Anda di halaman 1dari 269

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

S UMUR 36
TAHUN
G3P2A0 DENGAN RESIKO TINGGI DI PUSKESMAS KESAMIRAN
KECAMATAN TARUB KABUPATEN TEGAL
TAHUN 2018
(STUDI KASUSRESIKO UMUR > 35 TAHUN DAN ANEMIA RINGAN)

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan sebagai satu syarat untuk meyelesaikan
Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusunoleh :
QOTHRUNNADA NADZIFAH
NIM : 16070074

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL
TAHUN 2019

1
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya tulis ilmiah dengan judul


“ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. S G3P2A0 UMUR
36 TAHUN DENGAN RESIKO TINGGI DI PUSKESMAS KESAMIRAN
KECAMATAN TARUB KABUPATEN TEGAL TAHUN 2018 (STUDI
KASUS RESIKO TINGGI UMUR > 35 TAHUN DAN ANEMIA RINGAN)”
Adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama :Qothrunnada nadzifah


Nim : 16070074

Tegal, …………………..….....
Penulis

(QOTHRUNNADANADZIFAH)

2
HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah dengan judul


“ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. S UMUR 36
TAHUN G3P2A0 DENGAN STUDI KASUS RESIKO UMUR > 35 TAHUN
DAN ANEMIA RINGAN DI PUSKESMAS KESAMIRAN KECAMATAN
TARUB KABUPATEN TEGAL TAHUN 2018”

Di susun oleh :
NAMA : QOTHRUNNADA NADZIFAH
NIM : 16070074

Telah mendapat persetujuan pembimbing dan siap dipertahankan di depan tim


penguji karya tulis ilmiah Program Studi DIII Kebidanan Politeknik Harapan
Bersama Kota Tegal

Mengetahui

Pembimbing 1 : Mayliya Qudriani, SST.,M.Kes ( )

Pembimbing 2 : Ummu Hani, SKM ( )

3
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :


Nama : QOTHRUNNADA NADZIFAH
Nim : 16070074
Program Studi : Diploma Kebidanan
Judul : “ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.
S USIA 36 TAHUN G3P2A0 DENGAN STUDI KASUS
RESIKO UMUR > 35 TAHUN DAN ANEMIA RINGAN DI
PUSKESMAS KESAMIRAN KECAMATAN TARUB
KABUPATEN TEGAL TAHUN 2018”
Telah berhasil dipertahankan dihadapan dewan penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar ahli
madya kebidanan pada Program Studi Diploma III Kebidanan Politeknik
Harapan Bersama Tegal.

Tegal, 4 April 2019

DEWAN PENGUJI
Penguji 1 : Adevia Maulidya Chikmah, S.ST, M.Kes ( )
Penguji 2 : Meyliya Qudriani, SST.,M.Kes ( )
Penguji 3 :Ummu Hani, SKM ( )

Ketua Program Studi DIII Kebidanan


Politeknik Harapan Bersama Kota Tegal

Nilatul Izah, S.ST, M. Kes


NIPY. 11.009.061

4
MOTTO
Dia yang pergi untuk mencari ilmu pengetahuan, dianggap sedang berjuang di

jalan Allah sampai dia kembali.

Ilmu adalah harta yang tak akan pernah habis.

Keluarga adalah semangat dan motivasiku untuk tidak mudah berputus asa.

Hal terbaik dalam hidup ini sudah pasti gratis. Tapi hal terbaik kedua di dunia

biasanya sangatlah mahal.

Kesalahan akan membuat orang belajar dan menjadi lebih baik.

Kegagalan adalah kesempatan untuk memulai kembali.

Prosesku adalah sebuah pengalaman, lelah hati, pikiran dan fisik serta rugi waktu

dan materi tapi semuanya harus dilewati, nikmati, sabar dan ikhlas karena proses

tidak akan menghianati hasil.

Man Jadda Wajada

Man Shabara Zhafira

Man Sara Ala Darbi Washala

5
HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya tulis ilmiah ini saya persembahkan untuk :

Allah SWT

Ya Allah hari ini satu tugasku telah selesai, satu tanggung jawab telah

kulaksanakan. Dan apapun yang menantiku setelah ini dengan bantuan dan ridho-

Mu. Kuberharap petunjuk dan kekuatan agar apapun yang kulakukan esok dapat

memberikan arti dan kebahagiaan bagi diriku dan orang-orang sekitar. Semoga

kberhasilan ini merupakan awal dari keberhasilan selanjutnya yang akan kuraih.

Kedua Orang Tua

Untuk umi dan abah yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat,

doa, dorongan, nasehat, dan kasih sayang. Demi hidupku kalian ikhlas

mengorbankan segala perasaan tanpa lelah, dalam lapar berjuang separuh nyawa

hingga segalanya. Terimakasih sudah menjadi guru yang terbaik, terimakasih

untuk segalanya.

Keluargaku

Kepada kakakku (Istihanifah, S.Hum) dan adikku ( Mahdini Majidah dan Isnaeni

Fajri Fadilah) terimakasih untuk dukungannya. Tiada yang paling mengharukan

saat kumpul bersama kalian, walaupun sering bertengkar tapi hal itu menjadi

warna yang tidak akan tergantikan. Maaf belum bisa menjadi panutan seutuhnya,

tapi Nadaakan selalu menjadi yang terbaik untuk kalian.

Dosen Pembimbing KTI

Untuk Ibu Mayliya Qudriani, SST.,M.Kes dan Ummu Hani, SKM selaku dosen

pembimbing tugas akhir saya, terima kasih banyak bu, saya sudah dibantu selama

6
ini, sudah dinasehati, sudah diajari, saya tidak akan lupa atas bantuan dan

kesabaran dari ibu.

Temanku

Sahabat-sahabatku terimakasih sudah menjadi sahabat yang setia dan saling

mendukung, meskipun jarak memisahkan.

Sahabat seperjuangan (Asna, Kiki, Devi, Paolina, Kurni, dan Izza) terimakasih

sudah menjadi sahabat yang baik, setia, saling mengingatkan, memotivasi dan

canda tawa bersama.

Untuk (Fani dan Jannah) makasih sudah menjadi sahabat yang baik dan

pengertian.

Untuk teman satu pembimbing (Anggi, Devi, dan Yana) terimakasih sudah saling

mengingatkan dan pengertian, bertukar pikiran, memberi saran dan motivasi, serta

membantu dalam penyusunan KTI ini.

Teman-teman seperjuangan khususnya kelas B terimakasih selama 3 tahun ini

sudah menuntut ilmu bersama-sama.

Untuk teman satu bimbingan terima kasih atas dukungan dan masukannya, mari

sukses bersama.

7
FAKTOR RESIKO UMUR > 35 TAHUN DAN ANEMIA RINGAN
(Studi kasus terhadap Ny. S di puskesmas Kesamiran Kabupaten Tegal)

Qothrunnada Nadzifah1, Meyliya Qudriani, S.ST.,M.Kes2, Ummu Hani, SKM3.


Email : Nadzifah77@gmail.com 1.2 Diploma III Kebidanan, Politeknik Harapan
Bersama Tegal3 Puskesmas Kesamiran Kabupaten Tegal

ABSTRAK
Kematian maternal ialah kematian seorang wanita waktu hamil dalam
42 hari setelah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, sebuah kematian ini
dapat dibagi 2 golongan yaitu disebabkan komplikasi – komplikasi kehamilan,
persalinan dan nifas (wiknojosastro, 2018). Data tahun 2017 di Puskesmas
Kesamiran ibu hamil resiko tinggi sebanyak 188 ibu hamil, salah satunya yaitu
resiko umur > 35 tahun dan anemia ringan.
Tujuan umum dilakukannya studi kasus ini adalah untuk mampu
melakukan asuhan secara komprehensif yang bertujuan mendeteksi secara dini
penyulit yang ada dan melakukan antisipasi penanganan segera sesuai kebutuhan
ibu hamil, bersalin dan nifas, bbl. Menerapkan manajemen 7 langkah Varney dan
SOAP untuk mengetahui ada tidaknya kesenjangan antara teori dan kasus.
Obyek studi kasus ini adalah Ny. S umur 36 tahun dengan hamil,
bersalin, nifas dan bbl normal. Studi kasus ini penyusun melaksanakan pada bulan
Agustus 2018 di Puskesmas Kesamiran Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal.
Asuhan tersebut dijabarkan secara menyeluruh, diagnose Ny. S umur 36 tahun G3
P2 A0 hamil 39 minggu, janin tunggal, hidup intra uterin, letak memanjang,
punggung kanan, presentasi kepala, divergen dengan kehamilan Resiko Tinggi
Umur > 35 Tahun dan Anemia Ringan. Kasus pada ibu bersalin ini menggunakan
asuhan kebidanan dengan 60 langkah. Nifas Ny. S umur 36 tahun P3 A0 post
partum 3 hari dengan nifas normal sampai 8 hari postpartum dengan nifas normal.
Bayi baru lahir bayi Ny. S umur 3 – 8 hari lahir spontan jenis kelamin laki-laki
dengan BBL normal.
Dari semua data yang diperoleh penyusun selama melakukan asuhan
kebidanan pada Ny. S sejak umur kehamilan 37 minggu sampai nifas 8 hari,

8
penysun menyimpulkan bahwa masa kehamilan dengan Resiko Tinggi Umur > 35
Tahun dan Anemia Ringan, bersalin, nifas dan bbl berlangsung normal.

Kata kunci : Asuhan Kebidanan Komprehensif Resiko Tinggi Umur > 35


Tahun dan Anemia Ringan.
Daftar Pustaka : 25 (2007 – 2016)

9
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta hidayah-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

“ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. S UMUR 36 TAHUN

G3 P2 A0 DENGAN RESIKO TINGGI UMUR > 36 TAHUN DAN ANEMIA

RINGAN DI PUSKESMAS KESAMIRAN KECAMATAN TARUB

KABUPATEN TEGAL TAHUN 2018” untuk memenuhi tugas akhir sebagai

syarat menyelesaikan pendidikan DIII Kebidanan di Politeknik Harapan Bersama

Tegal.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari bahwa

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan terwujud tanpa adanya partisipasi dari

semua pihak. Oleh karena itu dengan segala ketulusan dan keikhlasan penulis

menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam – dalamnya kepada yang terhormat

1. MC, Chambali, B.Eng, EE,M.Kom selaku Direktur Politeknik Harapan

Bersama Tegal.

2. Nilatul Izah, S.ST, M.Keb selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan Politeknik

Harapan Bersama Tegal.

3. Mayliya Qudriani, SST.,M.Kes selaku pembimbing 1 yang telah

memberikan bimbingan dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah

ini.

4. Ummu Hani, SKM selaku pembimbing 2 yang telah memberikan

bimbingan dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

10
5. Ny. S selaku pasien dalam pelaksanaan asuhan kebidanan yang telah

memberikan partisipasinya dalam pembuatan karya tulis ilmiah dan

dilakukan pemeriksaan sehingga penulis tahu akan kehamilan, persalinan,

nifas dan bbl.

6. Kedua orang tua penulis yang telah mendukung baik secara material,

moral dan spiritual.

7. Semua dosen dan staf karyawan Politeknik Harapan Bersama Tegal.

8. Semua pihak yang tidak dapat ditulis dan disebutkan satu persatu yang

turut membantu dalam penyusunan laporan studi kasus.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam

penyusunan karya tulis ilmiah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan

saran dan kritik yang membangun dari para pembaca. Penulis berharap

semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya

dan para pembaca pada umumnya.

Tegal, …………………………..

Penulis

(Qothrunnada Nadzifah)

11
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN ORISINALITAS ........................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv

MOTTO .......................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi

HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Perumusan Penelitian ........................................................................... 9

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 9

D. Ruang Lingkup ..................................................................................... 10

E. Manfaat Penelitian ............................................................................... 11`

F. Metode Memperoleh Data ................................................................... 12

G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 15

1. Tinjauan Teori Medis ........................................................................... 15

A. Teori Kehamilan .............................................................................. 15

a. Pengertian kehamilan .......................................................... 15


12
b. Proses Terjadinya kehamilan ............................................... 15

c. Tanda – tanda kehamilan ..................................................... 19

d. Kebutuhan fisik ibu hamil ................................................... 22

e. Perubahan fisiologis pada ibu hamil.................................... 25

f. Perubahan psikologis pada ibu hamil .................................. 26

g. Definisi ANC ....................................................................... 28

h. Tanda bahaya kehamilan ..................................................... 33

i. Kehamilan denga anemia..................................................... 34

j. Kehamilan dengan resiko umur ........................................... 42

B. Teori Persalinan ............................................................................... 46

a. Definisi persalinan ............................................................... 46

b. Jenis – jenis persalinan ........................................................ 47

c. Teori penyebab persalinan ................................................... 48

d. Tanda – tanda persalinan ..................................................... 50

e. Tanda – tanda inpartu .......................................................... 50

f. Pembagian persalinan .......................................................... 52

g. Asuhan persalinan normal ................................................... 57

h. Program perencanaan persalinan dan pencegahan

komplikasi (P4K)................................................................. 63

C. Teori Nifas ....................................................................................... 85

a. Definisi nifas ....................................................................... 85

b. Tujuan asuhan masa nifas .................................................... 85

c. Kebijakan program nasional masa nifas .............................. 86

d. Kunjungan masa nifas ......................................................... 87

13
e. Perubahan fisiologis masa nifas .......................................... 88

f. Perubahan adaptasi psikologis ibu nifas .............................. 96

g. Perawatan pasca persalinan ................................................. 98

D. Teori Bayi Baru Lahir...................................................................... 103

a. Definisi ................................................................................ 103

b. Kunjungan neonatal ............................................................. 104

c. Ciri – ciri bayi normal ......................................................... 105

d. Pencegahan infeksi pada bayi baru lahir ............................. 106

e. Penanganan bayi baru lahir.................................................. 107

f. Perubahan yang terjadi pada bayi baru lahir ....................... 111

g. Tanda bahaya bayi baru lahir............................................... 114

2. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan ...................................................... 115

A. Pendokumentasian Metode SOAP ................................................. 115

B. Pendokumentasian Metode Varney ................................................ 116

3. Landasan Hukum Kewenangan Bidan ................................................. 120

BAB III TINJAUAN KASUS ......................................................................... 127

A. Asuhan Kebidanan Kehamilan............................................................. 127

B. Asuhan Kebidanan Persalinan.............................................................. 144

C. Asuhan Kebidanan Nifas...................................................................... 156

D. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir .................................................... 165

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 174

A. Asuhan Kebidanan Kehamilan............................................................. 174

B. Asuhan Kebidanan Persalinan.............................................................. 198

C. Asuhan Kebidanan Nifas...................................................................... 216

14
D. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir ................................................... 223

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 229

A. Kesimpulan ......................................................................................... 229

B. Saran .................................................................................................... 231

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

15
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data AKI di Puskesmas Kesamiran

Tabel 1.2 Pegukuran tinggi fundus uteri berdasarkan usia kehamilan

Tabel 1.3 Rentang waktu pemberian imunisasi TT dan lama perlindungannya

Tabel 1.4 Waktu Persalinan

Tabel 1.5 Diagosis kategori masa nifas

16
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat permohonan pengambilan data awal

Lampiran 2 Lembar konsul

Lampiran 3 Lembar buku KIA

Lampiran 4 Dokumentasi

17
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan

terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik pada ibu maupun

pada janin dalam kandungan dan dapat menyebabkan kematian, kesakitan,

kecacatan, ketidaknyamanan dan ketidakpuasan. Kehamilan resiko tinggi

dibagi menjadi 4 golongan seperti penyakit yang menyertai kehamilan

(hipertensi, rendahnya kadar protein dalam darah, tinggi kadar protein

dalam urin, kelainan penyakit gula, kelainan jantung pada ibu dan infeksi),

Penyulit kehamilan (partus prematurus, perdarahan dalam kehamilan,

kehamilan serotinus dan kelainan uterus), Riwayat obstetric yang jelek

(cacat bawaan, premature, abortus dan infertilitas), Keadaan ibu secara

umum (umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, paritas,

berat badan ibu, tinggi badan kurang dari 145 cm, jarak kehamilan).

Masalah-masalah kematian pada maternal yang terjadi karena 3 T

dan 4 terlalu yaitu 3 terlambat adalah tiga kalimat yang mengingatkan

semua pihak agar lebih perduli terhadap perempuan yang sedang hamil

dan menunggu persalinan.untuk menyelamatkan ibu bersalin dan anaknya,

maka harus dihindari tiga terlambat ini yaitu terlambat mengenal tanda

bahaya dan mengambil keputusan ,terlambat mencapai fasilitas kesehatan

dan terlambat mendapat pertolongan di fasilitas kesehatan. Sedangkan 4

terlalu adalah kalimat antisipatif bagi pasangan usia subur dalam

18
merencanakan kehamilan. 4 terlalu ini sebisa mungkin harus dihindari

dalam merencanakan kehamilan yaitu Terlalu muda punya anak (<20

tahun) Terlalu tua untuk mempunyai anak (>35 tahun) terlalu banyak

melahirkan anak(jumlah anak lebih dari 3) dan yang terakhir Terlalu rapat

jarak melahirkan (<2 tahun).dengan mengenali 3 terlambat dan 4 terlau ini

diharapkan pasangan usia subur (suami dan istri) dapat merencanakan

kehamilan dengan tepat.

Kehamilan di usia tua adalah kehamilan yang terjadi pada wanita

yang berusia lebih atau sama dengan 35 tahun. Kelompok usia ini sudah

tidak masuk dalam usia aman untuk kehamilan, yakni antara usia 20-34

tahun, dimana pada rentan usia tersebut, kondisi fisik dan psikis ibu dinilai

paling tidak cocok untuk menerima kehamilan. Faktor ini menjadi masalah

karena dengan bertambahnya umur maka ibu akan terjadi penurunan

fungsi dari organ yaitu melalui proses penuaan. Oleh sebab itu, diyakini

bahwa pada kehamilan di usia tua terjadi peningkatan berbagai faktor

risiko yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada ibu

maupun janin.

Anemia dalam kehamilan merupakan kondisi ibu dengan kadar

haemoglobin di bawah 11 g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 g%

pada trimester 2. Pada ibu hamil anemia juga disebabkan oleh salah satu

keadaan dimana jumlah erotrosit yang beredar atau konsentrasi

haemoglobin menurun sebagai akibatnya, ada penurunan transportasi

oksigen dari paru-paru ke jaringan. (Sarwono, 2009)

19
Penyebab anemia pada ibu hamil diantaranya asupan zat besi yang

kurang, cara pengolahan makanan yang kurang tepat, kekurangan zat besi

dan asam folat. Selain dari penyebab dapat pula terjadi akibat pada ibu

hamil yaitu dapat terjadi penyulit pada saat persalinan, resiko syok pada

saat persalinan, mudah terjadi penyakit pada masa kehamilan bahkan

terjadi prematuritas ataupun abortus, serta pada bayi dapat berakibat bayi

lahir dengan berat badan rendah. Tanda atau gejala yang seringkali muncul

pada anemia diantaranya muka terlihat pucat, cepat lelah,sering pusing,

dan sakit kepala, tekanan darah turun dan kadar pada haemoglobin terjadi

penurunan bila > 9 gr %. (Marmi, 2015)

Penatalaksanaan pada anemia kehamilan diantaranya dapat

dilakukan dengan cara makan makanan yang mengandung zat besi

misalnya daging, sayuran hijau seperti bayam, daun singkong, kangkung,

kacang – kacangan dan lain – lain. Selain itu juga dapat dilakukan dengan

cara minum tablet penambah darah sehari satu tablet / minimal 90 tablet

selama hamil. (Marmi,2015)

Upaya kesehatan ibu, diantaranya dapat dilihat dari indikator

Angka Kematian Ibu (AKI).(AKI) adalah jumlah kematian ibu selama

masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan,

persalinan dan nifas atau pengelolaanya tetapi bukan karena sebab-sebab

lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran

hidup,kematian ibu atau maternal di bagi menjadi dua yaitu kematian

langsung dan tidak langsung. kematian ibu langsung adalah sebagai akibat

komplikasi kehamilan, persalinan atau nifas dan segala intervensi atau

20
penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak

langsung merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit

yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan

misalnya malaria, anemia HIV /AIDS dan penyakit kadiovaskuler

(Prawirohardjo,2009).

Indikator ini tidak hanya mampu menilai program kesehatan ibu,

tetapi juga mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karena

sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan,baik dari sisi

aksesibilitas maupun kualitas. Penurunan (AKI) di indonesia terjadi sejak

1991 sampai dengan 2015, yaitu dari 390 pada tahun 1991 menjadi 305

pada tahun 2015. Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukan

peningkatan AKI yang disignifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per

100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survey Penduduk Antara

Sensus (SUPAS) 2015 (Profil Kesehatan Indonesia, 2017).

Upaya penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi

penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 59%

kematian bayi. Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2017, angka kematian neonatus (AKN) pada

tahun 2017 sebesar 15 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini dengan AKN

berdasarkan SDKI tahun 2012 dan menurun 4 poin dibanding SDKI tahun

2002-2003 yaitu 20 per 1.000 kelahiran hidup. (Profil Kesehatan

Indonesia, 2017).

Jawa Tengah angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2016 sebanyak

602 kasus, mengalami penurunan dibandingkan jumlah Kasus Kematian

21
Ibu di Tahun 2015 yang sebanyak 619 kasus. Dengan demikian Kasus

Kematian Ibu Provinsi Jawa Tengah juga mengalami penurunan dari

111,16 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 menjadi 109,65 per

100.000 kelahiran hidup pada tahun 2016. Jumlah kasus Kematian Ibu

Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2017 sebanyak 475 kasus, mengalami

penurunan dibandingkan jumlah kasus kematian ibu tahun 2016 sebanyak

602 kasus. Dengan demikian Angka Kematian Ibu Provinsi Jawa Tengah

mengalami penurunan dari 109,65 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun

2016 menjadi 88,05 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2017.

Kabupaten atau kota dengan kasus kematian ibu tertinggi adalah Brebes

yaitu 31 kasus, diikuti Pemalang 25 kasus, dan Kendal 25 kasus.

Kabupaten atau kota dengan kasus kematian terendah adalah Kota Tegal

yaitu 2 kasus diikuti Kota Magelang 3 kasus, dan Kota Sukoharjo 4 kasus

(Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2017).

Penyebab kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah yaitu hipertensi

sebesar 32,97%, perdarahan 30,37%, lain-lain 19,09%, gangguan sistem

peredaran darah sebesar 12,36%, infeksi 4,34% dan gangguan

metabolisme 0,87%. Angka kematian bayi (AKB) di Provinsi Jawa

Tengah tahun 2017 sebesar 8,9 per 1.000 kelahiran hidup. Kabupaten/kota

dengan AKB terendah adalah kota Surakarta yaitu 2,7 kasus per 1.000

kelahiran hidup dan tertinggi adalah Rembang 15 kasus per 1.000

kelahiran hidup (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2017).

Penyebab kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah yaitu hipertensi

sebesar 32,97%, perdarahan 30,37%, lain-lain 19,09%, gangguan sistem

22
peredaran darah sebesar 12,36%, infeksi 4,34% dan gangguan

metabolisme 0,87%. Angka kematian bayi (AKB) di Provinsi Jawa

Tengah tahun 2017 sebesar 8,9 per 1.000 kelahiran hidup. Kabupaten/kota

dengan AKB terendah adalah kota Surakarta yaitu 2,7 kasus per 1.000

kelahiran hidup dan tertinggi adalah Rembang 15 kasus per 1.000

kelahiran hidup (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2017).

Berdasarkan data dinas kesehatan Kabupaten Tegal, Angka

Kematian Ibu (AKI) di kabupaten tegal tahun 2017 terdapat 27 per 24225

kelahiran hidup mengalami penurunan, Angka Kematian Ibu dari tahun

yang mencapai 33 per 27314 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu

terbanyak disebabkan oleh komplikasi obstetric yaitu perdarahan sebanyak

25%, infeksi 7,5%, eklampsia 5% danpenyebab lain ada 15%. AKI

tersebut juga memenuhi target Indikator Indonesia Sehat 2010 sebesar 150

per 100.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan Resta Dinas

Kesehatan Kabupaten Tegal 2016-2019, AKI Kabupaten Tegal sudah

melampaui target yang diharapkan yaitu 120.3 kematian ibu per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 2017 (ProfilKesehatanKabupaten Kota Tegal

Tahun 2017)

Berdasarkan data yang di peroleh dari Puskesmas Kesamiran pada

tahun 2015 yaitu tidak terdapat angka kematian ibu dan angka kematian

bayi atau AKI dan AKB Zero, sedangkan pada tahun 2016 yaitu tidak

terdapat angka kematian ibu (AKI) Zero sedangkan AKB 13 kasus per

1000 KH.

23
Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas kesamiran

kabupaten tegal tahun 2017 terdapat 505 ibu hamil dan yang termasuk ibu

hamil resiko tinggi sebanyak 107 dengan beberapa kasus diantaranya yaitu

KEK 17,5%, sectio caesarea 9,5%, anemia 6,9%, , pre-eklamsia 3,7% dan

ibu hamil dengan faktor resiko terdapat 81 bumil dengan kasus faktor

resiko umur < 20 tahun dan > 35 tahun sebanyak 37,7% dan jarak anak < 2

tahun 5,3%. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

di Puskesmas Kesamiran pada tahun 2015 yaitu ZERO atau tidak ada

kematian ibu dan bayi, sedangkan pada tahun 2016 angka kematian ibu

(AKI) yaitu zero dan pada AKB terdapat 13 per 1.000 KH yang

disebabkan karena asfiksia dan bblr. Pada tahun 2017 AKB mengalami

penurunan yaitu 1 kematian bayi dengan kasus asfiksia, sedangkan pada

AKI tahun 2017 yaitu zero.(Data Rekapan AKI dan AKB Puskesmas Kesamiran,

2017).

Tabel 1.1 Data Bumil Resti di Puskesmas Kesamiran Tahun 2017

JUMLAH
NAMA KASUS %
KASUS

FAKTOR RESIKO UMUR < 20


71 37,7
TAHUN DAN > 35 TAHUN

KEK 33 17,5

SECTIO CAESARIA 18 9,5

ANEMIA 13 6,9

JARAK ANAK < 2TAHUN 10 5,3

24
PRE-EKLAMSI 7 3,7

LAIN – LAIN 36 19,4

O TOTAL 188 100

SOC (One Studi One Client) merupakan salah satu progam yang dibuat

pemerintah diharapkan dapat melakukan upaya preventif dan promotif

dalam rangka meningkatkan kesehatan ibu dan anak, melalui

pendampingan sejak hamil, persalinan hingga 42 hari masa nifas, untuk

mendeteksi dini terhadap factor resiko maupun komplikasi yang terjadi

pada masa kehamilan, persalinan dan masa nifas sehingga dapat dilakukan

penanganan secara cepat dan tepat.

Asuhan kebidanan komprehensif merupakan asuhan kebidanan

yang diberikan secara menyeluruh dari mulai hamil, bersalin, nifas, bayi

baru lahir, nifas sampai KB. Asuhan kebidanan ini dilakukan agar dapat

mengetahui hal-hal yang terjadi pada seorang wanita semenjak hamil,

bersalin, nifas, hingga bayi yang dilahirkan sampai dengan pemilihan KB,

serta melakukan pengkajian dan menegakkan diagnose secara tepat,

antisipasi masalah yang mungkin terjadi, menentukan tindakan segera,

melakukan perencanaan dan tindakan sesuai kebutuhan ibu, serta mampu

melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan. (Tiofani,

2012)

25
B. RUMUSAN MASALAH

“Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Secara Komprehensif pada Ny. S

dengan Faktor Resiko Tinggi Umur > 35 tahun dan Anemia Ringan di

Puskesmas Kesamiran Kabupaten Tegal Tahun 2018 ?”

C. TUJUAN MASALAH

1. Tujuan umum

Dapat melaksanakan manajemen asuhan kebidanan komprehensif

pada Ny. S dengan Faktor Resiko Tinggi Umur > 35 tahun dan

Anemia Ringan di Puskesmas Kesamiran Kabupaten Tegal Tahun

2018.

2. Tujuan manfaat khusus

a. Dapat melakukan pengkajian data pada asuhan kebidanan pada Ny.

S dengan Faktor resiko Tinggi Umur > 35 tahun dan Anemia

Ringan di Puskesmas Kesamiran Kabupaten Tegal Tahun 2018.

b. Dapat melakukan interpretasi data meliputi diagnosa masalah dan

kebutuhan pada Ny. S dengan Faktor Resiko Tinggi Umur > 35

tahun dan Anemia Ringan di Puskesmas Kesamiran Kabupaten

Tegal Tahun 2018.

c. Dapat mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial pada Ny.

S dengan Faktor Resiko Tinggi Umur > 35 tahun dan Anemia di

Puskesmas Kesamiran Kabupaten Tegal Tahun 2018.

d. Dapat melaksanakan antisipasi/tindakan segera terhadap masalah

yang muncul pada Ny. S dengan Faktor Resiko Tinggi Umur > 35

26
tahun dan Anemia di Puskesmas Kesamiran Kabupaten Tegal

Tahun 2018.

e. Dapat merencanakan asuhan pada ibu hamil, bersalin dan nifas

pada Ny. S dengan Faktor Resiko Tinggi Umur > 35 tahun dan

Anemia Ringan di Puskesmas Kesamiran Kabupaten Tegal Tahun

2018.

f. Dapat mengimplementasikan asuhan pada ibu hamil, bersalin dan

nifas pada Ny. S dengan Faktor Resiko Tinggi Umur > 35 tahun

dan Anemia Ringan di Puskesmas Kesamiran Kabupaten Tegal

tahun 2018.

g. Dapat mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada

ibu hamil, bersalin, dan nifas di Puskesmas Kesamiran Kabupaten

Tegal Tahun 2018.

D. RUANG LINGKUP

1. Sasaran

Ibu hamil, bersalin dan nifas Ny. S Faktor Resiko Tinggi Umur >

35tahun dan Anemia Ringan.

2. Tempat

Di Puskesmas Kesamiran Kabupaten Tegal.

3. Waktu

Pengambilan kasus : 31 Juli 2018 sampai 08 September 2018.

27
E. MANFAAT

1. Bagi penulis

Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi penulis dalam

memberikan asuhan kebidanan ibu hamil, bersalin dan nifas dengan

Faktor Resiko Tinggi Umur > 35 tahun dan Anemia Ringan.

2. Bagi institusi pendidikan

Dapat digunakan sebagai sumber bacaan atau referensi untuk

kebidanan khususnya ibu hamil, bersalin dan nifas dengan Faktor

Resiko Tinggi Umur > 35 tahun dan Anemia Ringan.

3. Bagi tenaga kesehatan

Dapat digunakan sebagai acuan dan masukkan dalam upaya

meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan pada ibu hamil,

bersalin dan nifas dengan Faktor Resiko Tinggi Umur > 35 tahun dan

Anemia Ringan.

4. Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan dan

kesadaran untuk melakukan pemeriksaan kesehatan selama hamil,

setelah persalinan, dan nifas di tenaga kesehatan.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat digunakan sebagai sumber dan bahan masukkan bagi peneliti

selanjutnya untuk menggali dan melakukan experimen dalam

memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin dan nifas

dengan Faktor Resiko Umur > 35 tahun dan Anemia Ringan.

28
F. METODE MEMPEROLEH DATA

1. Wawancara

Yaitu suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data,

dimana peneliti mendapatkan ketetrangan atau informasi secara lisan dari

seseorang sasaran penelitian (responden).

Dari hasil wawancara didapatkan data subyektif seperti biodata pasien,

alasan dating, keluhan utama, riwayat obstetric dan ginekologi, riwayat

kehamilan sekarang, riwayat haid, riwayat penggunaan kontrsepsi,

riwayat kesehatan dan lain-lain.

2. Observasi

Yaitu suatu prosedur yang berencana antara lain meliputi melihat,

mendengar, dan mencatat sejumlah aktifitas tertentu yang ada

hubungannya dengan masalah yang diteliti, dikaji dari hasil yang telah

dilakukan. Dari hasil observasi didapatkan data obyektif seperti

pemeriksaan fisik ibu, pemeriksaan obstetric, dan pemeriksaan

penunjang.

3. Pemeriksaan fisik

Melakukan pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi, auskultasi

dan pemeriksaan TTV. Dari pemeriksaan fisik didapatkan kondisi jani,

tekanan darah, suhu, nadi, dan pernafasan ibu dalam keadaan normal.

4. Dokumentasi

Yaitu semua bentuk informasi yang berhubungan dengan dokumen

atau catatan untuk memperoleh data – data pasien. Dari hasil

29
dokumentasi didapatkan informasi dan foto yang berhubungan dengan

data pasien.

5. Kepustakaan

Yaitu bahan bahan pustaka yang merupakan hal yang sangat

penting dalam menunjang latar belakang teori dan suatu penelitian. Dari

hasil kepustakaan didapatkan teori - teori yang mempermudah

penyelesaian kasus penelitian ini.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Karya tulis ilmiah ini disusun secara sistematis terdiri dari 5 bab, yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

B. RumusanMasalah

C. TujuanPenulisan

D. ManfaatPenulisan

E. RuangLingkup

F. MetodePenelitian

G. SistematikaPenulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Medis

B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan

C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan

30
BAB III : TINJAUAN KASUS

A. Asuhan Kebidanan Kehamilan

B. Asuhan Kebidanan Persalinan

C. Asuhan Kebidanan Nifas

D. Asuhan Kebidanan Neonatal

BAB IV :PEMBAHASAN

A. Pengumpulan Data Dasar

B. Interpretasi Data

C. Mengidentifikasi Diagnosa dan Mengantisipasi Penanganannya

D. Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera

E. Menyusun Rencana Asuhan Yang Menyeluruh

F. Pelaksanaan Langsung Asuhan Dengan Efisien dan Aman

G. Mengevaluasi

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

31
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. TINJAUAN TEORI MEDIS

1. TEORI KEHAMILAN

a. Pengertian Kehamilan

Ada beberapa pengertian Kehamilan menurut beberapa ahli, yaitu :

1) Kehamilan adalah mulai dari ovulasi sampai partus lamanya 280

hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid

terakhir (Yeyeh, 2009).

2) Kehamilan adalah mulai dari ovulasi sampai partus lamanya 280

hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu).

(Prawiroharjo, 2010)

b. Proses Terjadinya Kehamilan

Proses kehamilan merupakan matarantai yang berkeseimbangan dan

terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan

pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uteru, pembentukan

plasenta dan tumbuh kembang hash konsepsi sampai aterm.

1) Ovum

Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum

terjadi di genital ridge. Menurut umur wanita, jumlah oogonium

adalah sebagai berikut.(Sofian, 2012)

Bayi baru lahir : 750.000

Umur 6-15 tahum : 439.000

32
Umur 16-25 tahun : 159.000

Umur 26-35 tahun : 59.000

Umur 35-45 tahun : 34.000

Masa menopause : semua hilang

Urutan pertumbuhan ovum (oogenesis):

a. oogonium

b. oosit pertama (primary oocyte)

c. primary ovarian follicle

d. likuor folikularis

e. pematangan pertama ovum

f. pematangan kedua ovum pada saat sperma membuahi ovum

2) Spermatozoa

Sperma bentuknya seperti kecebong, terdiri atas kepala, yang

berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti (nukleus) leher, yang

menghubungkan kepala dengan bagian tengah dan ekor, yang

dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat.

Panjang ekor kira-kira 10x bagian kepala. (Sofian, 2011)

Urutan pertumbuhan sperma (spermatogenesis):

a. Spermatogonium, membelah dua

b. Spermatosit pertama, membelah dua

c. Spermatosit kedua, membelah dua

d. Spermatid, kemudian tumbuh menjadi

e. Spermatozoon (sperma)

33
3) Konsepsi

Pembuahan adalah suatu peristiwa penyatuan sel mani dengan sel

telur di tuba uterina. Hanya satu speuna yang telah mengalami

proses kapasitasi yang dapat melintasi zona pelusida dan masuk

ke vitelus ovum. Setelah itu, zona pelusida mengalami perubahan

sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma lain. Proses tersebut

diikuti oleh penyatuan kedua pronuklei yang disebut zigot, yang

terdiri atas acuan genetik dari wanita dan pria.(Sofian, 2012)

Pembuahan mungin akan menghasilkan:

zigot-XX menurunkan bayi perempuan

zigot-XX menurunkan bayi, laki-laki

Dalam beberapa jam setelah pembuahan. mulailah pembelahan

zigot yang terjadi selama 3 hari sampai stadium morula. Hasil

konsepsi tadi tetap digerakkan ke arah rongga rahim oleh

a. arus dan getaran rambut getar (silia), dan

b. kontraksi tuba

Hasil konsepsi tiba dalam kavum uteri pada tingkat blastula.

4) Nidasi

Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke

dalam endometrium.

Jaringan endometrium tersebut banyak mengandung sel-sel

desidua, yaitu sel-sel besar yang mengandung banyak glikogen

serta mudah dihancurkan oleh trofoblas. (Sofian, 2012)

34
Sel-sel trofoblas mesodernal yang tumbuh disekitar mudigah

(embrio) akan melapisi bagian dalam trofoblas. Dengan demikian,

terbentuklah sekat korionik (chorionic membrane) yang kelak

menjadi korion. Sel-sel trofoblas tumbub menjadi 2 lapisan :

a. Sitotrofoblas, di sebelah dalam

b. Sinsitiotrofoblas, di sebelah luar

5) Plasetasi dan Mukosa Rahim

Mukosa Rahim pada wanita yang tidak hamil terdiri atas stratum

kompaktum dan stratum spongium.

Desidua adalah mukosa Rahim pada kehamilan yang terbagi atas :

1. Desidua basalis : yang terletak diatara hasil kosepsi dan

dinding Rahim, tempat terjadinya plasentasi.

2. Desidua kapsularis : yang meliputi hasil konsepsi kea rah

rongga rahim, dan lama kelamaan bersatu dengan desidua

vera karena obliterasi, dan

3. Desidua vera (parietalis) : yang meliputi laisan dalam dinding

rahim lainnya. (Sofian, 2012)

6) Pertumbuhan Mudigah (Embriogenesis)

Pertumbuhan mudigah (embrio) bermula dari lempeng embrional

(embryonal plate) yang selanjutnya berdiferesiasi menjadi tiga

unsur lapisan, yaitu :

1. Sel – sel ektodermal

2. Sel – sel mesodermal

3. Sel – sel entodermal

35
Ruang amnion akan bertumbuh pesat mendesak eksoselom

sehingga dinding ruang amnion mendekati korion. Mesoblas

diantara ruang amnion dan mudigah menjadi padat, disebut body

stalk, yang merupakan jembatan antara mudigah dan dinding

trofoblas. Body stalk menjadi tali pusat. Pada tali pusat ini

terdapat :

1. Jelly wharton : jaringan lembek yang berfungsi untuk

melindungi pembuluh darah

2. 2 arteri umbilikalis, dan vena umbilikalis

Kedua arteri da satu vena tadi menghubungkan sistem

kardiovaskuler janin dengan plasenta. Sistem kardiovaskuler

akan terbentuk kira – kira pada kehamilan minggu kesepeluh.

(Sofian, 2012)

c. Tanda-tanda kehamilan

Menurut Sofian (2012) tanda-tanda kehamilan dibagi menjadi tiga

seperti tanda-tanda presumtif, tanda-tanda kemungkinan hamil dan

tanda pasti hamil.

1) Tanda-tanda presumtif :

a) Amenorea

Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid

terakhir (HT) supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan

taksiraii tanggal persalinan (TTP). yang dihitung dengan

menggunakan rumus dari Neagle :

36
TTP = (hari pertama haid terakhir +7) dan (bulan haid terakhir

-3) dan (tahun haid terakhir +1)

b) Mual dan muntah

Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan

hingga akhir waktu trimester pertama. Karena sering terjadi di

pagi hari maka disebut dengan morning sickness (sakit pagi).

c) Mengidam

Ibu hamil seing meminta makanan atau minuman

tertentu terutama pada bulan-bulan trimester pertama. Mereka

juga tidak tahan dengan bau-bauan.

d) Pingsan

Jika berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan

pada, seorang wanita yang sedang hamil dapat pingsan.

e) Anoreksia (tidak ada selera makan)

Tidak adanya sclera makan hanya berlangsung pada

triwulan pertama kehamilan. kemudian nafsu makan timbul

kembali.

f) Payudara membesar dan tegang

Payudara membesar. tegang dan sedikit nyeri

disebabkan pengaruh hormon progesteron dan estrogen yang

merangsang duktus dan alveoli payudara.

g) Miksi sering

Miksi sering karena kandung kemih tertekan oleh rahim

yang membesar. Gejala itu akan hilang pada trimester kedua

37
kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala tersebut muncul

kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin.

h) Konstipasi

Konstipasi terjadi karena tonus otot menurun

disebabkan oleh hormon steroid.

i) Pigmentasi kulit

Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon kortikosteroid

plasenta, dijumpai di muka (chloasma gravidarum), areola

payudara, leher, dan dinding perut (linea nigra dan striae

gravidarum)

j) Epulis

Perkembangan pada gusi disebabkan oleh peningkatan

jumlah pembuluh darah.

k) Varises

Pemekaran vena-vena (varises) dapat terjadi pada kaki,

betis, dan vulva, biasanya dijumpai pada triwulan akhir.

2) Tanda-tanda kemungkinan hamil

a) Perut membesar

b) Uterus membesar : terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan

konsistensi rahim.

c) Tanda hegar : ditemukannya serviks dan isthmus uteri yang

lunak pada pemeriksaan bimanual saat usia kehamilan 4

sampai 6 minggu.

38
d) Tanda chadwick : perubahan warna menjadi kebiruan yang

terlihat di porsio, vagina dan labia. Tanda tersebut akibat

pelebaran vena karena peningkatan kadar estrogen.

e) Tanda piskacek : uterus membesar ke salah satu jurusan hingga

menonjol ke uterus yang dekat dengan implantasi plasenta.

f) Tanda braxton hick

Tanda braxton hicks, bila uterus dirangsang mudah

berkontraksi.

g) Teraba ballotement

h) Reaksi kehamilan positif

3) Panda pasti hamil

Tanda pasti hamil adalah sebagai berikut :

a) Gerakan janin yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga

bagian-bagian janin.

b) Denyut jantung janin didengar dengan stetiskop-monoauial

Leannec, dicatat dan didengar dengan alat doppler, dilihat pada

ultra sonografi

c) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen.

d. Kebutuhan Fisik lbu Hamil Menurut Sofian (2012)

1) Oksigen

Kebutuhan oksigen selama kehamilan meningkat sebagai respon

tubuh terhadap akselerasi metabolisme rate perlu untuk

menambah masa jaringan pada payudara. hasil konsepsi dan masa

aterus dan lain-lain, akibat terjadi perubahan anatomi paru,

39
diameter thorak meningkat ± 2 cm lingkaran dada akan meningkat

5-7 cm, sudut Costa ± 68° sebelum kehamilan menjadi 103° pada

kehamilan trimester ketiga.

2) Nutrisi

Nutrisi ini berkaitan dengan pemenuhan kalori yang di gunakan

oleh tubuh sebagai pengelola:

a) Proses physic 66% (pernafasan + sirkulasi + digestiv + secrete +

temperatur tubuh) di tambah untuk pertumbuhan dan perbaikan)

= 1,440 Kcal/Dag.

b) Aktivitas / hari seperti jalan, posisi tubuh, bicara perpindah-

pindahan dari satu tempat kesatu tempat yang lain, makan

membutuhkan energi 17% total tidak hamil bekerja rata-rata 7-

10% membutuhkan 150-200 Kcal.

c) Metabolisme 7% 144 Kcal dengan pembagian kondisi tidak

d) hamil = 2100 Kcal/hari, Hamil = 2500 Kcal/Hari (fetus,

plasenta, uterus, mammae), Lactasi = 3000 Kcal/hari.

3) Personal hygien

Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan

sedikitnya dua kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk

menegeluarkan banyak keringat, menjaga kebersihan diri terutama

lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah genetalia) dengan

cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan. Kebersihan gigi dan

mulut, perlu mendapat perhatian karena seringkali mudah terjadi

gigi berlubang, terutama pada ibu yang kekurangan kalsium, rasa

40
mual selama hamil dapat mengakibatkan perubahan hygiene mulut

dan dapat menimbulkan karies gigi.

4) Pakaian

Pada dasarnya pakaian apa saja dapat dipakai, baju hendaknya yang

longgar dan mudah dipakai serta bahan yang mudah menyerap

keringat. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dan dihindari yaitu :

1) sabuk dan stoking yang terlalu ketat, dikarenakan menggangu

aliran balik (2) sepatu dengan hak tinggi, akan menambah lordosis

sehingga sakit pinggang akan bertmbahan, payudara perlu ditopang

dengan BH yang mernadai untuk mengurangi nisa tidak enak

karena pembesaran dan kecenderungan yang mejadi mendulans.

5) Eliminasi

Kebutuhan frisk ibu hamil akan eliminasi berkaitan dengan

adaptasi gastrointestinal sehingga menyebabkan penurunan tonus

dan motiliti lambung dan usus terjadi reabsorbsi zat makanan

peristaltik usu lebih lambat sehingga menyebabkan obstipasi;

penekanan kandung kemih karena pengaruh Hormone Oestrogen

dan Progestoren sehingga menyebabkan sering buang air kecil;

terjadi pen egel uaran keringat.

6) Seksual

Selama kehamilan berjalan noimal, koitus diperbolehkan sampai

akhir kehamilan, meskipun beberapa ahli berpendapat sebaiknya

tidak lagi berhubungan seksual selama 14 hari menjelang kelahiran.

Koitus tidak dibenarkan bila terdapat perdaraha pervaginam,

41
riwayat abortus berulang, abortus/partus prematurus imminens,

ketuban pecah sebelum waktunya, servik telah membuka.

e. Perubahan Fisiologis pada ibu hamil.

Menurut Sofian (2012), perubahan fisiologis pada ibu hamil terjadi

pada :

1) Uterus

Ukuran : untuk akomodasi pertumbuhan janin, rahim

membesar akibat hipertrofi dan hiperplasia otot bolos rahim,

serabut-serabut kolagennya menjadi higroskopik, endometrium

menjadi desidua.

2) Ovarium

Ovulasi berhenti, masih terdapat korpus luteum graviditas

sampai terbentuknya uri yang mengambil pen gel uaran ekstrogen

dan progestron.

3) Vulva dan vagina

Vulva dan vagina terlihat lebih mrah atau kebiruan karena

pengaruh dari ekstrogen.

4) Dinding perut

Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan

menyebabkan robeknya serabut elastik di bawah kulit sehingga

timbul striae gravidarum.

42
5) Sistem sirkulasi darah

Volume darah dan volume plasma darah naik pesat sejak

akhir trimester pertama, sehingga menyebabkan kadar

hemoglobin menurun.

6) Sistem pernafasan

Wanita hamil kadang-kadang mengeluh sesak nafas. Hal

itu disebabkan oleh usus yang tertekan ke arah diafragma akibat

pembesaran rahim.

7) Sistem pencernaan

Salivasi meningkat dan pada trimester pertama timbul

keluhan mual muntah di pagi hari (morning sickness).

8) Payudara

Selama kehamilan payudara bertambah besar, tegang dan

berat. Hiperpigmentasi terjadi pada puting susu dan aerola

payudara.

f. Perubahan Psikologis pada ibu hamil Menurut Rukiah (2009)

Perubahan Psikologis Selama hamil kebanyakan wanita mengalami

perubahan psikologis diantaranya adalah :

1) Perubahan Psikologis Trimester I (Periode Penyesuaian)

Beberapa wanita yang telah merencanakan kehamilan atau

berusaha keras untuk hamil, merasa senang sekaligus tidak

percaya bahwa dirinya telah hamil dan mencari tanda bukti

kehamilan pada setiap jengkal tubuhnya. Ada beberapa wanita

mengalami peningkatan hasrat seksual, tapi secara unium sengat

43
dipengaruhi oleh keletihan, nausea, depresi, payudara membesar

dan nyeri, kecemasan, kekhawatiran, dan masalah lain yang

merupakan hal normal terjadi pada trimester pertama.

2) Perubahan Psikologi Trimester II (Periode Kesehatan yang Baik)

Peningkatan rasa memiliki dan mulai dapat kembali pada minat

semula, adanya gerakan anak menjadikan ibu semakin merasakan

kehamilan, mulai membayangkan fisik calon bayi dan merancang

rencana masa depan untuknya, ibu merasakan peningkatan

trimester kedua relatif terbebas dan segala ketidaknyamanan fisik.

dan ukuran pfsrut wanita belum menjadi masalah besar, lubrikasi

vagina semakin banyak, kecemasan, kekhawaiiran dan masalah

sebelumnya mereda.

Pada masa ini, telah mengalami perubahan dan ibunya menjadi

seorang yang mencari kasih sayang dari pasangannya, serta

mempengaruhi peningkatan libido dan kepuasan seksual.

3) Perubahan Psikologis pada Trimester III (Periode Penantian

dengan Penuh Kewaspadaan)

Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayinya

sebagai makhluk yang terpisah sehingga is tidak sabar menanti

kehadiran sang bayi. Perasaan was-was mengingat bayi dapat

lahir kapanpun, membuatnya berjaga-jaga dan memperhatikan

serta menunggu tanda gejala persalinan muncul.

Pada trimester ketiga ibu akan kembali merasakan

ketidaknyamanan fisik yang semakin kuat menjelang akhir

44
kehamilan. Ia akan merasa canggung, jelek, berantakan dan

memerlukan dukungan yang sangat besar dan konsisten dari

pasangannya.

g. Definisi ANC (Ante Natal Care)

ANC (Antenatal care) merupakan pelayanan yang diberikan pada ibu

hamil untuk memonitor, mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi

ibu dan mendeteksi apakah ibu hamil normal atau hermasalah serta

menatalaksanakan kondisi yang tidak normal (Rukiyah, 2009).

1) Kebijakan Program

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali

selama kehamilan :

a) Satu kali pada triwulan pertama

b) Satu kali pada triwulan kedua

c) Dua kali pada triwulan ketiga

Standar asuhan kebidanan yang membahas tentang asuhan

kehamilan yaitu :

(1) Standar 3 identifikasi ibu hamil

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan

masyarakat secara berkala

(2) Standar 4 pemeriksaan dan pemantauan antenatal

Ibu hamil melakukan periksa kandungan ke bdan minimal 4

kali selama kehamilan.

(3) Standar 5 palpasi abdominal

45
Pada palpasi abdominal ini dilakukan pemeriksaan leopold

yang terdiri dari empat langkah yaitu :

a) Leopold I menentukan tinggi fundus uteri dan letak

presentasi pada bagian fundus kepala atau bokong.

b) Leopold II menentukan letak pungggung janin

c) Leopold III menentukan bagian terbawah janin

d) Leopold IV menentukan apakah bagian terbawah janin

sudah masuk panggul.

(4) Standar 6 pengelolaan anemia pada kehamilan

Minimal 90 tablet fe selama kehamilan.

(5) Standar 7 pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan.

Setiap kenaikan tekanan darah serta tanda-tanda adanya

preeklamsia bidan mengambil tindakan yang tepat.

(6) Standar 8 persiapan persalinan

Persiapan persalinan meliputi tempat persalinan, memilih

tenaga kesehatan, menghubungi tenaga kesehatan,

transportasi, sana dan hadirnya keluarga saat melahirkan.

Pelayanan Asuhan Standar Antenatal Care (ANC) menurut

KemenKes RI (2016) terdiri dari "10 Pastikan ibu hamil

medapat pelayanan pemeriksaan kehamilan yang meliputi :

(1) Pengukuran tinggi badan dilakukan lx1 dan BB (TI)

Bila tinggi badan < 145 cm, maka factor resiko panggul

sempit, kemungkinan sulit melahirkan secara normal.

46
Penimbangan berat badan setiap kali periksa, sejak bulan ke

— 4 pertambahan BB saat hamil maksimal 9-13 kg.

(2) Pengukuran tekanan darah (T2)

Dilakukan setiap kali ibu hamil berkunjung dikatakan tidak

normal atau dinyatakan pre-eklampsi jika penambahan

systole 30 mmHg dan diastole 15 mmHg.

Tekanan darah normal 120/80 mmHg. Bila tekanan darah

lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg, ada factor

risiko hipertensi (tekanan darah tinggi) dalam kehamilan.

(3) Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) (T3)

Tujuan untuk menentukan status gizi ibu hamil

Bila < 23,5 cm menunjukan ibu hamil menderita kurane

energi kronis (Ibu hamil KEK) dan beresiko melahirkan

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).

(4) Pengukuran tinggi fundus uteri (T4)

Pengukuran tinggi Rahim berguna untuk mengetahui

pertumbuhan janin apakah sesuai dengan usia kehamilan.

Ukuran normal TFU dapat menggunakan metline rumusnya

-(-2) atau (+2)

Tabel 1.2.Pengukuran tinggi fundus uteri berdasarkan usia

kehamilan.

Tinggi fundus uteri Umur kehamilan

3 jari di atas simfisis 12 minggu

Pertengan simfisis dengan pusat 16 minggu

47
3 jari dibawah pusat 20 minggu

Setinggi pusat 24 minggu

3 jari diatas pusat 28 minggu

Pertengahan pusat dan px 32 minggu

Setinggi px 36 minggu

3 jari dibawah px 40 minggu

Sumber tabel : (Hani, 2010)

(5) Penentuan letak janin (presentasi janin) dan perhitungan

denyut jantung janin (T5)

Apabila trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau

kepala belum masuk panggul, kemungkinan ada kelainan

letak atau ada masalah lain. Bila denyut jantung janin

kurang dari 120 kali/menit atau lebih dan i 60 kali/tilenit

menunjukan ada tanda gawat janin, segera rujuk.

(6) Penentuan status imunisasi tetanus toksoid (TT) (T6)

Oleh petugas untuk selanjutnya bila mana diperlukan

mendapatkan suntikan tetanus toksoid sesuai anjuran

petugas kesehatan untuk mencegah tetanus pada ibu dan

bayi.

Dengan berpedoman pada pemberian TT Longlife

Tabel 1.3 jadwal pemberian imunisasi

Antigen Interval (selang Lama %

waktu minimal) perlindungan Perlindungan

48
TT 1 Pada kunjungan - -

antenatal

TT 2 4 minggu setelah 3 tahun 80

TT1

TT 3 6 bulan setelah TT 5 tahun 95

TT 4 1 tahun setelah TT 10 tahun 99

TT 5 1 tahun setelah TT 25 tahun 99

Keterangan : artinya dalam waktu 3 tahun Wanita Usia

Subur (WUS) tersebut melahirkan, maka bayi yang

dilahirkan akan terlindungi dari Tetanus Neonatorum (TN)

(Rukiah,2009)

(7) Pemberian tablet tambah darah (T7)

Ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet tambah

darah setiap hari minimal selama 90 hari. Tablet tambah

darah diminum pada m al a-m hari untuk m en guran gi rasa

mual .

(8) Tes laboratorium (T8)

a) Tes golongan darah, untuk mernpersiapkan donor bagi

ibu hamil bila diperlukan

b) Tes hemoglobin, untuk mengetahui apakah ibu

kekurangan darah (Anemia)

49
c) Tes pemeriksaan urin (air kencing)

d) Tes pemeriksaan darah lainnya, seperti HIV dan sifilis,

sementara pemeriksaan malaria dilakukan di daerah

endemis.

(9) Konseling atau penjelasan (T9)

Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai perawatan

kehamilan, pencegahan kelainan bawaan, persalinan dan

inisiasi menyusu dini (IMD), nifas, perawatan bayi baru

lahir, ASI eksklusif, keluarga berencana dan imunisasi pada

bayi.

Penjelasan ini diberikan secara bertahap pada saat

kunjungan ibu hamil.

(10) Tata laksana atau mendapatkan pengobatan (T10)

Jika ibu mempunyai masalah kesehatan pada saat hamil.

h. Tanda bahaya pada kehamilan

Menurut (Rukiah, 2013) ada 6 tanda-tanda bahya kehamilan

adalah sebagai berikut :

1) Pendarahan pervaginam.

2) Sakit kepala yang hebat.

3) Perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur, rabun senja).

4) Nyeri abdomen yang hebat.

5) Bengkak pada muka dan tangan.

6) Bayi kurang bergerak seperti biasa

7) Ketuban Pecah Dini

50
i. Kehamilan dengan Anemia

1) Pengertian Anemia

Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah

merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin

shingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa

oksigen keseluruh jaringan (Tarwoto dan Wasnindar, 2013).

Anemia pada ibu hamil didefinisikan bila kadar Hb dibawah

11 gr/dl (dr. Taufan,2012).

Anemia pada ibu hamil adalah Kondisi dimana sel darah

merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas

daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ – organ vital pada ibu

dan janin menjadi berkurang (Tarwoto dan Wasnindar, 2013).

2) Etiologi

Penyebab anemia pada ibu hamil adalah :

(a) Kekurangan zat gizi dalam makanan yang dikonsumsi.

Faktor kemiskinan dan perubahan pola makan, kebudayaan,

ketimpangan gender menjadi hal tersebut.

(b) Penyerapan zat besi yang tidak optimal, misalnya karena diare,

pembedahan saluran pencernaan, sebagian zat besi diarbsorbsi di

usus halus bagian pangkal (duodenum) penyerapan zat besi juga

dipengaruhi oleh hormon intrinsic faktor yang dihasilkan lambung.

(c) Kehilangan darah disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang

banyak, perdarahan akibat luka, perdarahan karena penyakit

tertentu, perdarahan setelah melahirkan (Tarwoto dan

Wasnindar,2013).

51
3) Patofisiologi

Perubahan haematologi pada kehamilan disebabkan oleh

perubahan sirkulasi yang makin meningkat pada plasenta dan

payudara. Volume plasma meningkat sebesar 45-65% pada

trimester I dan II pada kehamilan. Puncaknya terjadi pada bulan ke

-9 dengan peningkatan sebesar 1000 ml, lalu sedikit menurun

menjelang aterm, dan kemungkinan kembali normal pada tiga

bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma

seperti laktogen plasenta, menyebabkan peningkatan sekresi

aldesteron. Selama kehamilan, volume darah mengalami

peningkatan yang disebut dengan hiperemia atau hipervolumia.

Kondisi ini menyebabkan pengenceran darah karena pertambahan

sel darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma darah.

(Betty, 2013)

Zat besi masuk dalam tubuh melalui makanan. Pada

jaringan tubuh besi berupa senyawa fungsional seperti

haemoglobin, mioglobin dan enzim – enzim, senyawa besi

transportasi yaitu dalam bentuk trnsferin dan senyawa besi

cadangan seperti ferritin dan hemosiderin. Besi ferri dari makanan

akan menjadi ferro jika dalam keadaan asam dan bersifat

mereduksi sehingga mudah diarbsorbsi oleh mukosa usus. Dalam

tubuh besi tidak terdapat bebas tapi berikatan dengan molekul

protein membentuk ferritin , komponen proteinnya apoferritin,

sedangkan dalam bentuk transport zat besi dalam bentuk ferro

52
berikatan dengan protein membentuk transferin, komponen

proteinnya disebut apotrnsferin, dalam plasma darah disebut

serotransferin.

Zat besi yang berasal dari makanan seperti daging, hati,

telor, sayuran hijau dan buah – buahan diarbsopsi di usus halus.

Rata – rata dari makanan yang masuk mengandung 10 – 15 mg zat

besi tetapi hanya 5 – 10 % yang dapat diarbsopsi. Penyerapan zat

besi ini dipengaruhi oleh faktor adanya protein hewani dan vitamin

C. Sedangkan yang menghambat serapan adalah kopi, teh, garam

kalsium dan magnesium, karena bersifat mengikat zat besi.

Menurunnya asupan zat besi yang merupakan unsur utama

pembentukan haemoglobin maka kadar/produksi haemoglobin juga

meningkat. (Tarwoto dan Wasnindar, 2013)

4) Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala anemia pada ibu hamil ialah : (Tarwoto dan

Wasnindar, 2013).

(a) Pucat pada mata

(b) Kekuningan pada mata

(c) Cepat lelah, sering pusing dan sakit kepala

(d) Terjadi sariawan, peradangan gusi, lidah dan sudut mulut

(e) Sering terjadi kram kaki

(f) Tekanan darah turun

53
5) Pencegahan Anemia Kehamilan

Nutrisi yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah

terjadinya anemia jika sedang hamil. Makan – makanan yang

tinggi kandungan zat besi (seperti sayuran berdaun hijau, daging

merah, sereal, telur dan kacang tanah) dapat membantu menjaga

pasokan besi yang diperlukan untuk berfungsi dengan baik.

Pemberian vitamin untuk memastikan bahwa tubuh memiliki

cukup zat besi dan asam folat. Pastikan tubuh mendapat setidaknya

27 mg zat besi setiap hari. Jika mengalami anemia selama

kehamilan, basanya dapat diobati dengan mengambil suplemen zat

besi (Atikah, 2011).

6) Klasifikasi Anemia

(a) Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia yang paling

banyak dijumpai. Anemia defisiensi zat besi ditangani dengan

carapemberian asupan zat besi yang adekuat. Kebutuhan zat

besi pada ibu hamil, ibu menyusui, atau wanita usia subur

secara berurutan menurut food and nutrition board (FNB)

amerika serikat (1958) adalah 12 mg, 15 mg, dan menurut

lembaga ilmu pengetahuan indonesia (LIPI) adalah 12 mg, 17

mg, 17 mg. preparat zat besi, baik oral maupun parenteral,

dapat diberikan jika diperlukan. Preparat oral yang lzim

digunakan adalah sulfas ferrosus atau glukonas ferrosus

dengan dosis pemberian 3 – 5 x 0,20 mg. preparat parenteral

diberikan jika preparat oral tidak dapat ditoleransi atau ibu

54
hamil mengalami gangguan absorpsi saluran cerna. Preparat

parenteral yang digunakan antara lain imferon, jectofer dan

ferrigen. Preparat zat besi akan memberikan hasil yang lebih

cepat darpada preparat oral.

(b) Anemia megalobistik yaitu anemia dengan karakteristik sel

darah makrositik. Anemia megaloblastik dapat terjadi akibat

defisiensi asam folat, malnutrisi, infeksi kronis, atau defisiensi

vitamin B12. Anemia megaloblastik ditangani dengan

pemberian asam folat 15 – 30 mg per hari, vitamin B12 3 x 1

tablet per hari, atau sulfats ferosus 3 x 1 tablet per hari.

(c) Anemia hipoplastik

Anemia hipoplastik terjadi karena adanya hipofungsi sumsum

tulang belakang dalam bentuk sel darah merah yang baru.

Anemia hipoplastik primer atau idiopatik masih belum

diketahui penyebabnya dan sulit untuk ditangani. Anemia

hipoplastik sekunder dapat terjadi akibat adanya infeksi berat

dan pajanan terhadap racun kimiawi, rontgen atau radiasi.

Diagnosis ditentukan dengan melakukan pemeriksaan darah

perifer lengkap, pemeriksaan fungsi sternal atau pemeriksaan

retikulosit. Penanganan anemia hipoplastik menggunakan obat

– obatan tidak memberikan hasil yang memuaskan. Biasanya

kasus anemia hipoplastik ringan ditangani dengan pemberian

transfuse darah. Akan tetapi tindakan ini perlu dilakukan

secara berulang.

55
(d) Anemia hemolitik

Anemia hemolitik terjadi akibat penghancuran sel darah merah

yang lebih cepat daripada pembentukannya. Kondisi ini dapat

disebabkan oleh berbagai hal, antara lain :

1. Faktor intrakopuskular atau factor instrinsik. Faktor ini

biasanya bersifat herediter dan dapat dijumpai pada

anemia hemolitik herediter, talesemia, anemia sel sabit,

hemoglobinopati, dan hemoglobinuria noktural

paroksimal.

2. Faktor ekstrakorpuskular atau factor ekstrinsik. faktor

ekstrakorpuskular dapat disebabkan olehmalaria, infeksi,

pajanan terhadap zat kimiawi dan obat – obatan. Faktor

ekstrakorpuskular lazim menyebabkan leukemia dan

limfoma non – Hodgkin. Gejala utama anemia hemolitik

dapat berupa perasaan lelah, lemah, atau anemia dengan

gambaran darah yang abnormal. Penanganan yang

dilakukan untuk mengtasi kondisi ini bergantung pada

jenis dan penyebab anemia hemolitik. Jika anemia

hemolitik disebabkan oleh infeksi, penanganan dpat

dilakukan dengan pemberian antibiotic dan obat – obatan

penambah darah. terkadang, pemberian obat – obatan

penambah darah tidak memberikan hasil sehingga

transfusi darah berulang perlu dilakukan. (Evi pratami,

2013)

56
7) Derajat Anemia

Berdasarkan ketetapan WHO, anemia bumil adalah bila HB kurang

dari 11 gr %.

Anemia bumil di Indonesia sangat bervariasi yaitu :

1. Hbs 11 gr% : Normal

2. Hbs 9 – 10 gr % : Anemia Ringan

3. Hbs 7 – 9 gr % : Anemia Sedang

4. Hbs < 7 gr % : Anemia Berat (Manuaba, 2010)

8) Pengaruh anemia pada kehamilan

Anemia dapat menggangu kesehatan, baik ibu maupun janin. Berikut

ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai bahaya anemia bagi ibu

dan janin menurut Evi pratami, 2013 :

a) Pengaruh anemia pada ibu hamil

Kondisi anemia sangat mengganggu kesehatan ibu hamil

sejak awal kehamilan hingga masa nifas. Anemia yang terjadi

pada kehamilan dapat menyebabkan abortus, persalinan

prematur, hambatan tumbuh kembang janin dalam

Rahim,peningkatan resiko terjadinya infeksi,ancaman

dekompensasi jantung jika Hb kurang dari 6,0 gr %, mola

hidatidosa, hyperemesis gravidarum, perdarahan antepartum,

dan ketuban pecah dini.

Anemia juga dapat menyebabkan gangguan selama

persalinan seperti gangguan his, gangguan kekuatan mengejan,

kala satu lama, kala kedua yang lama sehingga dapat

57
melelahkan ibu dan sering kali mengakibatkan tindakan

operasi,kala ketiga yang diikuti dengan retensio plasenta dan

perdarahan postpartum akibat Antonia uteri, atau perdarahan

postpartum sekunder dan Antonia uteri pada kala empat.

Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh anemia selama masa

puerperium adalah resiko terjadinya sub involusi uteri yang

mengakibatkan perdarahan postpartum, resiko terjadinya

dekompensasi jntung segera setelah persalinan, resiko infeksi

selama masa puerperium menurunkan produksi ASI, anemia

selama masa puerperium, dan meningkatkan resiko terjadinya

infeksi payudara.

b) Pengaruh anemia pada janin

Anemia yang terjadi pada ibu hamil juga dapat

membahayakan janin yang dikandungnya. Ancaman yang

dapat ditimbulkan oleh anemia pada janin adalah resiko

terjadinya kematian intrauterin, resiko terjadinya abortus, bert

badan lahir rendah, resiko terjadinya cacat bawaan,

peningkatan resiko terjadinya infeksi pada bayi hingga

kematian neonatal atau tingkat inilegensi bayi rendah.

9) Cara mengatasi anemia pada ibu hamil

Cara mengatasi anemia pad ibu hamil menurut tarwoto, 2013.

Identifikasi penyebab anemia pada ibu hamil yaitu :

a) Pastikan tanda dan gejala anemia yang terjadi pada ibu hamil.

b) Makan – makanan yang banyak mengandung zat besi, asam folat.

58
c) Makan yang cukup, 2 kali lipat dari pola makan sebelum hamil.

d) Konsumsi vitamin C yang lebih banyak.

e) Hindari dan kurangi minum kopi dan the.

f) Hindari penggunaan alcohol dan obat – obatan / zat penenang.

g) Minum suplemen zat besi 90 tablet selama kehamilan.

h) Istirhat yang cukup.

i) Timbang berat badan setiap minggu.

j) Ukur tekanan darah.

k) Periksa Hb pada tempat pelayanan kesehatan.

j. Kehamilan dengan resiko umur

1. Pengertian terlalu tua (primi tua)

Terlalu tua (primi tua)adalah ibu hamil pertama pada usia > 35

tahun. Pada usia ini organ kandungan menua, jalan lahir tambah kaku,

ada kemungkinan besar ibu hamil mendapat anak cacat, terjadi

persalinan macet dan perdarahan.

2. Resiko yang dapat terjadi pada kehamilan terlalu tua (primi tua >

35 tahun) adalah :

1. Hipertensi

2. Pre-eklamsia

3. Ketuban pecah din : yaitu ketuban pecah sebelum persalinan dimulai.

4. Persalinan macet : ibu yang mengejan lebih dari 1 jam, bayi tidak

dapat lahir dengan tenaga ibu sendiri melalui jalan lahir biasa.

5. Perdarahan setelah bayi lahir.

6. Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah.

59
3. Alasan yang perlu diketahui adalah :

1). Pada usia ini kondisi kesehatan ibu mulai menurun.

2). Fungsi rahim menurun.

3). Kualitas sel telur berkurang

4. Dampak kehamilan resiko tinggi pada usia tua

Resiko kehamilan yang mungkin terjadi saatkehamilan usia ibu

mencapai > 35 tahun. Terdapat resiko pada ibu dan risiko pada bayi. Sel

telur itu sudah ada didalam organ reproduksi sejak wanita dilahirkan.

Namun, setiap bulan sel telur itu dilepaskan satu per satu karena sudah

matang. Berarti, sel telur yang tersimpan selama hampir 36 tahun ini

usianya juga sudah cukup tua. Karena selama itu sel telur mungkin

terkena paparan radiasi. Di usia ini, wanita akan lebih sulit

mendapatkan keturunan karena tingkat kesuburan yang sudah menurun.

1). Resiko pada bayi

a. Kehamilan diatas usia 40 tahun itu berisiko melahirkan bayi

yang cacat. Kecacatan yang paling umum adalah down syndrom

(kelemahan motorik, IQ rendah) atau bisa juga cacat fisik.

b. Adanya kelainan kromosom dipercaya sebagai risiko kehamilan di

usia 40 tahun. Pertambahan usia dapat menyebabkan terjadiinya

kelainan terutama pada pembelahan kromosom. Pembelahan

kromosom abnormal menyebabkann adanya peristiwa gagal berpisah

yang menimbulkan kelainan pada individu yang dilahirkan.

Terjadinya kelahiran anak dengan sindroma down, kembar siam,

autism sering disangkut pautkan dengan masalah kelainan kromosom

60
yang diakibatkan oleh usia ibu yang sudah terlalu tua untuk hamil.

akan tetapi hal inicpun masih berada di dalam penelitian lanjut

mengenai kebenarannya.

b) Seiring bertambahnya usia maka risiko kelahiran bayi dengan down

syndrome cukup tinggi takni 1 : 50. Hal ini berbeda pada kehamilan

di usia 20 - 30 tahun dengan rasio 1 : 1500.

c) Selain itu, bayi yang lahir dari kelompok tertua lebih cenderung untuk

memiliki cacat lahir dan harus dirawat di unit perawatan intensif

neonatal.

d) Kebanyakkan akan mengalami penurunan stamina. karena itu

disaraankan untuk melakukan persalinan secara operasi caesar. Hal

ini dilakukan bukan tanpa alasan namun mengingat untuk melahirkan

normal membutuhkan tenaga yang kuat.

e) Pada ibu hamil dengan usia 40 tahun ke atas kebanykkan tidak kuat

untuk mengejan karena nafas yang pendek. Akibatnya bayi bisa

mengalami stress karena saat proses persalinan pembukaan mulut

rahim akan terasa sulit. Kebanyakan kasus kehamilan di usia 40 tahun

keatas akan mengalami kesulitan saat melahirkan secara normal.

Apalagi untuk ibu hamil hipertensi, maka sangat dianjurkan untuk

melakukan persalinan dengan operasi caesar. Untuk menyelamatkan

ibu dan juga bayi.

2. Resiko pada ibu

61
a. Memasuki usia 35 tahun, wanita sudah harus berhati - hati ketika

hamil karena kesehatan reproduksi wanita pada usia ini menurun.

Kondisi ini akan makin menurun ketika memasuki usia 40 tahun.

b. Resiko makin bertambah karena pada usia 40 tahun, penyakit -

penyakit degeneratif (seperti tekanan darah tinggi, diabetes) mulai

muncul. Selain bisa menyebabkan kematian pada ibu, bayi yang

dilahirkan juga bisa cacat.

c. Kehamilan di usia ini sangat rentan terhadap kemungkinan

komplikais seperti, plasenta previa, pre-eklamsia, dan diabetes.

d. Resiko keguguraan juga akan meningkat hingga 50% saat wanita

menginjak usia 42 tahun. Terjadi perdarahan dan penyulit kelahiran.

Elastisitas jaringan akan berkurang seiring terjadi penapisan dinding

pembuluh darah meskipun kasus tidak terlalu banyak dijumpai,

namun maslah pada kualitas dinding pembuluh darah khususnya yang

terdapat di dinding rahim, dengan adanya pembesaran ruang rahim

akibat adanya pertumbuhan janin dapat menyebabkan perdarahan.

e. Hamil diusia 540 tahun meruppakan kehamilan dengan resiko

komplikasi yang tinggi. Menurut penelitia yang dilakukan royal

college of obstetricians and gynaecologists, perempuan yang hamil

diakhir usia 30 -an dan 40 - an lebih beresiko mengalami hipertensi

saat kehamilan (pre-eklamsia) kehamila diluar rahim (kehamilan

ektopik), mengalami keguguran.

f. Kualitas sel telur yang lemah menyebabkan penempelan janin pada

dinding rahim lemah sehingga sering menimbulkan perdarahan.

62
g. Terjadi pre-eklamsia. Pre-eklamsia atau peredaran darah yang

disebabkan oleh adanya tekanan darah yang tinggi melebihi batas

normal sering menjadi penyebab kematianibu yang melahirkan. Pre-

eklamsia banyak dikaitkan dengan usia ibu yang terlalu tua untuk

hamil.

h. Kesulitan melahirkan, proses melahirkan butuh energi yang ekstra.

Tanpa adanya tenaga yang kuat, maka ibu dapat kesulitan mengejan

sehingga justru berbahaya apaglai bayi yang dilahirkan. Semakin tua

usia ibu, ibu dikhawatirkan tenaga sudah relatif menurun, meskipun

tidak dapat disamaratakan antar individu satu dengan lainnya.

i. Disaat melahirkan, pembukaan mulut rahim mungkin akan terasa sulit

sehingga bayi bisa mengalami stres. Oleh karena itu, proses

melahirkan pada ibu yang berusia 40 tahun pada umumnya dilakukan

caesar.

2. TEORI PERSALINAN

a. Definisi Persalinan

Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin, plasenta,

dan membrane dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini diawali dari

pembukaan dan dilataasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dan

frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur. (Rohani, 2011)

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang

dapat hidup dari dalam uterus melalui vagia ke dunia luar (Prawirohardjo,

2007).

63
Persalinan Normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang

dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar dengan

presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan

istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung

dalam waktu kurang dari 24 jam (Prawirohardjo, 1997, hal 180).

Persalinan normal adalah proeses pengeluaran hasil konsepsi (janin

dan uri) dari dalam uterus (Rahim) dengan presentasi belakang kepala

melalui vagina tanpa alat atau pertolongan istimewa yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lamanya persalinan berlangsung

selama 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin. (Sarwono,

2000).

a. Jenis – Jenis Persalinan

1. Menurut cara persalinan:

• Partus biasa (normal), disebut juga partus spontan, adalah proses

lahimya bayi dengan LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan

alat-alat, serta tidak melukai ibu dan bayi, yang umurnya

berlangsung kurang dari 24 jam.

• Partus luar biasa (abnormal) ialah persalinan pervaginam dengan

bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi

caesarea. (Sofian, 2012)

2. Menurut tua (umur) kehamilan:

• Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum janin

dapat hidup (viabel) - berat janin di bawah 1000 g - tua kehamilan

di bawah 28 minggu.

64
• Partus prematurus adalah persalinan (pengeluaran) hasil konsepsi

pada kehamilan 28-36 minggu; janin dapat hidup tetapi prematur,

berat janin antara 1000-2500 g.

• Partus maturus atau aterm (cukup bulan) adalah partus pada

kehamilan 37-40 minggu, janin matur, berat badan di atas 2500 g.

• Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2

minggu atau lebih setelah waktu partus yang ditaksir; janin

disebut postmatur.

• Partus presipitatus adalah partus yang berlangsung sangat cepat,

mungkin di kamar mandi, di atas becak, dan sebagainya.

• Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan

untuk memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya disproporsi

sefalopelvik.

3. Pembagian menurut buku lama adalah:

• Abortus ialah penghentian atau pengeluaran basil konsepsi pada

kehamilan 16 minggu atau sebelum plasentasi selesai.

• Partus imaturus adalah penghentian kehamilan sebelum janin

viabel atau saat berat janin kurang dari 1000 g atau kehamilan di

bawah 28 minggu. (Sofian, 2012)

c. Teori penyebab persalinan menurut (Rohani, 2011) yaitu :

1. Teori Keregangan.

a.Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batastertentu.

b. Setelah melewati batas tersebut, maka akan terjadi kontraksi

sehingga persalinan dapat dimulai.

65
2. Teori Penurunan Progesteron

a. Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28

minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat sehingga

pembuluh darah mengalami penyempitan dn buntu.

b. Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim

lebih sensitif terhadap oksitosin.

c. Akibatnya, otot rahimmulai berkontraksi setelah tercapai tingkat

penurunan progesteron tertentu.

3. Teori Oksitosin Internal

a.Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior.

b. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah

sensitivitas otot rahim sehingga sering terjadi kontraksi braxton

hicks.

c. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya usia kehamilan

menyebabkan oksitosin meningkat aktivitas sehingga persalinan

dimulai.

4. Teori Prostaglandin

a. Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15

minggu, yang dikeluarkan oleh desidua.

b. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi

otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan.

c. Prostaglandinn dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan.

(Rohani, 2011)

66
d.Tanda – tanda permulaan persalinan (Rohani, 2011)

Sebelum terjadi persalinan yang sebenarnya, beberapa minggu

sebelumnya, wanita memasuki “bulannya” atau “minggu-nya” atau

“hari-nya” yang disebut kala pendahuluan (prepatatory stage of labor).

Kala pendahuluan memberikan tanda-tanda sebagat berikut:

1. Lightening atau settling atau dropping, yaitu kepala turun

memasuki pintu atas panggul, terutama pada primigravida. Pada

multipara, hal tersebut tidak begitu jelas.

2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

3. Sering buang air kecil atau sulit berkemih (polakisuria) karena

kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

4. Perasaan nyeri di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-

kontraksi lemah uterus, kadang-kadang disebut “false labor

pains”.

5. Serviks menjadi lembek; mulai mendatar; dan sekresinya

bertambah, mungkin bercampur darah (bloody show).

e. Tanda – tanda Inpartu

1. Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan

teratur.

2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena

robekan-robekan kecil pada serviks.

3. Kadang-kadang, ketuban pecah dengan. sendirinya.

4. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada

pembukaan.

67
Seperti telah dikemukakan terdahulu, faktor-faktor yang

berperan dalam persalinan adalah:

1. Kekuatan mendorong janin keluar (power),

• his (kontraksi uterus),

• kontraksi otot-otot dinding perut,

• kontraksi diafragma, dan

• ligmentous action, terutama lig rotundum.

2. Faktor janin

3. Faktor jalan lahir

4. Psikis Ibu

5. Penolong

Pada waktu partus, akan terjadi perubahan - perubahan pada

uterus, serviks, vagina, dan dasar panggul. (Sofian, 2012)

Tabel 1.4 Waktu persalinan

Primi Multi

Kala I 13 jam 7 jam

Kala II 1 jam ½ jam


T
Kala III ½ jam ¼ jam
a

h Lama 14 ½ jam 7 ¾ jam

a persalinan

68
Pembagian Persalinan (Kala I, Kala II, Kala III, Kala IV)

1. Kala I (Kala pembukaan)

Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena

serviks mulai membuka dan mendatar. Kala I persalinan dimulai

sejak terjadinya kontraksi uterus da pembukaan serviks, hingga

mencapai pembukaan lengkap (10 cm).

Persalinan kala I dibagi menjadi dua fase, yaitu fase laten dan fase

aktif.

1. Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsng lambat mulai

sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan

pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 3, berlansung

dalam 7 - 8 jam.

2. Fase aktif (pembukaan serviks 4- 10 cm), berlangsung selama 6

jam dan dibagi dalam 3 subfase yaitu :

a. Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam, pembukaan

menjadi 4 cm.

b. Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam,

pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

c. Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam 2 jam

pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.

Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kntraksi uterus

umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi tiga kali

atau lebih dalam waktu 10 menit da berlangsung selama 40 detik atau

lebih) dan terjadi penurunan bagian terbawah janin. Berdasarkan kurve

69
friedman, diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1 cm/jam dan

pembukaan multigravida 2 cm/jam. (Rohani, 2011)

Perubahan fsiologis pada kala I :

1. Tekanan darah.

Tekanan darah meningkat selama terjadinya kontraksi (sistol rata - rata

naik)10 - 20 mmHg, diastol naik 5- 10 mmHg. Antara kontraksi,

tekanan darah kembali seperti saat sebelum persalinan. Rasa sakit, takut

dan cemas juga akan meningkatkan tekanan darah.

2. Metabolisme.

Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat secara

berangsur - angsur disebabkan karena kecemasan dan aktivitas otot

skeletal, peningkatan ini ditandai dengan adanya peningkatan suhu

tubuh, denyut nadi, curah jantung (cardiac output), pernapasan dan

kehilangan cairan.

3. Suhu tubuh.

Oleh karena adanya peningkatan metabolisme, maka suhu tubuh sedikit

meningkat selama persalinan. Selam adan setelah persalinan akan

terjadi peningkatan, jaga agar suhu tidak lebih dari 0,5 - 1 C.

4. Detak jantung.

Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak jantung akan

meningkat secara dramatis selama kontraksi.

5. Pernapasan.

70
Oleh karena terjadinya peningkatan metabolisme, maka terjadi sedikit

peningkatan laju pernapasan yang dianggap normal, hiperventilasi yang

lama dianggap tidak normal dan bisa menyebabkan alkalosis.

6. Ginjal.

Poliuri sering terjadi selama proses persalina, mungkin dikarenakan

adanya peningkatan cardiac output, peningkatan filtrasi glomerulus dn

peningkatan alira plasma ginjal. Protein proteinuria yang sedikit

dianggap normal dalam persalinan.

7. Gastrointestinal.

Motilitas lambung da absorpsi makanan padat secara subtansi

berkurang sangat banyak selama persalinan. Selain tiu, berkurangnya

pengeluaran getah lambung menyebabkan aktivitas pencegahan hampir

berhenti dan pengosongan lambung menjadi sangat lambat, cairan tidak

berpengaruh dan meninggalkan perut dlama waktu biasa. Mual dan

muntah bisa terjadi sampai ibu mencapai kehamilan kala I.

8. Hematologi.

Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan

akan kembali sebelum persalinan sehari pasca persalinan, kecuali

terdapat pendarahan postpartum.

2. Kala II (Kala pengeluaran janin)

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada

primipara berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam.

Tanda dan gejala kala II :

71
1. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit.

2. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.

3. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum dan atau

vagina.

4. Perineum terlihat menonjol.

5. Vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka.

6. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.

Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang

menunjukkan :

1. Pembukaan serviks telah lengkap.

2. Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina.

Perubahan psikologis kala II, his terkoordinasi kuat, cepat, dan lebih

lama, kira - kira 2- 3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan masuk

ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot - otot dasar

panggul yang secara rflektoris menimbulkan rasa ingin meneran.

Karena tekanan rektum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan

tanda anus terbuka. Pada waktu terjadinya his, kepala janinmulai

kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his

meneran yang tepimpin, maka akan lahir kepala di ikuti oleh seluruh

badan janin. (Rohani, 2011)

3. Kala III (Kala pengeluaran plasenta)

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir

dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya

berlangsung 5 - 30 menit setelah bayi lahir.

72
Perubahan fisiologis kala III

Pada kala III persalinan, otot uterus menyebabkan berkurangnya ukuran

rongga uterus secara tiba - tiba setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukura

rongga uterus ini menyebabkan implantasi plasenta karena tempat

implantasi menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak

berubah. Oleh karena itu plasenta akan menekuk, menebal, kemudian

terlepasa dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun

kebagian bawah uterus atau bagian ata vagina. (APN. 2007)

Perubahan psikologis kala III

1. Ibu ingin melihat, menyentuh dan memeluk bayinya.

2. Meras gembira, lega dan bangga akan dirinya, juga merasa sangat

lelah.

3. Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah vaginanya perlu dijahit.

4. Menaruh perhatian terhadap plasenta. (Rohani, 2011)

4. Kala IV (Kala pengawasan)

Kala IV dimulai sejak lahirnya plasenta dan berakhir dua jam

setelah proses tersebut.

Observasi yang harus dilakukan pada kala IV.

1. Tingkat kesadaran.

2. Pemeriksaan tanda - tanda vital : tekanan darah, nadi, respirasi, dan

suhu.

3. Kontraksi uterus.

4. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika

jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc. (Rohani, 2011)

73
f) Asuhan Persalinan Normal (APN) terdiri dari 60 langkah, sebagai

berikut :

1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.

2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk

mematahkan ampul oksitosin dan memasukan alat suntik sekali

pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.

3. Memakai celemek plastik.

4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan degan

sabun dan air mengalir.

5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan

digunakan untuk pemeriksaan dalam.

6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi

dengan oksitosin dan letakan kembali ke dalam wadah partus set.

7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan

gerakan vulva ke perineum.

8. Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap

dan selaput ketuban sudah pecah).

9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan

klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.

10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai

(pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).

74
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,

meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa

ingin meneran.

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk

dan pastikan ia merasa nyaman.

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang

kuat untuk meneran.

14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi

nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam

60 menit.

15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,

jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.

16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.

17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan

alat dan bahan.

18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm,

memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu.

20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.

21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi.

75
Dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu

depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas

dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk

menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan

tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku

sebelah atas.

24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke

arah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai

bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri di antara kedua lutut janin).

25. Melakukan penilaian selintas : (a) Apakah bayi menangis kuat dan

atau bernafas tanpa kesulitan? (b) Apakah bayi bergerak aktif ?

26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh

lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti

handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi di

atas perut ibu.

27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi

dalam uterus.

28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus

berkontraksi baik.

29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit

IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan

aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).

76
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-

kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal

(ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem

pertama.

31. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi

perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem

tersebut.

32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi

kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya

dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi

di kepala bayi.

34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari

vulva.

35. Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas

simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan

kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke

arah dorsokrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik,

hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul

kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.

37. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta

terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat

77
dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti

poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial).

38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta

dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta

dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu

pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.

39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase (pemijatan) pada

fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler

menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi

uterus baik (fundus teraba keras)

40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan

kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput

ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan ke dalam kantong

plastik yang tersedia.

41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

43. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam

larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh,

lepaskan secara terbalik dan rendam sarung tangan dalam larutan

klorin 0,5 % selama sepuluh menit. Cuci tangan dengan sabun dan

air bersih mengalir, keringkan tangan dengan tissue atau handuk

78
pribadi yang bersih dan kering. Kemudian pakai sarung tangan

untuk melakukan pemeriksaan fisik bayi.

44. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu

paling sedikit 1 jam.

45. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes

mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di

paha kiri anterolateral.

46. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi

Hepatitis B di paha kanan anterolateral.

47. Celupkan tangan dilarutan klorin 0,5% ,dan lepaskan secara

terbalik dan rendam, kemudian cuci tangan dengan sabun dan air

bersih yang mengalir, keringkan dengan handuk bersih dan pakai

sarung tangan.

48. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan

pervaginam.

49. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan

menilai kontraksi.

50. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

51. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15

menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit

selama jam kedua pasca persalinan.

52. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas

dengan baik.

79
53. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di

dekontaminasi.

54. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang

sesuai.

55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa

cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian

bersih dan kering.

56. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk

membantu apabila ibu ingin minum.

57. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.

58. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan

sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan

klorin 0,5%.

59. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

60. Melengkapi partograf.

(https://www.academia.edu/9704904/60_langkah_APN?auto=download)

(topo azkah, 2017)

g) Program Perencanaa Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

a. Definisi

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi

(P4K) adalah kegiatan yang di fasilitasi oleh bidan dalam rangka

meningkatkan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam

merencanakan persalinan yang aman dan persiapan dalam menghadapi

80
kemungkinan terjadinya komplikasi pada saat hamil, bersalin dan nifas,

termasuk perencanaan menggunakan metode Keluarga Berencana (KB)

pasca persalinan dengan menggunakan stiker P4K sebagai media

pencatatan sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu

pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2009).

P4K menggunakan stiker adalah terobosan percepatan penurunan

angka kematian ibu. Stiker P4K berisi data tentang nama ibu hamil,

taksiran persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan, pendamping

persalinan, transportasi yang digunakan dan calon donor darah (Depkes

RI, 2009).

Program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi

melalui pemasangan stiker pesalinan pada semua rumah ibu hamil.

Orientasi stiker P4K untuk pengelola program dan stakeholder terkait di

tingkat Provinsi, Kabupaten atau Kota dan puskesmas. Sosialisasi di

tingkat desa kepada kader, dukun, tokoh agama, tokoh masyarakat, PKK

serta lintas sektor di tingkat desa, pertemuan bulanan di tingkat desa

(forum desa siaga, forum KIA, pokja psyandu, dll) yang melibatkan kepala

desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, kader dengan difasilitas oleh bidan

desa, yang dipimpin oleh kades membahas tentang pendataan ibu hamil di

wilayah desa membahas dan menyepakati calon donor darah, transportasi

dan pembiayaan jamkesmas serta tabulin (Depkes RI,2009).

Pada tahun 2007 menteri kesehatan menerangkan P4K (program

perencanaan dan pencegahan komplikasi) dengan stiker yang merupakan

“upaya terobosan” dalam percepatan penurunan angka kematian ibu dan

81
bayi baru lahir melalui kegiatan peningkatan akses dan kualitas pelayanan,

yang sekaligus merupakan kegiatan yang membangun potensi masyarakat,

khususnya kepedulian masyarakat untuk persiapan dan tindakan dalam

menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir.

b. Tujuan P4K (Program Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi).

1. Tujuan Umum

Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu

hamil dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan

masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan

menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga

melahirkan bayi yang sehat.

2. Tujuan Khusus

1) Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya Stiker P4K disetiap rumah

ibu hamil yang memuat informasi tentang lokasi tempat tinggal ibu

hamil, identitas ibu hamil, taksiran persalinan, penolong persalinan,

pendamping persalinan, fasilitas tempat persalinan, calon donor darah,

transportasi yang akan digunakan serta pembiayaan.

2) Adanya perencanaan persalinan, termasuk pemakaian metode KB

passca persalinan yang sesuai dan disepakati ibu hamil, suami, keluarga

dan bidan.

3) Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat bila terjadi

komplikasi selama, hamil, bersalin maupun nifas.

82
4) Meningkatnya keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non

formal, dukun/pendamping persalinan dan kelompok masyarakat dalam

perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi dengan stiker, dan

KB pasca salin sesuai dengan perannya masing-masing (Depkes RI,

2009).

3. Tujuan P4K menurut Kemenkes RI (2009) adalah :

1. Tujuan dari P4K adalah meningkatkan pelayanan ibu hamil agar

melahirkan dengan aman dan selamat, khususnya percepatan P4K dengan

stiker ke seluruh desa di Indonesia.

2. Semua komponen bangsa berpartasipasi secara bersama-sama baik

pemerintah dan non pemerintah.

3. Peningkatan kesadaran suami dan masyarakat dalam penyelamatan ibu

hamil

4. Tenaga dan fasilitas kesehatan memberikan pelayanan yang berkualitas.

c. Tujuan Pemasangan Stiker P4K

1) Penempelan stiker P4K disetiap rumah ibu hamil dimaksudkan agar ibu

hamil terdata, tercatat dan terlaporkan keadaannya oleh bidan dengan

melibatkan peran aktif unsur-unsur masyarakat seperti kader, dukun dan

tokoh masyarakat.

2) Masyarakat sekitar tempat tinggal ibu mengetahui ada ibu hamil dan apabila

sewaktu-waktu membutuhkan pertolongan masyarakat siap sedia untuk

membantu. Dengan demikian, ibu hamil yang mengalami komplikasi tidak

terlambat untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat.

83
d. Jenis-jenis kegiatan P4K

1) Mendata seluruh ibu hamil, bidan bekerjasama dengan kader dalam medata

seluruh ibu hamil yang ada diwilayah setempat, guna diketahuinya adanya

ibu hamil yang membutuhkan asuhan pelayanan antenatal dan perencanaan

persalinan.

2) Memasang stiker P4K di setiap rumah ibu hamil, penempelan Stiker P4K di

rumah ibu hamil. Pengisian stiker dilakukan oleh bidan desa, dengan

melakukan diskusi mendalam dengan ibu hamil dan keluarga, kemudian

dipasang/ ditempelkan di dinding bagian depan rumah yang mudah dilihat

orang. Dengan demikian diharapkan semua kemungkinan yang menghambat

kelancaran proses persalinan dapat diminimalkan. Ibu, Suami, Keluarga

sepakat untuk menempelkan stiker P4K sebagai tanda bahwa di rumah

tersebut ada ibu hamil dan memanfaatkan buku KIA untuk mengingat kapan

waktu bersalin serta mengenali tanda bahaya kehamilan, persalinan dan

nifas

3) Membuat perencanaan persalinan melalui penyiapan :

a. Taksiran persalinan sangat penting karena merupakan penentu usia

kehamilan, dengan mengetahui usia Janis yang akurat dapat membantu

asuhan prenatal, kelahiran dan postnatal. Taksiran persalinan yang

diperkirakan, diagnosis yang benar mengenai persalinan premature dan

postmatur, perbedaan antara kelahiran premature dan pertumbuhan janin

yang terhambat tergantung pada taksiran usia kehamilan / taksiran

persalinan. Prediksi taksiran persalinan yang akurat secara nyata

bermanfaat bagi ibu dan keluarganya.

84
b. Penolong persalinan, ibu, suami, keluarga sejak awal kehamilan sudah

menentukan untuk persalinan ditolong oleh petugas kesehatan. Ibu atau

keluarga dapat memilih tenaga kesehatan terlatih sesuai dengan

kepercayaan ibu tersebut. Misalnya ibu memilih yang akan menolong

persalinannya adalah bidan atau dengan dokter spesialis.

c. Tempat persalinan, ibu, suami, keluarga sejak awal kehamilan sudah

merencanakan tempat persalinan untuk ibu difasilitas kesehatan. Ibu dapat

memilih tempat persalinannya di Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik

bersalin, Bidan Praktek Swasta atau di rumahnya sendiri asalkan

tempatnya dapat memenuhi syarat.

d. Pendamping persalinan, Keluarga atau kerabat dekat ibu dapat ikut

mendampingi ibu saat bersalin. Hal ini bertujuan agar keluarga dapat

memberi dukungan moril pada ibu saat bersalin.

e. Transportasi/ambulan desa, Mengupayakan dan mempersiapkan

transportasi jika sewaktu-waktu diperlukan. Suami, keluarga dan

masyarakat bekerjasama dalam membantu ibu hamail sampai pada tempat

pelayanan kesehatan, serta pada saat adanya rujukan p.Ibu harus

mendapatkan pelayanan tepat,cepat bila terjadi komplikasi dalam

kehamilan, persalinan dan nifas.

f. Calon pendonor darah, upaya tenaga kesehatan, keluarga dan masyarakat

untuk membantu ibu hamil dalam mengantisipasi terjadinya komplikasi

(perdarahan) pada saat persalinan. Sehingga ibu hamil sudah mempunyai

calon pendonor darah sesuai dengan golongan daran ibu, untuk mencegah

terjadinya komplikasi pada kehamilan maupun persalinan.

85
g. Dana, merupakan upaya menyisihkan uang atau barang berharga (yang

bisa diuangkan sewaktu-waktu) oleh ibu hamil yang disimpan oleh bidan

desa atau pihak yang ditunjuk oleh masyarakat yang sewaktu-waktu dapat

dipergunakan untuk biaya persalinan. Besar simpanan atau nominal,

tergantung dari perkiraan biaya persalinan normal atau sesuai dengan

kesepakatan.

h. KB pasca persalinan merupakan suatu program yang dimaksudkan untuk

mengatur kehamilan melalui penggunaan alat / obat kontrasepsi setelah

melahirkan. Konseling tentang KB dimulai saat kunjungan asuhan

antenatal ke fasilitas pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan. (Depkes

RI, 2009).

Menurut penelitian Rachel A Haws et al. (2009), dengan judul

Screening and Monitoring During Pregnancy and Labor, mengidentifikasi

tentang kehamilan resiko tinggi dan rendah penyebab kematian ibu dan bayi,

serta memantau dan memilih melakukan perawatan tindak lanjut. skrining dan

pemantauan intervensi selama antenatal dan intrapartum dilakukan untuk

mengetahui kesenjangan yang terjadi serta intervensi apa yang diperlukan

untuk mengatasi masalah mortalitas dan morbiditas. Hasil penelitian ini

menunjukkan effektif dalam mendeteksi masalah kesehatan pada saat

kehamilan dan tindak lanjut setelah persalinan.

a) Manfaat P4K (Program Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi)

Menurut Depkes RI (2009), manfaat P4K adalah meningkatkan cakupan

pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir

86
melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam merencanakan

persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya

kebidanan dan bayi baru lahir bagi ibu sehingga melahirkan bayi yang sehat.

Selain itu manfaat P4K yaitu mempercepat berfungsinya desa

siaga, meningkatkan cakupan pelayanan ANC sesuai standar, meningkatnya

cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil, meningkatnya kemitraan

bidan dan dukun, tertanganinya kejadian komplikasi secara dini, meningkatnya

peserta KB pasca salin, terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan bayi,

menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu serta bayi.

b) Sasaran P4K (Program Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi)

Menurut Depkes RI (2009), sasaran P4K adalah seluruh ibu hamil

yang ada di suatu wilayah. Selain itu sasaran yang lain adalah penanggung

jawab dan pengelola program KIA Provinsi dan Kab/Kota, bidan

Koordinator, kepala Puskesmas, dokter, perawat, bidan, kader, forum peduli

KIA (Forum P4K/Pokja/Posyandu, dll).

g. Bagian P4K Yang di Fasilitasi aktif Oleh Bidan

1. Pendataan ibu hamil dengan stiker

Pendataan ibu hamil dengan stiker adalah suatu pendataan, pencatatan dan

pelaporan keadaan ibu hamil dan bersalin di wilayah kerja bidan melalui

penempelan stiker di setiap rumah ibu hamil dengan melibatkan peran

aktif unsur-unsur masyarakat di wilayahnya (kader, forum peduli

KIA/Pokja posyandu dan dukun

2. Forum Peduli KIA

87
Adalah suatu forum partisipatif masyarakat yang melakukan pertemuan

rutin bulanan, bertujuan mengorganisir kegiatan P4K dan menjalin

kerjasama dengan bidan dan difasilitasi oleh bidan di desa dan puskesmas.

3. Kunjungan Rumah

Adalah kegiatan kunjungan bidan ke rumah ibu hamil dalam rangka untuk

membantu ibu, suami dan keluarganya membuat perencanaan persalinan

dan pencegahan komplikasi. Disamping itu, untuk memfasilitasi ibu nifas

dan suaminya dalam memutuskan penggunaan alat atau obat kontrasepsi

setelah persalinan sesuai rencana yang telah disepakati bersama oleh

pasangan tersebut.

4. Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dan Kesiagaan

Persalinan oleh Tenaga Kesehatan adalah persalinan yang ditolong oleh

tenaga kesehatan terampil sesuai standar. Sedangkan kesiagaan adalah

kesiapan dan kewaspadaan dari suami, keluarga, masyarakat atau

organisasi masyarakat, kader, dukun dan bidan dalam menghadapi

persalinan dan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal.

5. Tabulin dan Dasolin

Tabulin dalah dana/barang yang disimpan oleh keluarga atau pengelola

Tabulin secara bertahap sesuai dengan kemampuan yang pengelolaannya

sesuai kesepakatan serta penggunaannya untuk segala bentuk pembiayaan

saat ANC, persalinan dan kegawatdaruratan. Dasolin adalah dana yang

dihimpun dari masyarakat secara sukarela dengan prinsip gotong royong

sesuai dengan kesepakatan bersama dengan tujuan membantu pembiayaan

mulai ANC, persalinan dan kegawatdaruratan.

88
6. Ambulan Desa dan Donor Darah

Ambulan desa adalah alat transportasi dari masyarakat sesuai kesepakatan

bersama yang dipergunakan untuk mengantar calon ibu bersalin ke tempat

persalinan termasuk ke tempat rujukan, bisa berupa mobil, ojek, becak,

sepeda, tandu, perahu, dll. Calon Donor Darah adalah orang-orang yang

dipersiapkan oleh ibu, suami, keluarga dan masyarakat yang sewaktu-

waktu bersedia menyumbangkan darahnya untuk keselamatan ibu

melahirkan.

7. Kunjungan Nifas

Kontak ibu dengan Nakes minimal 3 (tiga) kali untuk mendapatkan

pelayanan dan pemeriksaan kesehatan ibu nifas, baik di dalam maupun di

luar gedung Puskesmas (termasuk bidan di desa/Polindes dan kunjungan

rumah.

8. Pemberdayaan Masyarakat Adalah upaya aktif bidan untuk melibatkan

unsur-unsur masyarakat secara parsitipatif dalam Perencanaan,

Pelaksanaan dan Evaluasi kegiatan kesehatan ibu dan anak termasuk

kegiatan perencanaan persalinan dan pasca persalinan.

Melalui Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi

(P4K) dengan stiker yang ditempelkan di rumah ibu hamil, maka setiap ibu

hamil akan tercatat, terdata dan terpantau secara tepat. Dengan data dalam

stiker, suami, keluarga, kader, dukun, bersama bidan di desa dapat

memantau secara intensif keadaan dan perkembangan kesehatan ibu hamil.

Selain itu agar ibu hamil mendapatkan pelayanan yang sesuai standar pada

saat antenatal, persalinan dan nifas sehingga proses persalinan sampai

89
dengan nifas termasuk rujukannya dapat berjalan dengan aman dan

selamat.

Menurut penelitian Othman Kakaire et al. (2011) dengan judul

Male involvement in birth preparedness and complication readiness for e

mergency obstetric referrals in rural Uganda yang meneliti wanita hamil

dalam menghadapi risiko komplikasi obstetrik yang mengancam

kehidupan. Sebuah paket persiapan melahirkan, mempromosikan

persiapan aktif dan membantu dalam pengambilan keputusan untuk

kesehatan dan komplikasi. Tujuannya adalah untuk menilai faktor yang

terkait dengan persiapan melahirkan dan persiapan komplikasi serta

tingkat partisipasi laki-laki dalam rencana kelahiran antara rujukan

obstetrik darurat di pedesaan Uganda. Hasil penelitian menunjukkan

menjelaskan bahwa keterlibatan wanita, keluarga dan masyarakat belum

dilibatkan dalam persiapan melahirkan dan persiapan dalam menghadapi

komplikasi dengan berbagai factor penyebab, oleh karena itu, wanita,

keluarga dan masyarakat perlu diberdayakan untuk memberikan kontribusi

positif untuk membuat kehamilan lebih aman dengan membuat rencana

kelahiran.

h. Dasar Hukum P4K (Program Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi)

1. Surat edaran Mentri Kesehatan No. 295 tahun 2008 tentang percepatan

pelaksanaan program perencanaan persalinan dan pencegahan

komplikasi (P4K) dengan stiker

90
2. Surat edaran Mentri dalam Negeri No. 441.7/1935.SJ tahun 2008

tentang percepatan pelaksanaan program persalinan dan pencegahan

komplikasi (P4K).

3. Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan.

4. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.

5. Undang-undang No. 32 tentang Pemerintah Daerah.

6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 900 tahun 2002 tentang registrasi

dan Praktek Bidan.

7. Keputusan Menteri No. 741 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan

Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

8. Keputusan Menteri Kesehatan No. 284 tahun 2004 tentang Buku KIA.

9. Keputusan Menteri Kesehatan No. 564 tahun 2006 tentang Pedoman

Pelaksanaaan Pengembangan Desa Siaga.

h) Indikator Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K).

Indikator Program adalah Presentase desa melaksanakan P4K

dengan Stiker, presentase ibu hamil mendapat stiker, presentase ibu hamil

berstiker mendapat pelayanan antenatal sesuai standar, presentase ibu hamil

berstiker bersalin di tenaga kesehatan, presentase ibu hamil, bersalin dan

nifas berstiker yang mengalami komplikasi tertangani, presentase

penggunaan metode KB pasca persalinan, presentase ibu bersalin di nakes

mendapat pelayanan nifas.

i) Output Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi dengan Stiker.

91
Output yang diharapkan adalah sebagai berikut 1) Semua ibu hamil

terdata dan rumahnya tertempel stiker P4K; 2) Bidan memberikan pelayanan

antenatal sesuai dengan standar; 3) Ibu hamil dan keluarganya mempunyai

rencana persalinan termasuk KB yang dibuat bersama dengan penolong

persalinan; 4) Bidan menolong persalinan sesuai standar; 5) Bidan

memberikan pelayanan nifas sesuai standar; 6) Keluarga menyiapkan biaya

persalinan, kebersihan dan kesehatan lingkungan (sosial-budaya); 7) Adanya

keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non formal dan forum

peduli KIA/ Pokja Posyandu dalam rencana persalinan termasuk KB pasca

persalinan sesuai dengan perannya masing-masing; 8) Ibu mendapat

pelayanan kontrasespsi pasca persalinan; 9)Adanya kerjasama yang mantap

antara Bidan, Petugas Pustu, Forum Peduli KIA/Pokja Posyandu dan (bila

ada) dukun bayi, pendamping persalinan.

k. Peran Bidan dalam P4K, menurut Depkes {2009) yaitu :

1. Masa kehamilan, persalinan dan nifas

a. Masa Kehamilan antara lain : a) Melakukan pemeriksaan ibu hamil

(ANC) sesuai standar (minimal 4 kali selama hamil); b) Melakukan

penyuluhan dan konseling pada ibu hamil dan keluarga;

c) Melakukan kunjungan rumah; d) Melakukan rujukan bila

diperlukan; e) Melakukan pencatatan; f) Membuat laporan g)

Memberdayakan unsur-unsur masyarakat termasuk suami, keluarga,

dan kader untuk terlibat aktif dalam P4K.

b. Masa Persalinan antara lain: a) Memberikan pertolongan persalinan

sesuai standar; b) Mempersiapkan sarana prasarana persalinan aman

92
termasuk pencegahan infeksi; c) Memantau kemajuan persalinan

sesuai dengan partograf; d) Melakukan asuhan persalinan normal

sesuai standar; e) Melakukan Manajemen Aktif Kala III (MAK III);

f) Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD); g) Melakukan

perawatan bayi baru lahir, termasuk pemberian salep mata, vitamin

K1 dan imunisasi HB0; h) Melakukan tindakan PPGDON apabila

mengalami komplikasi; i) Melakukan rujukan bila diperlukan; j)

Melakukan pencatatan dan pelaporan.

c. Masa Nifas antara lain : a) Memberikan pelayanan nifas sesuai

standar; b) Melakukan kunjungan nifas (KF1, KF2, KF lengkap),

(KN1, KN2); c) Melakukan penyuluhan dan konseling pada ibu,

keluarga dan masyarakat; d) Melakukan rujukan bila diperlukan; e)

Melakukan pencatatan dan pelaporan.

2. Melakukan penyuluhan dan konseling pada ibu hamil dan keluarga

mengenaiTanda-tanda persalinan; Tanda bahaya persalinan dan

kehamilan; Kebersihan pribadi dan lingkungan; Kesehatan & gizi;

Perencanaan persalinan (bersalin di bidan, menyiapkan trasportasi,

menyiapkan biaya, menyiapkan talon donor darah); Perlunya inisiasi

menyusu dini dan ASI Eksklusif; dan KB pasca persalinan

3. Melakukan kunjungan rumah untuk

a. Penyuluhan/konseling pada keluarga tentang perencanaan persalinan.

b. Memberikan pelayanan ANC bagi ibu hamil yang tidak datang ke

bidan.

c. Motivasi persalinan di bidan pada waktu menjelang taksiran partus.

93
d. Membangun komunikasi persuasif dan setara, dengan forum peduli

KIA dan dukun untuk peningkatan partisipasi aktif unsur-unsur

masyarakat dalam peningkatan kesehatan ibu dan anak.

4. Melakukan rujukan apabila diperlukan

a. Memberikan penyuluhan tanda, bahaya pada kehamilan, persalinan

dan nifas.

b. Melibatkan peran serta kader dan tokoh masyarakat.

5. Melakukan pencatatan pada : kartu ibu, Kohort ibu, Buku KIA.

6. Memuat laporan : PWS-KIA

7. Memberdayakan unsur-unsur masyarakat termasuk suami, keluarga, dan

kader untuk terlibat aktif dalam program perencanaan persalinan dan

pencegahan komplikasi dalam kegiatan:

a. Pemantauan intensif setiap ibu hamil, mengingatkan ibu hamil untuk

mendapatkan pelayanan sesuai standar, menemukan secara dini tanda,

bahaya saat hamil dan melapor segera ke tenaga kesehatan.

b. Pengelolaan donor darah, transportasi/ ambulan desa, tabulin/ dasolin,

amanat persalinan, suami siaga, warga siaga

c. Membantu mendata jumlah ibu hamil di wilayah desa.

d. Memberikan penyuluhan yang berhubungan dengan kesehatan ibu (tanda

bahaya kehamilan, persalinan dan nifas).

e. Membantu bidan dalam memfasilitasi keluarga untuk menyepakati isi

stiker, termasuk KB pasca persalinan.

94
f. Bersama dengan kepala desa, toma membahas tentang masalah calon

donor darah, transportasi dan pembiayaan untuk membatu dalam

menghadapi kegawatdaruratan pada waktu hamil, bersalin dan nifas.

g. Membantu memotivasi suami untuk mendampingi pada saat pemeriksaan

kehamilan, bersalin dan nifas.

h. Membantu memotivasi untuk melakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini)

dan pembenan ASI eksklusif pada bayi sampai 6 bulan.

i. Mendukung upaya partisipan aktif forum peduli KIA dan dukun untuk

melaksanakan komponen-komponen P4K dengan stiker di wilayahnya

melalui pertemuaan rapat koordinasi tingkat desa.

l.Peran masyarakat dalam pelaksanaan Program Perencanaan

Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

1. Masyarakat paham tanda bahaya kehamilan dan menolong ibu hamil

bila menemukan adanya tanda bahaya pada kehamilan

2. Bersama dengan Kepala desa, Tokoh masyarakat membahas tentang

masalah calon donor darah, transportasi dan pembiayaan untuk

membantu dalam menghadapi kegawatdaruratan pada waktu hamil,

bersalin dan sesudah melahirkan.

3. Menganjurkan suami untuk mendampingi pada saat pemeriksaan

kehamilan, persalinan, dan sesudah melahirkan.

4. Menganjurkan Pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai usia 6

bulan..

5. Adanya dukungan sukarela dari masyarakat dalam perencanaan

persiapan Masyarakat sekitar tempat tinggal ibu persalinan ibu hamil

95
dalam hal biaya, transportasi, donor darah untuk proses persalinan

termasuk menghadapi kegawatdaruratan ibu hamil, ibu bersalin dan

bayi baru lahir.

6. mengetahui ada ibu hamil, dan apabila membutuhkan pertolongan,

masyarakat siap sedia untuk membantu. Dengan demikian, ibu hamil

yang mengalami komplikasi tidak terlambat untuk mendapat

penanganan yang tepat dan cepat.

7. Memantapkan kerjasama antara bidan, dukun bayi dan kader

3. Adanya dukungan dari tokoh masyarakat, tokoh agama, kader, dukun

bayi, dll dalam perencanaan persalinan dan KB setelah melahirkan,

sesuai peran masing-masing

m. Peran keluarga dalam pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan

dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

1. Suami dan keluarga paham tentang bahaya persalinan

2. Adanya rencana persalinan aman yang disepakati antara ibu

hamil,suami dan keluarga, dengan bidan

3. Mendampingi ibu saat persalinan dan mendukung ibu dalam

kehamilannya.

4. Membantu ibu dalam mempersiapkan persalinannya

5. Adanya rencana alat kontrasepsi setelah melahirkan yang disepakati

antara ibu hamil, suami dan keluarga, dengan bidan.

n. Peran kader dalam pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K)

96
1. Membantu bidan dalam mendata jumlah ibu hamil di wilayah desa

binaan.

2. Membantu bidan memberikan penyuluhan yang berhubungan dengan

kesehatan ibu (Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan dan sesudah

melahirkan)

3. Membantu Bidan dalam memfasilitasi keluarga untuk menyepakati

isi Stiker.

4. Bersama dengan Kades, Toma membahas tentang masalah calon

donor darah, transportasi dan pembiayaan untuk membantu dalam

menghadapi kegawatdaruratan pada waktu hamil, bersalin dan

sesudah melahirkan.

5. Menganjurkan suami atau keluarga untuk mendampingi pada saat

pemeriksaan kehamilan, persalinan, dan sesudah melahirkan.

6. Adanya dukungan dari kader, dukun bayi, dll dalam kehamilan,

perencanaan persalinan dan setelah melahirkan.

7. Bekerjasama dengan bidan mengetahui ada ibu hamil, dan apabila

ibu hamil membutuhkan pertolongan, masyarakat siap sedia untuk

membantu ibu hamil yang mengalami komplikasi tidak terlambat

untuk mendapat penanganan yang tepat dan cepat.

o.Rencana Pengambilan Keputusan Bila Dirujuk

a) Siapa orang I

Hal ini penting untuk menangani kasus gawat darurat dan orang

pertama yang seharusnya mengambil keputusan adalah pasien itu

sendiri. Akan tetapi jika keadaan ibu tidak memungkinkan maka

97
keluarga atau suami dapat menggantikan untuk mengambil

keputusan kepada tenaga kesehatan dalam melakukan tindakan

medis dalam penanganan kasus gawat darurat yang dialami ibu.

b) Siapa orang II

Jika ibu terjadi komplikasi dan kalau pengambil keputusan utama

dalam keluarga tidak ada ditempat. Maka perlu dibicarakan oleh

bidan dengan ibu hamil, suami dan keluarga tentang siapa yang

boleh mengganti pengambil keputusan tersebut.

c) Tempat rujukan

Tempat rujukan yang dituju harus berkompeten sehingga komplikasi

yang dialami oleh ibu dapat teratasi dengan baik. Selain itu, jarak

antara tempat persalinan dengan tempat rujukan harus dapat dijangkau

dengan dalam waktu yang singkat sehingga kasus yang dialami ibu

belum terlalu parah.

d) Transportasi

Sistem transportasi digunakan jika terjadi kasus gawat darurat.

Karena banyak ibu yang meninggal ketika mengalami komplikasi

berat selama kehamilan, persalinan, pasca persalinan. Pada

umumnya hal ini terjadi akibat ibu atau keluarganya tidak mampu

menjangkau alat transportasi yang dapat mengantarkan mereka ke

tempat pelayanan kesehatan yang memadai.

e) Waktu tempuh

Waktu tempuh yang digunakan untuk menuju ke tempat rujukan

harus singkat sehingga komplikasi yang terjadi tidak terlalu parah.

98
f) Biaya

Membentuk rencana atau rancangan tabungan. Pengalaman

menunjukkan bahwa banyak ibu-ibu yang tidak mau mencari

perawatan lebih lanjut karena tidak memiliki dana yang cukup.

g) Donor darah

Sebenarnya pembentukan kelompok donor darah tidak dimaksudkan

secara spesifik bagi ibu hamil dan melahirkan. Salah satu

dibentuknya bank darah ini adalah terdapatnya sekelompok

pendonor darah yang terdiri dari warga setempat atau keluarga

pasien itu sendiri. Mereka menyumbangkan darahnya melalui PMI

dan dapat dipakai untuk semua jenis kebutuhan kegawat-daruratan

termasuk kecelakaan, operasi, demam berdarah, dan sebagainya.

Warga yang bersedia menjadi pendonor darah diperiksa untuk

diketahui jenis golongan darahnya dan bersedia kapan saja untuk

menyumbangkan darahnya jika perlukan.

p. Hambatan Dalam Pelaksannaan Program Perencanaan Persalinan

danPencegahan Komplikasi

Dalam pelaksanaan P4K banyak kendala yang dihadapi oleh

petugas kesehatan khususnya bidan, karena dalam pelaksanaannya

tidak lepas dari partisipasi dan kerjasama dari masyarakat dan ibu

hamil, namun pada kenyataannya masih ada beberapa ibu hamil dan

masyarakat menunjukkan perilaku yang kurang mendukung

program ini. Selain itu tata kelola puskesmas yang kurang

mendukung serta mobilitas penduduk yang tinggi menyebabkan

99
kesulitan dari tenaga kesehatan dalam menemukan dan memantau

ibu harnil. Hal ini menunjukkan pentingnya meningkatkan,

penyebarluasan informasi, dukungan sarana, monitoring dan

evaluasi, dan peran berbagai sektor terkait serta membangun

kerjasama yang baik antara bidan dan masyarakat dalam

mendukung pelaksanaan program. (Mariani Putri, 2013).

Penelitian Solnes Milternburg et al. (2013) menjelaskan

bahwa tenaga kesehatan yang terampil akan membantu mengatasi

hambatan yang biasa ditemukan dalam pelaksanaan dalam

mempersiapkan persalinan dan mencegah kemungkinan terjadinya

komplikasi pada ibu hamil, upaya persiapan persalinan dan

pencegahan komplikasi ini dinilai efektif dalam penurunkan angka

kematian pada ibu. Selain itu ibu hami, keluarga dan masyarakan

secara tidak langsung mendapatkan pendidikan kesehatan dari

petugas kesehatan yang trampil, dan membentuk kesadaran

masyarakat dalam membantu ibu hamil pada perawatan obstetrik

darurat dan layanan masyarakat yang ada untuk keadaan darurat

(dana dan transportasi).

Penelitian Weigers, T.A et al. (2010) menjelaskan bahwa

pelayanan antenatal dan persipapan persalinan pada ibu hamil di

Tajikistan masih belum sesuai target tenaga kesehatan, tujuan dari

penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk menilai tingkat

dasar pengetahuan penduduk dalam pelayanan persalianan dan

penyedia perawatan di daerah pedesaan di Kyrgyzstan dan

100
Tajikistan (Asia Tengah). Hasil dari penelitian menunjukkan laki-

laki dan wanita di desa tersebut masih rendah dalam pengetahuan

tentang komplikasi pada masa kehamilan, persalina dan nifas, oleh

karena itu perlu adanya kerjasama baik dari petugas kesehatan dan

masyarakat dalam berupaya meningkatkan pengetahuan masyarakat

dan menyediakan sarana dan prasarana untuk meningkatkan

pengetahuan masyarakat dalam mempersiapkan persalina dan

mencegah komplikasi pada ibu hamil.

Penelitian August, F et al. (2016) menjelaskan bahwa

penelitian ini melihat keefektifan pelatiahn tenaga kelompok

pekerja dalam bidang kesehatan pada pengetahuan tentang tanda-

tanda bahaya, persiapan persalinan, pencegahan komplikasi dan

pengiriman fasilitas pada perempuan di pedesaan Tnzania. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan

dengan adanya pelatihan, baik dari pengetahuan tentang tanda-tanda

bahaya, persiapan persalinan, pencegahan komplikasi maupun

pengiriman fasilitas pada perempuan. Penelitian ini juga

menunjukkan bahwa intervensi pelatihan pada keompok pekerja

dalam bidang kesehatan ini sebagai guru dalam memberikan

peningkatan Program Keterampilan Hidup Berbasis untuk wanita

hamil dan keluarga mereka dapat meningkatkan pengetahuan

tentang

101
4. TEORI NIFAS

a. Definisi

Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dan

persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil.

3. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu. (Sofian, 2012)

Masa nifas adalah dimulai setelah partus dan berakhir kira-kira

setelah 6 minggu, akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali

sebelum waktu 3 bulan (Sarwono,2005)

Nifas dibagi dalam 3 periode:

1. Puerperium dini yaitu kepulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan

berjalan¬jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh

bekerja setelah 40 hari.

2. Puerperium intermediat, yaitu keputihan menyeluruh alat-alat genitalia

yang lamanya 6-8 minggu.

3. Puerperium lanjut, yaitu waktu yangdiperlukan untuk pulih dan kembali

sehat sempuma, terutama jika selama hamil atau sewaktu persalinan

timbul komplikasi. Waktu untuk mencapai kondisi sehat sempurna dapat

berminggu-minggu, bulanan, atau tahunan. (Sofian, 2012)

b. Tujuan Asuhan Masa Nifas

1. Menciptakan lingkungan yang dapat mendukung ibu, bayi dan

keluarga dapat bersama – sama memulai kehidupan yang baru.

2. Menjaga kesehatan fisik da psikologis ibu dan bayi.

102
3. Mengidentifikasi penyimpangan – penyimpangan yang dapat terjadi

selama pemulihan, memberikan asuhan da mengevaluasi asuhan yang

diberikan.

4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi,

keluarga berencana, menyusui, imunisasi pada bayi dan perawatan

bayi sehat.

5. Memberikan pelayanan keluarga berencana. (Esti handayani, 2016)

a. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Tujuan kunjungan menurut (Esti handayani, 2016) :

a. Menilai kondisi ibu

b. Mencegah penyulit dan komplikasi

c. Mendeteksi penyulit dan komplikasi

d. Menangani penyulit dan komplikasi

Tabel 1.5Kategori Diagnosis Masa Nifas

Kategori Gambaran

Nifas normal 1. Uterus berkontraksi

2. Fundus uteri dibawah

umbilicus

3. Tidak ada perdarahan

abnormal

4. Bau khas lochea (amis)

5. Pengeluaran ASI

6. Perubahan sistem tubuh

103
dan psikologis

Kegawatdaruratan ibu Ibu mengalami salah satu

gambaran berikut ini :

1. Perdarahan hebat

2. Tidak bisa berkemih

3. Kejang

4. Panas tinggi

Nifas dengan penyulit Ibu mengalami seperti : abses

payudara, demam lebih dari dua

hari, thromboplebitis (kaki pucat

dan bengkak)

Fundus uteri tetap tinggi,

kontraksi lembek.

d. Kunjungan Masa Nifas (Esti handayani, 2016)

1. 6 – 8 jam setelah melahirkan

a. Mencegah perdarahan

b. Mendeteksi dan mengatasi perdarahan karena penyebab lain,

rujuk perdarahan berlanjut.

c. Ajarkan (ibu untuk keluarga) cara mencegah perdarahan

masa nifas atau antonia uteri (masase uterus dan observasi)

d. ASI sedini mugkin mungkin, kurang dari 30 menit

e. Bina hubungan antara ibu dan bayi

f. Jaga kehangatan bayi tetap sehat (cegah hipotermi)

104
2. 6 hari setelah melahirkan

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal

b. Nilai adanya tanda – tanda demam, infeksi, atau perdarahan

abnormal

c. Pastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat

d. Pastikan ibu menyusui dengan baikdan tidak memperlihatkan

tanda – tanda penyulit

e. Ajarkan cara asuhan bayi, rawat tali pusat, menjaga bayi tetap

hangat, dan merawat bayi sehari – hari

3. 2 minggu setelah melahirkan

a.Memastikan involusi uterus berjalan normal

b. Nilai adanya tanda – tanda demam, infeksi, atau perdarahan

abnormal

c. Pastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat

d. Pastikan ibu menyusui dengan baikdan tidak memperlihatkan

tanda – tanda penyulit

e. Ajarkan cara asuhan bayi, rawat tali pusat, menjaga bayi tetap

hangat, dan merawat bayi sehari – hari

4. 6 minggu setelah melahirkan

a. Tanyakan pada ibu penyulit yang ibu untuk bayi alami

b. Memberikan konseling untuk kb secara dini

c. Memastikan bayi mendapat ASI yang cukup

e. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

1. Sistem Reproduksi

105
Involusi uteri adalah proses kembalinya uterus ke keadaan

sebelum hamil setelah melahirkan, merupakan peubahan retrogresif

pada uterus, meliputi reorganisasi dan pengeluaran decidua dan

eksfoliasi tempat perlekatan plasenta sehingga terjadi penurunan

ukuran dan berat serta perubahan yang juga ditandai dengan warna

dan jumlah lokia.

Tinggi fundus uteri

Salah satu indikator bahwa proses involusi uterus berjalan normal

adalah dengan melihat tinggi fundus uteri. Endometrium pulih pada

akhir minggu ketiga, sedangkan implantasi plasenta pada minggu

ke -6 pasca sectio caesaria. Setelah bayi lahir tinggi fundus uteri

berada di pertengahan simfisis pubis dan pusat, 12 jam kemudian

akan naik menjadi setinggi pusat atau sedikit dibawah (blackburn,

2007 ; James, 2008), pada hari kedua tinggi fundus uteri turun 1 cm

atau turun 1 jari setiap hari. Pada hari ke – 14 tinggi fundus uteri

akan masuk ke dalam panggul dan tidak apat dipalpasi.

Lokhea

Indikator lain yang menunjukan proses involusi uteri adalah

lokhea. Lokhea merupakan sekret uterus yang keluar melalui

vagina selama purpurium (4 tahap) :

a. Pada hari pertama sampai ketiga lokhea hampir seluruhnya

berupa darah dengan sedikit gumpalan, berbau khas, berwarna

merah atau merah kecoklatan sehingga dinamakan sebagai

rubra.

106
b. Pada hari ke empat leukosit mulai mempengaruhi proses

penyembuhan bekas implementasi plasenta, lokhea berubah

berisi cairan eksudat, eritrosit, leukosit dan lendir serviks

menjadi berwarna merah muda, atau kecoklatan dan disebut

sebagai lokhea serosa.

c. Pada hari ke sebelas lokhea berubah warna menjadi putih

kekuningan disebut sebagai lokhea alba.

Serviks

Segera setelah lahir serviks mengalami perubahan meliputi bentuk

menjadi tidak teratur, sangat lunak, kendur da terkulai, tampak

kemerahan karena banyaknya vaskularisasi serviks, kadang kadang

dijumpai memar, laserasi, dan edema (persalinan terdapat tahanan

bagian anterior).

Ligamen

Ligamentum intumantaucardinal ligamen dan ligamentum

rotundum teresatauround ligamentum yang mengakomodasi selama

uterus membesar menjadi kendor sehingga tidak jarang uterus jatuh

ke belakang dan menjadi retrofleksi. Panjang dan regangan kembali

seprti keadaan tidak hamil pada akhir purpurium (4 minggu). Tonus

pulih setelah 6 bulan.

Vagina

Vagina mengalami edema dan dapat mengalami lecet, hymen

menjadi tidak teratur. Setelah persalinan, vagina meregang dan

membentuk lorong berdinding lunak da luas yang ukurannya secara

107
perlahan mengecil, tapi jarang kembali ke ukuran nullipara. Dalam

waktu 3 sampai 4 minggu mukosa vagina akan sembuh dan ruggae

pulih, namun diperlukan waktu 6 sampai 10 minggu untuk involusi

dan mencapai ukuran wanita yang tidak hamil.

2. Sistem Kardiovaskuler

Pada minggu ketiga dan keempat setelah melahirkan.

Volume darah menurun sampai mencapai volume sebelum hamil,

melalui mekanisma kehilangan sdarah sehingga terjadi penurunan

volume darah total yang cepat dan perpindahan normal cairan

tubuh sehingga volume darah menurun dengan lambat. Denyut

jantung, volume darah dan curah jantung meningkat selama masa

hamil, namun segera setelah melahirkan keadan ini meningkat

bahkan lebih tinggi selama 30 – 60 menit karena kembalinya darah

yang melintasi uteroplasenta ke sirkulasi umum (pada semua jenis

kelahiran atau pemakaian konduksi anestesi).

3. Sistem Gastrointestinal

Setelah melahirkan akan terjadi penurunan hormon

progesteron namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3 – 4 hari

untuk kembali normal.beberapa hal yang berkaitan dengan

perubahan pada sistem pencernaan yaitu nafsu makan, motilitas dan

pengosongan usus.

4. Sistem Urinaria

Pada masa hamil kadar steroid tinggi (meningkatkan fungsi

ginjal), masa setelah persalinan kadar steroid menurun (menurunkan

108
fungsi ginjal) fungsi ginjal akan pulih dalam 2 minggu sampai 3

minggu pasca melahirkan, kondisi anatomi akan kembali pada akhir

minggu ke-6 sampai ke-8.

5. Sistem muskuloskeletal

Ibu dapat mengalami keluhan kelelahan otot dan aches

terutama pada daerah bahu, leher, dan lengan oleh karena posisi

selama persalinan, hal ini dapat berlangsung dalam 1 samapai 2 hari

pertama dan dapat dikurangi dengan kompres hangat dan masase

lembut untuk meningkatkan sirkulasi sehingga ibu merasa nyaman

dan rileks. Akan terjadi penurunan kadar hormon rerlaksin sehingga

ligament dan tulang rawan pelvis akan kembali ke psoisi tidak

hami,perubahan ini menimbulkan rasa nyeri pada pinggul dan

persendian, hal ini dapat diperningan dengan body mekanik yang baik

dan postur tubuh yang benar. Stabilisasi sendi terjadi lengkap pada

minggu 6 – 8 setelah melahirkan.

6. Sistem Integumen

Setelah melahirkan akan terjadi penurunan hormon estrogen,

progesteron, dan melanosit stimulating hormon sehingga akan terjadi

penurunan kadar warna pada cloasma gravidarum (melasma) dan linea

nigra. Striae gravidarum (strech marks) secara bertahap akan berubah

menjadi garis berwarna keperakkan namun tidak bisa menghilang.

Akibat perubahan hormonal dapat menyebabkan rambut mudah

rontok mulai minggu ke-4 sampai ke-20 dan akan kembali tumbuh

pada bulan ke empat sampai ke-6 bagi sebagian besar ibu. Kelainan

109
pembuluh darah, seperti spider angioma (nevi), eritema palmar, dan

epulis biasanya akan berkurang sebagai espon terhadap penurunan

esterogen setelah persalinan.

7. Sistem Neurologi

Karena pemberian anesthesia atau analgetik dapat membuat

ibu mengalami perubahan neurologis seperti berkurangnya rasa pada

daerah kaki dan rasa pusing sehingga harus dilakukan pencegahan

akan terjadinya trauma. Ibu dapat mengalami kelelahan dan

ketidaknyamanan, ketidaknyamanan yang sering terjadi antara lain

afterpain, akibat episiotomi atau insisi, nyeri oto dan pembengkakan

payudara. Rasa kelelahan dan ketidaknyamanan tersebut menghambat

pemenuhan kebutuhan tidur ibu.

Keluhan nyeri kepala bagian depan dan pada kedua sisi kepala bisa

terjadi akibat pemulihan keseimbangan cairan dan elektrolit.

(Blackburn, 2007) nyeri kepala berat dapat terjadi akibat pemberian

anestesi regional, rasa nyeri akan lebih terasa pada saat posisi berdiri

dan akan berkurang saat ibu berbaring. Rasa tidak nyaman neuroligis

saat diinduksi pada kehamilan akan menghilang setelah persalinan.

8. Sistem Endokrin

Setelah persalinan akan terjadi penurunan kadar hormon

estrogen,progesteron dan human placental lactogen akan menurun

secara cepat. Hormon HCG akan kembali ke kadar tidak hamil dalam

waktu 1 sampai 2 minggu. Penurunan hormon plasenta (human

110
placental lactogen) akan membalikkan efek diabetogenik kehamilan

sehingga menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa nifas.

9. Penurunan Berat Badan

Setelah melahirkan akan terjadi pengurangan berat badan ibu

dari janin, plasenta, cairan ketuban, dan kehilangan darah selama

persalinan sekitar 4,5 sampai 5,8 kg. Setelah proses dieresis ibu akan

mengalami pengurangan berat badan 2,3 sampai 2,6 kg dan

berkurang 0,9 sampai 1,4 kg karena proses involusi uteri. Ibu

berusaha lebih banyak mengalami penurunan berat badan.

(Blackburn, 2017)

Jaringan lemak memerlukan waktu lebih lama untuk berkurang,

sehingga banyak ibu yang masih memiliki berat badan lebih banyak

daripada berat badan sebelum hamil sehingga menyebabkan ibu

menjadi frustasi. (Esti Handayani, 2016)

10. Tanda - Tanda Vital

Suhu

pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat

celcius dari keadaan norma. Kenaikan suhu badan ini akibat dari

kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun

kelelahan. Suhu kembali normal dan stabil dalam 24 jam setelah

melahirkan.

Kurang lebih hari ke-4 post partum , suhu badan akan naik lagi. Hal

ini diakibatkan ada pembentukan ASI, kemungkinan payudara

membengkak, maupun kemungkinan infeksi pada endometrium,

111
mastitis, traktus genitalis ataupun sistem lain, namun apabila

kenaikan suhu diatas 38 deranjat celcius, waspada terhadapa infeksi

post partum.

Nadi

Nadi kembali normal dalam beberapa jam setelah melahirkan,

denyut nadi yang melebihi 100 kali pe menit, harus waspada

kemungkinan infeksi perdarahan postpartum.

Tekanan Darah

Pasca melahirkan secara normal, tekanan darah biasanya tidak

berubah, sistolik antar 90 – 120 mmHg dan diastolik 60 – 80 mmHg.

Jika tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat

diakibatkan oleh perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum

merupakan tanda terjadinya pre-eklamsia post partum.

Pernafasan

Pada umumnya pernafasan lambat atau normal (16 – 24 kali

pernmenit), hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau

dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu berhubungan

dengan keadaan suhu dan denyut nadi, terkecuali apabila ada

gangguan khusus pada saluran pernafasan. Bila pada masa

postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda – tand syok

atau embolus paru.

11. Sistem Hematologi

Selama 72 jam pertama volume plasma yang hilang lebih

besar daripada sel darah yang hilang sehingga pada pemeriksaan

112
laboratorium didapatkan peningkatan hematokrit pada hari ke tiga

sampai ke tujuh. Tidak ada sel darah merah yang rusak selama masa

setelah melahirkan, namun semua kelebihan sel darah merah akan

menurun secara bertahap sesuai dengan usia sel darah merah. Kadar

sel darah merah kembali normal dalam 8 minggu setelah melahirkan.

f. Perubahan adaptasi psikologis ibu nifas

Perubahan adaptasi psikologis ibu nifas menurut Eny Retna

Ambarwati, S.Si.T.M.Kes, 2010 yaitu :

Secara psikologis ,setelah melahirkan seorang ibu akan merasakan

gejala-gejala psikiatrik, demikian juga pada masa menyusui.

Meskipun demikian, ada pula ibu yang tidak mengalami hal ini. Agar

perubahan psikologi yang dialami tidak berlebihan, ibu perlu

mengetahui tentang hal yang lebih lanjut. Wanita banyak mengalami

perubahan emosi selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri

menjadi seorang ibu.

Beberapa penulis berpendapat, dalam minggu pertama setelah

melairkan, banyak wanita menunjukan gejala- gejala psikiatrik,

terutama gejala depresi dari ringan samai berat serta gejala-gejala

neurosic traumatic. Beikut beberapa factor yag berperan antara lain,

ketakutan yang berlebihan dalam masa hamil , struktur perorangan

yang tidak normal sebelumnya, riwayat psikiatrik abnormal, riwayat

perkawinan abnormal, riwayat obstetric.

Hal yang perlu diperhatikan yaitu adaptasi psikososial pada

masa pasca persalinan. Bagi keluarga muda , masa pasca- peralinan

113
merupakan aaal keluarga baru sehingga keluarga perlu beradaptasi

dengan peran barunya. Tanggung jawab keluarga bertambah dengan

hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan serta perhatian anggota

keluarga lainnya merupakan dukungan positif bagi ibu. Dalam

menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase

sebagai berikut :

a) Fase taking in

Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung

dari hari pertama sampai kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus

perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Kelelahan membuat ibu

cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah

tersinggung. Hal ini membuat cenderung menjadi pasif terhadap

lingkungannya. Oleh karena itu kondisi ibu perlu dipahami dengan

menjaga komunikasi yang baik. Pada fase ini perlu diperhatikan

pemberian ekstra makanan untuk proses pemulihannya. Disamping

nafsu makan ibu memang meningkat.

b) Fase taking hold

Pada fase taking hold, ibu merasa khawatir akan

ketidakmampuan dan rasa tangung jawabnya dalam merawat bayi.

Selain itu perasaannya sangat sensitive sehingga mudah tersinggung

jika komunikasinya kurang hati-hati.

c) Fase letting go

Fase ini merupakan fase menerima tanggug jawab akan

peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu

114
sudah mulai menyeseuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.

Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fasee

ini.

g. Perawatan Pascapersalinan

Perawatan pasca persalinan menurut Sofian, 2012 :

1. Mobilisasi: Karena letah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur

telentang selama 8 jam pascapersalinan. Setelahnva, ibu boleti

miring-miring ke kanan dan ke kin untuk mencegah terjadinya

trombosis dan trombo emboli. Pada hari ke-2, ibu diperbolehkan

duduk, hari ke-3 berjalan-jalan, dan hari ke-4 atau ke-5 sudah

diperbolehkan pulang. Mobilisasi tersebut memiliki variasi,

bergantung pada komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya

luka-luka.

2. Diet: Makanan harus bermutu, bergizi, dart cukup kalori.

Sebaiknya, makan makanan yang mengandung protein, banyak

cairan, sayur-sayuran, dan buah-buahan.

3. Miksi: Hendaknya buang air kecil dapat di lakukan sendiri

secepatnya. Kadang-kadang, wanita mengalami kesulitan berkemih

karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme akibat

iritasi m.sfingter ani selama persalinan, juga karena adartya edema

kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Apabila kandung

kemih penuh dan wanita sulit berkemih, sebaiknya dilakukan

kateterisasi.

115
4. Defekasi: Buang air besar harus dilakukan 3-4 hart

pascapersalinan. Apabila buang air besar dan terjadi obstipasi apala

buang air besar keras, dapat diberikan laksatif per oral atau per

rektal. Jika masa belum bisa, dilakukan klisma.

5. Perawatan payudara (mammae): Perawatan mammae telah dimulai

sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras, dan

kering sebagai persiapan untuk menyusui bayi. Apabila bayi

meninggal, laktasi akan dihentikan dengan cara pembalutan

mammae sampai tertekan, pemberian obat estrogen untuk supresi

LH, seperti tablet lynoral parlodel. Sangat dianjurkan agar seorang

ibu menyusui bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayi

tersebut.

Perawatan payudara :

a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering.

b) Menggunakan BH/ bra yang sesuai ukuran untuk

menyongkong payudara.

c) Bila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar

pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui,. Kegiatan

menyusui tetap dilakukan mulai dari puting susu yang tidak

lecet.

d) Bila lecet sangat berat, dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI

dikeluarkan dan diminumkan dengan sendok.

e) Untuk menghilangkan nyeri, dapat minum paracetamol 1 tablet

setiap 4 – 6 jam.

116
f) Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan :

a. pengompresan payudara menggunakan kain basah dan

hangat selama 5 menit.

b. Urut payudara dari arah pangkal menuju puting, tapi jangan

menyentuh puting.

c. Keluarkan ASI sedikit, kemudian oleskan ke area puting,

d. Susu kan bayi setiap 2 jam sekali. Apabila tidak bisa

menghisap, seluruh ASI dikeluarkan dengan tangan.

e. Letakan kain dingin pada payudara setelah menyusui.

6. Laktasi: Untuk menghadapi masa laktasi sejak kehamilan telah

terjadi perubahar-perubahan pada kelenjar mamma, yaitu:

a) proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli, dan

bertambahnya jaringan lemak,

b) pengeluaran cairan susu jolong (kolostrum), yang

berwama kuning-putih susu dan duktus laktiferi,

hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, vena-

vena berdilatasi sehingga tampak jelas

setelah persalinan, pengaruh supresi estrogen dart

progesteron hilang sehingga timbul pengaruh hormon laktogenik

(LH) atau prolaktan yang, akan merangsang air susu. Di samping

itu, pengaruh oksitosisin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu

berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak

sesudah 2-3 hari pascapersalinan.

117
Apabila bayi mulai disusui, isapan pada puting susu

merupakan rangsangan psikis yang mencetuskan pengeluaran

oksitosin oleh hipofisis. Produksi air susu ibu (ASI) akan lebih

banyak. Sebagai efek positif involusi uteri akan lebih sempurna.

Di samping ASI merupakan makanan utama bayi yang tidak ada

bandingannya, menyusui bayi sangat baik untuk menjelmakan

rasa kasih sayang antara ibu dan anaknya. Air susu ibu adalah

untuk anak ibu. Ibu dan bayi dapat ditempatkan data satu kamar

(rooming in) atau pada tempat yang terpisah.

Keuntunganrooming in adalah:

a. mudah menyusukan bayi,

b. setiap saat selalu ada kontak antara ibu dan bayi, dan

c. sedini mungkin ibu telah belajar mengurus bayinya.

7. Cuti hamil dan bersalin: Menumt undartg_Indang, wanita pekerja

berhak mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan, yaitu 1

bulan sebelum bersalin ditambah 2 bulan setelah persalinan.

8. Pemeriksaan pascapersalinan : Di Indonesia, ada kebiasaan atau

kepercayaan bahwa wanita bersalin baru boleh keluar rumah

setelah selesai nifas, yaitu 40 hari. Bagi wanita dengan persalinan

normal hal tersebut dapat diterima dan dilakukan pemeriksaan

kembali 6 minggu setelah persalinan. Namun, bagi wanita dengan

persalinan luar biasa harus kembali untuk kontrol seminggu

kemudian.

Pemeriksaan postnatal antara lain meliputi:

118
a. pemeriksaan umum: tekanan darah, nadi,suhu badan,

pernafasan dan sebagainya.

b. keadaan umum: keluhan, selera makan, dan

c. payudara: ASI, putting susu

d. dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum

e. sekret yang keluar, misalnya lochia, fluor albus

f. keadaan alat-alat kandungan.

b. Nasihat untuk ibu postnatal

a. Fisioterapi postnatal sangat baik diberikan.

b. Sebaiknya, bayi disusui.

c. Lakukan senam pascapersalinan.

d. Untuk kesehatan ibu, bayi, dan keluarga, sebaiknya

melakukan KB untuk menjarangkan anak.

e. Bawalah bayi untuk memperoleh imunisasi.

c. Perawatan perineum

a) Setiap habis BAK dan BAB, siram vagina dn anus dengan air

bersih.

b) Bilas hingga bersih dari arah depan ke belakang supaya bakteri

tidak menempel di vagina, lalu keringkan vagina menggunakan

handuk bersih.

c) Jika ibu tidak berani membersihkan vagina dan anus dengan

tangan saat cebok, ibu bisa berendam di dalam larutan

antiseptik selama 10 menit.

119
d) Ganti pembalut setiap kali BAK dan BAB, atau setidaknya

minimal 3 jam sekali untuk menghindari pembalut lembap.

e) Gunakan pembalut khusus ibu bersalin yang higenis.

f) Lakukan pelvic floor atau senam kegel yang dapat

membantu penyembuhan.

g) Lebih banyak mengkonsumsi serat seperti buah – buahan dan

sayuran, agar tinja lebih lunak dan mudah dikeluarkan.

d. Tanda bahaya masa nifas

Tanda tanda bahaya masa nifas menurut Yeti Anggraeni (2010)

yaitu ;

a) Perdarahan pasca persalinan

b) Tampak sakit dan lemah

c) TD meningkat/menurun

d) Pernafasan dapat meningkat atau menurun

e) Kesadaran gelisah

f) Terjadi gangguan involusi uterus.

Apabila ibu terdapat satu atau lebih tanda bahaya seperti diatas , maka

ibu berada dalam bahaya.

4.TEORI BAYI BARU LAHIR

a. Definisi

Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38-42 minggu

dengan berat badan sekitar 2500-3000 gram dan panjang badan sekitar

50-55 cm. (Sarwono, 2005)

120
Bayi baru lahir dapat dibagi menjadi 2:

1. Bayi normal (sehat) inemerlukan perawatan biasa.

2. Bayi gawat (high risk baby) memerlukan penanggulangan khusus,

misalnya bayi yang mengalami asfiksia dan perdarahan.

Pada umumnya, kelahiran bayi normal cukup ditolong oleh bidan

yang bertanggung jawab penuh terhadap keselamatan ibu dan bayi. Pada

kelahiran abnormal, yang memerlukan pertolongan spesialis, bayi baru

lahir diurus oleh bidan atau, jika di rumah sakit yang dilengkapi dengan

unit kesehatan bayi, hendaknya ditangani oleh dokter anak. (Sofian,

2012)

Neonatus atau bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari

kehamilan aterm (37 minggu sampai 42 minggu) dengan berat badan lahir

2500 gram sampai dengan 4000 gram, tanpa ada masalah atau kecacatan

pada bayi sampai umur 28 hari. (Arfiana, 2016)

Kunjungan Neonatus (KN) menurut Arfiana 2016

1. Kunjungan neonatal ke-1 (6 – 48 jam) :

a. Mempertahankan suhu bayi

b. Pemeriksaan fisik bayi

c. Perawatan tali pusat

d. Pemberian ASI

e. Pemberian imunisasi Hb0

2. Kunjungan neonatal ke-2 ( hari ke-3 sampai hari ke-7)

a. Menjaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering

b. Menjaga kebersihan bayi

121
c. Menjaga suhu tubuh bayi

d. Memberitahu tanda bahaya bayi baru lahir

e. konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI

ekslusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan

bayi baru lahir dirumah dengan menggunakan buku KIA

3. Kunjungan neonatal ke-3 (hari ke-8 sampai hari ke-28)

a. Memberikan konseling terhadap ibu dan keluarga untuk

memberikan ASI eksklusif, pencegahan hipotermi dan

melaksanakan perawatan bayi baru lahir dirumah dengan

menggunakan buku KIA

b. Memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi

c. Memberitahu ibu tentang imunisasi BCG

d. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan

b. Ciri – ciri Bayi Normal

Menurut Arfiana 2016, Ciri – ciri bayi normal adalah :

1. Berat badan 2500 – 4000 gram.

2. Panjang badan 48 – 52 cm.

3. Lingkar dada 30 – 38 cm.

4. Lingkar krpala 33 – 35 cm.

5. Denyut jantung 120 – 140 x/menit. Pada menit – menit pertama

mencapai 160 x/menit.

6. Pernafasan 30 – 60 x/menit.

7. Kulit kemerah – merahan, licin,dan diliputi vernix caseosa.

8. Tidak terlihat rambut lanugo dan rambut kepala tampak sempurna.

122
9. Kuku tangan dan kaki agak panjang dan lemas.

10. Genetalia bayi perempuan : labia mayora sudah menutupi labia

minora dan pada bayi laki – laki : testis sudah turun ke dalam scrotum.

11. Reflek primitif:

a. Rooting reflek, saucking refleks, dan swallowing reflek baik.

b. Reflek moro baik, bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan gerakan

seperti memeluk.

c. Grasping reflek baik,apabilang diletakan sesuatu benda diatas telapak

tangan, bayi akan menggenggam.

12. Eliminasi baik, bayi berkemih dan buang air besar dalam 24 jam pertama

setelah lahir, buang air besar pertama adallah mekonium yang berwarna

coklat kehitaman.

c. Pencegahan Infeksi Pada Bayi Baru Lahir

Menurut Arfiana 2016, Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi.

Peetugas dan pengasuh harus mampu meminimalkan resiko infeksi pada BBL.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk pencegahan infeksi adalah :

1. Inisiasi menyusui dini (IMD) pemberian ASI secara dini dan eksklusif.

2. Kontak kulit ke kulit dengan ibunya (Skin to Skin Contact).

3. Menjaga kebersihan pada saat memotong dan merawat tali pusat (tanpa

menempelkan/membubuhkan apapun pada tali pusat).

4. Menggunakan alat – alat yang sudah disterilkan atau yang sudah

didsinfeksi tingkat tinggi (misalnya direbus).

5. Mencuci tangan sebelum dan sesudah menolong persalinan/merawat bayi.

123
6. Menggunakan bahan yang telah dibersihkan dengan benar untuk

membungkus bayi agar hangat.

7. Menghindari pembungkusan tali pusat, atau dengan perawatan

keringdan terbuka.

8. Menghindari penggunaan krim atau salep pada tali pusat, yang

dapat menyebabkan tali pusat basah/lembab.

9. Pemberian tetes mata untuk profilaksis.

10. Pemberian vitamin K untuk mencegah perdarahan.

11. Pemberian vaksin hepatitis B (Hb.0).

d. Penanganan Bayi Baru Lahir

Penanganan bayi baru lahir menurut JPNK-KR,2008 Asuhan Bayi baru

lahir antara lain :

a) Pencegahan infeksi

BBL sangat rentan terhadap infeksi mikroorganisme yang

terpapar atau terkontaminasi selama proses persalinan berlangsung

maupun beberapa saat setelah lahir, maka sebelum menangani

BBL, pastikan penolong persalinan dan pemberi asuhan BBL telah

melakukan upaya pencegahan infeksi berikut:

1) Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan

dengan bayi

2) Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi

3) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama

klem,gunting, pengisap, lendir DeLee, alat resusitasi dan

124
benang tali pusat telah di Disinfeksi Tingkat Tinggi ( DTT )

atau sterilisasi

4) Pastikan semua pakaian bayi sudah dalam keadaan bersih,

dekontaminasi dan cuci bersih semua peralatan, setiap kali

setelah digunakan.

b) Penilaian Bayi Baru Lahir

Segera setalah lahir, letakan bayi diatas kain dan kering yang

disiapkan pada perut bawah ibu. Segera lakukan penilaian awal :

1) Apakah bayi cukup bulan ?

2) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur meconium ?

3) Apakah babyi menangis atau bernafas

4) Apakah tonus otot bayi baik ?

c) Mencegah kehilangan panas

Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut :

1) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks.

2) Letakan bayi di dada ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi

3) Selimuti ibu dan bayi dan pasang topi di kepala bayi

4) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi sebelum 6 jam

setelah melahirkan.

5) Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat

6) Bayi jangan dibedong.

d) Lakukan inisiasi menyusui dini

1) Langkah menyusui dini

125
a. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan ibunya segera

setelah lahir selama paling sedikit satu jam

b. Bayi harus dibiarkan untuk melakukan IMD dan ibu dapat

mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberi

bantuan jika diperlukan

c. Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilkukan pada bayi

baru lahir hingga inisiasi menyusui selesai dilakukan, prosedur

tersebut seperti : pemberian salep atau tetes mata, pemberian

vitamin K1, menimbang dan lain-lain.

2) Keuntungan inisiasi menyusu dini bagi ibu dan bayi

a. Bagi bayi

a) Mempercepat keluarnya kolostrum yaitu makanan dengan

kualitas da kuantitas optimal untuk bayi.

b) Mengurangi infeksi dengan kekebalan pada asi (melalui

colostrum) maupun aktif

c) Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari ke bawah.

d) Meningkatkan keberhasilan mnyusui secara asi eklsusif dan

lamanya bagi bayi disusui. Membantu bayi mengkoordinasikan

kemampuan isap,telan, dan nafas. Refleks menghisap awal

pada bayi paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah

lahir.

e) Meningkatkan jalinan kasih saying ibu dan bayi

f) Mencegah kehilangan panas.

126
b. Bagi ibu

a) Pengaruh oksitosin

Membantu kontraksi uterus sehingga menurunkan resiko

perdarahan pasca persalinan.

b) Pengaruuh prolactin

Meningkatkan produksi ASI dan menunda ovulasi.

Berikan vitamin K1

Pemberian vitamin K1 mg secara intra muskuler dipaha kiri

anterolateral setelah IMD. Tujuannya untuk mencegah perdarahan

disebut juga perdarahan akibat defesiensi Vitamin K (PDVK).

Perdarahan dapat terjadi beberapa bagian bayi seperti otak, kulit,

mata, talipusat, hidung, telinga dan saluran pencernaan.

Perawatan mata

Berikan tetes mata yang mengandung tetrasiklin 1 %

dengan tujuan untuk mencegah infeksi atau kerusakan pada mata

yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri tersebut adalah Gonorea

(Neisseria gonorrhea) dan klamidia (Chylamydia trachomatis) , yang

dapat ditularkan dari ibu ke anak saat melahirkan. Cara pemberianya

yaitu teteskan satu kali pada setiap mata, dan diberikan setelah

proses Inisiasi Menyusui Dini dan bayi selesai menyusu , apabila

diberikan > 1 jam setelah melahirkan maka kurang efektif.

Pemberian imunisasi

Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi

Hepatitis B (kerusakan hati) terhadap bayi, terutama jalur penularan

127
ibu dan bayi , pemberian imunisasi Hepatitis B 0,5 ml intra muskuler

dipaha anterolateral. imunisasi Hepatitis B pertama diberikan 1-2

jam setelah pemberian Vitamin K, pada saat bayi brumur 2 jam.

(sondaks, 2013)

e. Perubahan yang terjadi pada bayi baru lahir

Menurut Arfiana Arum Lusiana, 2016 yaitu :

a. System pernafasan

Perubahan fisiologis paling awal dan harus segera dilakukan oleh bayi

adalah bernafas. Pada saat janin, plasenta bertanggung jawab dalam

pertukaran gas janin, dan semua fungsi tergantung sepenuhnya pada

ibu. Setelah tali pusat dipotong, bayi harus mandiri secara fisiologis,

untuk menjaga kelangsungan hidupnya.

Ketika dada bayi melewati jalan lahir, cairan akan terperas dari paru

paru melalui hidung dan mulut bayi. Setelah dada dilahirkan

seluruhnya akan segera terjadi recoil toaks. Udara akan memasuki

jalan nafas atas mengganti cairan yang hilang di paru-paru. Pada

kelahiran secara seksio caesarea atau perabdominal , maka dada bayi

tidak mengalami peristiwa penekanan sehingga kadang bantuan bayi

untuk dapat segera memulai pernafasan.

b. System sirkulasi dan kardiovaskuler

Pada saat paru-paru mengembang, oksigen yang masuk melaluui

proses inspirasi akan menyebarkan pembuluh darah paru, yang akan

menurunkan tahanan vaskuler paru-paru dan mengakibatkan

terjadinya peningkatan aliran darah paru.

128
Dengan meningkatnya aliran darah paru-paru dan penurunan tahanan

vaskuler paru-paru, maka duktus anteriosus mulai menutup.

Pernafasan normal bayi baru lahir rata-rata 40x/menit , dengan jenis

pernafasan diafragma dan abdomen, tanpa ada retraksi dinding dada

maupun pernafasan cuping hidung.

c. Perubahan termoregulasi.

bayi cukup bulan yng normaldan sehat serta tertutup pakaian hangat

akan mampu mempertahankan suhu tubuhnya 36,5 C-37,5 C, jika

suhu lingkungan dipertahankan 18-21 C, nutrisi (ASI) cukup dan

gerakannya tidak terhambat oleh bedong yang ketat. Bayi tidak

boleh kedinginan, tetapi juga tidak boleh kepanasan. Hipertermi

dapat terjadi jika bayi terpapar sumber panas (lampu yang terlalu

besar dan terlalu dekat). Suhu tubuh bayi yang tidak stabil

menunjukan adanya ganguan pada tubuuh babyi, biasanya karena

infeksi.

d. System ginjal

Komponen struktur ginjal pada bayi baru lahir sudah terbentuk,

tetapi masih terjadi defisiensi fungsional kemampuan ginjal untuk

mengkonsentrasi urine, cairan elektrolit dan mengatasi keadaan

stress ginjal,missal pada bayi dehidrasi atau beban larutan yang

pekat. Pada akhir minggu pertama volume urine total dalam 24 jam

kurang lebih 200-300 ml. pengosongan kandung kemih secara

volunteer volumeny mencapai 15 ml, sehingga dapat menyebabkan

bayi berkemih 20 kali perhari. Kencing pertama harus sudah terjadi

129
dalam 24 jam pertama, dengan karakteristik urine tak berwarna dan

tak berbau serta berat jenis sekitar 1020.

e. System gastrointestinal

Kemampuan bayi baru lahir untuk mencerna, mengabsorbsi dan

metabolism bahan makanan sudah adekuat, tetapi terbatas pada

beberapa enzim. Bayi baru lahir sudah mampu untuk mencerna

protein dan karbohidrat sederhana (monosakarida dan disakarida) ,

tetapi produksi enzim amylase pancreas yang masih rendah dapat

mengganggu pemakaian karbohidrat kompleks (polisakarida)

Hati merupakan organ gastrointestinal yang paling imatur.

Rendahnya aktifitas enzim glukoronil trasnferase atau enzim

glukoronidase dari hepar mempengaruhi konjugasi bilirubin dengan

asam glukoronat dan berkontribusi terhadap kejadian

jaundice/ikterik fisiologis pada babyi baru lahir.

f. Adaptasi imunologi

Bayi baru lahir memperlihatkan kerentanan tinggi tehadap terjadinya

infeksi terutama yang masuk melalui mukosa system pernafasan dan

gastrointestinal. Kemampuan melakukan lokalisasi infeksi masih

rendah, sehingga infeksi ringan cepat menjadi infeksi sistematik

yang lebih berat.

Terdapat tiga immunoglobulin utama , IgG,IgA, dan IgM. IgG

mampu melewati barrier plasenta, sehingga kadarnya hampir sama

dengan kadar IgG ibu dan memberikan imunitas pasif terhadap

kehidupan byi. IgA melindungi terhadap infeksi saluran pernafasan,

130
gastrointestinal dan mata. IgA mencapai kadar dewasa dalam waktu

dua bulan dan ditemukan dalam kolostrum. IgM mencapai dewasa

dalam waktu 2 tahun. Kalenjar timus sebagai tempat memproduksi

limfosit, relative berukuran besar pada saat lahir dan terus tumbuh

sampai usia 8 tahun.

g. System neurologi

Pada saat lahir system syaraf belum berkembang sempurna.

Beberapa fungsi neurologis dapat dilihat dari reflek primitive pada

BBL. Pada awal kehidupan system saraf berfungsi untuk

merangsang respirasi awal, membantu mempertahankan

keseimbangan asam basa dan berperan dalam pengaturan suhu.

f. Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir

Tanda bahaya pada bayi baru lahir JPNK-KR,2008 adalah:

a. Tidak dapat menetek

b. Kejang

c. Bayi bergerak hanya jika dirangsang

d. Tarikan dinding dada yang dalam

e. Kecepatan nafas (>60 kali/menit) / lambat (<30 kali/menit)

f. Suhu aksila demam (>37,5 C) dingin (<36 C)

g. Merintih

h. Nanah banyak dimata

i. Pusar kemerahan

j. Sianos issentral.

131
B. TINAJUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

1. MANAJEMEN KEBIDANAN

Manajemen kebidanan adalah pendekatan dan kerangka berpikir

yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah

secara sistematis mulai dari pengumpulan data, analisis data, diagnosis

kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. (Kepmenkes 369;

2007, 5)

A. Model – model dokumentasi asuhan kebidanan

1). Manajemen dokumentasi tujuh langkah varney

Menurut Helen varney, alur berpikir bidan saat menghadapi

klien meliputi tujuh langkah, yaitu :

a). Pengkajian data.

b). Identifikasi diagnosis dan masalah.

c). Identifikasi diagnosis dan maslah potensial.

d). Menyusun rencana asuhan (intervensi).

e.) Melaksanakan rencana asuhan (implementasi).

f). Evaluasi.

2). Model dokumentasi SOAP

Untuk mengetahui apakah yang telah dilakukan oleh seorang

bidan telah melalui proses berpikir sistematis, sebaiknya

dokumentasikan dalam bentuk SOAP, menurut Rita yulifah,

2013 :

a). S (Subjektif).

b). O (Obyektif).

132
c). A (Assessment).

d). P (Planning).

B. Langkah langkah manajemen kebidanan

1. Langkah manajemen Varney

Proses manajemn varney terdiri dari 7 langkah yang

berurutamn dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik.

Proses dimulai dengamn mengumpulkan data dasar dan berakhir

dengan evaluasi.

Lagkah 1 : Pengumpulan data dasar

Pada lagkah ini dilakukan pegkajian dengan

mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi

keadaa klien lengkap, yaitu :

a. Identitas klien.

b. Alasan datang.

c. Riwayatt perkawinan.

d. Riwayat obstetric an ginekologi.

e. Riwayat kesehatan.

f. Riwayat haid

g. Riwayat KB/kontrasepsi.

h. Pemeriksaan fisik.

i. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.

j. Meninau data labratorium.

Langkah 2 : Identifikasi diagnosis dan masalah

133
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosis atau maslah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi

yang benar atas data – data yang telah dikumpulkan. Data dasar

yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga merumuskan

diagnosis dan maslah yang spesifik.

Diagnosis kehamilan adlah diagnosis yang ditegakkan

bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar

nomenklatur diagnosis kebidanan.

Standar nomenklatur diagnosis kebidanan adlah sebagai berikut :

1. Diakui dan telah disahkan oleh profesi.

2. Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan.

3. Memiliki ciri khas kebidanan

4. Didukung oleh keputusan klinis (clinical judgement) dalam

praktik kebidanan.

5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.

Masalah adalah hal – hal yang berkaitan dengan pengalaman

klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau menyertai

diagnosis.

Langkah 3 : Identifikasi diagnosis dan masalah potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi maslah potensia atau

diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/maslah yang sudah

diidentifikasi.langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan sambal mengamati klien,

bidan diharapkan dapat bersiap – siap bila diagnosis/maslah

134
potensial ini benar – benar terjadi. Langkah ini penting sekali

dalam melakukan asuhan yang aman.

Langkah 4 : Identifikasi kebutuhan segera

Kebutuhan adalah hal – hal yang dibutuhkan oleh klien da

belum teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan

dengan dengan melakukan analisis data. Pada langkah ini, bidan

menetapkan kebutuhan terhadp tindaka segera, melakukan

konsultasi, koloborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan

kondisi klien.setelah itu mengidentifikasi perlunya tindakan segera

oleh bidan atau dokter dan/untuk dikonsultasikan atau ditangani

Bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan

kondisi klien. Langkah ke empat mencerminkan kesinambungan

dari proses manajemen kebidanan yang terjadi dalam kondisi

darurat.

Langkah 5 : Menyusun rencana asuhan menyeluruh

(iIntervensi)

Rencana asuhan menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang

sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap maslah yang

berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap

wanita tersebut, seperti apa yang diperkirakan akan terjadi

berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah

perlu merujuk klien bila ada masalah – maslah yang berkaitan

dengan sosial ekonomi, kultural, atau masalah psikologis.

Langkah 6 :Pelaksanaan rencana asuhan (Implementasi)

135
Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung

secara efisien dan aman. Pada langkah ke enam ini, rencana asuhan

menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima

dilakasnakan secara efisien dan aman. Perencanaaan ini dapat

dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau

anggota tim lainnya.

Langkah 7 : Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini, dilakukan evaluasi kefektifan

asuhan yang telah diberikan. Hal yang dievaluasi meliput apakah

kebutuhan telah terpenuhi dan mengatasi diagnosis dan masalah

yang telah diidentifikasi. (Rita yulifah, 2013)

2. Pendoukmentasian dengan soap

SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis,

dan tertulis. Untuk mengetahui apa yang telah dilakukan oleh

seorang bidan melalui proses berpikir sistematis, didokumentasikan

dalam bentuk SOAP.

S (subjektif)

menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulandata klien

melalui anamnesis (langkah I Varney).

O (objektif)

menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,

hasillaboratorium dan ujidiagnosis lain yang dirumuskan dalam

data fokus untuk mendukung asuhan. (langkah I Varney.

A (Assessment)

136
menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi

data subjektif da objektif dalam suatu identifikasi :

Diagnosis/masalah.

Antisipasi diagnosis/masalah potensial.

Perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter/konsultasi/koloborasi dan atau rujukan (langkah II,III, dan

IV Varney).

P (Planning)

Menggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi

perencanaan berdasarkan assessment (langkah V, VI dan VII

Varney).

Metode 4 langkah yang dinamakan SOAP ini disarikan

(dirumuskan) dari proses pemikiran penatalaksaan kebidanan.

Dipakai untuk mendokumentasikan asuhan pasien dalam rekaman

medis pasien sebagai catatan kemajuan. (Rita yulifah, 2013)

3. LANDASAN HUKUM KEBIDANAN

A. Landasan Hukum Kewenangan Bidan

1. Kewenangan bidan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 28/Menkes/Per/2017 tentang izin dan

penyelenggaraan Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan

meliputi

a. Pasal 18

137
Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan

pelayanan yang meliputi :

a) Pelayanan kesehatan ibu

b) Pelayanan kesehatan anak

c) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana.

b. Pasal 19

1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal

18 huruf a diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa

persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua

kehamilan.

2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi

a) Pelayanan konseling pada masa pra hamil

b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

c) Pelayanan persalinan normal

d) Pelayanan ibu nifas normal

e) Pelayanan ibu menyusui

f) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan

3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) berwenang untuk :

a) Episiotomy

b) Pertolongan persalinan normal

c) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

138
d) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

e) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil

f) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

g) Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi air

susu ibu eksklusif

h) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan

postpartum

i) Penyuluhan dan konseling

j) Bimbingan pada kelompok ibu hamil

k) Pemberian surat keterangan kematian

c. Pasal 20

1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam

pasal 18 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak,

balita, dan anak pra sekolah.

2) Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk :

a) Pelayanan neonatal esensial

b) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan

c) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra

sekolah

d) Pemberian konseling dan penyuluhan

3) Pelayanan neonatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) huruf a meliputi inisiasi menyusui dini, pemotongan dan

perawatan tali pusat, injeksi vitamin K1, pemberian imunisasi

139
HB0, Pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pemantauan tanda

bahaya, pemberian tanda identitas diri, merujuk kasus yang

tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil dan tepat waktu ke

fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

B. Standar Pelayanan Kebidanan

Adapun ruang lingkup standar pelayanan kebidanan meliputi 24

standar menurut Ambarwati (2011), yaitu :

1) Standar pelayanan umum

Standar 1 : persiapan untuk kehidupan keluarga sehat

Standar 2 : pencatatan dan pelaporan

2) Standar pelayanan antenatal

Standar 3 : identifikasi ibu hamil

Standar 4 : pemeriksaan dan pemantauan antenatal

Standar 5 : palpasi abdominal

Standar 6 : pengelolaan anemia pada kehamilan

Standar 7 : pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan

Standar 8 : persiapan persalinan

3) Standar pertolongan persalinan

Standar 9 : asuhan persalinan kala I

Standar 10: persalinan kala II yang aman

Standar 11: penatalaksanaan aktif persalinan kala III

Standar 12: kala II dengan gawat janin melalui episiotomy

4) Standar pelayanan Nifas

Standar 13: perawatan bayi baru lahir

140
Standar 14: penanganan pada dua jam pertama persalinan

Standar 15: pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas

5) Standar penanganan kegawatdaruratan obstetric – neonatal (9

standar)

Standar 16: penanganan perdarahan pada kehamilan trimester

III

Standar 17: penanganan kegawatan pada ekslamsia

Standar 18: penanganan kegawatan pada partus lama/macet

Standar 19: persalinan dengan penggunaan Vakum Ekstraktor

Standar 20: penanganan retensio plasenta

Standar 21: penanganan perdarahan postpartum primer

Standar 22: penanganan perdarahan post partum sekunder

Standar 23: penanganan sepsis puerperalis

Standar 24: penanganan asfiksia neonatus.

C. Kompetensi Bidan

Menurut Mufdlilah (2012) :

1) Kompetensi ke-1

Bidan mempunyai persyaratan keterampilan dan

pengetahuan dari ilmu-ilmu social, kesehatan masyarakat

dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu

tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir

dan keluarganya.

2) Kompetensi ke-2

141
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan

kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan

menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk

meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan

kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.

3) Kompetensi ke-3

Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk

mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi

deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi

tertentu.

4) Kompetensi ke-4

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap

terhadap kebudayaan setempat selama persalinan,

memimpin selama persalinan yang bersih dan aman,

menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk

mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru

lahir.

5) Kompetensi ke-5

Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang

bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.

6) Kompetensi ke-6

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,

komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai 1 bulan.

7) Kompetensi ke-7

142
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,

komprehensif pada bayi dan balita.

8) Kompetensi ke-8

Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan

komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat

sesuai dengan budaya setempat.

9) Kompetensi ke-9

Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan

gangguan system reproduksi.

143
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.S

UMUR 36 TAHUN G3 P2 A0 HAMIL 39 MINGGU

DI PUSKESMAS KESAMIRAN KABUPATEN TEGAL

(Studi Kasus dengan Faktor Resiko TinggiUmur > 35 tahun dan Anemia

Ringan)

A. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan

Pada perkembangan ini penulis menguraikan tentang asuhan

kebidanan yang telah dilakukan pada Ny. S di Desa Kesamiran Wilayah

Puskesmas Kesamiran pada tanggal 4 Agustus 2018 jam 15.30 untuk

melegkapi data, penulis langsung mengadakan wawancara dan komunikasi

melalui handphone dengan via sms dan telepon dengan klien, sebagai hasil

dan catatan yang ada pada status serta data ibu hamil, data disajikan pada

pengkajian sebagai berikut :

1. Pengkajian Data

a. Data Subjektif

Dari hasil wawancara yang dilakukan didapatkan data : Ny.

S umur 36 tahun, agama islam, suku bangsa jawa, pendidikan SMA,

pekerjaan ibu rumah tangga dan pamong desa, beralamat di Desa

Kesamiran RT 03/01 Kecamatan Tarub.

144
Suami Ny. S bernama Tn. B umur 39 tahun, agama islam, suku bangsa

jawa, pendidikan SMA, pekerjaan wiraswasta.

1. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

Ibu mengatakan hamil yang pertama umur kehamilannya 39

minggu, jenis persalinan spontan, penolong bidan dengan nifas

normal. Keadaan anak saat ini hidup, sekarang berumur 11 tahun dan

jenis kelaminnya laki laki.

Ibu mengatakan hamil yang kedua umur kehamilan 39

minggu, jenis persalinan spontan, penolong persalinan yaitu bidan

dengan nifas normal. Keadaan anak saat ini hidup, sekarang berumur

7 tahun dan jenis kelaminnya laki-laki.

2. Riwayat kehamilan sekarang

Kehamilan ini merupakan kehamilan yang ketiga, ANC

pertama kali di Puskesmas karena telah mengalami terlambat haid dan

timbul tanda tanda kehamilan serta ingin melakukan test kehamilan.

Sampai saat ini Ny. S sudah melakukan pemeriksaan hamil 7 kali baik

di bidan, posyandu, maupun puskesmas. Pada trimester I tidak

melakukan pemeriksaan karena ibu mengatakan tidak merasakan

tanda-tanda kehamilan dan ibu merasa tidak ada keluhan pada saat

bulan – bulan awal kehamilan hanya merasa pusing dan lemas,

trimester II sebanyak 4 kali dan trimester III sebanyak 3 kali. Pada

trimester I ibu mengatakan merasa pusing dan lemas terapi yang

diberikan sangovitin 500 mg 2 x sehari (pagi dan malam) dan vitamin

C 50 mg 2 x sehari (pagi dan malam), nasehat yang di berikan cukup

145
gizi dan makan sedikit tapi sering, menghindari makanan yang berbau

tajam. Pada trimester II ibu mengatakan tidak ada keluhan, terapi yang

diberikan sangovitin 500 mg 2 x sehari (pagi dan malam), kalk 500

mg 2 x sehari (pagi dan malam), dan vitamin C 50 mg 2 x sehari (pagi

dan malam), nasehat yang diberikan makan makanan yang bergizi,

istirahat yang cukup. Pada Trimester III ibu mengatakan pegel –

pegel, terapi yang diberikan sangovitin 500 mg 2 x sehari (pagi dan

malam), kalk 500 mg 2 x sehari (pagi dan malam), dan vitamin C 50

mg 2 x sehari (pagi dan malam) nasehat yang diberikan makan

makanan bergizi, istirahat yang cukup, hindari pekerjaan yang berat

dan menganjurkan ibu untuk melakukan senam hamil. Ibu

mengatakan selama kehamilan ibu selalu mengkonsumsi tablet

penambah darah sebanyak 10 bungkus atau > 90 tablet, ibu

mengatakan sudah mendapatkan imunisasi TT lengkap.

3. Riwayat Haid

Ny. S pertama kali menstruasi ( menarche ) pada usia 14

tahun, lamanya haid 8 hari, banyaknya 3 x ganti pembalut dalam

sehari, siklus 28 hari, teratur dan tidak merasakan nyeri saat haid baik

sebelum dan sesudah menstruasi. Serta tidak ada keputihan yang

berbau dan gatal. Hari Pertama Haid Terakhir ( HPHT ) yaitu tanggal

14 November 2018 taksiran persalinan tanggal 21 Agustus 2018.

4. Riwayat penggunaan kontrasepsi

Ibu mengatakan sebelum kehamilan ini menggunakan KB

suntik 3 bulan selama kurang lebih 2 tahunan dan ada keluhan seperti

146
haidnya tidak teratur dan berat badan bertambah. Selama

menggunakan KB suntik 3 bulan kemudian berhenti menggunakan

KB karena ingin memiliki anak lagi. Ibu mengatakan berencana

menggunakan KB steril setelah kehamilan ini karena sudah cukup

memiliki anak.

5. Riwayat Kesehatan

Ibu mengatakan pada saat ini, sebelumnya dan pada

keluarga ini tidak pernah menderita penyakit seperti : TBC, DM,

Hipertensi, Asma, Hepatitis, Kecelakaan/Trauma dan penyakit yang

dioperasi. Dan ibu mengatakan bahwa dalam keluarga tidak ada yang

memiliki riwayat keturunan kembar.

6. Kebiasaan

Ibu mengatakan tidak ada pantangan makan, tidak pernah

minum jamu selama kehamilan, tidak pernah minum obat – obatan

selain dari tenaga kesehatan, tidak pernah minum – minuman keras,

tidak merokok sesudah dan sebelum hamil dan tidak memelihara

binatang.

7. Kebutuhan sehari - hari

Ibu mengatakan frekuensi makan kurang lebih 3 x sehari,

menu nasi, sayur, lauk pauk seperti tahu/tempe, ikan/ayam/telur dan

tidak ada pantang makanan. Sedangkan frekuensi minum 5-8 x/hari,

terkadang minum air putih atau air teh dan tidak ada gangguan pola

makan dan minum. Ibu mengatakan sebelum dan selama hamil tidak

ada perubahan pada BAB frekuensi 1 x sehari, konsistensi lembek,

147
warna coklat, tidak ada gangguan. Namun ada gangguan pada BAK,

buang air kecil sering, frekuensi 5-7 kali/hari, bau khas, warna kuning

jernih dan tidak ada gangguan. Ibu mengatakan tidak pernah tidur

siang dikarenakan ibu bekerja dan istirahat malam kurang lebih 7 jam.

Ibu megatakan sehari hari beraktivitas sebagai ibu rumah tangga dan

bekerja sebagai pamong desa, biasa mengerjakan pekerjaan rumah

seperti menyapu, mengepel dan mencuci. Ibu mengatakan ada

perubahan pada pola seksual sebelum hamil dan saat hamil yaitu tidak

menentu dan kurang nyaman, tetapi ibu tidak terganggu dengan

perubahan tersebut.

8. Data psikologis

Ibu mengatakan ini anak yang diharapkan dan senang

dengan kehamilannya saat ini. Suami dan keluarga juga senang atas

kehamilan ibu saat ini dan ibu sudah siap menjalani proses kehamilan

ini sampai proses melahirkan.

9. Data social ekonomi

Ibu mengatakan penghasilannya cukup untuk memenuhi

kebutuhan sehari hari, penghasilan perbulan Rp. 1.000.000/bln.

Tanggung jawab perekonomiannya ditanggung oleh suami dan istri

serta pengambilan dalam keputusan yaitu ibu dan suaminya.

10. Data perkawinan

Ibu mengatakan status perkawinannya sah dan terdaftr di

KUA, ini adalah perkawinan yang pertama dan lama perkawinannya

yaitu 13 tahun. Usia saat menikah yaitu pada umur 23 Tahun.

148
11. Data spiritual

Ibu mengatakan beragama islam dan taat menjalankan

sholat 5 waktu dan berdo’a agar diberi kelancaran dalam bersalin.

12. Data social budaya

Ibu mengatakan tidak mempercayai adat istiadat setempat.

13. Data pengetahuan ibu

Ibu mengatakan belum mengetahui tanda bahaya kehamilan

maupun pemenuhan nutrisi pada ibu hamil.

b. Data Obyektif

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan terdapat hasil

keadaan umum ibu baik, kesadaran komposmentis, tekanan darah

100/60 mmhg, denyut nadi 80 x/menit, pernnafasan 22x/menit, suhu

tubuh 36,8 C, tinggi badan 151 cm, berat badan 70 kg (berat badan

sebelum hamil yaitu 57 kg) Lila 28 cm.

Pada pemeriksaan secara impeksi, kepala tidak ada

benjolan, tidak ada nyeri tekan, rambut bersih tidak berketombe tidak

rontok, kelopak mata tidak odem konjungtiva sedikit pucat sklera

tidak ikterik, telinga dan hidung tidak ada kelainan, mulut dan gigi

bersih tidak ada karies gigi, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan

tidak ada pembesaran vena jugularis, dan tidak ada pembesaran

kelenjar limfe. Pada payudara bentuk simetris, puting susu menonjol

ada hiperpigmentasi pada aerola, abdomen membesar sesuai dengan

usia kehamilan terbukti dari hasil pemeriksaan bahwa usia kehamilan

149
39 minggu TFU 35 cm dan terdapat linea nigra, tidak ada luka bekas

operasi, genetalia tidak ada pembesaran kelenjar bartholini, anus tidak

ada haemorrhoid, dan extermitas tidak ada odema dan varises.

Sedangkan pada pemeriksaan palpasi terdapat leopold I :

TFU 35 cm, teraba bulat, lunak, tidak melenting, yaitu bokong janin,

Leopold II : pada sebelah kiri ibu teraba bagian kecil kecil tidak

beraturan yaitu extermitas janin, pada perut sebelah kanan ibu teraba

panjang, keras, ada tahanan yaitu punggung janin, Leopold III : Pada

perut bagian bawah teraba bulat, keras, melenting yaitu kepala janin,

Leopold IV : bagian terbawah janin yaitu kepala sudah masuk PAP

(divergen), tinggi fundus uteri (TFU) : 35 cm dan dari TFU yang ada

dapat ditemukan taksiran berat badan janin (TBBJ) dengan

menggunakan rumus Mc.Donald yaitu (35 - 11) x 155 = 3720 gram,

HPL : 21 Agustus 2018 dan umur kehamilan 39 minggu.

Pada pemeriksaan auskultasi DJJ regular : 142x/menit, pada

pemeriksaan perkusi refleks patella kanan (+) positif, dan refleks

patella kiri (+) positif, pada pemeriksaan panggul konjuggata

eksterna 20 cm, distansia spinarum 27 cm, distansia kristarum 28 cm

dan lingkar panggul 86 cm dan dilakukan pemeriksaan laboratorium

oleh bidan dengan hasil protein urin (-) negativ, haemoglobin : 10,1

gr% dan VCT non reaktif, sifilis non reakttif, hbsag dan golongan

darah A.

150
2. Interpretasi data

a. Diagnosa (nomenklatur)

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan maka didapatkan

diagnosa Ny. S umur 36 tahun G3 P2 A0 hamil 39 minggu, janin

tunggal, hidup intrauterine, letak memanjang, punggung kanan,

presentasi kepala, konvergen, dengan Faktor Resiko Tinggi Umur >

35 tahun dan Anemia Ringan.

1. Data subjektif

Ibu mengatakan bernama Ny. S umur 36 tahun, ibu

mengatakan ini kehamilan yang ke tiga dan tidak pernah keguguran,

ibu mengatakan sedikit pusing saat beraktivitas, ibu mengatakan

HPHT tanggal : 14 November 2017.

2. Data obyektif

Keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, tanda vital :

tekanan darah 100/60 mmhg, denyut nadi 80 x/menit, pernafasan 22

x/menit, suhu 36,8 C, palpasi leopold I bokong TFU : 35 cm, leopold

II punggung kanan, ekstermitas kiri, leopold III presentasi kepala,

leopold IV konvergen, DJJ 142 x/menit, konjungtiva sedikit pucat.

b. Masalah

Ibu mengatakan aktivitasnya terganggu karena pusing

Ibu mengatakan cepat lelah

c. Kebutuhan

Istirahat yang cukup dan kurangi aktivias bera.

151
3. Diangnosa Potensial

Dari data yang diperoleh dalam kasus ini didapatkan data potensial

sebagai berikut:

Ibu : Anemia sedang, perdarahan postpartum, partus premature,

mudah terjadi infeksi.

Janin :BBLR, cacat bawaan, bayi mudah terkena infeksi, asfiksia,

hipoksia, IUFD.

4. Antisipasi penanganan segera

Pemantauan gizi ibu hamil.

5. Intervensi (Tanggal 4 Agustus 2018)

a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan tentang kondisi kehamilan dan

janinnya

b. Lakukan pendekatan psikologis pada ibu hamil

c. Beritahu ibu tentang keluhan yang dialaminya

d. Jelaskan pada ibu tentang dampak buruk dari anemia

e. Anjurkan ibu untu sering istirahat dan jalan kaki

f. Anjurkan ibu untuk meminum obat tambahan darah

g. Beritahu ibu tentang makanan yang mengandung zat besi

h. Beritahu ibu untuk periksa/komunikasi bila ada keluhan lebih lanjut.

6. Implementasi (Tanggal 4 Aguatus 2018)

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa ibu

dalam keadaan baik. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan

didapatkan:

152
TD : 100/70 mmHg S : 36,7 C

N : 82 x/menit R : 22 x/menit

HPHT : 14 November 2017 TFU : 35 cm

HPL : 21 Agustus 2018 Lila : 28 cm

UK : 39 minggu DJJ : 142 x menit

TBBJ : (35 – 11) x 155 = 3720 g HB : 10,1 gr %

b. Melakukan pendekatan ibu hamil dengan pendekatan kekeluargaan

melalui memberikan dukungan pada ibu agar tetap tenang dan

nyaman selama kehamilan.

c. Memberitahu ibu bahwa pusing yang dirasakan karena anemia

ringan yang kemungkinan disebabkan kurangnya istirahat dan

makan makanan yang bergizi.

d. Menjelaskan pada ibu dampak buruk dari anemia yaitu ibu : anemia

sedang, perdarahan postpartum, partus premature, mudah terjadi

infeksi, abortus. Pada janin : BBLR, cacat bawaan, bayi mudah

terkena infeksi, asfiksia, hipoksia, IUFD sedangkan dampak dari

usia lebih dari 35 tahun bias terjadi perdarahan karena otot-otot

terjadi peregangan dan berakibat subinvolusi uterus berjalan lambat,

pre-eklamsia, hipertensi, ketuban pecah dini, persalinan macet,

BBLR.

e. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup agar pusingnya bisa cepat

berkurang dan bayi tidak cepat lelah,selain itu seringkan untuk jalan

kaki atau olahraga kecil saat pagi hari.

153
f. Menganjurkan ibu untuk meminum obat tambah darah yang

diberikan oleh bidan 2 x sehari sebelum tidur menggunakan air

putih/air jeruk agar tidak mual dan tidak merusak kandungan

vitamin yang ada di dalam obat tambah darah.

g. Memberitahu ibu tentang makanan yang mengandung zat besi,

sumber zat besi dari nabati yaitu sayuran hijau tua (bayam,

kangkung), kacang kacangan (kacang merah) dan dari hewani yaitu

daging, ati ayam, kuning telur ayam. Cara memasaknya pun harus

benar agar kandungan gizinya tidak rusak seperti sayuran jangan

direbus terlalu lama/terlalu matang, daging harus benar-benar

matang jangan setengah matang.

h. Memberitahu ibu untuk periksa kembali ke bidan 2 minggu

mendatang atau jika ada keluhan lain yang dirasakan.

7. Evaluasi (4 Agustus 2018)

a. Ibu sudah mengetahui pemeriksaan yang telah dilakukan.

b. Ibu sudah mendapatkan dukungan psikologis.

c. Ibu sudah mengetahui penyebab dari keluhan yang dirasakan.

d. Ibu sudah mengetahui dampak buruk dari anemia dan faktor risiko

umur usia > 35 tahun yaitu bisa terjadi perdarahan karena otot-otot

terjadi peregangan dan berakibat subinvolusi uterus berjalan lambat,

pre-eklamsia, hipertensi, ketuban pecah dini, persalinan macet,

BBLR sedangkan dampak dari anemia yaitu pada ibu : anemia

sedang, perdarahan postpartum, partus premature, mudah terjadi

154
infeksi, abortus. Pada janin : BBLR, cacat bawaan, bayi mudah

terkena infeksi, asfiksia, hipoksia, IUFD.

e. Ibu berusaha istirahat cukup dan menyempatkan untuk melakukan

olahraga ringan.

f. Ibu meminum obat tambah darahnya secara rutin sesuai yang

diperintahkan bidan.

g. Ibu suka dengan sayur jadi ibu menambah kadar zat besi secara

alami dari sayuran.

h. Ibu sudah tahu kunjungan ulang untuk periksa kembali.

Data perkembangan I

Tanggal : 08 Agustus 2018

Pukul : 18.30 WIB

Tempat : Dirumah Ny.S

A. Data subyektif

Ibu mengatakan bernama Ny. S umur 36 tahun, ibu mengatakan ini

kehamilan yang ke tiga, melahirkan dua kali dan tidak pernah

mengalami keguguran. Ibu mengatakan sudah tidak merasa pusing.

ibu mengatakan sudah meminum tablet Fe diketahui dengan melihat

bungkusannya sudah berkurang.

B. Data obyektif

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, keadaan umum baik,

kesadaran komposmentis, tekanan darah 110/70 mmhg, nadi 80

155
x/menit, respirasi 22 x/menit, suhu 36,8 C. berat badan 70 kg, lila 28

cm, TFU 35cm, DJJ 145 x/menit.

Pada pemeriksaan fisik secara inspeksi didapatkan konjungtiva

sedikit pucat sklera tidak ikterik, sedangkan pada pemeriksaan palpasi

terdapat leopold I TFU 35 cm, bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak

melenting yaitu bokong janin, leopold II : pada perut sebelah kiri ibu,

teraba bagian kecil - kecil tidak beraturan yaitu ekstermitas janin, pada

perut ibu sebelah kanan, teraba panjang keras, ada tahanan yaitu

punggung janin, leopold III : pada prut bagian bawah teraba bulat,

keras, melenting yaitu kepala janin, leopold IV : bagian terbawah

janin yaitu kepala sudah masuk PAP ( divergen ), tinggi fundus uteri

(TFU) 35 cm dan dari TFU yang ada dapat ditemukan taksiran berat

badan janin (TBBJ) dengan menggunakan rumus mc.Donald yaitu (

35 – 11 ) x 155 = 3720 gram, HPL : 21 Agustus 2018 dan usia

kehamilan 39 minggu.

C. Assessment

Ny. S umur 36 tahun G3 P2 A0 hamil 39 minggu, janin tunggal,

hidup intrauterine, letak memanjang, punggung kanan, presentasi

kepala, konvergen dengan Faktor Resiko Tinggi Umur > 35 tahun dan

Anemia Ringan.

D. Planning

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

TD : 110/70 mmhg S : 36,8 C

N : 80x/menit R : 22x/menit

156
TFU : 35 cm UK : 39 minggu

TBBJ : 3720 gram DJJ : 145 x/menit

Evaluasi :Ibu sudah tahu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.

2. Menganjurkan untuk tetap mengkonsumsi obat tambah darah yang

diberikan oleh bidan 2 x sehari (pagi dan malam) agar kadar

darahnya bertambah dan menjadi normal.

Evaluasi :Ibu sudah meminum obat tambah darah sesuai anjuran

yaitu 2 x sehari (pagi dan malam) dengan melihat bungkusan obat

sudah berkurang.

3. Memberitahu ibu tantang tanda bahaya kehamilan tua yaitu :

Perdarahan kehamilan tua, gerakan janin kurang, KPD (ketuban

pecah dini), pre-eklamsia/eklamsia.

Evaluasi :Ibu sudah mengetahui tentang tanda bahaya kehamilan

tua yaitu Perdarahan kehamilan tua, gerakan janin kurang, KPD

(ketuban pecah dini), pre-eklamsia/eklamsia.

4. Memberitahu ibu kebutuhan zat besi untuk ibu hamil yaitu sekitar

60 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan zat besi selain dari obat,

ibu bisa mengkonsumsi sayur – sayuran (kangung, bayam), kacang

– kacangan (kacang merah), dan kedelai (tahu/tempe) serta

makanan tambahan lainnya yanng mengandung zat besi seperti

daging, hati ayam/sapi, dll.

Evaluasi :Ibu sudah makan, makanan yang mengandung zat besi

yaitu sayura hijau tua (kangkung), kedelai (tahu/tempe), serta

ayam/hati ayam.

157
5. Mengajurkan ibu untuk mengecek ulang kadar darahnya/Hb 2

minggu lagi untuk mengetahui apakah kadar darahnya sudah

bertambah atau belum, di BPM atau di Puskesmas.

Evaluasi : ibu bersedia untuk mengecek kadar darahnya.

6. Menganjurkan ibu untuk sering melakukan komunikasi bila ada

keluhan atau ada yang ditanyakan seputar kehamilan atau

perawatannya.

Evaluasi : ibu jarang melakukan komunikasi tanpa harus

disuruh/ditanya.

Data perkembangan II

Tanggal : 13 Agustus 2018

Pukul : 10.00 WIB

Tempat : Dirumah Ny. S

A. Data subyektif

Ibu mengatakan bernama Ny. S umur 36 tahun, ibu

mengatakan ini kehamilan yang ke tiga, melahirkan dua kali

dan tidak pernah mengalami keguguran. Ibu mengatakan

perutnya sudah mulai kenceng - kenceng sejak semalam dan

tidak ada keluhan penyerta. ibu sudah meminum teratur

tablet fe dan memakan makannan yang dianjurkan seperti

kangkung/bayam, tahu/tempe/telur, ayam/ati ayam. serta

mengetahui tanda bahaya kehamilan tua.

B. Data obyektif

158
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, keadaan

umum baik, kesadaran komposmentis, tekanan darah

110/70 mmhg, nadi 80x/menit, respirasi 22 x/menit, suhu

36,8 C. Berat badan 70 kg, lila 28 cm, TFU 35 cm, DJJ 145

x/menit.

Pada pemeriksaan fisik secara inspeksi didapatkan

konjungtiva sedikit pucat sklera tidak ikterik, sedangkan

pada pemeriksaan palpasi terdapat leopold I TFU : 35 cm,

bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting yaitu

bokong janin, leopold II : pada perut sebelah kiri ibu, teraba

bagian kecil - kecil tidak beraturan yaitu ekstermitas janin,

pada perut ibu sebelah kanan, teraba panjang keras, ada

tahanan yaitu punggung janin, leopold III : pada prut bagian

bawah teraba bulat, keras, melenting yaitu kepala janin,

leopold IV : bagian terbawah janin yaitu kepala sudah

masuk PAP ( divergen ), tinggi fundus uteri (TFU) : 35 cm

dan dari TFU yang ada dapat ditemukan taksiran berat

badan janin (TBBJ) dengan menggunakan rumus

mc.Donald yaitu ( 35 – 11 ) x 155 = 3720 gram, HPL : 21

Agustus 2018 dan usia kehamilan 39 minggu. Hb 10,9

gr%.

C. Assessment

Ny. S umur 36 tahun G3 P2 A0 hamil 39 minggu,

janin tunggal, hidup intrauterine, letak memanjang,

159
punggung kanan, presentasi kepala, divergen dengan

FaktorResiko Tinggi Umur > 35 tahun.

D. Planning

1.Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

TD : 110/70 mmhg S : 36,8 C

N : 80x/menit R : 22x/menit

TFU : 35 cm TBBJ : 3720 gram

DJJ : 145 x/menit UK : 39 minggu

Hb : 10,9 gr%

Evaluasi : ibu sudah tahu hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan.

2. Menganjurkan untuk tetap mengkonsumsi obat tambah

darah yang diberikan oleh bidan 2 x sehari (pagi dan

malam) agar kadar darahnya bertambah dan menjadi

normal meski hb ibu sudah meningkat.

Evaluasi : ibu sudah meminum obat tambah darah sesuai

anjuran yaitu 2 x sehari (pagi dan malam)

mengetahuinya dengan melihat bungkusannya yang

berkurang.

3. Memberitahu ibu bahwa rasa kenceng – kenceng yang

dialami ibu termasuk kontraksi palsu/braxton hick

merupakan hal normal yang terjadi pada wanita hamil.

Evaluasi : ibu sudah mengerti tentang keluhan yang

dirasakan.

160
4. Memberitahu ibu tentang tanda – tanda persalinan yaitu :

kenceng – kenceng yang sering dan beraturan, keluar

lendir bercampur darah, serta memberitahu ibu periapan

persalinan yaitu kain/tapih 4 buah, ganti baju ibu,

pembalut, ganti baju bayi, bedong bayi, topi bayi dan alat

mandi bayi.

Evaluasi : ibu sudah mengetahui tentang tanda - tanda

persalinan dan persiapan persalinan yaitu kenceng –

kenceng yang sering dan beraturan, keluar lendir

bercampur darah, serta memberitahu ibu periapan

persalinan yaitu kain/tapih 4 buah, ganti baju ibu,

pembalut, ganti baju bayi, bedong bayi, topi bayi dan alat

mandi bayi.

5. Menganjurkan ibu untuk sering melakukan komunikasi

bila ada keluhan atau ada yang ditanyakan seputar

kehamilan atau perawatannya.

Evaluasi : ibu jarang melakukan komunikasi tanpa harus

disuruh/ditanya.

B. Asuhan kebidanan pada persalinan

Data Perkembangan Kala 1

Tanggal : 14 Agustus 2018

Pukul : 12.30 WIB

Tempat : Puskesmas Kesamiran

161
A. Subyektif

Ibu mengatakan ingin melahirkan karena merasakan adanya

tanda – tanda persalinan yaitu kenceng – kenceng sejak jam 06.00

dan megeluarkan lendir darah. Ibu mengatakan ini kehamilan

ketiga, ibu mengatakan umur kehamilannya 39 minggu, ibu

mengatakan hari pertama haid terakhir (HPHT) 14 November 2018

dan hari perkiraan lahir (HPT) yaitu tanggal 21 Agustus 2018.

B. Obyektif

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik,

kesadaran komposmentis. Tekanan darah 110/70 mmhg, nadi 80

x/menit, respirasi 21 x/menit, suhu 36,7 C. konjungtiva tidak pucat,

sclera tidak ikterik, dan ekstermitas tidak odema. Pada pemeriksaan

palpasi didapatkan leopold I TFU 35 cm, teraba bulat lunak tidak

melenting yaitu bokong, leopold II samping kiri teraba kosong

kecil – kecil tidak beraturan yaitu extermitas janin sedangkan

samping kanan teraba keras memanjang ada tahanan yaitu

punggung janin, leopold III bagian bawah perut ibu teraba bulat

keras melenting yaitu kepala bayi, leopold IV kepala bayi sudah

masuk panggul (divergen), DJJ 146 x/menit, TBBJ : 3565 gram,

terdapat kontraksi/his 2x dalam 10 menit lamanya 15 detik dan

teratur, vulva vagina tidak terdapat kelainan, tidak ada pembesaran

kelenjar bartolini dan varises. Pada anus tidak terdapat haemoroid.

Indikasi menilai adanya tanda persalinan, hasil pemeriksaan VT

162
(vaginal toucher), vulva tidak ada oedema, didapatkan pembukaan

2 cm, portio tipis, ketuban (+), peresentasi kepala, penurunan

hodge I, posisi uuk kanan depan.

C. Assessmaent

Ny. S umur 36 tahun G3 P2 A0 hamil 39 minggu, janin

tunggal, hidup intrauterine, letak memanjang, punggung kanan,

presentasi kepala, divergen dengan inpartu kala 1 fase laten.

D. Planning

1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaannya

normal bahwa keadaan ibu dan janin baik dan ibu sudah masuk

dalam proses persalinan. Hasil pemeriksaanTD : 110/70 mmhg,

N : 80x/menit, R : 21 x/menit, S : 36,7 C, DJJ : 146 x/menit,

pembukaan 2 cm.

Evaluasi : ibu sudah mengetahui tentang hasil pemeriksaan.

2. Memberikan asuhan sayang ibu, seperti menjaga privasi,

mendampingi ibu selama proses persalinan, memberikan posisi

senyaman mungkin dengan miring kiri, memberikan asupan

energi (makan,minum) pada saat tidak ada kontraksi. Meminta

suami atau keluarga untuk masase punggung untuk mengurangi

rasa nyeri pada saat ada kontrasksi.

Evaluasi : sudah dilakukan asuhan sayang ibu.

163
3. Memberitahu keluarga untuk menyiapkan kebutuhan bersalin

bagi ibu seperti kain panjang 3, baju ganti ibu, pembalut dan

untuk bayi yaitu baju,popok,topi,dan bedong bayi.

Evaluasi : keluarga sudah mengerti dan sudah menyiapkan

kebutuhan persalinan.

4. Melakukan observasi dengan memantau kemajuan persalinan

dengan menggunakan partograf, memantau kesejahteraan ibu

dan janin.

Evaluasi : observasi telah dilakukan terlampir dalam catatan

partograf.

Perkembangan kala II

Tanggal : 14 Agustus 2018

Pukul : 14.00

Tempat : Puskesmas kesamiran

A. Subyektif

Ibu mengatakan merasa kenceng kenceng lebih sering. Ibu

mengatakan perutnya mulas. Ibu mengatakan merasa ingin BAB.

Ibu mengatakan merasa ingin mengejan.

B. Obyektif

Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan

keadaan umum baik, tekanan darah 110/70 mmhg, nadi 80x/menit,

respirasi 20 x/menit, suhu 36,7 C. pemeriksaan dalam, keadaan

portio tidak teraba, effacement 100%, pembukaan 10 cm,selaput

164
ketuban negative, bagian terendah kepala, titk penunjuk ubun ubun

kecil, penurunan hodge III, tidak ada tali pusat yang menumbung,

DJJ : 148x/menit.

C. Assessment

Ny. S umur 36 tahun G3 P2 A0 hamil 39 minggu, janin tunggal,

hidup intrauterine, letak memanjang, punggung kanan, presentasi

kepala, divergen dengan inpartu kala II normal.

D. Planning

1. Melihat adanya tanda kala II persalinan seperti dorongan ingin

meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva

membuka.

Evaluasi :Setelah terlihat adanya tanda kala II persalinan

memberitahu ibu bahwa tanda gejala kala II persalinan sudah

ada.

2. Menyiapkan dan memastikan alat dan obat sudah lengkap,

mematahkan ampul, dan menempatkan spuit ke dalam partus

set.

Evaluasi : Alat - alat sudah lengkap.

3. Memakai APD

Evaluasi : APD sudah dipakai.

4. Melepaskan perhiasan, jam tangan, dan cuci tangan 7 langkah.

Evaluasi : Perhiasan dan jam tangan sudah dilepas dan sudah

cuci tangan 7 langkah.

5. Memakai sarung tangan DTT.

165
Evaluasi : Sarung tangan sudah dipakai.

6. Memasukkan oksitosin 10 IU kedalam spuit.

Evaluasi : Oksitosin sudah dimasukkan ke dalam spuit.

7. Membersihkan vulva dan perineum.

Evaluasi : Vulva dan perineum sudah dibersihkan.

8. Melakukan pemeriksaan dalam.

Evaluasi : Pembukaan sudah lengkap, tidak ada bagian yang

menumbung.

9. Dekontaminasi sarung tangan dalam larutan klorin 0,5%.

Evaluasi : Sarung tangan sudah didekontaminasi ke dalam

larutan klorin 0,5%.

10. Memeriksa DJJ

Evaluasi : 146 x/menit.

11. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah

lengkap dan saatnya melahirkan.

Evaluasi : Ibu dan keluarga sudah mengerti.

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi yang

nyaman.

Evaluasi : Keluarga sudah mengerti dan siap membantu ibu.

13. Mengajarkan ibu meneran saat ada dorongan dan boleh

makan/minum jika tidak ada dorongan.

Evaluasi : Ibu sudah mengerti dan bersedia.

14. Letakkan handuk diatas perut ibu saat kepala janin sudah

didepan vulva.

166
Evaluasi : Handuk sudah diletakan di perut ibu.

15. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong

ibu.

Evaluasi : Kain sudah terpasang.

16. Membuka partus set dan mengecek kelengkapan alat dan

bahan.

Evaluasi : Tutup partus set sudah terbuka dam alat sudah

lengkap.

17. Memakai sarung tangan DTT pada 2 tangan.

Evaluasi : Sarung tangan sudah terpasang

18. Melahirkan kepala dengan cara tangan kanan menekan

perineum, sedangkan tangan kiri di puncak kepala.

Evaluasi : Kepala sudah lahir.

19. Menyeka mulut, muka, dan hidung dengan kain/kassa yang

bersih.

Evaluasi : Sudah dilakukan.

20. Memeriksa leher bayi kemungkinan adanya lilitan tali pusat.

Evaluasi : Tidak ada lilitan tali pusat.

21. Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara

spontan.

Evaluasi : Kepala bayi sudah melakukan putaran paksi luar.

22. Melahirkan bahu dengan cara biparietal/Tarik kepala bayi,

lengan dan siku bagian bawah lalu keatas.

Evaluasi : Bahu bayi sudah keluar.

167
23. Melahirkan badan, dengan cara tangan kanan menyangga

kepala bayi, lengan dan siku bagiam bawah.

Evaluasi : Bahu dan kepala bayi sudah disangga.

24. Menelusuri badan bayi sampai lahirnya badan bayi.

Evaluasi : Bayi sudah lahir normal.

25. Menilai tangisan bayi dan gerakan bayi.

Evaluasi : Bayi menangis kuat dan gerakan aktif.

26. Meletakan bayi diatas perut ibu, mengeringkan dengan kain

kering.

Evaluasi : Bayi sudah dikeringkan dan diselimuti dengan

handuk.

Perkembangan kala III

Tanggal : 14 Agustus 2018

Pukul : 14.15 WIB

A. Subyektif

Ibu mengatakan senang dengan kelahiran bayinya. Ibu

mengatakan badannya masih lemas dan perutnya masih mules

B. Obyektif

Bayi lahir spontan tanggal 14 Agustus 2018 pukul 14.15

WIB. Plasenta belum lahir tali pusat nampak didepan vulva, TFU

setinggi pusat, kontraksi uterus keras, kandung kemih kosong,

perdarahan kurang lebih 50 cc.

168
C. Assessment

Ny. S umur 36 tahun P3 A0 dengan inpartu kala III normal.

D. Planning

27. Memastikan janin tunggal dengan palpasi pada fundus uteri.

Evaluasi : tidak ada janin kedua.

28. Memberitahu ibu bahwa akan menyuntikkan suntik oksitosin

10 IU.

Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia.

29. Menyuntikkan oksitosin 10 IU di 1/3 paha anterolateral secara

IM.

Evaluasi : Oksitosin sudah disuntikkan.

30. Melakukan penjepitan tali pusat.

Evaluasi : Tali pusat sudah dijepit dengan 2 klem.

31. Memotong tali pusat diantara 2 klem.

Evaluasi : Tali pusat sudah dipotong.

32. Menyelimuti bayi dengan kain hangat.

Evaluasi : Sudah diselimuti.

33. Melakukan IMD, diletakkan diatas perut ibu.

Evaluasi : IMD sudah dilakukan.

34. Pindah klem 5 – 10 cm didepan vulva.

Evaluasi : Klem sudah dipindahkan 5 – 10 cm didepan vulva.

35. Tangan memegang klem, tangan kiri berada ditepi atas

simpisis.

169
Evaluasi : Tangan kanan sudah meregangkan tangan kiri sudah

berada ditepi atas simpisis.

36. Setelah uterus berkontraksi, pegang tali pusat keatas bawah,

tangan kiri dorong kearah dorsokranial.

Evaluasi : Sudah dilakukan.

37. Melakukan PTT jika ada pelepasan plasenta, lahirkan plasenta

dengan cara menarik kebawah sejajar lalu atas.

Evaluasi : plasenta sudah nampak di vulva.

38. Melahirkan plasenta, putar searah jarum jam dengan hati-hati

dan letakkan di tempat dasar.

Evaluasi : Plasenta sudah lahir jam 14.20 WIB.

39. Masase fundus uterus agar berkontraksi dengan baik.

Evaluasi : fundus uterus sudah dimasase.

40. Memeriksa plasenta.

Evaluasi : Plasenta utuh, tidak ada selaput yang tertinggal.

Data perkembangan kala IV

Tanggal : 14 Agustus 2018

Pukul : 14.40

A. Subyektif

Ibu mengatakan senang karena bayi dan plsentanya sudah

lahir. Ibu mengatakan perutnya masih merasa mules. ibu

mengatakan lelah dan ingin beristirahat.

170
B. Obyektif

Bayi lahir spontan tanggal 14 Agustus 2018 pukul 14.15 WIB dan

Plasenta lahir pukul 14.20 WIB, kontraksi uterus keras, TFU 2 jari

dibawah pusat, perdarahan kurang lebih 200 cc.

C. Assessment

Ny. S umur 36 tahun P3 A0 dengan inpartu kala IV normal.

D. Planning

41. Memeriksa robekan jalan lahir.

Evaluasi : Ada robekan derajat 2 (mengenai selaput lender vagina,

otot perineum tetapi tidak mengenai sfingter ani), melakukan

penjahitan dengan memberikan anesthesi lokal.

42. Memeriksa kontraksi.

Evaluasi : kontraksi baik.

43. Mencelupkan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% membilas

tangan yang masih menggunakan sarung tangan dengan air DTT dan

keringkan meggunakan handuk bersih.

Evaluasi : sarung tangan sudah dicelupkan ke dalam larutan klorin

0,5% dan bilas dengan dengan air DTT kemudian keringkan.

44. Mengikat tali pusat menggunakan simpul tali mati disekeliling tali

pusat.

Evaluasi : Tali pusat sudah di iket dengan tali DTT.

45. Mengikat 1 x lagi simpul dengan simpul mati dibagian pusat yang

bersebrangan.

Evaluasi : Tali pusat bagian bersebrangan sudah di ikat.

171
46. Melepaskan klem dan meletakan klem ke dalam klorin 0,5%.

Evaluasi : klem sudah diletakan ke dalam larutan klorin 0,5%.

47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepala.

Evaluasi : Bayi sudah diselimuti dan diberi topi.

48. Membiarkan bayi berada diperut ibu dan beri waktu paling sedikit 1

jam sampai bayi berhasil mencari puting susu.

Evaluasi : Bayi berhasil mencari putting susu.

49. Menentukan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan

pervaginam 2 – 3 kali 15 menit dalam 1 jam pertama, pasca

persalinan.

Evaluasi :Sudah dilakukan pemantauan kontraksi perdarahan.

50. Mengajari ibu/ keluarga cara melakukan masase fundus uterus.

Evaluasi : Ibu/keluarga sudah tahu cara melakukan masase fundus

uterus.

51. Memeriksa TD,N,R,S dan kandung kemih setiap 15 menit dalam 1

jam pertama dan setiap 30 menit dalam 2 jam pertama.

Evaluasi : TD : 110/70 mmhg, N : 80 x/menit, R : 22 x/menit, S :

36,7 C, kandung kemih : kosong, his : keras, Perdarahan : 50cc.

52. Menempatkan semua alat bekas pakai ke dalam larutan klorin 0,5 %

selama menit kemudian mencuci dan bilas peralatan setelah

didekontaminasi.

Evaluasi : Semua peralatan telah didekontaminasi.

53. Membuang sampah dengan masukkan sampah non medis dan medis

ke dalam tempatnya masing – masing.

172
Evaluasi : sampah sudah dimasukkan ke dalam tempatnya masing –

masing.

54. Membersihkan ibu dengan air DTT dan memakaikan baju kering.

Evaluasi : Ibu sudah dibersihkan dan memakai baju ganti.

55. Memastikan ibu merasa nyaman, membantu ibu memberikan ASI

dan memastikan keluarga untuk memberikan makanan dan

minuman yang diingikan ibu.

Evaluasi : Ibu sudah merasa nyaman dan keluarga sudah mengerti.

56. Mendekontaminasikan tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5 %.

Evaluasi : Tempat bersalin sudah dibersihkan.

57. Mencelupkan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 % dengan

membalikkan bagian dalam keluar dan merendamnya selama 10

menit.

Evaluasi : Sarung tangan sudah dicelupkan kedalam klorin.

58. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

Evaluasi : Tangan sudah bersih.

59. Melengkapi partograf.

Evaluasi : Partograf sudah lengkap.

C.Asuhan kebidanan pada nifas

1. Asuhan 6 jam postpartum

Tanggal : 14 Agustus 2018

Pukul : 20.30 WIB

A. Subyektif

173
Ibu mengatakan masih merasa lemas dan mulas setelah

melahirkan. Ibu mengatakan bahagia atas kelahiran bayinya.

B. Obyektif

Keadaan umum baik. Kesadaran komposmentis.

Tekanan darah 100/70 mmgh, nadi 80x/menit, respirasi

22x/menit, suhu 36.7 C. Muka tidak pucat, konjungtiva merah

muda, sklera putih, payudara simetris, putting susu menonjol,

ASI sudah keluar. Pada pemeriksaan palpasi TFU 2 jari dibawah

pusat, kontraksi uterus kuat, lochea rubra berwarna merah,

konsistensi cair dengan estimasi perdarahan 50 cc.

C. Assessment

Ny. S umur 36 tahun P3 A0 6 jam postpartum dengan nifas

normal.

D. Planning

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang dilakukan yaitu TD :

110/70 mmhg, N : 80x/menit, R : 22x/menit, S : 36,6 C. TFU 2

jari dibawah pusat, kontraksi kuat, kandung kemih kosong, PPV

: lokea rubra, perdarahan 50 cc.

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini agar proses pemulihan

uterus kembali seperti semula bisa cepat terjadi dan ibu tidak

merasa lemas lagi.

Evaluasi : Ibu bersedia mobilisasi dini seperti miring kanan

miring kiri dan juga duduk.

174
3. Memberitahu ibu untuk selalu mengecek perutnya atau

memassase perutnya agar kontraksi tetap keras dan tidak terjadi

perdarahan.

Evaluasi : Ibu bersedia memassase uterusnya dan kontraksinya

baik/keras.

4. Memberitahu ibu cara perawatan luka jahitan yaitu :

a) Setiap habis BAK dan BAB, siram vagina dn anus dengan

air bersih.

b) Bilas hingga bersih dari arah depan ke belakang supaya

bakteri tidak menempel di vagina, lalu keringkan vagina

menggunakan handuk bersih.

c) Jika ibu tidak berani membersihkan vagina dan anus dengan

tangan saat cebok, ibu bisa berendam di dalam larutan

antiseptik selama 10 menit.

d) Ganti pembalut setiap kali BAK dan BAB, atau setidaknya

minimal 3 jam sekali untuk menghindari pembalut lembap.

e) Gunakan pembalut khusus ibu bersalin yang higenis.

f) Lakukan pelvic floor atau senam kegel yang dapat

membantu penyembuhan.

g) Lebih banyak mengkonsumsi serat seperti buah – buahan

dan sayuran, agar tinja lebih lunak dan mudah dikeluarkan.

5. Memberikan ibu terapi obat berupa amoxillin 3x500 mg, asam

mefenamat 3x500 mg, sangovitin 1x1 tablet, vitamin A 200.000

UI.

175
Evaluasi : Ibu bersedia mengkonsumsi obat sesuai anjuran.

2. Asuhan 2 hari postpartum

Tanggal : 16 Agustus 2018

Pukul : 10.00 WIB

Tempat : Rumah Ny. S

A. Subyektif

Ibu mengatakan ini hari ke dua setelah melahirkan, ASI

sudah keluar lancar, dan sudah BAB hari ini.

B. Obyektif

keadaan umum ibu baik. Kesadaran komposmentis. TD : 110/70

mmhg, N : 82x/menit, R : 22x/menit, S : 36,8 C. muka tidak

pucat, konjungtiva merah muda, sclera putih, payudara simetris,

putting susu menonjol, Asi sudah keluar baru sedikit. Pada

pemeriksaan palpasi didapat TFU 3 jari dibawah pusat,

kontraksi uterus keras, lochea rubra berwarna merah, konsistensi

cair, dengan estimasi perdarahan 30 cc.

C. Assessment

Ny. S umur 36 tahun P3 A0 2 hari postpartum dengan nifas

normal.

D. Planning

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan yaitu :

176
TD : 120/80 mmhg TFU : 3 jari dibawah pusat

N : 82x/menit kontraksi : keras

R : 22x/menit PPV : lochea rubra

S : 36,8 C Hb : 10,7 gr%

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Meganjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas berlebih dan

pertahankan pola istirahat (tidur) yang benar yaitu saat bayi

sedang tidur sebaiknya ibu juga tidur.

Evaluasi : Ibu bersedia melakukannya.

3. Memberitahu ibu untuk makan dan minum dengan gizi

seimbang seperti mengkonsumsi makanan yang mengandung

karbohidrat (nasi,ubi,jagung,roti,dll) mineral dan vitamin (sayur-

sayuran dan buah-buahan) tidak ada pantangan makan dan

perbanyak makan makanan yang mengandung zat besi dari

nabati ( bayam, kangkung, kacang – kacangan, dll) dan juga zat

besi yang berasal dari hewani (ikan, telur, daging, hati, dll).

Evaluasi :Ibu bersedia mengkonsumsi makan makanan yang

bergizi dan yang mengandung zat besi.

4. Menganjurkan ibu tentang pemberian ASIekslusif yaitu

maksimal 2 jam sekali bayi disusui (on demand) secara

bergantian pada payudara sebelah kanan dan kiri dan hanya

memberikan asi saja tanpa makanan tambahan ataupun susu

formula selama 6 bulan kecuali obat.

177
Evaluasi : ibu sudah mengerti dan bersedia menyusui bayinya

secara eksklusif.

5. Memberitahu ibu cara perlekatan yang baik dan benar saat

menyusui yaitu:

a) Aerola sebagian besar atau semuanya masuk ke mulut bayi,

ingat bayi TIDAK menyusu di puting.

b) Mulut terbuka lebar, bukan kempot yang artinya dia tidak

memerah saluran ASI.

c) Bibir bawah terputar ke luar atau memble.

d) Dagu bayi nempel ke payudara ibu.

e) Pipi bayi menggembung atau cembung tidak kempot.

6. Memastikan tali pusat tiak terjadi infeksi yaitu tali pusat tidak

bernanah, kemerahan, dan berbau busuk.

Evaluasi : tali pusat tidak terjadi infeksi.

7. Memberitahu ibu tentang perawatan tali pusat, yaitu dengan

membungkus tali pusat menggunakan kassa steril tanpa di beri

tambahan apapun.

Evaluasi : ibu mengerti tentang perawatan tali pusat.

8. Menganjurkan ibu untuk tetap melanjutkan terapi obat yang

diberikan oleh bidan dan menganjurkn ibu melakukan

kunjungan ulang apabila ada keluhan.

Evaluasi : Ibu sudh mengerti dan bersedia melanjutkan terapi

obat dan melakukan kunjungan ulang.

178
3. Asuhan 2 minggu post partum

Tanggal : 28 Agustus 2018

Pukul : 16.00 WIB

Tempat : Rumah Ny. S

A. Subyektif

Ibu mengatakan ini hari ke 14 hari setelah melahirkan,

ASI sudah keluar banyak dan lancar. Ibu mengatakan tidak ada

keluhan yang dirasakan.

B. Obyektif

Keadaan umum ibu baik. Kesadaran komposmentis.

Tekanan darah 110/70 mmhg, nadi 80x/menit, respirasi

20x/menit, suhu 37 C. muka tidak pucat, konjungtiva merh

muda, sclera putih, payudara simetris putting susu menonjol,

ASI keluar banyak dan lancar. Pada pemeriksaan palpasi didapat

TFU tidak teraba. Lochea serosa berwarna kuning keputihan.

C. Assessment

Ny. S umur 36 tahun P3 A0 2 minggu postpartum dengan masa

nifas normal.

D. Planning

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

tekanan darah 110/70 mmhg, nadi 80x/menit, respirasi

20x/menit, suhu 37 C.

Evaluasi : ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

179
2. Memastikan involusi uterus berjalan normal TFU sudah tidak

teraba dan tidak ada ptanda tanda perdarahan.

Evaluasi : ibu mengerti hasil pemeriksaan semua nya normal.

3. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang mengandung

protein, memperbanyak minum air putih, memperbanyak makan

sayuran dan buah – buahan.

Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia mengkonsumsi makan –

makanan yang banyak mengandung protein.

4. Mengingatkan kembali ibu untuk memberikan ASI eksklusif

Kepada banyinya selama 6 bulan tanpa tambahan makanan

apapun kecuali obat.

Evaluasi : Ibu sudah mengerti dan berusaha memberikan ASI

eksklusif selama 6 bulan.

5. Mengingatkan ibu kembali cara perlekatan yang baik dan benar

saat menyusui yaitu:

a) Aerola sebagian besar atau semuanya masuk ke mulut bayi,

ingat bayi TIDAK menyusu di puting.

b) Mulut terbuka lebar, bukan kempot yang artinya dia tidak

memerah saluran ASI.

c) Bibir bawah terputar ke luar atau memble.

d) Dagu bayi nempel ke payudara ibu.

e) Pipi bayi menggembung atau cembung tidak kempot.

Evaluasi : Ibu sudah mengerti cara perlekatan yang baik dan

benar.

180
6. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan payudara dan

menganjurkan ibu untuk memakai BH yang menyongkong

payudara dan sesuai dengan ukuran payudara.

Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia menjaga kebersihan

payudara.

7. Menanyakan kembali apakah ibu masih ingin menggunakan KB

steril ?

Evaluasi : Ibu mengatakan tidak ingin menggunakan KB steril.

8. Membantu ibu dalam memilih metode kontrasepsi yang cocok

untuk ibu yaitu antara metode kontrasepsi jangka panjang dan

kontrasepsi mantap. Metode kontrasepsi jangka panjang yaitu

kontrasepsi yang digunakan untuk menunda, menjarangkan

kehamilan dalam waktu panjang yang meliputi implan (susuk)

dan IUD (spiral). Implan yaitu alat kontraepsi berbentuk batang

kecil, plastik, dipasang dibawah lapisan kulit lengan atas

samping dalam. Berisi hormon progesteron efektif dipakai

hingga 3 tahun. Dapat kembali subur setelah kapsul

dicabut.Yang boleh menggunakan yaitu usia reproduksi,

menghendaki kontrasepsi yang mempunyai efektivitas tinggi

dan menghendaki kontrasepsi jangka panjang, menyusui dan

membutuhkan kontrasepsi, sering lupa menggunakan pil,

tekanan darah < 180/110 mmHg dengan masalah pembekuan

darah atau anemia bulan sabit.IUD adalah kerangka dari plastik

berbentuk huruf T fleksible dan dipasang dalam rahim. Jangka

181
waktu pemakaian 5 – 10 tahun.alat ini menetap kuat dan tidak

berkarat di dalam rahim. Efek samping kram dan flek beberapa

hari. Yang boleh menggunakan yaitu usia reproduktif, keadaan

nulipara, menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka

panjang, perempuan menyusui yang menginginkan

menggunakan kontrasepsi, gemuk atau kurus. Implan dan IUD

bisa didapatkan di puskesmas dan praktik bidan. Sedangkan

kontrasepsi mantap yaitu alat kontrasepsi yang digunakan untuk

menghentikan kesuburan yang meliputi MOW (Metode Operasi

Wanita) atau tubektomi dan MOP (Metode Operasi Pria) atau

vasektomi. Tubektomi yaitu prosedur bedah untuk

menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan

sedangkan vasektomi adalah operasi kecil yang dilakukan untuk

menghalangi keluarnya sperma dengan cara mengikat dan

memotong saluran mani (vas defferent) sehingga sel sperma

tidak keluar saat senggama. Tubektomi dan vasektomi hanya

dapat di lakukan di rumah sakit dan di tangani oleh dokter

spesialis. Evaluasi : ibu sudah mengerti dan sudah menemukan

metode kontrasepsi yang cocok.

9. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang

berikutnya dan apabila ada keluhan.

Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia melakukan kunjungan

ulang.

182
D.Asuhan pada bayi baru lahir

1. Data pekembangan I( 2hari )

Tanggal : 16 Agustus 2018

Pukul : 10.00 WIB

Tempat : Rumah Ny. S

A. Subyektif

Ibu mengatakan bernama bayi Ny. S umur 2 hari jenis

kelamin laki laki, lahir secara spontan, BB : 3100 gram, PB : 50

cm, ibu mengatakan bayi tidak ada keluhan.

B. Obyektif

Pada pemeriksaan fisik bayi didapatkan hasil keadaan

umum bayi baik,kesadaran komposmentis, nadi 135x/menit,

respirasi 43x/menit, suhu 37,1 C. BB 3100 gram, TB 50 cm,

LIKA/LIDA 33/34, bayi sudah bab 3x sehari konsistensi lembek

berwarna hitam kecoklatan dan tidak ada gangguan. Bayi sudah

BAK 6 x sehari warna kuning jernih, bayi tidak mengalami

ikterus (kuning), tali pusat bayi bayi masih basah, bayi sudah

diberikan imunisasi HB0 dan vitamin K saat baru lahir.

C. Assessment

Bayi Ny. S umur 2 hari lahir spontan jenis kelamin laki –

laki menangis kuat keadaan baik A/S 8-9-10 dengan BBL normal.

D. Planning

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bayinya yang telah

dilakukan meliputi, N :135 x/menit, R : 43 x/meint, S : 37,1 C.

183
BB : 3100 gram, PB : 50 cm, LIKA/LIDA 33/34 dan bayi dalam

keadaan sehat.

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Memberitahu ibu cara merawat tali pusat yaitu dengan cara

membungkusnya dengan kassa steril tanpa diberikan tambah

apapun. Ganti kassa setiap kali kassa kotor/basah agar terhindar

dari infeksi.

Evaluasi :Ibu sudah mengerti cara perawatan tali pusat yaitu

dengan cara membungkusnya dengan kassa steril tanpa

diberikan tambah apapun. Ganti kassa setiap kali kassa

kotor/basah agar terhindar dari infeksi.

3. Memberitahu ibu cara menjaga kehangatan bayi yaitu dengan

cara bayi diselimuti/dibedong tetapi membedongnya jangan

terlalu lama, menganjurkan ibu/keluarga untuk menjemur

bayinya tiap pagi antara jam 7 sampai jam 9 selama 15 menit

agar bayi mendapatkan vitamin D dan bayi tetap hangat.

Evaluasi : Ibu sudah mengerti dan bersedia menjaga kehangatan

bayi dengan cara bayi diselimuti/dibedong tetapi

membedongnya jangan terlalu lama, menganjurkan ibu/keluarga

untuk menjemur bayinya tiap pagi antara jam 7 sampai jam 9

selama 15 menit agar bayi mendapatkan vitamin D dan bayi

tetap hangat.

4. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI secara rutin tiap 2

jam sekali atau jika bayi menginginkannya. Jika bayi tidur

184
hendaknya dibangunkan agar bayi tidak mengalami

dehidrasi/kekurangan cairan. Lebih baik bayi diberikan ASI saja

tanpa makanan/minuman tambahan lainnya kecuali obat selama

6 bulan.

Evaluasi : Ibu mengerti dan Bayi disusui setiap 2 jam sekali /tiap

bayi menginginkannya dan ibu berusaha untuk memberikan ASI

saja selama 6 bulan.

5. Memberitahu ibu selalu mengganti popok dan baju apabila

sudah penuh/kotor.

Evalasi : ibu sudah mengerti dan bersedia mengganti popok/baju

jika sudah kotor.

6. Mengingatkan kembali ibu untuk kunjungan ulang berikutnya.

Evaluasi : Ibu sudah mengerti dan bersedia kunjungan ulang

berikutnya.

2. Data perkembangan II ( 7 hari )

Tanggal : 21 Agustus 2018

Pukul : 16.00 WIB

Tempat : Rumah Ny. S

A. Subyektif

Ibu mengatakan bernama bayi Ny. S umur 7 hari jenis

kelamin laki laki, lahir secara spontan, Berat badan saat lahir 3100,

Panjang badan saat lahir 50 cm, ibu mengatakan bayi tidak ada

keluhan.

185
B. Obyektif

Pada pemeriksaan fisik bayi didapatkan hasil keadaan umum

bayi baik,kesadaran komposmentis, nadi 130 x/menit, respirasi 40

x/menit, suhu 36,8 C. BB 3200 gram, TB 50 cm, LIKA/LIDA 33/34,

bayi sudah bab 2 x sehari konsistensi lembek berwarna hitam

kecoklatan dan tidak ada gangguan. Bayi sudah BAK 6 x sehari warna

kuning jernih, bayi tidak mengalami ikterus (kuning), tali pusat bayi

sudah terlepas, bayi tidak ikterik.

C. Assessment

Bayi Ny. S umur 7 hari lahir spontan jenis kelamin laki – laki

menangis kuat keadaan baik A/S 8-9-10 dengan BBL normal.

D. Planning

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bayinya yang telah

dilakukan meliputi, N :130 x/menit, R : 40 x/meint, S : 36,8 C.

BB : 3400 gram, PB : 50 cm, LIKA/LIDA 33/34 dan bayi

dalam keadaan sehat.

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Memberitahu ibu tanda – tanda bahaya bayi baru lahir yaitu

demam, tidak mau menyusu, sesak nafas, kulit dan mata bayi

kuning, diare, dll.

Evaluasi : Ibu sudah mengerti tanda bahaya bayi baru lahir

yaitu demam, tidak mau menyusu, sesak nafas, kulit dan mata

bayi kuning, diare, dll.

186
3. Mengingatkan kembali ibu untuk berupaya melakukan ASI

eksklusif hanya memberikan ASI saja selama 6 bulan.

Menyusui bayinya setiap 2 jam sekali secara bergantian

payudara kanan dan kiri.

Evaluasi : Ibu sudah mengerti dan bersedia berupaya

melakukan ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa tambahan

makanan/minuman lainnya kecuali obat, menyusui bayinya

setiap 2 jam sekali secara bergantian payudara kanan dan kiri.

4. Mengingatkan kembali ibu untuk tetap menjaga kehangatan

tubuh bayi dengan cara membedong bayi/ diselimuti,

menganjurkan ibu/keluarga untuk menjemur bayinya tiap pagi

antara jam 7 sampai jam 9 pagi selama 15 menit agar bayi

mendapatkan vitamin D dan bayi tetap hangat.

Evaluasi : Ibu sudah mengerti cara menjaga bayi agar tetap

hangat yaitu dengan cara membedong bayi/ diselimuti,

menganjurkan ibu/keluarga untuk menjemur bayinya tiap pagi

antara jam 7 sampai jam 9 pagi selama 15 menit agar bayi

mendapatkan vitamin D dan bayi tetap hangat.

5. Memberitahu ibu tentang imunisasi BCG yaitu imunisasi yang

diberikan pada bayi untuk pencegahan dari penyakit TBC.

Menganjurkan ibu datang ke posyandu untuk mendapatkan

imunisasi BCG.

Evaluasi : Ibu sudah mengerti dan bersedia untuk membawa

bayi nya ke posyandu untuk mendapatkan imunisasi BCG.

187
6. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang berikutnya

Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia melakukan kunjungan

ulang.

2. Data perkembangan III( 14 hari )

Tanggal : 28 Agustus 2018

Pukul : 16.00 WIB

Tempat : Rumah Ny. S

A. Subyektif

Ibu mengatakan bernama bayi Ny. S umur 14 hari jenis

kelamin laki laki, lahir secara spontan, Berat badan saat lahir 3100,

Panjang badan saat lahir 50 cm, ibu mengatakan bayi tidak ada

keluhan.

B. Obyektif

Pada pemeriksaan fisik bayi didapatkan hasil keadaan

umum bayi baik,kesadaran komposmentis, nadi 130 x/menit,

respirasi 40 x/menit, suhu 36,8 C. BB 3400 gram, TB 50 cm,

LIKA/LIDA 33/34, bayi sudah bab 2 x sehari konsistensi lembek

berwarna hitam kecoklatan dan tidak ada gangguan. Bayi sudah

BAK 6 x sehari warna kuning jernih, bayi tidak mengalami ikterus

(kuning), tali pusat bayi sudah terlepas, bayi tidak ikterik.

C. Assessment

Bayi Ny. S umur 14 hari lahir spontan jenis kelamin laki –

laki menangis kuat keadaan baik A/S 8-9-10 dengan BBL normal.

188
D. Planning

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bayinya yang telah

dilakukan meliputi, N :130 x/menit, R : 40 x/meint, S : 36,8 C.

BB : 3400 gram, PB : 50 cm, LIKA/LIDA 33/34 dan bayi

dalam keadaan sehat.

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Memberitahu ibu tanda – tanda bahaya bayi baru lahir yaitu

demam, tidak mau menyusu, sesak nafas, kulit dan mata bayi

kuning, diare, dll.

Evaluasi : Ibu sudah mengerti tanda bahaya bayi baru

lahiryaitu demam, tidak mau menyusu, sesak nafas, kulit dan

mata bayi kuning, diare, dll.

3. Mengingatkan kembali ibu untuk berupaya melakukan ASI

eksklusif hanya memberikan ASI saja selama 6 bulan tanpa

tambahan makanan lainnya kecuali obat. Menyusui bayinya

setiap 2 jam sekali secara bergantian payudara kanan dan kiri.

Evaluasi : Ibu sudah mengerti dan bersedia berupaya

melakukan ASI eksklusifsaja selama 6 bulan tanpa

memberikan makanan tambahan lainnya kecuali obat.

Menyusui bayinya setiap 2 jam sekali secara bergantian

payudara kanan dan kiri.

4. Mengingatkan kembali ibu untuk tetap menjaga kehangatan

tubuh bayi yaitu dengan cara membedong bayi/ diselimuti,

menganjurkan ibu/keluarga untuk menjemur bayinya tiap pagi

189
antara jam 7 sampai jam 9 pagi selama 15 menit agar bayi

mendapatkan vitamin D dan bayi tetap hangat.

Evaluasi : Ibu sudah mengerti cara menjaga kehangatan tubuh

bayi dengan cara membedong bayi/ diselimuti, menganjurkan

ibu/keluarga untuk menjemur bayinya tiap pagi antara jam 7

sampai jam 9 pagi selama 15 menit agar bayi mendapatkan

vitamin D dan bayi tetap hangat.

5. Mengingatkan dan memastikan kembali ibu sudah membawa

bayinya ke posyandu untuk mendapatkan imunisasi BCG yaitu

imunisasi yang diberikan pada bayi untuk pencegahan dari

penyakit TBC.

Evaluasi : Ibu sudah mengerti dan bersedia untuk membawa

bayi nya ke posyandu untuk mendapatkan imunisasi BCG.

6. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang berikutnya dan

apabila ada keluhan.

Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia melakukan kunjungan

ulang.

190
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas perbandingan antara teori dengan hasil

penatalaksanaan studi kasus dengan konsep teori yang diuraikan pada bab II

dengan harapan untuk memperoleh gambaran secara nyata dan sejauh mana

asuhan kebidanan komprehensif diberikan. Selain itu juga untuk mengetahui dan

membandingkan adanya kesesuaian dan kesenjangan selama memberikan asuhan

kebidanan dengan teori yang ada.

Setelah penulis melaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. S di Puskesmas

Kesamiran yang dilakukan sejak bulan Juli sampai dengan September. Sejak usia

kehamilan 39 minggu sampai dengan 14 hari postpartum dengan menggunakan

pendekatan manajemen kebidanan 7 langah varney yang berurutan dimulai dari

pengumpulan data sampai dengan evaluasi dan data perkembangan menggunakan

SOAP. Adapun kasus yang ditemukan pembahasannya akan dijelaskan satu

persatu dimulai dari kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.

A. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan

Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang

sedang tumbuh di dalam tubuhnya (yang pada umumnya didalam rahim).

(Elizabets,2015)

1. Pengumpulan Data

Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap

dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Pengkajian data

wanita h3Q1amil terdiri atas anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang. (muslihatun dkk, 2012)

191
a. Data Subjektif

Menurut teori mufdillah (2012), mengemukakan bahwa data

subjektif adalah data yang didapat dari klien sebagai suatu pendapat

terhadap situasi kejadian.

1) Identitas

a) Nama

Pada kasus ibu mengatakan bernama Ny. S

Nama selain sebagai identitas, upayakan agar bidan

memanggil dengan nama panggilan sehingga hubungan

komunikasi antara bidan dan pasien menjadi lebih akrab.

(Sulistyawati, 2010) Dari data diatas tidak ditemukan kesenjangan

antara teori dan praktek.

b) Umur

Pada kasus Ny. S berumur 36 tahun.

Menurut Manuaba (2010) “Termasuk usia reproduksi sehat

yaitu usia 20 – 35 tahun”. Bila usia < 20 tahun biasanya rahim

belum tumbuh mencapai ukuran dewasa dan panggul tidak

sempurna atau alat reproduksinya belum matang. Akibatnya

persalinan macet/lama dan ketidaksiapan ibu menerima tugas dan

tanggung jawab sebagai orang tua. Dan bila usia > 35 tahun

biasanya kesehatan atau tenaga ibu sudah menurun, biasanya

terjadi perdarahan dan komplikasi lainnya. Jadi ada kesenjangan

antara teori dan kasus karena Ny. S berumur 35 tahun termasuk

sudah tidak usia reproduksi sehat.

192
c) Agama

Dalam lahan pasien mengatakan beragama islam sehingga

setiap harinya selalu menjalankan sholat 5 waktu sesuai anjuran

islam begitu juga dengan suaminya. Memberikan dukungan mental

dan spiritual terhadap pasien dan keluarga sebelum dan pada saat

kelahiran.

Agama dikaji untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut

untuk membimbing atau mengarahkan pasien untuk berdoa

(Ambarwati, 2008).Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan

antara teori dengan praktik karena pasien selalu berdoa untuk

kelancaran persalinan.

d) Tingkat pendidikan

Pada kasus Ny. S pendidikan terakhir adalah SMA.Tingkat

pendidikan ini akan sangat mempengaruhi daya tangkap dan

tanggap pasien terhadap instruksi yang diberikan bidan pada proses

persalinan.Sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan

kasus karena pada penyampaian informasi mudah diterima atau

dimengerti oleh Ny. S.

Menurut Kusmiyati (2009), tingkat pendidikan dikaji untuk

mengatakan tingkat intelektualnya. Semakin tinggi tingkat

pendidikan pasien makin mudah diberikan asuhan, terutama

petugas memberikan penjelasan tentang masalah yang sedang

terjadi pada pasien.

193
e) Pekerjaan

Data yang didapat dari Ny. S sebagai ibu rumah tangga dan

perangkat desa. Suami dari Ny. S bekerja sebagai wiraswasta.

Penghasilan yang didapat perbulan ± 1.000.000 dari total

penghasilan ibu dan bapak bahwa penghasilan keluarga kurang dari

UMR.

Menurut teori Sulistyawati (2012), pekerjaan seseorang

akan menggambarkan aktivitas dan tingkat kesejahteraan ekonomi

yang didapatkan.Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada kasus ini

mempunyai pekerjaan dan sosial ekonominya mencukupi sehingga

dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

f) Alamat

Ibu mengatakan bertempat tinggal di Desa Kesamiran RT

03 RW 01 Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal. Alamat pasien

dikaji untuk mengetahui keadaan lingkungan sekitar pasien, dan

kunjungan rumah bila diperlukan. (Ambarawati, 2008), Sehingga

pada kasus ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori

dan praktik.

2) Keluhan utama

Pada kasus ini ibu mengatakan pusing saat aktivitas.

Keluhan yang muncul pada kehamilan trimester III meliputi sering

kencing, nyeri pinggang dan merasa pusing dan lemas, akibat

pembesaran uterus serta merasa khawatir akan kelahiran bayinya dan

keselamatannya, selain itu konstipasi dan sering lelah merupakan hal

194
yang wajar dikeluhkan ibu hamil (Mochtar, 2011). Dalam hal ini tidak

ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus.

3) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.

Didalam kasus ini ibu mengatakan ini hamil yang ketiga, tidak

pernah mengalami keguguran. Persalinan dan nifas yang lalu normal

tidak ada masalah. Data ini penting untuk diketahui oleh bidan sebagai

data acuan untuk memprediksi apakah ada kemungkinan penyulit

selama proses persalinan.

Menurut Sulistyawati (2012), paritas adalah riwayat reproduksi

seorang wanita yang berkaitan dengan kehamilannya/jumlah

kehamilan. Dibedakan dengan primigravida (hamil yang pertama kali)

dan multigravida (hamil yang kedua atau lebih). Maka, dalam hal ini

tidak terdapat suatu kesenjangan antara teori dengan kasus.

4) Riwayat kehamilan sekarang.

a) Kunjungan ANC

Data yang didapat dari buku KIA Ny. S sudah melakukan

pemeriksaan kehamilan 7 kali baik di bidan maupun di posyandu,

puskesmas pada trimester I tidak melakukan kunjungan karena ibu

mengatakan tidak mengetahui bahwa dirinya hamil. Trimester II

sebanyak 4 trimester III sebanyak 3 kali.

Menurut Sulistyawati (2012), kunjungan antenatal care

(ANC) minimal 1 kali pada trimester I (usia kehamilan 0 – 12

minggu) satu kali pada trimester II (usia kehamilan 13 – 28

minggu), dua kali pada trimester III (usia kehamilan 29 – 42

195
minggu). Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori

dan kasus.

b) Imunisasi TT

Dalam kasus ini ibu tidak mendapatkan imunisasi TT

karena pada kehamilan sebelumnya sudah lengkap. Menurut

Pantikawati (2010), tujuan pemberian imunisasi TT adalah untuk

melindungi janin dari tetanus neonatorum. Efek samping vaksin

TT yaitu nyeri, kemerah – merahan dan bengkak untuk 1 – 2 hari

pada tempat penyuntikan, ini akan sembuh tanpa perlu

pengobatan.Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus.

c) Terapi pengobatan

Pada kasus Ny. S sudah mendapatkan sangovitin 2 x 500

mg selama memeriksakan kehamilannya yaitu > 90 tablet.

Menurut Sunarsih (2011), tablet yang mengandung FeSO4

320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 µg sebanyak 1 tablet

sehari segera setelah rasa mual hilang. Pemberian selama 90 hari (3

bulan). Ibu harus dinasehati agar tidak meminumnya bersamaan

dengan air teh/kopi agar tidak mengganggu

penyerapannya.Sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus.

5) Riwayat haid

a) Menarche

196
Pada kasus Ny. S menstruasi pertama pada umur 12 tahun.

Menurut Sulistyawati (2012), menarche adalah usia pertama kali

mengalami menstruasi, untuk wanita Indonesia menarche terjadi

pada usia sekitar 12 – 16 tahun.Dalam hal ini tidak ditemukan

adanya kesenjangan antara teori dengan kasus.

b) Siklus haid

Pada kasus Ny. S siklus mentruasinya 23 hari.

Menurut Sulistyawati (2012), siklus mentruasi adalah jarak

antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya

dalam hitungan hari, biasanya sekitar 23 – 32 hari.Sehingga tidak

terjadi kesenjangan antara teori dengan kasus.

c) Lamanya Haid

Pada kasus Ny. S lama haidnya sampai 7 hari.

Menurut Manuaba (2007), bahwa idealnya lama menstruasi

terjadi selama 4 – 7 hari.Sehingga tidak ditemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus.

6) Riwayat kesehatan

Dari data yang diperoleh dilahan praktek, ibu mengatakan tidak

pernah dan tidak sedang mengalami penyakit yang membahayakan

bagi ibu dan janin seperti DM, Hipertensi, TBC, dan hepatitis. Selain

itu dalam keluarga juga tidak ada yang mengalami penyakit tersebut.

Digunakan sebagai penanda akan adanya penyulit masa hamil.

Adanya perubahan fisiologi pada masa hamil yang melibatkan seluruh

sistem dalam tubuh akan mempengaruhi organ yang mengalami

197
gangguan (Sulistyaati, 2012). Dalam hal ini tidak ditemukan

kesenjangan antara teori dan kasus.

7) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

a) Nutrisi

Pada kasus ini penulis memperoleh data bahwa setiap hari

ibu makan 3 x sehari dengan porsi 1 piring yang terdiri dari nasi,

lauk dan sayur. Sedangkan setiap harinya ibu mengatakan minum

sekitar 5 – 8 gelas/hari bervariasi seperti teh, susu dan air putih.

Dan ibu tidak ada pantang makanan.

Kebutuhan gizi ibu selama hamil meningkat karena selain

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu juga diperlukan

untuk janin yang dikandungnya. Pemenuhan gizi selama hamil

juga diperlukan untuk persiapan ASI serta tumbuh kembang bayi

(Arisman, 2010)

Frekuensi makan akan memberi petunjuk tentang seberapa

banyak asupan makanan yang dikonsumsi ibu. Jumlah makan per

hari memberikan volume atau seberapa banyak makanan yang ibu

makan dalam waktu satu kali makan. (Sulistyawati, 2012)

Dalam hal ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara

teori dan kasus Karena kebutuhan nutrisi ibu sudah terpenuhi dan

tidak ada keluhan pada pemenuhan kebutuhan nutrisinya.

b) Eliminasi

Pada kasus ini penulis memperoleh data setiap harinya ibu

buang air besar sebanyak 1 kali dengan warna kecoklatan,

198
konsistensi lembek, buang air kecilnya pun setiap harinya

sebanyak 4 – 6 kali dengan warna kuning jernih, ibu mengatakan

tidak ada ganguan pada buang air besar dan buang air kecil.

Menurut Sulistyawati (2012) keluhan yang sering muncul

pada ibu hamil berkaitan dengan eliminasi adalah konstipasi dan

sering buang air kemih. Konstipasi terjadi karena adanya pengaruh

hormon progesterone yang mempunyai efek rileks terhadap otot

polos, salah satunya otot usus. Sedangkan sering kencing pada ibu

hamil trimester I dan III tersebut adalah kondisi yang fisiolgis ini

terjadi karena pada awal kehamilan terjadi pembesaran uterus yang

mendesak kantong kemih sehingga kapasitasnya berkurang dan

pada trimester III karena ada pembesaran janin.Sehingga dalam

kasus ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.

c) Personal hygine

Pada kasus ini ibu mengatakan setiap harinya mandi 2 x

sehari, keramas 3 x seminggu, gosok gigi 2 x sehari dang anti baju

2 x sehari.

Personal hygine adalah merawat diri sendiri dalam sudut

pandang kesehatan. Cara melakukan kebersihan diri yang baik dan

benar yaitu mandi minimal 2 x sehari, keramas 3 x seminggu,

gosok gigi 2 x sehari, sedangkan manfaat dari menjaga personal

hygine salah satunya yaitu mencegah terjadinya penularan

penyakit.Dengan demikian tidak ada kesenjangan antar teori

dengan kasus.

199
8) Data Psikologi

Dalam kasus Ny. S ibu mengatakan senang dengan kehamilannya.

Menurut teori Sulistyawati (2012), adanya beban psikologis yang

ditanggung oleh ibu dapat menyebabkan gangguan perkembangan bayi

yang nantinya akan terlihat ketika bayi lahir.Sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dengan kasus.

9) Data Sosial Ekonomi

Pada kasus Ny. S ibu mengatakan penghasilan suami mencukupi,

penanggung jawab perekonomian suami dan istri serta pengambilan

keputusan keluarga.

Menurut teori Sulistyawati (2012), tingkat social ekonomi sangat

berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan psikologi ibu hamil.

Pada ibu hamil dengan tingkat social ekonomi yang baik, otomatis

akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula.

Sementara pada ibu hamil dengan kondisi ekonomi yang lemah maka

ia akan mendapatkan banyak kesulitan, terutama masalah pemenuhan

kebutuhan primer.Dengan demikian tidak ada kesenjangan antara teori

dengan kasus.

10) Data Sosial Budaya

Pada kasus Ny. S ibu mengatakan tidak mempercayai adat istiadat

dilingkungannya seperti membawa gunting yang digantungkan pada

baju jika akan berpergian keluar rumah.

Menurut teori ambarawati (2008), kebiasaan sosial budaya perlu

dikaji untuk mengetahui klien dan keluarganya menganut adat istiadat

200
yang akan menguntungkan atau merugikan klien khusunya pada masa

hamil. Dalam hal ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara

teori dengan kasus.

11) Data Pengetahuan

Ibu mengatakan sudah mengetahui tanda bahaya kehamilan seperti

keluar darah yang tidak diketahui penyebabnya, keluar air dari jalan

lahir yang tidak terasa. Dengan demikian tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus.

b. Data Objektif

Menurut teori Sulistyawati (2012), data ini dikumpulkan guna

melengkapi data untuk menegakan diagnosis dengan melakukan

pengkajian melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi dan

pemeriksaan penunjang yang dilakukan secara berurutan.

1) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan Umum

Dari data yang diperoleh pada kasus Ny. S keadaan

umumnya yaitu baik karena pasien masih mampu berjalan sendiri.

Menurut Sulistyawati (2012), keadaan umum dikaji untuk

mengamati keadaan pasien secara keseluruhan, normalnya keadaan

umum baik apabila pasien memperlihatkan respon yang baik

terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak

mengalami ketergantungan dalam berjalan. Sedangkan dikatakan

lemah apabila pasien kurang atau tidak memberikan respon yang

baik terhadap lingkungan dan orang lain dan pasien sudah tidak

201
mampu lagi berjalan sendiri. Sehingga dalam hal ini tidak

ditemukan kesenjangan antar teori dengan kasus.

b) Kesadaran

Dari data yang diperoleh pada kasus Ny. S kesadarannya

komposmentis hal tersebut dapat terlihat ketika dalam pemeriksaan

yaitu ibu masih dapat melakukan komunikasi dengan baik.

Menurut teori Sulistyawati (2012), kesadaran dikaji untuk

mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, normalnya

kesadaran komposmentis atau kesadaran maksimal sampai dengan

koma atau pasien tidak dalam keadaan sadar.

Sehingga dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori

dengan kasus.

c) Tanda – tanda Vital

1) Tekanan Darah

Pada Ny. S tekanan darah 100/60 mmHg.

Tekanan darah pada ibu hamil tidak boleh mencapai sistolik

140 mmHg atau diastolik 90 mmHg. Perubahan 30 mmHg

sistolik dan 15 diastolik diatas tensi sebelum hamil,

menandakan toxaemiagravidarum/keracunan kehamilan (Hani,

2011), Sehingga dalam kasus ini tidak ada kesenjangan antara

teori dengan kasus.

2) Suhu

Pada kasus Ny. S didapatkan suhu tubuhnya 36,8 C.

Menurut Hidayah, dkk (2011), suhu dikaji untuk mengetahui

202
tanda – tanda infeksi, batas normalnya 35,6 – 37,6 C.Sehingga

dalam kasus ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori

dengan kasus.

3) Nadi

Pada kasus Ny. S didapatkan nadi ibu 80x/menit.

Menurut Hidayah, dkk (2011), nadi dikaji untuk

mengetahui denyut nadi pasien yang dihitung selama 1 menit,

batas normalnya 60 – 80 x/menit.Sehingga tidak ditemukan

kesenjangan antara teori dengan kasus.

4) Respirasi

Pada kasus Ny. S pernafasannya 22x/menit. Menurut

Hidayah, dkk (2011), pernafasan dikaji untuk mengetahui

frekuensi pernafasan pasien dihitung selama 1 menit, batas

normalnya 18 – 24 x/menit. Pada kasus Ny. S data objektif

yang diperoleh semuanya normal sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dengan kasus.

d) Tinggi Badan

Pada kasus Ny. S didapatkan tinggi badan 151 cm. Menurut

Pantikawati (2010), dikatakan bahwa tinggi diperiksa sekali pada

saat ibu hamil datang pertama kali kunjungan, dilakukan untuk

mendeteksi tinggi badan ibu yang berguna untuk mengkatagorikan

adanya resiko apabila hasil pengukuran < 145 cm. Sehingga tidak

dikategori ibu hamil resiko tinggi.Sehingga dalam hal ini tidak ada

kesenjangan antara teori dengan kasus.

203
e) Berat Badan

Pada kasus Ny. S berat badan sebelum hamil yaitu 58 kg

dan selama hamil 70 kg. Menurut Sulistyawati (2012), pada wanita

hamil terjadi penambahan berat badan. Perkiraan peningkatan berat

badan yang dianjurkan 4 kg pada kehamilan trimester I , 0,5

kg/minggu pada kehamilan trimester II sampai III totalnya sekitar

15 – 16 kg.

Sedangkan menurut buku yang ditulis oleh yeyeh (2009),

selama kehamilan peningkatan 9 – 12 kg karena adanya

pertumbuhan janin dan bertambahnya jaringan tubuh ibu karena

kehamilan.Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan

kasus karena ibu mengalami peningkatan berat badan sekitar 12 kg.

f) LILA

Pada Ny. S didapatkan LILA 28 cm. Menurut

Sulistioningsih (2011), ukuran LILA yang normal adalah minimal

23,5 cm, ibu dengan LILA dibawah 23,5 cm menunjukan adanya

kekurangan energi kronis.

Sedangkan menurut buku yang ditulis Pantikawati (2012),

standar minimal untuk ukuran lingkar lengan atas pada wanita

dewasaatau usia reproduksi yaitu 23,5 cm. Jika ukuran LILA

kurang dari 23,5 cm maka interpretasinya adalah kekurangan

energi kronis (KEK)Dalam hal ini ibu tidak dikatakan sebagai

kategori KEK sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori

dengan kasus.

204
2) Pemeriksaan fisik mulai dari kepala sampai kaki

Pada kasus Ny. S hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu

kepala atau rambut bersih, tidak rontok, kelopak mata tidak odema,

konjungtiva sedikit pucat, sklera tidak ikterik, telinga dan hidung tidak

ada kelainan, mulut dan gigi bersih, tidak ada caries pada gigi, tidak

ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening. Pada

payudara bentuk simetris, putting susu menonjol, ada hiperpigmentasi

pada aerola, abdomen membesar sesuai dengan usia kehamilan dan

terdapat linea nigra, tidak ada luka bekas operasi, genetalia tidak ada

varises, anus tidak ada haemoroid, dan estermitas tidak odem dan

varises. Dalam hal ini keadaan ibu pada pemeriksaan konjungtiva tidak

ada kesenjangan antara teori dengan kasus.

3) Pemeriksaan Obstetri

a) Inspeksi (Payudara/Abdomen)

Hasil pemeriksaan obstetrik Ny. S didapatkan pemeriksaan

inspeksi pada payudara yaitu simetris, putting susu menonjol,

kolostrum/ASI belum keluar, kebersihan payudara bersih, pada

abdomen tidak ada bekas luka operasi, tidak ada striae gravidarum,

ada linea nigra, pembesaran uterus sesuai dengan umur kehamilan.

Menurut Prawirahardjo (2010), pada kulit dinding perut

akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam, dan

kadang kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha.

Perubahan ini dikenal dengan nama Striae gravidarum. Pada

banyak perempuan kulit digaris tengah perutnya (Linea alba) akan

205
berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan linea nigra.

Selain itu pada aerola dan daerah genitalia juga akan terlihat

pigmentasi yang berlebihan.Hal ini sesuai dengan kasus sehingga

tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus.

b) Palpasi

1) TFU

Pada kasus Ny. S pada umur kehamilan 38 minggu

dilakukan pengukuran TFU yaitu 35 cm.

Menurut Suryati (2011), palpasi adalah pemeriksaan yang

dilakukan dengan cara meraba untuk mengetahui adanya

kelainan, mengetahui adanya kelainan, mengetahui

perkembangan kehamilan.

Menurut Pantikawati (2012), ukuran ini biasanya sesuai

dengan umur kehamilan dalam minggu setelah umur kehamilan

24 minggu. Namun demikian bias terjadi beberapa variasi (±1 –

2 cm). Bila deviasi lebih dari 1-2 cm dari umur gestasi

kemungkinan terjadi kehamilan kehamilan kembar atau

polihidramnion dan bila deviasi lebih kecil berarti ada

gangguan pertumbuhan janin. Sehingga tidak ditemukan

adanya kesenjangan antar teori dengan kasus.

2) TBBJ

Pada kasus Ny. S tinggi fundus uteri 35 cm dan sudah

masuk pintu atas panggul. Untuk taksiran berat badan janin

(35-11) x 155 = Berat (gram). Bila kepala diatas atau pada

206
spina iskiadika makan n = 12. Bila kepala dibawah spina

iskiadika maka n = 11.

3) Leopold

Pada kasus Ny. S pemeriksaan palpasi terdapat Leopold I :

bagian fundus teraba bokong janin, Leopold II : pada perut

sebelah kanan ibu teraba punggung janin, pada perut sebelah

kiri ibu tearaba extermitas, Leopold III : pada perut bagian

bawah teraba kepala janin, Leopold IV: bagian terbawah janin

yaitu kepala sudah masuk PAP (divergen).Sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dengan kasus.

Menurut Suryati (2011), Leopold I : untuk mengetahui

fundus uteri dan bagian yang berada di fundus. Leopold II :

untuk mengetahui batas kiri/kanan pada uterus ibu, yaitu :

punggung pada letak bujur dan kepala kepala pada letak

lintang. Leopold III : untuk mengetahui presentasi/bagian

terbawah janin yang ada di sympisis ibu. Leopold IV: untuk

mengetahui seberapa jauh masuknya bagian terendah janin

kedalam PAP. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori

dengan kasus.

c) Auskultasi

Pada pemeriksaan detak jantung janin pada Ny. S adalah 142

x/menit.

Menurut teori Manuaba (2007), auskultasi berarti

mendengarkan detak jantung janin dalam rahim. Untuk dapat

207
mendengar deta jantung janin dapat dipergunakan stetoskop

laeneck atau alat dopton/Doppler.

Menurut teori Manuaba (2007), DJJ (Denyut Jantung Janin)

normalnya yaitu 120 – 160 x/menit. Jika kurang dari 120 x/menit

disebut bradikardi dan apabila lebih dari 160 x/menit yaitu

takikardi. Sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dengan

kasus.

d) Perkusi

Pada Ny. S dilakukan pemeriksaan refleks patella, hasilnya

positif.

Menurut teori Musrifatun, dkk (2008), perkusi merupakan

pemeriksaan dengan melakukan pengetukan yang menggunakan

ujung-ujung jari pada bagian tubuh untuk mengetahui ukuran,

batas, atasan, konsistensi, organ – organ tubuh dan menentukan

adanya cairan dalam rongga tubuh.

Sedangkan menurut teori Mufdillah (2009),cara

pemeriksaan perkusi yaitu dengan meminta ibu duduk dengan

tungkai terantung bebas. Raba tendon dibawah lutut. Dengan

menggunakan reflex hammer ketuklah tendon pada lutut bagian

depan, tungkai bawah akan bergerak sedikit ketika tendon diketuk,

bila reflex lutut negative, mungkin klien kekurangan vitamin B1,

sedangkan bila gerakan berlebihan dan cepat, hal ini menunjukkan

pre-eklamsi. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan

kasus.

208
e) Pemeriksaan Panggul Luar

Pada kasus Ny. S telah dilakukan pemeriksaan panggul

luar. Menurut teori Manuaba (2007) pemeriksaan panggul luar

terutama bagi primigravida sangat penting oleh karena kemampuan

kerjasama tiga P, belum teruji yaitu : Power, Passenger dan

Passage. Oleh karena itu, diperlukan untuk melakukan

pemeriksaan panggul bagian luar untuk memperkirakan

kemungkinan kesempitan panggul. Sedangkan pada multipara

dengan anamnesis, persalinan berjalan pervaginam aterm, hidup,

dan spontan belakang kepala, sudah menunjukan bahwa tidak

dijumpai kesempitan panggul ukuran dalamnya.

Sedangkan menurut buku yang ditulis oleh Pantikawati

(2012), ukuran panggul meliputi : distansia spinarum yaitu jarak

antara spina iliaka snterior kanan kiri, ukuran normalnya 23 – 26

cm, distansia kristarum yaitu jarak terjauh antara Krista iliaka

kanan dan kiri, ukuran normalnya 26 – 29 cm, konjunggata ekterna

(boundeloque) yaitu jarak antara pinggir atas sympisis dan ujung

procesus spinosum ruas tulang lumbal ke V ukuran ± 18 – 20 cm,

ukuran lingkar panggul yaitu dari pinggir atas simpisis e

pertengahan antar spina iliaka antara superior dan trochanter mayor

sepihak dan kembali melalui tempat yang sama, dipihak yang lain,

ukurannya ± 80 – 90 cm.Dalam hal ini tida terdapat kesenjangan

antara teori dengan kasus karena tidak ada indikasi panggul sempit.

209
4) Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah dan protein urin.

Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui golongan darah ibu dan

hemoglobin ibu. Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan penunjang

pada Ny. S haemoglobin 10,1 gr%, protein urin negative dan golongan

darah A.

Menurut teori Manuaba (2007), pembagian anemia : Hb 11 gr%

dikatakan normal, Hb 9 – 10 gr% anemia ringan, Hb 7 – 9 gr% anemia

sedang, Hb 5 – 7 gr% anemia berat. Pada pemeriksaan hemoglobin Ny.

S yaitu 10,1 gr% termasuk dalam anemia ringan sehingga tidak ada

kesenjangan antara teori dengan kasus.

2. Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa

atau masalah dan kebutuhan klien berdasaran interpretasi yang benar atas

dasar data – data yang telah diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah

atau diagnosis yang spesifik. (Muslihatun, 2009)

Pada Ny. S ibu hamil dengan kehamilan anemia ringan diperoleh

diagnosa nomenklatur, masalah dan kebutuhan yaitu :

a. Diagnosa Nomenklatur

Ny. S umur 36 tahun G3 P2 A0 hamil 38 minggu, janin tunggal,

hidup intrauterin, letak memanjang, punggung kanan, presentasi

kepala, divergen dengan kehamilan faktor resiko tinggi umur > 35

tahun dan anemia ringan. Berdasarkan hal tersebut, dalam interpretasi

data penulis menemukan kesenjangan anatar teori dengan kasus.

210
Menurut Hani (2011), diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang

ditegakkan bidan dalam lingkup pratik kebidanan dan memenuhi

standar nomenklatur diagnosa kebidanan.

Menurut Saifudin (2006) kehamilan normal dengan gambaran ibu

sehat, tidak ada riwayat obstetri buruk, ukuran uterus sama/sesuai usia

kehamilan, pemeriksaan fisik konjungtiva sedikit pucat. Sehingga

dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus.

b. Masalah

Ditemukan adanya masalah pada Ny. S yaitu ibu mengatakan

pusing saat aktivitas dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium

hemoglobin dengan hasil 10,1 gr% pada saat melakukan pemeriksaan

kehamilannya.

Menurut Sulistyawati (2013), dalam asuhan kebidanan istilah

masalah dan diagnosa keduanya dapat dipakai karena beberapa

masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosa, tetapi perlu

dipertimbangkan untuk membuat rencana yang menyeluruh. Masalah

sering berhubungan bagaimana wanita itu mengalami kenyataan

terhadap diagnosisnya. Berdasarkan hal tersebut, dalam interpretasi

data penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dengan

kasus.

c. Kebutuhan

Pada kasus Ny. S ditemukan masalah karena ibu mengatakan

pusing dan cepat lelah saat aktivitas sehingga diperlukan kebutuhan

seperti istirahat yang cukup, kurangi aktivitas berlebih.

211
Menurut Hani (2011), kebutuhan adalah hal – hal yang dibutuhkan

oleh klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang

didapatkan dengan melakukan analisis data. Berdasarkan hal tersebut,

data penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus.

3. Diagnosa Potensial

Pada kasus Ny. S didapatkan diagnosa potensial yaitu faktor resiko

umur > 35 tahun dan anemia ringan.

Menurut teori Esti (2010), pengaruh anemia terhadap kehamilan

dapat mengakibatkan anemia sedang hingga berat, keguguran, partus

prematurus, inersia uteri dan partus lama, Antonia uteri, syok,

afibrinogemia dan hipofribinogemia, infeksi intrapartum dan nifas.

Sedangkan pada bayi dapat mengakibatkan bayi BBLR, cacat bawaan,

asfiksia, hipoksia, IUFD. Jadi antara teori dengan kasus ada

kesenjangan.

4. Antisipasi Penanganan Segera

Pada kasus Ny. S ibu memerlukan antisipasi penanganan segera

yaitu pemantauan gizi pada ibu hamil.

Pada langkah ini, bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan

segera, melakuka konsultasi dan koloborasi dengan tenaga kesehatan

lain seperti ahli gizi, nutrisionis, dokter) berdasarkan kondisi klien.

Selain itu, juga mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan

atau dokter dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan

anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. (Hani,

2011)

212
Pada antisipasi penanganan segera tidak ada kesenjangan antara

teori dengan kasus.

5. Intervensi

Pada langkah ini penulis melakukan intervensi sesuai kebutuhan

Ny. S yaitu beritahu ibu hasil pemeriksaan tentang kondisi kehamilan

dan janinnya, beritahu ibu tentang keluhan yang dirasakan, jelaksan

pada ibudampak buruk dari anemia dan resiko umur > 35 tahun,

anjurkan ibu untuk berolahraga ringan seperti jalan kaki dipagi hari

atau senam hamil, anjurkan ibu meminum obat tambah darah, beritahu

ibutentang makanan yang mengandung zat besi, beritahu ibu untuk

periksa/komunikasi bila ada keluhan lebih lanjut.

Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,

ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yangtelah

diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi atau data

dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. (Muslihatun, 2009)

Pada kasus Ny. S asuhan direncanakan sesuai keluhan dan hasil

pemeriksaan yaitu anemia sedang sehingga dilakukan konseling

tentang anemia dan pemberian tablet tambah darah, jadi tidak ada

kesenjangan antara teori dengan kasus.

6. Implementasi

Pada langkah ini penulis melakukan implementasi sesuai

kebutuhan Ny. S yaitu memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah

dilakukan bahwa ibu dalam keadaan sehat, memberitahu ibu bahwa

213
pusing yang dirasakan karena anemia ringan yang kemungkinan

disebabkan kurangnya istirahat karena aktivitas ibu, menjelaskan pada

ibu dampak buruk dari resiko umur dan anemia, menganjurkan ibu

untuk sering istirahat agar pusingnya bisa cepat berkurang, selain itu

seringkan untuk jalan kaki atau olahraga kecil saat pagi hari agar ibu

bisa refreshing, menganjurkan ibu untuk meminum obat tambah darah

yang diberikan oleh bidan 2 x sehari sebelum tidur menggunakan air

putih/air jeruk agar tidak mual dan tidak merusak kandungan gizi

dalam obat tambah darah, memberitahu ibu tentang makanan yang

mengandung zat besi. Cara memasaknya pun harus benar agar

kandungan gizinya tidak rusak seperti sayuran jangan direbus terlalu

matang, memasak ikan sebaiknya tidak digoreng dan harus benar benar

matang, buah-buahan dicuci bersih sebelum dimakan, memasak daging

harus benar-benar matang jangan setengah matang. Memberitahu ibu

untuk kunjungan ulang 2 minggu mendatang atau jika ada keluhan lain

yang dirasakan.

Pada tahap penatalaksanaan, penulis melaksanakan sesuai dengan

rencana asuhan yng sudah dibuat pada langkah sebelumnya. Sehingga

tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus.

7. Evaluasi

Dalam langkah ini penulis melakukan evaluasi pada kasus Ny. S.

Ibu mengetahui hasil pemeriksaan telah dilakukan, ibu sudah

mengetahui penyebab dari keluhan yang dirasakannya, ibu sudah

mengetahui dampak buruk dari anemia, ibu berusaha untuk istirahat

214
cukup namun tidak bisa karena banyak yang harus dikerjakan dirumah

maupun dipekerjaannya, kalau olahraga ibu jarang melakukannya

karena sibuk dengan pekerjaan, ibu meminum obat tambah darahnya

secara rutin sesuai yang diperintahkan bidan, ibu suka makan sayur

jadi ibu menambah kadar zat besi melalui sayuran, ibu sudah tau kapan

kunjungan ulang untuk periksa kembali.

Proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang

berkesinambungan maka perlu evaluasi. Dalam hal ini mengulang

kembali dari awal setiap asuhan yang belum efektif, melalui proses

manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses tersebut tidak

efektif serta melakukan penyesuaian dan modifikasi apabila memang

diperlukan. Proses manajemen asuhan ini merupakan kegiatan yang

berkesinambungan maka perlu evaluasi. (Muslihatun, 2009)

Pada kasus Ny. S telah dilakukan evaluasi agar dalam asuhan yang

diberikan dapat terlaksana dengan efektif sehingga hasilnya klien

dikatakan dalam status kehamilan yang fisiologis.

B. Asuhan Kebidanan pada Persalinan

Menurut buku yang ditulis JNPK-KR (2008) persalinan adalah

proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus

ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia cukup

bulan ( ≥ 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.

1. Kala I

a. Data Subjektif

215
Pada kasus ini didapatkan Ny. S merasakan kenceng –

kenceng tanggal 14 Agustus 2018 pukul 06.00 dan

mengeluarkan lendir bercampur darah. Sedangkan belum

melewati Hari Perkiraan Lahir (HPL) yaitu tanggal 21 agustus

2018.

Menurut Rohani (2013), kala I persalinan dimulai sejak

terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks, hingga

mencapai pembukaan lengkap (10 cm). kala I bagi

multigravida berlansung 7-8 jam. Pada Ny. S kala I

berlangsung 8 jam. Sehingga pada hal ini ada kesenjangan

antara teori dengan kasus karena pada kasus, Ny. S disertai

anemia dan pada teori bahwa anemia berdampak mengalami

kala I lama.

Menurut JNPKKR (2008) tanda dan gejala inpartu

diantaranya penipisan dan pembukaan serviks, cairan lendir

bercampur darah dari dalam vagina. Sehingga dalam hal ini

tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus karena Ny. S

mengalami kontraksi, pembukaan serviks, dan mengeluarkan

lendir bercampur darah dari dalam vagina.

b. Data Objektif

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang penulis dapatkan pada

Ny. S yaitu tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80x/menit,

respirasi 21x/menit, suhu 36,7C. Sehingga Ny. S dalam

keadaan normal.

216
Menurut buku yang ditulis oleh Sulistyawati (2013),

kesadaran dikaji untuk mendapatkan gambaran tentang

kesadaran pasien, normalnya kesadaran komposmentis atau

kesadaran maksimal sampai dengan koma atau pasien tidak

dalam kondisi sabar. Keadaan mum dikaji untuk mengamati

keadaan pasien secara keseluruhan, normalnya keadaan umum

baik ataupun lemah. Hal ini sesuai dengan hasil pemeriksaan

yang penulis dapatkan pada Ny. S yaitu kesadaran

komposmentis dan keadaan umum baik. Sehingga dalam hal ini

tidak ada kesenjanganantar teori dengan kasus.

Pada kasus yang didapatkan pada Ny. S yaitu Leopold I

teraba bagian janin bulat, lunak tidak melenting yaitu bokong

jani, Leopold II bagian kiri perut ibu teraba kecil-kecil tidak

beraturan yaituextermitas janin, Leopold III bagian terendah

teraba bagian janin bulat, keras yaitu kepala janin, Leopold IV

kepala sudah masuk PAP (HI) atau divergen.

Menurut Suryati (2011), Leopold I :untuk mengetahui

fundus uteri dan bagian yang berada di fundus. Leopold II :

untuk mengetahui batas kiri/kanan pada uterus ibu, yaitu :

punggung pada letak bujur dan kepala pada letak lintang,

Leopold III : untuk mengetahui presentasi/bagian terbawah

janin yang ada di sympisis ibu, Leopold IV : untuk mengetahui

seberapa jauh, masuknya bagian terendah janin ke dalam PAP.

Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus.

217
Menurut buku yang ditulis Yeyeh, dkk (2012) bayi baru

lahir normal yaitu bayi yang lahir dalam presentasi belakang

kepala melalui vagina tanpa bantuan alat, pada usia kehamilan

37 minggu sampai 42 minggu dengan berat badan 2500 – 4000

gram, nilai apgar skor > 7 dan tanpa cacat bawaan. Pada kasus

yang penulis ambil bagian terbawah janin adalah kepala sudah

masuk pintu atas panggul sehingga rumusan taksiran berat

badan janin dapat terapkan yaitu (35-11) x155 = 3720 gram.

Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dengan

dengan kasus.

Pada kasus yang penulis ambil didapatkan kontraksi uterus

ada, kuat dan teratur, frekuensi 2 x 10 menit lama 25 detik.

Menurut buku yang ditulis JNPK-KR (2008), tanda dan gejala

inpartu diantaranya penipisan dan pembukaan serviks, kontrasi

uterus, yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi

minimal 2 kali dalam 10 menit), cairan lendir bercampur darah

melalui vagina. Sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan

antara teori dengan kasus.

Pada kasus yang penulis ambil dilakukan pemeriksaan

dalam atas indikasi menilai adanya tanda persalinan, hasil

pemeriksaan dalam : portio tipis, lunak, effacement 80%,

pembukaan 7 cm, selaput ketuban (+), bagian terendah kepala,

titik penunjuk ubun-ubun kecil, penurunan HIII, tidak ada

bagian terkemuka.

218
Menurut buku yang ditulis oleh Sulistyawati (2012),

pemeriksaan dalam adalah pemeriksaan genetalia bagian dalam

mulai dari vagina sampai serviks (pembukaan serviks), saat

persalinan mendekat serviks mulai menipis dan membuka,

effacement (penipisan) berhubungan dengan bertambah

efektifnya kontraksi, serviks mengalami perubahan bentuk

menjadi lebih tipis, selanjutnya setelah serviks dalam kondisi

menipis penuh, maka tahap berikutnya adalah pembukaan.

Menurut buku yang ditulis JNPK-KR (2008), kala I

persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang

teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga

serviks membuka lengkap (10 cm). Sehingga dalam hal ini

tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus karena Ny. S

mengalami kontraksi yang teratur dan meningkat hingga

serviks membuka.

c. Assessment

Berdasarkan kasus yang ambil maka penulis menyimpulkan

dari uraian data subjektif dan data objektif dalah Ny. S umur 36

tahun G3 P2 A0 hamil 39 minggu, janin tunggal, hidup

intrauterine, letak memanjang, punggung kanan, presentasi

kepala, divergen dengan inpartu kala I fase aktif dengan

persalinan normal.

219
Menurut Muslihatun (2009), assessment merupakan

pendoumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan)

dari data subjektif dan objektif.

Menurut buku yang ditulis JNPK-KR (2008), kala I

persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang

teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga

serviks membuka lengkap (10 cm). kala I persalinan terdiri atas

dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif. Dalam hal ini tidak

terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus.

Menurut Rohani (2013) kala I fase aktif dilatasi maksimal

berlansung 2 jam. Sehingga dalam hal ini tidak ada

kesenjangan antara teori dengan kasus karena pada kala I fase

aktif dilatasi maksimal Ny.S berlangsung 2 jam.

d. Planning

Tindakan yang tenaga kesehatan berikan pada Ny. S pada

kala I antara lain : memberitahu ibu hasil pemrikasaan yang

telah dilakukan bahwa keadaan ibu dan janinnya baik dilihat

dari keadaan ibu (TTV dan emeriksaan fisik) sedangkan

keadaan janin (DJJ dan TBBJ). Memotivasi ibu untuk

mengurangi kecemasan dikarenakan ibu tidak terbiasa dengan

keadaan yang dialami seperti takut bahwa keadaan janin dan

ibunya tidak baik dengan cara memberitahu ibu bahwa proses

persalinan merupakan hal yang dialami dan wajar dialami oleh

ibu hamil, meminta ibu dan keluarga untuk banyak berdoa agar

220
proses persalinan lancar dan memberitahu ibu bahwa tidak

akan terjadi hal buruk padanya. Memberitahu keluarga untuk

mempersiapkan kebutuhan bersalin bagi ibu seperti pakaian

ganti ibu, tapih 3, pembalut dan untuk bayi seperti baju bayi,

popok bayi, bedong, topi, selimut, handuk. Menyiapkan tempat

yang baik untuk persalinan seperti ruangan bersih, hangat,

cahaya cukup, dan mempersiapkan alat dan bahan yang akan

digunakan. Memberitahu ibu untuk komunikasi apabila ada

keluhan maupun sudah ingin mengejan. Melakukan observasi

dengan memantau kemajuan persalinan.

Menurut Muslihatun (2009), planning atau perencanaan

adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang.

Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan

interpretasi data.

Menurut JNPK-KR (2008) intervensi pada persalinan kala I

yaitu mempersiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran

bayi, persiapan perlengkapan bahan – bahan dan obat – obatan

yang diperlukan, persiapan rujukan, memberikan asuhan

sayang ibu dan memantau partograf.

Menurut buku yang ditulis JNPK-KR (2008), partograf

adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan

dan informasi untu membuat keputusan klinik. Tujuan utama

dari partografadalah mencatat hasil observasi dan kemajuan

persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui

221
pemeriksaan dalam, mendeteksi apakah proses persalinan

berjalan secara normal. Dengan demikian juga dapat

mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama,

sebagai data pelengkap yang terkait dengan pemantauan

kondisi ibu, kondisi bayi, dan grafik kemajuan proses

persalinan. Jika digunakan dengan tepat dan konsisten,

partograf akan membantu penolong persalinan untuk : mencatat

kemajuan persalinan, mencatat kondisi ibu dan bayinya,

mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan

kelahiran, menggunakan informasi tercatat untuk penanganan

dini penyulit persalinan, dan menggunakan informasi yang

tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat

waktu.

Menurut buku yang ditulis oleh JNPK-KR (2008), kondisi

ibu dan janin harus dinilai dan dicatat dengan seksama seperti

DJJ setiap 30 menit, frekuensi dan lamanya kontraksi uterus

dipantau setiap 30 menit, nadi dipantau setiap 30 menit,

pembukaan servik dan penurunan kepala janin setiap 4 jam,

tekanan darah dan suhu setiap 4 jam, produksi urin, aseton dan

protein setiap 2 sampai 4 jam.

Menurut buku yang ditulis oleh JNPK-KR (2008),

pengawasan pada kala I persalinan antara lain : tekanan darah

setiap 4 jam, suhu setiap 4 jam, nadi setiap 30 menit, respirasi

setiap 30 menit, kandung kemih setiap 4 jam, serta tanda gejala

222
kala II. Menurut buku yang ditulis oleh JNPK-KR (2008), ada

lima aspek dasar atau lima benang merah yang penting dan

saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman.

Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap persalinan, baik

normal maupun patologis. Lima benang merah tersebut adalah

membuat keputusan klinik, asuhan sayang ibu dan sayang bayi,

pencegahan infeksi, pencatatan atau rekam medik asuhan

persalinan dan rujukan.

2. Kala II

a. Subjektif

Pada kasus yang penulis ambil bahwa ibu mengatakan

merasakan kenceng-kenceng semakin kuat, ibu mengatakan

mules seperti ingin BAB, ibu mengatakan ada dorongan untuk

meneran. Menurut buku yang ditulis JNPK-KR (2008), gejala

dan tanda kala II persalinan yaitu ibu merasa ingin meneran

bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu merasa adanya

peningkatan tekanan pada rectum/anus, perineum menonjol dan

vulva vagina membuka dan sfingter ani membuka,

meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah. Dalam hal

ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus karena

Ny. S merasa ingin meneran, adanya peningkatan tekanan pada

rectum, perineum menonjol, vulva membuka.

223
b. Objektif

Pada kasus yang penulis ambil data objektif yang didapat

antar lain : kontraksi 4 x dalam 10 menit dengan lamanya 45

detik. DJJ 146x/menit, adanya tanda gejala kala II seperti :

adanya dorongan meneran, adanya tekanan pada anus,

perineum menonjol, dan vulva membuka.

Menurut buku yang ditulis Sulistyawati (2012), tanda –

tanda kala II seperti ibu merasa ingin meneran dan biasanya

sudah tidak bias menahannya, perineum menonjol, merasa

ingin seperti ingin buang air besar, lubang vagina dan sfingter

ani membukan dan jumlah pengeluaran air ketuban meningkat

(jika ketuban sudah pecah). Sedangkan buku yang ditulis oleh

JNPK-KR (2008), persalinan kala II atau kala pengeluaran bayi

adalah dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap dan

berakhir dengan lahirnya bayi. Sehingga dalam hal ini tidak ada

kesenjangan antar teori dengan kasus.

Menurut Rohani (2013) kala II pada primipara berlangsung

selama 2 jam dan pada multipara 1 jam. Sehingga pada hal ini

tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus karena kala II

Ny. S berlangsung 15 menit.

Pada pemeriksaan dalm didapatkan hasil sebagai berikut :

pembukaan 10 cm, selaput ketuban (+), bagian terendah kepala,

titik penunjuk UUK, penurunan HIII tidak ada bagian yang

224
menumbung. Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara

teori dangan kasus.

c. Assessment

Dalam assessment dari uraian data subjetif dan objektif

adalah Ny. S umur 36 tahun G3 P2 A0 hamil 39 minggu. Janin

tunggal, hidup intrauterine, letak memanjang, punggung kanan,

presentasi kepala, divergen, dengan inpartu kala II normal.

Menurut buku yang ditulis oleh Rohani (2013), kala II dimulai

dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini

berlangsung biasanya 2 jam pada primi dan I jam pada multi

dala hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan

kasus karena kala II Ny. S berlangsung 15 menit.

d. Planning

Hasil akhir pada kala II ibu dapat melahirkan dengan

selamat pada tanggal 14 Agustus 2018 jam 14.15 WIB, bayi

lahir spontan pervaginam, jenis kelamin laki –laki, menangis

kuat, gerakan aktif, warna kulit kemerahan lama kala II yaitu

15 menit. Menurut buku yang ditulis oleh Yanti (2014), kala II

atau pengeluaran bayi , dimulai dari pembukaan lengkap

sampai bayi lahir. Lamanya proses ini berlangsung selama 1 ½

- 2 jam pada primigravida dan ½ - 1 jam pada multigravida.

Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan

kasus karena sudah sesuai dengan peraturan menteri kesehatan

republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010

225
tentang ijin dan penyelenggarakan praktik bidan pasal 10 ayat 1

yaitu pelayanan persalinan normal.

3. Kala III

a. Subjektif

Pada kasus yang penulis ambil pada kala III data subjektif

yaitu ibu mengatakan badannya lemes. Ibu mengatakan

perutnya masih mules. Menurut buku yang ditulis JNPK-KR

(2008) kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir

dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Dalam hal ini

tidak terjadi kesenjangan antara teori dengan kasus.

b. Objektif

Pada kasus data objektif yang didapat pada kala III antara

lain : TFU setinggi pusat, kontraksi keras, adanya semburan

darah, tali pusat bertambah panjang uterus globuler.Menurut

buku yang ditulis oleh JNPK-KR (2008), setelah bayi lahir

dansebelum miometrium berkontraksi, uterus berbentuk bulat

penuh dan tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah

uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus

berbentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan

fundus berada diatas pusat (seringkali mengarah ke sisi

kanan).Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antar teori

dengan kasus.

226
c. Assessment

Pada kasus telah didapat data sebagai berikut : Ny. M umur

36 tahun P3 A0 dengan inpartu kala III normal.

Menurut buku yang ditulis oleh Yanti (2014) kala III adalah

waktu untuk pelepasan plasenta dan pengeluaran plasenta.

Menurut Rohani (2013) kala III dimulai setelah lahirnya

bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput

ketuban. Seluruh proses biasanya berlangsung 5 – 30 menit

setelah bayi lahir. Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan

antara teori dengan kasus karena kala III Ny. S berlangsung 15

menit.

d. Planning

Hasil akhir pada pemeriksaan kala III ini adalah janin

tungal, oksitosin sudah disuntikkan, dan plasenta telah lahir

spontan jam 14.30 WIB dengan lama kala III 15 menit, pada

kala III ini tenaga kesehatan memberikan asuhan kepada Ny. S

sesuai dengan asuhan persalinan normal. Menurut buku yang

ditulis oleh Yanti (2014), kala III berlangsungsetelah kala II

yang tidak lebih dari 30 menit, kontraksi uterus berhenti sekita

5 – 10 menit.

Menurut buku yang ditulis oleh JNPK-KR (2008)

manajemen aktif kala III terdiri dari tiga langkah utama seperti

pemberian suntikkan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah

227
bayi lahir, melakukan peregangan tali pusat terkendali, dan

masase fundus uteri.

Pada kasus yang penulis ambil tidak terdapat kesenjangan

antara teori dengan kasus karena sudah sesuai dengan Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1464/MENES/PER/X/2010 tentang ijin dan penyelenggaraan

praktik bidan pasal 10 ayat 2 diantaranya yaitu pemberian

uterotonika pada manajemen aktif kala III.

4. Kala IV

a. Subjektif

Pada kasus yang penulis ambil didapat data subjektif

sebagai berikut : ibu mengatakan senang karena bayi dan

plasentanya lahir, ibu merasa lelah dan lemes.

Menurut buku yang ditulis oleh JNPK-KR (2008), jika

uterus tidak dapat berkontraksi dengan segera setelah kelahiran

plasenta, maka ibu dapat mengalami perdarahan sekitar 350 –

500 cc/menit dari bekas tempat melekatnya plasenta. Bila

uterus berkontraksi maka miometrium akan menjepit anyaman

pembuluh darah yang berjalan diantara serabut otot tadi

sehingga perdarahan tidak terjadi. Ada rasa mules yang

dirasakan ibu menandakan adanya kontrasi pada uterus. Dalam

hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus.

228
b. Objektif

Pada kasus yang penulis ambil didapat data objektif sebagai

berikut : bayi lahir spontan jam 14.15 WIB, plasenta lahir

spontan jam 14.30 WIB, kontraksi uterus keras, TFU 2 jari

dibawah pusat, kandung kemih kosong, perdarahan 50 cc, ada

robekan derajat dua.

Menurut buku yang ditulis oleh Sulistyawati (2012), dua

jam pertama setelah melahirkan merupakan saat yang paling

kritis bagi pasien dan bayinya, tubuh pasien melakukan

adaptasi yang luar biasa setelah kelahiran bayinya agar kondisi

tubuh kembali stabil. Sedangkan bayi melakukan adaptasi

terhadap perubahan lingkungan hidupnya diluar uterus.

Sedangkan menurut buku yang ditulis JNPK-KR

(2008),pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit dalam 1

jam pertama dan setiap 30 menit kedua. Pemantauan kala IV

yang dilakukan seperti tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus

uteri, kontraksi uterus, kandung kemih dan jumlah darah yang

keluar. Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori

dengan kasus.

c. Assessment

Pada kasus yang penulis ambil didapat assessment sebagai

berikut : Ny. S umur 36 tahun P3 A0 dengan inpartu kala IV

normal menurut buku yang ditulis oleh wiknjosastro (2009)

229
kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam

pertama postpartum.

d. Planning

Menurut buku yang ditulis oleh Sulistyawati (2012),

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) atau langkah pemberian ASI

awal dengan cara tempatkan bayi diatasperut ibunya dalam 2

jam pertama tanpa pembatas kain diantara keduanya (skin to

skin contac) dan membawa banyak keuntungan untuk ibu dan

bayinya antara lain : mendekatkan hubungan batin ibu dan

bayi, menjadikan suhu tubuh bayi stabil, dan mempercepat

produksi ASI, karena sudah mendapat rangsangan isapan dari

bayi lebih awal. Menurut buku yang ditulis oleh JNPK-KR

(2008) segera setelah bayi lahir dan tali pusat di ikat letakkan

bayi tengkurap didada ibu dengan kulit bayi bersentuhan

langsung ke ibu. Biarkan kontak kulit ke kulit ini berlangsung 1

jam atau lebih, bahkan sampai bayi dapat menyusu sendiri

apabila sebelumnya tidak berhasil dan bayi diberi topi dan

diselimuti.

Menurut buku yang ditulis oleh JNPK-KR (2008),

tindakan pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen –

komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran

bayi, tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan

untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong

persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi

230
infeksi karena bakteri, virus dan jamur. Dilakukan pula upaya

untuk menurunkan resiko penularan penyakit – penyakit

berbahaya yang hingga kini belum ditemukan pengobatannya,

seperti Hepatitis dan HIV/AIDS.

Dalam asuhan persalinan kala IV ini penulis melakukan

asuhan persalinan normal dari tindakan yang dilakukan penulis,

penulis menemukan laserasi/robekan pada perineum, sehingga

perlu di lakukan penjahitan dengan menggunakan anestesi.

Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan

kasus. Pada bayi baru lahir pada langkah empat puluh lima)

yaitu pemberian vitamin K1, obat mata dan imunisasi Hb0

setelah I jam pemberian vit K1 sudah dilakukan.

Menurut JNPK-KR (2008), pemantauan kala IV dilakukan

setiap 15 menit dalam 1 jam pertama dan setiap 30 menit dalam

I jam kedua. Pemantauan kala IV yang dilakukan seperti

tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus,

kandung kemih dan jumlah perdarahan yang keluar. Sedangkan

menurut buku yang ditulis oleh Saifudin (2009), tujuan asuhan

persalinan normal adalah memberikan asuhan yang memadai

selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan

persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek

sayang ibu dan sayang bayi. Sedangkan menurut buku yang

ditulis oleh JNPK-KR (2008), pemberian imunisasi hepatitis B

pertama diberikan 1 – 2 jam setelah pemberian vit K1, pada

231
saat bayi baru berumur 2 jam . Menurut wiknjasastro (2009),

obat mata profilaksis yang sering digunakan yaitu salep

eritromisin 0,5% dan salep mata tetrasiklin 1%. Kedua preparat

ini efektif untuk mencegah konjungtivis gonore, sedangan

menurut buku yang ditulis JNPK-KR (2008), salep mata untuk

pencegahan infeksi mata diberikan setelah 1 jam kontak kulit

dengan ke kulit dan bayi setelah menyusu. Pencegahan infeksi

tersebut mengandung antibiotik tetrasiklin 1%, salep mata

antibiotika harus tepat diberikan pada waktu 1 jam setelah

kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika

diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran.

Menuerut buku yang ditulis Wiknjasastro (2009),

pemberian vitamin K dilakukan untuk mencegah terjadinya

perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir.

Menurut buku yang ditulis oleh JNPK-KR (2008), imunisasi

hepatitis B bermanfaat untuk mencegah panyakit hepatitis B

terhadap bayi, melalui jalur penularan ibu-bayi.

Pada kasus yang penulis ambil tidak terdapat kesenjangan

antara teori dengan kasus Karena sudah sesuai dengan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1464/MENKES/PER/X/2010 tentang ijin dan penyelenggaraan

pratik bidan pasal 10 ayat 3 diantaranya yaitu penjahitan luka

jalan lahir tingkat I dan II, fasilitas/bimbingan inisiasi

menyusui dini dan promosi air susu ibu eksklusif.

232
C. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas
1. Nifas 6jam postpartum

a. Subjektif

Pada kasus yang penulis ambil pada data subjektif, ibu

mengatakan tidak ada keluhan. Menurut buku yang ditulis oleh

wiknjasastro (2009), asuhan pada masa nifas normal meliputi

kebersihan diri, istirahat, ambulasi masa nifas, pemenuhan gizi,

perawatan payudara, pola seksual, dan Keluarga Berencana

(KB). Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori

dengan kasus.

b. Objektif

Pada kasus yang penulis ambil didapat data objetif sebagai

berikut : tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 82x/menit, suhu

36,8 C, respirasi 22x/menit, BB 67 kg, lila 28 cm, TFU 1 jari

dibawah simpisis. Lokea rubra, luka jahitan sedikit kering tidak

ada tanda – tanda infeksi.

Menurut buku yang ditulis oleh Elizabeth (2015), pada hari

ke 1-3 pengeluaran pervaginam darah berwarna merah

bercampur lendir. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara

teori dengan kasus.

c. Assessment

Pada kasus yang penulis ambil didapat assessment sebagai

berikut Ny. S umur 36 tahun P3 A0 2 hari postpartum dengan

nifas normal.

233
Menurut teori Saifudin (2009), masa nifas atau puerperium

dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6

minggu (42 hari) setelah itu. Dalam hal ini tidak terdapat

kesenjangan antara teori dengan kasus.

d. Planning

Asuhan yang diberikan meliputi menganjurkan untuk tetap

meminum obat yang diberikan dari bidan seperti asam

mefenamat, amoxilin dan tablet penambah darah.

Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini (miring kanan, miring

kiri, dan duduk), memberitahu ibu untuk makan dan minum

dengan gizi seimbang, menjelaskan ibu tentang pemberian ASI

eksklusif, memberitahu ibu cara perlekatan yang baik danbenar

saat menyusui.

Menurut Esti (2016), pada kebijakan program nasional

masa nifas pada 6 hari postpartum yaitu : memastikan involusi

uterus berjalan normal, mencegah perdarahan, nilai adanya

tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal, pastikan

ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat, pastikan

ibu menyusui bayinya dengan baik dan benar tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit, ajarkan asuhan bayi

seperti perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan

merawat bayi sehari –hari.

2. Nifas 2 hari post partum

a. Subjektif

234
Pada kasus yang penulis ambil pada data subjektif ibu

mengatakan tidak ada keluhan. Menurut buku yang ditulis oleh

wiknjasastro (2009), asuhan pada nifas normal meliputi

kebersihan diri, istirahat, ambulasi masa nifas, pemenuhan

gizi, perawatan payudara, pola seksual dan keluarga berencana

(KB).

Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori

dengan kasus.

b. Objektif

Pada kasus yang penulis ambil didapat data objektif

sebagai berikut tekanan darah 110/70 mmhg, N 82x/menit, R

22x/menit, S 36,8 C. TFU 3 jari dibawah pusat, lokea rubra,

luka jahitan sudah kering, tidak ada tanda infeksi.

Menurut buku yang ditulis oleh Elizabeth (2015), pada hari

ke 1-3 pengeluaran pervaginam berwarna merah darah

bercampur lendir yaitu lokea rubra.

Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dengan

kasus.

c. Assessment

Pada kasus yang penulis ambil didapat assessment

sebagai berikut Ny. S umur 36 tahun, P3A0 2 hari post partum

dengan nifas normal.

235
Menurut teori saifudin (2009), masa nifas atau

puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta

sampai 6 minggu (42 hari) setelah itu.

Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus.

d. Planning

Menurut Esti (2016), pada kebijakan program nasional

masa nifas pada 2 hari post partum yaitu memastikan involusi

uterus berjalan normal, nilai adanya tanda-tanda bahaya masa

nifas, pastikan ibu mendapat cukup makanan, pastikan ibu

menyusui dengan baik dan benar, ajarkan cara perawatan bayi

baru lahir.

Menurut yetty (2010), kebijakan pemerintah paling

sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai

status ibu dan bayi baru lahir untuk mencegah, mendeteksi dan

menangani masalah-masalah yang terjadi, yaitu : pada 6-8 jam

post partum, 6 hari post partum, 2 minggu post partum dan 6

minggu post partum. Sehubungan dengan waktu pengambilan

kasus yang terbatas maka jadwal kunjungan nifas yang

mminimal 3 kali yaitu menjadi 6 jam post partum, 2 hari post

partum, dan 2 minggu post partum.

Asuhan kebidanan yang diberikan meliputi

menganjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas berlebih dan

pertahankan pola istirahat (tidur) yang benar yaitu saat bayi

tidur sebaiknya ibu juga tidur, memberitahu ibu nutrisi bagi ibu

236
menyusui, memberitahu ibu cara menyusui yang

benar,menganjurkan ibu tetap meminum obat yang diberikan

puskesmas.

Menurut wiknjosastro (2009), asuhan pada masa nifas

normal meliputi, kebersihan diri, istirahat, ambulasi masa

nifas, pemenuhan gizi, perawatan payudara,pola seksual dan

keluarga berencana (KB).

Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori

dengan kasus.

3. Nifas 2 minggu postpartum

a. Subjektif

Pada kasus yang penulis ambil pada data subjektif, ibu

mengatakan tidak ada keluhan. Menurut teori Ambarawati

(2010), masa nifas (puerperium) adalah masa setelah

keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti

sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung

selama 6 minggu atau 40 hari. Dalam hal ini tidak terdapat

kesenjangan antara teori dengan kasus.

b. Objektif

Pada kasus yang penulis ambil didapat data objektif yaitu :

dari hasil pemeriksaan didapatan tekanan darah 110/70 mmHg,

nadi 80x/menit, respirasi 20x/menit, suhu 37 C. BB 67 kg,

TFU tidak teraba, lokea serosa, luka jahitan sudah kering.

237
Menurut buku yang ditulis oleh Sofian (2011), pada hari ke

7-14 pasca persalinan darah yang keluar berwarna kuning.

Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan

kasus.

c. Assessment

Pada kasus yang penulis ambil didapat assessment sebagai

berikut Ny. S umur 36 tahun P3 A0 2 minggu postpartum

dengan nifas normal. Menurut buku yang ditulis oleh Sofian

(2011), masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan

kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat

kandungan kembali seperti pra hamil, lamanya masa nifas yaitu

6 – 8 minggu. Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan

antara teori dengan kasus.

d. Planning

Asuhan yang diberikan pada Ny. S yaitu : memberitahu ibu

tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, menganjurkan

ibu untuk tetap meminum obat tambah darah yang diberikan

oleh bidan. memastikan involusi uterus berjalan normal,

menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang mengandung

protein, sayuran dan buah-buahan, mengingatkan kembali ibu

untuk memberikan ASI eksklusif, memberitahu ibu tentang

perawatan payudara, membantu ibu dalam memilih metode

kontrasepsi yang tepat.

238
Menurut buku KIA (2016), tanda bahaya nifas sebagai

berikut : pendarahan lewat jalan lahir, keluar cairan berbau dari

jalan lahir, demam lebih dari 2 hari, payudara bengkak, merah

dan disertai rasa sakit, ibu terlihat sedih, murung dan menangis

tanpa sebab (depresi), bengkat pada wajah, tangan, kaki, atau

sakit kepala serta kejang.

Menurut buku yang ditulis oleh Elizabeth, dkk (2015), ibu

nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang

dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam

pada siang hari. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk

mencegah kelelahan yang berlebih.

Menurut buku yang ditulis oleh sofian (2011), ibu dengan

pascapersalinan harus mengkonsumsi makanan yang bermutu,

bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya, makan-makanan yang

mengandung protein, sayuran dan buah-buahan. Sedangkan

menurut buku yang ditulis oleh Saifudin (2009), ibu menyusui

harus mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, makan

dengan diet seimbang untu mendapatkan protein, mineral dan

vitamin yang cukup, minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.

Menurut buku yang ditulis Elizabeth, dkk (2015), rencana

KB setelah ibu melahirkan itu sangat penting, dikarenakan

secara tidak langsung KB dapat membantu ibu untuk dapat

merawat anaknya dengan baik serta mengistirahatkan alat

kandungan (pemulihan alat kandungan)

239
D. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi yan lahir pada usia 37 – 42

minggu dengan berat badan lahir antara 2500 – 4000 gram. (Jenny J.S

Sondakh, 2013)

1. Asuhan 2 hari bayi baru lahir

Tanggal 16 Agustus 2018

Waktu : 10.00 WIB

a. Subjektif

Pada kasus yang penulis ambil didapat ibu mengatakan

anaknya laki-laki dan bayinya tidak ada keluhan seperti tidak

mau menyusu, demam, sesak nafas, kejang, kuning dan infeksi

tali pusat. Menurut buku Mufdillah pengkajian data bertujuan

untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir dalam uterus ke

kehidupan luar uterus. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan

antara teori dengan kasus.

b. Objektif

Dari data yang didapat penulis dalam pemeriksaan

didapatkan bahwa keadaan umum baik, nadi 135 x/menit, suhu

37,1 C, respirasi 43 x/menit, panjang badan 50 cm, berat badan

3100 gram, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 34 cm.

Pemeriksaan fisik kepala bentuk mesosepal, ubun-ubun tidak

cekung ataupun tidak cekung, sutura tidak saling tumpang

tindih. Muka tidak pucat. mata simetris tidak ikterik tidak

konjungtivis, hidung tidak ada polip, tidak ada secret, tidak ada

240
cuping hidung, mulut/bibir simetris,tidak pucat, tidak ada

stomatitis, tidak ada labiapalatoskisis, telinga simetris, tidak

ada serumen, kulit tidak pucat, tida kering, leher tidak ada

pembesaran abnormal, thoraks anterior tidak ada fraktur

humerus, klavikula. Abdomen anterior tidak ada pembesaran

abnormal, genetalia bersih, testis sudah turun ke skrotum, anus

tidak atresia ani, bersih. Ekstermitas tidak ada

polidaktili/sindaktil, reflex sucking positif, reflex rooting

positif, reflex grasping positif, reflex moro positif, tonic neck

positif, babyskin positif.

Menurut buku Mufdilah pengkajian keadaan fisik bayi

setelah lahir memastikan bayi bahwa dalam keadaan normal

atau mengalami penyimpangan. Dalam hal ini tidak ditemukan

adanya kesenjangan antara teori dengan kasus.

c. Assessment

Bayi Ny. S umur 2 hari lahir spontan jenis kelamin laki-laki

menangis kuat keadaan baik A/S 8-9-10 dengan bayi baru lahir

normal. Menurut buku yang ditulis (Mufdilah) bahwa

melakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis, masalah

dan kebutuhan bayi berdasarkan data yang telah dikumpulkan.

Pada hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus.

d. Planning

Asuhan yang diberikan pada hal ini antara lain :

memberitahu ibu hasil pemeriksaan bayinya bahwa bayinya

241
sehat normal. Normal pada umumnya bayi baru lahir yaitu

berat badan 2500-4000 gram, suhu : 36,8˚C, respirasi 48

x/menit, memberitahu ibu cara merawat tali pusat yang benar

ialah tali pusat dibungkus/ditutupi dengan kassa bersih tanpa

diberi betadine atau obat merah, lalu diganti kassa nya bila

basah/ tiap kali mandi agar tali pusat tetap bersih dan kering

sedingga terhindar dari inspeksi. Memberitahu ibu cara

menjaga kehangatan bayi yaitu dengan cara bayi

diselimuti/dibedong tetapi membedongnya jangan terlalu lama,

jangan berada dekat dengan kipas angin/AC, hindari udara

dingin/diluar rumah terlalu lama, gunakan pakaian bayi yang

mudah keringat. Tiap pagi hendaknya bayi dijemur dibawah

sinar matahari pada jam 07.00-07.30 WIB selama 15 menit saja

agar bayi tetap hangat dan mendapatka vitamin D.

menganjurkan ibu untuk memberikan ASI secara rutin tiap 2

jam sekali atau tiap bayi mengingkinkanya/ jika bayi tidur

hendaknya dibangunkan agar bayi tidak mengalami

dehidrasi/kekurangan cairan, lebih baik jika bayi hanya

diberikan ASI saja tanpa makanan tambahan lainya kecuali

obat, vitamin selama 6 bulan. Memberitahu ibu untuk sering

mengganti popok dan baju bayi jika terkena keringat/basah

karena kulit bayi sangat sensitive dapat menimbulkan ruam

merah/gatel sehingga bayi menjadi rewel. Dalam hal ini tidak

ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan kasus.

242
Menurut JNPK-KR, 2008 BBL sangat rentan terhadap

infeksi microorganism yang terpapar/terkontaminasi selama

proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah

lahir, maka sebelum menangani BBl, pastikan penolong

persalinan dan pemberi asuhan BBL telah melakukan upaya

pencegahan inspeksi.

2. Asuhan 14 hari Bayi Baru Lahir

Tanggal : 28 Agustus 2018

Waktu : 16.00 WIB

a. Subyektif

Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan seperti tidak

mau menyusu, belekan, ruam pada kulit, sesak nafas, demam,

infeksi tali pusat, diare, kejang, kuning, dan lain-lain.

Menurut buku Mufdillah pengkajian data bertujuan

untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir dalam uterus ke

kehidupan luar uterus. Dalam hal ini antara teori dan kasus

tidak ada kesenjangan.

b. Obyektif

Pada hasil pemeriksaan didapat berat badan 3400 gram,

PB 50 cm, nadi 130 x/menit, respirasi 40 x/menit, suhu 36,8˚C,

LIKA/LIDA 33/34 bayi sudah BAB 2 x sehari konsistensi

lembek berwarna hitam kecoklatan dan tidak ada gangguan.

243
Bayi sudah BAK 6 x sehari warna kuning jernih dan tidak ada

gangguan.

Menurut buku Vivian bahwa pernafasan normal pada bayi

baru lahir yaitu 40-60 x/menit, nadi 120 – 160 x/menit, suhu

36,5C. Pada kasus ini tidak ada kesenjangan antara teori

dengan kasus.

c. Assessment

Bayi Ny. S umur 14 hari lahir spontan jenis kelamin

laki-laki menangis kuat keadaan baik A/S 8-9-10 dengan BBL

normal. Menurut buku Mufdillah bahwa melakukan identifikasi

yang benar terhadap diagnosis, masalah dan kebutuhan bayi

berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Pada hal ini tidak

ada kesenjangan antara kasus dengan teori.

d. Planning

Asuhan yang diberikan yaitu memberitahu ibu tentang hasil

pemeriksaan bayinya, memberitahu ibu tanda bahaya bayi baru

lahir, mengingatkan ibu untuk berupaya memberikan ASI

eksklusif, memberitahu ibu untuk sering mengajak, mengobrol

atau komunikasi ke anaknya meskipun anaknya tidak mau

apayang kita bicarakan, agar anak terangsang perkembanganya

dan tidak merasa sendirian. Menganjurkan ibu untuk sering

menjemur tiap pagi hendaknya bayi dijemur dibawah sinar

matahari pada jam 07.00-07.30 WIB selama 15 menit saja agar

bayi tetap hangat dan mendapatka vitamin D. memberitahu ibu

244
untuk datang ke posyandu/kebidan untuk menimbang bayi dan

mengimunisasi bayinya, karena bayi perlu dipantau berat badan

dan harus diimunisasi juga, agar bayi terhindar dari penyakit-

penyakit tertentu pada hal ini tidak ada kesenjangan antara teori

dengan kasus.

Menurut buku Jenny J.S. sondakh, 2013 Bayi Baru lahir

menunjukkan gerakan-gerakan tidak terorganisasi, pengaturan

suhu yang labil, control otot yang buruk, mudah terkejut, dan

tremor pada ekstermitas. Perkembangan neonatus terjadi cepat.

Saat bayi tumbuh, perilaku yang lebih kompleks (misalnya :

control kepala, tersenyum, dan meraih dengan tujuan) akan

berkembang.

245
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. S di

Wilayah Puskesmas Kesamiran Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal Tahun

2018, penulis menggunakan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah

Varney danpada data perkembangan menggunakan manajemen SOAP,

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pada langkah pengumpulan data Ny. S penulis tidak menemukan

kesulitan dalam pengumpulan data baik subyektif maupun obyektif,

karena klien dapat bekerja sama sehingga data dapat diperoleh.

Berdasarkan data yang diperoleh selama kehamilan, persalinan, dan

nifas pada Ny. S secara komprehensif tidak ditemukan kesenjangan

antara teori dan praktik.

2. Pada langkah interprestasi data yang sesuai pada data subyektif dan

obyektif terhadap Ny. S penulis mendapatkan diagnosa selama

kehamilan, persalinan dan nifas pada Ny. S terdapat masalah yaitu ibu

mempunyai Resiko Tinggi Umur > 35 tahun dan Anemia Ringan,

serta pada kebutuhan ibu hamil, bersalin, dan nifas sudah tercukupi

dengan baik dan ibu diberi dukungan mental. Sehingga interprestasi ini

tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik.

246
3. Pada langkah diagnosa potensial terhadap Ny. S terdapat diagnosa

potensial, karena pada saat pemeriksaan kehamilan ditemukan

masalah.

4. Pada langkah ini ditemukan antisipasi penanganan segera karena pada

kasus Ny. S ditemukan diagnosa potensial. Pada kehamilan,

persalinan, dan nifas pada Ny. S. Sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan praktek.

5. Pada langkah perencanaan tindakan yang komprehensif disesuaikan

dengan kondisi Ny. S untuk memberikan KIE. Berdasarkan

perkembangan secara klinis kehamilan, persalinan, dan nifas pada Ny.

S dapat dilakukan rencana tindakan secara menyeluruh dan sesuai teori

yang ada. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik.

6. Pada langkah pelaksanaan asuhan kebidanan secara komprehensif

yang diberikan pada Ny. S adalah asuhan kehamilan normal dengan

dilakukannya dari anamnesa, pemeriksaan inspeksi, palpasi sampai

dengan auskultasi. Persalinan normal dengan menggunakan 60 langkah

dimulai dari mengenali adanya tanda gejala kala II sampai melengkapi

patograf dan sudah dilakukan pemberian asuhan, kunjungan rumah dan

pemeriksaan. Sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan

praktik.

7. Pada langkah ini hasil akhir pada asuhan kebidanan secara

komprehensif, ibu melahirkan dengan selamat dan bayinya juga

selamat berjenis kelamin laki-laki, serta dapat melewati masa nifas

selama 6 minggu post partum dengan normal. Serta tidak ditemukanya

247
kegawatdaruratan pada Ny. S. Sehingga tidak ada kesenjangan antara

teori dengan praktik.

B. Saran

1. Bagi Penulis

Diharapkan supaya penulis dapat lebih banyak belajar dan berlatih

serta meningkatkan pengetahuan, agar mampu menerapkan dan

melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif dan dapat

mengapresiasikan dilahan.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan tenaga kesehatan mampu melakukan/meniningkatkan

mutu pelayanan kebidanan khususnya dalam memberikan asuhan

kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, ibu bersalin, nifas,

dengan kelengkapan sarana dan prasarana yang tersedia, dan mampu

memberikan pelayanan yang lebih cepat dan tepat untuk membantu

mengurangi AKI.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan institusi pendidikan memberikan pengetahuan yang

lebih baik terhadap mahasiswa, serta dapat menambah referensi untuk

pembaca dan penulis selanjutnya.

4. Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat lebih tahu akan pentingnya kesehatan ibu

hamil dan memeriksakan kehamilannya pada tenaga kesehatan serta

memilih tempat persalinan di tenaga kesehatan, agar persalinan dapat

berjalan lancar dan ibu dan bayinya sehat.

248
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono

Prawiroharjo.

Marmi. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Celeban Timur :Pustaka

Pelajar.

http://www.depkes.go.id/Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017 (diakses 21

Oktober 2018).

http://dinkesjatengprov.go.id/Profil kesehatan Jawa tengah Tahun 2017 (diakses

21 Oktober 2018)

http://setda.tegalkab,go.id/Profil Kesehatan Kabupaten Tegal Tahun 2017.

(diakses 23 Oktober 2017)

Tabel 1.1 Data AKI di Puskesmas Kesamiran Kabupaten Tegal Tahun 2017

Yeyeh, R. 2009. Asuhan kebidanan I (Kehamilan). Jakarta : Trans Info Media.

Prawiroharjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono

Prawiroharjo.

Sofian, A. 2012. Sinopsis Obstetri. Buku Kedokteran EGC.

Rukiyah, AY, dkk. 2013. Asuhan kebidanan I (Kehamilan). Jakarta : Trans Info

Media.

Tabel 1.2 Pengukuran tinggi fundus uteri berdasarkan usia kehamilan.

Hani, Ummi dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada kehamilan Fisiologis. Jakarta :

Salemba medika.

Tabel 1.3 jadwal pemberian imunisasi

Tarwoto, Ns, dkk. 2013. Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil Konsep dan

Penatalaksanaan. Jakarta : Trans Info medika.

249
Proverawati, A. 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta : Nuha

Medika.

Betty, M, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP. Buku Kedokteran

EGC.

Pratami, E. 2018. Evidence Based Dalam Kebidanan. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Rohani, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba

medika.

Tabel 1.4 Waktu persalinan

https://www.academia.edu/9704904/60_langkah_APN?auto=downloadTopo, A.

2017

Depkes RI. 2009. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi

(P4K).

Handayani, E. 2016. Asuhan Hoistik Masa Nifas dan Menyusui. Yogyakarta :

Trans Medika.

Tabel 1.5 Kategori Diagnosis Masa Nifas

Ambarawati, E. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dan Menyusui. Salemba

Medika.

Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : Buku

Kedokteran EGC.

Arfiana. 2016. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak PraSekolah. Yogyakarta :

Trans Medika.

250
JPNK-KR. 2008. Asuhan Esenssial Pencegahan dan Penanggulangan Komplikasi

Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-

Kesehatan Reproduksi.

Yulifah, R. 2013. Konsep Kebidanan Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta :

Salemba Medika.

251
252
253
254
255
256
257
258
259
260
261
262
263
DOKUMENTASI

264
JURNAL

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. S UMUR 36


TAHUN G3P2A0 DENGAN RESIKO TINGGI DI PUSKESMAS
KESAMIRAN KECAMATAN TARUB KABUPATEN TEGAL TAHUN
2018
(STUDI KASUS RESIKO UMUR > 35 TAHUN DAN ANEMIA RINGAN)

Qothrunnada nadzifah¹, Istiqomah Dwi Andari ², Ummu Hani ³


Email: nadzifah77@gmail.com¹ˑ²Diploma III Kebidanan, Politeknik Harapan
Bersama Tegal³Puskesmas Kesamiran KabupatenTegal

ABSTRAK
Angka kematian ibu di Kabupaten Tegal pada tahun 2017 sebanyak 126,6
per 100.000 kasus kematian ibu. Pada data yang didapat dari Puskesmas
Kesamiran Kabupaten Tegal pada tahun 2017 terdapat Ibu hamil dengan resiko
tinggi sebanyak 188 kasus, ibu hamil usia <20 dan >35 tahun sebanyak 71 kasus,
menduduki peringkat paling tinggi dibandingkan dengan faktor resiko yang lain.
Adapun resiko yang dapat terjadi pada kehamilan dengan umur >35 tahun
diantaranya hipertensi, preeklamsi, KPD, DM, perdarahan post partum. Tujuan
dilakukannya studi kasus ini adalah dapat melaksanakan asuhan kebidanan
komprehensif pada Ny. S dengan Faktor Resiko Tinggi Umur >35 tahun dan
anemia ringan melalui pendekatan manajemen kebidanan baik Varney dan SOAP
Di Puskesmas Kesamiran Kabupaten Tegal. Tahun 2017.
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus. Subyek penelitian
adalah ibu hamil Ny. S berusia 36 tahun dengan Faktor Resiko Tinggi umur >35
tahun. Data diambil sejak tanggl 31 Juli s/d 08 September 2018. Data diambil
dengan menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi, hasil selama
kehamilan subjek tidak menglami keluhan yang serius.
Saran: Apabila ditemukan kasus yang sama perlu adanya kolaborasi
dengan dokter selama kehamilan sampai nifas, selain itu perlu melibatkan
keluarga selama kehamilan maupun setelah bayi lahir.

265
Kata kunci : Faktor Resiko Tinggi umur >35 tahun dan Anemia
Daftar Pustaka : 25 (2007-2016)
Kasus: Seorang ibu hamil (Ny. S.) usia 36 tahun dengan umur kehamilan 39
minggu GIIIPIIA0 dengan kehamilan faktor resiko tinggi umur >35 tahun dan
anemia ringan, pada saat kehamilan umur ibu sudah terlalu tua yaitu 36
tahun.

PENDAHULUAN
Namun AKI menunjukan penurunan harus di hindari yaitu pada urutan ke
menjadi 305 kematian ibu per 2, terlalu tua kualitas sel telur yang
100.000 KH pada tahun 2015, AKI dihasilkan juga kurang baik. ibu yang
di profinsi Jawa Tengah mengalami hamil pas usia ini mempunyai resiko
penurunan yaitu pada tahun 2016 4 kali lipat dibanding sebelum usia
dari 109,65per 100.000 KH menjadi 35 tahun. kehamilan yang akan
88,05 per 100.000 KH, pada tahun terjadi dapat menyebabkan ibu
2017 penyebab kematianya adalah mengalami komplikasi seperti
Pendarahan (21,26% ), Hipertensi preeklamsia, hipertensi, DM, KPD,
(27,08%), Infeksi (4,82%), Sistem partus lama, plasenta previa,
Peredaran Darah (13,29%), perdarahan serta pada janin bisa
Gangguan Metabolisme (0,33%), dan menimbulkan janin lahir prematur,
lain-lain (33,22%), AKI di kelainan kromosom yang
Kabupaten Tegal pada tahun 2015 menyebabkan keabnormalan dan
terdapat 33 kasus kematian ibu atau dapat pula menyebabkan down
120,8 % per 100.000 KH ini syndrome hingga kematian janin
menunjukan penurunan pada tahun dalam rahim. Faktor resiko umur
2016 sebanyak 27 kasus kematian merupakan salah satu faktor yang
ibu atau 100,3% per 100.000 KH, mempengaruhi terjadinya anemia.
sedangkan AKI dipuskesmas Anemia dalam kehamilan merupakan
kesamiran tahun 2017 tidak terdapat kondisi ibu dengan kadar
kasus kematian ibu.1,2,3 haemoglobin di bawah 11 g% pada
Faktor resiko tinggi umur > 35 tahun trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5
merupakan salah satu dari 4 T yang g% pada trimester 2. Pada ibu hamil

266
anemia juga disebabkan oleh salah Pengumpulan data dilakukan dengan
satu keadaan dimana jumlah erotrosit dilakukan nemnes (wawancara),
yang beredar atau konsentrasi observasi partisipatif (pemeriksaan
haemoglobin menurun sebagai fisik, pemeriksaan penunjang,
akibatnya, ada penurunan observasi perilaku selama penunjang,
transportasi oksigen dari paru-paru observasi perilaku selama kehamilan
ke jaringan.4,8Sudah banyak cara hingga nifas), studi analisis dokumen
untuk menurunkan AKI, namun (KIA, RM, dll). Data yang didapat
hasilnya belum begitu baik, sehingga kemudian didokumentasiakan
pemerintah mengadakan trobosan kedalam laporan asuhan kebidanan
baru yaitu program OSOC.5,9 konprehensif dengan teknik 7
langkah varney yaitu mulai dari
METODE pengumpulan data sampai evaluasi
Penelitian ini menggunakan pada asuhan kebidanan kehamilan
pendekatan studi kasus yaitu dan juga menggunakan sistem
mengkaji kasus kebidanan patoligis. Subyektif, Obyektif, Analisis,
peneliti dalam melakukan penelitian Planning (SOAP).
mengacu pada asuhan kebidanan 7
langkah varney. Kasus penelitian ini HASIL DAN PEMBAHASAN
berfkus pada ibu hamil dengan faktor Penelitian ini dilakukan untuk
resiko tinggi umur >35 tahun dan mengkaji kasus kebidanan patologis
anemia. Subjek saat penelitian dengan tujuan memberikan asuhan
dilakukan memiliki riwayat secara komprehensif sehingga dapat
kehamilan GIIIPIIAο. Asuhan dideteksi secara dini komplikasi
kebidanan dilakukan sejak bulan kehamilan dan dapat segera
September yaitu saat ibu hamil 39 dilakukan penatalaksanaan kasus.
minggu. Peneliti terus melakukan Dari hasil penelitian yang didapatkan
pendampingan selama bahwa ibu berusia 36 tahun hal ini
kehamilan,persalinan,nifas dan bayi kemungkinan disebabkan karna
baru lahir yang berakhir pada kurangnya tingkat pengetahuan ibu
pertengahan bulan S. tentang faktor umur yang ibu miliki
mungkin juga karna pendidikan ibu

267
yang hanya lulusan sekolah dasar, [2]. Dinkes Kabupaten Tegal. 2017.
makin tinggi pendidikan seseorang Angka Kematian Ibu, Angka
makin mudah menerima informasi, Kematian Bayi Kabupaten Tegal.
sehingga makin banyak pula Dinkes Kabupaten Tegal.
pengetahuan yang dimiliki dan [3]. Data Puskesmas Kesamiran.
sebaliknya bila pendidikan yang 2017.
kurang akan menghambat Angka Kematian Ibu dan Angka
perkembangan sikap seseorang Kematian Bayi. Puskesmas
terhadap nilai-nilai baru yang Penusupan.
diperkenalkan. Tingkat pendidikan [4]. Proverawati, A, dkk. 2009. Buku
yang tinggi akan mempermudah Ajar
seseorang menerima informasi, Gizi Untuk Kebidanan.
sehingga makin banyak pula Yogyakarta:
pengetahuan yang dimiliki.10 Nuha Medika.
[5]. Manuaba, Ide Bagus. 2010. Ilmu
KESIMPULAN Kebidanan, Penyakit
Dari hasil penelitian yang telah Kandungan, dan
dilakukan penulis mendapatkan KB. Jakarta: EGC.
gambaran dan pengalaman secara [6]. Fadlun, dkk. 2010. Asuhan
nyata tentang pemberian asuhan Kebidanan
kebidanan bahwa Ny.S. umur 36 Patologis. Jakarta: Salemba
tahun GIIIPIIA0 hamil 39 minguu Medika.
lebih tidak ada kesenjangan antara [7]. Provinsi Jawa Tengah. 2015.
teori dan kasus. Buku
Daftar Pustaka Pedoman Osoc. Provinsi Jawa
[1]. Dinkes Provisi Jateng. 2017. Tengah.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa [8].
Tengah.http://www.dinkesjatengprof. http://www.google.co.id/amp/s/tenta
co.id/dokumen/profil/prof/2017/RAR ngk
%20V1%2020.11.pdf.Akses:28/03/2 .com/2012/04/25/tiga-terlambat-
018. dan

268
empat-
terlalu/amp.Akses:12/03/2018
[9]. Provinsi Jawa Tengah. 2015.
Buku
Pedoman Osoc. Provinsi Jawa
Tengah.
[10]. Kepmenkes RI. Buku Saku
Pelayanan
Kesehatan Neonatal Esensial.
Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI;
2010.
[11].Nurhayati, dkk. 2012. Konsep
Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.
[12].Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu
kebidanan. Jakarta : PT Bina
Pustaka
Sarwono Prawirohadjo.

269

Anda mungkin juga menyukai