Anda di halaman 1dari 19

Kathan Ruth Inessa

240210140096
Kelompok 7B

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


Praktikum pengemasan kali ini akan membahas mengenai identifikasi
kemasan plastik. Plastik merupakan salah satu jenis pengemas yang sering di
pakai untuk mengemas bahan pangan. Bahan utama membuat plastik adalah resin.
Resin alami diantaranya damar, oleoresin, terpentin dan lain-lain. Sedangkan
bahan resin sintetik adalah poloetilena, polipropilena, poli vinil chlorida dan lain-
lain. Pengemasan merupakan suatu cara atau perlakuan pengamanan terhadap
makanan atau bahan pangan, agar makanan atau bahan pangan baik yang belum
diolah maupun yang telah mengalami pengolahan, dapat sampai ke tangan
konsumen dengan selamat, secara kuantitas maupun kualitas. (Herudiyanto,
2008).
Kemasan plastik saat ini memegang peranan penting dalam industri
pengemasan. Sifat-sifat plastik antara lain tembus pandang (clarity), kaku
(stiffness), permeabel terhadap gas, tahan terhadap benturan/gesekan (Marr-
resistance), dapat dilengkungkan/dibengkokkan, tahan terhadap benturan, tahan
terhadap sobekan, dan tahan terhadap tegangan. (Syarief, 1989)
Kemasan plastik memiliki kelebihan dibandingkan dengan kemasan lain
diantaranya:
- Luwes (mudah dibentuk)
- Mempunyai adaptasi yang tinggi terhadap produk
- Tidak korosif seperti wadah logam
- Mudah dalam penanganan
Sedangkan kelemahan dari plastik adalah:
- Tidak tahan panas
- Dapat mencemari produk akibat monomer yang termigrasi oleh panas dari
bahan pangan
- Bermasalah pada lingkungan karena sulit untuk dihancurkan (non
biodegradable)
Penggunaan plastik untuk kemasan makanan cukup menarik karena sifat-
sifatnya yang menguntungkan. Didalam perdagangan dikenal plastik untuk
kemasan pangan (food grade) dan kemasan untuk bahan bukan pangan (non-food
Kathan Ruth Inessa
240210140096
Kelompok 7B

grade). Karena itu perlu hati-hati dalam memilih jenis plastik untuk kemasan
makanan agar terhindar dari kemungkinan adanya gangguan bagi plastik.
Dalam praktikum kali ini akan mengidentifikasi berbagai macam kemasan
plastik yang biasa digunakan untuk mengemas bahan pangan dengan karakteristik
yang berbeda-beda sesuai dengan sifat pengemas plastik tersebut, mengukur
ketebalannya, mengukur beratnya, menghitung massa jenisnya, dan pengujian
nyala api pada kemasan plastik . Sampel yag digunakan adalah plastik PP , PE,
HDPE, PET ,PVC , dan Styrofoam.

4.1 Pengenalan Berbagai Jenis Plastik


Setiap jenis plastik memiliki ciri khas dan sifat-sifat tersendiri. Perbedaan
sifat yang dimiliki oleh plastik mempengaruhi bahan pangan yang dikemas. Sifat
permeabilitas plastik terhadap uap air dan udara menyebabkan plastik mampu
berperan memodifikasi ruang kemas selama penyimpanan (Winarno, 1987). Ryall
dan Lipton (1972) menambahkan bahwa plastik juga merupakan jenis kemasan
yang dapat menarik selera konsumen. Berikut jenis-jenis plastik yang umum
digunakan untuk bahan pangan dan sifat-sifatnya:
Tabel 1. Deskripsi Jenis Kemasan Plastik
Kode Jenis kertas Deskripsi
A PP Warna putih, halus, transparan, tipis, dan lentur.
Lebih halus dan lebih tipis dibanding plastik PP,
B PE
transparan, lentur
C HDPE Licin, buram, kaku, lebih tebal dari plastik PP, dan PE
D PS Tebal, kaku, tidak transparan, keras, mudah patah
Lebih tipis dibandingkan dengan PET, transparan
E PVC
cukup lentur, halus
F PET Kaku, transparan, tebal, keras
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017)
4.1.1. PP (Polypropylene)
Plastik dengan kode A merupakan jenis plastik PP. PP (Polypropylene)
merupakan jenis plastik polymer yang mudah dibentuk ketika panas, yang
memiliki rumus molekul (-CHCH3-CH2-)n. Polipropilen lebih kuat dan ringan
dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil
terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap (Winarno dan Jenie, 1983). Hal ini
menunjukkan adanya penyimpangan pada hasil pengamatan terhadap plastik PP
Kathan Ruth Inessa
240210140096
Kelompok 7B

