Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH DEMONSTRASI KLINIK

“TUMOR MAMMAE PADA KAMBING”

DISUSUN
OLEH:
SUKVINA ARSYAD (C031181010)

WAWAN HERMAWANTO (C031181503)

ANGGI APRIANTI (C031181519)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS
HASANUDDIN MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah DEMONSTRASI KLINIK dengan judul
“TUMOR MAMMAE PADA KAMBING”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada dosen kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Makassar, 18 oktober 2021

penulis -
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI............................................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar belakang............................................................................................................1
2. Rumusan Masalah......................................................................................................2
3. Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. ETIOLOGI..................................................................................................................3
B. PATOGENESA...........................................................................................................3
C. TANDA KLINIS.........................................................................................................4
D. PENANGANAN..........................................................................................................5
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN...........................................................................................................6
B. SARAN.........................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah dikenal
secara luas di Indonesia. Ternak kambing memiliki potensi produktivitas yang cukup
tinggi. Kambing di Indonesia telah dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging, susu,
maupun keduanya (dwiguna) dan kulit. Kambing secara umum memiliki beberapa
keunggulannya antara lain mampu beradaptasi dalam kondisi yang ekstrim, tahan
terhadap beberapa penyakit, cepat berkembang biak dan prolifik (beranak banyak).
Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Aartiodactyla, Sub Ordo Ruminansia,
Famili Bovidae, dan Genus Capra. Kambing peliharaan terdiri atas lima spesies yaitu
Capra ibex, Capra Hircus, Capra Caucasica, Capra Pyrenaica, dan Capra Falconeri.
Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia penghasil daging yang cukup
potensial. Kambing dapat memanfaatkan bahan alami dan hasil ikutan industri yang tidak
dikonsumsi oleh manusia sebagai bahan pakan. Makanan utama ternak kambing adalah
hijauan berupa rumput lapangan. Hijauan merupakan sumber energi dan vitamin yang
baik, namun kandungan protein kasarnya relatif rendah dibanding dengan bahan pakan
bijibijian, misalnya kacang kedelai dan jagung (Rudiah, 2011).
“Tumor atau neoplasma dapat didefinisikan sebagai suatu gangguan pertumbuhan
yang dicirikan dengan terjadinya proliferasi/ perbanyakan yang sangat berlebih, abnormal,
dan tidak terkontrol dari sel yang mengalami perubahan atau transformasi pada satu atau
lebih titik utama pertumbuhan di dalam tubuh inang dan umumnya diikuti dengan
metastasis/penyebaran ke satu atau lebih bagian tubuh lainnya” Setelah mencermati dan
memahami definisi tumor di atas, kita semakin mengerti bahwa tumor dalam arti kata
sebagai suatu pertumbuhan jaringan yang tidak normal dan tidak diinginkan adalah salah
satu bagian dari arti harafiah tumor sebenarnya, tetapi semua yang bengkak atau benjol
bukan selalu berarti tumor yang kita maksud. Dewasa ini, dari sekian banyak penyakit
yang sudah diketahui, salah satu penyakit yang penting, baik pada manusia maupun
hewan adalah penyakit tumor. Penyakit tumor merupakan salah satu masalah dalam dunia
medis yang sangat penting untuk ditangani. Penyebab tumor sangat komplek dan relatif
masih sedikit diketahui tentang perubahan seluler yang menyertai terjadinya
perkembangan tumor serta proliferasi sel (Priosoeryanto, 2014).
Tumor pada ambing adalah neoplasma yang berasal dari kelenjar mamaria. Kasus
ini jarang terjadi pada ruminansia. Deferensasi diagnosa dari tumor ini adalah mastitis,
abses, hematoma, dan kondisi lain. Faktor predisposisi diet, riwayat reproduksi, beban
stres, fisiologi umum dan metabolisme. Jenis tumor pada jaringan lunak (kulit) dibedakan
menjadi, tumor kulit primer yaitu melanoma dan karsinoma sel skuamosa dan tumor me-
tastasis sekunder yaitu limfosarkoma (Gunanti,2020).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa etiologi tumor mammae pada kambing ?
2. Apa pathogenesa tumor mammae pada kambing ?
3. Apa tanda klinis tumor mammae pada kambing ?
4. Bagaimana penanganan tumor mammae pada kambing?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui etiologi tumor mammae pada kambing
2. Untuk mengetahui pathogenesa tumor mammae pada kambing
3. Untuk mengetahui tanda klinis tumor mammae pada kambing
4. Untuk mengetahui penanganan tumor mammae pada kambing

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Etiologi
Sejarah mengungkapkan bahwa pertumbuhan itu secara bertahap meningkat dalam
dimensi. Puting (kanan) yang terkena sudah kering sejak satu tahun terakhir sedangkan puting
kiri tampak sehat dengan produksi ASI normal. Domba yang terlalu besar menyebabkan
masalah pada kambing saat berjalan dan terjadi laserasi multipel pada kulit ambing yang
sering berdarah. Kalau tidak, hewan itu tampaknya sehat (Kumar et al., 2012).
Mastitis adalah penyakit bakteri yang terjadi dalam beberapa bentuk yang berbeda.
Beberapa patogen dapat menyebabkan mastitis, tetapi Stafilokokus sp. adalah mikroorganisme
penyebab infeksi intramammary (IMI) yang paling sering didiagnosis pada kambing dan
domba. Beberapa patogen dapat menyebabkan mastitis, tetapi Stafilokokus sp. adalah
mikroorganisme penyebab IMI yang paling sering didiagnosis pada ruminansia kecil. Patogen
lain sepertiStreptokokus sp., Enterobacteriaceae, Pseudomonas aeruginosa, Mannheimia
hemolitika, Corynebacteriadan jamur dapat menghasilkan IMI pada ruminansia kecil, tetapi
tingkat kejadiannya lebih rendah. Selain itu, kasus parahmastitis terkait dengan strategi
pencegahan yang salah telah dikaitkan dengan patogen Aspergillus fumigatus, Serratia
marcescens, P. aeruginosa atauBurkholdelia cepacia. Sindrom agalactia menular. Penyakit
mikoplasma utama pada domba dan kambing termasuk agalactia menular, yang disebabkan
oleh: Mycoplasma agalactiae; Pneumonia atipikal, disebabkan olehM.ovipneumoniae; dan
keratokonjungtivitis menular ("mata merah"), yang disebabkan oleh:M. konjungtiva: semua
adalah penyakit penting, tetapi jarang mengancam jiwa (Olechnowicz dan Jaskowski, 2014).
B. Patogenesa
Jaringan mammae mengalami perubahan terus menerus sepanjang umur betina yang aktif
secara reproduktif. Diferensiasi terminal yang diinduksi hormon dari epitel mammae menjadi
alveoli lobular yang mensekresi susu terjadi selama kehamilan dan menyusui. Morfogenesis
kelenjar mammae melibatkan fungsi pengaturan dari beberapa jalur pensinyalan, yaitu faktor
pertumbuhan, hormon. Selama proses tumorigenik, pensinyalan dideregulasi, sehingga
memungkinkan epitel mammae untuk berkembang, berproliferasi, dan menyerang jaringan
tetangga (hiperplasia). Ada beberapa faktor yang terkait dengan peningkatan risiko kanker
payudara termasuk usia menarche, anak pertama, onset menopause, diet, tingkat olahraga,
obesitas, konsumsi alkohol, adanya penyakit payudara jinak, paparan radiasi, riwayat keluarga
dan genetika. Penemuan baru-baru ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara sel punca
mammae yang normal dan tumor inisiasi. (Mihevc dan Peter, 2013). Hubungan antara kadar
estrogen yang tinggi dan.. Tumor sel granulosa sering mengeluarkan estrogen dan keberadaan
neoplasma ini dengan karsinoma adeno mammae mendukung pandangan bahwa ada dasar
hormonal untuk terjadinya tumor mammae. Efek dari kelebihan estrogen dapat menjelaskan

3
kurangnya kinerja reproduksi hewan, meskipun perubahan inflamasi kronis di rahim
mungkin juga berkontribusi pada infertilitas (Cooke dan Merral., 1992).

Gambar 1. mitosis (panah) sangat umum pada komponen mioepitel adenokarsinoma


mammae (Lohr, 2012).

Adenokarsinoma mammae memiliki pola berikut: sederhana berbentuk tabung,


berbentuk tabung sederhana hingga padat dengan area cribriform, dan kompleks.
Gambaran mitosis umum pada sel epitel dari semua tumor tetapi umum pada sel
mioepitel hanya pada 1 adenokarsinoma tubular kompleks Mineralisasi hadir dalam
bentuk kribiform sederhana hingga padat dan adenokarsinoma tubular kompleks (Lohr,
2012).
C. Tanda Klinis
Klinis mastitis adalah istilah yang digunakan untuk infeksi bakteri pada kelenjar
susu yang muncul dengan gejala yang jelas. Indikasi klinis yang terlihat mastitis
termasuk pembengkakan, kemerahan atau nekrosis pada satu atau lebih setengah
ambing dan keluarnya susu yang tidak normal (adanya gumpalan atau serum), serta
gejala lain seperti anoreksia, demam, atau agalactia. Biasanya konsekuensi klinis
mastitis adalah toksemia dan nekrosis gangren ambing (Olechnowicz dan Jaskowski,
2014).
Subklinismastitis ditandai dengan peradangan ambing yang terdeteksi oleh
enumerasi sel-sel inflamasi dalam susu Domba betina dengan kelenjar susu yang tidak
memiliki kelainan klinis dan memberikan susu yang tampak normal, yang secara
bakteriologis positif dan dengan SCC 500 × 103 sel/ml, dianggap memiliki subklinis
mastitis. Kronismastitis bisa klinis atau subklinis,
tetapi ditandai sebagai peradangan ambing yang
berlanjut dalam jangka waktu yang lama
(Olechnowicz dan Jaskowski, 2014).

4
Gambar 2. Mastitis pada mammae kambing (Kumar et al., 2012)
D. Penanganan
Dalam kasus di mana peningkatan volume kelenjar susu menghasilkan kultur aerobik
negatif dan pengobatan awal dengan antibiotik spektrum besar, antiinflamasi, dan terapi cairan
adalah tidak efektif. Mastektomi dan limfadenektomi regional dapat meningkatkan rentang
hidup hewan yang terkena. Oleh karena itu, ini adalah perawatan elektif dalam kasus diagnosis
dini. Kemungkinan komplikasi termasuk tidak ada penyembuhan luka dan peritonitis.
Kekambuhan dengan keterlibatan kelenjar lain dalam kasus mastektomi parsial dapat terjadi
(Brito et al., 2008).

Gamabar 2. Masektomi pada kambing (Toniollo et al., 2010)

Prosedur masektomi menurut Toniollo et al (2010) yaitu Setelah pengikatan 24 jam,


kambing dibius dengan 1% xylazine chloride1 (0,5 mg/kg, intramuskular) dan dipotong.
Induksi anestesi dilakukan dengan bolus intravena ketamin klorida2 (4 mg/kg) dan
pemeliharaan anestesi dilakukan dengan halotan dalam oksigen 100%, dengan kecepatan 10
l/menit, setelah intubasi orotrakeal. Sayatan kulit elips dilakukan di sekitar setiap kelenjar
susu. tumpul subkutikuler diseksi dilakukan untuk mengisolasi jaringan mammaria dari
lapisan otot perut dan akord spermatika. Massa yang dipotong diambil sampelnya untuk
penilaian histologis. Lapisan subkutikuler dan penutupan kulit dilakukan secara rutin.
Higienisasi luka operasi dilakukan dengan larutan PVP-I3 2,5% selama sepuluh hari. Selain
itu, hubungan penisilin G benzatin (22.000 UI/kg, interval 48 jam, 3 pemberian, IM) dan
streptomisin4 dan fluxinin meglumine5 (1,1 mg/kg, interval 24 jam, 3 hari, IM) juga
diberikan.

5
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Mastitis adalah penyakit bakteri yang terjadi dalam beberapa bentuk yang berbeda.
Beberapa patogen dapat menyebabkan mastitis, tetapi Stafilokokus sp. adalah
mikroorganisme penyebab infeksi intramammary (IMI) yang paling sering didiagnosis
pada kambing dan domba. Beberapa patogen dapat menyebabkan mastitis, tetapi
Stafilokokus sp. adalah mikroorganisme penyebab IMI yang paling sering didiagnosis
pada ruminansia kecil. Patogen lain sepertiStreptokokus sp, Enterobacteriaceae,
Pseudomonas aeruginosa, Mannheimia hemolitika, Corynebacteriadan jamur dapat
menghasilkan IMI pada ruminansia kecil, tetapi tingkat kejadiannya lebih rendah.

B. SARAN
Penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

6
DAFTAR PUSTAKA
Brito, M. D. F., Seppa, G. S., Teixeira, L. G., Rocha, T. G., França, T. D. N., Hess, T. M., &
Peixoto, P. V. (2008). Mammary adenocarcinoma in a mare. Ciência rural, 38(2), 556-
560.
Cooke, M. M., & Merrall, M. (1992). Mammary adenocarcinoma and granulosa cell tumour in an
aged Toggenberg goat. New Zealand veterinary journal, 40(1), 31-33.
Gunanti, Sus Derthi Widhyari, Selma Laily Nur Afifah, Shavrillia Inovanny Angesti, Intan
Khoirunnisa, Irda Khaeriyah, Riana Nurul Maulani, Beata LYL Ayu. 2020. Mastektomi
pada kambing peranakan etawa (Capra aegagrus hircus). ARSHI Vet Lett. 4 (2): 29-30.
Kumar, Ashwani., S.K. Mahajan, K. Singh, V. Sangwan1, M. Chandra2, N.S. Saini Dan A.
Anand. 2012. Unilateral Mastectomy For The Management Of Chronic Suppurative
Mastitis In A Goat. Indian Journal Of Small Ruminants. 18(1): 148 - 151).
Löhr, C. V. (2013). One hundred two tumors in 100 goats (1987–2011). Veterinary
Pathology, 50(4), 668-675.
Mihevc, S. P., & Peter, D. O. V. Č. (2013). Mammary tumors in ruminants. Acta Agriculturae
Slovenica, 102(2), 83-86.
Olechnowicz, Jan Dan Jędrzej M.Jaśkowski. 2014. Mastitis Pada Ruminansia Kecil. Med. Lebih
Basah. 2014, 70 (2): 67-72
Priosoeryanto, Bambang Pontjo. 2014. Penyakit Tumor Pada Hewan: Biologi Dan Upaya
Penanganannya. Auditorium Rektorat, Gedung Andi Hakim Nasoetion Institut Pertanian
Bogor.
Rudiah. 2011. Respon Kambing Kacang Jantan Terhadap Waktu Pemberian Pakan. Media
Litbang Sulteng. 4(1) : 67 -74.
Toniollo, G. H., Rodrigues, V., Machado Silva, M. A., Delfini, A., & de Faria Junior, D. (2010).
Surgical treatment of gynaecomastia in a Saanen goat. Acta Scientiae Veterinariae, 201-
204.

Anda mungkin juga menyukai