2
TUJUAN,
KEBIJAKAN DAN
STRATEGI
Polehan
Kesatrian
Bunulrejo
Purwantoro
Pandanwangi
Blimbing
Purwodadi
Polowijen
Arjosari
Balearjosari
5 Lowokwaru 23,84 21,46 Merjosari 120 788
Dinoyo
Sumbersari
Ketawanggede
Jatimulyo
Lowowokwaru
Mojolangu
Tunjungsekar
Tasikmadu
Tunggulwulung
Tlogomas
Sumber: Kota Malang Dalam Angka (2021)
2.1.3 Klimatologi
Kondisi iklim atau klimatologi wilayah Kota Malang selama tahun 2019 terbagi
ke dalam 3 tiga) stasiun klimatologi meliputi stasiun klimatologi ciliwung, stasiun
klimatologi kedungkandang dan stasiun klimatologi sukun. Curah hujan tertinggi di Kota
Malang pada tahun 2019 terjadi pada Bulan April, Bulan Januari dan Bulan Februari.
Untuk lebih jelasnya kondisi klimatologi Kota Kota Malang dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Kondisi Curah Hujan (mm) Kota Malang Tahun 2020
Bulan Stasiun Ciliwung (mm) Stasiun Sukun (mm)
Januari 310 191
Pebruari 406 572
Maret 352 479
April 191 231
Mei 264 205
Juni 26 56
Juli 14 21
Agustus 56 40
September 22 2
Oktober 77 152
Nopember 173 270
Desember 412 448
Sumber: Kota Malang Dalam Angka (2021)
2.1.4 Topografi
Kota Malang merupakan dataran tinggi dengan ketinggian 440-667 meter di atas
permukaan laut (m dpl), dimana daerah terendah berada di Kelurahan Tlogowaru
Kecamatan Kedungkandang. Sementara itu, salah satu lokasi yang paling tinggi di Kota
Malang adalah Pegunungan Buring yang juga terletak pada bagian timur wilayah kota.
Dari atas pegunungan ini terlihat jelas pemandangan yang indah ke bagian wilayah lain
kota antara lain dari arah Barat terlihat barisan Gunung Kawi dan Panderman, kemudian
dari arah utara terdapat Gunung Arjuno, selanjutnya dari arah timur terlihat Gunung
Semeru dan apabila kita melihat ke bawah terlihat hamparan kawasan perkotaan Malang.
Selanjutnya, Kota Malang memiliki kondisi kelerengan wilayah yang berada pada rentang
antara 0 – 15%. Kemudian juga terdapat beberapa sungai yang mengalir di wilayah Kota
Malang yang membuat kondisi topografi semakin beragam meliputi Sungai Brantas,
Sungai Metro, Sungai Amprong dan Sungai Bango. kondisi topografi Kota Kota Malang
dapat dilihat pada Peta 2.1.
2.1.5 Geologi
Kota Malang merupakan kota yang dikelilingi oleh pegunungan. Di sebelah utara
terdapat Gunung Arjuno; di sebelah timur terdapat Gunung Semeru; di sebelah barat
terdapat Gunung Panderman; Gunung Kawi; dan Gunung Kelud. Keadaan tanah di bagian
selatan termasuk dataran tinggi yang cukup luas, sehingga cocok untuk industri.
Keadaan tanah di bagian utara termasuk dataran tinggi yang subur, sehingga cocok
untuk pertanian. Keadaaan tanah bagian timur merupakan dataran tinggi dengan keadaan
kurang subur. Sedangkan keadaan tanah bagian barat merupakan dataran tinggi yang
amat luas menjadi daerah pendidikan. Jenis tanah di wilayah Kota Malang terbagi
menjadi 4 (empat) macam, antara lain:
1. Alluvial kelabu kehitaman dengan luas 6,930,267 Ha.
2. Mediteran coklat dengan luas 1.225.160 Ha.
3. Asosiasi latosol coklat kemerahan grey coklat dengan luas 1.942.160 Ha.
4. Asosiasi andosol coklat dan grey humus dengan luas 1.765,160 Ha
Struktur tanah pada umumnya relatif baik, akan tetapi yang perlu mendapatkan
perhatian adalah penggunaan jenis tanah andosol yang memiliki sifat peka erosi. Jenis
tanah andosol ini terdapat di Kecamatan lowokwaru dengan relatif kemiringan sekitar
15%. Untuk lebih jelasnya kondisi geologi Kota Kota Malang dapat dilihat pada Peta 1.4.
