Anda di halaman 1dari 449

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

“E” MASA
KEHAMILAN TRIMESTER III, BERSALIN, NIFAS,
NEONATUS, DAN KB PASCASALINDI PMB NY. ENY
KUSRINI S.ST KABUPATEN MADIUN

LAPORAN TUGAS AKHIR

OLEH :
RENGGANIS FENDY
HASTAYU
NIM : 201601025

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA


MADIUN PROGRAM STUDI DIII
KEBIDANAN TAHUN 2019
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. “E” MASA
KEHAMILAN TRIMESTER III, BERSALIN, NIFAS,
NEONATUS, DAN KB PASCASALINDI PMB NY. ENY
KUSRINI S.ST KABUPATEN MADIUN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya


Kebidanan pada Program Studi DIII Kebidanan
Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

OLEH :
RENGGANIS FENDY
HASTAYU
NIM : 201601025

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA


MADIUN PROGRAM STUDI DIII
KEBIDANAN TAHUN 2019

i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan

rahmat-Nya, sehingga dapat terselesaikannya Laporan Tugas Akhir yang

berjudul Asuhan Kebidanan Pada Ny “E” masa kehamilan Trimester III,

bersalin, nifas, neonatus, dan KB pascasalin di PMB Ny Eny Kusrini S.ST di

Kabupaten Madiun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli

Madya Kebidanan pada Program Studi DIII Kebidanan STIKES Bhakti

Husada Mulia Madiun. Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak, karena itu pada kesempatan kali ini penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Zaenal Abidin, SKM., M. Kes, selaku Ketua STIKES Bhakti Husada

Mulia Madiun yang telah memberikan kesempatan menyusun Laporan

Tugas Akhir ini.

2. Mertisa Dwi Klevina, SST., M.Kes selaku Kaprodi Kebidanan STIKES

Bhakti Husada Mulia Madiun dan selaku penguji utama yang telah

memberikan kesempatan untuk mempersentasikan Laporan Tugas Akhir

3. Ika Ayu P.,S.SiT.,M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan

kesempatan menyusun Laporan Tugas Akhir

4. Lucia Ani K.,S.SiT,.M.Kes selaku Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat

terselesaikan.

iv
5. Bidan Ny. Eny Kusrini S.ST yang telah membantu menyediakan tempat

untuk melaksanakan kunjungan.

6. Ny E yang bersedia menjadi pasien untuk menyelesaikan Laporan Tugas

Akhir ini.

7. Bapak, Ibu, keluarga atas cinta, dukungan dan doa yang selalu diberikan

sehingga Laporan Tugas Akhir ini selesai pada waktunya.

8. Rekan seangkatan dan pihak – pihak yang terkait banyak membantu

dalam ini

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas

segala amal baik yang telah diberikan dan semoga Laporan Tugas Akhir

ini berguna bagi semua pihak yang memanfaatkan.

Madiun, Juli 2019

Penulis

v
ABSTRAK

Pada dasarnya proses kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB

merupakan suatu kejadian yang fisiologisatau ilmiah, namun dalam prosesnya

dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat yang dapat

membahayakan jiwa ibu dan bayi. Oleh karena itu penulis menggunakan

penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan

berkelanjutan (Continuity Of Care)dan melakukan dokumentasi SOAP.

Metode yang digunakan penulis adalah asuhan kebidanan berkelanjutan

(Continuity Of Care) di PMB Eny Kusrini, S.ST dan melalui kunjungan rumah.

Asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny E berlangsung kurang lebih 8

minggu dari masa kehamilan trimester III, bersalin, nifas, neonatus, sampai KB

pascasalin. Dengan frekuensi kunjungan hamil sebanyak 2 kali, kunjungan

persalinan 1 kali, kunjungan nifas 3 kali, kunjungan neonatus 3 kali dan

kunjungan KB sebanyak 2 kali. Pada Ny E proses kehamilan berjalan dengan

fisiologis, adapun pada kunjungan ANC pada usia 37 minggu tidak ada keluhan

dan pada ANC usia 39 minggu dating dengan keluhan kenceng-kenceng, namun

penulis telah melakukan penatalaksanaan sesuai teori sehingga dapat mengurangi

keluhan ibu. Proses persalinan berlangsung normal di PMB Ny Eny Kusrini S.ST

dengan kala I selama 5 jam, kala II selama 1 jam lebih 25 menit, kala III 5 menit

dan kala IV 2 jam. Pada tanggal 14 April 2019 telah lahir bayi laki-laki dengan

BB 3100 gram dan PB 49 cm. pada asuhan kebidanan masa nifas ibu mengeluh

nyeri pada bekas luka jahitan dan perut terasa mules namun sudah teratasi dengan

asuhan kebidanan yang diberikan. Kunjungan KB dilakukan 2 kali, ada kunjungan

vi
pertama ibu mendapatkan penyuluhan mengenai macam-macam KB, dan pada

kunjungan kedua ibu sudah menentukan akan menggunakan KB MAL setelah

diberi konseling tentang macam-macam KB, keuntungan KB, keterbatasan serta

efek samping metode KB dan pilihan ibu di dukung oleh suami.

Hasil asuhan kebidanan menunjukkan bahwa Ny E pada masa hamil

sampai KB terdapat kesenjangan antara teori dan kasus nyata. Kesenjangan

tersebut terletak pada masa kehamilan yaitu usia ibu pada kasus nyata 19 tahun

dan belum mencukupi usia reproduksi yang aman untuk hamil yaitu pada teori

minimal berusia 20 tahun – 35 tahun. Pada persalinan kesenjangan terletak pada

lama kala 1 yang terlalu cepat yaitu 5 jam. Pada masa nifas kesenjangan terdapat

pada di usia ibu yang belum mencukupi usia reproduksi yang aman, pada

kunjungan neonatus terdapat kesenjangan pada penulisan diagnose dengan teori

dan kasus, dan pada KB terdapat kesenjangan tidak dilakukan kunjungan KB pada

kunjungan nifas ke 3.

Asuhan kebidanan berkelanjutan (continuity of care) yang diberikan pada

Ny E didapatkan hasil pemeriksaan dalam batas normal dan tidak ada penyulit

yang menyerta. Diharapkan profesi bidan dalam memberikan asuhan kebidanan

berkelanjutan (continuity of care) selanjutnya selalu mnerapkan manajemen

kebidanan, mempertahankan dan meningkatkan kompetensi dalam memberikan

asuhan sesuai standart pelayanan.

Kata kunci : Kehamilan, Persalinan, Masa Nifas, Masa Neonatus, KB

pascasalin.

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................iii
KATA PENGANTAR...................................................................................iv
ABSTRAK.....................................................................................................vi
DAFTAR ISI..................................................................................................viii
DAFTAR TABEL..........................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................xv
DAFTAR SINGKATAN...............................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A Latar Belakang........................................................................................1
B Pembatasan Masalah...............................................................................10
C Tujuan Penyusunan LTA........................................................................10
D Ruang Lingkup.......................................................................................11
E Manfaat...................................................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................13
A. Kehamilan...............................................................................................13
1. Konsep Dasar Kehamilan................................................................13
a. Pengertian.................................................................................13
b. Fisiologis Kehamilan................................................................14
c. Tanda-Tanda Kehamilan..........................................................19
d. Perubahan Fisiologis Dalam Kehamilan..................................22
e. KebutuhanDasarIbuhamil.........................................................30
f. KetidaknyamananDalamKehamilan.........................................34
g. Tanda bahaya kehamilan..........................................................38
h. Program ANC Terpadu.............................................................42
i. Kunjungan ANC.......................................................................45
j. Kartu Score PujiRochjati..........................................................46
k. Program P4K............................................................................51
l. StandartPelayananKebidananPadaKehamilan..........................53
m. Evidence Base Praktik Kebidanan............................................56
2. Asuhan Kehamilan...........................................................................58
B. Persalinan................................................................................................84
1. Konsep Dasar Persalinan.................................................................84
a. Pengertian Persalinan...............................................................84
b. Lima Benang Merah Dalam Persalinan....................................86
c. Fisiologi Persalinan..................................................................91
d. Faktor yang MempengaruhiPersalinan.....................................104
e. MekanismePersalinan...............................................................106
f. PenapisanIbuBersalin...............................................................112
g. PenyulitPersalinan....................................................................113
viii

h.KebutuhanIbuBersalin..............................................................121
i.60 Langkah APN......................................................................125
j.Partograf...................................................................................137
k.StandartAsuhanPersalinan........................................................151
l.Rujukan.....................................................................................152
2. Asuhan Persalinan...........................................................................155
C. Nifas........................................................................................................171
1. Konsep Dasar Nifas.........................................................................171
a. Pengertian.................................................................................171
b. TahapanMasaNifas...................................................................171
c. Proses LaktasidanMenyusui.....................................................172
d. Laktogenesis.............................................................................174
e. FisiologisMasaNifas.................................................................176
f. Perubahan Psikologi Masa Nifas..............................................181
g. Kebutuhan Dasar Pada Masa Nifas..........................................182
h. Standart Asuhan Nifas..............................................................187
i. Kunjungan Masa Nifas.............................................................188
2. Asuhan Nifas...................................................................................190
D. Neonatus.................................................................................................199
1. Konsep Dasar Neonatus...................................................................199
a. Pengertian.................................................................................199
b. Klasifikasi bayi baru lahir.........................................................199
c. Fisiologi Neonatus....................................................................200
d. Ciri-ciri Neonatus.....................................................................208
e. KebutuhanNeonatus..................................................................209
f. StandartPelayananKebidananNeonatus....................................212
g. TandaBahayaNeonatus.............................................................212
h. Pencegahan Infeksi...................................................................217
i. Kunjungan Neonatus................................................................219
j. Imunisasi...................................................................................220
k. Tumbang...................................................................................221
l. KMS..........................................................................................225
m. Teori Manajemen Terpadu Balita Sakit / MTBS......................227
2. Asuhan Neonatus.............................................................................235
E. Keluarga Berencana................................................................................244
1. Konsep Dasar Keluarga Berencana.................................................244
a. Pengertian.................................................................................244
b. Macam-Macam Kb Pascasalin.................................................245
1) Hormonal progestin...........................................................245
a) Pil...........................................................................245
b) Injeksi/Suntikan.....................................................246
c) Implant...................................................................249
2) AlatKontrasepsi Non Hormonal........................................253
a) AKDR/IUD............................................................253
3) AlatKontrasepsiSederhana.................................................255
a) Kondom.................................................................255
ix

b) MAL......................................................................257
c) SenggamaTerputus................................................260
4) Kontap...............................................................................263
a) Tubektomi..............................................................263
b) Vasektomi..............................................................264
c. Penapisan KB............................................................................266
d. Waktu UntukMemulaiKontrasepsi...........................................268
e. Konseling KB (KeluargaBerencana)........................................269
2. Asuhan Keluarga Berencana............................................................271
BAB III TINJAUAN KASUS......................................................................274
A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil.......................................................274
1. Kunjungan ANC I..............................................................................274
a. Data Subjektif...........................................................................274
b. Data Objektif............................................................................281
c. Analisa......................................................................................286
d. Penatalaksanaan........................................................................286
2. Kunjungan ANC II.............................................................................289
a. Data Subjektif...........................................................................289
b. Data Objektif.............................................................................289
c. Analisa......................................................................................293
d. Penatalaksaan............................................................................293
B. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin....................................................294
1. Kala I Fase Aktif..............................................................................294
a. Data Subjektif...........................................................................294
b. Data Objektif.............................................................................295
c. Analisa......................................................................................300
d. Penatalaksanaan........................................................................300
2. Kala II...............................................................................................301
a. Data Subjektif...........................................................................301
b. Data Objektif.............................................................................301
c. Analisa......................................................................................302
d. Penatalaksanaan........................................................................302
3. Kala III.............................................................................................307
a. Data Subjektif...........................................................................307
b. Data Objektif.............................................................................307
c. Analisa......................................................................................307
d. Penatalaksanaan........................................................................307
4. Kala IV.............................................................................................309
a. Data Subjektif...........................................................................309
b. Data Objektif.............................................................................309
c. Analisa......................................................................................309
d. Penatalaksanaan........................................................................309
C. Asuhan Kebidanan Pada Nifas...............................................................312
x
1. Kunjungan I......................................................................................312
a. Data Subjektif...........................................................................312
b. Data Objektif.............................................................................312
c. Analisa......................................................................................315
d. Penatalaksanaan........................................................................315
2. Kunjungan II....................................................................................316
a. Data Subjektif...........................................................................317
b. Data Objektif.............................................................................317
c. Analisa......................................................................................319
d. Penatalaksanaan........................................................................319
3. Kunjungan III...................................................................................321
a. Data Subjektif...........................................................................321
b. Data Objektif.............................................................................321
c. Analisa......................................................................................322
d. Penatalaksanaan........................................................................322
D. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus.........................................................323
1. Kunjungan Neonatus I....................................................................323
a. Data Subjektif...........................................................................323
b. Data Objektif.............................................................................327
c. Analisa......................................................................................331
d. Penatalaksanaan........................................................................331
2. Kunjungan Neonatus II...................................................................333
a. Data Subjektif...........................................................................333
b. Data Objektif.............................................................................333
c. Analisa......................................................................................336
d. Penatalaksanaan........................................................................336
3. Kunjungan Neonatus III..................................................................337
a. Data Subjektif...........................................................................337
b. Data Objektif.............................................................................337
c. Analisa......................................................................................338
d. Penatalaksanaan........................................................................338
E. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana................................................339
1. Kunjungan KB I...............................................................................339
a. Data Subjektif...........................................................................339
b. Data Objektif.............................................................................342
c. Analisa......................................................................................345
d. Penatalaksanaan........................................................................345
2. Kunjungan KB II..............................................................................344
a. Data subjektif............................................................................345
b. Data objektif..............................................................................348

xi
c. Analisa......................................................................................349
d. Penatalaksanaan........................................................................349
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................351
A. Asuhan Kebidanan PadaKehamilan.......................................................351
1. Pengkajian data.................................................................................351
2. Diagnosa kebidanan.........................................................................354
3. Penatalaksanaan................................................................................354
B. Asuhan Kebidanan pada persalinan.......................................................356
1. Pengkajian Data................................................................................356
2. Diagnosa Kebidanan........................................................................359
3. Penatalaksanaan................................................................................359
C. Asuhan Kebidanan pada Nifas...............................................................361
1. Pengkajian data.................................................................................361
2. Diagnosa kebidanan.........................................................................363
3. Penatalaksanaan................................................................................364
D. Asuhan kebidanan pada Neonatus..........................................................364
1. Pengkajian data.................................................................................364
2. Diagnosa kebidanan.........................................................................367
3. Penatalaksanaan................................................................................367
E. Asuhan kebidanan pada KB...................................................................368
1. Pengkajian Data................................................................................368
2. Diagnosa kebidanan.........................................................................370
3. Penatalaksanaan................................................................................370
BAB V PENUTUP........................................................................................371
A. Kesimpulan.............................................................................................371
B. Saran.......................................................................................................372
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................374
LAMPIRAN..................................................................................................378

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perkembangan Fungsi Organ janin........................................19


Tabel 2.2 Evidence Base ANC..............................................................57
Tabel 2.3 Evidence Base INC dan PNC................................................58
Tabel 2.4 informasi penting yang dikumpulkan pada setiap
Kunjungan antenatal..............................................................63
Table 2.5 Jadwal Pemberian Imunisasi TT............................................64
Tabel 2.6 perbedaan kebutuhan nutrisi ibu hamil
dengan sebelum hamil............................................................71
Tabel 2.7 usia kehamilan berdasarkan TFU...........................................79
Tabel 2.8 pembukaan Serviks pada primigravida dan Multigravida.....94
Tabel 2.9 penapisan ibu bersalin............................................................113
Tabel 2.10 Tahapan Involusi uteri...........................................................178
Tabel 2.11 Tinggi Fundus Uteri dab Berat Uterus
Menurut masa Involusi..........................................................180
Tabel 2.12 Perubahan Lokhea Pada Masa Nifas.....................................181
Tabel 2.13 Daftar tilik penapisan klien, metode nonoperatif...................266
Tabel 2.14 Daftar tilik penapisan klien, metode operasi (Tubektomi)....267
Tabel 2.15 Daftar Tilik penapisan klien, metode operasi (Vasektomi)...268
Tabel 2.16 Waktu untuk memulai kontrasepsi pada wanita menyusui....268
Tabel 2.17 Waktu untuk memulai kontrasepsi
pada wanita yang tidak menyusui..........................................269

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tahap perkembangan zigot dengan cara


membelah diri pada tuba Falopi...................................................16
Gambar 2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Janin........................................18
Gambar 2.3 Pembesaran rahim dan perubahan sikap tubuh ibu
selama kehamilan.........................................................................22
Gambar 2.4 Skrining/Deteksi Dini ibu resiko tinggi
dan KSPR perencana persalinan aman.........................................50
Gambar 2.5 Stiker P4K....................................................................................53
Gambar 2.6 Penurunan kepala janin melewati gelang pelvik........................101
Gambar 2.7 Asinklitismus Posterior..............................................................108
Gambar 2.8 Asinklistimus Anterior...............................................................108
Gambar 2.9 Sinklistimus................................................................................109
Gambar 2.10 Kelahiran Bahu...........................................................................111
Gambar 2.11 Melahirkan Tubuh Bayi..............................................................112
Gambar 2.12 Lembar depan Partograf.............................................................146
Gambar 2.13 Lembar Belakang Partograf........................................................150
Gambar 2.14 TFU dan Involusi uterus.............................................................178
Gambar 2.15 Bagian-bagian KMS...................................................................226
Gambar 2.16 Bagian-bagiab KMS...................................................................226
Gambar 2.17 Bagian-bagian KMS...................................................................227
Gambar 2.18 MTBS.........................................................................................235

xiv
DAFTAR
Lampiran 1 Lembar Permohonan....................................................................378
Lampiran 2 Lembar Informed Consent............................................................379
Lampiran 3 Identitas Keluarga.........................................................................380
Lampiran 4 catatan kesehatan ibu hamil..........................................................386
Lampiran 5 KSPR............................................................................................390
Lampiran 6 24 penapisan persalinan................................................................391
Lampiran 7 partograf........................................................................................394
Lampiran 8 catatan kesehatan ibu Nifas..........................................................406
Lampiran 9 catatan ibu bersalin dan ibu nifas.................................................412
Lampiran 10 keterangan lahir............................................................................413
Lampiran 11 catatan kesehatan BBL.................................................................414
Lampiran 12 pelayanan essensial.......................................................................415
Lampiran 13 Grafik lingkar kepala laki-laki......................................................416
Lampiran 14 grafik tinggi badan anak laki-laki.................................................417
Lampiran 15 KMS..............................................................................................418
Lampiran 16 catatan imunisasi...........................................................................419
Lampiran 17 penapisan KB non hormonal........................................................426
Lampiran 18 kartu bimbingan LTA...................................................................427
Lampiran 19 Lembar konsultasi.........................................................................428
Lampiran 20 Dokumentasi.................................................................................430
SAP kehamilan.............................................................................381
Lefleat Ibu Hamil.........................................................................384
Lefleat Perawatan Payudara.........................................................385
SAP persalinan.............................................................................392
SAP Nifas.....................................................................................396
Lefleat Ibu Nifas...........................................................................404
Lefleat Ibu Menyusui....................................................................403
SAP Neonatus...............................................................................408
Lefleat BBL..................................................................................411
SAP KB........................................................................................420
Leaflet KB....................................................................................422
SAP KB ke 2.................................................................................423
Leaflet KB....................................................................................425

xv
DAFTAR

AC :Air Conditioning
AIDS :Acquired Immunodeficiency Syndrom
AKB : Angka Kematian Bayi
AKBK : Alat Kontrasepsi Bawah Kullit
AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
AKI : Angka Kematian Ibu
ASI : Air Susu Ibu
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
BB : Berat Badan
BBL : Bayi Baru Lahir
BBLR : Berat Bayi Lahir Rendah
BBMK :Bayi Besar Masa Kehamilan
BCG : BacillusCalmette Guerin
BKMK :Bayi Kecil Masa Kehamilan
BMI : Body Mass Index
BPM : Bidan Praktek Mandiri
C : Celcius
Ca : Calsium
cm : centimeter
CO2 : Carbondioksida
CPD : Cepalo Pelvic Disproporsi
CVA : Costovertebral Angel
DJJ : DetakJantungJanin
DMPA : Depo Medroksi progesterone
Asetat dpm : denyut per menit
DTT : Desinfeksi Tingkat Tinggi
EDD : Estimated Date of Delivery
FAS : Fetal AlkoholSydroma
Fe : Ferro
FSH : Follicle Stimulating Hormone
G : Gauge
gr : gram
gr/dL : gram per 100 mililiter darah
Hb : Haemogloblin
HBV : Hepatitis B Virus
HIV : Human Immunodeficiency virus
HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir
IDDM : Insulin-Dependent Diabetes Mellitus
Ig : Imunoglobulin
IMD : Inisiasi Menyusui Dini
IMS : Infeksi Menular Seksual
IMT : Indeks Massa Tubuh

xvi
IUD : Intra Uterine Device
IUGR : Intra Uterine Growth Retraction
K : Kalium
KB : Keluarga Berencana
KEK : Kekurangan EnergiKronis
Kg : Kilogram
KPD : Ketuban Pecah Dini
LH : Luteinizing Hormone
LILA : Lingkar Lengan Atas
MAL : Metode Amenorrhea Laktasi
mg : miligram
ml : milimeter
mmHg : millimeter Hemoragik
N : Nadi
Na : Natrium
NS : Normal Saline
Ny : Nyonya
O2 : Oksigen
PAPIAH : Para, Aterm, Prematur, Imatur, Abortus,
Hidup PAP : Pintu Atas Panggul
pH :power of Hydrogen
Preskep : Presentasi kepala
Puka : Punggung kanan
Puki : Punggung kiri
Px : Prosessus xipoideus
Rh : Rhesus
RL : Ringer Laktat
Rr : Respirasi
S : Suhu
SC : Sectio Caesarea
SOAP : Subyektif, Obyektif, Assesment,
Planning TB : Tinggi Badan
TBC : Tuberculosis
TBJ : Tafsiran Berat Janin
TD : Tekanan Darah
TFU : Tinggi Fundus Uteri
TM : Trimester
TORCH : Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovyrus, Herpes simplex
TP : TaksiranPersalinan
TT : TetanusToxoid
TTV : TandaTanda Vital
UK : UsiaKehamilan
USG : Ultrasonografi
VDRL : Venereal Desease Research Laboratory
WHO :World Health Organization
Zn : Zink

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan, persalinan, nifas dan neonates merupakan proses

fisiologis namun dalam prosesnya kemungkinan hal yang fisiologis tersebut

akan menjadi patologis bila tidak dilakukan suatu asuhan kebidanan yang

berkesinambungan dan berkualitas. Penanganan yang tidak sesuai standar

dapat menyebabkan komplikasi, komplikasi tersebut dapatmeningkatkan

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) (Manuaba,

2012).

Pencegahan komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan

mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir, penyesuaian

ini sangat penting dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi

baru lahir. Hal ini dikarenakan besar persalinan di Indonesia masih terjadi di

tingkat pelayanan kesehatan primer dengan penguasaan keterampilan dan

pengetahuan petugas kesehatan di fasilitas pelayanan tersebut masih belum

memadai (Prawirohardjo, 2009).

Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Ibu (SDKI) tahun 2015

AKI sebesar 305/100.000 kelahiran hidup. Jumlah ini menurun

dibandingkan data SDKI 2012 yang besarnya 359/100.000 kelahiran hidup.

Walaupun dari tahun 2012 sampai tahun 2015 menurun, namun angka

1
2

tersebut belum memenuhi target SDGs 2030 yaitu menekan AKI sebesar

70/100.000 kelahiran hidup sehingga masih memerlukan kerja keras dari

semua komponen untuk mencapai target tersebut (Kemenkes RI, 2018).

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dampak

kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), di samping Angka Kematian Bayi

(AKB). AKI dan AKB merupakan indikator keberhasilan pembangunan

daerah dan juga digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam

menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). (Dinkes Provinsi Jawa

Timur, 2018).

Upaya kesehatan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak dapat

diketahui dari cakupan pelayanan Antenatal Care (ANC) yang meliputi

cakupan K1 dan K4, cakupan komplikasi kebidanan yang ditangan, cakupan

persalinan oleh Nakes (Linkes), pelayanan nifas (KF), pelayanan kesehatan

bayi yaitu kunjungan neonatus (KN 1 dan KN lengkap) dan kunjungan bayi

cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani, dan pelayanan

keluarga berencana. (Dinkes Kabupaten Jawa Timur, 2017).

Pada tahun 2017 di Indonesia cakupan K1 mencapai 95,4% sedangkan

cakupan K4 mencapai cakupan 87,30% dari target 76%, cakupan persalinan

ditolong oleh tenaga kesehatan mencapai 83,67% dari target 79%, cakupan

kunjungan nifas KF mencapai 87,36% dari target 80%, KN1 sebesar

92,62% dari target Renstra 81%, KB aktif sebesar 63,22% (Kemenkes RI,

2018). Hal ini membuktikan bahwa cakupan K1, K4, persalinan ditolong

tenaga kesehatan, nifas dan KN1 di Indonesia sudah mencapai target.


3

AKN dari tahun ke tahun menunjukkan penurunan. Hasil Survei

Demografi dan kelahiran hidup, kemudian pada tahun 2017 menunjukkan

AKN sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2018).

Menurut Dinkes Jatim 2017, AKI Provinsi Jawa Timur mencapai

91,92 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini mengalami peningkatan

dibandingkan tahun 2016 yang mencapai 91 per 100.000 kelahiran.

Sedangkan pada AKB di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2017 mencapai

23,1 per 1.000 KH sudah memenuhi target MDGs sebesar 23 per 1.000 KH

dan SDGs sebesar 12 per 1.000 KH. Capaian cakupan ibu hamil K1

Provinsi Jawa Timur pada tahun 2017 adalah 98,2% dari target SPM 100%,

angka ini sudah mengalami peningkatan di bandingkan pada tahun 2016

yaitu 89,53% dan capaian ibu hamil K4 di Provinsi Jawa Timur pada tahun

2017 adalah 89,9% dari target SPM 100%, cakupan ibu nifas pada tahun

2017 adalah 95,72% dari target 95% dan cakupan komplikasi kebidanan

yang ditangani capaiannya sebesar 97,1% dari target 80%, angka ini sudah

mengalami peningkatan di bandingkan pada tahun 2016, cakupan pelayanan

neonatal KN 1 sebesar 98,178% dari target 100%, cakupan pelayanan

neonatal KN lengkap sebesar 96,7% dari target SPM 100%. (Dinkes Jawa

Timur, 2017).

Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun, AKI tahun 2017

157/100.000 KH. Jika dibandingkan dengan target Kabupaten Madiun

102/100.000 belum mencapai target. Sedangkan AKB di Kabupaten Madiun

2017 sebesar 7,3 per 1.000 KH menurun dibandingkan tahun 2016 sebesar
4

8,72 per 1.000 KH. Penyebab kematian bayi (neonatal) disebabkan karena

Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebesar 29,4% (19 kasus), asfiksi 33% (14

kasus), sepsis 11,9% (1 kasus), kelainan congenital 3% (26 kasus) , dan lain-

lain (5 kasus).

Penyebab kematian bayi (post neonatal) disebabkan karena

Pneumonia sebesar 29,4% (5 kasus), diare 11,76% (2 kasus), kelainan

congenital 35, 29% (6 kasus), penyebab lain aspirasi susu 5,88% (1 kasus)

dehidrasi 5,88% (1 kasus), dan trauma 5,88% (1 kasus) (Dinkes Kabupaten

Madiun, 2018) Sedangkan penyebab dari kematian ibu pada Tahun 2017

adalah eklamsia 5 kasus, perdarahan 1 kasus, jantung 2 kasus, emboli air

ketuban 3 kasus, odem paru 1 kasus, sepsis 1 kasus, HIV 1 kasus (Dinkes

Kabupaten Madiun, 2018).

K1 di Kabupaten Madiun tahun 2017 sebesar 97,47% dari 10.167 ibu

hamil. Sedangkan cakupan K4 di Kabupaten Madiun tahun 2017sebesar

90,40% dari 10.167 ibu Hamil. Cakupan K4 ini telah mencapai target

Standart Pelayanan Minimal (SPM) sebesar 90,40%. Untuk cakupan

persalinan oleh nakes di Kabupaten Madiun tahun 2017 mencapai 91,24%

dari 8.855 kelahiran. Cakupan ini menurun di bandingkan dengan cakupan

tahun 2016 sebesar 93%. Cakupan Pelayanan Nifas di Kabupaten Madiun

2017 sebesar 91,3% masih dibawah target SPM sebesar 95% (Dinkes

Kabupaten Madiun, 2018).

Cakupan Kunjungan Neonatal 1 di kabupaten Madiun tahun 2017

sebesar 96%, menurun di bandingkan pada tahun 2016 sebesar 98,0%.


5

sedangkan KN lengkap 94,4% menurun di bandingkan pada tahun 2016

sebesar 95,9%. Cakupan neonates dengan komplikasi yang di tangani pada

tahun 2017 sebesar 77,63% menurun di bandingkan 2016 sebesar 86%.

Cakupan kunjungan bayi pada tahun 2017 sebesar 101,83% dari target SPM

sebesar 90%. Cakupan pelayanan KB aktif di Kabupaten Madiun tahun

2017 sebesar 93,85% meningkat dari tahun 2016 sebesar 86,2% dan KB

Baru tahun 2017 sebesar 8,65% menurun dibandingkan dengan tahun 2016

sebesar 11,8% (Dinkes Kabupaten Madiun, 2018).

Berdasarkan data diatas terdapat kesenjangan cakupan K1 dan K4

kehamilan, kesenjangan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pelayanan ibu

nifas dan KB baru yangmasih dibawah target.

Cakupan K1 dan K4 belum mencapai target karena ibu hamil di

pedesaan masih kurang pengetahuannya, dan pendidikan yang rendah.

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan masih belum mencapai target

pemerintah karena kurangnya pengetahuan, pendidikan, sikap terhadap

keputusan untuk memanfaatkan tenaga ahli dalam pertolongan persalinan

serta jangkauan pelayanan kesehatan. Rendahnya kunjungan nifas

menggambarkan perilaku kunjungan nifas (Rahmawati, 2015). tidak

melakukan kunjungan nifas yaitu kurangnya pengetahuan tentang

pentingnya kunjungan nifas, keengganan membawa serta anak yang masih

terlalu kecil dan kunjungan ulang harus diantar suami (Purwaningsih, 2017).

Permasalahan pada kontrasepsi yaitu masih kurangnya keikutsertaan ber KB

dan kurangnya infromasi yamg didapat, sehingga menimbulkan jarak


6

kelahiran yang terlalu dekat dan sebagian besar masih menganut agama

ataupun kepercayaan.

Dampak yang ditimbulkan darikunjungan ibu hamil K1 dan K4 dapat

mengancam kesehatan ibu hamil dan janin, dampak yang ditimbulkan pada

persalinan yaitu ibu dengan pendidikan yang rendah cenderung melahirkan

di dukun menyebabkan komplikasi kehamilan yang mengancam jiwa ibu

dan bayi. Dampak dari rendahnya cakupan nifas menyebabkan beberapa

permasalahan yang terjadi pada nifas di antaranya perdarahan postpartum

dan infeksi saat masa nifas. Pada ibu yang tidak menggunakan KB akan

menimbulkan jarak kehmailan terlalu dekat dan menimbulkan resiko pada

kehamilan (Depkes RI, 2017).

Sebagai penurunan AKI pemerintah kabupaten Madiun disarankan

perlu melakukan pemetaan dan pemantauan dimulai dari ibu hamil dengan

melibatkan multi pihak, serta menempatkan bidan desa di daerah yang sulit

dijangkau oleh tenaga kesehatan. Upayalain dari pemerintah kabupaten

Madiun dengan meningkatkan kompetensi bidan dalam kegawatdaruratan

maternal, pelaksanaan kelas ibu hamil, antenatal care(ANC) secaraterpadu

dan pembinaan petugas pada Puskesmas (Dinkes Kabupaten Madiun, 2018).

Dengan penempatan bidan di desa, di harapkan jangkauan persalinan

oleh tenaga kesehatan meningkat (Depkes RI, 2016). Serta bidan disarankan

melakukan pendekatan pada tokoh masyarakat dan dapat bekerjasama dalam

mengubah pemikiran masyarakat tentang kebiasaan-kebiasaan atau yang

berhubungan dengan kesehatan terutama pemilihan penolong persalinan.


7

Meningkatkan kegiatan promosi kesehatan khususnya mengenal pentingnya

penolong persalinan tenaga kesehatan melalui kelas ibu hamil. (Nurhapipa,

2015).

Kunjungan rumah pada masa nifas dilakukan sebagai suatu tindakan

untuk pemeriksaan postpartum lanjutan. Kunjungan rumah direncanakan

untuk bekerjasama dengan keluarga dan dijadwalkan berdasarkan

kebutuhan.Kunjungan rumah postpartum memiliki keuntungan yang sangat

jelas karena membuat bidan dapat melihat dan berinteraksi dengan anggota

keluarga di dalam lingkungan yang alami dan aman. Bidan mampu

mengkaji kecukupan sumber yang ada di rumah, demikian pula keamanan di

rumah dan di lingkungan sekitar (Saleha, 2009).

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan sejak tahun 1990 telah

meluncurkan safe motherhood initiative, sebuah program yang memastikan

semua wanita mendapatkan perawatan yang dibutuhkan sehingga selamat

dan sehat selama kehamilan dan persalinannya. Upaya tersebut dilanjutkan

dengan program Gerakan Sayang Ibu di tahun 1996 oleh Presiden Republik

Indonesia. Program ini melibatkan sektor lain di luar kesehatan. Salah satu

program utama yang ditujukan untuk mengatasi masalah kematian ibu yaitu

penempatan bidan di tingkat desa secara besar-besaran yang bertujuan untuk

mendekatkan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir ke

masyarakat. Upaya lain yang juga telah dilakukan yaitu strategi Making

Pregnancy Safer yang dicanangkan pada tahun 2000. Pada tahun 2012

Kementerian Kesehatan meluncurkan progam Expanding Maternal and


8

Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan AKI dan AKB

sebesar 25% ( Kemenkes RI, 2017 ).

Salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan berkualitas yaitu

dilakukannya asuhan kebidanan secara Continuity Of Care (COC) yaitu

asuhan yang komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan

Keluarga Berencana, dengan dilaksanakannya asuhan kebidanan tersebut

diharapkan ibu dapat menjalani kehamilan sampai Keluarga Berencana tanpa

penyulit apapun.

Continuity of care merupakan hal yang mendasar dan model praktik

kebidanan untuk memberikan asuhan holistik, membangun kemitraan yang

berkelanjutan untuk memberikan dukungan, dan membina hubungan saling

percaya antara bidan dank lien. Upaya pemerintah Indonesia dalam

meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Pelaksanaan asuhan yang

berkesinambungan sesuai siklus kehidupan dilakukan mulai dari pasangan

usia subur dan wnaita usia subur yang merupakan prakonsepsi : setelah

menikah dan hamil dilakukan pelayanan selama kehamilan, persalinan, nifas,

dan bayi baru lahir : pemberian pelayanan bagi bayi dan balita disebut

program 1000 hari pertama kehidupan. Continuity of care mempunyai arti

bahwa seorang wanita mengembangkan kemitraan dengan bian untuk

menerima asuhan selama masa kehamilan,masa persalinan,dan masa nifas.

Continuity of care memastikan ibu dan bayi mendapatkan asuhan yang

terbaik dari bidan pada seluruh periode kehamilan dan melahirkan (Astuti

dkk, 2017).
9

Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi

wanita adalah program KB pascasalin untuk mengatur jumlah kelahiran atau

menjarangkan kelahiran dan pelatihan contraceptive technology update

(CTU) untuk bidan. Asuhan kebidanan mengutamakan kesinambungan

pelayanan (continuity of care), karena sangat penting bagi wanita untuk

mendapatkan pelayanan dari seorang professional, sehingga perkembanagn

kondiri mereka setiap saat akan terpantau dengan baik ( Dinkes jatim, 2017).

Di PMB Eny Kusrini, S.ST. Desa Sukosari Kec Dagangan Kab

Madiun data pada tahun 2018 didapatkan jumlah pasien kunjungan ANC K1

sebanyak 144 orang, K4 sebanyak 56 orang, pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan sejumlah 80 orang, di rujuk sebanyak 21 orang dengan

indikasi BSC sebanyak 2 orang, KPD (ketuban pecah dini) sebanyak 6

orang, Letak sungsang sebanyak 1 orang, Hipertensi (tekanan darah tinggi)

sebanyak 1 orang, persalinan kala 1 memanjang sebanyak 5 orang,

Persalinan kala 2 memanjang sebanyak 1 orang, febris sebanyak 1 orang,

PE (preeklamsia) sebanyak 4 orang. KN lengkap sejumlah 101 bayi, KF

sebanyak 101 orang, KB IUD sebanyak 14 orang, KB implant sebanyak 3

orang, KB pil sebanyak 3 orang, KB suntik 1 bulan sebnayak 37 orang, KB

suntik 3 bulan sebanyak 169 orang, pada tahun 2018 di PMB Eny

Kusrini.,S.ST tidak terdapat Angka Kematian Ibu (AKI) dan terdapat Angka

Kematian Bayi (AKB) sebanyak 1 bayi (Data Primer, 2018).

Berdasarkan dari data tersebut penulis tertarik melakukan asuhan

kebidanan secara Continuity Of Care (COC) pada masa kehamilan, bersalin,


1

nifas, neonatus, sampai Keluarga Berencana di PMB Eny Kusrini, S.ST

Desa Sukosari, Kec Dagangan, Kab Madiun sebagai Laporan Tugas Akhir.

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan ruang lingkup asuhan yang diberikan kepada ibu hamil,

melahirkan, masa nifas, neonatus, dan KB, maka pada penyusunan LTA ini

penulis membatasi berdasarkan Continuity Of Care.

C. Tujuan Penyusunan LTA ( Laporan Tugas Akhir )

1. Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan kebidanan secara Continuity of care

pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL, neonatus dan KB pascasalin

dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil meliputi pemgkajian,

merumuskan diagnosa, merencanakan asuhan, melaksanakan asuhan

dan melakukan evaluasi.

b. Melakukan Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin meliputi pengkajian,

merumuskan diagnose, merencanakan asuhan, melaksanakan asuhan

dan melakukan evaluasi.

c. Melakukan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas meliputi pengkajian,

merumusakan diagnosa, merencanakan asuhan, melaksanakan asuhan

dan melakukan evaluasi.


1

d. Melakukan Asuhan Kebidanan pada neonates meliputi pengkajian,

merumuskan diagnosa, merencanakan asuhan, melaksanakan asuhan

dan melakukan evaluasi.

e. Melakukan Asuhan Kebidanan pada ibu akseptor kb meliputi

pengkajian, merumuskan diagnosa, merencanakan asuhan,

melaksanakan asuhan dan melakukan evaluasi.

D. Ruang Lingkup Sasaran

1. Sasaran

Sasaran asuhan kebidanan ditujukan kepada ibu hamil TM III ( 28 - 40

minggu ), bersalin, nifas, neonatus, dan pelayanan KB.

2. Tempat

Lokasi yang dipilih untuk memberikan asuhan kebidanan di Praktek

Mandiri Bidan ( PMB ) Eny Kusrini.,S.ST.

3. Waktu

Waktu yang diperlukan untuk menyusun laporan tugas akhir dimulai

bulan Maret - Juli 2019.

E. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Untuk pengembangan ilmu dan asuhan kebidanan secara continuity

of care pada ibu hamil TM III, bersalin, nifas, neonates, dan KB.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pasien dan Keluarga


1

Ibu mendapatkan pelayanan kebidanan secara Continuity Of Care

mulai dari kehamilan TM III, persalinan, nifas, neonatus, dan

Keluarga Berencana pasca persalinan.

b. Bagi Lahan Praktek PMB Eny Kusrini S.ST

Dapat meningkatkan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin,

nifas, neonatus, dan keluarga berencana sesuai dengan prosedur dan

standart praktik kebidanan.

c. Bagi Institusi pendidikan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Sebagai bahan bacaan di perpustakaan tentang asuhan

kebidanan secara Continuity Of Care pad ibu hamil TM III,

bersalin, nifas, neonatus, dan Keluarga Berencana.

d. Bagi Penulis selanjutnya

Memberikan pengalaman dalam melaksanakan asuhan

kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan Keluarga

Berencana secara nyata pada klien sebagai bekal dalam memberikan

asuhan kebidanan, sehingga bermanfaat untuk menjadi bidan

profesional.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini diuraikan telaah pustaka secara sistematik dari ibu hamil

yang akan di lakukan asuhan kebidanan, secara runtut yang menggambarkan

kesinambungan ( continuity of care ) sampai masa nifas, BBL dan kebutuhan KB.

Penyusun melakukan kajian mendalam tentang fakta, teori, konsep atau

pendekatan asuhan kebidanan kepada individu dan keluarga.

A. Kehamilan

1. Konsep Dasar Kehamilan

a. Pengertian

Kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung dan terdiri

dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan

pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan

plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm

(Manuaba, 2010).

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan

normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau

9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi menjadi 3

trimester, dimana trimester satu berlangsung dalam 12 minggu,

trimester kedua berlangsung 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27),

13
14

dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40)

(Saifudin, 2009).

Menurut Walyani (2015), usia di bawah 16 tahun atau di atas 35

tahun merupakan umur-umur yang berisiko tinggi untuk hamil. kurun

reproduksi sehat dikenal sebagai usia aman untuk kehamilan dan

persalinan adalah 20-35 tahun. Karena berdasarkan angka kejadian,

wanita hamil dengan usia kurang dari 20 tahun berpeluang lebih tinggi

untuk melahirkan bayi prematur atau mengalami retardasi

pertumbuhan. Risiko meningkat pada usia 35 tahun untuk terjadinya

abortus spontan, pemisahan prematur plasenta, IUGR (Manuaba,

2010).

b. Fisiologis Kehamilan

Menurut Manuaba (2010) proses kehamilan merupakan matarantai

yang berkesinambungan yang terdiri atas :

1) Ovulasi

Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi

oleh sistem hormonal yang kompleks. Selama masa subur yang

berlangsung 20-35 tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat

mengikuti proses kematangan dan terjadi ovulasi .

2) Spermatozoa

Pada setiap hubungan seksual dikeluarkan sekitar 3 cc

sperma yang mengandung 40 sampai 60 juta spermatozoa setiap

cc, dan hanya beberapa ratus yang dapat mencapai tuba fallopii.
15

Spermatozoa yang masuk ke dalam alat genitalia wanita dapat

hidup selama tiga hari, sehingga cukup waktu untuk

mengadakan konsepsi.

3) Konsepsi

Menurut Manuaba (2010), Pertemuan inti ovum dengan inti

spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi dan membentuk

zigot. Proses konsepsi dapat berlangsung sebagai berikut :

a) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh

korona radiata yang mengandung persediaan nutrisi.

b) Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metafase di tengah

sitoplasma yang disebut vitelus.

c) Dalam perjalanan, korona radiata makin berkurang pada

zona pelusida. Nutrisi dialirkan kedalam vitelus, melalui

saluran pada zona pelusida. Konsepsi terjadi pada pars

ampularis tuba, tempat yang paling luas, dindingnya penuh

jonjot sel yang mempunyai silia. Ovum mempunyai waktu

hidup terlama dalam ampula tuba.

d) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam.

4) Proses nidasi atau implantasi

Setelah fertilisasi, hasil konsepsi akan melakukan

implantasi pada dinding uterus sekaligus memberikan informasi

pada tubuh ibu, sehingga bermanifestasi terhadap adaptasi

fisiologi kehamilan. Jika tidak terjaddi implantasi, maka zigot


16

akan dengan mudah keluar dari uterus bersamaan dengan darah

menstruasi.

Zigot yang sedang membelah, mengapung dalam tuba

fallopi sekitar 1 minggu dan berkembang dari tahap 16 sel

melalui tahap morula yang padat menjadi tahap blastokista

dengan 32-64 sel. Tahap blastokista ini memiliki rongga yang

berisi cairan. Blastokista memiliki dua jenis sel embrionik yang

telah berdiferensiasi yaitu trofektoderm di bagian luar dan inner

cell mass di bagian dalam. Sel trofektoderm nantinya akan

membentuk plasenta dan inner cell mass akan membentuk janin

serta membran janin.

Gambar tahap perkembangan zigot dengan cara membelah

diri pada tuba fallopi dapat dilihat dalam gambar 2.1 berikut

Gambar 2.1Tahap perkembangan zigot dengan cara


membelah diri pada tuba fallopi

Sumber: Astuti, S.,dkk.2017. Asuhan Ibu Dalam Masa Kehamilan.


Jakarta : Erlangga
17

5) Pembentukan plasenta

Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri di

dinding depan atau belakang. Pada blastula, penyebaran sel

trofoblas yang tumbuh tidak rata, sehingga blastula dengan inner

cell mass akan tertanam dalam endometrium. Sel trofoblas

menghancurkan endometrium sampai terjadi pembentukan

plasenta yang berasal dari primer vili korealis. Terjadinya nidasi

(implantasi) mendorong sel blastula mengadakan diferensiasi.

Sel yang dekat dengan ruangan eksoselom membentuk

“entoderm” dan yolk sac (kantong kuning telur) sedangkan sel

lain membentuk “ektoderm” dan ruangan amnion. Plat embrio

(embryonal plate) terbentuk diantara dua ruang yaitu ruang

amnion dan kantong yolk sac. Ruangan amnion dengan cepat

mendekati korion sehingga jaringan yang terdapat diantara

amnion dan embrio padat dan berkembang menjadi tali pusat.

Awalnya yolk sac berfungsi sebagai pembentuk darah bersama

dengan hati, limpa, dan sumsum tulang. Pada minggu kedua

sampai ketiga, terbentuk bakal jantung dengan pembuluh

darahnya yang menuju body stalk (bakal tali pusat). Jantung

bayi mulai dapat dideteksi pada minggu ke-6 sampai 8 dengan

menggunakan ultrasonografi atau sistem Doppler (Manuaba,

2013).
18

6) Pertumbuhan dan perkembangan janin

Pertumbuhan dan perkembangan janin dapat dilihat pada

gambar berikut:

Gambar 2.2Pertumbuhan dan Perkembangan Janin


Sumber: Manuaba, I.B.G, dkk.2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Embrio akan berkembang sejak usia 3 minggu hasil

konsepsi. Secara klinik usia gestasi 4 minggu dengan USG akan

tampak sebagai kantung gestasi berdiameter 1 cm, tetapi embrio

belum tampak. Pada minggu ke-6 dari hari terakhir, usia

konsepsi 4 minggu embrio berukuran 5 mm, kantung gestasi

berukuran 2-3 cm. Pada saat itu akan tampak denyut jantung

secara USG. Pada akhir minggu ke-8 usia gestasi (6 minggu usia

embrio), embrio berukuran 22-24 mm, dimana akan tampak

kepala yang relatif besar dan tonjolan jari. Gangguan akan

mempunyai dampak besar apabila terjadi pada usia gestasi


19

kurang dari 12 minggu, terlebih pada minggu ke-3. Berikut ini

akan di ungkapkan secara singkat hal-hal yang terutama dalam

pengembangan organ dan fisiologis janin :

Tabel 2.1Perkembangan Fungsi Organ Janin


Usia
Panjang
kehamilan Organ
(minggu) fetus
Organogenesis
4 7,5-10 mm Rudimental : hidung, telinga dan mata.
Kepala fleksi ke dada, hidung, kuping dan
8 2,5 cm jari terbentuk.
Kuping lebih jelas, kelopak mata dan
12 9 cm genetalia eksterna terbentuk.
Usia fetus
Genetalia jelas terbentuk, kulit merah tipis,
16 16-18 cm uterus telah penuh, desidua parietalis dan
kapsularis.
20 25 cm Kulit tebal dengan rambut lanugo.
24 30-32 cm Kelopak mata jelas, alis dan bulu tampak.
Masa perietal
Berat badan 1000 gram dan
28 35 cm
menyempurnakan janin.
Bayi cukup bulan, kulit berambut dengan
baik, kulit kepala tumbuh baik dan pusat
40 50-55 cm
penulangan pada tibia proksimal.

Sumber: Manuaba, I.B.G, dkk.2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan


Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

c. Tanda – tanda kehamilan


Menurut Manuaba (2010), terdapat dua jenis tanda kehamilan
yaitu :
1) Tanda kemungkinan hamil

a) Tanda subyektif hamil

(1) Terlambat datang bulan

(2) Terdapat mual dan muntah

(3) Terasa sesak atau nyeri di bagian bawah


20

(4) Terasa gerakan janin dalam perut

(5) Sering kencing

b) Tanda obyektif hamil

(1) Pembesaran dan perubahan konsistensi rahim, dengan

memperhatikan tanda Piscacek dan Hegar

(2) Perubahan warna dan konsistensi serviks

(3) Kontraksi Braxon Hicks

(4) Terdapat balotement

(5) Teraba bagian janin

(6) Terdapat kemungkinan pengeluaran kolostrum

(7) Terdapat hiperpigmentasi kulit

(8) Terdapat kebiruan vagina/selaput lendir vulva (tanda

Chadwick)

(9) Tes biologis positif

2) Tanda pasti kehamilan

a) Teraba gerakan janin dalam rahim

b) Terdengar denyut jantung janin (hamil 12 minggu)

c) Pemeriksaan rontgen terdapat kerangka janin

d) Pemeriksaan ultrasonografi

(1) Terdapat kantong kehamilan, usia kehamilan 4 minggu

(2) Terdapat fetal plate,usia kehamilan 4 minggu

(3) Terdapat kerangka janin, usia kehamilan 12 minggu

e) Terdapat denyut jantung janin, usia kehamilan 6 minggu


21

3) Diagnosis banding kehamilan

Menurut Rustam, (2012) suatu kehamilan kadang kala harus

dibedakan dengan keadaan atau penyakit yang menimbulkan

keraguan dalam pemeriksaan:

a) Hamil palsu (pseudocyesis = kehamilan spuria): Gejala

dapat sama dengan kehamilan, seperti amenorhea, perut

membesar, mual, muntah, air susu keluar, bahkan wanita

tersebut merasakan gerakan janin. Namun, pada

pemeriksaan, uterus tidak membesar, tanda-tanda kehamilan

lain dan reaksi kehamilan negatif.

b) Mioma uteri, perut dan rahim membesar tetapi pada

perabaan, rahim terasa padat, kadang kala berbenjol-benjol.

Tanda kehamilan negatif dan tidak dijumpai tanda-tanda

kehamilan lainnya.

c) Kista ovarium, perut membesar, bahkan makin bertambah

besar, tetapi pada pemeriksaan dalam, rahim teraba sebesar

biasa. Reaksi kehamilan negatif, tanda-tanda kehamilan lain

negatif.

d) Kandung kemih penuh dan terjadi retensi urin. Pada

pemasangan kateter, keluar banyak urin.

e) Hematometra, uterus membesar karena terisi darah yang

disebabkan himen imperforata, stenosis vagina atau serviks.


22

d. Perubahan fisiologis dan psikologis dalam kehamilan

1) Perubahan fisiologis

a) Uterus

Uterus yang semula besarnya hanya sebesar jempol atau

beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia,

sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan.

Otot dalam rahim mengalami hiperplasia dan hipertrofi

menjadi lebih besar, lunak dan dapat mengikuti pembesaran

rahim karena pertumbuhan janin (Manuaba, 2010).

Gambar 2.3Pembesaran Rahim dan Perubahan Sikap Tubuh Ibu


Selama Kehamilan

Sumber: Manuaba, I.B.G, dkk.2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
23

b) Serviks

Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih

lunak dan kebiruan. Perubahan ini akibat penambahan

vaskularisasi dan terjadinya edema pada seluruh serviks,

bersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada

kelenjar-kelenjar serviks (Saifudin, 2011).

c) Ovarium

Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang

mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan

fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada

usia 16 minggu (Manuaba,2010).

d) Vagina dan perinium

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan

hiperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perinium

dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat berwarna

keunguan yang di kenal dengan tanda chadwick. Perubahan

ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah

jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos.

Peningkatan volume sekresi vagina juga terjadi, sekresi

berwarna keputihan, menebal, dan Ph antara 3,5 – 6 yang

merupakan hasil dari peningkatan produksi asam laktat

glikogen yang di hasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari

lactobacillus acidhopilus (Saifuddin, 2011).


24

Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh

darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin

berwarna merah dan kebiru-biruan (tanda Chadwicks)

(Manuaba, 2010).

e) Payudara

Akibat pengaruh estrogen terjadi hiperplasia sistem

duktus dan jaringan intestisial payudara. Hormon laktogenik

plasenta menyebabkan hipertrofi dan pertambaahan sel-sel

asinus payudara, serta meningkatkan produksi zat-zat kasein,

laktoalbumin, laktoglobulin, sel-sel lemak, kolostrum.

Mamae membesar dan tegang, terjadi hyperpigmentasi kulit

serta hipertrofi kelenjar Montgomery, terutama daerah areola

dan papilla akibat pengaruh melanofor. Puting susu

membesar dan menonjol (Icesmi Sukarni k. Dan Margareth

ZN, 2013).

f) Sirkulasi darah

Menurut Manuaba(2010), Peredaran darah ibu dipengaruhi

beberapa faktor, antara lain :

(1) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat

memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan

janin dalam rahim.

2) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada

sirkulasi retroplasenter.
25

3) Pengaruh hormon esterogen dan progesteron makin

meningkat.

g) Sistem Kardiovaskuler

Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum

darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah merah, sehingga

terjadi pengenceran darah (hemodilusi) dengan puncaknya di

usia kehamilan 32 minggu. Sel darah merah makin meningkat

jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan janin

dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang

dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi

hemodilusi yang disertai anemia fisiologis (Manuaba, 2010).

h) Sistem Muskuloskletal

Perubahan muskuloskeletal disebabkan oleh peningkatan

berat badan yang mengakibatkan postur dan gaya berjalan ibu

hamil akan berubah (Astuti Sri dkk, 2107)

i) Sistem respirasi

Untuk dapat memenui kebutuhan oksigen ibu dan

menyediakan kebutuhan oksigen janin, maka sistem

respirasi mengadakan perubahan serta adaptasi. Sebagai

respons terhadap peningkatan metabolisme serta

peningkatan kebutuhan oksigen ke uterus dan janin, maka

secara otomatis kebutuhan oksigen ibu akan meningkat.


26

Pembesaran uterus akan menyebabkan diafragma naik

sekitar 4 cm selama kehamilan (Astuti Sri dkk, 2107).

j) Sistem pencernaan

Menurut Manuaba (2010), oleh karena pengaruh estrogen,

pengeluaran asam lambung meningkat dan dapat menyebabkan

(1) Pengeluaran air liur berlebihan (hypersalivasi)

(2) Daerah lambung terasa panas

(3) Terjadi mual, sakit/pusing kepala terutama pagi hari

(morning sickness)

(4) Muntah (emesis gravidarum)

(5) Muntah berlebihan sehingga mengganggu kehidupan

sehari-hari (hyperemesis gravidarum)

(6) Progesteron menimbulkan gerak usus makin berkurang

dan dapat menyebabkan obstipasi.

k) Sistem perkemihan

Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya

kepala bayi pada hamil tua, terjadi gangguan miksi dalam

bentuk sering berkemih. Desakan tersebut menyebabkan

kandung kenih cepat terasa penuh. Hemodelusi

menyebabkan metabolisme air makin lancar sehingga

pembentukan urine akan bertambah (Manuaba, 2010).


27

l) Kulit

Menurut Manuaba (2010), perubahan pada kulit ibu

hamil, terjadi karena terdapat hormon khusus. Perubahan

kulit dalam bentuk hiperpigmentasi dan hiperemi

dibeberapa tempat dapat dijabarkan sebagai berikut.

(1) Muka, cloasma gravidarum atau “mask of pregnancy”

(2) Abdomen, striae lividae/nigra. Hiperpigmentasi digaris

tengah kulit abdomen dibagian bawah di atas simpisis

pubis.

(3) Mamae, puting susu dan areola mamae bertambah

hitam. Salah satu tanda awal kehamilan khususnya

pada kehamilan pertama.

m) Pertambahan Berat Badan

Pertambahan berat badan selama kehamilan sebagian

besar diakibatkan oleh uterus dan isinya, payudara, dan

peningkatan volume darah serta cairan ekstraseluler

ekstravaskuler. Sebagian kecil pertambahan berat badan

tersebut diakibatkan oleh perubahan metabolik yang

mengakibatkan pertambahan air selular dan penumpukan

lemak dan protein baru yang disebut cadangan ibu. Rata-

rata pertambahan berat badan yaitu sebanyak 12,5 kg.


28

Indeks Masa Tubuh (IMT)

Menurut Rachmawati (2008), cara menghitung IMT

yaitu :

Berat badan (kg)


Tinggi badan (m2)

Dengan keterangan sebagai berikut :

(a) IMT 18,5-25,0 (normal), kenaikan berat badan

kehamilan 11-16 kg

(b) IMT ,18,5 (kurus), kenaikan berat badan kehamilan

13-18 kg

(c) IMT 25,0-27,0 (gemuk), kenaikan berat badan

kehamilan 7-11 kg

(d) IMT <27 (obesitas), kenaikan berat badan

kehamilan 7 kg

2) Perubahan psikologis dalam kehamilan

a) Trimester Pertama

Pada kehamilan trimester pertama, adaptasi psikologis

yang harus dilakukan oleh ibu yaitu menerima kenyataan

bahwa dirinya sedang hamil. Seorang ibu yang

menginginkan kehamilannya akan segera mencari

kebenaran secara medis bahwa memang benar dirinya hamil

(Astuti Sri dkk, 2107)


29

b) Trimester Kedua

Pada timester kedua ini ibu akan merasa lebih baik dan

sehat karena terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan,

misalnya mual dan letih. Perubahan psikologis pada

trimester kedua ini dapat di bagi menjadi dua tahap, yaitu

sebelum adanya pergerakan janin yang dirasakan ibu

(prequickening) dan setelah adanya pergerakan janin

(postquickening) (Astuti Sri dkk, 2107).

c) Trimester Ketiga

Pada kehamilan trimester ketiga, ibu akan lebih nyata

mempersiapkan diri untuk menyambut kelahiran anaknya.

Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan

penuh kewaspadaan sebab pada saat itu ibu merasa tidak

sabar menunggu kelahiran bayinya. Kadang-kadang ibu

merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu,

ini menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaan akan

timbulnya tanda dan gejala akan terjadi persalinan, ibu

sering kali merasa khawatir atau kalau bayi yang akan

dilahirkannya tidak normal. Trimester ketiga sering disebut

periode menunggu dan waspada sebab saat itu ibu merasa

tidak sabar menunggu kelahiran bayinnya (Astuti dkk,

2017).
30

e. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil

Menurut (Sunarsih, 2011) kebutuhan fisik ibu hamil sangat di

perlukan, yaitu meliputi oksigen, nutrisi, personal hygiene, pakaian,

eliminasi, seksual.

1) Oksigen

Kebutuhan oksigen adalah kebutuhan yang utamanpada manusia

termasuk ibu hamil. Berbagai gangguan pernafasan bisa terjadi

saat hamil sehingga akan menganggu pemenuhan kebutuhan

oksigen pada ibu yang akan berpengaruh pada bayi yang

dikandung.

2) Nutrisi

Menurut Sunarsih (2011), makanan sehari-hari yang

dianjurkan adalah yang memenuhi standart kecukupan gizi untuk

ibu hamil. Untuk pencegahan anemia defisiensi, diberi tambahan

vitamin dan tablet Fe. Fungsi makanan untuk ibu hamil yaitu;

mempertahankan kesehatan, pertumbuhan janin, cadangan laktasi,

proses penyembuhan postpartum.

a) Protein.

(1) Untuk metabolisme

(2) Pertumbuhan janin

(3) Pertumbuhan uterus dan payudara

(4) Penambahan volume darah


31

b) Energi

(1) Energi sebaliknya sebagian besar berasal dari

karbohidrat

(2) Sumber-sumber karbohidrat utama adalah beras, serealia,

gandum, dan lain-lain.

(3) Kebutuhan kalori perhari.

(a) TM I 100-150 Kkal/hari

(b) TM II/III 200-300 Kkal/hari

c) Vitamin

(1) Diperlukan untuk pembelahan dan pembentukan sel baru

(2) Vitamin A berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan

dan kesehatan sel serta jaringan janin

(3) Vitamin B meningkat untuk membantu pembentukan

energi

(4) Vitamin B6 membantu protein untuk membentuk sel-sel

baru

(5) Asal folat trimester I diperlukan untuk pembentukan sel

darah.

(6) Vitamin C membantu penyerapan Fe

(7) Vitamin D membantu penyerapan Ca

d) Mineral

(1) Untuk pertumbuhan tulang dan gigi

(2) Kalsium, besi, fosfor.


32

(3) Kalsium diperlukan terutama pada trimester III sebesar

1200mg/hari (susu, keju).

3) Personal hygiene

Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan

sedikitnya dua kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk

mengeluarkan banyak keringat, menjaga kebersihan diri

(ketiak,bawah buah dada, daerah genital) dengan cara

dibersihkan dengan air dan dikeringkan.

4) Pakaian

Pakaian yang dikenakan ibu hamil harus nyaman tanpa sabuk/pita

yang menekan di bagian perut/ pergelangan tangan karena dapat

menghambat sirkulasi darah.

5) Eliminasi

Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan

eliminasi adalah konstipasi dan sering buang air kemih.

Konstipasi terjadi karena adanya pengaruh hormon progesteron

yang mempunyai efek rileks terhadap otot polos, salah satunya

otot usus. Selain itu desakan usus oleh pembesaran janin juga

menyebabkan bertambahnya konstipasi.

6) Seksual

Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama tidak

ada riwayat penyakit seperti berikut ini :

a) Sering abortus dan kelahiran prematur


33

b) Perdarahan pervaginam

c) Coitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada

minggu terakir kehamilan

7) Lingkungan yang bersih

Lingkungan bersih di sini adalah termasuk bebas dari

polusi udara seperti asap rokok. Karbon monoksida yang

terdapat dalam rokok akan dapat dengan bebas menembus

plasenta dan mengurangi kemampuan Hb dalam mengikat

oksigen. Selain udara, perilaku hidup bersih dan sehat juga

perlu dilaksanakan, seperti menjaga kebersihan diri, makanan

yang dimakan, buang air besar di jamban dan mandi

menggunakan air yang bersih (Sulityawati, 2011).

8) Senam hamil

Kegunaan senam hamil adalah melancarkan sirkulasi

darah, nafsu makan bertambah, pencernaan menjadi lebih

baik, dan tidur menjadi lebih baik, dan tidur menjadi lebih

nyenyak (Sulityawati, 2011).

9) Perawatan Payudara

Payudara merupakan aset yang sangat penting sebagai

persiapan menyambut kelahiran sang bayi dalam proses

menyusui. Beberapa hal perlu diperhatikan dalam

peraawatan payudara adalah sebagai berikut :


34

a) Hindari pemakaian bra dengan ukuran yang terlalu

ketat dan yang menggunakan busa, karena akan

mengganggu penyerapan keringat payudara.

b) Gunakan bra dengan bentuk yang menyangga payudara

c) Hindari membersihkan puting dengan sabun mandi

karena akan menyebabkan iritasi. Bersihkan puting

susu dengan minyak kelapa lalu bilas dengan air

hangat.

d) Jika ditemukan pengeluaran cairan yang berwarna

kekuningan dari payudara berarti produksi ASI sudah

dimulai (Sulityawati, 2011).

f. Ketidaknyamanan Dalam Kehamilan

Menurut Varney (2007) mengatakan macam-macam

ketidaknyamanan dalam kehamilan adalah sebagai berikut:

1) Mual dan muntah

2) Mengidam

Mengidam merupakan suatu keadaan dengsn kondisi

psikologis ibu hamil. Umumnya dialami oleh ibu hamil prmi.

Jelaskan kepada ibu bahwa keadaan tersebut tidak perlu

dikhawatirkan selama asupan nutrisi terpenuhi serta jelasskan

tentang makanan yang tidak bisa diterima selama massa

kehamilan mencakupan gizi yang diperlukan serta memuaakan

rasa mengidam.
35

3) Petialisme (Salivasi Berlebihan)

Petialisme merupakan kondisi yang tidak lazim, yang

disebabkan oleh peningkatan keasaman didalam mulut atau

peningkatan asupan zat pati, yang menstimulasi kelenjaer saliva

pada wanita yang rentan mengalami salivasi berlebihan.

4) Keletihan

Keletihan dialami pada trimester pertama namun alasanya

beum diketahui. Salah satu dugaan adalah bahwa keletihan

diakibatkan penurunan drastis laju metabolisme dasar awal

kehamilan, tetapi alasan hal ini terjadi masih belum jelas.

Dugaan lain adalah bahwa peningkatan progesterone memiliki

efek menyebabkan tidur. Untungnya keletihan merupakan

ketidaknyamananyang terbatas dan biasanya hilang pada akhir

trimester pertama. Keletihan dapat meninfkatkan intensitas

respons psikologis yang dialami wanita pada saat ini.

5) Nyeri Punggung

Nyeri punggung pada bagian atas terjadi selama trimester

pertama akibat peningkatan ukuran payudara, yang membuat

payudara menjadi berat. Hal ini merupakan salah satu tanda

praduga kehamilan. Pembesaran ini dapat mengakibatkan

tarikan otot jika payudara tidak dikosongkan adekuat.


36

6) Leoukorea

Leoukorea adalah sekresi vagina dalam jumlah besar,

dengan konsistensi kental atau cair, yang dimulai pada trimester

pertama. Sekresi ini bersifat asam akibat pengubahan sejumlah

besar glikogen pada sel epitel vagina menjadi asam laktat oleh

basil doderlin.

7) Peningkatan Frekuensi Berkemih

Peningkatan frekuensi berkemih sebagai ketidaknyamanan

nonpatologis pada kehamilan sering terjadi pada dua

kesempatan yang berbeda selama trimester pertama terjadi

akibat peningkatan berat pada fundus uterus. Peningkatan berat

uterus pada fundus uterus ini membuat istmus menjaddi lunak

(tanda hegar), menyebabkan antefleksi pada uterus yang

membesar. Hal ini menimbulkan tekanan langsung padda

kandung kemih. Tekanan ini akan berkurang seiring uterus terus

membesar dan keluar dari panggul sehingga menjadi salah satu

organ abdomen, sementara kandung kemih tetap merupakan

organ panggul.

8) Nyeri Ulu Hati

Nyeri ulu hati-ketidaknyamanan yang mulai timbul

menjelang akhir trimester kedua dan bertahan hingga trimester

ketiga-adalah kata lain untuk regurgitasi atau refluks isi


37

lambung yang asam menuju esophagus bagian bawah akibat

peristaltis balikan.

9) Flatulen

Peningkatan flatulen diduga akibat penurunan motilitas gas

trointestinal. Hal ini kemungkinan merupakan akibat efek

peningkatn progresteronyang merelaksasikan otot halus dan

akibat pergeseran serta tekanan pada usus halus karena

pembesaran uteus.

10) Konstipasi

Wanita yang sebelumnya tidak mengalam konstipasi dapat

memiliki masalah ini pada trimester ke dua atau ke tiga.

Konstipasi diduga terjadi akibat penurunan peristaltis yang

disebabkan relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi

peningkatan jumlah progesterone. Pergeseran dan tekanan pada

usus akibat pembesaran uterus atau bagian presentasi juga dapat

menurunkan motilitas pada saluran gastrointestinal sehingga

menyebabkan konstipasi. Salah satu efek samping yang umum

muncul pada penggunaan zat besi adalah konstipasi.

11) Hemoroid

Hemoroid sering didahului oleh konstipasi. Oleh karena itu,

semua penyebab konstipasi berpotensi menyebabkan hemoroid.

Progresteron juga menyebabkan relaksasi dinding vena dan usus

besar. Selain itu, pembesaran uterus mengakibatkan peningkatan


38

tekanan, secara spesifik juga secara umum pada vena hemoroid.

Tekanan ini menganggu sirkulasi vena dan mengakibatkan

kongesti pada vena panggul.

12) Kram Tungkai

Dasar fisiologi untuk kram tungkai bbelum diketahui

dengan pasti. Beberapa tahun kram kaki diperkierakan oleh

gangguan asupan kalsium atau asupan kalsium tidak adekuat

atau tidak keseimbangan rasio kalsium dan fosfor dalam tubuh,

namun penyebab-penyebab ini sekaran tidak disertakan dalam

literature terkini

13) Insomnia

Baik pada wanita yang mengandung ataupun tidak, dapat

disebabkan oleh sejumlah penyebab, seperti khawatir,

kecemasan, terlalu gembira menyambut suatu acara ke esokan

harinya.

g. Tanda Bahaya Kehamilan

1) Keluar darah dari jalan lahir

Perdarahan vagina dalam kehamilan adalah jarang yang normal.

Pada masa awal sekali kehamilan, ibu mungkin akan mengalami

perdarahan yang sedikit atau spotting disekitar waktu pertama

haidnya. Perdarahan ini adalah pendarahan implantasi, dan ini

normal terjadi. Pada waktu yang lain dalam kehamilan,


39

perdarahan ringan mungkin pertanda dari servik yang rapuh atau

erosi. Perdarahan semacam ini mungkin normal atau mungkin

suatu tanda adanya infeksi. Pada awal kehamilan, perdarahan

yang tidak normal adalah yang merah, perdarahan yang banyak,

atau perdarahan dengan nyeri. Perdarahan ini dapat berarti

abortus, kehamilan mola atau kehamilan ektopik. Pada

kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah,

banyak, dan kadang-kadang, tetapi tidak selalu, disertai dengan

rasa nyeri. Perdarahan semacam ini bias berarti plasenta previa

atau abrupsio plasenta (Depkes RI, 2012).

2) Keluar air ketuban sebelum waktunya

Yang dinamakan ketuban pecah dini adalah apabila terjadi

sebelum persalinan berlangsung yang disebabkan karena

berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan

intrauteri atau oleh kedua faktor tersebut, juga karena adanya

infeksi yang dapat berasal dari vagina dan servik dan

penilaiannya ditentukan dengan adanya cairan ketuban di

vagina. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes

lakmus (nitrazintest) merah menjadi biru (Saifuddin, 2009).

3) Kejang

Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya

keadaan dan terjadinya gejala-gejala sakit kepala, mual, nyeri

ulu hati sehingga muntah. Bila semakin berat, penglihatan


40

semakin kabur, kesadaran menurun kemudian kejang. Kejang

dalam kehamilan dapat merupakan gejala dari eklampsia.

4) Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal 10 kali dalam 12

jam)

Ibu mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5 atau ke-6.

Beberapa ibu dapat merasakan gerakannya akan melemah. Bayi

harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1 jam jika ibu

berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum

dengan baik.

5) Demam Tinggi

Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38˚C dalam

kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat

merupakan gejala adanya infeksi dalam kehamilan. Penanganan

demam antara lain dengan istirahat baring, minum banyak dan

mengompres untuk menurunkan suhu (Saifuddin, 2009).

Demam dapat disebabkan oleh infeksi dalam kehamilan yaitu

masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh wanita

hamil yang kemudian menyebabkan timbulnya tanda atau

gejala-gejala penyakit. Pada infeksi berat dapat terjadi demam

dan gangguan fungsi organ vital. Infeksi dapat terjadi selama

kehamilan, persalinan dan masa nifas.


41

6) Nyeri perut yang hebat

Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan

normal adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang mungkin

menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan jiwa

adalah yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah istirahat.

Hal ini bisa berarti appendiksitis, kehamilan ektopik, aborsi,

penyakit radang pelviks, persalinan peterm,grastitis, penyakit

kantong empedu, iritasi uterus, abrupsi plasenta, infeksi saluran

kemih atau infeksi lainnya

7) Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan seringkali

merupakan ketidaknayamanan yang normal dalam kehamilan.

Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius

adalah sakit kepala hebat tersebut, ibu mungkin menemukan

bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayang. Sakit

kepala yang hebatbdalam kehamilan adalah gejala dari

preeclampsia.

8) Selaput kelopak mata pucat

Anemia dlam kehamilan adalah kondisi ibu dengan keadaaan

hemoglobin di bawah 11gr % pada trimester I dan II, <10,5gr%

pada trimester II. Nilai tersebut dan perbedaannya dengan

wanita tidak hamil terjadi hemodilusi, terutama pada trimester

II. Anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan


42

perdarahan akut bahkan tak jarang keduanya saling berinteraksi

(Saifuddin, 2009).

h. Program ANC Terpadu

1) Pengertian ANC

Antenatal care atau asuhan antenatal merupakan suatu program

yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan

medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses

kehamilan dan persiapan persalinan yang aman dan memuaskan

(Marmi, 2011). Antenatal care merupakan kunjungan ibu hamil

dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanana

kesehatan ANC sesuai dengan standard yang ditetapkan.

(Astutik dkk,2017).

2) Tujuan dari antenatal care, yaitu :

a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan

kesehatan, serta kesejahteraan ibu dan janin.

b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,

maternal, serta social ibu dan bayi.

c) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan

dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma

seminimal mungkin.

d) Mendukung dan mendorong penyesuaian psikologis dalam

kehamilan, melahirkan,menyusui dan menjadi orang tua.


43

e) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan

dalam pemberian ASI Eksklusif.

f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima

kelahiran bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara

normal.

g) Menurunkan angka kesakitan, serta kematian ibu dan

perinatal.

h) Mengenali secara dini adanya ketidak

normalan/komplikasi yang mungkin terjadi selama masa

kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara umum,

kebidanan, dan pembedahan, serta menangani atau

merujuk sesuai kebutuhan.

i) Meningkatkan kesadaran social serta aspek psikologis

tentang melahirkan bayi dan pengaruhnya pada keluarga.

j) Memantau semua ibu hamil mengenai tanda komplikasi

obstetri secara individu dan melakukan pemeriksaan

diagnostik jika diperlukan sesuai indikasi.

k) Menyakini bahwa ibu yang mengalami tanda bahaya dapat

kembali normal setelah mendapatkan penanganan dan

tidak selalu di anggap atau diperlukan sebagai kehamilan

yang beresiko.

l) Membangun hubungan saling percaya anatara ibu dengan

pemberi asuhannya.
44

m) Menyediakan informasi sehingga ibu dapat membuat

keputusan berdasarkan informasi tersebut.

n) Melibatkan suami atau anggota keluarga dalam

pengalaman kehamilan yang relevan, dan mendorong

peran keluarga untuk memberikan dukungan yang

dibutuhkan ibu (Astutik dkk,2017).

3) Manfaat ANC (Antenatal Care)

a) Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan

dan nifas tanpa trauma fisik maupun mental yang

merugikan

b) Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental

c) Ibu sanggup merawat dan memberikan Air Susu Ibu (ASI)

kepada bayinya

d) Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk

mengikuti keluarga berencana setelah kelahiran bayinya

(Saifuddin, 2009).

4) Standart pelayanan antenatal 10 T Menurut Kemenkes RI (2016):

a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

b) Pemeriksaan tekanan darah

c) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

d) Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri)

e) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)


45

f) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi

Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan.

g) Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama

kehamilan

h) Test laboratorium (rutin dan khusus)

i) Tatalaksana kasus

j) Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan

dan Pencegahan Komplikasi (P4K).

i. Kunjungan ANC

1) Kunjungan ANC

Kunjungan antenatal sebaiknyadilakukan paling sedikit 4x

selamakehamilan :

a) 1x padatriwulanpertama

b) 1x padatriwulankedua

c) 2x padatriwulanketiga

2) JadwalKunjunganUlang

a) Kunjungan I pada TM I (UK 16 minggu)

dilakukanuntukPenapisandanpengobatananemia,

perencanaanpersalinan,

pengenalankomplikasiakibatkehamilandanpengobatan.

b) Kunjungan II pada TM II (UK 24-28 minggu) danKunjungan III

pada TM III (UK 32 minggu)

dilakukanuntukkomplikasiakibatkehamilandanpengobatan,
46

penapisanpreeklampsia, gemelli,

infeksialatreproduksidansaluranperkemihan, MAP,

danmengulangperencanaanpersalinan.

c) Kunjungan IV pada TM III (UK 36 minggusampaipersalinan)

dilakukanuntukmengenaliadanyakelainanletakdanpresentasi,

memantapkanrencanapersalinan, mengenalitanda-

tandapersalinan. (Mufdililah, 2009).

j. Kartu Skor Poedji Rochjati

Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) adalah kartu skor yang

digunakan sebagai alat skrining antenatal berbasis keluarga untuk

menemukan faktor risiko ibu hamil, yang selanjutnya mempermudah

pengenalan kondisi untuk mencegah terjadi komplikasi obstetrik

pada saat persalinan. KSPR disusun dengan format kombinasi antara

checklist dari kondisi ibu hamil / faktor risiko dengan system skor.

Kartu skor ini dikembangkan sebagai suatu tekologi sederhana,

mudah, dapat diterima dan cepat digunakan oleh tenaga non

profesional.

1) Fungsi KSPR

a) Melakukan skrining deteksi dini ibu hamil risiko

tinggi.

b) Memantau kondisi ibu dan janin selama kehamilan.

c) Memberi pedoman penyuluhan untuk persalinan

aman berencana
47

d) Komunikasi Informasi Edukasi/KIE.

e) Mencatat dan melaporkan keadaan kehamilan,

persalinan, nifas.

f) Validasi data mengenai perawatan ibu selama

kehamilan, persalinan, nifas

g) dengan kondisi ibu dan bayinya.

h) Audit Maternal Perinatal (AMP)

2) Sistem Skor

Sistem skor memudahkan pengedukasian mengenai berat

ringannya faktor risiko kepada ibu hamil, suami, maupun keluarga.

Skor dengan nilai 2, 4, dan 8 merupakan bobot risiko dari tiap

faktor risiko. Sedangkan jumlah skor setiap kontak merupakan

perkiraan besar risiko persalinan dengan perencanaan pencegahan.

Kelompok risiko dibagi menjadi 3 yaitu:

a) Kehamilan Risiko Rendah (KRR) : Skor 2(hijau)

b) Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) : Skor 6-10 (kuning)

c) Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) : Skor ≥ 12

(merah)

3) Faktor Resiko

Terdapat 20 faktor risiko yang dibagi menjadi 3 kelompok faktor

risiko pada penilaian KSPR yaitu:

a) Kelompok Faktor Risiko I (Ada Potensi Gawat

Obstetrik)
48

(1) Primi muda : terlalu muda, hamil pertama usia 16

tahun atau kurang

(2) Primi Tua : terlalu tua, hamil usia ≥ 35 tahun

(3) Primi Tua Sekunder : jarak anak terkecil >10 tahun

(4) Anak terkecil < 2 tahun : terlalu cepat memiliki

anak lagi

(5) Grande multi : terlalu banyak memiliki anak, anak

≥4

(6) Umur ibu ≥ 35 tahun : terlalu tua

(7) Tinggi badan ≤ 145 cm : terlalu pendek, belum

pernah melahirkan normal dengan bayi cukup

bulan dan hidup, curiga panggul sempit

(8) Pernah gagal kehamilan

(9) Persalinan yang lalu dengan tindakan

(10) Bekas operasi sesar

b) Kelompok Faktor Risiko II

(1) Penyakit ibu : anemia, malaria, TBC paru, payah

jantung, dan penyakit lain.

(2) Preeklampsia ringan

(3) Hamil kembar

(4) Hidramnion : air ketuban terlalu banyak

(5) IUFD (Intra Uterine Fetal Death) : bayi mati dalam

kandungan
49

(6) Hamil serotinus : hamil lebih bulan (≥ 42 minggu

belum melahirkan)

(7) Letak Sungsang

(8) Letak Lintang

c) Kelompok Faktor Risiko III

(1) Perdarahan Antepartum : dapat berupa solusio

plasenta atau plasenta previa

(2) Preeklampsia berat/eklampsia.

Keterangan: Jumlah skor 2 termasuk resiko rendah penolong

persalinan adalah bidan, skor 6- 10 termasuk resiko tinggi penolong

persalinan adalah dokter dan bidan tempat persalinan adalah

polindes atau puskesmas atau rumah sakit, skor lebih dari 12 adalah

resiko sangat tinggi penolong persalinan adalah dokter, tempat

persalinan adalah rumah sakit (Depkes RI, 2010).


50

Gambar 2.4 Skrining / Deteksi Dini Ibu Resiko Tinggi dan KSPR
Perencanaan Persalinan Aman
Sumber : buku kia 2012
51

k. Program P4K

1) Pengertian

P4K dengan stiker adalah kepanjangan dari program

perencanaan persalinan dan pecegahan komplikasi, yang

merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa

dalam rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga, dan

masyarakan dalam merencanakan persalinan yang aman dan

persiapan menghadapi kompilkasi bagi ibu hamil, termasuk

merencanakan penggunaan KB pasca persalinan dengan

menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam

rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan

bagi ibu dan bayi baru lahir(Astuti Sri, dkk, 2017)

2) Peran bidan dalam P4K

Peran bidan dalam P4K terdiri dari 3 bagian yaitu pada masa

kehamilan, masa persalinan, dan masa nifas.

a) Masa kehamilan

(1) Melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) sesuai standar.

Pemeriksaan ini dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan.

(2) Melakukan penyuluhan konseling pada ibu hamil

(3) Melakukan kunjungan rumah

(4) Melakukan rujukan

b) Masa persalinan

Memberikan asuhan persalinan sesuai standart yaitu :


52

(1) Mempersiapkan sarana dan prasarana dalam pertolongan

persalinan yang aman, termasuk pencegahan infeksi

(2) Memantau kemajuan persalinan sesuai partograf

(3) Melakukan asuhan persalinan normal sesuai standar

(4) Melakukan manajemen aktif kala 3

(5) Memberikan asuhan bayi baru lahir, termasuk pemberian

salep mata, vitamin K, termasuk imunisasi hepatitis B (HB0)

c) Masa nifas

Memberikan asuhan masa nifas sesuai standar yaitu :

(1) Memberikan asuhan ibu nifas dan bayinya melalui

kunjungan nifas lengkap (KF1, KF2,KF lengkap, KN1,

KN2)

(2) Melakukan perawatan payudara

(3) Memberikan pendidikan kesehatan dan konseling pada ibu

dan keluarga (Astuti , dkk, 2017.


53

Gambar 2.5Stiker P4K

Sumber : Astuti, dkk, 2017.Asuhan Ibu dalam Masa Kehamilan. Jakarta.

l. StandartPelayanan Kebidanan Pada Kehamilan

Menurut Cut Sriyanti (2016) standart pelayanan antenatal terdiri

atas 6 standart, yaitu:

1) Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil

a) Tujuannya adalah mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk

memeriksakan kehamilannya.

b) Hasilnya :

(1) Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan

(2) Ibu,suami, anggota masyarakat menyadari manfaat

pemerikasaan kehamilan secara dini dan teratur, serta

mengetahui tempat pemeriksaan hamil

(3) Meningkatkan cakupan ibu hamil yang memeriksakan

diri sebelum kehamilan 16 minggu

2) Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal


54

a) Tujuannya adalah memberikan pelayanan antenatal

berkualitas dan deteksi dini komplikasi kehamilan.

b) Hasilnya :

(1) Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4x

selama kehamilan

(2) Meningkatkan pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat

(3) Deteksi dini dan pengananan komplikasi kehamilan

(4) Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui

tanda bahaya kehamilan dan tahu apa yang harus

dilakukan.

(5) Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu

terjadi kedaruratan.

3) Standar 5 : Palpasi Abdominal

a) Tujuannya adalah memperkirakan usia kehamilan,

pemantauan pertumbuhan janin, penentu letak, posisi dan

bagian bawah janin.

b) Hasilnya :

(1) Perkiraan usia kehamilan yang lebih baik

(2) Diagnosis dini kelainan letak, dan merujuknya sesuai

dengan kebutuhan

(3) Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain serta

merujuknya sesuai dengan kebutuhan.


55

4) Standar 6 : Pengelolaan anemia pada kehamilan

a) Tujuannya adalah menemukan anemia pada kehamilan secara

dini, dan melakukan tindak lanjut yang memadai untuk

mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung.

b) Hasilnya :

(1) Ibu hamil dengan anemia berat segera dirujuk

(2) Penurunan jumlah ibu melahirkan dengan anemia

(3) Penurunan jumlah bayi baru lahir dengan anemia/BBLR.

5) Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan

a) Tujuannya adalah mengenali dan menemukan secara dini

hepertensi pada kehamilan dan memerlukan tindakan yang

diperlukan.

b) Hasilnya :

(1) Ibu hamil dengan tanda pre–eklamsia mendapat

perawatan yang memadai dan tepat waktu

(2) Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat

eklamsia.

6) Standar 8 : Persiapan Persalinan

a) Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa persalinan

direncanakan dalam lingkungan yang aman dan memadai

dengan pertolongan bidan terampil.


56

b) Hasilnya :

(1) Ibu hamil, suami dan keluarga tergerak untuk

merencanakan persalinan yang bersih dan aman

(2) Persalinan direncanakan ditempat yang aman dan

memadai dengan pertolongan bidan terampil.

(3) Adanya persiapan sarana transportasi untuk merujuk ibu

bersalin, jika perlu

(4) Rujukan tepat waktu telah dipersiapkan bila perlu.

m. Evidence Base Praktik Kebidanan

1) Pengertian Evidence Base

Jika ditinjau dari pemenggalan kata (inggris) maka

Evidence berarti bukti atau fakta sedangkan Base berarti dasar,

jadi evidence base adalah proses sistematis untuk mencari,

menilai, dan menggunakan hasil penelitian sebagai dasar untuk

pengambilan keputusan klinis.

2) Manfaat Evidence Base

Manfaat yang dapat di peroleh dari pemanfaatan Evidence Base

antara lain :

a) Keamanan bagi nakes karena intervensi yang dilakukan

berdasarkan bukti ilmiah

b) Meningkatkan kompetensi
57

c) Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagai profesional dalam

memberikan asuhan yang bermutu

d) Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan

kebidanan klien mengharapkan asuhan yang benar, sesuai

dengan bukti dan teori serta perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi.

3) Evidence Base dalam praktik kebidanan terkini menurut proses

reproduksi

a) Evidence Base – ANC

Tabel 2.2Evidence Base-ANC

Kebiasaan Keterangan

Diet rendah garam untuk Hipertensi bukan karena


mengurangi hipertensi retensi garam
Membatasi hubungan seksual Dianjurkan untuk memakai
untuk mencegah abortus dan kondom, ada sel semen yang
kelahiran prematur mengandung prostaglandin
tidak kontak langsung dengan
organ reproduksi yang dapat
memicu kontraksi uterus
Pemberian kalsium untuk Kram pada kaki bukan semata-
mencegah kram pada kaki mata disebabkan oleh
kekurangan kalsium
Diet untuk mencegah bayi besar Bayi besar disebabkan oleh
gangguan metabolisme pada
ibu seperti diabetes melitus
Sumber : Walyani. E. S. 2015.Asuhan Kebidanan Pada
Kehamilan.Yogyakarta:PB
58

b) Evidence Base INC dan PNC

Tabel 2.3Evidence Base INC dan PNC

Kebiasaan Keterangan

Tampon Vagina Tampon vagina menyerap


darah tetapi tidak
menghentikan perdarahan,
bahkan perdarahan tetap
terjadi dan dapat
menyebabkan infeksi
Gurita atau sejenisnya Selama 2 jam pertama atau
selanjutnya penggunaan gurita
akan menyebabkan kesulitan
pemantauan involusi rahim
Memisahkan ibu dan bayi Bayi benar-benar siaga selama
2 jam pertama setelah
kelahiran. Ini merupakan
waktu yang tepat untuk
melakukan kontak kulit ke
kulit untuk mempererat
bonding attachment serta
keberhasilan pemberian ASI
Sumber : Walyani. E. S 2015.Asuhan Kebidanan Pada
Kehamilan.Yogyakarta:PB

2. Asuhan kehamilan

a. Pengkajian

Ini dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi yang akurat,

relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi klien, yaitu meliputi data subyektif dan data obyektif.

(Kemenkes RI, 2017).

b. Data Subyektif

1) Identitas

a) Nama: Untuk mengenal ibu dan suami.


59

b) Umur: Usia wanita yang dianjurkan untuk hamil adalah

wanita dengan usia 20-35 tahun. Usia di bawah 20 tahun

dan diatas 35 tahun mempredisposisi wanita terhadap

sejumlah komplikasi. Usia di bawah 20 tahun

meningkatkan insiden preeklampsia dan usia diatas 35

tahun meningkatkan insiden diabetes melitus tipe II,

hipertensi kronis, persalinan yang lama pada nulipara,

seksio sesaria, persalinan preterm, IUGR, anomali

kromosom dan kematian janin

c) Suku/Bangsa: Asal daerah atau bangsa seorang wanita

berpengaruh terhadap pola pikir mengenai tenaga

kesehatan, pola nutrisi dan adat istiadat yang dianut.

d) Agama: Untuk mengetahui keyakinan ibu sehingga dapat

membimbing dan mengarahkan ibu untuk berdoa sesuai

dengan keyakinannya.

e) Pendidikan: Untuk mengetahui tingkat intelektual ibu

sehingga tenaga kesehatan dapat melalukan komunikasi

termasuk dalam hal pemberian konseling sesuai dengan

pendidikan terakhirnya.

f) Pekerjaan: Status ekonomi seseorang dapat mempengaruhi

pencapaian status gizinya Hal ini dapat dikaitkan antara

asupan nutrisi ibu dengan. tumbung kembang janin dalam


60

kandungan, yang dalam hal ini dipantau melalui tinggi

fundus uteri ibu hamil.

g) Alamat: Bertujuan untuk mempermudah tenaga kesehatan

dalam melakukan follow up terhadap perkembangan ibu.

2) Keluhan Utama : keluhan yang muncul pada kehamilan trimester

III meliputi sering kencing, nyeri pinggang dan sesak napas akibat

pembesaran uterus serta merasa khawatir akan kelahiran bayinya

dan keselamatannya. Selain itu, konstipasi dan sering lelah

merupakan hal yang wajar dikeluhkan oleh ibu hamil.

3) Riwayat Menstruasi: Untuk mengkaji kesuburan dan siklus haid

ibu sehingga didapatkan hari pertama haid terakhir (HPHT) untuk

menentukan usia kehamilan dan memperkirakan tanggal taksiran

persalinannya.

4) Riwayat Perkawinan: Untuk mengetahui kondisi psikologis ibu

yang akan mempengaruhi proses adaptasi terhadap kehamilan,

persalinan, dan masa nifas-nya.

5) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu: Untuk

mengetahui kejadian masa lalu ibu mengenai masa kehamilan,

persalinan dan masa nifas-nya. Komplikasi pada kehamilan,

persalinan dan nifas dikaji untuk mengidentifikasi masalah

potensial yang kemungkinan akan muncul pada kehamilan,

persalinan dan nifas kali ini. Lama persalinan sebelumnya

merupakan indikasi yang baik untuk memperkirakan lama


61

persalinan kali ini. Metode persalinan sebelumnya merupakan

indikasi untuk memperkirakan persalinan kali ini melalui seksio

sesaria atau melalui per vaginam. Berat badan janin sebelumnya

yang dilahirkan per vaginam dikaji untuk memastikan

keadekuatan panggul ibu untuk melahirkan bayi saat ini (Varney,

dkk, 2007).

6) Riwayat Hamil Sekarang:

Bidan ingin mengetahui tanggal hari pertama dari menstruasi

terakhir klien untuk memperkirakan kapan kira – kira bayi akan

dilahirkan. Gambaran riwayat menstruasi klien yang akurat

biasanya membantu penetapan tanggal perkiraan kelahiran yang

disebut taksiran partus di beberapa tempat. Menurut hukum

Naegele perhitungan di lakukan dengan menambahkan 9 bulan

dan 7 hari pada haid pertama haid terakhir (HPHT) atau dengan

mengurangi bulan dengan 3, kemudian menambahkan 7 hari dan 1

tahun. Contoh : jika HPHT adalah 10 januari, dengan

menambahkan 9 bulan dan 7 hari, diperoleh tanggal 17 oktober.

Jika HPHT adalah 18 november, perhitungan akan lebih mudah

dilakukan mundur, yakni dengan mengurangi bulan dengan 3,

kemuadian menambahkan 7 hari dan 1 tahun sehingga hasilnya 25

agustus. Selain itu juga perlu ditanyakan jumlah kehamilan karena

terdapatnya perbedaan perawatan antara ibu yang baru pertama


62

hamil dengan ibu yang sudah beberapa kali hamil, perlu perhatian

ekstra pada kehamilannya (Walyani,2015).

Riwayat pemeriksaan Antenatal Care, untuk mengetahui adanya

masalah – masalah pada trimester I misalnya hiperemesis

gravidarum, anemia, dan lain – lain, masalah pada trimester II dan

trimester III, hal ini untuk sebagai faktor persiapan kalau – kalau

kehamilan yang sekarang akan terjadi hal seperti itu lagi.


63

Tabel 2.4 Informasi Penting Yang Dikumpulkan Pada Setiap

Kunjungannya Antenatal

Kunjungan Waktu Informasi Penting


Trimester Sebelum Membangun hubungan
Pertama minggu saling percaya antara
ke – 14 petugas kesehatan dengan
ibu hamil
Mendeteksi masalah dan
penanganannya
Melakukan tindakan
pencegahan seperti tetanus
neonatorum, anemia
kekurangan zat besi,
penggunaan praktik
tradisional yang merugikan
Memulai persiapan
kelahiran bayi dan
kesiapan untuk
menghadapi komplikasi
Mendorong perilaku yang
sehat (gizi,latihan,dan
kebersihan, istirahat dan
sebagainya)
Trimester Sebelum Sama seperti diatas,
Kedua minggu ditambah kewaspadaan
ke 28 khusus mengenai
preeklamsia (tanya ibu
tentang gejala – gejala
preeklamsia, pantau
tekanan darah, evaluasi
edema, periksa untuk
mengetahui proteinuria)
Trimester Antara Sama seperti diatas,
Ketiga minggu ditambah palpasi
28 – 36 abdominal untuk
mengethaui apakah ada
kehamilan ganda
Trimester Sama seperti diatas,
Ketiga ditambah deteksi letak bayi
yang tidak normal, atau
kondisi lain yang
memerlukan kelahiran
dirumah sakit
Sumber :Walyani. E. S, 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan
64

Penggunaan obat – obatan saat hamil harus selalu

memperhatikan apakah obat tersebut tidak berpengaruh terhadap

tumbuh kembang janin, adakah riwayat alergi obat, mencakup

berbagai reaksi yang terjadi setelah obat di telan, suplemen

vitamin, dan pengobatan bukan tradisional.

Tanyakan pada klien apakah sudah pernah mendapatkan

imunisasi TT. Apabila belum, bidan bisa memberiknnya.

Imunisasi tetanus toxoid diperlukan untuk melindungi bayi

terhadap penyakit tetanus neonatorum, imunisasi dapat

dilakukan pada trimester I atau II pada kehamilan 3 – 5 bulan

dengan interval minimal 4 minggu. Lakukan penyuntikan secara

IM (intramuskuler), dengan dosis 0,5ml (Walyani, 2015).

Tabel 2.5 Jadwal Pemberian Imunisasi TT


Imunisas Interval % Masa
i Perlindungan Perlindungan
TT 1 Pada 0% Tidak ada
kunjungan
ANC pertama
TT 2 4 minggu 80% 3 tahun
setelah TT 1
TT 3 6 bulan setelah 95% 5 tahun
TT 2
TT 4 1 tahun setelah 99% 10 tahun
TT 3
TT 5 1 tahun setelah 99% 25
TT 4 tahun/seumur
hidup
Sumber :Walyani. E. S, 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan
65

7) Riwayat Kesehatan Sekarang

Kondisi medis tertentu berpotensi mempengaruhi ibu atau bayi atau

keduanya. Berikut ini adalah beberapa kondisi medis pada kategori

ini:

a) Anemia

Anemia dalam kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat

besi. Bahaya anemia selama kehamilan yaitu terjadi abortus,

persalinan prematur, hambatan tumbuh kembang janin dalam

rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb

<6 gr%), molahidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan

antepartum, ketuban pecah dini (KPD) (Manuaba, 2013).

b) Asma

Dalam batas yang wajar, penyakit asma tidak banyak

mempengaruhi kehamilan. Penyakit asma yang berat dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam

rahim melalui gangguan pertukaran O2 dan CO2 (Manuaba,

2013).

Sedangkan pada penyakit asma pada kehamilan, kadang –

kadang bertambah berat atau malah berkurang dalam batas yang

wajar, penyakit asma tidak banyak pengaruhnya terhadap

kehamilan (Marmi,2014).
66

c) Infeksi TORCH

Semua infeksi TORCH meliputi komponen toksoplasmosis,

sitomegalovirus, herpes simpleks dan rubela dapat menimbulkan

abortus, prematuritas, dan pertumbuhan janin terhambat

(Manuaba, 2013).

d) Penyakit jantung

Kehamilan yang disertai penyakit jantung selalu saling

mempengaruhi karena kehamilan memberatkan penyakit jantung

dan penyakit jantung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan janin dalam rahim. Keluhan utama yang

dikemukakan adalah cepat merasa lelah, jantung berdebar-debar,

sesak nafas disertai kebiruan, edema tungkai atau terasa berat

saat kehamilan muda, mengeluh tentang bertambah besarnya

janin yang tidak sesuai usia kehamilan (Marmi, 2014).

e) Diabetes mellitus

Diabetes melitus adalah penyakit kelainan metabolisme di mana

tubuh penderita tidak bisa secara otomatis mengendalikan

tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Pada kehamilan terjadi

perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat untuk

makanan janin dan persiapan menyusui, bila tidak mampu

meningkatkan produksi insulin (hypoinsulin) yang

mengakibatkan hyperglikemia atau DM kehamilan (DM yang

timbul hanya dalam masa kehamilan) (Diana,2017).


67

f) Hipertensi

Hipertensi disertai kehamilan adalah hipertensi yang telah ada

atau sebelumnya kehamilan. Apabila dalam kehamilan disertai

dengan proteinuria dan odem maka disebut pre-eklamsia yang

tidak murni atau superimosed pre eklamsia. Penyebab utama

hipertensi pada kehamilan adalah hipertensi esensial dan

penyakit ginjal (Marmi, 2014).

g) Penyakit paru

Dalam menghadapi kehamilan dengan penyakit tuberculosis

paru sebaiknya adalah melakukan konsultasi ke dokter untuk

memastikan penyakit. Pada penyakit batuk menahun atau

tuberkulosis yang tenang bidan dapat melanjutkan pengawasan

hamil sampai persalinan setempat (Walyani, 2015).

h) Infeksi ginjal dan saluran kemih

Pengaruh infeksi ginjal dan saluran perkemihan terhadap

kehamilan terutama karena demam yang tinggi dan

menyebabkan terjadi kontraksi otot rahim sehingga dapat

menimbulkan keguguran dan persalinan prematuritas.

Kehamilan dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga makin

meningkatkan infeksi menjadi sepsis yang menyebabkan

kematian ibu dan janin (Manuaba, 2010).


68

i) Tuberkulosis

Tuberkulosis Paru (TB) adalah penyakit menular langsung yang

disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis).

Sebagian besar kuman menyerang Paru, tetapi dapat juga

mengenai organ tubuh lain. Pada persalinan kala II, diafragma

dan paru-paru dapat membantu mempercepat persalinan dengan

jalan mengejan dan menahan napas, dengan demikian penyakit

paru-paru penting untuk pertubumbuhan dan perkembangan

janin melalui pertukanan CO2 dan O2 (Diana, 2017).

j) Hepatitis B

Penularan secara vertikal virus hepatitis B dari ibu ke bayinya

terjadi selama proses kehamilan, saat melahirkan, atau setelah

melahirkan. Pada masa kehamilan penularan melalui tali pusat

karena bayu meminum air ketuban di dalam kandungan. Pada

saat persalinan karena adanya perlukaan yang dialami janin saat

lewat jalan lahir. Sedangkan penularan setelah melahirkan dapat

terjadi melalui kontak langsung misalnya perlukaan puting susu

ibu. Tindakan pencegahan melalui pemberian vaksinasi dan

imunoglobin kepada bayi dapat dilakukan tanpa di tunda – tunda

(Cahyono, 2010).

k) Sifilis

Penting diketahui bahwa semua stadium sifilis ibu dapat

mengakibatkan infeksi pada janin. Komplikasi sifilis pada


69

kehamilan meliputi keguguran spontan, lahir mati, persalinan

prematur, dan sifilis kongenital.

l) HIV/AIDS

HIV adalah penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh

dan AIDS adalah kumpulan gejala akibat kekurangan atau

kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah lahir.

Penularan HIV terjadi kalau ada cairan tubuh yang mengandung

HIV, seperti hubungan seks dengan pasangan yang mengidap

HIV, jarum suntik dan alat penusuk lainnya yangtercemar HIV

dan ibu hamil yang mengidap HIV kepada janin atau disusui

oleh wanita yang mengidap HIV. Bayi yang dilahirkan oleh ibu

yang terkena HIV lebih mungkin tertular (Diana, 2017).

8) Riwayat Penyakit Keluarga

Informasi tentang keluarga klien penting untuk mengidentifikasi

wanita beresiko menderita penyakit genetika yang dapat

memengaruhi hasil akhir kehamilan atau beresiko memiliki bayi

yang menderita penyakit genetika. Informasi ini juga dapat

mengidentifikasi latar belakang ras atau etnik yang diperlukan

untuk melakukan pendekatan berdasarkan pertimbangan budaya

atau untuk mengetahui penyakit organik yang memiliki komponen

hereditas (Marmi,2014).
70

9) Riwayat Gynekologi : Untuk mengetahui riwayat kesehatan

reproduksi ibu yang kemungkinan memiliki pengaruh terhadap

proses kehamilannya.

10) Riwayat Kontrasepsi

Untuk mengetahui penggunaan metode kontrasepsi ibu secara

lengkap dan untuk merencanakan penggunaan metode kontrasepsi

setelah masa nifas ini (Kemenkes RI, 2017).

11) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

a) Pola Nutrisi

Kebutuhan gizi ibu hamil meningkat 15% dibandingkan dengan

kebutuhan waktu normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan untuk

pertumbuhan ibu dan janin. Pada trimester ketiga (sampai usia 40

minggu) nafsu makan sangat baik, tetapi jangan kelebihan, kurangi

karbohidrat, tingkatkan protein, sayur – sayuran dan buah – buahan,

lemak harus tetap dikonsumsi.

Kebutuhan nutrisi sehari-hari pada ibu hamil dapat dilihat pada

tabel berikut ini.


71

Tabel 2.6 Perbedaan kebutuhan nutrisi ibu hamil dengan


sebelum hamil
Jenis Tidak Hamil Hamil
Kalori 2500 2500
Protein (gr) 60 85
Kalsium (gr) 0,8 1,5
Ferum (mg) 12 15
Vit A (SI) 5000 6000
Vit B 1,5 1,8
(mg) Vit 70 100
C (mg) 2,2 2,5
Reboflafin 15 1,8
(mg) + 400-800
As nicotin
(mg)
Vit D (SI)
Sumber : Marmi. 2011b. Asuhan Kebidanan Pada Masa kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sumber kebutuhan zat gizi untuk ibu hamil yaitu:

(1) Kalori

Kebutuhan kalori selama kehamilan adalah sekitar 70.000 –

80.000 kilo kalori (kkal), dengan penambahan berat badan

sekitar 12,5 kg. (Walyani, 2015).

(2) Protein

Jenis protein dengan nilai biologi tinggi: daging, ikan, telur,

tahu, tempe, kacang-kacangan, biji-bijian, susu, yogurt, dll

(Walyani, 2015)

(3) Karbohidrat

Sumber karbohidrat utama: beras, serealia, gandum,

dll (Walyani, 2015).


72

(4) Lemak

Lemak didapatkan dengan mengonsumsi mentega, susu,

telur, daging berlemak, alpukat dan minyak nabati

(Walyani, 2015).

(5) Vitamin B6

Angka kecukupan vitamin B6 bagi ibu hamil adalah sekitar

2,2 miligram sehari. Makanan hewani adalah sumber yang

kaya akan vitamin ini (Walyani, 2015).

(6) Asam folat

Asam folat dibutuhkan untuk pembentukan sel baru,

membantu mengembangkan sel syaraf dan otak janin.

Sumber asam folat adalah hati, sayuran, hijau, jeruk,

kembang kol, kedelai/kacang-kacangan lain, roti, gandum,

serealia, dll.

(7) Kalsium

Sumber kalsium dapat diperoleh dari susu dan hasil

olahannya, ikan/hasil laut, sayuran berwarna hijau dan

kacang-kacangan.

(8) Vitamin

(a) Vitamin A

Sumber vitamin A adalah makanan hewani berupa hati,

lemak hewan, susu, mentega, dan kuning telur, serta

dalam makanan nabati dalam bentuk sayuran berwarna


73

hijau dan jingga seperti bayam, daun singkong, wortel,

dan tomat, serta buah-buahan yang berwarna kuning

jingga seperti pepaya dan mangga serta minyak kelapa

sawit.

(b) Vitamin B12

Sumber vitamin B12 adalah daging, ikan, telur, susu dan

produk susu serta tempe.

(c) Vitamin C

Vitamin C merupakan antioksidan yang diperlukan untuk

mencegah kanker, infeksi, dan jantung koroner. Sumber

vitamin C adalah sayuran hijau, kol, tomat, serta buah-

buahan seperti jeruk, nanas, jambu biji, dan mangga.

(d) Vitamin D

Sumber vitamin D terdapat dalam sayuran hijau, serealia,

dan kacang-kacangan.

(9) Air

Sebaiknya minum 8 gelas air putih sehari. Selain air putih,

bisa pula dibantu dengan jus buah, makanan berkuah dan

buah – buahan. Kurangi minuman bergula seperti sirop dan

softdrink (Walyani, 2015).

b) Pola Eliminasi : Pada kehamilan trimester III, ibu hamil menjadi

sering buang air kecil dan konstipasi. Hal ini dapat dicegah dengan

konsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum air putih hangat
74

ketika lambung dalam keadaan kosong untuk merangsang gerakan

peristaltik usus.

c) Pola Istirahat : Ibu hamil tidur malam kurang lebih sekitar 8 jam

setiap istirahat dan tidur siang kurang lebih 1 jam (Marmi, 2011).

d) Psikososial : Pada setiap trimester kehamilan ibu mengalami

perubahan kondisi psikologis. Perubahan yang terjadi pada trimester

3 yaitu periode penantian dengan penuh kewaspadaan. Oleh karena

itu, pemberian arahan, saran dan dukungan pada ibu tersebut akan

memberikan kenyamanan sehingga ibu dapat menjalani

kehamilannya dengan lancar . Data sosial yang harus digali termasuk

dukungan dan peran ibu saat kehamilan ini.

c. Data Obyektif

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan Umum : Baik

b) Kesadaran : Bertujuan untuk menilai status kesadaran ibu.

Composmentis adalah status kesadaran dimana ibu

mengalami kesadaran penuh dengan memberikan respons

yang cukup terhadap stimulus yang diberikan.

c) Keadaan Emosional : Stabil.

d) Tinggi Badan : Untuk mengetahui apakah ibu dapat

bersalin dengan normal. Batas tinggi badan minimal bagi

ibu hamil untuk dapat bersalin secara normal adalah 145


75

cm. Namun, hal ini tidak menjadi masalah jika janin dalam

kandungannya memiliki taksiran berat janin yang kecil.

e) Berat Badan : Penambahan berat badan minimal selama

kehamilan adalah ≥ 9 kg.

f) LILA : Batas minimal LILA bagi ibu hamil adalah 23,5

cm.

g) Tanda-tanda Vital : Rentang tekanan darah normal pada

orang dewasa sehat adalah 100/60 – 140/90 mmHg, tetapi

bervariasi tergantung usia dan variable lainnya.

WHO menetapkan hipertensi jika tekanan sistolik ≥

160 mmHg dan tekanan diastolic ≥ 95 mmHg. Pada

wanita dewasa sehat yang tidak hamil memiliki kisaran

denyut jantung 70 denyut per menit dengan rentang

normal 60-100 denyut per menit. Namun selama

kehamilan mengalami peningkatan sekitar 15-20 denyut

per menit. Nilai normal untuk suhu per aksila pada orang

dewasa yaitu 35,8-37,3° C. Sedangkan menurut,

pernapasan orang dewasa normal adalah antara 16-20

×/menit.

2) Pemeriksaan Fisik

a) Muka : Muncul bintik-bintik dengan ukuran yang bervariasi

pada wajah dan leher (Chloasma Gravidarum) akibat

Melanocyte Stimulating Hormone. Selain itu, penilaian pada


76

muka juga ditujukan untuk melihat ada tidaknya

pembengkakan pada daerah wajah serta mengkaji kesimetrisan

bentuk wajah .

b) Mata : Pemeriksaan sclera bertujuan untuk menilai warna ,

yang dalam keadaan normal berwarna putih. Sedangkan

pemeriksaan konjungtiva dilakukan untuk mengkaji munculnya

anemia. Konjungtiva yang normal berwarna merah muda.

Selain itu, perlu dilakukan pengkajian terhadap pandangan

mata yang kabur terhadap suatu benda untuk mendeteksi

kemungkinan terjadinya pre-eklampsia.

c) Mulut : Untuk mengkaji kelembaban mulut dan mengecek ada

tidaknya stomatitis.

d) Gigi/Gusi : Gigi merupakan bagian penting yang harus

diperhatikan kebersihannya sebab berbagai kuman dapat masuk

melalui organ ini. Karena pengaruh hormon kehamilan, gusi

menjadi mudah berdarah pada awal kehamilan.

e) Leher : Dalam keadaan normal, kelenjar tyroid tidak terlihat

dan hampir tidak teraba sedangkan kelenjar getah bening bisa

teraba seperti kacang kecil.

f) Payudara : payudara menjadi lunak, membesar, vena-vena di

bawah kulit lebih terlihat, puting susu membesar, kehitaman

dan tegak, areola meluas dan kehitaman serta muncul

strechmark pada permukaan kulit payudara. Selain itu, menilai


77

kesimetrisan payudara, mendeteksi kemungkinan adanya

benjolan dan mengecek pengeluaran ASI.

g) Perut : Inspeksi : Muncul Striae Gravidarum dan Linea

Gravidarum pada permukaan kulit perut akibat Melanocyte

Stimulating Hormon. Palpasi : Leopold 1, pemeriksa

menghadap ke arah muka ibu hamil, menentukan tinggi fundus

uteri dan bagian janin yang terdapat pada fundus. Leopold 2,

menentukan batas samping rahim kanan dan kiri, menentukan

letak punggung janin dan pada letak lintang, menentukan letak

kepala janin. Leopold 3, menentukan bagian terbawah janin

dan menentukan apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk

ke pintu atas panggul atau masih dapat digerakkan. Leopold 4,

pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu hamil dan menentukan

konvergen (Kedua jari-jari pemeriksa menyatu yang berarti

bagian terendah janin belum masuk panggul) atau divergen

(Kedua jari-jari pemeriksa tidak menyatu yang berarti bagian

terendah janin sudah masuk panggul) serta seberapa jauh

bagian terbawah janin masuk ke pintu atas panggul. Denyut

jantung janin normal adalah antara 120-160 ×/menit. Pada

akhir trimester III menjelang persalinan, presentasi normal

janin adalah presentasi kepala dengan letak memanjang dan

sikap janin fleksi.


78

Tafsiran Berat Janin: berat janin dapat ditentukan dengan

rumus Lohnson, yaitu:

Jika kepala janin belum masuk ke pintu atas panggul

Berat janin = (TFU – 12) × 155 gram

Jika kepala janin telah masuk ke pintu atas panggul

Berat janin = (TFU – 11) × 155 gram.

h) Ano-Genetalia : Pengaruh hormon estrogen dan progesteron

adalah pelebaran pembuluh darah sehingga dapat terjadi varises

pada sekitar genetalia. Namun tidak semua ibu hamil

mengalami varises pada daerah tersebut. Pada keadaan normal,

tidak terdapat hemoroid pada anus.

i) Ektremitas : Tidak ada edema, tidak ada varises dan refleks

patella menunjukkan respons positif.

3) Pemeriksaan Khusus

a. Tinggi fundus uteri (TFU)

Tinggi fundus di ukur dari simfisis pubis sampai fundus uterus

dalam cm. Konsistensi metode adalah yang yang sangat penting.

Pada usia kehamilan antara 18 dan 30 minggu, jumlah cm sama

dengan tinggi fundus dalam cm (Sinclair,2010).

b. Tafsiran berat janin (TBJ)

Menurut Walyani (2015). Dengan menggunakan Mc Donald

untuk mengetahui TFU dengan pita ukur kemudian dilakukan

perhitungan tafsiran berat janin.


79

Rumusnya:

TBJ = (TFU dalam cm - n) x 155 =..........gram

n : posisi kepala masih di atas spina ischiadika atau bawah. Bila

di atas (-12) dan bila di bawah (-11).

c. Usia kehamilan

Tabel 2.7 Usia kehamilan berdasarkan TFU

Usia
TFU
kehamilan
12 minggu 1/3 di atas simfisis
16 minggu ½ simfisis - pusat
20 minggu 2/3 di atas simfisis
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 1/3 di atas pusat
34 minggu ½ pusat – prosessus xifoideus
36 minggu Setinggi prosessus xifoideus
40 minggu 1 jari di bawah prosessus

xifoideus

Sari, E.P Dan K.D Rimandanu.2014.Asuhan Kebidanan Persalinan (Intranatal


Care). Jakarta Timur:CV Trans Info Media

Pemeriksaan Penunjang
a) Hemoglobin : Wanita hamil dikatakan anemia jika kadar

hemoglobin-nya < 10 gram/dL. Jadi, wanita hamil harus

memiliki hemoglobin > 10gr/dL.

b) Golongan darah : Untuk mempersiapkan calon pendonor

darah jika sewaktu-waktu diperlukan karena adanya situasi

kegawatdaruratan.

c) USG : Pemeriksaan USG dapat digunakan pada kehamilan

muda untuk mendeteksi letak janin, perlekatan plasenta, lilitan

tali pusat, gerakan janin, denyut jantung janin, mendeteksi


80

tafsiran berat janin dan tafsiran tanggal persalinan serta

mendeteksi adanya kelainan pada kehamilan.

d) Protein urine dan glukosa urine: Urine negative untuk protein

dan glukosa.

3. Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan

Perumusan diagnosa kehamilan disesuaikan dengan nomenklatur

kebidanan, seperti. G…..usia…tahun usia kehamilan…..minggu fisiologis

dan janin tunggal hidup ( Kemenkes RI,2017).

G (Gravida) : jumlah kehamilan yang dialami wanita diikuti

dengan jumlah seluruh kehamilan termasuk

kehamilan ini

P (Para) : jumlah kehamilan yang diakhiri dengan kelahiran

janin yang memenuhi syarat untuk melangsungkan

kehidupan (28 minggu/ 1000 gr) meliputi aterm,

premature, imatur, abortus, hidup (APIAH)

Dengan penjelasan seperti berikut.

Aterm : jumlah kelahiran bayi cukup bulan ( lebih dari 36

minggu atau lebih dari 2500 gr), berisi jumlah

seluruh persalinan aterm yang pernah dialami.

Prematur : jumlah kelahiran premature (28-36 minggu/ 1000-

2499 gr), berisi jumlah seluruh persalinan premature

yang pernah dialami.


81

Imatur : jumlah kelahiran imatur (21-28 minggu/500-1000

gr), berisi jumlah persalinan imatur yang pernah

dialami.

Abortus : berisi jumlah seluruh abortus, mola, dan kehamilan

ektopik yang pernah dialami.

Jumlah anak hidup : jumlah anak hingga kini masih hidup, berisi

jumlah seluruh anak yang masih hidup sampai saat

dilakukan anamnesis (Diana,2017)

Hidup : melalui pemeriksaan auskultasi denyut jantung

janin.

Janin tunggal intra uteri : melalui pemeriksaa penunjang USG

(ultrasonografi).

Perumusan masalah disesuaikan dengan kondisi ibu. Keluhan yang

muncul pada kehamilan trimester III meliputi sering kencing, nyeri

pinggang dan sesak napas akibat pembesaran uterus serta rasa khawatir

akan kelahiran bayinya dan keselamatannya. Selain itu, konstipasi dan

sering lelah merupakan hal wajar dikeluhkan oleh ibu hamil . Contoh

kebutuhan TM III adalah perubahan fisik dan psikologis ibu TM III, tanda-

tanda persalinan, tanda bahaya kehamilan TM III, persiapan persalinan,

pengurang rasa nyeri saat persalinan, pendamping persalinan, ASI, cara

mengasuh bayi, cara memandian bayi, imunisasi dan KB.

(Kemenkes RI, 2017).


82

4. Perencanaan

Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan

kondisi ibu, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara

komprehensif. Sesuai dengan Kemenkes RI (2013), standar pelayanan

antenatal merupakan rencana asuhan pada ibu hamil yang minimal

dilakukan pada setiap kunjungan antenatal, antara lain timbang berat

badan, ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, ukur LILA, ukur TFU,

tentukan status imunisasi dan berikan imunisasi TT sesuai status

imunisasi, berikan tablet tambah darah, tentukan presentasi janin dan

hitung DJJ, berikan konseling mengenai lingkungan yang bersih,

kebutuhan nutrisi, pakaian, istirahat dan rekreasi, perawatan payudara,

body mekanik, kebutuhan seksual, kebutuhan eliminasi, senam hamil,

serta persiapan persalinan dan kelahiran bayi, berikan pelayanan tes

laboratorium sederhana, dan lakukan tatalaksana. (Kemenkes RI, 2017).

5. Pelaksanaan

Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil disesuaikan dengan

rencana asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara komprehensif,

efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada ibu dalam

bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Asuhan

kebidanan pada ibu hamil itu meliputi menimbang berat badan, mengukur

tinggi badan, mengukur tekanan darah, mengukur LILA, mengukur TFU,

menentukan status imunisasi dan memberikan imunisasi TT sesuai status


83

imunisasi, memberikan tablet tambah darah, menentukan presentasi janin

dan menghitung DJJ, memberikan konseling mengenai lingkungan yang

bersih, kebutuhan nutrisi, pakaian, istirahat dan rekreasi, perawatan

payudara, body mekanik, kebutuhan seksual, kebutuhan eliminasi, senam

hamil, serta persiapan persalinan dan kelahiran bayi, memberikan

pelayanan tes laboratorium sederhana, dan melakukan tatalaksana.

(Kemenkes RI, 2017).

6. Evaluasi

Penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah selesai

melaksanakan asuhan sesuai dengan kondisi ibu kemudian dicatat,

dikomunikasikan dengan ibu dan atau keluarga serta ditindaklanjuti sesuai

dengan kondisi ibu. Berikut adalah uraian evaluasi dari pelaksanaan.

a. Telah dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran

tinggi badan, tekanan darah, LILA, dan TFU.

b. Status imunisasi tetanus ibu telah diketahui dan telah diberikan

imunisasi TT sesuai dengan status imunisasi.

c. Telah diberikan tablet tambah darah minimal 90 tablet selama

kehamilan.

d. Telah didapat presentasi janin dan denyut jantung janin.

e. Ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali mengenai

lingkungan yang bersih, kebutuhan nutrisi, pakaian, istirahat

dan rekreasi, perawatan payudara, body mekanik, kebutuhan


84

seksual, kebutuhan eliminasi, senam hamil, serta persiapan

persalinan dan kelahiran bayi.

f. Telah dilakukan pemeriksaan laboratorium.

g. Telah diberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai dengan

permasalahan yang dialami. (Kemenkes RI, 2017).

7. Dokumentasi

Pencatatan atau pendokumentasian dilakukan secara lengkap, akurat,

singkat dan jelas mengenai keadaan atau kejadian yang ditemukan dan

dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan pada formulir yang

tersedia dan ditulis dalam bentuk SOAP.

a. S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa dengan klien.

b. O adalah data obyektif, mencatat hasil-hasil pemeriksaan terhadap

klien.

c. A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan maalah kebidanan.

d. P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan, seperti tindakan antisipatif,

tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan,

kolaborasi, evaluasi dan rujukan. (Kemenkes RI, 2017).

B. Persalinan

2. Konsep Dasar Persalinan

m. Pengertian Persalinan

1) Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar


85

kandungan melalui jalanlahir atau melalui jalan lain, dengan

bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2013).

2) Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan

pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dari

kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan

progresif pada serviks dan diakhiri dengan pelahiran

plasenta(Varney, Kriebs dan Gegor, 2008).

3) Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks.

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi, dan janin turun ke dalam

jalan lahir. Kelahiran adalah proses di mana janin dan ketuban

didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran

normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam,

tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Sukarni,

Margareth, 2013).

4) Persalinan normal adalah peristiwa lahirnya bayi hidup dan

plasenta dari dalam uterus dengan presentasi belakang kepala

melalui vagina tanpa menggunakan alat, pertolongan pada usia

kehamilan 30-40 minggu atau lebih dengan berat lahir 2500

gram atau lebih dengan lama persalinan kurang dari 24 jamyang

dibantu dengan kekuatan kontraksi uterus dan tenaga mengejan

(Sujiyatini dkk, 2011).


86

n. Jenis – jenis persalinan

Bentuk persalinan menurut (Manuaba, 2012)

1) Persalinan spontan. Bila persalinan seluruhnya

berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri

2) Persalinan buatan. Bila persalinan dengan bantuantenaga

dari luar

3) Persalinan Anjuran (partus prespitatus). Bila kekuatan

uang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar

dengan jalan rangsangan

o. Lima Benang Merah dalam Persalinan

1) Membuat Keputusan Klinik

Membuat keputusan klinik merupakan proses yang

menentukan untuk menyelesaikan masalah dan menentukan

asuhan yang diperlukan oleh klien. Keputusan itu harus akurat,

komprehensif dan aman, baik bagi pasien dan keluarganya

maupun petugas yang memberikan pertolongan (JNPK – KR,

2017).

Tujuh langkah dalam membuat keputusan klinik adalah :

a) Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat

keputusan

b) Menginterpretasikan data dan mengidentifikasi masalah


87

c) Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang

terjadi/dihadapi

d) Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi

e) Menyusun rencana pemberian asuhan

f) Melaksanakan asuhan/ intervensi terpilih

g) Memantau dan mengevaluasi efektifitas asuhan

2) Asuhan Sayang Ibu

Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya,

kepercayaan dan keinginan sang ibu. Prinsip dasar asuhan

sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga

selama proses persalinan dan kelahiran bayi.

a) Asuhan Sayang Ibu dalam Proses Persalinan

(1) Panggil ibu sesuai dengan namanya, hargai dan jaga

martabatnya

(2) Jelaskan semua asuhan kepada ibu sebelum memulai

asuhan tersebut

(3) Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya

(4) Anjurkan ibu bertanya dan membicarakan rasa takut

atau khawatir

(5) Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran

ibu

(6) Berikan dukungan, besarkan dan tentramkan hatinya

serta anggota-anggota keluarganya


88

(7) Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan/ atau anggota

keluarga lain selama persalinan dan kelahiran bayinya

(8) Ajarkan suami dan anggota-anggota keluarga tentang

bagaimana mereka memperhatikan dan mendukung ibu

selama persalinan dan kelahiran bayinya

(9) Laksanakan praktik-praktik pencegahan infeksi yang

baik secara konsisten

(10) Hargai privasi ibu

(11) Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama

persalinan dan kelahiran bayi

(12) Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama

persalinan dan kelahiran bayi

(13) Anjurkan ibu untuk minum dan makan makanan

ringan sepanjang ia menginginkannya

(14) Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional

yang tidak merugikan kesehatan ibu

(15) Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera

mungkin untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi, insiasi

menyusu dini dan membangun hubungan psikologis

(16) Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam

pertama setelah bayi lahir

(17) Siapkan rencana rujukan (bila perlu)


89

(18) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan

baik dan mencukupi semua bahan yang diperlukan.

Siap untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir pada

setiap kelahiran.

b) Asuhan Sayang Ibu dan Bayi pada Masa Pasca Persalinan

(1) Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya

(rawat gabung)

(2) Bantu ibu untuk menyusukan bayinya, anjurkan

memberikan ASI eksklusif pada bayinya.

(3) Ajarkan ibu dan keluarganya tentang nutrisi dan

istirahat yang cukup setelah melahirkan

(4) Anjurkan suami dan keluarganya untuk memeluk bayi

dan mensyukuri kelahiran bayi

(5) Ajarkan ibu dan keluarganya tentang gejala dan tanda

bahaya yang mungkin terjadi dan anjurkan mereka

untuk mencari pertolongan jika timbul atau

kekhawatiran.

3) Pencegahan Infeksi

Tindakan pencegahan infeksi (PI) harus diterapkan dalam

setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir,

penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya untuk

mengurangi infeksi karena bakteri, virus, dan jamur. Dilakukan

pula upaya untuk menurunkan risiko penularan penyakit


90

berbahaya yang kini belum ditemukan pengobatannya, seperti

misalnya Hepatitis dan HIV/AIDS (APN, 2008).

4) Pencatatan (Rekam Medik) Asuhan Persalinan

Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat

keputusan klinik karena memungkinkan penolong persalinan

untuk terus menerus memperhatikan asuhan yang diberikan

selama proses persalinan dan kelahiran bayi.

5) Rujukan

Rujukan yang tepat waktu ke fasilitas yang memiliki sarana

yang lebih lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa ibu

dan bayi baru lahir. Setiap penolong persalinan harus

mengetahui lokasi fasilitas rujukan yang mampu untuk kasus

gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir seperti:

a) Pembedahan seperti bedah sesar

b) Tranfusi darah

c) Persalinan menggunakan ekstraksi fakum atau cunam

d) Pemberian antibiotik intravena

e) Resusitasi bayi baru lahir dan asuhan lanjutan bayi baru

lahir.

f) Rujukan untuk keselamatan ibu dan bayi baru lahir.

Singkatan BAKSOKU dapat digunakan untuk mengingat

hal-hal penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu

dan bayi (JNPK - KR, 2017).


91

p. Fisiologi Persalinan

Persalinan dibagi menjadi tiga kala yang berbeda. Kala I

persalinan mulai ketika telah tercapai kontraksi uterus dengan

frekuensi, intensitas, dan durasi yang cukup untuk menghasilkan

pendataran dan dilatasi serviks yang progesif. Kala dua persalinan

dimulai ketika dilatasi serviks sudah lengkap dan berakhir ketika

janin sudah lahir. Kala tiga persalinan dimulai segera setelah janin

lahir, dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban

janin (Saifuddin, 2009).

1) Tanda persalinan

Tanda-tanda persalinan menurut Manuaba (2010) adalah sebagai

berikut:

a) Terjadinya his persalinan. His persalinan mempunyai ciri

khas pinggang terasa nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya

teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin

besar, makin beraktivitas (jalan) makin bertambah.

b) Pengaluaran lendir dan darah (pembawa tanda). Pembukaan

menyebabkan lendir darah yang terdapat pada kanalis

servikalis lepas. Terjadi perdarahan karena kapiler

pembuluh darah pecah.

c) Pengeluaran cairan. Pada beberapa kasus terjadi ketuban

pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian


92

besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap.

Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan

berlangsung dalam waktu 24 jam.

Faktor yang menyebabkan adanya his menurut

Manuaba (2013) adalah sebagai berikut adanya dua hormon

yang paling dominan dalam kehamilan, yaitu:

a) Estrogen yang meningkatkan sensitivitas otot rahim,

memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti

rangsangan oksitosin, prostaglandin dan rangsangan

mekanis.

b) Progesteron yang menurunkan sensitivitas otot rahim,

menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti

rangsangan oksitosin, prostaglandin dan rangsangan

mekanis.

Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron

menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh hipofisis

posterior dapat menimbulkan kontraksi dalam bentuk

Braxton hicks. Kontraksi Braxton hicks akan menjadi

kekuatan dominan saat dimulainya persalinan (Manuaba,

2010)

Oksitosin diduga bekerja bersama prostaglandin

yang makin meningkat mulai usia kehamilan minggu ke-15.

Disamping itu, faktor gizi ibu hamil dan keregangan otot


93

rahim dapat memberikan pengaruh penting untuk

dimulainya kontraksi rahim.

2) Tahap persalinan

a) Kala I

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada

permulaan his, kala pembukaan tidak begitu kuat sehingga

pasien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk

primigravida berlangsung 12 jam, sedangkan multigravida

sekitar 8 jam. Berdasarkan kurva Friedman, diperhitungkan

pembukaan primigravida 1cm/jam dan pembukaan

multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan tersebut, maka

waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan (Manuaba,

2010).

Menurut Marmi (2012), kala I persalinan terdiri atas 2

fase, yaitu:

(1) Fase laten

Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat

lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.

(2) Fase aktif

Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan

meningkat secara bertahap, biasanya terjadi 3 kali atau

lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40


94

detik atau lebih, dari pembukaan 4 cm hingga

mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm akan terjadi

dengan keceptan rata-rata 1 cm perjam untuk

primigravida dan 2 cm untuk multigravida.

Perbedaan pembukaan serviks pada primigravida

dengan multigravida dapat dilihat pada tabel 2.5

Tabel 2.8 Pembukaan Serviks pada Primigravida dan


Multigravida

Primi Multi
Serviks Mendatar dan membuka
mendatar(effacement)dulu, dapat terjadi bersamaan
baru berdilatasi
Berlangsung 13-14 jam Berlangsung 6-7 jam

Sumber : Marmi. 2011a. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fase aktif dibagi menjadi 3 subfase yaitu:

(a) Fase akselerasi: berlangsung 2 jam dengan pembukaan

menjadi 3-4 cm

(b) Fase dilatasi: maksimal yaitu selama 2 jam dan

pembukaan berlangsung cepat menjadi 4-9 cm

(c) Fase deselerasi: berlangsung lambat dalam waktu 2 jam

pembukaan menjadi 9-10 cm (lengkap).

Proses membukanya servik disebut dengan berbagai

istilah yaitu melembek (softening), menipis (thinned out),

terobliterasi (oblitrated), mendatar dan tertarik ke


95

atas(effaced and taken up) dan membuka (dilatation)

(Sofian, 2011).

Sifat kontraksi otot rahim (his) kala I menurut Manuaba

(2010) adalah:

(b) Kontraksi bersifat simetris.

(c) Fundal dominan, artinya bagian fundus uteri sebagai pusat

dan mempunyai kekuatan yang paling besar.

(d) Involunter artinya tidak dapat diatur oleh parturien (ibu).

(e) Intervalnya makin lama makin pendek.

(f) Kekuatannya makin besar dan pada kala II diikuti dengan

refleks mengejan.

(g) Diikuti retraksi, artinya panjang otot rahim yang telah

berkontraksi tidak akan kembali ke panjang semula.

(h) Setiap kontraksi mulai dari miring pace maker yang terletak

di sekitar insersi tuba, dengan arah penjalaran ke daerah

serviks uteri dengan kecepatan 2 cm per detik.

(i) Kontraksi rahim menimbulkan rasa sakit pada pinggang,

dareah perut, dan dapat menjalar ke arah paha.

Distribusi susunan otot rahim ke arah serviks yang

semakin berkurang menyebabkan serviks bersifat pasif,

sehingga terjadi keregangan (penipisan), seolah-olah janin

terdorong ke arah jalan lahir. Bagian rahim yang

berkontraksi dengan yang menipis dapat diraba atau


96

terlihat, tetapi tidak melebihi batas setangah pusat-simfisis.

Pada kala pertama, amplitudo sebesar 40 mmHg,

menyebabkan pembukaan serviks, interval 3–4 menit dan

lamanya berkisar antara 40–60 detik. akhir kala pertama

ditetapkan dengan kriteria, yaitu pembukaan lengkap,

ketuban pecah, dan dapat disertai refleks mengejan.

b) Kala II

Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat,

cepat dan lebih lama. Kira-kira 2 sampai 3 menit sekali.

Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang panggul

sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul

yang melalui lengkung refleks menimbulkan rasa

mengedan. Tekanan pada rektum menyebabkan ibu merasa

seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka.

Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva

membuka, dan perineum meregang. Dengan his dan

mengedan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh

seluruh badan janin. Kala II pada primi berlangsung 1½-2

jam, dan pada multi ½ -1 jam (Sofian, 2011).

Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks

sudah lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Kala II juga

disebut kala pengeluaran bayi (Marmi, 2012). Pada kala

pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat, dan lebih


97

lama, kira-kira 2–3 menit sekali. Kepala janin telah turun

dan masuk ke ruang panggul sehingga terjadilah tekanan

pada otot-otot panggul yang melaui lengkung refleks

menimbulkan rasa mengedan. Oleh karena tekanan pada

rektum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan

tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai

kelihatan, vulva membuka, dan perineum meregang.

Dengan his dan mengedan yang terpimpin, akan lahir

kepala, diikuti seluruh badan janin. Kala II pada primi

berlangsung selama 1½–2 jam, sedangkan pada multi ½–1

jam (Sofian, 2011). Kekuatan his pada akhir kala I atau

permulaan kala II mempunyai amplitudo 60 mmHg, interval

3–4 menit, dan durasi berkisar 60–90 detik. Kekuatan his

dan mengejan mendorong janin ke arah bawah dan

menimbulkan keregangan yang bersifat pasif. Kekuatan his

menimbulkan putar paksi dalam, penurunan kepala atau

bagian terendah, menekan serviks dimana terdapat pleksus

Frankenhauser, sehingga terjadi refleks mengejan. Kedua

kekuatan his dan refleks mengejan makin mendorong

bagian terendah sehingga terjadilah pembukaan pintu,

dengan crowning dan penipisan perineum. Selanjutnya

kekuatan his dan refleks mengejan menyebabkan ekspulsi

kepala, sehingga berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi,


98

muka, dan kepala seluruhnya (Manuaba, 2013). Gerakan

utama saat janin melewati jalan lahir selama proses

persalinan adalah masuknya bagian prensentasi ke pintu

atas panggul (engagement), turun (descent), fleksi, rotasi

internal (putaran paksi dalam), ekstensi, rotasi eksternal

(putaran paksi luar), dan ekspulsi (Marmi, 2011).

(1) Masuknya bagian presentasi (engagement)

Kepala dikatakan telah menancap (engager) pada

pintu atas panggul apabila diameter biparietal kepala

melewati pintu atas panggul. Pada Nulipara, hal ini

terjadi sebelum persalinan aktif dimulai karena otot –

otot abdomen masih tegang sehingga bagian presentasi

terdorong ke dalam panggul. Pada multipara yang otot-

otot abdomennya lebih kendur kepala seringkali tetap

dapat digerakkan di atas permukaan panggul sampai

persalinan dimulai (Marmi, 2011).

(2) Turun (descent)

Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam

pintu atas panggul biasanya sudah terjadi pada bulan

terakhir dari kehamilan, tetapi pada multigravida

biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan.

Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan

kala II persalinan. Hal ini disebabkan karena adanya


99

kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim, yang

menyebabkan tekanan langsung fundus pada bokong

janin. Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi

dari segmen bawah rahim, sehingga terjadi penipisan

dan dilatasi servik. Keadaan ini menyebabkan bayi

terdorong kedalam jalan lahir (Marmi, 2011).

(3) Fleksi

Dengan majunya kepala biasanya juga fleksi

bertambah hingga ubun-ubun kecil jelas lebih rendah

dari ubun-ubun besar. Fleksi ini disebabkan karena bayi

didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari

pinggir atas panggul, serviks, dinding panggul atau

dasar panggul (Marmi, 2012)

(4) Rotasi internal (putaran paksi dalam)

Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian

depan memutar ke depan ke bawah symphisis. Putaran

paksi dalam mutlak perlu untuk kelahiran kepala karena

putaran paksi merupakan suatu usaha untuk

menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir

khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah

panggul (Marmi, 2011)

(5) Rotasi eksternal (putaran paksi luar)


10

Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar

kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan

torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi

dalam. Selanjutnya putaran diteruskan hingga belakang

kepala berhadapan dengan tuber ischiadicum sepihak

(Marmi, 2011).

(6) Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai

dibawah symphisis dan menjadi hypomochlion untuk

melahirkan bahu belakang. Kenudian bahu depan

menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir

searah dengan paksi jalan lahir (Marmi, 2011)

Penurunan kepala janin melewati gelang pelvic

dapat dilihat pada gambar berikut:


10

Gambar 2.6 Penurunan Kepala Janin Melewati Gelang Pelvik

Sumber: Varney, Kriebs dan Gegor. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4.
Jakarta

c) Kala III

Fase-fase dalam persalinan kala III terdiri dari dua fase

yaitu:

(1) Fase pelepasan plasenta

Menurut Manuaba (2013), inersio plasenta

sebagian besar normal pada fundus atau korpus uteri.

Dengan terjadinya retraksi otot uterus, maka plasenta

tidak dapat mengikuti retraksi tersebut sehingga akan


10

lepas dengan sendirinya dari dan melalui lapisan

Nitabush. Ada dua mekanisme pelepasan plasenta

yaitu:

(a) Mekanisme SchultzePelepasan plasenta dimulai

dari sentral atau bagian tengah sehingga terjadi

bekuan retroplasenta.Tanda pelepasan dari tengah

mengakibatkan perdarahan tidak terjadi sebelum

plasenta lahir, perdarahan banyak biasanya terjadi

segera setelah plasenta lahir.

(b) Mekanisme Duncan

Pelepasan plasenta dari pinggir atau

bersamaan dari pinggir dan tengah plasenta. Hal ini

mengkibatkan terjadi semburan darah sebelum

plasenta lahir.

(2) Fase pengeluaran plasenta

Plasenta yang sudah lepas dann menempati segmen

bawah rahim, kemudian melalui serviks, vagina dan

introitus vagina. Setelah vagina tampak di introitus

vagina lahirkan plasenta dengan kedua tangan.

Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-

10 menit. Lama kala III untuk primigravida maupun

multigravida adalah 10 menit. Dengan lahirnya bayi,

mulai berlangsung pelepasan plasenta pada lapisan


10

Nitabush, karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya

plasenta sudah dapat diperkirakan dengan

memperhatikan tanda-tanda: uterus menjadi bundar,

uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke

segmen bawah rahim, tali pusat bertambah panjang,

terjadi perdarahan (Manuaba, 2013).

Kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir

dengan lahirnya plasenta (Marmi, 2012). Setelah bayi lahir,

kontraksi rahim beristirahat sebentar. Uterus teraba keras

dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang

menjadi 2 kali lebih tebal dari sebelumnya. Beberapa saat

kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam

waktu 5–10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong ke

dalam vagina, dan akan lahir spontan atau dengan sedikit

dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses

biasanya berlangsung 5–30 menit setelah bayi lahir.

Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah

kira-kira 100-200 cc (Sofian, 2011).

d) Kala IV

Menurut Manuaba (2012), kala IV dimaksudkan untuk

melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling

sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang

dilakukan meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan


10

darah, nadi dan pernapasan, TFU, kontraksi uterus, kandung

kemih, dan perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal

bila jumlahnya tidak melebihi 400 - 500 cc.

q. Faktor yang mempengaruhi persalinan

Faktor yang mempengaruhi persalinan adalah

1) Passanger (Fetus)

a) Akhir minggu ke 8 janin mulai Nampak menyerupai

manusia dewasa, menjadi jelas pada akhir 12

b) Usia 12 minggu jenis kelamin luarnya dapat dikenali

c) Quickening (terasa gerakan janin ibu hamil) terjadi usia

kehamilan 16-20 minggu

d) Djj mulai terdenar minggu 18/10

e) Panjang rata-rata janin cukup bulan 50 cm

f) Berat rata-rata janin laki 3400 gr, perempuan 3150 gr

g) Janin cukup bulan lingkar kepala dan bahu hampir sama

Hal yang menentukan kemampuan untuk melewati jalan

lahir dari faktor passanger adalah :

(1) Presentasi janin dan bagian janin yang terletak pada

bagian depan jalan lahir, seperti

(a) Presentasi kepala (Verteks, muka, dahi)

(b) Presentasi bokong : Bokong murni (Frank breech)

Bokong kaki (complete breech), letak lutut

atau letak kaki (Incomplaete breech)


10

(c) Presentasi Bahu (letak lintang)

(2) Sikap janin

Hubungan bagian janin (Kepala) dengan bagian janin

lainnya (Badan) misalnya fleksi, defleksi, dll

(3) Posisi janin

Hubungan bagian/point penentu dari bagian terendah

janin dengan panggul ibu, dibagi dalam 3 unsur:

(a) Sisi panggul ibu : kiri, kanan, dan melintang

(b) Bagain terendah janin, oksiput, sacrum dagi dan

scapula

(c) Bagian panggul Ibu : Depan, belakang

2) Jalan lahir (passage)

Jalan lahir terbagi menjadi 2 yaitu jalan lahir keras dan

jalan lahir lunak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari jalan

lahir keras adalah ukuran dan bentuk tulang panggul,

sedangkan yang perlu diperhatikan pada jalan lahir lunak

adalah segmen bawah uterus yang dapat merengang, serviks,

otot dasar panggul, vagina, dan introitus vagina.

3) Kekuatan (power)

Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi menjadi 2 yaitu :


10

a) Kekuatan primer

Kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal

dan dihanatrkan ke uterus bawah dalam bentuk

gelombang.

b) Kekuatan sekunder

Pada kekuatan ini, otot-otot diagfragma dan abdomen ibu

berkontraksi dan mendorong ke luar isi kejalan lahir

sehingga menimbulkan tekanan intra abdomen

(Sondakh,2013).

r. Mekanisme persalinan

Menurut Varney, Krabs dan Gegor (2008) engagement dan

penurunan merupakan dua mekanisme persalinan. Mekanisme

persalinan adalah gerakan posisi yang dilakukan janin untuk

menyesuaikan diri terhadap pelvis ibu. Dalam upaya mengevaluasi

kemajuan janin melalui pelvis, skrining untuk komplikasi yang

berkembang dan fasilitasi kelahiran secara tepat penting dilakukan

agar benar-benar diketahui mekanisme persalinan dengan setiap

presentasi, posisi dan variasi janin.

Gerakan utama dalam mekanisme persalinan Varney, Kriebs

dan Gegor (2008) :

1) Penurunan

Penurunan terjadi selama persalinan dan oleh karena itu

diperlukan untuk terjadi bersamaan dengan mekanisme lainnya.


10

Penurunan merupakan hasil dari sejumlah kekuatan, termasuk

kontraksi (yang memperkuat tulang belakang janin,

menyebabkan fundus langsung menempel pada bokong) dan

pada kala dua, dorongan yang dapat dilakukan ibu karena

kontraksi otot-otot abdomen. Menurut Saifuddin (2009)

masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam

keadaan sinklitismus, ialah bila arah sumbu kepala janin tegak

lurus dengan bidang pintu atas panggul. Dapat pula masuk

dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah sumbu kepala janin

miring dengan bidang pintu atas panggul. Asinklitismus

posterior menurut Neagele apabila arah sumbu kepala membuat

sudut lancip ke depan dengan pintu atas panggul.

Untuk lebih jelasnya proses masuknya kepala janin dalam

pintu atas panggul dapat dilihat dalam gambar berikut :


10

Gambar 2.7 Asinklitismus Posterior


Sumber : Saifuddin, A. B. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Gambar 2.8 Asinklitismus anterior


Sumber : Saifuddin, A. B. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
10

Gambar 2.9 Sinklitismus


Sumber : Saifuddin, A. B. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

2) Fleksi

Fleksi merupakan hal yang sangat penting untuk penurunan

labih lanjut. Melalui mekanisme ini, diameter suboksipito

bregmatik yang lebih kecil digantikan dengan diameter kepala

janin yang lebih besaryang terjadi ketika kepala janin tidak

dalam keadaan fleksi sempurna. Fleksi terjadi ketika kepala

janin bertemu dengan tahanan, tahanan ini mneingkat ketika

terjadi penurunan dan yang pertama kali ditemui adalah dari

serviks, kemudian dari sisi-sisi dinding pelvis dan akhirnya

dasar pelvis.

3) Rotasi internal kepala

Rotasi internalmenyebabkan diameter anteroposterior

kepala janin menjadi sejajar dengan diameter anteroposterior


11

pelvis ibu. Paling biasa terjadi adalah oksiput berotasi ke bagian

anterior pelvis ibu, dibawah simpisis pubis. Jika rotasi internal

belum terjadi pada saat kepala janin mencapai dasar pelvis,

rotasi internal akan segera terjadi.

4) Ekstensi kepala

Pelahiran kepala berlangsung melalui ekstensi kepala untuk

mengeluarkan oksiput-anterior. Ekstensi harus terjadi ketika

oksiput berada dibagian anterior karena kekuatan tahanan pada

dasar pelvis yang membentuk sumbu Carus, yang mengarahkan

kepala ke atas menuju pintu bawah vulva. Daerah suboksipital

atau tengkuk, mengenai bagian bawah simpisis pubis dan

bertindak sebagai titk putar. Kepala janin ini diposisikan

sehingga tekanan selanjutnya dari uterus yang berkontraksi dan

dorongan ibu menyediakan keleluasan kepala pada saat

orifisium vulvovagina terbuka. Dengan demikian, kepala

dilahirkan dengan ekstensi seperti oksiput, sutura sagital,

fontanel anterior, alis, orbit, hidung, mulut dan dagu secara

berurutan muncul dari perineum.

5) Restitusi

Restitusiadalah rotasi kepala 45 derajat baik kearah kanan

maupun kiri, bergantung pada arah dari tempat kepala berotasi

ke posisi oksiput-anterior. Dampaknya, restitusi tidak memutar


11

leher dan membuat kepala sekali lagi berada pada sudut yang

tepat dengan bahu.

6) Rotasi internal bahu dengan fleksi lateral

Pelahiran bahu dan badan dengan fleksi lateral melalui

sumbu Carus. Bahu anterior kemudian terlihat pada orifisium

vulvovagina, yang menyentuh dibawah simpisis pubis, bahu

posterior kemudian menggembungkan perineum dan lahir

dengan fleksi lateral.setelah bahu lahir, bagian badan yang

tersisa mengikuti sumbu Carus dan segera lahir.

Cara melahirkan bahu dapat dilihat dalam gambar 2.16 sebagai

berikut :

Gambar 2.10 Kelahiran Bahu

Sumber : Depkes. 2017. Asuhan Persalinan Normal.


Jakarta: JNPK-KR

Setelah bahu lahir, selanjutkan melahirkan tubuh bayi

dengan sangga susur dapat dilihat dalam gambar 2.11 :


11

Gambar 2.11 Melahirkan Tubuh Bayi


Sumber : Depkes. 2017. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR

s. Penapisan ibu bersalin

Ibu hamil yan akan meahirkan harus memenuhi persyaratan yang

disebut penapisan aal. Tujuanya adalah untuk menentukan apakah

ibu tersebut boleh bersalin di PMB atau dirujuk. Apabila didapati

salah satu penyuit seperti dibawah ini maka ibu harus dirujuk ke

rumah sakit.
11

Table 2.9 Penapisan ibu bersalin

NO PENYULIT YA TIDAK
1 Riwayat bedah sesar
2 Perdarahan Per vaginam
3 Persalinan kurang bulan usia kehamilan kurang
dari 37 minggu
4 Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang
kental
5 Ketuban pecah lama
6 Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (usia
kehamilan kurang dari 37 minggu)
7 Ikterus
8 Anemia berat
9 Tanda/gejala infeksi
10 Pre-eklampsi/Hipertensi dalam kehamilan
11 Tinggi fundus 40 cm/lebih
12 Gawat janin
13 Primipara dalam fase aktif kala satu persalinan dan
kepala janin masih 5/5
14 Presentase bukan belakang kepala
15 Presentase ganda (majemuk)
16 Kehamilan ganda atau gemelli
17 Tali pusat menumbung
18 Syok
19 Suami TKI
20 Suami pelayaran
21 Suami/Bumil bertato
22 HIV/AIDS
23 PMS
24 Anak mahal
Sumber : Depkes. 2017. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR

Cara pengisian yaitu : jika salah satu jawaban diatas “ya”


maka dilakukan rujukan karena terdapat kemungkinan
penyulit.

t. Penyulit Persalinan

Komplikasi persalinan terdiri dari perdarahan, infeksi atau sepsis,

preeklamsia dan eklamsia, persalinan lama dan abortus.


11

1) Perdarahan

Perdarahan adalah penyebab tersering kematian ibu.

Tanda-tanda perdarahan yaitu mengeluarkan darah dari jalan

lahir >500 cc, pada prakteknya tidak perlu mengukur jumlah

perdarahan sampai sebanyak itu sebab menghentikan

perdarahan lebih dini akan memberikan prognosis lebih baik.

Pada umumnya bila terdapat perdarahan yang lebih dari

normal, apalagi telah menyebabkan perubahan tanda vital

(seperti kesadaran menurun, pucat, limbung, berkeringat

dingin, sesak napas, serta tensi <90 mmHg dan nadi

>100/menit), maka penanganan harus segera dilakukan. Sifat

perdarahan bisa banyak, bergumpal-gumpal sampai

menyebabkan syok atau terus merembes sedikit demi sedikit

tanpa henti (Prawirohardjo, 2014).

Penyebab perdarahan pada masa persalinan, yaitu:

a) Gangguan miometrium.

Untuk berkontraksi dan retraksi guna menghentikan

perdarahan selama dan setelah pelepasan plasenta

Faktor predisposisinya yaitu :

(1) Regangan rahim berlebihan karena kehamilan

gameli,polihidraamnion, atau anak terlalu besar.

(2) Kelelahan karena persalinan lama atau persalinan kasep

(3) Kehamilan grande-multipara.


11

(4) Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau

menderita penyakit menahun.

(5) Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim.

(6) Infeksi intrauterine (karioamnionitis)

(7) Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya.

b) Robekan jalan lahir.

Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada

persalinan dengan trauma. Pertolongan persalinan yang

semakin manipulative dan traumatik akan memudahkan

robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan memimpin

persalinan pada saat pembukaan serviks belum lengkap.

Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi, robekan

spontan perineum, trauma forceps atau vakum ektraksi,

atau karena versi ekstraksi (Prawirohardjo, 2014).

c) Retensio plasenta.

Merupakan keadaan dimana plasenta belum lahir dalam

waktu 1 jam setelah bayi lahir.

Penyebabnya yaitu:

Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh

melekat lebih dalam Plasenta sudah terlepas tetapi belum

keluar karena atonia uteri dan akan menyebabkan

perdarahan yang banyak (Prawirohardjo, 2014).


11

Plasenta sudah terlepas tetapi belum keluar karena

atonia uteri dan akan menyebabkan perdarahan yang

banyak (Prawirohardjo, 2014).

2) Pre-eklamsia dan Eklamsia

Pre-eklamsia dan eklamsia menempati urutan kedua

sebagai penyebab kematian ibu di Indonesia. Pre-eklampsia–

Eklampsia yang disebut juga Pregnancy Induced

Hipertention (PIH) atau kehamilan yang menginduksi tekanan

darah adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung

disebabkan oleh kehamilan.Pre-eklampsia adalah hipertensi

disertai proteinuria dan edema (penimbunan cairan dalam

cairan tubuh sehingga ada pembengkakan pada tungkai dan

kaki) akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau

segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20

minggu bila terjadi penyakit trofoblastik (kelainan plasenta).

Eklampsia adalah timbulnya kejang pada penderita

pre-eklampsia yang disusul dengan koma. Kejang di sini

bukan akibat kelainan neurologis (saraf). PE-E hampir secara

eksklusif merupakan penyakit pada kehamilan pertama

(nullipara)

Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur

ekstrim, yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita

yang berumur lebih dari 35 tahun. Pada multipara (kehamilan


11

yang kesekian), penyakit ini biasanya dijumpai pada keadaan

berikut:

a) Kehamilan multifetal (kembar) dan hidropsfetalis

(kehamilan air)

b) Penyakit vaskuler (pembuluh darah), termasuk hipertensi

esensial kronis dan diabetes mellitus.

c) Penyakit ginjal.

Penyakit ini bisa dibedakan dalam tiga tingkatan

tergantung berat ringannya. Pada kasus ringan, tekanan

darah cenderung naik tapi masih di bawah 140/100. Gejala

proteinuria juga mulai muncul. Pada tingkat sedang, mulai

timbul pusing tekanan darah sudah lebih dari 140/100. lalu

ada pembengkakan, khusunya pada wajah, kaki dan jari-

jari tangan. Pada tingkat yamg berat, pembengkakan

semakin jelas, rasa pusing juga makin nyata, khususnya

rasa nyeri pada pinggir dahi dan tekanan darah lebih dari

160/100. Kadang kala disertai ganngguan penglihatan

(kabur) dan kencing semakin sulit karena terjadi gangguan

pada ginjal. Adapula yang disertai mual dan

muntah.Kondisi gawat terjadi bila timbul kejang atau

bahkan pingsan yang berarti sudah terjadi gangguan di

otak. Pada tahap ini bisa dikatakan penyakit berada pada

tahap eklampsia. Pada kasus yang sudah lanjut, sang ibu


11

pada awalnya mengalami kejang selama 30 detik, lalu

meningkat selama 2 menit, sebelum akhirnya pingsan

selama 10-30 menit.

Kewaspadaan perlu ditingkatkan, karena bila penderita

koma berkepanjangan bisa timbul komplikasi berat.

Seperti gagal jantung, gagal ginjal, terganggunya fungsi

paru-paru, dan tersendatnya metabolisme tubuh.Ada

beberapa teori mencoba menjelaskan perkiraan etiologi

dari kelainan tersebut di atas, sehingga kelainan ini sering

dikenal sebagai the diseases of theory.

Adapun teori-teori tersebut antara lain:

(1) Peran Prostasiklin dan Tromboksan Pengeluaran

hormone ini memunculkan efek “perlawanan” pada

tubuh. Pembuluh-pembuluh darah menjadi menciut,

terutama pembuluh darah kecil, akibatnya tekanan

darah meningkat. Organ-organ pun akan kekurangan

zat asam. Pada keadaan yang lebih parah, bisa terjadi

penimbunan zat pembeku darah yang ikut menyumbat

pembuluh darah pada jaringan-jaringan vital.

(2) Peran Faktor Immunologis Pre-eklampsia sering

terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi

pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan

bahwa pada kehamilan pertama pembentukan


11

blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak

sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan

berikutnya.

(3) Peran Faktor Genetik/Familia

Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor

genetik pada kejadian Pre eklamsi dan eklamsi antara

lain:

(a) Pre-eklampsia hanya terjadi pada manusia.

(b) Terdapatnya kecendrungan meningkatnya

frekuensi PE-E pada anak-anak dari ibu yang

menmderita PE -E.

(c)Kecendrungan meningkatnya frekuensi PE-E pada

anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat PE-E dan

bukan pada ipar mereka.

(d) Peran Renin Angiotensin Aldosteron System

(RAAS).Panderita pada tahap pre-

eklampsia hendaknya mau dirawat di rumah sakit

untuk memudahkan pemantauan kondisi ibu dan

janin. Pemantauan meliputi fungsi ginjal lewat

protein urinenya dan juga fungsi hati. Menu

makanan sehari-hari pun perlu diperhatikan. Yang

pasti konsumsi garam harus dikurangi, sedangkan


12

buah-buahan dan sayuran diperbanyak (Asri, D.

dan Cristine C, 2010).

3) Infeksi dalam Persalinan

Infeksi merupakan salah satu dari tiga penyebab kematian

pada ibu bersalin, selain perdarahan dan tekanan darah tinggi.

Infeksi persalinan adalah infeksi pada traktus genetalia yang

dapat terjadi setiap saat antara awitan pecah ketuban (rupture

membran) atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau

abortus dimana terdapat gejala-gejala: nyeri pelvis, demam

38,50 C atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja cairan

vagina yang abnormal, berbau busuk dan keterlambatan dalam

kecepatan penurunan ukuran uterus. Bahaya infeksi akan

meningkat karena pemeriksaan vagina yang berulang-ulang.

4) Partus Lama

Persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam

digolongkan sebagai persalinan lama. Namun demikian, kalau

kemajuan persalinan tidak terjadi secara memadai, selama

periode itu situasi tersebut harus segera dinilai.

Permasalahannya harus dikenali dan diatasi sebelum waktu 24

jam tercapai.Sebagian besar partus lama menunjukkan

pemanjangan kala 1.Sebab-sebab utama pada partus lama,

yaitu:

a) Disproporsi fetopelvik
12

b) Malpresentasi dan malposisi

c) Kerja uterus yang tidak efisien, termasuk serviks yang kaku

Faktor-faktor tambahan lainnya:

a) Primigraviditas.

b) Ketuban pecah dini ketika serviks masih tertutup, keras dan

belum mendatar.

c) Analgesi dan anastesi yang berlebihan dalam masa laten.

5) Wanita yang dependen, cemas dan ketakutan dengan ortu yang

menemaninya ke rumah sakit merupakan calon persalinan

lama. Tipe wanita lainnya adalah wanita yang

maskulin, masochistic yang kelihatannya menikmati rasa nyeri

yang dialaminya.

6) Abortus (keguguran)

Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan,

di mana janin belum mampu hidup di luar rahim (belum

viable), dengan criteria usia kehamilan <20 minggu atau berat

janin <500 g (Oxorn, 2010).

u. Kebutuhan Ibu Bersalin

1) Makan dan Minum Per Oral

Dianjurkan untuk minum cairan yang manis dan berenergi

sehingga kebutuhan kalorinya tetap terpenuhi (Ari, Sulistyowati

dan Nugraheny, 2010). Wanita bersalin membutuhkan kurang


12

lebih 50-100 kilokalori energi setiap jam (Sari. E, dan

Rimandini, 2014).

2) Akses Intravena

Menurut Varney (2008), ada 2 tujuan pemasangan infus, yakni:

a) Sebagai jalur obat, cairan, atau darah untuk

mempertahankan keselamatan ketika terjadi kedaruratan

obstetrik.

b) Sebagai cara mempertahankan hidrasi maternal

3) Posisi dan Ambulansi

Posisi yang nyaman selama persalinan sangat diperlukan

bagi pasien. Selain menguarangi ketegangan dan rasa nyeri,

posisi tertentu justru akan membantu proses penurunan kepala

janin sehingga persalinan dapat berjalan lebih cepat (selama

tidak ada kontra indikasi dari keadaan pasien). Beberapa posisi

dapat diambil antara lain rekumben lateral (miring), lutut-dada,

duduk, berdiri, berjalan, dan jongkok (Ari, Sulistyowati dan

Nugraheny, 2010).

4) Eliminasi (BAK dan BAB)

a) Buang Air kecil

Berkemih sesering mungkin setiap 2 jam atau bila ibu

merasa kandung kemih sudah penuh. Kandung kemih dapat

menghalangi penurunan kepala janin ke dalam rongga

panggul. Kateterisasi kandung kemih akan hanya di


12

lakuakan bila terjdi retensi urin dan ibu tidak mampu

berkemih sendiri karena kateterisasi akan mengakibatkan

risiko infeksi dan trauma atau perlukaan pada saluran kemih

(Sari. E, dan Rimandini, 2014).

b) Buang Air Besar

Pasien akan merasa sangat tidak nyaman ketika

merasakan dorongan untuk BAB. Namun rasa khawatir

kadang lebih mendominasi dari pada perasaan tidak

nyaman, hal ini terjadi karena pasien tidak tahu mengenai

caranya serta khawatir akan respons orang lain terhadap

kebutuhannya ini. Dalam kondisi ini pentiung bagi keluarga

dan bidan untuk menunjukkan respons yang positif dalam

hal kesiapan untuk memeberikan bantuan (Ari, Sulistyowati

dan Nugraheny,2010).

5) Istirahat

Istirahat sangat penting untuk pasien karena akan membuat

rileks. Di awal persalinan sebaiknya anjurkan pasien untuk

isirahat yang cukup sebagai persiapan untuk menghadapi

persalinan yang panjang. Posisi dikombinasikan dengan

aktivitas dalam ambulansi agar penjurunan kepala janin dapat

lebih maksimal (Ari, Sulistyowati dan Nugraheny,2010).


12

6) Membimbing untuk rileks sewaktu ada his

His sifatnya menimbulkan rasa sakit, maka ibu disarankan

untuk menahan menarik nafas sebentar, kemudian dilepaskan

dengan cara meniup sewaktu his. (Sari. E, dan Rimandini,

2014).

7) Kontak fisik

Partnernya hendaknya didorong untuk mau berpegangan

tangan dengannya, menggosok punggungnya, menyeka

wajahnya dengan spons atau mungkin hanya mendekapnya. Hal

ini juga akan merangsang produksi endogenous opiates yang

memberikan sedikit analgesia alamiah (Sari. E, dan Rimandini,

2014).

8) Penjelasan proses dan kemajuan persalinan

Tahap awal persalinan merupakan saat yang paling efektif

untuk memberikan penjelasan yang diperlukan tentang

persalinan kepada pasien dan keluarganya. Informasi yang

biasanya lazim disampaikan adalah mengenai berapa

pembukaan serviksnya serta bagaimana keadaan janinnya.

Keuntungan dari upaya ini adalah rasa nyeri akibat rasa takut

akan berkurang karena pasien dan keluarga siap dengan tahap

demi tahap yang harus dijalani dan dirasakan (Ari, Sulistyowati

dan Nugraheny, 2010).

9) Penjelasan prosedur dan batasan yang berlaku


12

Pasien akan lebih kooperatif dan prosedur dapat berjalan

dengan lancar (Ari, Sulistyowati dan Nugraheny 2010).

v. 60 Langkah APN

Langkah-langkah APN menurut buku APN 2008 adalah sebagai

berikut:

1) Mendengar dan melihat tanda Kala Dua persalinan.

2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial

untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu

dan bayi baru lahir. Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi,

siapkan tempat datar, keras, bersih, kering dan hangat, 3

handuk/kain bersih dan kering, alat penghisap lender dan lampu

sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.

3) Pakai clemek plastic atau dari bahan yang tidak tembus cairan.

4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci

tangan dengan sabun dan air bersih mengalir dan kemudian

keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan

kering.

5) Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan

untuk periksa dalam.

6) Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan

yang menggunakan sarung tangan DTT dan steril dan pastikan

tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).


12

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-

hati dari anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan

kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.

8) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan sudah

lengkap.

Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah lengkap

maka lakukan amniotomi.

9) Dekontaminasi sarung tangan (mencelupkan tangan yang masih

memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, lepaskan

dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5%

selama 10 menit). Cuci tangan setelah sarung tangan dilepaskan

dan setelah itu tutup kembali partus set.

10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus

mereda (relaksasi) untuk memastikan DJJ dalam batas normal

(120-160x/menit).

a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ,

semua temuan pemeriksaan dan asuhan yang diberikan

kedalam partograf.

11) Beritahu pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan

keadaan janin cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan

posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.


12

a) Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran,

lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan

janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan

dokumentasikan semua temuan yang ada.

b) Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk

mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran

secara benar.

12) Minta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi meneran

jika ada rasa meneran atau kontraksi yang kuat, ibu diposisikan

setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan

ibu merasa nyaman.

13) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin

meneran atau timbulnya kontraksi yang kuat.

a) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif.

b) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki

cara meneran apabila caranya tidak sesuai.

c) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya

(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang

lama).

d) Anjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi.

e) Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk

ibu.

f) Berikan cukup asupan cairan per oral (minum).


12

g) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.

h) Segera rujuk bila bayi belum atau tidak segera lahir setelah

pembukaan lengkap dan dipimpin meneran 120 menit (2

jam) pada primigravida atau 60 menit (1 jam) pada

multigravida.

14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi

yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk

meneran dalam selang waktu 60 menit.

15) Letakkan handuk bersih (untuk mngeringkan bayi) diperut ibu,

jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.

16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 sebagai alas bokong ibu.

17) Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan

peralatan dan bahan.

18) Pakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan.

19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka

vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi

dengan kain bersih dan kering, tangan yang lain menahan

belakang kepala untuk mempertahankan posisi fleksi dan

membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran secara

efektif atau bernapas cepat dan dangkal.

20) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan

yang sesuai jika hal itu terjadi) segera lanjutkan proses kelahiran

bayi.
12

a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan

lewat bagian atas kepala bayi.

b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di

dua tempat dan potong tali pusat diantara dua klem tersebut.

21) Setelah kepala bayi, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung

secara spontan.

Lahirnya bahu :

22) Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara

biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan

lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu

depan muncul di bawah arcus pubis dan kemudian gerakkan ke

arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

Lahirnya badan dan tungkai :

23) Setelah kedua bahu lahir, satu tangan menyangga kepala dan

bahu belakang tangan yang lain menelusuri lengan dan siku

anterior bayi serta menjaga bayi terpegang baik.

24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas

berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua

mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang kedua

mata kaki dengan melingkarkan ibu jari pada sisi dan jari-jari

lainnya pada sisi yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk).

25) Lakukan penilaian (selintas):

a) Apakah bayi cukup bulan?


13

b) Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa

kesulitan?

c) Apakah bayi bergerak dengan aktif?

Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK”, lanjut ke langkah

resusitasi pada bayi baru lahir denga asfiksia. Bila semua

jawaban “YA”, lanjut ke-26.

26) Keringkan tubuh bayi.

27) Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang

lahir (hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemeli).

28) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus

berkontraksi dengan baik.

29) Dalam waktiu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10

unit IM (intramuskular) di 1/3 distal lateral paha (lakukan

aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).

30) Setelah 2 menit sejak bayi lahir (cukup bulan), jepit tali pusat

dengan klem kira-kira 2-3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali

pusat ke arah ibu dan klem kembali tali pusat pada 2 cm distal

dari klem pertama.

31) Pemotongan dan pengikatan tali pusat.

a) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit

(lindungi perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat

diantara 2 klem tersebut.


13

b) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi

kemudian melingkar kembali benang tersebut dan

mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

c) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah

disediakan.

32) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu.

Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi

sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala

bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah

dari puting ibu.

a) Selimuti ibu dan bayi dengan kain kering dan hangat, pasang

topi di kepala bayi.

b) biarkan bayi melakukan kontak kulit didada ibu paling

sedikit 1jam

c) sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam

waktu 30-60 menit. Menyusu untuk pertama kali akan

berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari

satu payudara.

d) biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi

sudah berhasil menyusu.

Kala III :

33) Pindahkan klem pada tali pusat hingga jarak 5-10 cm dari vulva.
13

34) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (di atas

simfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain

menegangkan tali pusat.

35) Pada saat uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah

bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah

belakang atas (dorso kranial) secara hati-hati (untuk mencegah

inversia uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,

hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul

kontraksi berikutnya, dan ulangi prosedur di atas.

Mengeluarkan plasenta.

36) Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kea rah

dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah distal

maka lanjutkan dorongan kearah cranial hingga plasenta dapat

dilahirkan.

a) Ibu boleh meneran tapi tali pusat hanya ditegangkan

(Jangan ditarik secara kuat terutama jika uterus tak

berkontraksi) sesuai dengan sumbu jalan lahir (ke arah

bawah-sejajar lantai-atas)

b) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.

c) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali

pusat.

(1) Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.


13

(2) Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih

penuh.

(3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

(4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutmya.

(5) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi

lahir atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan

plasenta manual.

37) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta

dengan kedua tangan. Pegang dan putar hingga selaput ketuban

terpilih kemudian dilahirkan dan tempatkan plasenta pada

wadah yang telah disediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai

sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa

selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau

steril untuk mengeluarkan selaput yang tertinggal.

38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

massage uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan

message dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga

uterus berkontraksi (fundus teraba keras). Lakukan tindakan

yang diperlukan (Kompresi Bimanual Internal, kompresi aorta

abdominais. Tampon kondom-kateter). Jika uterus tidak

berkontraksi setelah 15 detik setelah rangsangan taktil/massage.

(Lihat penatalaksanaan atonia uteri)

Kala IV :
13

39) Evaluasi kemungkinan perdarahan dan laserasi pada vagina dan

perineum. Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi derajat 1 atau

derajat 2 dan atau menimbulkan perdarahan.

40) Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta

telah dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta kedala katung

plastik atau tempat khusus.

41) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

42) Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh, lakukan

kateterisasi.

43) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam

larutan klorin 0,5%. Bersihkan noda darah dan cairan tubuh, dan

bilas di air DTT tanpa melepas sarung tangan kemudian

keringkan dengan tisu atau handuk pribadi yang bersih dan

kering.

44) Ajarkan ibu dan keluarga cara melakukan massase uterus dan

menilai kontraksi.

45) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.

46) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

47) Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan

baik (40-60x/menit).

a) Jika bayi sulit bernafas, merintih atau retraksi, diresusitasi

dan segera merujuk kerumah sakit.


13

b) Jika bayi nafas terlalu cepat atau sesak napas, segera rujuk

ke RS Rujukan.

c) Jika kaki diraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan

kembali kontak kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam

satu selimut.

48) Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh denga

menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lender dan

darah diranjang atau disekitar ibu berbaring. Menggunakan

larutan klorin 0,5% lalu bilas dengan air DTT. Bantu ibu

memakai pakaian yang bersih dan kering.

49) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.

Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan

yang diinginkan.

50) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin

0,5% untuk dekontaminasi (10menit). Cuci dan bilas peralatan

setelah didekontaminasi.

51) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah

yang sesuai.

52) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.

53) Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan

kedala larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam

keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama

10 menit.
13

54) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan tangan menggunakan tisu dan handuk pribadi yang

bersih dan kering.

55) Pakai sarung tangan yang membersih untuk memberikan

vitamin K1 (1mg) IM dipaha kiri bawah lateral dan salep mata

proflaksis infeksi dalam 1 jam pertama kelahiran.

56) Lakukan pemeriksaan fisik lanjutan (setelah 1 jam kelahiran

bayi). Pastikan kondisi bayi tetap baik (pernafasan normal 40-

60x/menit dan temperature tubuh normal 36,5-37,5C) setiap 15

menit.

57) Setelah 1 jam pemberian pemberian Vitamin K berikan suntikan

imunisasi Hepatitis B dipaha kanan bawah lateral. Letakkan bayi

didalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat disusukan.

58) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam

didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

59) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan

kering.

60) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang). (Depkes.

2017).
13

w. Partograf

1) Pengertian

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala

satu persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik

(Depkes. 2017).

2) Tujuan

Adapun tujuan utama dari penggunaan partograf adalah

untuk:

a) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan

menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.

b) Mendeteksi apakah proses persalinan bejalan secara

normal.

c) Dengan demikian dapat pula mendeteksi secara dini

kemungkinan terjadinya partus lama.

d) Data pelengkap yang terkait dengan pemantuan kondisi

ibu, kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan,

bahan dan medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan

laboratorium, membuat keputusan klinik dan asuhan atau

tindakan yang diberikan dimanasemua itu dicatatkan

secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan

bayi baru lahir (Depkes. 2017).


13

3) Pengisian partograf

Pengisian partograf antara lain:

a. Pencatatan selama Fase Laten Kala I Persalinan

Selama fase laten, semua asuhan, pengamatan dan

pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat dilakukan secara

terpisah, baik di catatan kemajuan persalinan maupun di

Kartu Menuju Sehat (KMS) Ibu Hamil. Tanggal dan

waktu harus dituliskan setiap kalimembuat catatan selama

fase laten persalinan. Semua asuhan dan intervensi juga

harus dicatatkan. Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai

dan dicatat dengan seksama, yaitu :

(1) Denyut jantung janin : setiap 30 menit

(2) Frekwensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap

30menit

(3) Nadi : setiap 30 menit

(4) Pembukaan serviks : setiap 4 jam

(5) Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam

(6) Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam

(7) Produksi urin, aseton dan protein : setiap 2-4 jam

(8) Pencatatan Selama Fase Aktif

Persalinan (Depkes. 2017).


13

b. Pencatatan selama fase aktif persalinan

Halaman depan partograf mencantumkan bahwa

observasi yang dimulai pada fase aktif persalinan; dan

menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil

pemeriksaan selama fase aktif persalinan, meliputi:

(1) Informasi tentang ibu :

(a) Nama, umur

(b) Gravida, para, abortus (keguguran)

(c) Nomor catatan medik nomor Puskesmas

(d) Tanggal dan waktu mulai dirawat ( atau jika di

rumah : tanggal dan waktu penolong persalinan

mulai merawat ibu)

(e) Waktu pecahnya selaput ketuban

(f) Kondisi janin:

DJJ (denyut jantung janin)

Nilai dan catat DJJ setiap 30 menit (lebih

sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap

kotak dibagian atas partograf menunjukan DJJ.

Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis

yang sesuai dengan angka yang menunjukan DJJ.

Kemudian hubungkan yang satu dengan titik

lainnya dengan garis tegas bersambung.Kisaran

normal DJJ terpapar pada patograf diantara 180


14

dan 100. Akan tetapi penolong harus waspada bila

DJJ di bawah 120 atau di atas 160.

(g) Warna dan adanya air ketuban

Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan

pemeriksaan dalam dan nilai warna air ketuban jika

selaput ketuban pecah. Catat semua temuan-

temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur

DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini :

U : Selaput ketuban masih utuh (belum pecah)

J : Selaput ketuban sudahpecah dan air ketuban

jernih

M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur mekonium

D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur darah

K : Selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban

tidak mengalir lagi (kering)

(h) Penyusupan (moulase) kepala janin.

Penyusupan adalah indikator penting tentang

seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri

terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu.

Semakin besar derajat penyusupannya atau

tumpang tindih antara tulang kepalasemakin


14

menunjukan risiko disporposi kepala panggul

(CPD). Ketidak mampuan untuk berakomodasi

atau disporposi ditunjukan melalui derajat

penyusupan atau tumpang tindih (molase) yang

berat sehingga tulang kepala yang saling

menyusup, sulit untukdipisahkan. Apabila ada

dugaan disporposi kepala panggul maka penting

untuk tetap memantau kondisi janin serta kemajuan

persalinan.

Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam,

nilai penyusupan antar tulang (molase) kepala

janin. Catat temuan yang ada dikotak yang sesuai

di bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-

lambang berikut ini :

0 : Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura

dengan mudah dapat dipalpasi

1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling

bersentuhan

2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang

tindihtetapi masih dapat dipisahkan


14

3 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang

tindih dan tidak dapat dipisahkan.

(Depkes. 2017)

(2) Kemajuan Persalinan

Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk

pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang

tertera dikolom paling kiri adalah besarnya dilatasi

serviks. Nilai setiap angka sesuai dengan besarnya

dilatasi serviks dalam satuan sentimeter dan menempati

lajur dan kotak tersendiri. Perubahan nilai atau

perpindahan lajur satu ke lajur yang lain menunjukan

penambahan dilatasi serviks sebesar 1 cm. Pada lajur

dan kotak yang mencatat penurunan bagian terbawah

janin tercantum angka 1-5 yang sesaui dengan metode

perlimaan. Setiap kotak segi empat atau kubus

menunjukan waktu 30 menit untuk pencatatan waktu

pemeriksaan, DJJ, kontraksi uterus dan frekwensi nadi

ibu.

i. Pembukaan serviks

Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan,

catat pada partograf setiap temuan dari setiap

pemeriksaan. Tanda “X” harus dicantumkan di garis


14

waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan

serviks.

ii. Penurunan bagian terbawah janin atau persentase

janin

Cantumkan hasil pemeriksaan penurunan kepala

(perlimaan) yang menunjukan seberapa jauh bagian

terendah bagian janin telah memasuki rongga

panggul. Pada persalinan normal, kemajuan

pembukaan serviks selalu diikuti dengan turunnya

bagian terbawah janin. Tapi ada kalanya, penurunan

bagian terbawah janin baru terjadi setelah

pembukaan serviks mencapai 7 cm.

Berikan tanda “O” yang ditulis pada garis waktu

yang sesuai. Sebagai contoh, jika hasil palpasi

kepaladiatas simfisis pubis adalah 4/5 maka tuliskan

tanda “O” di garis angka 4. Hubungkan tanda “O”

dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.

(1) Garis waspada dan garis bertindak

Garis waspada dimulai pada pembukaan

serviks 4 cm dan berakhir pada titik dimana

pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju

pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatan

selama fase aktif persalinan harus dimulai di


14

garis waspada. Jika pembukaan serviks

mengarah ke sebelah kanan garis waspada

(pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka

harus dipertimbangkan adanya penyulit. Garis

bertindak tertera sejajar dan di sebelah kanan

(berjarak 4 jam) garis waspada. Jika pembukaan

serviks telah melampaui dan berada di sebelah

kanan garis bertindak maka perlu dilakukan

tindakan untuk menyelesaikan persalinan.

iii. Jam dan waktu

(1) Waktu mulainya fase aktif persalinan

(2) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian

(3) Setiap kotak padapartograf untuk kolom waktu

(jam) menyatakan satu jam sejak dimulainya

fase aktif persalinan.

iv. Kontraksi uterus : frekuensi dan lamanya

Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima

kotak dengan tulisan “kontraksi per 10 menit“ di

sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak

menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba

dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan

lamanya kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan

jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10 menit


14

dengan cara mengisi kotak kontraksi yang tersedia

dan disesuaikan dengan angka yang mencerminkan

temuan dari hasil pemeriksaan kontraksi. Sebagai

contoh jika ibu mengalami 3 kontraksi dalam waktu

satu kali 10 menit, maka lakukan pengisian pada 3

kotak kontraksi.

v. Obat-obatan dan cairan yang diberikan:

(1) Oksitisin

Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai,

dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit

oksitosin yang diberikan per volume cairan IV

dan dalam tetes per menit.

vi. Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang

diberikan.Catat semua pemberian obat-obatan

tambahan dan/atau cairan IV dalam kotak yang

sesuai dengan kolom waktunya.

vii. Kondisi ibu

(1) Nadi, tekanan darah, dan temperatur

(2) Urin (volume, aseton, atau protein). (Depkes.

2017)

viii. Asuhan, pengamatan,dan keputusan klinik lainnya

(dicatat dalam kolom tersedia di sisi partograf atau


14

di catatan kemajuan persalinan). (Prawirohardjo,

2014).

Gambar 2.12.Lembar Depan Partograf


Sumber : Depkes. 2017. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR
14

Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk

mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan

kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak

persalinan kala I hingga IV ( termasuk bayi baru lahir). Itulah

sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan persalinan. Nilai dan

catatkan asuhan yang telah diberikan pada ibu dalam masa nifas

terutama selama persalinan kala IV untuk memungkinkan

penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat

keputusan klinik, terutamapada pemantauan kala IV (mencegah

terjadinya perdarahan pascapersalinan). Selain itu, catatan

persalinan dapat pula digunakan untuk menilai memantau sejauh

mana telah dilakukan pelaksanaan asuhan persalinan yang bersih

dan aman(Depkes,2017). Cara melalukan pengisian Lembar

belakang partograf yaitu:

1) Data dasar.

Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat

persalinan, alamat tempat persalinan, catatan, alasan

merujuk, tempat merujuk, pendamping saat merujuk dan

masalah dalam kehamilan/ persalinan.

2) Kala I. Terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf

saat melewati garis waspada, masalah lain yang timbul,

penatalaksanaan, dan hasil penatalaksanaannya. Untuk

penatalaksanaan nomor 10 dan nomor 11 hanya melingkari


14

jawaban yang sesuai, pertanyaan selanjutnya hanya di isi jika

terdapat masalah lain, cara dan penatalakanaanya.

3) Kala II.

Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat

janin, distosia bahu dan masalah dan penatalaksanaannya.

Beri tanda √ pada kotak disamping disamping sesuai. Bila

pertanyaan nomor 15 jawabanya “ya” tulis indikasinya.

Untuk nomor 16 uraikan tinakan yang akan dilakukan

persiapkan untuk pendampin persalinan. Jika nomor 17

jawabanya “ya” uraikan tindakan yang akan dilakukan. Jika

ditambah ruang untuk menekankan upaya deteksi dini

terhadap gangguan dini tehadap ganguan kondisi kesehatan

janin, catat hasil pemantauan tersebut. Pada nomor 19 harus

dijelaskan jenis masalah yang tepat.

4) Kala III.

Kala III berisi informasi tentang inisiasi menyusu dini, lama

kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat

terkendali, masase fundus uteri, kelengkapan plasenta,

retensio plasenta > 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah

perdarahan, masalah lain, penatalaksanaan dan hasilnya. Isi

jawaban pada tempat yang disediakan an beri tanda √ pada

kotak disamping jawaban yang sesuai. Untuk nomor 25, 26,

dan 28 lingkari jawaban yang benar.


14

5) Kala IV.

Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu tubuh,

tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, kandung kemih, dan

perdarahan. pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama

untuk menilai apakah terdapat resiko atau terjadi perdarahan

pasca persalinan. Pengisian pemantauan kala IV dilakukan setiap

15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan dan setiap 30

pada satu jam beriktnya. Kecuali suhu setiap 1 jam sekali. Isi

setiap kolom sesuai dengan hasil pemeriksaan dan jawaban

pertanyaan mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah

disediakan (Depkes, 2017).

6) Bayi baru lahir.

Bayi baru lahir berisi tentang berat badan, panjang badan,

jenis kelamin, penilaian bayi baru lahir, IMD, pemberian

ASI, masalah lain dan hasilnya.isi jawaban pada tempat

yang disediakan serta beri tanda √ pada kotak disamping

jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 37 dan 38

linkari jawaban yang sesuai. Untuk nomor 39 jawabanya

mungkin lebih dari satu

Lembar belakang partograf dapat dilihat pada gambar 2.13

berikut :
15

Gambar 2.13 Lembar Belakang Partograf


Sumber: Depkes. 2017. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta:
JNPK-KR
15

x. Standart Asuhan Persalinan

Menurut Walyani (2015), terdapat 4 standart pelayanan persalinan

yaitu:

1) Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala I

Bidan menilai secara tepat bahwa persalian sudah mulai,

kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai,

dengan memperhatikan kebutuhan klien, selama proses

persalinan berlangsung.

Hasil:

Meningkatkan persalinan ditolong bidan

Berkurangnya AKI akibat partus lama

Ibu bersalin mendapat pertolongan darurat yg memadai dan tepat

waktu.

2) Standar10 : Persalinan Kala II yang Aman

Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman, dengan

sikap sopan dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan

tradisisetempat.

Hasil:

Persalinan bersih dan aman

Meningkatkan kepercayaan terhadap bidan

Menurunan komplikasi

Menurunnya sepsis peurperalis.


15

3) Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III

Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk

membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara

lengkap.

Hasil:

Ibu dengan resiko perdarahan post partum primer mendapatkan

pnangan yang memadai

Menurunkan kejadian perdarahan post portum akibat salah

penanganan kala 3.

4) Standar 12: Penanganan Kala II dengan Gawat Janin melalui

Episiotomi

Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala

II yang lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman

untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan

perineum.

Hasil:

Penurunan kejadian asfiksia neonatorum

berat Penurunan kejadian lahir mati pada kala

II

y. Rujukan

Jika ditemukan suatu masalah dalam persalinan, sering kali sulit

untuk melakukan upaya rujukan dengan cepat, hal ini karena banyak

faktor yang mempengaruhi. Penundaan dalam membuat keputusan

dan pengiriman ibu ke tempat rujukan akan menyebabkan


15

tertundanya ibu mendapat penatalaksanaan yang memadai, sehingga

dapat menyebabkan tingginya angka kematian ibu. Rujukan tepat

waktu merupakan bagian dari asuhan sayang ibu dan menunjang

terwujudnya program Safe Motherhood . Di bawah ini merupakan

akronim yang dapat di gunakan petugas kesehatan dalam mengingat

hal-hal penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi:

1) B (Bidan)

Pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir didampingi oleh

penolong persalianan yang kompeten untuk melaksanakan

gawat darurat obstetri dan BBL untuk dibawa ke fasilitas

rujukan.

2) A (Alat)

Bawa perlengkapan dan alat-alat untuk asuhan persalinan,

masa nifas, dan BBL(tambung suntik, selang iv, alat resusitasi,

dan lain-lain) bersama ibu ke tempat rujukan. Perlengkapan dan

bahan-bahan tersebut meungkin diperlukan jika ibu melahirkan

dalam perjalanan ke fasilitas rujukan.

3) K (Keluarga)

Beritahu Ibu dan Keluarga mengenai kondisi terakhir ibu

dan bayi dan mengapa ibu dan bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada

mereka alasan dan tujuan merujuk ibu ke fasilitas rujukan

tersebut.
15

4) S (Surat)

Berikan surat keterangan rujukan ke tempat rujukan. Surat

ini memberikan identifikasi mengenai ibu dan BBL cantumkan

alasan rujukan dan uraikan hasil penyakit, asuhan atau obat-

obatan yang diterima ibu dan BBL.

5) O (obat)

Bawa obat-obat esensial pada saat mengantar ibu ke

fasilitas rujukan.

6) K (Kendaraan)

Siapkan kendaraan uyang paling memungkinkan untuk

merujuk ibu dalam kondisi cukup nyaman.

7) U (Uang)

Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang

cukup untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-

bahan kesehatan lainnya selama ibu dan bayi di fasilitas rujukan.

8) Da (Darah dan Doa)

Persiapan darah baik dari anggota keluarga maupun kerabat

sebagai persiapan jika terjadi perdarahan. Dan doa sebagai

kekuatan spiritual dan harapan yang dapat membantu proses

persalinan (Eka Puspita, 2014).


15

3. Asuhan Persalinan

a. Pengkajian

1) Data Subyektif

a) Identitas

(1) Nama : untuk mengenal ibu dan suami

(2) Umur : semakin tua usia seorang ibu akan berpengaruh

terhadap kekuatan mengejan selama proses persalinan.

Menurut varney, dkk (2007), usia di bawah 20 tahun

dan diatas 35 tahun mempresdiposisi wanita terhadap

sejumlah komplikasi. Usia di bawah 20 tahun

meningkatkan insiden pre-eklampsia, hipertensi kronis,

persalinan yang lama pada

Ulipara, seksio sesaria, persalinan preterm, IUGR,

anomail kromosom dna kematian janin.

(3) Suku/bangsa : asal daerah dan bangsa seorang ibu

berpengaruh terhadap pola piker mengenai tenaga

kesehatan dan adat istiadat yang dianut

(4) Agama : untuk mengetahui keyakinan ibu sehingga

dapat membimbing dan mengarahkan ibu untuk berdoa

sesuai dengan keyakinannya.

(5) Pendidikan : untuk mengetahui tingkat intelektual ibu

sehingga tenaga kesehatan dapat melakukan


15

komunikasi termasuk dalam hal pemberian konseling

sesuai dengan pendidikan terakhirnya.

(6) Pekerjaan : status ekonomi seseorang dapat

mempengaruhi pencapaian status gizinya (hidayat dan

Uliyah, 2008). Hal ini dikaitkan dengan erat janin saat

lahir. Jika tingkat social ekonominya rendah,

kemungkinan bayi lahir dengan berat badan rendah.

(7) Alamat : bertujuan untuk mempermudah tenaga

kesehatan dalam melakukan follow up terhadap

perkembangan ibu.

b) Keluhan utama : Rasa sakit pada perut dan pinggang akibat

kontraksi yang dating lebih kuat, sering dan teratur,

keluarnya lender darah dan keluarnya air ketuban dari jalan

lahir merupakan tanda gejala persalinan yang akan

dikeluhkan oleh ibu menjelang akan bersalin. (Varney, dkk,

2007).

c) Pola nutrisi : bertujuan untuk mengkaji cadangan energy

dan status cairan ibu serta dapat memebrikan informasi

pada ahli anestesi jika pembedahan diperlukan (Varney,

dkk 2007)

d) Pola eliminasi : saat persalinan akan berlangsung,

menganjurkan ibu untuk buang air kecil secara rutin dan

mandiri, paling sedikit setiap 2 jam (Varney, dkk, 2007).


15

e) Pola istitahat : pada wanita dengan usia 18-40 tahun

kebutuhan tidur dalam sehari adalah sekitar 8-9 jam

(Varney, dkk, 2007)

2) Data Obyektif

a) Pemeriksaan umum

(1) Keadaan umum : baik

(2) Kesadaran : bertujuan untuk menilai status kesadaran

ibu. Composmentis adalah status kesadaran dimana ibu

mengalami kesadaran penuh dengan memberikan

respons yang cukup terhadap stimulasi yang diberikan

(Varney, dkk, 2007).

(3) Keadaan emosional : stabil

(4) Berat badan : bertujuan untuk menghitung penambahan

berat badan ibu

(5) Tanda-tanda vital : secara garis besar, pada saat

persalinan tanda-tanda vital ibu mengalami peningkatan

karena terjadi peningkatan metabolism selama

persalinan. Tekanan darah meningkat selama kontraksi

yaitu peningkatan tekanan sistolik 10-20 mmHg dan

diastolic 5-10n mmHg dan saat diantara waktu

kontraksi tekanan darah akan kembali ke tingkat

sebelum persalinan. Rasa nyeri, takut dan khawatir

dapat semakin meningkatkan tekanan darah.


15

Peningkatan suhu normal adalah peningkatan suhu

yang tidak lebih dari 0,5˚C sampai 1˚C. frekuensi

denyut nadi di antara waktu kontraksi sedikit lebih

tinggi dibanadingkan selama periode menjelang

persalinan. Sedikit peningkatan frekuensi nadi

dianggap normal. Sedikit peningkatan frekuensi

pernapasan masih normal selama persalinan. (Varney,

dkk, 2007).

b) Pemeriksaan Fisik

(1)Muka : muncul bintik-bintik dengan ukuran yang

bervariasi pada wajah dan leher (cloasma gravidarum)

akibat melanocyte stimylating hormone (Varney, dkk,

2007).

Selain itu, penilaian pada muka juga ditujukan untuk

melihat ada tidaknya pembengkakan pada daerah wajah

serta mengkaji kesimetrisan bentuk wajah (Varney, dkk,

2007).

(2)Mata : pemeriksaan sclera bertujuan untuk menilai

warna, yang dalam keadaan normal berwarna putih,

sedangkan pemeriksaan konjungtiva dilakukan untuk

mengkaji munculnya anemia. Konjungtiva yang normal

berwarna merah muda. Selain itu perlu dilakukan

pengkajian terhadap pandangan mata yang kabur


15

terhadap suatu benda untuk mendeteksi kemungkinan

terjadinya preeclampsia.

(3)Payudara : menurut Prawirohardjo (2010), akibat

pengaruh hormone kehamilan, payudara menjadi lunak,

membesar, vena-vena dibawah kulit akan lebih terlihat,

putting payudara membesar, kehitaman dan tegak, areola

meluas dan kehitaman serta muncul strechmark pada

permukaan kulit payudara. Selain itu, menilai

kesimetrisan payudara, mendeteksi kemungkinan adanya

benjolan dan mengecek pengeluaran ASI.

(4)Ekstermitas : Tidak ada edema, tidak varises, dan reflex

patella menunjukkan response positif.

c) Pemeriksaan Khusus

(1) Obstetric

Abdomen

Inspeksi : menurut Mochtar (2011), muncul garis-garis

pada permukaan kulit perut (striae gravidarum dan garis

pertengahan pada perut (Linea Gravidarum) akibat

Melanocyte Simulating Hormon).

Palpasi : Leopold 1, pemeriksa menghadap kea rah muka

ibu hamil, menentukan tinggi fundus uteri dan bagian

janin yang terdapat pada fundus. Leopold 2, menentukan

batas samping rahim kanan dan kiri, menentukan letak


16

punggung janin dan pada letak lintang, menentukan letak

kepala janin, Leopold 3, menentukan bagian terbawah

janin dan menentukan apakah bagian terbawah sudah

masuk ke pintu atas panggul atau masih dapat

digerakkan, Leopold 4, pemeriksa mengahadap kea rah

kaki ibu hamil dan menentukan bagian terbawah janin

dan berapa jauh bagian terbawah janin masuk ke pintu

atas panggul (Mochtar, 2011).

Tafsiran tanggal persalinan : bertujuan untuk mengetahui

apakah persalinannya cukup bulan, premature, atau

postmatur

Tafsiran berat janin : menurut Manuaba, dkk (2007)

berat janin dapat ditentukan dengan rumus Lohnson,

yaitu :

Jika kepala janin belum masuk ke pintu atas panggul

Berat janin = (TFU-12) x 155 gram

Jika kepala janin telah masuk pintu atas panggul

Berat janin = (TFU – 11) x 155 gram

Auskultasi : denyut jantung janin normal adlah antara

120-160x/menit (Kemenkes RI, 2013).

Bagian terendah : pada akhir trimester menjelang

persalinan, presentasi normal janin adalah presentasi


16

kepala dengan letak memanjang dan sikap janin fleksi

(Kemenkes RI, 2013).

Kontraksi : Durasi kontraksi uterus sangat bervariasi,

tergantung pada kala persalinan ibu tersebut. Kontraksi

pada awal persalinan mungkin hanya berlangsung 15

sampai 20 detik sedangkan pada persalinan kala 1 fase

aktif berlangsung 45 sampai 90 detik dengan durasi rata-

rata 60 detik. Informasi mengenai kontraksi ini

membantu untuk membedakan antara kontraksi

persalinan sejati dan persalinan palsu (Varney, dkk,

2007).

(2) ginekologi

Ano-Genetalia

Inspeksi : pengaruh hormone estrogen dan progesterone

menyebabkan pelebaran pembuluh darah sehingga terjadi

varises pada sekitar genetalia. Namun tidak semua ibu

hamil akan mengalami varises pada daerah tersebut

(Mochtar, 2011). Pada keadaan normal, tidak terdapat

hemoroid pada anus serta pembengkakan pada kelenjar

bartolini dan kelenjar skene. Pengeluaran pervaginam

seperti bloody show dan air ketuban juga harus dikaji

unruk memastikan adanya tanda dan gejala persalinan

(Mochtar, 2011).
16

Vaginal Toucher : sebaiknya dilakukan setiap 4 jam

selama kala 1 persalinan dan setelah selaput ketuban

pecah, catat pada jam berapa diperiksa, oleh siapa dan

sudah pembukaan berapa, dengan VT dapat diketahui

juga effacement, konsistensi, keadaan ketuban,

presentasi, denominator dan hodge.

Pemeriksaan dalam dilakukan atas indikasi :

a) Ketuban dpecah sedangkan bagian depan masih

tinggi

b) Apabila kita mengharapkan pembukaan lengkap

c) Untuk menyelesaikan persalinan

Sembilan langkah dalam pemeriksaan

dalam

a) Inspeksi daerah genetalia : pengeluaran, varises

dan odema

b) Vagina, apakah terdapat ada benjolan dan masa

c) Porsio pendataran dalam %

d) Pembukaan (cm)

e) Ketuban (+/-)

f) Bagian terendah (kepala/bokong)

g) Penurunan (Hodge)

h) Penunjuk (kepala : teraba ubun-ubun kecil)

i) Molase (+/-). (Oktarina, 2016).


16

Kesan panggul : bertujuan untuk mengkaji keadekuatan

panggul ibu selama proses persalinan (Varney, dkk,

2007). Panggul paling baik untuk perempuan adalah

jenis ginekoid dengan bentuk pintu atas panggul hamper

bulat sehingga membantu kelancaran proses persainan

(Prawirohardjo, 2010).

d) pemeriksaan penunjang

(1) Hemoglobin : selama persalinan, kadar hemoglobin

mengalami peningkatan 1,2 gr/100 ml dan akan kembali

ke kadar sebelum persalinan pada hari pertama pasca

pasrtum jika tidak kehilangan darah yang abdominal

(Varney, dkk, 2007).

(2) Cardiotocography (CGT) : Bertujuan untuk mengkaji

kesejahteraan janin.

(3) USG : pada akhir trimester III menjelang persalinan,

pemeriksaan USG dimaksudkan untuk memastikan

presentasi janin, kecukupan air ketuban, tafsiran berat

janin, denyut jantung janin dan mendeteksi adanya

komplikasi (Mochtar, 2011).

(4) Protein Urine dan glukosa urine : urine negative untuk

protein dan glukosa (Varney, dkk, 2007).


16

b. perumusan Diagnosa dan masalah kebidanan

perumusan diagnose persalinan disesuaikan dengan nomenklatur

kebidanan, seperti G2P1A0 usia 22 tahun usia kehamilan 39 minggu

inpartu kala 1 fase aktif dan janin tunggal hidup. Perumusan masalah

disesuaikan dengan kondisi ibu. Rasa takut, ceas, khawatir dan rasa

nyeri merupakan permasalahan yang dapat muncul pada proses

persalinan (Varney, dkk, 2007). Kebutuhan ibu bersalin menurut

Leaser & Keanne dalam Varney (1997) adalah pemenuhan kebutuhan

fisiologis (makan, minum, oksigenasi, eliminasi, istirahat dan tidur),

kebutuhan pengurangan rasa nyeri, support person (atau

pendampingan dari orang dekat), penerimaan sikap dan tingkah laku

serta pemberian informasi tentang keamanan dan kesejahteraan ibu

dan janin.

c. Perencanaan

Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan

kondisi ibu, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara

komprehensif. Penilaian dan intervensi yang akan dilakukan saat

persalinan adalah sebagai berikut.

(1) Kala 1

(a) Lakukan pengawasan menggunakan partograf, meliputi

ukur tanda-tanda vital ibu, hitung denyut jantung janin,

hitung kontraksi uterus, lakukan pemeriksaan dalam, serta

catat produksi urine, aseton dan protein (WHO, 2013).


16

(b) Penuhi kebutuhan cairan dan nutrisi ibu

(c) Atur aktivitas dan posisi ibu yang nyaman

(d) Failitas ibu untuk buang air kecil

(e) Hadirkan pendamping ibu seperti suami maupun anggota

keluarga selama proses persalinan.

(f) Ajari ibu tentang teknik relaksasi yang benar

(g) Berikan sentuhan, pijatan, counterpressure, pelvic

rocking, kompres hangat dingin pada pinggang, berendam

dalam air hangat maupun wangi-wangian serta ajari ibu

tentang teknik relaksasi dengan cara menarik napas

panjang secara berkesinambungan untuk mengurangi rasa

nyeri yang dirasakan oleh ibu.

(h) Informasikan tentang perkembangan dan kemajuan

persalinan pada ibu maupun keluarga

(2) kala II

(a) anjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat

bersalin

(b) ajari ibu cara meneran yang benar

(c) lakukan pertolongan kelahiran bayi sesuai dengan standar

asuhan persalinan normal.


16

(3) kala III

Lakukan pertolongan kelahiran plasenta sesuai dengan

managemen aktif kala III yang tercantum dalam asuhan

persalinan normal.

(4) kala IV

(a) Lakukkan penjahitan luka jika ada luka jalan lahir

(b) Fasilitasi ibu untuk memperoleh kebersihan diri, istirahat

dan nutrisi

(c) Lakukan observasi kala IV sesuai dengan standar asuhan

persalinan normal.

d. Pelaksanaan

Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil disesuaikan dengan

rencana asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara

komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence base

kepada ibu.

1) Kala I

a) Melakukan pengawasan menggunakan partograf, meliputi

mengukur tanda-tanda vital ibu, menghitung denyut jantung

janin, menghitung kontraksi uterus, melakukan pemeriksaan

dalam, serta mencatat produksi urine, aseton dan protein (WHO,

2013).

b) Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi ibu

c) Mengatur aktivitas dan posisi ibu


16

d) Memfasilitasi ibu untuk buang air kecil

e) Menghadirkan pendamping ibu seperti suami maupun anggota

keluarga selama proses persalinan

f) Mengajari ibu tentang teknik relaksasi yang benar.

(a) Memberikan sentuhan, pijatan, counterpressure, pelvic

rocking, kompres hangat dingin pada pinggang, berendam

dalam air hangat maupun wangi-wangian serta ajari ibu

tentang teknik relaksasi dengan cara menarik napas panjang

secara berkesinambungan untuk mengurangi rasa nyeri yang

dirasakan oleh ibu.

(b) Informasikan tentang perkembangan dan kemajuan

persalinan pada ibu maupun keluarga

(5) kala II

(a) menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman

saat bersalin

(b) mengajari ibu cara meneran yang benar

(c) melakukan pertolongan kelahiran bayi sesuai dengan

standar asuhan persalinan normal.

(6) kala III

melakukan pertolongan kelahiran plasenta sesuai dengan

managemen aktif kala III yang tercantum dalam asuhan

persalinan normal.
16

(7) kala IV

(a) Melakukkan penjahitan luka jika ada luka jalan lahir

(b) Memfasilitasi ibu untuk memperoleh kebersihan diri,

istirahat dan nutrisi

(c) Melakukan observasi kala IV sesuai dengan standar

asuhan persalinan normal.

e. Evaluasi

Penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah selesai

melaksanakan asuhan sesuai dengan kondisi ibu kemudian dicatat,

dikomunikasikan dengan ibu dan atau keluarga serta ditindak lanjuti

dengan kondisi ibu.

1) Kala I

a) Telah dilakukan pengawasan menggunakan partograf, meliputi

mengukur tanda-tanda vital ibu, menghitung denyut jantung

janin, menghitung kontraksi uterus, melakukan pemeriksaan

dalam, serta mencatat produksi urine, aseton dan protein

(WHO, 2013).

b) Ibu bersedia makan dan minum sebagai upaya persiapan

persalinan

c) Ibu memilih untuk jalan-jalan terlebih dahulu lalu berbaring

dengan posisi miring ke kiri

d) Ibu bersediai untuk buang air kecil secara mandiri


16

e) Suami ibu dan atau anggota keluarga ibu telah mendampingi ibu

selama proses persalinan

f) Ibu mengerti dan dapat melakukan teknik relaksasi yang benar.

g) Telah diberikan sentuhan, pijatan, counterpressure, pelvic

rocking, kompres hangat dingin pada pinggang, berendam

dalam air hangat maupun wangi-wangian pada ibu, ibu dapat

melakukan teknik relaksasi dengan enarik napas panjang dengan

baik dan benar serta merasa nyaman.

h) Ibu dan keluarga telah mendapatkan informasi mengenai

perkembangan dan kemajuan persalinan

2) kala II

a) ibu memilih posisi setengah duduk untuk melahirkan bayinya

b) ibu mengerti dan dapat meneran dengan benar

c) bayi lahir jam 10.00 WIB menangis kuat dengan jenis kelamin

laki-laki (Hanya sebagai contoh)

3) kala III

plasenta lahir spontan dan lengkap pada jam 10.10 WIB dengan

luka pada jalan lahir (Hanya sebagai contoh).

4) kala IV

a) luka pada jalan lahir telah didekatkan dengan teknik penjahitan

jelujur dan benang cromic

b) ibu bersedia untuk disibin, istirahat, makan dan minum


17

c) observasi kala IV telah dilakukan sesuai dengan standar asuhan

persalinan normal.

f. Dokumentasi

Pencatatan atau pendokumentasian dilakukan secara lengkap,

akurat, singkat dan jelas mengenai keadaan atau kejadian yang

ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan pada

formulir yang tersedia dan ditulis dalam bentuk SOAP

1) S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa dengan klien

2) O adalah data obyektif, mencatat hasil-hasil pemeriksaan

terhadap klien

3) A adalah hasil analisa, mencatat diagnose dan masalah

kebidanan

4) P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan, seperti tindakan

antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif,

penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi dan rujukan.


17

D. Nifas

3. Konsep Dasar Nifas

j. Pengertian

Masa Nifas disebut juga masa postpartum atau puerperium

adalah masa sesudah persalinan, masa perubahan, pemulihan,

penyembuhan, dan pengembalian alat-alat kandungan/reproduksi,

seperti sebelum hamil yang lamanya 6 minggu atau 40 hari

pascapersalinan (Marmi,2011a).

Masa Nifas (perpurium) masa setelah keluarnya placenta sampai

alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal

masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Marmi,

2011a).

Masa nifas adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan

selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama

masa nifas ini 6-8 minggu (Ambarwati,2010).

k. Tahapan Masa Nifas

Nifas dibagi dalam 3 periode :

1) Puerperium dini

Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan

berjalan-jalan

2) Puerperium intermedial

Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital lamanya 6-8

minggu.
17

3) Remote puerperium

Yaitu waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan

mempunyai komplikasi (Ambarwati, 2010).

l. Proses Laktasi dan Menyusui

a) Pengertian Laktasi dan Menyusui

Menyusui dan Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai

dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan

ASI. Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian

ASI eksklusif dan meneruskan sampai anak umur 2 tahun

(Ambarwati, 2010).

Proses laktasi tidak terlepas dari pengaruh hormonal, adapun

hormon-hormon yang berperan adalah:

a) Progesteron, berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan

ukuran alveoli.

b) Estrogen, berfungsi menstimulasi sistem saluran ASI agar

membesar sehingga dapat menampung ASI lebih banyak.

Kadar estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah

beberapa bulan selama tetap menyusui. Sebaiknya ibu

menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon

ekstrogen, karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI.

c) Prolaktin, penurunan kadar esterogen memungkinkan naiknya

kadar prolaktin dan produksi ASI pun dimulai.


17

d) Oksitosin, rangsangan sentuhan pada payudara (yaitu bayi

menghisap) akan merangsang produksi oksitosin yang

menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Proses ini disebut

sebagai reflek let down atau pelepasan ASI.

2) Fisiologi Laktasi

Laktasi atau menyusui mempunyai 2 pengertian, yaitu produksi

ASI (prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin).

a) Produksi ASI (prolaktin)

Pada akhir kehamilan hormon prolaktin memegang

peranan untuk memmbuat kolostrum namun jumlah kolostrum

terbatas karena aktivitas prolaktin dihambat oleh esterogen dan

progesteron yang kadarnya memang tinggi. Setelah partus

berhubung lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus

luteum maka esterogen dan progesteron sangat berkurang,

ditambah dengan adanya isapan bayi yang merangsang puting

susu akan merangsang ujung-ujung syaraf sensoris yang

berfungsi sebagai reseptor mekanik.

Rangsangan ini di lanjutkan ke hipotalamus melalui

medula spinalis, hipotalamus akan menekan pengeluaran

faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan

sebaliknya merangsang pengeluaran faktor-faktor yang

memacu sekresi prolaktin, sehingga akan merangsang hipofisis

anterior dan keluarlaah prolaktin. Hormon ini merangsang sel-


17

sel alveoli yaang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar

prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan

setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat

tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan

bayi,namun pengeluaran air susu tetap berlangsung.

b) Pengeluaran ASI (Oksitosin)

Bersamaan dalam pembentukan prolaktin oleh

hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari hisapan bayi

dilanjutkan ke hipofise posterior yang kemudian dikeluarkan

oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus

sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan

memeras air susu yang telah diproduksi keluar dari alveoli dan

masuk kesistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui

duktus lactiferus masuk ke mulut bayi. Faktor-faktor yang

meningkatkan letdown adalah: melihat bayi, mendengarkan

suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.

Faktor-faktor yang menghambat reflek letdown adalah stress,

seperti: keadaan bingung/ pikiran kacau, takut dan cemas

(Ambarwati, 2010).

m. Laktogenesis

Proses Laktasi timbul setelah plasenta lepas. Plasenta mengandung

hormone penghambat prolactin (Hormon Plasenta) yang menghambat

pembentukan ASI. Setelah plasenta lepas ASI pun mulai keluar


17

(Martina, 2012).

1) Hormone yang mempengaruhi laktasi :

a) Progesteron : mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli

b) Estrogen

c) Prolactin

2) Proses pembentukan Laktogenesis

a) Laktogenesis I

(1) Terjadi pada fase terakhir kehamilan

(2) Payudara memproduksi kolostrum

(3) Saat ini produksi progesteron meninggi sehingga mencegah

produksi ASI yang sebenarnya

b) Laktogenesis II

Terjadi setelah lahirnya plasenta. Progesteron, estrogen dan HPL

turun tiba-tiba dan prolactin tetap tinggi > produksi ASI besar-

besaran bila payudara dirangsang, peningkatan prolaktin mencapai

puncaknya pada periode 45 menit dan turun kembali 3 jam

kemudian.

c) Laktogenesis III

(1) Dimulai beberapa hari pertama setelah persalinan, dimana

produksi ASI mulai stabil

(2) Dipengaruhi seberapa sering bayi menyusui


17

(3) Semakin sering bayi menyusui, produksi ASI semakin banyak

n. Fisiologis masa nifas

Pada masa nifas terjadi perubahan-perubahan penting yang

menyertainya, antara lain sebagai berikut :

1) Laktasi

Segera setelah persalinan, hormon-hormon yang dikeluarkan

plasenta yang berfungsi menghalangi peranan prolaktin dan oksitosin

menurun sehingga prolaktin dapat berfungsi membentuk ASI dan

mengeluarkannya ke dalama alveoli bahkan sampai duktus kelenjar

ASI. Isapan langsung pada puting susu ibu menyebabkan refleks yang

dapat mengeluarkan oksitosin dari hipofisis, sehingga mioepitel yang

terdapat disekitar alveoli dan duktus kelenjar ASI berkontraksi dan

mengeluarkan ASI ke dalam sinus : let down reflex . Menurut

Manuaba (2013), proses pengeluaran ASI terdiri dari :

b) Kolostrum

Kolostrum berwarna kuning jernih dengan protein berkadar

tinggi. Kandungan dalam kolostrum antara lain: imunoglobulin,

laktoferin, ion-ion (Na, Ca, K, Zn, Fe), vitamin (A, E, K, dan D),

lemak, dan rendah laktosa. Pengeluaran kolostrum berlangsung

sekitar 2-3 hari dan diikuti ASI yang mulai berwarna putih.

Kolostrum juga banyak mengandung antibody dan anti infeksi serta

dapat menumbuh kembangkan flora dalam usus bayi, untuk siap

menerima ASI (Manuaba, 2013).


17

c) ASI transisi (antara)

ASI antara, mulai berwarna putih bening dengan susunan

yang disesuaikan kebutuhan bayi, dan kemampuan mencerna usus

bayi (Manuaba, 2013). Kandungan ASI transisi adalah protein

(dengan konsentrasi yang lebih rendah dari kolostrum), serta lemak

dan karbohidrat (dengan konsentrasi yang lebih tinggi daripada

kolostrum).

d) ASI sempurna

Pengeluaran ASI penuh sesuai dengan perkembangan usus bayi,

sehingga dapat menerima susunan ASI sempurna (Manuaba,2013).

2) Involusi uterus

Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses

dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil (Ambarwati, 2010).

Pada involusi uteri adalah sebagai berikut :

a) Autolysis yaitu proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di

dalam otot uteri. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan

otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari

sebelum hamil dan 5 kali lebarnya dari sebelum hamil (Ambarwati,

2010).

b) Atrofi jaringan yaitu jaringan yang berpoliferasi dengan adanya

estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai

reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai

pelepasan plasenta. Lapisan desidua akan mengalami atrofi dan


17

terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan

beregenerasi menjadi endometrium yang baru (Ambarwati, 2010).

Tabel. 2.10 Tahapan Involusi Uteri

Waktu involusi Tinggi fundus Berat uterus (g)


Plasenta lahir Sepusat 1000
7 hari Pertengahan pusat- 500
14 hari simpisis 350
42 hari Tidak teraba 50
56 hari Normal 30

Sumber : Manuaba,
I.B.G, dkk.2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGG

Gambar 2.14 TFU dan Involusi Uterus


Sumber : Varney, H. dkk, 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1. Jakarta: EGC
warna biru

c) Efek oksitosin (kontraksi)

Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi

otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang

mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini


17

membantu untuk mengurangi bekas luka tempat implantasi

plasenta serta mengurangi perdarahan (Ambarwati, 2010).

d) Bagian bekas implantasi plasenta

Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir

seluas 12x5 cm permukaannya kasar dimana pembuluh darah

bermuara. Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombosis

disamping pembuluh darah tertutup karena kontrakti otot rahim.

Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil pada minggu ke 2

sebesar 6-8 cm dan pada akhir masa nifas sebesar 2 cm. Lapisan

endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis

bersama dengan lokhea. Luka bekas implantasi plasenta akan

sembuh karena pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi

luka dan lapisan basalis endometrium. Luka akan sembuh

sempurna pada 6-8 minggu postpartum (Ambarwati, 2010).


18

Tabel 2.11 Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Menurut

Masa Involusi

Berat uterus
Waktu involusi Tinggi fundus
(g)
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
1 minggu Pertengahan pusat-simfisis 750
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 500
6 minggu Normal 50
8 minggu Normal seperti sebelum hamil 30

Sumber : Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta :

Salemba Medika

(2) Lokhea

Lokhea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri

dan vagina selama masa nifas (Saleha, 2009). Berikut adalah

penjelasan mengenai perubahan lokia masa nifas yang

dirangkum dalam tabel 2.14 sebagai berikut :


18

Tabel 2.12 Perubahan Lokhea Pada Masa Nifas

Lokhea Waktu Warna Ciri-ciri

Rubra 1-3 hari Merah Terdiri dari darah segar, jaringan


(kruenta) kehitaman sisa-sisa plasenta, dinding rahim,
lemak bayi, lanugo (rambut
bayi), dan sisa mekoneum
Sanguinolenta 4-7 hari Merah Sisa darah bercampur lender
kecoklatan
dan
berlendir

Serosa 7-14 Kuning Lebih sedikit darah dan lebih


hari kecoklatan banyak serum, juga terdiri dari
leukosit dan robekan/laserasi
plasenta

Alba > 14 Putih Mengandung leukosit, sel


hari desidua dan sel epitel, selaput
postpart lendir serviks dan serabut
um jaringan yang mati

Sumber : Manuaba, I.B.G, dkk.2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan


Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

o. Perubahan Psikologi Masa Nifas

3 tahap adaptasi psikologis ibu masa nifas (Ambarwati, 2010).

a. Fase Taking In

Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan, ibu baru

pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada

kekahawatiran akan tubuhnya. Ia mungkin mengulang-ulang

menceritakan pengalaman waktu melahirkannya. Tidur tanpa

gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan

kesehatan akibat kurang istirahat. Peningkatan nutrisi


18

dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan penyembuhan

luka serta persiapan proses laktasi aktif.

b. Fase Taking hold

Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum. Ini

menjadi perhatian pada kemampuan menjadi orang tua yang

sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi. Ibu

berkonsentrasi pada pengotrolan fungsi tubuhnya, BAB dan

BAK serta kekuatan dan ketahanan tubuhnya.

c. Fase leting go

Fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang

berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat

menyesuaikan diri, merawat diri, dan bayinya sudah

meningkat.

p. Kebutuhan Dasar pada Masa Nifas

1) Nutrisi dan Cairan

Ibu yang menyusui harus memenuhi kebeutuhan akan gizi

sebagai berikut.

a) Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan

protein, mineral, dan vitamin yang cukup.

c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.


18

d) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,

setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.

e) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat

memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

2) Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijakan agar

secepat mungkin bidan membimbingan ibu postpartum

bangun dari tempat tidurnya dan membimingan ibu secepat

mungkin untuk berjalan.

Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut.

a) Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.

b) Faal usus dan kandung kemih lebih baik.

c) Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu

cara merawat anaknya selama ibu masih di rumah.

3) Kebersihan Diri / Perineum

Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber

infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu.

Perawatan luka perineum bertujuan untuk mencegah infeksi,

meningkatkan rasa nyaman dan mempercepat penyembuhan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan ibu postpartum dalam

menjaga kebersihan diri, antara lain sebagai berikut :

a) Mandi teratur minimal 2 kali sehari

b) Mengganti pakaian dan alas tempat tidur


18

c) Menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal

d) Melakukan perawatan perineum

e) Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari

f) Mencuci tangan setiap membersihkan daerah genetalia.

4) Istirahat

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur

yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan

1 jam pada siang hari.

Hal – hal yang dapat dilakukan ibu dalam memenuhi

kebutuhan istirahatnya antara lain :

a) Anjurkan ibu untuk cukup istirahat

b) Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga

secara perlahan

c) Tidur siang atau istirahat saat bayi

tidur Kurang istirahat dapat

menyebabkan :

(1) Jumlah ASI berkurang

(2) Memperlambat proses involusi uteri

(3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan dalam

merawat bayi sendiri.

5) Seksual

Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika

luka episiotomy telah sembuh dan lochea telah berhenti.

Hendaknya pula hubungan seksual dapat ditunda sedapat


18

mungkin sampai 40 hari setelah persalinan, karena pada

waktu itu diharapkan organ – organ tubuh telah pulih

kembali. Ibu mengalami ovulasi dan mungkin mengalani

kehamilan sebelum haid yang pertama timbul setelah

persalinan. Untuk itu bila senggama tidak mungkin

menunggu sampai hari ke-40, suami / istri perlu melakukan

usaha untuk mencegah kehamilan. Pada saat inilah waktu

yang tepat untuk memberikan konseling tentang pelayanan

KB.

6) Latihan / Senam Nifas

Organ – organ tubuh wanita akan kembali seperti semula

sekitar 6 minggu. Oleh karena itu, ibu akan berusaha

memulihkan dan mengencangkan bentuk tubuhnya. Hal

tersebut dapat dilakukan dengan cara latihan senam nifas.

Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama

melahirkan sampai dengan hari ke sepuluh. Senam nifas ialah

senam yang bertujuan untuk mengembalikan otot – otot

terutama rahim dan perut ke keadaan semula atau mendekati

sebelum hamil.

Beberapa factor yang menentukan kesiapan ibu untuk

memulai senam nifas antara lain :

1) Tingkat kebugaran tubuh ibu

2) Riwayat persalinan
18

3) Kemudahan bayi dalam pemberian asuhan

4) Kesulitan adaptasi postpartum

Tujuan senam nifas adalah sebagai

berikut :

1) Membantu mempercepat pemulihan kondisi ibu

2) Mempercepat proses involusio uteri

3) Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot – otot

dinding, ligamen – ligamen, otot – otot dasar panggul dan

sebagainya yang berhubungan dengan proses persalinan.

4) Membantu memulihkan dan mengencangkan otot panggul,

perut dan perineum

5) Memperlancar pengeluaran lochea

6) Membantu mengurangi rasa sakit

7) Merelaksasikan otot – otot yang menunjang proses

kehamilan dan persalinan

8) Mengurangi kelainan dan komplikasi masa

nifas Manfaat senam nifas :

1) Membantu memperbaiki sirkulasi darah

2) Memperbaiki sikap tubuh dan punggung pasca

persalinan

3) Memperbaiki otot tonus, pelvis dan peregangan otot

abdomen

4) Memperbaiki dan memperkuat otot panggul


18

5) Membantu ibu lebih relaks dan segar pasca melahirkan.

(Ambarwati, 2010).

q. Standart Asuhan Nifas

Menurut Walyani (2015), terdapat 3 standart pelayanan nifas yaitu:

1) Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir

Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan

pernafasan spontan, mencegah asfiksia, menemukan kelainan dan

melakukan tindakan atau merujuk sesuai kebutuhan. Bidan juga

harus mencegah atau menangani hipotermi dan mencegah

hipoglikemia dan infeksi. Hasil: Bayi baru lahir dengan kelainan

atau kecacatan dapat segera menerima perawatan yang tepat Bayi

baru lahir mendapatkan perawatan yang tepat sehingga dapat

bernafas dengan baik

2) Standar 14 : Penanganan Pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan

Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya

komplikasi paling sedikit selama 2 jam stelah persalinan, serta

melakukan tindakan yang diperlukan. Disamping itu, bidan

memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya

kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.

Hasil:

a) Komplikasi segera dideteksi dan dirujuk

b) Penurunan kejadian infeksi nifas dan neonatal

c) Penurunan kematian akibat perdarahan postpartum primer


18

d) Pemberian ASI dimulai dalam 2jam pertama setelah persalinan.

3) Standar 15 : Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa


Nifas

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan

rumah sakit atau melakukan kunjungan ke rumah paa hari ke-tiga,

minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk

membantu proses penatalaksanaan tali pusat yang benar, penemuan

dini, penatalaksanaan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi

pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan

secara umum,kebersihan perorangan,makanan bergizi, asuhan bayi

baru lahir, pemberian ASI,imunisasi dan KB.

Hasil:

a) Komplikasi pada masa Nifas segera dirujuk untuk penanganan

yang tepat.

b) Mendorong pemberian ASI Eksklusif

c) Menurunkan kejadian infeksi pada ibu dan bayi.

d) Masyarakat menyadari pentingnya penjarangan


kelahiran

e) Meningkatnya imunisasi pada bayi.

r. Kunjungan masa nifas

1) KF 1 : masa 6 jam sampai 3 hari setelah persalinan

a) Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu tubuh

b) Pemantauan jumlah darah yang keluar

c) Pemeriksaan cairan yang keluar dari vagina


18

d) Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan

e) Pemberian kapsul vit. A 2 kali yaitu satu kapsul segera setelah

melahirkan dan satu kapsul setelah 24 jam pemberian kapsul

pertama

f) Minum tablet tambah darah setiap hari

g) Pelayanan KB pasca persalinan.

2) KF 2 : hari ke 4 sampai ke 28 setelah


persalinan

a) Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu

b) Pemantauan jumlah darah yang keluar

c) Pemeriksaan cairan yang keluar dari


vagina

d) Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan

e) Minum tablet tambah darah setiap hari

f) Pelayanan KB pascasalin.

3) KF 3 : hari ke 29 sampai hari ke 42 setelah persalinan

a) Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu

b) Pemantauan jumlah darah yang keluar

c) Pemeriksaan cairan yang keluar dari


vagina

d) Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan

e) Minum tablet tambah darah setiap hari

g) Pelayanan KB pasca persalinan (Kemenkes RI, 2014).


19

4. Asuhan Nifas

1) Data Subyektif

a) Identitas

(1) Nama : untuk mengenal ibu dan suami

(2) Usia : semakin tua usia seseorang berpengaruh terhadap

semua fase penyembuhan luka sehubungan dengan adanya

gangguan sirkulasi dan koagulasi, respon inflamasi yang

lebih lambat dan penurunan aktivitas fibroblast (Kemenkes

RI, 2017).

(3) Suku/Bangsa : asal daerah atau bangsa seorang wanita

berpengaruh terhadap pola pikir mengenai tenaga

kesehatan, dan adat istiadat yang dianut.

(4) Agama : untuk mengetahui keyakinan ibu sehingga dapat

membimbing dan mengarahkan ibu untuk berdoa sesuai

dengan keyakinan.

(5) Pendidikan : untuk mengetahui tingkat intelektual ibu

sehingga tenaga kesehatan dapat melakukan komunikasi

dengan istilah bahasa yang sesuai dengan pendidikan

terakhirnya, termasuk dalam hal pemberian konseling.

(6) Pekerjaan : status ekonomi seseorang dapat

mempengaruhi pencapaian status gizinya. Hal ini dapat

dikaitkan antara status gizi dengan proses penyembuhan

luka ibu. Jika tingkat sosial ekonominya rendah,


19

kemungkinan penyembuhan luka pada jalan lahir

berlangsung lama, ditambah rasa malas untuk merawat

dirinya.

(7) Alamat : bertujuan untuk mempermudah tenaga

kesehatan dalam melakukan follow up terhadap

perkembangan ibu.

b) Keluhan utama : persolaan yang disarankan pada ibu nifas

adalah rasa nyeri pada jalan lahir, nyeri ulu hati, konstipasi, kaki

bengkak, nyeri perut setelah lahir, payudara membesar, nyeri

tekan pada payudara dan puting susu, serta rasa nyeri selama

beberapa hari jika ibu mengalami hemoroid (Kemenkes RI,

2017)

c) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari

(1) Pola nutrisi : ibu nifas harus mengkonsumsi makanan

yang bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori untuk

mendapat protein, mineral, vitamin yang cukup dan minum

sedikitnya 2-3 liter/ hari. Selain itu, ibu nifas juga harus

minum tablet tambah darah minimal selama 40 hari dan

vitamin A

(2) Pola Eliminasi: Ibu nifas harus berkemih dalam 4-8 jam

pertama dan minimal sebanyak 200 cc (Bahiyatun, 2009).

Sedangkan untuk buang air besar, diharapkan sekitar 3-4

hari setelah melahirkan (Mochtar, 2011).


19

(3) Personal Hygiene: Bertujuan untuk mencegah terjadinya

infeksi yang dilakukan dengan menjaga kebersihan tubuh,

termasuk pada daerah kewanitaannya dan payudara,

pakaian, tempat tidur dan lingkungan (Kemenkes RI, 2017).

(4) Istirahat: Ibu nifas harus memperoleh istirahat yang cukup

untuk pemulihan kondisi fisik, psikologis dan kebutuhan

menyusui bayinya dengan cara menyesuaikan jadwal

istirahat bayinya (Kemenkes RI, 2017).

(5) Aktivitas: Mobilisasi dapat dilakukan sedini mungkin jika

tidak ada kontraindikasi, dimulai dengan latihan tungkai di

tempat tidur, miring di tempat tidur, duduk dan berjalan.

Selain itu, ibu nifas juga dianjurkan untuk senam nifas

dengan gerakan sederhana dan bertahap sesuai dengan

kondisi ibu (Kemenkes RI, 2017).

(6) Hubungan Seksual: Biasanya tenaga kesehatan memberi

batasan rutin 6 minggu pasca persalinan untuk melakukan

hubungan seksual (Kemenkes RI, 2017).

d) Data Psikologis

(1) Respon orangtua terhadap kehadiran bayi dan peran baru

sebagai orangtua: Respon setiap ibu dan ayah terhadap

bayinya dan terhadap pengalaman dalam membesarkan anak

berbeda-beda dan mencakup seluruh spectrum reaksi dan

emosi, mulai dari tingginya kesenangan yang tidak terbatas


19

hingga dalamnya keputusasaan dan duka. Ini disesuaikan

dengan periode psikologis ibu nifas yaitu taking in, taking

hold atau letting go (Kemenkes RI, 2017).

(2) Respon anggota keluarga terhadap kehadiran bayi: Bertujuan

untuk mengkaji muncul tidaknya sibling rivalry.

(3) Dukungan Keluarga: Bertujuan untuk mengkaji kerja sama

dalam keluarga sehubungan dengan pengasuhan dan

penyelesaian tugas rumah tangga.

2) Data Obyektif

a) Pemeriksaan Umum

(1) Keadaan Umum : Baik

(2) Kesadaran : Bertujuan untuk menilai status kesadaran ibu.

Composmentis adalah status kesadaran dimana ibu

mengalami kesadaran penuh dengan memberikan respons

yang cukup terhadap stimulus yang diberikan Kemenkes RI,

2017).

(3) Keadaan Emosional : Stabil

(4) Tanda-tanda Vital : Segera setelah melahirkan, banyak

wanita mengalami peningkatan sementara tekanan darah

sistolik dan diastolik kemudian kembali secara spontan

setelah beberapa hari. Pada saat bersalin, ibu mengalami

kenaikan suhu tubuh dan akan kembali stabil dalam 24 jam

pertama pasca partum. Denyut nadi yang meningkat selama


19

persalinan akhir, kembali normal setelah beberapa jam

pertama pasca partum. Sedangkan fungsi pernapasan

kembali pada keadaan normal selama jam pertama pasca

partum (Kemenkes RI, 2017).

d) Pemeriksaan Fisik

(1) Payudara : Bertujuan untuk mengkaji ibu menyusui bayinya

atau tidak, tanda-tanda infeksi pada payudara seperti

kemerahan dan muncul nanah dari puting susu, penampilan

puting susu dan areola, apakah ada kolostrom atau air susu

dan pengkajian proses menyusui .Produksi air susu akan

semakin banyak pada hari ke-2 sampai ke-3 setelah

melahirkan (Mochtar, 2011).

(2) Perut : Bertujuan untuk mengkaji ada tidaknya nyeri pada

perut. Pada beberapa wanita, linea nigra dan strechmark

pada perut tidak menghilang setelah kelahiran bayi. Tinggi

fundus uteri pada masa nifas dapat dilihat pada tabel 2.19

untuk memastikan proses involusi berjalan lancar

(Kemenkes RI, 2017).

(3) Vulva dan Perineum

(a) Pengeluaran Lokhea : Menurut Mochtar (2011), jenis

lokhea diantaranya adalah:

i. Lokhea sanguilenta, lokhea ini muncul pada hari ke-

3 – 7 pada masa nifas berwarna putih bercampur


19

merah karena mengandung sisa darah bercampur

lendir.

ii. Lokhea serosa, muncul pada hari ke-7 – 14 pada

masa nifas, berwarna kekuningan atau kecoklatan

dan mengandung lebih banyak serum, leukosit dan

tidak mengandung darah lagi.

iii. Lokhea alba, muncul pada hari ke- > 14 pada masa

nifas, berwarna putih dan mengandung leukosit,

selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang

mati.

iv. Bila pengeluaran lokhea tidak lancar disebut

Lochiastasis.

(4) Luka Perineum : Bertujuan untuk mengkaji nyeri,

pembengkakan, kemerahan pada perineum, dan kerapatan

jahitan jika ada jahitan .

(5) Ekstremitas : Bertujuan untuk mengkaji ada tidaknya

edema, nyeri dan kemerahan . Jika pada masa kehamilan

muncul spider nevi, maka akan menetap pada masa nifas

(Kemenkes RI, 2017).

e) Pemeriksaan Penunjang

(1) Hemoglobin : Pada awal masa nifas jumlah hemoglobin sangat

bervariasi akibat fluktuasi volume darah, volume plasma dan

kadar volume sel darah merah.


19

(2) Protein Urine dan glukosa urine : Urine negative untuk

protein dan glukosa

3) Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan Perumusan

diagnosa masa nifas disesuaikan dengan nomenklatur kebidanan,

seperti P2A0 usia 22 tahun postpartum fisiologis. Perumusan maalah

disesuaikan dengan kondisi ibu, ketidak nyamanan yang dirasakan

pada ibu nifas adalah nyeri perut setelah lahir, payudara membesar,

nyeri tekan pada payudara dan puting susu, puting susu pecah-pecah,

keringat berlebih serta rasa nyeri selama beberapa hari jika ibu

mengalami hemoroid.

4) Perencanaan

Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan

kondisi ibu, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara

komprehensif. Rencana tindakan asuhan kebidanan pada masa nifas

disesuaikan dengan kebijakan program nasional, antara lain :

a) Periksa tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, lokhea dan cairan

pervaginam lainnya serta payudara.

b) Berikan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) mengenai

kebutuhan nutrisi, eliminasi, kebersihan diri, istirahat, mobilisasi

dini dan aktivitas, seksual, senam nifas, ASI eksklusif, cara

menyusui yang benar, perawatan payudara dan keluarga

berencana.

c) Berikan pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.


19

5) Pelaksanaan

asuhan kebidanan pada ibu nifas disesuaikan dengan

rencana asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara

komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based

kepada ibu dan atau keluarga dalam bentuk upaya promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelaksanaan asuhan kebidanan

pada masa nifas, adalah:

a) Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri,

lokhea dan cairan pervaginam lainnya serta payudara.

b) Memberikan KIE mengenai kebutuhan nutrisi, eliminasi,

kebersihan diri, istirahat, mobilisasi dini dan aktivitas, seksual,

senam nifas, ASI eksklusif, cara menyusui yang benar, perawatan

payudara dan keluarga berencana.

c) Memberikan pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.

6) Evaluasi

Penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah selesai

melaksanakan asuhan sesuai dengan kondisi ibu kemudian dicatat,

dikomunikasikan dengan ibu dan atau keluarga serta ditindak

lanjuti sesuai dengan kondisi ibu.

a) Telah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, tinggi fundus

uteri, lokhea dan cairan pervaginam lainnya serta payudara.

b) Ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali mengenai kebutuhan

nutrisi, eliminasi, kebersihan diri, istirahat, mobilisasi dini dan


19

aktivitas, seksual, senam nifas, ASI eksklusif, cara menyusui yang

benar, perawatan payudara dan keluarga berencana.

c) Ibu telah memilih metode kontrasepsi dan telah mendapatkannya.

7) Dokumentasi

Pencatatan atau pendokumentasian dilakukan secara

lengkap, akurat, singkat dan jelas mengenai keadaan atau kejadian

yang ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan

kebidanan pada formulir yang tersedia dan ditulis dalam bentuk

SOAP.

a) S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa dengan

klien.

b) O adalah data obyektif, mencatat hasil-hasil pemeriksaan

terhadap klien.

c) A adalah hasil analisa, mencatat diagnosa dan maalah

kebidanan.

d) P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan, seperti tindakan

antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif,

penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi dan rujukan.


19

F. Neonatus

2. Konsep Dasar Neonatus

n. Pengertian

1) Neonatus memiliki masa kehidupan yang berlangsung 4 minggu

merupakan masa hidup yang paling kritis karena banyak terjadi

kematian, khususnya beberapa hari setelah persalinan

(Manuaba, 2013).

2) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir pada usia kehamilan

genap 37-41 minggu, dengan presentasi belakang kepala atau

letak sungsang yang melewati vagina tanpa memakai alat.

Neonatus adalah bayi baru lahir yang menyesuaikan diri dari

kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus. (Marie,

2016).

o. Klasifikasi Bayi Baru Lahir

Klasifikasi menurut berat lahir terhadap masa gestasi dideskripsikan

masa gestasi dan ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa

kehamilannya menurut Marmi dan Rahardjo (2012), yaitu:

1. Neonatus cukup/kurang/lebih bulan ( /NKB/NLB)

a. Kurang bulan (preterm infant): kurang 259 hari (37 minggu)

b. Cukup bulan (term infant): 259 sampai 294 hari (37-42

minggu)

c. Lebih bulan (postterm infant): lebih dari 294 hari (42 minggu)

atau lebih.
20

2. Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)

a. Neonatus Sesuai Masa Kehamilan (SMK)

Merupakan bayi yang lahir dengan matur, post matur atau

prematur dan berat badannya sesuai masa kehamilan dengan

berat lahir antara 2500- 4000 gram.

b. Neonatus Kecil Masa Kehamilan

Merupakan bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari

seharusnya untuk masa gestasi, bayi mengalami retardasi

pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk

masa kehamilannya dengan berat lahir kurang dari 2500 gram

(Saifudin, 2009).

c. Neonatus Besar Masa Kehamilan

Merupakan bayi yang lahir dengan matur, premature atau post

matur, yang lebih besar dibandingkan dengan umur

kehamilannya dengan berat lahir lebih dari 4000 gram.

p. Fisiologi neonatus

Ilmu yang mempelajari fungsi dan proses vital neonates, yaitu

suatu organisme sedang tumbuh yang baru mengalami proses

kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke

kehidupan ekstrauterin. (Armini dkk, 2017).

1) Sistem pernafasan

Perkembangan system pulmoner :

Umur kehamilan : perkembangan


20

24 hari : Bakal paru-paru terbentuk

26-28 hari : Kedua bronchi membesar

6 minggu : Di bentuk segmen bronchus

12 minggu : Diferensi lobus

24 minggu : Di bentuk alveolus

28 minggu : Di bentuk surfaktan

34-36 minggu : Struktur matang

Struktur matang ranting paru-paru sudah bisa mngembangkan

system alveoli. Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen

dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir,

pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi.

Rangsangan gerakan pernapasan pertama :

1) Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir

(stimulasi mekanik)

2) Penurunan Pa02 dan kenaikan PaC02 merangsang

kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus (stimulasi

kimiawi)

3) Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan sushu di

dalam uterus (stimulasi sensorik).

4) Reflex deflesi Hering Breur.

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30

menit pertama sesudah lahir.


20

Usaha bayi pertama kali untuk memperthankan tekanan

alveoli, selain adanya surfaktan yang menarik napas dan

mengeluarkan napas dengan merintih, sehingga udara

tertahan di dalam.

Respirasi pada neonates biasanya pernapasan diafragmatik

dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalamnya belum

teratur.

Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps dan

paru-paru kaku, sehingga terjadi atelectasis dalam keadaan

anoksia neonates masih dapat mempertahankan hidupnya

karena adanya kelanjutan metabolism anaerobic.(Armini dkk,

2017).

2) Peredaran darah

Pada masa fetus daerah plasenta melalui vena umbilikalis

sebagian ke hati, sebagian langsung ke serambi kiri jantung,

kemudian ke bilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah dipompa

melalui aorta ke seluruh tubuh. Dari bilik kanan darah dipompa

sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus arteoriosus ke

aorta.

Setelah bayi lahir, paru akan berkembang mengakibatkan

tekanan arteoriol dalam paru menurun. Tekanan dalam jantung

kanan turun, sehinggan tekanan jantung kiri lebih besar daripada

tekanan jantung kanan yang mengakibatkan menutupnya


20

foramen ovale secara fungsionil. Hal ini terjadi pada jam-jam

pertama setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru

turun dan tekanan dalam aorta desenden naik dank arena

rangsangan biokimia (Pa02 yang naik), duktus arteoriosus

berobliterasi ini terjadi pada hari pertama.Aliran darah paru pada

hari pertama ialah 4-5 liter per menit/m2 (Gessner, 1965). Aliran

darah sistolik pada hari pertama rendah, yaitu 1,96

liter/menit/m2 dan bertambah pada hari kedua dan ketiga (3,54

liter/m2) karena penutupan duktus arteoriosus. Tekanan darah

pada waktu lahir dipengaruhi oleh jumlah darah yang melalui

transfuse plasenta dan pada jam-jam pertama sedikit menurun,

untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/40

mmHg. (Armini dkk, 2017).

3) Suhu tubuh

4 mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi

lahir ke lingkungannya.

a) Konduksi

Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang

kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari

tubuh bayi ke objek lain melalui kontak langsung). (Armini dkk,

2017)

Contoh :

(1) Menimbang bayi tanpa alas timbangan


20

(2) Tangan penolong yang dingin memegang BBL

(3) Menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL

b) Konveksi

Panas

Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang

bergerak (jumlah panas yang hilang tergantung pada

kecepatan dan suhu udara).

Contoh :

(1) Membiarkan atau menempatkan BBLL dekat jendela

(2) Membiarkan BBL di ruang yang terpasang kipas angin

c) Radiasi

Panas dipancarkan dari BBL, keluar ke lingkungan yang

lebih dingin (pemindahan panas atara 2 objek yang

mempunyai suhu berbeda).

Contoh :

(1) BBL dibiarkan dalam ruangan AC tanpa diberikan

pemanas (radiant warmer)

(2) BBL dibiarkan dalam keadaan telanjang.

(3) BBL ditidurkan berdekatan dengan ruang yang

dingin, misalnya dekat tembok.


20

d) Evaporasi

Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada

kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan panas dengan

cara mengubah cairan menjadi uap). Evaporasi dipengaruhi

oleh:

(1) Jumlah panas yang dipakai

(2) Tingkat kelembapan udara

(3) Aliran udara yang

melewati Mencegah kehilangan

panas :

(1) Keringkan bayi secara seksama

(2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering

dan hangat

(3) Tutup bagian kepala bayi

(4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan

bayinya

(5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi

baru lahir

(6) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.

Dalam proses adaptasi kehilangan panas, bayi mengalami :

(1) Stress pada BBL menyebabkan hypotermi.

(2) BBL mudah kehilangan panas.

(3) Bayi menggunakan timbunan lemak coklat untuk

meningkatkan suhu tubuhnya


20

(4) Lemak coklat terbatasm sehingga apabila habis akan

menyebabkan adanya stress dingin.

4) Metabolisme

Luas permukaan tubuh neonates, relative lebih luas dari tubuh

orang dewasa, sehingga metabolisme basal per KgBB lebih

besar, sehingga BBL harus menyesuaikan diri dengan

lingkungan baru, artinya energi diperoleh dari metabolisme

karbohidrat dan lemak. Pada jam-jam pertama energy

didapatkan dari perubahan lemak. Setelah mendapat susu ± pada

hari keenam, energy 60% didapatkan lemak 40% dari

karbohidrat (Armini, Kompiang, Marhaeni, 2017).

5) Keseimbangan air dan fungsi ginjal

Tubuh BBL, mengandung relative banyak air dan kadar natrium

relative lebih besar dari kalium karena ruangan ekstraseluler

luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena :

a) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa

b) Ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan

volume tubulus proksimal

c) Renal blood flow relative kurang bila dibandingkan

dengan orang dewasa (Armini, Kompiang, Marhaeni,

2017).
20

6) Imunoglobin

Pada neonates tidak terdapat sel plasma pada sum-sum tulang

dan lamina propia ilium dan apendiks

Plasenta merupakan sawar, sehingga fetus bebas dari antigen

dan stress imunologis. Pada BBL hanya terdapat gama globulin

G, sehingga imunologi dari ibu dapat melalui plasenta karena

berat molekulnya kecil. Tetapi bila ada infeksi yang dapat

melalui plasenta (Lues, toksoplasma, herpes simpleks, dll)

reaksi imunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma

dan antibody gama A, G dan M(Armini, Kompiang, Marhaeni,

2017).

7) Traktus digestivus

Traktus digestivus relative lebih berat dan lebih panjang

dibandingkan dengan orang dewasa. Pada neonates traktus

digestivus mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan yang

terdiri dari mukopolisakarida dan disebut meconium.

Pengeluaran meconium biasanya dalam 10 jam pertama dan 4

hari biasanya tinja sudah berbentuk serta berwarna normal,

enzim dalam traktus digestivus biasanya sudah terdapat pada

neonates, kecuali amylase pancreas. Bayi sudah ada reflex hisap

dan menelan, sehingga pada saat bayi lahir sudah bisa minum

ASI. Gumoh sering terjadi akibat dari hubungan esophagus

bawah dengan lambung belum sempuna, dan kapasitas dari


20

lambung juga terbatas, yaitu ± 30 cc (Armini, Kompiang,

Marhaeni, 2017).

8) Hati

Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan

morfologis yaitu kenaikan kadar protein dan penurunan kadar

lemak serta glukogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang,

walaupun memakan waktu agak lama. Enzim hati belum aktif

benar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati pada

neonates juga belum sempurna, contohnya pemberian obat

kloramfenkol dengan dosis lebih dari 50 mg/KgBB/hari dapat

menimbulkan grey baby syndrome (Armini, Kompiang,

Marhaeni, 2017).

9) Kesimbangan Asam Basa

PH darah pada waktu lahir rendah karena glikolisis anaerobic.

Dalam 24 jam neonates telah mengompensasi asidosis ini.

(Armini, Kompiang, Marhaeni, 2017).

q. Ciri-ciri Neonatus

Menurut Marie (2016), ciri-ciri neonatus diantaranya sebagai

berikut :

1) Berat badan 2500-4000 gram

2) Panjang badan 48-52 cm

3) Lingkar dada 30-38 cm

4) Lingkar kepala 33-35 cm


20

5) Frekuensi jantung 120-160 kali per menit

6) Pernafasan 40-60 kali per menit

7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan

cukup

8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah

sempurna

9) Kuku agak panjang dan lemas

10) Genetalia

Perempuan : labia mayora sudah menutupi labio minora

Laki-laki : testis sudah turun, skrotum sudah ada

11) Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

12) Refleks morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik

13) Refleks graps atau menggenggam sudah baik

14) Eliminasi, mekonium akan keluar 24 jam pertama, mekonium

berwarna hitam kecoklatan.

c. Kebutuhan Dasar Neonatus

1) Kebutuhan asuh

a) Kebutuhan asuh merupakan kebutuhan dasar fisik seperti

makanan dan tempat tinggal. (Astuti dkk, 2017).

b) Asuh dititik beratkan pada asupan gizi anak yaitu saat di

kandungan dan sesuadhnya. Misalnya ada seorang ibu, saat

kehamilan anak pertama dan kedua, saya menjaga kesehatan

dan mempertahankan asupan yang saya makan. Vitamin, susu,


21

dan sehat. Setelah lahir, saya juga memperhatikan masa

pertumbuhannya. (Astuti dkk, 2017).

2) Kebutuhan asih

a) Asih merupakan kebutuhan terhadap emosi. (Astuti dkk,

2016).

b) Asih merupakan ikatan yang serasi dan selaras dalam

kandungan untuk menjamin mantapnya tumbuh kembang

fisik, mental dan psikososial anak. (Astuti, 2017).

c) Asih merupakan bagaimana mempercayakan dan mengasihi

untuk memberikan rasa aman kepada anak. Lebih kepada

ikatan emosional yang terjadi antara anak dan orangtua.

Kadang selalu bertindak selaku teman dan kadang juga orang

tua yang protektif.

d) Kelembutan dan kasih saying adalah kunci untuk

mendapatkan hati anak sehingga mereka tidak segan untuk

bercerita. Meluangkan waktu bersama untuk bermain,

berjalan-jalan, dan menikmati waktu hanya berdua saja.

(Astuti dkk, 2017).

3) Kebutuhan asah

a) Asah atau stimulasi adalah adanya perangsangan dari

lingkungan luar anak, yang berupa latihan atau bermain.

(Astuti dkk, 2017).


21

b) Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk

pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang banyak

mendapatkan stimulasi yang terarah akan cepat berkembang

dibandingkan dengan anak yang kurang mendapatkan

stimulasi. Pemberian stimulasi ini sudah dapat dilakukan sejak

masa kehamilan, dan juga setelah lahir dengan cara menyususi

anak sedini mungkin. (Astuti dkk, 2017).

c) Asah merupakan proses pembelajaran bagi anak, agar anak

tumbuh dan berkembang menjadi anak yang cerdas ceria dan

berakhlak mulia, maka periode yang menentukan sebagai

masa keemasan (golden periode), jendela kesempatan

(window of opportunity) dan masa krisis (critical period) yang

mungkin tidak terulang. Anak terutama bayi merupakan

kelompok yang rentan terhadap masalah kesehatan dan tndak

kekerasan yang meliputi perlakuan salah (abuse), eksploitasi,

penculikan dan perdagangan bayi. Upaya pelayanan kesehatan

yang diselenggarakan selama ini lebih menekankan pada

upaya pelayanan kesehatan semata, belum terorientasi pada

upaya perlindungan yang menyeluruh. (Astuti dkk, 2017).

d) Asah merupakan kebutuhan untuk perkembangan mental

psikososial anak yang dapat dilakukan dengan pendidikan dan

pelatihan. Anak perlu distimulasi sejak dini untuk

mengembangkan sedini mungkin kemaampuan sensorik,


21

motoric, emosi-sosial, bicara, kognitif, kemandirian,

kreativitas, kepemimpinan, moral dan spiritual anak. (Astuti

dkk, 2017).

d. Standart Pelayanan Kebidanan

Neonatus Standar 13 : Perawatan bayi

baru lahir

Tujuan dari standar ini yaitu menilai kondisi bayi baru lahir dan

membantu dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi,

hipoglikemia dan infeksi. Bidan memeriksa dan menilai bayi baru

lahir untuk memastikan pernafasan spontan, mencegah asfiksia,

menentukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai

dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani

hipotermi, dan mencegah hipoglikemia dan infeksi. (IBI, 2006)

Standar 14 : penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan

Tujuan dari standar ini yaitu mempromosikan perawatan ibu dan

bayi yang bersih dan aman selama kala 4 untuk memulihkan

kesehatan ibu dan bayi, meningkatkan asuhan sayang ibu dan sayang

bayi. Memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah

persalinan dan mendukung terjadinya ikatan antara ibu dan bayinya.

(IBI, 2006).

e. Tanda Bahaya Neonatus Dengan Resiko Tinggi

Tanda bahaya neonatus menurut Marie (2016) :


21

1) BBLR bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2.500

gram.

Penyebab :

a) Persalinan kurang bulan

b) Bayi lahir kecil masa

kehamilan Komplikasi :

a) Hipotermia

b) Hipoglikemia

c) Icterus

d) Masalah pemberian minum

e) Infeksi

f) Sindrom aspirasi meconium

2) Asfiksia neonatorum keadaan kegagalan napas secara

spontan dan teratur saat bayi lahir.

Penyebab :

a) Faktor ibu : hipoksis, grande, multipara, social

ekonomi dan penyakit ibu

b) Faktor janin : premature, IUGR, gemeli, tali pusat

menumbung, kelahiran congenital

c) Faktor plasenta : plasenta previa, solusio plasenta

d) Faktor persalinan : persalinan lama, persalinan macet,

penulisan dengan tindakan

3) SGNN (sindrom gawat napas neonatus)


21

Tanda dan gejala :

a) Frekuensi napas bayi lebih dari 60 kali/menit atau

frekuensi napas kurang dari 40 kali/ menit

b) Bayi dengan sianosis sentral (biru pada lidah dan

bibir).

c) Bayi apnea (napas berhenti lebih dari 20 menit).

Penyebab :

a) Kelainan paru

b) Kelainan jantung

c) Kelainan susunan syaraf pusat

d) Kelainan metabolic

e) Kelainan bedah

4) Iketrus

patologis Tanda

gejala :

a) Ikterus terjadi 24 jam pertama

b) Kadar bilirubin >10mg% pada neonatus cukup bulan

atau 12,5mg% pada neonatus kurang bulan

c) Peningkatan kadar bilirubin >5 mg% per hari

d) Ikterus menetap pada 2 minggu

pertama Penyebab :

a) Kadar bilirubin yang berlebih

b) Gangguan transportasi dalam metabolism

c) Gangguan dalam eksresi


21

5) Perdarahan tali pusat

Penyebab :

a) Robekan umbilikus normal

b) Robekan umbilikus abnormal

c) Robekan pembuluh darah abnormal

d) Perdarahan akibat plasenta previa dan abrupsi

plasenta.

6) Kejang

Penyebab :

a) Gangguan metobolisme

b) Infeksi

c) Perdarahan intracranial

d) Kelainan susunan syaraf pusat

7) Hipotermia

Tanda gejala :

a) Bayi tidak mau menyusu

b) Bayi tampak mengantuk saja (legartis)

c) Tubuh bayi teraba dingin

d) Denyut jantung

menurun Penyebab :

a) Sering terjadi pada BBLR karena pengaturan suhu

tubuh belum sempurna

b) Berada pada lingkungan yang dingin


21

8) Hipotermia

Tanda gejala :

a) Suhu lebih dari 37,5˚C

b) Frekuensi napas >60 kali per menit

c) Adanya tanda dehidrasi seperti penurunan berat

badan, turgor kulit kering

Penyebab :

a) Infeksi

b) Suhu lingkungan terlalu panas

c) Sinar radiasi yang terlalu panas saat bayi dalam

incubator

9) Hipogiklemi

Tanda gejala :

a) Tremor

b) Bayi lemah, apatis, letargi, dan berkeringat dingin

c) Sianosis

d) Kejang

e) Apnea, napas lambat, tidak teratur

f) Tangisan melengking atau lemah merintih

g) Hipotonia

h) Masalah minum

i) Nistagnus, gerakan infolunter pada

mata Penyebab :
21

a) Konsentrasi glukosa darah bayi lebih rendah

dibandingkan dengan glukosa darah rata-rata (<30 mg

% pada bayi cukup bulan dan <20 mg% pada bayi

kurang bulan).

b) Lebih sering pada BBLR karena cadangan glukosa

rendah.

10) Tetanus neonatorum

Tanda gejala :

a) Bayi panas/demam tiba-tiba

b) Sulit menyusu karena kejang otot rahang dan faring

c) Mulut mencucup seperti mulut ikan

d) Kejang terutama saat rangsangan cahaya, sentuhan

atau suara

e) Sesak nafas, wajah membiru, kaku kuduk, posisi

punggung melengkung, kepala mendongak ke atas

Penyebab :

Clostridium tetani yang masuk kedalam tubuh bayi melalui

tali pusat pada saat pemotongan ke atas.

f. Pencegahan Infeksi

1) Pengertian

Pencegahan infeksi merupakan bagian terpenting dari setiap

komponen perawatan bayi baru lahir yang sangat rentan

terhadap infeksi karena system imunitasnya masih kurang


21

sempurna. Perlu diperhatikan pada saat melakukan asuhan pada

bayi baru lahir pencegahan infeksi sangat penting. Beberapa

asuhan yang diberikan pada bayi segera setelah lahir adalah

dengan :

a) Perawatan tali pusat

(1) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum

dan sesuda merawat tali pusat

(2) Menjaga agar tali pusat tetap kering dan terkena udara

atau dibungkus longgar dengan kain bersih.

(3) Bersihkan tali pusat dengan sabun dan air jika tercemar

oleh urine dan kotoran.

(4) Hindari :

(a) Sering menyentuh tali pusat dan tangan tidak bersih.

(b) Menutupi tali pusat dengan apapun

(c) Membersihkan dengan alcohol. (Armini dkk, 2017)

b) Perawatan mata

(1) Membersihkan mata segera setelah lahir

(2) Mengoleskan salif atau tetes mata tetracycline atau

eritromysin dalam jam pertama setelah kelahiran

(3) Penyebab yang umum dari kegagalan profilaksis :

(a) Memeberikan profilaksis setelah jam pertama

(b) Pembilasan mata setelah pemakaian obat tetes mata.

(Armini dkk, 2017).


21

c) Imunisasi

(1) Vaksinasi BCG sedini mungkin

(2) Dosis tunggal untuk OPV atau dalam 2 minggu setelah

kelahiran

(3) Vaksinasi hepatitis B segera mungkin. (Armini dkk,

2017).

2) Perawatan umum

a) Gunakan sarung tangan dan celemek waktu memegang

BBL, sampai dengan memandikan bayi minimal 6 jam, tidak

perlu memakai masker atau gaun penutup dalam perawatan

BBL.

b) Bersihkan darah dan cairan bayi dengan menggunakan kapas

yang direndam dalam air hangat kemudian keringkan

c) Bersihkan pantat dan sekitar anus bayi setiap selesai

mengganti popok atau setiap diperlukan dengan

menggunakan kapas yang direndam air hangat, air sabun dan

dikeringkan dengan hati-hati.

d) Gunakan sarung tangan waktu merawat tali

pusat. (Armini dkk, 2017).

g. Kunjungan Neonatus

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), kunjungan neonatus

yaitu :
22

1) Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6-

48 jam setelah lahir. Hal yang dilaksanakan :

a) Jaga kehangatan tubuh bayi

b) Berikan ASI eksklusif

c) Rawat tali pusat

2) Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu

hari ke-3 sampai dengan hari ke-7 setelah lahir. Hal yang

dilaksanakan :

a) Jaga kehangatan tubuh bayi

b) Berikan ASI eksklusif

c) Cegah infeksi

d) Rawat tali pusat

3) Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu

hari ke-8 sampai dengan hari ke-28 setelah lahir. Hal yang

dilakukan

a) Periksa ada/tidak tanda bahaya gan gejala sakit

b) Jaga kehangatan tubuh bayi

c) Rawat tali pusat

h. Imunisasi

Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan

anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh

membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.

Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan


22

zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan, melalui

mulut (Marie, 2016).

polymorpha) menggunakan tekonologi DNA rekombinan.

Vaksin DPT : terdiri atas toksoid difteria, vaksin pertussis,

dan toksoid tetanus, yang kadang disebut “vaksin tripel”.

1) Vaksin campak : bibit penyakit yang menyebabkan campak

adalah virus. Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup

yang dilemahkan. setiap dosisi mengandung (0,5 ml).

2) Imunisasi anjuran yaitu Vaksin Haemophilus influenza

Tipe B (Hib) : vaksin Hib bertujuan untuk mencegah

terjadinya infeksi Hib yang sering menyebabkan

meningitis, pneumonia, selulitis, artitis, dan epiglottitis.

Terdapat dua jenis vaksin Hib konjugasi di Indonesia, yaitu

PRP-T dan PRP-OMP. Vaksin PRP-T diberikan kepada

anak yang berusia 2,4 dan 6 bulan. Vaksin PRP-OMP

diberikan kepada anak yang berusia 2 dan 4 bulan, dan

dosis ke-3 (usia 6 bulan) tidak diperlukan. Dosis vaksin ini

adalah 0,5 ml dan diberikan melalui injeksi intramuscular.

Pemberian vaksin PRP-T dan PRP-OMP perlu diulang oada

usia 18 bulan. Apabila anak mendapat imunisasi ini pada

usia 1-5 tahun, Hib hanya diberikan satu kali saja. (Marie,

2016).

i. Tumbang
22

1. Pertumbuhan

a. Pengertian

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran dan jumlah sel.

Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan

menggunakan satuan berat atau panjang, seperti berat dan tinggi

badan. Berikut ini adalah tahapan pertumbuhan.

(1) Sebelum lahir, terjadi pertumbuhan janin dalamrahim,

dimulai dari satu sel hingga tumbuh menjadi bayi yang

setelah lahir dapat hidup sendiri dan terpisah dari ibunya

(2) Terjadi perubahan yang sangat cepat dalam tahun-tahun

pertama, yang kemudain berkurang secara bertahap sampai 3-

4 tahun

(3) Terjadi perubahan berikutnya yang berlangsung lambat dan

teratur sampai masa pubertas. (Marie, 2016)

b. Perubahan Berat Badan

Saat lahir rata-rata berat badan bayi di Indonesia sekitar

3.000 gram. Setelah lahir, berat badan akan menurun karena bayi

kekurangan cairan tubuh melalui defekasi, berkemih, proses

pernapasan, dan melalui kulit serta jumlah asupan cairan yang

sedikit. Setelah 10-14 hari pertama kelahiran bayi, berat badan

akan meningkat kembali pada bulan-bulan berikutnya.

Pertumbuhan berat badan bayi yang cepat terjadi sampai 2 tahun,


22

kemudian secara bertahap menjadi konstan. Pertumbuhan berat

badan bayi laki-laki relative berbeda (Astuti dkk, 2017)

c. Perubahan tinggi badan

Saat lahir rata-rata panjang badan bayi di Indonesia sekitar

48 cm, kemudian akan mengalami pertambahan :

(1) Pada tahun pertama, tinggi badan bertambah dengan sangat

cepat,

(2) Pada tiga tahun pubertas (12-16 tahun), perubahan tinggi

badan terjadi sangat lambat,

(3) Pada saat pubertas, pertumbuhan tinggi badan berlangsung

cepat kembali, dan

(4) Setelah pubertas, pertumbuhan tinggi badan secara bertahap

turun, kemudian berhenti pada usia sekitar 18 tahun.

Pertumbuhan tinggi badan pada laki-laki dan perempuan

relative berbeda. Factor genetic dan gizi juga mempengaruhi

pertumbuhan tinggi badan pada anak. (Marie, 2016).

2. Perkembangan

a. Pengertian

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau skill

dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek dalam pola

yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil proses

pematangan . Perkembangan anak meliputi perkembangan fisik,


22

kognitif, emosi, bahasa, motoric kasar dan motoric halus,

personal, social dan adaptif (Narendra dkk, 2012:19-23).

b. Teori teori perkembangan

(1) Perkembangan Kognitif

Tahap sensori motor (0-2 tahun)

Anak mempunyai kemampuan dalam mengasimilasi dan

kemgakomodasi informasi dengan cara melihat, mendengar,

menyentuh dan kativitas motoric. Semua gerakan akan

diarahkan ke mult dengan merasakan keingintahuan sesuatu

dari apa yang dilihat, didengar, disentuh dll. (Sembiring,

2017).

(2) Perkembangan psikoseksual anak

(Freud) Tahap oral (0-1 tahun)

Pada masa ini kepuasan dan kesenangan, kenikmatan dapat

melalui dengan cara menghisap, menggigit, mengunyah atau

bersuara, ketergantungan sangat tinggi dan selalu minta

dilindungi untuk mendapatkan rasa aman. Masalah yang

diperoleh pada tahap ini adalah manyapih dan makanan.

(Sembiring, 2017).

(3) Perkembangan psikososial (Erikson)

Tahap percaya tidak percaya (0-1

tahun)

Bayi sudah terbentuk rasa percaya kepada seseorang baik

orang tua maupun orang yang mengasuhnya ataupun tenaga


22

kesehatan yang merawatnya. Kegagalan pada tahap ini

apabila terjadi kesalahan dalam mengasuh dan merawat maka

akan timbul rasa tidak percaya. (Sembiring, 2017).

j. KMS

1) Pengertian KMS

KMS merupakan kartu yang menurut kurva pertumbuhan anak

berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur yang

dibedakan berdasarkan jenis kelamin. (Sembiring, 2017).

2) Fungsi KMS

Secara umum fungsi KMS dibagi menjadi 3 (tiga) bagian utama,

antara lain :

a) Alat untuk memantau pertumbuhan, sebagaimana penjelasan

sebelumnya, bahwa KMS memuat kurva pertumbuhan seorang

anak berdasarkan jenis kelamin, umur dan berat badan anak.

Normal tidaknya pertumbuhan seorang anak dapat di ketahui

hanya melihat trend grafik/kurva yang terdapat pada KMS.

b) Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak. Salah satu informasi

tambahan yang bisa anda peroleh dari KMS adalah pelayanan

kesehatan yang telah di peroleh si anak, misalnya catatan

imunisasi, pemberian kapsul vitamin A serta pemberian ASI

eksklusif.
22

c) Sebagai alat edukasi. Kader posyandu atau petugas kesehatan

bisa langsung memberikan edukasi kepada ibu, dengan melihat

kurva pertumbuhan si anak setelah dilakukan pengukuran berat

badan. (Sembiring, 2017).

Gambar 2.15 Bagian-bagian KMS

Sumber : Sembiring, Julina Br. 2017. Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita,

Anak Pra Sekolah. Yogyakarta : Deepublish

Gambar 2.16 Bagian-bagian KMS


22

Sumber : Sembiring, Julina Br. 2017. Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita,

Anak Pra Sekolah. Yogyakarta : Deepublish

Gambar 2.17 Bagian-bagian KMS

Sumber : Sembiring, Julina Br. 2017. Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita,

Anak Pra Sekolah. Yogyakarta : Deepublish

k. Teori Manajemen Terpadu Balita Sakit / MTBS

1) Pengetian MTBS

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Intergrated

Management of childhood Illness (IMCI) merupakan suatu

pendekatan yang terintergrasi dan terpadu dalam tata laksana


22

balita sakit sesuai standar di fasilitas pelayanan kesehatan

primer dengan fokus pada penyebab utama kematian. Tata

laksana kasus pada pendekatan MTBS :

a) Penilaian dan klasifikasi, melakukan penilaian dengan

cara anamnesa dan pemeriksaan fisik klasifikasi

membuat keputusan mengenai kemungkinan penyakit

atau masalah serta tingkat keparahannya untuk

menentukan tindakan/pengobatan

b) Tindakan dan pengobatan, menentukan tindakan dan

memberi pengobatan di fasilitas kesehatan sesuai dengan

klasifikasi

c) Konseling bagi ibu, kegiatan yang di lakukan meliputi

bertanya, mendengar, jawaban ibu, memuji, memberi

nasehat yang relevan, membantu memecahkan masalah

dan mengecek pemahaman ibu

d) Pelayanan tindak lanjut, menentukan tindakan dan

pengobatan pada saat anak datang untuk kunjungan

ulang. (Noordiati, 2018)

Dalam penerapan MTBS bidan dan perawat dibantu dengan

menggunakan Form yang menentukan langkah langkah

yang harus mereka kerjakan. Setiap bayi muda (termasuk

kunjungan neonatal) dan bayi umur 2 bulan sampai 5 tahun

menggunakan form sesuai peruntukannya setiap


22

mendapatkan pelayanan. Form ini merupakan salah satu

tanda bukti bahwa bidan dan perawat menjalankan tata

laksana balita sakit dan pelayanan kesehatan neonatus

sesuai standart. Formulir pencatatan untuk bayi umur 2

bulan sampai 5 tahun, meliputi :

(1) Memeriksa tanda bahaya umum kemungkinan tidak

bisa minum atau menyesui, memuntahkan semuanya,

kejang, letergis, atau tidak sadar

(2) Menanyakan empat keluhan utama, yaitu batuk, atau

sukar bernafas, diare, demam, dan masalah telinga

(3) Memeriksa dan mengklarifikasi status gizi

(4) Memeriksa dan klasifikasi anemia

(5) Memeriksa status hiv

(6) Memeriksa status imunisasi dan pemberian vit A

(7) Menilai masalah atau keluhan lain yang diadapi anak

(Noordiati, 2018)

2) Penilaian, Klasifikasi dan Tindakan/Pengobatan anak sakit

umur 2 bulan sampai 5 tahun

Langkah langkah pada bagan penilaian dan klasifikasi

menggambarkan apa yang harus dilakukan apabila seorang

anak dibawa ke klinik dan bagan ini tidak di gunakan bagi

anak sehat yang akan imunisasi atau pada kasus emergensi

seperti keracunan, kecelakaan atau luka bakar. Klasifikasi


23

bukan merupakan diagnosis tapi merupakan indikator yang

menuju ke arah diagnostik klinik. Terdapat tiga macam

warna dalam lajur klasifikasi, yaitu :

a) Lajur Merah : kondisi yang harus segera di rujuk

b) Lajur kuning : kondisi yang memerlukan tindakan

khusus

c) Lajur Hijau : kondisi yang tidak memerlukan

tindakan khusus tetapi KIE pada ibu.

Dalam penilaian keadaan anak menggunakan keterampilan

TANYA,LIHAT, DENGAR, RABA (Noordiati,2018)

(1) Menanyakan masalah anaknya

Tanyakan umur anak untuk menetukan bagan penilaian

dan klasifikasi sesai dengan kelompok umur, lakukan

pemeriksaan BB, PB/ TB, dan suhu catat apa yang

dikatakan ibu masalah anaknya dan tentukan ini

kunjungan pertamaatau ulang

(2) Memeriksa tanda bahaya umum

(a) Apakah anak tidak bisa minum atau menyusu?

(b) Apakah anak selalu memuntahkan semua sama

sekali tidak dapat menelan apapun ?

(c) Apakah anak kejang, pada saat kejang lengan dan

kaki menjadi

(d) Kaku dan karena otot ototnya berkontraksi ?


23

(e) Apakah ada stridor ?

(f) Apakah anak biru, ujung tangan, kaki pucat dan

dingin?

(g) Apakah anak letergis atau tidak sadar, tidak bereaksi

ketika di sentuh, digoyangkan, atau bertepuk

tangan? (Noordiati,2018)

(3) Menanyakan keluhan utama : apakah anak menderita

batuk atau sukar bernafas

Anak dengan batuk dau sukar bernafas mungkin

menderita pneumonia atau infeksi saluran pernafasan

berat lainnya

(a) Tanyakan berapa lama anak menderitan batuk

atau sukar bernafas

(b) Hitung napas dalam 1 menit pada bayi tenang

Jika umur anak 2 sampai < 12 bulan dikatakan

bernapas cepat 40 kali atau lebih per menit.

(c) Amati gerak napas pada dada atau perut anak itu,

dinding dada bagian bawah masuk ke dalam

ketika anak menarik napas.

(d) Dengar adanya wheezing, bunyi yang kasar saat

anak menarik napas.

(e) Menilai Diare


23

i. Tanyakan sudah berapa lama dan adakah darah

dalam tinja

i. Lihat keadaan umum anak : Letergis/ tidak sadar

atau gelisah dan rewel/ mudah marah, apakah

matanya cekung. Beri anak minum dan nilai

ii. apakah anak tidak bisa minum atau malas minum

dan haus atau minum dengan lahap

iii. Cubit kulit perut anak untuk mengetahui turgor :

sangat lambat kembali lebih dari 2 detik atau

lambat (Noordiati, 2018)

(f) Menilai Demam

Pada anamnesis atau teraba panas atau suhu >

37,5 C

i. Tanyakan sudah berapa lama anak demam, jika

lebih dari 7 hari, apakah demam setiap hari,

apakah mendapat obat anti malaria dalan 2

minggu terakhir dan apakah anak menderita

campak dalam 3 bulan terakhir.

ii. Lihat dan raba adanya kaku kuduk, adanya pilek

dan adalah tanda campak saat ini atau 3 bulan

terakhir ; lihat adanya luka pada mulut apakah

dalam / luas, lihat adanya nanah pada pucat

putih.
23

iii. Memeriksa status imunisasi

Yang perlu diperiksa adalah umur berapa anak

diberi vaksin, jenis vaksin yang sudah di peroleh,

dan tempat di mana anak mendapatkan imunisasi.

Memeriksa pemberian vitamin A periksa status

vitamin A pada semua anak yang berumur 6

bulan sampai 5 tahun.

(g) Menilai masalah/ keluhan lain

(h) Menilai pemberian makanan

Jika anak berumur < 2 tahun atau Gizi Kurang

atau Gizi Buruk tanpa komplikasi atau anemia

dan anak tidak akan dirujuk segera, perku

ditanyakan hal hal sebagai berikut :

i. Apakah ibu menyusui anaknya?

ii. Apakah anaknya mendapat makanan atau

minuman lain?, berapa kali sehari, alat apa

yang di gunakan untuk memberikan minum?

iii. Jika GIZI KURANG dan GIZI BURUK tanpa

komplikasi :

iv. Berapa banyak makanan atau minuman yang

diberikan anak?

v. Apakah anak mendapatkan makanan sendiri?


23

vi. Siapa yang memberikan makanan dan

bagaimana caranya?

vii. Selama sakit apakah ada perubahan pemberian

makan? (Noordiati, 2018).

(4) Tindakan dan Pengobatan

(a) Menentukan perlunya dilakukan rujukan segera

(b) Rujukan untuk klasifikasi berat dengan lajur merah

muda; pneomonia berat/penyakit berat, diare

dehidrasi berat, diare persisten berat, penyakit berat

demam, campak dengan komplikasi berat, DBD,

mastoiditis, sangat kurus, dan atau edema, dan

anemia berat. Apabila anak memerlukan rujukan

segera harus cepat di tentukan tindakan yang paling

di butuhkan dan segera diberikan. (Noordiati, 2018).

(c) Menentukan tindakan/pengobatan pra rujukan

i. Beri dosis pertama antibiotik ampisilin +

Gentamisin secara intramuskular ( Dosis

Ampisilin: 50 mg/kg BB dan dosis Gentamisin 7,5

mg/kg BB )

ii. Beri dosis suntikan Artemeter untuk malaria berat

( Dosis Artemeter 3,2 mg/kg BB )


23

(d) Mengajarkan ibu cara mencampur dan memberi

oralit

(e) Anjurkan makan untuk anak sehat maupun sakit

(f) Menilai cara pemberian makan anak

(g) Menentukan masalah pemberian makan anak

(h) Menasehati ibu tentang masalah pemberian makan

anak

(i) Menasehati ibu tentang pemberian cairan selama

anak sakit

(j) Menasehati ibu kapan harus kembali ke petugas

kesehatan (Noordiati, 2018)

Gambar 2.18 MTBS

Sumber : Buku Bagan Menejemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), 2015

3. Asuhan Neonatus
23

a. Pengkajian

Pengkajian ini dilakukan dengan mengumpulkan semua

informasi yang akurat, relevan dan lengkap dai semua yang

berkaitan dengan kondisi klien, yaitu meliputi data subyektif dan

data obyektif. (Kemenkes RI, 2017).

1) Data subyektif

a) Identitas Bayi

(1) Nama : untuk mengenal bayi

(2) Jenis kelamin : untuk memberikan informasi pada

ibu dan keluarga serta memfokuskan saat pemeriksaan

genetalia

(3) Anak ke : untuk mengkaji adanya kemungkinan

sibling rivalry. (Kemenkes RI, 2017).

b) Identitas orangtua

(1) Nama : untuk mengenal ibu dan suami

(2) Umur : usia orangtua mempengaruhi

kemampuannya dalam mengasih dan merawat

bayinya

(3) Suku/bangsa : asal dserah atau bangsa seorang

wanita berpengaruh terhadap pola pikir mengenai

tenaga kesehatan, pola nutrisi dan adat istiadat yang

dianut.
23

(4) Agama : untuk mengetahui keyakinan orangtua

sehingga dapat menuntun anaknya sesuai dengan

keyakinannya sejak lahir.

(5) Pendidikan : untuk mengetahui tingkat intelektual

orantua yang dapat mempengaruhi kemampuan dan

kebiasaan orangtua dalam mengasuh, merawat dan

memenuhi kebutuhan bayinya.

(6) Pekerjaan : status ekonomi seseorang dapat

mempengaruhi pencapaian status gizi (Hidayat dan

Uliyah, 2008). Hal ini dapat dikaitkan dengan

pemenuhan nutrisi bagi bayinya. Orangtua dengan

tingkat social ekonomi yang tinggi cenderung akan

memberikan susu formula pada bayinya.

(Kemenkes RI, 2017).

(7) Alamat : bertujuan untuk mempermudah kesehatan

dalam melakukan follow up terhadap perkembangan

bayi. (Kemenkes RI, 2017).

c) Keluhan Utama: Permasalahan pada bayi yang sering

muncul adalah bayi tidak mau menyusu, rewel dan

bercak putih pada bibir dan mulut

d) Riwayat Persalinan:Bertujuan untuk mengidentifikasi

ada tidaknya jelas persalinan.


23

e) Riwayat Kesehatan yang Lalu: Bertujuan untuk

mengkaji ada tidaknya penyakit atau tindakan operasi

yang pernah diderita

f) Riwayat Kesehatan Keluarga: Bertujuan untuk

mengkaji ada tidaknya penyakit menular, penyakit

menurun dan penyakit menahun yang sedang dan atau

pernah diderita oleh anggota keluarga yang

kemungkinan dapat terjadi pada bayi.

g) Riwayat Imunisasi: Bertujuan untuk mengkaji status

imunisasi guna melakukan pencegahan terhadap

beberapa penyakit tertentu.

h) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

(1) Nutrisi: Bertujuan untuk mengkaji kecukupan

nutrisi bayi. Rentang frekuensi menyusui yang

optimal adalah antara 8-12 kali setiap hari

(2) Pola Istirahat: Kebutuhan istirahat neonatus adalah

14-18 jam/hari.

(3) Eliminasi: Jika bayi mendapatkan ASI, diharapkan

bayi minimum 3-4 kali buang air besar dalam sehari,

feses-nya harus sekitar 1 sendok makan atau lebih

dan berwarna kuning. Sedangkan buang air kecilnya

pada hari pertama dan kedua minimal 1-2 kali serta


23

minimal 6 kali atau lebih setiap hari setelah hari

ketiga.

(4) Personal Hygiene: Bayi dimandikan setelah 6 jam

setelah kelahiran dan minimal 2 kali sehari. Jika tali

pusat belum puput dan dibungkus dengan kassa

steril, minimal diganti 1 kali dalam sehari. Dan

setiap buang air kecil maupun buang air besar harus

segera diganti dengan pakaian yang bersih dan

kering.

i) Data Kesehatan

(1) Riwayat kehamilan : untuk mengetahui beberapa

kejadian atau komplikasi yang terjadi saat

mengandung bayi yang baru saja dilahirkan.

Sehingga dapat dilakukan skrining test dengan

tepat dan segera. (Kemenkes RI, 2017).

(2) Riwayat persalinan : untuk menentukan tindakan

segera yang dilakukan pada bayi baru lahir.

(Kemenkes RI, 2017).

2) Data Obyektif

a) Pemeriksaan umum

(1) Keadaan umum : baik

(2) Kesadaran: Bertujuan untuk menilai status kesadaran

bayi. Composmentis adalah status kesadaran dimana


24

bayi mengalami kesadaran penuh dengan

memberikan respons yang cukup terhadap stimulus

yang diberikan

(3) Tanda tanda vital : Pernapasan normal adalah antara

40-60 kali per menit, dihitung ketika bayi dalam

posisi tenang dan tidak ada tanda-tanda distress

pernapasan. Bayi baru lahir memiliki frekuensi

denyut jantung 120-160 denyut per menit. Angka

normal pada pengukuran suhu bayi secara aksila

adalah 36,5-37,5° C (Kemenkes RI, 2017).

(4) Antropometri : Bayi biasanya mengalami penurunan

berat badan dalam beberapa hari pertama yang harus

kembali normal, yaitu sama dengan atau di atas berat

badan lahir pada hari ke-10. Sebaiknya bayi

dilakukan penimbangan pada hari ke-3 atau ke-4 dan

hari ke-10 untuk memastikan berat badan lahir telah

kembali. Berat badan bayi mengalami peningkatan

lebih dari 1530 gram per hari setelah ASI matur

keluar. (Kemenkes RI, 2017).

b) Pemeriksaan Khusus

(1) Kulit: Seluruh tubuh bayi harus tampak merah

muda, mengindikasikan perfusi perifer yang baik

(Johnson dan Taylor, 2005). Menurut WHO (2013),


24

wajah, bibir dan selaput lendir harus berwarna

merah muda tanpa adanya kemerahan atau bisul.

(Kemenkes RI, 2017).

(2) Kepala: Bentuk kepala terkadang asimetris akibat

penyesuaian jalan lahir, umumnya hilang dalam 48

jam. Ubun-ubun besar rata atau tidak menonjol,

namun dapat sedikit menonjol saat bayi menangis

(WHO, 2013). Mata : inspeksi pada mata bertujuan

untuk memastikan bahwa keduanya bersih tanpa

tanda-tanda rabas. Jika terdapat rabas, mata harus

dibersihkan dan ucapannya dapat dilakukan jika

iidikasikan. (Kemenkes RI, 2017).

(3) Mata: Tidak ada kotoran atau secret (WHO, 2013)

(4) Mulut: Tidak ada bercak putih pada bibir dan mulut

serta bayi akan menghisap kuat jari pemeriksa

(WHO, 2013).

(5) Dada: Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah

yang dalam (WHO, 2013).

(6) Perut: Perut bayi teraba datar dan teraba lemas.

Tidak ada perdarahan, pembengkakan, nanah, bau

tidak enak pada tali pusat atau kemerahan di sekitar

tali pusat (WHO, 2013).


24

(7) Ekstermitas: Posisi tungkai dan lengan fleksi. Bayi

sehat akan bergerak aktif (WHO, 2013).

(8) Genetalia: Bayi perempuan kadang terlihat cairan

vagina berwarna putih atau kemerahan dan bayi

sudah terbukti dapat buang air kecil dan buang air

besar dengan lancar dan normal (WHO, 2013).

c) Pemeriksaan Refleks

Meliputi refleks Morro, rooting, sucking, grasping,

neck righting, tonic neck, startle, babinski, merangkak,

menari / melangkah, ekstruasi, dan galant’s.

b. Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan

Perumusan Diagnosa pada bayi baru lahir disesuaikan

dengan nomenklatur kebidanan, seperti Normal Cukup Bulan,

Sesuai Masa Kehamilan (NCB SMK). Masalah yang dapat terjadi

pada bayi baru lahir adalah bayi kedinginan. Kebutuhan BBL

adalah kehangatan, ASI, pencegahan infeksi dan komplikasi

(Depkes RI, 2010).

c. Perencanaan

Menurut WHO (2013), rencana asuhan kebidanan yang

dilakukan pada neonatus adalah pastikan bayi tetap hangat dan

mendapat ASI eksklusif, jaga kontak kulit antara ibu dan bayi,

tutupi kepala bayi dengan topi yang hangat, berikan pendidikan

kesehatan pada ibu dan atau keluarga terkait dengan


24

permasalahan bayi yang dialami serta lakukan rujukan sesuai

pedoman MTBS jika ada kelainan.

d. pelaksanaan

Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil disesuaikan

dengan rencana asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara

komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence

based kepada bayi, meliputi rencana asuhan kebidanan yang

dilakukan pada neonatus adalah memastikan bayi tetap hangat

dan mendapat ASI eksklusif, menjaga kontak kulit antara ibu dan

bayi, menutupi kepala bayi dengan topi yang hangat, memberikan

pendidikan kesehatan pada ibu dan atau keluarga terkait dengan

permasalahan bayi yang dialami serta melakukan rujukan sesuai

pedoman MTBS jika ada kelainan (WHO, 2013).

e. Evaluasi

Penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah selesai

melaksanakan asuhan sesuai dengan kondisi bayi kemudian dicatat,

dikomunikasikan dengan ibu dan atau keluarga serta ditindak

lanjuti sesuai dengan kondisi bayi. Berikut adalah hasil evaluasinya

bayi telah dibedong dengan kain bersih dan kering dan memakai

topi bayi, bayi mendapatkan ASI.


24

G. Keluarga Berencana

1. Konsep Dasar Keluarga Berencana

f. Pengertian

KB Pasca Persalinan merupakan suatu program yang

dimaksudkan untuk mengatur kelahiran, menjaga jarak kehamilan

dan menghindari kehamilan yang diinginkan, agar dapat mengatur

kehamilan melalui penggunaan alat / obat kontrasepsi setelah

melahirkan.

Keluarga berencana digunakan untuk membatasi kehamilan

dapat menggunakan metode KB yang meliputi metode sederhana

(kondom, spermisida, koitus interuptus (senggama terputus), pantang

berkala) dan metode efektif dengan hormonal (pil KB : progesterone

only pill,pil KB kombinasi, pil KB sekuensil, after morning

pill;suntikan KB: depoprovera setiap 3 bulan, Norigest setiap 10

minggu, Cyclofem setiap bulan; susuk KB setiap lima tahun),

mekanis dengan alat kontrasepsi dalah rahim (AKDR) (Copper T,

Medusa, Seven Copper), atau metode KB darurat (Manuaba, 2010).

KB pascasalin adalah pemanfaatan atau penggunaan alat

kontrasepsi langsung sesudah melahirkan sampai 6 minggu/42 hari

sesudah melahirkan prinsip pemilihan metode kontrasepsi yang

digunakan tidak mengganggu produksi ASI. (Kemenkes RI, 2016).


24

g. Macam-macam KB Pascasalin

1). Hormonal Progestin

a) PIL

(1) Jenis

Tersedia 2 jenis kontrasepsi Pil yang hanya

mengandung progestin, yaitu:

(a) Kemasan 28 pil berisi 75 µg norgestrel

(b) Kemasan 35 pil berisi 300 µg levonorgestrel atau 350

µg norethindrone (Kemenkes RI, 2014)

(2) Cara Kerja

(a) Mencegah ovulasi.

(b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan

kemampuan penetrasi sperma.

(c) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.

(d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba

(Kemenkes RI, 2014).

(3) Keuntungan

(a) Sangat efektif jika diminum setiap hari diwaktu yang

sama (0,05-5 kehamilan /100 perempuan dalam 1

tahun

(b) Tidak diperlukan pemeriksaan panggul

(c) Tidak mempengaruhi ASI

(d) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.


24

(e) Kembalinya fertilitas segera jika pemakaian

dihentikan

(f) Mudah digunakan dan nyaman

(g) Efek samping kecil (Kemenkes RI, 2014)

(4) Keterbatasan

(a) Haruskan digunakan setiap hari dan pada waktu yang

sama

(b) Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar

(c) Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi, tetapi risiko

ini lebih rendah jika dibandingkan dengan perempuan

yang tidak menggunakan minipil

(d) Efektivitas menjadi rendah bila digunakan bersamaan

(e) Tidak mncegah IMS (Kemenkes RI, 2014).

b) Injeksi/
Suntikan

(1) Jenis

Menurut Kemenkes RI (2014) Tersedia 2 jenis

kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin

yaitu :

(a) Depo medroksiprogesteron asetat mengandung 150

mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan degan cara

disuntik intramuscular di daerah bokong


24

(b) Depo noretisteron enantat mengandung 200 mg

noretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan

cara disuntik intramuskular

(2) Keuntungan

(a) Risiko terhadap kesehatan kecil.

(b) Tidak berpengaruh pada hubungan seksual

(c) Tidak mempengaruhi ASI

(d) Sedikit efek samping

(e) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun

sampai premenopause

(f) Membantu mencegah kanker endometrium dan

kehamilan ektopik

(g) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara

(h) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang

panggul (Setya & Sujiyatini, 2011)

(3) Kerugian

(a) Klien sangat bergantung pada tempat sarana

pelayanan kesehatan (harus kembali sesuai jadwal

suntikan

(b) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum

suntikan berikut

(c) Tidak mencegah IMS


24

(d) Terlambatnya kembalinya kesuburan setelah

penghentian pemakaian (Kemenkes RI, 2014)

(4) Efek Samping

(e) Gangguan haid seperti siklus haid yang memendek

atau memanjang, perdarahan yang banyak atau

sedikit, perdarahan bercak/spotting, tidak haid sama

sekali.

(f) Peningkatan berat badan

(g) Terjadi perubahan pada lipid serum pada

penggunaan jangka panjang

(h) Sedikit menurunkan kepadatan (densitas) tulang pada

penggunaan jangka panjang

(i) Pada penggunaan jangka panjang dapat

menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan

libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala,

nervositas, jerawat (Kemenkes RI, 2014).

(5) Yang tidak boleh menggunakan

(a) Hamil atau dicurigai hamil

(b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas

penyebabnya

(c) Menderita penyakit jantung, stroke atau dengan

tekanan darah tinggi (>180/110 mmHg)

(d) Usia > 35 tahun yang merokok


24

(e) Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing

manis > 20 tahun.

(f) Keganasan payudara (Setya & Sujiyatini, 2011)

(6) Waktu mulai menggunakan

(a) Pada ibu menyusui dapat menggunakan 6 minggu

pasca persalinan

(b) Pada ibu tidak menyusui dapat menggunakan segera

setelah persalinan (Kemenkes RI, 2014)

c) Kontrasepsi Implant

(1) Pengertian

Implan adalah alat kontrasepsi bawah kulit yang

mengandung progestin yang dibungkus dalam

kapsulsilastik silicon polidimetri (Kemenkes RI, 2014)

(2) Jenis

(a) Norplan, terdiri dari 6 batang silastik lembut

berongga dengan panjang 3,4 cm, diameter 2,4 mm

yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama

kerjanya 5 tahun

(b) Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan

panjang kira-kira 40 mm, diameter 2 mm yang diisi

dengan 68 mg 3 keto desogestrel dan lama kerjanya

3 tahun
25

(c) Jadeena dan indoplant, terdiri dari dua batang berisi

75 mg levonorgestrel dengan lama kerjanya 3 tahun

(Mulyani & Rinawati, 2013)

(3) Keuntungan, dibagi menjadi 2 yaitu :

(a) Keuntungan Kontrasepsi :

i. Sangat efektif ( kegagalan 0,2 – 1,0 kehamilan

per 100 perempuan

ii. Daya guna tinggi

iii. Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)

iv. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat

setelah pencabutan

v. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam

vi. Bebas dari pengaruh estrogen

vii. Tidak mengganggu hubungan seksual

viii. Tidak mengganggu ASI (Kemenkes RI, 2014)

(b) Non Kontrasepsi

i. Mengurangi nyeri haid

ii. Mengurangi jumlah darah haid

iii. Mengurangi/memperbaiki anemia

iv. Melindungi terjadinya kanker endometrium

v. Menurunkan angka kejadian tumor jinak

payudara
25

vi. Melindungi diri dari beberapa penyebab

penyakit radang panggul

vii. Menurunkan angka kejadian endometriosis

(Kemenkes RI, 2014).

(4) Keterbatasan

(a) Implant harus dipasang dan diangkat oleh petugas

kesehatan yang terlatih

(b) Petugas kesehatan harus dilatih khusus

(c) Harga implant yang mahal

(d) Implant sering mengubah pola haid

(e) Implant dapat terlihat dibawah kulit (Mulyani &

Rinawati, 2013)

(5) Efek samping

(a) Sakit Kepala

(b) Nyeri Payudara

(c) Amenorhea

(d) Perasaan hamil

(e) Perdarahan bercak ringan

(f) Ekspulsi

(g) Infeksi pada daerah insisi

(h) Penambahan berat badan

(i) Perubahan perasaan atau kegelisahan. (Kemenkes RI,

2014)
25

(6) Yang tidak boleh memakai implant

(a) Perdarahan pervaginam yang belum jelas

penyebabnya

(b) Benjolam/ kanker payudara atau riwayat kanker

payudara

(c) Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang

terjadi

(d) Mioma uteri dan kanker payudara

(e) Gangguan toleransi glukosa (Mulyani & Rinawati,

2013).

(7) Waktu mulai menggunakan implant

(a) Waktu pemasangan minimal 6 minggu sampai 6

bulan pasca persalinan

(b) Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari

ke-7. Tidak diperlukan metode kontrasepsi

tambahan.

(c) Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja

diyakini pasien tidak hamil. Bila diinsersi setelah

hari ke-7 siklus haid, ibu jangan melakukan

hubungan seksual atau menggunakan kontrasepsi

lain selama 7 hari (Mulyani & Rinawati, 2013).


25

2) Alat Kontrasepsi Non Hormonal

a) AKDR/ IUD

(1) Definisi

Alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan

menjepit kedua saluran yang menghasilkan indung telur

sehingga tidak terjadi pembuahan, terdiri dri bahan plasti

polietilena, ada yang dililit oleh tembaga dana ada yang

tidak (Kemenkes RI, 2014)

(2) Jenis

(g) AKDR CuT-380A

Kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel,

berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus

yang terbuat dari tembaga (Cu).

(h) AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA

T (Schering)

(i) Selanjtnya yang akan dibahas adalah khusus CuT-

380 A (Setya & Sujiyatini, 2011).

(3) Cara Kerja

(a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke

tuba falopii.

(j) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai

kavum uteri (Setya & Sujiyatini, 2011)


25

(4) Keuntungan

(a) Sebagai kontrasepsi, 99,2-99,4% (0,6-0,8

kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama.

(b) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.

(c) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

(d) Dapat segera dipasang setelah melahirkan atau

sesudah abortus (apabila terjadi infeksi)

(e) Tidak ada efek samping hormonal

(f) Tidak mempengaruhi hubungan seksual

(g) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau

lebih setelah haid terakhir)

(h) Membantu mencegah kehamilan ektopik

(5) Keterbatasan

(a) Diperlukan prosedur medis termasuk pemeriksaan

pelvis

(b) Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui

(sering terjadi apabila AKDR dipasang segera

sesudah melahirkan)

(c) Tidak mencegah IMS termasuk HIVAIDS.

(d) Klien tidak bisa melepas AKDR sendiri.

(e) Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR

(6) Efek samping

(a) Perubahan siklus haid


25

(b) Haid lebih lama dan banyak

(c) Perdarahan (spotting) antar menstruasi

(d) Saat haid lebih sakit

3) Alat Kontrasepsi Sederhana

a) Kondom

Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang

terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik

(vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang

pada penis untuk menampung sperma ketika seorang pria

mencapai ejakulasi saat berhubungan seksual. Kondom terbuat

dari karet sintesis yang tipis, berbentuk silinder dengan

muaranya berpinggir tebal yang digulung berbentuk rata.

Standar kondom dilihat dari ketebalannya, yaitu 0,02 mm,

kondom untuk pria sudah lazim dikenal, meskipun kondom

wanita sudah ada namun belum popular seperti kondom laki-

laki (Mulyani & Rinawati, 2013)

(1) Cara Kerja

(a) Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma

dan sel telur dengan cara mengemas sperma diujung

selubung karet yang dipasang pada penis sehingga

sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran

reproduksi perempuan (Kemenkes RI, 2014)


25

(b) Mencegah penularan mikrooganisme (IMS termasuk

HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada

pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat dari

lateks dan vinil) (Kemenkes RI, 2014).

(2) Keuntungan

(a) Efektif bila digunakan dengan benar

(b) Tidak mengganggu kesehatan klien

(c) Murah dan dapat dibeli secara umum

(d) Tidak perlu pemeriksaan medis

(e) Tidak mengganggu produksi ASI (Kemenkes RI,

2014)

(1) Kerugian

(a) Efektifitas tidak terlalu tinggi

(b) Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan

kontrasepsi

(c) Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi

sentuhan langsung)

(d) Harus selalu tersedia setiap kali hubungan seksual

(e) Pembuangan kondom bekas mungkin meninggalkan

masalah dalam hal limbah (Kemenkes RI, 2014)


25

b) MAL

(1) Pengertian

MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan

pemberian ASI secara ekslusif, artinya hanya diberikan

ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apapun

lainnya (Kemenkes RI, 2014).

MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila:

Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih efektif

bila pemberian > 8 x sehari (Kemenkes RI, 2014).

(2) Cara kerja

a) Menyusui secara penuh (full brast feeding), lebih

efektif bila pemberian  8x sehari;

b) Belum haid

c) Umur bayi kurang dari 6 bulan

d) Efektif digunakan sampai 6 bulan, namun harus

dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi

lainnya. (Kemenkes RI, 2014).

(3) Keuntungan

Adapun keuntungan dari kontrasepsi MAL menurut

Kemenkes RI (2014) adalah sebagai berikut :

(a) Efektivitas tinggi (98%).

(b) Dapat segera efektif.


25

(c) Tidak memerlukan prosedur khusus,alat maupun

obat.

(d) Tidak memerlukan pengawasan medis.

(e) Tidak mengganggu senggama.

(f) Tidak perlu biaya.

(g) Tidak menimbulkan efek samping sistemik

(Kemenkes RI, 2014).

(2) Keterbatasan

Adapun kekurangan dari kontrasepsi MAL menurut

Kemenkes RI (2014) adalah sebagai berikut :

(a) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar

segera menyusui segera dalam 30 menit pasca

persalinan.

(b) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.

(3) Indikasi dan kontraindikasi pcnggunaan metode MAL

Indikasi:

Menyusui sangat efektif sebagai metoda kontrasepsi

pada ibu yang belum haid kembali, kurang dari 6 bulan

pasca persalinan dan hanya memberi ASI semata

(menyusui secara eksklusif) atau terutama memberi ASI

untuk bayinya. (Kemenkes RI, 2014)

Kontra indikasi
25

Menurut (Setya & Sujiyatni, 2011) ,menyusui tidak

efektif sebagai metoda kontrasepsi bila seorang wanita

pasca persalinan :

(a) Sudah mendapat haid setelah bersalin

(b) Bayi berusia 6 bulan atau Iebih

(c) Tidak menyusui secara Asi Eksklusif

(d) Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam

(4) Menurut Setya & Sujiyatni (2011), Instruksi kepada

klien (hal yang harus disampaikan kepada klien).

(a) Seberapa sering harus menyusui

Bayi disusui secara on demand (menurut

kebutuhan bayi). Biarkan bayi menyelesaikan

hisapan dati satu payudara sebelum memberikan

payudara lain. Supaya bayi mendapat cukup banyak

susu akhir (hind milk). Bayi hanya membutuhkan

sedikit ASI dari payudara berikut atau sama sekali

tidak memerlukan lagi. Ibu dapat memulai dengan

memberikan payudara lain pada waktu menyusui

berikutnya sehingga kedua payudara memproduksi

banyak susu.

(b) Wakyu antara 2 pengosongan payudara tidak lebih

dari 4 jam.
26

(c) Biarkan bayi menghisap sampai dia sendiri yang

melepaskan hisapannya.

(d) Susui bayi juga pada malam hari karena menyusui

waktu malam membantu mempertahankan

kecukupan persediaan ASI.

(e) Bayi terus disusukan walau ibu/bayi sedang sakit.

(f) ASI dapat disimpan dalam lemari pendingin.

(g) Kapan mulai memberikan makanan padat sebagai

makanan pendamping ASI. Selama bayi tumbuh

dan berkembang dengan baik serta kenaikan berat

badan cukup, bayi tidak memerlukan makanan

selain ASI sampai dengan umur 6 bulan (Berat

badan naik sesuai umur, sebelum BB naik minimal

0,5 kg, ngompol sedikitnya 6 kali sehari).

(h) Apabila ibu menggantikan ASI dengan minuman

atau makanan lain, bayi akan menghisap kurang

sering dan akibatnya menyusui tidak lagi efektif

sebagai metode kontrasepsi.

c) Senggama Terputus

(1) Pengertian

Coitus Interruptus atau senggama terputus adalah

metode Kelurga Berencana tradisionl atau alamiah,


26

dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis)

sebelum mencapai ejakulasi (Mulyani & Rinawati, 2013)

(2) Efektifitas

Metode coitus interuptus akan efektif apabila

dilakukan dengan benar dan konsisten. Angka kegagalan

4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun. Pasangan

yang mempunyai pengendalian diri yang besar,

pengalaman dan kepercayaan dapat menggunakan

metode ini menjadi lebih efektif (Mulyani & Rinawati,

2013).

(3) Cara Kerja

Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi

sehingga sperma tidak masuk kedalam vagina, maka

tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan

kehamilan dapat dicegah. Ejakulasi diluar vagina untuk

mengurangi kemungkinan air mani mencapai uterus

(Mulyani & Rinawati, 2013).

(4) Keuntungan

Adapun keuntungan dari kontrasepsi

senggamaterputus menurut Mulyani & Rinawati (2013)

adalah sebagai berikut :

(a) Alamiah.

(b) Efektif bila dilakukan dengan benar.


26

(c) Tidak mengganggu produksi ASI.

(d) Tidak ada efek samping.

(e) Tidak membutuhkan biaya.

(f) Tidak memerlukan persiapan khusus.

(g) Dapat dikombinasikan dengan metode kontrasepsi

lain.

(h) Dapat digunakan setiap waktu.

(5) Keterbatasan

Adapun kekurangan dari kontrasepsi senggama

terputusmenurut Mulyani & Rinawati (2013) adalah

sebagai berikut :

(a) Sangat tergantung dari pihak pria dalam mengontrol

ejakulasi dan tumpahan sperma selama senggama.

(b) Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual

(orgasme).

(c) Sulit mengontrol tumpahan sperma selama

penetrasi, sesaat dan setelah senggama terputus.

(d) Tidak melindungi dari penyakit menular seksual.

(e) Kurang efektif untuk mencegah kehamilan

(6) Indikasi metode coitus interruptus menurut Mulyani &

Rinawati (2013) sebagai berikut :

(a) Dapat dipakai pada suami yang ingin berpartisipasi

aktif dalam keluarga berencana


26

(b) Pasangan yang memerlukan metode kontrasepsi

dengan segera

(c) Pasangan yang memerlukan metode kontrasepsi

sementara, sambil menunggu metode yang lain

(d) Pasangan yang membutuhkan metode pendukung

(e) Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak

teratur.

Kontraindikasi metode coitus interuptus

(a) Pasangan dengan ejakulasi dini

(b) Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama

terputus

(c) Pasangan dengan kelainan fisik atau psikologis

(d) Pasangan sulit untuk diajak bekerjasama

(e) Pasangan yang tidak komunikatif.

(Mulyani dan Rinawati, 2013).

4) Kontap

a) Tubektomi

(1) Pengertian

Tubektomi adalah metode kontrasepsi mantap yang

bersifat sukarela bagi seorang wanta bila tidak ingin

hamil lagi dengam cara mengoklusi tuba fallopi

(mengikat dan memotong atau memasang cincin),


26

sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum

(Kemenkes RI, 2014).

(2) Cara Kerja

Cara kerja tubektomi atau ligasi tuba yaitu dengan

mengoklusi tuba falopii ( mengikat dan memotong atau

memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu

dengan ovum (Mulyani & Rinawati, 2013).

b) Vasektomi

(1) Pengertian

Vasektomi adalah prosedur klinik untuk

menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan

melakukan oklusi vasa deferensia sehingga jalur

transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi

penyatuan dengan ovum tidak terjadi (Mulyani &

Rinawati, 2013).

(2) Cara kerja

Cara kerja vasektomi dengan jalan melakukan oklusi

vas deferensia sehingga alur transportasi sperma

terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan

ovum) tidak terjadi (Kemenkes RI, 2014).

c) Indikasi
26

Yang dapat menjalani tubektomi usia > 26 tahun,

paritas > 2, yakin telah mempunyai jumlah anggota

keluarga yang sesuai dengan prosedur KB tubektomi

terutama pengetahuan tentang cara-cara kontrasepsi, risiko

dan keuntungan kontrasepsi tubektomi dan pengetahuan

tentang sifat permanennya kontrasepsi ini.

(Mulyani & Rinawati, 2013).


26

h. Penapisan KB

Tabel 2.13 Daftar tilik penapisan klien, metode nonoperatif

Metode Hormonal (Pil Kombinasi Progestine, Suntikan Ya Tidak


Dan Susuk)
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari lalu atau lebih
Apakah anda menyusui kurang dari enam minggu1,2
Apakah mengalami pendarahan atau pendarahan bercak
antara haid setelah senggama
Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata
Apakah pernah nyeri kepala hebat atau ganguan visual
apakah pernah nyeri hebat pada betis, paha atau dada atau
tungki bengkak ( odema)
Apakah tekanan darah diatas 160 mmhg (sistolik) atau
90mmhg (diastolic)
Apakah ada masa atau benjolan pada payudara
Apakah mengkonsumsi obat anti kejang atau epilepsi3

AKDR Semua Jenis Pelapas Tembaga Dan Progestin

Apakah Hari Pertama Haid Terakhir 7 hari lalu


Apakah Klien (Atau Pasangan) Mempunyai Pasangan Seks
Lain
Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual (IMS)
Apakah pernah mengalami radang panggul atau kehamilan
ektopik
Apakah Pernah Mengalami Haid banyak (lebih 1-2
pembalut tiap 4 jam)
Apakah pernah Mengalami Haid Lama (Lebih Dari 8 Hari)
Apakah Pernah Mengalami Disminorea Berat Yang
Membutuhkan Analgetik Atau Istirahat Baring
Apakah Pernah Mengalami perdarahan/ perdarahan
Bercak Atara Haid Atau Setelah Bersengama
Apakah Pernah Mengalami Gejala Penyakit Jantung
valvular Atau kongenetal
Sumber : Affandi, B. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

1. Apabila klien menyusui dan kurang dari 6 minggu pasca persalinan maka
pil kombinasi adalah metode pilihan terakhir.
26

2. Tidak cocok untuk pil progestin (mini pil), suntikan (DMPA atau NET-
EN). Atau susuk
3. Tidak cocok untuk suntikan progestin (DMPA atau NET-EN).
Jika semua jawaban diatas adalah “Tidak” dan tidak dicurigai adanya
kehamilan dapat diteruskan dengan konseling khusus. Bila respon
banyak yang “Ya” maka klien perlu dievaluasi sebelum keputusan
akhirdibuat

Tabel 2.14 Daftar tilik penapisan klien,metode operasi (Tubektomi).

Keadaan klien Dapat dilakukan pada Dilakukan di fasilitas


fasilitas rawat jalan rujukan
Keadaan umum Keadaan umum baik, Diabetes tidak terkontrol
(anamnesis dan tidak ada tanda-tanda riwayat gangguan
pemeriksaan fisik) penyakit jantung, pembekuan daerah, ada
paru,atau ginjal. tanda-tanda penyakit
jantung,paru,atau ginjal.
Keadaan emosional Tenang Cemas, takut
Tekanan darah <160/100 mmHg ≥160/100
Berat badan Bakas seksio sesarea >85 kg ;<35 kg
(tanpa perlekatan)
Riwayat operasi Pemeriksaan dalam Operasi abdomen
abdominal/panggul normal lainnya, perlekatan atau
terdapat kelainan pada
pemeriksaan panggul.
Riwayat radang Hb ≥8 g% Pemeriksaan dalam ada
panggul,hamil etropik, kelainan
apendisitis
Anemia Hb<8 g%
Sumber : Affandi, B. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Table 2.15 Daftar tilik penapisan klien,metode operasi (Vasektomi).


26

Keadaan klien Dapat dilaksanakan Dilakukan pada


pada fasilitas rawat fasilitas rujukan
jalan.
Keadaan umum Kedaan umum baik, tidak Diabetes tidak terkontrol
(anamnesa dan ada tanda-tanda penyakit riwayat gangguan
pemeriksaan fisik) jantung, paru, ginjal. pembengkuan darah,
tanda-tanda penyakit
jantung, paru atau ginjal.
Keadaan emosional Tenang Cemas, takut
Tekanan darah <160/100 mmHg ≥160/100 mmHg
Infeksi atau kelainan Normal Tanda-tanda infeksi atau
skrotum/inguinal ada kel`ainan
Anemia Hb ≥8 g% Hb < 8 g%
Sumber : Affandi, B. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

i. Waktu untuk memulai kontrasepsi

1) Waktu untuk memulai kontrasepsi pada wanita menyusui dapat

dilihat pada tabel 2.16 :

Tabel 2.16 Waktu untuk Memulai Kontrasepsi pada Wanita

Menyusui

Metode Kontrasepsi Waktu yang Dianjurkan


MAL Segera setelah bayi lahir
AKDR 3 mgg pasca salin
AKDR Post plasenta Setelah plasent lahir
Kontap 6 minggu pasca salin
Kondom 6 minggu pasca salin
Kontrasepsi Progestin 6 minggu pasca salin
Kontrasepsi Kombinasi 6 bulan pasca salin

Sumber : Saifuddin A.B..2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.


Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

2) Untuk klien yang tidak menyusui dianjurkan menggunakan

kontrasepsi seperti tabel 2.17


26

Tabel 2.17 Waktu untuk Memulai Kontrasepsi Pada Wanita yang

Tidak Menyusui

Metode Kontrasepsi Waktu yang Dianjurkan

AKDR 3 minggu pasca salin

AKDRPost plasenta Setelah plasenta lahir

Kontap 6 minggu pasca salin

Kondom Setelah persalinan

Kontrasepsi Progestin Setelah persalinan


Kontrasepsi
3 bulan pasca salin
Kombinasi

Sumber : Saifuddin A.B..2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.


Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

j. Konseling KB (Keluarga Berencana)

Langkah-Langkah Konseling KB (Satu Tuju)

1) SA : SApa dan Salam kepada klien secara terbuka dan sopan.

Berikan perhatian sepenuhnya dan berbicara ditempat

yang nyaman serta terjamin privasinya. Yakinkan klien

untuk membangun rasa percaya diri. Tanyakan pada klien

apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang

dapat diperoleh.

2) T : Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya

Bantu klien untuk berbicara tentang pengalaman Keluarga

Berencana dan Kesehatan Reproduksi, tujuan, kepentingan,

harapan serta keadaan kesehatan dan kehidupan

keluarganya. Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan klien.

Berikan perhatian atas apa yang disampaikan klien sesuai


27

dengan kata-kata, gerak isyarat dan caranya. Coba

tempatkan diri kita didalam hati klien. Perhatikan bahwa

kita memahami. Dengan memahami pengetahuan,

kebutuhan dan keinginan klien kita dapat mrmbantunya.

3) U : Uraikan pada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa

pilihan reproduksi yang paling mungkin termasuk pilihan

beberapa jenis kontrasepsi.

4) TU : banTUlah klien menentukan pilihannya.

Petugas membantu klien berfikir mengenai apa aja paling sesuai

dengan keadaan dan kebutuhannya, mendorong klien untuk

menunjukkan keinginan dan mengajukan pertanyakan kemudian

tanggapi secara terbuka, selain itu petugas juga membantu klien

mempertimbangkan kriteria dan keinginan klien terhadap jenis

kontrasepsi.

Tanyakan juga apakah pasangan akan memberikan dukungan

dengan pilihan tersebut. Jika memungkinkan diskusikan

mengenai pilihan tersebut dengan pasangannya. Pada akhirnya

yakinkan bahwa klien telah membuat sesuatu keputusan yang

tepat. Petugas dapat menanyakan : apakah anda sudah

memutuskan pilihan jenis kontrasepsi ? atau apa jenis

kontrasepsi terpilih yang akan digunakan ?

5) J : Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan

kontrasepsi pilihannya.
27

Setelah klien memilih alat kontrasepsinya, jika perlukan

perlihatkan alat / obat kontrasepsi tersebut digunakan dan

bagaimana cara penggunaannya. Kemuaian doronglah klien

untuk bertanya lagi dan petugas menjawab secara jelas dan

terbuka. Beri penjelasan juga tentang manfaat ganda metode

kontrasepsi misalnya kondom dapat mencegah infeksi menular

seksual (IMS). Cek pengetahuan klien tentang penggunaan

kontrasepsi pilihannya dan dipuji klien apabila dapat menjawab

dengan benar.

6) U : perlunya dilakukan kunjungan Ulang

Bicarakan dan buatlah perjanjian kepada klien akan kembali

untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau peminatan

kontrasepsi yang dibutuhkan. Serta inginkan klien untuk kembali

apabila terjadi suatu masalah.

2. Asuhan Keluarga Berencana

a. Pengkajian

Pengkajian adalah pengumpulan data dasar untuk

mengevaluasi keadaan pasien. Data ini termasuk riwayat kesehatan

dan pemeriksaan fisik (Nursalam, 2008). Data subjektif adalah data

didapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan

kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh tenaga

ksehatan secara independent tetapi melalui suatu system interaksi

atau kehamilan. (Nursalam, 2008).


27

b. InterprestasiData

Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterprestasikan

sehingga dapat merumuskan diagnose dan masalah yang spesifik

(Varney, 2007). Diagnose kebidanan adalah diagnose yang

ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan (Varney, 2007).

c. Diagnose potensial

Diagnose potensial adalah mengidentifikasi masalah atau

diagnose potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan

diagnose yang sudah diidentifikasi (Nursalam, 2008).

d. Antisipasi

Menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan

harus sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan dihadapi

kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang dilakukan

untuk mengantisipasi diagnose/masalah potensial pada step

sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan

emergency/segera. Tindakan segera yang mampu dilakukan secara

mandiri, secara kolaborasi atau bersifat rujukan (Varney, 2007).

e. Perencanaan

Rencana tindakan merupakan kelanjutan manajemen

terhadap diagnose atau masalah yang telah diidentifikasi atau

diantisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak

lengkap dapat dilengkapi, semua keputusan yang dikembangan

dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid


27

berdasarkan pengetahuan dan teori yang uptodate serta sesuai

dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan

klien (Varney, 2007).

f. Pelaksanaan

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang

diuraikan pada langkah ke 6 dilaksanakan secara efisien dan aman.

Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau

sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya.

Walau bidan tidak melakukan sendiri bidan tetap memikul

tanggung jawab untuk mengarhkan pelaksanaannya (misalnya

memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana

(Varney, 2007).

g. Evaluasi

Langkah ini adalah mengevaluasi keefektifan dari tindakan

yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan

bantuan apakah sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan

akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan

kebutuhan sebagaimana rencana tersebut dapat dianggap efektif

jika memang efektif dalam pelaksanaannya (Varney, 2007).


BAB III

TINJAUAN

KASUS

A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil

1. Kunjungan ANC I

Tanggal Pengkajian : 24 Maret 2019

Waktu Pengkajian : Pukul 16.30 WIB

Tempat Pengkajian : PMB Ny. Eny Kusrini S.ST

a. Data Subjektif

1) Identitas

Nama : Ny E Nama Suami : Tn A

Umur : 19 Tahun Umur : 22

Tahun Agama : Islam

Agama : Islam Suku : Jawa

Suku : Jawa Pendidikan

: SMU Pendidikan : SMU

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Desa Sukosari RT 07/RW 02, Kecamatan

Dagangan, Kabupaten Madiun

2) Alasan Berkunjung

Ibu mengatakan hamil anak ke 1, usia kehamilan 8 bulan

ingin memeriksakan kehamilannya.

3) Keluhan Utama

Ibu mengatakan tidak ada keluhan

4) Riwayat Kesehatan
274
27

a) Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit

menahun dengan gejala sering sesak nafas,nyeri dada

dan berdebar debar (Jantung), menurun dengan gejala

sering BAK, sering merasa haus, dan lapar (DM) dan

pusing serta tekanan darah tinggi (Hipertensi) dan tidak

menderita penyakit menular dengan gejala batuk lama

disertai dahak dan darah, nafsu makan berkurang

(TBC) Dan nyeri perut sebelah kanan serta kuning pada

anggota badan/kulit (Hepatitis) dan tidak mempunyai

penyakit dengan gejala daya tahan tubuh menurun,

mudah jatuh sakit (HIV/AIDS), dan tidak pernah

mengalami keputihan yang gatal dan berbau dan

merasakan nyeri saat BAK (PMS).

b) Riwayat Kesehatan Dahulu

Ibu mengatakan tidak pernah MRS dan menjalani

operasi apapun serta tidak pernah menderita penyakit

Jantung, DM, Hipertensi, TBC, Hepatitis, HIV/AIDS,

PMS, dan ibu pernah menderita sakit Maag.

c) Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga ibu maupun suami tidak ada yang memiliki

riwayat kehamilan kembar serta tidak pernah menderita

penyakit menahun dengan gejala sering sesak nafas,


27

nyeri dada dan berdebar debar(Jantung), menurun

dengan gejala sering BAK, sering merasa haus,

dan lapar (DM) dan pusing serta tekanan darah

tinggi (Hipertensi) dan tidak menderita penyakit

menular dengan gejala batuk lama disertai dahak

dan darah, nafsu makan berkurang (TBC).

Dan nyeri perut sebelah kanan serta kuning pada

anggota badan/kulit (Hepatitis) dan tidak

mempunyai penyakit dengan gejala daya tahan tubuh

menurun, mudah jatuh sakit (HIV/AIDS), dan tidak

pernah mengalami keputihan yang gatal dan berbau

dan merasakan nyeri saat BAK (PMS)

5) Riwayat Pernikahan

Usia Menikah : 18

tahun Lama Pernikahan : 1

Tahun Status Pernikahan :

Sah Menikah 1 kali

6) Riwayat Kebidanan

Menarche : 13 Tahun

Bau : Amis

Lama : 7 hari

Siklus : 28 Hari

Warna : Merah Segar


27

Jumlah : 2-3 x ganti pembalut dalam sehari

Disminorhea : Kadang kadang merasa nyeri saat

haid Konsistensi : Encer terkadang ada gumpalan

7) Riwayat kehamilan sekarang

HPHT : 07 Juli 2018

Ibu mengatakan hamil pertama.

a) Trimester I

Berapa kali periksa : 2x di PMB 1x di PKM

pertama kali pada usia 6

minggu

Keluhan : Pusing dan mual

Terapi : Antasid, Calcifar, Tablet

Fe, Vitonal

Penyuluhan : istirahat cukup, nutrisi.

b) Trimester II

Berapa Kali periksa : 3x periksa di PMB pertama kali

merasakan gerakan janin pada

usia kehamilan 5 bulan

Keluhan : Ibu mengatakan tidak ada

keluhan apapun

Terapi : Tablet Fe, Calcifar

Penyuluhan : pola istirahat, pola nutrisi,

perawatan payudara
27

c) Trimester III

Berapa kali periksa : 2 x periksa di

PMB Keluhan : tidak ada keluhan

Terapi : Tablet Fe, vitonal, kalk

Penyuluhan : tanda bahaya hamil, tanda-tanda

persalinan

Riwayat alergi obat : ibu mengatakan tidak memiliki

alergi obat

Status Imunisasi TT : T5

8) Riwayat Keluarga Berencana

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB apapun

sebelumnya dan belum memiliki rencana menggunakan KB

apapun.

9) Pola Kebiasaan sehari hari

a) Nutrisi

(1) Sebelum hamil : ibu mengatakan makan teratur 3x

sehari, dengan komposisi nasi,sayur, lauk dengan

porsi sedang dan minum air 6-8 gelas sehari dan

tidak minum susu.

(2) Selama hamil : ibu mengatakan makan teratur 3x

sehari dengan porsi sehari, dengan komposisi

nasi,sayur, lauk dengan porsi kecil tidak ada


27

pantangan makanan dan minum air putih 6-8 gelas

sehari dan tidak minum susu.

b) Eliminasi

(1) Sebelum hamil : ibu mengatakan BAB teratur 1x

sehari ,konsistensi lunak, warna kuning tidak ada

keluhan saat BAB dan BAK 3-4x seahari warna

jernih dan tidak ada keluhan saat BAK

(2) Selama hamil : ibu mengatakan BAB teratur 1x

sehari ,konsistensi lunak, warna kuning tidak ada

keluhan saat BAB dan BAK 3-4x seahari warna

jernih dan tidak ada keluhan saat BAK

c) Istirahat

(1) Sebelum hamil : ibu mengatakan tidur siang teratur

± 2 jam dan tidur malam ± 6-8 jam

(2) Selama hamil : ibu mengatakan tidur siang ± 1-2

jam dan tidur malam ± 7-9 jam sehari.

d) Aktivitas

(1) Sebelum hamil : ibu mengatakan sebagai ibu rumah

tangga dan melakukan aktivitas rumah yaitu

mencuci, menyapu dan memasak

(2) Selama hamil : ibu mengatakan melakukan aktivitas

rumah seperti biasa menyapu dan memasak dan


28

mengurangi aktivitas berat dan kegiatan yang

berbahaya dan kadang dibantu suami.

e) Personal Higiene

(1) Sebelum hamil : ibu mengatakan mandi 2x

sehari,gosok gigi 2x sehari,dan keramas 3x

seminggu serta mengganti pakaian setiap selesai

mandi.

(2) Selama hamil : ibu mengatakan mandi 2x sehari

gosok gigi 2x sehari,dan keramas 3x seminggu serta

mengganti pakaian setiap selesai mandi.

f) Seksual

(1) Sebelum hamil : ibu mengatakan melakukan

hubungan seksual 2x seminggu dan tidak ada

keluhan saat berhubungan

(2) Selama hamil : ibu mengatakan melakukan

hubungan seksual kadang kadang dan tidak ada

keluhan selama berhubungan.

10) Riwayat Ketergantungan

Ibu mengatakan sebelum hamil dan selama hamil ibu dan

suami tidak memiliki ketergantungan terhadap rokok,

minuman beralkohol maupun obat obatan terlarang serta

jamu jamuan.
28

11) Latar belakang sosial budaya

Ibu mengatakan tidak pernah melakukan pijat perut,minum

jamu jamuan dan tidak ada pantangan terhadap makanan

tertentu seperti telur, daging, ikan dan ada kebiasaan

tingkepan 7 bulanan.

12) Psikososial dan spiritual

Ibu mengatakan bahwa hubungan dengan suami baik,

suami dan keluarga sangat mendukung atas kehamilannya.

Dan ibu berharap kehamilannya lancar sampai bayinya lahir

pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami, ibu

suami dan keluarga selalu berdoa agar diberi kesehatan dan

keselamatan sampai proses persalinan nanti.

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan umum

a) Keadaan Umum : Baik

b) Kesadaran : Composmentis

c) TTV

TD : 110/70 mmHg N: 80 x/menit

R : 22x/menit S: 36 °C

d) Antropometri

BB Sekarang : 65 kg

BB Sebelum hamil : 55

kg

Kenaikan berat badan ibu selama hamil 11 kg


28

TB : 155 cm

LILA : 25,5 cm

IMT :

Berat badan (kg)

IMT=

(Tinggi

badan(m)² 55

55

IMT= --------- =-------= 22,9 (Normal)

1,55² 2,40

HPL: 14 April 2019

2) Pemeriksaan Fisik

a) Kepala

Inspeksi : Bersih simetris, rambut lurus,warna rambut

hitam,penyebaran rambut merata dan tidak

ada benjolan abnormal

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

b) Muka

Inspeksi : Simetris,bersih,tidak sembab,tidak odema,dan

tidak ada cloasma gravidarum.

c) Mata

Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada sekret, sklera

berwarna putih, konjungtiva merah muda,


28

pupil isokor, tidak menggunakan alat bantu

penglihatan fungsi penglihatan baik.

d) Hidung

Inspeksi : Simetris,tidak ada sekret dan polip dan

tidak ada pernafasan cuping hidung

e) Telinga

Inspeksi : Simetris,bersih,tidak ada sekret,tidak ada

serumen,tidak ada perdarahan, fungsi

pendengaran baik.

f) Mulut dan Gigi

Inspeksi :Simetris,bersih,mukosa bibir lembab,tidak

ada stomatitis,tidak ada perdarahan gusi,tidak

ada caries gigi dan lidah bersih

g) Leher

Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada benjolan

abnormal, dan tidak ada hiperpigmentasi

Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan

tyroid dan tidak ada bendungan vena jugularis.

h) Aksila

Inspeksi : Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe,

Palpasi : tidak ada nyeri tekan


28

i) Dada

Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada retraksi dinding

dada

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Auskultasi : paru paru : tidak ada suara wheezing dan

ronchi

Jantung : suara jantung normal lup dup

Perkusi : jantung : pekak

: paru paru : sonor

j) Payudara

Inspeksi: Simetris, bersih, kedua putting

menonjol,terdapat hiperpigmentasi pada

areola dan papila

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan ,tidak ada benjolan

abnormal, konsistensi keras, colostrum sudah

keluar.

k) Abdomen

Inspeksi : simetris, pembesaran perut kedepan sesuai

usia kehamilan, tidak ada bekas luka,

terdapat linea nigra dan strie livide.


28

l) Genetalia

Inspeksi : bersih, tidak ada odema dan varises, tidak ada

condiloma akuminata, tidak ada flour albus,

tidak ada perdarahan pervaginam.

m) Anus

Inspeksi : Tidak ada hemoroid,tidak ada

perdarahan dari anus

n) Ekstremitas

Inspeksi : Simetris, kuku bersih, tidak ada

gangguan gerak, jumlah jari tangan dan

kaki lengkap.

Palapasi : Pada ekstremitas bawah tidak ada odema,

tidak ada varises.

Perkusi : Refleks patella +/+

3) Pemeriksaan penunjang

HB : 11,5 g/dl Protein Urine : Negatif

HIV : Non reaktif Reduksi Urine :

Negatif HBsAg : Non reaktif

4) Pemeriksaan Khusus

a) Palpasi

Leopod 1 : TFU pertengahan pusat-prosessus

xyphoideus. Pada fundus teraba bagian

bundar, lunak,tidak

melenting(bokong).
28

Leopod 2 : pada bagian kanan perut teraba bagian

keras, memanjang seperti papan

(punggung janin) pada bagian kiri perut

ibu teraba bagian kecil kecil janin

(ekstremitas)

Leopod 3 : pada bagian bawah perut ibu teraba

bagian bundar, keras (kepala), sulit

digerakkan.

Leopod 4 : kedua ujung jari tangan pemeriksa tidak

saling bertemu (divergen).

b) Perlimaan 4/5 bagian

c) TFU Mc donald 27 cm

d) TBJ (27-11) x 155 =2.480 gram

e) DJJ 140x/menit punctum maximum 2 jari kanan bawah

pusat, fleksi.

5) Skor Puji Rochyati (SPR)

Skor ibu sampai dengan ANC ke 8 yaitu 2.

c. Analisa

G1P00000 usia 19 tahun, umur kehamilan 37

minggu, kehamilan fisiologis, janin tunggal hidup.

d. Penatalaksanaan pukul : 16.40 WIB

1) Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa

keadaan ibu dan janin baik


28

E/Ibu senang mengetahui hasil pemeriksaannya

2) Memberitahu ibu bahwa dari hasil IMT (Indeks Masa

Tubuh) termasuk kategori normal, dimana seharusnya

kenaikan berat badan ibu 11-16 kg tetapi penambahan berat

badan ibu hanya 10kg, sehingga ibu harus mengatur pola

makan dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung

protein, karbohidrat dan lemak.

E/ Ibu bersedia melakukan anjuran bidan.

3) Mengulang kembali pengetahuan tentang kebutuhan dasar

ibu hamil yaitu nutrisi, istirahat, dan gizi seimbang.

E/Ibu dapat mengulangi penjelasan dari bidan tentang

nutrisi, gizi seimbang dan istirahat

4) Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya kehamilan TM

III, dan tanda tanda persalinan

E/Ibu dapat mengulangi penjelasan yang diberikan

5) Mendiskusikan persiapan persalinan

a) Penolong persalinan

b) Tempat persalinan

c) Transportasi yang di pakai

d) Persiapan biaya

e) Pengambil keputusan

f) Pendamping persalinan

g) Keperluan ibu dan bayi


28

h) Pendonor jika diperlukan

Ibu ingin bersalin ditolong oleh bidan di tempat praktik

mandiri, menggunakan transportasi sendiri, biaya sudah

diciptakan pengambil keputusan nantinya adalah suami,

ibu ingin didampingi suami saat melahirkan ibu sudah

mempersiapkan keperluan untuk dirinya sendiri dan

bayinya dan ibu sudah mempersiapkan siapa nanti yang

jadi pendonor untuk dirinya.

6) Menyampaikan kepada ibu hasil skor puji rochyati bahwa

skor ibu sampai dengan ANC ke 8 yaitu 2, skor 2 termasuk

tidak beresiko dan dapat melahirkan secara normal di bidan.

E/ Ibu memahami penjelasan bidan.

7) Memberikan vitonal dan etabion 1x1 sehari serta

menjelaskan cara minum yang benar dan aturan minumnya.

E/Ibu bersedia minum obat secara teratur

8) Menganjurkan ibu untuk melakukan cek lab. Ibu bersedia

melakukan cek lab.

9) Menyepakati kunjungan ulang 1 minggu pada tanggal 31

maret 2019 pada tanggal atau sewaktu waktu jika ada

keluhan

E/Ibu bersedia periksa kembali 1 minggu lagi atau sewaktu

waktu jika ada keluhan.


28

Rengganis Fendy H.

2. Kunjungan ANC II

Tanggal Pengkajian : 7 April 2019

Waktu Pengkajian : 16.00 WIB

Tempat Pengkajian : PMB Ny Eny Kusrini S.ST

a. Data Subjektif

Ibu mengatakan sudah merasakan kenceng kenceng

tetapi jarang dan belum begitu kuat

Hasil cek lab

Tempat : Puskesmas

Dagangan Tanggal : 5 April

2019

HBsAg : Negatif

Reduksi Urine : Negatif

Protein Urine : Negatif

HIV : Non reaktif

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan Umum : Baik

b) Kesadaraan : Composmentis

c) Tanda tanda vital

TD : 110/70

mmHg
29

N : 80x/menit

RR :

21x/menit S :

36,5°C

d) Antopometri

BB sekarang 67 kg

2) Pemeriksaan Fisik

a) Mata

Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada sekret, sklera

berwarna putih, konjungtiva merah

muda, tidak menggunankan alat bantu

penglihatan dan fungsi penglihatan baik

b) Dada

Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada retraksi dinding

dada

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Auskultasi : Pada paru paru Tidak ada suara wheezing

dan ronchi dan suara jantung normal lup

dup

Perkusi : bagian paru paru sonor dan bagian jantung

pekak.
29

c) Payudara

Inspeksi : Simetris, bersih, kedua puting susu

menonjol, terdapat hiperpigmentasi pada

areola mamae

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada

benjolan abnormal, konsistensi keras,

kolostrum sudah keluar.

d) Abdomen

Inspeksi: Simetris, pembesaran perut kedepan,

pembesaran perut sesuai usia kehamilan, tidak

ada bekas luka operasi caesar, terdapat linea

nigra, dan strie livide

e) Genetalia

Inspeksi : bersih, tidak ada bekas luka pada perineum,

tidak ada odema dan varises, tidak ada

condiloma akuminata, tidak ada flour albus

dan tidak ada perdarahan pervaginam.

f) Anus

Inspeksi : Tidak ada hemoroid,tidak ada

perdarahan dari anus.


29

g) Ekstremitas

Inspeksi : Simetris, kuku bersih, tidak ada

gangguan gerak, jumlah jari tangan

dan kaki lengkap

Palpasi : Pada ektremitas bawah tidak ada odema,

tidak ada varises

Perkusi : refleks patella +/+

3) Pemeriksaan khusus

a) Palpasi

Leopod 1 : TFU pertengahan pusat prosessus

xyphoideus, pada fundus teraba bagian

bundar, lunak, kurang melenting

(bokong).

Leopod 2 : Pada perut bagian kanan teraba bagian

lurus, keras dan memanjang seperti

papan (punggung). pada perut bagian

kiri teraba bagian kecil janin

(ekstremitas janin).

Leopod 3 : Pada perut ibu bagian bawah teraba

bagian janin yang bulat, keras (kepala),

sulit digerakkan.

Leopod 4 : kedua ujung jari tangan pemeriksa

tidak saling bertemu (divergen).


29

b) Penurunan 3/5 bagian

c) TFU Mc Donald 29 cm

d) TBJ (29-11) X 155 = 2.790 gram

e) Auskultasi DJJ 145x/menit, punctum maksimum 2 jari

kanan bawah pusat, fleksi.

f) Skor Puji Rochyati (SPR)

Skor ibu sampai dengan ANC ke 9 yaitu 2.

c. Analisa

G1P00000 usia 19 tahun, umur kehamilan 39

minggu, kehamilan fisiologis, janin tunggal hidup.

d. Penatalaksanaan pukul : 16.30 WIB

1) Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan

bahwa ibu dan janin sehat

E/Ibu mengerti dan merasa senang dengan

hasil pemeriksaannya.

2) Memberitahukan kepada ibu bahwa kenceng

kenceng yang dialaminya merupakan hal yang

wajar sebab kehamilannya sudah tua dan

merupakan tanda tanda dari persalinan.

E/Ibu mengerti tentang penjelasan bidan

3) Menganjurkan ibu harus mengatur pola makan

dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung


29

protein, karbohidrat dan lemak untuk

mempertahankan berat badan normal nya.

E/ Ibu bersedia melakukan anjuran bidan.

4) Memberikan tablet Fe dan Kalk 1x1 sehari serta

menjelaskan cara minum yang benar dan aturan

minumnya

E/Ibu bersedia minum obat secara teratur

5) Mengulang kembali tentang tanda tanda persalinan

E/ibu dapat mengulang kembali apa saja tanda

tanda persalinan

6) Memberitahukan kepada ibu untuk kembali lagi

sewaktu waktu jika ada keluhan atau jika sudah

merasakan kenceng-kenceng.

E/Ibu bersedia kembali lagi jika terdapat keluhan

Rengganis Fendy H.

B. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin

1. Kala I

Tanggal Pengkajian : 14 April 2019 Pukul : 01.30 WIB

a. Data Subjektif
29

Ibu mengatakan merasakan kenceng kenceng mulai pukul

21.00 WIB dan mengeluarkan lendir bercampur darah.

b. Data Obyektif

1) Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

BB : 67 kg

TTV : TD :120/80 mmHg

N : 80x/menit

S : 36,7°C

RR : 20x/menit

2) Pemeriksaan Fisik

a) Kepala

Inspeksi : Bersih simetris, rambut lurus, warna

rambut hitam, penyebaran rambut merata

dan tidak ada benjolan abnormal

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

b) Muka

Inspeksi : Simetris bersih tidak sembab tidak odema,

dan tidak ada cloasma gravidarum.

c) Mata

Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada sekret,

sklera berwarna putih, konjungtiva merah

muda,
29

pupil isokor, tidak menggunakan alat bantu

penglihatan fungsi penglihatan baik.

d) Hidung

Inspeksi : Simetris, tidak ada sekret dan polip dan

tidak ada pernafasan cuping hidung

e) Telinga

Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada

serumen, tidak ada perdarahan, fungsi

pendengaran baik.

f) Mulut dan Gigi

Inspeksi : Simetris, bersih, mukosa bibir lembab, tidak

ada stomatitis, tidak ada perdarahan gusi, tidak

ada caries gigi dan lidah bersih

g) Leher

Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada benjolan

abnormal, dan tidak ada hiperpigmentasi

Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan

tyroid dan tidak ada bendungan vena

jugolaris.

h) Aksila

Inspeksi : Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe,

Palpasi : tidak ada nyeri tekan


29

i) Dada

Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada

retraksi dinding dada

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Auskultasi : paru paru : tidak ada suara wheezing

dan ronchi

Jantung : suara jantung normal lup dup

Perkusi : jantung : pekak

: paru paru : sonor

j) Payudara

Inspeksi : Simetris bersih kedua puting menonjol

terdapat hiperpigmentasi pada areola dan

papila

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan , tidak ada benjolan

abnormal, konsistensi keras, colostrum

sudah keluar.

k) Abdomen

Inspeksi : simetris, pembesaran perut kedepan sesuai

usia kehamilan, tidak ada bekas

luka,terdapat linea nigra dan strie livide,

tampak gerakan janin.


29

l) Genetalia

Inspeksi : Terdapat pengeluaran darah bercampur

lendir dari jalan lahir tidak ada odema dan

varises tidak ada condiloma akuminata dan

matalata

Palapasi : tidak terdapat pembesaran kelenjar skene

dan bartholin,perineum kaku.

m) Anus

Inspeksi : Tidak ada hemoroid, tidak ada

perdarahan dari anus.

n) Ekstremitas

Inspeksi : Simetris, kuku bersih, tidak ada gangguan

gerak, jumlah jari tangan dan kaki lengkap.

Palapasi : Pada ekstremitas bawah tidak ada odema,

tidak ada varises.

Perkusi : Refleks patella +/+

3) Pemeriksaan Khusus

a) Palpasi

Leopod 1 : TFU pertengahan pusat-prosessus

xyphoideus. Pada fundus teraba

bagian bundar lunak tidak melenting

(bokong).
29

Leopod 2 : pada bagian kanan perut teraba bagian

keras, memanjang seperti papan

(punggung janin) pada bagian kiri

perut ibu teraba bagian kecil kecil

janin (ekstremitas).

Leopod 3 : pada bagian bawah perut ibu teraba

bagian bundar, keras (kepala), tidak

bisa di goyangkan, Bagian terbesar

kepala sudah masuk panggul (sudah

masuk PAP).

Leopod 4 : kedua ujung jari tangan pemeriksa

tidak saling bertemu (divergen)

b) Penurunan kepala 2/5 bagian

c) TFU Mc donald 29 cm

d) TBJ (29-11) x 155 =2.790 gram

e) DJJ 140x/menit terdengar di bawah pusat sebelah

kanan.

f) His 3 x/10 menit lamanya 40 detik

g) VT tanggal 14 April 2019 jam 02.00 : terdapat

lendir bercampur darah tidak varises, vulva tidak

odema, vagina tidak ada masa, porsio lunak,

pembukaan 4 cm, effeccement 50%, ketuban (+),


30

presentasi belakang kepala, penurunan kepala hodge

II, UUK kanan depan, tidak ada molase.

c. Analisa

G1P00000 usia 19 tahun, umur kehamilan 40 minggu,

persalinan fisiologis, inpartu kala 1 fase aktif dan janin tunggal

hidup.

d. Penatalaksanaan pukul : 02.10 WIB

1) Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga

bahwa kondisi ibu dan janin baik

E/ ibu dan keluarga merasa senang dengan hasil

pemeriksaan

2) Memberitahukan kepada ibu untuk melakukan teknik

relaksasi saat ada kontraksi yaitu dengan mengambil nafas

dalam dari hidung dan mengeluarkannya melalui mulut

E/ibu bisa mempraktekan teknik relaksasi yang diajarkan

3) Memberitahu ibu tentang proses persalinan dan kemajuan

persalinan.

E/ibu mengerti dan kooperatif terhadap proses dan

kemajuan persalinannya.

4) Mengajari bagaimana posisi dan cara meneran yang baik

untuk meneran.

E/ibu bersedia mempraktekkan.

5) Menganjurkan ibu untuk berbaring miring kiri


30

E/ Ibu bersedia mengikuti anjuran bidan

6) Meminta ibu untuk tidak mengejan dulu sebelum

pembukaan lengkap

E/Ibu mau mengikuti anjuran bidan

7) Memberitahukan kepada ibu untuk makan dan minum saat

tidak ada kontraksi dan segera ke kamar mandi jika merasa

ingin BAK.

E/Ibu mau mengikuti anjuran bidan

8) Melanjutkan observasi his,DJJ,nadi, tiap 30 menit tekanan

darah tiap 4 jam dan pembukaan tiap 4 jam atau sewaktu

waktu bila ada indikasi dan Mencatat hasil ke partograf

Rengganis Fendy H.

2. Kala II

Tanggal Pengkajian : 14 April 2019 pukul : 06.00 WIB

a. Data Objektif

Ibu mengatakan kenceng-kenceng semakin sering serta semakin

sakit dan merasakan adanya dorongan untuk mengejan seperti ingin

BAB yang tidak dapat ditahan.

b. Data obyektif

1) Ibu tampak kesakitan dan cemas


30

2) Perineum menonjol, vulva membuka dan adanya tekanan yang kuat

pada anus dan vagina dan terdapat pengeluaran darah dan cairan

semakin banyak dari jalan lahir

3) Penurunan kepala 0/5 bagian

4) Auskultasi DJJ 142 x/menit terdengar di bawah pusat sebelah

kanan.

5) His 4x/10 menit lama 42 detik

6) VT 06.00 : terdapat lendir bercampur darah tidak varises, vulva

tidak odema, vagina tidak ada masa, porsio lunak, pembukaan 10

cm, effeccement 100%, ketuban (-) jernih, presentasi belakang

kepala, penurunan kepala hodge IV, UUK kanan depan, tidak ada

molase.

c. Analisa

Inpartu kala II KU ibu dan janin baik.

d. Penatalaksanaan Pukul : 06.40 WIB

1) Mendengar dan melihat tanda gejala kala II. Tanda gejala kala II

yaitu ibu merasakan ada dorongan ingin meneran, tekanan pada

anus, dan terlihat kondisi vulva yang membuka dan perineum yang

menonjol.

E/ terdapat tanda gejala kala II

2) Memastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan

esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi

ibu dan bayi baru lahir.


30

3) Memakai celemek plastik.

4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci

tangan dengan sabun dan air bersih mengalir dan kemudian

keringkan dengan tissue atau handuk yang bersih dan kering.

5) Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan

untuk periksa dalam.

6) Masukkan oksitosin ke dalam spuit (gunakan tangan yang

menggunakan sarung tangan DTT dan steril dan pastikan tidak

terjadi kontaminasi pada alat suntik).

7) Melakukan vulva hygien dengan menggunakan kapas atau kasa

yang dibasahi air DTT.

8) Melakukan periksa dalam (hati-hati) untuk memastikan pembukaan

sudah lengkap.

9) Melakukan Dekontaminasi sarung tangan dengan cara

mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam

larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan

terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua

tangan setelah sarung tangan dilepaskan.

10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat

relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal

(120 – 160 x/menit).

E/ Didapat DJJ 142x/menit dalam batas normal.


30

11) Memberitahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman

dan sesuai dengan keinginannya.

E/ ibu memilih posisi setengah duduk.

12) Meminta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi meneran

(bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu

ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan

pastikan ibu merasa nyaman).

13) Melaksanakan pimpinan meneran pada saat ibu merasa ada

dorongan kuat untuk meneran.

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil

posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk

meneran dalam 60 menit.

E/ ibu memilih posisi setengah duduk.

15) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,

jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.

16) Meletakkan kain yang bersih dan kering yang dilipat 1/3 nya di

bawah bokong ibu.

17) Membuka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat

dan bahan.

18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5 – 6 cm membuka

vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi


30

kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi

untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.

Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat dan

dangkal. Kemudian lakukan episiotomi untuk membuka jalan lahir.

20) Memeriksa kemungkin adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan

yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses

kelahiran.

E/ tidak terdapat lilitan tali pusat.

21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi

luar secara spontan.

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan

lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu

depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah

atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah untuk kepala dan bahu.

Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan

siku sebelah atas.

24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut

ke punggung, bokong tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki

(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata

kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).

25) Melakukan penilaian bayi baru lahir.


30

E/ Jam 22.50 Bayi lahir spontan, tangis kuat, gerak aktif, cukup

bulan.

26) Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh

lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti

handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di

atas perut ibu.

27) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam

uterus

E/ hamil tunggal

28) Beritahu ibu bahwa akan di suntik oksitosin agar uterus

berkontraksi baik.

E/ ibu bersedia untuk disuntik oksitosin

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit

intramuskuler (IM) di 1/3 paha atas bagian lateral (tidak ada

pendarahan)

30) Dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat dengan

klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Dorongan isi tali pusat ke arah

distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem

pertama.

31) Lakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat.

32) Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit ibu.

33) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala
30

Rengganis Fendy H.

3. Kala III

Tanggal Pengkajian : 14 April 2019 pukul: 07.30 WIB

1) Data Subyektif

Ibu mengatakan lega karena bayinya sudah lahir dan Ibu mengatakan

perutnya masih mules.

2) Data obyektif

1) Keadaan umum : baik

2) Kesadaran : composmentis

3) Kandung kemih : kosong.

4) Kontraksi uterus : baik.

5) TFU setinggi pusat.

6) Tali pusat nampak di depan vulva.

7) Darah keluar tiba-tiba.

3) Analisa

Inpartu Kala III KU ibu baik

4) Penatalaksanaan pukul : 07.35 WIB

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari

vulva.
30

35) Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas

simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangakan tali pusat.

36) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah

sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas

(dorso-kranial) secara hati-hati. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-

40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul

kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.

37) Melakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta

terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat

dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti

poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).

38) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan

kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban

terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang

telah disediakan.

39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase

uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase

dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus

berkontraksi

E/ Fundus teraba keras.

Rengganis Fendy H.
30

4. Kala IV

Tanggal Pengkajian : 14 April 2019 pukul : 07.35 WIB

a. Data Subyektif

Ibu mengatakan merasa lega dan senang plasenta telah lahir.

b. Data Obyektif

1) Keadaan Umum baik

2) TTV TD : 110/70 mmHg

N : 80 x/menit

RR : 23 x/menit

S : 36,3 °C

3) TFU 2 jari dibawah pusat.

4) Kontraksi uterus baik.

5) Kandung kemih kosong.

6) Perdarahan ±150 cc

c. Analisa

Inpartu kala IV

d. Penatalaksanaan pukul : 07.35 WIB

40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan

pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke

dalam kantung plastik atau tempat khusus.


31

E/ Plasenta lahir spontan, pada sisi maternal selaput ketuban

utuh, kotiledon 20, lengkap, diameter 20 cm, tebal 2 cm, sisi fetal

tidak ada pembuluh darah yang putus panjang tali pusat 40 cm..

41) Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina

E/ Perineum Terdapat laserasi derajat 2 pada mukosa vagina, otot

perenium dan kulit perenium, melakukan hecting menggunakan

jarum segitiga dan bulat dan benang kromik

42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam

E/ Uterus berkontraksi dengan baik.

43) Memastikan kandung kemih kosong. Jika penuh lakukan

kateterisasi

E/ kandung kemih kosong

44) Mencelupkan sarung tangan pada larutan klorin 0,5%, bersihkan

noda darah dan cairan tubuh, bilas dengan air DTT tanpa melepas

sarung tangan dan keringkan

45) Mengajarkan ibu cara menilai kontraksi dan melakukan massase

46) Memeriksa nadi ibu dan memastikan keadaan baik

47) Mengevaluasi dan mengestimasi jumlah kehilangan darah

48) Memantau keadaan bayi, memastikan bayi bernafas dengan baik

(40-60 x/ menit)

49) Membersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh

menggunakan air DTT.


31

50) Memastikan ibu merasa nyaman, dan membantu ibu memberikan

asi serta menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu makan dan

minum

51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin

0,5% selama 10 menit

52) Membuang bahan – bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah

medis

53) Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%

54) Mencelupkan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% dan

melepaskan sarung tangan secara terbalik

55) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan

56) Memakai sarung tangan DTT untuk memberikan vitamin k1 (1mg)

intramuskular di paha kiri bawah lateral dan salep mata profilaksis

infeksi dalam 1 jam pertama kelahiran

57) Melakukan pemeriksaan fisik lanjutan, dan memastikan kondisi

bayi tetap baik

58) Memberikan imunisasi hepatitis B di paha kanan bawah lateral.

Dan letakkan bayi dalam jangkauan ibu

59) Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam

dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit Mencuci tangan dengan

sabun dan air mengalir dan keringkan

60) Melengkapi partograf


31

Rengganis Fendy H.

C. Asuhan Kebidanan Nifas

1. Kunjungan 1

Tanggal : 14 April 2019 Pukul : 13.20 WIB (6 Jam post patum)

Tempat : PMB Eny Kusrini S.ST

b. Data Subjektif

1) Keluhan utama : ibu mengatakan masih merasa mules pada

perutnya

2) Ibu mengatakan sudah dapat BAK spontan dan belum BAB

3) Ibu dapat miring kanan dan kiri dan ibu dapat duduk pada 2

jam post partum

4) Ibu sudah dapat berdiri dan berjalan jalan di sekitar ruangan

pada 6 jam post partum

5) Ibu sudah dapat menyusui bayinya dengan posisi duduk

6) Riwayat psikologis ibu keluarga dan suami mengatakan

senang dengan kelahiran bayinya

c. Data Objektif

1) Keadaan umum : baik

2) Kesadaran : composmentis

3) Tanda tanda vital

a) TD : 100/60 mmHg
31

b) N : 80x/menit

c) S : 36,5°C

d) RR : 22x/menit

4) Pemeriksaan fisik

Mata

Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada sekret, sklera

berwarna putih, konjungtiva merah muda,

pupil isokor, tidak menggunakan alat bantu

penglihatan fungsi penglihatan baik.

Inspeksi : Simetris, bersih, mukosa bibir lembab, tidak

ada stomatitis, tidak ada perdarahan gusi, tidak

ada caries gigi dan lidah bersih

Dada

Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada retraksi

dinding dada

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Auskultasi : paru paru : tidak ada suara wheezing dan

ronchi

Jantung : suara jantung normal lup dup

Perkusi : jantung : pekak

: paru paru : sonor

Payudara
31

Inspeksi : Simetris bersih kedua puting menonjol

terdapat hiperpigmentasi pada areola dan

papila

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan , tidak ada benjolan

abnormal, konsistensi keras, colostrum

sudah keluar.

Abdomen

Inspeksi : simetris, tidak ada bekas luka operasi,

terdapat linea nigra dan strie livide

Palpasi : TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus

teraba keras dan bundar, kandung kemih

kosong

Genetalia

Inspeksi : tidak bersih, terdapat pengeluaran cairan

berwarna merah (lochea rubra) 1 pembalut,

terdapat jahitan di jalan lahir tidak ada odema

dan tidak varises tidak ada condiloma

akuminata dan matalata.

Palapasi : tidak terdapat pembesaran kelenjar skene

dan bartholin, perineum kaku.

Anus

Inspeksi : Tidak ada hemoroid, tidak ada

perdarahan dari anus


31

Ekstremitas

Inspeksi : Simetris, kuku bersih, tidak ada gangguan

gerak, jumlah jari tangan dan kaki lengkap.

Palpasi : Pada ekstremitas bawah tidak ada odema,

tidak ada varises.

d. Analisa

P10001 usia 19 tahun 6 jam postpartum fisiologis.

e. Penatalaksanaan pukul : 13.20 WIB

1) Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam

keadaan baik

E/Ibu senang dan mengucapkan alhamdulillah

2) Menjelaskan pada ibu cara menjaga vulva hygiene dan

perawatan luka perinium

E/Ibu mengerti dan mau melakukannya

3) Menjelaskan tentang perubahan fisiologis pada masa

nifas E/Ibu mengerti dengan penjelasan bidan

4) Menjelaskan pada ibu tentang kebutuhan dasar ibu nifas

E/ibu mengerti dan bisa mengikuti nya

5) Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya pada masa nifas

E/ibu paham dan segera datang ke petugas kesehatan

apabila terjadi masalah seperti tanda tanda tersebut


31

6) Menjelaskan pada ibu untuk mencegah perdarahan masa

nifas karena atonia uteri dengan mengajari menilai kontraksi

uterus dan melakukan masase findus

E/ibu paham dan bisa melakukan masase fundus

7) Menganjurkan ibu menyusui bayinya maksimal setiap 2 jam

atau setiap bayi menangis

E/ Ibu bersedia mengikuti anjuran bidan

8) Memberikan kapsul Vit A 2 kali yaitu kapsul segera setelah

melahirkan dan 1 kapsul setelah 24 jam pemberian kapsul

pertama, dan terapi lainnya seperti asam mefenamat,

amoxilin, etabion, dan salep bioplacenton agar luka cepat

kering

E/ibu bersedia meminum terapi yang diberikan

9) Memberikan KIE tentang pengetahuan KB atau penggunaan

KB. Ibu masih belum siap menggunakan KB

10) Memberitahu ibu jadwal kontrol ulang 1 minggu lagi atau

sewaktu waktu jika ada keluhan

E/ibu bersedia kembali lagi 1 minggu pada tanggal 21 April

2019 atau sewaktu waktu jika ada keluhan.

Rengganis Fendy H

2. Kunjungan II
31

Tanggal : 4 Mei 2019 pukul : 14.30 WIB (21 hari post partum)

Tempat Rumah Ny E

a. Data Subjektif

1) Ibu mengatakan sudah tidak merasakan nyeri pada luka

bekas jahitan

2) Ibu lebih mandiri mengurus bayinya sendiri

3) ASI sudah keluar dan sudah menyusui bayinya setiap 2 jam

atau saat bayi menangis

4) Ibu makan 3x sehari dengan komposisi nasi sayur tempe

tahu dan telur dan minum air putih 8 gelas sehari dan tidak

ada pantangan makanan tertentu

5) Ibu BAB 1x sehari konsistensi lembek warna kuning dan

BAK 4-5x sehari warna jernih dan tidak ada keluhan dalam

BAB dan BAK.

6) Ibu mandi 2x sehari ganti baju dan celana dalam tiap kali

mandi ganti pembalut tiap merasa penuh cebok tiap selesai

BAK dan BAB dengan sabun dan air bersih dari arah

depan ke belakang keramas 2x seminggu.

7) Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu

memasak dan mencuci baju

8) Ibu tidur ketika bayi tidur dan saat malam hari ibu bangun

setiap 2 jam untuk menyusui bayinya.

b. Data Objektif
31

1) Keadaan Umum : Baik

Kesadaran komposmentis

Ibu tampak senang dan tersenyum

2) Tanda tanda vital

TD : 100/70 mmHg

N : 82 x/menit

S : 36,5°C

RR : 20x/menit

3) Pemeriksaan Fisik

a) Dada

Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada retraksi dinding

dada

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Auskultasi : paru paru : tidak ada suara wheezing

dan ronchi

Jantung : suara jantung normal lup dup

Perkusi : jantung : pekak

paru paru : sonor

b) Payudara

Inspeksi : Simetris bersih kedua puting menonjol

terdapat hiperpigmentasi pada areola

dan papila
31

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan , tidak ada benjolan

abnormal konsistensi keras ASI sudah

keluar.

c) Abdomen

Inspeksi : simetris, tidak ada bekas luka operasi.

Palpasi : TFU tidak teraba

d) Genetalia

Inspeksi : Terdapat pengeluaran cairan berwarna

putih (lochea alba) luka jahitan sudah kering tidak

ada odema dan tidak varises tidak ada condiloma

akuminata dan matalata

Palpasi : tidak terdapat pembesaran kelenjar sken

dan bartolinitis.

e) Anus

Inspeksi : Tidak ada hemoroid, tidak ada

perdarahan dari anus

f) Ekstremitas

Inspeksi : Simetris, kuku bersih, tidak ada gangguan

gerak, jumlah jari tangan dan kaki lengkap.

Palpasi : Pada ekstremitas bawah tidak ada odema,

tidak ada varises.

c. Analisa
32

P10001 usia 19 tahun 21 hari postpartum fisiologis.

d. Penatalaksanaan pukul : 14.30 WIB

1) Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan

baik

E/Ibu merasa senang dan bersyukur dengan hasil

pemeriksaan

2) Menjelaskan pada ibu tentang pentingnya ASI eksklusif

dan harus diberikan kepada bayinya sampai usia 6 bulan

E/Ibu mau melakukan anjuran.

3) Memberikan KIE tentang perawatan payudara agar ASI

tetap keluar lancer dan papilla terjaga kebersihannya.

E/ Ibu bersedia melakukan anjuran

4) Memberikan KIE tentang tanda bahaya pada bayi baru

lahir seperti tidak mau menyusu, kejang, merintih. Dan

menganjurkan ibu membawa bayinya ke tenaga kesehatan

jika terjadi tanda bahaya.

E/ Ibu memahami tanda bahaya pada bayi dan

bersedia melakukan anjuran.

5) Menjelaskan pada ibu tentang rencana pemakain KB yang

diinginkan ibu setelah sudah mendapat menstruasi setelah

masa nifas.

E/Ibu paham dan sudah memiliki rencana KB

yang diinginkan.
32

Rengganis Fendy H

3. Kunjungan III (42 Hari post partum)

Tanggal : 25 Mei 2019 Pukul : 15.00 WIB

a. Data Subjektif

Ibu mengatakan saat ini tidak ada keluhan apapun selama nifas

ibu belum melakukan hubungan seksual, ASI lancar sering

menyusui dan bayi menyusui dengan kuat.

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : baik

kesadaraan : composmentis

Tanda tanda vital

Tekanan Darah : 110/70

mmHg Nadi : 80x/menit

RR : 20x/menit

Suhu : 36,5 °C

2) Pemeriksaan Fisik

Payudara : simetris bersih kedua putting menonjol terdapat

hiperpigmentasi pada areola dan papilla, tidak


32

ada nyeri tenan, tidak ada benjolan abnormal,

konsistensi lunak, ASI keluar lancar.

Abdomen : TFU tidak teraba, kandung kemih kosong

Genetalia : lochea alba, bekas luka jahitan perineum bersih

dan kering

Eksteremitas : tidak ada odema

c. Analisa

P10001 usia 19 tahun 42 hari postpartum fisiologis

d. Penatalaksaan Pukul : 15.05 WIB

1) Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu

dalam keadaan sehat

E/Ibu mengerti dan merasa senang

dengan penjelasan bidan

2) Mengingatkan kembali pada ibu tentang kebutuhan

dasar ibu nifas dan asuhan pada bayi meliputi cara

merawat bayi tetap hangat dan perawatan bayi

sehari hari

E/Ibu mengerti dengan penjelasan yang berikan

3) Memotivasi ibu untuk sering menyusui bayinya dan

meningkatkan produksi ASI dengan cara istirahat

cukup saat bayi tidur, mengonsumsi sayuran dan

perbanyak mengonsumsi air putih.


32

E/Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran

yang diberikan.

4) Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke

posyandu untuk menimbangkan bayinya setiap

bulan dan pergi ke bidan untuk pemberian imunisasi

dasar pada bayi.

E/Ibu mengerti dan bersedia mengikuti

anjuran bidan.

Rengganis Fendy H.

D. Asuhan Kebidanan pada Neonatus

1. Kunjungan Neonatus 1

Tanggal : 14 April 2019 pukul : 13.20 WIB (6 Jam post partum)

Tempat : PMB Eny Kusrini S.ST

a. Data Subjektif

1) Biodata

Nama : Bayi Ny “E”

Tanggal Lahir : 14 April

2019 Umur : 6 jam

Jenis Kelamin : Laki laki

Anak Ke : 1 (pertama)

Ibu mengatakan bayinya dalam keadaan sehat


32

2) Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarga ibu dan ayah tidak

pernah menderita penyakit menahun dengan gejala

sering sesak nafas, nyeri dada dan berdebar debar

(Jantung), menurun dengan gejala sering BAK,sering

merasa haus,dan lapar (DM) dan pusing serta tekanan

darah tinggi (Hipertensi) dan tidak menderita penyakit

menular dengan gejala batuk lama disertai dahak dan

darah,nafsu makan berkurang (TBC) Dan nyeri perut

sebelah kanan serta kuning pada anggota badan/kulit

(Hepatitis) dan tidak mempunyai penyakit dengan

gejala daya tahan tubuh menurun, mudah jatuh sakit

(HIV/AIDS), dan tidak pernah mengalami keputihan

yang gatal dan berbau dan merasakan nyeri saat

BAK(PMS).

3) Riwayat Kebidanan

a) Riwayat Antenatal

Status Imunisasi TT :

T5

Trimester I

Berapa kali periksa : 2x di PMB 1x di PKM pertama

kali pada usia 6 minggu

Keluhan : Pusing dan mual


32

Terapi : Antasid, Calcifar, Tablet

Fe, Vitonal

Penyuluhan : nutrisi, pola

istrahat Trimester II

Berapa Kali periksa : 3x periksa di PMB pertama kali

merasakan gerakan janin pada

usia kehamilan 5 bulan

Keluhan : Ibu mengatakan tidak ada

keluhan apapun

Terapi : Tablet Fe, Calcifar

Penyuluhan : pola istirahat, nutrisi,

perawatan payudara

Trimester III

Berapa kali periksa : 4x di PMB, 1x di

Puskesmas Keluhan : tidak ada keluhan

Terapi : Tablet Fe, vitonal, kalk

Penyuluhan : tanda bahaya hamil, tanda-tanda

persalinan.

Posisi janin : Presentasi Kepala

b) Riwayat Natal

Ibu mengatakan telah melahirkan bayinya pada

tanggal 14 April 2019 pukul 07.25 WIB bayi lahir

spontan menangis kuat dan gerak aktif jenis kelamin


32

laki-laki BB 3100 gram PB 49 cm AS 8-9 tidak ada

kelainan bawaan, tidak ada benjolan di kepala tidak

ada perdarahan ibu mengatakan segera setelah bayi

lahir langsung disusukan dan melakukan IMD.

4) Pola kebiasaan sehari hari

a) Nutrisi

Ibu mengatakan bayi diberi ASI saja, frekuensi sering

setiap 2 jam sekali.

b) Eliminasi

Ibu mengatakan BAB 2 kali konsistensi lunak, warna

feses kehitaman bayi BAK 2 kali warna kuning

jernih tidak ada keluhan saat BAK dan BAB

c) Istirahat/tidur

Ibu mengatakan bayi lebih banyak tidur , tidak

rewel, menangis ketika lapar BAK dan BAB

d) Aktivitas

Ibu mengatakan Bayi menangis kuat dan gerak aktif

e) Personal hygiene

Ibu mengatakan selalu mengganti pakaian bayinya

setiap basah dan kotor, mengganti popok setiap BAB

dan BAK.
32

5) Latar belakang sosial budaya

Ibu mengatakan setelah pulang nanti bayi akan dirawat dan

tinggal bersama orang tuanya, dalam keluarga tidak ada

kebiasaan merawat tali pusat dengan ramuan tradisional.

6) Psikososial dan spiritual

Ibu, suami dan keluarga sangat senang dengan kelahiran

bayinya.

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan umum baik dan kesadaran composmentis

b) Tanda tanda vital

Suhu 36,6 °C RR 40x/menit

Nadi : 138x/menit

c) Pengukuran antropometri

BB : 3100 gram SOB :30 cm

PB : 49 cm MO : 33 cm

LK : 34 cm FO : 36 cm

LD : 32 cm

2) Pemeriksaan Fisik

a) Kepala

Inspeksi : rambut warna hitam, penyebaran merata,


32

Palpasi : ubun ubun teraba datar, tidak ada caput

succadaneum, tidak cephal hematoma dan tidak ada

tanda hidrosefalus dan tidak ada molase.

b) Muka

Inspeksi : simetris, tidak pucat, tidak sembab,

tidak ikterik, tidak sianosis dan warna kemerahan.

c) Mata

Inspeksi : kedua mata simetris, konjungtiva merah

muda, sklera putih, tidak ikterus, tidak ada

pengeluaran sekret berlebih dan tidak ada

kelainan.

d) Hidung

Inspeksi : simetris, tidak ada sekret pada

hidung, tidak ada polip dan tidak pernafasan

cuping hidung

e) Mulut

Inspeksi : bibir kemerahan, tidak ada labio palato

skisis, mukosa bibir lembab, ada reflek rooting

dan sucking serta reflek swallowing kuat

mulut tampak seperti ingin minum.

f) Telinga

Inspeksi : simetris, tidak ada pengeluaran serumen


32

Palpasi : daun telinga kembali cepat kembali

g) Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar

limfe dan bendungan vena jugolaris.

h) Dada

Inspeksi : bentuk simetris,tidak ada tarikan dinding

dada kedalam saat bayi menangis

Auskultasi : pernafasan teratur, tidak ada

suara wheezing dan ronchi, tidak ada kelainan

irama jantung.

Perkusi : suara paru sonor dan suara jantung

pekak

i) Abdomen

Inspeksi : dinding abdomen simetris, tali pusat

masih basah, tidak ada perdarahan pada tali pusat,

tidak berbau busuk, tali pusat dibungkus dengan

kasa kering dan steril

Perkusi : suara perut tympani.

j) Genetalia

Inspeksi : jenis kelamin laki-laki, testis sudah turun

kedalam skrotum, terdapat lubang uretra ditengah

ujung penis.

k) Anus
33

Inspeksi : terdapat lubang anus

l) Ekstremitas

Atas : simetris, normal, jumlah jari lengkap, tidak

ada kelainan dan gerak aktif

Bawah : simetris, normal, jumlah jari jari lengkap,

tidak ada kelainan, gerak aktif.

m) Kulit

Inspeksi : warna kemerahan, tidak pucat kulit halus

lembut, tidak ada pengelupasan kulit, torgor kulit

baik.

3) Pemeriksaan neurologik

a) Reflek sucking

Baik. bayi mampu menghisap puting dengan kuat

b) Reflek rooting

Baik. bayi bereaksi jika Mendapat rangsangan

pada bibir atau pipi bayi

c) Reflek morro

Baik. saat dikagetkan bayi bergerak

seperti memeluk

d) Reflek swallowing

Baik. bayi dapat menelan dengan baik


33

e) Reflek grasping

Baik. saat bayi jari pemeriksa diletakkan pada

telapak tangan bayi, bayi merespon dengan baik saat

jari pemeriksa mengusap bagian bawah telapak kaki

bayi jari bayi membuka.

f) Reflek tonic neck

Baik. kepala bayi di miringkan ke kiri dan lengan

kirinya melipat sementara siku lengan kanannya

meregang lurus

g) Reflek glabela

Baik ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara

dua alis mata) menyebabkan mata bayi berkedip

h) Reflek staping

Baik ketika bayi di gendong berdiri kaki bayi akan

menapak seperti berjalan dan melangkah.

c. Analisa

Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan, Usia 6 jam,

fisiologis.

d. Penatalaksanaan pukul: 13.20 WIB

1) Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan

bayinya baik

E/Ibu mengetahuai keadaan bayinya dan merasa senang


33

2) Menjelaskan mengenai perawatan bayi sehari hari meliputi

menjaga kehangatan bayi, perawatan tali pusat dengan

menggnati kasa steril tiap setelah mandi, mengganti popok

setelah selesai BAB dan BAK dan memandikan bayi

E/ ibu mengerti dan bisa mengulangi penjelasan bidan

3) Menjelaskan tentang tanda bahaya bayi

E/Ibu mengerti dengan penjelasan bidan

4) Memberitahu ibu untuk membawa anaknya ke bidan jika

ibu menjumpai tanda bahaya pada bayinya

E/Ibu mengerti dan akan melaksanakannya

5) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya dengan adekuat

dan memberikan ASI ekslusif pada bayinya

E/ibu selalu menyusui bayinya setiap 2 jam sekali dan

akan memberikan ASI ekslusif kepada bayinya.

6) Mengajarkan pada ibu cara tekhnik menyusui yang benar

E/ibu paham dan bisa mengulang kembali penjelasan

bidan

7) Menganjurkan ibu untuk merawat dan selalu

memperhatikan kebutuhan bayinya serta memantau

pertumbuhan dan perkembangan bayinya. E/ibu mengerti

8) Memberitahu ibu untuk tetap menjaga suhu tubuh bayi agar

tetap hangat

E/ibu paham dan mau membedong bayinya


33

9) Menyepakati kunjungan neonatus pada usia 7 hari tanggal

22 april 2019 atau sewaktu waktu jika ada keluhan atau

tanda bahaya pada bayi.

E/ibu mengerti dan mau melakukan kunjungan ulang

atau kembali jika ada masalah.

Rengganis Fendy H.

2. Kunjungan Neonatus II

Tanggal : 23 april 2019 (8 hari post bayi baru lahir)

Pukul : 16.10 WIB.

a. Data Subjektif

Ibu mengatakan bayinya dalam keadaan sehat, bayi menangis

kuat, bayi tidur pulas dan menangis saat lapar, BAK, BAB dan

saat dimandikan, bayi minum ASI tiap kali menangis, bayi

tidak rewel, BAK 6-8 kali sehari, lancar warna kuning jernih

BAB 2 kali sehari warna kuning konsistensi lunak.

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Keadaan umum bayi baik kesadaran komposmentis

Suhu 36,8 °C

RR 45x/menit.

BB : 3100 gram
33

PB : 49 cm

2) Pemeriksaan Fisik

Kepala

Inspeksi : Rambut warna hitam, penyebaran merata

Palpasi : Ubun ubun datar, tidak ada benjolan

abnormal

Muka

Inspeksi : Simetris, tidak pucat, tidak sembab dan tidak

ikterik.

Mata

Inspeksi : Kedua mata simetris, konjungtiva merah

muda, sklera putih, tidak ada pengeluaran

sekret berlebih, tidak ada kelainan

Hidung

Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada sekret pada

hidung, dan tidak ada polip dan

pernafasan cuping hidung.

Mulut

Inspeksi : Bibir kemerahan, mukosa bibir lembab ada

reflek rooting dan sucking serta reflek

swallowing kuat mulut tampak seperti ingin

minum.

Telinga
33

Inspeksi : Simetris, tidak ada pengeluaran sekret dan

serumen

Palpasi : Daun telinga cepat kembali

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid limfe

dan bendungan vena jugolaris.

Dada

Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada tarikan dinding

dada kedalam saat bayi menangis

Auskultasi: pernafasan teratur, tidak ada suara

wheezing dan ronchi, tidak ada kelainan

irama jantung.

Perkusi : suara paru sonor dan suara jantung

pekak Abdomen

Inspeksi : pusar bersih, dinding abdomen simetris, tali

pusat sudah lepas.

Perkusi : suara perut

tympani Genetalia

Inspeksi : jenis kelamin laki-laki, testis sudah turun ke

dalam skrotum, terdapat lubang uretra

ditengah ujung penis.

Anus

Inspeksi : terdapat lubang anus

Ektremitas
33

Atas : simetris, normal, jumlah jari lengkap,

tidak ada kelainan dan gerak aktif

Bawah : simetris, normal, jumlah jari jari

lengkap, tidak ada kelainan, gerak aktif.

Kulit

Inspeksi : warna kemerahan, tidak pucat kulit halus

lembut, tidak ada pengelupasan kulit, torgor

kulit baik.

c. Analisa

Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan, usia 8 hari,

fisiologis.

d. Penatalaksanaan pukul : 16.00 WIB

1) Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa bayi dalam

keadaan baik

E/ibu mengerti kondisi baik

2) Memberitahu ibu untuk menjemur bayinya setiap pagi hari

agar bayinya mendapat sinar matahari yang cukup

E/ibu sudah melaksanakan setiap pagi

3) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya minimal

minimal setiap 2 jam sekali atau sesering mungkin

E/Ibu bersedia mengikuti anjuran bidan

4) Menjelaskan kembali mengenai asuhan pada bayi meliputi

perawatan tali pusat,merawat agar bayi tetap hangat,tanda


33

bahaya pada bayi,perawatan sehari hari,pemberian ASI

ekslusif dan tekhnik menyusui yang benar.

E/ ibu mengerti dengan penjelasan bidan

5) Menganjurkan ibu untuk imunisasi BCG + Polio 1 pada

bayinya pada usia 0-1 bulan

E/ibu mengerti dan akan segera memberikan imunisasi

pada bayinya

6) Menyepakati kunjungan neonatus pada usia 2 minggu atau

sewaktu waktu bila ada keluhan atau tanda bahaya pada

bayi

E/ibu mengerti dan mau kembali untuk melakukan

kunjungan.

Rengganis Fendy H.

3. Kunjungan Neonatus III

Tanggal : 04 Mei 2019 (21 hari post bayi baru lahir)

Pukul : 14.00 WIB

a. Data Subjektif

Ibu mengatakan bayinya tidur teratur tidak pernah rewel dan

kuat menyusui.

b. Data Objektif

a. Keadaan umum bayi baik, kesadaraan composmentis


33

b. Suhu 36,5°C, Nadi 100x/menit, RR 40x/menit

c. BB 3200

gram PB 49

cm

d. Mata bersih, sklera putih, konjungtiva merah muda, tidak

ada pernafasan cuping hidung, mulut bersih, bibir lembab

bibir berwarna kemerahan, tidak ada retraksi dada,

pernafasan teratur, perut tidak kembung pusar bersih

genetalia bersih, anus bersih, warna kulit kemerahan.

c. Analisa

Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan, usia 21 hari,

fisiologis.

d. Penatalaksanaan pukul : 14.00 WIB

1) Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa bayi

dalam keadaan baik

E/ibu mengerti dan merasa senang dengan

hasil pemeriksaannya

2) Mengingatkan ibu untuk selalu rutin membawa bayinya ke

posyandu untuk timbang dan diberikan imunisasi dasar

pada bayi.

E/ibu paham dan bersedia mengikuti anjuran bidan.

3) Memberitahukan ibu untuk tetap teratur memberikan ASI

eksklusif sampai bayi usia 6 bulan tanda tambahan

makanan apapun.
33

Rengganis Fendy H.

E. Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana

1. Kunjungan KB I (6 jam Post Partum)

Tanggal pengkajian : 14 april 2019

Waktu pengkajian : 13.30 WIB

Tempat pengkajian : Rumah Ny

“E”

a. Data subyektif

1) Keluhan Utama

Ibu mengatakan masih bingung akan menggunakan KB apa

2) Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu tidak pernah menderita kanker payudara atau riwayat

kanker payudara, Diabetes Militus, penyakit hati akut,

jantung, stroke, anemia, Tuberculosis, hepatitis, Penyakit

Menular Seksual, dan asma.

b) Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu tidak sedang menderita kanker payudara atau riwayat

kanker payudara, Diabetes Militus, penyakit hati akut,

jantung, stroke, anemia, Tuberculosis, hepatitis, Penyakit

Menular Seksual, dan asma.

c) Riwayat kesehatan keluarga

Dalam keluarga ibu dan suami tidak sedangatau pernah

menderita kanker payudara atau riwayat kanker

payudara,
34

Diabetes Militus, penyakit hati akut, jantung dan stroke,

anemia, Tuberculosis, Hepatitis, Penyakitr Menular

Seksual, dan asma.

3) Riwayat kebidanan

a) Riwayat haid

Ibu belum haid setelah masa nifas ini.

b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas

Ibu melahirkan bayi laki-laki cukup bulan tanggal 14 April

2019 pukul 07.25 WIB, lahir spontan, ditolong bidan di

PMB, bayi lahir langsung menangis, gerak aktif dilakukan

IMD, BB 3100 gram, PB 49 cm, plasenta lahir spontan dan

lengkap, perineum dijahit, perdarahan sedikit. Sekarang

nifas hari ke 21, ibu menyusui.

c) Riwayat KB

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat

kontrasepsi. Dan belum berencana menggunakan

kontrasepsi apapun.

4) Pola kehidupan sehari-hari

a) Nutrisi

Makan 3-5x sehari porsi sedang komposisi nasi, lauk

bergantian (tahu, tempe, ayam, telur), sayur bergantian

(wortel, bayam, kangkung), buah bergantian (pisang,

jeruk). Minum air putih 8-9 gelas sehari.


34

b) Eliminasi

BAB 1 kali sehari konsistensi lunak, warna kuning, BAK 6-

8 kali sehari warna kuning jernih. Tidak ada keluhan saat

BAB ataupun BAK.

c) Istirahat dan tidur

Tidur malam ± 6-7 jam antara pukul 21.30–04.30 WIB,

tidur siang ± 1 jam antara pukul 13.00–14.00 WIB.

d) Personal hygiene

Setiap hari mandi 2x, keramas seminggu 2-3 kali, gosok

gigi tiap mandi, ganti pakaian dan celana dalam tiap habis

mandi, kotor ataupun basah. Setiap selesai BAB/BAK

selalu cebok dari arah depan ke belakang dengan sabun

dan air.

e) Aktifitas

Ibu melakukan aktifitas seperti biasanya seperti

menyapu, mengepel, memasak, mencuci dan setrika.

f) Kehidupan seksual

Ibu belum melakukan hubungan seksual setelah bersalin.

g) Riwayat ketergantungan

Ibu tidak mempunyai kebiasaan merokok, suami merokok

tapi diluar rumah, tidak ada kebiasaan minum-minuman

alkohol maupun ketergantungan pada obat-obatan tertentu.

h) Latar belakang sosial budaya


34

Di dalam keluarga ibu maupun di masyarakat semua orang

menerima adanya penggunaan alat kontrasepsi dan tidak

ada larangan bagi yang ingin menggunakan.

b. Data obyektif

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis

b) TD : 100/70 mmHg Suhu : 36,2oC

Nadi : 82 x/menit RR : 22

x/menit

2) Pemeriksaan fisik

a) Kepala

Inspeksi : Bersih, simetris, rambut lurus, warna rambut

hitam, persebaran rambut merata, tidak ada benjolan

abnormal

Palpasi: Tidak ada nyeri tekan.

b) Muka

Inspeksi : Simetris, bersih, tidak odema, tidak terdapat

cloasma gravidarum.

c) Mata

Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada sekret, sklera

berwarna putih, konjungtiva merah muda, tidak

menggunakan alat bantu penglihatan. Fungsi

penglihatan baik.

d) Hidung
34

Inspeksi : Simetris, tidak ada sekret dan polip, tidak ada

pernafasan cuping hidung.

e) Telinga

Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada

serumen, tidak ada perdarahan. Fungsi pendengaran baik.

f) Mulut dan Gigi

Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada labioskisis, tidak ada

labiopalatoskisis, mukosa bibir lembab, tidak cyaosis, tidak

ada stomatitis, tidak ada perdarahan gusi, tidak ada caries

gigi, lidah bersih.

g) Leher

Inspeksi : Simetris, tidak tampak benjolan abnormal.

Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tyroid.

Tidak ada bendungan vena jogularis.

h) Aksila

Inspeksi : Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe,

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

i) Dada

Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada retraksi dinding dada.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

Perkusi : Paru-Paru : tidak ada wheezing dan ronchi.

Jantung : suara jantung normal lup dup.

j) Payudara
34

Inspeksi : Simetris, bersih, kedua puting susu menonjol,

terdapat hiperpigmentasi pada areola mamae.

Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan

abnormal, konsistensi keras, ASI sudah keluar.

k) Abdomen

Inspeksi : Simetris, tidak ada bekas luka, terdapat linea

nigra.

Palpasi: TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus teraba

bundar dan keras.

l) Genetalia

Inspeksi : Terdapat pengeluaran cairan berwarna merah

kecoklatan (lokhea sanguilenta), luka jahitan masih basah.

m) Anus

Inspeksi : Tidak ada hemoroid, tidak ada perdarahan dari

anus.

n) Ekstremitas

Inspeksi : Simetris, kuku bersih tidak cyanosis, tidak ada

gangguan gerak, jumlah jari tangan dan kaki lengkap, tidak

ada sindactyl dan polidactyl.

Palpasi : Pada ekstermitas bawah tidak ada odema, tidak

ada varises.

c. Analisa

P10001, usia 19 tahun calon peserta KB pascasalin fisiologis.


34

d. Penatalaksanaan Pukul : 14.00 WIB

1) Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu, ibu terlihat lega dengan

keadaannya.

2) Menanyakan pada ibu tujuan ibu ber-KB, ibu ber-KB untuk

menjarangkan anak.

3) Menjelaskan tentang perlunya KB setelah ibu melahirkan agar jarak

dengan anak berikutnya tidak terlalu dekat dan anak yang dilahirkan

berkualitas; ibu paham dengan penjelasan bidan

4) Menjelaskan mengenai macam-macam KB pascasalin, keuntungan,

kerugian dan manfaat; ibu masih bingung akan menggunakan KB

apa.

5) Menganjurkan ibu untuk datang ke PMB jika ada keluhan.

Rengganis Fendy H.

2. Kunjungan KB II (21 hari Post

Partum) Tanggal pengkajian : 04

Mei 2019 Waktu pengkajian : 16.00 WIB

Tempat pengkajian : Rumah Ny “E”

a. Data subyektif

1) Keluhan Utama

a) Ibu berencana menggunakan KB MAL

b) Ibu menyusui secara on demand


34

2) Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu tidak pernah menderita kanker payudara atau riwayat kanker

payudara, DM, penyakit hati akut, jantung dan stroke, anemia,

TBC, hepatitis, PMS, DM, jantung dan asma, ibu pernah menderita

maag.

b) Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu tidak sedang menderita kanker payudara atau riwayat

kanker payudara, DM, penyakit hati akut, jantung dan stroke,

anemia, TBC, hepatitis, PMS, DM, jantung dan asma.

c) Riwayat kesehatan keluarga

Dalam keluarga ibu dan suami tidak sedangatau pernah menderita

kanker payudara atau riwayat kanker payudara, DM, penyakit

hati akut, jantung dan stroke, anemia, TBC, Hepatitis, PMS, DM,

jantung dan asma.

3) Riwayat kebidanan

a) Riwayat haid

Ibu belum mendapatkan haid.

b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas

Ibu melahirkan bayi laki-laki cukup bulan tanggal 15 April 2019

pukul 07.25 WIB, lahir spontan, ditolong bidan di PMB, bayi

lahir langsung menangis, gerak aktif dilakukan IMD, BB 3100


34

gram, PB 49 cm, plasenta lahir spontan dan lengkap, dijahit,

perdarahan sedikit. Sekarang nifas hari ke 42, menyusui.

c) Riwayat KB

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi.

Dan berencana menggunakan KB MAL.

4) Pola kehidupan sehari-hari

a) Nutrisi

Makan 3-5x sehari porsi sedang komposisi nasi, lauk bergantian

(tahu, tempe, ayam, telur), sayur bergantian (wortel, bayam,

kangkung), buah bergantian (pisang, jeruk). Minum air putih 8-9

gelas sehari.

b) Eliminasi

BAB 1 kali sehari konsistensi lunak, warna kuning, BAK 6-8 kali

sehari warna kuning jernih. Tidak ada keluhan saat BAB ataupun

BAK.

c) Istirahat dan tidur

Tidur malam ± 6-7 jam antara pukul 21.30–04.30 WIB, tidur

siang ± 1 jam antara pukul 13.00–14.00 WIB.

d) Personal hygiene

Setiap hari mandi 2x, keramas seminggu 2-3 kali, gosok gigi tiap

mandi, ganti pakaian dan celana dalam tiap habis mandi, kotor

ataupun basah. Setiap selesai BAB/BAK selalu cebok dari arah

depan ke belakang dengan sabun dan air.


34

e) Aktifitas

Ibu melakukan aktifitas seperti biasanya seperti

menyapu, mengepel, memasak, mencuci dan setrika.

f) Kehidupan seksual

Ibu belum melakukan hubungan seksual setelah bersalin.

g) Riwayat ketergantungan

Ibu tidak mempunyai kebiasaan merokok, tidak ada kebiasaan

minum-minuman alkohol maupun ketergantungan pada obat-

obatan tertentu.

h) Latar belakang sosial budaya

Di dalam keluarga ibu maupun di masyarakat semua orang

menerima adanya penggunaan alat kontrasepsi dan tidak ada

larangan bagi yang ingin menggunakan.

b. Data obyektif

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis

b) TD : 110/80 mmHg Suhu : 36,8oC

Nadi : 82 x/menit RR : 20

x/menit

2) Pemeriksaan fisik

a) Payudara

Inspeksi : Simetris, bersih, kedua puting susu

menonjol, terdapat hiperpigmentasi pada areola

mamae.
34

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan

abnormal, konsistensi keras, ASI sudah

keluar.

b) Abdomen

Inspeksi : Simetris, tidak ada bekas luka, terdapat linea

nigra.

Palpasi : TFU tidak teraba.

c) Genetalia

Inspeksi : Terdapat pengeluaran cairan berwarna

putih (lokhea alba), luka jahitan sudah

kering.

c. Analisa

P10001, usia 19 tahun calon akseptor KB MAL fisiologis.

d. Penatalaksanaan Pukul : 16.00 WIB

1) Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu, ibu terlihat lega dengan

keadaannya.

2) Menjelaskan kembali mengenai KB MAL, ibu mantap

menggunakan KB MAL

3) Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif selama 6

bulan tanpa memberikan makanan pendamping, ibu paham

penjelasan bidan.

4) Memberitahu untuk memastikan ibu bahwa ibu belum mendapat

menstruasi. Ibu belum menstruasi selama nifas


35

5) Memberitahu ibu untuk menyusui secara penuh (full brast feeding),

lebih efektif bila pemberian  8x sehari atau setiap 2 jam. Ibu

menyusui setiap 2 jam sekali.

Rengganis Fendy H.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas kesesuaian antara tinjauan teori dalam bab 2 dengan

tinjauan kasus dalam bab 3. Pembahasan ini bertujuan untuk merumuskan

kesenjangan-kesenjangan antara teori dengan kasus nyata pada asuhan kebidanan

secara continuity of care pada Ny. E usia 19 tahun G1P00000 selama kehamilan

trimester III, persalinan, masa nifas, neonatus, dan pemakaian alat kontrasepsi

pascasalin yang dilakukan mulai tanggal 14 April 2019 di BPM Ny. Eny Kusrini

S.ST, Madiun dengan menggunakan standart asuhan kebidanan yang terdiri dari

pengkajian data, perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,

dilanjutkan dengan SOAP perkembangan. Berdasarkan kasus Ny. E, terdapat

beberapa kesamaan dan kesenjangan antara teori dan praktik, diantaranya sebagai

berikut:

A. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan

1. Pengkajian data

Pada biodata didapatkan bahwa Ny. E berusia 19 tahun.

Menurut Kemenkes RI (2017), Usia wanita yang dianjurkan untuk

hamil adalah wanita dengan usia 20-35 tahun. Usia di bawah 20

tahun dan diatas 35 tahun mempredisposisi wanita terhadap

sejumlah komplikasi. Usia di bawah 20 tahun meningkatkan

insiden preeklampsia dan usia diatas 35 tahun meningkatkan

insiden diabetes melitus tipe II, hipertensi kronis, persalinan yang

351
35

lama pada nulipara, seksio cesaria, persalinan preterm, IUGR,

anomali kromosom dan kematian janin. Dengan demikian usia ibu

pada kasus nyata dengan teori terdapat kesenjangan.

Pada saat pengkajian ditemukan Ny. E Selama hamil tidur siang

± 1-2 jam dan tidur malam ± 7-9 jam sehari. Sedangkan menurut

teori Ibu hamil tidur malam kurang lebih sekitar 8 jam setiap

istirahat dan tidur siang kurang lebih 1 jam (Marmi, 2011). Berarti

tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus nyata.

Kenaikan BB pada Ny E dari sebelum hamil sampai trimester III

yaitu 12 kg. Sebelum hamil Ny. Ememiliki berat badan 55 kg

dengan IMT 23,5 (kategori normal). Dan pada saat ANC TM III

memiliki berat badan 67 kg. Kenaikan berat badan selama hamil

adalah 12 kg. Menurut Rachmawati (2008), penambahan berat

badan pada wanita hamil menurut IMT IMT 18,5-25,0 (normal),

kenaikan berat badan kehamilan 11-16 kg, IMT ,18,5 (kurus),

kenaikan berat badan kehamilan 13-18 kg, IMT 25,0-27,0 (gemuk),

kenaikan berat badan kehamilan 7-11 kg, IMT <27 (obesitas),

kenaikan berat badan kehamilan 7 kg. Berarti tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan kasus nyata.

Pada saat ANC TM III skor Ny. Eyaitu 2 termasuk resiko

rendah. Jumlah skor 2 termasuk resiko rendah penolong persalinan

adalah bidan, skor 6- 10 termasuk resiko tinggi penolong

persalinan adalah dokter dan bidan tempat persalinan adalah


35

polindes atau puskesmas atau rumah sakit, skor lebih dari 12

adalah resiko sangat tinggi penolong persalinan adalah dokter,

tempat persalinan adalah rumah sakit (Depkes RI, 2010). Berarti

tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus nyata karena Ny.

R bersalin ditolong oleh bidan di Rumah Bidan.

Pada kunjungan TM III Standart Pelayanan Antenatal hanya

dilakukan 5T yaitu timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur

tinggi fundus, pemberian tablet zat besi, dan penentuan presentasi

janin dan DJJ. Menurut Kemenkes RI (2016), Standart pelayanan

Antenatal meliputi 10T yaitu penimbangan berat badan dan

pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran

Lingkar Lengan Atas (LILA), pengukuran tinggi fundus uteri

(TFU), penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ),

penentuan status imunisasi tetanus, pemberian tablet tambah darah

minimal 90 tablet selama kehamilan, pelayanan tes laboratorium,

temu wicara, dan tatalaksana kasus. Namun untuk pengukuran

Lila, penentuan status imunisasi tetanus, pelayanan tes

laboratorium telah dilakukan pada kunjungan ANC sebelumnya,

temu wicara dan tatalaksana kasus tidak dilakukan karena ibu tidak

mengalami komplikasi. Berdasarkan hasil pengkajian tidak

terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan.


35

2. Diagnosa Kebidanan

Pada kunjungan tanggal 24Maret 2019 diperoleh diagnosa

G1P00000, usia 19 tahun, umur kehamilan 37 minggu, kehamilan

fisiologis, janin tunggal hidup, KU ibu dan janin baik.

Pada kunjungan tanggal 07 April 2019 diperoleh diagnosa

G1P00000, usia 19 tahun, umur kehamilan 39 minggu, kehamilan

fisiologis, janin tunggal hidup, KU ibu dan janin baik.

Menurut Kemenkes RI (2017) Perumusan diagnosa kehamilan

disesuaikan dengan nomenklatur kebidanan, seperti. G…..usia…

tahun usia kehamilan …minggu fisiologis dan janin tunggal hidup.

3. Penatalaksanaan

Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil disesuaikan

dengan rencana asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara

komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence

based kepada ibu dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif

dan rehabilitatif. Asuhan kebidanan pada ibu hamil itu meliputi

menimbang berat badan, mengukur tinggi badan, mengukur

tekanan darah, mengukur LILA, mengukur TFU, menentukan

status imunisasi dan memberikan imunisasi TT sesuai status

imunisasi, memberikan tablet tambah darah, menentukan

presentasi janin dan menghitung DJJ, memberikan konseling

mengenai lingkungan yang bersih, kebutuhan nutrisi, pakaian,


35

istirahat dan rekreasi, perawatan payudara, body mekanik,

kebutuhan seksual, kebutuhan eliminasi, senam hamil, serta

persiapan persalinan dan kelahiran bayi, memberikan pelayanan tes

laboratorium sederhana, dan melakukan tatalaksana. (Kemenkes

RI, 2017).

Pada kunjungan ANC usia kehamilan 37 minggu

penatalaksanaan sudah dilakukan secara teori.. Pada kunjungan

ANC usia kehamilan 37 dilakukan pemberian penyuluhan tentang

pemenuhan nutrisi, pola istirahat, persiapan persalinan, pemberian

tablet tambah darah dan anjuran cek laboratorium. Pada kunjungan

ulang hanya dilakukan diskusi karena sebelumnya ibu sudah

mendapatkan penyuluhan tentang hal yang sama, pelaksanaan

dalam bentuk diskusi bertujuan untuk mengkaji ulang pengetahuan

ibu tentang nasihat yang telah diberikan.

B. Asuhan Kebidanan pada persalinan

1. Pengkajian Data

Pada biodata didapatkan bahwa Ny. E G1P00000 berusia 19

tahun. semakin tua usia seorang ibu akan berpengaruh terhadap

kekuatan mengejan selama proses persalinan. Menurut varney, dkk

(2007), usia di bawah 20 tahun dan diatas 35 tahun

mempresdiposisi wanita terhadap sejumlah komplikasi. Usia di

bawah 20 tahun meningkatkan insiden pre-eklampsia, hipertensi

kronis, persalinan yang lama pada nulipara, seksio sesaria,


35

persalinan preterm, IUGR, anomail kromosom dan kematian janin.

Berdasarkan teori, kasus ini terdapat kesenjangan karena usia

19tahun termasuk dalam usia rentan komplikasi.

Ny. Esejak pukul 21.00 wib tanggal 13 April 2019

merasakan adanya kenceng-kenceng dan mengeluarkan lendir

bercampur darah ibu datang ke bidan pukul 01.30 wib tanggal 14

April 2019. Pada saat pemeriksaan jam 02.00 WIB kontraksi 3

kali dalam 10 menit lamanya 40 detik. Pada pemeriksaan dalam

ditemukan pembukaan 4 cm, penurunan kepala di hodge 3 dan

ketuban belum pecah.Pukul 06.00 WIB pembukaan lengkap. Pukul

07.25 WIB bayi lahir secara spontan belakang kepala. Menurut

sofian (2011), fase aktif akselerasi dari pembukaan 3–4 cm, dicapai

dalam 2 jam. Fase aktif dilatasi maksimaldari pembukaan 4–9 cm,

dicapai dalam 2 jam. Fase aktif deselerasi dari pembukaan 9–10

cm selama 2 jam. Kemajuan pembukaan 1 cm per jam untuk

primipara dan 2 cm per jam untuk multipara. Ada kesenjangan

mengenai lama kala I. Fase aktif deselerasi berjalan terlalu cepat.

Fase aktif dilatasi maksimal sampai deselerasi dari pembukaan 4–

10 cm selama 5 jam. Ibu tidur miring kiri dan menarik nafas

panjang saat ada kontraksi.

Pada kasus Ny. Emengalami kontraksi yang semakin lama

semakin sering kemudian pembukaan lengkap. Ada dorongan

untuk meneran, tekanan pada anus, vulva membuka dan perineum


35

menonjol. Menurut Sofian (2011), pada kala pengeluaran janin,

his terkoordinasi, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2–3 menit

sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang panggul

sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot panggul yang melalui

lengkung refleks yang menimbulkan rasa mengedan. Oleh karena

tekanan pada rektum, ibu merasa seperti mau buang air besar,

dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai

kelihatan, vulva membuka, dan perineum meregang. Menurut

sofian (2011) Kala II pada primi berlangsung 1½-2 jam, dan pada

multi ½ -1 jam. Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan

pada Ny. E tidak terdapat kesenjangan dengan teori karena kala II

berlangsungselama 1 jam 25 menit.

Kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Lepasnya

plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-

tanda yaitu semburan darah mendadak, tali pusat bertambah

panjang dan perubahan uterus menjadi globuler/bundar (Manuaba,

2013). Seluruh proses biasanya berlangsung 5–30 menit setelah

bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah

kira-kira 100-200 cc(Sofian, 2011).Dalam kasus Ny. Epada kala III

tidak ada kesenjangan antara teori dengan pelaksanaan, perdarahan

pada kala III normal yaitu kurang lebih 150 cc dan lama kala III

adalah 5 menit.
35

Asuhan pada kala IV yang diberikan pada Ny. Eantara lain :

mengawasi perdarahan post partum, tinggi fundus uteri, kontraksi

uterus, tekanan darah, kandung kemih dan keadaan umum ibu.

Menurut Manuaba (2012), kala IV dimaksudkan untuk melakukan

observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada

2 jam pertama. Observasi yang dilakukan meliputi pemeriksaan

tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan pernapasan, TFU,

kontraksi uterus, kandung kemih, dan perdarahan. Perdarahan

dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 - 500

cc. Ny. Epada kala IV tidak ada kesenjangan antara teori

dengan pelaksanaan kala IV yaitu kala pengawasan selama 2 jam

post partum dan tidak terdapat perdarahan yang melebihi 500 cc.

Perhitungan TBJ pada usia kehamilan 38-39 minggu adalah

3100 gram. Ketika bayi lahir berat badan bayi adalah 3500 gram.

Berdasarkan data yang di peroleh tidak terdapat kesenjangan

terhadap TBJ ketika masih didalam kandungan dan ketika bayi

sudah keluar. Hal ini karena ketepatan dalam pengukuran TFU.

2. Diagnosa Kebidanan

G1P0A0 usia 19 tahun, umur kehamilan 40 minggu inpartu

kala 1 fase aktif dan janin tunggal hidup. Hal tersebut sesuai

dengan teori perumusan diagnose persalinan disesuaikan dengan

nomenklatur kebidanan, seperti G2P1A0 usia 22 tahun usia

kehamilan 39 minggu inpartu kala 1 fase aktif dan janin tunggal


35

hidup. Perumusan masalah disesuaikan dengan kondisi ibu. Rasa

takut, ceas, khawatir dan rasa nyeri merupakan permasalahan yang

dapat muncul pada proses persalinan (Varney, dkk, 2007).

3. Penatalaksanaan

Semua intervensi dilakukan pada kala I fase laten, pada saat

ibu memasuki kala I fase aktif dilatasi maksimal semua intervensi

tetap dilakukan, seperti mengajarkan teknik relaksasi, cara

mengejan yang benar, memenuhi nutrisi, mendokumentasi hasil

pemeriksaan kedalam partograf. Saat ibu masuk pada kala II

dilakukan pertolongan persalinan dilakukan sesuai dengan

pedoman APN. Bayi Ny. Elahir spontan belakang kepala,

diberikan perawatan bayi baru lahir normal, hal ini mengacu pada

kondisi umum bayi yang baik, bayi dapat menyusu kuat. Hal

tersebut sudah sesuai dengan teori pelaksanaan asuhan kebidanan

pada ibu hamil disesuaikan dengan rencana asuhan yang telah

disusun dan dilakukan secara komprehensif, efektif, efisien dan

aman berdasarkan evidence base kepada ibu. Kala I : Melakukan

pengawasan menggunakan partograf, meliputi mengukur tanda-

tanda vital ibu, menghitung denyut jantung janin, menghitung

kontraksi uterus, melakukan pemeriksaan dalam, serta mencatat

produksi urine, aseton dan protein (WHO, 2013). Memenuhi

kebutuhan cairan dan nutrisi ibu, mengatur aktivitas dan posisi ibu,

memfasilitasi ibu untuk buang air kecil, menghadirkan pendamping


36

ibu seperti suami maupun anggota keluarga selama proses

persalinan, mengajari ibu tentang teknik relaksasi yang benar.

memberikan sentuhan, pijatan, counterpressure, pelvic rocking,

kompres hangat dingin pada pinggang, berendam dalam air hangat

maupun wangi-wangian serta ajari ibu tentang teknik relaksasi

dengan cara menarik napas panjang secara berkesinambungan

untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh ibu, informasikan

tentang perkembangan dan kemajuan persalinan pada ibu maupun

keluarga. Kala II menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang

nyaman saat bersalin, mengajari ibu cara meneran yang benar,

melakukan pertolongan kelahiran bayi sesuai dengan standar

asuhan persalinan normal.

Kala III melakukan pertolongan kelahiran plasenta sesuai

dengan managemen aktif kala III yang tercantum dalam asuhan

persalinan normal. Kala IV Melakukkan penjahitan luka jika ada

luka jalan lahir, Memfasilitasi ibu untuk memperoleh kebersihan

diri, istirahat dan nutrisi, Melakukan observasi kala IV sesuai

dengan standar asuhan persalinan normal.

C. Asuhan Kebidanan Pada Nifas

1. Pengkajian Data

Pada pengkajian, umur Ny. E adalah 19 tahun dimana umur

tersebut masih belum memenuhi waktu yang aman untuk hamil,

bersalin dan nifas. Menurut Ambarwati (2010), mengetahui


36

adanya resiko seperti umur kurang dari 20 tahun, alat-alat

reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap.

Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi

perdarahan dalam masa nifas. Berdasarkan teori di atas dengan

umur ibu di kasus nyata terdapat kesenjangan.

Pada kunjungan nifas ke 1 (6 jam postpartum) TFU 2 jari

dibawah pusat dan lochea rubra, warna merah segar, bau anyir.

Menurut Manuaba (2013), Pengeluaran kolostrum berlangsung

sekitar 2-3 hari dan diikuti ASI yang mulai berwarna putih.

Kolostrum juga banyak mengandung antibody dan anti infeksi

serta dapat menumbuh kembangkan flora dalam usus bayi, untuk

siap menerima ASI. Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan

pemberian ASI eksklusif dan meneruskan sampai anak umur 2

tahun (Ambarwati, 2010). Segera setelah plasenta lahir TFU 2 jari

dibawah pusat. Pengeluaran lochea rubra sampai hari ke-3 yang

berwarna merah. Berdasarkan hasil pengkajian yang telah

dilakukan pada Ny. Etidak terjadi kesenjangan dengan teori.

Pada kunjungan nifas ke II (hari ke-21 post partum),

didapatkan pemeriksaan payudara bersih, tidak ada nyeri tekan,

TFU tidak teraba, terdapat luka jahitan yang kering, ASI lancar,

perdarahan pervaginam berwarna putih /lochea alba. Menurut

Manuaba (2013), satu minggu post partum TFU pertengahan pusat-

symfisis sedangkan lochea sanguinolenta keluar hari ke 4 sampai


36

hari ke 7 berwarna merah kecoklatan. Berdasarkan hasil

pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. Etidak terjadi

kesenjangan dengan teori.

Pada kunjungan nifas ke III (hari ke 42 post partum),

didapatkan pemeriksaan payudara bersih, tidak ada nyeri tekan,

TFU tidak teraba, terdapat luka jahitan yang sudah kering, ASI

lancar, perdarahan pervaginam berwarna putih/lochea alba.

Menurut Manuaba (2013), 6 minggu post partum TFU sebesar

normal sedangkan lochea alba keluar setelah hari ke 14 berwarna

merah putih. Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan

pada Ny. Etidak terjadi kesenjangan dengan teori.

Pada penulisan kunjungan nifas I,II,III pada buku KIA

terdapat kesenjangan antara teori dan penatalaksanaan dikarenakan

penulisan tidak sesuai teori petunjuk teknis penggunaan buku

kesehatan ibu dan anak, menurut kemenkes RI (2015).

2. Diagnosa Kebidanan

Pada kunjungan yang dilakukan tanggal 14 April 2019

diperoleh diagnosa P10001, P1A0 usia 19 tahun postpartum

fisiologis. Sedangkan menurut teori yaitu diagnosa masa nifas

disesuaikan dengan nomenklatur kebidanan, seperti P2A0 usia 22

tahun postpartum fisiologis. Perumusan masalah disesuaikan

dengan kondisi ibu, ketidak nyamanan yang dirasakan pada ibu

nifas adalah nyeri perut setelah lahir, payudara membesar, nyeri


36

tekan pada payudara dan puting susu, puting susu pecah-pecah,

keringat berlebih serta rasa nyeri selama beberapa hari jika ibu

mengalami hemoroid.

Diagnosa kebidanan tersebut sudah sesuai dengan teori yang

sudah dibahas dipengkajian

3. Penatalaksanaan

Asuhan kebidanan pada ibu nifas disesuaikan dengan

rencana asuhan yang telah disusun dan dilakukan secara

komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence

based kepada ibu dan atau keluarga dalam bentuk upaya promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelaksanaan asuhan kebidanan

pada masa nifas, adalah: Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,

tinggi fundus uteri, lokhea dan cairan pervaginam lainnya serta

payudara, memberikan KIE mengenai kebutuhan nutrisi, eliminasi,

kebersihan diri, istirahat, mobilisasi dini dan aktivitas, seksual,

senam nifas, ASI eksklusif, cara menyusui yang benar, perawatan

payudara dan keluarga berencana, memberikan pelayanan keluarga

berencana pasca persalinan.

D. Asuhan Kebidanan Pada Neonatus

1. Pengkajian Data

Pada pemeriksaan keadaan umum bayi baik, pemeriksaan

tanda-tanda vital bayi didapatkan hasil suhu 36,5ºC, nadi 134

x/menit, respirasi 40x/menit. Menurut Varney, (2008) suhu aksila


36

normalnya 36,5-37,5oC, pernafasan pada bayi normalnya 40-80

kali per menit, dan nadi pada bayi normalnya 120-140 denyut per

menit. Hasil pemeriksaan sesuai dengan teori yang ada.

Pada kunjungan neonatus I (6 jam), keadaan umum bayi

baik, menangis kuat, refleks hisap jari baik, tali pusat masih basah

dan terbungkus kassa kering steril serta tidak ditemukan hipotermi

ataupun hipertermi. Suhu tubuh bayi selalu berada dalam batas

normal. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital bayi, didapatkan suhu

36,6ºC, nadi 138 x/menit, respirasi 44 x/menit, lingkar dada 32 cm,

lingkar kepala 34. Hasil tersebut dalam batas normal sesuai dengan

berat badan 2500-4000 gram, panjang badan 48-52 cm, lingkar

dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm, frekuensi jantung 120-

160 kali per menit, pernafasan 40-60 kali per menit. Dapat

disimpulkan bahwa TTV bayi tidak terjadi kesenjangan dengan

teori.

Bayi Ny. Esudah BAB 2 kali warna hitam kehijauan dan

BAK 2 kali warna kuning jernih. Menurut teori, Jika bayi

mendapatkan ASI, diharapkan bayi minimum 3-4 kali buang air

besar dalam sehari, feses-nya harus sekitar 1 sendok makan atau

lebih dan berwarna kuning. Sedangkan buang air kecilnya pada

hari pertama dan kedua minimal 1-2 kali serta minimal 6 kali atau

lebih setiap hari setelah hari ketiga. (Kemenkes RI, 2017). Berarti
36

tidak ada kesenjangan tentang eliminasi antara teori dan kasus

nyata.

Pada kunjungan II (8 hari) bayi Ny. Eterlihat sehat, bayi

tidur pulas, menangis saat lapar, BAK dan BAB, bayi minum ASI

setiap 2 jam. Pemenuhan nutrisi bertujuan untuk mengkaji

kecukupan nutrisi bayi. Rentang frekuensi menyusui yang optimal

adalah antara 8-12 kali setiap hari. (Kemenkes RI, 2017). Berarti

dari data diatas tidak ada kesenjangan nutrisi antara teori dan kasus

nyata.

Pada kunjungan neonatus III dilakukan pada hari ke 21.

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010) kunjungan neonatus I

dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam setelah lahir, kunjungan

neonatus II dilakukan pada kurun waktu 3-7 hari setelah lahir, dan

kunjungan neonatus III dilakukan pada kurun waktu 8-28 hari

setelah lahir. Dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi kesenjangan

antara kasus nyata dengan teori.

Pada saat kunjungan neonatus III bayi Ny. R dalam keadan

sehat, bayi tidur pulas, tali pusat sudah kering, bayi menyusu kuat

dan menangis saat lapar, BAK dan BAB, bayi minum ASI setiap 2

jam. BB bayi mengalami kenaikan yaitu 3200 gram. Menurut

Astuti dkk (2017) Saat lahir rata-rata berat badan bayi di Indonesia

sekitar 3.000 gram. Setelah lahir, berat badan akan menurun karena

bayi kekurangan cairan tubuh melalui defekasi, berkemih, proses


36

pernapasan, dan melalui kulit serta jumlah asupan cairan yang

sedikit. Setelah 10-14 hari pertama kelahiran bayi, berat badan

akan meningkat kembali pada bulan-bulan berikutnya.

Pertumbuhan berat badan bayi yang cepat terjadi sampai 2 tahun,

kemudian secara bertahap menjadi konstan. Pertumbuhan berat

badan bayi laki-laki relative berbeda. Dapat disimpulkan bahwa

tidak terjadi kesenjangan antara kasus nyata dengan teori.

Pada penulisan catatan kesehatan bayi baru lahir pada buku

KIA terdapat kesenjangan antara teori dan penatalaksanaan

dikarenakan penulisan tidk sesui teori petunjuk teknis penggunaan

buku kesehatan ibu dan anak, menurut kemenkes RI (2015).

2. Diagnosa Kebidanan

Pada kunjungan KN 1 tanggal 14 april 2019 diperoleh

diagnosa Bayi Ny E, Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa

Kehamilan, Usia 6 jam. Pada kunjungan KN 2 tanggal 23 April

Bayi Ny E, Neonatus Cukup Bulan, Sesuai Masa Kehamilan, usia

8 hari.

Perumusan Diagnosa pada bayi baru lahir disesuaikan dengan

nomenklatur kebidanan, seperti Normal Cukup Bulan, Sesuai Masa

Kehamilan (NCB SMK). Masalah yang dapat terjadi pada bayi

baru lahir adalah bayi kedinginan. Kebutuhan BBL adalah

kehangatan, ASI, pencegahan infeksi dan komplikasi (Depkes RI,

2010).
36

Terdapat ketidaksesuaian dalam pendokumentasian diagnosa

kebidanan antara teori dengan kasus.

3. Penatalaksanaan

Pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

disesuaikan dengan rencana asuhan yang telah disusun dan

dilakukan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman

berdasarkan evidence based kepada bayi, meliputi rencana asuhan

kebidanan yang dilakukan pada neonatus adalah memastikan bayi

tetap hangat dan mendapat ASI eksklusif, menjaga kontak kulit

antara ibu dan bayi, menutupi kepala bayi dengan topi yang hangat,

memberikan pendidikan kesehatan pada ibu dan atau keluarga

terkait dengan permasalahan bayi yang dialami serta melakukan

rujukan sesuai pedoman MTBS jika ada kelainan (WHO, 2013).

Ibu dapat melakukan anjuran yang diberikan, keadaan bayi sehat.

Ini menunjukkan terdapat kesesuaian antara teori dan kasus nyata.

E. Asuhan Kebidanan Pada KB

1. Pengkajian Data

Menjelaskan kepada klien tentang KB pascasalin pada

kunjungan nifas 1. Menurut Kemenkes RI (2014) pada kunjungan

nifas ke 1 dilakukan pelayanan KB pasca persalinan. Hal ini

menunjukkan ada kesesuaian antara teori dan kasus.

Menyapa pasien, menanyakan tentang keadaan klien,

menguraikan dan membantu pasien menentukan pilihan


36

kontrasepsinya. Menurut Saifuddin, 2010 konseling KB

menggunakan Satu Tuju yaitu : SApa dan Salam kepada klien

secara terbuka dan sopan, T : Tanyakan pada klien informasi

tentang dirinya, U : Uraikan pada klien mengenai pilihannya dan

beritahu apa, TU : banTUlah klien menentukan pilihannya, J :

Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi

pilihannya, U : perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Dari data

diatas ada kesesuaian antara teori dan kasus.

Pada kunjungan kedua didapatkan umur Ny. E Saat ini ibu

sudah mempunyai rencana untuk menggunakan kontrasepsi MAL.

Ny. E tidak sedang bekerja, belum mendapatkan haid, menyusui

secara ekslusif dan minimal 2 jam atau sewaktu-waktu jika bayi

ingin menyusu (on demand). Usia bayi nya 21 hari. Sedangkan

menurut Kemenkes RI (2014), cara kerja MAL Menyusui secara

penuh (full brast feeding), lebih efektif bila pemberian  8x sehari,

Belum haid, Umur bayi kurang dari 6 bulan, efektif digunakan

sampai 6 bulan, namun harus dilanjutkan dengan pemakaian

metode kontrasepsi lainnya.

Pada kunjungan ketiga nifas kasus nyata didapatkan tidak

dilakukan kunjungan KB. Sedangkan pada teori menurut

Kemenkes RI 2014 disetiap kunjungan nifas dilakukan kunjungan

KB. Dari penyataan diatas terdapat kesenjangan kunjungan KB

antara kasus dengan teori.


36

2. Diagnosa Kebidanan

Dari pengkajian data subyektif dan data obyektif yang

dilakukan pada tanggal 4 Mei 2019 diperoleh diagnosa kebidanan

P10001, usia 19 tahun calon akseptor KB MAL. Menurut teori

diagnose potensial adalah mengidentifikasi masalah atau diagnose

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose yang

sudah diidentifikasi (Nursalam, 2008). Data antara teori dan kasus

nyata sesuai.

3. Penatalaksanaan

Intervensi yang dilaksanakan yaitu memberikan ibu

konseling tentang KB MAL.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil TM III, bersalin, nifas,

neonatus dan KB pascasalin di BPM Ny. Eny Kusrini, S.ST pada Ny.

Edengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan dokumentasi

dengan metode SOAP yang dilaksanakan mulai tanggal 24 Maret 2019

sampai 25 Mei 2019 disimpulkan sebagai berikut.

Ny. E GIP00000,usia 19 tahun selama proses kehamilan keadaan umum

baik ibu dan janin baik, tanda-tanda vital dalam batas normal, LILA 25,5 cm,

DJJ dalam batas normal, tidak ada keluhan khusus yang mengganggu

kehamilan.

Proses persalinan berlangsung dengan normal, plasenta lahir spontan

dan lengkap, tidak ada perdarahan setelah melahirkan. Kala I persalinan dari

pembukaan 4-10 cm membutuhkan waktu 5 jam. Kala II berlangsung 1 jam

25 menit. Kala III berlangsung 5 menit, dan kala IV berjalan dengan baik.

Masa nifas berlangsung normal, laktasi lancar, involusi dan lochea

normal, ibu menyusui secara eksklusif. Tidak terjadi infeksi yang ditandai

dengan keluarmya lochea yang berbau.

Bayi lahir spontan belakang kepala pada tanggal 14 April 2019 pukul

07.25 WIB, jenis kelamin laki-laki, berat lahir 3100 gram, panjang badan 49

cm, langsung menangis, gerak aktif, keadaan fisik normal, tidak ada kelainan

dan tidak ada cacat bawaan. Bayi Ny. E sehat mendapat imunisasi Hb0 2 jam

370
37

setelah lahir. Bayi mendapat ASI sejak lahir hingga sekarang. Tali pusat bayi

lepas pada hari ke 7, tidak ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan, berbau

dan bengkak.

Ny. E berencana menggunakan kontrasepsi MAL. Karena ibu

menyusui secara eksklusif dan on demand tanpa makanan pendamping ASI

selama 6 bulan serta ibu juga belum haid.

B. Saran

1 Bagi Ibu dan keluarga

Diharapkan agar meningkatkan pengetahuan bahwa pemeriksaan

dan pemantauan kesehatan sangat penting khususnya pada masa

kehamilan, persalinan, masa nifas, neonatus dan keluarga berencana.

Sehingga ibu dan keluarga memahami terhadap kesehatannya

2 Bagi Lahan PraktekPMBEny Kusrini S.ST

Diharapkan dapat menjadi sarana untuk meningkatkan ilmu

kebidanan dan menerapkan ilmu pada pasien.

3 Bagi institusi pendidikan Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk

pengembangan materi yang telah diberikan baik teori maupun praktek

lapangan. Sehingga mahasiswa mampu menerapkan secara langsung

kepada klien sejak masa kehamilan, persalinan, masa nifas, neonatus,

sampai Kelurga berencana.


37

4 Bagi Penulis selanjutnya

Diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan ilmu dan keterampilan

dalam melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif dan juga banyak

membaca buku edisi terbaru untuk meng-update teori. Dan bagi peneliti

selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang faktor resiko ibu hamil

dan bersalin dibawah usia 20 tahun, faktor resiko pada lama kala 1 pada

primigravida yang terlalu cepat, dan kunjungan KB yang tidak rutin.


37

DAFTAR PUSTAKA

Armini, N.W., N.G. Kompiang, dan GA. Marhaeni. 2017. Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah. Edisi I. Yogyakarta : ANDI

Affandi, B. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Asri. D. H, dan Cristie. C. P. 2012. Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta :


Nuha Medika

Astuti, S.,dkk.2017. Asuhan Ibu Dalam Masa Kehamilan. Jakarta : Erlangga

Ambarwati. W. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Nuha Medika

Anwar. M. 2011. Ilmu kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Andriani.M, dan Wirjatmadi.B.2012. Peran Gizi Dalam Siklus Kehidupan.


Jakarta: Kencana Prenada Media Grub

Cooper. M. A. dan Fraser. D. M. 2009. Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta : EGC

Diana, S. 2017. Model Asuhan Kebidanan Continuity Of Care. Mojolabang: CV.


Kekata Group

Dinkes Kabupaten Madiun. 2018. Profil Kesehatan Madiun Tahun 2017. Madiun
: Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun

Dinkes Kota Madiun. 2017. Profil Kesehatan kota Madiun Tahun 2016. Madiun :
Dinas Kesehatan Dan Keluarga Berencana Kota Madiun.

Dinkes Provinsi Jatim. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun2017.
Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

Depkes. 2017. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR

Kemenkes RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Jakarta: Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.

. 2012.Buku saku pelayanan kesehatan neonatal esensial. Jakarta:


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

. 2013.Buku saku pelayanan kesehatan ibu fasilitas kesehatan dasar dan


rujukan Kebidanan . Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
37

. 2014. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan . Jakarta: Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia.

. 2014. Pegangan Fasilitator Kelas Ibu hamil. Jakarta : Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia

. 2015. Petunjuk Teknis Penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak.


Jakarta : Departemen Kesehatan dan JICA.

. 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Kemeterian Kesehatan


dan JICA

. 2017. Dokumentasi kebidanan. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina


Kesehatan Masyarakat.

. 2018. profil kesehatan kabupaten madiun 2017. Madiun: Dinas


kesehatan kabupaten madiun.

. 2018. Profil Kesehatan provinsi jawa timur tahun 2017. Surabaya:


Dinas kesehatan provinsi jawa timur.

Manuaba, I.B.G, dkk.2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana


untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana


untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Marie. T. N. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi Dan Anak Balita. Jakarta :
Erlangga.

Marmi. 2011a. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

. 2011b. Asuhan Kebidanan Pada Masa kehamilan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Mutmainnah, A.B., Johan, H,Dan Liyod, S. 2017. Asuhan Persalinan Normal


Dan Bayi Baru Lahir.Yogyakarta: CV. Andi Offset.
37

Nurhapipa. 2015. Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Memilih Penolong


Persalinan Di Puskesmas XIII Kota Kapar I. Jurnal Kesehatan Komunitas.
2 (6).

Oxorn. H. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta :


ANDI

Piraningsih, T. 2017. Faktor Yang Berhubungan Dengan Niat Kunjungan Nifas


Ke Pelayanan Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Trogosari Kulon
Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5 (3).

Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

.2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Purwaningsih, Wahyu, dkk. 2017. Asuhan Keperawatan Marternitas Yogyakarta:


Nuha Medika

Rahmawati, L. 2015. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Nifas Di


Wilayah Kerja Puskesmas Jelbuk Kabupaten Jember. Artikel Ilmiah Hasil
Penelitian Mahasiswa,

Romauli. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1. Yogyakarta: Nuha Medika.

Rukiyah, L. Y. 2010. Asuhan Kebidanan IV Patologi. Jakarta: TIM

. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

. 2009. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Saleha Medika.

Saifuddin, A. B. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo
37

. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal, halaman N-10.

.2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Sari, E.P Dan K.D Rimandanu.2014.Asuhan Kebidanan Persalinan (Intranatal


Care). Jakarta Timur:CV Trans Info Media

Sembiring, Julina Br. 2017. Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah.
Yogyakarta : Deepublish

Sondakh,J.J.S. 2013. Asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir. Jakarta :
Erlangga

Sofian, A. 2013. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.

Sulistyawati, A dan Nugraheny, E. 2010. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin.


Jakarta: Salemba Medika

Suririnah. 2009. Buku Pintar Merawat Bayi 0-12 Bulan. Jakarta : PT Ikrar
Mandiri Abadi

Sundari dan Khoirunnisa.E.2010. Asuhan Kebidanan Neonates, Bayi Dan


Balita.Yogyakarta : Nuha Medika

Varney, Kriebs dan Gegor. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta

Walyani, E.S. dan Th. E. 2015.ketrampilan dasar kebidanan . Yogyakarta: PB

Walyani, E.S. 2015. Asuhan kebidanan masa nifas dan menyusui. Yogyakarta: PN

. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: PB

Wulandari.S.T dan Handayani. S. 2011. Asuhan kebidanan ibu nifas.Yogyakarta:

Gosyeng Publishing
37

Lampiran 1 Lembar Permohonan


37

Lampiran 2 Informed Consent


37

Lampiran 3 Identitas Ibu


38

SATUAN ACARA PENYULUHAN


(SAP) KEHAMILAN TM 3

Hari/Tanggal : 7 April 2019

Waktu : Pukul 16.00

WIB

Pokok Pembahasan:Kebutuhan dasar nutrisi, eliminasi, personal hygiene, aktivitas,

eliminasi, istirahat, seksual. Perawatan payudara. Tanda

bahaya kehamilan, tanda-tanda persalinan, persiapan

persalinan dan kunjungan ulang.

Sub Pokok Pembahasan: Menjelaskan kepada ibu tentangkebutuhan dasar

kehamilan, menjelaskan perawatan payudara,

menjelaskan kepada ibu tanda bahayaTm3,

menjelaskan pada ibu persiapan dan tanda-

tandapersalinan.

Sasaran : Ny. E

Tempat : PMB Ny. Eny Kusrini S.ST

A. Tujuan Intruksional Umum

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dapat memahami

danmengerti tentang kebutuhan dasar nutrisi, eliminasi, personal hygiene,

aktivitas, istirahat, eliminasi, seksual. Perawatan payudara. Tanda bahaya

kehamilan, tanda-tanda persalinan, persiapan persalinan dan kunjungan ulang.

B. Tujuan Intruksional Khusus

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ibu dapat menjelaskan kembali :

1. Kebutuhan dasar kehamilan


38

2. Perawatan payudara

3. Tanda bahaya tm3

4. Persiapan persalinan

5. Tanda-tanda persalinan

6. Kunjungan ulang

C. Media

Leaflet
38

D. Jadwal Kegiatan Penyuluhan

Tahapan/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ssaran


Pembukaan 5 menit - Memberikan salam, - Menjawab salam
- Menjelaskan tujuan - Memperdengarka
penyuluhan ndan
memperhatikan

Inti 15 menit Menjelaskan kebutuhan - Menyimak dan


dasar nutrisi, eliminasi, mendengarkan
personal hygiene,
aktivitas, eliminasi,
istirahat, seksual.
Perawatan payudara.
Tanda bahaya
kehamilan, tanda-tanda
persalinan, persiapan
persalinan dan
kunjungan ulang.
38

Penutup 10 menit Meminta kepada - Menjawab salam


kebutuhan dasar
nutrisi, eliminasi,
personal hygiene,
aktivitas, eliminasi,
istirahat, seksual.
Perawatan payudara.
Tanda bahaya
kehamilan, tanda-
tanda persalinan,
persiapan persalinan
dan kunjungan ulang.
- Member salam
penutup
38
38
38

Lampiran 4 Catatan Kesehatan Ibu Hamil


38

,
38
38
39

Lampiran 5 KSPR
39

Lampiran 6 24 Penapisan persalinan

NO PENYULIT YA TIDAK
1 Riwayat bedah sesar √
2 Perdarahan pervagina √
3 Persalinan kurang bulan(usia kehamilan kurang √
dari 37 minggu )
4 Ketuban pecah dengan mekonium yang kental √
5 Ketuban pecah lama (lebih 24 jam ) √
6 Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan √
(kurang dari 37 minggu usia kehamilan )
7 Ikterus √
8 Anemia berat √
9 Tanda/geajala infeksi √
10 Preeklamsi /hipertensi dalam kehamilan √
11 Tinggi fundus 40 cm atau lebih √
12 Gawat janin √
13 Primipara dalam fase aktif dengan palpasi kepal √
janin masih5/5
14 Presentasi bukan belakang kepala √
15 Presentasi majemuk √
16 Kehamilan gemeli √
17 Tali pusat menumbung √
18 Syok √
19 Suami TKI √
20 Suami pelayaran √
21 Suami/ bumil bertato √
22 HIV/AIDS √
23 PMS √
24 Anak mahal √
39

SATUAN ACARA PENYULUHAN


(SAP) PERSALINAN

Hari/Tanggal :14 April 2019

Waktu : Pukul 01.30 WIB

Pokok Pembahasan: Tentang persiapan persalinan, dan proses persalinan

Sub Pokok Pembahasan: Menjelaskan kepada ibu tentang persiapan persalinan

dan proses persalinan

Sasaran : Ny. E

Tempat : PMB Ny. Eny Kusrini S.ST

A. Tujuan Intruksional Umum

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dapat memahami dan

mengerti tentang persiapan persalinan dan proses persalinan

B. Tujuan Intruksional Khusus

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ibu dapat menjelaskan kembali :

1. Persiaapan Persalinan

2. Proses persalinan

C. Media

LEAFLET
39

D. jadwal kegiatan penyuluhan

Tahapan/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ssaran

Pembukaan 5 - Memberikan salam, - Menjawab salam

menit - Menjelaskan tujuan - Memperdengarkan

penyuluhan dan memperhatikan

Inti 10 menit - Menjelaskan - Menyimak dan

Tentang Persiapan mendengarkan

persalinan dan

proses persalinan

Penutup 5 menit - Meminta kepada - Menjawab salam

ibu untuk

menjelaskan

kembali tentang

persiapan persalinan

dan proses

persalinan

- Member salam

penutup
39

Lampiran 7 Partograf
39
39

SATUAN ACARA PENYULUHAN


(SAP) MASA NIFAS 6 JAM POST PARTUM

Hari/Tanggal : 14 April 2019

Waktu : Pukul 13.20

WIB

Pokok Pembahasan : Tentang kebutuhan nutrisi, personal hygiene, seksual.

Pemberian vitamin A. Tanda bahaya masa nifas.

Kunjungan ulang.

Sub Pokok Pembahasan: Menjelaskan kepada ibu tentang kebutuhan nutrisi

personal hygiene, seksual.Menjelaskan pemberian

vitamin A. Menjelaskan tanda bahaya masa nifas.

Menjelaskan kunjungan ulang

Sasaran : Ny. E

Tempat : PMB Ny. Eny Kusrini S.ST

A. Tujuan Intruksional Umum

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dapat memahami dan

mengerti :tentang kebutuhan nutrisi, personal hygiene, seksual. Pemberian

vitamin A. Tanda bahaya masa nifas. Kunjungan ulang.

B. Tujuan Intruksional Khusus

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ibu dapat menjelaskan kembali :


39

1. kebutuhan nutrisi, personal hygiene, seksual.

2. pemberian vitamin A

3. tanda bahaya masa nifas

4. Kunjungan ulang.

C. Media

1. Leaflet
39

D. Jadwal Kegiatan Penyuluhan

Tahapan/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ssaran


Pembukaan 5 menit - Memberikan salam, - Menjawab salam
- Menjelaskan tujuan - Memperdengarka
penyuluhan n dan
memperhatikan

Inti 15 menit - tentang kebutuhan - Menyimak dan


nutrisi, personal mendengarkan
hygiene, seksual.
Pemberian vitamin
A. Tanda bahaya
masa nifas.
Kunjungan ulang.
Penutup 10 menit - tentang kebutuhan - Menjawab salam
nutrisi, personal
hygiene, seksual.
Pemberian vitamin
A. Tanda bahaya
masa nifas.
Kunjungan ulang..
- Member salam
penutup
39

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP) MASA NIFAS 21 HARI

Hari/Tanggal : 04 Mei 2019

Waktu : Pukul 14.30 WIB

Pokok Pembahasan :Tentang tanda bahaya ibu nifas. Asi ekslusif.

Nutrisi dan eliminasi. Kunjungan ulang

Sub Pokok Pembahasan : Mengevaluasi Tentang tanda bahaya ibu nifas.

Menganjurkan memberikan Asi ekslusif.

Mengevaluasi Nutrisi dan eliminasi. Kunjungan

ulang

Sasaran : Ny. E

Tempat : Rumah Ny. E

A. Tujuan Intruksional Umum

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dapat memahami

danmengerti tentang, Tentang tanda bahaya ibu nifas. Asi ekslusif. Nutrisi dan

eliminasi. Kunjungan ulang


40

B. Tujuan Intruksi Khusus

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ibu dapat menjelaskan kembali :

1. Tanda bahaya ibu nifas

2. Pentingnya ASI Eksklusif

3. Nutrisi dan eliminasi

C. Media

1. Leaflet
40

D. Jadwal Kegiatan Penyuluhan

Tahapan/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ssaran

Pembukaan 5 menit - Memberikan - Menjawab


salam, salam
- Menjelaskan - Memperdenga
tujuan rkan dan
penyuluhan memperhatika
n

Inti 15 menit - Menjelaskan - Menyimak dan


Tentang tanda mendengarkan
bahaya ibu nifas.
Asi ekslusif.
Nutrisi dan
eliminasi.
Kunjungan ulang
Penutup 10 menit - Meminta kepada - Menjawab
ibu untuk salam
menjelaskan
kembali Tentang
tanda bahaya ibu
nifas. Asi
ekslusif. Nutrisi
dan eliminasi.
Kunjungan ulang
Membersalam
penutup
40

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP) MASA NIFAS 42 HARI

Hari/Tanggal : 25 Mei 2019

Waktu : Pukul 16.00 WIB

Pokok Pembahasan :Tentang tanda bahaya ibu nifas. Asi ekslusif.

Nutrisi dan eliminasi. Kunjungan ulang

Sub Pokok Pembahasan : Mengevaluasi Tentang tanda bahaya ibu nifas.

Menganjurkan memberikan Asi ekslusif.

Mengevaluasi Nutrisi dan eliminasi. Kunjungan

ulang

Sasaran : Ny. E

Tempat : Rumah Ny. E

A. Tujuan Intruksional Umum

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dapatmemahami

danmengerti tentang, Tentang tanda bahaya ibu nifas. Asi ekslusif. Nutrisi dan

eliminasi. Kunjungan ulang

B. Tujuan Instruksi Khusus

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ibu dapat menjelaskan kembali :

1. Tanda bahaya ibu nifas


40

2. Pentingnya ASI Eksklusif

3. Nutrisi dan eliminasi

C. Media

Leaflet dan Buku KIA

D. Jadwal Kegiatan Penyuluhan

Tahapan/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ssaran


Pembukaan 5 - Memberikan salam, - Menjawab salam
menit - Menjelaskan tujuan - Memperdengarka
penyuluhan n dan
memperhatikan

Inti 15 menit - Menjelaskan - Menyimak dan


Tentang tanda mendengarkan
bahaya ibu nifas. Asi
ekslusif. Nutrisi dan
eliminasi.
Kunjungan ulang
Penutup 10 menit - Meminta kepada ibu - Menjawab salam
untuk menjelaskan
kembali Tentang
tanda bahaya ibu
nifas. Asi ekslusif.
Nutrisi dan
eliminasi.
Kunjungan ulang
Membersalam
penutup
40
40
40

Lampiran 8 Catatan Kesehatan Ibu Nifas


40
40

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP) NEONATUS 6 JAM

Hari/Tanggal : 14 April 2019

Waktu : Pukul 13.20 WIB

Pokok Pembahasan :Tentang personal hygiene, menjaga suhu tubuh bayi,

perawatan tali pusat, tanda bahaya pada bayi, cara

menyusui yang benar.

Sub Pokok Pembahasan: Menjelaskan kepada ibu tentang Personal hygiene

bayinya, mengajari ibu perawatan tali pusat,

menjelaskan pada ibu cara menjaga suhu tubuh bayi,

menjelaskan tanda bahaya pada bayi, mengajari ibu

cara menyusui yang benar

Sasaran : Ny. E

Tempat : PMB Ny. Eny Kusrini S.ST

A. Tujuan Intruksional Umum

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dapat memahami dan

mengerti tentang :Tentang personal hygiene, menjaga suhu tubuh bayi,

perawatan tali pusat, tanda bahaya pada bayi, cara menyusui yang benar.
40

B. Tujuan Intruksional Khusus

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ibu dapat menjelaskan kembali :

1. Personal hygiene bayi

2. Perawata tali pusat

3. Menjaga suhu tubuh bayi

4. Tanda bahaya pada bayi

5. Cara menyusui yang benar

C. Media

1. Buku KIA

2. Leaflet

D. Jadwal Kegiatan Penyuluhan

Tahapan/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ssaran


Pembukaan 5 - Memberikan - Menjawab salam
menit salam, - Memperdengarkan
- Menjelaskan dan memperhatikan
tujuan penyuluhan
Inti 15 menit - Menjelaskan - Menyimak dan
Tentang personal mendengarkan
hygene bayi, cara
menjaga suhu
tubuh bayi,
perawatan tali
pusat, tanda
bahaya pada bayi,
cara menyusui
yang benar
41

Penutup 10 - Meminta kepada - Menjawab salam


menit ibu untuk
menjelaskan
kembali Tentang
personal hygene,
cara menjaga suhu
tubuh bayi,
perawatan tali
pusat, tanda
bahaya pada bayi,
cara menyusui
yang benar
- Member salam
penutup
41
41

Lampiran 9 Catatan Ibu Bersalin dan Ibu Nifas


41

Lampiran 10 Keterangan Lahir


41

Lampiran 11 Catatan Kesehatan BBL


41

Lampiran 12 Pelayanan Essensial


41

Lampiran 13 Grafik Lingkar Kepala Laki laki


41

Lampiran 14 Grafik Tinggi Badan Anak Laki-laki


41

Lampiran 15 KMS

Lampiran 16 Catatan Imunisasi


41
42

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP) PERENCANAAN KB

Hari/Tanggal : 14 april 2019

Waktu : Pukul 13.30

WIB Pokok Pembahasan :

Tentang KB

Sub Pokok Pembahasan: Menjelaskan kepada ibu tentang KB pasca salin, macam-

macam KB pasca salin

Sasaran : Ny. E

Tempat : PMB Eny Kusrini S.ST

A. Tujuan Intruksional Umum

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dapat memahami dan

mengerti tentang KB pasca salin, macam-macam KB pasca salin,

B. Tujuan Intruksional Khusus

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ibu dapat menjelaskan kembali :

1. Macam-macam KB pasca salin

2. Efek samping, keuntungan dan kerugian macam-macam KB pascasalin

C. Media

Leafle

t
42

D. Jadwal Kegiatan Penyuluhan

Tahapan/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ssaran

Pembukaan 5 - Memberikan - Menjawab salam

menit salam, - Memperdengarkan

- Menjelaskan dan memperhatikan

tujuan penyuluhan

Inti 15 menit - Menjelaskan - Menyimak dan

Tentang KB pasca mendengarkan

salin, macam-

macam KB,

Penutup 10 - Meminta kepada - Menjawab salam

menit ibu untuk

menjelaskan

kembali Tentang

KB pasca salin,

macam- macam

KB, serta

keuntugan dan

kerugian

penggunaan KB

pascasalin Member

salam penutup
42
42

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP) PERENCANAAN KB

Hari/Tanggal : 04 Mei 2019

Waktu : Pukul 14.30

WIB Pokok Pembahasan

:Tentang KB

Sub Pokok Pembahasan: Menjelaskan kepada ibu tentang KB pasca salin, KB

MAL

Sasaran : Ny. E

Tempat : Rumah Ny. E

A.Tujuan Intruksional Umum

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dapat memahami dan

mengerti tentang KB MAL, manfaat KB MAL

B. Tujuan Intruksional Khusus

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ibu dapat menjelaskan kembali :

1. Apa itu KB MAL

2. Manfaat dari KB MAL

C. Media

Leafle

t
42

D. Jadwal Kegiatan Penyuluhan

Tahapan/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ssaran

Pembukaan 5 - Memberikan - Menjawab salam

menit salam, - Memperdengarkan

- Menjelaskan dan memperhatikan

tujuan penyuluhan

Inti 10 menit - Menjelaskan - Menyimak dan

Tentang KB MAL, mendengarkan

manfaat KB MAL

Penutup 8 menit - Meminta kepada - Menjawab salam

ibu untuk

menjelaskan

kembali Tentang

KB MAL, manfaat

dari KB MAL

Member salam

penutup
42
42

Lampiran 17 Penapisan KB non hormonal

DAFTAR PENAPISAN KB NON HORMONAL

Y Tida
AKDR(semuajenispelapastembagadan progestin) a k
Apakahharipertamahaidterakhir 7 hari yang lalu √

Apakahklien (ataupasangan) mempunyaipasanganseks lain √

Apakahpernahmengalamiinfeksimenularseksual(IMS) √

Apakahpernah mengalamipenyakitradangpanggulataukehamilanektopik √

Apakahpernahmengalamihaidbanyak (lebihdari 1-2 pembaluttiap 4 jam) √

Apakahpernahmengalamihaid lama (lebihdari 8 hari) √

Apakahpernahmengalamidismenoreberat yang

membutuhkananlgetikdan/atauistirahat baring

Apakahpernahmengalamiperdarahanbercakantarahaidaatausetelahsengga

ma

Apakahpernahmengalamigejalapenyakitjantungvalvularatau congenital √
42

Lampiran 18 Kartu Bimbingan LTA


42

Lampiran 19 Lembar Konsultasi


42
43

Lampiran 20 Foto Kunjungan Nifas

Anda mungkin juga menyukai