Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

MATERIAL POLIMER
Oleh:
Nama

: Retnadiah Puteri Utami

NIM

: 13713008

Kelompok

:2

Anggota

: Irham Fauzi Abshar

(10512051)

Rudy Yohansya

(13712020)

Iqbal Fadilah

(13712022)

Dery Kurniawan

(13713003)

Retnadiah Puteri Utami

(13713008)

Yohanes Feri Kriswanto

(13713011)

Deri Andika Bangun

(13713014)

Mohammad Adrian Ilman (13713023)


Puti Keswara Sudarsono

(13713029)

Hasan Basri Nasution

(13713032)

Galih Sekar urani

(13713049)

Tanggal Praktikum

:11 September 2015

Tanggal Penyerahan : 18 September 2015

PROGRAM STUDI TEKNIK MATERIAL


FAKULTAS TEKNIK MESIN DAN DIRGANTARA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Kehidupan manusia tidak terlepas dari polimer. Polimer merupakan bahan
yang sangat bermanfaat dan digunakan secara luas dalam berbagai bidang, yaitu
bidang industri, konstruksi bangunan, transportasi, komunikasi, otomotif dan lainlain. Hal ini disebabkan polimer secara umum mempunyai sifat yang khas yaitu
mampu dicetak dengan baik, ringan, isolator yang baik, dan murah, dimana sifatsifat ini tidak dimiliki oleh bahan-bahan lainnya, seperti logam, komposit,
keramik dan lain-lain.
Peningkatan penggunaan polimer secara terus menerus untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat terutama plastik, menuntut adanya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang lebih cepat dalam menghasilkan penemuanpenemuan baru yang diharapkan mempunyai sifat yang lebih baik. Selain itu
pengembangan suatu polimer baru untuk memenuhi suatu kebutuhan khusus,
merupakan usaha yang membutuhkan biaya yang tinggi. Dalam pemenuhan
kebutuhan masyarakat inilah sebagai dasar semakin banyaknya jenis-jenis plastik
yang beredar di dunia.
II. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui jenis plastik dari beberapa sampel polimer yang diberikan.

BAB II
DASAR TEORI
Plastik merupakan senyawa polimer tinggi yang dicetak dalam lembaranlembaran yang mempunyai ketebalan-ketebalan yang berbeda-beda. Plastik
banyak digunakan untuk mengemas bahan pangan karena kemudahan dibentuk,
mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap produk, tidak korosif, dan mudah
dalam penanganannya (Herudiyanto,M.S. 2008). Komponen utama plastik
sebelum membentuk polimer adalah monomer, yaitu rantai yang paling pendek.
Polimer merupakan gabungan dari beberapa monomer yang akan membentuk
rantai yang sangat panjang. Bila rantai tersebut dikelompokkan bersama-sama
dalam suatu pola acak, menyerupai tumpukan jerami maka disebut amorp, jika
teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan sifat yang lebih keras dan tegar
(Syarief, et al., 1988).
Cara pembuatan plastik secara umum adalah dengan menggunakan resin
yang alami maupun sintetik. Resin alami seperti oleoresin, terpentin, damar
sedangkan resin sintetis seperti polietilen, polipropilen, polivinil klorida, dll.
Untuk memperbaiki sifat plastik yang diperoleh, ditambahkan bahan lain seperti
filler, plastikizer, lubricant, antioksidan, zat warna dan lain sebagainya.
Kelemahan bahan kemasan plastik ini adalah adanya zat-zat monomer dan
molekul kecil lain yang terkandung dalam plastik yang dapat melakukan migrasi
ke dalam bahan makanan yang dikemas. Berbagai jenis bahan kemasan lemas
seperti misalnya polietilen, polipropilen, nilon poliester dan film vinil dapat
digunakan secara tunggal untuk membungkus makanan atau dalam bentuk lapisan
dengan bahan lain yang direkatkan bersama. Kombinasi ini disebut laminasi.
Sifat-sifat yang dihasilkan oleh kemasan laminasi dari dua atau lebih film dapat
memiliki sifat yang unik.(Winarno, 1994).
Syarief et al., (1989) membagi plastik menjadi dua berdasarkan sifatsifatnya terhadap perubahan suhu, yaitu:

1. Termoplastik: meleleh pada suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu


dan mempunyai sifat dapat balik (reversibel) kepada sifat aslinya, yaitu
kembali mengeras bila didinginkan.
2. Termoset: tidak dapat mengikuti perubahan suhu (irreversibel). Bila sekali
pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali.
Pemanasan

yang tinggi tidak akan melunakkan termoset melainkan akan

membentuk arang

dan terurai karena sifatnya yang demikian sering

digunakan sebagai tutup ketel, seperti jenis-jenis melamin.


3. Pengukuran nilai densitas pada plastik sangat penting, karena densitas dapat
menunjukkan struktur plastik secara umum. Aplikasi dari hal tersebut yaitu
dapat dilihat kemampuan plastik dalam melindungi produk dari beberapa zat
seperti air, O2 dan CO2. Birley, et al. (1988), mengemukakan bahwa plastik
dengan densitas yang rendah menandakan bahwa plastik tersebut memiliki
struktur yang terbuka, artinya mudah atau dapat ditembusi fluida seperti air,
oksigen atau CO2. Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas mempunyai
keunggulan dibanding bahan kemasan lain karena sifatnya yang ringan,
transparan, kuat, termoplastis dan seelktif dalampermeabilitasnya terhadap uap
air, O2, CO2.
Pengukuran Massa Jenis Berbagai Jenis Kemasan Plastik
Setiap benda mempunyai massa jenis yang berbeda, begitu pula
dengan polimer. Massa jenis merupakan identitas yang berfungsi untuk
menentukan suatu zat atau polimer tertentu. Massa jenis adalah suatu proses
pengukaran massa setiap satuan volume. Nilai massa jenis ini menunjukkan
seberapa rapat molekul yang menyusun plastik ini. Semakin rapat molekul
(monomernya), semakin rendah permeabilitasnya karena rongga pada plastik
ditutupi dengan molekul.
Rumus untuk menentukan massa jenis adalah

dengan

adalah massa jenis,


m adalah massa,
V adalah volume.

Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe


piknometer, neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat lain. (Martin.1990).
Metode penentuan untuk cairan terdiri atas : (Voigt.1994)
1. Metode Piknometer.
Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruang,
yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang yang
dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga
mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume piknometer.
Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.
2. Metode Neraca Hidrostatik
Metode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu suatu benda yang dicelupkan
ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar berat volume cairan yang
terdesak.
3. Metode Neraca Mohr-Westphal.
Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada balok timbangan yang ditoreh
menjadi 10 bagian sama dan disitimbangkan dengan bobot lawan. Keuntungan
penentuan kerapatan dengan neraca Mohr-Westphal adalah penggunan waktu
yang singkat dan mudah dlaksanakan.
Nilai massa jenis ini menunjukkan seberapa rapat molekul yang menyusun
plastik

ini.

Semakin

rapat

molekul(monomernya),

semakin

rendah

permeabilitasnya karena rongga pada plastik ditutupi dengan molekul.


Berdasarkan tabel, plastik yang memiliki densitas paling besar adalah PET.

Saat ini, plastik diklasifikasikan menjadi 7 kelompok, antara lain :


1. PET (Polyethylene Terephthalate )

Gambar 1. Plastik Polyethylene Terephthalate

Polyethylene Terephthalate (PETE atau PET) dibuat untuk mengemas


makanan atau minuman yang didalam botol plastik. Hanya dapat digunakan sekali
pakai. Berdasarkan hasil pengamatan, bila dideskripsikan plastik jenis PET
biasanya digunakan seperi botol air mineral memiliki kekakuan yang tebal.
Polyethylene Terephthalate (PETE atau PET), juga dikenal sebagai plastik
#1, merupakan plastik yang paling umum digunakan di seluruh dunia. Tidak
mengherankan, ini juga merupakan plastik yang paling banyak didaur-ulang,
terutama botol air kemasan. PET lahir pada tahun 1973, dan pertama kali di daurulang tahun 1977.
PET adalah singkatan dari polyethylene terephthalate merupakan resin
polyester yang tahan lama, kuat, ringan dan mudah dibentuk ketika panas.
kepekatannya adalah sekitar 1,35 1,38 gram/cc, ini membuatnya kokoh, rumus
molekulnya adalah (-CO-C6H5-CO-O-CH2-CH2-O-)n.

PET dapat dipakai untuk botol plastik, berwarna jernih/transparan/tembus


pandang seperti botol air mineral, botol jus, wadah makanan dan hampir semua
botol minuman lainnya pada botol air, botol soda, botol jus, botol minyak goreng,
kemasan makanan.
PET berciri jernih, kadang berwarna hijau. PET dapat digunakan untuk
membuat berbagai macam kemasan, termasuk produk baru berbahan PET, baik
untuk produk makanan ataupun bukan seperti bahan kain, sepatu, koper, karpet,
rak, panel pintu dan banyak lagi.

2. HDPE (HIGH DENSITY POLYETHYLEN)

Gambar 2 Plastik High Density Polyethylene

High Density Polyethylene (HDPE), juga dikenal sebagai plastik #2,


merupakan plastik kedua yang paling banyak digunakan setelah PET (plastik #1).
High Density Polyethylene (HDPE) mempunyai jumlah rantai cabang yang lebih
sedikit dibanding jenis low density. Dengan demikian, high density memiliki sifat
bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Ikatan
hidrogen antar molekul juga berperan dalam menentukan titik leleh plastik
(Harper, 1975). HDPE dapat digunakan untuk kemasan susu, botol detergen, botol

obat, botol oli mesin, botol shampoo, kemasan juice, botol sabun cair, kemasan
kopi dan botol sabun bayi dan bahan pembersih. Berdasarkan hasil pengamatan,
bila dideskripsikan plastik jenis HDPE permukaanya kesat dan kaku. HDPE
adalah resin yang liat, kuat dan kaku yang berasal dari minyak bumi, yang sering
dibentuk dengan cara meniupnya. Rumus molekulnya adalah (-CH2-CH2-)n.
HDPE biasanya berwarna pekat, tidak tembus pandang, dan dapat muncul
dengan berbagai warna walau biasanya berwarna putih. Tetapi bisa juga
setengah transparan, seperti pada cerek air. HDPE terasa lebih lunak dibandingkan
PET, dan cirinya tidak mudah penyok seperti pada botol air #1.
Merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena
kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE
dengan makanan/minuman yang dikemasnya

3. PVC

Gambar 3. Plastik Polyvinyl Chloride

Dapat dibuat kemasan kaku/fleksibel dengan sifat-sifatnya adalah


permukaan transparan sampai keruh, permeabilitas terhadap gas dan air rendah
sehingga baik untuk produk yang peka O 2, tahan minyak dan lemak, berwarna
kuning bila terkena panas, tidak mudah sobek, dan tahan terhadap asam dan alkali

kecuali asam pengoksida. Penggunaan untuk pengemasan pangan dibatasi, karena


bahan-bahan yang mengandung minyak dapat melarutkan komponen-komponen
plastik sehingga menjadi toksik. Untuk mengurangi kekakuan biasanya ditambah
platicizer sehingga dapat digunakan untuk kemasan daging segar, ikan, sayur, dan
buah. Berdasarkan hasil pengamatan, bila dideskripsikan plastik jenis PVC ini
sedikit tebal dan kaku.
Polyvinyl Chloride (PVC atau V), juga dikenal sebagai plastik #3, sangat
jarang dijumpai sebagai plastik keperluan rumah tangga. Hanya 2% dari semua
wadah plastik terbuat dari PVC, plastik jenis ini secara tidak sengaja ditemukan
pada tahun 1800-an.
PVC adalah Polyvinyl Chloride Rumus molekulnya adalah (-CH2CHCl-)n. PVC dapat dijumpai pada tanda lalu lintas, botol minyak goreng, kabel
listrik, botol pembersih kaca, mainan, botol shampoo, pipa air, kemasan kerut.
Bahan ini mengandung klorin dan akan mengeluarkan racun jika dibakar. PVC
TIDAK BOLEH DIGUNAKAN dalam menyiapkan makanan atau kemasan
makanan. Bahan ini juga dapat diolah kembali menjadi mudflaps, panel, tikar, dan
lain-lain

4. LDPE

Gambar 4. Plastik Low Density Polyethylene

Low Density Polyethylene (LDPE), juga dikenal sebagai plastik #4,


diciptakan pada tahun 1933 oleh Imperial Chemical Industries. LDPE adalah
plastik yang mudah dibentuk ketika panas, yang terbuat dari minyak bumi, dan
rumus molekulnya adalah (-CH2- CH2-)n. Dia adalah resin yang keras, kuat dan
tidak bereaksi terhadap zat kimia lainnya, kemungkinan merupakan plastik yang
paling tinggi mutunya.
LDPE dapat dijumpai pada tas plastik, botol, kotak penyimpanan, mainan,
perangkat komputer dan wadah yang dicetak.
LDPE merupakan plastik tipe cokelat (thermoplastic/dibuat dari minyak
bumi), biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, botol-botol yang
lembek, pakaian, mebel, dll. Sifat mekanis jenis LDPE ini adalah kuat, tembus
pandang, Fleksibel dan permukaan agak berlemak, kedap air, pada suhu 60 derajat
sangat resisten terhadap reaksi kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong
baik, dapat didaur ulang serta baik untuk barang-barang yang memerlukan
fleksibelitas tapi kuat. Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap
baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan
yang dikemas dengan bahan ini. LDPE, dapat didaur ulang dengan banyak cara,
misalnya dilarutkan ke dalam kaleng, keranjang kompos dan landscaping tiles.

5. PP (POLYPROPYLENE)

Gambar 5. Plastik Polypropylene

Polipropilen sangat mirip dengan polietilen dan sifat-sifat penggunaannya


juga serupa (Brody, 1972). Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus
uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi
dan cukup mengkilap (Winarno dan Jenie, 1983). Monomer polypropilen
diperoleh dengan pemecahan secara thermal naphtha (distalasi minyak kasar)
etilen, propylene dan homologues yang lebih tinggi dipisahkan dengan distilasi
pada temperatur rendah. Dengan menggunakan katalis Natta-Ziegler polypropilen
dapat diperoleh dari propilen (Birley, et al., 1988).
Berdasarkan hasil pengamatan, bila dideskripsikan plastik jenis PP 1 mm
ini bertekstur licin, sedikit tebal dan kaku sama halnya dengan plastik PP yang
lebih tebal dengan kekakuannya lebih dibanding pp 1 mm dan lebih bening.
Polypropylene (PP), adalah plastik #5, diciptakan pada tahun 1957,
merupakan alternatif yang murah pengganti polyethylene.
Polypropylene merupakan plastik polymer yang mudah dibentuk ketika
panas, rumus molekulnya adalah (-CHCH3-CH2-)n. Yang lentur, keras dan
resisten terhadap lemak.

Polypropylene dapat dijumpai pada wadah makanan, kemasan, pot


tanaman, tutup botol obat, tube margarin, tutup lainnya, sedotan, mainan, tali,
pakaian dan berbagai macam botol.
Polypropylene bisa tembus cahaya ataupun pekat, dan sangat kuat, sangat
lentur, ringan, kedap air dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang
baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. PP dapat
diolah kembali menjadi garpu, sapu, nampan, dan lain-lain.
6. PS (Polystyrene)

Gambar 6. Plastik 6:Polystyrene

Polystyrene (PS), juga dikenal sebagai plastik #6, secara tidak sengaja
ditemukan oleh seorang ahli farmasi dari Berlin di tahun 1839. Saat ini
polystyrene sangat luas penggunaannya, walau jarang digunakan pada botol
plastik, mengandung benzene yang secara umum dikenal sebagai zat carcinogen
(penyebab kanker) dan tidak boleh dibakar. Polystyrene merupakan polimer
aromatik yang dapat mengeluarkan bahan styrene ke dalam makanan ketika
makanan tersebut bersentuhan. Polystyrene adalah plastik polymer yang mudah
dibentuk bila dipanaskan, rumus molekulnya adalah (-CHC6H5-CH2-)n. Sangat
kaku dalam suhu ruangan.

Polystyrene dapat dijumpai pada perkakas dari plastik, kotak CD, gelas
plastik, wadah makanan dan nampan. Selain tempat makanan, styrene juga bisa
didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung.
Polypropylene bisa tembus cahaya, bisa juga berwarna. Fleksibel pada
batas tertentu, namun secara umum kaku, sangat baik hasilnya bila dicetak dengan
rancangan yang rumit.
Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api berwarna kuning-jingga,
dan meninggalkan jelaga. Bahan ini diolah kembali menjadi isolasi, kemasan,
pabrik tempat tidur, dan lain-lain.
7. Others

Gambar 7. Plastik Plastik Lainnya

Paling sering, produk dengan label #7 terbuat dari campuran dua atau lebih
jenis plastik (#1 sampai #6). Kadang kala label #7 mengindikasikan bahwa bahan
baku resinnya tidak diketahui.
Tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan
OTHER. Untuk jenis plastik 7 Other ini ada 4 macam, yaitu: SAN styrene
acrylonitrile, ABS acrylonitrile butadiene styrene, PC polycarbonate, dan Nylon.

Dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum
olahraga, suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga, komputer, alat-alat
elektronik, dan plastik kemasan.
SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan
suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan.
Biasanya terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat makan,
penyaring kopi, dan sikat gigi, sedangkan ABS biasanya digunakan sebagai bahan
mainan lego dan pipa. Merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk
digunakan dalam kemasan makanan ataupun minuman.
PC atau nama Polycarbonate dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas
anak batita (sippy cup), botol minum polikarbonat, dan kaleng kemasan makanan
dan minuman, termasuk kaleng susu formula.
Tidak semua plastik nomor 7 adalah polikarbonat, bahkan segelintir
berbahan nabati. Palikarbonat masih menjadi perdebatan dalam beberapa tahun
terakhir, karena ditemukan pada saat mencuci BPA (bisphenol A), menjadi bahan
hormon pengganggu kehamilan dan pertumbuhan janin.

BAB III
DATA PERCOBAAN

1. Data Percobaan
Massa Jenis H2O

: 1 g/cm3

Massa Jenis Minyak

: 0,8 g/cm3

Massa Jenis Etanol

: 0,789 g/cm3

Massa Jenis Gliserin

: 1,26 g/cm3

Plastik Kelompok Lain


NO

Label
Platik

H2O

Minyak

Etanol

Gliserin

Keterangan
Dari bau
menunjukkan

Tenggelam

Tenggelam

Tenggelam

Terapung

platik untuk
bungkus pasta
gigi
Tipis, flexibel,

Terapung

Melayang

Tenggelam

Terapung

lunak, tidak
transpara
Tipis,
transparant,

Tenggelam

Tenggelam

Tenggelam

Melayang

kemungkinan
platik botol
aqua

Terapung

Tenggelam

Tenggelam

Terapung

Agak keras

Terapung

Tenggelam

Tenggelam

Terapung

Keras

Tenggelam

Tenggelam

Tenggelam

Tenggelam

Tenggelam

Tenggelam

Tenggelam

Terapung

Plastik dari Bu Mardiyati


Label

NO

Platik

H2O

Minyak

Etanol

Gliserin

Terapung

Tenggelam

Tenggelam

Terapung

2
3
4

III
K
7

Terapung
Terapung
Tenggelam

Tenggelam
Tenggelam
Tenggelam

Tenggelam
Tenggelam
Tenggelam

Terapung
Terapung
Terapung

Keterangan
Mirip kertas
laminating
-

2. Pengolahan Data
Label

Massa Jenis

Kemungkinan Jenis

Jenis

Platik

Perkiraan (g/cm3)

Plastik

1 < x < 1,26

Others, PET, PVC, PS

Plastik
Other

0,8 L < 1

HDPE, LDPE, PP, Other

PP

1 < R 1,26

Others, PET, PVC, PS

PET

0,8 K < 1

HDPE, LDPE, PP, Other

PP

0,8 M < 1

HDPE, LDPE, PP, Other

HDPE

1 < B <1,26

Others, PET, PVC, PS

PVC

1 < I <1,26

Others, PET, PVC, PS

PS

0,8 W < 1

HDPE, LDPE, PP, Other

LDPE

III

0,8 III < 1

HDPE, LDPE, PP, Other

HDPE

10

K1

0,8 K1 < 1

HDPE, LDPE, PP, Other

LDPE

11

1 < I <1,26

Others, PET, PVC, PS

PET

NO

BAB IV
ANALISIS

Berdasakan percobaan yang telah dilakukan meggunakan empat jenis


cairan yang berbeda, yaitu air dengan massa jenis sebesar 1 g/cm 3, minyak goreng
dengan massa jenis sebesar 8 g/cm3, etanol dengan massa jenis sebesar 0,789
g/cm3 , gliserin dengan massa jenis sebesar 1,26 g/cm3 sampel-sampel yang telah
diberikan tanda sebelumnya dapat diidentifikasi sebagai plastik plastik bernomer
yang dapat didaur ulang, antara lain :
Sampel plastik dengan label X diidentifikasi sebagai plastik bernomer 7,
yaitu jenis plastik Other. Hasil ini dapat diamati dengan beradanya sampel di
range massa jenis antara 1 g/cm3 sampai 1,26 g/cm3, serta dari pengamatan secara
fisik yang menunjukkan bahwa sampel X merupakan potongan plastik dari pasta
gigi. Hal ini sesuai dengan data massa jenis dan karakter dari plastik bernomer 7
yaitu memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu, kekuatan,
kekakuan.
Sampel plastik dengan label L diidentifikasi sebagai jenis plastik bernomer
5, yaitu jenis plastik PP atau polypropylene. Idenstifikasi ini ditetapkan dengan
melihat range massa jenis sampel L yang berada antara 0,8 g/cm3 sampai 1 g/cm3
dan secara fisik sampel ini memiliki ciri tipis, flexibel, lunak, tidak transparan
(opaque). Setelah dilakukannya perbandingan terhadap literatur hasil yang didapat
sesuai yakni plastik bernomer 5 memiliki range massa jenis antar 0,91 g/cm3
sampai 0,905 g/cm3 dengan ciri tipis, flexibel, lunak, tidak transparan (opaque).
Sampel dengan label R dikenali sebagai plastik dengan jenis PET
(polyethylene terephthalate) yang bernomer 1. Hasil ini didapatkan dengan
melihat range massa jenis yang didapatkan dari percobaan berada di range massa
jenis milik polyethylene terephthalate yaitu 1,35 g/cm3. Selain itu hasil ini juga
dipengaruhi dari pengamatan fisik sampel R yakni mirip seperti plastik botol air
mineral (aqua) yang memiliki karakter transparan dan kaku. Maka hasil yang
didapat sesuai dengan data yang terdapat dalam literatur.
Sampel dengan label K merupakan plastik dengan jenis PP (polypropylene)
dikarenakan massa jenis yang didapatkan dari percobaan berada di range massa

jenis polypropylene yaitu 0,8 g/cm3 sampai 1 g/cm3, sedangkan massa jenis
polypropylene sendiri adalah 0,91 g/cm3 sampai 0,905 g/cm3. Hal lain yang

mempengaruhi identifikasi ini juga karena plastik berlabel K sedikit keras, sesuai
dengan sifat dari plastik polypopylene.
Sampel M yang memiliki range massa jenis antara 0,8 g/cm3 sampai 1
g/cm3 dikategorikan sebagai paltik bernomer 2 yaitu High Density Polyethylene
(HDPE).
Sampel B dikenali sebagai plastik jenis PVC, dikarenakan range massa
jenisnya lebih dari 1,26 g/cm3 dan sampel ini keras sperti PVC kebanyakan.
Sampel dengan label I diidentifikasi sebagai plastik bernomer 6 atau
polystyrene (PS). Pengidentifikasian ini didapatkan sesuai dengan range massa
jenis dari percobaan yaitu sampel I memiliki range massa jenis antara 1g/cm3
sampai 1,126 g/cm3.
Tiga sampel dengan label W, III dan K1 diidentifikasi berturut-turut
sebagai plastik jenis LDPE, HDPE dan LDPE karena range massa jenis yang
didapatkan dari percobaaan sampel W, III, K1 diantara 0,8 g/cm3 sampai 1 g/cm3.
Akan tetapi jika dilihat secara fisik plastik W dan K 1 lebih mengarah pada plastik
LDPE karena bahannya yang keras dan tembus pandang dan lunak tidak seperti
sampel berlabel III.
Sampel terakhir yakni sampel berlabel angka 7 diidentifikasi sebagai
plastik jenis PET karena berada pada range massa jenis antara 1 g/cm3 sampai
1,26 g/cm3.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulakan


bahwa jenis plastik dari beberapa sampel yang diberikan antara lain : plasti
dengan label X merupakan jenis plastik Other (7), plastik berlabel L merupakan
plastik jenis PP (5), plastik berlabel R merupakan plastik jenis PET (1), plastik
berlabel K merupakan plastik jenis PP (5), plastik berlabel M merupakan plastik
berjenis HDPE (2), plastik berlabel B merupakan plastik berjenis PVC (3), plastik
berlabel I merupakan plastik jenis PS (6), plastik berlabel W merupakan plastik
jenis LDPE (4), plastik berlabel III merupakan plastik jenis HDPE (2), Plastik
berlabel K1 merupakan plastik jenis LDPE (4), dan plastik terakhir dengan label
angka 7 merupakan plastik jenis PET (1)
B.

SARAN
1. Sebaiknya dilihat juga tampak fisik dari sampel plastik yang diberikan,
tidak hanya melihat keadaan plastik saat didalam cairan.
2. Sebaiknya lebih teliti dalam melihat keadaan sampel plastik ketika
didalam cairan. Apakah sampel tersebut mengapung atau tenggelam
atau melayang.
3. Sebaiknya memasukkan plastik satu persatu kedalam cairan, agar tidak
terjadi kesalahan saat melihat sampel mana yang sedang diobservasi
atau menghalangi spesimen lain saat akan mengapung sehinga terjadi
kesalahan pembacaan keadaan sampel.
4. Volume cairan yang digunakan sebaiknya juga lebih besar, agara lebih
memudahkan saat pengidentifikasian.

DAFTAR PUSTAKA
Callister, William D. 2007. Materials and Science Engineering : An Introduction.
7th edition. New York : John Wiley & Sons,

https://pranaindonesia.wordpress.com diakses tanggal 17 September 2015 Pukul


20.00

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai