Anda di halaman 1dari 37

REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

2
TUJUAN,
KEBIJAKAN DAN
STRATEGI

TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI II-1


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

2.1 GAMBARAN UMUM


2.1.1 Kondisi Geografis
Kota Malang secara geografis terletak pada posisi 07°46’48” LS - 08°46’42” LS
dan 112°31’42” BT - 112°48’48” BT sehingga membentuk wilayah dengan luas seluas
111,08 km2. Meskipun hanya memiliki wilayah yang relatif kecil, namun Kota Malang
merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya.
2.1.2 Kondisi Administratif
Secara administratif, Kota Malang berada di tengah-tengah wilayah administrasi
Kabupaten Malang dengan batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Singosari dan Kecamatan
Karangploso Kabupaten Malang
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Tajinan dan Kecamatan
Pakisaji Kabupaten Malang
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Wagir Kabupaten Malang
dan Kecamatan Dau Kabupaten Malang
Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Pakis dan Kecamatan
Tumpang Kabupaten Malang.
Kecamatan Kedungkandang memiliki luasan wilayah terbesar di Kota Malang
yaitu 39,85 km2 dengan proporsi luasan mencapai 35,88% dari total luasan wilayah Kota
Malang. Diikuti oleh Kecamatan Lowokwaru (21,46%), Kecamatan Sukun (18,78%),
Kecamatan Blimbing (15,93%), dan Kecamatan Klojen (8,83%) yang merupakan
kecamatan dengan luasan wilayah terendah di Kota Malang. Pembagian wilayah
administrasi Kota Malang berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Pembagian Administrasi Kecamatan di Kota Malang
No. Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Proporsi Luas (%)
1 Klojen 8,83 7,95
2 Blimbing 17,69 15,93
3 Kedungkandang 39,85 35,88
4 Lowokwaru 23,84 21,46
5 Sukun 20,86 18,78
Total 111,08 100,00
Sumber: Kota Malang Dalam Angka (2021)

TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI II-2


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

Dalam ketetapan tentang pembagian wilayah, Kota Malang secara administratif


terbagi menjadi 5 (lima) kecamatan dengan jumlah kelurahan sebanyak 57 (lima puluh
tujuh) kelurahan. Dari 57 kelurahan tersebut, terbagi lagi menjadi 544 Rukun Warga (RW)
dan 4.071 Rukun Tetangga (RT). Pembagian wilayah administratif Kota Malang
berdasarkan kecamatan dan kelurahan dapat dilihat sebagaimana pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Luas Wilayah dan Proporsi Luas Wilayah Kota Malang Berdasarkan Kecamatan
Luas Wilayah Terhadap Luas Kota Jumlah
No. Kecamatan Kelurahan
(km2) (%) RW RT
1 Kedungkandang 39,85 35,88 Arjowinangun 117 898
Tlogowaru
Wonokoyo
Bumiayu
Buring
Mergosono
Kotalama
Kedungkandang
Sawojajar
Madyopuro
Lesanpuro
Cemorokandang
2 Sukun 20,86 18,78 Kebonsari 95 884
Gadang
Ciptomulyo
Sukun
Bandungrejosari
Bakalankrajan
Mulyorejo
Bandulan
Tanjungrejo
Pisangcandi
Karangbesuki
3 Klojen 8,83 7,95 Kasin 89 675
Sukoharjo
Kiduldalem
Kauman
Bareng
Gadingkasri
Oro - Oro Dowo
Klojen
Rampal Celaket
Samaan
Penanggungan
4 Blimbing 17,69 15,93 Jodipan 127 928

TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI II-3


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

Polehan
Kesatrian
Bunulrejo
Purwantoro
Pandanwangi
Blimbing
Purwodadi
Polowijen
Arjosari
Balearjosari
5 Lowokwaru 23,84 21,46 Merjosari 120 788
Dinoyo
Sumbersari
Ketawanggede
Jatimulyo
Lowowokwaru
Mojolangu
Tunjungsekar
Tasikmadu
Tunggulwulung
Tlogomas
Sumber: Kota Malang Dalam Angka (2021)

2.1.3 Klimatologi
Kondisi iklim atau klimatologi wilayah Kota Malang selama tahun 2019 terbagi
ke dalam 3 tiga) stasiun klimatologi meliputi stasiun klimatologi ciliwung, stasiun
klimatologi kedungkandang dan stasiun klimatologi sukun. Curah hujan tertinggi di Kota
Malang pada tahun 2019 terjadi pada Bulan April, Bulan Januari dan Bulan Februari.
Untuk lebih jelasnya kondisi klimatologi Kota Kota Malang dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Kondisi Curah Hujan (mm) Kota Malang Tahun 2020
Bulan Stasiun Ciliwung (mm) Stasiun Sukun (mm)
Januari 310 191
Pebruari 406 572
Maret 352 479
April 191 231
Mei 264 205
Juni 26 56
Juli 14 21
Agustus 56 40
September 22 2
Oktober 77 152
Nopember 173 270
Desember 412 448
Sumber: Kota Malang Dalam Angka (2021)

TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI II-4


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

2.1.4 Topografi
Kota Malang merupakan dataran tinggi dengan ketinggian 440-667 meter di atas
permukaan laut (m dpl), dimana daerah terendah berada di Kelurahan Tlogowaru
Kecamatan Kedungkandang. Sementara itu, salah satu lokasi yang paling tinggi di Kota
Malang adalah Pegunungan Buring yang juga terletak pada bagian timur wilayah kota.
Dari atas pegunungan ini terlihat jelas pemandangan yang indah ke bagian wilayah lain
kota antara lain dari arah Barat terlihat barisan Gunung Kawi dan Panderman, kemudian
dari arah utara terdapat Gunung Arjuno, selanjutnya dari arah timur terlihat Gunung
Semeru dan apabila kita melihat ke bawah terlihat hamparan kawasan perkotaan Malang.
Selanjutnya, Kota Malang memiliki kondisi kelerengan wilayah yang berada pada rentang
antara 0 – 15%. Kemudian juga terdapat beberapa sungai yang mengalir di wilayah Kota
Malang yang membuat kondisi topografi semakin beragam meliputi Sungai Brantas,
Sungai Metro, Sungai Amprong dan Sungai Bango. kondisi topografi Kota Kota Malang
dapat dilihat pada Peta 2.1.
2.1.5 Geologi
Kota Malang merupakan kota yang dikelilingi oleh pegunungan. Di sebelah utara
terdapat Gunung Arjuno; di sebelah timur terdapat Gunung Semeru; di sebelah barat
terdapat Gunung Panderman; Gunung Kawi; dan Gunung Kelud. Keadaan tanah di bagian
selatan termasuk dataran tinggi yang cukup luas, sehingga cocok untuk industri.
Keadaan tanah di bagian utara termasuk dataran tinggi yang subur, sehingga cocok
untuk pertanian. Keadaaan tanah bagian timur merupakan dataran tinggi dengan keadaan
kurang subur. Sedangkan keadaan tanah bagian barat merupakan dataran tinggi yang
amat luas menjadi daerah pendidikan. Jenis tanah di wilayah Kota Malang terbagi
menjadi 4 (empat) macam, antara lain:
1. Alluvial kelabu kehitaman dengan luas 6,930,267 Ha.
2. Mediteran coklat dengan luas 1.225.160 Ha.
3. Asosiasi latosol coklat kemerahan grey coklat dengan luas 1.942.160 Ha.
4. Asosiasi andosol coklat dan grey humus dengan luas 1.765,160 Ha
Struktur tanah pada umumnya relatif baik, akan tetapi yang perlu mendapatkan
perhatian adalah penggunaan jenis tanah andosol yang memiliki sifat peka erosi. Jenis

TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI II-5


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

tanah andosol ini terdapat di Kecamatan lowokwaru dengan relatif kemiringan sekitar
15%. Untuk lebih jelasnya kondisi geologi Kota Kota Malang dapat dilihat pada Peta 1.4.
2.1.6 Hidrologi
Air merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Pemanfaatan air baku bagi
kehidupan manusia pada umumnya digunakan untuk kebutuhan air minum, mandi, cuci,
serta untuk kebutuhan industri. Penggunaan air baku dibedakan atas sosial, non niaga,
niaga, industri dan air yang terbuang atau air curah. Wilayah Kota Malang dilintasi atau
dialiri oleh Sungai Brantas dengan beberapa anak sungainya yaitu Sungai Metro, Sukun,
Bango, dan Amprong. Secara garis besar, wilayah Kota Malang dibagi menjadi 3 daerah
aliran sungai (DAS) atau bagian besar wilayah tangkapan hujan, yaitu:
a. Malang Utara, oleh DAS Bango dan DAS Amprong.
b. Malang Barat, oleh DAS Brantas.
c. Malang Selatan, oleh DAS Brantas, DAS Metro, dan DAS Sukun.
Sumber air baku Kota Malang berasal dari 5 mata air dan 4 sumur bor. Adapun
lokasi dari tiap sumber mata air meliputi Mata Air Wendit, Binangun, Banyuning,
Karangan, dan Sumbersari. Untuk jaringan distribusi air baku Kota Malang melalui PDAM
terdiri dari jaringan primer dan jaringan sekunder. Jaringan distribusi air baku ini melewati
beberapa ruas jalan di tiap kecamatan Kota Malang.

TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI II-6


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

Gambar 2.1 Peta Curah Hujan Kota Malang

TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI II-7


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

Gambar 2.2 Peta Kelerengan Kota Malang

TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI II-8


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

Gambar 2.3 Peta Jenis Tanah Kota Malang

TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI II-9


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

Gambar 2.4 Peta Hidrologi Kota Malang

TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI II-10


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

2.1.7 Kependudukan
Berdasarkan Kota Malang Dalam Angka 2021 jumlah penduduk di Kota Malang
dengan luas wilayah 111,08 km2 adalah 843.810 jiwa. Pertumbuhan penduduk Kota
Malang mengalami peningkatan sebesar 2,87% dari Tahun 2010-2020. Kondisi
kependudukan di Kota Malang pada setiap kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.4 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Malang
Laju Pertumbuhan Penduduk
Total Jumlah Penduduk
Kecamatan Per Tahun (%)
2000 2010 2020 2000-2010 2010-2020
Klojen 117.500 105.907 94.112 -9,87 -11,14
Blimbing 158.556 172.333 182.300 8,69 5,78
Kedungkandang 150.262 174.477 207.428 16,12 18,89
Sukun 162.094 181.513 196.300 11,98 8,15
Lowokwaru 168.570 186.013 163.639 10,35 -12,03
Jumlah 756.982 820.243 843.810 8,36 2,87
Sumber: Kota Malang dalam Angka (2021)
2000 2010 2020
207.428

196.300

186.013
182.300

181.513
174.477
172.333

168.570

163.639
162.094
158.556
JUMLAH PENDUDUK (JIWA)

150.262
117.500
105.907
94.112

KLOJEN BLIMBING KEDUNGKANDANG SUKUN LOWOKWARU


KECAMATAN

Gambar 2.5 Total Jumlah Penduduk Series (2010, 2010, 2020)


Tabel 2.5 Kepadatan Penduduk Kota Malang
Kepadatan Penduduk
Kecamatan Luas (km2) Jumlah Total (Jiwa)
(Jiwa/Km2)
Klojen 8,83 94.112 10.658
Blimbing 17,69 182.300 10.305
Kedungkandang 39,85 207.428 5.205
Sukun 20,86 196.300 9.410
Lowokwaru 23,84 163.639 6.864
Jumlah 111,08 843.810 7.596

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI II-11


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

Sumber: Kota Malang dalam Angka (2021)

10.658

10.305

9.410

6.864
5.205
KLOJEN BLIMBING KEDUNGKANDANG SUKUN LOWOKWARU

Gambar 2.6 Kepadatan Penduduk Kota Malang


Berdasarkan Tabel 2.5 dapat diketahui bahwa Kecamatan Kedungkandang
memiliki jumlah penduduk terbanyak di Kota Malang dengan jumlah penduduk sebesar
207.428 jiwa, sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit adalah
Kecamatan Klojen, yaitu 94.112 jiwa. Berdasarkan kepadatan penduduknya, dapat
diketahui bahwa kepadatan penduduk terbesar terdapat pada Kecamatan Klojen dengan
kepadatan penduduk sebesar 10.658 jiwa/km2, sedangkan kecamatan dengan
kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Kedungkandang dengan kepadatan
penduduk sebesar 5.205 jiwa/km2. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin di
Kota Malang adalah sebagai berikut.
Tabel 2.6 Komposisi Penduduk Kota Malang Berdasarkan Jenis Kelamin
Kecamatan Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)
Klojen 95,32
Blimbing 98,91
Kedungkandang 100,86
Sukun 99,88
Lowokwaru 98,17
Jumlah 99,05
Sumber: Kota Malang dalam Angka (2021)
Berdasarkan Tabel 2.6 dapat diketahui bahwa rasio jenis kelamin (sex ratio)
penduduk Kota Malang sebesar 99,05. Hal ini berarti bahwa setiap 100 penduduk
perempuan terdapat 99 penduduk laki-laki di Kota Malang.

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI II-12


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

2.1.8 Perekonomian
Kondisi perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB). Berdasarkan PDRB Kota Malang pada tahun 2020, perekonomian Kota
Malang ditopang oleh sektor lapangan usaha perdagangan besar dan eceran; reparasi
mobil dan sepeda motor kemudian disusul oleh industri pengolahan. Berikut adalah tabel
yang menjelaskan perkembangan PDRB Kota Malang Tahun 2016-2020.
Tabel 2.7 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha di Kota Malang (miliar rupiah) Tahun 2016-2020
No. Lapangan Usaha 2016 2017 2018 2019 2020
1 Pertanian, Kehutanan, dan 164,3 168,6 177,7 196,0 196,3
Perikanan
2 Pertambangan dan Penggalian 49,8 50,8 54,7 52,3 51,6
3 Industri Pengolahan 14.521,8 15.663,8 17.241,2 18.725,7 19.125,5
4 Pengadaan Listrik dan Gas 17,5 20,6 22,9 24,6 24,9
5 Pengadaan Air, Pengelolaan 91,3 97,7 124,5 131,5 136,3
Sampah, Limbah dan Daur
Ulang
6 Konstruksi 7.386,7 8.113,2 8.650,9 9.179,5 9.310,0
7 Perdagangan Besar dan 16.890,3 18.456,6 20.046,0 21.440,3 20.269,4
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
8 Transportasi dan Pergudangan 1.399,2 1.596,3 1.735,4 1.899,2 1.650,1
9 Penyediaan Akomodasi dan 2.802,7 3.114,8 3.382,6 3.760,3 3.317,7
Makan Minum
10 Informasi dan Komunikasi 2.277,9 2.501,7 2.664,3 2.833,9 3.202,6
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1.740,5 1.858,2 1.997,3 2.068,9 2.132,9
12 Real Estate 808,2 864,9 966,1 1.054,6 1.087,8
13 Jasa Perusahaan 447,7 486,3 546,5 594,0 608,1
14 Administrasi Pemerintah, 844,5 904,0 1.002,0 1.076,4 1.096,0
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
15 Jasa Pendidikan 4.646,3 5.112,8 5.503,2 5.863,8 6.154,1
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan 1.428,7 1.595,4 1.715,1 1.887,2 2.084,0
Sosial
17 Jasa Lainnya 1.638,7 1.735,1 1.868,2 1.984,8 1.716,2
PDRB 51.824,39 57.170,60 62.359,30 67.698,6 72.163,2
Sumber: Kota Malang dalam Angka (2021)
Berdasarkan Tabel 2.7 diatas dapat diketahui bahwa PDRB Kota Malang terus
mengalami peningkatan dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Sektor lapangan usaha
perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor serta industri

