KONDISI FISIK
Bagian Wilayah Kota (BWK I) Kota Magelang terletak di Kota Magelang, Provinsi
Jawa Tengah. Bagian Wilayah Kota (BWK I) Kota Magelang memiliki luas kurang lebih 255
Ha yang terdiri dari seluruh Kelurahan Panjang, sebagian Kelurahan Kemirirejo, sebagian
Kelurahan Cacaban, seluruh Kelurahan Rejowinangun Selatan, sebagian Kelurahan
Magersari, sebagian Kelurahan Rejowinangun Utara dan sebagian Kelurahan Magelang.
Berikut merupakan wilayah administrasi BWK I Kota Magelang, sebagai berikut:
Berdasarkan data pada tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa total luas wilayah di
BWK I Kota Magelang sebesar 245,93 Ha dengan luasan terbesar yaitu Kelurahan
Kemirirejo sebesar 58,82 Ha dan luasan terkecil berada pada Kelurahan Cacaban sebesar
21.35 Ha.
Gambar 2.4 Peta Administrasi BWK I Kota Magelang
Sumber : Hasil Analisis, 2019
2.3.2. Topografi
Berdasarkan data pada tabel tersebut, kondisi lereng BWK I Kota Magelang dibagi
menjadi 3 jenis kelerengan yaitu:
Bagian Wilayah Kota (BWK I) Kota Magelang memiliki satu kondisi morfologi, yaitu
morfologi datar/daratan. Berikut merupakan persebaran kondisi morfologi yang berada di
BWK I Kota Magelang:
Berdasarkan data pada tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa seluruh kelurahan
yang berada di BWK I Kota Magelang memiliki kondisi morfologi datar/daratan.
Gambar 2.6. Peta Morfologi BWK I Kota Magelang
Sumber: Hasil Pengolahan GIS, 2019
2.3.2. Geografi
Kondisi geologi Kota Magelang tidak bisa dilepaskan dari keberadaannya di tengah
wilayah Kabupaten Magelang, dimana secara umum wilayah tersebut tersusun dari 4 formasi
batuan, yaitu batuan sedimen, batuan gunung api,batuan beku trobosan serta batuan endapan
alluvial. Dalam klasifikasi tersebut, formasi batuan di Kota Magelang termasuk batuan
gunung api, sehingga litologi yang menempati Kota Magelang sebagian besar batu pasir
tufaan (lepas) dan breksi.
Potensi kandungan tanah Kota Magelang sebagian besar berupa batu pasir lepas dan
konglomerat hasil produksi gunung berapi yang merupakan endapan kwarter yang
mempunyai sifat sangat poreous (kelulusan air tinggi), serta penurunan terhadap beban kecil,
mendekati nol (0). Daya dukung terhadap bangunan berkisar antara 5kg/ cm2 - 19 kg/ cm2.
Ditinjau dari satuan morfologi, pendataran alluvium tersebar sampai di bagian selatan dan
tempat-tempat di pinggir Sungai Progo dan Sungai Elo.Tersusun oleh batuan hasil rombakan
batuan yang lebih tua, yang bersifat lepas.Umumnya berada pada ketinggian antara 250 - 350
m, berelief halus dengan kemiringan sebesar 3-8 %.Daerah ini dialiri oleh Sungai Progo dan
Sungai Elo yang mengalir dengan pola Sum Meander.
Kelurahan (Ha)
Guna Lahan Panjan Cacaba Rejowinangu Rejowinangun Magelan
Kemirirejo Magersari Total
g n n Utara Selatan g
19,2607 20,9931 13,9726 19,9348 21,4980 16,2219 5,1972 117,0783
Permukiman
0,8339 2,3789 0,1879 1,3691 2,3962 2,2764 2,8577 12,3001
Fasilitas
Pendidikan
Berdasarkan data pada tabel tersebut, penggunaan lahan yang berada di BWK I Kota
Magelang terdiri dari permukiman, fasilitas pendidikan, fasilitas perdagangan dan jasa,
fasilitas peribadatan, fasilitas perkantoran, fasilitas kesehatan, pertanian lahan basah, RTNH
(Ruang Terbuka Non Hijau), RTH (Ruang Terbuka Hijau), sosial budaya, tanah kosong,
saluran kota dan industri. Penggunaan lahan yang paling mendominasi adalah guna lahan
permukiman dengan luas sebesar 117,0783 Ha, sedangkan penggunaan lahan yang memiliki
luas paling kecil adalah penggunaan lahan RTNH (Ruang Terbuka Non Hijau) dengan luas
sebesar 0,5205 Ha.
Gambar 2.7 Peta Penggunaan Lahan BWK I Kota Magelang
Sumber : Hasil Pengolahan GIS, 2019
2.5. DEMOGRAFI
Berdasarkan data pada tabel tersebut, pada tahun 2018 total penduduk BWK I Kota
Magelang adalah 58.206 penduduk yang tersebar di tujuh kelurahannya. Dengan jumlah total
penduduk laki-laki yaitu 2.730 jiwa dan 29.476 penduduk perempuan, Berdasarkan data
tersebut jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan penduduk perempuan,
Kelurahan Rejowinangun Utara memiliki penduduk terbanyak dibandingkan kelurahan
lainnya yaitu terdapat 12.303 penduduk, dan penduduk paling sedikit yaitu berada di
Kelurahan Kemirirejo dengan jumlah penduduk 5.857.
Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Kelurahan Berdasarkan Kelompok Umur BWK I Kota
Magelang Tahun 2018
Kelurahan
Umur
Rejowinangun Rejowinangun
(Tahun) Magersari Kemirirejo Cacaban Magelang Panjang Total
Selatan Utara
0-4 523 581 294 448 768 436 366 3.416
5-9 598 678 339 568 856 541 443 4.023
10-14 620 716 413 645 950 577 485 4.406
15-19 649 730 424 652 887 615 502 4.459
20-24 640 674 375 572 1050 613 505 4.429
25-29 621 621 416 542 933 542 484 4.159
30-34 606 585 370 538 866 527 498 3.990
35-39 720 740 440 619 956 609 567 4.651
40-44 637 688 426 624 869 573 459 4.276
45-49 592 630 424 660 860 630 487 4.283
50-54 584 552 455 583 867 619 458 4.118
55-59 552 507 378 550 823 505 484 3.799
60-64 479 373 372 382 619 453 345 3.023
65-69 283 241 277 282 400 296 265 2.044
70-74 159 147 167 172 200 173 134 1.152
75+ 225 182 287 312 399 324 249 1.978
Sumber: DISPENDUKCAPIL Kota Magelang, Tahun 2018
Berdasarkan data pada tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa penduduk yang
berada di BWK I Kota Magelang mayoritas memiliki usia yang produktif dimana angka
bekerja masih tinggi antara 15-50 tahun. Sedangkan penduduk yang memiliki usia lebih dari
70 tahun lebih sedikit. Kelurahan yang memiliki jumlah penduduk dengan usia produktif
paling banyak berada di Kelurahan Rejowinangun Utara.
70-74
60-64
50-54
40-44
30-34
20-24
9--14
0-4
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 5000
Berdasarkan data pada tabel tersebut, dapat diketahui bahwa pada BWK I Kota
Magelang terdapat 10 jenis mata pencaharian. Mayoritas penduduk di BWK I Kota Magelang
bermata pencaharian sebagai buruh industri dengan jumlah 9.754 jiwa, sedangkan buruh tani
merupakan mata pencaharian yang paling sedikit ditekuni oleh penduduk di BWK I Kota
Magelang.
Berdasarkan data pada tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk di
BWK I Kota Magelang keseluruhan sebesar 95,419 jiwa/Ha. Dari 7 kelurahan yang berada di
BWK I Kota Magelang, kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah
Kelurahan Rejowinangun Selatan sebesar 246,02 jiwa/Ha, kepadatan tersebut termasuk
kedalam klasifikasi kepadatan yang cukup tinggi (sedang). Sedangkan kelurahan yang
memiliki kepadatan penduduk terendah adalah Kelurahan Kemirirejo dengan kepadatan
sebesar 64,47 jiwa/Ha yang termasuk kedalam klasifikasi kepadatan rendah.
2.5.3. Fertilitas
Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari
seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut
banyaknya bayi yang lahir hidup. Natalitas mempunyai arti yang sama dengan fertilitas hanya
berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas menyangkut peranan kelahiran pada perubahan
penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan
reproduksi manusia. Berikut merupakan angka kelahiran penduduk yang berada di BWK I
Kota Magelang:
2.5.4. Mortalitas
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu di antara tiga komponen demografi
yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk.Informasi tentang kematian penting, tidak
saja bagi pemerintah melainkan juga bagi pihak swasta, yang terutama berkecimpung dalam
bidang ekonomi dan kesehatan.Mati adalah keadaan menghilangnya semua tanda – tanda
kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.
Data kematian sangat diperlukan antara lain untuk proyeksi penduduk guna
perancangan pembangunan. Misalnya, perencanaan fasilitas perumahan, fasilitas pendidikan,
dan jasa – jasa lainnya untuk kepentingan masyarakat.Data kematian juga diperlukan untuk
kepentingan evaluasi terhadap program – program kebijakan penduduk.Berikut merupakan
angka kematian (mortalitas) di BWK I Kota Magelang.
Berdasarkan data pada tabeltersebut, dapat disimpulkan bahwa total angka kematian di
BWK I Kota Magelang sebanyak 259 jiwa, dengan angka kematian paling banyak berada di
Kelurahan Rejowinangun Utara sebesar 57 orang dan angka kematian paling sedikit berada di
Kelurahan Cacaban sebesar 22 orang.
2.6. Sarana dan Prasarana
2.6.1. Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan adalah seluruh perangkat alat, bahan, dan perabot yang secara
langsung digunakan dalam proses pendidikan. Perencanaan sarana pendidikan harus
didasarkan pada tujuan pendidikan yang akan dicapai, dimana sarana pendidikan akan
menyediakan ruang belajar harus memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, serta sikap secara optimal. Adapun jenis sarana pendidikan
meliputi:
Tabel 2.11 Jumlah Sarana Pendidikan BWK I Kota Magelang Tahun 2017
No Kelurahan SD SMP SMA SMK
1 Kelurahan Panjang - 1 - 1
2 Sebagian Kelurahan Kemirirejo 6 3 2 2
3 Sebagian Kelurahan Cacaban 5 1 - -
Seluruh Kelurahan
4 Rejowinangun Selatan 5 3 - -
Sebagian Kelurahan
5 Rejowinangun Utara 8 1 1 -
6 Sebagian Kelurahan Magelang 6 3 1 4
7 Sebagian Kelurahan Magersari 5 - 1 1
Total 35 12 5 8
Sumber: Kecamatan Magelang Tengah Dalam Angka, 2018
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa BWK 1 hampir semua kelurahan
memiliki sarana pendidikan, Total SD sebanyak 35 unit dengan jumlah terbanyak berada di
Kelurahan Rejowinangun Utara sebanyak 8 unit dan tidak terdapat SD di Kelurahan Panjang.
Total SMP sebanyak 12 unit, 6 dari 7 kelurahan terdapat smp dan 1 kelurahan tidak terdapat
smp yaitu di kelurahan Magersari. Total SMA sebanyak 5 unit, tidak seluruh kelurahan
tersedia SMA, begitupula dengan SMK tidak semua kelurahan tersedia, dengan total 8 unit.
Berikut merupakan tabel yang menjelaskan jumlah Sarana Kesehatan di BWK I Kota
Magelang Tahun 2017 yang bersumber dari Kecamatan Dalam Angka 2018.
Tabel 2.12 Jumlah Sarana Kesehatan di BWK I Kota Magelang Tahun 2017
Rumah
No Kelurahan Puskesmas Pustu Klinik Posyandu
Sakit
1 Kelurahan Panjang - - 1 - -
Sebagian Kelurahan
1 - - - -
2 Kemirirejo
3 Sebagian Kelurahan Cacaban 1 1 1 - -
Seluruh Kelurahan
- - - -
4 Rejowinangun Selatan
Sebagian Kelurahan
- - 1 - -
5 Rejowinangun Utara
Sebagian Kelurahan
- 1 1 - -
6 Magelang
Sebagian Kelurahan
- - 1
7 Magersari
Total 2 2 5 0 0
Sumber: BPS Kota Magelang, 2018
Berdasarkan data pada tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa total di BWK I Kota
Magelang, terdapat 2 rumah sakit yang berada di Kelurahan Kemirirejo dan Cacaban, serta
terdapat 2 puskesmas berada di Kelurahan Cacaban dan Kelurahan Magelang, juga 5 Pustu
yang terdapat di Kelurahan Panjang, Kelurahan Cacaban, Kelurahan Rejowinangun Utara,
Kelurahan Magelang dan Kelurahan Magersari.
Tabel 2.11 Jumlah Sarana Peribadatan di BWK I Kota Magelang Tahun 2017
No Kelurahan Masjid Mushola Gereja Vihara
1 Kelurahan Panjang 3 9 - -
Sebagian Kelurahan
2 Kemirirejo 12 12 4 -
Sebagian Kelurahan
3 Cacaban 9 9 2 1
Seluruh Kelurahan
4 Rejowinangun Selatan 7 10 1 -
Sebagian Kelurahan
5 Rejowinangun Utara 18 10 1 1
Sebagian Kelurahan
6 Magelang 13 23 8 -
Sebagian Kelurahan
7 Magersari 8 16 3 -
Total 70 89 19 2
Sumber: BPS Kota Magelang, 2019
Berdasarkan data pada tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa BWK I Kota
Magelangmempunyai masjid sebanyak 70 unt, dengan persebaran terbanyak berada di
Kelurahan Rejowinangun Utara dan paling sedikit berada di Kelurahan Panjang sebanyak 3
unit. Total mushola sebanyak 89 unit dengan jumlah terbanyak berada di Kelurahan
Magelang sebanyak 23 unit dan paling sedikit berada di Kelurahan Cacabandan Panjang
sebanyak 9 unit. Total gereja sebanyak 19 unit dengan jumlah terbanyak berada di
Kelurahan Magelang sebanyak 8 unit dan di Kelurahan Panjang tidak terdapat gereja.
Hanya terdapat 2 vihara yang masing-masing berada di Kelurahan Cacaban dan
Rejowinangun Utara.
Tabel 2.14 Jumlah Pelanggan Telepon di BWK I Kota Magelang Tahun 2018
No Kelurahan Jumlah
1 Panjang 1.207
2 Kemirirejo 2.309
3 Cacaban 1.448
4 Rejowinangun Selatan 628
5 Rejowinangun Utara 1.322
6 Magelang 1.541
7 Magersari 759
Total 9.214
Sumber: BPS Kota Magelang, 2019
Berdasarkan data pada tabel tersebut, dapat diketahui bahwa pada BWK I Kota
Magelang memiliki total pelanggan telepon sebanyak 9.214 pelanggan, dimana Kelurahan
Kemirirejo memiliki jumlah terbanyak yaitu 2.309 pelanggan dan paling sedikit berada di
Kelurahan Magersari yaitu 759 pelanggan.
Sistem pengelolaan sampah wilayah menjadi bagian penting pelayanan wilayah untuk
memenuhi kebutuhan penduduk.Pengelolaan sampah dilakukan dari unit terkecil wilayah di
jenjang Rukun Warga hinga ke jenjang tertinggi di Kota.Sistem pengelolaan sampah terdiri
dari pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan pembuangan akhir.
Tabel 2.15 Volume Sampah Rata-rata per Hari (m3) menurut Wilayah Tahun 2018
Berdasarkan data pada tabel tersebut, dapat diperoleh informasi bahwa pengangkutan
sampah yang dilayani oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Magelang meliputi pengangkutan
sampah dari transfer depo sebagai transit/pembuangan sementara untuk diangkut ke UPTD
TPSA Banyuurip sebagai tempat pembuangan sampah akhir. Pengangkutan sampah ini
menggunakan kendaraan pengangkut seperti truk, dump truck, pick up maupun kendaraan
roda 3 yang menyisir di jalan-jalan protokol. Seperti di Kelurahan Rejowinangun Selatan
Volume sampah sebesar 46,91, terangkut 40,61, presentase 86,56. TPS Magersari volume
sampah sebesar 34,04 terangkat 29,49, presentase 86,63.
Berdasrakan data pada tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa jumlah bank sampah
terbanyak berada di Magelang dengan total 8 unit dengan volume sampah sebesar 3.623,30
kg. Sedangkan bank sampah paling sedikit berada di Kelurahan Panjang sebanyak 1 unit
dengan volume sampah sebesar 100,00 kg.
Kebutuhan akan RTH (Ruang Terbuka Hijau) telah di atur dalam UU Nomor 26 Tahun
2007 tentang RTH dan tentang penyediaan RTH berdasarkan SNI Nomor 03- 60 17733
Tahun 2004. Untuk menentukan jumlah kebutuhan RTH (Ruang Terbuka Hijau) ini
berdasarkan luas wilayah, kebutuhan oksigen, jumlah penduduk, kebutuhan resapan
air.Metode analisis yang digunakan menggunakan metode analisis kuantitatif untuk
memproyeksikan jumlah RTH (Ruang Terbuka Hijau) dengan berdasarkan luas wilayah,
jumlah penduduk, oksigen, dan resapan air.
Berdasarkan data yang berada di tabel tersebut, dapat diperoleh kesimpulan bahwa
Bagian Wilayah Kota I Kota Magelang memiliki Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang terdiri
dari RTH kelurahan, RTH pemakaman. RTH kota, RTH lingkungan dan RTH Sempadan
Jalan. Ruang terbuka hijau yang berada di BWK I Kota Magelang memiliki luas sebesar
4,5899 Ha, dengan persebaran RTH yang berada di Kelurahan Panjang, Kelurahan
Kemirirejo, Kelurahan Cacaban, Kelurahan Magersari dan Kelurahan Magelang.
Gambar 2.8 Peta Persebaran RTH BWK 1 Kota Magelang
Sumber: Hasil Pengolahan GIS, 2019
2.6.7. Prasarana Drainase
Drainase perkotaan merupakan sistem drainase dalam wilayah administrasi kota dan
kawasan perkotaan yang berfungsi mengendalikan atau mengeringkan kelebihan air permukaan
di daerah permukiman yang berasal dari hujan lokal, sehingga tidak mengganggu masyarakat
dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Jadi, prasarana drainase merupakan
salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju
kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih dan sehat.
Jaringan drainase di BWK I Kota Magelang berupa jaringan drainase terbuka dan tertutup
dengan jaringan drainase utama atau primer adalah sungai.Jaringan drainase sekunder berada di
jalan-jalan utama kawasan.Jaringan drainase tersier berada di sepanjang jalan lingkungan berupa
selokan. Jaringan drainase sekunder merupakan penghubung antara jaringan drainase primer
dengan tersier.Akan tetapi, tidak semua kawasan telah memiliki jaringan drainase sendiri. Masih
ada sekitar 30 % dari total seluruh rumah yang ada di kawasan tersebut tidak memiliki saluran
atau jaringan drainase.
Berdasarkan data pada tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa banyaknya pelanggan
PLN paling banyak sebesar 2.582 didominasi oleh kelompok pelangan rumah tangga dan paling
sedikit untuk industri.
Berdasrkan data pada tabel tersebut dapat diketahui total pemakaian KWH terbanyak
berada di Kelurahan Magersari sebesar 11.171.238 didominasi oleh kelompok pelanggan rumah
tangga sebesar 1.004.148, sedangkan paling sedikit untuk umum sebesar 264.173. total
pemakaian KWH paling sedikit berada di Kelurahan Magelang dengan jumlah 1.284.06, yang
didominasi oleh kelompok pelanggan Industri sebesar 1.044.574, dan paling sedikit untuk sosial
sebesar 4.357.
2.6.9. Prasarana Air Bersih
Kebutuhan air dalam wilayah terdiri dari kebutuhan air domestik dan non domestik.
Kebutuhan air domestik adalah kebutuhan air untuk kegiatan rumah tangga meliputi minum,
mandi, cuci dan memasak.Kegiatan rumah tangga diatas menjadi menjadi kebutuhan sehari-hari
sehingga dapat dihitung jumlah air bersih yang diperlukan.Kebutuhan air tersebut dihitung
berdasarkan jumlah penduduk dan standar air yang diperlukan dalam satu hari.
Tabel 2.20 Pelanggan Air PDAM BWK I Kota Magelang Tahun 2017
Kelompok Pelanggan Jumlah
No Kelurahan
I II III IV
1 Rejowinangun Selatan 24,00 1.282,00 178,00 2,00 1.486,00
2 Magersari 33,00 1.765,00 153,00 0,00 1.951,00
3 Kemirirejo 34,00 1.204,00 291,00 1,00 1.530,00
4 Cacaban 29,00 1.717,00 93,00 3,00 1.842,00
5 Rejowinangun Utara 36,00 2.018,00 281,00 2,00 2.337,00
6 Magelang 42,00 1.798,00 65,00 0,00 1.905,00
7 Panjang 8,00 990,00 87,00 0,00 1.085,00
Sumber : PDAM Kota Magelang, 2018
Berdasarkan data pada tabel terebut, dapat diperolah informasi bahwa pada BWK 1 Sumber
air bersih di Kelurahan sebagian besar adalah menggunakan PDAM yang disediakan oleh
pemerintah dan juga sumur. Tidak ada masyarakat yang menggunakan sumber air berupa air
sungai karena kondisi air sungai yang kotor dan tidak memungkinkan untuk dimanfaatkan untuk
kebutuhan sehari-hari seperti mandi atau mencuci.pengeloalaan PDAM kurang begitu baik di
Kelurahan Magersari, keadaan air krisis karena adanya unit pompa air yang tidak dapat berfungsi
secara maksimal sehingga aliran air bermasalah dan tidak lancar, dengan begitu masyarakat
harus mengantri di masjid dengan waktu yang sudah ditentukan untuk memperoleh air bersih.
Berikut merupakan tabel yang menyajikan banyaknya perusahaan industri kecil di BWK I
Kota Magelang.
Berdasarkan data dari tabel tersebut, dapat diperoleh informasi bahwa industri kecil
terbanyak terdapat di kelurahan Rejowinangun Utara sebanyak 56 perusahaan dan Kelurahan
Kemirirejo sebanyak 47 perusahaan.
Berdasarkan kondisi topografi, geologi, hidrologi, dan klimatologi Kota Magelang, perlu
kewaspadaan terhadap bencana seperti longsor atau bencana lain khususnya pada daerah dengan
kelerengan curam. Bentuk-bentuk bencana yang sering terjadi di Kota Magelang pada umumnya
adalah bencana tanah longsor.Kondisi tersebut terutama disebabkan karena sebagian wilayah
Kota Magelang termasuk dalam wilayah dengan tingkat kelerengan yang cukup tinggi dan
Daerah Aliran Sungai (DAS). Data yang ada menunjukkan bahwa terdapat wilayah khusus
rawan bencana longsor karena sifat kelerengan tanah dan persungaian, yaitu:
1. Wilayah Barat Kota Magelang dalam lingkup Daerah Aliran Sungai Progo meliputi
Kelurahan Kramat Utara, Kelurahan Kramat Selatan, Kelurahan Jurangombo Utara,
Kelurahan Potrobangsan, Kelurahan Magelang, Kelurahan Cacaban.
2. Wilayah Timur Kota Magelang dalam lingkup Daerah Aliran Sungai Elo meliputi
Kelurahan Kedungsari, Rejowinangun Utara dan Kelurahan Wates.
Selain Bencana longsor dan banjir, perlu juga diwaspadai terkait dengan bahaya
kebakaran terutama pada pemukiman yang padat penduduk dengan jalan sempit menyulitkan
evakuasi dan pemadaman bencana kebakaran. Kelurahan yang memiliki potensi (rawan) bencana
kebakaran karena faktor kepadatan penduduk dan jaringan jalan yang sempit (3-6 meter) yaitu:
Kramat Utara dan Selatan, Potrobangsan, Cacaban, Panjang, Kemirirejo, Rejowinangun Utara,
Rejowinangun Selatan. Bencana Kebakaran yang terjadi di sepanjang tahun 2015 sebanyak 6
kejadian dengan kerugian materiil sebanyak 1 rumah dan 5 bangunan lainnya dengan total
kerugian sebesar Rp. 291.300.000, 00. Jumlah lokasi bencana yang terjadi di Kota Magelang
sepanjang tahun 2016 sebanyak 22 lokasi. Dengan kerugian sebesar Rp. 355.000.000,00.
Selain bencana yang berkaitan dengan alam, kepadatan penduduk dan bangunan juga
mejadi ancaman utama munculnya bencana kebakaran, wabah penyakit.Epidemik penyakit yang
terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini di antaranua endemik penyakit menular DBD (Demam
Berdarah) dan Muntaber.Hal yang perlu diwaspadai terkait dengan bencana banjir perkotaan
adalah banjir yang diakibatkan banjir limpasan atau limpahan air drainase karena hujan dan
drainage tersumbat; penyebab kedua adalah banjir bandang atau banjir kiriman melanda wilayah
tepi sungai Progo dan Elo. Hal lain yang perlu mendapat perhatian terkait dengan limbah industri
atau jasa yang meresap dalam air bawah tanah serta air permukaan (selokan, kolam dan
pemukiman), pencemaran lingkungan akibat limbah rumah tangga dan sampah yang tidak
tertangani dengan baik.
Wilayah-wilayah yang memiliki potensi rawan bencana banjir karena faktor air melimpah
antara lain adalah: Potrobangsan, Cacaban, Kemirirejo, Panjang, Tidar Utara, Rejowinangun
Utara.Bencana lain yang perlu mendapat perhatian dan identik dengan wilayah perkotaan adalah
bencana sosial. Indikator penentu prioritas pencegahan dan penanganan bencana sosial perlu
dilakukan pada wilayah yang memiliki: pusat perdagangan dan tujuan pergerakan atau
transportasi; wilayah dengan tingkat sosial ekonomi yang berada di level pra-sejahtera; wilayah
dengan kondisi pemukiman belum tertata atau kumuh, perkembangan kawasan yang kurang
sehat dengan tingkat kepadatan tinggi.