Anda di halaman 1dari 7

Keselamatan

Operasi Angkutan Transjakarta


Prodi Magister Teknik Sipil Untar
13-7-2022

Prof. Ir. Leksmono Suryo Putranto, MT., Ph.D, IPM


Guru Besar Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara
Permasalahan Keselamatan Bus dlm Sudut
Pandang UULAJ No.22/2009-1
Pengujian kendaraan bermotor termasuk bus belum mencakup uji
tumbukan (crash test) baik yang dilakukan di Indonesia maupun
dihadiri saksi resmi dari Indonesia di negara produsen yang memiliki
fasilitas uji tumbukan yang terakreditasi (Pasal 50 UULAJ/ 2009).
Permasalahan Keselamatan Bus dlm Sudut
Pandang UULAJ No.22/2009-2
• Untuk mendapatkan SIM calon pengemudi harus memiliki
kompetensi mengemudi yang diperoleh dari pendidikan dan pelatihan
(Pasal 77 ayat 3 UULAJ/ 2009).
• Sehat rohani dengan surat lulus tes psikologis yang menunjukkan
bahwa yang bersangkutan memiliki kepribadian yang dapat menjamin
keselamatan berkendaraan bagi dirinya dan pengguna jalan lain (Pasal
81 ayat 4b UULAJ/ 2009).
• Tambahan materi ujian praktik SIM Umum berupa kemampuan
pengereman/ pengendalian kendaraan pada keadaan darurat(Pasal
83 ayat 3b UULAJ/ 2009).
Permasalahan Keselamatan Bus dlm Sudut
Pandang UULAJ No.22/2009-3
• Sebaiknya ayat berikut ini dihapus karena membahayakan
keselamatan pengemudi, penumpang dan pengguna jalan lain karena
mengemudi adalah kegiatan yang butuh kebugaran dan konsentrasi
sehingga seharusnya aturan jam kerja tidak melebihi ketentuan di UU
Ketenagakerjaan “Dalam hal tertentu Pengemudi dapat dipekerjakan
paling lama 12 (dua belas) jam sehari termasuk waktu istirahat
selama 1 (satu) jam” (Pasal 90 ayat 4 UULAJ/ 2009).
• Perlu penyempurnaan ayat ini agar mewajibkan pengemudi dan
seluruh penumpang mengenakan sabuk keselamatan (Pasal 106 ayat
6 UULAJ/ 2009). Perlu juga diatur agar setiap kursi bus perlu
dilengkapi airbag yang telah terbukti dapat mengurangi kecelakaan
yang mengakibatkan kematian.
Permasalahan Keselamatan Bus dlm Sudut
Pandang UULAJ No.22/2009-4
• Agar ditambahkan sebagai ayat 3 bahwa kendaraan bermotor umum
(termasuk bus TJ) wajib dilengkapi dengan semacam black box yang
terpasang di pesawat udara. Alat ini dapat memberikan informasi unjuk
kerja kendaraan dan pengemudi beberapa saat sebelum terjadinya
kecelakaan. Keberadaan ini dapat membantu proses investigasi untuk
mengungkap penyebab terjadinya kecelakaan (Pasal 204 UULAJ/ 2009).
• Perlu ditambahkan koordinasi (termasuk oleh TJ) dengan Komite
Nasional Keselamatan transportasi dalam hal investigasi untuk
mengetahui penyebab terjadi kecelakaan dan perumusan upaya
mencegah kecelakaan serupa terjadi di masa mendatang (Pasal 227 dan
232a UULAJ/ 2009).
Permasalahan Keselamatan Bus dlm Sudut
Pandang UULAJ No.22/2009-5
• Pengusaha angkutan harus bertanggungjawab apabila kecelakaan yang
terjadi merupakan akibat langsung maupun tidak langsung dari
keputusan manajemen perusahaan seperti pengaturan jam/ hari kerja
pengemudi yang melanggar UU, kelalaian menjaga kelaikan kendaraan,
pelanggaran jumlah penumpang/ jenis muatan yang diangkut (termasuk
over dimension over loading dll) (Pasal 234 UULAJ/ 2009).
Hal-Hal Lain yang Perlu Diperhatikan
• Pengemudi angkutan sewa tak bertrayek seperti bus pariwisata, seringkali adalah
pegemudi AKDP/ AKAP yang secara rutin menjalani rute tetap dari hari ke hari.
• Saat menjalankan bus sewa, rute yang ditempuh mungkin masih asing, sehingga
tidak memahami risiko rute yang dijalani.
• Di negara2 Skandinavia, akibat pajak penghasilan progresif, net take home pay
pengemudi bus pariwisata tidak beda jauh dengan seorang guru besar perguruan
tinggi. Penghargaan profesi seperti ini membuat pengemudi lebih
bertanggungjawab. Pajak progresif ini itu akan Kembali kepada para pembayar
pajak berupa tunjangan pendidikan anak, tunjangan kesehatan sehingga semua
profesi termaasuk pengemudi dapat bekerja dengan tenang. Atasan umumnya
mengizinkan karyawannya, untuk mennghadiri rapat orang tua di sekolah
anaknya. Hal ini membuat suasana kerja yang kondusif karena kehidupan sosial
pengemudi menjadi bermutu.

Anda mungkin juga menyukai