Kecamatan Masaran merupakan wilayah yang di dominasi dataran rendah terletak pada
ketinggian 93 meter di atas permukaan laut. Jarak antara Ibukota Kabupaten Sragen
dengan Ibukota Kecamatan Masaran yaitu 14 km dan jarak antara Kota Solo dengan
Ibukota Kecamatan Masaran yaitu 16 km.
Kecamatan Masaran termasuk bagian wilayah Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa
Tengah, sekaligus sebagai pintu gerbang masuk ibukota Kabupaten Sragen dari ujung
barat daya yang berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar. Kecamatan Masaran
terletak disebelah selatan ibukota Kabupaten Sragen dan hanya berjarak 14 Km.
Kecamatan Masaran mempunyai batas-batas wilayah, sebagai berikut:
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kec. Sidoharjo
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kec. Kedawung
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kab Karanganyar
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kec. Plupuh
Dari Gambar 2.3 kondisi tanah di wilayah Kecamatan Masaran berada pada
ketinggian 93 m diatas permukaan air laut. Sedangkan, Gambar 2.4 memperlihatkan
bahwa Kecamatan Masaran sebagian besar memiliki kemiringan lereng 0% - 2% dan 15%
- 40% sebagian kecilnya. Adapun klasifikasi kemiringan lereng di Kabupaten Sragen,
antara lain:
Tabel 2.2 Klasifikasi Kemiringan Lereng di Kabupaten Sragen
2.1.3 Hidrologi
Sebagian besar wilayah Kecamatan Masaran adalah dataran rendah dan dilalui
sungai yang cukup besar yaitu Sungai Bengawan Solo dan Sungai Grompol, sehingga ada
beberapa Desa yang setiap tahunnya biasanya dilanda banjir.
Luas total wilayah sungai (WS) Bengawan Solo sekitar 20.125 km2, terdiri dari 4
(empat) Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Bengawan Solo dengan luas 16.100km2,
DAS Kali Grindulu dan Kali Lorog di Pacitan seluas 1.517 km2, DAS kecil di kawasan
pantai utara seluas 1.410 km2dan DAS Kali Lamong seluas 720 km2. WS Bengawan Solo
secara administratif mencakup 17 (tujuh belas) Kabupaten dan 3(tiga) kota di wilayah
Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada wilayah Jawa Tengah : Kota Surakarta, Kab.
Boyolali, Kab. Klaten, Kab. Sukoharjo, Kab. Wonogiri, Kab. Karanganyar, Kab. Sragen,
Kab. Blora dan Kab. Rembang ; dan wilayah Jawa Timur : Kab. Pacitan, Kab. Ponorogo,
Kota Madiun, Kab. Madiun, Kab. Magetan, Kab. Ngawi, Kab. Bojonegoro, Kab. Tuban,
Kab. Lamongan, Kab. Gresik dan Kota Surabaya.
Dan sungai yang melalui Kecamatan Masaran yaitu DAS Grompol yang
merupakan salah satu Sub DAS dari DAS Bengawan Solo (Dept. Kehutanan, 2009)
dengan luas Sub DAS 17.844,37 ha, memiliki area lahan kritis sebesar 157, 27 ha; agak
kritis 1,011 ha; potensial kritis 5, 494 ha (BPDAS Surakarta, 2004). Selain itu, pada DAS
ini juga mengalami perubahan penggunaan lahan dari lahan pertanian menjadi lahan
terbangun. DAS dengan sumber daya air yang melimpah serta tanaman pertanian
tumbuh dengan baik, mulai terdesak dengan adanya perkembangan industri serta lahan
terbangun selama 20 tahun terakhir ini. Secara langsung perubahan penggunaan lahan
di DAS Grompol dapat menyebabkan terjadinya peningkatan limpasan permukaan.
2.1.4 Geologi
Kabupaten Sragen memiliki beragam jenis tanah seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 2.3 Jenis tanah di Kabupaten Sragen sebanyak 13 jenis. Semakin tinggi nilai indeks
erodibilitas tanahnyanya (nilai K nya) maka semakin peka tanah tersebut terhadap erosi.
a. Penggunanaan Lahan
Luas wilayah Kecamatan Masaran adalah 4.404,08 Ha, berdasarkan sumber
dari BPS Sragen luas penggunaan lahan di Kabupaten Sragen 2016 untuk Kecamatan
Masaran di bagi menjadi 3 (tiga) yaitu Lahan Sawah (Wet Land), Pertanian Bukan
Sawah (Agricultural Dry Land), dan Bukan Pertanian (non Agricultural Land). Lahan
Sawah (Wet Land) sebesar 2.926 Ha; Pertanian Bukan Sawah (Agricultural Dry Land)
sebesar 271 Ha; Bukan Pertanian (non Agricultural Land) sebesar 1.207 Ha.
Berdasarkan “Kecamatan Masaran Dalam Angka 2016”, luas Kecamatan
Masaran menurut penggunaan tanah tahun 2016 di bagi menjadi 2 (dua) yaitu
Tanah Sawah dan Tanah Kering. Tanah sawah memiliki luas sebesar 2.904,54
(65,95%) meliputi irigasi teknis, irigasi ½ teknis, tadah hujan, dll. Sedangkan Tanah
kering memiliki luas sebesar 1.499,54 (34,05%) meliputi pekarangan/bangunan,
tegal/kebun, dll. Maka tak heran jika penduduk di Kecamatan Masaran sebagian
besar adalah berprofesi sebagai petani, terutama pertanian tanaman pangan.
Persentase Penggunaan Lahan di Kecamatan Masaran
Tahun 2016
4%
19%
Irigasi
55%
Tadah Hujan
23% Peka ruangan/bangunan
Tegal / Kebun
Lain-lain
32%
Dibawah ini merupakan luas tanah sawah dan tanah kering yang di rinci per
desa/kelurahan di Kecamatan Masaran, adalah sebagai berikut:
1) Tanah Sawah
Tabel 2.4 Luas Tanah Sawah Menurut Irigasi Dirinci Per Desa/Kelurahan di
Kecematan Masaran Tahun 2016
Irigasi Tanah Sawah (Ha)
No. Desa/Kelurahan
Teknis 1/2 Teknis Sederhana Tadah Hujan Lain-lain Jumlah (Ha)
1 Sidodadi 269.13 - - - - 269.13
2 Karangmalang 146 - - - - 156
3 Krebet 105 - - 124.73 - 229.73
4 Sepat - - - 178.8 - 178.8
5 Jirapan 38.96 184.85 - 44.65 - 268.46
6 Gebang 309.4 - - 13 - 322.4
7 Dawungan 200.06 - - 7.87 - 207.93
8 Masaran 216.24 - - - - 216.24
9 Jati 148.27 - - 8.73 - 157
10 Kliwonan 239.81 - - - - 239.81
11 Pilang 92.21 - - 75 - 167.21
12 Pringanom 268 - - - - 268
13 Krikilan 225.83 - - 8 - 233.83
Jumlah 2,258.91 184.85 - 460.78 - 2,904.54
Sumber : Kecamatan Masaran Dalam Angka 2017
2) Tanah Kering
Tabel 2.5 Luas Tanah Kering Menurut Penggunaannya Dirinci Per Desa/Kelurahan
di Kecamatan Masaran Tahun 2016
No. Desa/Kelurahan Pekarangan Tegal/Kebun Lain-lain Jumlah (Ha)
1 Sidodadi 107.12 5.17 19.48 131.77
2 Karangmalang 60.8 7.39 17.43 84.9
3 krebet 111.72 - 1.02 112.74
4 Sepat 209.26 65.28 4.14 278.68
5 Jirapan 103.54 8 12 123.54
6 Gebang 89.6 - 12.4 102
7 Dawungan 85.17 1.66 16.26 103.09
8 Masaran 69.27 8.07 14.07 91.41
9 Jati 55.11 1.16 28.94 85.21
10 Kliwonan 90.6 - 8.2 98.8
11 Pilang 76.46 25.02 9.52 111
12 Pringanom 68.86 - 5.71 74.57
13 Klikilan 88.13 0.02 13.68 101.83
Jumlah 1,214.92 121.77 162.85 1,499.54
Sumber : Kecamatan Masaran Dalam Angka 2017
b. Potensi Wilayah
Masaran sebagian besaradalah berprofesi sebagai petani, terutama
pertanian tanaman pangan. Meskipun secara umum di Kecamatan Masaran
masyarakatnya di dominasi sebagian besar oleh petani, tetapi masyarakat di
Kecamatan Masaran juga bekerja disektor–sektor lain seperti perdagangan, Industri
rumah tangga, jasa, dan lain-lain, sehingga sangat beragam antara sektor ekonomi
yang satu dengan yang lain. Berikut ini merupakan potensi wilayah yang ada di
Kecamatan Masaran dari berbagai sektor, adalah sebagai berikut:
1 Sidodadi 880 0 0 0
2 Karangmalang 549 1 0 0
3 Krebet 714 3 0 5
4 Sepat 217 65 10 10
5 Jirapan 674 3 24 98
6 Gebang 793 1 0 15
7 Dawungan 513 2 0 20
8 Masaran 685 0 0 0
9 Jati 517 0 0 0
10 Kliwonan 762 0 0 0
11 Pilang 462 30 10 0
12 Pringanom 747 1 0 0
13 Krikilan 860 0 0 0
2.2 Demografi
2.2.1 Jumlah Penduduk
Berdasarkan laporan registrasi penduduk Kecamatan Masaran, jumlah
penduduk tersebar di 13 wilayah Desa, dan pada akhir tahun 2016, tercatat sebanyak
73.213 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 36.285 jiwa dan penduduk
perempuan sebanyak 36.928 jiwa. Desa Masaran memiliki jumlah penduduk tertinggi
dibanding desa/kelurahan lain yaitu sebanyak 8.715 jiwa, dengan penduduk laki-laki
sebanyak 4.392 jiwa dan 4.323 jiwa penduduk perempuan. Desa Pringanom adalah desa
yang mempunyai penduduk paling sedikit yaitu 4.211 terdiri dari 2.096 jiwa penduduk
laki-laki dan 2.115 jiwa penduduk perempuan.
Rasio jenis kelamin adalah perbandingan penduduk laki-laki dan penduduk
perempuan. Jika nilai rasio di atas 100 berarti jumlah penduduk laki-laki lebih banyak
dari penduduk perempuan, begitu juga sebaliknya jika nilai rasio di bawah 100 berarti
jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari jumlah penduduk laki-laki. Pada tahun
2016 rasio jenis kelamin di Kecamatan Masaran sebesar 983, artinya pada setiap 1000
jumlah penduduk perempuan terdapat 983 penduduk laki-laki. Tabel 2.7 merupakan
tabel jumlah penduduk di Kecamatan Masaran dari tahun 2007-2017.
Tabel 2.7 Jumlah Penduduk di Kecamatan Masaran dari Tahun 2007-2017
Jumlah
Tahun
Penduduk (Jiwa)
2007 64904
2008 65506
2009 65790
2010 69465
2011 70121
2012 70770
2013 71409
2014 72030
2015 72633
2016 73213
2017 74303
Sumber : Kecamatan Masaran Dalam Angka 2017
1 Sidodadi 0 1 1 0 1 1
2 Karangmalang 0 1 0 0 0 1
3 Krebet 0 1 0 0 0 0
4 Sepat 0 1 0 1 0 0
5 Jirapan 2 1 0 0 1 1
6 Gebang 0 1 0 1 0 1
7 Dawungan 0 1 0 0 0 0
8 Masaran 0 1 0 0 0 1
9 Jati 0 1 0 0 0 2
10 Kliwonan 0 1 0 0 1 0
11 Pilang 0 1 0 1 1 1
12 Pringanom 0 1 0 0 1 0
13 Krikilan 1 1 1 0 1 2
Jumlah 3 13 2 3 6 10
Sumber : Statistik Daerah Kecamatan Masaran 2017
Selain fasilitas–fasilitas kesehatan seperti tersebut diatas, di Kecamatan
Masaran juga terdapat tempat praktek dokter dan tempat praktek bidang. Meskipun
jumlahnya masih sangat sedikit tapi setidaknya fasilitas–fasilitas tersebut diatas bisa
melayani kebutuhan masyarakat di Kecamatan Masaran pada umumnya yang
membutuhkan masalah kesehatan.
Tabel 2.11 Jumlah Sarana Ekonomi Dirinci Per Desa Di Kecamatan Masaran Tahun
2016
Industri
Industri Industri Industri
No. Desa/Kelurahan Rumah
Besar Sedang Kecil
Tangga
1 Sidodadi 0 1 11 246
2 Karangmalang 2 4 9 123
3 Krebet 0 1 6 76
4 Sepat 1 1 9 113
5 Jirapan 2 3 6 129
6 Gebang 1 1 8 47
7 Dawungan 0 0 6 115
8 Masaran 0 2 27 107
9 Jati 0 0 13 262
10 Kliwonan 4 4 16 725
11 Pilang 3 9 22 621
12 Pringanom 0 1 12 235
13 Krikilan 1 3 11 57
Jumlah 15 30 156 2858
Sumber : Statistik Daerah Kecamatan Masaran 2017
2.1 Karakteristik Teknik Pendukung
2.1.1 Air Bersih
Dalam perencanaan penyaluran air limbah diperlukan data mengenai kondisi air
bersih pada daerah perencanaan. Sebagian besar warga di Kecamatan Masaran
menggunakan PDAM. Berikut data pelanggan PDAM unit Masaran tahun 2007-2011.
Tabel 2. Data Pelanggan PDAM Unit Kecamatan Masaran Tahun 2007-2011
Jumlah
No Tahun Pelanggan
PDAM (SR)
1 2007 1565
2 2008 1544
3 2009 1617
4 2010 1569
5 2011 1549
Sumber: PDAM Sragen, 2011
2.1.2 Drainase
Secara umum drainase (baik makro maupun mikro) di Kabupaten Sragen
mengalami kerusakan dan dalam kondisi yang tidak layak. Saluran drainase yang dikelola
oleh Kabupaten Sragen adalah berjumlah 85 ruas dengan panjang total 63.852 m. dari
total panjang drainase tersebut ada 9.230 m yang kondisinya rusak.
Pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Sragen masih menggunakan
metode pengelolaan tradiosional yaitu bercampurnya buangan air limbah rumah tangga
(grey water) dengan air hujan dalam saluran, sehingga sungai sebagai tempat
pembuangan akhir menjadi tercemar.
Umumnya banjir dan genangan lingkungan di Kabupaten Sragen disebabkan
pengelolaan sistem drainase yang kurang baik penyebabnya adalah sampah yang masih
berada di saluran. Pengelolaan drainase kota terkendala oleh perubahan tata guna
lahan di kawasan kota atas dan penurunan permukaan tanah di kawasan kota bawah.
Selain itu juga terkendala perubahan kapasitas sungai dan drainase.
2.1.3 Persampahan
Pengelolaan persamphana Kabupaten Sragen secara formal merupakan
tanggung jawab Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Sragen. Dari cakupan layanan
persampahan di Kabupaten Sragen perkiraan jumlah timbunan sampah per hari sebesar
208,2205 m3/hari. Perkiraan sampah terangkut sebanyak 180 m3/hari atau 93% dari
cakupan pelayanan yang ada.
Fasilitas pelayanan pengumpulan sampah di Kabupaten Sragen berupa 6 dump
truk, 1 dump truk untuk transfer depo, 2 engkle truk, 2 double ban, 4 pick up dan 6
motor roda tiga. Sampah dari wilayah pelayanan di Kota Sragen diangkut ke TPA
Tanggan dengan luas total lahan kurang lebih 2,85 Ha untuk ditimbun. Metode
penimbunan yang digunakan adalah penggalian dan pengurugan tanah terkendali
(controlled landfill) . penutupan dengan lapisan tanah penutup dilakukan dengan
menggunakan alat berat bulldozer dan pemadatan serta perataan dengan menggunakan
excavator. TPA Tanggan berjarak 13 km dari pusat kota dan jarak dari permukiman 50
km serta jarak dari bedan air 1 km. frekuensi pergurukan TPA Tanggan dilakukan 2-3 kali
setahun.
Selain TPA Tanggan, Kabupaten Sragen juga memilki TPA Gemolong dengan
lokasi di Desa Geneng Duwur, Kecamatan Gemolong dengan luas lahan 9.340 m2
menggunakan sistem pengolahan sampah Sanitary Land Fill, namun sampai saat ini TPA
Gemolong belum beroperasi. Untuk pengelolaan sampah 3R di Kabupaten Sragen baru
dilaksanakan oleh 4 desa di tahun 2010 dengan 2KSM yang menangani dan volume
sampah yang diolah sebanyak 18 m3.
Dalam pengembangan pengelolaan air limbah domistik dengan pengelolaan air limbah
sistem off site dan on site meliputi:
a) pemenuhan prasarana jamban ber-septic tank untuk setiap rumah pada kawasan
permukiman perkotaan;
b) pengenalan penggunaan sistem septic tank dalam pembuatan jamban pada kawasan
permukiman perdesaan; dan
c) pengembangan jamban komunal pada kawasan permukiman padat masyarakat
berpenghasilan rendah dan area fasilitas umum seperti terminal dan ruang terbuka public.