Anda di halaman 1dari 14

DETERMINAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI

JANGKA PANJANG PADA WANITA USIA SUBUR


DI INDONESIA

Dosen Pengampu : Vitri Widyaningsih, dr., MS., Ph.D

Disusun Oleh:
Dinda Anindita Salsabilla (S021902013)
Feri Yuda Anggara (S021902026)
Liza Laela Abida (S021902037)
Rizki Kurniawan Saputra (S021902053)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2020
ABSTRAK
Background: Salah satu masalah utama yang dihadapi Indonesia yaitu
pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Metode kontrasepsi jangka panjang
(MKJP) adalah metode yang efektif untuk menunda, menjarangkan, dan
menghentikan kesuburan sebagai upaya pengendalian fertilitas atau menekan
pertumbuhan penduduk. Penggunaan MKJP pada wanita usia subur (WUS) di
Indonesia dipengaruhi berbagai faktor.
Metode: Penelitian ini merupakan analisis data sekunder Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menggunakan pendekatan cross
sectional dengan populasi 20.404 WUS dengan besar sampel pengguna MKJP
sebanyak 4713 responden. Variabel dependen yaitu penggunaan MKJP. Variabel
independen meliputi usia ibu, jenis tempat tinggal, pendidikan ibu, pekerjaan ibu,
status ekonomi, paritas, pengambil keputusan, menginginkan anak, sumber
pelayanan KB dan memiliki asuransi kesehatan. Data dianalisis menggunakan
analisis regresi logistik ganda.
Hasil: Penggunaan MKJP secara signifikan berhubungan dengan usia ibu >30
(AOR= 1.1, CI 95%= 1.0-1.2, p= 0.027), jenis tempat tinggal perkotaan (AOR=
1.6, CI 95%= 1.4-1.7, p<0.001), pendidikan tinggi (AOR= 2.6, CI 95%= 2.3-2.9,
p<0.001), status ekonomi tinggi (AOR= 1.5, CI95%= 1.4-1.6, p<0.001), paritas
>2 anak (AOR= 1.5, CI 95%= 1.4-1.7, p<0.001), pengambil keputusan bersama
(AOR= 1.5, CI 95%= 1.4-1.6, p<0.001), tidak menginginkan anak (AOR= 1.7, CI
95%= 1.6-1.9, p<0.001), dan memiliki asuransi kesehatan (AOR= 1.3, CI 95%=
1.2-1.4, p<0.001).
Kesimpulan: penggunaan MKJP secara positif berhubungan dengan meliputi usia
ibu >30 tahun, jenis tempat tinggal perkotaan, pendidikan ibu tinggi, status
ekonomi tinggi, paritas >2 anak, pengambil keputusan bersama, tidak
menginginkan anak, dan memiliki asuransi kesehatan.
Kata kunci: Kontasepsi Modern, Keluarga Berencana, MKJP, WUS
PENDAHULUAN
United Nations (UN) menyebutkan bahwa sebanyak 17 tujuan dan 169
target Sustainable Development Goals (SDGs) yang diharapkan dapat dicapai
pada tahun 2030. SDGs membuat referensi khusus untuk keluarga berencana pada
goal ke 3 dan ke 5 tentang kesehatan untuk semua, kesetaraan gender dan
memberdayakan semua perempuan dengan mengurangi rasio kematian ibu
menjadi < 70 per 100.000 termasuk memastikan akses menyeluruh ke layanan
perawatan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk untuk keluarga berencana,
informasi dan pendidikan, dan integrasi kesehatan reproduksi ke dalam strategi
dan program nasional (UN, 2019). International Planned Parenthood Federation
(IPPF) menyebutkan harapan dari SDGs adalah persentase wanita usia reproduksi
yang memiliki kebutuhan akan Keluarga Berencana (KB) terpenuhi dengan
metode modern yang mudah diakses dapat diterima dan berkualitas (IPPF, 2016).
KB menurut World Health Organization (WHO) tahun 2020,
memungkinkan orang untuk mencapai jumlah anak yang diinginkan dan
menentukan jarak kehamilan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 52 tahun 2009, KB adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia
ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan, serta
bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
menetapkan sasaran program KB pada Pasangan Usia Subur (PUS) yang
difokuskan kepada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) yang berusia 15-49
tahun dengan target salah satunya meningkatnya prevalensi kontrasepsi modern
dan meningkatnya peserta KB aktif yang menggunakan Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang (MKJP) (BKKBN, 2015).
Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) merupakan metoda
kontrasepsi yang paling efektif untuk menurunkan angka kelahiran yang dapat
dipakai dalam jangka waktu lama, lebih dari 2 tahun, menjarangkan kelahiran
lebih dari 3 tahun atau mengakhiri kehamilan pada pasangan yang sudah tidak
ingin tambah anak lagi. Jenis metode yang termasuk ke dalam MKJP adalah
kontrasepsi mantap pria dan wanita (Tubektomi dan Vasektomi), Implant dan
IUD (Intra Uterine Device). Sedangkan untuk WUS terdapat tiga jenis metode
yaitu Tubektomi, Implant dan IUD (BKKBN, 2017).
Berdasarkan data UN (2019), terdapat 1,9 miliar WUS yang hidup di
dunia pada tahun 2019, 1,1 miliar sebagai pengguna KB, di mana 842 juta
diantaranya menggunakan metode kontrasepsi modern dan 80 juta menggunakan
metode tradisional. Prevalensi pengguna MKJP di dunia lebih banyak pada
penduduk Asia, Amerika Latin dan Karibia. Sedangkan di Indonesia sendiri
penggunaan MKJP masih sekitar 25% dari total pengguna KB.
Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 terkait pola dalam
pemilihan jenis alat kontrasepsi menunjukkan sebagian besar peserta KB Aktif
memilih suntikan dan pil sebagai alat kontrasepsi bahkan sangat dominan (lebih
dari 80%) dibanding metode lainnya; suntikan (63,71%) dan pil (17,24%), IUD
(7,35%), Implan (7,2%), MOW (2,76%), Kondom (1,24%) dan MOP (0,5%).
Padahal suntikan dan pil termasuk dalam metode kontrasepsi jangka pendek
sehingga tingkat efektifitas suntikan dan pil dalam pengendalian kehamilan lebih
rendah dibandingkan jenis kontrasepsi lainnya (Kemenkes RI, 2019).
Masih rendahnya penggunaan MKJP dikarenakan beberapa faktor yang
mempengaruhi. Penelitian Triyanto et al., (2018) menyatakan faktor usia,
tingkat pendidikan, pekerjaan, sumber layanan KB, dan daerah pemukiman
berpengaruh terhadap penggunaan MKJP pada WUS. Menurut Christiani et al.,
(2014), faktor umur, jumlah anak, tingkat pendidikan, tempat tinggal, tahapan
keluarga, tujuan dan alasan ber-KB memiliki hubungan yang erat terhadap
pemilihan dan penggunaan MKJP. Penelitian yang dilakukan Azmoude et al.,
(2017), menunjukkan bahwa pendidikan tinggi, status sosial ekonomi tinggi dan
jumlah anak lebih banyak memiliki hubungan yang signifikan dengan penggunaan
MKJP. Penelitian Aryati et al., (2019) menyebutkan bahwa WUS memilih
kontrasepsi jangka panjang atau bahkan permanen jika telah mempunyai anak
dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin anak yang dimiliki
oleh pasangan usia subur merupakan sesuatu nilai yang sangat penting bagi
pengambilan keputusan untuk memakai kontrasepsi jangka panjang.
METODE
Penelitian ini merupakan analisis data sekunder Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017. SDKI adalah survei yang representatif
secara nasional menggunakan desain multistage sampling. SDKI 2017
dilaksanakan di seluruh 33 provinsi di Indonesia dan tersebar di 1970 blok sensus
yang meliputi daerah perkotaan dan pedesaan. Desain studi yang digunakan
adalah cross sectional dengan jumlah populasi 20404 WUS yang sudah menikah
dan menggunakan kontrasepsi, yang setelah dilakukan pembobotan maka
diperoleh besar sampel 4713 yang menggunakan MKJP.
Variabel dependen dalam penelitian adalah MKJP, sedangkan variabel
independen meliputi; usia ibu (>30 tahun dan <30 tahun), jenis tempat tinggal
(perkotaan dan pedesaan), pendidikan ibu (tinggi dan rendah), pekerjaan ibu
(bekerja dan tidak bekerja), status ekonomi (tinggi dan rendah), paritas (>2 anak
dan <2 anak), pengambil keputusan (bersama dan ibu/ sami sendiri),
menginginkan anak (tidak dan ya), sumber pelayanan KB (swasta dan pemerintah)
dan kepemilikan asuransi kesehatan (ya dan tidak).
Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi dan
persentase karakteristik subjek penelitian. Analisis bivariat digunakan untuk
mempelajari hubungan antara penggunaan MKJP dengan variabel independen
menggunakan uji Chi-square. Analisis multivariat menggunakan analisis regresi
logistik ganda untuk menentukan pengaruh variabel independen terhadap
penggunaan MKJP.

HASIL
Karakteristik Subjek Penelitian
Gambaran karakteristik dari subjek penelitian meliputi penggunakan
MKJP, usia ibu, jenis tempat tinggal, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, status
ekonomi, paritas, pengambil keputusan, menginginkan anak, sumber pelayanan
KB dan memiliki asuransi kesehatan (Tabel 1).
Hanya sebesar 23% subjek penelitian yang menggunakan MKJP.
Mayoritas ibu berusia >30 tahun (70.9%), jenis tempat tinggal di pedesaan
(53.5%), pendidikan rendah (90.3%), status bekerja (59.9%), dengan status
ekonomi tinggi (61.3%). Sebanyak 66.9% ibu memiliki jumlah anak <2. Dalam
pengambilan keputusan mayoritas dilakukan bersama suami (56.3%). Mayoritas
subjek tidak menginginkan anak lagi (66.3%) dengan sumber pelayanan kesehatan
sektor swasta sebesar 66.0% dan memiliki asuransi kesehatan (57.9%).
Tabel 1. Karakteristik Responden Pengguna MKJP
Karakteristik N %
Menggunakan MKJP
Yes 4713 23.1
No 15690 76.9
Usia Ibu
>30 tahun 14463 70.9
<30 tahun 5941 29.1
Jenis Tempat Tinggal
Perkotaan 9495 46.5
Pedesaan 10909 53.5
Pendidikan Ibu
Tinggi 1989 9.7
Rendah 18415 90.3
Pekerjaan Ibu
Bekerja 12232 59.9
Tidak Bekerja 8172 40.1
Status Ekonomi
Tinggi 12498 61.3
Rendah 7906 38.7
Paritas
>2 anak 6755 33.1
<2 anak 13648 66.9
Pengambil Keputusan
Ibu bersama suami 11483 56.3
Ibu sendiri/ Suami 8920 43.7
Menginginkan Anak
Tidak 13527 66.3
Ya 6877 33.7
Sumber Pelayanan KB
Swasta 13461 66.0
Pemerintah 6942 34.0
Memiliki Asuransi
Kesehatan
Ya 11817 57.9
Tidak 8586 42.1
Hasil Analisis Bivariat
Pada analisis bivariat menggunakan uji chi square. Penggunaan MKJP
secara signifikan berhubungan dengan usia ibu >30 tahun (OR= 1.9, CI 95%= 1.8-
2.1), pendidikan tinggi (OR= 2.4, CI 95%= 2.2-2.7), status ibu bekerja (OR 95%=
1.2, CI 95%= 1.1-1.3), status ekonomi tinggi (OR= 1.4, CI 95%= 1.3-1.5), paritas
>2 (OR= 2.0, CI 95%= 1.9-2.1), pengambil keputusan bersama (OR= 1.5, CI
95%= 1.4-1.7) dan memiliki asuransi kesehatan (OR= 1.6, CI 95%= 1.5-1.7).
Namun tidak berhubungan secara signifikan pada jenis tempat tinggal pedesaan,
menginginkan anak dan sumber pelayanan kesehatan (Tabel 2).
Hasil Analisis Multivariat
Analisis regresi logistik ganda dengan menggambarkan pengaruh lebih
dari satu variabel independen (usia ibu, jenis tempat tinggal, pendidikan ibu,
pekerjaan ibu, status ekonomi, paritas, pengambil keputusan, menginginkan anak,
sumber pelayanan KB dan memiliki asuransi kesehatan) pada variabel dependen
(penggunaan MKJP).
Tabel 3 menunjukkan ada pengaruh usia ibu terhadap penggunaan MKJP.
Ibu dengan usia >30 tahun memiliki kemungkinan untuk menggunakan MKJP 1.1
kali dibandingkan ibu yang berusia <30 tahun (AOR= 1.1, CI 95%= 1.0-1.2, p=
0.027).
Ada pengaruh jenis tempat tinggal terhadap penggunaan MKJP. Ibu yang
tinggal di daerah perkotaan memiliki kemungkinan untuk menggunakan MKJP
1.6 kali dibandingkan ibu yang tinggal di pedesaan (AOR= 1.6, CI 95%= 1.4-1.7,
p<0.001).
Ada pengaruh pendidikan ibu terhadap penggunaan MKJP. Ibu dengan
pendidikan tinggi memiliki kemungkinan untuk menggunakan MKJP 2.6 kali
dibandingkan ibu dengan pendidikan rendah (AOR= 2.6, CI 95%= 2.3-2.9,
p<0.001).
Ada pengaruh status ekonomi terhadap penggunaan MKJP. Ibu dengan
status ekonomi tinggi memiliki kemungkinan untuk menggunakan MKJP 1.5 kali
dibandingkan ibu dengan status ekonomi rendah (AOR= 1.5, CI95%= 1.4-1.6,
p<0.001).
Ada pengaruh paritas terhadap penggunaan MKJP. Ibu dengan jumlah
anak >2 memiliki kemungkinan untuk menggunakan MKJP 1.5 kali dibandingkan
ibu dengan jumlah anak <2 (AOR= 1.5, CI 95%= 1.4-1.7, p<0.001).
Ada pengaruh pengambil keputusan terhadap penggunaan MKJP. Ibu yang
mengambil keputusan dalam menggunakan KB bersama suami memiliki
kemungkinan untuk menggunakan MKJP 1.5 kali dibandingkan ibu yang
mengambil keputusan sendiri atau suami sendiri (AOR= 1.5, CI 95%= 1.4-1.6,
p<0.001).
Ada pengaruh menginginkan anak terhadap penggunaan MKJP. Ibu yang
sudah tidak menginginkan anak memiliki kemungkinan untuk menggunakan
MKJP 1.7 kali dibandingkan ibu yang masih menginginkan anak (AOR= 1.7, CI
95%= 1.6-1.9, p<0.001).
Ada pengaruh memiliki asuransi kesehatan terhadap penggunaan MKJP.
Ibu yang memiliki asuransi kesehatan memiliki kemungkinan untuk menggunakan
MKJP 1.3 kali dibandingkan ibu yang tidak memiliki asuransi kesehatan (AOR=
1.3, CI 95%= 1.2-1.4, p<0.001).
Tidak ada pengaruh pekerjaan ibu terhadap penggunaan MKJP (AOR=
1.0, CI 95%= 0.9-1.1, p= 0.295). Sumber pelayanan KB swasta memberikan
proteksi sebesar 80% terhadap penggunaan MKJP.
Tabel 2. Analisis Bivariat
Penggunaan MKJP
Variabel Tidak Ya Total OR** P 95%
n % N % n % value CI
N 20404
Weighted n 18545
Usia Ibu
>30 tahun 10678 73.8 3785 26.2 14463 100 1.9 <0.001 1.8-2.1
<30 tahun 5013 84.4 928 15.6 5941 100
Jenis Tempat
Tinggal
Perkotaan 7035 74.1% 2460 25.9% 9495 100 0.7 <0.001 0.7-0.8
Pedesaan 8655 79.3% 2254 20.7% 10909 100
Pendidikan Ibu
Tinggi 1202 60.4% 787 39.6% 1989 100 2.4 <0.001 2.2-2.7
Rendah 14488 78.7% 3927 21.3% 18415 100
Pekerjaan Ibu
Tidak Bekerja 6478 79.3% 1694 20.7% 8172 100 1.2 <0.001 1.1-1.3
Bekerja 9213 75.3% 3019 24.7% 12232 100
Status Ekonomi
Tinggi 9347 74.8% 3151 25.2% 12498 100 1.4 <0.001 1.3-1.5
Rendah 6343 80.2% 1563 19.8% 7906 100
Paritas
>2 anak 4599 68.1% 2156 31.9% 6755 100 2.0 0.001 1.9-2.1
<2 anak 11091 81.3% 2557 18.7% 13648 100
Pengambil
Keputusan
Ibu dan Suami 8445 73.5% 3039 26.5% 11484 100 1.5 0.001 1.4-1.7
Ibu sendiri/ 7246 81.2% 1674 18.8% 8920 100
suami
Menginginkan
Anak
Tidak 9826 72.6% 3700 27.4% 13526 100 0.5 0.001 0.4-0.5
Ya 5864 85.3% 1013 14.7% 6877 100
Sumber
Pelayanan KB
Swasta 11548 85.8% 1913 14.2% 13461 100 0.2 0.001 0.2-0.3
Pemerintah 4142 59.7% 2800 40.3% 6942 100
Memiliki
Asuransi
Kesehatan
Ya 8687 73.5% 3130 26.5% 11817 100 1.6 0.001 1.5-1.7
Tidak 7003 81.6% 1583 18.4% 8586 100
Tabel 3. Analisis Multivariat

Variabel n AOR (95% CI)* P value**

N 20404
Weighted N 18545
Usia Ibu
>30 tahun 14463 1.1 (1.0-1.2) 0.027
<30 tahun 5941 Ref
Jenis Tempat Tinggal
Perkotaan 10909 1.6 (1.4-1.7) <0.001
Pedesaan 9495 Ref
Pendidikan Ibu
Tinggi 1989 2.6 (2.3-2.9) <0.001
Rendah 18415 Ref
Pekerjaan Ibu
Bekerja 12232 1.0 (0.9-1.1) 0.295
Tidak Bekerja 8172 Ref
Status Ekonomi
Tinggi 12498 1.5 (1.4-1.6) <0.001
Rendah 7906 Ref
Paritas
>2 anak 6755 1.5 (1.4-1.7) <0.001
<2 anak 13648 Ref
Pengambil Keputusan
Ibu dan Suami 11483 1.5 (1.4-1.6) <0.001
Ibu Sendiri/ Suami 8920 Ref
Menginginkan Anak
Tidak 6877 1.7 (1.6-1.9) <0.001
Ya 13527 Ref
Sumber Pelayanan KB
Swasta 13461 0.2 (0.2-0.2) <0.001
Pemerintah 6942 Ref
Memiliki Asuransi
Kesehatan
Ya 11817 1.3 (1.2-1.4) <0.001
Tidak 8586 Ref
PEMBAHASAN

KESIMPULAN
a. Pengguna MKJP sebanyak 4713 (23%). Mayoritas responden berusia >30
tahun (70.9%), jenis tempat tinggal di pedesaan (53.5%), pendidikan rendah
(90.3%), status bekerja (59.9%), dengan status ekonomi tinggi (61.3%).
Sebanyak 66.9% ibu memiliki jumlah anak <2. Dalam pengambilan keputusan
mayoritas dilakukan bersama suami (56.3%). Mayoritas subjek tidak
menginginkan anak lagi (66.3%) dengan sumber pelayanan kesehatan sektor
swasta sebesar 66.0% dan memiliki asuransi kesehatan (57.9%).
b. Penggunaan MKJP secara signifikan berhubungan dengan usia ibu >30
(AOR= 1.1, CI 95%= 1.0-1.2, p= 0.027), jenis tempat tinggal perkotaan
(AOR= 1.6, CI 95%= 1.4-1.7, p<0.001), pendidikan tinggi (AOR= 2.6, CI
95%= 2.3-2.9, p<0.001), status ekonomi tinggi (AOR= 1.5, CI95%= 1.4-1.6,
p<0.001), paritas >2 anak (AOR= 1.5, CI 95%= 1.4-1.7, p<0.001), pengambil
keputusan bersama (AOR= 1.5, CI 95%= 1.4-1.6, p<0.001), tidak
menginginkan anak (AOR= 1.7, CI 95%= 1.6-1.9, p<0.001), dan memiliki
asuransi kesehatan (AOR= 1.3, CI 95%= 1.2-1.4, p<0.001).
c. Tidak ada pengaruh pekerjaan ibu terhadap penggunaan MKJP (AOR= 1.0, CI
95%= 0.9-1.1, p= 0.295). Sumber pelayanan KB swasta memberikan proteksi
sebesar 80% terhadap penggunaan MKJP.
REFERENSI

1. UN. Family Planning and the 2030 Agenda for Sustainable Development: Data
Booklet. Department of Economic and Social Affairs, 2019.
2. IPPF. Sustainable Development Goals and Family Planning 2020. London:
International Planned Parenthood Federation, 2016.
3. WHO. Family Planning/Contraception. Geneva: World Health Organization,
2020. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/family-planning-
contraception (diakses pada 29 Mei 2020)
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 Tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.
5. BKKBN. Rencana Strategis. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional, 2015.
6. BKKBN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2017.
7. United Nations. Contraceptive Use by Method 2019. Department of Economic
and Social Affairs, 2019.
8. Kementerian Kesehatan RI Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta:
Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan .2019.
9. Triyanto L, Indriani D (2018). Faktor yang mempengaruhi penggunaan jenis
metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) pada wanita menikah usia subur di
provinsi Jawa Timur. The Indonesian Journal of Public Health 2018;
13(2):244-255. http://dx.doi.org/10.20473/ijph.v13i2.2018.246-257
10. Christiani C, Diah WC, Martono B. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) provinsi Jawa Tengah.
Serat Acitya-Jurnal Ilmiah 2014; 3(2): 74-84.
11. Azmoude E,Haniye B,Saeede BF, Maryam A. Factors Affecting the Use
of Long-Acting and Permanent Contraceptive Methods Among
MarriedWomen of Reproductive Age in East of Iran. Women’s Health Bull
2017; 4(3):e44426. doi: 10.5812/whb.44426.
12. Aryati S, Sukamdi, Widyastuti D. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan metode kontrasepsi (Kasus Di Kecamatan Seberang Ulu I Kota
Palembang). Majalah Geografi Indonesia 2019; 33(1):79- 85.
https://doi.org/10.22146/mgi.35474

Anda mungkin juga menyukai