dimana sifat yang diamati adalah plastik PP memiliki sifat lentur, tipis, transparan
dan halus.
Monomer polypropilen diperoleh dengan pemecahan secara thermal
naphtha (distalasi minyak kasar) etilen, propylene dan homologues yang lebih
tinggi dipisahkan dengan distilasi pada temperatur rendah. Dengan menggunakan
katalis NattaZiegler polypropilen dapat diperoleh dari propilen (Birley, et al.,
1988). Melalui penggabungan partikel karet, PP bisa dibuat menjadi liat serta
fleksibel, bahkan di suhu yang rendah. Polipropilena memiliki titik lebur sebesar
160 C atau sebesar 320 F. (Anonima, 2010). Polypropylene dapat dijumpai pada
wadah makanan, kemasan, pot tanaman, tutup botol obat, tube margarin, tutup
lainnya, sedotan, mainan, tali, pakaian dan berbagai macam botol.
4.1.2. PE (Polyethylen)
Plastik dengan kode B merupakan plastik jenis PE. Pengamatan pada tabel
1 menunjukkan bahwa polietilen memiliki sifat lebih halus dan lebih tipis
dibanding plastik PP, serta memiliki kenampakan transparan dan sifat yang lentur,
hasil ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa polietilen merupakan
film yang lunak, transparan dan fleksibel, mempunyai kekuatan benturan serta
kekuatan sobek yang baik. (Sacharow dan Griffin, 1970). Polietilen dibuat dengan
proses polimerisasi adisi dari gas etilen yang diperoleh dari hasil samping dari
industri minyak dan batubara. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
n(CH2= CH2) (-CH2-CH2-)n
Etilen polimerisasi Polietilen

PE dengan berat jenis yang tinggi memiliki sifat perlindungan yang lebih
tinggi terhadap uap air dan stabil dalam keadaan panas. Secara umum sifat-sifat
PE adalah halus dan lentur, tahan terhadap pelarut organik, tahan asam dan alkali,
dapat melalukan gas, tidak berasa dan berbau. Plastik ini baik untuk mengemas
sayuran dan buah-buahan segar. (Djali, 2012)
4.1.3. HDPE (High Density Polyetilene)
Plastik dengan kode C merupakan plastik jenis HDPE. Plastik jenis HDPE
yang diamati memiliki sifat kenampakan licin, buram, kaku, dan lebih tebal dari
plastik jenis PP dan PE. Hasil ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa
HDPE mempunyai jumlah rantai cabang yang lebih sedikit dibanding jenis LDPE,
Kathan Ruth Inessa
240210140096
Kelompok 7B

sehingga plastik HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan
lebih tahan terhadap suhu tinggi. Ikatan hidrogen antar molekul juga berperan
dalam menentukan titik leleh plastik (Harper, 1975). HDPE banyak ditemukan
seperti pada cerek susu, botol detergen, botol obat, botol oli mesin, botol
shampoo, kemasan juice, botol sabun cair, kemasan kopi dan botol sabun bayi.
(Anonimb, 2010)
HDPE dicirikan dengan densitas yang melebihi atau sama dengan 0.941
g/cm3. HDPE memiliki derajat rendah dalam percabangannya, memiliki kekuatan
antar molekul, kekuatan tensil dan juga adanya gaya antar molekul yang cukup
tinggi. HDPE lebih keras dan bisa bertahan pada temperatur tinggi yaitu sebesar
120oC karena rantai percabangannya sedikit. (Anonimc, 2011)
HDPE merupakan produk plastik yang aman digunakan karena mempu
mencegah reaksi kimia yang terjadi ketika bahan plastik tersebut kontak dengan
makanan atau minuman yang dikemasnya oleh karena itu plastik ini sangat
disarankan untuk sekali pemakaian karena adanya pelepasan senyawa antimoni
trioksida yang terus meningkat terus menerus.(Anonimc, 2011)
4.1.4 Styrofoam / PS (Polystirene)
Plastik dengan kode D yang diamati merupakan plastik jenis styrofoam.
Plastik jenis PS yang diamati memiliki sifat tebal, kaku, tidak transparan, dan
keras. Styrofoam adalah salah satu jenis plastik golongan 6 yang tebuat dari
polisterin dan gas. Styrofoam biasa digunakan sebagai penyangga kemasan
elektronik seperti TV, kulkas, dan lain lain. Namun sekarang tak asing lagi
apabila Styrofoam sudah dijumpai menjadi kemasan makanan. Styrofoam didesain
sedemikian rupa agar dapat menjadi wadah makanan yang efisien dan praktis.
Salah satu keuntungan memakai styrofoam yaitu styrofoam mampu
mempertahankan panas dan dingin benda yang ada didalamnya, sedangkan,
kekurangan menggunakan styrofoam apabila digunakan sebagai wadah makanan
dengan suhu tinggi maka akan memicu pertumbuhan sel kanker.
4.1.5. PVC (Polivinil Klorida)
Plastik dengan kode E merupakan jenis plastik PVC. Pengamatan terhadap
PVC menunjukkan sifat yang tebal, transparan, cukup lenutr dan halus. PVC
dibuat dengan cara polimerisasi monomer vinil klorida (CH2=CHCl). Plastik jenis
Kathan Ruth Inessa
240210140096
Kelompok 7B

PVC ini sangat tidak baik digunakan untuk produk pangan karena mengandung
plasticizer yang berfungsi untuk menambah keelastisan plastik sehingga sesuatu
yang menggunakan plastik PVC diantaranya adalah pelapis kabel listrik, pipa
paralon, tas, jaket, mantel, dll.
4.1.6. PET (Poly Ethylene Terephthalate)
Plastik dengan kode F merupakan plastik dengan jenis PET. Pengamatan
terhadap plastik PET menunjukkan sifat plastik yang kaku, transparan, tebal dan
keras. PET adalah polimer jernih dan kuat dengan sifat-sifat penahan gas dan
kelembaban. Kemampuan plastik PET untuk menampung karbon dioksida
(karbonasi) membuatnya sangat ideal untuk digunakan sebagai botol-botol
minuman ringan (bersoda atau berkarbonasi). Selain itu plastik PET juga sering
digunakan sebagai kemasan botol air minum karena sifatnya yang kaku dan dapat
menyaring udara yang dapat mengoksidasi bagian dalam bahan.PET merupakan
resin polyester yang bersifat tahan lama, kuat namun ringan dan mudah terbentuk
ketika panas.

Gambar 1. Jenis jenis plastik yang diamati


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017)
Kathan Ruth Inessa
240210140096
Kelompok 7B

Tabel 2. Perbandingan Visual Macam Macam Plastik


Urutan ter- 1 2 3 4 5 6

Indikator
Kehalusan PE PP PVC HDPE PET Styrofoam
Transparan PVC PET PE PP HDPE Styrofoam
Kelenturan PE HDPE PP PVC PET Styrofoam
Ketebalan Styrofoam PET PVC HDPE PP PE
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017)
Pengurutan plastik yang dilakukan menggunakan uji ranking, dimana
semakin kecil nilai/ranking yang diberikan semakin tinggi karakteristik/sifat suatu
bahan.
Berdasarkan hasil pada tabel 2, terlihat urutan jenis plastik dari yang
paling halus hingga yang paling kasar yaitu plastik jenis PE, PP, PVC, HDPE,
PET, dan Styrofoam. Urutan plastik dari yang paling transparan hingga yang
kenampakannya paling buram adalah plastik jenis PVC, PET, PE, PP, HDPE, dan
Styrofoam. Ditinjau dari transparansinya, plastik yang memliki tingkat
transparan menurut pengamatan kelompok kami adalah PE. Hal ini sesuai dengan
aplikasi penggunaannya yakni pada pembungkus minuman ringan. Yang dikemas
agar terlihat dari luar sehingga meyakinkan konsumen untuk mengkonsumsinya.
Kebalikannnya, jenis plastik yang paling buram (tidak transparan) adalah jenis
Styrofoam. Sifatnya yang kurang transparan sering digunakan untuk kemas kaku /
wadah pembungkus makanan.
Urutan plastik dari yang paling lentur hingga yang paling kaku adalah
plastik jenis PE, HDPE, PP, PVC, PET, dan Styrofoam. Urutan plastik dari yang
paling tebal hingga yang paling tipis yaitu plastik jenis Styrofoam,diikuti dengan
jenis PET, PVC, HDPE, PP, dan PE. Ketebalan plastik akan mempengaruhi
tekstur, kelenturan, dan ketahan plastik terhadap lemak, pelarut organik, air dan
basa.
Perbedaan warna yang terdapat dalam plastik karena plastik berisi
beberapa aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat fisiko kimia plastik
itu sendiri. Bahan aditif yang sengaja ditambahkan itu disebut komponen non
plastik, diantaranya berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap cahaya
Kathan Ruth Inessa
240210140096
Kelompok 7B

ultraviolet, penstabil panas, penurun viskositas, penyerap asam, pengurai


peroksida, pelumas, peliat, dan lain-lain.
Berdasarkan pengamatan, perbedaan karakteristik berbagai kemasan
plastik dipengaruhi oleh komponen kimia yang menyusun plastik. Plastik yang
bersifat kaku dan keras disebabkan karena bahan yang dihasilkan memiliki tingkat
polimerisasi yang rendah. Proses polimerisasi yang menghasilkan polimer
berantai lurus mempunyai tingkat polimerisasi yang rendah dan kerangka dasar
yang mengikat antar atom karbon dan ikatan antar rantai lebih besar daripada
rantai hidrogen. Bahan yang dihasilkan dengan tingkat polimerisasi rendah
bersifat kaku dan keras (Flinn dan Trojan, 1975).
Selain faktor bahan baku, penggunaan bahan tambahan pada proses
pembuatan plastik beraneka ragam bergantung pada bahan baku yang digunakan
dan mutu produk yang akan dihasilkan. Berdasarkan fungsinya, maka bahan
tambahan atau bahan pembantu proses dalam pembuatan plastik dapat
dikelompokkan menjadi bahan pelunak (plasticizer), bahan penstabil (stabilizer),
bahan pelumas (lubricant), bahan pengisi (filler), pewarna (colorant), antistatic
agent, blowing agent, flame retardant dan sebagainya (Winarno, 1994).
Selain perbedaan bahan baku dan zat aditif yang digunakan dalam
pembuatannya, perbedaan karakteristik fisik plastik juga berhubungan erat dengan
tujuan penggunaannya dalam mengemas bahan pangan. Sebagai contoh, plastik
yang warnanya buram biasa digunakan untuk mengemas bahan pangan yang
mudah rusak jika terkena cahaya seperti minyak goreng, produk susu dan
makanan-makanan yang mengandung lemak. Untuk plastik yang berwarna bening
biasanya digunakan pada bahan pangan yang tidak mudah rusak oleh cahaya.
Makanan padat yang umumnya memiliki umur simpan pendek atau makanan yang
tidak menuntut perlindungan yang kuat dibungkus dengan kemasan lentur. Akan
tetapi makanan cair dan makanan padat yang memerlukan perlindungan kuat perlu
dikemas dengan wadah kaku dalam bentuk botol, jerigen, kotak, atau bentuk
lainnya.
Kathan Ruth Inessa
240210140096
Kelompok 7B

4.2 Mengukur Ketebalan Berbagai Jenis Kemasan Plastik


Ketebalan berbagai jenis kemasan plastik berbeda - beda. Pengukuran
ketebalan plastik dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa tebal
plastik yang dapat digunakan untuk beberapa jenis bahan pangan tertentu. Alat
yang digunakan untuk mengukur ketebalan plastik ini adalah mikrometer sekrup
dan jangka sorong. Pengukuran menggunakan dua alat ukur yang berbeda
bertujuan untuk perbandingan keauratan hasil yang akan didapat. Selain itu dicari
juga densitas dari masing-masing jenis plastik.
Prosedur yang dilakukan ialah dengan mengukur sebanyak 5 sisi berbeda
dari sampel kemudian diukur ketebalanya dengan jangka sorong dan mikrometer
sekrup. Ketebalan setiap titik dalam sampel yang sama ada yang memiliki
perbedaan namun tidak signifikan. Perbedaan di setiap titik diakibatkan oleh
tekanan saat dilakukan pengguntingan pada bahan plastik yang mengakibatkan
permukaan plastik ketebalannya menjadi tidak sama, oleh karena itu diambil
ketebalan rata-rata. Berikut ini adalah hasil pengamatannya :
Tabel 3. Hasil Pengamatan Ketebalan Berbagai Jenis Kemasan Plastik
PP PE HDPE PS PVC PET
JS MS JS MS JS MS JS MS JS MS JS MS
6B 0.02 0.01 0.01 0.36 0.515 0.05 0.08 0.15 0.17
7B 0.001 0.002 0.378 0.874 0.007 0.38 0.02 0.456
8B 0.03 0.01 0.03 0.367 0.478 0.14 0.15 0.25 0.244
9B 0.046 0.032 0.054 0.375 0.2602 0.025 0.09 0.132 0.182
10B 0.05 0 0.1 0.71 0.2128 0.05 0.39 0.4 0.038
PP PE HDPE PS PVC PET
JS MS JS MS JS MS JS MS JS MS JS MS
Maks. 0.05 0 0.032 0 0.1 0.71 0.874 0.14 0.39 0.4 0.456
Min. 0.001 0 0 0 0.01 0.36 0.2128 0.007 0.08 0.02 0.038
Rata- 0.029 0.013 0.048 0.438 0.468 0.054 0.22 0.190 0.218
rata
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017)
Berdasarkan hasil pengamatan dengan menggunakan mikrometer sekrup,
terlihat bahwa plastik yang memiliki ketebalan dari yang terbesar hingga terkecil
adalah PS, PVC, PET, HDPE, PP, dan PE. Sedangkan, hasil pengamatan
menggunakan jangka sorong terlihat bahwa plastik yang memiliki ketebalan dari
yang terbesar adalah PS, PET dan PVC, untuk plastik jenis HDPE ,PE dan PP
Kathan Ruth Inessa
240210140096
Kelompok 7B

tidak dilakukan pengukuran dengan jangka sorong, karena ketiga jenis plastik
tersebut memiliki ketebalan yang sangat kecil, sehingga hasil pengukuran dengan
jangka sorong yang memiliki ketelitian 0,01 mm akan menghasilkan nilai yang
bias karena sebab angka yang terukur tidak pasti dan nilainya hanya diterka saja.
Berdasarkan literatur, urutan ketebalan plastik dari yang paling tebal hingga
paling tipis adalah Styrofoam, PET, PVC, PP tebal, HDPE, LDPE, dan PP tipis.
Ketebalan plastik dipengaruhi oleh tekanan yang diberikan pada bahan plastik
pada saat pembuatan plastik tersebut.
Ketebalan berpengaruh terhadap kualitas pengemas plastik, yaitu
ketahanan plastik tersebut terhadap lemak dan minyak, pelarut organik, air, asam
dan basa. PET memiliki permeabilitas terhadap uap air yang rendah, transmisi
CO2 rendah, tahan terhadap pelarut organik, dapat digunakan untuk kemasan
beku, tidak tahan terhadap asam kuat, tahan terhadap bahan baku organik
sehingga cocok untuk sari buah dan bahan bahan cair lainnya. (Herudiyanto,
2008). PVC dapat bereaksi pada bahan pangan berbahan lemak dan bersuhu tinggi
sehingga memunculkan zat yang bersifat toksik bagi tubuh. Penggunaan PVC
harusnya digunakan pada sayuran dan buah buahan segar. (Miltz, 1992).

4.3 Pengukuran Berat Berbagai Jenis Kemasan Plastik


Selanjutnya dilakukan penimbangan berat untuk setiap jenis plastik
dengan ukuran 5 x 5 cm. Sama seperti penimbangan berat pada kertas,
pengukuran berat pada plastik juga menggunakan neraca analitik, yang
sebelumnya plastik telah disamakan ukurannya. Berat dari yang terbesar adalah
PET, HDPE ,PP, PVC, PE dan PS. Berikut ini data yang diperoleh serta
konversinya kedalam satuan internasional:
Tabel 4. Hasil Pengamatan Pengukuran Berat Kemasan dan Konversi Berat
Pengukuran PP PE HDPE PS PVC PET
6B 0.0713 0.0354 0.0677 0.2298 0.3283 0.6130
7B 0.0766 0.0328 0.0851 0.2310 0.2552 0.6452
8B 0.0689 0.0326 0.0737 0.2301 0.2575 0.5982
9B 0.0613 0.0348 0.0722 0.2336 0.3052 0.6751
10B 0.0614 0.0318 0.0678 0.1831 0.3173 0.7801
Rata-rata 0.0679 0.0335 0.0733 0.2215 0.2927 0.6623
Konversi Rata-Rata
Kathan Ruth Inessa
240210140096
Kelompok 7B

gr/cm2 6.79 x 10-4 3.35 x 10-4 7.33 x 10-4 2.215 x 10-3 2.927 x 10-3 6.662 x 10-3
kg/cm2 6.79 x 10-7 3.35x10-7 7.33x10-7 2.215 x 10-6 2.927 x 10-6 6.662 x 10-6
lb/ft2 1.390x10-7 6.863x10-8 1.502x10-7 4.5376x10-7 5.996x10-7 1.3647x10-4
vol (cm3) 0.29 0.13 0.485 0.468 2.242 2.18
Densitas 0.2341 0.257 1.527 0.473 0.1305 0.3038
(gr/cm3)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi , 2017)
Dari hasil pengukuran dan penimbangan dapat dilihat bahwa semakin
tebal plastik maka akan semakin berat, kecuali pada sampel styrofoam walau
terlihat tebal tetapi memiliki berat yang lebih ringan dibandingkan dengan sampel
PVC dan PET. Hubungan ketebalan dan berat plastik kemudian bisa
dikonversikan menjadi satuan psf (pound per square feet) karena sama seperti
pada kertas, plastik dijual bedasarkan beda ketebalannya yang berhubungan
dengan gaya tarik dan densitasnya, luas dari plastik akan ditentukan sendiri oleh
konsumen karena dari beda ketebalan akan sangat berbeda untuk sifat-sifatnya
dalam mengemas makanan.
Seperti halnya kertas, adanya keragaman dalam gramatur plastik
mengindikasikan pada fluktuasi pemakaian bahan baku plastik per satuan luas.
Semakin kecil gramatur maka penggunaan bahan baku semakin sedikit, konsumsi
energi untuk pengolahan plastik lebih rendah, mengurangi polusi pabrik, biaya
penanganan bahan dan produk rendah, efisiensi ruang penyimpanan, memperkecil
gulungan atau potongan yang nantinya akan meningkatkan efisiensi dan
efektifitas proses pembuatan plastik secara keseluruhan.
Pengukuran nilai densitas pada plastik sangat penting, karena densitas
dapat menunjukkan struktur plastik secara umum. Aplikasi dari hal tersebut yaitu
dapat dilihat kemampuan plastik dalam melindungi produk dari beberapa zat
seperti air, O2 dan CO2. Birley, et al. (1988), mengemukakan bahwa plastik
dengan densitas yang rendah menandakan bahwa plastik tersebut memiliki
struktur yang terbuka, artinya mudah atau dapat ditembusi fluida seperti air,
oksigen atau CO2. Jadi tidak seperti pada kertas, nilai densitas plastik sangat
penting dalam menentukan sifat-sifat plastik yang berhubungan dengan
pemakaiannya. Dari data yang diperoleh, kemasan yang memiliki densitas dari
yang terbesar hingga terkecil adalah HDPE, PET, PVC, PS, PE, dan PP.
Kathan Ruth Inessa
240210140096
Kelompok 7B

Hasil dari perhitungan masa jenis tersebut dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pemilihan bahan kemasan yang baik untuk suatu produk
pangan tertentu. Plastik yang memiliki nilai massa jenis yang lebih baik maka
dapat digunakan untuk mengemas bahan cair seperti air atau susu. Selain itu
volume pada plastik akan lebih memuat banyak bahan untuk dikemas terlebih
dengan sifatnya yang fleksibel dan mudah dibentuk sesuai dengan bahan.
Berdasarkan data yang diperoleh, besar kecilnya densitas suatu plastik, dijadikan
ukuran seberapa besar daya tembus plastik tersebut terhadap gas-gas seperti N2,
O2, CO2, H2O, dan SO2. Hal ini berarti semakin rendah densitas suatu plastik,
makin besar daya tembus terhadap gas-gas tersebut. (Syarief, 1989).

Gambar 2. Kode-kode dan Karakteristik dari Setiap Jenis Plastik.


(Anonim, 2010)

4.4 Identifikasi Kemasan dengan Uji Nyala


Uji bakar plastik merupakan suatu bentuk pengujian yang dapat digunakan
untuk mengidentifikasi jenis polimer dari suatu plastik dengan pembakaran
plastik pada nyala api. Bahan plastik dibakar dalam api, kemudian diamati nyala
apinya, kemampuan untuk padam dengan sendirinya, bau, warna nyala, dan
prilaku bahan (hilang, mengkerut, leleh, dan lainlain). Bandingkan dan
identifikasi polimer plastik.
Kathan Ruth Inessa
240210140096
Kelompok 7B

Tabel 5. Identifikasi Jenis Plastik dengan Uji Nyala (Burning Test)


Jenis Sifat-sifat Plastik dalam Uji Nyala
Polymer Mudah Padam Bau Warna Menetes Kelakuan Menetes
Menyala Sendiri Api Bahan
PP +++ ++ Gosong Biru +++ Mengkerut +++
++
PE ++++ ++++ Gosong Biru - Mengkerut -
+++
HDPE ++ + Gosong Biru ++ Hilang ++
kemeraha
n
Strofoam +++ - Gosong Merah - Hilang +
+ jinga
PVC ++ - Asam Jingga - Mengkerut +++
PET + - Gosong Merah + Mengkerut +
+
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan ketika dibandingkan
dengan yang seharusnya terjadi terjadi adanya perbedaan dalam warna nyala api.
Kesulitan lain adalah untuk mengetahui bau dari plastik yang terbakar ketika
dibandingkan dengan parafin, fenol atau asam hidroklorit karena belum pernah
dicium sebelumnya. Bau yang tajam dan bau yang samar semakin menyulitkan
untuk menentukan bau dari plastik tersebut sehingga terjadi kesulitan untuk
menentukan baunya. Percobaan dengan cara ini bersifat sangat subjektif karena
setiap orang yang mengamati akan menghasilkan hasil yang berbeda-beda karena
persepsi orang juga berbeda-beda. Hal ini lah yang menyebabkan hasil dari
pengamatan ini banyak yang berbeda jika dibandingkan dengan tabel identifikasi
tes pembakaran.
o PP (Polypropylene)
Plastik ini cukup mudah menyala, dan akan padam sendiri setelah
dibakar. Bau yang ditimbulkan adalah bau gosong dan warna apinya
adalah biru. Setelah dibakar, plastik ini akan menetes dan meleleh dan
bahan akan mengkerut. Hasil pengamatan ini sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa plastik PP cukup tahan pada suhu tinggi.

Gambar 3. Logo daur ulang plastik PP


Kathan Ruth Inessa
240210140096
Kelompok 7B

Plastik ini mempunyai permeabilitas terhadap uap air yang rendah,


tahan terhadap minyak, tahan terhadap suhu tinggi, tahan terhadap bahan
kimia dan mempunyai impact strength yang baik. Jenis plastic ini banyak
digunakan untuk pengemas roti, keripik, minyak, kacang kacangan dan
dibuat tali plastik karena sifatnya yang kaku. PP atau polypropylene adalah
pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama untuk yang berhubungan
dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol
minum dan botol minum untuk bayi.
o PE
Plastik PE sangat mudah terbakar, dan sangat mudah padam. Hal
ini sesuai dengan tinjauan literatur dari Christopher (1981) yang
menyatakan bahwa PE dengan massa jenis 38 mempunyai konduktivitas
thermal 0.046. Bau sampel selama uji nyala adalah bau gosong dan warna
apinya adalah biru. Bau gosong dari plastik PE dapat disebabkan oleh
monomer etilen yang terkandung didalamnya. Hasil ini sudah sesuai
dengan literatur yang menyatakan bahwa jika plastik PE dibakar maka
akan menghasilkan warna api biru atau kuning dan menghasilkan bau
paraffin (BPI, 2007). Plastik ini akan mengkerut, namun tidak meleleh
ataupun menetes apabila dibakar. PE umumnya akan berubah menjadi
lunak dan mudah meleleh pada suhu 110C. Sifat mudah mengkerut PE
biasanya digunakan sebagai sealing untuk menutup suatu kemasan.
o HDPE
HDPE cukup mudah terbakar dan padam sendiri. Bau sampel
selama uji nyala adalah bau gosong dengan warna api biru dengan tepinya
berwarna kemerahan. Aroma gosong tersebut, berdasarkan literatur
merupakan aroma parafin. Plastik jenis ini ketika dibakar akan menetes,
dan melelh, serta akan hilang atau tidak meninggalkan bekas. Hal ini tidak
sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa HDPE cocok digunakan
sebagai bahan pengemas untuk makanan terutama untuk bahan pangan
yang panas serta aman digunakan karena sifatnya yang tidak meleleh.
Penyimpangan ini dapat disebabkan oleh kesalahan praktikan saat
mengamati sifat HDPE karena uji ini bersifat sangat subjektif.
Kathan Ruth Inessa
240210140096
Kelompok 7B

Gambar 4. Logo daur ulang plastik HDPE


HDPE biasanya dipakai untuk botol kosmestik, botol obat, botol
minuman, botol susu yang berwarna putih susu, tupperware, galon air
minum, kursi lipat, dan jerigen, pelumas, dan lain- lain. Walaupun
demikian HDPE hanya direkomendasikan untuk sekali pakai, karena
pelepasan senyawa SbO3 (Antimon Trioksida) terus meningkat seiring
waktu.
o PS ( Polystirene)
Plastik jenis polistiren yang diamati saat dibakar adalah cukup mudah
dibakar, tidak dapat padam sendiri, menghasilkan bau gosong, dengan
warna api merah jingga, dan pastik akan menghilang, dan meleleh namun
tidak menetes. Hasil yang diperoleh sesuai dengan literatur
menurut American Chemistry Council , ketika polistiren yang dibakar di
fasilitas modern, volume akhir adalah 1 % dari volume awal, sebagian
besar polistiren akan diubah menjadi karbon dioksida, uap air, dan
panas. Ketika polystyrene dibakar pada temperatur 800-900 C (kisaran
khas dari insinerator modern), produk pembakaran terdiri dari campuran
kompleks dari hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) dari benzenes alkil
ke benzoperylene. Lebih dari 90 senyawa yang berbeda diidentifikasi
dalam efluen pembakaran dari polistiren. Ketika dibakar tanpa oksigen
yang cukup atau pada suhu rendah (seperti dalam api unggun atau
perapian rumah tangga), polystyrene dapat menghasilkan hidrokarbon
aromatik polisiklik , karbon hitam , dan karbon monoksida , serta
monomer styrene.

Gambar 5. Logo daur ulang plastik PS


Kathan Ruth Inessa
240210140096
Kelompok 7B

o PVC (Polyvinyl Chloride)


Plastik ini tidak mudah menyala, dan akan padam sendiri setelah dibakar.
PVC dengan massa jenis 35 memiliki konduktivitas thermal 0.028
(Christoper, 1981). Berbau asam saat dibakar dan warna apinya adalah
jingga. Mengkerut dan meleleh setelah dibakar. Bau asam yang dihasilkan
disebabkan adanya unsur klorida di dalam plastik. Tidak menetesnya
plastik menandakan bahwa plastik tidak mudah robek dan memiliki daya
tahan terhadap suhu tinggi. Menurut Anonim (2008), plastik ini bisa
ditemukan pada plastik untuk pembungkus, dan botol-botol. Kandungan
dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor
dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan selama kurang lebih 15
Menit. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas
dengan plastik ini berpotensi berbahaya untuk hati dan ginjal, maka dari
itu, sebaiknya jangan gunakan plastik jenis ini untuk membungkus
makanan.

Gambar 6. Logo daur ulang plastik PVC


o PET (Polyethylene Terephthalate)
Plastik ini tidak mudah menyala dan padam sendiri setelah dibakar.
Berbau gosong saat dibakar, warna apinya adalah merah dan akan mentes,
mengkerut serta meleleh setelah dibakar. Bau tersebut merupakan bau dari
antimony trioksida. Sifatnya yang tidak mudah menyala dan mudah
padam mengindikasikan bahwa jenis polimer ini cukup tahan pada suhu
tinggi dan permeabilitasnya rendah. Namun, yang perlu diperhatikan
adalah bahwa penggunaannya hanya dapat dilakukan sekali pakai. Apabila
sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air panas, akan
mengakibatkan lapisan polimer pada botol akan meleleh dan
mengeluarkan zat karsinogenik yag dapat menyebabkan kanker jika
dikonsumsi dalam jangaka panjang.
Kathan Ruth Inessa
240210140096
Kelompok 7B

Gambar 7. Logo daur ulang plastik PET


Perbedaan hasil yang diperoleh dengan literatur dapat disebabkan oleh praktikan
pada saat pendeskripsian hal hal yang diamati. Apabila diurutkan berdasarkan
kemudahan menyala dari yang paling mudah menyala yaitu plastik jenis PE, PP,
PS, HDPE, PVC, dan PET.
Menurut Syarief et al., (1989) membagi plastik menjadi dua berdasarkan
sifat-sifatnya terhadap perubahan suhu, yaitu:
Termoplastik: meleleh pada suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu
dan mempunyai sifat dapat balik (reversibel) kepada sifat aslinya, yaitu
kembali mengeras bila didinginkan.
Termoset: tidak dapat mengikuti perubahan suhu (irreversibel). Bila sekali
pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali.
Pemanasan yang tinggi tidak akan melunakkan termoset melainkan akan
membentuk arang dan terurai karena sifatnya yang demikian sering
digunakan sebagai tutup ketel, seperti jenis-jenis melamin.
Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas juga memiliki aturan tertentu
untuk menghindari dampak negatif yang merugikan konsumen seperti
pencemaran zat kimia pada makanan yang bisa menyebabkan kanker. Salah satu
aturan pakai pada plastik dapat dilihat melalui tanda yang biasanya tertera pada
kemasan. Tanda tersebut berfungsi untuk memberitahukan konsumen tentang
jenis plastik, cara pengunaannya, dan fungsinya sebagai bahan pengemas. Setiap
jenis plastik memiliki fungsi, kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Kathan Ruth Inessa
240210140096
Kelompok 7B

V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diberikan pada praktikum ini adalah :
Plastik dengan kode A merupakan jenis plastik PP atau polipropilena
memiliki tekstur yang halus, transparan, tipis, dan lentur.
Plastik dengan simbol B merupakan jenis plastik PE atau polietilena.
plastik PE lebih tipis dan lebih halus dari A, transparan, dan sangat lentur.
Plastik dengan simbol C merupakan jenis plastik HDPE atau High Density
Polyethylene, besifat buram, licin, kaku dan lebih tebal dari A dan B.
Plastik dengan simbol D merupakan jenis plastik Styrofoam/ PS atau
Polisterina, bersifat kaku, tebal, keras, mudah patah, tidak tranparan.
Plastik dengan simbol E merupakan jenis plastik PVC atau
polivinilklorida, bersifat transparan, tebal, cukup lentur, dan halus.
Plastik dengan simbol F merupakan jenis plastik PET atau polyethylene
terephthalate, bersifat kaku, transparan, tebal, dan keras.
Urutan jenis plastik dari yang paling halus hingga yang paling kasar yaitu
plastik jenis PE, PP, PVC, HDPE, PET, dan PS.
Urutan plastik dari yang paling transparan hingga yang kenampakannya
paling buram adalah plastik jenis PVC, PET, PE, PP, HDPE, dan PS.
Urutan plastik dari yang paling lentur hingga yang paling kaku adalah
plastik jenis PE, HDPE, PP, PVC, PET, dan PS..
Urutan plastik dari yang paling tebal hingga yang paling tipis yaitu plastik
jenis PS, diikuti dengan jenis PET, PVC, HDPE, PP, dan PE.
Urutan ketebalan plastik dari yang paling tebal hingga paling tipis dengan
mikrometer sekrup yaitu PS, PVC, PET, HDPE, PP, dan PE.
Urutan plastik dengan densitas terbesar hingga terkecil adalah HDPE,
PET, PVC, PS, PE, dan PP.
Sampel dengan kode A (PP), saat dibakar mudah menyala, mudah padam
sendiri, berbau gosong, warna apinya biru, plastik meleleh, menetes, dan
mengkerut.
Sampel dengan kode B (PE), saat dibakar sangat mudah menyala, mudah
padam sendiri, berbau gosong, warna apinya biru, plastik tidak meleleh
maupun menetes, tetapi plastik mengkerut.
Kathan Ruth Inessa
240210140096
Kelompok 7B

Sampel dengan kode C (HDPE), saat dibakar cukup mudah menyala,


cukup mudah padam sendiri, berbau gosong, warna apinya biru
kemerahan, plastik meleleh, menetes, dan menghilang.
Sampel dengan kode D (PS), saat dibakar mudah menyala, tidak dapat
padam dengan sendirinya, berbau gosong, warna apinya merah jingga,
plastik meleleh, tidak menetes, dan menghilang.
Sampel dengan kode E (PVC), saat dibakar cukup mudah menyala, tidak
dapat padam dengan sendirinya, berbau asam klorida, warna apinya
jingga, plastik meleleh, tidak menetes, dan mengkerut.
Sampel dengan kode F (PET), saat dibakar tidak mudah menyala, tidak
dapat padam dengan sendirinya, berbau gosong, warna apinya merah,
plastik meleleh, menetes, dan mengkerut.
Kathan Ruth Inessa
240210140096
Kelompok 7B

DAFTAR PUSTAKA

Anonima . 2010. Polypropilena. Available online at: http://id.wikipedia.org/.


(Diakses pada tanggal 30 Maret 2017)
b
Anonim . 2010. Plastik HDPE. Available online at
http://pranaindonesia.wordpress.com/. (Diakses pada tanggal 30 Maret
2017)
c
Anonim . 2011. Polietilena Berdensitas Tinggi. Available online at :
http://id.wikipedia.org/. (Diakses pada tanggal 30 Maret 2017)
Anonim. 2008. Available online at: http://www.litbang.deptan.go.id/berita/
one/288/ (Diakses pada tanggal 30 Maret 2017)
Anonim. 2010. Kemasan Plastik. Available online at:
http://blogs.unpad.ac.idkemasan-plastik-Compatibility (Diakses pada
tanggal 30 Maret 2017)
Birley, Crompton, T.R. 1988. Additive Migration from Plastic into Food.
Pergamon Press. Oxford
BPI. 2007. Burn Test: Plastic Identification. Boedeker Plastic, Inc., Texas.
Christopher. H. 1981. Polymer Materials. Mac Millan Publishers LTD. London.
Djali, M., Souvia R. 2012. Penuntun Praktikum Pengemasan Pangan. Universitas
Padjadjaran. Bandung.
Flin R.A. and P.K. Trojan. 1975. Engineering Materials and Their Aplications.
HonhTonMifflinCo.Boston
Harper. 1975. Handbook of Plastic and Elastomer. Westing House Electric Corporation.
Baltimore. Maryland.
Herudiyanto, Marleen S., Ir., MS. 2008. Teknologi Pengemasan Pangan. Widya
Padjadjaran, Bandung.
Miltz, J., 1992. Food Packaging. In : Handbook of Food Engineering,
D.R.Heldman and D.B.Lund (Ed). Marcel Dekker, Inc., New York.
Ryall. A.L. dan Lipton. W.J. 1972. Handling, Transportation and Storage of
Fruits And Vegetables. The The AVI Publishing. Co. Westport.
Syarief, Rizal dan Anies Irawati. 1989. Pengetahuan Bahan untuk Industri
Pertanian. PT Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta
Winarno, F.G. 1983. Gizi Pangan, Teknologi dan Konsumsi. Penerbit Gramedia.
Jakarta. Winarno, F.G., Srikandi F. dan Dedi F. 1986. Pengantar
Teknologi Pangan. Penerbit PT. Media. Jakarta.
Winarno, F.G. 1987. Gizi Pangan, Teknologi dan Konsumsi. Penerbit Gramedia.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai