N PENGUASAAN
WILAYAH
USULAN TEKNIS
KAJIAN TEKNIS, EVALUASI
DAN PENILAIAN
PELAKSANAAN RTRW
TAHUN 2013 – 2033
KABUPATEN BULELENG
1
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Kabupaten Buleleng merupakan kabupaten yang memiliki luas wilayah terluas dari 9
(sembilan) Kabupaten dan Kota di Bali dengan luas wilayah 1.365,88 Km2 (24,25% dari Luas
Pulau Bali). Secara geografis Kabupaten Buleleng terletak pada 8o3'40" 8o23'00" Lintang
Selatan dan 114o25'55" - 115o27'28" Bujur Timur yang posisinya berada di bagian utara Pulau
Bali dengan batas-batas :
Tabel N.1.
Luas Wilayah Tiap Kecamatan di Kabupaten Buleleng
2
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Kecamatan terluas di Kabupaten Buleleng adalah Gerokgak dengan persentase 26,11% dan
yang paling kecil adalah Kecamatan Buleleng dengan 3,44% dari total luas wilayah Kabupaten.
Tabel N.2.
Jumlah Desa dan Kelurahan di Kabupaten Buleleng
Administrasi Desa
No Kecamatan Desa Kelurahan Dusun/Banjar Lingkungan Pekramana RT
1 Gerokgak 14 - 77 - 14 -
2 Seririt 20 1 80 5 25 19
3 Busungbiu 15 - 41 - 16 -
4 Banjar 17 - 74 - 17 -
5 Sukasada 14 1 63 5 20 -
6 Buleleng 12 17 41 53 21 -
7 Sawan 14 - 69 - 17 -
8 Kubutambahan 13 - 52 - 22 -
9 Tejakula 10 - 60 - 15 -
Jumlah 129 19 557 63 167 19
Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2017
Kecamatan Seririt merupakan wilayah dengan jumlah desa terbanyak yaitu 20 desa,
sedangkan Kecamatan Buleleng merupakan wilayah dengan kelurahan terbanyak yaitu 17
kelurahan. Kecamatan Buleleng merupakan wilayah dengan pembagian wilayah administrasi
desa/kelurahan paling banyak yaitu dengan jumlah desa/kelurahan 29 unit.
3
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Secara umum, jenis-jenis bencana yang relatif sering terjadi di daerah Buleleng yaitu
erosi/tanah longsor, abrasi dan banjir. Selain itu terdapat juga daerah-daerah yang rawan
terhadap terjadinya gempa bumi.
Pada setiap kecamatan di Kabupaten Buleleng memiliki daerah miring sampai terjal, kecuali
Kecamatan Buleleng. Kondisi tersebut mengindikasikan sebagai wilayah yang rawan
terhadap erosi. Secara hidrologis daerah miring dan terjal memiliki nilai koefisien
pengaliran (kf) lebih tinggi dibandingkan daerah datar, sehingga butir-butir air hujan yang
mencapai bumi secara relatif lebih besar menjadi aliran permukaan dibandingkan dengan
yang diresapkan ke dalam tanah.
4
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Tabel N.3.
Nama Desa/Kelurahan di Kabupaten Buleleng
Kecamatan Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula
No
Desa/Kelurahan Sumber Klampok Unggahan Sepang Kelod Banyautis Pancasari Kalibukbuk Lemukih Tambakan Sembiran
1 Pejarakan Gunungsari Tista Gesing Wanagiri Anturan Galungan Pakisan Pacung
2 Sumber Kima Munduk Bestala Bongancina Munduk Ambengan Tukadmungga Sekumpul Bontihing Julah
3 Pemuteran Bestala Pucak Sari Gobleg Gitgit Pemaron Bebetin Tajun Bondalem
4 Banyupoh Mayong Sepang Kayuputih Pegayaman Baktiseraga Sudaji Tunjung Madenan
5 Penyabangan Rangdu Telaga Tirta Sari Silangjana Banyuasri Sawan Depeha Tejakula
6 Musi Ularan Titab Banyuseri Pegadungan Banjar Tegal Menyali Bulian Les
7 Sanggalangit Ringdikit Kekeran Pedawa Padangbulia Paket Agung Suwug Tamblang Penuktukan
8 Gerokgak Joanyar Busungbiu Tigawasa Sukasada Beratan Jagaraga Bila Sambirenteng
9 Patas Kalianget Pelapuan Cempaga Sambangan Liligundi Sinabun Bengkala Tembok
10 Pengulon Tangguwisia Subuk Sidetapa Panji Kp.Singaraja Kerobokan Kubutambahan
11 Tinga-Tinga Sulanyah Tinggasari Tampekan Panji Anom Kendran Sangsit Mengening
12 Celukan Bawang Bubunan Kedis Banjar Tegeha Tegallinggah Astina Bungkulan
13 Tukad Sumaga Seririt Bengkel Banjar Selat Banjar Jawa Giri Emas
14 Pengastulan Umejero Dencarik Kayuputih Banjar Bali
15 Patemon Temukus Kp. Kajanan
16 Lokapaksa Kaliasem Kaliuntu
17 Umeanyar Kampung Bungis
5
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Kecamatan Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula
No
Desa/Kelurahan Sumber Klampok Unggahan Sepang Kelod Banyautis Pancasari Kalibukbuk Lemukih Tambakan Sembiran
18 Banjar Asem Kampung Baru
19 Kalisada Banyuning
20 Pangkung Paruk Penarukan
21 Jinengdalem
22 Penglatan
23 Petandakan
24 Sari Mekar
25 Nagesepeha
26 Alasangker
27 Poh Bergong
Sumber : BPS Kabupaten Buleleng Tahun 2019
6
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Gambar N.1
Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Buleleng
7
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Tabel N.4.
Kawasan Rawan Tanah Longsor di Kabupaten Buleleng
Gangguan kerusakan hutan dan DAS dominan terjadi di daerah terjal dan miring. Umumnya
longsor terjadi di daerah hulu dan disebabkan oleh perbedaan intensitas hujan yang
menyolok antara musim hujan dan kemarau, serta distribusi hujan yang tidak merata antar
wilayah dataran tinggi dan rendah. Kerusakan hutan dan DAS juga ada hubungannya
dengan penggunaan lahan oleh masyarakat Buleleng, dimana hampir sebagian besar
penduduk (49,90%) bertani dan 90% bertani lahan kering, umumnya pada lahan-lahan
miring.
Selain kecamatan-kecamatan yang disebutkan diatas, data dari Dinas Sosial menyebutkan
kawasan rawan tanah longsor juga terdapat di Kecamatan Seririt (Desa Bestala),
Kecamatan Banjar (Desa Sidetapa, Desa Pedawa, Desa Munduk), Kecamatan Buleleng
(Desa Sarimekar, Desa Penglatan), Kecamatan Sawan (Desa Sudaji, Desa Lemukih, Desa
Galungan), Kecamatan Kubutambahan (Desa Pakisan, Desa Tajun, Desa Bukti).
8
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Peristiwa banjir merupakan akibat lanjutan dari kerusakan hutan dan DAS, dan peristiwa ini
memang secara alami terjadi di wilayah dengan kondisi hidrologis seperti Kabupaten
Buleleng. Hal ini merupakan indikasi rusaknya permukaan bumi, imbuhan air tanah yang
merosot, sebaliknya aliran permukaan yang meningkat, menyebabkan petani makin sulit
mengelola sumberdaya air lebih-lebih pada sistem irigasi terbuka dengan aliran gravitasi
tanpa melalui proses penampungan terlebih dahulu. Akibatnya luas panen dan produksi
padi merosot, sumberdaya air semakin langka, eksploitasi sumberdaya tanah yang tidak
terarah. Berdasarkan data yang dikeluarkan Dinas Sosial dan bencana banjir yang pernah
9
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
terjadi maka kawasan rawan banjir hampir terdapat di semua kecamatan kecuali
Kecamatan Sukasada dan Busungbiu
A. Topografi
Bila ditinjau dari kondisi topografi menurut besarnya kemiringan lereng, perbedaan
ketinggian dari permukaan laut serta bentang alamnya, maka Kabupaten Buleleng dapat
dikelompokkan menjadi empat satuan topografi yaitu daerah datar dengan tingkat
kemiringan 0 – 1,9 %, landai dengan tingkat kemiringan 2 – 7,9 % dan 8 – 24,9 %, daerah
miring dengan tingkat kemiringan 25 – 39,9 %, dan daerah terjal dengan tingkat kemiringan
> 40%.
Tabel N.5.
Luas Lahan Atas Dasar Kemiringan Lereng di Kabupaten Buleleng
Luas Kemiringan Lereng (ha)
10
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Tabel N.6.
Persentase Luas Lahan Atas Dasar Kemiringan Lereng di Kabupaten Buleleng
Prosentase Kemiringan Lereng (%)
11
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Gambar N.2
(datar)
(terjal) 9%
24%
(miring)
16% (landai)
51%
Sumber : Materi Teknis RTRW Kabupaten Buleleng
Daerah Datar
Sebagian kecil wilayah Kabupaten Buleleng merupakan daerah datar yaitu 8,98%
(12.264,75 ha). Kecamatan yang memiliki persentase daerah datar yang lebih dominan
dibandingkan dengan daerah miringnya adalah Gerokgak 19,59% (6.984,00 ha), Seririt
16,26% (1.818,00 ha) dan Buleleng 23,97% (1.125 ha).
12
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Daerah Landai
Sebagian besar dari luas wilayah merupakan daerah landai yaitu mencapai 51,41%
(70.226,00 ha). Sisanya, sekitar 40% merupakan daerah miring dan terjal. Kecamatan
yang memiliki prosentase daerah landai yang lebih dominan adalah Seririt, Banjar,
Sukasada, Buleleng, Sawan, Kubutambahan, dan Tejakula. Sedangkan wilayah
kecamatan lainnya, perbandingan daerah miring dengan daerah landainya hampir
sebanding.
Daerah Miring
Meskipun daerah miring luasnya kurang dari seperlima, namun pada beberapa wilayah
kecamatan, daerah-daerah miring ini luasnya hampir dan bahkan lebih dari sepertiga
luas wilayah kecamatannya. Pada beberapa wilayah kecamatan, seperti Busungbiu dan
Tejakula memiliki persentase daerah miring yang relatif besar dibandingkan dengan
wilayah kecamatan lainnya. Persentase daerah miring pada kecamatan-kecamatan yang
disebutkan tersebut berturut-turut adalah 36,02%, dan 29,63 %.
Daerah Terjal
Daerah terjal yang cukup dominan tersebar di Kecamatan Busungbiu (51,52 %),
Gerokgak (37,76 %), dan Tejakula (20,18 %).
Tabel N.7.
Luas Lahan Atas Dasar Ketinggian Tempat di Kabupaten Buleleng
Luas Lahan (ha)
Dataran Dataran Dataran Dataran
Jumlah
Kecamatan rendah rendah sedang tinggi Pegunungan
(ha)
500-999,9 1000 m +
0-24,9 m 25-99,9 m 100-499,9 m
m
1. Gerokgak 7.935 10.429 11.515 5.543 235 35.657
2. Seririt 1.875 2.668 4.985 1.650 - 11.178
13
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Tabel N.8.
Prosentase Luas Lahan Atas Dasar Ketinggian Tempat di Kabupaten Buleleng
Prosentase Luas Lahan (%) Jumlah
Dataran Dataran Dataran Dataran
Pegunungan
Kecamatan rendah rendah sedang tinggi
500-999,9 (%)
0-24,9 m 25-99,9 m 100-499,9 m 1000 m +
m
1. Gerokgak 22,25 29,25 32,29 15,54 0,66 100,00
2. Seririt 16,77 23,89 44,60 14,76 - 100,00
3. Busungbiu - - 33,38 62,21 4,41 100,00
4. Banjar 2,71 6,88 33,75 24,50 32,16 100,00
5. Sukasada - 10,33 26,07 19,81 43,79 100,00
6. Buleleng 19,43 38,52 42,05 - - 100,00
7. Sawan 2,53 14,29 9,56 28,23 44,31 100,00
8. 14,27 13,74 21,21 26,43 24,35 100,00
Kubutambahan
9. Tejakula 7,89 15,08 44,44 32,59 - 100,00
Jumlah 10,24 16,32 31,56 26,35 15,52 100,00
Sumber : Hasil Pengolahan data
14
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Dataran Rendah
Hanya seperempat dari luas kabupaten (36281,00 ha) merupakan daerah dataran
rendah. Selebihnya merupakan dataran sedang, tinggi dan pegunungan. Wilayah
kecamatan yang prosentase lahannya sebagian besar merupakan dataran rendah
adalah Gerokgak (51,50 %), Seririt (40,66 %), dan Buleleng (57,95 %).
Dataran Sedang
Secara umum, Kabupaten Buleleng termasuk pada daerah dataran sedang, kecuali di
Kecamatan Sawan daerahnya lebih banyak termasuk dataran tinggi dan pegunungan.
Dataran Tinggi
Hampir semua kecamatan memiliki wilayah dataran tinggi, kecuali Kecamatan Buleleng.
Prosentase luas dataran tinggi terhadap luas wilayah kecamatannya yang paling besar
adalah Kecamatan Busungbiu.
Pegunungan
B. Struktur Geologi
Stuktur yang ada di daerah Kabupaten Buleleng pada umumnya terdiri dari sesar/fault yang
diperkirakan terdapat di daerah Kecamatan Gerokgak, yaitu dua busur sesar yang sejajar
memanjang ke arah barat timur, yang berada pada formasi batuan gunung api Pulaki yang
terdiri dari Breksi dan Lava. Dua buah sesar mendatar yang diperkirakan terdapat di daerah
ujung barat Pulau Bali (diantara Formasi Prarat Agung yang dominan ditutupi oleh batuan
gamping dengan formasi palasari yang terdiri batu pasir, konglomerat dan batuan Gamping
Terumbu).
Dua buah sesar lagi yang diperkirakan berada di daerah Kecamatan Tejakula yaitu terletak
di antara formasi Batuan Tufa dan Endapan Lahan Buyan, Bratan dan Batur dengan formasi
Buyan Bratan dan Batur Purba.
Di samping struktur tersebut diatas masih diketemukan pula struktur pelapiasan pada
batuan tufa, lahar dan breksi, sedangkan struktur kekar berlembar terdapat pada satuan
batuan lava dari kelompok batuan api buyan bratan purba.
15
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Kendala fisik lainnya adalah berupa erosi dan gerakan tanah seperti adanya longsoran.
Untuk erosi bagian barat dapat dijumpai di daerah Kecamatan Gerokgak, dan daerah
Prapat Agung, sedangkan pada bagian timur proses erosi terjadi di daerah di sekitar
Tejakula. Pada umumnya bagian-bagian tersebut merupakan proses erosi yang terjadi
secara intensif, karena sebagian besar tanah penutup telah hilang, sehingga tampak batuan
dasarnya.
Gerakan tanah berupa longsoran yang terjadi disebabkan oleh perpindahan masa batuan
dari tempat yang relatif tinggi kebagian yang lebih rendah, untuk daerah Buleleng banyak
dijumpai di daerah sepanjang jalan antara Singaraja-Kintamani dan beberapa daerah
antara jalan Singaraja-Bedugul (Danau Beratan).
C. Morfologi
Dibagian selatan yaitu membentang dari barat-timur merupakan wilayah dengan morfologi
pegunungan/berbukit dengan ketinggian yang bervariasi dari 25 – 1400 meter dpl.
Dibagian utara juga membentang dari barat ke timur pada umumnya merupakan dataran
rendah dengan ketinggian antara 0 – 25 meter dpl.
Secara lebih rinci keadaaan morfologi dan tofografi pada kawasan pegunungan/perbukitan
dapat diuraikan sebagai berikut :
Pada kawasan hutan prapat agung, Teluk Terima dan Banyu wedang morfologi terdiri
dari perbukitan berelief halus dengan kemiringan antara 0 – 10%, ketinggian tempat 1 –
150 meter dpl dan perbukitan berelief sedang dengan kemiringan antara 10 – 30%,
ketinggian tempat 25 – 650 meter dpl.
berelief kasar dengan ketinggian tempat 30 – 70% dan setempat >70 % dengan
ketinggian tempat 25 – 1380 meter dpl dan perbukitan berelief sedang dengan
kemiringan lereng 10 – 30% dan ketinggian tempat 25 – 650 meter dpl.
Pada kawasan Kecamatan Seririt, Busungbiu dan Banjar morfologi terdiri dari
perbukitan berelief sedang dengan kemiringan lereng 10 – 30% dan ketinggian 25 – 650
meter dpl dan pegunungan berelief sedang kemiringan lereng antara 10 – 30%,
ketinggian medan antara 100 – 1400 meter dpl.
Pada kawasan Kecamatan Buleleng dan Sukasada morfologi perbukitan berelief kasar
kemiringan lereng terjal 30 – 70% setempat > 70% dengan ketinggian 25 - 1380 meter
16
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
dpl, pegunungan berelief kasar dengan kemiringan lereng antara 30 – 70%, setempat >
70% terutama pada tebing-tebing kaldera, sungai dan terdapat dipuncak-puncak
pegunungan, pegunungan berelief sedang, meringan lereng antara 10 – 30% ketinggian
tempat 100 – 1400 meter dpl, pegunungan berelief halus dengan medan landai (0 –
10%) ketinggian tempat 1 – 200 meter dpl.
Keadaan morfologi dan topografi pada dataran rendah pada umumnya terdiri dari dataran
rendah alluvial pantai dan sungai, berelief halus, kemiringan medan antara 0 – 5%,
ketinggian tempat antara 0 – 25 meter dpl.
D. Jenis Tanah
Jenis tanah yang ada di Kabupaten Buleleng terdiri atas tanah alluvial, tanah regosol, tanah
andosol, tanah latosol dan tanah mediteran. Mengenai tekstur tanah wilayah di Kabupaten
Buleleng sebagian besar dalam kategori tekstur sedang. Selanjutnya, tekstur tanah dengan
kategori berpasir hanya terdapat pada sebagian kecil wilayah Kecamatan Gerokgak dan
Kecamatan Tejakula.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Buleleng, jumlah penduduk Kabupaten Buleleng tahun
2016 adalah 811.923 jiwa. Berdasarkan sebarannya pada maisng-masing kecamatan,
jumlah penduduk di Kabupaten Buleleng cenderung merata. Kecamatan Buleleng adalah
wilayah dengan jumlah penduduk tertinggi yaitu sebesar 154.936 Jiwa atau 19% dari total
17
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Tabel N.9.
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Buleleng Tahun 2016
Luas Jumlah
Kepadatan Rata-Rata
No Kecamatan Wilayah KK Penduduk
(Jiwa/Ha) Jiwa/KK
(Ha) (Jiwa)
1 Gerokgak 35.657 27.902 99.429 3 4
2 Seririt 11.178 23.949 94.374 8 4
3 Busungbiu 19.662 12.843 55.241 3 4
4 Banjar 17.260 22.292 87.617 5 4
5 Sukasada 17.293 21.906 86.544 5 4
6 Buleleng 4.694 37.751 154.936 33 4
7 Sawan 9.252 21.171 84.123 9 4
8 Kubutambahan 11.824 17.735 69.372 6 4
9 Tejakula 9.768 20.179 80.287 8 4
Jumlah 136.588 205.728 811.923 6 4
Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2017
18
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Gambar N.3
Grafik Jumlah Penduduk Kabupaten Buleleng Tahun 2016
Tejakula 80287
Kubutambahan 69372
Sawan 84123
Buleleng 154936
Sukasada 86544
Banjar 87617
Busungbiu 55241
Seririt 94374
Gerokgak 99429
Berdasarkan data tabel dan grafik di atas, dapat dilihat bahwa sebaran jumlah penduduk di
Kabupaten Buleleng cenderung merata. Kecamatan Buleleng memiliki jumlah penduduk
jauh lebih tinggi disebabkan karena berperan sebagai pusat pertumbuhan wilayah
Kabupaten Buleleng. Kondisi ini dapat menjadi asumsi awal bahwa perekonomian di
Kabupaten Buleleng cenderung merata di seluruh wilayah. Masyarakat merasakan dampak
pembangunan secara merata dan relatif setara hampir di seluruh wilayah.
19
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Gambar N.4
Perbandingan Kepadatan Penduduk Kabupaten Buleleng
0 5 10 15 20 25 30 35
20
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
B. PERTUMBUHAN PENDUDUK
Tabel N.10.
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Buleleng
Pertumbuhan Penduduk
No Kecamatan
2013-2014 2014-2015 2015-2016
1 Gerokgak 0.886 0.854 0.762
2 Seririt 0.549 0.476 0.585
3 Busungbiu 0.447 0.198 0.469
4 Banjar 0.666 0.606 0.630
5 Sukasada 0.954 0.865 0.924
6 Buleleng 0.769 0.860 0.764
7 Sawan 0.420 0.401 0.350
8 Kubutambahan 0.421 0.456 0.417
9 Tejakula 0.056 0.111 0.074
Kabupaten 0.627 0.607 0.604
Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2017
21
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Gambar N.5
Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Buleleng Periode Tahun 2015-2016
Tejakula 0.074
Kubutambahan 0.417
Sawan 0.350
Buleleng 0.764
Sukasada 0.924
Banjar 0.630
Busungbiu 0.469
Seririt 0.585
Gerokgak 0.762
Melihat pada grafik yang ditunjukkan pada gambar 3.5 di atas, laju pertumbuhan penduduk
di masing-masing kecamatan tidaklah merata. Wilayah dengan pertumbuhan penduduk
tinggi adalah wilayah dengan kondisi perekonomian yang lebih baik dibandingkan wilayah
lainnya. Kecamatan Buleleng dan Kecamatan Sukasada merupakan wilayah yang berperan
sebagai pusat pertumbuhan wilayah Kabupaten Buleleng. Sedangkan Kecamatan Gerokgak
adalah pusat pengembangan wilayah Kabupaten Buleleng bagian barat dimana saat ini
tengah berkembang kawasan wisata baru yang menjadi daya tarik utama kawasan.