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI II-13


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

pengolahan yang menjadi penopang utama PDRB Kota Malang terus mengalami
peningkatan secara signifikan. Akan tetapi laju pertumbuhan PDRB Kota Malang
mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Berikut adalah grafik laju pertumbuhan PDRB
Kota Malang Pada Tahun 2016-2020.
80.000,00

70.000,00 72.163,20
67.698,60
60.000,00 62.359,30
57.170,60
PDRB (miliar rupiah)

50.000,00 51.824,39

40.000,00

30.000,00

20.000,00

10.000,00

0,00
2016 2017 2018 2019 2020
Tahun

Gambar 2.7 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Malang Tahun 2016-2020 (%)
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan PDRB
mengalami peningkatan dari tahun 2016 ke tahun 2020 dari 51.824,39 menjadi
72.163,20. Akan tetapi, laju pertumbuhan tersebut terus mengalami perlambatan mulai
dari tahun 2016 hingga tahun 2020, yaitu dari 10,32% pada tahun 2016 menjadi 6,59%
pada tahun 2020.
1. Pertanian
Hampir seluruh kecamatan di kota Malang memiliki lahan pertanian sawah,
kecuali Kecamatan Klojen yang tidak memiliki lahan pertanian sawah. sedangkan
kecamatan yang memiliki lahan pertanian sawah terluas adalah Kecamatan
Kedungkandang (511 Ha). Dari hasil kegiatan pertanian berikut merupakan luas
tanam komoditas tanaman pangan menurut kecamatan dan jenis komoditas
tanaman pangan di Kota Malang.
Tabel 2.8 Luas Tanam Komoditas Tanaman Pangan Menurut Kecamatan dan Jenis
Komoditas (ha)
Kecamatan Padi Sawah Jagung Ubi Kayu
Kedungkandang 1.047 90 10

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI II-14


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

Kecamatan Padi Sawah Jagung Ubi Kayu


Sukun 490 4 1
Klojen - - -
Blimbing 213 - -
Lowokwaru 638 4 4
Total 2.388 98 15
Sumber: Kota Malang dalam Angka (2021)

15

98

2.388

Padi Sawah Jagung Ubi Kayu

Gambar 2.8 Luas Tanam Tanaman Pangan (dalam hektar)


2. Peternakan
Sektor peternakan juga merupakan salah satu keunggulan di Kota Malang.
Populasi ternak yang cukup tinggi dapat menjadi potensi yang diunggulkan.
Berikut lebih rinci mengenai jumlah populasi ternak masing-masing komoditas.
Tabel 2.9 Populasi Ternak Menurut Kecamatan Tahun 2020
Komoditas Kedungkandang Sukun Klojen Blimbing Lowokwaru Total
Sapi Perah 69 32 - 128 9 238
Sapi Potong 1.480 204 - 597 237 2.518
Kerbau - 39 - 18 9 238
Kuda 12 4 - 2 3 21
Kambing 917 237 - 48 361 1.563
Domba 53 49 - 18 215 335
Kelinci 365 140 80 185 135 905
Sumber: Kota Malang dalam Angka (2021)
Tabel 2.10 Populasi Unggas yang Dipotong Menurut Kecamatan Tahun 2020
Komoditas Kedungkandang Sukun Klojen Blimbing Lowokwaru Total
Ayam Buras 100.354 181.891 94.083 119.170 131.715 678.349
Ayam Petelur 3.121 5.657 2.926 3.707 4.097 22.941

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI II-15


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

Komoditas Kedungkandang Sukun Klojen Blimbing Lowokwaru Total


Ayam
1.100.211 2.163.352 1.419.155 1.525.469 1.206.527 9.910.085
Pedaging
Itik 3.456 5.706 3.354 3.967 3.972 26.293
Itik Manila 338 546 329 385 282 1.943
Sumber: Kota Malang dalam Angka (2021)

1600
1400
1200
Jumlah (ekor)

1000
800
600
400
200
0
Kedungkandang Sukun Klojen Blimbing Lowokwaru
Kecamatan

Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Kuda Kambing Domba Kelinci

Gambar 2.9 Populasi Hewan Ternak


Berdasarkan data tersebut, jumlah populasi sapi potong merupakan komoditas
paling tinggi diantara komoditas-komoditas lainnya.
3. Industri
Berdasarkan banyaknya pekerja, industri pengolahan dikelompokkan menjadi 4
golongan yaitu Industri Besar (jumlah pekerja lebih dari 100 orang), Industri
Sedang (jumlah pekerja 20-99 orang), Industri Kecil (jumlah pekerja 5-19
orang),dan Industri Rumahtangga (jumlah pekerja 1-4 orang). Pengumpulan
data perusahaan industri besar dan sedang (B/S) dilakukan setiap tahun dengan
cara sensus lengkap. Pada tahun 2017, jumlah perusahaan industri besar dan
sedang di Kota Malang tercatat sebanyak 2685 perusahaan (Statistik Kota
Malang, 2020).
4. Hotel dan Pariwisata
Sebagaimana kita ketahui Kota Malang merupakan salah satu kota tujuan wisata
di Jawa Timur, kegiatan ekonomi yang menunjang kegiatan tersebut adalah

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI II-16


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

adanya penyediaan sarana akomodasi. Jumlah Akomodasi di Kota Malang


sebanyak 84 hotel dan akomodasi lainnya dengan sarana kamar 4.079 kamar
dan 6.376 tempat tidur. Dari kamar yang tersedia untuk hotel berbintang tingkat
hunian kamar yang terjual sebesar 52,75 % dan hotel non bintang 35,81%
dengan rata-rata tingkat hunian selama 1,88 - 2,25 hari. Jumlah tamu asing yang
menginap di hotel berbintang sebanyak 60.195 orang, sedangkan tamu domestik
sebanyak 1.146.080 orang. Tamu asing yang menginap di hotel non bintang
sebanyak 1.900 orang dan tamu domestik 569.750 orang.
2.1.9 Penggunaan Lahan
Kota Malang memiliki luas wilayah yang sebesar 111,08 km2 yang terdiri dari
kawasan terbangun serta tidak terbangun. Kawasan terbangun meliputi permukiman,
pekarangan dan lainnya, sedangkan kawasan tidak terbangun meliputi pekarangan,
hutan, ladang dan lainnya.
Tabel 2.11 Guna Lahan Sawah, Pertanian Bukan Sawah, dan Bukan Pertanian di Kota Malang
Kecamatan Sawah Pertanian Bukan Sawah Bukan Pertanian Total Luas Lahan
Kedungkandang 511 1.207 2.271 3.898
Sukun 162 452 1.483 2.097
Klojen - - 883 883
Blimbing 75 10 1.692 1.777
Lowokwaru 247 78 1.935 2.260
Kota Malang 995 1.747 8.264 11.006
Sumber: Kota Malang dalam Angka (2021)

2.2 ISU STRATEGIS


2.2.1 Potensi
Potensi-potensi yang dianggap memiliki pengaruh signifikan dalam proses
pengembangan Kota Malang antara lain:
1. Pola Ruang
a. Pengembangan fasilitas pelayanan umum seperti kantor pemerintahan,
fasilitas pendidikan, dan fasilitas kesehatan. Berdasarkan kondisi Kota
Malang, diketahui bahwa Luas Kota Malang 111,08 km2 dengan kondisi
eksisting lahan terbangun seluas 82,64 km2 (2020) atau 74,40%.

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI II-17


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

b. Penyediaan dan pengembangan potensi RTH di Kota Malang untuk memenuhi


standar RTH minimal di Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang bahwa setiap Kota minimal mampu
menyediakan ruang terbuka hijau (RTH) sebesar 30% dari luas lahan yang
terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka
hijau privat. RTH publik Kota Malang diarahkan dalam bentuk kawasan
lindung dan ruang terbuka hijau (sarana olah raga, makam dan taman).
Artinya jika Kota Malang mengikuti amanah tersebut, maka seharusnya lahan
yang boleh dibangun sebesar 77,76 km2, dan RTH nya seluas 33,32 km2.
Secara eksisting luas wilayah Kota Malang dimanfaatkan untuk berbagai
kegiatan penggunaan lahan, berupa permukiman, industri pergudangan,
perdagangan jasa, fasilitas umum, fasilitas sosial, sawah, tegalan, dan kebun
serta sisanya berupa lahan kosong di wilayah hinterland yang dapat menjadi
potensi untuk dikembangkan beragam kegiatan pemanfaatan ruang di Kota
Malang dengan tujuan meningkatkan pembangunan ekonomi Kota Malang.
Menetapkan kawasan lindung di Kota Malang untuk bisa dilindungi dan
dikembangkan potensi-potensinya. Kawasan lindung di Kota Malang
dititikberatkan pada penetapan fungsi kawasan agar wilayah yang dilindungi
dan memiliki fungsi perlindungan dapat dipertahankan. Kawasan lindung Kota
Malang terdiri dari kawasan lindung setempat, kawasan lindung geologi,
kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH), dan kawasan cagar budaya.
1) Kawasan Lindung Setempat
Kawasan lindung setempat meliputi daerah sekitar sungai atau
sempadan sungai dan sempadan rel kereta api. Pengamanan dan
perlindungan sekitar sungai atau sempadan sungai baik sungai-sungai
besar maupun kecil dilarang untuk alih fungsi lindung yang menyebabkan
atau merusak kualitas air, kondisi fisik dan dasar sungai serta alirannya.
2) Kawasan Lindung Geologi

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI II-18


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

Kawasan lindung geologi meliputi daerah sekitar mata air. Rencana


pengembangan kawasan sempadan mata air di Kota Malang dapat
berupa:
a) pelestarian kawasan sekitar mata air; dan
b) pencegahan dilakukan kegiatan budidaya di sekitar mata air.
3) Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota
Penyediaan RTH di Kota Malang meliputi RTH Publik dan Privat. Secara
keseluruhan RTH Publik di Kota Malang saat ini, yaitu : RTH Jalur Jalan;
RTH Taman, monumen dan gerbang kota; RTH Lapangan Olahraga dan
makam; RTH Hutan Kota dan Taman Bibit; RTH Pengaman Jalur Kereta
Api (KA), Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT), Sungai dan Buffer
Zone.
4) Kawasan Cagar Budaya
Kawasan cagar budaya di Kota Malang meliputi lingkungan cagar budaya
dan bangunan cagar budaya yang memiliki nilai sejarah dan penanda
atau jati diri pembentukan kota.
Lingkungan cagar budaya meliputi lingkungan Candi Badut, lingkungan
Candi Tidar, lingkungan Gunung Buring, situs Tlogomas, lingkungan
Polowijen, komplek pemakaman Sukun, dan komplek pemakaman
Samaan.
Bangunan cagar budaya meliputi bangunan-bangunan yang memiliki
nilai sejarah dan penanda kota, yaitu:
a) Bangunan Balai Kota Malang
b) Bangunan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang
c) Bangunan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang Utara
d) Bangunan GPIB Jemaat Immanuel
e) Bangunan Gereja Katolik Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel
(Katedral Ijen)
f) Bangunan SMAN 4 Malang
g) Bangunan Rumah Dinas Walikota

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI II-19


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

h) Bangunan SMAK Cor Jesu


i) Bangunan Hotel Pelangi
j) Bangunan Rumah ex Toko NIMEF
k) Bangunan Asrama Mahasiswa Bali Gunung Agung
l) Bangunan Gedung AIA
m) Bangunan Stasiun Malang Kota Lama
n) Bangunan Makam Bupati Malang
o) Bangunan Rumah Anjasmoro 25
p) Struktur Tandon Air Tlogomas
q) Struktur Jembatan Mojopahit
r) Struktur Jembatan Kahuripan
s) Struktur Buk Gluduk
t) Bangunan KPPN
u) Bangunan Gereja Katolik Hati Kudus Yesus
v) Bangunan SMA Katolik Frateran Malang
w) Bangunan Bank Mandiri
x) Bangunan Bank Commonwealth
y) Bangunan SMAN 1 Malang
z) Bangunan SMAN 3 Malang
aa) Bangunan PLN Area Malang
bb) Bangunan Klenteng Tridharma Eng An Kiong
cc) Bangunan Stasiun Malang
dd) Bangunan Toko Oen
ee) Struktur Tandon Air Dinoyo
ff) Bangunan Brandweer
2. Struktur Ruang Kota Malang
a. Pengembangan jaringan jalan perkotaan memiliki peran penting dalam
pergerakan internal dan eksternal di Kota Malang.
Sistem Jaringan Pergerakan di Kota Malang meliputi jaringan jalan nasional
yang melewati wilayah Kota Malang terdiri dari ruas jalan:

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI II-20


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

1) Jalan A. Yani;
2) Jalan Raden Intan;
3) Jalan Panji Suroso;
4) Jalan Sunandar P. Sudarmo;
5) Jalan Tumenggung Suryo;
6) Jalan Jend. Sudirman;
7) Jalan Gatot Subroto;
8) Jalan Martadinata;
9) Jalan Kolonel Sugiono;
10) Jalan Satsui Tubun; dan
11) Jalan S. Supriadi;
12) Jalan Ki Ageng Gribig; dan
13) Jalan Mayjen Sungkono.
Jaringan jalan provinsi yang melewati wilayah Kota Malang terdiri dari ruas
jalan:
1) Jalan A. Yani;
2) Jalan Tlogomas;
3) Jalan Borobudur;
4) Jalan Soekarno Hatta;
5) Jalan MT Haryono; dan
6) Jalan Kolonel Sugiono.
b. Pengembangan Jaringan Sistem Utilitas
Penyediaan jaringan utilitas memiliki peranan penting untuk menunjang
kegiatan perkotaan. Sebaran jaringan utilitas ini diharapkan dapat dengan
melayani seluruh masyarakat Kota Malang secara merata. Sebaran jaringan
utilitas ini meliputi jaringan drainase, persampahan, pengelolaan air limbah,
air bersih, sumber daya air dan jaringan irigasi. Terkait dengan dampak yang
ditimbulkan dari pengembangan jaringan utilitas, isu yang terjadi adalah:
1) Isu Kebutuhan Air Bersih, berdasarkan kemampuan imbuhan / resapan
air tanah di wilayah kota Malang pada sepuluh tahun terakhir hanya

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI II-21


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

sebesar 410 liter/detik, sedangkan rata-rata kebutuhan air bersih


(domestik dan non-domestik) sebesar 1400 liter/detik. Dari
perbandingan tersebut menunjukkan, bahwa kebutuhan air tanah di
wilayah Kota Malang telah melampaui daya dukung (DDDTL Kota
Malang 2015). Isu Kualitas Air, seluruh sungai yang ada di Kota Malang
BOD sudah diatas ambang baku mutu, begitu juga Kali Kasin DO dan
COD sudah diatas ambang baku mutu.
2) Isu Banjir, Kota Malang setiap hujan telah menjadi langganan “banjir”,
hal ini dikarenakan salah satu penyebab adalah adanya perubahan
fungsi lahan yang kurang memperhatikan kaidah-kaidah konservasi air
dalam tindakan pembuatan sumur resapan, dan sistem drainase yang
perlu dibenahi.
3) Isu Kualitas udara, terkait emisi CO2 cukup tinggi di sekitar terminal
Arjosari dan Landungsari dan sedang dikawasan jalan dan
perdagangan, hal ini berarti sumbangan sumber utama adalah adanya
potensi penumpukan/kemacetan kendaraan dikawasan tersebut. Emisi
NMVOC, di Kota Malang relatif rawan dan hampir menyebar sekitar
35% di seluruh kawasan Kota Malang.
4) Isu limbah, isu sampah dari perkiraan potensi total timbunan sampah
Kota Malang 667 ton/hari (IKPLHD, 2019). Hal ini terlihat dengan
keberadaan TPS Kota Malang yang terlihat terdapat timbunan sampah
hingga melebihi kapasitas TPS. Selain itu sampah yang dibuang di jalan
maupun sungai juga masih banyak terlihat di Kota Malang.
2.2.2 Permasalahan
Permasalahan yang akan mempengaruhi pengembangan wilayah dan penataan
ruang di Kota Malang antara lain:
1. Belum meratanya akses pendidikan.
2. Minimnya fasilitas sarana dan prasarana pendidikan dalam kondisi baik dan perlu
peningkatan kapasitas sesuai dengan standar.
3. Penambahan dan perbaikan sekolah inklusif bagi penyandang disabilitas.

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI II-22


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

4. Akses dan kualitas pelayanan kesehatan belum optimal.


5. Belum optimalnya sistem drainase dan utilitas secara terpadu dan berkelanjutan.
6. Belum optimalnya kualitas sarana dan prasarana kota dalam kondisi baik (ramah
dan nyaman).
7. Belum optimalnya kerjasama Malang Raya pengelolaan sungai dan air minum.
8. Kurangnya pengawasan kesesuaian Tata Ruang (polisi tata ruang).
9. Belum optimalnya sarana dan prasarana jalan.
10. Kurangnya Pembangunan sumur resapan sebagai upaya pencegahan bajir dan
peningkatan kapasitas banjir.
11. Belum optimalnya pengelolaan Kawasan pemukiman Daerah Aliran Sungai.
12. Belum meningkatnya pelayanan dasar di permukiman kumuh perkotaan,
sehingga permukiman kumuh di Kota Malang semakin berkurang.
13. Kurangnya sarana dan prasarana Pemadam Kebakaran, khususnya untuk jalan-
jalan kecil.
14. Semakin menyempitnya lahan pertanian aktif yang disebabkan masifnya alih
fungsi lahan menjadi permukiman dan kawasan industri.
15. Masih minimnya jumlah aset pemerintah Kota Malang yang dikelola (berupa)
sawah pertanian.
16. Belum maksimalnya Pengelolaan dan Pemanfaatan sampah dan limbah secara
terpadu.
17. Dibutuhkan Integrasi PAM dan PAL atas kebutuhan air dan pengelolaan limbah.
18. Masih terdapatnya kasus perusahaan maupun industri di Kota Malang yang
membuang limbah ataupun sampah di aliran sungai di Kota Malang.
19. Belum maksimalnya Pengeloaan IPAL di bangunan pemerintah, swasta dan
rumah tangga berbasis komunal.
20. Perlu adanya pengelolaan taman edukasi dan peningkatan Ruang Terbuka Hijau
secara kreatif.
21. Tinginya tingkat kemacetan di Kota Malang.
22. Kurang optimalnya rekayasa lalu lintas penanggulangan kemacetan.

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI II-23


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

23. Perbaikan sarana dan prasarana pelengkap jalan serta pengembangan teknologi
LLAJ.
24. Masih minimnya Pengembangan Kawasan pemberdayaantematik.
25. Belum terbentuknya cluster/kawasan strategis perindustrian di Kota Malang.
26. Belum banyak berkembangnya tempat industri kreatif.
27. Kepengurusan izin lokasi belum menyesuaikan perkembangan masyarakat
karena masih menggunakan peraturan yang lama.
28. Kendala dalam melakukan mitigasi longsor karena masih terdapat masyarakat
yang membangun rumah di sepadan sungai.
29. Kurangnya pos pengamatan dan pengendalian bencana di Kota Malang,
khususnya untuk mengantisipasi Respon Time Rate penanganan kebakaran,
penyelamatan korban, maupun bencana lain.

2.3 TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA


MALANG
2.3.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota
Tujuan penataan ruang wilayah kota adalah tujuan yang ditetapkan pemerintah
kota yang merupakan arahan perwujudan visi dan misi pembangunan jangka panjang
kota pada aspek keruangan, yang pada dasarnya mendukung terwujudnya ruang wilayah
nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan
Nusantara dan Ketahanan. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kota
(penataan kota) merupakan terjemahan dari visi dan misi pengembangan wilayah kota
dalam pelaksanaan pembangunan untuk mencapai kondisi ideal tata ruang kota yang
diharapkan.
Tujuan penataan ruang Kota Malang adalah:
‘Mewujudkan Kota Malang sebagai Kota Pendidikan dan Jasa yang berkualitas
dan berskala nasional didukung dengan pengembangan ekonomi serta
pengembangan permukiman, fasilitas perkotaan, dan infrastruktur kota yang
integratif, inklusif dan berkelanjutan.’

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI II-24


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

2.3.2 Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kota Malang


Dalam rangka mewujudkan tujuan penataan ruang, maka perlu ditetapkan
kebijakan penataan ruang yang meliputi kebijakan struktur ruang wilayah kota, kebijakan
pola ruang wilayah kota dan kebijakan kawasan strategis. Kebijakan penataan ruang
wilayah kota adalah arahan pengembangan wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah
kota guna mencapai tujuan penataan ruang wilayah kota dalam kurun waktu 20 (dua
puluh) tahun. Kebijakan penataan ruang dilakukan sebagai upaya mencapai tujuan
penataan ruang yaitu ‘Mewujudkan Kota Malang sebagai Kota Pendidikan dan Jasa
yang berkualitas dan berskala nasional didukung dengan pengembangan ekonomi
serta pengembangan permukiman, fasilitas perkotaan, dan infrastruktur kota yang
integratif, inklusif dan berkelanjutan’. Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang,
maka perlu ditetapkan kebijakan penataan ruang yang meliputi kebijakan struktur ruang
wilayah kota, kebijakan pola ruang wilayah kota dan kebijakan kawasan strategis kota.
Kebijakan struktur ruang wilayah kota meliputi:
1. Pemantapan sistem pusat perkotaan di wilayah Kota Malang dalam upaya
mendukung pengembangan kota sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan
pusat layanan regional Malang Raya serta perwujudan pertumbuhan kota secara
merata.
2. Pengembangan kualitas dan peningkatan ketersediaan jaringan transportasi
untuk mendukung pergerakan dan pertumbuhan kota secara berkelanjutan; dan
3. Pengembangan dan penyediaan jaringan prasarana perkotaan yang memadai
dan berkualitas untuk mendukung pertumbuhan aktivitas kota yang inklusif dan
integratif.
Kebijakan pola ruang wilayah kota yang dirumuskan meliputi:
1. Penetapan dan pengembangan kawasan lindung di wilayah Kota Malang.
2. Pengembangan dan pengendalian kawasan budidaya di wilayah Kota Malang.
Sementara kebijakan kawasan strategis Kota Malang yaitu penetapan kawasan
strategis wilayah kota diarahkan pada aspek pertumbuhan ekonomi (kawasan
perdagangan dan jasa, pariwisata, industri), sosial budaya (kawasan cagar budaya dan

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI II-25


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

bangunan bersejarah), dan kawasan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau


teknologi (kawasan pendidikan).
2.3.3 Strategi Penataan Ruang Kota Malang
Strategi penataan ruang wilayah kota adalah penjabaran kebijakan penataan
ruang ke dalam langkah-langkah pencapaian tindakan yang lebih nyata yang menjadi
dasar dalam penyusunan rencana struktur dan pola ruang wilayah kota. Strategi yang
dirumuskan didasarkan pada kebijakan penataan ruang kota malang yang telah
ditetapkan. Adapun strategi-strategi yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
A. Kebijakan dan Strategi Struktur Ruang
1. Strategi pemantapan sistem pusat perkotaan di wilayah Kota Malang dalam
upaya mendukung pengembangan kota sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
dan pusat layanan regional Malang Raya serta perwujudan pertumbuhan kota
secara merata, meliputi:
a. pengembangan aksesibilitas terhadap kegiatan skala nasional;
b. pengembangan sektor perdagangan dan jasa pendukung kegiatan nasional;
c. pengembangan/pemantapan kemudahan aksesibilitas pelayanan skala
regional;
d. pengembangan transportasi kereta api komuter;
e. pengembangan kegiatan pelayanan sosial, budaya, ekonomi dan/atau
administrasi masyarakat pada skala regional;
f. pengembangan perdagangan dan jasa pada jalur regional;
g. pengembangan kegiatan industri dan pergudangan pada kawasan
perbatasan kota;
h. pengembangan sektor-sektor strategis dengan mengutamakan
perkembangan ekonomi lokal; dan
i. pengembangan kawasan yang cenderung menjadi aglomerasi fasilitas
pelayanan regional;
j. pengembangan sektor pendukung pariwisata yang melayani kawasan
Malang Raya;

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI II-26


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

k. pengembangan kawasan budidaya yang mendukung pelayanan Malang


Raya;
l. pelaksanaan kerja sama dengan daerah otonom kawasan Malang Raya
untuk memantapkan pelayanan dan pengembangan kota;
m. peningkatan kegiatan dan pelayanan sektor perdagangan dan jasa yang
mengarah pada pendukung sektor pariwisata;
n. penetapan dan pemantapan kawasan alun-alun sebagai pusat pelayanan
kota;
o. penetapan pembagian wilayah kota malang menjadi 5 (lima) sub pusat
pelayanan kota;
p. pengembangan sub pusat pelayanan kota secara merata;
q. pengembangan pusat-pusat lingkungan yang melayani skala lingkungan
wilayah kota secara proporsional;
r. penetapan hubungan antar sub pusat kota dan antara masing-masing sub
pusat kota dengan pusat kota melalui jaringan jalan berjenjang dengan pola
pergerakan merata;
s. pengembangan kawasan budidaya yang mendukung pelayanan pusat kota
dan sub pusat kota secara berimbang;
t. pengembangan sentra-sentra budidaya yang mendukung pelayanan skala
pusat kota dan sub pusat kota;
u. pengembangan jaringan pusat kota, sub pusat kota, dan pusat lingkungan
yang berhierarki dan tersebar secara berimbang dan saling terkait menjadi
satu kesatuan sistem kota menuju pusat kota;
v. pembangunan dan pengembangan pusat-pusat lingkungan yang selaras
dan seimbang; dan
w. pengembangan kegiatan pelayanan sosial, budaya, ekonomi dan atau
administrasi masyarakat pada sub wilayah kota secara merata.
2. Strategi pengembangan kualitas dan peningkatan ketersediaan jaringan
transportasi untuk mendukung pergerakan dan pertumbuhan kota secara
berkelanjutan, meliputi:

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI II-27


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

a. pengembangan sistem prasarana utama, berupa jaringan transportasi jalan


raya dalam mendukung pertumbuhan dan pemerataan pembangunan sub
pusat kota, dengan upaya:
1) pengaturan rute arus pergerakan/lalu lintas melalui peraturan khusus,
berupa pengalihan rute pada jam-jam khusus untuk menghindari
penumpukan jumlah pergerakan;
2) penyesuaian fungsi-fungsi jalan antara kondisi fisik dengan persyaratan
pada masing-masing fungsi jaringan jalan;
3) pengembangan jaringan jalan lingkar yang dapat mengakomodasi
kebutuhan masyarakat; dan
4) peningkatan kapasitas ruas jalan utama kota.
b. pengembangan sarana transportasi, dengan upaya:
1) peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan angkutan umum;
2) pengadaan angkutan umum massal, meliputi angkutan umum bus
metro, bus kota dan kereta api komuter;
3) pembangunan halte khusus untuk bus metro, bus kota, dan angkutan
kota (angkot) sebagai tempat menaikkan dan menurunkan penumpang
dan berfungsi untuk mencegah kemacetan; dan
4) peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas penunjang beroperasinya
sarana transportasi.
c. pengembangan prasarana transportasi, dengan upaya:
1) peningkatan dan perbaikan kualitas sarana dan prasarana terminal dan
sub terminal;
2) alihfungsi Terminal Gadang menuju ke Terminal Hamid Rusdi;
3) pembangunan dan pengembangan lokasi pelayanan uji kendaraan
bermotor (uji KIR); dan
4) pembangunan stasiun (shelter) dan halte baru dalam mendukung
rencana pengembangan kereta api komuter dan angkutan umum bus
kota (Bus Rapid Transit).
d. pengembangan sarana penunjang jalan, dengan upaya:

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI II-28


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

1) penambahan sarana penunjang jalan;


2) peremajaan sarana-sarana penunjang jalan yang telah rusak atau
mengalami penurunan kualitas fisik; dan
3) optimalisasi keberadaan sempadan rel kereta api.
3. Strategi pengembangan dan penyediaan jaringan prasarana perkotaan yang
memadai dan berkualitas untuk mendukung pertumbuhan aktivitas kota yang
inklusif dan integratif, meliputi:
a. pengembangan sistem jaringan prasarana energi, dengan upaya:
1) peningkatan kapasitas dan pengembangan sistem energi;
2) pengembangan dan penyediaan tenaga listrik yang memenuhi standar
mutu dan keandalan yang berlaku ke seluruh wilayah perkotaan;
3) pembangunan instalasi baru, pengoperasian instalasi penyaluran dan
peningkatan jaringan distribusi, dan pengoptimalan sumber-sumber
tenaga listrik;
4) peningkatan jaringan listrik ke seluruh wilayah perkotaan;
5) pengembangan sumberdaya energi secara optimal dan efisien dengan
memanfaatkan sumber energi domestik serta energi yang bersih,
ramah lingkungan dan teknologi yang efisien ke seluruh wilayah
perkotaan; dan
6) penyelarasan pengembangan pelayanan listrik yang disesuaikan
dengan pengembangan perumahan dan kebutuhannya.
b. pengembangan sistem jaringan telekomunikasi, dengan upaya:
1) peningkatan kualitas sambungan telepon dengan perbaikan kabel
telepon dan perluasan jaringan telepon yang diutamakan pada kawasan
komersial, industri, fasilitas umum, dan permukiman;
2) penyediaan sarana prasarana telematika dengan mengikuti karakteristik
kebutuhan di masing-masing sub wilayah kota dan pembangunannya
mengikuti pola pembangunan transportasi baik pada jalan arteri,
kolektor maupun lokal;

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI II-29


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

3) penyediaan telepon umum dan warung telekomunikasi (wartel) pada


pusat perbelanjaan, perkantoran, pendidikan, kesehatan, pusat
lingkungan, pusat pelayanan umum, terminal, dan sekitar permukiman;
4) penyediaan hotspot yang diarahkan pada ruang-ruang publik utama di
pusat kota, pendidikan, dan perkantoran; dan
5) penetapan pemanfaatan tower bersama dalam penyediaan antena
telekomunikasi.
c. pengembangan sistem jaringan sumber daya air, dengan upaya:
1) perbaikan/normalisasi saluran irigasi;
2) peningkatan jaringan irigasi untuk pertanian yang ada di kota;
3) pemisahan saluran irigasi dengan saluran drainase kota;
4) perbaikan bangunan air yang berada pada badan air di wilayah kota;
5) pengendalian daya rusak air;
6) optimalisasi keberadaan sempadan sungai; dan
7) pengembangan prasarana konservasi sumber daya air untuk
memelihara keberadaan serta keberlanjutan sumber daya air.
d. pengembangan sistem penyediaan air minum kota, dengan upaya:
1) peningkatan pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) menjadi
90% yang dapat menjangkau semua wilayah dengan penambahan
sambungan rumah tangga;
2) peningkatan kualitas air bersih secara bertahap, sehingga dapat
berkembang menjadi air minum;
3) penambahan kapasitas dan volume sistem tandon (reservoir) sebagai
sistem distribusi ke pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM);
dan
4) penambahan sumber mata air selain dari Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM) serta pembuatan sumur atau pompa yang
memanfaatkan air bawah tanah secara terbatas.
e. pengembangan sistem pengelolaan air limbah, dengan upaya:

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI II-30


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

1) pengolahan limbah on site system diarahkan melalui sumur resapan


kemudian dialirkan ke saluran pematusan; dan
2) pengolahan limbah dengan off site system, melalui:
a) pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah Terpadu (IPLT)
Supiturang agar tidak menimbulkan pencemaran;
b) optimalisasi penggunaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL);
c) pemantauan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada
bangunan-bangunan yang memproduksi air limbah secara
periodik; dan
d) penyediaan dan/atau pengembangan pengolahan limbah komunal
terpadu khususnya pada permukiman padat dan bantaran sungai.
f. pengembangan sistem pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3), dengan upaya:
1) penambahan sarana pengolahan limbah B3 pada TPA Supit Urang,
rumah sakit, dan puskemas rawat inap; dan
2) perawatan secara berkala sarana pengelolaan limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3).
g. pengembangan sistem jaringan persampahan, dengan upaya:
1) pengaturan volume sampah melalui daur ulang dan komposting pada
skala kawasan/Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan rumah
tangga;
2) pembangunan Tempat Penampungan Sementara (TPS) di beberapa
lokasi yang membutuhkan terutama pada kelurahan/daerah yang tidak
memiliki Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan jarak dengan
Tempat Penampungan Sementara (TPS) terdekat >1000 meter;
3) perbaikan sistem pengangkutan persampahan dan penyediaan sarana
prasarana penunjang;
4) penetapan sistem sanitary landfill sepenuhnya dengan sistem Reduce
(pengurangan volume sampah), Re-use (pemanfaatan sampah untuk

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI II-31


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

kegunaan lain seperti bahan bakar atau energi alternatif), Recycle (daur
ulang sampah menjadi barang bermanfaat);
5) penataan kembali lahan yang telah menggunakan sistem open dumping
menjadi sistem sanitary landfill; dan
6) peningkatan pelayanan dan optimalisasi sumber daya yang ada melalui
peningkatan peran serta masyarakat.
h. pengembangan sistem jaringan evakuasi bencana, dengan upaya:
1) pengembangan jalur evakuasi bencana;
2) pengembangan tempat evakuasi bencana; dan
3) penyediaan peralatan penanggulangan bencana.
i. pengembangan sistem drainase, dengan upaya:
1) optimalisasi sistem drainase eksisting yang telah dibangun di zaman
Belanda;
2) pengembangan Situ (tampungan sementara) kota yang masih ada dan
mengupayakan penambahannya;
3) pembuatan bangunan resapan air untuk mengurangi debit limpasan;
4) perbaikan dan/atau normalisasi saluran drainase;
5) pembuatan sudetan pada saluran drainase yang memiliki tingkat
genangan tinggi; dan
6) pengembangan saluran drainase berbasis partisipasi masyarakat.
j. pengembangan jalur sepeda, dengan upaya:
1) pembangunan jalur sepeda;
2) revitalisasi jalur sepeda; dan
3) pembangunan fasilitas parkir sepeda.
k. penyediaan dan pengembangan pemanfaatan prasarana dan sarana pejalan
kaki, dengan upaya:
1) penyediaan fasilitas pejalan kaki; dan
2) penambahan dan perbaikan fasilitas pejalan kaki pada kawasan yang
terdapat sarana dan prasarana umum.

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI II-32


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

B. Kebijakan dan Strategi Pola Ruang


1. Strategi penetapan dan pengembangan kawasan lindung, meliputi:
a. memantapkan kawasan lindung dengan menjaga dan mengembalikan
fungsi kawasan;
b. membatasi kegiatan di kawasan lindung yang telah digunakan;
c. mengarahkan pemanfaatan kawasan lindung wilayah kota untuk kegiatan
jalur hijau dan RTH;
d. menyediakan RTH kota minimal 30% dari luas wilayah kota, dengan upaya:
1) melakukan pengadaan lahan untuk dijadikan RTH kota;
2) tidak mengalihfungsikan RTH eksisting;
3) merevitalisasi dan memantapkan kualitas RTH eksisting;
4) mengarahkan pengembang untuk menyerahkan fasilitas RTH nya
menjadi RTH publik kota;
5) menata dan menyediakan RTH sesuai fungsinya: ekologis, sosial-
ekonomi, dan arsitektural;
6) menanam pohon dengan jenis yang disesuaikan dengan karakteristik
RTH;
7) menempatkan RTH sebagai pendukung identitas kawasan;
8) mengelompokkan RTH sesuai fungsi, hierarki, dan skala ruang
lingkungannya;
9) membangun hutan kota, lapangan olahraga terbuka, kebun bibit, taman
kota, dan taman lingkungan;
10) membangun RTH pada ruas jalan utama kota;
11) membangun RTH pada lokasi fasilitas umum kota;
12) membangun RTH pada sempadan sungai, sempadan rel Kereta Api,
sempadan jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT); dan
13) menghijaukan halaman/kavling rumah, perkantoran, dan perdagangan.
e. mengarahkan orientasi pembangunan sepanjang sungai dengan menjadikan
sungai sebagai bagian dari latar depan;

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI II-33


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

f. memantapkan kawasan resapan air dengan meningkatkan populasi vegetasi


di kawasan lindung sesuai dengan fungsi kawasan;
g. mengamankan kawasan lindung dari kegiatan yang cenderung mengganggu
penggunaan kawasan tersebut;
h. mendorong pemanfaatan kawasan lindung yang tidak mengganggu sistem
ekologi yang telah berjalan;
i. meningkatkan kerja sama antar intansi pemerintah yang berwenang dalam
penyelenggaraan kegiatan yang bertujuan kelestarian dan keberlanjutan
kawasan lindung;
j. meningkatkan kerja sama antar daerah otonom yang berbatasan,
khususnya terkait Daerah Aliran Sungai;
k. mendorong dan meningkatkan peran serta dan kepedulian masyarakat
terhadap kelestarian kawasan lindung; dan
l. menerapkan inovasi penyediaan RTH antara lain melalui peningkatan jumlah
tegakan, memperbanyak taman atap (roof garden) pada bangunan tinggi,
dinding hijau (green wall) pada kawasan padat bangunan, dan taman mini
pada setiap lahan terbuka.
2. Strategi pengembangan dan pengendalian kawasan budidaya, meliputi:
a. tidak mengalihfungsikan RTH;
b. mengembangkan kawasan perumahan dengan menerapkan pola
pembangunan hunian berimbang berbasis pada konservasi air yang
berwawasan lingkungan;
c. mngembangkan kawasan perumahan formal dan informal sebagai tempat
hunian yang aman, nyaman dan produktif dengan didukung sarana dan
prasarana permukiman yang memadai;
d. mengembangkan perumahan secara vertikal;
e. mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa secara merata sesuai
skala pelayanan;
f. mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa secara vertikal yang
memperhatikan aspek ekologis;

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI II-34


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

g. mengembangkan komplek perkantoran pemerintah maupun swasta secara


vertikal;
h. mengarahkan komplek industri dan pergudangan pada perbatasan kota;
i. mengendalikan intensitas kegiatan industri dan pergudangan pada sub
wilayah kota yang telah ada;
j. mengembangkan komplek industri dan pergudangan yang
mempertimbangkan aspek ekologis;
k. mngarahkan terbentuknya kawasan ruang terbuka non hijau untuk
menampung kegiatan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat, secara
merata pada sub wilayah kota;
l. mengarahkan dan menata kawasan bagi kegiatan sektor informal, dengan
upaya:
1) mengatur persebaran pedagang pada wilayah-wilayah tertentu sesuai
dengan jenisnya;
2) memberikan kemudahan dalam proses penyediaan modal dan bantuan
teknis untuk sektor informal;
3) mengadakan kerjasama dengan pihak-pihak lain agar sektor informal
lebih berkembang; dan
4) menetapkan regulasi bagi keberadaan sektor informal.
m. menetapkan kawasan ruang evakuasi bencana;
n. mengembangkan fasilitas umum dan sosial, meliputi pelayanan umum
pendidikan, kesehatan, dan peribadatan, dengan upaya:
1) mengarahkan pendistribusian pembangunan fasilitas umum secara
merata pada sub wilayah kota;
2) meningkatkan kualitas tiap fasilitas umum yang sudah ada;
3) membangun pusat pelayanan baru dengan memperhatikan sistem
pelayanan wilayah kota;
4) meningkatkan skala pelayanan fasilitas yang memenuhi arahan untuk
fasilitas dengan skala pelayanan regional, kota serta lokal yang
menciptakan fungsi kegiatan primer, sekunder, dan tersier;

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI II-35


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

5) menciptakan efisiensi serta efektifitas pelayanan yang ada sehingga


mampu menjangkau seluruh penduduk di semua sub wilayah kota yang
ada dengan cara:
a) Membatasi dan mengarahkan perkembangan fasilitas yang
berkelompok pada pusat pelayanan tertentu;
b) Melakukan upaya pemerataan penyediaan fasilitas pada sub
wilayah kota yang memerlukan dengan pertimbangan konsentrasi
penduduk.
o. Mendukung pemanfaatan kawasan militer;
p. Membatasi pemanfaatan kawasan budidaya yang mengganggu ekosistem
yang ada.
C. Kebijakan dan Strategi Kawasan Strategis
1. Strategi penetapan kawasan strategis ekonomi, meliputi:
a. menetapkan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan
ekonomi;
b. mengembangkan sentra-sentra industri rumah tangga dan industri kecil non
polutan sebagai kawasan strategis ekonomi;
c. mengembangkan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan
ekonomi; dan
d. mengembangkan pusat kegiatan pengelolaan, pengolahan, dan distribusi
bahan baku menjadi bahan jadi.
2. Strategi penetapan kawasan strategis sosial dan budaya, meliputi:
a. menetapkan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan
sosial budaya;
b. menetapkan kawasan strategis sosial budaya yang menunjukkan jati diri
maupun penanda budaya kota;
c. menetapkan bangunan-bangunan yang memiliki nilai sejarah dan kriteria
benda cagar budaya yang menunjukkan penanda kota dan aset wisata
budaya.

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI II-36


REVISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA MALANG

TAHUN 2021 – 2041

d. mempertahankan dan mengembangkan lingkungan dan bangunan cagar


budaya untuk kepentingan sejarah, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan
kepariwisataan;
e. mempercepat revitalisasi kawasan kota yang terjadi penurunan fungsi
sehingga menjadi pusat kegiatan pariwisata sejarah dan budaya; dan
f. membangun prasarana pariwisata.
3. Strategi penetapan kawasan strategis pendayagunaan sumber daya alam
dan/atau teknologi tinggi di wilayah kota, meliputi:
a. menetapkan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan
teknologi tinggi;
b. mengembangkan kawasan pendidikan dengan kepentingan pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
c. memenuhi kebutuhan sarana penunjang kawasan pendidikan.

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI II-37

Anda mungkin juga menyukai