2.1.6 Hidrologi
Air merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Pemanfaatan air baku bagi
kehidupan manusia pada umumnya digunakan untuk kebutuhan air minum, mandi, cuci,
serta untuk kebutuhan industri. Penggunaan air baku dibedakan atas sosial, non niaga,
niaga, industri dan air yang terbuang atau air curah. Wilayah Kota Malang dilintasi atau
dialiri oleh Sungai Brantas dengan beberapa anak sungainya yaitu Sungai Metro, Sukun,
Bango, dan Amprong. Secara garis besar, wilayah Kota Malang dibagi menjadi 3 daerah
aliran sungai (DAS) atau bagian besar wilayah tangkapan hujan, yaitu:
a. Malang Utara, oleh DAS Bango dan DAS Amprong.
b. Malang Barat, oleh DAS Brantas.
c. Malang Selatan, oleh DAS Brantas, DAS Metro, dan DAS Sukun.
Sumber air baku Kota Malang berasal dari 5 mata air dan 4 sumur bor. Adapun
lokasi dari tiap sumber mata air meliputi Mata Air Wendit, Binangun, Banyuning,
Karangan, dan Sumbersari. Untuk jaringan distribusi air baku Kota Malang melalui PDAM
terdiri dari jaringan primer dan jaringan sekunder. Jaringan distribusi air baku ini melewati
beberapa ruas jalan di tiap kecamatan Kota Malang.
2.1.7 Kependudukan
Berdasarkan Kota Malang Dalam Angka 2021 jumlah penduduk di Kota Malang
dengan luas wilayah 111,08 km2 adalah 843.810 jiwa. Pertumbuhan penduduk Kota
Malang mengalami peningkatan sebesar 2,87% dari Tahun 2010-2020. Kondisi
kependudukan di Kota Malang pada setiap kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.4 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Malang
Laju Pertumbuhan Penduduk
Total Jumlah Penduduk
Kecamatan Per Tahun (%)
2000 2010 2020 2000-2010 2010-2020
Klojen 117.500 105.907 94.112 -9,87 -11,14
Blimbing 158.556 172.333 182.300 8,69 5,78
Kedungkandang 150.262 174.477 207.428 16,12 18,89
Sukun 162.094 181.513 196.300 11,98 8,15
Lowokwaru 168.570 186.013 163.639 10,35 -12,03
Jumlah 756.982 820.243 843.810 8,36 2,87
Sumber: Kota Malang dalam Angka (2021)
2000 2010 2020
207.428
196.300
186.013
182.300
181.513
174.477
172.333
168.570
163.639
162.094
158.556
JUMLAH PENDUDUK (JIWA)
150.262
117.500
105.907
94.112
10.658
10.305
9.410
6.864
5.205
KLOJEN BLIMBING KEDUNGKANDANG SUKUN LOWOKWARU
2.1.8 Perekonomian
Kondisi perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB). Berdasarkan PDRB Kota Malang pada tahun 2020, perekonomian Kota
Malang ditopang oleh sektor lapangan usaha perdagangan besar dan eceran; reparasi
mobil dan sepeda motor kemudian disusul oleh industri pengolahan. Berikut adalah tabel
yang menjelaskan perkembangan PDRB Kota Malang Tahun 2016-2020.
Tabel 2.7 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha di Kota Malang (miliar rupiah) Tahun 2016-2020
No. Lapangan Usaha 2016 2017 2018 2019 2020
1 Pertanian, Kehutanan, dan 164,3 168,6 177,7 196,0 196,3
Perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian 49,8 50,8 54,7 52,3 51,6
3 Industri Pengolahan 14.521,8 15.663,8 17.241,2 18.725,7 19.125,5
4 Pengadaan Listrik dan Gas 17,5 20,6 22,9 24,6 24,9
5 Pengadaan Air, Pengelolaan 91,3 97,7 124,5 131,5 136,3
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
6 Konstruksi 7.386,7 8.113,2 8.650,9 9.179,5 9.310,0
7 Perdagangan Besar dan 16.890,3 18.456,6 20.046,0 21.440,3 20.269,4
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
8 Transportasi dan Pergudangan 1.399,2 1.596,3 1.735,4 1.899,2 1.650,1
9 Penyediaan Akomodasi dan 2.802,7 3.114,8 3.382,6 3.760,3 3.317,7
Makan Minum
10 Informasi dan Komunikasi 2.277,9 2.501,7 2.664,3 2.833,9 3.202,6
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1.740,5 1.858,2 1.997,3 2.068,9 2.132,9
12 Real Estate 808,2 864,9 966,1 1.054,6 1.087,8
13 Jasa Perusahaan 447,7 486,3 546,5 594,0 608,1
14 Administrasi Pemerintah, 844,5 904,0 1.002,0 1.076,4 1.096,0
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
15 Jasa Pendidikan 4.646,3 5.112,8 5.503,2 5.863,8 6.154,1
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan 1.428,7 1.595,4 1.715,1 1.887,2 2.084,0
Sosial
17 Jasa Lainnya 1.638,7 1.735,1 1.868,2 1.984,8 1.716,2
PDRB 51.824,39 57.170,60 62.359,30 67.698,6 72.163,2
Sumber: Kota Malang dalam Angka (2021)
Berdasarkan Tabel 2.7 diatas dapat diketahui bahwa PDRB Kota Malang terus
mengalami peningkatan dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Sektor lapangan usaha
perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor serta industri
pengolahan yang menjadi penopang utama PDRB Kota Malang terus mengalami
peningkatan secara signifikan. Akan tetapi laju pertumbuhan PDRB Kota Malang
mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Berikut adalah grafik laju pertumbuhan PDRB
Kota Malang Pada Tahun 2016-2020.
80.000,00
70.000,00 72.163,20
67.698,60
60.000,00 62.359,30
57.170,60
PDRB (miliar rupiah)
50.000,00 51.824,39
40.000,00
30.000,00
20.000,00
10.000,00
0,00
2016 2017 2018 2019 2020
Tahun
Gambar 2.7 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Malang Tahun 2016-2020 (%)
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan PDRB
mengalami peningkatan dari tahun 2016 ke tahun 2020 dari 51.824,39 menjadi
72.163,20. Akan tetapi, laju pertumbuhan tersebut terus mengalami perlambatan mulai
dari tahun 2016 hingga tahun 2020, yaitu dari 10,32% pada tahun 2016 menjadi 6,59%
pada tahun 2020.
1. Pertanian
Hampir seluruh kecamatan di kota Malang memiliki lahan pertanian sawah,
kecuali Kecamatan Klojen yang tidak memiliki lahan pertanian sawah. sedangkan
kecamatan yang memiliki lahan pertanian sawah terluas adalah Kecamatan
Kedungkandang (511 Ha). Dari hasil kegiatan pertanian berikut merupakan luas
tanam komoditas tanaman pangan menurut kecamatan dan jenis komoditas
tanaman pangan di Kota Malang.
Tabel 2.8 Luas Tanam Komoditas Tanaman Pangan Menurut Kecamatan dan Jenis
Komoditas (ha)
Kecamatan Padi Sawah Jagung Ubi Kayu
Kedungkandang 1.047 90 10
15
98
2.388
1600
1400
1200
Jumlah (ekor)
1000
800
600
400
200
0
Kedungkandang Sukun Klojen Blimbing Lowokwaru
Kecamatan
1) Jalan A. Yani;
2) Jalan Raden Intan;
3) Jalan Panji Suroso;
4) Jalan Sunandar P. Sudarmo;
5) Jalan Tumenggung Suryo;
6) Jalan Jend. Sudirman;
7) Jalan Gatot Subroto;
8) Jalan Martadinata;
9) Jalan Kolonel Sugiono;
10) Jalan Satsui Tubun; dan
11) Jalan S. Supriadi;
12) Jalan Ki Ageng Gribig; dan
13) Jalan Mayjen Sungkono.
Jaringan jalan provinsi yang melewati wilayah Kota Malang terdiri dari ruas
jalan:
1) Jalan A. Yani;
2) Jalan Tlogomas;
3) Jalan Borobudur;
4) Jalan Soekarno Hatta;
5) Jalan MT Haryono; dan
6) Jalan Kolonel Sugiono.
b. Pengembangan Jaringan Sistem Utilitas
Penyediaan jaringan utilitas memiliki peranan penting untuk menunjang
kegiatan perkotaan. Sebaran jaringan utilitas ini diharapkan dapat dengan
melayani seluruh masyarakat Kota Malang secara merata. Sebaran jaringan
utilitas ini meliputi jaringan drainase, persampahan, pengelolaan air limbah,
air bersih, sumber daya air dan jaringan irigasi. Terkait dengan dampak yang
ditimbulkan dari pengembangan jaringan utilitas, isu yang terjadi adalah:
1) Isu Kebutuhan Air Bersih, berdasarkan kemampuan imbuhan / resapan
air tanah di wilayah kota Malang pada sepuluh tahun terakhir hanya
23. Perbaikan sarana dan prasarana pelengkap jalan serta pengembangan teknologi
LLAJ.
24. Masih minimnya Pengembangan Kawasan pemberdayaantematik.
25. Belum terbentuknya cluster/kawasan strategis perindustrian di Kota Malang.
26. Belum banyak berkembangnya tempat industri kreatif.
27. Kepengurusan izin lokasi belum menyesuaikan perkembangan masyarakat
karena masih menggunakan peraturan yang lama.
28. Kendala dalam melakukan mitigasi longsor karena masih terdapat masyarakat
yang membangun rumah di sepadan sungai.
29. Kurangnya pos pengamatan dan pengendalian bencana di Kota Malang,
khususnya untuk mengantisipasi Respon Time Rate penanganan kebakaran,
penyelamatan korban, maupun bencana lain.
kegunaan lain seperti bahan bakar atau energi alternatif), Recycle (daur
ulang sampah menjadi barang bermanfaat);
5) penataan kembali lahan yang telah menggunakan sistem open dumping
menjadi sistem sanitary landfill; dan
6) peningkatan pelayanan dan optimalisasi sumber daya yang ada melalui
peningkatan peran serta masyarakat.
h. pengembangan sistem jaringan evakuasi bencana, dengan upaya:
1) pengembangan jalur evakuasi bencana;
2) pengembangan tempat evakuasi bencana; dan
3) penyediaan peralatan penanggulangan bencana.
i. pengembangan sistem drainase, dengan upaya:
1) optimalisasi sistem drainase eksisting yang telah dibangun di zaman
Belanda;
2) pengembangan Situ (tampungan sementara) kota yang masih ada dan
mengupayakan penambahannya;
3) pembuatan bangunan resapan air untuk mengurangi debit limpasan;
4) perbaikan dan/atau normalisasi saluran drainase;
5) pembuatan sudetan pada saluran drainase yang memiliki tingkat
genangan tinggi; dan
6) pengembangan saluran drainase berbasis partisipasi masyarakat.
j. pengembangan jalur sepeda, dengan upaya:
1) pembangunan jalur sepeda;
2) revitalisasi jalur sepeda; dan
3) pembangunan fasilitas parkir sepeda.
k. penyediaan dan pengembangan pemanfaatan prasarana dan sarana pejalan
kaki, dengan upaya:
1) penyediaan fasilitas pejalan kaki; dan
2) penambahan dan perbaikan fasilitas pejalan kaki pada kawasan yang
terdapat sarana dan prasarana umum.