UNIVERSITAS SAHID
2019
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Diagram Alir Proses Pembuatan Saus tomat ......... Error! Bookmark not defined.
Lampiran 2 . Lembar Kerja HACCP 1a ..................................... Error! Bookmark not defined.
Lampiran 3 . Lembar Kerja HACCP 1b ..................................... Error! Bookmark not defined.
Lampiran 4 . Lembar Kerja HACCP 1c ..................................... Error! Bookmark not defined.
Lampiran 5. Lembar Kerja HACCP: 1d Identifikasi Bahaya dan Tindakan Pencegahannya
Error! Bookmark not defined.
Lampiran 6. Lembar Kerja HACCP: 1e ..................................... Error! Bookmark not defined.
Lampiran 7. Lembar Kerja HACCP 2 ........................................ Error! Bookmark not defined.
Lampiran 8. Rencana HACCP saus tomat ................................. Error! Bookmark not defined.
Lampiran 8. Rencana HACCP saus tomat ................................. Error! Bookmark not defined.
ii
i
BAB I PENDAHULUAN
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2
seperti HACCP ini lebih dapat memberikan jaminan kemanan pangan jika
dibandingkan dengan sistem pengawasan produk akhir.
Selain NAS, lembaga internasional seperti International Commission on
Microbiological Spesification for Foods (ICMSF) juga menerima konsep
HACCP dan memperkenalkannya ke luar Amerika Serikat. Ketika NAS
membentuk The National Advisory Commitee on Microbiological Criteria for
Foods (NACMCF), maka konsep HACCP makin dikembangkan dengan
disusunnya 7 prinsip HACCP yang dikenal sampai saat ini. Konsep HACCP
kemudian diadopsi oleh berbagai badan internasional seperti Codex
Alimentarius Commission (CAC) yang kemudian diadopsi oleh berbagai negara
di dunia termasuk Indonesia.
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah suatu sistem kontrol dalam
upaya pencegahan terjadinya masalah yang didasarkan atas identifikasi titik-titik
kritis di dalam tahap penanganan dan proses produksi. HACCP merupakan salah satu
bentuk manajemen resiko yang dikembangkan untuk menjamin keamanan pangan
dengan pendekatan pencegahan (preventive) yang dianggap dapat memberikan
jaminan dalam menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen. (Nunus : 2012)
Menurut Ulfah : 2012, HACCP adalah suatu sistem jaminan mutu yang
berdasarkan kepada kesadaran bahwa hazard (bahaya) dapat timbul pada berbagai
titik atau tahap produksi tertentu, tetapi dapat dilakukan pengendaliannya untuk
mengontrol bahaya bahaya tersebut. Kunci utama HACCP adalah antisipasi dan
identifikasi titik pengawasan yang mengutamakan kepada tindakan pencegahan,
dari pada mengandalkan kepada pengujian produk akhir. Sistem HACCP bukan
merupakan sistem jaminan keamanan pangan yang tanpa resiko, tetapi dirancang untuk
meminimalkan resiko bahaya keamanan pangan. Sistem HACCP juga dianggap sebagai
alat manajemen yang digunakan untuk memproteksi rantai pasokan pangan dan proses
produksi terhadap kontaminasi bahaya-bahaya mikrobiologis, kimia dan fisik.
HACCP dapat diterapkan dalam rantai produksi pangan mulai dari produsen utama
bahan baku pangan (pertanian), penanganan, pengolahan, distribusi, pemasaran hingga 3
sampai kepada pengguna akhir.
Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP),General Manufacturing
Practices (GMP), Standar Nasional Indonesia(SNI) dan Food Safety (keamanan
pangan) diartikan sebagai kondisi pangan aman untuk dikonsumsi. Food Safety secara
garis besar digolongkan menjadi 2 yaitu aman secara rohani dan aman secara
jasmani. Aman secara rohani berhubungan dengan kehalalan, dan aman secara
jasmani meliputi pangan itu bebas dari bahaya biologi atau mikroorganisme yang
membahayakan, baik cemaran fisik dan bebas cemaran kimia. Pangan yang aman
adalah pangan yang tidak mengandung bahaya biologi atau mikrobiologi, bahaya kimia,
dan bahaya fisik. Bahaya biologis atau mikrobiologis terdiri dari parasit (protozoa dan
cacing), virus dan pathogen yang dapat tumbuh dan berkembang di dalam bahan
pangan, sehingga dapat menyebabkan infeksi dan keracunan pada konsumen.
Bahaya kimia pada umumnya disebabkan oleh adanya bahan kimia yang dapat
menimbulkan terjadinya intoksikasi. Bahan kimia penyebab keracunan diantaranya
logam berat Cu (tembaga), Zn (seng), As (arsen), Pb (timbal), Hg (merkuri), dan Sn
(timah). Bahaya fisik terdiri dari potongan kayu, batu, logam, rambut, dan kuku yang
kemungkinan berasal dari bahan baku yang tercemar, peralatan yang telah aus, atau
juga dari para pekerja pengolah makanan. (Ludiyana : 2013)
5
6
III. KONSEP HACCP
MENURUT Codex Alimentarius Commision (CAC)
Konsep HACCP menurut CAC terdiri dari 12 langkah, dimana 7 prinsip HACCP
tercakup pula di dalamnya. Langkah-langkah penyusunan dan penerapan sistem HACCP
menurut CAC adalah sebagi berikut:
7
Indonesia mengadopsi sistem HACCP versi CAC tersebut dan menuangkannya dalam
acuan SNI 01-4852-1998 tentang Sistem Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik-Titik
Kritis (HACCP) serta pedoman penerapannya yaitu Pedoman BSN 1004/1999. Sistem
yang penerapannya masih bersifat sukarela ini telah digunakan pula oleh Departemen
Pertanian RI dalam menyusun Pedoman Umun Penyusunan Rencana Kerja Jaminan
Mutu Berdasarkan HACCP atau Pedoman Mutu Nomor 5.
2. Deskripsi Produk
Tim HACCP yang telah dibentuk kemudian menyusun deskripsi atau uraian
dari produk pangan yang akan disusun rencana HACCPnya. Deskripsi produk yang
dilakukan berupa keterangan lengkap mengenai produk, termasuk jenis produk,
komposisi, formulasi, proses pengolahan, daya simpan, cara distribusi, serta
keterangan lain yang berkaitan dengan produk. Semua informasi tersebut diperlukan
Tim HACCP untuk melakukan evaluasi secara luas dan komprehensif.
8
3. Identifikasi pengguna yang dituju
Agar diagram alir proses yang dibuat lebih lengkap dan sesuai dengan
pelaksanaan di lapangan, maka tim HACCP harus meninjau operasinya untuk
menguji dan membuktikan ketepatan serta kesempurnaan diagram alir proses
tersebut. Bila ternyata diagram alir proses tersebut tidak tepat atau kurang sempurna,
maka harus dilakukan modifikasi. Diagram alir proses yang telah dibuat dan
diverifikasi harus didokumentasikan.
9
6. Prinsip 1 : Analisa bahaya
Setelah lima tahap pendahuluan terpenuhi, tim HACCP melakukan analisa
bahaya dan mengindentifikasi bahaya beserta cara-cara pencegahan untuk
mengendalikannya. Analisa bahaya amat penting untuk dilakukan terhadap bahan
baku, komposisi, setiap tahapan proses produksi, penyimpanan produk, dan
distribusi, hingga tahap penggunaan oleh konsumen. Tujuan analisis bahaya adalah
untuk mengenali bahaya-bahaya apa saja yang mungkin terjadi dalam suatu proses
pengolahan sejak awal hingga ke tangan konsumen.
Analisis bahaya terdiri dari tiga tahap yaitu, identifikasi bahaya, penetapan
tindakan pencegahan (preventive measure), dan penentuan kategori resiko atau
signifikansi suatu bahaya. Dengan demikian, perlu dipersiapkan daftar bahan
mentah dan ingridient yang digunakan dalam proses, diagram alir proses yang telah
diverifikasi, serta deskripsi dan penggunaan produk yang mencakup kelompok
konsumen beserta cara konsumsinya, cara penyimpanan, dan lain sebagainya.
Bahaya (hazard) adalah suatu kemungkinan terjadinya masalah atau resiko
secara fisik, kimia dan biologi dalam suatu produk pangan yang dapat menyebabkan
gangguan kesehatan pada manusia. Bahaya-bahaya tersebut dapat dikategorikan ke
dalam enam kategori bahaya, yaitu bahaya A sampai F .
1
0
Tabel 2. Karakteristik Bahaya
1
1
tim dengan mempertimbangkan peluang terjadinya (reasonably likely to occur)
dan keparahan (severity) suatu bahaya.
Analisa bahaya adalah salah satu hal yang sangat penting dalam penyusunan
suatu rencana HACCP. Untuk menetapkan rencana dalam rangka mencegah bahaya
keamanan pangan, maka bahaya yang signifikan atau beresiko tinggi dan tindakan
pencegahan harus diidentifikasi. Hanya bahaya yang signifikan atau yang memiliki
resiko tinggi yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan critical control point.
10
7. Prinsip 2: Penetapan Critical Control Point (CCP)
CCP atau Titik Kendali Kritis didefinisikan sebagai suatu titik, langkah atau
prosedur dimana pengendalian dapat diterapkan dan bahaya keamanan pangan dapat
dicegah, dihilangkan atau diturunkan sampai ke batas yang dapat diterima. Pada
setiap bahaya yang telah diidentifikasi dalam proses sebelumnya, maka dapat
ditentukan satu atau beberapa CCP dimana suatu bahaya dapat dikendalikan.
Masing-masing titik penerapan tindakan pencegahan yang telah ditetapkan
diuji dengan menggunakan CCP decision tree (Gambar 2,3,4) untuk menentukan
CCP. Decision tree ini berisi urutan pertanyaan mengenai bahaya yang mungkin
muncul dalam suatu langkah proses, dan dapat juga diaplikasikan pada bahan baku
untuk mengidentifikasi bahan baku yang sensitif terhadap bahaya atau untuk
menghindari kontaminasi silang. Suatu CCP dapat digunakan untuk mengendalikan
satu atau beberapa bahaya, misalnya suatu CCP secara bersama-sama dapat
dikendalikan untuk mengurangi bahaya fisik dan mikrobiologi.
Bukan CCP
TIDAK
P3. Apakah ada risiko kontaminasi silang lerhadap fasilitas alau produk lain yang tidak dapat dikendalikan ?
11
P1. Apakah formulasi atau komposisi adonan atau campuran penting unluk mencegah terjadinya
peningkatan bahaya ?
CCP
Modifikasi proses/Produk
Apakah pengendalian
diperlukan untuk TIDAK
meningkatkan keamanan?
P3. Apakah proses ini dirancang khusus untuk menghilangkan /mengurangi bahaya sampai aman?
TIDAK
TIDAK
TIDAK
12
8. Prinsip 3: Peenetapan Critical Limit (CL)
Critical limit (CL) atau batas kritis adalah suatu kriteria yang harus dipenuhi
untuk setiap tindakan pencegahan yang ditujukan untuk menghilangkan atau
mengurangi bahaya sampai batas aman. Batas ini akan memisahkan antara "yang
diterima" dan "yang ditolak", berupa kisaran toleransi pada setiap CCP. Batas kritis
ditetapkan untuk menjamin bahwa CCP dapat dikendalikan dengan baik. Penetapan
batas kritis haruslah dapat dijustifikasi, artinya memiliki alasan kuat mengapa batas
tersebut digunakan dan harus dapat divalidasi artinya sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan serta dapat diukur. Penentuan batas kritis ini biasanya dilakukan
berdasarkan studi literatur, regulasi pemerintah, para ahli di bidang mikrobiologi
maupun kimia, CODEX dan lain sebagainya.
Untuk menetapkan CL maka pertanyaan yang harus dijawab adalah : apakah
komponen kritis yang berhubungan dengan CCP? Suatu CCP mungkin memiliki
berbagai komponen yang harus dikendalikan untuk menjamin keamanan produk.
Secara umum batas kritis dapat digolongkan ke dalam batas fisik (suhu, waktu),
batas kimia (pH, kadar garam). Penggunaan batas mikrobiologi (jumlah mikroba
dan sebagainya) sebaiknya dihindari karena memerlukan waktu untuk mengukurnya,
kecuali jika terdapat uji cepat untuk pengukuran tersebut. Tabel 5 menunjukkan
contoh batas kritis suatu proses dalam industri pangan.
13
9. Prinsip 4: Penetapan prosedur pemantauan untuk setiap CCP
14
Beberapa kegiatan verifikasi misalnya:
❖ Penetapan jadwal inspeksi verifikasi yang tepat
❖ Pemeriksaan kembali rencana HACCP
❖ Pemeriksaan catatan CCP
❖ Pemeriksaan catatan penyimpangan dan disposisi inspeksi visual
terhadap kegiatan untuk mengamati jika CCP tidak terkendalikan
❖ Pengambilan contoh secara acak
❖ Catatan tertulis mengenai inspeksi verifikasi yang menentukan
kesesuaian dengan rencana HACCP, atau penyimpangan dari rencana
dan tindakan koreksi yang dilakukan.
Verifikasi harus dilakukan secara rutin dan tidak terduga untuk menjamin
bahwa CCP yang ditetapkan masih dapat dikendalikan. Verifikasi juga dilakukan jika
ada informasi baru mengenai keamanan pangan atau jika terjadi keracunan makanan
oleh produk tersebut.
15
IV. PENYUSUNAN RENCANA HACCP UNTUK INDUSTRI SAUS TOMAT
Tim ini dapat terdiri dari 5 - 10 orang dan terdiri dari anggota yang memiliki
latar belakang pendidikan yang beragam, seperti ahli mikrobiologi, ahli mesin
(engineer), ahli kimia, personalia atau manajer bagian pembelian, bagian pengolahan
atau produksi, bagian quality assurance dan sebagainya. Berdasarkan kesepakatan
bersama kemudian ditunjuk seorang ketua. Sebaiknya diantara tim tersebut terdapat
orang-orang yang telah mendapatkan pelatihan tentang HACCP. Daftar anggota tim
HACCP dapat disusun seperti pada Tabel 6:
16
Nama Jabatan Tanggung jawab
1. Menjamin bahwa semua karyawan di
departemennya terlatih dan memahami
sistem keamanan pangan
…….. Production Manager 2. Menjamin bahwa semua produk yang
dihasilkan telah sesuai dengan standar
persyaratan mutu dan keamanan pangan
3. Menjamin proses yang berlangsung di area
produksi telah sesuai dengan GMP, SOP
dan SSOP yang telah ditetapkan
1. Menjamin bahwa semua karyawan di
departemennya terlatih dan memahami
sistem keamanan pangan
…….. Packaging Manager 2. Memastikan bahwa kemasan yang datang
dari supplier telah diinspeksi dengan baik
dan benar
3. Menjamin bahwa kemasan yang
digunakan adalah aman untuk digunakan
17
Tabel 7. Deskripsi Produk Saus Cabai
Dalam kegiatan ini tim akan mencatat penggunaan produk, cara penyajian
dan kelompok konsumen yang mungkin berpengaruh pada keamanan produk
tersebut. Contohnya:
Produk : Saus Tomat ADC
Cara Penyajian : Langsung dikonsumsi
Konsumen : Terdiri dari konsumen dari semua umur
18
4. Langkah 4: Penyusunan diagram alir proses
Diagram alir proses yang telah disusun oleh tim HACCP kemudian
diverifikasi di tempat (on site verification) dengan cara mengobservasi secara
langsung praktek produksi di lapangan, mewawancarai operator dan mencatat hal-
hal yang berbeda dari hasil "brainstorm" tim HACCP. Verifikasi dimaksudkan
untuk meyakinkan bahwa diagram yang disusun benar-benar sesuai dengan apa yang
terjadi di lapangan. Jika telah sesuai dengan kondisi di lapangan, maka diagram
pada Lampiran 1 tersebut siap digunakan sebagai bahan acuan penetapan langkah
berikutnya yang merupakan prinsip-prinsip HACCP.
19
Pada dasarnya, pada analisa bahaya tim HACCP dapat melakukan
beberapa pendekatan secara sistematis sebagai berikut :
1. Menentukan semua jenis bahaya mikrobiologi, kimia maupun fisik (A-F) yang
ada pada bahan baku maupun produk, lalu melakukan kategorisasi bahaya (I-
VI) sesuai dengan Tabel 2 dan Tabel 3 pedoman ini. Hasil analisis dapat
dituangkan pada Lembar kerja HACCP 1 a,b,c yang terdapat pada Lampiran
2,3,4. Bahan baku atau produk dengan kategori risiko yang lebih tinggi harus
dipertimbangkan dengan lebih seksama untuk penetapan CCP pada langkah
berikutnya.
2. Menentukan semua jenis bahaya pada setiap tahapan atau kondisi proses lalu
melihat peluang terjadinya dan keparahannya. Peluang terjadinya bahaya dan
keparahannya dapat didasarkan pada pengetahuan, pustaka, data-data ilmiah
yang ada atau dengan melihat rekaman data milik perusahaan tersebut. Dengan
mengunakan Tabel 4 pedoman ini maka dapat ditetapkan apakah bahaya tersebut
signifikan atau tidak. Hasil analisis dapat dituangkan dalam lembar kerja 1d dan
1e yang terdapat pada Lampiran 5,6. Tahapan atau kondisi proses yang
signifikan risiko bahayanya akan dipertimbangkan dalam penetapan CCP pada
langkah berikutnya. Meskipun demikian, meski tidak tinggi signifikansinya, bila
konsumen produk adalah populasi rentan maka harus dipertimbangkan dalam
langkah berikutnya.
20
Contoh analisa bahaya untuk bahan baku dan proses pada proses pembuatan
produk saus cabai sesuai dengan diagram alir proses pada Lampiran 1 adalah
sebagai berikut :
A B C D E F
RESIKO
Saus 0 + 0 0 + + III
Tomat X
BAHAN BAKU
Tomat 0 + 0 0 + + III
Ubi 0 + 0 0 + + III
Jalar
Pepaya 0 + 0 0 + + III
Bumbu 0 + 0 + 0 0 II
Asam 0 + 0 0 + + III
Sorbat
Asam 0 + 0 0 + + III
Sitrat
Natrium 0 + 0 0 + + III
Benzoat
21
Tabel 9. Kajian Resiko Bahaya Kimia
A B C D E F
RESIKO
Saus 0 + 0 + + + IV
Tomat
X
BAHAN BAKU
Tomat 0 + 0 + + 0 III
Pepaya 0 + 0 + + 0 III
Bumbu 0 + 0 + + 0 III
Asam 0 + 0 + + 0 III
Sorbat
Asam 0 + 0 + + 0 III
Sitrat
Natrium 0 + 0 + + 0 III
Benzoat
22
Tabel 10. Kajian Resiko Bahaya Fisik
A B C D E F
RESIKO
Saus 0 + 0 + 0 + III
Tomat
X
BAHAN BAKU
Tomat 0 + + + + + V
Ubi Jalar 0 + + + + + V
Pepaya 0 + + + + + V
Bumbu 0 + + + + + V
Asam 0 + 0 + 0 + III
Sorbat
Asam 0 + 0 + 0 + III
Sitrat
Natrium 0 + 0 + 0 + III
Benzoat
23
❑ Mengidentifikasi bahaya selama proses produksi
24
Langkah Input Bahaya Tindakan Pencegahan
Proses
Sterilisasi botol Botol Saus Biologi 1. Mengontrol suhu sterilisasi
saus cabai Tomat Mikroorganisme yang 2. Analisa laboratorium setelah
tidak diinginkan dari sterilisasi apakah masih ada
udara mikroorganisme yang tidak diinginkan
setelah proses sterilisasi
3. Pelaksanaan GMP, SOP, SSOP
dengan baik dan benar
Proses l/ m/ h L/ M/ H
Penanganan Biologi 1. Pengecekan sertifikat COA
bahan baku Kapang dan khamir pemasok terhadap
serta bakteri kesesuaian barang yang
patogen dalam akan digunakan l H Tidak signifikan
bahan baku 2. Analisa kimia, fisik, dan
mikrobiologi
Kimia
Kontaminasi bahan
kimia
Fisik
Kontaminasi benda
asing (logam,
plastik, kayu, kaca)
25
Langkah Bahaya Tindakan Pencegahan Frekuensi Keparahan Signifikansi
Proses
l/ m/ h L/ M/ H
Blanching Biologi 1. Melakukan sortasi terhadap
Kapang dan khamir tomat yang akan diproses
serta bakteri 2. Pengecekan secara visual
patogen dalam l M Tidak signifikan
selama proses
bahan baku
3. Pelaksanaan GMP, SOP,
Fisik
Kontaminasi benda dan SSOP dengan baik dan
asing (logam, plastik, benar
kayu, kaca)
Saringan Fisik 1. Pengecekan secara visual
setelah Kontaminasi benda selama proses
grinding asing (logam, 2. Pengecekan rutin setiap
plastik, kayu, kaca) h H Signifikan
awal produksi, akhir shift,
dan pergantian produk
terhadap saringan yang
digunakan
Saringan Fisik 1. Pengecekan secara visual
bumbu Kontaminasi benda selama proses
asing (logam, 2. Pengecekan rutin setiap
plastik, kayu, kaca) h H Signifikan
awal produksi, akhir shift,
dan pergantian produk
terhadap saringan yang
digunakan
Sterilisasi Biologi 1. Mengontrol suhu sterilisasi
botol saus Mikroorganisme 2. Analisa laboratorium
cabai yang tidak setelah sterilisasi apakah
diinginkan dari masih ada mikroorganisme
udara yang tidak diinginkan m H Signifikan
setelah proses sterilisasi
3. Pelaksanaan GMP, SOP,
SSOP dengan baik dan
benar
Seperti terlihat pada contoh di atas, analisis bahaya akan sangat tergantung
dari kondisi bahan baku, teknologi proses yang digunakan, tingkat penerapan GMP
dan SSOP perusahaan sehingga mungkin berbeda hasilnya untuk industri yang
berbeda.
26
7. Langkah 7 (Prinsip 2): Penetapan CCP
Bahan baku, tahapan proses atau kondisi sanitasi wadah, pekerja, maupun
ruangan yang dinilai tinggi kategori risikonya atau tinggi signifikansi bahayanya
akan diuji apakah menjadi CCP atau tidak. Penetapan CCP dilakukan dengan
mengacu pada decision tree yang terdapat pada Gambar 2, 3, 4 pedoman ini. Untuk
itu dilakukan analisis dengan menggunakan lembar kerja 2 (Lampiran 7).Contoh
pengujian untuk menetapkan CCP dapat dilihat pada Tabel 13 dan Tabel 14
pedoman ini.
Fisik
Kontaminasi benda asing (logam,
plastik, kayu, kaca)
Ubi Jalar Biologi
Kapang dan khamir serta bakteri
patogen dalam bahan baku
Y Y T Bukan
Kimia CCP
Kontaminasi bahan kimia
Fisik
Kontaminasi benda asing (logam,
plastik, kayu, kaca)
Pepaya Biologi
Kapang dan khamir serta bakteri
patogen dalam bahan baku
Y Y T Bukan
Kimia CCP
Kontaminasi bahan kimia
Fisik
Kontaminasi benda asing (logam,
plastik, kayu, kaca)
Bumbu Biologi
Kapang dan khamir serta bakteri
patogen dalam bahan baku
Kimia Y Y T Bukan
Kontaminasi bahan kimia CCP
Fisik
Kontaminasi benda asing
(logam, plastik, kayu, kaca)
27
Bahan Baku Bahaya P1 P2 P3 Tipe
CCP
28
Langkah Bahaya P1 P2 P3 P4 P5 Tipe
Proses CCP
Blanching Biologi
Kapang dan khamir serta
bakteri patogen dalam
bahan baku
Y Y T T Bukan
CCP
Fisik
Kontaminasi benda asing
(logam, plastik, kayu, kaca)
Saringan setelah
grinding Fisik
Kontaminasi benda asing
Y Y Y CCP 1
(logam, plastik, kayu, kaca)
Saringan bumbu
Fisik
Kontaminasi benda asing
Y Y Y CCP 2
(logam, plastik, kayu, kaca)
Saringan bumbu CCP 2 Saringan harus dalam kondisi tepat, baik, tidak rusak dan
berada pada tempatnya
29
9. Langkah 9 (Prinsip4): Penetapan prosedur pemantauan
Sterilisasi Karyawan Botol yang telah dicuci Pengambilan sampel untuk Ruang Tiap setengah
botol saus PC di analisa lab Sterilisasi botol jam sekali
cabai
(CCP 3)
30
11. Langkah 11 (Prinsip 6) : Verifikasi program HACCP
31
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari Penjelasan tentang Penerapan HACCP pada industri saus tomat , maka dapat disimpulkan
bahwa bahaya setiap pembuatan saus tomat diidentifikasi tahap pertahap, dimulai dari proses
pemilihan tomat, diidentifikasi apakah berasal tanaman segar atau tidak segar, hingga sampai
proses pembuatan saus tomat yang menggunakan alat-alat yang telah disterilisasi atau tidak.
Penerapan HACCP pada proses pembuatan saus tomat ini sangat penting mengingat
sebagian masyarakat Indonesia menyukai makanan yang berbentuk pasta ini, sehingga proses
pembuatannya juga harus dilindungi dari bahaya, baik dari bahaya biologis, kimia maupun fisik.
32
DAFTAR PUSTAKA
33
Lampiran 1. Diagram Alir Proses Pembuatan Saus tomat
Tomat
Sterilisasi
100ºC, 10 menit
34
tomat
sortasi dan
pencucian
Blancing 90°C, 15
menit
Griding
Penyaringan
pemasakan
Sterilisasi 100°,10
menit
Penyegelan dan
pelabelan
saus cabai
Figure 1
35
Lampiran 2 . Lembar Kerja HACCP 1a
A B C D E F
RESIKO
PRODUK
BAHAN BAKU
36
37
Lampiran 3 . Lembar Kerja HACCP 1b
A B C D E F
RESIKO
PRODUK
BAHAN BAKU
38
Lampiran 4 . Lembar Kerja HACCP 1c
A B C D E F
RESIKO
PRODUK
BAHAN BAKU
39
Lampiran 5. Lembar Kerja HACCP: 1d
40
Lampiran 6. Lembar Kerja HACCP: 1e
l/ m/ h L/ M/ H
41
Lampiran 7. Lembar Kerja HACCP 2
42
Lampiran 8. Rencana HACCP saus tomat
Tahapan Jenis C Batas Tindakan Verifikasi Dokumenta
A Bagaimana Frekuens Siapa
Proses Bahaya C Kritis p i Koreksi si
P a
Penerimaa - Mikrobiolo Karakteristik - Suhu produk - Suhu - Ukur suhu Setiap - QA - Hubungi - Kalibrasi Form
n bahan gi Penerimaan 10oC internal internal peneri Receivin QA thermom penerimaan
Mentah : - Fisik - Suhu - Tidak produk produk pada maan g manager eter tomat, ubi
- Tomat, - Kondisi fisik ada bau - Kondisi lokasi yang dan setiap jalar, papaya
ubi - Kondisi menyimp fisik berbeda putuskan hari dan bumbu
jalar kemasan ang tomat, dengan diterima - Review
,pepaya - Tidak ada ubi jalar menggunaka atau ditolak From
dan benda dan n - Komplain Receiving
bumbu asing, pepaya thermometer pada setiap
memar dan - COA yang sudah produsen penerimaan
darah (Certifi dikalibrasi
- Kemasan cate Of - Pemeriksaan
tidak Analisis secara visual
rusak ) terhadap
bahan yang
diterima
- Bahan- - Fisik - Keutuhan - Kemasan - Kon - Semua Setiap - QA - Hubungi - Review From Form
bahan - Mikrobiolo kemasan tidak disi produk peneri Receivin QA Receiving penerimaan
kering gi - Kapang rusak kem diperiksa maan g manager untuk setiap bahan
- Tidak ada asan secara dan penerimaan kering dan
benda - COA visual putuskan bahan
asing untuk diterima pelapis
- Tidak ada kondisi atau (Form
gumpalan kemasann ditolak Receiving)
bahan ya - Komplain
- Periksa COA pada
produsen
Penyimpa - - Suhu - Suhu - Suhu ruang - Suhu ruang Setiap 4 - QA - Hubungi - Kalibrasi - Log
nan Mikrobiologi Penyimpanan penyimp penyimpan penyimpanan jam satu non maintenan thermom book
bahan anan an diatur dan kali line ce untuk eter penyimp
mentah Maksim diperiksa - Wa memperba setiap anan
(tomat, al - 10oC secara rutin re iki system hari - Laporan
ubi jalar dengan Ho pendingin - Periksaan HOBO
dan menggunakan use nya hasil
pepaya) thermometer pengukuran
yang telah dari HOBO
dikalibrasi jika terjadi
- HOBO penyimpang
diletakkan an
di ruang - Review log
penyimpana book setiap
n hari
Tempering - Mikrobiolo - Suhu ruang - Suhu ruang - Suhu - Suhu - 4 kali - QA - Proses - Kalibrasi - Log book
gi penyimpana untuk ruang Chillroom pemerik non dihentikans thermom Tempe
- Fisik n dan suhu tempering untuk diatur dan saan line ampai eter ring
tomat ubi (Chillroom temperi diperiksa untuk - Wa dilakukan setiap - Laporan
jalar dan ) maksimal ng secara rutin setiap re perbaikan hari HOBO
pepaya 10oC (Chillro dengan kali Ho - Produk yang - Periksaan
- Plastik - Tidak ada om) menggunakan temperi use lolos pada hasil
pengemas benda thermometer ng - Bagi masa pengukuran
pengemas asing yang telah - HOBO an sebelumnya dari HOBO
daging dan dikalibrasi diperiksa Produ harus jika terjadi
kulit - HOBO setiap ksi dilewatkan penyimpang
diletakkan selesai lagi pada an
di melakuk metal - Review log
Chillroom an detector yang book setiap
temperin telah hari
g dieprbaiki
43
Lampiran 8. Rencana HACCP saus tomat
P Tindakan
Tahapan Jenis CCP Batas Kritis e Verifikasi Dokumenta
Koreksi
Proses Bahaya m si
a
nt
a
u
a
n
A Bagaimana Frekuens Sia
p i pa
a
Pendetek - Fisik - Ada cemaran - Sistem - Sistem - Melakukan Setia Bagian - Hubungi - Review - Metal
sian logam pada pendeteksi pada pengujian p 30 Produksi maintenan laporan detector
logam produk an logam metal terhadap menit (Packaging ce untuk (Metal test form
(Metal dapat detector fungsi dari ) memperba Detector test - Metal
Detectio mendeteksi metal iki system Form) setiap detector
n) standar detector pendingin hari test
yang dengan nya finding
digunakan melewatkan sebelum
1.5 mm Fe sample produk
2.0 mm standar mencapai
non Fe suhu > -
18oC
- Produk
dipindahka
n ke
tampat lain
sebelum
suhunya
meningkat
Penyimpanan - - Suhu - Suhu - Suhu ruang - Suhu ruang - Setiap hari - QA non - Proses - Kalibrasi - Log
produk jadi Mikrobiologi penyimpanan penyimp penyimpan penyimpanan line sanitasi thermom book
anan an diatur dan - Ware diulang eter penyimp
Maksima diperiksa House sesuai setiap anan
l0oC/ secara rutin prosedur hari produk
dengan yang ada - Periksa hasil jadi
menggunakan pengukuran - Laporan
thermometer dari HOBO HOBO
yang telah jika terjadi
dikalibrasi penyimpang
HOBO an
diletakkan - Review log
diruang book setiap
penyimpanan hari
Sanitasi - Mikrobiolo Hygiene - Setiap - Kondisi - Dilakukan - Sebe - QA sanitasi - Review - QA
gi - Karyawan kondisi karyawa pengecekan lum laporan monitoring
- Fisik(B - Peralata yang n secara visual pros setiap hari check list
enda n dan potensial (kelengka es - Swab test sanitation
asing) ruang tidak pan prod setiap satu - Lap
produks terjamin pakaian uksi minggu satu oran
i kebersiha yang dimu kali insp
nnya sesuai lai eksi
untuk - Setiap
diruang proses
produksi sanitasi
) dilakuka
- Kondisi n
kebersih
an
peralatan
dan
ruang
untuk
proses
produksi
44
45