui hak-hak asasi wanita dan
anak-anak. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan penyuluhan mengenai kiat-kiat
mencegah pelecehan seksual. Peran penyedia layanan kesehatan terutama dokter sangat
penting. Peran pemerintah dalam memberikan rasa aman yang kurang sangat berpengaruh
terhadap adanya kekerasan seksual.
Beberapa negara masih mengabaikan perlindungan terhadap wanita dan anak-anak
karena budaya dan paradigma yang telah mengakar pada masyarakat mengenai derajat
wanita yang masih rendah, tidak menganggap isu ini penting, atau tidak memiliki perangkat
hukum yang baik dalam melindungi hak wanita dan anak-anak.
Beberapa langkah untuk menjaga diri dari perkosaan:
1. Menunjukkan sikap tegas terhadap segenap bentuk perilaku yang mencurigakan.
2. Selalu bersikap waspada.
3. Tidak boleh berjalan di tempat gelap dan sunyi.
4. Berpakaian sewajarnya.
5. Sediakan selalu senjata di dalam tas, seperti misalnya korek api, deodoran
semprot, dan sebagainya.
6. Jika pergi ke suatu tempat asing, bawa alamat lengkap, denah dan jalur
kendaraan sehingga tidak terlihat bingung. Bertanyalah ke tempat-tempat resmi,
seperti kantor polisi.
7. Jangan mudah menerima ajakan untuk bepergian atau menginap di tempat yang
belum dikenal.
8. Jangan mudah menumpang kendaraan orang yang belum dikenal.
9. Berhati-hati jika diberi minum orang.
10. Pastikan jendela, pintu kamar, rumah, mobil, sudah terkunci dengan baik.
11. Belajar beladiri praktis untuk mempertahankan diri ketika diserang.

xi
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan terhadap peristiwa pelecehan seksual dan bagaimana
perkembangan paska traumanya maka ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya sebuah perilaku tidak menyenangkan
atau kekerasan seksual pada subyek adalah terdiri dari beberapa faktor seperti
kurangnya perhatian dan kasih sayang dari keluarga.
2. Perkembangan paska trauma yang dimiliki kedua subyek berbeda karena hal ini
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kematangan emosi, kematangan kognitif dan
strategi bagaimana seorang subyek bisa mengatasi masalah secara dewasa.
3. Dari pembahasan diatas kita mengetahui bahwa sebagian kecil dari kejadian-kejadian
yang pernah ada atau yang sedang terjadi,pelecehan seksual bukanlah hal baru
ternyata pelecehan seksual sudah ada sejak dulu dan tersebar dimana-mana hanya saja
susah untuk menghentikannya.Ini tugas dari kita generasi baru untuk menjaga dunia
dari tangan-tangan tidak bermoral dan juga dari kepolisian harus lebih mempertegas
tentang hokum yang berlaku.

3.2 Saran
Dari berbagai informasi yang telah kita dapatkan bahwa pelecehan seksual sangat
berbahaya karena akan menimbulkan efek yang sangat berbahaya mulai dari beban
mental yang diderita oleh korban,penyakit yang akan diderita oleh pelaku dan juga oleh
korban dan lain sebagainya. Maka dari itu, kita harus bisa menjaga diri dengan cara
mendekat diri kepada yang Maha Kuasa,pertebal iman kita supaya kita selalu dilindungi-
Nya. Dan sebagai orang tua juga keluarga harus selalu menasehati dan memperdulikan
anak,anggota keluarganya yang mengingat saat ini era pergaulan bebas seiring
berkembangnya teknologi,selayaknya harus diberi pengawasan dan pemahaman akan
pergaulan dan aturan-aturan yang berada di masyarakat.

xii
DAFTAR PUSTAKA

Abu Huraerah. (2006). Kekerasan Terhadap Anak Jakarta:Penerbit Nuansa


Emmy Soekresno S.Pd.(2007).Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional.Pelecehan Seksual dan Kekerasan Seksual.2002.
Marzuki, Suparman.1997.Pelecehan Seksual.Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas
Islam Indonesia.
Mbojek, P. B. 1992.Pelecehan Seksual Suatu Bahasan Psikologis Paedagogis. Makalah
dalam Seminar Sexual Harassment, Surakarta 24 Juli 1992 (Surakarta: Kerjasama Pusat Studi
Wanita Universitas Negeri Surakarta dan United States Information Service).
Widayanti, Nanik, dan Yulius Waskita. 1987.Kejahatan Dalam Masyarakat dan Cara
Pencegahannnya. Jakarta: Bina Aksara.
http://www.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/mb2pelecehanseksual.html.Disitasi tanggal 28
Maret 2004.diakses tanggal 7 November 2013 Annisa R. Pelecehan Seksual. 2003.
http://situs.kesrepro.info/gendervaw/materi/pelecehan.htm.Disitasi tanggal 28 Maret
2004.diakses tanggal 7 November 2013
http://www.tempo.co/read/news/2013/10/22/064523688/Kasus-Pelecehan-Seksual-di-
SMP-4-karena-Kepol.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pelecehan_seksual.

xiii

Anda mungkin juga menyukai