Saluran terbuka adalah saluran dimana air mengalir dengan muka air
bebas. Pada semua titik disepanjang saluran, tekanan dipermukaan air adalah
sama. Pada saluran terbuka, misalnya sungai (saluran alam), Parameter saluran
sangat tidak teratur baik terhadap ruang dan waktu. Parameter tersebut adalah
tampang lintang saluran, kekasaran, kemiringan dasar, belokan, pembendungan,
debit aliran dan sebagainya. Ketidakteraturan tersebut mengakibatkan analisis
aliran sangat sulit untuk diselesaikan secara analitis. Pembendungan pada saluran
merupakan suatu peralihan yang berfungsi untuk mengetahui tinggi permukaan air
di sepanjang saluran, sifat-sifat aliran yang dalam hal ini adalah aliran yang
cenderung berubah secara beraturan. Hal ini mendorong penulis untuk mengamati
dan meneliti perilaku aliran berubah beraturan sesuai dengan teori-teori dalam
ilmu hidrolika. Dari eksperimen aliran pada saluran yang dirancang, selanjutnya
dirumuskan permasalahan yaitu, bagaimana kesesuaian hasil analisis data
berdasarkan pengukuran debit aliran pada saluran terbuka malalui pembendungan
dengan hasil hitungan analitis teoritis.
Kedalaman aliran (y) : jarak vertikal titik terendah dasar saluran hingga
permukaan
(depth of flow) air.
Taraf (stage) : elevasi dari muka air terhadap bidang persamaan.
Lebar dasar ( B ) : lebar penampang melintang bagian bawah (dasar).
(bed width)
Kemiringan dinding ( m ) : angka penyebut pada perbandingan antar sisi
vertikal terhadap
(side slope) sisi horizontal.
Lebar puncak ( T ) : lebar penampang saluran pada permukaan air.
(top width)
Luas basah ( A ) : luas penampang ,elintang yang tegak lurus
saluran.
(water area)
Keliling Basah ( P ) : panjang garis perpotongan dari permukaan basah
saluran
(wetted perimeter) dengan bidang penampang melintang yang tegak
lurus arah
aliran.
Jari – jari hidraulik ( R ) : perbandingan antara luas basah dengan keliling
basah.
(hydraulic radius)
Kedalaman hidraulik ( D ) : perbandingan antara luas basah dengan keliling
lebar puncak.
(hydraulic depth)
Faktor penampang ( Z ) : perkalian antara luas basah dengan akar kuadrat
dari
(section factor) kedalaman hidraulik.
Contoh perhitungan :
Gambar 1.4 Penampang Trapesium
BAB II
Aliran seragam (uniform flow) merupakan jenis aliran yang lain; kata
“seragam” menunjukkan bahwa kecepatan aliran disepanjang saluran adalah tetap,
dalam hal kecepatan aliran tidak tergantung pada tempat atau tidak berubah
menurut tempatnya. Aliran seragam merupakan aliran yang tidak berubah
menurut tempat. Konsep aliran seragam dan aliran kritis sangat diperlukan dalam
peninjauan aliran berubah dengan cepat atau berubah lambat laun. Perhitungan
kedalaman kritis dan kedalaman normal sangat penting untuk menentukan
perubahan permukaan aliran akibat gangguan pada aliran.
Rumus – rumus yang biasa di pakai dalam perhitungan aliran seragam dan
tak seragam adalah :
Gambar 2.1
Dimana ;
V = kecepatan rata – rata
R = jari – jari hidrolik
S = kemiringan energi
C = faktor tahanan aliran Chezy
Harga C tergantung pada kekasaran dasar saluran dan kedalaman aliran atau jari –
jari hidrolik. Berbagai rumus di kembangkan untuk mendapatkan harga C antara
lain :
a. Gangguitlef Aunt Kutter (1869)
dimana :
n = koefisien kekasaran dasar dan dinding saluran
R = jari – jari hidrolik
b. Bazin melalui penelitiannya menetapkan harga C (1897)
dimana :
m = koefisien Bazin
R = jari – jari hidrolik
dimana :
R = jari – jari hidrolik
S = kemiringan garis energi
n = koefisien kekasaran
Koefisien kekasaran Manning
Tabel 2.1
Tabel 2.3
BAB III
Aliran berubah lambat laun banyak terjadi akibat pasang surut di muara
saluran atau akibat adanya bangunan-bangunan air atau pasang surut air laut
terutama pada saat banjir akan berpengaruh sampai ke hulu dan atau ke hilir.
Aliran berubah lambat laun yang terjadi akibat perubahan elevasi hilirnya ini
sangat tergantung pada kedalaman kritis dan kedalaman normal.
Dengan pengertian :
1. steady flow dan distribusi tekanan ditentukan oleh gaya hidrostatis.
3. slope kecil
4. tidak terjadi re-aerasi
5. koefisien coriolis tidak berubah
6. koefisien gesek tidak bervariasi thd kedalaman
7. Saluran prismatik
harga yn = ∞ karena ib = 0.
c. suatu aliran dalam saluran dengan kemiringan dasar positif landai yang di
hilirnya terdapat terjunan ke danau atau ke laut. Oleh karena kemiringan
dasar lebih kecil daripada kemiringan kritis maka yc < yn. Apabila
permukaan air dihilir lebih tinggi daripada yn maka akan terjadi air balik
(backwater). Bentuk profil air balik ini dikendalikan oleh kedalaman air di
penampang kontrol C – C. Profil ini diberi notasi M1 (Mild Slope dan
letaknya diatas yn atau y > yn).
d. suatu aliran dalam suatu saluran dengan kemiringan dasar positif landai
yang di hilirnya terdapat terjunan ke danau atau ke laut. Oleh karena
kemiringan dasar lebih kecil daripada kemiringan kritis maka yc < yn .
Apabila permukaan air dihilir lebih rendahm daripada yn tetapi masih
lebih tinggi daripada yc maka akan terjadi terjunan yang landai. Bentuk
profil ini tergantung pada elevasi permukaan air di penampang kontrol C –
C. Profil ini diberi notasi M2 (Mild Slope dan letaknya diantara yn dan
ycn atau yn > y > yc).
e. suatu aliran dalam saluran dengan kemiringan dasar positif landai yang di
hilirnya terdapat terjunan ke danau atau ke laut. Oleh karena kemiringan
dasar lebih kecil daripada kemiringan kritis maka yc < yn . Apabila
permukaan air dihilir berada dibawah yc maka profil aliran lebih curam
daripada profil aliran di contoh (d). Profil ini bentuknya dikendalikan oleh
kedalaman kritis di penampang kontrol C – C. Profil ini akan tetap
bertahan dalam bentuk ini walaupun permukaan aliran di hilir terus
menurun. Profil ini juga diberi notasi M2. Hal ini dapat digunakan untuk
memberi contoh bahwa apabila aliran di hilir dipompa (untuk penurunan
permukaan air di danau) profil M2 di saluran akan tetap bertahan seperti
pada gambar karena permukaan air di penampang kontrol C – C tepat pada
kedalaman yc yang berarti debit aliran di saluran mencapai maksimum.
Apabila kapasitas pompa di tambah akan mubadzir.
Pada laminar super kritis aliran dikendalikan dari hulu yaitu dari suatu
penampang kontrol yang sudah mempunyai elevasi tertentu, atau dari kedalaman
kritis. Beberapa contoh pengendalian aliran air dari hulu :
a. suatu reservoir (waduk) ke suatu saluran dengan kemiringan negatif
(Adverse slope). Pada saat memasuki saluran aliran merupakan aliran
superkritis (y1 < yc). Oleh karena pada kemiringan dasar negatif yn =
imaginer maka kedalaman air di hilir akan merupakan aliran kritis.
Tetapi apabila di ujung hilir terdapat bendung sehingga permukaan air
naik sampai melebihi yc maka akan terjadi loncatan air. Loncatan air
ini diawali oleh profil aliran yang dikendalikan dari hulu yaitu dari
penampang kontraksi di bawah pintu. Profil ini diberi notasi A3 (A
karena kemiringan “adverse” dan notasi 3 karena y < yc < yn).
b. suatu danau ke saluran dengan kemiringan horizontal. Pada saat
memasuki saluran aliran merupakan aliran superkritis (y1<yc). Oleh
c. suatu danau ke dalam saluran dengan emiringan positif landai (ib < ic).
m g p f (b c) Pada saat memasuki saluran aliran akan merupakan aliran
subkritis (y > yc), tetapi karena aliran ini dibawah pintu merupakan
aliran superkritis maka akan terjadi loncatan air yang diawali oleh
profil M3 (M karena mild slope dan angka 3 karena berada dalam
aliran superkritis yaitu y < yc < yn). Profil M3 ini dikendalikan oleh
penampang kontrol di hulu di penampang kontraksi dibawah pintu.
d. danau (reservoir) ke suatu saluran dengan kemiringan positif curam (ib
> ic). Pada saat memasuki saluran, aliran akan merupakan aliran
superkritis. Apabila bukaan pintu berada dibawah kedalaman normal
maka akan terjadi loncatan air yang membentuk profil S3 (S karena
steep slope dan angka 3 karena berada didalam daerah aliran
superkritis dimana y < yn < yc). Profil ini dikendalikan dari hulu yaitu
dari tinggi bukaan pintu.