Anda di halaman 1dari 14

Dzil Arsyi Sabila

240210160073
Kelompok 2B
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Kemasan plastik saat ini mendominasi industri makanan di Indonesia,


menggeser penggunaan kemasan logam dan gelas. Hal ini disebabkan karena
kelebihan dari kemasan plastik yang ringan, fleksibel, multiguna, kuat, tidak bereaksi,
tidak berkarat dan bersifat termoplastis, dapat diberi warna dan harganya yang murah.
Kelemahan dari plastik karena ada sifat monomer dan molekul kecil dari plastik yang
mungkin bermigrasi kedalam bahan pangan yang dikemas.
Plastik adalah polimer rantai panjang dari atom yang mengikat satu sama lain.
Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang atau monomer. Istilah plastik
mencakup produk polimerisasi sintetik atau semi sintetik, namun ada beberapa
polimer alami termasuk plastik. Plastik terbentuk dari kondensasi organik atau
penambahan polimer dan bisa juga terjadi zat lain untuk meningkatkan peforma atau
ekonomis (Azizah, 2009). Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan uji nyala,
uji terpentin dan sifat kimia terhadap kemasan plastik.

4.1 Uji Nyala


Plastik merupakan senyawa polimer tinggi yang dicetak dalam lembaran-
lembaran dan mempunyai ketebalan yang berbeda-beda. Plastik dibuat dari resin baik
alami ataupun sintetik yang tersusun dari banyak monomer yaitu rantai paling
pendek, sehingga terbentuk suatu polimer. Plastik dapat diklasifikasikan menjadi 2
jenis berdasarkan struktur kimia, yaitu linier bila monomer membentuk rantai polimer
yang lurus, dan jaringan 3 dimensi bila monomer berbentuk 3 dimensi akibat
polimerisasi berantai.
Syarief et al. (1989) membagi plastik menjadi dua berdasarkan sifat-sifatnya
terhadap perubahan suhu, yaitu:
1. Termoplastik: merupakan jenis plastik yang dapat meleleh pada suhu tertentu,
melekat mengikuti perubahan suhu dan mempunyai sifat dapat balik (reversibel)
kepada sifat aslinya. Proses pemanasan akan membuat plastik ini kembali
mengeras bila didinginkan. Jenis plastik thermoplast antara lain: PE, PP, PS,
ABS, SAN, nylon, PET, BPT, Polyacetal (POM), PC dan lain-lain.
Dzil Arsyi Sabila
240210160073
Kelompok 2B
2. Termoset : tidak dapat mengikuti perubahan suhu (irreversibel). Plastik
thermoset adalah plastik yang apabila telah mengalami kondisi tertentu tidak
dapat dicetak kembali karena bangun polimernya berbentuk jaringan tiga
dimensi. Jenis plastik ini tidak dapat dilunakkan kembali, setelah proses
pengerasan. Proses pemanasan yang tinggi akan membentuk arang dan terurai
pada jenis plastik ini. Jenis-jenis plastik termoset antara lain: PU (Poly
Urethene), UF (Urea Formaldehyde), MF (Melamine Formaldehyde),
polyester, epoksi dan lain-lain.
Uji bakar plastik merupakan suatu bentuk pengujian yang dapat digunakan
untuk mengidentifikasi jenis polimer dari suatu plastik dengan pembakaran plastik
pada nyala api, warna api, pembentukan asap, warna asap dan bau saat terbakar. Pada
praktikum kali ini, praktikan menggunakan 5 jenis plastik, diantaranya yaitu plastik
PET, plastik biodegradable, plastik PP, plastik PE dan plastik HDPE. Kemudahan
terbakar dari pengemas tergantung dari ketebalan bahan yang digunakan untuk
mengemas suatu bahan. Hasil pengamatan terhadap uji nyala/uji bakar dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Nyala
Plastik PET biodegradable Plastik PP Plastik PE Plastik
HDPE
Kemudahan Mudah ++ Tidak mudah Mudah Mudah ++ Mudah
menyala
Bau Kimia Gosong Gosong + Gosong ++ Gosong
Kemampuan Cepat Cepat Agak lama Agak lama Agak lama
padam
Warna nyala Merah Biru merah Merah Merah Orange
api merah
Kelakuan Menggulung Menggulung Menggulung Menggulung Menggulung
bahan sangat cepat +++ +++ +++
+++
Gambar