22
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
tahun 2015 jumlah penduduk yang bekerja pada sektor pertanian adalah sebesar 123.397
jiwa atau 36% dari total tenaga kerja yang telah bekerja.
Sektor industri pada tahun 2015 menyerap sebanyak 32.293 jiwa atau 9% dari total jumlah
penduduk yang bekerja. Sektor industri merupakan sektor dengan penyerapan tenaga
kerja terbesar keempat setelah sektor pertanian, perdagangan dan pariwisata, dan jasa
kemasyarakatan.
Meskipun salah satu sektor terbesar, namun gap persentase antara sektor industri dengan
3 sektor teratas lainnya masih cukup jauh. Kondisi ini mengindikasikan sektor industri
bukan sebagai sektor yang dominan di Kabupaten Buleleng mengingat serapan tenaga
kerjanya tergolong rendah.
Tabel N.11.
Karakteristik Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Utama
23
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Berdasarkan data yang ditunjukkan pada tabel 3.11 di atas, penduduk yang bekerja di
sektor industri mengalami penurunan pada tahun 2015 dari tahun 2014. Pada tahun 2014,
jumlah penduduk yang bekerja pada sektor industri adalah 33.209 jiwa, menurun menjadi
32.293 jiwa pada tahun 2015 atau menurun sebesar 2,75%. Penurunan ini menunjukkan
adanya kelesuan pada sektor industri di tahun 2015.
Gambar N.6
Grafik Perbandingan Jumlah Serapan Tenaga Kerja Per Sektor di Kabupaten Buleleng
24
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Gambar N.7
Trend Jumlah Penduduk Yang Bekerja Pada Sektor Industri di Kabupaten Buleleng
32.293
31.683
30.880
Pada gambar 3.7 ditunjukkan bahwa terjadi trend peningkatan jumlah penduduk yang
bekerja di sektor industri pada tahun 2012-2014. Namun, pada tahun 2015 mengalami
penurunan sbesar 2,75% menjad 32.293 jiwa. Bila dibandingkan dengan sektor lainnya,
sektor yang mengalami penurunan adalah pertambangan dan penggalian, bangunan, dan
jasa kemasyarakatan. Sektor dengan penurunan tertinggi adalah pada sektor bangunan.
Tenaga Kerja merupakan salah satu aspek penting dalam sektor industri. Ketersediaan secara
kuantitas dan kualitas tenaga kerja akan mempengaruhi jalannya sektor industri pada
kawasan tertentu. Aspek tenaga kerja memberikan gambaran bagaimana peranan sektor
industri pada perekonomian suatu wilayah baik secara makro maupun mikro. Ketersediaan
tenaga kerja yang cukup akan sangat mendukung pengembangan industri yang sehat dan
bermanfaat secara sosial dan wilayah.
Pada tahun 2015, diantara 352.510 jiwa penduduk angkatan kerja di Kabupaten Buleleng,
97,96% diantaranya merupakan angkatan kerja yang aktif bekerja pada seluruh aktivitas
ekonomi yang ada. Berdasarkan data Sakernas 2015, jumlah penduduk yang bekerja di
Kabupaten Buleleng adalah sekitar 345.326 jiwa pekerja.
25
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Berdasarkan jenis kelamin, maka proporsi angkatan kerja perempuan dan laki-laki yang
telah memiliki pekerjaan adalah mendekati seimbang. Sebanyak 54,35% angkatan kerja
Kabupaten Buleleng adalah berjenis kelamin laki-laki dan 45, 64% sisanya adalah berjenis
kelamin perempuan. Sedangkan pada angkatan kerja yang menganggur, sebanyak 72,51%
diantaranya adalah laki-laki dan hanya 27,49% diantaranya adalah perempuan.
Pada kelompok penganggur, proporsi jenis kelamin laki-laki lebih besar dibandingkan
perempuan karena jumlah angkatan kerja yang memang didominasi oleh laki-laki.
Penduduk perempuan mendominasi pada kelompok bukan angkatan kerja. Kondisi faktual
sosial di Kabupaten Buleleng menunjukkan bahwa masih ada anggapan bahwa wanita
memiliki kodrat sebagai ibu rumah tangga dan tidak mencari nafkah sehingga tidak
ditempatkan sebagai angkatan kerja. Kondisi ini memunculkan anggapan bahwa penduduk
laki-laki yang lebih dianggap ‘siap kerja’ sedangkankan penduduk perempuan secara
normal ‘tidak siapk kerja’.
Berdasarkan kelompok umur, jumlah pekerja di Kabupaten Buleleng tahun 2015 sebagian
besar pada kelompok umur 40-45 tahun. Kelompok usia tersebut merupakan kelompok
usia emas dalam bekerja karena sedang aktif mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
keluarga. Pada kelompok umur tersebut jumlah pekerja laki-laki lebih besar dibandingkan
dengan pekerja perempuan.
Pada kelompok umur 55-59 tahun, dan di atas 60 tahun, jumlah pekerja perempuan justru
lebih banyak dibandingkan dengan pekerja laki-laki. Hal ini mengindikasikan suatu
fenomena dimana banyak wanita masih menanggung beban mencari nafkah, bahkan
hingga
memasuki usia senja. Kondisi ini juga dimungkinkan terkait dengan Angka Harapan Hidup
perempuan yang lebih besar daripada laki-laki. Sehingga kebanyakan lansia perempuan
yang bekerja tersebut merupakan janda yang masih harus menghidupi dirinya sendiri.
Fenomena tersebut cukup menarik perhatian, terkait dengan upaya penyetaraan gender
dan juga upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama lansia.
26
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Gambar N.8
Jumlah Angkatan Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Buleleng Tahun 2015
27
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Gambar N.9
Persentase Penduduk Yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan Terakhir Yang Ditamatkan di
Kabupaten Buleleng Tahun 2015
Secara umum, penduduk yang bekerja di Kabupaten Buleleng pada tahun 2015 didominasi
oleh mereka yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD) kebawah, yakni mencapai 48,87
persen. Sedangkan sebanyak 17,99 persen penduduk bekerja berlatar belakang pendidikan
lulus SMA sederajat (kecuali SMK). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa secara umum
kualitas pekerja di Kabupaten Buleleng belum cukup memuaskan dari sisi latar belakang
pendidikannya. Kondisi ini juga tidak bisa dikatakan buruk mengingat saat ini juga sudah
banyak pekerja yang mungkin memiliki tingkat pendidikan rendah namun memiliki
berbagai keterampilan yang juga bisa menjadi potensi untuk mendapatkan produktivitas
yang baik.
Tenaga kerja yang berkualitas merupakan modal penting bagi keberhasilan pembangunan
ekonomi. Pendidikan formal merupakan faktor utama pembentuk kecerdasan seseorang
untuk bisa menjadi manusia yang berkualitas. Karena dengan bekal pendidikan yang baik,
seseorang akan memiliki peluang untuk lebih berhasil dalam persaingan untuk
mendapatkan pekerjaan. Namun demikian, dalam praktek kehidupan menghadapi era
28
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
globalisasi yang penuh dengan persaingan, pintar secara akademik saja tidak akan cukup,
melainkan juga dibutuhkan daya inisiatif, inovatif, kreatif, dan jiwa interpreneur yang
cerdas dan ulet.
Pekerja laki-laki didominasi oleh mereka yang berpendidikan SMA/SMK sederajat (29,27
persen), sedangkan untuk kelompok pekerja perempuan didominasi oleh mereka yang
berpendidikan SD sederajat (29,23 persen). Secara total, 39,78 persen dari seluruh
penduduk laki-laki yang bekerja di Kabupaten Buleleng pada tahun 2015 berpendidikan
SMA/SMK ke atas sedangkan pada kelompok penduduk perempuan yang bekerja hanya
26,62 persen yang berpendidikan SMA/SMK ke atas.
29
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Pembagian sektor pada publikasi ini masih mengacu pada KLUI (Klasifikasi Lapangan Usaha
Indonesia) tahun 1990 yang membagi kegiatan ekonomi menjadi 9 sektor usaha. Dasar
pertimbangannya adalah:
Untuk membantu konsumen data dalam memahami keterkaitan antara penggunaan KBLI
2005 dan KLUI 1990, maka pembagian kesembilan sektor usaha tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
6. Lapangan usaha Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi mencakup kategori
G dan H
7. Lapangan usaha Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi merupakan kategori I
8. Lapangan usaha Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha persewaan dan Jasa
Perusahaan merupakan kategori J dan K
9. Lapngan usaha Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perseorangan mencakup kategori
L,M,N,O,P, dan Q
10.Lapangan usaha lainnya memrupakan kategori X
Pada tahun 2015 penduduk yang bekerja di Kabupaten Buleleng didominasi oleh pekerja
sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan yakni sebesar 35,73
persen dari seluruh penduduk yang bekerja. Sektor terbanyak kedua setelahnya adalah
lapangan pekerjaan bidang perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi yakni
sebanyak 27,07 persen kemudian diikuti oleh sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan
perorangan dengan proporsi sebesar 14,80 persen. Hal ini mengingat selain Kabupaten
Buleleng memiliki potensi lahan pertanian dan laut, sektor pariwisata juga merupakan
sektor andalan sehingga kegiatan ekonomi yang menunjang kedua potensi ini cukup
berkembang. Sedangkan untuk sektor pertambangan dan penggalian (0,42 persen) serta
sektor listrik, air, dan gas (0,40 persen) dapat dikatakan merupakan sektor yang kurang
potensial.
31
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Sektor industri, yang dalam hal ini adalah industri pengolahan, menyumbang 6,36%
share dalam PDRB Provinsi Bali pada tahun 2016. Sektor industri berada pada posisi
ke enam sebagai sektor dengan share tertinggi setelah Pariwisata, Pertanian,
Transportasi, Konstruksi, dan Perdagangan.
Kontribusi sektor industri dalam PDRB Provinsi Bali terus mengalami peningkatan.
Pada tahun 2010, kontribusi sektor industri adalah sebesar 6,562,938.80 juta rupiah,
meningkat menjadi 12,423,278.90 juta rupiah pada tahun 2016 atau meningkat
89,29%. Kondisi ini memberikan harapan pada pengembangan sektor industri
pengolahan di Provinsi Bali, mengingat sektor industri bukan merupakan tulang
punggung perekonomian Bali.
Gambar N.10
Perkembangan Kontribusi Industri Pengolahan Dalam PDRB Provinsi Bali Periode 2010-2016
Namun demikian, apabila melihat pada laju pertumbuhannya, maka sektor industri
pengolahan justru mengalami perlambatan. Pada tahun 2010, laju pertumbuhan
32
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
sektor industri adalah 3,94% yang kemudian mengalami penurunan pada periode
2011 menjadi hanya 0,88%. Sektor industri pada tahun 2012 kembali menggeliat dan
mampu mencapai pertumbuhan 5,23% dan terus meningkat di tahun berikutnya
hingga mengalami puncak pertumbuhan pada tahun 2014 dengan angka
pertumbuhan 8,88%. Pada tahun 2015, pertumbuhan sektor industri mulai menurun
menjadi 7,13% dan 2016 menjadi hanya 3,26%.
33
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Tabel N.12.
Perkembangan PDRB Provinsi Bali Atas Harga Berlaku Tahun 2010-2016
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 16,092,721.60 16,980,562.70 18,518,184.60 20,451,528.10 22,912,353.00 26,255,423.90 28,795,929.50
Pertambangan dan Penggalian 1,133,915.00 1,310,695.50 1,548,326.70 1,758,245.30 1,955,757.70 1,951,951.80 2,095,830.40
Industri Pengolahan 6,562,938.80 7,002,597.80 7,699,337.90 8,656,357.70 9,984,338.70 11,544,672.20 12,423,278.90
Pengadaan Listrik dan Gas 192,097.30 183,641.10 180,884.80 175,411.50 240,675.40 326,624.20 419,189.40
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
239,294.30 239,573.60 246,476.40 262,977.90 286,673.60 326,072.10 358,111.80
Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi 8,321,002.40 9,398,294.60 11,959,011.10 13,258,591.50 14,114,257.00 15,835,024.40 17,218,563.50
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
8,152,933.40 9,285,384.10 10,036,397.50 11,173,464.30 12,926,739.40 14,713,877.90 16,209,453.20
Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 6,935,672.50 8,110,717.70 9,364,595.80 11,310,696.30 14,203,195.40 16,443,175.80 18,513,154.00
Penyediaan Akomodasi dan Makan
17,922,994.70 20,265,021.70 23,975,775.40 28,936,175.10 36,131,578.60 40,554,457.50 44,594,364.60
Minum
Informasi dan Komunikasi 5,879,643.50 6,414,930.10 6,938,730.80 7,312,441.40 8,034,798.20 9,140,532.80 10,055,321.30
Jasa Keuangan dan Asuransi 3,682,864.80 4,072,470.20 4,864,873.20 5,780,573.60 6,558,390.30 7,274,895.30 8,064,313.60
Real Estat 4,550,508.50 4,921,382.60 5,330,942.50 5,966,633.30 6,813,218.60 7,398,491.70 7,864,579.70
Jasa Perusahaan 1,060,817.90 1,109,617.70 1,198,606.70 1,344,009.80 1,534,457.10 1,799,529.90 2,043,297.50
34
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
35
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Tabel N.13.
Pertumbuhan Lapangan Usaha Dalam PDRB Provinsi Bali Atas Dasar Harga Berlaku Periode Tahun
2010-2016
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.89 1.03 4.37 2.2 4.66 2.72 3.1
Pertambangan dan Penggalian 8.99 10.44 15.32 7.7 -0.6 -6.83 4.28
Industri Pengolahan 3.94 0.88 5.23 8.59 8.88 7.13 3.26
Pengadaan Listrik dan Gas 2.86 9.11 11.39 7.64 8.97 1.59 8.31
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
9.63 0.34 3.35 5.39 7.4 1.99 6.34
Ulang
Konstruksi 7.97 6.81 19.36 5.95 1.8 5.01 7.26
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
8.8 5.76 5.93 9.09 7.17 7.94 6.61
Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 7.1 8.24 6.25 6.72 5.84 4.54 7.72
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.68 6.9 7.81 7.9 6.82 6.11 6.69
Informasi dan Komunikasi 6.75 8.99 8.06 5.78 7.21 9.94 8.59
12.7
Jasa Keuangan dan Asuransi 4.47 5.42 8.9 8.34 6.66 8.06
3
Real Estat 5.83 4.54 6.35 6.98 8.89 5.2 4.63
Jasa Perusahaan 8.22 3.38 2.24 9 7.49 6.99 6.85
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan 10.7
6.16 25.74 0.97 0.02 8.27 5.44
Sosial Wajib 5
13.4 10.5
Jasa Pendidikan 9.1 11.1 0.68 8.94 8.91
8 8
12.4
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5.35 6.63 5.98 12.8 8.76 9
3
Jasa lainnya 6.94 7.19 4.85 4.22 7.63 7.99 8.52
Produk Domestik Regional Bruto 5.74 6.66 6.96 6.69 6.73 6.03 6.24
36
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Gambar N.11
Laju Pertumbuhan Industri Pengolahan Periode 2010-2016
Sektor industri, dalam data PDRB yang dikeluarkan oleh BPS, terbagi ke dalam 16 sub
sektor namun di Provinsi Bali hanya terdapat 14 sub sektor industri saja. Sub sektor
industri tersebut adalah sebagai berikut.
37
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Sub Sektor industri yang tidak berkembang di Provinsi Bali adalah Industri Batubara
dan Pengilangan Migas, dan Industri Logam Dasar.
Penciptaan nilai tambah oleh 14 sub sektor industri pengolahan ini secara rata-rata
mencapai 10,06 trilyun rupiah pada periode 2012-2016 dengan kontribusi rata-rata
per tahun adalah 6,45%. Sub sektor yang paling dominan di Provinsi Bali adalah
industri makanan dan minuman yaitu dengan rata-rata kontribusi 2,47% per tahun
terhadap total PDRB Bali. Jika dihitung terhadap total lapangan usaha industri
pengolahan, rata-rata kontribusi dari industri makanan dan minuman mencapai
38,26% per tahun.
Sub Sektor industri pengolahan yang turut memberikan peranan cukup besar dalam
PDRB Provinsi Bali adalah industri kayu, barang dari kayu dan gabus dan barang
anyaman, rotan dan sejensinya. Industri ini memberikan kontribusi rata-rata 31,53%
pada periode 2012-2016 terhadap nilai tambah lapangan usaha industri pengolahan.
Berdasarkan data Dinas Perindustrian Provinsi Bali, pada tahun 2016 jumlah unit
usaha industri yang terdaftar secara sah adalah sebanyak 12.730 unit dengan jumlah
total tenaga kerja sebanyak 96.601 jiwa. Berdasarkan jumlah unit industri tersebut,
nilai investasi sektor industri di Provinsi Bali diperkirakan mencapai
Rp3.392.041.722.000 dan dengan nilai produksi sebesar Rp7.183.291.023.000.
Jumlah unit industri terbesar di Provinsi Bali terdapat di Kota Denpasar yaitu
sebanyak 3.993 unit ( 31,37% dari total Provinsi Bali) dengan tenaga kerja yang
38
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
terdaftar sebanyak 29.784 jiwa (30,83% dari total provinsi Bali). Jumlah unit industri
terendah berada di Kabupaten Klungkung yaitu sebanyak 397 unit industri atau
hanya 3,12% dari total Provinsi Bali.
Namun apabila melihat pada nilai investasi dan nilai produksnya, Kabupaten Gianyar
menempati urutan pertama sebagai wilayah dengan nilai investasi dan produksi
industri tertinggi di Provinsi Bali. Nilai investasi industri di Kabupaten Gianyar tahun
2016 adalah Rp2.335.992.601.000 atau 68,87% dari total Provinsi Bali. Sedangkan
nilai produksinya mencapai Rp3.004.685.464.000 atau 41,83% dari total Provinsi
Bali.
Tabel N.14.
Jumlah Unit Industri dan Tenaga Kerjanya di Provinsi Bali Tahun 2016
39
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Gambar N.12
Perbandingan Jumlah Unit Usaha Industri Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2016
Gambar N.13
Perbandingan Jumlah Tenaga Kerja Industri Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2016
40
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Gambar N.14
Perbandingan Nilai Investasi Industri Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2016
Kota Denpasar memiliki nilai strategis bagi industri pemula dalam mengembangkan
bisnisnya karena memiliki pasar yang lebih besar dibandingkan dengan wilayah
lainnya di Provinsi Bali. Oleh karenanya, jumlahnya terus mengalami peningkatan
dan merupakan yang terbesar di Provinsi Bali. Kabupaten Gianyar meskipun memiliki
jumlah industri yang relatif kecil namun nilai investasi dan produksinya jauh lebih
besar karena memiliki pasar ekspor yang besar. Meskipun jumlah industrinya tidak
sebesar wilayah lainnya, namun kapasitas ekspornya jauh lebih besar sehingga nilai
inevstasi yang dibutuhkan menjadi jauh lebih besar dibandingkan kabupaten/kota
lainnya.
41
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Peningkatan unit usaha industri yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2013 yaitu
sebanyak 26% menjadi 11.905 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja 92.959 jiwa.
Tabel N.15.
Perkembangan Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja, Nilai Investasi, dan Nilai Produksi Industri di
Provinsi Bali Periode 2012-2016
42
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Gambar N.15
Perkembangan Jumlah Unit Usahan Industri di Provinsi Bali Periode 2012-2016
Gambar N.16
Perkembangan Nilai Investasi Industri di Provinsi Bali Periode 2012-2016
43
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Pada tahun 2016, jumlah unit usaha industri di Kabupaten Buleleng adalah sebesar 851
unit usaha atau 6,68% dari total unit usaha industri di Provinsi Bali dengan jumlah
tenaga kerja sebanyak 5.813 jiwa. Dengan jumlah unit usaha tersebut ternyata serapan
tenaga kerja industrinya tidak sebesar Kabupaten Klungkung. Sebagai perbandingan,
Kabupaten Klungkung dengan jumlah unit industri 397 unit mampu menyerap tenaga
kerja sebanyak 4.439 jiwa tenaga kerja atau rata-rata 11,18 jiwa tenaga kerja untuk satu
unit usaha industri. Kabupaten Buleleng hanya mampu menyerap rata-rata 6,83 jiwa
tenaga kerja untuk satu unit usaha industri. Hal ini mengindikasikan sektor industri di
Kabupaten Buleleng masih belum sefektif Kabupaten Klungkung dalam menyerap
tenaga kerja. Meskipun dengan jumlah unit usaha yang lebih besar, namun kapasitas
produksinya tidak lebih besar dari Kabupaten Klungkung yang jumlah unit usahanya
paling kecil di Provinsi Bali.
Tabel N.14 sudah menunjukkan bahwa pada tahun 2016 Kabupaten Buleleng
merupakan wilayah dengan nilai investasi industri paling rendah di Provinsi Bali. Jumlah
investasi industri di Kabupaten Buleleng tahun 2016 adalah sebesar Rp17,641,821 atau
hanya 0,52% dari total investasi industri di Kabupaten Buleleng. Kecilnya nilai investasi
industri ini mengindikasikan bahwa iklim investasi di Kabupaten Buleleng belum
semenarik wilayah lainnya di Provinsi Bali. Bila kembali dibandingkan dengan Kabupaten
Klungkung yang merupakan wilayah dengan jumlah unit usaha industri paling rendah di
Provinsi Bali, jumlah investasi Kabupaten Buleleng masih jauh lebih rendah. Apabila
dibandingkan dengan nilai produksi, rata-rata nilai produksi satu unit usaha di
Kabupaten Klungkung masih lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Buleleng.
Rata-rata nilai produksi untuk 1 unit usaha di Kabupaten Klungkung adalah 186 juta
44
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
rupiah, sedangkan Rata-rata nilai produksi untuk 1 unit usaha di Kabupaten Buleleng
lebih rendah yaitu 180 juta rupiah.
Kondisi berbeda ditunjukkan pada data potensi industri Provinsi Bali tahun 2012. Tahun
2012, nilai investasi di Kabupaten Buleleng mencapai 12 milyar rupiah yang lebih tinggi
dari Kabupaten Klungkung yaitu 8 milyar rupiah. Nilai Produksi industri di Kabupaten
Buleleng pun lebih besar yaitu 127 milyar, sedangkan di Kabupaten Klungkung hanya 86
milyar rupiah.
Tabel N.16.
Potensi Industri Provinsi Bali Tahun 2012
Sektor industri di Kabupaten Buleleng memegang peranan kecil dalam peta industri
Provinsi Bali. Nilai investasinya yang merupakan terendah diantara Kabupaten/Kota
lainnya pada tahun 2016 menunjukkan bahwa Kabupaten Buleleng bukan merupakan
pilihan bagi investor dalam mengembangkan industri di Provinsi Bali.
45
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Tabel N.17.
Perkembangan Nilai Investasi di Kabupaten Buleleng dan Kontribusinya Bagi Nilai Investasi Industri
Provinsi Bali
Persentase nilai investasi industri di Kabupaten Buleleng bila disandingkan dengan total
investasi industri di Provinsi Bali hanya berkisar pada angka 0,29% hingga 0,56%.
Meskipun nilai investasi industri di Kabupaten Buleleng terus meningkat selama periode
2012-2016, namun dengan fakta bahwa kontribusinya tergolong sangat rendah bagi
Provinsi Bali, maka sektor industri di Kabupaten Buleleng dapat dikatakan bukan
merupakan andalan bagi Provinsi Bali. Untuk dapat menjadikan sektor industri
Kabupaten Buleleng memiliki nilai strategis bagi Provinsi Bali, maka salah satu upaya
yang harus dilakukan adalah meningkatkan kualitas sektor industri itu sendiri yaitu salah
satunya dengan meningkatkan nilai investasinya.
Kondisi serupa juga terlihat apabila jumlah unit industri kecil dan menengah di
Kabupaten Buleleng disandingkan dengan jumlah unit UKM Provinsi Bali. Tabel 3.18 di
bawah memperlihatkan bagaimana persentase kontribusi unit usaha industri di
Kabupaten Buleleng terhadap Provinsi Bali. Pada tahun 2012, jumlah unit usaha industri
di Kabupaten Buleleng adalah sebanyak 734 unit atau 7,79% dari total jumlah unit
industri di Provinsi Bali. Pada tahun 2016, jumlah unit industri Kabupaten Buleleng
meningkat menjadi 851 unit, namun dengan persentase terhadap jumlah total unit
usaha industri Provinsi Bali yang menurun yaitu 6,77%. Kondisi ini menunjukkan fakta
bahwa perkembangan unit usaha di Kabupaten Buleleng tidak secepat di
46
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
kabupaten/kota lainnya di Provinsi Bali. Perbedaan laju pertumbuhan unit usaha yang
tidak sejalan ini menjadikan jumlah industri di Kabupaten Buleleng akan selalu
tertinggal dari kabupaten/kota lainnya meskipun jumlah unitnya terus meningkat
sepanjang tahun.
Tabel N.18.
Perkembangan Jumlah Unit Industri di Kabupaten Buleleng dan Provinsi Bali
Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Buleleng, pada tahun
2017 terdapat 99 kelompok industri kecil dan menengah yang beroperasi dengan jumlah
unit usaha sebanyak 977 unit dan dengan tenaga kerja sebanyak 6.220 jiwa tenaga
kerja.Kelompok Furniture Dari Kayu merupakan kelompok industri dengan jumlah unit
usaha terbanyak yaitu 118 unit, serta dengan jumlah tenaga kerja terbesar yaitu sebesar
593 jiwa. Namun demikian, untuk besar nilai investasi, Industri Furniture Dari Kayu
bukanlah yang terbesar. Kelompok industri kecil dan menengah di Kabupaten Buleleng
yang memiliki nilai investasi terbesar adalah Industri Air Minum Dan Air Mineral yaitu
sebesar Rp3.046.460.000.
Adapun kelompok industri kecil dan menengah yang berkembang di Kabupaten Buleleng
adalah sebagai berikut:
47
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
48
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
34.25920-Jasa Industri Untuk Berbagai Pengerjaan Khusus Logam Dan Barang Dari Logam
35.20232-Industri Bahan Kosmetik Dan Kosmetik Dan Termasuk Pasta Gigi
36.20294-Industri Minyak Atsiri
37.21021-Industri Simplisia (Bahan Obat Tradisional)
38.10392-Industri Tahu Kedelai
39.32901-Industri Alat Tulis Dan Gambar Termasuk Perlengkapannya
40.16230-Industri Wadah Dari Kayu
41.13921-Industri Barang Jadi Tekstil Untuk Keperluan Rumah Tangga
42.32201-Industri Alat Musik Tradisional
43.10772-Industri Bumbu Masak Dan Penyedap Masakan
44.10510-Industri Pengolahan Susu Segar Dan Krim
45.10422-Industri Minyak Makan Kelapa
46.28111-Industri Mesin Uap Turbin Dan Kincir
47.10423-Industri Minyak Goreng Kelapa
48.14302-Industri Pakaian Jadi Sulaman/Bordir
49.23939-Industri Barang Tanah Liat/Keramik Dan Porselen Lainnya Bukan Bahan
Bangunan (26209)
50.10219-Industri Pengolahan Dan Pengawetan Lainnya Untuk Ikan
51.10739-Industri Kembang Gula Lainnya
52.10130-Industri Pengolahan Dan Pengawetan Produk Daging Dan Daging Unggas
53.10774-Industri Pengolahan Garam
54.15129-Industri Barang Dari Kulit Dan Kulit Buatan Untuk Keperluan Lainnya
55.11020-Industri Minuman Anggur (Wine)
56.13924-Industri Barang Jadi Rajutan Dan Sulaman
57.20231-Industri Sabun Dan Bahan Pembersih Keperluan Rumah Tangga
58.32909-Industri Pengolahan Lainnya Ytdl
59.13999-Industri Tekstil Lainnya Ytdl
60.14120-Penjahitan Dan Pembuatan Pakaian Sesuai Pesanan
61.20123-Industri Pupuk Buatan Majemuk Hara Makro Primer
62.13122-Industri Kain Tenun Ikat
63.10802-Industri Konsentrat Makanan Hewan
64.10771-Industri Kecap
49
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
50
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Untuk lebih jelasnya, mengenai jumlah unit industri dan tenaga kerja kelompok industri di
atas dapat dilihat pada tabel 3.12, sedangkan untuk direktori industri kecil dan menengah
di Kabupaten Buleleng akan dilampirkan pada laporan akhir ini.
51
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Tabel N.19.
Potensi Industri Kecil dan Menengah Kabupaten Buleleng Tahun 2017
TENAGA NILAI
JUMLAH
NO KBLI KERJA INVESTASI
PERUSAHAAN
(ORANG) (Rp.000)
1 31001-INDUSTRI FURNITUR DARI KAYU 118 593 2,295,879
2 16221-INDUSTRI BARANG BANGUNAN DARI KAYU 85 538 1,630,205
3 10761-INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI DAN TEH 68 346 1,094,380
4 16292-INDUSTRI BARANG ANYAMAN DARI TANAMAN BUKAN ROTAN DAN BAMBU 42 549 104,220
5 25111-INDUSTRI BARANG DARI LOGAM BUKAN ALUMINIUM SIAP PASANG UNTUK BANGUNAN 40 177 916,505
6 18111-INDUSTRI PENCETAKAN UMUM 36 129 2,421,602
7 10710-INDUSTRI PRODUK ROTI DAN KUE 35 175 819,203
8 10792-INDUSTRI KUE BASAH 32 203 112,662
9 10794-INDUSTRI KERUPUK KERIPIK PEYEK DAN SEJENISNYA 31 145 202,750
10 11050-INDUSTRI AIR MINUM DAN AIR MINERAL 29 149 3,046,460
11 14111-INDUSTRI PAKAIAN JADI (KONVEKSI) DARI TEKSTIL 27 156 375,296
12 16291-INDUSTRI BARANG ANYAMAN DARI ROTAN DAN BAMBU 27 305 79,374
13 16293-INDUSTRI KERAJINAN UKIRAN DARI KAYU BUKAN MEBELLER 23 144 206,148
14 11040-INDUSTRI MINUMAN RINGAN 22 95 185,595
15 32903-INDUSTRI KERAJINAN YTDL 21 127 134,401
52
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
TENAGA NILAI
JUMLAH
NO KBLI KERJA INVESTASI
PERUSAHAAN
(ORANG) (Rp.000)
16 23953-INDUSTRI BARANG DARI SEMEN DAN KAPUR UNTUK KONSTRUKSI 18 73 275,391
17 25931-INDUSTRI ALAT POTONG DAN PERKAKAS TANGAN UNTUK PERTANIAN 18 64 84,159
18 23921-INDUSTRI BATU BATA DARI TANAH LIAT/KERAMIK 17 116 119,909
28224-INDUSTRI MESIN DAN PERKAKAS MESIN UNTUK PENGELASAN YANG MENGGUNAKAN ARUS
19 16 92 276,630
LISTRIK
20 16299-INDUSTRI BARANG DARI KAYU ROTAN DAN GABUS LAINNYA YTDL 14 149 102,480
21 23951-INDUSTRI BARANG DARI SEMEN 14 98 117,282
22 10391-INDUSTRI TEMPE KEDELAI 13 47 81,653
23 21022-INDUSTRI PRODUK OBAT TRADISIONAL 12 42 114,000
24 28291-INDUSTRI MESIN PERCETAKAN 12 39 472,890
10793-INDUSTRI MAKANAN DARI KEDELE DAN KACANG-KACANGAN LAINNYA BUKAN KECAP
25 12 90 75,635
TEMPE DAN TAHU
26 32112-INDUSTRI BARANG PERHIASAN DARI LOGAM MULIA UNTUK KEPERLUAN PRIBADI 11 64 226,805
27 13121-INDUSTRI PERTENUNAN (BUKAN PERTENUNAN KARUNG GONI DAN KARUNG LAINNYA) 9 79 117,369
28 10799-INDUSTRI PRODUK MAKANAN LAINNYA 9 87 65,715
29 10750-INDUSTRI MAKANAN DAN MASAKAN OLAHAN 8 58 154,570
30 23963-INDUSTRI BARANG DARI BATU UNTUK KEPERLUAN RUMAH TANGGA DAN PAJANGAN 6 60 91,104
53
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
TENAGA NILAI
JUMLAH
NO KBLI KERJA INVESTASI
PERUSAHAAN
(ORANG) (Rp.000)
