MAKALAH
HUBUNGAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA
KEHAMILAN TERHADAP KEJADIAN PERDARAHAN POST
PARTUM
Disusun Oleh:
Dinda Anindita Salsabilla
S021902013
Dosen Pengampu:
Dr. Yulia Lanti Retno Dewi, dr., MSi
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan,
dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti
kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup. AKI pada tahun
2007 sebesar 228 namun pada tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI
yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup.
AKI kembali menujukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS)
2015 (Kemenkes RI, 2017).
Jumlah kasus kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2017
sebanyak 475 kasus, mengalami penurunan dibandingkan jumlah kasus
kematian ibu tahun 2016 yang sebanyak 602 kasus. Penyebab angka kematian
ibu tertinggi kedua di Jawa Tengah adalah dikarenakan perdarahan yaitu
sebanyak 21, 23 % (Dinkes Provinsi Jateng, 2018).
Peran bidan dalam mencegah perdarahan postpartum yaitu mengurangi
faktor resiko dengan melakukan deteksi dini faktor resiko, memberi konseling
kepada ibu untuk mengatur umur reproduksi sehat ibu (20-35 tahun), paritas
(2-3 anak), jarak kehamilan ≥2-5 tahun, mengendalikan kadar Hb pada saat
kehamilan (≥ 11 gr%), dan memberikan pemeriksaan ANC minimal 4 kali
(TM I = 1 kali, TM II = 1 kali, dan TM III= 2 kali), akan tetapi masih banyak
ibu hamil yang kurang memanfaatkan pelayanan pra-persalinan, khususnya di
daerah pedesaan (Kemenkes RI, 2015).
Salah satu masalah gizi yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah
anemia gizi, yang merupakan masalah gizi mikro terbesar dan tersulit diatasi
di seluruh dunia.World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa
terdapat 52% ibu hamil mengalami anemia di negara berkembang. Di
Indonesia berdasarkan data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS) dan Survei Departemen kesehatan bersama United Nations
Emergency Children's Fund (UNICEF) dilaporkan bahwa dari sekitar 4 juta
ibu hamil, separuhnya mengalami anemia gizi dan satu juta lainnya
mengalami kekurangan energi kronis (Fatimah, 2011).
Anemia sering terjadi akibat defisiensi zat besi karena pada ibu hamil
terjadi peningkatan kebutuhan zat besi dua kali lipat akibat peningkatan
volume darah tanpa ekspansi volume plasma, untuk memenuhi kebutuhan ibu
(mencegah kehilangan darah pada saat melahirkan) dan pertumbuhan janin.
Hal ini telah dibuktikan di Thailand bahwa penyebab utama anemia pada ibu
hamil adalah karena defisiensi besi sebanyak 43,1% (Sukrat, 2006). Demikian
pula dengan studi di Tanzania memperlihatkan bahwa anemia ibu hamil
berhubungan dengan defisiensi zat besi (p = 0,03), vitamin A (p =0,004) dan
status gizi (LILA) (p = 0,003).
Capaian distribusi tablet Fe3 (90 tablet) tahun 2014 di Kota Surakarta
sebesar 98,78%, melampaui target Kementerian Kesehatan sebesar 95%, di
seluruh wilayah Puskesmas, bahkan 3 (tiga) puskesmas diantaranya yaitu
Puskesmas Kratonan, Ngoresan dan Sibela telah menditribusikan Fe3 sebesar
100% kepada seluruh ibu hamil yang ada di wilayah masing-masing. Secara
keseluruhan di tingkat Kota, capaian distribusi tablet Fe tahun 2014
mengalami peningkatan dibanding tahun 2013 (97,50 %). Jika dilihat dari
angka Bumil Anemia untuk Kota Surkarta tahun 2014 sebesar 5,7%, dengan
angka tertinggi terjadi di puskesmas Ngoresan. Hal ini tidak sejalan dengan
angka capaian distribuasi tablet Fe3.
Terdapat korelasi yang erat antara anemia pada saat kehamilan dengan
kematian janin, abortus, cacat bawaan, berat bayi lahir rendah, cadangan zat
besi yang berkurang pada anak atau anak lahir dalam keadaan anemia gizi
(Hinderaker, 2002).Pengaruh anemia pada masa kehamilan yaitu berat badan
kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini, anemia pada masa
persalinan dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan post
partum, shock, dan pada masa pasca melahirkan dapat terjadi subinvolusi
rahim. Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayi baru lahir yaitu
premature, apgar scor rendah, gawat janin (Manuaba, 2010).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan anemia defisiensi besi pada kehamilan terhadap
kejadian peradarahan post partum ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi. Terutama yang
disebabkan oleh perdarahan post partum. Banyak penelitian menunjukkan
terdapat hubungan signifikan antara anemia defisiensi besi terhadap kejadian
perdarahan post partum. Ibu hamil yang anemia akan mengalami
pengenceran darah dan kekurangan Hb dalam darah yang berdampak secara
fisiologis kurangnya aliran oksigen dalam darah menuju uterus saat proses
persalinan sehingga otot-otot uterus tidak berkontraksi secara adekuat dan
menyebabkan perdarahan banyak hingga kematian ibu.
B. Saran
1. Program pemberian suplementasi TTD sebaiknya digencarkan pada usia
yang lebih dini/usia remaja putri. Karena anemia pada saat remaja dapat
berdampak panjang terutama pada masa kehamilan dan persalinan.
2. Program pemberian suplementasi TTD yang telah dilaksanakan di
Puskesmas di seluruh Indonesia harus dievaluasi karena angka anemia
pada ibu hamil yang masih tinggi. Evaluasi yang dapat dilakukan
meliputi dosis dan umur kehamilan mendapatkan suplementasi TTD.
3. Ibu hamil harus mengonsumsi TTD sejak kehamilan trimester I jika
tidak mengalami mual dan muntah disertai dengan asupan nutrisi yang
adekuat,mengandung zat gizi mikro maupun makro karena suplementasi
TTD saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan Fe selama hamil.
DAFTAR PUSTAKA