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)


Dzil Arsyi Sabila
240210160073
Kelompok 2B
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa jenis plastik PET
mudah menyala, memiliki bau kimia menyengat, cepat padam, warna nyala api merah
serta memiliki kelakuan bahan yaitu menggulung sangat cepat ketika dibakar.
PE/PET (polyethylene terephthalate) merupakan film yang lunak, transparan dan
fleksibel, mempunyai kekuatan benturan serta kekuatan sobek yang baik.
Berdasarkan sifat fisiknya bahan PE dapat didaur ulang dengan mudah. Proses
pemanasan pada suhu 1100C terhadap plastik jenis ini akan menjadikan plastik jenis
ini lunak dan mencair. Berdasarkan sifat permeabilitasnya yang rendah serta sifat-
sifat mekaniknya yang baik, polietilen mampu memiliki ketebalan 0.001 sampai 0.01
inchi (Nurminah, 2002).
Berdasarkan hasil pengamatan jenis plastik biodegradable tidak mudah
menyala, memiliki bau gosong menyengat, cepat padam, warna nyala api biru merah
serta memiliki kelakuan bahan yaitu menggulung. Bioplastik atau plastik
biodegradable adalah plastik yang dapat digunakan layaknya pada
plastik konvensional, namun akan hancur terurai oleh aktifitas mikroorganisme
menjadihasil akhir berupa air da gas karbondioksida setelah habis terpakai dan
dibuang kelingkungan tanpa meninggalkan sisa yang beracun. Karena sifatnya yang
dapatkembali ke alam, maka plastik biodegradable merupakan bahan plastik
yangramah lingkungan (Worldcentric, 2009; Pranamuda H, 2009).
Berdasarkan hasil pengamatan jenis plastik PP mudah menyala, memiliki bau
lebih gosong menyengat dari plastik biodegradable dan plastik HDPE, kemampuan
padam agak lama, warna nyala api merah serta memiliki kelakuan bahan yaitu
menggulung lebih cepat daripada plastik biodegradable ketika dibakar. Jenis plastik
PE mudah menyala, memiliki bau lebih gosong menyengat dari jenis plastik lainnya,
kemampuan padam agak lama, warna nyala api merah serta memiliki kelakuan bahan
yaitu menggulung.
Berdasarkan hasil pengamata jenis plastik HDPE mudah menyala, memiliki
bau gosong, lambat dalam merambat, warna nyala api orange merah serta memiliki
kelakuan bahan yaitu menggulung cepat ketika dibakar. HDPE merupakan polietilen
dengan jumlah rantai cabang yang lebih sedikit dibandingkan dengan PE. Rantai
Dzil Arsyi Sabila
240210160073
Kelompok 2B
cabang yang lebih sedikit ini membuat plastik HDPE memiliki sifat bahan yang lebih
kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Ikatan hidrogen antar
molekul yang berada pada plastik ini juga berperan dalam menentukan titik leleh
plastik (Harper, 1975). HDPE memiliki titik leleh yang cukup tinggi, oleh karena
sifatnya ini HDPE sering digunakan pada kemasan untuk botol susu, tupperware,
galon air minum, kursi lipat, kemasan deterjen, kemasan susu.
Kecepatan rambat nyala api dari bahan pengemas tergantung dari kerapatan
unsur penyusun plastik tersebut. Plastik kerupuk, sangkek putih, cup merupakan
kemasan dengan kerapatan penyusun rendah sehingga sangat mudah sobek dan
kecepatan rambat nyala api tinggi. Kemasan yang kecepatan rambatnya sedang atau
lambat memiliki kerapatan yang baik sehingga tidak mudah pecah atau sobek.
Warna nyala api dari bahan praktikum yaitu warna jingga dan biru jingga.jika
warna api biru artinya plastik mengandung senyawa Halogen. Pembentukan asap
terjadi pada semua kemasan, hal ini berpengaruh terhadap ketebalan serta jumlah
komposisi plastik itu sendiri. Hal ini juga berpengaruh terhadap warna asap dan bau.

4.2 Uji Terpentine


Praktikum selanjutnya dilakukan pengujian ketahanan kertas terhadap minyak
yang disebut juga sebagai terpentine test. Pengujian terpentine test ini untuk
membedakan daya penetrasi minyak dari masing-masing bahan pengemas untuk
mengemas dan menentukan kertas mana yang lebih tahan terhadap minyak dan
lemak. Daya penetrasi lemak pada kertas adalah kemampuan minyak untuk dapat
melewati dan mengisi bagian pori-pori kertas. Pengertian penetrasi adalah besaran
yang menyatakan sifat penyerapan kertas dan karton terhadap zat cair standar,
dihitung berdasarkan kebalikan panjang hasil jalur cetakan pada pengujian,
dinyatakan dalam satuan 1000/nm, yang diukur menggunakan alat uji cetak IGT pada
kondisi standar. (Anonim, 2007).
Pada uji terpentine test tersebut, digunakan kertas stensil atau kertas buram.
Tujuan penggunaan kertas stensil ini yaitu sebagai indicator untuk melihat tembusnya
minyak pada kertas agar terlihat jelas. Jika tidak menggunakan kertas stensil, minyak
Dzil Arsyi Sabila
240210160073
Kelompok 2B
akan langsung tembus pada gelas kaca dan kemungkinan hal ini tidak akan terlihat
jelas. Oleh karena itulah, digunakan kertas stensil agar tembusnya minyak pada kertas
terlihat jelas.
Selain menggunakan kertas stensil, pada uji ini juga menggunakan pasir
kuarsa. Pasir kuarsa bersifat halus dan tidak menyerap minyak. Berdasarkan sifat-
sifat itulah, maka pada uji terpentine test ini digunakan pasir kuarsa yang dapat dicuci
ulang setelah selesai pemakaian. Tujuan penggunaan pasir kuarsa ini yaitu sebagai
penghambat agar minyak tidak langsung menyerap pada kertas, tetapi minyak
tersebut harus melewati butiran-butiran pasir kuarsa terlebih dahulu sehingga dapat
dihitung waktu penetrasinya. Bahan pengemas yang diuji yaitu kertas minyak dan
kertas roti, hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2. Hasil Pengamatan Tabel 3. Hasil Pengamatan Terpentine
Terpentine Test kertas roti Test kertas Minyak
Kelompok Waktu Penetrasi Kelompok Waktu Penetrasi
1 > 1 jam 6 2 menit 58 detik
2 > 1 jam 7 2 menit 11 detik
3 > 1 jam 15 menit 8 1 menit 18 detik
4 > 1 jam 9 1 menit 41 detik
5 > 1 jam 10 1 menit 10 detik
Rata-rata 1 jam Rata-rata 1 menit 50 detik
Maks > 1 jam 15 menit Maks 2 menit 58 detik
Min 1 jam Min 2 menit 58 detik
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019) (sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)

Berdasarkan hasil pengamatan pada kertas roti didapatkan rata-rata waktu


penetrasi yaitu 1 jam, dengan memiliki waktu penetrasi maksimal lebih dari 1 jam
menit dan minimalnya lebih dari 1 jam 15 menit. Sedangkan pada kertas minyak
didapatkan rata-rata waktu penetrasi yaitu 1 menit 50 detik, dengan nilai waktu
penetrasi maksimal yaitu 1 menit 10 detik dan nilai minimal yaitu 2 menit 58 detik.
Kertas minyak atau glasin mempunyai permukaan kertas seperti gelas,
transparan, tahan terhadap penetrasi lemak dan minyak, tetapi tidak kedap air. Kertas
glasin biasanya digunakan juga untuk mengemas ikan, permen, mentega, keju dan
produk-produk makanan yang berlemak. Kertas minyak bisa tahan terhadap minyak
karena dibuat dengan proses sulfat sehingga tahan terhadap minyak. Selain proses
Dzil Arsyi Sabila
240210160073
Kelompok 2B
sulfat, terdapat juga proses sizing dalam pembuatan kertas minyak ini, yaitu
penambahan sizer yang merupakan bahan yang memberikan resistensi terhadap air.
Proses ini memberikan ketahanan terhadap air pada kertas ini. Pemberian sizer dalam
pembuatan kertas ini dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Internal sizer merupakan proses untuk memberikan ketahanan penetrasi cairan
pada kertas dengan memberikan bahan tambahan internal yang basah.
2. Surface sizer umumnya merupakan penggunaan bahan berselaput tipis seperti
tepung, getah dan polimer sintetis.
Sizer akan mengubah sifat hidrofilik selulosa yang terkandung di dalam kertas
menjadi bersifat hidrofobik. Seperti kita ketahui bahwa selulosa dalam kertas terdiri
dari serat selulosa yang bersifat hidrofilik. Hal ini selanjutnya mengurangi
kemampuan menyerap air pada kertas.
Kertas roti mempunyai permukaan lebih kasar, agak berongga dan sedikit
berserat dibandingkan kertas minyak, disebabkan karena bahan baku pembuatannya
yang berbeda. Kertas ini sangat mudah sekali menyerap minyak dan lemak. Biasanya
digunakan untuk proses pengolahan dalam pembuatan kue ataupun roti, atau dalam
pengolahan pangan yang lainnya. Ternyata kertas roti lebih tahan terhadap minyak
dibandingkan kertas minyak. Hal ini jelas terlihat pada waktu perembesan minyak
yang lebih lama pada kertas roti.
Sehingga didapatkan waktu penetrasi terpentin (ketahanan kertas terhadap
minyak) kertas minyak lebih cepat daripada kertas roti. Dari hasil pengamatan diatas
didapat bahwa kertas roti paling lama menyerap minyak terpentine, sedangkan kertas
minyak paling cepat. Perbedaan yang jauh ini karena perbedaan kertas yang
signifikan walaupun terlihat serupa. Kertas roti lebih tebal daripada kertas minyak
dan seratnya pun lebih kasar dibandingkan dengan kertas minyak sehingga
penyerapannya pun lebih lambat dibandingkan kertas minyak. Pada kertas minyak
yang lebih tipis dan pori-porinya lebih kecil sehingga menyebabkan minyak mudah
menyerap. Hal ini kemungkinan terjadi karena pada kertas roti tersebut,
permukaannya kasar dan agak tebal sehingga dapat menghambat tembusnya minyak
pada kertas stensil. Selain itu, mungkin juga hal ini terjadi karena kesalahan pada saat
Dzil Arsyi Sabila
240210160073
Kelompok 2B
menuangkan pasir ke dalam tube, misalnya terlalu padat (dipadatkan) sehingga dapat
menghambat tembusnya minyak pada kertas roti tersebut.
Menurut teori, adanya perbedaan ini mungkin disebabkan karena ada
perbedaan metode sizing (sizer). Sizing umumnya digunakan untuk memberikan
ketahanan resistensi air (Saltman, 1991). Menurut Casey (1981) sizer adalah bahan
penolong yang ditambahkan sebelum atau sesudah pembentukan lembaran kertas
yang ditujukan terutama untuk meningkatkan ketahanan kertas terhadap cairan.
Menurut Casey (1981) berdasarkan pemberian sizer dapat dibedakan dua macam,
yaitu internal sizer dan surface sizer. Internal sizer merupakan proses untuk
memberikan ketahanan penetrasi cairan pada kertas dengan memberikan bahan
tambahan internal yang basah. Surface sizer umumnya merupakan penggunaan bahan
berselaput tipis seperti tepung, getah dan polimer sintetis
Sifat daya serap air dipengaruhi oleh sizer dan filler. Sizer akan mengubah
sifat hidrofilik selulosa menjadi hidrofobik sehingga kemampuan penyerapan airnya
akan berkurang. Untuk melindungi kepentingan konsumen juga untuk pengawasan
proses dan pengendalian mutu bagi produsen kertas maka diperlukan batas
maksimum berat air yang terserap selama 45 detik untuk kertas yang bergramatur 45
g/m2 standar pabrik sebesar 25 g/m2 dengan toleransi maksimum hingga 27 g/m2
(Andriana, 1998).
Surface sizer merupakan proses untuk memberikan ketahanan penetrasi cairan
pada kertas dengan penggunaan bahan berselaput tipis seperti tepung, getah dan
polimer sintetis. Oleh karena itu, kertas minyak dan roti memiliki daya tahan minyak
yang lebih baik dibanding kertas lainnya.

4.3 Sifat Kimia Pada Kemasan Plastik

Sifat plastik adalah kuat, ringan, tidak berkarat, bersifat termoplastis


(direkatkan melalui panas), dapat diberi label atau cetakan dengan berbagai kreasi,
mudah diubah bentuknya, dan dapat digunakan dalam bentuk tunggal komposit atau
multilapis dengan hampir semua jenis bahan lain seperti karton, kertas, plastik dan
lainnya yang disebut sebagai proses laminasi. (Herudiyanto,M.S. 2008).
Dzil Arsyi Sabila
240210160073
Kelompok 2B
Pada praktikum selanjutnya dilakukan uji sifat kimia bahan kemasan. Pengujian
dilakukan dengan bahan kemasan plastik yang dicelupkan ke dalam berbagai jenis larutan. Bahan
kemasan plastik yang digunakan adalah PP, PE, PET, biodegradable dan HDPE.
Larutan yang digunakan adalah minyak, H2O2, HCl, NaOH, larutan sabun, dan asam sitrat.
Setiap sampel plastik ditimbang, kemudian dicelupkan ke dalam masing-masing
larutan. Setelah itu, dilakukan pengamatan pada hari ke 2. Amati perubahan berat setiap
sampel plastik. Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4. Sifat Kimia Bahan Pengemas
Jenis
Kel. Jenis Bahan Wawal Wakhir Perubahan %Perubahan
Plastik
Minyak 0,0293 0,0299 Bening 2,05%
H2O2 0,0362 0,0368 Bening 1,66%
HCl 0,0339 0,0349 Bening 2,95%
1 PP NaOH 0,0299 0,0304 Bening 1,67%
Sabun 0,0285 0,0292 Bening 2,46%
Asam
0,0284 0,0305 Bening 7,39%
Sitrat
Bening,
Minyak 0,0148 0,0172 16,22%
elastis +
Bening,
H2O2 0,0176 0,0182 3,41%
elastis +
Bening,
HCl 0,0119 0,0169 42,02%
elastis ++
2 PE
Bening,
NaOH 0,0133 0,0141 6,02%
elastis ++
Bening,
Sabun 0,0144 0,0154 6,94%
elastis +
Asam Bening,
0,0116 0,0148 27,59%
Sitrat elastis +
Bening,
Minyak 0,1131 0,1523 34,66%
elastis +
H2O2 0,1290 0,1354 Bening 4,96%
Bening,
HCl 0,0906 0,0953 5, 19%
3 PET elastis +
NaOH 0,1025 0,1160 Bening 13,17%
Sabun 0,0939 0,0981 Bening 4,47%
Asam
0,1129 0,0953 Bening -15,59%
Sitrat
Buram dan
5 Biodegradable Minyak 0,0128 0,0127 -0,79%
berminyak
Dzil Arsyi Sabila
240210160073
Kelompok 2B
Jenis
Kel. Jenis Bahan Wawal Wakhir Perubahan %Perubahan
Plastik
Buram dan
sedikit
H2O2 0,0127 0,0123 -3,15%
lebih kesat,
lebih rapuh
Buram,
HCl 0.0133 0,0121 -9,02%
lebih rapuh
Buram,
NaOH 0,0124 0,0126 1,61%
lebih rapuh
Buram dan
Sabun 0,0112 0,0134 10,71%
licin
Asam Buram,
0,0112 0,0122 8,93%
Sitrat tidak rapuh
Minyak 0,0353 0,0506 Bening ++ 43,34%
H2O2 0,0031 0,0034 Bening 9,68%
Bening,
HCl 0,0351 0,0354
lebih halus 0,85%
9 HDPE
NaOH 0,0338 0,0338 Bening 0%
Sabun 0,0353 0,0418 Bening 18,41%
Asam
0,0338 0,0358 Bening
Sitrat 5,92%
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)

Pengujian sampel dengan menggunakan keeenam larutan ini karena mewakili


beberapa jenis senyawa kimia pada bahan pangan yang sering berhubungan dengan
kemasan plastik pada saat pengemasan, yaitu sabun yang merupakan pelarut organik,
asam sitrat yang bersifat asam, HCl yang bersifat asam lebih kuat, NaOH yang
bersifat basa, H2O2 yang bersifat atau berperan sebagai oksidator, serta minyak yang
bersifat berlemak. Adannya perubahan pada berat seperti penurunan atau kenaikkan
berat yang terjadi dapat menunjukkan tingkat kelarutan kemasan plastik terhadap
berbagai senyawa kimia atau dapat meresapnya suatu larutan ke dalam suatu kemasan
plastik.
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat terlihat bahwa PP mengalami kelarutan
dan penambahan berat pada senyawa minyak, H2O2, HCl, NaOH, larutan sabun, dan
asam sitrat sehingga dapat dikatakan stabil dan memiliki ketahanan yang cukup baik.
Hasil ini tidak sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa PP memiliki
ketahanan oksidasi yang rendah. Secara umum sifat-sifat polipropilen hambir sama
Dzil Arsyi Sabila
240210160073
Kelompok 2B
dengan polietilene. Masa jenisnya rendah (0,90-0,92). Termasuk kelompok yang
paling ringan diantara bahan polimer. Dapat terbakar kalau dinyalakan. Dibandingkan
dengan polietilen masa jenis tinggi titik lunaknya tinggi sekali (170 ºC), kekuatan
tarik, kekuatan lentur dan kekakuannya lebih tinggi, tetapi ketahanan impaknya
rendah terutama pada temperatur rendah. Sifat tembus cahayanya pada pencetakan
lebih baik dari pada polietilen dengan permukaan yang mengkilap, penyusutannya
pada pencetakan kecil, penampilan dan ketelitian dimensinya lebih baik. Ketahanan
kimianya kira-kira sama bahkan lebih baik dari pada polietilen masa jenis tinggi.
Molekul polipropilen mengandung atom karbon tertier dengan gugus metil rantai
utama. Atom hidrogen terikat pada atom karbon tertier yang mudah bereaksi dengan
oksigen dan ozon yang menyebabkan ketahanan oksidasinya lebih kecil dari pada polietilen.
Dilain pihak karena temperatur pengolahan lebih tinggi daripada polietilen, oksidasi
harus dicegah. Fenol alkil dipakai sebagai antioksidasi yang dikombinasikan dengan
senyawa belerang organik atau senyawa amin (Suyitno, 1990).
Berdasarkan hasil pengamatan, pada kemasan PE juga mengalami
penambahan berat pada semua senyawa yang diujikan. Kenaikan tersebut disebabkan
adanya larutan yang terserap oleh plastik. Kenaikan berat terbesar terdapat pada
kemasan PE yang dicelupkan pada NaOH, dan kenaikan berat terkecil terdapat pada
kemasan PE yang dicelupkan ke dalam H2O2.
Berdasarkan hasil pengamatan kemasan PET mengalami penambahan berat
pada semua senyawa yang diujikan. Kenaikan tersebut disebabkan adanya larutan
yang terserap oleh plastik. Kenaikan berat terbesar terdapat pada kemasan PET yang
dicelupkan pada minyak, dan kenaikan berat terkecil atau bahkan mengalami
penurunan berat terdapat pada kemasan PET yang dicelupkan ke dalam asam sitrat.
Kemasan biodegradable juga mengalami penambahan berat pada semua senyawa
yang diujikan. Kenaikan tersebut disebabkan adanya larutan yang terserap oleh
plastik. Kenaikan berat terbesar terdapat pada kemasan biodegradable yang
dicelupkan pada sabun, dan kenaikan berat terkecil atau bahkan mengalami
penurunan berat terdapat pada kemasan biodegradable yang dicelupkan ke dalam
HCl.
Dzil Arsyi Sabila
240210160073
Kelompok 2B
kemasan HDPE juga mengalami penambahan berat pada semua senyawa yang
diujikan. Kenaikan tersebut disebabkan adanya larutan yang terserap oleh plastik.
Kenaikan berat terbesar terdapat pada kemasan HDPE yang dicelupkan pada minyak,
dan kenaikan berat terkecil terdapat pada kemasan HDPE yang dicelupkan ke dalam
NaOH. Pada kemasan HDPE yang dicelupkan ke dalam NaOH tidak mengalami
penambahan berat, hal tersebut menunjukkan bahwa tidak adanya reaksi antara
sampel plastik dengan larutan. Plastik HDPE mengalami peningkatan 43,34% lebih
besar dari berat awal pada minyak. Hal tersebut dapat menandakan bahwa
plastik HDPE sangat baik untuk mengemas bahan pangan yang berminyak karena
dapat mengurangi kandungan minyak yang berlebihan. Seperti yang kita ketahui,
kelebihan minyak pada bahan pangan akan mengakibatkan kerusakan seperti
timbulnya bau tengik. Setiap sampel yang menyerap suatu larutan, berarti dapat
membantu perpenjangan umur simpan dari bahan pangan terhadap pelarut tersebut.
Selain HDPE, plastik yang baik digunakan untuk mengemas bahan pangan
berminyak adalah LDPE (pada umumnya digunakan untuk mengemas gorengan).
Plastik HDPE merupakan plastik yang memiliki tekstur keras, sangat lentur, buram
dan permuakaannya halus. Apabila membandingkan persentase perubahan sampel
yang sama namun dengan pelarut yang berbeda. Dalam artian, HDPE mampu
melindungi produk dari kerusakan akibat pengaruh asam pengoksidasi dan minyak.
Plastik PET merupakan plastik yang memiliki tekstur keras, kaku, permukaannya
bergelombang dan bening. Apabila membandingkan persentase perubahan sampel
yang sama namun dengan pelarut yang berbeda, didapatkan bahwa plastik HDPE
lebih baik dalam menyerap minyak goreng maupun peroksida. Dalam artian, HDPE
mampu melindungi produk dari kerusakan akibat pengaruh pegoksidasi (H2O2).
Selain HDPE, plastik PP juga mampu melindungi bahan pangan dari
kerusakan akibat bahan kimia yang bersifat basa. Selain mengalami perubahan berat,
plastik juga mengalami perubahan kebeningan dan tekstur. Pada sampel yang
direndam kedalam minyak menunjukkan adanya peningkatan kebeningan.
Dzil Arsyi Sabila
240210160073
Kelompok 2B
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah :
1. Plastik biodegradable tidak mudah menyala ketika didekatkan dengan
nyala api dibandingkan plastik yang lain, serta memiliki warna nyala
yang berbeda dibandingkan dengan plastik lain yaitu berwarna biru
merah.
2. Hasil pengamatan kertas minyak, rata-rata waktu penetrasi selama 1
menit 50 detik dengan waktu penetrasi maksimum 1 menit 10 detik dan
waktu penetrasi minimum 2 menit 58 detik.
3. Hasil pengamatan kertas roti, rata-rata waktu penetrasi selama 1 jam
dengan waktu penetrasi maksimum lebih dari 1 jam dan waktu penetrasi
minimum lebih dari 1 jam 15 menit.
4. Berdasarkan sifat kimianya, plastik HDPE cocok untuk produk pangan
yang mengandung minyak/lemak berlebih.

5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya jika dilakukan pengujian terhadap
kemasan baik kertas, plastik atau kemasan lainnya, praktikan memahami terlebih
dahulu prosedur pengujian dan tujuan dari pengujian tersebut dilakukan, hingga jika
sudah mencapai batas yang diinginkan sebagai parameter pengujian, praktikan dapat
menghentikan pengujian.
Dzil Arsyi Sabila
240210160073
Kelompok 2B
DAFTAR PUSTAKA

Anonima. 2007. Kertas. Available at: http://id.wikipedia.org/wiki/kertas [diakses pada


tanggal 13 April 2019]

ASTM Standards, 1963, ASTM D 422-63, Standard Test Method for Particle-Size
Analysis of Soils, v.63

Azizah. Plastik www.wikipedia.org diakses pada tanggal 13 April 2019.

Budiawan, R.N. 2004. Ekses Bahan Kemasan terhadap Kesehatan dan Lingkungan.
Di dalam: Prosiding Lokakarya Wadah Pangan. Direktorat Standardisasi
Produk Pangan BPPOM, Jakarta

Casey, J.P. 1961. Pulp and Paper, vol.II Second Ed. International Publisher Inc.
NewYork

Casey,J.P.1981.Pulp and Paper : Chemistry and Chemical Technology, Vol Iand III,
3nd ed. Jhon Wiley4 sons. New York.

Coppen, P.P 1983. The use of antioxidant. Di dalam: J.C. Allen dan R.J Hamilton,
editor. Rancidity in Foods. Applied Science Publishers, London

Erliza dan Sutedja. 1987. Pengantar Pengemasan. Laboratorium Pengemasan,


Jurusan TIP. IPB. Bogor

Harper. 1975. Hand Book of Plastic and Elastomer, Westing House Electric
Coorporation Baltimore, Marryland.

Herudiyanto, M. 2008. Pengemasan. Bandung: Fakultas Teknologi Pertanian,


Universitas Padjajaran.

McCort-Tipton, M. and R.L. Pesselman. 1999. What Simulant is Right for My


Intended End Use?. In: Food Packaging. Testing Methods and Applications.
(S.J. Risch, ed.). American Chemical Society, Washington DC.

Nurminah. Mimi. 2002. Penelitian Berbagai Bahan Kemasan Plastic dan Kertas serta
Pengaruhnya Terhadap Bahan yang Dikemas. Fakultas Pertanian Jurusan
Teknologi Pertanian. Universitas Sumatera Utara.
Dzil Arsyi Sabila
240210160073
Kelompok 2B
Pratiwi, Retno. 2010. Pengembangan Metode Penentuan Kadar DEHP dan Analisis
Migrasi DEHP ke Dalam Simulan Pangan di Pusat Riset Obat dan Makanan,
BADAN POM RI. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Pranamuda, H. 2009. Plastik Biodegradable. Hasil Penelitian dari BPPT.

Suyitno. 1990. Bahan-Bahan Pengemas. Yogyakarta: PAU, UGM.

Syarief R, dkk. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Bogor: Laboratorium


Rekayasa Proses Pangan Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut
Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai