Anda di halaman 1dari 228

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

K DENGAN
FAKTOR RESIKO UMUR > 35 TAHUN DI PUSKESMAS JATIBOGOR
KABUPATEN TEGAL TAHUN 2018

Karya Tulis Ilmiah

Disusun Oleh :
SILVIANI EKA FEBRIANTI
NIM.16070075

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL
TAHUN 2018
MOTTO

1. Belajar dari kegagalan adalah hal yang bijak. Jika orang lain

bisa, maka aku juga bisa, karena kegagalan akibat dari

terlalu banyak berencana tetapi sedikit berfikir dan bertindak.

2. Jawaban sebuah keberhasilan adalah terus belajar dan tak

kenal putus asa. Tegarlah seperti batu karang, kesuksesan

tidak akan bertahan jika dicapai dengan jalan pintas.

3. Keberhasilan akan diraih dengan cara belajar, belajar tidak

akan berarti tanpa di barengi budi pekerti.

4. Hari ini berjuang, besok raih kemenangan. Segala masalah

akan terasa ringan dengan bersabar dan lapang dada.

5. Bermimpilah semaumu dan kejarlah mimpi itu, karena bangsa

yang malas tidak akan berkembang maju.

6. Sambut masa depan cemerlang dengan berilmu dan

kerendahan hati.
PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini Saya Persembahkan Untuk :

1. Allah SWT yang selalu memberikan kesehatan, keselamatan, dan berkah

yang telah Engkau berikan selalu ku syukuri.

2. Orangtua tercinta Bapak Slamet Hartono dan Ibu Erni Indriasih yang selalu

mendoakan dan memberikan motivasi dalam hidupku, yang takkan pernah

bosan menyayangiku, terimakasih atas semua pengorbanan kalian untuk

mencapai kesuksesanku.

3. Ketiga Adikku terimakasih atas semua do'a, semangat, dan dukungan yang

selalu diberikan.

4. Semua keluarga besar yang selalu memberikan motivasi, semoga kebaikan

kalian dibalas dengan rezeki dan rahmat yang tiada hentinyadari Allah

SWT.

5. Yang terhormat Ibu Ulfatul Latifah, SKM, M.Kes dan Ibu Ndari Ernawati,

S.ST terimakasih atas waktu dan kesabarannya dalam membimbing saya

selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.

6. Teman-teman yang selalu mendengarkan keluh kesahku, menemani dalam

proses bimbingan, tempat bertukar pendapat dalam penyusunan karya

tulis ilmiah ini, dukungan kalian sangat luar biasa untukku.

7. Teman-teman kelas 6C yang selama 3 tahun selalu bersama-sama

menuntut ilmu dan kompak dalam kegiatan apapun, kalian luar biasa.
KATA PENGANTAR

Seraya memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

dengan judul "Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. K dengan Faktor

Resiko Umur > 35 tahun di Puskesmas Jatibogor Kabupaten Tegal".

Penulis menyadari dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini banyak sekali

kesalahan dan kekeliruan, tapi berkat imbingan dan arahan dari semua pihak

akhirnya Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :

1. MC. Chambali, B.Eng EE,M.Kom selaku Direktur Politeknik Harapan

Bersama.

2. Nilatul Izah, S.ST., M.Kes selaku Ka.Prodi D III Kebidanan Politeknik

Harapan Bersama Tegal.

3. Ulfatul Latifah, SKM., M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Ndari Ernawati, S.ST selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Kedua orangtua dam keluarga tercinta, terimakasih atas do'a dan restunya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan Karya Tulis

Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, disebabkan keterbatasan pengetahuan

penulis.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini membawa manfaat bagi pengembangan

ilmu.

Tegal, ...................................

Penulis
FAKTOR RESIKO UMUR > 35 TAHUN
(Studi kasus terhadap Ny. K di Puskesmas Jatibogor Kabupaten Tegal)

Silviani Eka Febrianti1, Ulfatul Latifah2, Ndari Ernawati3


Email : silvianieka230@yahoo.com1 , 2 Diploma III Kebidanan, Politeknik Harapan Bersama, Jl.
Mataram No.9 Kota Tegal 52142, Telp.(0283) 3520003

Abstrak
Angka Kematian Ibu pada tahun 2016 tercatat 173 kematian per 1.000
kelahiran. AKI mengalami penurunan setiap tahunnya mulai dari tahun 2015 33
kasus, kemudian berkurang menjadi 27 kasus di tahun 2016 dan tahun 2017 AKI
berkurang menjadi 14 kasus saja. Jumlah AKI di Desa Jatibogor tahun 2017 ada 0
kasus dan AKB ada 12 kasus, sedangkan pada tahun 2018 jumlah AKI di Desa
Jatibogor 2 kasus dan AKB 9 jiwa. Maka dalam rangka menurunkan jumlah AKI
dan AKB di Jawa Tengah pemerintah membuat program OSOC yang diharapkan
dapat melakukan upaya preventif dan promotif dalam rangka meningkatkan
kesehatan ibu dan anak melalui pendampingan sejak hamil hingga nifas 42 hari.
Tujuan umum dilakukannya studi kasus ini untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan mahasiswa untuk memperoleh pengalaman secara
nyata yang dapat digunakan dalam memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu
dengan faktor resiko umur lebih dari 35 tahun melalui pendekatan menejemen
kebidanan menurut Varney dan metode SOAP. Penelitian ini menggunakan
pendekatan studi kasus. Subyek penelitian adalah ibu hamil Ny. K berusia 37
tahun dengan kehamilan faktor resiko umur > 35 tahun. Data diambil sejak bulan
Agustus sampai Oktober 2018. Data ini diambil dengan menggunakan
wawancara, observasi dan dokumentasi.
Dari semua data yang diperoleh penyusun selama melakukan asuhan
kebidanan komprehensif pada Ny. K sejak umur kehamilan 38 minggu lebih 2
hari, bersalin, hingga nifas 40 hari post SC. Penyusun menyimpulkan bahwa masa
kehamilan dengan faktor umur pada Ny. K normal, saat persalinan dilakukan
sectio caesarea, bayi baru lahir dan masa nifas berlangsung normal. Diharapkan
bagi tenaga kesehatan mampu melakukan peningkatan mutu pelayanan asuhan
kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas untuk membantu
mengurangi AKI dengan adanya program-program yang terbaru.

Kata kunci : Hamil, Bersalin, Nifas, Faktor resiko umur > 35 tahun.
Daftar Pustaka : 29 Kepustakaan (2007-2018)
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................ iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................................................v

MOTTO ......................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ......................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

ABSTRAK ...................................................................................................... xi

DAFTAR ISI .................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1

A. Latar Belakang ......................................................................................1

B. Rumusan Masalah .................................................................................5

C. Tujuan Penulisan ...................................................................................6

D. Ruang Lingkup ......................................................................................7


E. Manfaat Penulisan .................................................................................7

F. Metode Memperoleh Data .....................................................................8

G. Sistematika penulisan9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................11

A. TEORI KEHAMILAN ........................................................................11

a. Pengertian Kehamilan ..................................................................11

b. Proses Kehamilan .........................................................................11

c. Tanda-tanda Kehamilan ...............................................................13

d. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil.........................................................16

e. Perubahan Fisiologis Ibu Hamil ...................................................21

f. Perubahan Psikologis Ibu Hamil ..................................................25

g. Tanda Bahaya Kehamilan ............................................................26

h. Ketidaknyamanan pada Kehamilan ..............................................28

i. Standart Asuhan Kehamilan .........................................................29

B. TEORI PERSALINAN .......................................................................33

1. Persalinan Normal ........................................................................33

a. Pengertian Persalinan ............................................................33

b. Sebab-sebab Mulainya Persalinan.........................................33

c. Macam-macam Persalinan ....................................................34

d. Mekanisme Persalinan ..........................................................35

e. Tahapan Persalinan ...............................................................37

f. Tanda dan Gejala Persalinan .................................................40

g. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan......................41

h. Persiapan Persalinan..............................................................42
i. Lima Benang Merah yang Mempengaruhi Persalinan ..........43

2. Persalinan Dengan Sectio Caesarea .............................................46

a. Pengertian Sectio Caesarea ...................................................46

b. Indikasi Sectio Caesarea .......................................................47

c. Jenis-jenis Sectio Caesarea ...................................................47

d. Komplikasi ............................................................................48

e. Persiapan Sectio Caesarea .....................................................49

3. Induksi Persalinan .......................................................................51

a. Pengertian Induksi Persalinan ...............................................51

b. Indikasi Induksi Persalinan ...................................................51

c. Kontraindikasi Induksi Persalinan ........................................52

d. Cara Induksi Persalinan.........................................................52

e. Komplikasi ............................................................................55

C. TEORI NIFAS.....................................................................................55

a. Pengertian Masa Nifas .................................................................55

b. Tujuan Masa Nifas .......................................................................56

c. Tahapan Masa Nifas .....................................................................56

d. Perubahan Fisiologis Masa Nifas .................................................58

e. Perubahan Adaptasi Psikologi Ibu Nifas ......................................61

f. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas ..........................................................62

D. TEORI BAYI BARU LAHIR .............................................................65

a. Pengertian Bayi Baru Lahir ..........................................................65

b. Manifestasi Klinis Neonatus Normal ...........................................66

c. Perubahan Fisiologis Pada Bayi ...................................................67


d. Adaptasi Fisiologi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan di Luar

Uterus ...........................................................................................69

e. Perawatan Pada Bayi Baru Lahir .................................................69

f. Komplikasi Pada Bayi Baru Lahir ...............................................72

g. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir ....................................................72

h. Perawatan Lain Pada Bayi Baru Lahir .........................................72

i. Kunjungan Neonatal .....................................................................74

E. TEORI FAKTOR RESIKO UMUR PADA IBU HAMIL ..................77

a. Pengertian Resiko .........................................................................77

b. Batasan Resiko Tinggi .................................................................78

F. TEORI MENEJEMEN ASUHAN KEBIDANAN .............................85

a. Pengertian Menejemen Kebidanan...............................................85

b. Menejemen Kebidanan dengan Metode Varney ..........................86

c. Menejemen Kebidanan dengan Metode SOAP ............................94

G. LANDASAN HUKUM KEWENANGAN BIDAN ...........................95

H. STANDAR ASUHAN KEBIDANAN................................................98

BAB III TINJAUAN KASUS.......................................................................100

A. Asuhan Kebidanan Kompresensif Pada Kehamilan..........................100

B. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan ..................................................117

C. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas ................................................120

D. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir.........................................129

BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................137

A. Asuhan kebidanan pada Masa Kehamilan.........................................137

B. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan ........................................171


C. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas ................................................173

D. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir .........................................185

BAB V PENUTUP ........................................................................................194

A. Kesimpulan........................................................................................194

B. Saran ..................................................................................................195

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 tentang TFU menurut spiegelberg..........................................................21

Tebel 2.2 tentang Bentuk uterus berdasarkan usia kehamilan ...............................22

Tabel 2.3 tentang waktu pemberian imunisasi TT dan lama perlindungannya......31

Tabel 2.4 tentang kebijakan program nasional kunjungan nifas ............................57

Tebel 2.5 tentang Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum .59
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiraan 1 Buku KIA

Lampiran 2 Lembar Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Lampiran 3 Lembar Imunisasi dan KMS Bayi

Lampiran 4 Lembar Konsultasi

Lampiran 5 Dokumentasi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan resiko tinggi merupakan keadaan yang dapat

mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang

dihadapi. Untuk menghadapi resiko tinggi harus diambil sikap proaktif,

berencana dengan upaya promotif dan preventif sampai dengan waktunya

harus diambil sikap tegas dan cepat untuk menyelamatkan ibu dan janin.

Keuntungan pengawasan antenatal adalah diketahuinya secara dini

keadaan resiko tinggi ibu dan janin, sehingga dapat melakukan

pengawasan yang lebih intensif, memberikan pengobatan sehingga

resikonya dapat dikendalikan, melakukan rujukan untuk mendapatkan

tindakan yang adekuat. (Manuaba, 2010)

Kehamilan resiko tinggi dibagi menjadi 2 golongan yaitu

komplikasi obstetri dan komplikasi medis. Komplikasi obstetri meliputi

usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, paritas (primigravida

primer atau sekunder, grandemultipara), riwayat persalinan (abortus lebih

dari dua kali, partus prematus 2 kali atau lebih, riwayat kematian janin

dalam rahim, perdarahan pasca persalinan, riwayat preeklamsia-eklamsia),

riwayat kehamilan mola hidatidosa, riwayat persalinan dengan tindakan

operasi, ekstraksi vakum, ekstraksi forceps, perdarahan antepartum,

kehamilan ganda, hidramnion, hamil dengan kelainan letak, hamil disertai

mioma uteri atau kista ovarium. Komplikasi medis meliputi kehamilan

disertai anemia, hipertensi, penyakit jantung, hamil dengan diabetes


melitus, hamil dengan obesitas, hamil dengan penyakit hati, hamil disertai

penyakit paru, dan penyakit lainnya. (Hebert Hutabarat, 2010)

Kehamilan pada usia lanjut memuat resiko yang cukup berat.

Pasalnya, keadaan ibu sudah mulai menurun tidak lagi seperti pada saat

muda. Akibat yang dapat muncul yaitu perdarahan, ketuban pecah dini,

persalinan lama, ruptur uteri, bayi lahir prematur atau belum cukup bulan,

serotinus dan yang lainnya. (Ida Bagus Manuaba, 2010)

Jumlah kasus kematian Ibu di Indonesia mengalami penurunan dari

4.999kasus pada tahun 2015 turun menjadi 4.912 kasus di tahun 2016,

sementara hingga semester satu di tahun 2017 sejumlah 1.712kasus.

Demikian pula untuk Angka Kematian Bayi (AKB) juga mengalami

penurunan dari 33.278 kasus pada tahun 2015 menjadi 32.007 kasus pada

tahun 2016, sementara hingga pertengahan tahun 2017 tercatat sebanyak

10.294 kasus kematian bayi.(Departemen Kementrian Kesehatan RI,

2017).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Tengah pada tahun 2017

tercatat 88,58 kematian per 100.000 kelahiran. Pada tahun 2013 AKI di

Jawa Tengah masih 118,62 per 100.000 kelahiran dan 2014 naik sedikit,

pada tahun 2015 sampai 2017 terus mengalami penurunan. Penurunan

AKI di Jawa Tengah yang menyentuh angka 88,58 per 100.000 kelahiran

itu bahkan melampaui target SDG's yang menetapkan pada angka 90 per

100.000 kelahiran tidak terlepas dari Program Jateng Gayeng Nginceng

Wong Meteng yang diluncurkan pada tahun 2015 oleh Gubernur Jawa

Tengah. Selain capaian AKI yang menggembirakan, Angka Kematian


Bayi (AKB) juga mengalami penurunan. Lima tahun yang lalu AKB Jawa

Tengah tercatat 10,41 per 1.000 kelahiran, pada tahun 2017 sudah turun

menjadi 8,93 per 1.000 kelahiran. Maka dalam rangka mewujudkan derajat

kesehatan setinggi-tingginya sesuai Rencana Srategi Provinsi Jawa

Tengah, pembangunan kesehatan dilakukan dengan cara mewujudkan

SDM yang berdaya saing, meningkatkan pelayanan kesehatan yang

bermutu dan berkeadilan, mewujudkan peran serta masyarakat dan

pemangku kepentingan dalam pembangunan kesehatan. (Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Tengah, 2018)

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal Angka

Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2016 tercatat 173 kematian per 1.000

kelahiran. Pada tahun 2017 turun menjadi 52,7 kematian per 1.000

kelahiran. AKI mengalami penurunan setiap tahunnya mulaidari tahun

2015 33 kasus, kemudian berkurang menjadi 27 kasus di tahun 2016 dan

tahun 2017 AKI berkurang menjadi 14 kasus saja. AKI juga beriringan

dengan Angka Kematian Bayi (AKB) yang menurun signifikan dari 9,6 di

tahun 2014 menjadi 7,8 di tahun 2017. Menurunnya AKI dan AKB di

Kabupaten Tegal tentunya tidak terlepas dari program EMAS (Expanding

Maternal and Neonatal Survival) yaitu dengan cara meningkatkan kualitas

pelayanan emergency obstetri dan bayi baru lahir minimal di rumah sakit

(PONEK) dan Puskesmas mampu PONED, memperkuat sistem rujukan

yang efisien dan efektif antar Puskesmas dan Rumah Sakit. (Dinas

Kesehatan Kabupaten Tegal, 2018)


Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Jatibogor pada

tahun 2017 terdapat Angka Kematian Ibu (AKI) 0 kasus dari jumlah

keseluruhan ibu hamil 840 orang dan Angka Kematian Bayi (AKB)

terdapat 12 jiwa dari jumlah keseluruhan bayi 764 jiwa. Jumlah ibu hamil

beresiko tinggi terdapat 215 orang dengan kasus antara lain ibu hamil usia

< 20 tahun dan > 35 tahun sebanyak 105 kasus (12,5%), ibu hamil dengan

riwayat SC sebanyak 15 kasus (1,7%), ibu hamil dengan KEK sebanyak

49 kasus (5,8%), ibu hamil dengan anemia sebanyak 9 kasus (1,07%),

HbsAg + sebanyak 12 kasus (1,4%), ibu hamil grandemultigravida

sebanyak 2 kasus (0,2%), ibu hamil dengan grandemultipara sebanyak 7

kasus (0,83%), ibu hamil gemelly sebanyak 2 kasus (0,2%), ibu hamil

dengan jarak kelahiran < 2 tahun sebanyak 8 kasus (0,95%), ibu hamil

dengan tinggi badan < 145 cm sebanyak 4 kasus (0,47%), ibu hamil

dengan hipertensi dalam kehamilan (HDK) sebanyak 2 kasus (0,2%), dan

resiko tinggi lainnya sebanyak 17 kasus (2,02%). (Puskesmas Jatibogor,

2017)

Pada tahun 2018 Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 2 kasus

yang disebabkan karena preeklamsia berat dari jumlah keseluruhan ibu

hamil 832 orang dan Angka Kematian Bayi (AKB) terdapat 9 jiwa dari

jumlah keseluruhan bayi 756 jiwa. Jumlah ibu hamil beresiko tinggi

terdapat 183 orang dengan kasus antara lain ibu hamil usia < 20 tahun dan

> 35 tahun sebanyak 97 kasus (11,65%), ibu hamil dengan riwayat SC

sebanyak 18 kasus (2,61%), ibu hamil dengan KEK sebanyak 25 kasus

(3,00%), ibu hamil dengan anemia sebanyak 24 kasus (2,88%), HbsAg +


sebanyak 8 kasus (0,96%), ibu hamil dengan grandemultipara sebanyak 9

kasus (1,08%), ibu hamil gemelly sebanyak 4 kasus (0,48%), ibu hamil

dengan jarak kelahiran < 2 tahun sebanyak 7 kasus (0,84%), ibu hamil

dengan tinggi badan < 145 cm sebanyak 2 kasus (0,24%), ibu hamil

dengan hipertensi dalam kehamilan (HDK) sebanyak 4 kasus (0,48%), dan

resiko tinggi lainnya sebanyak 9 kasus (1,08%). (Puskesmas Jatibogor,

2018)

Salah satu program untuk menurunkan AKI / AKB di Jawa

Tengah, maka pemerintah membuat program OSOC (One Student One

Client) yang diharapkan dapat melakukan upaya preventif dan promotif

dalam rangka meningkatkan kesehatan ibu dan anak, melalui

pendampingan sejak hamil, persalinan hingga 42 hari masa nifas, untuk

mendeteksi dini terhadap faktor resiko maupun komplikasi yang terjadi

pada masa kehamilan, persalinan, nifas sehingga dapat dilakukan

penanganan secara cepat dan tepat.

Jadi, berdasarkan data diatas maka penulis tertarik dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul "ASUHAN KEBIDANAN

KOMPREHENSIF PADA NY. K DENGAN FAKTOR RESIKO UMUR

LEBIH DARI 35 TAHUN DI PUSKESMAS JATIBOGOR

KABUPATEN TEGAL TAHUN 2018".

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut "Bagaimana Asuhan Kebidanan


Komprehensif Pada Ny. K dengan faktor resiko umur > 35 tahun Di

Wilayah Puskesmas Jatibogor Tahun 2018?"

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Meningkatkan kemampuan dan keterampilan mahasiswa untuk

memperoleh pengalaman secara nyata yang dapat digunakan dalam

memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu dengan faktor resiko

umur lebih dari 35 tahun melalui pendekatan menejemen

kebidanan menurut Hellen Varney yang didokumentasikan

menggunakan 7 langkah Varney dan metode SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian data pada Ny. K umur 37 tahun

di Puskesmas Jatibogor.

b. Dapat menegakkan diagnosa kebidanan pada Ny. K umur 37

tahun di Puskesmas Jatibogor.

c. Mampu merumuskan diagnosa potensial yang muncul pada

Ny. K umur 37 tahun di Puskesmas Jatibogor.

d. Dapat menentukan antisipasi penanganan segera terhadap

masalah yang terjadi pada Ny. K umur 37 tahun di Puskesmas

Jatibogor.

e. Dapat menentukan perencanaan Asuhan Kebidanan pada Ny.

K umur 37 tahun di Puskesmas Jatibogor.

f. Mampu mengimplementasikan rencana asuhan kebidanan pada

Ny. K umur 37 tahun di Puskesmas Jatibogor.


g. Mampu mengevaluasi asuhan kebidanan secara komprehensif

pada Ny. K umur 37 tahun di Puskesmas Jatibogor.

D. Ruang Lingkup

1. Penelitian ini mengambil sasaran yaitu Ny. K ibu hamil dengan umur

37 tahun dan kehamilan yang ketiga merupakan kehamilan faktor

resiko umur lebih dari 35 tahun.

2. Tempat

Penelitian dilakukan di Puskesmas Jatibogor, Kecamatan Suradadi,

Kabupaten Tegal.

3. Waktu

Wakktu pengambilan studi kasus dalam pembuatan karya tulis ini

dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus – 8 Oktober 2018.

E. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang asuhan

kebidanan komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas dengan faktor

resiko.

2. Bagi Lahan Praktik

Sebagai gambaran informasi untuk meningkatkan asuhan kebidanan

pada ibu hamil agar menurunkan angka kematian pada ibu bersalin

akibat komplikasi yang tidak tertangani semasa hamil.

3. Bagi Institusi

Sebagai bahan acuan atau pedoman bagi institusi program studi

kebidanan untuk penulisan karya tulis selanjutnya.


4. Bagi Masyarakat

Dapat memberikan informasi kepada ibu hamil agar dapat sedini

mungkin mengetahui penyakit yang menghambat kehamilannya.

F. Metode Memperoleh Data

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk

mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan secara

lisan dari seseorang yang menjadi sasaran penelitian. Penulis

melakukan tanya jawab kepada Ny. K dan suami untuk mendapatkan

data yang diperlukan.

2. Observasi (pengamatan)

Observasi yaitu suatu prosedur yang berencana antara lain

melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah aktivitas tertentu yang

ada hubungannya dengan masalah yang diteliti, dikaji dari hasil yang

telah dilakukan. Dari hasil observasi didapatkan data seperti

pemeriksaan fisik, pemeriksaan obstetri, dan pemeriksaan penunjang.

3. Pemeriksaan Fisik

Melakukan pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi,

auskultasi, dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan ini dilakukan

untuk mendapatkan data obyektif yang nantinya akan digunakan untuk

menegakkan diagnosa.
4. Dokumentasi

Semua bentuk dokumentasi baik yang diterbitkan maupun

yang tidak diterbitkan, yang ada dibawah tanggung jawab instantsi

resmi.

5. Studi Pustaka

Adalah metode pengumpulan data dengan mempelajari catatan

tentang pasien yang ada.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini terdiri

dari 5 bab yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penulisan, ruang lingkup, manfaat penelitian, metode

memperoleh data dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang tinjauan pustaka meliputi dasar medis,

konsep menejemen kebidanan dan landasan hukum.

BAB III TINJAUAN KASUS

Berisi tentang asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. K

umur 37 tahun G3 P2 A0 dengan kehamilan resiko tinggi di

Puskesmas Jatibogor, Kecamatan Suradadi, Kabupaten

Tegal dengan menggunakan 7 langkah varney dan data

perkembangan SOAP.
BAB IV PEMBAHASAN

Berisi tentang perbandingan antara teori dengan kenyataan

pada kasus yang disajikan sesuai dengan langkah-langkah

manajemen kebidanan yaitu pengumpulan data dasar

sampai evaluasi.

BAB V PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan

merupakan sintesis dari hasil bahasan yang dapat menjawab

permasalahan dan tujuan penyusunan studi kasus, mengacu

pada tujuan yang telah dibuat pada BAB I. Saran berupa

masukan berdasarkan kesimpulan. Saran menekankan pada

usulan yang sifatnya lebih operasional atau aplikatif. Saran

bisa ditunjukkan pada institusi, organisasi profesional,

anggota provesi.

DAFTAR PUSTAKA

Berisi sumber-sumber materi.

LAMPIRAN

Berisi bukti fisik yang dibutuhkan selama penyusunan

karya tulis ilmiah.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI KEHAMILAN

a. Pengertian Kehamilan

Kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambungan dan

terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan

pertumbuhan zigot, nidasi pada uterus, pembentukan plasenta, dan

tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 2010)

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7

hari) dihitung dari hari pertama hiad terakhir. (Saifuddin,2008).

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional,

kehamilan di definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum, dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

(Prawiroharjo,2010).

b. Proses Kehamilan

1) Konsepsi

Konsepsi adalah pertemuan antara ovum matang dan

sperma sehat yang memungkinkan terjadinya kehamilan. Konsepsi

ini dapat terjadi jika terpenuhi beberapa kriteria, yaitu :

a. Senggama harus terjadi pada bagian siklus reproduksi wanita

yang tepat.

b. Ovarium wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada saat

ovulasi.
c. Pria harus mengeluarkan sperma yang cukup normal dan sehat

selama ejakulasi.

d. Tidak ada barier atau hambatan yang mencegah sperma

mencapai, melakukan penetrasi, dan sampai akhirnya

membuahi ovum.

2) Fertilisasi

Merupakan kelanjutan dari konsepsi yaitu sperma bertemu

dengan ovum, terjadi penyatuan sperma dengan ovum. Fase-fase

dalam konsepsi sampai fertilisasi :

1) Sperma memasuki vagina

Sperma diejakulasi di forniks vagina saat coitus, menuju

ampula tuba sebagai tempat fertilisasi.

2) Proses kapasitasi

Sperma mengalami perubahan biokimiawi agar lebih kuat

untuk mencapai ampula tuba.

3) Reaksi akromosom

Sperma mengadakan pengeluaran cairan hyaluronidase dan

tripsin agar bisa menembus lapisan ovum.

4) Sperma memasuki zona pellusida dan corona radiata

Zat yang dikeluarkan melalui reaksi akromosom akan

mengencerkan corona radiata dan zona pellusida.


5) Reaksi granula kortikal

Granula kortikol merupakan sel-sel granulose yang berada

disekitar oosit yang akan menutup setelah satu buah sperma

masuk kedalam oosit.

6) Fertilisasi

Dalam beberapa jam setelah konsepsi , mulailah terjadi

pembelahan zigot, segera setelah pembelahan sel terjadi, maka

pembelahan-pembelahan selanjutnyaakan berjalan dengan

lancar dan akhirnya dalam waktu 3 hari terbentuk suatu

kelompok sel yang sama besarnya disebut morulla. Proses

selanjutnya adalah perubahan morulla menjadi blastula.

3) Implantasi/nidasi

Implantasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil

konsepsi kedalam endometrium. Blastula diselubungi oleh suatu

simpai disebut trofobalst, yang mampu menghancurkan atau

mencairkan jaringan.

c. Tanda-tanda Kehamilan

Tanda-tanda kehamilan menurut (Ari Sulistyawati, 2012) yaitu :

1. Tanda pasti hamil

a) Pada pemeriksaan USG terlihat adanya kantong kehamilan atau

gambaran janin.

USG memungkinkan untuk mendeteksi jantung kehamilan

(gestasional sac) pada minggu ke-5 sampai ke-7.


b) Terdengar denyut jantung janin

Denyut jantung janin dapat di dengar dengan ultrasonographi

Doppler pada usia kehamilan 8 minggu sampai 12 minggu

setelah menstruasi terakhir, dengan stetoskop leanec denyut

jantung janin dapat terdeteksi pada usia kehamilan 18 minggu

sampai 20 minggu.

c) Pada pemeriksaan rontgen terlihat adanya rangka janin (>16

minggu).

2. Tanda tidakpasti hamil

a) Rahim membesar

b) Tanda hegar

Yaitu segmen bawah rahim teraba lunak.

c) Tanda chadwick

Yaitu warna kebiruan pada seviks, vagina, dan vulva.

d) Tanda piskacek

Yaitu pembesaran uterus ke salah satu arah sehingga menonjol

jelas ke arah pembesaran tersebut.

e) Braxton hick

Bila uterus dirangsang (di stimulasi dengan diraba) akan mudah

berkontraksi.

f) Basal Metabolism Rate (BMR) meningkat.

g) Ballotement positif
Jika dilakukan pemeriksaan palpasi pada perut dengan cara

menggoyang-goyangkan salah satu sisi, maka akan terasa

“pantulan” di sisi yang lain.

h) Tes Urine Kehamilan (tes HCG) positif.

3. Tanda dugaan hamil

a) Amenorhea atau tidak mengalami menstruasi sesuai siklus

(terlambat haid).

b) Nausea, anoreksia, emesis, dan hipersalivasi.

c) Pusing.

d) Miksing atau sering buang air kecil.

e) Hiperpigmentasi : striae, cloasma, linea nigra.

f) Varises.

g) Payudara menegang

Mamae manjadi tegang dan menbesar disebabkan karena

pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang duktulli

dan alveoli di mamae. Glandula montgomeri tampak lebih jelas

(Wiknjosastro dalam Prawirohardjo, 2005).

h) Perubahan perasaan.

i) Berat badan bertambah.


d. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil

Kebutuhan dasar ibu hamil menurut (Ai Yeyeh Rukiyah dkk, 2009)

1) Oksigen

Kebutuhan oksigen berhubungan dengan perubahan

system pernafasan pada kehamilan. Kebutuhan oksigen selama

kehamilan meningkat sebagai respon tubuh terhadap akselerasi

metabolisme rate perlu untuk menambah masa jaringan

payudara, hasil konsepsi, dan masa uterus dan lain-lain.

2) Nutrisi ( Ari Sulistyawati, 2012)

Widya Karya Pangan dan Gizi Nasional menganjurkan

pada ibu hamil untuk meningkatkan asupan energi sebesar 285

kkal per hari. Tambahan energi ini bertujuan untuk memasok

kebutuhan ibu dalam memenuhi kebutuhan janin.Kebutuhan

nutrisi yang dibutuhkan ibu hamil diantaranya :

1) Protein

Ibu hamil mengalami peningkatan kebutuhan

protein sebanyak 68% dengan menambah asupan protein

menjadi 12% per hari atau 75-100 gram. Bahan pangan

yang dijadikan sebagai sumber protein sebaiknya memiliki

nilai biologi tinggi seperti daging tidak berlemak, ikan,

telur, susu, dan hasil olahannya.


2) Zat besi

Kebutuhan zat besi selama hamil meningkat sebesar

300% (1.040 mg selama hamil). Peningkatan ini tidak dapat

tercukupi hanya dari asupan makanan ibu selama

hamilmelainkan perlu ditunjang dengan suplemen zat besi

yang dapat diberikan sejak minggu ke-12 kehamilan hingga

6 minggu setelah melahirkan guna mencegah anemia

postpartum.

3) Asam folat

Asam folat sangat berperan penting dalam

metabolisme normal makanan menjadi energi, pematangan

sel darah merah, sintesis DNA, pertumbuhan sel, dan

pembentukan heme. Jika kekurangan asam folat maka dapat

terjadi kelahiran BBLR, ablasio plasenta, dan kelainan

bentuk tulang belakang janin (spina bifida). Jenis makanan

yang mengandung asam folat adalah ragi, hati, brokoli,

sayuran hijau, kacang-kacangan, ikan, daging, buah jeruk,

telur.

Widya Karya Pangan Nasional menganjurkan

pemberian suplemen asam folat dengan besaran 280, 660,

dan 470 mikrogram untuk trimester I, II, dan III.. asam folat

sebaiknya diberikan 28 hari setelah ovulasi atau 28 hari

pertama setelah kehamilan.


4) Kalsium

Metabolisme kalsium selama hamil mengalami

perubahan yang sangat berarti. Kadar kalsium dalam darah

ibu hamil turun drastis sebanyak 5%. Oleh karena itu

asupan optimal perlu dipertimbangkan. Sumber utama

kalsium adalah susu dan hasil olahanya, sarang burung,

sarden dalam kaleng, dan sayuran warna hijau tua.

5) Personal hygiene

Personal hygiene ini berkaitan dengan perubahan

sistem pada tubuh ibu hamil, hal ini disebabkan karena PH

vagina menjadi asam berubah dari 4-3 menjadi 5-6,5

akibatnya vagina mudah terkena infeksi. Stimulus estrogen

menyebabkan adanya flour albus (keputihan), peningkatan

vasikularisasi menyebabkan ibu hamil mudah berkeringat,

uterus yang membesar menekan kandung kemih

menyebabkan menjadi sering berkemih. Pada trimester I

wanita hamil mengalami enek dan muntah. Keadaan ini

menyebabkan perawatan gigi tidak diperhatikan dengan

baik, sehingga timbul karies, gingivitis, dan sebagainya.

6) Pakaian

Baju hamil yang praktis selama kehamilan

menggunakan baju biasa yang longgar, bahan yang tidak

panas, mudah menyerap keringat, bagian dada harus


longgar karena payudara akan membesar, bagian pinggang

harus longgar.

7) Eliminasi

Kebutuhan ini berkaitan dengan adaptasi

gastrointestinal sehingga menyebabkan penurunan tonus

dan mortili lambung dan usus terjadi reabsorbsi zat

makanan peristaltik usus lebih lambat, sehingga

menyebabkan obstipasi penekanan kandung kemih karena

pengaruh hormon estrogen dan progesteron sehingga

menyebabkan sering buang air kecil.

8) Seksual

Meningkatnya vaskularisasi pada vagina dan visera

pelvis dapat mengakibatkan meningkatnya sensitivitas

seksual sehingga meningkatkan hubungan intecouse.

9) Istirahat

Berhubungan dengan kebutuhan kalori pada masa

kehamilan, mandi air hangat sebelum tidur, tidur dalam

posisi miring ke kiri, meletakkan beberapa bantal untuk

menyangga, pada ibu hamil ini sebaiknya banyak

menggunakan waktu luang untuk istirahat atau tidur agar

dapat memperbaiki sirkulasi darah. Rata-rata tidur malam

yang normal 6-8 jam. Untuk tidur siang tidak semua wanita

mempunyai kebiasaan tidur siang. Oleh karena itu perlu


kita sampaikan tidur siang sangat penting untuk menjaga

kesehatan selama hamil.

10) Mobilisasi dan body mekanik

Berhubungan dengan system muskuloskeletal

persendian sakro-iliaka, sakro-koksigia, dan pubikyang

akan menyebabkan adanya keretakan, pusat gravitasi

berubah sehingga potur tubuh berubah menjadi lordosis

secara fisiologis. Penekanan pada ligament dan pelvic, cara

berbaring, duduk, berjalan dan berdiri di hindari jangan

sampai mengakibatkan injuri karena jatuh.

11) Exercise atau senam hamil

Bertujuan untuk menjaga kondisi otot-otot dan

persendian yang berperan dalam proses mekanisme

persalinan, mempertinggi kesehatan fisik dan psikis serta

kepercayaan pada diri sendiri dan penolong dalam

menghadapi persalinan yag fisiologis.Selain itu senam

hamil juga dapat memperkuat dan mempertahankan

elastisitas otot-otot perut, otot-otot dasar panggul, ligamen

dan jaringan serta fasia yang berperan dalam mekanisme

persalinan.

12) Imunisasi

Imunisasi harus diberikan pada ibu hamil hanya

vaksin tetanus untuk mencegah kemungkinan tetanus

neonatorum.
13) Persiapan laktasi

Persiapan menyusui pada masa kehamilan

merupakan hal yang penting. Untuk itu ibu hamil sebaiknya

dalam kelas “Bimbingan Persiapan Menyusui”. Pelayanan

pada BPM meliputi penyuluhan tentang keunggulan ASI,

manfaat rawat gabung, perawatan putting susu, perwatan

bayi, gizi ibu hamil dan menyusui, keluarga berencana.

e. Perubahan Fisiologis Ibu Hamil

Perubahan fisiologis ibu hamil menurut (Ari Sulistyawati, 2012) :

1) Uterus

a. Ukuran

Menurut Amru Sofian (2011) cara menentukan

tuanya usia kehamilan dan berat badan janin dalam

kandungan dengan jalan mengukur tinggu fundus uteri dari

simfisis.

Tabel 2.1 TFU menurut Spiegelberg


Usia
kehamilan Tinggi Fundus Uteri (TFU)
(minggu)
22-28 24-25 cm diatas simfisis
29 26,7 cm diatas simfisis
30 29,5-30 cm diatas simfisis
32 29,5-30 cm diatas simfisis
34 31 cm diatas simfisis
36 32 cm diatas simfisis
38 33 cm diatas simfisis
40 37,7 cm diatas simfisis
Menurut Amru Sofian (2011) pemeriksaan palpasi

juga dilakukan untuk menentukan letak janin. Pada

pemeriksaan leopold I bertujuan untuk menentukan letak


janin yang berada pada bagian fundus (kepala atau bokong),

leopold II menentukan batas samping kanan dan kiri rahim

(punggung), leopold III menentukan bagian terbawah janin

(normalnya kepala), dan leopold IV menentukan sudah

seberapa jauh bagian terbawah janin memasuki pintu atas

panggul (PAP).

b. Berat

Berat uterus mengalami kenaikan dari 30 gram

menjadi 1.000 gram pada akhir bulan.

Tabel 2.2 Bentuk Uterus Berdasarkan Usia Kehamilan


Usia
Bentuk dan Konsistensi Uterus
Kehamilan
Seperti buah alpukat.
Isthmus rahim menjadi hipertropi dan
Bulan pertama bertambah panjang, sehingga bila diraba
terasa lebih lunak, keadaan ini yang
disebut dengan Tanda Hegar
2 bulan Sebesar telur bebek
3 bulan Sebesar telur angsa
4 bulan Berbentuk bulat
Rahim teraba seperti berisi cairan ketuban,
rahim teraba, rahim terasa tipis, itulah
5 bulan sebabnya mengapa bagian-bagian janin
dapat dirasakan melalui perabaan dinding
perut.

2) Ovarium
Ovulasi berhenti namun masih terdapat korpus luteum

graviditas sampai terbentuknya plasenta yang akan mengambil

alih pengeluaran estrogen dan progesteron.


3) Vagina dan Vulva

Karena pengaruh estrogen, terjadi hipervaskularisasi pada

vagina dan vulva sehingga pada bagian tersebut terlihat lebih

merah dan kebiruan, kondisi ini disebut Tanda Cadwick.

4) Kulit

Cloasma gravidarum adalah bintik-bintik pigmen

kecokelatan yag tampak di kulit kening dan pipi. Peningkatan

pigmentasi juga terjadi di sekeliling puting susu, sedangkan di

perut bawah bagian tengah biasanya tampak garis gelap.

Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan

menyebabkan robeknya serabu elastis di bawah kulit, sehingga

menimbulkan striae gravidarum. Kulit perut pada linea alba

bertambah pigmentasinya sehingga disebut linea nigra.

5) Payudara

Payudara sebagai organ target untuk proses laktasi

mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan tersebut

diantaranya :

a) Selama kehamilan payudara bertambah besar.

b) Dapat teraba nodul-nodul akibat hipertropi kelenjar alveoli.

c) Bayangan vena-vena lebih membiru.

d) Hiperpigmentasi pada areola dan puting susu.

e) Jika diperas akan keluar kolostrum berwarna kuning.


6) Sistem kardiovaskuler atau peredaran darah

Selama kehamilan, jumlah darah yang di pompa oleh

jantung di setiap menitnya meningkat sampai 30-50%.

Peningkatan ini mulai terjadi pada usia kehamilan 6 minggu

dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 128

minggu.Peningkatan curah jantung selama kehamilan

kemungkinan terjadi karena adanya perubahan dalam aliran

darah ke rahim.

7) Sistem urinaria

Selama kehamilan, ginjal bekerja lebih berat. Ginjal

menyaring darah yang volumenya meningkat sampai 30-50%

puncaknya terjadi pada usia kehamilan 16-24 minggu sampai

sesaat sebelum persalinan.

8) Sistem gastrointestinal atau pencernaan

Rahim yang semakin membesar akan menekan rektum

dan usus bagian bawah sehingga terjadi sembelit atau

konstipasi.

9) Sistem metabolisme

Janin membutuhkan 30-40 gram kalsium untuk

pembentukan tulangnya. Oleh karena itu, peningkatan

kebutuhan kalsium mencapai 70% dari diet biasanya.

Kebutuhan zat besi wanita hamil kurang lebih 1.000 mg, 500

mg untuk meningkatkan massa sel darah merah, 300 mg untuk


transportasi ke fetus, dan sisanya 200 mg untuk menggantikan

cairan yang keluar dari tubuh.

Pada metabolisme mineral yang terjadi adalah :

a. Kalsium

Rata-rata 1,5 gram sehari, sedangkan untuk pembbentukan

tulang dibutuhkan 30-40 gram.

b. Fosfor

Dibutuhkan rata-rata 2 gr/hari.

c. Air

Wanita hamil cenderung mengalami retensi air.

10) Sistem pernafasan

Ruang abdomen yang membesar karena meningkatnya

ruang rahim yang menyebabkan paru-paru berfungsi sedikit

berbeda dari biasanya. Wanita hamil bernafas lebih cepat dari

biasanya karena memerlukan lebih banyak oksigen untuk janin

dan dirinya.

f. Perubahan Psikologis Ibu Hamil

Perubahan psikologis yang terjadi pada ibu hamil menurut (AI

Yeyeh Rukiyah dkk, 2009) yaitu :

1) Trimester I

Ibu merasa tidak sehat dan seringkali membenci

kehamilannya, merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan,

dan kesedihan. Pada awal kehamilan pusat pikiran ibu berfokus

pada diri sendiri dan pada realitas awal kehamilan itu sendiri.
Dia selalu mencari tanda-tanda untuk meyakinkan bahwa diriya

hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu

diperhatikan dengan seksama.

2) Trimester II

Trimester dua biasanya ibu merasa sehat. Tubuh ibu

sudah terbiasa dengan kadar hormon yang tinggidan rasa tidak

nyaman karena keluhan hamil pun sudah berkurang. Ibu sudah

menerima kehamilannya, ibu sudah merasakan gerakan

bayinya, dan ibu mulai merasakan kehadiran bayinya sebagai

seseorang diluar dari dirinya sendiri.

3) Trimester III

Trimester III sering disebut periode menunggu dan

waspada, sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu

kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut

merupakan 2 hal yang mengingatkan ibu terhadap bayinya.

Kadang-kadang ibu merasa khawatir anaknya akan lahir

sewaktu-waktu, seringkali ibu merasa khawatir kalau bayi yang

dilahirkan tidak normal. Kebanyakan ibu juga bersikap

melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda

yang dapat membahayakan banyinya.

g. Tanda Bahaya Kehamilan

Tanda-tanda bahaya selama periode antenatal adalah :

1) Perdarahan pervaginam
Pada awal kehamilan perdarahan yang tidak normal

adalah merah, perdarahan banyak, atau perdarahan dengan

nyeri (berarti abortus, KET, mola hidatidosa).Pada kehamilan

lanjut perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak atau

sedikit, myeri (plasenta previa dan solusio plasenta).

2) Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala yang hebat, menetap, tidak hilang dengan

istirahat, penglihatan ibu menjadi kabur. Sakit kepala ini

menunjukan gejala dari preeklampsia.

3) Nyeri abdomen yang hebat

Nyeri abdomen yang hebat, menetap, dan tidak hilang

setelah beristirahat, hal ini bisa berarti appendicitis, kehamilan

ektopik, aborsi, penyakit radang panggul, persalinan preterm,

gastritis, penyakit kantong empedu, abrupsi plasenta, infeksi

saluran kemih, atau infeksi lainnya.

4) Bengkak pada wajah atau tangan

Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika

muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat

dan disertai dengan keluhan fisik lain. Hal ini merupakan tanda

anemia, gagal jantung, atau preeklampsia.

5) Bayi kurang bergerak

Ibu mulai merasakan gerakan bayi pada bulan ke-5 atau

ke-6. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 3 jam

atau 10-12 kali/12jam.


h. Ketidaknyamanan pada Kehamilan

Menurut Ummi Hani (2011) ketidaknyaman yang sering

muncul pada ibu hamil diantaranya :

1) Keputihan

Keputuhan terjadi karena hipervaskularisasi dan perlunakan

pada serviks dan peningkatan hoemon estrogen dan progesteron.

Peningkatan lendir serviks yang disebut dengan operkulum.

2) Karies Gigi dan Gusi berdarah

Peningkatan estrogen dan progesteron meningkatkan aliran

darah ke rongga mulut. Hipervaskularisasi pembuluh darah

kapiler gusi sehingga terjadi edema dan hiperplastis, ketebalan

epitelial berkurang sehingga gusi lebih rapuh, timbulnya muntah

menyebabkan kebersihan mulut terganggu dan meningkatkan rasa

asam di mulut.

3) Mual Muntah

Terjadi relaksasi pada otot-otot pencernaan antara lain

peristaltik dilambung sehingga pencernaan makanan oleh

lambung menjadi lebih lama dan mudah terjadi peristaltik balik

ke esofagus. Selain itu pengaruh dari peningkatan hormon HCG

juga dapat menyebabkan ibu hamil merasakan mual muntah.

4) Konstipasi

Terjadi relaksasi pada usus halus sehingga penyerapan

makanan menjadi lebih maksimal. Relaksasi juga terjadi pada

usus besar sehingga penyerapan air menjadi lebih lama.


5) Sering BAK

Terjadi pembesaran uterus yang menekan kandung kemih

menyebabkan rasa ingin berkemih walaupun kandug kemih hanya

berisi sedikit urine.Penyebab BAK dapat diatasi dengan

memberikan KIE tentang penyebab sering BAK, kosongkan

kandung kemih ketika ada dorongan ingin berkemih, perbanyak

minum pada siang hari, jangan kurangi minum dimalam hari

kecuali menggangu tidur dan mngalami kelelahan, hindari minum

kopi atau teh sebagai deuresis.

6) Keringat Bertambah

Peningkatan kelenjar apocrine akibat peningkatan hormon,

kelenjar tersebut meningkat terutama akibat berat badan dan

kegiatan metabolik yang meningkat.

i. Standart Asuhan Kehamilan

ANC adalah perawatan yang dilakukan atau diberikan kepada

seorang ibu hamil sampai saat persalinan. Singkatnya merupakan

perawatan selama kehamilan. (Risanto Siswosudarmo, 2008)

1. Kebijakan program

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit

4 kali selama kehamilan

1) Satu kali pada triwulan pertama.

2) Satu kali pada triwulan kedua.

3) Dua kali pada triwulan ketiga.


2. Pelayanan/asuhan standart minimal "10T"

1) Pengukuran tinggi badan cukup satu kali

Bila tinggi badan < 145 cm, maka faktor resiko

panggul sempit, kemungkinan sulit melahirkan secara

normal. Penimbangan berat badan setiap kali periksa, sejak

bulan ke-4 pertambahan berat badan paling sedikit 1 kg per

bulan.

2) Pengukuran tekanan darah (tensi)

Tekanan darah normal 120/80 mmHg. Bila tekanan

darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg, ada

faktor resiko hipertensi (tekanan darah tinggi) dalam

kehamilan.

3) Pengukuran lingkar lengan atas

Bila < 23,5 cm menunjukkan ibu hamil menderita

Kurang Energi Kronis (ibu hamil KEK) dan beresiko

melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR)

4) Pengukuran tinggi rahim

Pengukuran tinggi rahim berguna untuk melihat

pertumbuhan janin apakah sesuai dengan usia kehamilan.

5) Penentuan letak janin (presentasi janin) dan penghitungan

denyut jantung janin.

Apabila trimester III bagian bawah janin bukan

kepala atau kepala belum masuk panggul, kemungkinan ada

kelainan letak atau masalah lain. Bila denyut jantung janin


kurang dari 120 kali/menit atau lebih dari 160 kali/menit

menunjukkan ada tanda GAWAT JANIN, SEGERA

RUJUK.

6) Penentuan status imunisasi tetanus toksoid (TT)

Oleh petugas untuk selanjutnya bila mana

diperlukan mendapatkan suntikan tetanus toksoid sesuai

anjuran petugas kesehatan untuk mencegah tetanus pada

ibu dan bayi.

Tabel 2.3 tentang waktu pemberian imunisasi TT dan lama

perlindungannya.

Imunisasi Selang Waktu


Lama Perlindungan
TT Minimal
TT 1 - Langkah awal
pembentukan kekebalan
tubuh terhadap penyakit
tetanus
TT 2 1 bulan setelah TT 1 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun
TT 4 12 bulan setelah TT 3 10 tahun
TT 5 12 bulan setelah TT 4 > 25 tahun

7) Pemberian tablet tambah darah

Ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet

tambah darah setiap hari minimal selama 90 hari. Tablet

tambah darah diminum pada malam hari untuk mengurangi

rasa mual.

8) Tes Laboratorium

a) Tes golongan darah untuk mempersiapkan donor bagi

ibu hamil bila diperlukan.


b) Tes hemoglobin untuk mengetahui apakah ibu

kekurangan darah (anemia).Menurut Manuaba (2010)

untuk menegakkan diagnosa anemia kehamilan dapat

dilakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa akan

didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata

berkunang-kunang, pucat. Pada pemeriksaan penunjang

dapat dilakukan dengan menggunakan alat Hb Sahli

yang dapat digolongkan anemia ringan yaitu Hb 9-10

gr%, anemia sedang yaitu Hb 7-8 gr%, dan anemia

berat < 7 gr%.

c) Tes pemeriksaan urine (air kencing).

d) Tes pemeriksaan darah lainnya, sesuai indikasi seperti

malaria, sifilis, hepatitis.

9) Konseling atau penjelasan

Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai

perawatan kehamilan, pencegahan kelainan bawaan,

persalinan dan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), nifas,

perawatan bayi baru lahir, ASI Eksklusif, Keluarga

Berencana dan imunisasi pada bayi. Penjelasan ini

diberikan secara bertahap pada saat kunjungan ibu hamil.

10) Tata laksana atau mendapatkan pengobatan

Jika ibu mempunyai masalah kesehatan pada saat

hamil.
B. TEORI PERSALINAN

1. PERSALINAN NORMAL

a. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks

dan janin turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses

dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir.

(Sarwono, 2008:100)

Persalinan adalah kontraksi uterus yang menyebabkan

dilatasi serviks dan mendorong janin melalui jalan lahir.

(Canningham, F Gary, 2006:15)

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan

ketuban keluar dari uterus. (JNPK-KR, 2208:52)

b. Sebab-sebab Mulainya Persalinan

Beberapa teori sebab-sebab mulainya persalinan (Jenny J.S.

Sondakh, 2013) :

1) Teori penurunan progesteron

Kadar hormon progesteron akan mulai menurun pada kira-

kira 1-2 minggu sebelum persalinan dimulai. Terjadinya kontraksi

otot polos uterus pada persalinan akan menyebabkan rasa nyeri

yang hebat.

2) Teori keregangan

Ukuran uterus yang semakin membesar `dan mengalami

penegangan akan mengakibatkan otot-otot uterus mengalami

iskemia sehingga mungkin dapat menjadi faktor yang dapat


mengganggu sirkulasi uteroplasenta yang pada akhirnya membuat

plasenta mengalami degenerasi.

3) Terori oksitosin interna

Hipofisis posterior menghasilkan hormon oksitosin.

Adanya perubahan keseimbangan antara estrogen dan progesteron

dapat mengubah tingkat sensitivitas otot rahim dan akan

mengakibatkan terjadinya kontraksi uterus yang disebut braxton

hicks. Penurunan kadar progesteron karena usia kehamilan yang

sudah tua akan mengakibatkan aktivitas oksitosin meningkat.

4) Teori prostaglandin

Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke-15

hingga aterm terutama saat persalinan yang menyebabkan

kontraksi niometrium. (Ai Yeyeh Rukiyah, 2009)

c. Macam-macam Persalinan

Adapun proses berlangsungnya persalinan dibedakan menurut

(Yanti, 2010) :

1) Persalinan spontan

Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri

dan melalui jalan lahir.

2) Persalinan buatan

Yaitu persalinan dengan tenaga dari luar dengan ekstraksi

forceps, ekstraksi vakum dan sectio sesaria.


3) Persalinan anjuran

Yaitu persalinan tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru

berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian picotin

aprostaglandin.

d. Mekanisme Persalinan

Menurut (Rohani, dkk, 2013)

1) Penurunan kepala

Masuknya kepala kedalam PAP, biasanya dengan sutura

sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Masuknya

kepala ke pintu atas panggul dapat dalam keadaan asinklitismus

yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir

tepat diantara simfisis dan promotorium. Pada sinklitismus, os

pariental depan dan belakang sama tingginya. Jika sutura sagitalis

agak ke depan mendekati atau agak ke belakang mendekati

promotorium , maka dikatakan kepala dalam keadaan

ansiklitismus. Bila sutura sagitalis mendekati simfisis dan os

parietal belakang lebih rendah os parietal depan dinamakan

asinklitismus posterior. Bila sutura sagitalis mendekati

promotorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os

parietal belakang dinamakan asinklitismus anterior.

2) Fleksi

Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi

yang ringan. Dengan majunya kepala biasanya fleksi juga

bertambah. Pada pergerakan ini, dagu dibawa lebih dekat ke arah


dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun

besar. Hal ini disebabkan karena adanya tahanan dari dinding

serviks, dinding pelvis, dan lantai pelvis. Dengan adanya fleksi

diameter suboksipito bregmantika (9,5 cm) menggantikan diameter

sub oksipito frontalis (11cm). Sampai di dasar panggul, biasanya

kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal.

3) Rotasi dalam (putaran paksi dalam)

Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan

sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan janin

memutar kedepan ke bawah simfisis. Pada presentasi belakang

kepala, bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan

bagian inilah yang akan memutar ke depan ke arah simfisis.

4) Ekstensi

Sesudah kepala janin di dasar panggul dan ubun-ubun kecil

berada di bawah simfisis maka terjadilah ekstensi dari kepala janin.

Suboksiput yang tertahan pada pinggir bawah simfisis akan

menjadi pusat pemutaran, maka lahirlah brturut-turut dari pinggir-

pinggir atas perenium : ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut, dan

dagu bayi dengan gerakan ekstensi.

5) Rotasi luar (putaran paksi luar)

Di dalam rongga panggul, bahu akan menyesuaikan dengan

bentuk panggul yang dilaluinya sehingga di dasar panggul setelah

kepala bayi lahir, bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran

bahu menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu


bawah panggul. Bersamaan dengan itu kepala bayi juga

melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan dengan

tuber iskiadikum sepihak.

6) Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah

simfisis dan menjadi hipomochlin untuk kelahiran bahu belakang.

Setelah kedua bahu bayi lahir, selanjutnya seluruh bayi dilahirkan

searah dengan sumbu jalan lahir.

e. Tahapan persalinan

Tahapan persalinan terdiri atas kala I ( kala pembukaan), kala II

(kala pengeluaran janin, kala III (pelepasan plasenta), dan kala IV

(kala pengawasan).

1. Kala I (Kala Pembukaan)

Kala I dimulai dari saat persalinan mulai (pembukaan nol)

sampai pembukaan lengkap (10cm). Proses ini terbagi menjadi 2

fase :

1) Fase laten

Berlangsung selama 8 jam, serviks membuka sampai 3 cm.

2) Fase aktif

Berlangsung selama 7 jam, serviks membuka dari 4 cm sampai 10

cm, kontraksi lebih kuat dan sering, dibagi dalam 3 fase :

a. Fase akselerasi

Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.

b. Fase dilatasi maksimal


Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari

4 cm sampai 9 cm.

c. Fase deselerasi

Pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2 jam

pembukaan 9 cm menjadi lengkap.

Proses diatas terjadi pada primigravida ataupun

multigravida, tetapi pada multigravida memiliki jangka waktu yang

lebih pendek. Pada primigravida kala I berlangsung ±12 jam,

sedangkan pada multigravidaa berlangsung ±8 jam.

2. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Gejala utama kala II adalah sebagai berikut :

a. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit dengan

durasi 40-50 detik.

b. Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan

pengeluaran cairan secara mendadak.

c. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti

keinginan mengejan akibat tertekannya pleksus frankenhauser.

d. Kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala

bayi

e. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar

yaitu penyesuaian kepala pada punggung.

f. Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi

ditolong dengan cara kepala dipegang pada os oksiput dan

dibawah dagu kemudian ditarik kebawah untuk mengeluarkan


bahu depandan kekatas untuk melahirkan bahu belakang. Bayi

lahir diikuti oleh sisa air ketuban.

g. Lamanya kala II untuk primigravida 2 jam dan multigravida 1

jam.

3. Kala III (Pelepasan Plasenta)

Kala III dimulai setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,

yang berlangsung lebih dari 30 menit. Proses lepasnya plasenta

dapat diperkirakan dengan tanda-tanda uterus menjadi bundar, tali

pusat bertambah panjang, terjadi semburan darah tiba-tiba.

Plasenta dan selaput ketuban harus diperiksa secara teliti setelah

dilahirkan. Bagian plasenta yang diperiksa yaitu permukaan

maternal yang pada normalnya 6-20 kotiledon, permukaan fetal,

dan apakah terdapat tanda-tanda plasenta suksenturia.

4. Kala IV (Kala Pengawasan)

Kala IV dimulai pada saat lahirnya plasenta sampai 2 jam

postpartum. Kala ini terutama bertujuan untuk melakukan

observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada

2 jam pertama. Rata-rata jumlah perdarahan yang normal adalah

250 cc, biasanya 100-300 cc. Jika perdarahan lebih dari 500 cc

maka sudah dianggap abnormal. Pemantauan yang perlu dilakukan

yaitu seperti kontraksi rahim, perdarahan, kandung kemih, luka

jahitan, keadaan umum ibu seperti tekanan darah, nadi, pernafasan.


f. Tanda dan Gejala Persalinan

Beberapa tanda dimulainya proses persalinan menurut (Jenny

J.S Sondakh, 2013) :

a. Terjadinya His Persalinan

Sifat his persalinan yaitu pinggang terasa sakit dan menjalar

ke depan, sifatnya teratur, interval semakin pendek, dan kekuatan

semakin besar, semakin beraktivitas (jalan) kekuatan akan semakin

bertambah.

b. Pengeluaran Lendir Darah

Terjadinya his persalinan mengakibatkan terjadinya

perubahan pada serviks yang akan menimbulkan pendataran dan

pembukaan, pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada

kalanis servikalis lepas, maka terjadi perdarahan karena kapile

pembuluh darah pecah.

c. Pengeluaran Cairan

Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi ketuban pecah.

Sebagian besar keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengka.

Setelah adanya pecah ketuban, diharapkan proses persalinan akan

berlangsung kurang dari 24 jam.

d. Hasil yang Didapatkan pada Pemeriksaan Dalam

Perlunakan serviks, pendataran serviks, pembukaaan

serviks.
g. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Menurut (Jenny J.S Sondakh, 2013) :

1) Passanger (penumpang)

Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta. Hal

yang perlu diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala

janin, presentasi, letak, dan posisi janin. Sedangkan yang perlu

diperhatikan dari plasenta adalah letak, besar, luas.

2) Passage (jalan lahir)

Jalan lahir terbagi menjadi dua yaitu jaalan lahir keras dan

jalan lahir lunak. Yang perlu diperhatikan dari jalan lahir keras

adalah ukuran dan bentuk tulang panggul. Sedangkan yang perlu

diperhatikan dari jalan lahir lunak adalah segmen bawah uterus

yang dapat meregang, serviks, otot dasar panggul, vagina, dan

introitus vagina.

3) Power (kekuatan)

Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi menjadi dua :

1. Kekuatan primer (kontraksi involunter)

Kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal

dan dihantarkan ke uterus bawah dalam bentuk gelombang.

Kekuatan primer ini mengakibatkan serviks menipis

(effecement) dan berdilatasi sehingga janin turun.

2. Kekuatan sekunder (kontraksi volunter)

Pada kekuatan ini otot-otot diafragma dan abdomen ibu

berkontraksi dan mendorong krlur janin ke jalan lahir sehingga


menimbulkan tekanan intra abdomen. Tekanan ini menekan

uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan dalam

mendorong keluar.

4) Positioning (posisi ibu)

Posisi ibu dapat mempengaruhi adaptasi anatomi dan

fisiologi persalinan. Perubahan posisi yang diberikan pada ibu

bertujuan untuk menghilangkan rasa letih, dan memberikan rasa

nyaman. Posisi seperti berdiri, jalan, jongkok dapat membantu

penurunan kepala janin.

5) Psychology response (respon psikologi)

Respon psikologi dapat dipengaruhi oleh :

a) Dukungan ayah bayi/pasangan selama proses persalinan.

b) Dukungan kakek-nenek (saudara dekat) selama persalinan.

c) Saudara kandung bayi selama persalinan.

h. Persiapan Persalinan

Menurut Kemenkes RI (2016) persiapan persalinan meliputi :

1) Tanyakan pada bidan atau dokter tanggal perkiraan persalinan.

2) Siapkan lebih dari 1 orang yang memiliki golongan darah yang

sama dan bersedia menjadi pendonor jika diperlukan.

3) Persiapkan tabungan atau dana cadangan untuk biaya persalinan dan

biaya lainnya.

4) Suami, keluarga, dan masyarakat menyiapkan kendaraan jika

sewaktu-waktu diperlukan.
5) Rencanakan melahirkan ditolong oleh doter atau bidan di fasilitas

kesehatan.

6) Siapkan KTP, Kartu Keluarga, Kartu Jaminan Kesehatan Nasional

dan keperluan lain untuk ibu dan bayi.

7) Rencanakan ikut KB setelah bersalin. Tanyakan ke petugas

kesehatan cara ber-KB.

i. Lima Benang Merah dalam Asuhan Persalinan

Ada lima aspek dasar yang penting dan saling keterkaitan dalam

asuhan persalinan yang bersih dan aman.

1. Membuat Keputusan Klinik

Membuat keputusan merupakan proses yang menentukan

untuk menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang

diperlukan oleh pasien. Keputusan itu harus akurat, komprehensif

dan aman, baik bagi pasien dan keluarganya maupun petugas yang

memberikan pertolongan.

Tujuh langkah dalam membuat keputusan klinik :

a) Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat

keputusan.

b) Menginterpretasikan data dan mengidentifikasi masalah.

c) Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang terjadi.

d) Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk

mengatasi masalah.

e) Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensi untuk

solusi masalah.
f) Melaksanakan asuhan

g) Memantau dan mengevaluasi efektivitas dan asuhan.

2. Asuhan Sayang Ibu

Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya,

kepercayaan, dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasar

asuhan sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan

keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi.

3. Pencegahan Infeksi

Tindakan pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponeo-

komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi.

Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk

melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan

tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena

bakteri, virus dan jamur. Dilakukan pula upaya untuk menurunkan

risiko penularan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini

belum ditemukan cara pengobatannya seperti Hepatitis,

HIV/AIDS.

4. Pencatatan (dokumentasi)

Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat

keputusan klinik karena memungkinkan penolong persalinan untuk

terus menerus memperhatikan asuhan yang diberikan selama

proses persalinan dan kelahiran bayi.


5. Rujukan

Rujukan adalah kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas

rujukan yang memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu

menyelamatkkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Sangat sulit

untuk menduga kapan penyulit akan terjadi sehingga kesiapan

untuk merujuk ibu dan atau bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan

secara optimal dan tepat waktu menjadi syarat bagi keberhasilan

upaya penyelamatan.

Rujukan efektif adalah rujukan dengan prinsip BAKSOKUDA

yaitu :

B (Bidan) : Pastikan bhwa ibu dan atau bayi baru lahir

didampingi oleh penolong persalinan yang kompeten untuk dibawa

ke fasilitas kesehatan.

A (Alat) : Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan

persalinan, masa nifas, dan bayi baru lahir (tabung suntik, selang

IV, alat resusitasi, dll). Perlengkapan dan bahan tersebut mungkin

diperlukan jika ibu melahirkan dalam perjalanan menuju fasilitas

kesehatan.

K (keluarga) : Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir

ibu dan atau bayi mengapa ibu dan atau bayi perlu dirujuk. Suami

dan anggota keluarga yang lain harus menemani ibu dan atau bayi

baru lahir hingga ke fasilitas rujukan.

S (surat) : Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus

memberikan identifikasi mengenai ibu dan atau bayi baru lahir,


cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil pemeriksaan, asuhan

atau obat-obatan yang telah diberikan terhadap ibu dan atau bayi

baru lahir.

O (obat) : Bawa obat-obatan essensial pada saat mengantar ibu

ke fasilitas rujukan yang mungkin diperlukan selama diperjalanan.

K (kendaraan) : Siapkan kendaraan yang paling

memungkinkan untuk merujuk ibu dalam kondisi cukup nyaman.

U (uang) : Ingatkan pada keluarga untuk membawa uang dalam

jumah yang cukup untuk membeli obat-obatan yang diperlukan

saat ibu dan atau bayi di fasilitas rujukan.

DA (darah) : Ajak keluarga atau tetangga yang mempunyai

golongan darah sama dengan pasien bila kasus ini memerlukan

transfusi.

2. PERSALINAN DENGAN SECTIO CAESAREA

a. Pengertian Sectio Cesarea

Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan

anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus. (Harry Oxorn,

2010)

Sectio cesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan

membuat sayatan pada dinding uterus melalui depan perut. (Amru

Sofian, 2011)

b. Indikasi Sectio Cesarea murut Amru Sofian (2011)

1) Plasenta previa sentralis dan lateralis.

2) Panggul sempit.
3) Disproporsi sefaloselvik yaitu ketidakseimbangan antara

ukuran kepala bayi dengan ukuran panggul.

4) Rupture uteria mengancam.

5) Partus lama.

6) Partus tak maju.

7) Distosia serviks.

8) Preeklamsia dan hipertensi.

9) Malpresentasi janin.

c. Jenis-jenis Sectio Cesarea

1) Sectio caesarea abdominalis

a) Sectio caesarea klasik yaitu insisi memanjang pada korpus

uteri

b) Sectio caesarea ismika yaitu dengan insisi segmen bawah

rahim

c) Sectio caesarea ekstraperitonealis yaitu sectio caesarea

tanpa membuka peritonium parietale dengan demikian

tidak membuka kavum abdominis.

2) Sectio caesarea vaginalis

Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat

dilakukan sebagai berikut :

a) Sayatan memanjang

b) Sayatan melintang

c) Sayatan huruf T

3) Sectio caesarea klasik


Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus

uteri kira-kira sepanjang 10 cm.

4) Sectio caesarea ismika

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada

segmen bawah rahim kira-kira sepanjang 10 cm.

d. Komplikasi

(Menurut manuaba, 2010)

1) Komplikasi pada ibu

a. Perdarahan

Perdarahan merupakan komplikasi yang paling gawat,

memerlukan transfusi darah dan merupakan penyebab

kematian ibu yang paling utama.

b. Infeksi

Setiap tindakan operasi vaginal selalu diikuti oleh

kontaminasi bakteri, sehingga menimbulkan infeksi.

c. Trauma tindakan operasi persalinan

Operasi merupakan tindakan paksa pertolongan persalinan

sehingga menimbulkan trauma jalan lahir. Trauma operasi

persalinan meliputi perluasan luka episiotomi, perlukaan

pada vagina, perlukaan pada serviks, perlukaan pada

forniks-kolpoporeksis, terjadinya ruptur uteri lengkap atau

tidak lengkap.

2) Komplikasi pada bayi

a. Asfiksia
Tekanan langsung pada kepala menekan pusat-pusat vital

pada medula oblongata. Aspirasi air ketuba, mekonium,

cairan lambung, perdarahan atau edema jaringan saraf

pusat.

b. Trauma langsung pada bayi

Trauma yang dapat terjadi seperti fraktura ekstremitas,

dislokasi persendian, ruptur alat vital, fraktur tulang kepala

bayi, perdarahan atau edema jaringan otak, trauma

langsung pada mata, telinga, hidung, dan lainnya.

c. Infeksi

Infeksi ringan sampai sepsis yang dapat menyebabkan

kematian.

e. Persiapan Sectio Caesarea (SC)

Menurut Manuaba (2010) menyiapkan pasien secara fisik

sangat penting agar dapat menurunkan penyulit operasi yang

terjadi. Persiapan fisik dimulai dengan melakukan pemeriksaan

dasar dan persiapan menjelang tindakan operasi. Tujuan dari

pemeriksaan dasar untuk mengetahui data penderita, sehingga

dapat ditetapkan langkah, apakah langsung melakukan tindakan

atau keadaan umum penderita diperbaiki. Bila dehidrasi berikan

infus pengganti, bila anemia berikan transfusi darah, bila infeksi

berikan antibiotik dan antipiretik. Persiapan menjelang operasi

diantaranya :
1) Pemasangan infus

Tujuan pemasangan infus untuk rehidrasi cairan yang

hilang, dan memudahkan pemberian pramedikasi narkosa,

memberikan transfusi darah dan memasukkan obat yang

diperlukan.

2) Persiapan narkosa

Pemilihan narkosa dapat diserahkan kepada ahli narkosa

untuk keamanan tindakan operasi dengan premedikasi, narkosa

umum, narkosa lumbal, atau pati rasa lokal, dan obat-obatan

narkosa diserahkan kepada dokter ahli narkosa.

3) Persiapan tempat operasi

Kebersihan dan suci hama didaerah tempat operasi

bertujuan untuk menghindari infeksi. Kulit dibersihkan dan

dicuci dengan sabun dan didesinfektan dengan alkohol. Setelah

bagian tersebut disteril kemudian ditutup dengan duk steril.

4) Persiapan alat operasi

Persiapan alat operasi kebidanan tergantung pada jenis

tindskan dengan memperhitungkan berdasarkan indikasi,

berdasarkan kondisi penderita, tindakan yang paling ringan,

pengalaman pelaksana operasi, penyulit operasi.

5) Persiapan untuk bayi

Persalinan dengan operasi selalu memberatkan bayi,

sehingga perlu perhatian dan mempersiapkan secukupnya.

Persiapan bayi lahir hidup perlu disediakan alat resusitasi


pernafasan, pemberian oksigen, obat perangsang pernafasan,

jantung, dan lainnya, alat pembantu penghangat, tempat tidur

bayi khusus, tempat plasenta. Sedangkan untuk persiapan

tempat bayi lahir meninggal adalah tempat bayi dan

pembungkusnya dan tempat plasenta.

3. INDUKSI PERSALINAN

a. Pengertian Induksi Persalinan

Induksi partus adalah suatu upaya agar persalian mulai

berlangsung sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan

jalan merangsang timbulnya his. (Amru Sofian, 2011)

Sebaiknya induksi partus dilakukan pada serviks yang

sudah atau mulai matang yaitu kondisi serviks sudah lembek,

dengan pendataran sekurang-kurangnya 50% dan pembukaan

serviks satu jari.

b. Indikasi Induksi Persalinan

Menurut Amru Sofian (2011) indikasi partus diantaranya :

1) Penyakit hipertensi dalam kehamilan termasuk preeklamsi

dan eklamsi.

2) Postmaturitas.

3) Ketuban pecah dini.

4) Kematian janin dalam kandungan.

5) Diabetes melitus, pada kehamilan 37 minggu .

6) Antagonisme rhesus.

7) Penyakit ginjal berat.


8) Hidramnion yang besar (berat).

9) Cacat bawaan seperti anensefalus.

c. Kontraindikasi Induksi persalinan

1) Disproporsi sefalopelvik.

2) Ibu menderita penyakit jantung berat.

3) Hati-hati pada bekas operasi atau uterus yang cacat, seperti

bekas sectio caesarea, miomektomi yang luas dan ekstensif.

d. Cara Induksi Persalinan

Induksi partus dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu

cara kimiawi, mekanis, dan kombinasi mekanis dan kimiawi.

1) Cara kimiawi

Yaitu dengan memberikan obat-obatan yang

menimbulkan his. Cara yang dahulu dipakai, tetapi sekarang

tidak dikerjakan lagi namun hanya untuk diketahui. Pertama

dengan pemberian kina dan kedua dengan pengobatan

steinse. Cara yang sekarang banyak dipakai adalah oksitosi

drip. Kemasan yang dipakai adalah picotin, sintosinon.

Pemberiannya dapat secara suntikan intramuskular, intravena,

infus tetes, dan secara bukal. Yang paling baik dan aman

adalah pemberian infus tetes (drip) karena dapat diatur dan

diawasi efek kerjanya. Caranya yaitu kandung kemih dan

rektum terlebih dahulu dikosongkan, masukkan satuan

oksitosin kedalam 500cc Dektor 5% atau NaCl 0,9% dan

diberikan per infus dengan kecepatan pertama 10tetes


permenit. Kecepatan dapat dinaikkan 5 tetes setiap 15 menit

sampai tetes an maksimal 4-60 tetes per menit. Oksitosin drip

akan lebih berhasil jika nilai pelvis di atas 5 dan dilakukan

amniotomi. Selain selain dengan oksitosin drip ada juga

dengan injeksi larutan hipertonik intraamnion dan pemberian

prostaglandin, kedua hal ini telah dibicarakan pada abortus

buatan.

2) Cara mekanis

Ada 4 cara mekasis yaitu dengan melepaskan selaput

ketuban, memecahkan ketuban (amniotomi), dilatasi serviks

uteri, dan accouchement force.

Cara pertama adalah dengan melepaskan selaput

ketuban. Dengan jari yang dapat masuk ke dalam kanalis

sevisis, selaput ketuban yang melekat dilepaskan dari dinding

uterus di sekitar ostium uteri internum. Cara ini akan lebih

berhasil jika serviks sudah terbuka dan kepala sudah turun.

Cara kedua adalah dengan teknik amniotomi atau

memecahkan selaput ketuban. Ketuban dapat dipecahkan

apabila serviks sudah matang, pembukaan kira-kira 4-5 cm,

kepala sudah memasuki pintu atas panggul. Biasanya setelah

1-2 jam pemecahan ketuban diharapkan his akan timbul dan

menjadi lebih kuat. Cara amniotomi adalah melakukan

stripping terlebih dahulu, lalu pecahkan ketuban memakai

setengah kocher atau alat khusus pemecah ketuban.


Cara ketiga adalah dilatasi serviks uteri, teknik ini

dapat dilakukan dengan memakai gagang laminaria atau

dilatator (busi) Hegar. Dan cara ke empat adalah dengan

accouchement force. Jika bagian terbawah janin adalah kaki,

kaki tersebut diikat dengan kain kasa steril yang melalui

katrol diberi beban seperti pada versin Braxton-Hicks. Jika

bagian terbawah janin adalah kepala, kulit kepala dijepit

dengan cunam Muxeuk yang kemudian diikat dengan kain

kasa melalui katrol diberi beban, seperti pada cara Wilet-

Gauz.

3) Cara kombinasi kimiawi dan mekanis

Cara ini memakai kombinasi antara kimiawi diikuti

dengan cara mekanis, misalnya amniotomi dengan pemberian

oksitosin drip atau pemecahan ketuban dengan prostaglandin

per oral, dan sebagainya. Pada umumnya cara kombinasi

memiliki angka keberhasilan yang lebih tinggi. Jika induksi

partus gagal, sedangkan ketuban sudah pecah dan pembukaan

serviks tidak memenuhi syarat untuk pertolongan operatif

pervaginam, satu-satunya jalan adalah mengakhiri kehamilan

dengan sectio caesarea.

e. Komplikasi

1) Terhadap ibu

Komplikasi yang dapat muncul adalah gagal induksi, ,

kelelahan ibu dan krisis emosional, inersia uteri dan partus


lama, tetani uteri yang dapat menyebabkan solusio plasenta,

rupture uteri, dan laserasi jalan lahir lainnya.

2) Terhadap bayi

Komplikasi yang dapat timbul pada bayi adalah trauma

pada janin oleh tindakan, prolapsus tali pusat, infeksi

intrapartum pada janin.

C. TEORI NIFAS

a. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) dimaknai sebagai periode pemulihan

segera setelah lahirnya bayi dan plasenta serta mencerminkan keadaan

fisiologis ibu, terutama sistem reproduksi kembali mendekati keadaan

sebelum hamil. Periode ini berlangsung 6 minggu. (Yefi Marliandiani,

2015)

Masa nifas (puerperium) merupakan masa pemulihan setelah

melalui masa kehamilan dan persalinan yang dimulai sejak setelah

lahirnya plasenta dan berakhir ketika alat-alat reproduksi kembali

dalam kondisi wanita yang tidak hamil, rata-rata berlangsung selama 6

minggu atau 42 hari. (Esti Handayani, 2016)

Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali,

mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali

seperti pra hamil. (Amru Sofian, 2011)

b. Tujuan Masa Nifas

1. Menciptakan lingkungan yang dapat mendukung ibu, bayi dan

keluarga dapat bersama-sama memulai kehidupan baru.


2. Menjaga kesehatan fisik dan psikologis ibu dan bayi.

3. Mengidentifikasi penyimpangan-penyimpangan yang dapat

terjadi selama masa pemulihan, memberikan asuhan dan

mengevaluasi asuhan yang diberikan.

4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi,

keluarga berencana, menyusui, imunisasi pada bayi dan

perawatan bayi sehat.

c. Tahapan Masa Nifas

Tahapan masa nifas menurut (Esti Handayani, 2016) :

1. Periode masa nifas (berdasarkan tingkat kepulihan) :

a. Puerperium dini merupakan masa kepulihan dimana ibu telah

diperbolehkan berdiri dan berjalan.

b. Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan

menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

c. Remote puerperium merupakan masa waktu yang diperlukan

untuk pulih dan sempurna.

2. Tahapan masa nifas (berdasarkan waktu) :

a. Immediate puerperium merupakan sampai dengan 24 jam

pasca melahirkan.

b. Early puerperium merupakan masa setelah 24 jam sampai

dengan 1 minggu pertama.

c. Late puerperium merupakan setelah 1 minggu sampai selesai.


Tabel 2.4 Kebijakan Program Nasional : paling sedikit 4x kunjungan
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam 1. Mencegah perdarahan
postpartum 2. Mendeteksi dan mengatasi
perdarahan karena penyebab lain,
rujuk perdarahan lanjur
3. Ajarkan (ibu dan keluarga) cara
mencegah perdarahan masa nifas
(massase fundus dan observasi)
4. ASI sedini
mungkin kurang dari 30 menit.
5. Bina
hubungan antara ibu dan bayi
6. Jaga bayi
tetap sehat, cegah hipotermi
2 6 hari 1. Memastikan involusi uteri normal
postpartum 2. Nilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi atau perdarahan abnormal
3. Pastikan ibu mendapat cukup
makanan, cairan dan istirahat
4. Pastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit
5. Ajarkan cara asuhan bayi, rawat tali
pusat,menjaga bayi tetap hangat dan
merawat bayi sehari-hari
3 2 minggu Sama dengan 6 hari setelah melahirkan
postpartum
4 6 minggu 1. Tanyakan pada ibu penyulit yang ibu
postpartum alami untuk bayi
2. Memberikan konseling untuk KB
secara dini
3. Memastikan bayi mendapat ASI yang
cukup

Menurut Buku Kesehatan Ibu dan Anak (2016) kunjungan masa nifas

dibagi menjadi :

a) Kunjungan I (6-48 jam)

b) Kunjungan II (4-28 hari)

c) Kunjungan III (29-42 hari)

Jenis pelayanan yang berikan yaitu menilai kondisi ibu secara umum,

tekanan darah, suhu tubuh, respirasi, dan nadi, perdarahan pervaginan,


kodisi perenium, tanda infeksi, kontraksi rahim, tinggi fundus uteri,

lochea, perdarahan dan memeriksa payudara, anjuran pemberian ASI

Eksklusif, pemberian kapsul vit.A, pelayanan kontrasepsi pasca

persalinan, penanganan resiko tinggi dan komplikasi pada nifas, serta

memberikan nasehat seperti makan makanan yang bergizi, kebutuhan

cairan, personal hygiene, kebutuhan istirahat, cara perawatan luka bekas

operasi, perawatan bayi yang benar, melakukan stimulasi komunikasi

antara bayi dengan orangtua dan keluarga,

d. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Perubahan fisiologis selama masa nifas menurut (Yefi

Marlidiani, 2015) :

1. Uterus

Segera setelah plasenta lahir, oksitosin yang dilepaskan

hipofisis posterior menginduksi kontraksi miometrium yang

saling berkaitan dan kuat. Uterus berkontraksi ke arah bawah dan

dinding uterus kembali menyatu, dan ukuran uterus bertahap

kembali seperti sebelum hamil.

Perubahan normal uterus selama postpartum :

Tabel 2.5 Perubahan-perubahan normal pada uterus selama


postpartum
Involusi Uteri Tinggi Fundus Berat Uterus Diameter
Uteri Uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1.000 gram 12,5 cm
7 hari Pertengahan 500 gram 7,5 cm
pusat dan
simfisis
14 hari Tidak teraba 350 gram 5 cm
6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm
2. Lochea

Lochea rubra timbul pada hari 1-3 postpartum berwarna

merah. Lochea sanguinolenta timbul pada hari ke 4-7 postpartum

berupa sisa darah bercampur lendir, warna kecokelatan. Lochea

serosa berwarna agak kekuningan berisi leukosit. Lochea alba

timbul setelah 2 minggu berupa cairan putih.

3. Vagina dan Perenium

Setelah persalinan vagina meregang dan membentuk lorong

berdinding lunak dan luas yang ukurannya secara perlahan

mengecil. Dalam waktu 3-6 minggu vagina akan sembuh dan

ruggae pulih. Perenium mengalami oedema dan memar. Luka

episiotomi memerlukan waktu 4 sampai 6 minggu untuk sembuh

total. (Esti Handayani, 2016)

4. Perubahan Sistem Pencernaan

Selama hamil sistem pencernaan dipengaruhi oleh

tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu

keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolesterol darah,dan

melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan kadar

progesteron turun namun faal usus memerlukan waktu 3-4 hari

untuk kembali normal.

5. Perubahan Sistem Perkemihan

Saluran kemih kembali normal dalam waktu 2-8 minggu.

Kandung kemih pada masa nifas sangat kurang sensitif dan

kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kemih penuh atau


sesudah buang air kecil masih tertinggal urine residual

(normalnya ± 15 cc).

6. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Ibu dapat mengalami keluhan kelelahan otot terutama pada

daerah bahu, leher, dan lengan karena posisi selama persalinan,

hal ini berlangsung pada hari ke 1-2. Akan terjadi penurunan

kadar hormon relaksin sehingga ligament dan tulang rawan pelvis

akan kembali ke posisi tidak hamil, perubahan ini menimbulkan

rasa nyeri pada pinggul dan persendian. Stabilisasi sendi terjadi

lengkap pada minggu 6-8 setelah melahirkan.

7. Perubahan Tanda-tanda Vital

1) Suhu tubuh

Setelah persalinan dalam 24 jam pertama ibu akan

mengalami peningkatan suhu tubuh (38◦C) sebagai respon

tubuh terhadap proses persalinan, terutama dehidrasi akibat

pengeluaran darah dan cairan saat persalinan.

2) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit.

Pada saat proses persalinan denyut nadi akan mengalami

peningkatan.

3) Tekanan darah

Tekanan darah normal untuk sistole berkisar 110-140

mmHg dan untuk diastole 60-80 mmHg. Setelah persalinan


tekanan darah dapat sedikit lebih rendah dibandingkan pada

saat hamil.

4) Pernafasan

Pada ibu post partum pada umumnya pernafasan

menjadi lambat atau kembali normal seperti saat sebelum

hamil pada bulan keenam setelah persalinan.

e. Perubahan Adaptasi Psikologis Ibu Nifas

Teori Revarubin menjelaskan bahwa seorang ibu yang baru

saja melahirkan mengalami adaptasi psikologi pada masa nifas dengan

melalui 3 fase yaitu :

1. Fase taking in

Hari pertama sampai kedua ibu masih merasakan lelah

karena proses persalinan yang dilaluinya. Gangguan psikologi

pada masa ini sangat diharapkan agar ibu tidak mengalami

gangguan psikologis seperti rasa bersalah karena belum mampu

merawat bayinya, belum bisa menyusui karena ASI belum keluar,

dan kecewa terhadap jenis kelamin yang tidak sesuai harapan.

2. Fase taking hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.

Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan sudah mulai ada

rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Ibu lebih sensitif

sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu dilakukan adalah

komunikasi yang baik, dukungan, dan pemberian penyuluhan

tentang perawatan diri dan bayinya.


3. Fase letting go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan

peran barunya, terjadi peningkatan akan perawatan diri dan

bayinya, ibu merasa lebih percaya diri akan peran barunya. Fase

ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan atau ibu sudah

kembali di rumah.

f. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

1. Nutrisi

Kalori untuk memenuhi kebutuhan ibu dan produksi ASI

sebanyak 2700-2900 kalori (tambahan 500 kalori). Zat besi

mencegah anemia dan meningkatkan daya tahan tubuh bisa

didapatkan dari hati, tulang sumsum, telur, sayuran hijau.

Kebutuhan zat besi per hari 28 mg. Kebutuhan energi dari

karbohidrat dalam masa menyusui sekitar 60-70% dari seluruh

kebutuhan total. Protein membantu dalam penyembuhan jaringan

dan produksi ASI. Jumlah kebutuhan 10-20% dari total kalori.

Lemak membantu perkembangan otak bayi dan retina mata, jumlah

kebutuhannya sekitar 20-30% dari total kalori. Vitamin untuk

membantu meningkatkan daya tahan tubuh membantu produksi

ASI. Kebutuhan vitamin C per hari 85 mg sedangkan kebutuhan

vitamin A 850 mg per hari. Minum kapsul vitamin A 2 x 200.000

unit.
2. Eliminasi

Kandung kemih harus segera dikosongkan setelah partus,

paling lama dalam waktu 6 jam setelah melahirkan. Bila dalam

waktu 4 jam setelah melahirkan belum miksi, lakukan ambulasi ke

kamar kecil, jika terpaksa pasang kateter (setelah 6 jam).

3. Defekasi

Dalam 24 jam pertama pasien juga harus dapat buang air

besar karena semakin lama feses tertahan dalam usus maka akan

semakin sulit baginya untuk buang air besar secara lancar.

Diharapkan maksimal ibu sudah bisa buang air besar pada hari

ketiga setelah melahirkan. Anjurkan ibu untuk makan tinggi serat

seperti buah-buahan dan sayur serta banyak minum air putih.

4. Hubungan Seksual

Hubungan seksual boleh dilakukan setelah darah berhenti

dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jari kedalam vagina tanpa

rasa nyeri. Ibu harus mengingat bahwa ovulasi dapat terjadi kapan

saja sehingga ibu pelu mendapatkan informasi mengenai

penggunaan alat kontrasepsi pasca persalinan secara dini untuk

mencegah terjadinya kehamilan dalam waktu yang terlalu dekat.

5. Kebersihan Diri

Ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh

dengan sabun dan air, menjaga kebersihan kelamin dari depan ke

belakang, membersihkan diri setiap kali BAB atau BAK,

mengganti pembalut minimal 2 kali sehari, cuci tagan dengan


sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan alat kelamin,

bila ada luka episiotomi hindari menyentuh luka.

6. Ambulasi dan Latihan

Ambulasi akan memulihkan kekutan otot panggul kembali

normal. Ambulasi dilakukan sedini mungkin, maksimal dalam

waktu 6 jam. Ibu postpartum dengan jahitan harus tetap melakukan

ambulasi untuk mengurangi oedema.

7. Istirahat

Istirahat cukup untuk mencegah kelelahan. Kembali pada

kegiatan rumah tangga secara perlahan membuat ibu kelelahan. Ibu

diharapkan juga ikut istirahat ketika bayi tidur. Jika ibu kurang

istirahat dapat mengurangi peoduksi ASI, memperlambat involusi

uterus, memperbanyak perdarahan, depresi dan ketidakmampuan

untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.

8. Perawatan Payudara

Selama masa nifas ibu harus menjaga payudara agar tetap

bersih dan kering, bersihkan payudara dengan sabun PH ringan

untuk mencegah penumpukan sisa air susu sehingga menyebabkan

infeksi. Gunakan bra yang menyokong payudara dan ajarkan

teknik laktasi yang baik.

9. Kebutuhan Pskologis

a. Terjadi perubahan emosional yang sangat besar selama masa

nifas, hal ini dikarenakan pengalaman persalinan merupakan


titik puncak dari timgginya harapan dan ketakutan serta

dimulainya suatu peran dan tanggung jawab baru.

b. Ibu memerlukan bantuan untuk merawat bayi dan memenuhi

kebutuhan keluarga.

c. Memberikan bimbingan dan pujian.

d. Keluarga harus menjaga agar ibu tetap mempunyai waktu

untuk beristirahat.

D. TEORI BAYI BARU LAHIR

a. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur

kehamilan 37 minggu – 42 minggu dan berat badan lahir 2.500 gram

sampai 4.000 gram. (Jenny J.S Sondakh, 2013)

Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2.500 gram

sampai 4.000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis dan tidak

ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat. (M. Soleh Kosim,

2007)

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia

kehamilan 37 minggu-42 minggu dengan berat lahir antara 2.500

gram-4.000 gram. (Jenny J.S Sondakh, 2013)

b. Manifestasi Klinis Neonatus Normal

1) Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 160x/menit yang

kemudian turun sampai 140x/menit sampai 120x/menit pada

waktu bayi berumur 30 menit.


2) Pernafasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 40- 60x/menit

disertai dengan pernafasan cuping hidung, retraksi suprastenal dan

intercostals, serta rintihan hanya berlangsung 10 sampai 15 menit.

3) Nilai Apgar 7-10.

4) Berat badan 2.500 gram – 4.000 gram.

5) Panjang badan lahir 48 cm – 52 cm.

6) Lingkar kepala 33 cm – 38 cm.

7) Lingkar dada 30 cm – 38 cm.

8) Lingkar lengan atas 11 cm.

9) Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

10) Refleks moro sudah baik, apabila dikagetkan akan

memperlihatkan gerakan memeluk.

11) Grasping refleks sudah baik, apabila diletakkan suatu benda diatas

telapak tangan, bayi akan menggenggam.

12) Genetalia : labia mayor sudah menutupi labia minora (pada

perempuan).

13) Testis sudah turun di scrotum (pada laki-laki).

14) Eliminasi : baik urin, mekonium akan keluar dalam 24 jam

pertama, mekonium berwrna coklat kehijauan.

c. Perubahan Fisiologis Pada Bayi

Menurut (Vidia Atika, Pongki Jaya, 2016)

1) Sistem pernafasan

Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam 30

menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk


memperthankan alveoli, selain adanya surfaktan yang dengan

menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan merintih sehingga

udara tertahan didalam respirasinya biasanya pernafasan

diagfragmatik dan abdominal.

2) Suhu tubuh

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya,

sehingga akan mengalami stres dengan adanya perubahan

lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya

lebih tinggi. Suhu tubuh aksila pada bayi normal adalah 36,5◦C –

37,5◦C. Kemungkinan bayi dapat kehilangan panas yaitu

konveksi, radiasi, konduksi, dan evaporasi.

3) Metabolisme

Bayi baru lahir harus menyesuaikan diri dengan lingkungan

sehingga energi diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan

lemak. Pada jam-jam pertama energi didapat dari perubahan

karbohidrat. Pada hari kedua, energi berasal dari pembakaran

lemak. Setelah 1 minggu mendapatkan susu, pemenuhan energi

bayi 60% didapatkan dari karbohidrat.

4) Sistem peredaran darah

Pada sistem peredaran darah, terjadi perubahan fisiologis

pada bayi baru lahir, yaitu setelah bayi itu lahir akan terjadi proses

penghantaran oksigen ke seluruh tubuh, maka terdapat perubahan

yaitu penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan penutupan

duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta.


5) Keseimbangan air dan fungsi ginjal

Pada waktu lahir, terjadi perubahan fisiologik yang

meyebabkan berkurangnya cairan ekstraseluler. Dengan ginjal

yang semakin matur dan beradaptasi dengan kehidupan

ekstrauterin, ekskresi urin bertambah yang mengakibatkan

berkurangnya cairan ekstraseluler (sebagai salah satu penyebab

turunya berat badan bayi baru lahir pada minggu-minggu

permulaan).

6) Keseimbangan asam basa

Tingkat keasaman (PH)darah pada waktu lahir umumnya

rendah karena glikolisis anaerobik. Namun, dalam waktu 24 jam,

neonatus telah mengkompensasi asidosis ini.

7) Warna kulit

Pada saat kelahiran tangan dan kaki warnanya akan terlihan

lebih gelap daripada bagian tubuh lainnya, tetapi dengan

bertambahnya umur, tangan dan kaki ini akan berwarna lebih

merah jambu.

d. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan di

Luar Uterus

Setiap bayi baru lahir akan mengalami periode transisi yaitu :

1) Periode ini merupakan fase tidak stabil selama 6-8 jampertama

kehidupan, yang akan dilalui oleh seluruh bayi dengan

mengabaikan usia gestasi atau sifat persalinan atau melahirkan.


2) Pada periode pertama reaktivitas (segera setelah lahir), akan terjadi

pernafasan cepat (dapat mencapai 80x/menit) dan pernafasan

cuping hidung yang berlangsung sementara, retraksi, serta suara

seperti mendengkur dapat terjadi. Denyut jantung dapat mencapai

180x/menit selama beberapa menit kehidupan.

3) Setelah respon awal ini, bayi baru lahir akan menjadi tenang, relaks,

dan jatuh tertidur. Tidur pertama ini terjadi dalam 2 jam setelah

kelahiran dan berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam.

4) Periode kedua reaktivitas, dimulai ketika bayi bangun, ditandai

dengan respons berlebihan terhadap stimulus, dari merah muda

menjadi agak sianosis, dan denyut jantung cepat.

5) Lendir mulut dapat menyebabkan masalah yang bermakna,

misalnya tersedak atau aspirasi, tercekik, dan batuk.

e. Perawatan Pada Bayi Baru Lahir

1. Pertolongan pada saat Bayi Lahir

a. Sambil menilai pernafasan secara cepat, letakkan bayi dengan

handuk diatas perut ibu.

b. Dengan kain yang bersih dan kering atau kasa, bersihkan darah

atau lendirdiwajah bayi agar jalan udara tidak terhalang.

Periksa ulang pernafasan bayi, sebagian besar bayi akan

menangis atau bernafas secara spontan dalam waktu 30 detik

setelah lahir.

2. Perawatan Mata
Obat mata eritromisi 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan

untuk pencegahan penyakit mata akibat klamidia (penyakit

menular seksual). Obat perlu diberikan pada jam pertama setelah

persalinan.

3. Pemeriksaan Fisik Bayi

Menurut (Vidia Atika Manggiasih, 2016)

1) Kepala : ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil, sutura, molase,

caput succedenum, cephal hematom, hidrosefalus, rambut

meliputi : warna, adanya lanuga pada bahu dan punggung.

2) Muka : tanda-tanda apatis.

3) Mata : ukuran, bentuk dan kesimetrisan, kekeruhan kornea,

katarak kongenital, trauma, keluar nanah, bengkak pada

kelopak mata, perdarahan subkonjungtivita.

4) Telinga : jumlah, bentuk, posisi, kesimetrisan letak,

dihubungkan dengan mata dan kepala serta adanya gangguan

pendengaran.

5) Hidung : bentuk dan lebar hidung, pola pernafasan, kebersihan.

6) Mulut : kesimetrisan, mukosa mulut kering atau basah, lidah,

palatum, bercak putih pada gusi, refleks menghisap, labio

skisiz atau palatoskisis, sianosis.

7) Leher : pembengkakan, kelainan tiroid.

8) Klavikula dan lengan atas : fraktur klavikula, gerakan, jumlah

jari.
9) Dada : bentuk dan kelainan bentuk dada, puting susu,

gangguan pernafasan, auskultasi bunyi jantung dan pernafasan.

10) Abdomen : penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis,

perdarahan tali pusat, jumlah pembuluh darah dalam tali pusat,

dinding perut dan adanya benjolan, distensi, gastroskisis,

omfalokel, kesimetrisan, palpasi hati dan ginjal.

11) Genetalia : panjang testis, testis sudah turun dalam skrotum,

orifisium uretra diujung penis (pada laki-laki). Labia mayora

dan labia minora, klitoris, orifisium vagina, orifisium uretra,

sekret (pada perempuan).

12) Tungkai dan kaki : gerakan, bentuk simetris atau tidak, jumlah

jari, pergerakan.

13) Anus : berlubang atau tidak, posisi, fungsi sfingter ani, ada

atau tidaknya atresia ani, meconium plug syndrome,

megacolon.

f. Komplikasi Pada Bayi Baru Lahir

a. Asfiksia.

b. Gangguan nafas.

c. Hipotermi atau hipertermi.

d. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah).

e. Dehidrasi.

f. Ikterus.

g. Infeksi.

h. Tetanus neonatonum.
i. Kejang.

j. Cidera lahir.

g. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

Menurut Depkes RI tahun 2008 :

a. Tidak dapat menyusu.

b. Kejang.

c. Mengantuk dan tidak sadar.

d. Nafas cepat (> 60x/menit).

e. Merintih.

f. Retraksi dinding dada bawah.

g. Sianosis sentral.

h. Perawatan Lain-lain Pada Bayi Baru Lahir

1) Perawatan tali pusat

a. Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan agar terkena udara

dan ditutupi dengan kain bersih secara longgar.

b. Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja, dicuci dengan sabun

dan air bersih, kemudian dikringkan sampai benar-benar

kering.

2) Dalam waktu 24 jam, sebelum ibu dan bayi dipulangkan

kerumah, bayi diberikan imunisasi hepatitis B.

3) Orangtua diberitahu tanda-tanda bahaya bayi dan mereka

diberitahu agar merujuk bayi dengan segera untuk perawatan

lebih lanjut jika ditemui hal-hal berikut :

a. Pernafasan : sulit atau lebih dari 60x/menit.


b. Warna : kuning (pada 24 jam pertama) biru atau pucat.

c. Tali pusat : merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau

busuk, berdarah.

d. Infeksi : suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan

(nanah), bau busuk, pernafasan sulit.

e. Feses/kemih : tidak berkemih dalam 24 jam, feses lembek,

sering kejang, tidak bisa tenang, menangis terus.

4) Orangtua diajarkan cara merawat bayi dan melakukan perawatan

harian bayi baru lahir meliputi :

a. Pemberian ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam,

dimulai dari hari pertama.

b. Menjaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering, serta

mengganti popok untuk mencegah terjadinya infeksi pada

bayi.

c. Menjaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering.

d. Menjaga keamanan bayi terhadap trauma dan infeksi.

i. Kunjungan Neonatal

Menurut Vivian Nanny Lia Dewi (2014)

1) Kunjungan neonatal I (6-48 jam)

a) Mempertahankan suhu bayi

b) Pemeriksaan fisik bayi

c) Gunakan tempat yang hangat dan bersih

d) Memberikan imunisasi HB 0

2) Kunjungan neonatal II (2-7 hari)


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam asuhan pada bayi usia 2-7

hari yaitu :

a) Minum

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik

bagi bayi. ASI diketahui mengandung zat gizi yang paling

sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Berikan

ASI sesering mungkin sesuai dengan keinginan ibu (jika

payudara sudah penuh) atau sesuai kebutuhan bayi setiap 2-3

jam ( paling sedikit 4 jam) bergantian antara payudara kanan

dan kiri. Berikan ASI sampai usia 6 bulan tanpa tambahan

makanan apapun.

b) BAB dan BAK

Jumlah feses bayi cukup bulan bervariasi selama

minggu pertama dan paling banyak adalah antara hari ketiga

dan keenam. Feses transisi (mekonium) dikeluarkan sejak hari

ketiga sampai keenam. Jumlah feses akan berkurang pada

minggu kedua yang awalnya frekuensi defekasi sebanyak 5

atau 6 kali sehari menjadi 1 atau 2 kali sehari. Berkemih yang

sering terjadi adalah 6-10 kali sehari dengan warna urine pucat.

Kondisi ini menunjukkan masukkan cairran yang cukup.

Umunya bayi cukup bulan akan mengeluarkan urine 15-16

ml/kg/hari.

c) Kebersihan kulit
Kebersihan kulit perlu benar-benar dijaga. Walaupun

mandi dengan membasahi seluruh tubuh tidak harus dilakukan

setiap hari, tetapi bagian-bagian seperti muka, bokong dan tali

pusat perlu dibersihkan secara teratur. Sebaiknya orangtua atau

orang lain yang hendak menyentuh bayi diharapkan mencuci

tangan.

d) Keamanan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga

keamanan bayi adalah dengan tetap menjaganya, jangan sekali

pun meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu.

e) Tanda bahaya

Tanda bahaya yang mungkin muncul yaitu pernafasan

sulit atau lebih dari 60x/menit, terlalu hangat (> 38oC) atau

terlalu dingin (< 36oC), kulit bayi kering terutama pada 24 jam

pertama, biru, pucat, atau memar, isapan saat menyusu lemah,

rewel, sering muntah, dan mengantuk berlebihan, tali pusat

merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, dan mengantuk

berlebihan.

f) Perawatan tali pusat

Bidan hendaknya menasehati ibu agar tidak

membubuhkan apapun pada tali pusatkarena dapat

mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan karena

meningkatnya kelembapan (akibat penyerapan oleh bahan

tersebut) badan bayi sehingga menciptakan kondisi yang ideal


bagi tumbuhnya bakteri. Sisa tali pusat bayi akan segera lepas

pada minggu pertama.

g) Jaga kehangatan

Kontak antara ibu dengan kulit bayi sangat penting

dalam rangka menghangatkan serta mempertahankan suhu bayi

untuk mencegah kehilangan panas. Apabila suhu bayi kurang

dari 36oC segera hangatkan bayi dengan teknikmetode

kanguru.

2) Kunjungan neonatal III (8-28 hari)

a) Mengumpulkan data subyetif dengan cara menanyakan kepada

ibu tentang keadaan bayinya.

b) Melakukan pemeriksaan fisik

Menurut Buku Kesehatan Ibu dan Anak (2016) kunjungan

neonatal dibagi menjadi :

a) Kunjungan I (6-48 jam)

b) Kunjungan II (3-7 hari)

c) Kunjungan III (8-28 hari)

Jenis pemeriksaan yang dilakukan diantaranya menimbang

berat badan, mengukur panjang badan dan suhu badan,

memeriksa kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi

bakteri, memeriksa adanya diare, memeriksa uterus,

memeriksa status pemberian vitamin K dan imunisasi HB

O, bagi daerah yang sudah melaksanakan SHK (Skrining


Hipotiroid Kongenital) konfirmasi hasilnya, serta

menanyakan keluhan lain.

E. TEORI FAKTOR RESIKO UMUR PADA IBU HAMIL

a. Pengertian Resiko

Menurut (Sri Widatiningsih, 2017) :

Resiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau

kemungkinan untuk terjadinya suatu keadaan gawat darurat yang tidak

diinginkan pada masa mendatang seperti kematian, kesakitan,

kecacatan, ketidaknyamanan atau ketidakpuasan (5K) pada ibu dan

bayi.

Kehamilan resiko tinggi merupakan keadaan yang dapat

mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang

dihadapi. (Manuaba, 2010)

Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi tiga kelompok yaitu :

1) Kehamilan Resiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2, yaitu

kehamilan tanpa masalah, fisiologis, dan kemungkinan besar

diikuti oleh persalinan normal, ibu dan bayi hidup sehat.

2) Kehamilan Resiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10 yaitu,

kehamilan dengan satu atau lebih faktor resiko, baik dari ibu

maupun janinnya yang memberi dampak kurang menguntugkan

baik bagi ibu maupun janinnya.

3) Kehamilan Resiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor >12,

yaitu perdarahan sebelum bayi lahir, ibu dengan faktor resiko dua
atau lebih, tingkat resiko kegawatannya meningkat, dan

membutuhkan pertolongan di dokter Spesialis.

b. Batasan faktor resiko/masalah

a) Primi muda

Ibu hamil pertama umur < 20 tahun, rahim dan panggul

belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan

keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungannya. Bahaya

yang mungkin terjadi antara lain : bayi lahir belum cukup umur

dan perdarahan bisa terjadi sebelum atau sesudah bayi lahir.

b) Primi tua

Seorang wanita yang telah mencapai usia 35 tahun atau

lebih pada saat hamil.pada usia tersebut mudah terjadi penyakit

pada ibu dan organ kandungan yang menua, jalan lahir tambah

kaku. Ada kemungkinan lebih besar ibu hamil mendapatkan anak

cacat, terjadi persalinan macet, dan perdarahan.

c) Anak terakhir < 2 tahun

Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang

dari 2 tahun. Kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup

istirahat sehingga dapat menyebabkan terjadinya penyakit seperti

keguguran, anemia, gangguan kekuatan kontraksi, kelainan letak

dan posisi janin.

d) Primi tua sekunder

Ibu hamil dengan persalinan terakhir > 10 tahunyang lalu.

Ibu dalam kehamilan dan persalinan iniseolah-olah menghadapi


persalinan yang pertama lagi. Bahaya yang dapat terjadi yaitu

persalinan dapat berjalan tidak lancar dan perdarahan pasca

persalinan.

e) Grandemultipara

Ibu hamil atau melahirkan 4 kali atau lebih. Karena ibu

sering melahirkan maka kemungkinan akan banyak ditemui

keadaan seperti kesehatan terganggu, kekendoran pada dinding

perut, kekendoran dinding rahim. Bahaya yang dapat terjadi yaitu

kelainan letak, robekan rahim, persalinan lama, perdarahan pasca

persalinan.

f)Umur lebih dari 35 tahun

Pada usia tersebut terjadi perubahan pada jaringan alat-alat

kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Bahaya yang dapat

terjadi diantaranya :

(1) Resiko pada bayi

Asfiksia neonatus merupakan keadaan gawat pada bayi

dimana bayi gagal untuk bernafas secara spontan, teratur,

serta disertai dengan hipoksia dan hiperkapneu. Hipoksia

yang terjadi pada bayi asfiksia adalah faktor yang dapat

menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan

ekstra uterine, selain itu, asfiksia dapat menyebabkan

terjadinya depresi susunan saraf pusat. Oleh karena itu bila

keadaan ini tidak ditanggulangi secara adekuat dapat

menimbulkan kematian. Penelitian yang dilakukan Awad et


al menunjukan data bahwa skor apgar pada ibu kelompok

usia >35 tahun sebesar 5,8% sebagai manifestasi hipoksia

berat pada bayi saat lahir akan memperlihatkan angka

kematian yang lebih tinggi 1,8% dibanding kelompok usia

20-25 tahun.

Kelainan kongenital dan persalinan prematur

merupakan penyebab penting dari kematian anak, penyakit

kronik, maupun kecacatan. Penyebb terjadinya kelainan

kongenital pada bayi masih banyak yang belum diketahui.

Namun umunya dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan

ekstrinsik, maupun gabungan dari keduanya. Faktor intrinsik

ialah faktor genetik dan kromosom sedangkan ekstrinsik ialah

infeksi, usia ibu, nutrisi, radiasi, obat-obatan, maupun sosial

ekonomi. Telah diketahui bahwa syndrom down lebih sering

ditemukan pada wanita yang melahirkan mendekati usia

menopause. Frekuensi ini lebih meningkat pada ibu yang

berusia > 30 tahun dan akan semakin meningkat pada usia

>40 tahun.

BBLR merujuk pada bayi yang dengan berat kurang

dari 2.500 gram pada waktu lahir dapat disebabkan oleh umur

kehamilan > 37 minggu. Jolly et al menyebutkan dalam

penelitiannya terdapat distribusi yang luas pada ibu dengan

usia tua untuk melahirkan bayi dengan KMK (kecil masasa

kehamilan). Selain itu ibu dengan usia lebih tua memiliki


resiko 1,29x lebih tinggi untuk melahirkan bayi BBLR. Hal

ini dapat dihubungkan dengan semakin buruknya perfusi

plasenta atau aliran nutrisi transplasenta pada ibu berusia tua.

Persalinan prematur mengacu pada persalinan yang

terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu baik karena

persalinan spontan maupun dengan induksi atas indikasi pada

ibu maupun janin. Berdasarkan berbagai penelitian, ibu

dengan usia tua secara signifikan memiliki kecenderungan

untuk melahirkan sebelum minggu ke 34 dan 37 serta

memiliki insiden kecil masa kehamilan.

(2) Resiko pada ibu

Salah satu faktor resiko yang berpengaruh dalam

kejadian preeklamsia ialah usia maternal. Penelitian di

Finland menyatakan bahwa insiden preeklamsia meningkat

1,6x lebih banyak pada ibu hamil di usia tua dibanding ibu

hamil yang berusia lebih muda.

Diabetes gestasional merupakan suatu keadaan

intoleransi glukosa. Meskipun begitu hanya 3-5% wanita

hamil yang kemudian menderita diabetes gestasional. Seiring

bertambahnya usia kehamilan, jaringan yang mengalami

resistensi terhadap insulin semakin meningkat, sehingga

menciptakan peningkatan kebutuhan insulin. Resiko ini

semakin tinggi pada usia >35 tahun.


Plasenta previa digunakan untuk menggambarkan

plasenta yang berimplantasi di atas atau sangat berdekatan

dengan ostium uteri internum. Usia ibu yang semakin lanjut

meningkatkan resiko plasenta previa. Terdapat 1 insiden dari

100 kehamilan pada perempuan kelompok usia >35 tahun.

Ketuban pecah dini (KPD) adalah keadaan pecahnya

selaput ketuban sebelum persalinan. Pecahnya ketuban pada

kehamilan prematur pada banyak kasus tidak diketahui

sebabnya, namun infeksi intrauterin asimptomatik merupakan

prekusor tersering terjadinya KPD. Usia tua merupakan

faktor resiko terjadinya bakteriuria asimptomatik pada

kehamilan.

Serotinus atau kehamilan lewat bulan merupakan suatu

kondisi kehamilan dimana persalinan terjadi pada minggu ke

42 atau lebih. Pada studi yang dilakukan Roos et al

didapatkan 8,94% kehamilan lewat bulan dimana didapatkan

peningkatan 50% kehamilan lewat bulan pada ibu usia tua

dan primipara. Menurut Sujiyatini (2009) pemeriksaan

penunjang pada kehamilan lewat waktu yaitu USG untuk

menilai usia kehamilan, jumlah air ketuban oligohidramnion

atau tidak, gerakan janin, dan keadaan maturitas plasenta

Kelainan letak atau malposisi janin merupakan salah

satu penyebab utama terjadinya partus macet. Berdasarkan

studi yang dilakukan Turcot et al disimpulkan bahwa ibu usia


>35 tahun paling kuat berhubungan dengan persalinan

tindakan. Hal ini didukung oleh penelitian Johnson et al yang

menyebutkan rasio sectio caesarea pada ibu usia >35 tahun

sampai 45 tahun mencapai 50% dan angka mencapai 80%

pada usia 50 sampai 63 tahun. Dimana salah satu alasan yang

mendasari tingginya angka persalinan dengan sectio caesarea

ialah malposisi janin.

Partus dengan tindakan lebih banyak terjadi pada ibu

dengan usia >35 tahun.berbagai penyulit kehamilan tersebut

berdampak pada meningkatnya kebutuhan persalinan dengan

tindakan. Ibu usia >35 tahun memiliki kecenderungan lebih

tinggi untuk melahirkan dengan sectio caesarea serta

persalinan dengan induksi dibanding ibu yang berusia lebih

muda.

Partus lama merupakan persalinan yang berlangsung

lebih dari 16 jam. Dimana lamanya persalinan tergantung

berbagai faktor antara lain ras, usia kehamilan, dan usia ibu.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Greenberg et al

ditemukan bahwa lamanya suatu persalinan atau kejadian

partus lama meningkat seiring bertambahnya usia.

Perdarahan postpartum adalah perdarahan masif (>500

ml setelah bayi lahir) yang berasal dari tempat implantasi

plasenta, robekan pada jalan lahir dan jaringan sekitarnya.

Perdarahan postpartum merupakan satu dari tiga penyebab


utama kematian ibu dan berdasarkan laporan menteri

kesehatan tahun 1998 insidennya di Indonesia mencapai 40-

60%. Perdarahan postpartum dipengaruhi oleh beberapa hal

antara lain usia ibu yang tua, partus lama, grandemultipara,

eklamsia, berat lahir >4.000 gram, serta riwayatperdarahan

postpartum pada kehamilan sebelumnya.

g) Tinggi badan kurang dari 145 cm

Terdapat tiga batasan pada kelompok resiko ini :

1) Ibu hamil pertama kali sangat membutuhkan perhatian

khusus. Luas panggul ibu dan besar kepala janin mungkin

tidak proposional.

2) Ibu hamil yang kedua dengan riwayat kehamilan lalu bayi

lahir cukup bulan tetapi meninggal dalam waktu 7 hari atau

kurang.

3) Ibu hamil yang pada kehamilan sebelumnya belum pernah

melahirkan cukup bulan, dan BB lahir bayi < 2.500 gram.

h) Riwayat obstetric jelek

Hal ini dapat terjadi pada ibu hamil dengan kehamilan

kedua dimana kehamilan yang pertama pernah mengalami

keguguran, lahir belum cukup bulan, lahir mati. Kehamilan ketiga

atau lebih, dimana kehamilan yang lalu pernah mengalami

keguguran > 2 kali, kehamilan sebelumnya janin mati dalam

kandungan.

i) Bekas operasi caesarea


Ibu hamil dengan persalinan yang lalu dilakukan operasi

caesarea terdapat cacat bekas luka operasi pada dinding rahim

ibu. Bahaya yang terjadi robekan rahim, kematian janin, kematian

ibu, perdarahan, dan infeksi.

F. TEORI MENEJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

Menejemen kebidanan menurut (Rita Yulifah, 2013)

a. Pengertian Menejemen Kebidanan

Menejemen kebidanan adalah pendekatan dan kerangka

berfikir yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode

pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan

data, analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi (Kepmenkes 369; 2007, 5)

Menejemen kebidanan merupakan proses pemecahan

masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan

pikirandan tindakan dengan urutan logis dan perilaku yang

diharapkan dari pemberi asuhan yang berdasarkan ilmiah,

penemuan, dan keterampilan dalam tahap yang logis untuk

pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. (Helen Varney,

2007; 26)

b. Menejemen Kebidanan dengan Metode Varney

Proses menejemen terdiri atas tujuh langkah yang berurutan

dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses

dimulai dengan mengumpulkan data dasar dan berakhir dengan

evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka yan


dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Langkah-langkah

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Langkah 1 : Pengkajian / pengumpulan data dasar

Pada langkah ini, dilakukan pengkajian dengan

mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk

mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. Data-data yang

dikumpulkan antara lain :

1) Data subyektif

Data subyektif adalah mengumpulkan informasi

akurat dan lengkap dari beberapa sumber yang berkaitan

dengan kondisi klien dengan cara wawancara dengan

klien, suami, dan dari catatan/dokumentasi pasien.

a) Biodata

(1.) Nama

Selain sebagai identitas, upayakan agar bidan

memanggil dengan nama panggilan sehingga

hubungan komunikasi antara bidan dan pasien

menjadi lebih akrab. (Ari Sulistyawati, 2010)

(2.) Umur

Data ini ditanyakan untuk menentukan apakah

ibu dalam persalinan beresiko karena usia atau

tidak. (Sri Widatiningsih, 2017)

(3.) Agama
Sebagai dasar bidan untuk mengetahui

kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan

klien. Dengan diketahuinya agama klien

memudahkan bidan untuk melakukan asuhan

kebidanan. (Tuti Sukini, 2016)

(4.) Pendidikan

Tingkat pendidikan ini akan sangat

mempengaruhi daya tangkap dan tanggap pasien

terhadap instruksi yang diberikan bidan pada saat

proses persalinan. (Tuti Sukini, 2016)

(5.) Pekerjaan

Data ini menggambarkan tingkat sosial ekonomi,

pola sosialisasi dan data pendukung dalam

menentukan pola komunikasi yang akan dipilih

selama asuhan. (Rita Yulifah, 2013)

(6.) Suku bangsa

Data ini berhubungan dengan sosial budaya yang

dianut oleh pasien dan keluarga yang berkaitan

dengan persalinan.

(7.) Alamat

Data ini memberi gambaran mengenai jarak dan

waktu yang ditempuh pasien menuju lokasi

persalinan. (Rita Yulifah, 2013)

(8.) Biodata suami


Nama dimaksudkan untuk mengenal dan

membedakan dengan pasangan lainnya, umur

ditulis untuk mengetahui perbedaan usia dengan

istrinya.

b) Riwayat pasien

(1.) Keluhan utama

Ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke

fasilitas pelayanan kesehatan. (Ari Sulistyawati, 2012)

(2.) Riwayat kebidanan

Ditanyakan untuk memprediksi jalannya proses

persalinan dan untuk mendeteksi apakah ada

kemungkinan penyulit selama proses persalinan. (Rita

Yulifah, 2013)

(3.) Riwayat haid

Masa antenatal mencakupwaktu kehamilan mulai hari

pertama haid yang terakhir (HPHT) sampai permulaan

dari persalinan. (Ummi Hani, 2010)

(4.) Riwayat kesehatan

Dasar dari riwayat kesehatan ini bisa dijadikan sebagai

warning akan adanya penyulit saat persalinan. Beberapa

data penting tentang riwayat kesehatan pasien yang perlu

kita ketahui adalah apakah pasien pernah atau sedang

menderita penyakit seperti jantung, diabetes, ginjal,

hipertensi, atau anemia. (Rita Yulifah, 2013)


c) Pola kebiasaan sehari-hari

(1.) Pola nutrisi

Data ini penting untuk diketahui agar bisa mendapatkan

gambaran bagaimana pasien mencukupi gizi selama

hamil dengan masa awal persalinan. (Ari Sulistyawati,

2012)

(2.) Pola eliminasi

Dikaji apakah ada gangguan dalam defekasi dan miksi.

(3.) Pola personal hygiene

Data ini perlu dikaji karena bagaimanapun juga hal ini

akan mempengaruhi kesehtan pasien dan bayinya. Jika

pasien mempunyai kebiasaan yang kurang baik dalam

perawatan kebersihan dirinya, maka bidan harus dapat

memberikan bimbingan mengenai cara perawatan

kebersihan diri dan bayinya sedini mungkin. (Ari

Sulistyawati, 2012)

(4.) Pola seksual

Dikaji untuk megetahui pola hubungan seksual ibu,

apakah ada keluhan atau tidak, frekuensi hubungan, dan

ada gangguan atau tidak selama hubungan. Jika

ditemukan masalah dalam hal ini maka sebaiknya bidan

membantu untuk mengatasi masalahnya dengan

konseling yang lebih intensif. (Ari Sulistyawati, 2012)


d) Data perkawinan

Data ini penting untuk dikaji karena dari data ini kita akan

mendapatkan gambaran mengenai suasana rumah tangga

pasangan serta kepastian mengenai siapa yang mendampingi

persalinan. Pertanyaan yang dapat diajukan seprti Berapa

tahun usia ibu saat menikah pertama kali, status perkawinan

(sah/tidak), lama pernikahan, ini adalah suami yang ke

berapa. (Ari Sulistyawati, 2012)

e) Keadaan sosial budaya

Data ini ditanyakan dengan cara melakukan pendekatan pada

keluarga dan orangtua. Hal penting yang biasanya mereka

anut berkaitan dengan masa hamil adalah pantangan makanan

pada ibu hamil, membawa benda tajam seperti gunting kecil

dan gunting kuku. Adat ini akan sangat merugikan pasien dan

janin karena hal tersebut justru akan menghambat

pertumbuhan dan membahayakan ibu dan janin. (Ari

Sulistyawati, 2012)

f) Data Psikologis

Respon keluarga dalam kehamilan ibu sangat penting untuk

kenyamanan psikologis ibu. Adanya resppon yang positif dari

keluarga terhadap kehamilan akan mempercepat proses

adaptasi ibu dalam menerima peranannya. (Ari Sulistyawati,

2012)
2) Data obyektif

Dimaksudkan untuk memperoleh data objektif.

Pemeriksaan fisik dilakukan meliputi pemeriksaan umum,

pengukuran tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik khusus,

pemeriksaan fisik penunjang (pemeriksaan laboratorium,

rontgen, USG). (Tuti Sukini, 2016)

a) Keadaan Umum

Untuk mengetahui data ini kita cukup mengamati

keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan kita

laporkan dengan kriteria jika baik pasien akan

memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan

orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami

ktegantungan dalam berjalan. Pasien dimasukkan dalam

kriteria lemah jika kurang atau tidak memberikan respon

yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, dan pasien

sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri. (Ari

Sulistyawati, 2012)

b) Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran

pasien, kita dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran

mulai dari kesadaran composmentis (kesadaran maksimal)

sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar).

(Ari Sulistyawati, 2012)

c) Tanda-tanda vital
Pengukuran tanda-tanda vital meliputi tekanan darah

normalnya dibawah 140/90 mmHg, temperature normalnya

36-37oC, denyut nadi normalnya 60-90x/menit, dan respirasi

16-30x/menit. (Ari Sulistyawati, 2012)

2) Langkah 2 : Identifikasi diagnosa dan masalah

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar

terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan

interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.

Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga

dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.

Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan bidan

dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar

nomenklatur diagnosis kebidanan. Masalah adalah hal-hal yang

berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil

pengkajian atau yang menyertai diagnosis.Dalam bagian ini yang

disimpulkan bidan adalah gravida, paritas, abortus, usia

kehamilan dalam minggu, keadaan janin, normal atau tidak

normal. (Ari Sulistyawati, 2012)

3) Langkah 3 : identifikasi diagnosis dan masalah potensial

Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah potensial

atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang

sudah diidentifikasi. Tujuan dari langkah ini adalah untuk

mengantisipasi semua kemungkinan yang dapat muncul. Pada

langkah ini, bidan mengidentifikasi diagnosis dan masalah


potensial berdasarkan diagnosis dan masalah yang sudah

teridentifikasi atau diagnosis dan masalah aktual.

4) Langkah 4 : identifikasi kebutuhan segera

Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan

belum teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang

didapatkan dengan melakukan analisis data. Pada langkah ini,

bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan

konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan

kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan

dari proses menejemen kebidanan yang terjadi dalam kondisi

darurat.

5) Langkah 5 : menyusun rencana asuhan menyeluruh (intervensi)

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi

apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap

masalah yang berkaitan. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas

bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil

pembahasan rencana asuhan bersama klien kemudian membuat

kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.

6) Langkah 6 : pelaksanaan rencana asuhan (implementasi)

Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung

secara efisien dan aman. Rencana asuhan menyeluruh seperti yang

telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien

dan aman.

7) Langkah 7 : evaluasi
Pada langkah ketujuh, ini dilakukan evaluasi keefektifan

asuhan yang telah diberikan. Hal yang dievaluasi meliputi apakah

kebutuhan telah terpenuhi dan mengatasi diagnosis dan masalah

yang telah diidentifikasi.

c. Menejemen Kebidanan dengan Metode SOAP

Menurut Ari Sulistyawati, 2012 adalah :

S (Subyektif) : menggambarkan pendokumentasian hanya

pengumpulan data klien melalui anamnesa tanda gejala subyektif yang

diperoleh dari hasil bertanya kepada pasien.

O (Obyektif) : menggambarkan pendokumentasian hasil analisa

fisik klien, hasil laboratorium dan uji diagnosis lain yang dirumuskan

dalam data fokus untuk mendukung assesment.

A (Assesment) : masalah atau diagnosa ditegakkan berdasarkan data

atau informasi subyektif maupun obyektif yang dikumpulkan atau

disimpulkan.

P (Plan) : pelaksanaan rencana tindakan untuk menghilangkan

dan mengurangi masalah klien. Tindakan ini harus di setujui klien

kecuali bila tidak dilaksanakan dapat membahayakan keselamatan

klien.

G. LANDASAN HUKUM KEWENANGAN BIDAN

Kewenangan bidan sesuai dengan peraturan menteri kesehatan

Republik Indonesia nomor 28 tahun 2017 tentang izin penyelenggaraan

praktik bidan, kewenangan bidan meliputi :

Pasal 18
Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki

kewenangan untuk memberikan :

a. Pelayanan kesehatan ibu.

b. Pelayanan kesehatan anak.

c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Pasal 19

1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf

a pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas,

masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan.

2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimkasud pada ayat (1)

meliputi pelayanan :

a. Konseling pada masa sebelum hamil.

b. Antenatal pada kehamilan normal.

c. Persalinan normal.

d. Ibu nifas normal.

e. Ibu menyusui.

f. Konseling pada masa antara dua kehamilan.

3) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud

pada ayat (2), Bidan berwenang melakukan :

a. Episiotomi.

b. Pertolongan persalinan normal.

c. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II.

d. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan.

e. Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil.


f. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas.

g. Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu

eksklusif.

h. Pemberian uterotonika pada menejemen aktif kala III dan

postpartum.

i. Penyuluhan dan konseling.

j. Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.

Pasal 20

1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam pasal 18

huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra

sekolah.

2) Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), Bidan berwenang melakukan :

a. Pelayanan neonatal esensial.

b. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan rujukan.

c. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak pra

sekolah.

d. Konseling dan penyuluhan.

3) Pelayanan neonatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

huruf a meliputi inisiasi menyusui dini, pemotongan dan perawatan

tali pusat, pemberian suntikan vitamin K1, pemberian imunisasi HB0,

pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pemantauan tanda bahaya,

pemberian tanda identitas diri, dan merujuk kasus yang tidak dapat
ditangani dalam kondisi stabil dan tepat waktu ke Fasilitas Pelayanan

Kesehatan yang lebih mampu.

4) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi :

a. Penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan jalan

nafas, ventilasi tekanan positif, dan/kompresi jantung.

b. Penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan BBLR

melalui penggunaan selimut atau fasilitasi dengan cara

menghangatkan tubuh bayi dengan kanguru.

c. Penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alkohol

atau povidon iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih dan

kering.

d. Membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru lahir

dengan infeksi honore (GO).

5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak pra sekolah

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi kegiatn

penimbangan berat badan, pengukuran lingkar kepala, pengukuran

tinggi badan, stimulasi deteksi dini, dan intervensi dini penyimpangan

tumbuh kembang balita dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining

Perkembangan (KPSP).

6) Konseling dan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf

d meliputi pemberian komunikasi, informasi, edukasi (KIE) kepada

ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif,
tanda bahaya pada bayi baru lahir, pelayanan kesehatan, imunisasi,

gizi seimbang, PHBS, dan tumbuh kembang.

Pasal 21

Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan

dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c,

Bidan berwenang memberikan :

a. Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana.

b. Pelayanan konttrasepsi oral, kondom, dan suntikan.

H. STANDAR ASUHAN KEBIDANAN

Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan

keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan

wewenang dan ruang lingkupnya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

938/MenKes/SK/VIII/2007 yaitu :

Standar I : Pengkajian.

Standar II : Perumusan diagnosa dan atau masalah.

Standar III : Perencanaan.

Standar IV : Implementasi.

Standar V : Evaluasi.

Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan.


BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Kehamilan

Tanggal : 10 Agustus 2018


Jam : 10.00 WIB
Tempat : Puskesmas Jatibogor
Pada perkembangan ini penulis menguraikan tentang asuhan

kebidanan yang telah dilakukan pada Ny. K di Puskesmas Jatibogor.

Untuk melengkapi data penulis langsung mengadakan wawancara dengan

klien, sebagai hasil dan catatan yang ada pada status serta data ibu hamil,

data disajikan pada pengkajian sebagai berikut : pada tanggal, 10 Agustus

2018 pukul 10.00 WIB, penulis melakukan pemeriksaan kehamilannya.

Ibu mengatakan saat ini mengeluh sering buang air kecil, disertai kenceng-

kenceng.

1. Pengumpulan Data (pengkajian)

a. Data Subyektif

1) Biodata

Dari hasil wawancara yang dilakukan maka didapatkan data

Ny. K berumur 37 tahun, agama islam, suku bangsa jawa,

pendidikan terakhir SD, tinggi badan 150 cm, berat badan 55 kg,

dan pekerjaan ibu rumah tangga, mempunyai suami bernama Tn.

T berumur 41 tahun, agama islam, suku bangsa jawa, pendidikan

terakhir SD, dan pekerjaan petani, alamat rumah di Desa

Jatibogor RT 03 / RW 10, Kecamatan Suradadi, Kabupaten Tegal.


2) Alasan Datang

Melakukan pemeriksaan kehamilan terhadap Ny. K

3) Keluhan Utama

Ibu mengatakan sering buang air kecil, disertai kenceng-

kenceng sudah 4 hari.

4) Riwayat Obstetri dan Ginekologi

a) Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas

Dari data yang diperoleh, ini kehamilan yang ketiga

pernah melahirkan dua kali dan tidak pernah mengalami

keguguran. Anak pertama lahir aterm penolong persalinan

bidan, jenis kelamin laki-laki, umur 16 tahun BB lahir 3000

gram. Anak kedua lahir aterm penolong persalinan bidan,

jenis kelamin perempuan, umur 13 tahum BB lahir 3000

gram.

b) Riwayat Kehamilan Sekarang

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan,

ini kehamilan yang ketiga, pernah melahirkan 2 kali dan tidak

pernah keguguran sebelumnya. Ibu melaksanakan ANC

pertama kali di bidan Ny. K karena telah terlambat haid dan

timbul tanda-tanda kehamilan serta ingin melakukan tes

kehamilan.

Selama kehamilan ini Ny. K sudah melakukan

pemeriksaan kehamilan pada trimester I sebanyak 1 kali,


pada trimester II sebanyak 4 kali, dan pada trimester III

sebanyak 3 kali.

c) Riwayat Haid

Ny. K pertama kali menstruasi ( menarche )pada usia

12 tahun, lama haid 7 hari, banyaknya2-3 kali ganti pembalut

dalam sehari. Siklus 28 hari, teratur dan tidak merasakan

nyeri haid baik sebelum dan sesudah menstruasi.serta tidak

ada keputihan yang berbau dan gatal. Ibu mengatakan hari

pertama saat menstruasi terakhirnya pada tanggal 15

November 2017.

d) Riwayat Penggunaan Kontrasepsi

Ibu mengatakan sebelum hamil ini menggunakan KB

suntik 3 bulan, dan tidak ada keluhan selama menggunakan

KB dan berhenti menggunakan KB karena ingin mempunyai

anak. Ibu mengatakan setelah melahirkan ingin menggunakan

KB suntik 3 bulan, dan mempunyai rencana menggunakan

KB implant setelah 2 tahun karena menurut ibu ada kesulitan

dalam posisi menyusui ketika menggunakan KB implat.

5) Riwayat Kesehatan

Ibu mengatakan saat ini dan sebelumnyatidak pernah

mengalami penyakit dengan tanda gejala seperti batuk lebih dari 3

minggu disertai darah ( TBC ), mudah lelah, sakit kepala, badan

menguning ( hepatitis ). Demikian juga dengan keluarga tidak ada


yang menderita penyakit dengan tanda gejala yang telah

disebutkan di atas.

Ibu mengatakan saat ini dan sebelumnya tidak pernah

mengalami penyakit dengan tanda gejala seperti sering buang air

kecil, mudah haus dan lapar, berat badan turun secara drastis

(DM), sakit pada tengkuk, kepala terasa pusing (hipertensi).

Demikian juga dengan keluarga tidak ada yang menderita

penyakit dengan tanda gejala yang telah disebutkan diatas.

Ibu mengatakan tidak pernah mengalami

kecelakaan/trauma, dan penyakit yang dioperasi seperti mioma,

kista. Dan ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada riwayat bayi

kembar.

6) Kebiasaan

Ibu mengatakan tidak mempunyai pantangan makanan,

tidak minum jamu, tidak pernah minum obat-obatan selain dari

bidan atau dokter selama hamil, tidak pernah minum-minuman

keras, tidak pernah merokok, dan tidak memelihara binatang

apapun dirumahnya.

7) Kebiasaan Sehari-hari

a) Pola nutrisi

Ibu mengatakan frekuensi makan 3x/hari, menu

bervariasi seperti nasi, ikan, sayur dan lain-lain. Ibu

mengatakan minum sekitar 8 gelas/hari, minum air putih, teh

dan tidak ada gangguan pada pola makan dan minum.


b) Pola eliminasi

Ibu mengatakan sebelum dan selama hamil tidak ada

perubahan pada BAB yaitu frekuensi sehari 1 kal, pada

konsistensi sebelum hamil lembek dan saat hamil sedikit

keras, dan tidak ada gangguan. Namun ada perubahan BAK

yaitu dari frekuensi 5-6 kali sehari menjadi 6-7 kali sehari,

warna kuning jernih, tidak ada gangguan dalam pola

eliminasi.

c) Pola aktivitas

Ibu mengatakan sehari-hari beraktivitas sebagai ibu

rumah tangga, biasa mengerjakan pekerjaan rumah seperti,

mencuci, menyapu, memasak, dan mengurus anaknya.

d) Pola personal hygiene

Ibu mengatakan sebelum hamil mandi 2 kali sehari,

keramas 3 kali seminggu, menggosok gigi 2 kali sehari, dan

ganti baju 2 kali sehari. Namun selama hamil ini ada

perubahan frekuensi mandi yaitu menjadi 3 kali sehari,

keramas 3 kali seminggu, gosok gigi 2 kali sehari dan ganti

baju 3 kali sehari.

e) Pola seksual

Ibu mengatakan sebelum hamil dan selama hamil pola

seksualnya tidak menentu dan tidak ada gangguan dalam pola

seksualnya.
f) Pola istirahat

Ibu mengatakan sebelum hamil dan selama hamil ini

tidak ada perubahan dalam pola istirahat, tidur siang ± 2 jam

dan tidur malam ± 7-8 jam.

8) Data Psikologis

Ibu mengatakan sangat mengaharapkan kelahiran anaknya

dan senang dengan kehamilan saat ini. Suami dan keluarga juga

sangat senang dengan kehamilannya, dan ibu sudah siap

menjalani proses kehamilan ini sampai bayinya lahir nanti.

9) Data Sosial Ekonomi

Ibu mengatakan penghasilan suaminya kurang lebih 3 juta

setiap bulan dan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,

tanggung jawab perekonomiannya ditanggung oleh suami, dan

pengambilan keputusan oleh suami dan istri.

10) Data Perkawinan

Ibu mengatakan status perkawinannya sah, ini adalah

perkawinan yang pertama dan lama perkawinannya yaitu ± 17

tahun.

11) Data Spiritual

Ibu mengatakan taat beribadah sesuai ajaran agama yaitu

sholat 5 waktu dan selalu berdoa untuk kesehatan dan

keselamatan janinnya.
12) Data Sosial Budaya

Ibu mengatakan tidak percaya dengan mitos yang ada di

lingkungannya seperti membawa gunting yang digantungkan di

perut sebelah kiri dengan maksud untuk menjaga janin dari roh

halus.

13) Data Pengetahuan Ibu

Ibu mengatakan sudah tahu tanda-tanda persalinan seperti

kenceng-kenceng yang semakin teratur, dan mengeluarkan lendir

bercampur darah.

b. Data Obyektif

a) Pemeriksaan fisik

Dari hasil pemeriksaan fisik yang telah dilakukan,

didapatkan hasil keadaan umum baik, kesadaran composmentis,

tekanan darah 110/70 mmHg, denyut nadi 82x/mnt, suhu tubuh

36,5◦C, pernafasan 23x/mnt, tinggi badan 150 cm, berat badan

sebelum hamil 51 kg, kenaikan berat badan dari sebelum hamil

sampai sekarang adalah 15kg, LILA 25,5 cm.

Pada pemeriksaan status present dari kepala sampai muka,

kepala mesochepal, rambut bersih, tidak rontok, muka tidak

oedema, tidak pucat, mata simetris, conjungtiva tidak pucat,

seclera berwarna putih, hidung bersih, tidak ada polip, mulut bibir

lembab, tidak pucat, gigi tidak berlubang, gusi tidak epulis, gigi

tidak ada caries, tidak ada stomatitis, telinga simetris, serumen

dalam batas normal, leher tidak ada pembesaran vena jugularis


dan kelenjar tiroid, aksila tidak ada pembesaran kelenjar limfe,

pada dada bentuk simetris, tidak ada retraksi dinding dada,

mamae tidak ada benjolan, tidak ada luka bekas operasi, abdomen

terdapat pembesaran sesuai dengan usia kehamilan, ada linea

nigra dan tidak ada luka bekas operasi, pada genetalia vagina

tidak ada varises dan tidak oedema, anus tidak ada hemoroid,

pada ekstremitas atas (tangan) kuku tidak pucat, tidak oedema,

dan ekstremitas bawah (kaki) kuku tidak pucat, tidak oedema, dan

tidak ada varises.

b) Pemeriksaan obstetric

Pada pemeriksaan obstetri secara inspeksi muka tidak

pucat, tidak ada cloasma gravidarum, mamae simetris, puting

susu menonjol, kolostrum ASI belum keluar, kebersihan terjaga,

pada abdomen, terdapat linea nigra dan tidak ada strie

gravidarum, genetalia bersih, tidak ada varises.

Palpasi pada leopold I teraba bulat, lunak,

kemungkinannya bokong, TFU 30cm. Leopold II sebelah kiri

teraba panjang, ada tahanan, kemungkinannya punggung dan

sebelah kanan teraba bagian kecil-kecil yaitu ekstremitas.

Leopold III teraba bulat, keras, kemungkinannya kepala, dan pada

Leopold IV kepala tidak dapat digoyangkan kerena sudah masuk

panggul ( divergen ). Hari perkiraan lahir ( HPL ) 22 Agustus

2018, umur kehamilan saat ini yaitu 38 minggu+2 hari. TBBJ

sekitar 2.945 gram.


Pada pemeriksaan auskultasi terdapat denyut jantung janin

( DJJ ) 138x/menit, dan pada pemeriksaan perkusi reflek patella

kanan (+), reflek patella kiri (+). Tidak dilakukan pemeriksaan

panggul.

c) Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaan penunjang, pemeriksaan Hemoglobin

terakhir pada tanggal 9 Agustus 2018 dengan hasil HB : 11,4

gr%, golongan darah A, HbsAg Non Reaktif (NR), HIV Non

Reaktif (NR), Siphilis Non Reaktif (NR).

2. Interpretasi Data

a. Diagnosa (nomenklatur)

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan didapatkan diagnosa

nomenklatur : Ny. K umur 37 tahun G3 P2 A0 hamil 38 minggu+2 hari

janin tunggal hidup intra uterin letak memanjang punggung kiri

presentasi kepala divergen dengan kehamilan resiko tinggi.

1) Data Subyektif

Ibu mengatakan bernama Ny. K umur 37 tahun, ini

merupakan kehamilan yang ketiga dan tidak pernah mengalami

keguguran sebelumnya, hari pertama haid terakhir ibu mengatakan

pada tanggal 15 November 2017. Ibu mengatakan keluhan saat ini

sering buang air kecil.

2) Data Obyektif

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan

darah 110/70 mmHg, nadi 82x/menit, suhu badan 36,5◦C, respirasi


23x/menit. Palpasi leopold I teraba bokong, leopold II teraba

punggung kiri, leopold III teraba kepala, leopold IV divergen, TFU

30cm, DJJ 138x/menit, Hb 11,4 gr%.

b. Masalah

Pada kasus ini didapatkan masalah bahwa ibu sering kenceng-

kenceng dan ibu merasa kurang nyaman karena sering buang air kecil.

c. Kebutuhan

1) Beri informasi tentang keluhan yang dirasakan ibu.

2) Beritahu ibu cara mengatasi keluhan sering kenceng-kenceng dan

buang air kecil.

3. Diagnosa Potensial

Pada kasus ini diagnosa potensial yang mungkin terjadi adalah

perdarahan, serotinus, dan air ketuban keruh.

4. Antisipasi Penanganan Segera

Pada kasus ini antisipasi penanganan segera yang perlu dilakukan

yaitu menganjurkan ibu untuk melahirkan di pelayanan kesehatan seperti

Puskesmas atau Rumah Sakit.

5. Intervensi (tanggal 10 Agustus 2018, pukul 10.00 WIB)

a. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

b. Beritahu ibu tentang penyebab sering buang air kecil dan kenceng-

kenceng

c. Beritahu ibu cara mengatasi keluhan yang dialami

d. Beritahu ibu tentang tanda bahaya kehamilan trimester III

e. Beritahu ibu tentang tanda-tanda persalinan


f. Beritahu ibu tentang persiapan persalinan

g. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI Eksklusif

h. Berikan motivasi KB kepada ibu

i. Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi

6. Implementasi (tanggal 10 Agustus 2018, pukul 10.15 WIB)

a. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu

TD 110/70 mmHg, Nadi 82x/menit, Respirasi 23x/menit, Suhu badan

36,5◦C, TFU 30cm, DJJ 138x/menit, bagian atas perut ibu (leopold I)

teraba bokong bayi, bagian kiri perut ibu (leopold II) teraba punggung

janin, dan bagian bawah perut ibu (lepold III) teraba kepala janin. Pada

leopold IV kepala bayi tidak dapat digoyangkan karena sudah masuk

panggul (divergen).

b. Memberitahu ibu penyebab dari sering buang air kecil yaitu karena

kandung kemih tertekan oleh kepala bayi. Sedangkan sering merasakan

kenceng-kenceng disebabkan karena pergerakan bayi didalam perut

atau kontraksi menjelang persalinan.

c. Memberitahu ibu cara mengatasi keluhan sering buang air kecil yaitu

dengan cara mengurangi minum pada malam hari dan memperbanyak

minum pada siang hari. Sedangkan untuk mengatasi kenceng-kenceng

ibu dapat tarik nafas panjang dan tidur dengan posisi miring ke kiri.

d. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya pada kehamilan trimester III

yaitu seperti perdarahan, pandangan mata kabur, bengkak pada wajah,

tangan dan kaki, pusing kepala yang hebat, tekanan darah >140/90
mmHg, protein urine +1 (pre eklampsia), gerakan janin kurang dari 10-

12 kali dalam 12 jam, air ketuban pecah sebelum waktunya (KPD).

e. Memberitahu ibu tentang persiapan persalinan yaitu ibu mengetahui

tanggal taksiran persalinan, persiapan tabungan atau biaya persalinan,

merencanakan ingin bersalin dimana, mencari pendonor darah untuk

persiapan apabila terjadi kegawatdaruratan kekurangan darah, dan

persiapan kendaraan, jaminan kesehatan berupa BPJS aktif.

f. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya

nanti ketika sudah lahir sampai usia 6 bulan tanpa diberikan tambahan

makanan atau minuman apapun.

g. Memberikan movitasi KB kepada ibu agar menggunakan Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) implan karena usia ibu sudah

lebih dari 35 tahun atau kontrasepsi mantap yaitu MOW/MOP.

h. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi.

7. Evaluasi (tanggal 10 Agustus 2018, pukul 10.30 WIB)

a. Ibu sudah tahu hasil pemeriksaan

b. Ibu sudah tahu penyebab dari sering buang air kecil dan kenceng-

kenceng.

c. Ibu sudah tahu cara mengatasi keluhannya

d. Ibu sudah tahu tentang tanda-tanda bahaya pada kehamilan trimester

III

e. Ibu sudah tahu tentang tanda-tanda persalinan

f. Ibu sudah tahu tentang persiapan persalinan

g. Ibu bersedia untuk memberikan ASI Eksklusif


h. Ibu sudah tahu dan bersedia menggunakan kontrasepsi mantap

i. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi.


DATA PERKEMBANGAN I
(KUNJUNGAN ANC KE-2)

Tanggal : 13 Agustus 2018


Pukul : 16.00 WIB
Tempat : Rumah Ny. K

1. Subyektif

Ibu mengatakan masih sering kenceng-kenceng.

2. Obyektif

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan hasil

keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 100/70

mmHg, TFU 29cm, DJJ 137x/menit. Leopold I teraba bulat, lunak,

kemungkinannya bokong. Leopold II pada bagian kiri teraba panjang, ada

tahanan kemungkinannya punggung dan sebelah kanan teraba bagian

kecil-kecil kemungkinannya ekstremitas. Leopold III teraba bulat, keras,

kemungkinannya kepala. Leopold IV kepala sudah masuk panggul tidak

dapat digoyangkan (divergen).

3. Assesment

Ny. K umur 37 tahun G3 P2 A0 hamil 38 minggu+5 hari janin

tunggal, hidup intra uterin, letak memanjang, punggung kiri, presentasi

kepala, divergen, dengan kehamilan faktor resiko.

4. Penatalaksanaan

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan dalam

keadaan normal. Tekanan darah 100/70 mmHg, TFU 29cm, DJJ


137x/menit. Pada bagian atas perut ibu kemungkinannya bokong bayi.

Pada bagian kiri perut ibu kemungkinannya punggung bayi dan

sebelah kiri kemungkinannya ekstremitas. Pada bagian bawah perut

ibu kemungkinannya kepala bayi dan sudah masuk panggul.

Hasil : ibu sudah tahu hasil pemeriksaan

b. Menganjurkan ibu untuk tarik nafas panjang jika kenceng-kenceng

agar rasa nyeri lebih berkurang.

Hasil : ibu bersedia untuk tarik nafas panjang jika kenceng-kenceng

c. Menganjurkan ibu untuk tetap minum tablet tambah darah 1xsehari

pada malam hari dan calcium lactate 2x sehari

Hasil : ibu bersedia untuk tetap minum tablet tambah darah 1x sehari

dan calcium lactate 2x sehari

d. Menganjurkan ibu untuk jalan-jalan dipagi hari.

Hasil : ibu bersedia untuk jalan-jalan dipagi hari

e. Mengingatkan kepada ibu tentang persiapan persalinan yaitu tabulin

berupa BPJS aktif, fotocopy Kartu Keluarga, fotocopy buku KIA,

KTP, perlengkapan ibu dan bayi.

Hasil : ibu bersedia menyiapkan kebutuhan saat persalinan.


DATA PERKEMBANGAN II
(KUNJUNGAN ANC KE-3)

Tanggal : 20 Agustus 2018

Pukul : 16.00 WIB

Tempat : BPM Ny. K

1. Subyektif

a. Ibu mengatakan kenceng-kenceng yang semakin sering 2 kali dalam

10 menit.

b. Ibu mengatakan belum mengeluarkan lendir bercampur darah.

2. Obyektif

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan hasil

keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 110/70

mmHg, TFU 29cm, DJJ 134x/menit, berat badan 63kg. Leopold I teraba

bulat, lunak, kemungkinannya bokong. Leopold II pada bagian kiri teraba

panjang, ada tahanan kemungkinannya punggung dan sebelah kanan

teraba bagian kecil-kecil kemungkinannya ekstremitas. Leopold III teraba

bulat, keras, kemungkinannya kepala. Leopold IV kepala sudah masuk

panggul tidak dapat digoyangkan (divergen).

3. Assesment

Ny. K umur 37 tahun G3 P2 A0 hamil 39 minggu+5 hari janin

tunggal, hidup intra uterin, letak memanjang, punggung kiri, presentasi

kepala, divergen, dengan kehamilan faktor resiko.


4. Penatalaksanaan

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan dalam batas

normal. Tekanan darah 110/70 mmHg, TFU 29cm, DJJ 134x/menit,

berat badan 63kg. Pada bagian atas perut ibu kemungkinannya bokong

bayi. Pada bagian kiri perut ibu kemungkinannya punggung bayi dan

sebelah kiri kemungkinannya ekstremitas. Pada bagian bawah perut

ibu kemungkinannya kepala bayi dan sudah masuk panggul.

Hasil : ibu sudah tahu hasil pemeriksaan

b. Memberitahu ibu untuk tarik nafas panjang atau tidur miring kiri jika

kenceng-kenceng

Hasil : ibu bersedia untuk tarik nafas panjang atau tidur miring kiri

c. Menganjurkan ibu untuk jalan-jalan dipagi hari

Hasil : ibu bersedia untuk jalan-jaan dipagi hari

d. Menganjurkan ibu untuk tetap minum tablet tambah darah 1x sehari

pada malam hari dan calcium lactate 2x sehari

Hasil : ibu bersedia untuk minum tablet tambah darah 1x sehari dan

calcium lactate 2x sehari

e. Menganjurkan ibu untuk datang ke pelayanan kesehatan apabila ada

tanda-tanda persalinan seperti kenceng-kenceng yang semakin teratur

dan mengeluarkan lendir bercampur darah.

Hasil : ibu bersedia untuk datang ke pelayanan kesehatan apabila

terdapat tanda-tanda persalinan


DATA PERKEMBANGAN

(PERSIAPAN PERSALINAN)

Tanggal 25 Agustus 2018 Ny.K dianjurkan Bidan meminta surat rujukan

di Puskesmas Jatibogor agar melakukan pemeriksaan USG di RSUD Suradadi

karena usia kehamilan Ny.K sudah melewati Hari Perkiraan Lahir (HPL) 3 hari.

Pada tanggal 27 Agustus 2018 pukul 08.00 WIB Ny. K bersama suami

datang ke Puskesmas Jatibogor untuk meminta surat rujukan pemeriksaan USG di

RSUD Suradadi. Sebelum diberi surat rujukan Ny. K diperiksa terlebih dahulu

oleh Bidan, setelah dilakukan pemeriksaan oleh Bidan R ditemukan hasil bahwa

belum ada pembukaan. Ny. K diberi surat rujukan dari puskesmas untuk

melakukan pemeriksaan USG di RSUD Suradadi. Setelah dilakukan pemeriksaan

di Rumah Sakit, dokter menganjurkan untuk dilakukan induksi persalinan karena

air ketuban sudah berkurang.

Pada tanggal 27 Agustus 2018 pukul 12.00 WIB hari pertama dilakukan

induksi persalinan pembukaan hanya 1 cm. Tanggal 28 Agustus 2018 hari kedua

pembukaan masih sama 1 cm. Tanggal 29 Agustus 2018 pukul 05.00 pembukaan

3 cm dan dokter menganjurkan untuk dilakukan Sectio Cesarea (SC).


DATA PERKEMBANGAN

(CATATAN PERSALINAN, NIFAS, NEONATUS)

Tanggal : 29 Agustus 2018

Pukul : 12.33 WIB

Tempat : RSUD Suradadi

A. PERSALINAN

Tanggal : 29 Agustus 2018

Umur kehamilan :41 minggu

Penolong persalinan : Dokter

Cara persalinan : SC

Jam : 12.33 WIB

Alasan : Gagal dalam induksi persalinan

Keadaan ibu : Baik

Tekanan darah saat persalinan : 103/95 mmHg

B. NIFAS

Keadaan umum :Baik

Kolostrum : Belum keluar

TFU : 1 jari bawah pusat

Kontraksi : Keras

PPV : ± 50 cc

Warna : Merah (Lochea rubra)

Bau : Khas
Tekanan darah : 103/95 mmHg

C. BAYI BARU LAHIR

Anak ke : 3 (tiga)

Berat lahir : 2600 gram

Panjang badan : 45 cm

Lingkar kepala : 31 cm

Jenis kelamin : Perempuan

Keadaan bayi saat lahir : Baik

Menangis : Kuat

A/S : 8, 9, 10

Asuhan bayi baru lahir :Pemberian vitamin K

Pemberian salep mata

Pemberian imunisasi HB 0

D. CATATAN PASCA PERSALINAN DI RSUD SURADADI

Setelah persalinan, ibu mendapatkan perawatan masa nifas selama

3 hari di RSUD Suradadi, mulai dari tanggal 30 Agustus-1 September

2018. Ny. K diperbolehkan pulang pada tanggal 1 September 2018 pukul

11.00 WIB.

Hasil pemeriksaan terakhir :

Ibu mengatakan masih merasakan sedikit nyeri pada luka bekas operasi.

Hasil pemeriksaan dalam batas normal. Tekanan darah 110/80 mmHg,

perdarahan dalam batas normal. Ibu sudah bisa duduk, berjalan, menyusui

bayinya tanpa bantuan.Keadaan bayi normal, bayi menyusu dengan kuat,

gerakan aktif, tangisan kuat.


DATA PERKEMBANGAN I

(KUNJUNGAN NIFAS 3 HARI POST SC)

Tanggal : 1 September 2018

Pukul : 16.00 WIB

Tempat : Rumah Ny.K

1. Subyektif

Ibu mengatakan nyeri bekas luka operasi. Riwayat kebutuhan

sehari-hari, selama nifas ibu tidak mempunyai pantangan makanan, tidak

minum jamu, tidak pernah minum obat-obatan selain dari tenaga

kesehatan. Pada waktu nifas ibu makan 3-4 kali dalam sehari, porsinya 1

piring, jenisnya beragam, minumnya 7-8 gelas sehari, jenisnya air putih

dan teh, serta tidak ada gangguan.

Ibu mengatakan selama masa nifas bisa BAB pada hari ketiga,

berwana kecokelatan, konsistensi agak keras, BAK 4x/hari, warna kuning

jernih. Pola istirahat ibu selama nifas tidur siang 2 jam dan tidur malam 7

jam, tidak mengalami gangguan, serta ibu tidak melakukan aktivitas

rumah tangga, sehari ibu mandi 2 kali, keramas baru 1 kali, gosok gigi 3

kali, ganti baju 2-3 kali sehari.

Tanggapan ibu dan keluarga senang atas kelahiran anak yang

ketiga. Ibu sudah mengerti cara merawat bayinya.


2. Obyektif

Keadaan umum baik, tanda-tanda vital tekanan darah 110/80

mmHg, nadi 85x/menit, suhu 36,6◦C, respirasi 23x/menit, ASI sudah

keluar, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus keras, PPV lochea rubra

warna kemerahan berbau khas.

3. Assesment

Ny.K umur 37 tahun P3 A0 3hari post SC dengan nifas normal.

4. Penatalaksanaan

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu

tekanan darah 110/80 mmHg, suhu 36,6◦C, respirasi 23x/menit, nadi

85x/menit, kondisi ibu baik, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi keras,

PPV lochea rubra berwarna merah bau khas.

Hasil : ibu sudah mengerti hasil pemeriksaan.

b. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya masa nifas yaitu demam tinggi

lebih dari 38◦C, pengeluaran pervaginam berbau busuk, perdarahan,

ibu terasa lemas dan pucat, pembengkakan pada wajah, tangan, dan

kaki, penglihatan kabur, nyeri kepala yang hebat, perasaan tidak ingin

mengurus bayinya, kehilangan nafsu makan. Apabila ibu mendapatkan

salah satu tanda gejala diatas segera datang ke tenaga kesehatan.

Hasil : ibu sudah tahu tanda bahaya nifas.

c. Menganjurkan ibu untuk tidak ada pantangan apapun dan makan

makanan yang tinggi protein seperti ikan, telur, karena makanan

tersebut dapat membantu proses pemulihan luka bekas operasi.

Hasil : ibu bersedia untuk makan makanan tinggi protein.


d. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup dan makan makanan bergizi

agar produksi ASI lancar.

Hasil : ibu bersedia untuk istirahat cukup dan makan makanan bergizi

e. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri yaitu mandi minimal

2 kali sehari, ganti pembalut minimal 2-3 kali sehari dan menjaga luka

bekas operasi agar tetap kering dan tidak terkena air.

Hasil : ibu bersedia untuk menjaga kebersihan diri dan luka bekas

operasi agar tetap kering.


DATA PERKEMBANGAN II

(KUNJUNGAN NIFAS 7 HARI POST SC)

Tanggal : 5 September 2018

Pukul : 17.00 WIB

Tempat : Rumah Ny.K

1. Subyektif

Ibu mengatakan tidak ada keluhan. Bayinya menyusu secara kuat.

Pola kebutuhan sehari-hari, makan 3x sehari, porsi 1 piring habis, jenis

makanan beragam, minum 8-10 gelas sehari, dan tidak ada gangguan

dalam pola makanan. Ibu mengatakan BAB 1x sehari berwarna

kecoklatan, konsistensi agak keras, BAK 5x/hari, berwarna kuning jernih,

tidak ada gangguan. Ibu melakukan aktivitas rumah tangga seperti

menyapu dan mencuci piring. Sehari mandi 2x, gosok gigi 3x, ganti baju

2x,mengganti pembalut 2x sehari, dan keramas 3x seminggu. Ibu sudah

tahu cara merawat bayinya.

2. Obyektif

Keadaan umum baik, tanda-tanda vital tekanan darah 110/80

mmHg, nadi 82x/menit, respirasi 22x/menit, suhu badan 36,5◦C, mata

simetris, konjungtiva tidak pucat, seclera putih, puting susu menonjol, ASI

kurang lancar, TFU pertengahan pusat dan simfisis, kontraksi keras, PPV

lochea sanguinolenta warna coklat tua bau khas. Pada ekstremitas atas dan

bawah tidak edema dan tidak ada varises.


3. Assesment

Ny.K umur 37 tahun P3 A0 post SC 7 hari dengan nifas normal.

4. Penatalaksanaan

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu tekanan

darah 110/80 mmHg, nadi 82x/menit, respirasi 22x.menit, suhu badan

36,5◦C, TFU pertengahan pusat dan simfisis, PPV lochea

sanguinolenta, warna kecokelatan tua, bau khas.

Hasil : ibu sudah tahu hasil pemeriksaan.

b. Menganjurkan ibu untuk makan makanan bergizi dan tidak ada

pantangan apapun yaitu mengkonsumsi sayur-sayuran, lauk pauk

seperti ikan, telur, daging, tahu, tempe, dan buah-buahan untuk

mempercepat proses pemulihan organ reproduksi dan memperlancar

ASI. Minum sedikitnya 2,5 liter air/hari.

Hasil : ibu bersedia untuk makan makanan bergizi dan tidak ada

pantangan makanan apapun.

c. Mengajarkan ibu cara perawatan payudara pada masa nifas yaitu

mencuci tangan lalu kompres kedua payudara dengan air hangat,

tuangkan minyak pijat kedua belah tangan secukupnya. Pengurutan di

mulai dengan cara letakan kedua tangan di antara kedua payudara,

urutlah memutar dari tengah keatas sambil mengangkat kedua

payudara dan lepaskan keduanya secara perlahan, lakukan gerakan ini

sebanyak ±20-30 kali. Gerakan selanjutnya yaitu sangga payudara kiri

dengan tangan kiri, tangan kanan mengepal kemudia lakukan

penekanan dengan punggung jari secara memutar, lakukan gerakan ini


sebanyak ±20-30 kali. Begitu pun sebaliknya dengan payudara sebelah

kanan. Gerakan yang terakhir yaitu sangga payudara kiri dengan

tangan kiri kemudia urut payudara dengan sisi kelingking secara

memutar, lakukan gerakan ini sebanyak ±20-30 kali. Begitu pun

sebaliknya dengan payudara kanan. Perawatan payudara ini di lakukan

untuk memperlancar ASI.

Hasil : ibu sudah mengerti cara perawatan payudara.

d. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI tidak memberikan

makanan apapun sampai bayi berusia 6 bulan.

Hasil : ibu bersedia untuk memberikan ASI sampai bayi berusia 6

bulan.

e. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri yaitu mandi minimal

2 kali sehari, ganti pembalut minimal 2-3 kali sehari.

Hasil : ibu bersedia untuk tetap menjaga kebersihan diri.


DATA PERKEMBANGAN III

(KUNJUNGAN NIFAS 18 HARI POST SC)

Tanggal : 16 September 2018

Pukul : 17.00 WIB

Tempat : Rumah Ny.K

1. Subyektif

Ibu mengatakan tidak ada keluhan. Bayinya menyusu secara kuat.

Pola kebutuhan sehari-hari, makan 3x sehari, porsi 1 piring habis, jenis

makanan beragam, minum 8-10 gelas sehari, dan tidak ada gangguan

dalam pola makanan. Ibu mengatakan BAB 1x sehari berwarna

kecoklatan, konsistensi agak keras, BAK 5x/hari, berwarna kuning jernih,

tidak ada gangguan. Ibu melakukan aktivitas rumah tangga seperti

menyapu, menyetrika dan mencuci piring. Pada pola istirahat ibu

mengatakan tidur siang 1 jam dan malam kurang lebih 7 jam. Sehari

mandi 2 kali, gosok gigi 3 kali, ganti baju 2 kali, dan keramas 3x

seminggu.

2. Obyektif

Keadaan umum baik, tanda-tanda vital tekanan darah 120/70

mmHg, nadi 80x/menit, respirasi 23x/menit, suhu badan 36,5◦C, mata

simetris, konjungtiva tidak pucat, seclera putih, puting susu menonjol, ASI

sudah keluar, TFU sudah tidak teraba, PPV lochea serosa warna
kekuningan, luka jahitan operasi kering dan tidak ada pus. Pada

ekstremitas atas dan bawah tidak edema dan tidak ada varises.

3. Assesment

Ny.K umur 37 tahun P3 A0 post SC 18 hari dengan nifas normal.

4. Penatalaksanaan

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan seperti

tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 80x/menit,

respirasi 23x/menit, suhu badan 36,5◦C, TFU sudah tidak teraba, PPV

lochea serosa warna kekuningan, luka jahitan operasi kering dan tidak

ada pus.

Hasil : ibu sudah tahu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

b. Menganjurkan ibu untuk makan makanan bergizi dan tidak ada

pantangan apapun yaitu mengkonsumsi sayur-sayuran, lauk pauk

seperti ikan, telur, daging, tahu, tempe, dan buah-buahan untuk

mempercepat proses pemulihan organ reproduksi dan memperlancar

ASI. Minum sedikitnya 2,5 liter air/hari.

Hasil : ibu bersedia untuk makan makanan bergizi dan tidak ada

pantangan makanan apapun.

c. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri yaitu mandi

minimal 2 kali sehari, ganti pembalut minimal 2-3 kali sehari.

d. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI sampai bayi berusia 6

bulan tanpa tambahan makanan apapun.

Hasil : ibu bersedia untuk memberikan ASI sampai usia 6 bulan.


e. Mejelaskan kepada ibu tentang macam-macam KB yang cocok untuk

usia lebih dari 35 tahun yaitu :

Kontrasepsi AKBK (implant) dapat digunakan pada perempuan yang

menginginkan kontrasepsi jangka panjang tetapi belum siap

kontrasepsi mantap.

AKDR atau alat kontrasepsi dalam rahim, biasa di kenal dengan IUD.

Metode ini termasuk KB jangka panjang yaitu 10 tahun yang sangat

efektif.

Kontrasepsi mantap dapat digunakan untuk pasangan yang benar-benar

tidak ingin mempunyai anak lagi.

Hasil : ibu sudah tahu macam-macam KB yang cocok untuk usia lebih

dari 35 tahun

f. Memotivasi ibu untuk menggunakan kontrasepsi jangka panjang

(implant/IUD) atau MOP/MOW karena usia ibu yang sudah lebih dari

35 tahun.

Hasil : ibu bersedia untuk menggunakan kontrasepsi implant


DATA PERKEMBANGAN I

(KUNJUNGAN NEONATAL 3 HARI)

Tanggal : 1 September 2018

Pukul : 16.00 WIB

Tempat : Rumah Ny.K

1. Subyektif

Ibu mengatakan bayinya sehat dan menyusu, tidur pulas, dan tidak

rewel. BAK 7x/hari dan BAB 2-3 kali/hari. Ibu mengatakan bayinya hanya

diberikan ASI saja sesuai dengan keinginan bayi.

2. Obyektif

Berat badan 2600 gram, panjang badan 45 cm, bentuk kepala

mesochepal, lingkar kepala 31 cm, kepala tidak ada chepalhematom, mata

simetris, konjungtiva tidak pucat, seclera putih, hidung tidak ada

pembesaran kelenjar polip, tidak ada cuping hidung, bentuk bibir simetris,

tidak pucat, bibir lembab dan tidak ada labiopalatokisis, refleks sucking

dan rooting ada aktif. Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi dinding

dada, lingkar dada 29 cm, refleks moro ada aktif, pada bagian ekstremitas

tidak ada polidaktil dan sindaktil, gerakan aktif, refleks graps ada aktif,

suhu badan 36,6◦C, respirasi 41x/menit, denyut jantung 133x/menit, warna

kulit kemerahan, tali pusat belum lepas dan tidak berbau busuk.
3. Assesment

By. Ny.K umur 3 hari jenis kelamin perempuan dengan bayi

normal.

4. Penatalaksanaan

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu

keadaan bayi baik dan sehat, suhu badan 36,6◦C, respirasi 41x/menit,

denyut jantung 133x/menit, warna kulit kemerahan, tali pusat dalam

keadaan baik.

Hasil : ibu sudah tahu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

b. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif agar nutrisi

bayi tercukupi atau setiap 2-3 jam sekali.

Hasil : ibu bersedia untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya

c. Mengajarkan ibu cara perawatan tali pusat yaitu menggunakan kasa

steril saja tanpa tambahan apapun agar tidak terkena infeksi.

Hasil : ibu sudah mengerti cara perawatan tali pusat dan tali pusat

sudah dirawat menggunakan kassa steril.

d. Memberitahu ibu tanda bahaya bahaya pada bayi yaitu :

Bayi tidak mau menyusu, kejang-kejang, lemah, sesak nafas (lebih dari

60 kali/menit), terdapat retraksi dinding dada, bayi merintih atau

menangis terus menerus, tali pusat kemerahan sampai dinding perut,

berbau, dan bernanah, demam atau panas tinggi, mata bayi bernanah,

diare atau buang air besar lebih dari 3 kali/ hari dengan konsistensi

cair, kulit dan mata bayi kuning, tinja bayi saat buang air besar

berwarna pucat.
Hasil : ibu sudah tahu tanda bahaya pada bayi.

e. Menganjurkan ibu untuk mengganti popok bayi ketika bayi BAB dan

BAK agar bayi tidak hipotermi dan menjaga personal hygiene agar

tidak terkena infeksi.

Hasil : ibu mengerti dan popok sudah diganti


DATA PERKEMBANGAN II

(KUNJUNGAN NEONATAL 7 HARI)

Tanggal : 5 September 2018

Pukul : 17.00 WIB

Tempat : Rumah Ny.K

1. Subyektif

Ibu mengatakan bayinya sehat dan menyusu dengan aktif, tidur

pulas, dan tidak rewel. BAK 8x/hari dan BAB 2 kali/hari. Ibu mengatakan

bayinya hanya diberikan ASI saja sesuai dengan keinginan bayi.

2. Obyektif

Kondisi bayi baik, suhu badan 36,7◦C, respirasi 39x/menit, denyut

jantung 131x/menit. Berat badan 2600 gram, panjang badan 45 cm, mata

simetris, konjungtiva tidak pucat, seclera putih, bayi menghisap kuat saat

menyusu, pernafasan teratur, gerakan bayi aktif, tali pusat sudah lepas.

3. Assesment

By. Ny.K umur 7 hari jenis kelamin perempuan dengan bayi

normal.

4. Penatalaksanaan

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu suhu

badan 36,7◦C, respirasi 39x/menit, denyut jantung 131x/menit, berat

badan 2600 gram, panjang badan 45 cm.

Hasil : ibu sudah tahu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.


b. Menganjurkan ibu untuk mengganti popok bayi jika bayi BAK dan

BAB untuk menjaga personal hygiene bayi agar tidak terkena infeksi.

Hasil : ibu bersedia menjaga personal hygiene bayi.

c. Memastikan kepada ibu apakah bayi mendapatkan ASI yang cukup

tanpa diberikan makanan pendamping.

Hasil : ibu mengatakan bayinya menyusu dengan kuat dan sering, tidur

pulas dan tidak rewel serta tidak diberikan makanan pendamping

apapun selain ASI.


DATA PERKEMBANGAN III

(KUNJUNGAN NEONATAL 18 HARI)

Tanggal : 16 September 2018

Pukul : 17.00 WIB

Tempat : Rumah Ny.K

1. Subyektif

Ibu mengatakan bayinya sehat dan menyusu dengan aktif, tidur

pulas, dan tidak rewel. BAK 10x/hari dan BAB 2 kali/hari. Ibu

mengatakan bayinya hanya diberikan ASI saja sesuai dengan keinginan

bayi tanpa diberikan makanan tambahan.

2. Obyektif

Kondisi bayi baik, suhu badan 36,6◦C, respirasi 40x/menit, denyut

jantung 128x/menit. Berat , mata simetris, konjungtiva tidak pucat, seclera

putih, bayi menghisap kuat saat menyusu, pernafasan teratur, gerakan bayi

aktif, tali pusat sudah lepas.

3. Assesment

By. Ny.K umur 18 hari jenis kelamin perempuan dengan bayi

normal.

4. Penatalaksanaan

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu suhu

badan 36,6◦C, respirasi 40x/menit, denyut jantung 128x/menit.

Hasil : ibu sudah tahu hasil pemriksaan yang telah dilakukan.


b. Menganjurkan ibu untuk mengganti popok bayi jika bayi BAK dan

BAB untuk menjaga personal hygiene bayi agar tidak terkena infeksi.

Hasil : ibu bersedia menjaga personal hygiene bayi.

c. Memastikan kepada ibu apakah bayi mendapatkan ASI yang cukup

tanpa diberikan makanan pendamping.

Hasil : ibu mengatakan bayinya menyusu dengan kuat dan sering serta

tidak diberikan makanan pendamping apapun selain ASI.

d. Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke posyandu agar

mendapatkan imunisasi BCG dan Polio I.

Hasil : ibu bersedia membawa bayinya ke posyandu.


DATA PERKEMBANGAN

(40 HARI POSTPARTUM)

Setelah 40 hari pasca melahirkan, ibu mengatakan tidak ada keluhan.

Cairan pervaginam berwarna putih (lochea alba). Tekanan darah terakhir dalam

batas normal 110/70 mmHg. Ibu mengatakan bayinya dalam keadaan sehat, dan

menyusu dengan kuat. Berat badan bayinya sekarang 2.900 gram. Asuhan yang

diberikan kepada ibu yaitu untuk terus memberikan ASI kepada bayinya sampai

usia 6 bulan, memantau perkembangan bayinya dengan cara rutin membawanya

ke posyandu, menimbang berat badan, pemberian imunisasi lengkap, serta

menganjurkan ibu untuk tetap makan-makanan yang bergizi dan menjaga pola

istirahat dengan baik.Data ini didapatkan tidak dengan melakukan kunjungan

secara langsung, namun diperoleh melalui pemantauan media komunikasi dengan

ibu via handphone (SMS).


BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas masalah-masalah yang ada selama
pembuatan laporan tugas akhir ini. selain itu juga untuk mengetahui dan
membandingkan adanya kesamaan atau kesenjangan selama memberikan asuhan
kebidanan dengan teori yang sama.

Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada Ny. K di Puskesmas


Jatibogor Kecamatan Suradadi Kabupaten Tegal bulan Agustus 2018 yang
dimulai sejak tanggal 8 Agustus sampai dengan 8 Oktober yaitu sejak usia
kehamilan 38 minggu + 2 hari sampai dengan 42 hari postpartum dengan dengan
menggunakan pendekatan manajemen kevidanan 7 langkah varney yang berurutan
dimulai dengan pengumpulan data sampai dengan evaluasi dan data
perkembangan dengan metode SOAP. Adapun kasus yang ditemukan
pembahasannya akan dijelaskan satu per satu mulai dari kehamilan, persalinan,
nifas, dan bayi baru lahir yaitu sebagai berikut :

A. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari

hari pertama hiad terakhir. (Saifuddin,2008).

1. Pengkajian/pengumpulan Data

Pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan

untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. (Rita Yulifah, 2013)

a. Data Subyektif

Menurut teori Rita Yulifah (2013), mngemukakan bahwa data

subyektif adalah mengumpulkan informasi akurat dan lengkap dari

beberapa sumber yang berkaitan dengan kondisi klien dengan cara

wawancara dengan klien, suami, dan dari catatan/dokumentasi pasien.

1) Identitas

a) Nama
Pada kasus ibu mengatakan bernama Ny. K.

Sebagai identitas, serta upaya agar bidan memanggil

dengan nama panggilan sehingga hubungan komunikasi antara

bidan dan pasien menjadi lebih akrab. (Ari Sulistyawati, 2010)

Dari data diatas maka dapat disimpulkan bahwa

menanyakan nama penting karena untuk memudahkan bidan

dalam berkomunikasi dengan pasien. Bidan biasa memanggil

dengan nama panggilan yaitu Ny. K.

b) Umur

Pada kasus Ny. K berumur 37 tahun.

Menurut Sri Widatiningsih (2017) data ini ditanyakan

untuk menentukan apakah ibu dalam persalinan beresiko karena

usia atau tidak. Karena pada usia > 35 tahun terjadi perubahan

pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur

lagi.

Jadi dari data diatas tidak ada kesenjangan antara teori

dengan kasus karena Ny. K berumur 37 tahun karena pada usia

tersebut jalan lahir sudah tidak lentur lagi, dibuktikan dengan

persalinan yang melebihi HPL karena Ny. K mengalami kala 1

yang lama.

Menurut Melinda dalam penelitiannya menyebutkan

bahwa kehamilan >35tahun dapat menyebabkan berbagai

masalah selama kehamilan maupun persalinan. Masalah-

masalah yang muncul antara lain resiko pada bayi yaitu asfiksia
neonatus, kelainan kongenital, BBLR, persalinan prematur,

sedangkan resiko yang dapat muncul pada ibu yaitu

preeklamsia, diabetes gestasional, plasenta previa, ketuban

pecah dini, serotinus, kelainan letak, partus dengan tindakan,

partus lama, dan perdarahan postpartum. Pada Ny. K salah satu

masalah yang muncul adalah terjadinya serotinus. Serotinus

merupakan suatu kondisi kehamilan dimana persalinan terjadi

pada minggu ke 42 atau lebih.

c) Keluhan Utama

Berdasarkan kasus ibu mengatakan sering buang air kecil

dan kenceng-kenceng sudah 4 hari.

Menurut Ummi Hani (2011) terjadi pembesaran uterus

yang menekan kandung kemih menyebabkan rasa ingin

berkemih walaupun kandung kemih hanya berisi sedikit urine.

Penyebab BAK dapat diatasi dengan memberikan KIE tentang

penyebab sering BAK, kosongkan kandung kemih ketika ada

dorongan ingin berkemih, perbanyak minum pada siang hari,

jangan kurangi minum dimalam hari kecuali menggangu tidur

dan mengalami kelelahan.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa keluhan sering berkemih

yang dialami Ny. K merupakan hal yang fisiologis pada

kehamilan trimester III karena kandung kemih tertekan oleh

uterus yang semakin membesar, sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dengan kasus.


d) Agama

Berdasarkan kasus pasien mengatakan beragama islam

sehingga setiap hari selalu menjalankan sholat 5 waktu begitu

juga dengan suami dan anak-anaknya.

Agama ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan

pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan klien. Dengan

diketahuinya agama klien akan memudahkan bidan untuk

melaksanakan asuhan kebidanan. (Tuti Sukini, 2016)

Sehingga pada kasus diatas tidak ditemukan kesenjangan

antara teori dan praktek karena pasien melaksanakan apa yang

diperintahkan atau diucapkan oleh bidan yaitu anjuran untuk

selalu berdoa untuk kelancaran proses persalinannya seperti

membaca sholawat nabi.

e) Tingkat Pendidikan

Pada kasus Ny. K pendidikan terakhirnya adalah SD.

Pendidikan klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat

intelektualnya. Tingkat pendidikan ini akan sangat

mempengaruhi daya tangkap dan tanggap pasienterhadap

instruksi yang diberikan bidan pada saat proses persalinan. (Tuti

Sukini, 2016)

Sehingga pada kasus diatas tidak ditemukan kesenjangan

antara teori dan kasus karena Ny. Kmemahami dan mampu

melaksanakan apa yang dikatakan oleh Bidan.

f) Pekerjaan
Dari data yang diperoleh, Ny. K sebagai ibu rumah tangga,

dan suaminya bekerja sebagai petani.

Data ini menggambarkan tingkat sosial ekonomi, pola

sosial dan data pendukung dalam menentukan pola komunikasi

yang akan dipilih selama asuhan. (Rita Yulifah, 2013)

Pada kasus Ny. K dapat disimpulkan bahwa kondisi

ekonomi keluarganya mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari.

Selama masa kehamilan hingga persalinan dan nifas Ny. K

memanfaatkan BPJS untuk pembiayaannya, sehingga tidak

ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus.

g) Alamat

Ibu mengatakan bertempat tinggal di Desa Jatibogor RT

03 / RW 10 Kecamatan Suradadi, Kabupaten Tegal.

Data ini memberikan gambaran mengenai jarak dan waktu

tempuh pasien menuju lokasi persalinan. (Rita Yulifah, 2013)

Maka dalam data ini tidak ada kesenjangan antara teori

dan kasus karena jarak antara rumah ke pelayanan kesehatan

cukup ditempuh dengan waktu sekitar 5 – 10 menit sehingga

pasien rajin dalam melakukan kunjungan ANC selama

kehamilan ke Puskesmas.

2) Riwayat Obstetri dan Ginekologi

Pada kasus Ny. K ini merupakan kehamilan yang ketiga dan

tidak pernah mengalami keguguran. Pada kehamilan pertama

bersalin secara spontan dengan usia kehamilan aterm jenis kelamin


laki-laki sekarang berumur 16 tahun. Pada kehamilan kedua bersalin

dengan secara spontan usia kehamilan aterm jenis kelamin

perempuan sekarang berusia 13 tahun.

Menurut Rita Yulifah (2013) data ini ditanyakan untuk

memprediksi jalannya proses persalinan dan untuk mendeteksi

apakah ada kemungkinan penyulit selama proses persalinan.

Dalam hal ini tidak terdapat suatu kesenjangan antara teori

dengan kasus karena dalam proses persalinan anak sebelumnya tidak

ada penyulit dalam persalinan, keduanya lahir secara spontan.

3) Riwayat Kehamilan Sekarang

Data yang didapatkan dari buku KIA Ny. K sudah melakukan

pemeriksaan kehamilan 8 kali. Pada trimester I sebanyak 1 kali,

trimester II sebanyak 4 kali, dan trimester III sebanyak 3 kali.

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4

kali selama kehamilan. Satu kali pada triwulan pertama, 1 kali pada

triwulan kedua, dan 2 kali pada triwulan ketiga. (Ai Yeyeh Rukiyah,

2009)

Jadi pada kasus diatas tidak terdapat kesenjangan antara teori

dan kasus karena Ny. K melakukan kunjungan antenatal sebanyak 8

kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama, 3 kali pada

trimester kedua dan 4 kali pada trimester ketiga.

4) Riwayat Haid

Pada kasus Ny. K hari pertama haid terakhir yaitu pada

tanggal 15 November 2017.


Menurut Ummi Hani (2010)masa antenatal mencakup waktu

kehamilan mulai dari hari pertama haid yang terakhir (HPHT)

sampai permulaan persalinan yang sebenarnya, yaitu 280 hari, 40

minggu, 9 bulan 7 hari.

Dalam hal ini terdapat kesenjangan antara teori dan kasus

karena berdasarkan HPHT seharusnya Ny. K bersalin pada tanggal

22 Agustus 2018 tepat diusia kehamilan 40 minggu, namun pada

kenyataannya Ny. K bersalin melebihi HPL yaitu tanggal 29 Agustus

2018 pada usia kehamilan 41 minggu 3 hari.

5) Riwayat Kesehatan

Dari data yang diperoleh dilahan, ibu mengatakan saat ini dan

sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit seperti TBC,

Hepatitis, Diabetes Militus, Hipertensi. Demikian juga dengan

keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti yang telah

disebutkan diatas.

Dasar dari riwayat kesehatan ini bisa dijadikan sebagai

warning akan adanya penyulit saat persalinan. Beberapa data penting

tentang riwayat kesehatan pasien yang perlu kita ketahui adalah

apakah pasien pernah atau sedang menderita penyakit seperti

jantung, diabetes, ginjal, hipertensi, atau anemia. (Rita Yulifah,

2013)

Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan

kasus dilahan karena Ny. K tidak menderita penyakit seperti yang

telah disebutkan diatas.


6) Kebiasaan Sehari-hari

Pada pola nutrisi ibu mengatakan frekuensi makan 3x sehari,

menu makan bervariasi seperti nasi, ikan, sayur, dan lain-lain. Ibu

mengatakan minum sekitar 8 gelas/hari, minum air putih, teh, dan

tidak ada gangguan pada pola makan dan minum

Menurut Ari Sulistyawati (2012) Widya Karya Pangan dan

Gizi Nasional menganjurkan pada ibu hamil untuk meningkatkan

asupan energi sebesar 285 kkal per hari. Tambahan energi ini

bertujuan untuk memasok kebutuhan ibu dalam memenuhi

kebutuhan janin yang terdiri dari protein sekitar 75-100 gram/hari,

zat besi meningkat menjadi 1.040 mg selama kehamilan, asam folat

dan kalsium.

Sehingga hal ini dapat disimpulkan bahwa kebutuhan nutrisi

Ny. K tercukupi dengan kebiasaan mengkonsukmi makanan yang

bervariasi serta frekuensi makan dan minum yang cukup.

Pada pola eliminasi tidak mengalami perubahan pada

kebiasan BAB yaitu tetap 1x/hari konsistensi agak keras dan namun

pada kebiasaan BAK mengalami perubahan menjadi lebih sering

BAK sekitar 6-7 kali/hari berwarna kuning jernih, tidak ada

gangguan dalam pola eliminasi.

Menurut Ari Sulistyawati (2012) kebutuhan ini berkaitan

dengan adaptasi gastrointestinal sehingga menyebabkan penurunan

tonus dan mortili lambung dan usus terjadi reabsorbsi zat makanan

peristaltik usus lebih lambat, sehingga menyebabkan obstipasi


penekanan kandung kemih karena pengaruh hormon estrogen dan

progesteron sehingga menyebabkan sering buang air kecil.

Hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena

Ny. K mengalami perubahan dalam kebiasan BAK dari 5-6 kali/hari

menjadi 6-7 kali/hari yang disebabkan karena penekanan pada

kandung kemih.

Pada pola personal hygiene terdapat perubahan pada

kebiasaan mandi dari 2x sehari menjadi 3x dalam sehari, keramas 3x

seminggu, dan gosok gigi 2x sehari.

Menurut Ari Sulistyawati (2012) personal hygiene ini

berkaitan dengan perubahan sistem pada tubuh ibu hamil, hal ini

disebabkan karena PH vagina menjadi asam berubah dari 4-3

menjadi 5-6,5 akibatnya vagina mudah terkena infeksi. Stimulus

estrogen menyebabkan adanya flour albus (keputihan), peningkatan

vasikularisasi menyebabkan ibu hamil mudah berkeringat, uterus

yang membesar menekan kandung kemih menyebabkan menjadi

sering berkemih. Pada trimester I wanita hamil mengalami enek dan

muntah. Keadaan ini menyebabkan perawatan gigi tidak

diperhatikan dengan baik, sehingga timbul karies, gingivitis, dan

sebagainya.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan

antara teori dengan kasus karena Ny. K mengalami perubahan dalam

kebiasaan mandi menjadi 3 kali sehari yang disebabkan karena


keringat yang dikeluarkan lebih banyak yang membuatnya tidak

nyaman.

Pada pola seksual ibu mengatakan sebelum hamil dan selama

hamil pola seksualnya tidak menentu serta tidak ada gangguan dalam

pola seksualnya.

Menurut Ai Yeyeh Rukiyah (2009) dikaji untuk megetahui

pola hubungan seksual ibu, apakah ada keluhan atau tidak, frekuensi

hubungan, dan ada gangguan atau tidak selama hubungan. Jika

ditemukan masalah dalam hal ini maka sebaiknya bidan membantu

untuk mengatasi masalahnya dengan konseling yang lebih intensif.

Meningkatnya vaskularisasi pada vagina dan visera pelvis dapat

mengakibatkan meningkatnya sensitivitas seksual sehingga

meningkatkan hubungan intecouse.

Sehingga dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus karena Ny. K tidak ada gangguan

dalam pola seksualnya karena pola seksualnya tidak dilakukan

dengan rutin atau tidak menentu kapan waktunya

Pada pola istirahat ibu mengatakan selama hamil ini tidak ada

perubahan dalam pola istirahat. Tidur siang ± 2 jam dan malam ± 7-8

jam.

Menurut Ai Yeyeh Rukiyah (2009) berhubungan dengan

kebutuhan kalori pada masa kehamilan, mandi air hangat sebelum

tidur, tidur dalam posisi miring ke kiri, meletakkan beberapa bantal

untuk menyangga, pada ibu hamil ini sebaiknya banyak


menggunakan waktu luang untuk istirahat atau tidur agar dapat

memperbaiki sirkulasi darah. Rata-rata tidur malam yang normal 6-8

jam. Untuk tidur siang tidak semua wanita mempunyai kebiasaan

tidur siang. Oleh karena itu perlu kita sampaikan tidur siang sangat

penting untuk menjaga kesehatan selama hamil.

Hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus

karena N. K memiliki kebiasaan istirahat yang baik yaitu tidur siang

sekitar 2 jam dan tidur malam sekitar 7-8 jam sesuai dengan teori

rata-rata tidur malam yang normal.

7) Data Psikologis

Pada kasus ibu mengatakan sangat mengharapkan kelahiran

anaknya dan senang dengan kehamilan saat ini. suami dan keluarga

juga sangat senang dengan kehamilannya, dan ibu sudah siap

menjalani proses kehamilan ini sampai bayinya lahir nanti.

Menurut Ari Sulistyawati (2012) respon keluarga dalam

kehamilan ibu sangat penting untuk kenyamanan psikologis ibu.

Adanya resppon yang positif dari keluarga terhadap kehamilan akan

mempercepat proses adaptasi ibu dalam menerima peranannya.

Sehingga dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara

teori dengan kasus, karena respon ibu dan keluarga positif dengan

kehamilan Ny. K. Pasien dan keluarga sangat senang dengan

kehamilannya.

8) Data Perkawinan
Pada kasus Ny. K mengatakan ini status perkawinannya sah,

ini merupakan perkawinan pertama dan lama perkawinannya sekitar

17 tahun.

Menurut Ari Sukistyawati (2012) data ini penting untuk

dikaji karena dari data ini kita akan mendapatkan gambaran

mengenai suasana rumah tangga pasangan serta kepastian mengenai

siapa yang mendampingi persalinan. Pertanyaan yang dapat diajukan

seprti Berapa tahun usia ibu saat menikah pertama kali, status

perkawinan (sah/tidak), lama pernikahan, ini adalah suami yang ke

berapa. (Ari Sulistyawati, 2012)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus karena ini merupakan pernikahan pertama Ny.

K dan status pernikahannya sah.

9) Data Sosial Budaya

Pada kasus ibu mengatakan tidak percaya dengan mitos yang

ada dilingkungannya seperti membawa gunting yang digantungkan

diperut sebelah kiri dengan maksud untuk menjaga janin dari roh

halus.

Data ini ditanyakan dengan cara melakukan pendekatan pada

keluarga dan orangtua. Hal penting yang biasanya mereka anut

berkaitan dengan masa hamil adalah pantangan makanan pada ibu

hamil, membawa benda tajam seperti gunting kecil dan gunting

kuku. Adat ini akan sangat merugikan pasien dan janin karena hal
tersebut justru akan menghambat pertumbuhan dan membahayakan

ibu dan janin. (Ari Sulistyawati, 2012)

Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan

antara teori dengan kasus karena Ny. K tidak mempercayai mitos-

mitos seperti membawa benda-benda tajam untuk melindungi janin

dari roh halus.

b. Data Obyektif

Menurut Tuti Sukini (2016) data obyektif didapatkan dengan

melakukan pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan

tanda-tanda vital meliputi pemeriksaan khusus seperti inspeksi, palpasi,

auskultasi, perkusi dan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium,

radiologi/USG dan catatan terbaru serta catatan sebelumnya.

1) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum

Dari data yang diperoleh Ny. K dalam keadaan umum baik

karena pasien masih mampu berjalan sendiri.

Menurut Ari Sulistyawati (2012) dasar ini didapatkan

dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan.Hasil

pengamatan kita laporkan dengan kriteria jika baik pasien akan

memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan

orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami

ktegantungan dalam berjalan. Pasien dimasukkan dalam kriteria

lemah jika kurang atau tidak memberikan respon yang baik


terhadap lingkungan dan orang lain, dan pasien sudah tidak

mampu lagi untuk berjalan sendiri.

Sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori

dengan kasus karena pasien dalam keadaan umum baik karena

Ny. K mampu melakukan aktivitas sendiri tanpa bantuan suami

atau keluarga yang lainnya.

b) Kesadaran

Dari data yang diperoleh pada kasus Ny. K kesadarannya

composmentis dapat terlihat ketika dalam pemeriksaan pasien

masih mampu menerima pesan dari bidan dengan baik.

Menurut Ari Sulistyawati (2012) kesadaran dikaji untuk

mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, normalnya

kesadaran composmentis atau kesadaran maksimal sampai

dengan koma atau pasien tidak dalam keadaan sadar.

Sehingga dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara

teori dan kasus karena Ny. K dalam kesadaran composmentis

dapat terlihat ketika dalam pemeriksaan pasien mampu

merespon apa yang diucapkan bidan dengan baik.

c) Tanda-tanda Vital

Pada kasus Ny. K diperoleh hasil pemeriksaan tekanan

darah 110/70 mmHg, nadi 82x/menit, suhu tubuh 36,5°C,

respirasi 23x/menit.

Menurut Ari Sulistyawati (2012) pengukuran tanda-tanda

vital meliputi tekanan darah yang normalnya dibawah 140/90


mmHg, temperature normalnya 36-37°C, denyut nadi normalnya

60-90x/menit, dan respirasi 16-30x/menit.

Sehingga dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara

teori dengan kasus karena tanda-tanda vital Ny. K dalam batas

normal yaitu tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 82x/menit, suhu

badan 36,5oC, respirasi 23x/menit.

d) Tinggi badan

Pada kasus Ny. K didapatkan tinggi badan 149 cm.

Menurut Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) bila tinggi

badan < 145 cm, maka faktor resiko panggul sempit yang

kemungkinan sulit melahirkan secara normal.

Sehingga pada kasus ini tidak ada kesenjangan antara teori

dengan kasus karena Ny. K memiliki tinggi badan > 145 cm dan

tidak mengalami panggul sempit dibuktikan juga dengan

persalinan kedua anak sebelumnya secara spontan.

e) Berat badan

Pada kasus Ny. K berat badan sebelum hamil 51 kg dan

selama hamil mengalami kenaikan berat badan sebanyak 15 kg.

Menurut Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

penimbangan berat badan dilakukan setiap kali periksa, sejak

bulan ke-4 pertambahan berat badan paling sedikit 1 kg setiap

bulan.

Sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori

dan kasus karena berat badan Ny. K selama hamil mengalami


kenaikan sebanyak 15 kg atau setiap bulannya mengalami

kenaikan 1-3 kg.

f) Lingkar lengan atas (LILA)

Pada kasus lingkar lengan atas Ny. K adalah 25,5 cm.

Menurut Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Kemenkes RI (2016) bila < 23,5 cm menunjukkan ibu hamil

menderita Kurang Energi Kronis (ibu hamil KEK) dan beresiko

melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

Sehingga dapat disimpulkan tidak ada kesenjangan

antara teori dengan kasus, karena lingkar lengan atas Ny. K

dalam batas normal yaitu 25,5 cm dan tidak tergolong dalam

resiko melahirkan bayi dengan BBLR.

2) Pemeriksaan Obstetri

a) Inspeksi (Payudara, Abdomen)

Hasil pemeriksaan obstetri Ny. K didapatkan pemeriksaan

inspeksi pada payudara yaitu simestris, puting susu menonjol,

kolostrum/ASI belum keluar, kebersihan terjaga. Pada abdomen

terdapat linea nigra dan tidak ada strie gravidarum.

Menurut Ari Sulistyawati (2012) mengatakan bahwa

pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan

robeknya serabut elastis dibawah kulit, sehingga menimbulkan

striae gravidarum. Kulit perut pada linea alba bertambah

pigmentasinya disebut sebagai linea nigra. Pada payudara akan

mengalami perubahan bertambah besar, tegang, dan berat.


Hal ini sesuai dengan kasus sehingga tidak terdapat

kesenjangan antara teori dengan kasus karena dalam

pemeriksaan inspeksi pada Ny. K didapatkan hasil payudara

terlihat hiperpigmentasi pada areola dan puting susu menonjol,

pada abdomen terdapat linea nigra.

b) Palpasi

Dari kasus Ny. K pada umur kehamilan 38 minggu lebih 2

hari dilakukan pengukuran TFU yaitu 30 cm. Pada pemeriksaan

leopold didapatkan letak janin normal kepala berada dibawah

dan punggung bayi berada disebelah kiri perut ibu.

Menurut Amru Sofian (2011) cara menentukan tuanya

usia kehamilan dan berat badan janin dalam kandungan dengan

jalan mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis.

Tabel 2.1 TFU menurut Spiegelberg


Usia Tinggi Fundus Uteri (TFU)
kehamilan
(minggu)
22-28 24-25 cm diatas simfisis
29 26,7 cm diatas simfisis
30 29,5-30 cm diatas simfisis
32 29,5-30 cm diatas simfisis
34 31 cm diatas simfisis
36 32 cm diatas simfisis
38 33 cm diatas simfisis
40 37,7 cm diatas simfisis
Menurut Amru Sofian (2011) pemeriksaan palpasi juga dilakukan untuk
menentukan letak janin. Pada pemeriksaan leopold I bertujuan untuk menentukan
letak janin yang berada pada bagian fundus (kepala atau bokong), leopold II
menentukan batas samping kanan dan kiri rahim (punggung), leopold III
menentukan bagian terbawah janin (normalnya kepala), dan leopold IV
menentukan sudah seberapa jauh bagian terbawah janin memasuki pintu atas
panggul (PAP).
Sehingga dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat kesenjangan
antara teori dengan kasus karena tinggi fundus uteri Ny. K pada usia kehamilan 38
minggu 2 hari adalah 30 cm, sedangkan pada teori ukuran TFU 30 cm berada
pada usia kehamilan antara 30-32 minggu. Pada pemeriksaan leopold tidak
terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus karena bagian terbawah janin
adalah kepala dan sudah masuk panggul sesuai dengan teori tersebut.

c) Auskultasi

Pada kasus Ny. K dilakukan pemeriksaan denyut jantung

janin dengan hasil 138x/menit.

Menurut Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu

hamil. Denyut jantung janin dapat terdengar pada usia

kehamilan 16 minggu. Normalnya 120-160x/menit.

Sehingga pada kasus Ny. K tidak terdapat kesenjangan

antara teori dengan kasus karena denyut jantung janin dalam

batas normal yaitu 138x/menit.

3) Pemeriksaan Laboratorium

Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan penunjang pada Ny. K

hemoglobin 11,4 gr%, golongan darah A, hbsAg Non Reaktif (NR),

HIV Non Reaktif (NR), siphilis Non Reaktif (NR).

Menurut Manuaba (2010) untuk menegakkan diagnosa

anemia kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa. Pada

anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata

berkunang-kunang, pucat. Pada pemeriksaan penunjang dapat

dilakukan dengan menggunakan alat Hb Sahli yang dapat

digolongkan anemia ringan yaitu Hb 9-10 gr%, anemia sedang yaitu

Hb 7-8 gr%, dan anemia berat < 7 gr%.


Pada kasus Ny. K ini tidak ada kesenjangan antara teori

dengan kasus karena Hemoglobin dalam batas normal yaitu 11,4

gr% dan pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil konjungtiva dan

kuku tidak pucat sehingga Ny. K tidak mengalami anemia.

2. Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau

masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan.

Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat

merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. (Tuti Sukini, 2016)

Menurut Manuaba (2010) kehamilan resiko tinggi merupakan

keadaan yang dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada

kehamilan yang dihadapi seperti primi muda, primi tua, anak terkahir < 2

tahun, grandemultipara, umur lebih dari 35 tahun, tinggi badan kurang

dari 145 cm, riwayat obstetri jelek.

Pada kasus Ny. K ini interpretasi data berdasarkan data subyektif

dan data obyektif didapatkan diagnosa kebidanan (nomenklatur) sebagai

berikut Ny. K umur 37 tahun G3 P2 A0 hamil 38 minggu lebih 2 hari

janin tunggal hidup intra uterin letak memanjang punggung kiri

presentasi kepala divergen dengan kehamilan faktor resiko.

Berdasarkan data tersebut, maka tidak ditemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus karena kehamilan Ny. K termasuk dalam

kehamilan resiko tinggi karena faktor umur.

3. Diagnosa Potensial
Pada kasus ini diagnosa potensial yang terjadi adalah perdarahan,

serotinus, dan air ketuban keruh.

Menurut Sri Widatiningsih (2017) seorang wanita yang telah

mencapai usia 35 tahun atau lebih pada saat hamil, pada usia tersebut

mudah terjadi penyakit pada ibu dan organ kandungan yang menua, jalan

lahir tambah kaku. Ada kemungkinan besar ibu hamil mendapatkan anak

cacat, terjadi persalinan macet, perdarahan, kelainan letak pada bayi,

persalinan lama, robekan rahim, tekanan darah tinggi atau preeklampsia.

Namun dalam hal ini Ny. K tidak mengalami salah satu diantara

diagnosa potensial yang telah disebutkan.

4. Antisipasi Penanganan Segera

Menurut Manuaba (2010) keuntungan pengawasan antenatal

adalah diketahuinya secara dini keadaan resiko tinggi ibu dan janin,

sehingga dapat melakukan pengawasan yang lebih intensif, memberikan

pengobatan sehingga resikonya dapat dikendalikan, melakukan rujukan

untuk mendapatkan tindakan yang adekuat.

Pada kasus Ny. K ini membutuhkan antisipasi penanganan segera

yaitu dengan menganjurkan ibu untuk melahirkan di pelayanan kesehatan

seperti Puskesmas dan Rumah Sakit.

Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan

kasus karena Ny. K bersalin di Rumah Sakit.

5. Intervensi

Pada langkah ini penulis melakukan intervensi sesuai dengan

kebutuhan Ny. K yaitu beritahu ibu hasil pemeriksaan, beritahu ibu


penyebab sering buang air kecil dan kenceng-kenceng, beritahu ibu cara

mengatasi keluhan yang dialami, beritahu ibu tentang tanda bahaya

kehamilan trimester III, beritahu ibu tanda-tanda persalinan, beritahu ibu

tentang persiapan persalinan, anjurkan ibu untuk memberikan ASI

Eksklusif, berikan motivasi KB kepada ibu, anjurkan ibu untuk

melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi.

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan

oleh langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh

tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien

tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap apa yang

diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan,

konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah

yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah psikologis.

(Tuti Sukini, 2016)

Pada kasus Ny. K asuhan direncanakan sesuai dengan kebutuhan

pasien dan tidak ada kesenjangan, karena intervensi yang dibuat sesuai

dengan teori bahwa direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan

oleh langkah-langkah sebelumnya dan memberikan intervensi terhadap

perkiraan yang mungkin terjadi berikutnya.

6. Implementasi

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti apa yang telah

diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.

Perencanaan ini bisa dilakukan seluruh bidan atau sebagian oleh klien

atau anggota tim kesehatan lainnya. (Tuti Sukini, 2016)


Pada kasus ini penulis melakukan implementasi sesuai dengan

kebutuhan Ny. K yaitu memberitahu ibu hasil pemeriksaan dalam batas

normal yaitu tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 82x/menit, Respirasi

23x/menit, Suhu badan 36,5◦C, TFU 30 cm, DJJ 138x/menit, bagian atas

perut ibu (leopold I) teraba bokong bayi, bagian kiri perut ibu (leopold II)

teraba punggung janin, dan bagian bawah perut ibu (lepold III) teraba

kepala janin. Pada leopold IV kepala bayi tidak dapat digoyangkan

karena sudah masuk panggul (divergen).

Menurut Rita Yulifah (2013) pengukuran tanda-tanda vital

meliputi tekanan darah yang normalnya dibawah 140/90 mmHg,

temperature normalnya 36-37°C, denyut nadi normalnya 60-90x/menit,

dan respirasi 16-30x/menit.

Sehingga dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan

kasus karena hasil pemeriksaan dalam batas normal.

Memberitahu ibu penyebab dari sering buang air kecil karena

kandung kemih tertekan oleh kepala bayi dan sering kenceng-kenceng

disebabkan karena pergerakan bayi didalam perut atau kontraksi

menjelang persalinan.

Menurut Ummi Hani (2011) sering BAK terjadi karena

pembesaran uterus yang menekan kandung kemih menyebabkan rasa

ingin berkemih walaupun kandung kemih hanya berisi sedikit urine.

Sehingga dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori

dengan kasus. Karena sering BAK merupakan kejadian yang fisiologis,

dan pasien sudah mengetahui penyebab dari keluhannya.


Memberitahu ibu cara mengatasi keluhan yaitu mengurangi minum

dimalam hari dan perbanyak minum disiang hari. Sedangkan untuk

mengatasi kenceng-kenceng ibu dapat tarik nafas panjang dan tidur

dengan posisi miring ke kiri.

Menurut Ummi Hani (2011) penyebab BAK dapat diatasi dengan

memberikan KIE tentang penyebab sering BAK, kosongkan kandung

kemih ketika ada dorongan ingin berkemih, perbanyak minum pada siang

hari, jangan kurangi minum dimalam hari kecuali menggangu tidur dan

mngalami kelelahan, hindari minum kopi atau teh sebagai deuresis.

Sehingga dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori

dan kasus, karena pasien memahami dan melaksanankan anjuran yang

disampaikan oleh bidan terkait cara mengatasi keluhannya.

Memberitahu ibu tanda bahaya pada kehamilan trimester III yaitu

perdarahan, pandangan mata kabur, bengkak pada wajah, tangan, dan

kaki, pusing kepala yang hebat, tekanan darah > 140/90 mmHg, protein

urine + gerakan janin kurang, air ketuban pecah sebelum waktunya.

Menurut Ai Yeyeh Rukiyah (2009) tanda-tanda bahaya selama

periode antenatal adalah perdarahan pervaginam, sakit kepala yang hebat,

bengkak pada wajah dan tangan, gerakan bayi berkurang, pandangan

kabur atau rabun senja.

Sehingga dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori

dan kasus, karena pasien mengetahui apa saja tanda bahaya pada masa

kehamilan dan tidak ditemukan salah satu atau lebih tanda bahaya

tersebut pada Ny. K.


Memberitahu ibu tentang tanda-tanda persalinan yaitu

mengeluarkan lendir bercampur darah dan kenceng-kenceng yang teratur.

Menurut Jenny J.S Sondakh (2013) tanda-tanda persalinan meliputi

terjadinya his persalinan yaitu pinggang terasa sakit dan menjalar ke

depan, sifatnya teratur, interval semakin pendek, dan kekuatan semakin

besar, semakin beraktivitas (jalan) kekuatan akan semakin bertambah,

pengeluaran lendir darah, pengeluaran cairan (ketuban), didapatkan hasil

pada pemeriksaan dalam.

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa pasien sudah mengetahui

tanda-tanda persalinan dan pasien sedang merasakan salah satu tanda

tersebut yaitu kenceng-kenceng namun sifatnya belum teratur.

Memberitahu ibu tentang persiapan persalinan yaitu ibu

mengetahui tanggal perkiraan persalinan, persiapan tabungan bersalin,

merencanakan ingin bersalin dimana, mencari pendonor darah untuk

persiapan apabila terjadi kegawatdaruratan kekurangan darah, persiapan

kendaraan, persiapan jaminan kesehatan berupa BPJS aktif.

Menurut Kemenkes RI (2016) persiapan persalinan meliputi

tanyakan pada bidan atau dokter tanggal perkiraan persalinan, siapkan

lebih dari 1 orang yang memiliki golongan darah yang sama dan bersedia

menjadi pendonor jika diperlukan, persiapkan tabungan atau dana

cadangan untuk biaya persalinan dan biaya lainnya, suami, keluarga, dan

masyarakat menyiapkan kendaraan jika sewaktu-waktu diperlukan,

rencanakan melahirkan ditolong oleh doter atau bidan di fasilitas

kesehatan, siapkan KTP, Kartu Keluarga, Kartu Jaminan Kesehatan


Nasional dan keperluan lain untuk ibu dan bayi, rencanakan ikut KB

setelah bersalin. Tanyakan ke petugas kesehatan cara ber-KB.

Sehingga dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori

dan kasus karena Ny. K mengetahui apa saja yang perlu disiapkan untuk

proses persalinannya nanti.

Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada

banyinya nanti ketika sudah lahir sampai usia 6 bulan tanpa diberikan

tambahan makanan atau minuman apapun.

Memberikan motivasi KB kepada ibu agar menggunakan Metode

Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) atau Kontrasepsi Mantap

MOW/MOP karena usia ibu sudah lebih dari 35 tahun. Dan

menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi.

7. Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang

sudah diberikan meliputi pemenuhan lkebutuhan akan bantuan apakah

benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan. Rencana tersebut dianggap

efektif apabila benar efektif dalam pelaksanaannya. (Tuti Sukini, 2016)

Pada langkah ini penulis melakukan evaluasi terhadap kasus Ny. K

yaitu ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaannya dalam batas normal

yairu tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi 82x/menit, Respirasi 23x/menit,

Suhu badan 36,5◦C, TFU 30 cm, DJJ 138x/menit, bagian atas perut ibu

teraba bokong bayi, bagian kiri perut ibu teraba punggung janin, dan

bagian bawah perut ibu teraba kepala janin. Pada leopold IV kepala bayi

tidak dapat digoyangkan karena sudah masuk panggul.


Ibu sudah mengetahui penyebab dari sering buang air kecil yaitu

karena tekanan oleh kepala bayi dan kenceng-kenceng disebabkan karena

kontraksi menjelang persalinan. Dan ibu sudah melakukan cara

mengatasi keluhan yang dialami dengan mengurangi minum pada malam

hari.

Ibu sudah mengetahui tanda bahaya pada kehamilan trimester III

dan tidak ditemukan salah satu tanda bahaya pada Ny. K.

Ibu sudah mengetahui tentang persiapan persalinan dan ibu sudah

mempersiapkan keperluan untuk proses persalinannya seperti tabungan

atau dana cadangan untuk biaya persalinan dan biaya lainnya (berupa

BPJS), ibu memiliki rencana melahirkan di Puskesmas, ibu sudah

menyiapkan fotocopy KTP, Kartu Keluarga, Kartu Jaminan Kesehatan

Nasional dan keperluan lain untuk ibu dan bayi.

Ibu sudah mengetahui tanda-tanda persalinan seperti kenceng-

kenceng yang teratur, mengeluarkan lendir bercampur darah. Namun

pada Ny.K baru didapatkan salah satu tanda persalinan yaitu ibu

merasakan kenceng-kenceng tetapi belum mengeluarkan lendir

bercampur darah.

Ibu bersedia untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya jika

sudah lahir nanti.Ibu sudah tahu dan bersedia untuk menggunakan

kontrasepsi jangka panjang jika usia bayinya sudah 2 tahun. Dan ibu

bersedia melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi.


DATA PERKEMBANGAN I
(KUNJUNGAN ANC KE-2)

Tanggal : 13 Agustus 2018


Pukul : 16.00 WIB
Tempat : Rumah Ny. K

1. Subyektif

Pada kasus ibu mengatakan masih sering kenceng-kenceng.

Menurut Jenny J.S Sondakh (2013) sifat his persalinan yaitu

pinggang terasa sakit dan menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval

semakin pendek, dan kekuatan semakin besar, semakin beraktivitas (jalan)

kekuatan akan semakin bertambah.

Dalam data subyektif ini dapat disimpulkan bahwa ibu mengalami

salah satu tanda-tanda menjelang persalinan yaitu kenceng-kenceng sesuai

dengan usia kehamilan yang sudah aterm sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dengan kasus.

2. Obyektif

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan hasil

keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 100/70

mmHg, TFU 29 cm, DJJ 137x/menit. Leopold I teraba bulat, lunak,

kemungkinannya bokong. Leopold II pada bagian kiri teraba panjang, ada

tahanan kemungkinannya punggung dan sebelah kanan teraba bagian

kecil-kecil kemungkinannya ekstremitas. Leopold III teraba bulat, keras,


kemungkinannya kepala. Leopold IV kepala sudah masuk panggul tidak

dapat digoyangkan (divergen).

Menurut Rita Yulifah (2013) pengukuran tanda-tanda vital

meliputi tekanan darah yang normalnya dibawah 140/90 mmHg,

temperature normalnya 36-37°C, denyut nadi normalnya 60-90x/menit,

dan respirasi 16-30x/menit.

Sehingga dalam hal ini dapat disimpulkan keadaan Ny. K dalam

batas normal.

3. Assesment

Menurut Ari Sulistyawati (2012) masalah atau diagnosa ditegakkan

berdasarkan data atau informasi subyektif maupun obyektif yang

dikumpulkan atau disimpulkan.

Ny. K umur 37 tahun G3 P2 A0 hamil 38 minggu+5 hari janin

tunggal, hidup intra uterin, letak memanjang, punggung kiri, presentasi

kepala, divergen, dengan kehamilan faktor resiko.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara

teori dengan kasus karena diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil dari

anamnesa dan pemeriksaan pada saat kunjungan.

4. Penatalaksanaan

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan dalam

keadaan normal. Tekanan darah 100/70 mmHg, TFU 29 cm, DJJ

137x/menit. Pada bagian fundus kemungkinannya bokong bayi. Pada

bagian kiri perut ibu kemungkinannya punggung bayi dan sebelah kiri

kemungkinannya ekstremitas. Pada bagian bawah perut ibu


kemungkinannya kepala bayi dan sudah masuk panggul.Dapat

disimpulkan bahwa ibu sudah mengetahui keadaan ibu dalam batas

normal.

Menganjurkan ibu untuk tarik nafas panjang jika kenceng-kenceng

agar rasa nyeri lebih berkurang.Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa

ibu telah melakukan anjuran bidan untuk tarik nafas panjang jika terasa

kenceng-kenceng.

Menganjurkan ibu untuk tetap minum tablet tambah darah 1xsehari

pada malam hari dan calcium lactate 2x sehari. Dalam hal ini didapatkan

hasil bahwa ibu rutin minum tablet tambah darah 1x sehari dan calcium

lactate 2x sehari.Menganjurkan ibu untuk jalan-jalan dipagi hari.Dalam hal

ini didapatkan hasil bahwa ibu rajin melakukan aktivitas.

Mengingatkan kepada ibu tentang persiapan persalinan yaitu

tabulin berupa BPJS aktif, fotocopy Kartu Keluarga, fotocopy buku KIA,

KTP, perlengkapan ibu dan bayi.

Menurut Kemenkes RI (2016) persiapan persalinan meliputi

tanyakan pada bidan atau dokter tanggal perkiraan persalinan, siapkan

lebih dari 1 orang yang memiliki golongan darah yang sama dan bersedia

menjadi pendonor jika diperlukan, persiapkan tabungan atau dana

cadangan untuk biaya persalinan dan biaya lainnya, suami, keluarga, dan

masyarakat menyiapkan kendaraan jika sewaktu-waktu diperlukan,

rencanakan melahirkan ditolong oleh doter atau bidan di fasilitas

kesehatan, siapkan KTP, Kartu Keluarga, Kartu Jaminan Kesehatan

Nasional dan keperluan lain untuk ibu dan bayi, rencanakan ikut KB
setelah bersalin. Tanyakan ke petugas kesehatan cara ber-KB. Sehingga

dalam hal ini dapat disimpulkan tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus, karena ibu sudah menyiapkan semua keperluan untuk proses

persalinannya.
DATA PERKEMBANGAN II
(KUNJUNGAN ANC KE-3)

Tanggal : 20 Agustus 2018


Pukul : 16.00 WIB
Tempat : BPM Ny. K

1. Subyektif

Ibu mengatakan kenceng-kenceng yang semakin sering 2 kali

dalam 10 menit, ibu mengatakan belum mengeluarkan lendir bercampur

darah.

Menurut Jenny J.S Sondakh (2013) terjadinya his persalinan

mengakibatkan terjadinya perubahan pada serviks yang akan

menimbulkan pendataran dan pembukaan, pembukaan menyebabkan

lendir yang terdapat pada kalanis servikalis lepas, maka terjadi perdarahan

karena kapiler pembuluh darah pecah.

Sehingga pada data subyektif ini dapat disimpulkan bahwa Ny. K

belum dalam proses inpartu karena kenceng-kenceng yang dialami Ny. K

tidak disertai dengan pengeluaran lendir darah.

2. Obyektif

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan hasil

keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 110/70

mmHg, TFU 29cm, DJJ 134x/menit, berat badan 63kg. Leopold I teraba

bulat, lunak, kemungkinannya bokong. Leopold II pada bagian kiri teraba

panjang, ada tahanan kemungkinannya punggung dan sebelah kanan


teraba bagian kecil-kecil kemungkinannya ekstremitas. Leopold III teraba

bulat, keras, kemungkinannya kepala. Leopold IV kepala sudah masuk

panggul tidak dapat digoyangkan (divergen).

Menurut Rita Yulifah (2013) pengukuran tanda-tanda vital

meliputi tekanan darah yang normalnya dibawah 140/90 mmHg,

temperature normalnya 36-37°C, denyut nadi normalnya 60-90x/menit,

dan respirasi 16-30x/menit.

Menurut Amru Sofian (2011) pemeriksaan palpasi juga dilakukan

untuk menentukan letak janin. Pada pemeriksaan leopold I bertujuan untuk

menentukan letak janin yang berada pada bagian fundus (kepala atau

bokong), leopold II menentukan batas samping kanan dan kiri rahim

(punggung), leopold III menentukan bagian terbawah janin (normalnya

kepala), dan leopold IV menentukan sudah seberapa jauh bagian terbawah

janin memasuki pintu atas panggul (PAP).

Sehingga dalam hal ini dapat disimpulkan keadaan Ny. K dalam

batas normal karena dari hasil pemeriksaan palpasi posisi janin normal

kepala berada di bawah dan sudah masuk panggul.

3. Assesment

Menurut Ari Sulistyawati (2012) masalah atau diagnosa ditegakkan

berdasarkan data atau informasi subyektif maupun obyektif yang

dikumpulkan atau disimpulkan.

Ny. K umur 37 tahun G3 P2 A0 hamil 39 minggu+5 hari janin

tunggal, hidup intra uterin, letak memanjang, punggung kiri, presentasi

kepala, divergen, dengan kehamilan faktor resiko.


Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara

teori dengan kasus karena diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil dari

anamnesa dan pemeriksaan pada saat kunjungan.

4. Penatalaksanaan

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan dalam

batas normal. Tekanan darah 110/70 mmHg, TFU 29cm, DJJ 134x/menit,

berat badan 63kg. Pada bagian atas perut ibu kemungkinannya bokong

bayi. Pada bagian kiri perut ibu kemungkinannya punggung bayi dan

sebelah kiri kemungkinannya ekstremitas. Pada bagian bawah perut ibu

kemungkinannya kepala bayi dan sudah masuk panggul.Dalam hal ini

dapat disimpulkan bahwa ibu sudah mengetahui keadaan ibu dalam batas

normal.

Memberitahu ibu untuk tarik nafas panjang atau tidur miring kiri jika

kenceng-kenceng.Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa ibu telah

melakukan anjuran bidan untuk tarik nafas panjang jika terasa kenceng-

kenceng.Menganjurkan ibu untuk jalan-jalan dipagi hari.Dalam hal ini

didapatkan hasil bahwa ibu rajin melakukan aktivitas seperti jalan-jalan

dipagi hari.Menganjurkan ibu untuk tetap minum tablet tambah darah 1x

sehari pada malam hari dan calcium lactate 2x sehari.

Menurut Kemenkes RI (2016) Ibu hamil sejak awal kehamilan

minum 1 tablet tambah darah setiap hari minimal selama 90 hari. Tablet

tambah darah diminum pada malam hari untuk mengurangi rasa

mual.Dalam hal ini didapatkan hasil bahwa ibu rutin minum tablet tambah

darah 1x sehari dan calcium lactate 2x sehari.


Menganjurkan ibu untuk datang ke pelayanan kesehatan apabila ada

tanda-tanda persalinan seperti kenceng-kenceng yang semakin teratur dan

mengeluarkan lendir bercampur darah.Dalam hal ini dapat disimpulkan

bahwa ibu bersedia untuk datang ke pelayanan kesehatan apabila

merasakan kenceng-kenceng yang semakin teratur dan mengeluarkan

lendir bercampur darah.

B. Asuhan Kebidanan pada Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)

yang dapat hidup diluar uterus melalui vagina ke dunia luar. Proses tersebut

dapat dikatakan normal atau spontan jika bayi yang dilahirrkan berada ada

posisi letak belakang kepala dan berlangsung tanpa bantuan alat-alat atau

pertolongan serta tidak melukai ibu atau bayi. (Jenny J.S Sondakh, 2013)

Sectio cesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat

sayatan pada dinding uterus melalui depan perut. (Amru Sofian, 2011)

Adapun indikasi dilakukan sectio caesarea diantaranya plasenta previa

sentralis dan lateral, panggul sempit, disproporsi sefaloselvik yaitu

ketidakseimbangan antara ukuran kepala bayi dengan ukuran panggul, rupture

uteria mengancam, partus lama, partus tak maju, distosia serviks, preeklamsia

dan hipertensi, malpresentasi janin. (Amru Sofian, 2011)

Pada kasus Ny. K proses persalinan dilakukan dengan rencana sectio

caesarea di RSUD Suradadi pada tanggal 29 Agustus 2018 dengan indikasi

gagal dalam induksi persalinan. Ny. K diberi surat rujukan dari puskesmas

untuk melakukan pemeriksaan USG di RSUD Suradadi. Setelah dilakukan


pemeriksaan di Rumah Sakit, dokter menganjurkan untuk dilakukan induksi

persalinan karena air ketuban sudah berkurang.

Pada tanggal 27 Agustus 2018 pukul 12.00 WIB hari pertama

dilakukan induksi persalinan pembukaan hanya 1 cm. Tanggal 28 Agustus

2018 hari kedua pembukaan masih sama 1 cm. Tanggal 29 Agustus 2018

pukul 05.00 pembukaan 3 cm dan dokter menganjurkan untuk dilakukan

Sectio Cesarea (SC). Pada tanggal 29 Agustus 2018 pukul 12.33 WIB bayi

lahir secara SC dengan berat lahir 2.600 gram dan panjang badan 45 cm.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa pertolongan persalinan pada kasus

Ny. K dengan sectio caesarea adalah tepat karena air ketuban sudah

berkurang dan gagal dalam induksi persalinan dengan fase pembukaan kala 1

yang lama.

Proses persalinan pada Ny. k terjadi pada usia kehamilan 41 minggu.

Menurut teori serotinus merupakan suatu kondisi kehamilan dimana

persalinan terjadi pada minggu ke 42 atau lebih. Hasil USG menunjukkan

tanda adanya penurunan kondisi ketuban yang mulai berkurang. Menurut

Sujiyatini (2009) pemeriksaan penunjang pada kehamilan lewat waktu yaitu

USG untuk menilai usia kehamilan, jumlah air ketuban oligohidramnion atau

tidak, gerakan janin, dan keadaan maturitas plasenta. Atas hasil temuan dari

Dr. SPOG mulai didapatkan advice untuk dilakukan induksi persalinan.

Induksi persalinan merupakan suatu upaya agar persalian mulai berlangsung

sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang

timbulnya his. Namun pada tindakan induksi persalinan terhadap Ny. K yang

dilakukan selama 3 hari tidak berhasil (gagal). Hasil penelitian Setianingsih


pada tahun 2015 menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara

tingkat kematangan serviks (skor bishop) dengan keberhasilan induksi

persalinan dengan nilai P = 0,05. Penelitian tersebut dilakukan pada 70 ibu

bersalin dengan kehamilan postterm di RSUD Dr. R. Koesma Tuban

sebanyak 41 responden (73,22%) yang berhasil diinduksi persalinan

mempunyai skor bishop yang matang. Sedangkan 13 responden (92,86%)

yang mengalami kegagalan induksi persalinan mempunyai skor bishop yang

tidak matang. Dari penelitian tersebut, dapat diperkirakan bahwa kegagalan

induksi persalinan pada Ny. K disebabkan belum matangnya serviks.

C. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) merupakan masa pemulihan setelah melalui

masa kehamilan dan persalinan yang dimulai sejak setelah lahirnya plasenta

dan berakhir ketika alat-alat reproduksi kembali dalam kondisi wanita tidak

hamil, rata-rata berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. (Esti Handayani,

2016)

1. Nifas 3 hari post SC

Asuhan yang diberikan pada kunjungan nifas 3 hari ini yaitu

memastikan involusi uteri normal, menilai adanya tanda-tanda demam,

infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu mendapat cukup

makanan, cairan dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik dan

tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit, mengajarkan cara asuhan

bayi, rawat tali pusat,menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-

hari. (Esti Handayani, 2016)

a. Subyektif
Pada kunjungan nifas 3 hari post SC didapatkan data

subyektif Ny. K mengatakan nyeri bekas luka operasi. Selama nifas

ibu tidak mempunyai pantangan makanan, tidak pernah minum obat-

obatan selain dari tenaga kesehatan. Pada waktu nifas ibu makan 3-4

kali dalam sehari, porsinya 1 piring, jenisnya beragam, minumnya 7-

8 gelas sehari, jenisnya air putih dan teh, serta tidak ada gangguan.

Ibu mengatakan selama masa nifas bisa BAB pada hari ketiga,

berwana kecokelatan, konsistensi agak keras, BAK 4x/hari, warna

kuning jernih.

Menurut Esti Handayani (2016) kalori untuk memenuhi

kebutuhan ibu dan produksi ASI sebanyak 2700-2900 kalori

(tambahan 500 kalori). Untuk pola eliminasi kandung kemih harus

segera dikosongkan pasca melahirkan paling lama dalam waktu 6

jam dan dalam 24 jam pertama juga harus buang air besar karena

semakin lama feses tertahan dalam usus maka akan semakin sulit

baginya untuk buang air besar secara lancar.

Sehingga pada data subyektif ini dapat disimpulkan bahwa

kebutuhan makanan ibu terpenuhi dengan baik, pada pola eliminasi

juga sudah lancar ibu sudah bisa BAB tidak lebih dari 3 hari.

b. Obyektif

Dari hasil pemeriksaan 3 hari post SC pada Ny. K didapatkan

hasil keadaan umum baik, tanda-tanda vital tekanan darah 110/80

mmHg, nadi 85x/menit, suhu 36,6◦C, respirasi 23x/menit, ASI sudah


keluar, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus keras, PPV lochea

rubra warna kemerahan berbau khas.

Menurut Yefi Marliandiani (2015) lochea rubra timbul pada

hari 1-3 postpartum berisi darah segar bercampur darah sel desidua,

verniks kaseosa, lanugo, sisa mekonium, sisa selaput ketuban, dan

sisa darah.

Sehingga pada data obyektif ini tidak terdapat kesenjangan

antara teori dengan kasus, karena pada hari ketiga lochea masih

berwarna merah (lochea rubra) dalam batas normal.

c. Assesment

Menurut Ari Sulistyawati (2012) masalah atau diagnosa

ditegakkan berdasarkan data atau informasi subyektif maupun

obyektif yang dikumpulkan atau disimpulkan.

Dari hasil analisis data subyektif dan obyektif maka dapat

disimpulkan diagnosa Ny.K umur 37 tahun P3 A0 3 hari post SC

dengan nifas normal.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan

antara teori dengan kasus karena diagnosa ditegakkan berdasarkan

hasil dari anamnesa dan pemeriksaan pada saat kunjungan.

d. Penatalaksanaan

Asuhan yang diberikan pada Ny. K untuk 3 hari masa nifas

adalah memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

yaitu tekanan darah 110/80 mmHg, suhu 36,6◦C, respirasi 23x/menit,


nadi 85x/menit, kondisi ibu baik, TFU 2 jari dibawah pusat,

kontraksi keras, PPV lochea rubra berwarna merah bau khas.

Memberitahu ibu tentang tanda bahaya masa nifas yaitu

demam tinggi lebih dari 38◦C, pengeluaran pervaginam berbau

busuk, perdarahan, ibu terasa lemas dan pucat, pembengkakan pada

wajah, tangan, dan kaki, penglihatan kabur, nyeri kepala yang hebat,

perasaan tidak ingin mengurus bayinya, kehilangan nafsu makan.

Menganjurkan ibu untuk tidak ada pantangan apapun dan

makan makanan yang tinggi protein seperti ikan, telur, karena

makanan tersebut dapat membantu proses pemulihan luka bekas

operasi. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup dan makan

makanan bergizi agar produksi ASI lancar. Menganjurkan ibu untuk

menjaga kebersihan diri yaitu mandi minimal 2 kali sehari, ganti

pembalut minimal 2-3 kali sehari dan menjaga luka bekas operasi

agar tetap kering dan tidak terkena air.

Menurut Manuaba (2010) tanda bahaya yang dapat terjadi

pada ibu nifas yaitu infeksi pada luka bekas operasi, keluar cairan

berbau dari jalan lahir, suhu badan meningkat lebih dari 39°C,

gangguan pada involusi uterus, terjadinya bendungan ASI, mastitis

dan abses pada payudara.

Sehingga dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara

teori dan kasus karena tidak ditemukan tanda-tanda bahaya pada Ny.

K. Hasil pemeriksaan menunjukkan involusi uterus berjalan normal


TFU berada 2 jari dibawah pusat, lochea dalam batas normal, tanda-

tanda vital dalam batas normal, asupan nutrisi terpenuhi dengan baik.

2. Nifas 7 hari post SC

Asuhan yang diberikan pada kunjungan nifas 7 hari ini yaitu

memastikan involusi uteri normal, menilai adanya tanda-tanda demam,

infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu mendapat cukup

makanan, cairan dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik dan

tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit, mengajarkan cara asuhan

bayi, rawat tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi

sehari-hari. (Esti Handayani, 2016)

a. Subyektif

Data subyektif yang didapatkan pada kunjungan nifas 7 hari

pada Ny. K adalah ibu mengatakan tidak ada keluhan. Ibu

mengatakan BAB 1x sehari berwarna kecoklatan, konsistensi agak

keras, BAK 5x/hari, berwarna kuning jernih, tidak ada gangguan. Ibu

melakukan aktivitas rumah tangga seperti menyapu dan mencuci

piring. Sehari mandi 2x, gosok gigi 3x, ganti baju 2x, mengganti

pembalut 2x sehari, dan keramas 3x seminggu. Ibu sudah tahu cara

merawat bayinya.

Menurut Esti Handayani (2016) ibu dianjurkan untuk

membersihkan daerah vulva dan perianal dengan arah dari depan

(mons pubis) kearah belakang (perianal) dengan menggunakan sabun

dan air. Untuk mencegah terjadinya infeksi maka ibu diharapkan

mengganti pembalut 2 kali per hari.


Sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus karena ibu sudah mampu merawat dirinya dengan personal

hygiene yang baik.

b. Obyektif

Hasil pemeriksaan yang didapatkan pada Ny. K di kunjungan

7 hari post SC adalah keadaan umum baik, tanda-tanda vital tekanan

darah 110/80 mmHg, nadi 82x/menit, respirasi 22x/menit, suhu

badan 36,5◦C, mata simetris, konjungtiva tidak pucat, seclera putih,

puting susu menonjol, ASI kurang lancar, TFU pertengahan pusat

dan simfisis, kontraksi keras, PPV lochea sanguinolenta warna

coklat tua bau khas. Pada ekstremitas atas dan bawah tidak edema

dan tidak ada varises.

Menurut Yefi Marliandiani (2015) lochea sanguinolenta

timbul pada hari ke 3-7 postpartum berupa sisa darah bercampur

lendir berwarna kecokelatan.

Sehingga pada data obyektif ini tidak ditemukan kesenjangan

antara teori dan kasus karena proses involusi uteri berjalan dengan

normal, pengeluaran pervaginam dalam batas normal yaitu berwarna

coklat tua, dan tanda-tanda vital dalam batas normal.

c. Assesment

Menurut Ari Sulistyawati (2012) masalah atau diagnosa

ditegakkan berdasarkan data atau informasi subyektif maupun

obyektif yang dikumpulkan atau disimpulkan.


Dari hasil analisis data subyektif dan obyektif maka dapat

disimpulkan diagnosa Ny.K umur 37 tahun P3 A0 post SC 7 hari

dengan nifas normal.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan

antara teori dengan kasus karena diagnosa ditegakkan berdasarkan

hasil dari anamnesa dan pemeriksaan pada saat kunjungan.

d. Penatalaksanaan

Asuhan yang diberikan untuk Ny. K pada 7 hari masa nifas

adalah memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

yaitu tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 82x/menit, respirasi

22x.menit, suhu badan 36,5◦C, TFU pertengahan pusat dan simfisis,

PPV lochea sanguinolenta warna cokelat tua, bau khas.

Menganjurkan ibu untuk makan makanan bergizi dan tidak ada

pantangan apapun yaitu mengkonsumsi sayur-sayuran, lauk pauk

seperti ikan, telur, daging, tahu, tempe, dan buah-buahan untuk

mempercepat proses pemulihan organ reproduksi dan memperlancar

ASI. Minum sedikitnya 2,5 liter air/hari.

Mengajarkan ibu cara perawatan payudara pada masa nifas

yaitu mencuci tangan lalu kompres kedua payudara dengan air

hangat, tuangkan minyak pijat kedua belah tangan secukupnya.

Pengurutan di mulai dengan cara letakan kedua tangan di antara

kedua payudara, urutlah memutar dari tengah keatas sambil

mengangkat kedua payudara dan lepaskan keduanya secara perlahan,


lakukan gerakan ini sebanyak ±20-30 kali. Gerakan selanjutnya yaitu

sangga payudara kiri dengan tangan kiri, tangan kanan mengepal

kemudian lakukan penekanan dengan punggung jari secara memutar,

lakukan gerakan ini sebanyak ±20-30 kali. Begitu pun sebaliknya

dengan payudara sebelah kanan. Gerakan yang terakhir yaitu sangga

payudara kiri dengan tangan kiri kemudia urut payudara dengan sisi

kelingking secara memutar, lakukan gerakan ini sebanyak ±20-30

kali. Begitu pun sebaliknya dengan payudara kanan. Perawatan

payudara ini di lakukan untuk memperlancar ASI.

Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI tidak

memberikan makanan apapun sampai bayi berusia 6 bulan.

Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri yaitu mandi

minimal 2 kali sehari, ganti pembalut minimal 2-3 kali sehari.

Menurut Esti Handayani (2016) perawatan payudara sangat

penting bagi ibu nifas untuk kelancaran produksi ASI. Selama nifas

ibu harus menjaga payudara tetap kering dan bersih, bersihkan

payudara dengan sabun PH ringan untuk mencegah penumpukan sisa

air susu sehingga menyebabkan infeksi. Gunakan bra yang

menyokong payudara dan ajarkan teknik laktasi yang baik.

Sehingga dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara

teori dan kasus karena hasil pemeriksaan dalam batas normal, serta

ibu sudah bisa cara melakukan perawatan payudara untuk kelancaran

ASInya.
3. Nifas 18 hari post SC

Asuhan yang diberikan pada kunjungan nifas 18 hari postpartum

ini sama dengan asuhan 7 hari postpartum yaitu memastikan involusi

uteri normal, menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal, memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan

istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit, mengajarkan cara asuhan bayi,

rawat tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

(Esti Handayani, 2016)

a. Subyektif

Data subyektif yang didapatkan pada kunjungan nifas 18 hari

pada Ny. K adalah ibu mengatakan tidak ada keluhan. Pola

kebutuhan sehari-hari, makan 3x sehari, minum 8-10 gelas sehari.

Ibu mengatakan BAB 1x sehari dan BAK 5x/hari. Ibu melakukan

aktivitas rumah tangga seperti menyapu, menyetrika dan mencuci

piring. Pada pola istirahat Ny. K tidur siang 1 jam dan malam sekitar

7 jam. Sehari mandi 2 kali, gosok gigi 3 kali, ganti baju 2 kali, dan

keramas 3x seminggu.

Menurut Esti Handayani (2015) istirahat cukup untuk

mencegah kelelahan. Kembali pada kegiatan rumah tangga secara

perlahan membuat ibu kelelahan. Ibu diharapkan juga ikut istirahat

ketika bayi tidur. Jika ibu kurang istirahat dapat mengurangi

produksi ASI, memperlambat involusi uterus, memperbanyak


perdarahan, depresi, dam ketidakmampuan untuk merawat bayi dan

dirinya sendiri.

Sehingga pada data subyektif ini tidak ditemukan

kesenjangan antara teori dan kasus, karena Ny. K dapat membagi

waktunya untuk istirahat dengan cukup, melakukan pekerjaan

rumah, serta mengurus bayi dan dirinya sendiri.

b. Obyektif

Hasil pemeriksaan yang didapatkan pada kunjungan nifas

hari ke 18 adalah keadaan umum baik, tanda-tanda vital tekanan

darah 120/70 mmHg, nadi 80x/menit, respirasi 23x/menit, suhu

badan 36,5◦C, mata simetris, konjungtiva tidak pucat, seclera putih,

puting susu menonjol, ASI sudah keluar lancar, TFU sudah tidak

teraba, PPV lochea serosa warna kekuningan, bau khas, luka jahitan

operasi kering dan tidak ada pus. Pada ekstremitas atas dan bawah

tidak edema dan tidak ada varises.

Menurut Yefi Marlidiani (2015) perubahan uterus selama

post partum pada 14 hari dan seterusnya tinggi fundus uteri sudah

tidak teraba. Berat uterus sekitar 350 gram dan diameter uterus 5 cm.

Menurut Yefi Marliadiani (2015) . Lochea serosa berwarna

agak kekuningan berisi leukosit. Lochea alba timbul setelah 2

minggu berupa cairan putih.

Sehingga pada data obyektif tidak ditemukan kesenjangan

antara teori dan kasus, karena pada pemeriksaan 18 hari ini tinggi
fundus uteri sudah tidak teraba, PPV berwarna kekuningan, tanda-

tanda vital dalam batas normal, dan ASI sudah lancar.

c. Assesment

Menurut Ari Sulistyawati (2012) masalah atau diagnosa

ditegakkan berdasarkan data atau informasi subyektif maupun

obyektif yang dikumpulkan atau disimpulkan.

Dari hasil analisis data subyektif dan obyektif maka dapat

disimpulkan diagnosa Ny.K umur 37 tahun P3 A0 post SC 18 hari

dengan nifas normal.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan

antara teori dengan kasus karena diagnosa ditegakkan berdasarkan

hasil dari anamnesa dan pemeriksaan pada saat kunjungan.

d. Penatalaksanaan

Asuhan yang diberikan pada kunjungan nifas 18 hari ini yaitu

memastikan involusi uteri normal, menilai adanya tanda-tanda

demam, infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu

mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat, memastikan ibu

menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda

penyulit, mengajarkan cara asuhan bayi, rawat tali pusat, menjaga

bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari. (Esti Handayani,

2016)

Asuhan yang diberikan untuk Ny. K pada 18 hari masa nifas

adalah memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

seperti tanda-tanda vital yaitu tekanan darah 120/70 mmHg, nadi


80x/menit, respirasi 23x/menit, suhu badan 36,5◦C, TFU sudah tidak

teraba, PPV lochea serosa warna kekuningan, luka jahitan operasi

kering dan tidak ada pus.

Menganjurkan ibu untuk makan makanan bergizi dan tidak

ada pantangan apapun yaitu mengkonsumsi sayur-sayuran, lauk pauk

seperti ikan, telur, daging, tahu, tempe, dan buah-buahan untuk

mempercepat proses pemulihan organ reproduksi dan memperlancar

ASI. Minum sedikitnya 2,5 liter air/hari.

Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri yaitu

mandi minimal 2 kali sehari, ganti pembalut minimal 2-3 kali sehari.

Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI sampai bayi berusia

6 bulan tanpa tambahan makanan apapun. Mejelaskan kepada ibu

tentang macam-macam KB yang cocok untuk usia lebih dari 35

tahun yaitu dengan metode kontrasepsi mantap MOP/MOW atau

dengan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) yaitu implant

dan IUD.

Pada asuhan yang diberikan dapat disimpulkan hasil

pemeriksaan dalam batas normal baik dari proses involusi uteri

maupun locheanya, ibu sudah mampu merawat dirinya sendiri dan

bayinya, serta ibu telah mendapatkan informasi tentang alat

kontrasepsi secara dini.

Setelah 40 hari pasca melahirkan, ibu mengatakan tidak ada

keluhan. Tekanan darah terakhir dalam batas normal 110/70 mmHg.

Ibu mengatakan bayinya dalam keadaan sehat berat badan 2900


gram. Asuhan yang diberikan pada Ny. K yaitu terus memberikan

ASI kepada bayinya sampai usia 6 bulan, menganjurkan ibu untuk

memantau perkembangan bayinya secara rutin dengan membawanya

ke posyandu, menimbang berat badan, pemberian imunisasi lengkap,

serta menganjurkan ibu untuk tetap makan-makanan bergizi dan

menjaga pola istirahat dengan baik. Data ini didapatkan tidak dengan

melakukan kunjungan secara langsung, namun diperoleh melalui

pemantauan media komunikasi dengan ibu via handphone (SMS).

Menurut kebijakan program nasional pada kunjungan 6

minggu masa nifas yang perlu dikaji adalah menanyakan kepada ibu

penyulit yang ibu alami untuk bayi, memberikan konseling untuk

KB secara dini dan memastikan bayi mendapat ASI yang cukup.

Sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasuskarena Ny. K sudah mendapatkan informasi tentang

kontrasepsi secara dini. (Esti Handayani, 2016)

D. Asuhan Kebidanan pada Bayi

1. Kunjungan Neonatus 3 hari

a. Subyektif

Dari data yang didapatkan pada kunjungan neonatal hari

ketiga ibu mengatakan bayinya sehat dan menyusu, tidur pulas, dan

tidak rewel. BAK 7x/hari dan BAB 2-3 kali/hari. Ibu mengatakan

bayinya hanya diberikan ASI saja sesuai dengan keinginan bayi.

MenurutVivian Nanny Lia Dewi (2014) berkemih sering

terjadi dengan frekuensi 6-10 kali sehari dengan warna urine yang
pucat. Kondisi ini menunjukkan masukan cairan yang cukup.

Umumnya bayi cukup bulan akan mengeluarkan urine 15-16

ml/kg/hari.Jumlah feses yang dikeluarkan pada bayi baru lahir cukup

bervariasi selama minggu pertama dan jumlah paling banyak adalah

antara hari ketiga sampai keenam. Feses transisi (mekonium)

dikeluarkan pada hari ketiga sampai enam.

Sehingga dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara

teori dengan kasus karena bayi BAK lebih dari 6 kali/hari dan bayi

sudah mampu BAB.

b. Obyektif

Dari hasil pemeriksaan yang didapatkan pada kunjungan

neonatus hari ketiga adalah berat badan 2600 gram, panjang badan

45 cm, lingkar kepala 31 cm, lingkar dada 29 cm, suhu badan

36,6◦C, respirasi 41x/menit, denyut jantung 133x/menit, tali pusat

belum lepas dan tidak berbau busuk, pemeriksaan fisik dalam batas

normal.

Menurut Jenny J.S Sondakh (2013). Bunyi jantung pada bayi

baru lahir antara 120-160x/menit. Pernafasan kira-kira 40-60x/menit.

Suhu tubuh aksila pada bayi normal adalah 36,5◦C – 37,5◦C. Berat

badan 2.500 gram – 4.000 gram.

Sehingga pada data obyektif ini tidak ditemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus karena pada bayi Ny. K hasil pemeriksaan

dalam batas normal.

c. Assesment
Menurut Ari Sulistyawati (2012) masalah atau diagnosa

ditegakkan berdasarkan data atau informasi subyektif maupun

obyektif yang dikumpulkan atau disimpulkan.

Dari data subyektif dan obyektif diatas maka dapat

disimpulkan diagnosa By. Ny.K umur 3 hari jenis kelamin

perempuan dengan bayi normal.

d. Penatalaksanaan

Asuhan yang diberikan pada kunjungan neonatus 3 hari

adalah memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

yaitu keadaan bayi baik dan sehat, suhu badan 36,6◦C, respirasi

41x/menit, denyut jantung 133x/menit, warna kulit kemerahan, tali

pusat dalam keadaan baik. Maka dapat disimpulkan hasil

pemeriksaan dalam batas normal.

Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif

agar nutrisi bayi tercukupi atau setiap 2-3 jam sekali.Menurut Vivian

Nanny Lia Dewi (2014) ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi.

Berikan ASI sesering mungkin atau setiap 2-3 jam bergantian antara

payudara kanan dan kiri. Sehingga dalam hal ini tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus karena bayi disusui setiap 2-3

jam atau bayi terlihat cukup ASI karena tidurnya pulas.

Mengajarkan ibu cara perawatan tali pusat yaitu

menggunakan kasa steril saja tanpa tambahan apapun agar tidak

terkena infeksi. Menurut Vivian Nanny Lia Dewi (2014) bidan

hendaknya menasehati ibu agar tidak membubuhkan apapun pada


tali pusatkarena dapat mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan

karena meningkatnya kelembapan (akibat penyerapan oleh bahan

tersebut) badan bayi sehingga menciptakan kondisi yang ideal bagi

tumbuhnya bakteri. Hal ini menunjukkan tidak ada kesenjangan

antara teori dengan kasus karena ibu sudah tahu bagaimana cara

perawatan tali pusat yang baik, yaitu hanya menggunakan kasa steril

saja.

Memberitahu ibu tanda bahaya bahaya pada bayi yaitu bayi

tidak mau menyusu, kejang-kejang, lemah, sesak nafas (lebih dari 60

kali/menit), terdapat retraksi dinding dada, bayi merintih atau

menangis terus menerus, tali pusat kemerahan sampai dinding perut,

berbau, dan bernanah, demam atau panas tinggi, mata bayi bernanah,

diare atau buang air besar lebih dari 3 kali/ hari dengan konsistensi

cair, kulit dan mata bayi kuning, tinja bayi saat buang air besar

berwarna pucat.Menganjurkan ibu untuk mengganti popok bayi

ketika bayi BAB dan BAK agar bayi tidak hipotermi dan menjaga

personal hygiene agar tidak terkena infeksi.

Menurut Jenny J.S Sondakh (2013) dalam perawatan pada

bayi orangtua diajarkan tanda-tanda bahaya pada bayi dan mereka

diberitahu agar merujuk bayi dengan segera jika ditemuai hal-hal

seperti pernafasan sulit atau lebih dari 60x/menit, warna kulit

kuning, kebiruan, atau pucat, tali pusat merah, bengkak, keluar

cairan berbau busuk dan berdarah, suhu badan meningkat.Hal ini

dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan


kasus karena Ny. K sudah tahu tentang tanda-tanda bahaya pada bayi

baru lahir, dan tidak ditemukan tanda bahaya pada bayinya.

2. Kunjungan Neonatus 7 hari

a. Subyektif

Dari hasil anamnesa yang didapatkan pada kunjungan hari ke

7, ibu mengatakan bayinya sehat dan menyusu dengan aktif, tidur

pulas, dan tidak rewel. BAK 8x/hari dan BAB 2 kali/hari. Ibu

mengatakan bayinya hanya diberikan ASI saja sesuai dengan

keinginan bayi.

Menurut Vivian Nanny Lia Dewi (2014) jumlah feses akan

berkurang pada minggu kedua, yang awalnya frekuensi defekasi 5

atau 6 kali menjadi 1 atau 2 kali sehari.

Sehingga dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara

teori dan kasus kena pada hari ke 7 pola eliminasi bayi khususnya

BAB menjadi 2 kali dalam sehari.

b. Obyektif

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada kunjungan 7 hari

didapatkan hasil kondisi bayi baik, suhu badan 36,7◦C, respirasi

39x/menit, denyut jantung 131x/menit. Berat badan 2600 gram,

panjang badan 45 cm, bayi menghisap kuat saat menyusu,

pernafasan teratur, gerakan bayi aktif, tali pusat sudah lepas.

Menurut Vivian Nanny Lia Dewi (2014) perawatan tali pusat

dilakukan dengan tidak membubuhkan apapun pada pusar bayi. Sisa

tali pusat akan segera lepas pada minggu pertama.


Sehingga dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara

teori dan kasus karena pada kunjungan 7 hari tali pusat sudah lepas.

c. Assesment

Menurut Ari Sulistyawati (2012) masalah atau diagnosa

ditegakkan berdasarkan data atau informasi subyektif maupun

obyektif yang dikumpulkan atau disimpulkan.

Dari data subyektif dan obyektif diatas maka dapat

disimpulkan diagnosa By. Ny.K umur 7 hari jenis kelamin

perempuan dengan bayi normal.

d. Penatalaksanaan

Asuhan yang diberikan untuk bayi pada kunjungan hari ke 7

adalah memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

yaitu suhu badan 36,7◦C, respirasi 39x/menit, denyut jantung

131x/menit, berat badan 2600 gram, panjang badan 45 cm.Menurut

Jenny J.S Sondakh (2013) bunyi jantung pada bayi baru lahir antara

120-160x/menit. Pernafasan kira-kira 40-60x/menit. Suhu tubuh

aksila pada bayi normal adalah 36,5◦C – 37,5◦C. Sehingga dalam hal

ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena hasil

pemeriksaan dalam batas normal.

Menganjurkan ibu untuk mengganti popok bayi jika bayi

BAK dan BAB untuk menjaga personal hygiene bayi agar tidak

terkena infeksi. Memastikan kepada ibu apakah bayi mendapatkan

ASI yang cukup tanpa diberikan makanan pendamping.Menurut

Jenny J.S Sondakh (2013) orangtua diajarkan cara merawat bayi dan
melakukan perawatan harian bayi baru lahir meliputi pemberian ASI

sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam, dimulai dari hari pertama,

menjaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering, serta

mengganti popok untuk mencegah terjadinya infeksi pada bayi,

menjaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering, menjaga

keamanan bayi terhadap trauma dan infeksi. Sehingga dalam hal ini

tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena ibu selalu

menjaga personal hygiene bayi dengan baik dan mencukupi

kebutuhan ASI bayi dengan baik.

3. Kunjungan Neonatus 18 hari

a. Subyektif

Dari hasil anamnesa yang didapatkan ibu mengatakan

bayinya sehat dan menyusu dengan aktif, tidur pulas, dan tidak

rewel. BAK 10x/hari dan BAB 2 kali/hari. Ibu mengatakan bayinya

hanya diberikan ASI saja sesuai dengan keinginan bayi tanpa

diberikan makanan tambahan.

Menurut Vivian Nanny Lia Dewi (2014) jumlah feses akan

berkurang pada minggu kedua, yang awalnya frekuensi defekasi 5

atau 6 kali menjadi 1 atau 2 kali sehari

Sehingga dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara

teori dan kasus karena hasil pemeriksaan dalam batas normal.

b. Obyektif

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan hasil

kondisi bayi baik, suhu badan 36,6◦C, respirasi 40x/menit, denyut


jantung 128x/menit. Bayi menghisap kuat saat menyusu, pernafasan

teratur, gerakan bayi aktif, tali pusat sudah lepas.

Menurut Vidia Atika Pongki (2016) suhu tubuh pada bayi

normal adalah 36,5 – 37,5°C. Pernafasan normal 40-60x/menit,

denyut jantung normal 130-160x/menit.

Sehingga dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara

teori dan kasus karena tanda-tanda vital bayi dalam batas normal.

c. Assesment

Menurut Ari Sulistyawati (2012) masalah atau diagnosa

ditegakkan berdasarkan data atau informasi subyektif maupun

obyektif yang dikumpulkan atau disimpulkan.

Dari data subyektif dan obyektif maka dapat disimpulkan

diagnosa By. Ny.K umur 18 hari jenis kelamin perempuan dengan

bayi normal.

d. Penatalaksanaan

Asuhan yang diberikan pada kunjungan neonatus hari ke 18

adalah memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

yaitu suhu badan 36,6◦C, respirasi 40x/menit, denyut jantung

128x/menit. Menganjurkan ibu untuk mengganti popok bayi jika

bayi BAK dan BAB untuk menjaga personal hygiene bayi agar tidak

terkena infeksi. Memastikan kepada ibu apakah bayi mendapatkan

ASI yang cukup tanpa diberikan makanan pendamping.

Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke posyandu agar

mendapatkan imunisasi BCG dan Polio I.


Menurut Jenny J.S Sondakh (2013) sebelum bayi dan ibu

dipulangkan kerumah, bayi diberikan imunisasi polio dan hepatitis B

kemudian imunisasi BCG di posyandu.

Sehingga dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara

teori dan kasus karena bayi sudah diberikan imunisasi hepatitis B

dan ibu bersedia untuk ke posyadu untuk imunisasi BCG pada

bayinya.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. K di

Wilayah Puskesmas Jatibogor Kecamatan Suradadi Kabupaten Tegal

Tahun 2018, penulis menggunakan pendekatan manajemen 7 langkah

varney dan pada data perkembangan menggunakan manajemen SOAP,

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pada langkah pengumpulan data Ny. K penulis tidak menemukan

kesulitan dalam pengumpulan data, baik data subyektif maupun data

obyektif, karena klien dapat bekerja sama sehingga dapat diperoleh

dengan lengkap. Berdasarkan data yang diperoleh selama kehamilan,

persalinan, dan nifas pada Ny. K secara komprehensif tidak ditemukan

kesenjangan antara teori dan kasus.

2. Pada langkah interpretasi data yang sesuai pada data subyektif dan

obyektif terhadap Ny. K penulis mendapatkan diagnosa selama

kehamilan, persalinan, dan nifas pada Ny. K terdapat masalah yaitu

ibu mempunyai resiko tinggi umur > 35 tahun. Sehingga intrepretasi

ini tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus.

3. Pada langkah diagnosa potensial terhadap Ny. K terdapat diagnosa

potensial yaitu perdarahan, serotinus, dan air ketuban keruh.

4. Pada langkah ini ditemukan antisipasi penanganan segera karena pada

kasus Ny. K ditemukan diagnosa potensial. Namun pada kenyataanya


diagnosa potensial tersebut tidak terjadi pada Ny. K, sehingga tidak

ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus.

5. Pada langkah perencanaan tindakan yang komprehensif disesuaikan

dengan kondisi Ny. K untuk memberikan KIE. Berdasarkan

perkembangansecara klinis kehamilan, persalinan, dan nifas pada Ny.

K dapat dilakukan rencana tindakan secara menyeluruh dan sesuai

teori yang ada. Sehingga tidak ditemukan kesenjangan antra teori dan

kasus.

6. Pada langkah pelaksanaan asuhan kebidanan secara komprehensif

yang diberikan pada Ny. K adalah asuhan kehamilan dengan

dilakukannya anamnesa, pemeriksaan inspeksi, palpasi sampai

auskultasi. Persalinan dengan sectio caesarea dan sudah dilakukan

kunjungan rumah dan pemeriksaan. Sehingga tidak terjadi

kesenjangan antara teori dengan kasus.

7. Pada langkah ini hasil akhir pada asuhan kebidanan secara

komprehensif, ibu melahirkan dengan selamat dan bayinya juga

selamat berjenis kelamin perempuan, serta dapat melewati masa nifas

selama 6 minggu post partum dengan sectio caesarea. Serta tidak

ditemukannya kegawatdaruratan pada Ny. K sehingga tidak

ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus.

A. Saran

1. Bagi Penulis

Diharapkan agar penulis dapat lebih banyak belajar dan

berlatih serta meningkatkan pengetahuan, agar mampu menerapkan


dan melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif dan dapat

mengaplikasikan dilahan sesuai dengan program-prorgam yang

terbaru.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan tenaga kesehatan mampu melakukan atau

meningkatkan mutu pelayanan kebidanan khususnya dalam

memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil,

ibu bersalin, nifas, dengan kelengkapan sarana dan prasarana yang

tersedia, dan mampu memberikan pelayanan yang lebih cepat dan

tepat untuk membantu mengurangi AKI.

3. Bagi Institusi

Diharapkan institusi pendidikan memberikan pengetahuan

yang lebih baik dan program-program terbaru tentang asuhan

kebidanan khususnya dalam hal kunjungan nifas dan neonatal

terhadap mahasiswa, serta dapat menambah referensi untuk pembaca

dan penulis selanjutnya.

4. Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat lebih tahu akan pentingnya kesehatan

ibu hamil dan memeriksakan kehamilannya pada tenaga kesehatan

serta memilih tempat persalinan di tenaga kesehatan, agar

persalinannya dapat berjalan lancar serta ibu dan bayinya sehat.


DAFTAR PUSTAKA

Atika, V, Jaya, P. 2016. Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi, Balita, dan
Anak Pra Sekolah. Jakarta : CV Trans Info Media.

Dinkes Jawa Tengah. 2018. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.
https://jatengprov.go.id.

Dinkes Kabupaten Tegal. 2017. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.

DepKes RI. 2017. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.
www.depkes.go.id.

Gary, CF. 2013. Dalam buku Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta : Penerbit Erlangga.

Handayani, E, Astuti, WP. 2016. Asuhan Holistik pada Masa Nifas dan Menyusui.
Yogyakarta : Trans Medika.

Https://eprints.undip.ac.id/44831/3/melida_dwi_hardiyanti_220101101
0026_BAB2KTI.pdf

Hutabarat, H. 2010. Dalam Buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

JNPK-KR/POGI. 2007. Dalam buku Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi


Baru Lahir. Jakarta : Penerbit Erlangga.

JNPK. 2007. Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Buku Acuan. Jakarta : JNPK
KR/POGI dan JHPIEGO.

Kepmenkes RI nomer 938/MenKes/SK/VIII/2007. 2007. Standar Asuhan


Kebidanan.

Kepmenkes 369. 2007. Dalam buku Konsep Kebidanan. Jakarta : Penerbit


Salemba Medika.

Kosim, MS. 2007. Dalam buku Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi, Balita,
dan Anak Pra Sekolah. Jakarta : CV Trans Info Media.

Manuaba, IB. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.

Marliandiani, Y. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas dan
Menyusui. Jakarta : Salemba Medika.
Nanny, V. 2014. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba
Medika.

Puskesmas Jatibogor. 2018. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.
Kabupaten Tegal.

Puskesmas Jatibogor. 2018. Resiko Tinggi Ibu Hamil. Kabupaten Tegal.

Permenkes RI nomer 28. 2017. Izin Penyelenggaraan Praktek Bidan.

Rohani, Saswita, R, Marisah. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan.


Jakarta : Salemba Medika.

Rukiyah, AY, Yulianti, L, Maemunah, Susilawati, L. 2009. Diktat Kuliah Asuhan


Kebidanan I (kehamilan). Jakarta : CV Trans Info Media.

Saifudin. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono


Prawiroharjo.

Setianingsih, dkk. 2015. Hubungan antara skor bishop dengan keberhasilan

induksi persalinan pada kehamilan postterm. Jurnal penelitian kesehatan.

Volume. 13, NO 4, Desember 2015. http://journal.poltekkesdepkes

sby.ac.id/index.php/JPK/article/viewFile/665/492. diakses pada tanggal 15

Juli 2015 pukul 10.15 WIB.

Siswosudarmo, S, Emilia, O. 2008. Obstetri Fisiologi. Jakarta : Pustaka Cendekia.

Sofian, A. 2012. Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran


EGC.

Sondakh, JS. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta :
Penerbit Erlangga.

Sulistyawati, A. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :


Salemba Medika.

Varney, H. 2007. Dalam buku Konsep Kebidanan. Jakarta : Penerbit Salemba


Medika.

Yanti. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta : 2010.

Yulifah, R, Surachmindari. 2014. Konsep Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

Widatiningsih, S, Hinaya, C. 2017. Praktik Terbaik Asuhan Kehamilan.


Yogyakarta : Trans Medika.
FAKTOR RESIKO UMUR > 35 TAHUN
(Studi Kasus terhadap Ny. K di Puskesmas Jatibogor Kabupaten Tegal)
Silviani Eka Febrianti1, Ulfatul Latifah2, Ndari Ernawati3
Email : silvianieka230@yahoo.com1, ulfatul.bidan@poltektegal.ac.id2, Diploma III Kebidanan,
Diploma III Kebidanan, Politeknik Harapan Bersama, Jl. Mataram No.9 Kota Tegal 52142,
Telp.(0283) 3520003

Abstrak

Angka Kematian Ibu pada tahun 2016 tercatat 173 kematian per 1.000 kelahiran. AKI
mengalami penurunan setiap tahunnya mulai dari tahun 2015 33 kasus, kemudian berkurang
menjadi 27 kasus di tahun 2016 dan tahun 2017 AKI berkurang menjadi 14 kasus saja. Jumlah
AKI di Desa Jatibogor tahun 2017 ada 0 kasus dan AKB ada 12 kasus, sedangkan pada tahun
2018 jumlah AKI di Desa Jatibogor 2 kasus dan AKB 9 jiwa. Maka dalam rangka menurunkan
jumlah AKI dan AKB di Jawa Tengah pemerintah membuat program OSOC yang diharapkan
dapat melakukan upaya preventif dan promotif dalam rangka meningkatkan kesehatan ibu dan
anak melalui pendampingan sejak hamil hingga nifas 42 hari.

Tujuan umum dilakukannya studi kasus ini untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan mahasiswa untuk memperoleh pengalaman secara nyata yang dapat digunakan
dalam memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu dengan faktor resiko umur lebih dari 35 tahun
melalui pendekatan menejemen kebidanan menurut Varney dan metode SOAP. Penelitian ini
menggunakan pendekatan studi kasus. Subyek penelitian adalah ibu hamil Ny. K berusia 37 tahun
dengan kehamilan faktor resiko umur > 35 tahun. Data diambil sejak bulan Agustus sampai
Oktober 2018. Data ini diambil dengan menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi.

Dari semua data yang diperoleh penyusun selama melakukan asuhan kebidanan
komprehensif pada Ny. K sejak umur kehamilan 38 minggu lebih 2 hari, bersalin, hingga nifas 40
hari post SC. Penyusun menyimpulkan bahwa masa kehamilan dengan faktor umur pada Ny. K
normal, saat persalinan dilakukan sectio caesarea, bayi baru lahir dan masa nifas berlangsung
normal. Diharapkan bagi tenaga kesehatan mampu melakukan peningkatan mutu pelayanan
asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas untuk membantu
mengurangi AKI dengan adanya program-program yang terbaru.

Kata kunci : Asuhan Kebidanan, komprehensif, Faktor resiko umur > 35 tahun.

Kasus : Seorang ibu hamil (Ny. K) usia 37 tahun dengan umur kehamilan 41 minggu lebih 3
hari G3 P2 A0 dengan faktor resiko umur > 35 tahun, ibu bersalin secara SC, keadaan selama
nifas dalam batas normal sampai 40 hari post partum.
PENDAHULUAN persalinan lama, ruptur uteri, bayi lahir
prematur atau belum cukup bulan,
Kehamilan resiko tinggi serotinus dan yang lainnya 1 .
merupakan keadaan yang dapat
mempengaruhi optimalisasi ibu maupun Jumlah kasus kematian Ibu di
janin pada kehamilan yang dihadapi. Indonesia mengalami penurunan dari
Untuk menghadapi resiko tinggi harus 4.999 kasus pada tahun 2015 turun
diambil sikap proaktif, berencana menjadi 4.912 kasus di tahun 2016,
dengan upaya promotif dan preventif sementara hingga semester satu di tahun
sampai dengan waktunya harus diambil 2017 sejumlah 1.712 kasus. Demikian
sikap tegas dan cepat untuk pula untuk Angka Kematian Bayi
menyelamatkan ibu dan janin. (AKB) juga mengalami penurunan dari
Keuntungan pengawasan antenatal 33.278 kasus pada tahun 2015 menjadi
adalah diketahuinya secara dini keadaan 32.007 kasus pada tahun 2016,
resiko tinggi ibu dan janin, sehingga sementara hingga pertengahan tahun
dapat melakukan pengawasan yang lebih 2017 tercatat sebanyak 10.294 kasus
intensif, memberikan pengobatan kematian bayi 3 .
sehingga resikonya dapat dikendalikan,
melakukan rujukan untuk mendapatkan Angka Kematian Ibu (AKI) di
tindakan yang adekuat 1 . Jawa Tengah pada tahun 2017 tercatat
88,58 kematian per 100.000 kelahiran.
Kehamilan resiko tinggi dibagi Penurunan AKI tersebut tetunya tidak
menjadi 2 golongan yaitu komplikasi terlepas dari Program Jateng Gayeng
obstetri dan komplikasi medis. Nginceng Wong Meteng yang
Komplikasi obstetri meliputi usia kurang diluncurkan pada tahun 2015 oleh
dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, Gubernur Jawa Tengah. Selain capaian
paritas (primigravida primer atau AKI yang menggembirakan, Angka
sekunder, grandemultipara), riwayat Kematian Bayi (AKB) juga mengalami
persalinan (abortus lebih dari dua kali, penurunan. Pada tahun 2017 sudah turun
partus prematus 2 kali atau lebih, menjadi 8,93 per 1.000 kelahiran 4 .
riwayat kematian janin dalam rahim,
perdarahan pasca persalinan, riwayat Berdasarkan data Dinas
preeklamsia-eklamsia), riwayat Kesehatan Kabupaten Tegal Angka
kehamilan mola hidatidosa, riwayat Kematian Ibu (AKI) mengalami
persalinan dengan tindakan operasi, penurunan setiap tahunnya mulai dari
ekstraksi vakum, ekstraksi forceps, tahun 2015 33 kasus, kemudian
perdarahan antepartum, kehamilan berkurang menjadi 27 kasus di tahun
ganda, hidramnion, hamil dengan 2016 dan tahun 2017 AKI berkurang
kelainan letak, hamil disertai mioma menjadi 14 kasus saja. AKI juga
uteri atau kista ovarium. Komplikasi beriringan dengan Angka Kematian
medis meliputi kehamilan disertai Bayi (AKB) yang menurun signifikan
anemia, hipertensi, penyakit jantung, dari 9,6 di tahun 2014 menjadi 7,8 di
hamil dengan diabetes melitus, hamil tahun 2017 5 .
dengan obesitas, hamil dengan penyakit
Berdasarkan data yang diperoleh
hati, hamil disertai penyakit paru, dan
dari Puskesmas Jatibogor pada tahun
penyakit lainnya 2 .
2017 terdapat Angka Kematian Ibu
Kehamilan pada usia lanjut (AKI) 0 kasus dari jumlah keseluruhan
memuat resiko yang cukup berat. ibu hamil 840 orang dan Angka
Pasalnya, keadaan ibu sudah mulai Kematian Bayi (AKB) terdapat 12 jiwa
menurun tidak lagi seperti pada saat dari jumlah keseluruhan bayi 764 jiwa.
muda. Akibat yang dapat muncul yaitu Jumlah ibu hamil beresiko tinggi
perdarahan, ketuban pecah dini, terdapat 215 orang dengan kasus antara
lain ibu hamil usia < 20 tahun dan > 35 Pengumpulan data dilakukan
tahun sebanyak 105 kasus, ibu hamil dengan melakukan anamnesa
dengan riwayat SC sebanyak 15 kasus, (wawancara), observasi partisipatif
ibu hamil dengan KEK sebanyak 49 (pemeriksaan fisik, pemeriksaan
kasus. Pada tahun 2018 Angka penunjang, observasi perilaku selama
Kematian Ibu (AKI) sebanyak 2 kasus kehamilan hingga nifas), studi analisa
dari jumlah keseluruhan ibu hamil 832 dokumen (KIA, RM, dll). Data yang
orang dan Angka Kematian Bayi (AKB) didapatkan kemudian didokumentasikan
terdapat 9 jiwa dari jumlah keseluruhan kedalam laporan asuhan kebidanan
bayi 756 jiwa. Jumlah ibu hamil komprehensif dengan teknik 7 langkah
beresiko tinggi terdapat 183 orang varney yaitu mulai dari pengumpulan
dengan kasus antara lain ibu hamil usia data sampai evaluasi pada asuhan
< 20 tahun dan > 35 tahun sebanyak 97 kebidanan kehamilan dan juga
kasus, ibu hamil dengan riwayat SC menggunakan sistem subyektif,
sebanyak 18 kasus, ibu hamil dengan obyektif, analisis, planning (SOAP).
KEK sebanyak 25 kasus 6 .
HASIL DAN PEMBAHASAN
Salah satu program untuk
menurunkan AKI / AKB di Jawa Penelitian ini dilakukan untuk
Tengah, maka pemerintah membuat mengkaji kasus kebidanan patologi
program OSOC (One Student One dengan tujuan memberikan asuhan
Client) yang diharapkan dapat secara komprehensif sehingga dapat
melakukan upaya preventif dan promotif dideteksi secara dini komplikasi
dalam rangka meningkatkan kesehatan kehamilan dan dapat segera dilakukan
ibu dan anak, melalui pendampingan penatalaksanaan kasus.
sejak hamil, persalinan hingga 42 hari
masa nifas, untuk mendeteksi dini Dari hasil wawancara yang
terhadap faktor resiko maupun dilakukan didapatkan data Ny. K
komplikasi yang terjadi pada masa berumur 37 tahun, agama islam,
kehamilan, persalinan, nifas sehingga pendidikan terakhir SD, pekerjaan ibu
dapat dilakukan penanganan secara rumah tangga, mempunyai suami
cepat dan tepat. bernama Tn. T berumur 41 tahun, agama
islam, pendidikan terakhir SD, dan
METODE pekerjaan sebagai petani. Alamat rumah
di Desa Jatibogor RT 03/RW 10,
Penelitian ini menggunakan Kecamatan Suradadi, Kabupaten Tegal.
pendekatan studi kasus yaitu mengkaji Kehamilan Ny. K ini merupakan
kasus kebidanan patologi. Peneliti dalam kehamilan yang ketiga, dan tidak pernah
melakukan penelitian mengacu pada mengalami keguguran. Ibu melakukan
asuhan kebidanan 7 langkah varney. kunjungan ANC sebanyak 8 kali selama
Kasus pada penelitian ini berfokus pada kehamilan ini. Ibu mengatakan hari
kasus ibu hamil dengan faktor resiko pertama haid terakhirnya pada tanggal
umur > 35 tahun. Subjek saat penelitian 15 November 2017 dan hari taksiran
dilakukan memiliki riwayat kehamilan persalinannya pada tanggal 22 Agustus
G3 P2 A0. Asuhan kebidanan dilakukan 2018. Dari hasil anamnesa didapatkan
sejak bulan Agustus yaitu pada saat ibu hasil ibu mengeluh sering buang air
hamil 38 minggu lebih 2 hari. Peneliti kecil dan kenceng-kenceng. Pada
terus melakukan pendampingan selama tanggal 22 Agustus 2018 tepat dihari
kehamilan, bersalin, nifas dan bayi baru taksiran persalinan Ny. K belum
lahir yang berakhir pada bulan oktober mengalami tanda-tanda persalinan. Pada
2018. tanggal 27 Agustus 2018 Ny. K
melakukan pemeriksaan USG di RSUD
Suradadi karena usia kehamilan sudah
melebihi HPL. Dari hasil pemeriksaan Dari hasil penelitian didapatkan
USG didapatkan hasil bahwa air ketuban bahwa ibu termasuk dalam kehamilan
sudah berkurang dan dianjurkan untuk beresiko karena faktor umur. Dalam
dilakukan induksi persalinan. Selama 3 proses persalinannya, ibu melahirkan
hari dilakukan induksi persalinan tidak secara sectio caesarea (SC) karena gagal
membuahkan hasil dan pembukaan dalam induksi persalinan. Pada masa
hanya sampai 3 cm (gagal induksi nifas sampai 40 hari keadaan ibu dan
persalinan). bayi dalam batas normal, tidak ada
masalah.
Proses persalinan pada Ny. K
terjadi pada usia kehamilan 41 minggu. KESIMPULAN
Menurut teori serotinus merupakan
suatu kondisi kehamilan dimana Dari penelitian yang telah
persalinan terjadi pada minggu ke 42 dilakukan penulis mendapatkan
atau lebih. Hasil USG menunjukkan gambaran dan pengalaman secara nyata
tanda adanya penurunan kondisi ketuban tentang pemberian asuhan kebidanan
yang mulai berkurang. Menurut bahwa Ny. K umur 37 tahun G3 P2 A0
Sujiyatini (2009) pemeriksaan hamil 41 minggu tidak ada kesenjangan
penunjang pada kehamilan lewat waktu antara teori dengan kasus.
yaitu USG untuk menilai usia
kehamilan, jumlah air ketuban SARAN
oligohidramnion atau tidak, gerakan Diharapkan bagi tenaga
janin, dan keadaan maturitas plasenta. kesehatan mampu melakukan
Atas hasil temuan dari Dr. SPOG mulai peningkatan mutu pelayanan asuhan
didapatkan advice untuk dilakukan kebidanan secara komprehensif pada ibu
induksi persalinan. Induksi persalinan hamil, bersalin, nifas untuk membantu
merupakan suatu upaya agar persalian mengurangi AKI dengan adanya
mulai berlangsung sebelum atau sesudah program-program yang terbaru.
kehamilan cukup bulan dengan jalan
merangsang timbulnya his. Namun pada
tindakan induksi persalinan terhadap Ny.
K yang dilakukan selama 3 hari tidak Daftar Pustaka
berhasil (gagal). Hasil penelitian
Setianingsih pada tahun 2015 2. Manuaba, IB. 2010. Ilmu Kebidanan
menunjukkan adanya hubungan yang Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta
signifikan antara tingkat kematangan : Buku Kedokteran EGC.
serviks (skor bishop) dengan 3. Hutabarat, H. 2010. Dalam Buku
keberhasilan induksi persalinan dengan Ilmu Kebidanan, Penyakit
nilai P = 0,05. Penelitian tersebut Kandungan, dan KB. Jakarta :
dilakukan pada 70 ibu bersalin dengan Penerbit Buku Kedokteran EGC.
kehamilan postterm di RSUD Dr. R. 4. DepKes RI. 2017. Angka Kematian
Koesma Tubansebanyak 41 responden Ibu dan Angka Kematian
(73,22%) yang berhasil diinduksi Bayi.www.depkes.go.id.
persalinan mempunyai skor bishop yang 5. Dinkes Jawa Tengah. 2018. Angka
matang. Sedangkan 13 responden Kematian Ibu dan Angka Kematian
(92,86%) yang mengalami kegagalan Bayi. https://jatengprov.go.id.
induksi persalinan mempunyai skor 6. Dinkes Kabupaten Tegal. 2017.
bishop yang tidak matang. Dari Angka Kematian Ibu dan Angka
penelitian tersebut, dapat diperkirakan Kematian Bayi.
bahwa kegagalan induksi persalinan 7. Puskesmas Jatibogor. 2018. Angka
pada Ny. K disebabkan belum Kematian Ibu dan Angka Kematian
matangnya serviks 7 . Bayi. Kabupaten Tegal
8. Setianingsih, dkk. 2015. Hubungan http://journal.poltekkesdepkessby.ac.i
antara skor bishop dengan d/index.php/JPK/article/viewFile/665
keberhasilan induksi persalinan pada /492. diakses pada tanggal 15 Juli
kehamilan postterm. Jurnal penelitian 2015 pukul 10.15 WIB.
kesehatan. Volume. 13, NO 4,
Desember 2015.

Anda mungkin juga menyukai