31 18202-REPRODUKSI MEDIA REKAMAN FILM DAN VIDEO 6 14 201,250
32 20129-INDUSTRI PUPUK LAINNYA 6 29 139,540
33 11090-INDUSTRI MINUMAN LAINNYA 6 16 157,274
34 25920-JASA INDUSTRI UNTUK BERBAGAI PENGERJAAN KHUSUS LOGAM DAN BARANG DARI LOGAM 6 31 211,800
35 20232-INDUSTRI BAHAN KOSMETIK DAN KOSMETIK DAN TERMASUK PASTA GIGI 5 24 84,040
36 20294-INDUSTRI MINYAK ATSIRI 5 45 240,900
37 21021-INDUSTRI SIMPLISIA (BAHAN OBAT TRADISIONAL) 5 40 13,840
38 10392-INDUSTRI TAHU KEDELAI 4 22 58,920
39 32901-INDUSTRI ALAT TULIS DAN GAMBAR TERMASUK PERLENGKAPANNYA 4 13 37,700
40 16230-INDUSTRI WADAH DARI KAYU 4 35 11,200
41 13921-INDUSTRI BARANG JADI TEKSTIL UNTUK KEPERLUAN RUMAH TANGGA 4 20 571,250
42 32201-INDUSTRI ALAT MUSIK TRADISIONAL 4 21 61,345
43 10772-INDUSTRI BUMBU MASAK DAN PENYEDAP MASAKAN 4 8 75,952
44 10510-INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU SEGAR DAN KRIM 3 25 12,700
45 10422-INDUSTRI MINYAK MAKAN KELAPA 3 8 7,130
46 28111-INDUSTRI MESIN UAP TURBIN DAN KINCIR 3 11 60,570
47 10423-INDUSTRI MINYAK GORENG KELAPA 3 19 13,650
54
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
TENAGA NILAI
JUMLAH
NO KBLI KERJA INVESTASI
PERUSAHAAN
(ORANG) (Rp.000)
48 14302-INDUSTRI PAKAIAN JADI SULAMAN/BORDIR 3 62 139,701
23939-INDUSTRI BARANG TANAH LIAT/KERAMIK DAN PORSELEN LAINNYA BUKAN BAHAN
49 3 33 14,985
BANGUNAN (26209)
50 10219-INDUSTRI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN LAINNYA UNTUK IKAN 3 16 12,791
51 10739-INDUSTRI KEMBANG GULA LAINNYA 3 26 2,595
52 10130-INDUSTRI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN PRODUK DAGING DAN DAGING UNGGAS 3 7 9,542
53 10774-INDUSTRI PENGOLAHAN GARAM 2 13 51,794
54 15129-INDUSTRI BARANG DARI KULIT DAN KULIT BUATAN UNTUK KEPERLUAN LAINNYA 2 7 3,610
55 11020-INDUSTRI MINUMAN ANGGUR (WINE) 2 17 34,900
56 13924-INDUSTRI BARANG JADI RAJUTAN DAN SULAMAN 2 16 6,840
57 20231-INDUSTRI SABUN DAN BAHAN PEMBERSIH KEPERLUAN RUMAH TANGGA 2 8 25,450
58 32909-INDUSTRI PENGOLAHAN LAINNYA YTDL 2 225 37,000
59 13999-INDUSTRI TEKSTIL LAINNYA YTDL 2 7 13,540
60 14120-PENJAHITAN DAN PEMBUATAN PAKAIAN SESUAI PESANAN 2 12 554,245
61 20123-INDUSTRI PUPUK BUATAN MAJEMUK HARA MAKRO PRIMER 2 19 12,580
62 13122-INDUSTRI KAIN TENUN IKAT 2 33 81,325
63 10802-INDUSTRI KONSENTRAT MAKANAN HEWAN 2 19 376,977
55
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
TENAGA NILAI
JUMLAH
NO KBLI KERJA INVESTASI
PERUSAHAAN
(ORANG) (Rp.000)
64 10771-INDUSTRI KECAP 2 89 139,800
10532-INDUSTRI PENGOLAHAN ES SEJENISNYA YANG DAPAT DIMAKAN (BUKAN ES BATU DAN ES
65 2 5 135,105
BALOK)
66 13134-INDUSTRI BATIK 2 21 1,432
67 23922-INDUSTRI GENTENG DARI TANAH LIAT/KERAMIK 2 9 38,475
68 32202-INDUSTRI ALAT MUSIK BUKAN TRADISIONAL 1 4 6,440
69 23969-INDUSTRI BARANG DARI MARMER GRANIT DAN BATU LAINNYA 1 5 600
70 32113-INDUSTRI BARANG PERHIASAN DARI LOGAM MULIA BUKAN UNTUK KEPERLUAN PRIBADI 1 4 2,145
25993-INDUSTRI KEPERLUAN RUMAH TANGGA DARI LOGAM BUKAN PERALATAN DAPUR DAN
71 1 4 18,740
PERALATAN MEJA
72 15121-INDUSTRI BARANG DARI KULIT DAN KULIT BUATAN UNTUK KEPERLUAN PRIBADI 1 1 492
73 28199-INDUSTRI MESIN UNTUK KEPERLUAN UMUM LAINNYA YTDL 1 11 24,925
74 15201-INDUSTRI ALAS KAKI UNTUK KEPERLUAN SEHARI-HARI 1 5 65,000
75 25119-INDUSTRI BARANG DARI LOGAM SIAP PASANG UNTUK KONSTRUKSI LAINNYA 1 5 9,500
76 23990-INDUSTRI BARANG GALIAN BUKAN LOGAM LAINNYA YTDL 1 22 1,402,400
77 22299-INDUSTRI BARANG PLASTIK LAINNYA YTDL 1 5 250,000
78 16294-INDUSTRI ALAT DAPUR DARI KAYU ROTAN DAN BAMBU 1 10 10,000
56
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
TENAGA NILAI
JUMLAH
NO KBLI KERJA INVESTASI
PERUSAHAAN
(ORANG) (Rp.000)
79 30922-INDUSTRI PERLENGKAPAN SEPEDA DAN KURSI RODA TERMASUK BECAK 1 4 3,549
80 20299-INDUSTRI BARANG KIMIA LAINNYA YTDL 1 20 4,105
81 25999-INDUSTRI BARANG LOGAM LAINNYA YTDL 1 4 550
82 32119-INDUSTRI BARANG LAINNYA DARI LOGAM MULIA 1 2 1,000
83 10399-INDUSTRI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN LAINNYA BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN 1 5 9,375
10618-INDUSTRI BERBAGAI MACAM TEPUNG DARI PADI-PADIAN BIJI-BIJIAN KACANG-KACANGAN
84 1 3 16,810
UMBI-UMBIAN DAN SEJENISNYA
85 16104-INDUSTRI PENGOLAHAN ROTAN 1 10 58,290
86 10762-INDUSTRI PENGOLAHAN HERBAL (HERB INFUSION) 1 5 12,000
87 10531-INDUSTRI PENGOLAHAN ES KRIM 1 2 5,500
88 30111-INDUSTRI KAPAL DAN PERAHU 1 6 21,000
89 26490-INDUSTRI PERALATAN AUDIO DAN VIDEO ELEKTRONIK LAINNYA 1 2 1,630
90 23932-INDUSTRI PERLENGKAPAN RUMAH TANGGA DARI TANAH LIAT/KERAMIK 1 5 116,800
91 21012-INDUSTRI PRODUK FARMASI 1 2 3,500
92 20221-INDUSTRI CAT DAN TINTA CETAK 1 2 56,000
93 10212-INDUSTRI PENGASAPAN IKAN 1 6 1,230
94 10291-INDUSTRI PENGGARAMAN/PENGERINGAN BIOTA AIR LAINNYA 1 3 2,225
57
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
TENAGA NILAI
JUMLAH
NO KBLI KERJA INVESTASI
PERUSAHAAN
(ORANG) (Rp.000)
95 10312-INDUSTRI PELUMATAN BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN 1 2 2,285
96 15112-INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT 1 2 80,260
10320-INDUSTRI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN DALAM
97 1 5 7,700
KALENG
98 18201-REPRODUKSI MEDIA REKAMAN SUARA DAN PIRANTI LUNAK 1 10 50,500
99 11030-INDUSTRI MINUMAN KERAS DARI MALT DAN MALT 1 30 115,550
JUMLAH 977 6,220 22,012,121
Sumber : Dinas Perindustiran dan Perdagangan Kabupaten Buleleng, 2017
58
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Selain unit industri yang kemudian dikelompokkan ke dalam jenis industri berdasarkan
komoditas produksinya, potensi industri kecil dan menengah di Kabupaten Buleleng juga
dikelompokkan menjadi sentra-sentra industri kecil dan menengah. Sentra-sentra idustri ini
merupakan beberapa industri yang mengelompok satu wilayah tertentu dengan komoditas
industri yang sama.
Berdasarkan kondisi di atas, terdapat 23 sentra industri yang beroperasi pada tahun 2017
dengan jumlah industri sebanyak 582 unit dan tenaga kerja sebanyak 1.352 jiwa. Jumlah
nilai produksi sentra industri adalah sebesar Rp4.742.054.000. Sentra Industri Anyaman
Bambu merupakan sentra industri dengan jumlah unit terbanyak yaitu 118 unit dengan
tenaga kerja sebanyak 425 jiwa. Sentra Ayaman Bambu berlokasi di Desa Ambengan,
Kecamatan Sukasada, dan Desa Sidatapa, dan Desa Tigawasa, di Kecamatan Banjar.
Namun berdasarkan nilai produksinya, Sentra Industri Dodol Bali dan Sentra Industri
Tahu/Tempe merupakan dengan nilai produksi terbesar. Sentra Industri Dodol Bali di Desa
Penglatan, Kecamatan Buleleng menghasilkan nilai produksi sebesar Rp1.518.000.000 di
tahun 2017. Pada tahun yang sama, Sentra Tahu/Tempe di Desa Seririt, Kecamatan Seririt,
menghasilkan tempe dengan nilai produksi sebesar Rp1.200.000.000.
Sentra industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Buleleng adalah sebagai berikut :
59
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
14.Anyaman Lidi
15.Kerajinan Saab Mote
16.Pengolahan Tanah Liat
17.Industri Kerajinan dari Batu Untuk RumahTangga
18.Pande Besi
19.Pande Besi
20.Kerajinan Perak
21.Kerajinan Tempurung Kelapa
22.Industri Dodol Bali
23.Industri Pengolahan Kayu
60
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Tabel N.20.
Potensi Sentra Industri Kecil dan Menengah Kabupaten Buleleng Tahun 2017
61
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
62
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Kondisi perekonomian wilayah Kabupaten Buleleng dapat dilihat, salah satunya, pada PDRB
(Produk Domestik Regional Bruto). Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar
adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor
perekonomian di suatu wilayah. Nilai tambah adalah nilai yang ditambahkan dari
kombinasi faktor produksi dan bahan baku dalam proses produksi. Penghitungan nilai
tambah adalah nilai produksi (output) dikurangi biaya antara. Nilai tambah bruto di sini
mencakup komponen-komponen pendapatan faktor (upah dan gaji, bunga, sewa tanah
dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Jadi dengan menjumlahkan
nlai tambah bruto dari masing-masing sektor dan menjumlahkan nilai tambah bruto dari
seluruh sektor tadi, akan diperoleh Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga
pasar.
Semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang beroperasi di
wilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya berasal dari atau
dimiliki oleh penduduk dareha tersebut, merupakan produk domestik daerah yang
bersangkutan. Pendapatan yang timbul oleh karena adanya kegiatan produksi tersebut
merupakan pendapatan domestik. Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian dari faktor
produksi yang digunakan dalam kegiatan produksi di suatu daerah berasal dari daerah lain
atau dari luar negeri, demikian juga sebaliknya faktor produksi yang dimilki oleh penduduk
daerah tersebut ikut serta dalam proses produksi di daerah lain atau di luar negeri. Hal ini
menyebabkan nilai produk domestik yang timbul di suatu daerah tidak sama dengan
pendapatan yang diterima penduduk daerah tersebut. Dengan adanya arus pendapatan
yang mengalir antar daerah ini (termasuk juga dari da ke luar negeri) yang pada umumnya
berupa upah/gaji, bunga, deviden dan keuntungan maka timbul perbedaan antara produk
domestik dan produk regional.
Produk regional merupakan produk domestik ditambah dengan pendapatan dari faktor
produksi yang diterima dari luar daerah/negeri dikurangi dengan pendapatan dari faktor
produksi yang dibayarkan ke luar daerah/negeri. Jadi produk regional merupakan produk
yang ditimbulkan oleh faktor produksi yang dimiliki oleh residen.
63
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
wilayah domestik suatu daerah tanpa memperhatikan apakah transaksi dilakukan oleh
masyarakat (residen) dari daerah tersebut atau masyarakat lain (non-residen).
Data pendapatan wilayah adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan
kondisi perekonomian nasional setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini
antara lain adalah:
1. PDRB harga berlaku (nominal) menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang
dihasilkan oleh suatu wilayah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber
daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.
2. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan atau setiap kategori dari tahun ke tahun.
3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut lapangan usaha menunjukkan struktur
perekonomian atau peranan setiap kategori ekonomi dalam suatu wilayah. Kategori-
kategori ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian
suatu wilayah.
4. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDB dan PNB per satu
orang penduduk.
5. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui perumbuhan
nyata ekonomi perkapita penduduk suatu negara.
PDRB Kabupaten Buleleng pada tahun 2015 dan tahun 2016 berdasarkan harga berlaku
dan harga konstan dapat dilihat pada tabel 3.19 berikut.
64
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Tabel N.21.
PDRB Kabupaten Buleleng Tahun 2015 dan 2016
65
Berdasarkan tabel 3.19 diketahui bahwa PDRB Kabupaten Buleleng atas harga berlaku adalah
sebesar Rp.28,068,539.88 juta. Angka ini menunjukkan kemampuan sumberdaya ekonomi
Kabupaten Buleleng. Apabila dibandingkan dengan angka PDRB yang sama pada tahun 2015,
terjadi peningkatan sebesar 10,08%. Pada tahun 2015, PDRB Kabupaten Buleleng atas dasar
harga berlaku adalah Rp.25,496,855.35 juta.
Sektor Pertanian merupakan sektor dengan share tertinggi dalam PDRB Kabupaten Buleleng
tahun 2016. Jumlah share sektor pertanian tersebut adalah Rp.6,365,396.59 juta atau 23% dari
total PDRB. Sedangkan Sektor Pengadaan Listrik dan Gas dan Sektor Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang merupakan sektor dengan share terendah yaitu
0,136% dan 0,131%.
Gambar N.17
Grafik Perbandingan Share Masing-Masing Sektor dalam PDRB Kabupaten Buleleng Atas Dasar Harga
Berlaku Tahun 2016
Konstruksi 2,350,410.82
1
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Sektor industri sendiri menyumbang share sebesar Rp. 1,651,519.14 juta atau sebesar 6% dari
total PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Buleleng. Besarnya share sektor industri pada
PDRB Atas Harga Berlaku mengalami peningkatan dari tahun 2015. Pada tahun 2015, besarnya
share sektor industri adalah Rp. 1,523,192.24 juta, meningkat 8,43% pada tahun 2016.
Berdasarkan data yang ditunjuukan pada tabel 3.19 dan gambar 3.8, maka share tertinggi yang
disumbang oleh masing-masing sektor, berturut-turut adalah sebagai berikut :
1. Pertanian
2. Pariwisata
3. Perdagangan
4. Jasa Pendidikan
5. Konstruksi
6. Industri Pengolahan
Berdasarkan daftar di atas, terlihat bahwa Sektor Industri hanya menempati urutan ke-6 pada
klasifikasi urutan sektor dengan share terbesar hingga terkecil. Bila dibandingkan dengan
sektor pertanian, terdapat gap nilai 17% share antar kedua sektor. Tentunya kondisi ini
mengindikasikan sektor industri memegang peranan kecil dalam pembangunan ekonomi di
Kabupaten Buleleng.
Bila dilihat berdasarkan laju pertumbuhannya, sektor industri mengalami penurunan laju
pertumbuhan pada tahun 2016. Pada tahun 2015, tercatat laju pertumbuhan PDRB Kabupaten
Buleleng adalah 6,12% dari tahun sebelumnya. Sektor Industri Pengolahan memiliki laju 7,59%
dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2016, laju pertumbuhan sektor Industri Pengolahan
menurun menjadi 3,48%. Penurunan yang sangat signifikan ini mengindikasikan kondisi
internal industri Kabupaten Buleleng mengalami perlambatan perkembangan yang apabila
tetap dibiarkan akan menjadikan industri tidak berkembang.
Untuk lebih jelasnya, laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Buleleng dapat dilihat pada tabel
3.20 berikut.
67
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Tabel N.22.
Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Buleleng
Meskipun pada kenyataannya, share sektor industri mengalami peningkatan pada tahun 2016,
namun laju peningkatannya justru mengalami penurunan. Artinya peningkatan besarnya share
sektor industri mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Artinya, kemampuan sumberdaya
ekonomi share sektor industri mengalami kelesuan, khsusunya tahun 2015-2016.
68
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Gambar N.18
Perbandingan Laju Pertumbuhan Antar Lapangan Usaha Dalam PDRB Kabupaten Buleleng Tahun 2015-
2016
Jasa Lainnya
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Jasa Pendidikan
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan…
Jasa Perusahaan
Real Estate
Jasa Keuangan dan Asuransi
Informasi dan Komunikasi
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2016
Transportasi dan Pergudangan 2015
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi…
Konstruksi
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,…
Pengadaan Listrik dan Gas
Industri Pengolahan
Pertambangan dan Penggalian
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00
69
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Gambar N.19
Laju Pertumbuhan Antar Lapangan Usaha Dalam PDRB Kabupaten Buleleng Tahun 2016
Pertambangan dan…
Pertanian,…
Administrasi…
Transportasi dan…
Pengadaan Air,…
Penyediaan…
Perdagangan Besar…
Jasa Kesehatan dan…
Pengadaan Listrik…
Konstruksi
Real Estate
Jasa Pendidikan
Jasa Lainnya
Jasa Perusahaan
Industri Pengolahan
Sektor industri merupakan salah satu sektor yang pertumbuhannya paling lambat dalam
perekonomian Kabupaten Buleleng. Dalam 17 lapangan usaha seperti yang ditunjukkan dalam
gambar 3.12 yang menempatkan urutan sektor berdasarkan laju pertumbuhannya, Sektor
Industri Pengolahan menempati urutan ke-14, satu tingkat di bawah sektor perdagangan dan
satu tingkat di atas sektor pertanian. Laju pertumbuhan akan mempengaruhi progresifitas
perkembangan sektor. Semakin tinggi laju pertumbuhan, maka pembangunan sektor tersebut
semakin baik dan dapat menjadi sektor unggulan di masa depan.
Berdasarkan data pada gambar 3.12 diketahui bahwa Sektor Pendidikan memiliki laju
pertumbuhan tertinggi. Kondisi ini dipegaruhi oleh keberadaan universitas dan perguruan
tinggi di Kabupaten Buleleng yang berperan secara aktif dalam roda perekonomiannya. Kondisi
ini dapat dimanfaatkan untuk dapat mengembangakan sektor industri melalui kerjasama
70
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
dengan pihak universita dan perguruan tinggi dalam membantu peningkatan kualitas SDM
Tenaga Kerja dan Pengusaha industri di Kabupaten Buleleng.
Sistem jaringan trasnportasi memiliki peran strategis dalam pengembangan suatu wilayah, tidak
hanya sektor industri. Sistem jaringan transportasi adalah urat nadi wilayah sebagai jalur
penghubung dan distribusi barang, jasa, dan penduduk. Pengembangan suatu wilayah akan sangat
bergantung pada jangkauan sistem transportasninya. Kawasan dengan aksesibilitas yang rendah
sudah dipastikan akan sangat sulit berkembang. Investasi juga dipengaruhi oleh kualitas
pelayanan jaringan transportasi. Semakin baik kualitas jaringan transportasi yang tersedia, maka
jaminan pembangunan juga akan semakin tinggi sehingga nilai investasi akan semakin meningkat
pula.
Peran sistem jaringan transportasi dalam pembangunan sektor industri sangatlah strategis. Sektor
industri yang sangat bergantung pada interaki antara pasar, bahan baku, dan lokasi produksi akan
sangat bergantung pada kualitas jaringan transportasi yang menghubungkan ketiga aspek
tersebut. Apabila salah satu aspek tersebut tidak terkoneksi dengan baik, maka dapat dipastikan
pembangunan industri pada kawasan tersebut mengalami kemunduran. Meskipun saat ini antara
produsen, distributor, dan pasar sudah tidak memiliki batasan territorial dengan keberadaan
sistem informasi berbasis internet, namun peran sistem transportasi dalam mendukung distribusi
produksi masih sangat vital bagi sektor industri.
Dari sudut pandang tradisional, transport dipandang sebagai kebutuhan sekunder yang
dihasilkan dari aktivitas ekonomi. Orang dan bisnis membutuhkan transport, salah satunya
jaringan jalan, untuk dapat memenuhi aktivitas yang diinginkan. Namun demikian, sudut
pandang ini terlalu sederhana, karena perubahan penyediaan transport dapat mengakibatkan
71
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
perubahan terhadap lokasi dan komposisi daripada aktivitas. Untuk individual, hal ini dapat
menyebabkan perubahan pada pola komuting atau tujuan rekreasi. Sedangkan untuk bisnis,
dampaknya mungkin akan terasa pada ketersediaan pemasok-pemasok baru, reorganisasi
daripada produksi atau tersedianya akses untuk pasar-pasar baru.
Aspek efisiensi, yang dihasilkan dari pengembangan jaringan jalan dalam rangka peningkatan
factor produktivitas total, menjadi faktor utama untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan
antara transport dan ekonomi. Hal ini menjadi dasar penentuan apakah peningkatan dalam
penyediaan jaringan jalan dapat memberikan suatu hal yang berarti bagi peningkatan
kompetisi atau peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Produktivitas suatu kegiatan ekonomi sangat tergantung pada efisiensi dan efektivitas
penyediaan dan penggunaan bahan-bahan kebutuhan produksi dan penyaluran hasil produksi.
Jaringan Jalan dapat memberikan kontribusi terhadap efisiensi penyediaan kebutuhan
produksi melalui penyediaan sistim transportasi yang baik sehingga biaya pengadaan
kebutuhan produksi dapat diminimalisasi. Disamping itu, penyediaan jaringan jalan yang baik
juga dapat menekan biaya penyaluran produksi ke pasar. Hal ini dapat memberikan kontribusi
positif terhadap peningkatan produktivitas secara keseluruhan sehingga dapat menunjang laju
pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat.
Penyediaan jaringan jalan sebagai bagian dari sistim transportasi yang baik ke kantong-kantong
kegiatan perekonomian akan menarik investor baru yang akan meingkatkan iklim kompetisi di
daerah tersebut. Melalui iklim kompetisi ini, para pelaku ekonomi di daerah tersebut dituntut
untuk dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan bahan-bahan produksi
untuk menghasilkan produk mereka, sehingga dapat dicapai suatu iklim ekonomi yang sehat
yang dapat menunjang laju pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Buleleng, panjang ruas jalan di Kabupaten Buleleng adalah
1.303,35 Km yang meliputi 196,75 Km ruas jalan nasional, 106,65 Km panjang ruas jalan
provinsi, dan 999,95 Km panjang ruas jalan kabupaten.
Kondisi masing-masing ruas jalan di Kabupaten Buleleng dapat dilihat pada tabel 3.21 berikut.
72
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Tabel N.23.
Kondisi Jalan Kabupaten Buleleng Tahun 2014-2016
Tabel 3.21 di atas menujukkan bahwa tidak semua jenis jalan di Kabupaten Buleleng memiliki
kondisi yang baik. Untuk Jalan Nasional, hanya 47,53% saja yang dalam kondisi baik dari total
keseluruhan panjang ruas. Pada jalan provinsi, ruas dengan kondisi baik bahkan hanya 14,62%
diantaranya saja. Sisanya berada dalam kondisi sedang dan rusak. Untuk jalan kabupaten, ruas
yang mengalami kondisi baik adalah sepanjang 652,406 Km atau 65,25% dari total panjang
ruasnya.
73
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Tabel N.24.
Kondisi Perkerasan Masing-Masing Ruas Jalan di Kabupaten Buleleng
Jenis Jalan Kondisi 2014 2015 2016
Jalan Nasional 155,750 155,750 196,750
Diaspal 155,750 155,750 196,750
Kerikil 0,000 0,000 0,000
Tidak Dirinci 0,000 0,000 0,000
Jalan Provinsi 105,880 105,880 106,650
Diaspal 105,880 105,880 106,650
Kerikil 0,000 0,000 0,000
Tanah 0,000 0,000 0,000
Tidak Dirinci 0,000 0,000 0,000
Jalan Kabupaten 878,192 999,950 999,950
Diaspal 517,280 461,757 963,950
Kerikil 227,354 221,445 2,600
Tanah 0,000 0,000 30,250
Tidak Dirinci 137,750 233,106 3,175
Total Panjang Jalan 1.139,822 1.261,580 1.303,350
Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2017
Sebagian besar ruas jalan di Kabupaten Buleleng sudah diaspal, hanya saja tidak semua
kondisinya dalam keadaan baik. Untuk jalan nasional dan jalan provinsi, seluruhnya telah
mengalami pengaspalan. Sedangkan untuk ruas jalan kabupaten, 963,95 Km diantaranya sudah
diaspal. Terdapat 30,25 Km panjang ruas jalan kabupaten yang masih berupa jalan tanah.
Berdasrkan RTRW Kabupaten Buleleng, rencana sistem jaringan jalan Kabupaten Buleleng
adalah sebagai berikut.
74
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
75
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
c. jaringan jalan strategis provinsi, meliputi ruas jalan menuju Pura Dang Kahyangan.
a. jaringan jalan kolektor primer 4 (K-4) yang ada meliputi ruas jalan yang menghubungkan
ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat desa,
antar ibukota kecamatan;
b. jaringan jalan lokal primer yang ada meliputi ruas jalan yang menghubungkan ibukota
kecamatan dengan desa, ruas jalan antar desa; dan
c. jaringan jalan sekunder terdapat di Kawasan Perkotaan di luar jaringan jalan fungsi
primer yang menerus dengan fungsi jalan arteri sekunder, jalan kolektor sekunder
maupun jalan lokal sekunder dan jalan lingkungan yang telah ada.
Tabel N.25.
Ruas Jalan Nasional di Kabupaten Buleleng
76
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Tabel N.26.
Ruas Jalan Provinsi di Kabupaten Buleleng
No Nama Ruas Panjang (Km)
1 Sp. Penelokan-Bts. Buleleng 23,40
2 Bts. Buleleng-Kubutambahan 22,95
3 Pupuan-Seririt 21,91
4 Gempol-Banyuning-Penarukan (SGR) 4,85
Sumber : Keputusan Gubernur No.2063/03-C/HK/2015 Tentang Ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai
Jalan Provinsi di Provinsi Bali
Berdasarkan data BPS Kabupaten Buleleng, pada tahun 2016 jumlah kendaraan angkutan
umum AKDP yang beroperasi di Kabupaten Buleleng adalah sebanyak 196 unit yang terdiri dari
Suburban 10 unit, Mikro Bus 175 unit, dan Bus 11 unit. Terdapat 6 trayek yang dilayani oleh
196 unit angkutan umum tersebut yang terdiri dari AKDP-1 hingga AKDP-4. Untuk lebih
jelasnya, dapat dilihat pada tabel 3.23 berikut.
77
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Tabel N.27.
Jumlah Angkutan Umum di Kabupaten Buleleng Tahun 2016
Jumlah Kendaraan
Lintasan Trayek Yang Dilayani
Suburban Mikro Bus Bus Jumlah
AKDP 1 - - - -
Singaraja-Denpasar Via Bedugul - 60 - 60
Singaraja-Denpasar Via Puputan - 20 - 20
Singaraja-Denpasar Via Banyuatis 8 - - 8
AKDP 2 - - - -
Singaraja-Gilimanuk - 65 4 69
AKDP 3 - - - -
Singaraja-Amlapura - 30 7 37
AKDP 4 - - - -
Singaraja-Klungkung Via Padang Bai 2 - - 2
Jumlah 10 175 11 196
Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2017
a. trayek angkutan kota antar provinsi (AKAP), terdiri atas trayek Singaraja – Malang dan
Singaraja - Surabaya;
b. trayek angkutan kota dalam provinsi (AKDP), terdiri atas trayek Singaraja – Denpasar
(lewat Bedugul) , Singaraja – Denpasar (lewat Pupuan), Singaraja – Bangli, Singaraja -
Amlapura, Singaraja - Semarapura, Singaraja - Negara, Singaraja - Seririt;
c. trayek angkutan perkotaan di Kawasan Perkotaan Singaraja;
78
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
d. trayek angkutan perdesaan antar Kawasan Perkotaan Singaraja dan Kawasan Perkotaan
Seririt dengan desa-desa di sekitarnya; dan
e. lintasan angkutan barang diarahkan melalui jalanjalan nasional dan jalan provinsi.
2. Rencana Terminal
Meskipun secara umum Kabupaten Buleleng memiliki infrastruktur transportasi yang lengkap dan
dengan kondisi yang memadai, namun kondisi ini belum dapat menjadi jaminan bahwa
aksesibilitas intra dan antar wilayah menjadi baik. Guna menciptakan iklim industri yang ideal baik
bagi pengusaha, pasa industri, maupun pada calon investor, maka dibutuhkan dukungan
konektivitas yang baik antara Kabupaten Buleleng dengan wilayah kabupaten di sekitarnya di
Provinsi Bali baik yang berbatasan langsung ataupun tidak. Sistem jaringan transportasi antar
wilayah harus mendukung konektivitas tersebut agar iklim usaha industri di Kabupaten Buleleng
dapat senantiasa berjalan dengan optimal bagi seluruh stakeholder. Saat ini, sistem jaringan
transportasi darat yang menghubungkan antara Kabupaten Buleleng dengan Kabupaten/Kota
lainnya di Provinsi Bali sudah berjalan dengan baik namun belum optimal. Saat ini, biaya distribusi
79
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
khususnya distribusi barang menuju atau keluar Kabupaten Buleleng khususnya antara Kabupaten
Buleleng dengan Kota Denpasar menjadi mahal karena jarak tempuh antara Kota Denpasar
dengan Kabupaten Buleleng yang cukup jauh (74 Km) dan ditambah dengan terbatasnya jaringan
angkutan antar kota/kabupaten yang dapat melayani kedua wilayah secara berkala.
Data BPS Kabupaten Buleleng menunjukkan bahwa seluruh wilayah di Kabupaten Buleleng sudah
terlayani oleh sistem jaringan energi PLN. Seluruh wilayah desa dan kecamatan sudah terlayani
dengan optimal. Untuk pelayanan energi usaha industri, terdapat fluktuasi besarnya KWh yang
terjual pada pelanggan usaha industri (Tarif I). Pada tahun 2016, jumlah Kwh yang terjual adalah
10.107.652 Kwh. menurun dari tahun 2015 dengan jumlah 9.998.990.820 Kwh.
Untuk lebih jelasnya, besarnya KWh yang terjual untuk pelanggan usaha industri di Kabupaten
Buleleng dapat dilihat pada tabel 3.24 berikut.
80
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Tabel N.28.
Besarnya Energi Listrik Yang Terjual Pada Sektor Industri di Kabupaten Buleleng
Rencana pengembangan sistem energi dalam RTRW Kabupaten Buleleng, adalah sebagai berikut.
1. pembangkit listrik tenaga gas/uap yang sudah ada adalah PLTGU Pemaron dengan kapasitas
80 MW;
2. pengembangan pembangkit tenaga listrik baru terdiri atas: PLTU Celukan Bawang di
Kecamatan Gerokgak dengan kapasitas rencana kurang lebih 800 MW dan di lokasi lainnya
setelah melalui kajian teknis; dan
3. pengembangan pembangkit tenaga listrik alternatif dari sumber energi terbarukan terdiri
atas PLT Mikro Hidro, PLT Biomasa, PLT Bayu, PLT Surya dan PLT lainnya
a. optimalisasi gardu induk yang ada di wilayah kabupaten meliputi Gardu Induk Pemaron
di Kecamatan Buleleng dan rencana pengembangan gardu induk lainnya yang
terintegrasi dengan Gardu Induk di luar wilayah kabupaten;
b. pengembangan jaringan saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) yang melintasi
Kecamatan Gerokgak, Kecamatan Seririt dan Kecamatan Busungbiu setelah melalui
kajian;
c. jaringan saluran udara Tegangan Tinggi (SUTT) yaitu melintasi Kecamatan Buleleng dan
Kecamatan Sukasada; dan
81
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
d. jaringan distribusi tenaga listrik melalui saluran udara tegangan menengah (SUTM) di
seluruh wilayah Kabupaten
e. jaringan distribusi bawah tanah dan/atau udara pada kawasan permukiman dan aktivitas
pendukungnya.
a. sistem jaringan pipa minyak dari pelabuhan ke depo minyak terdekat yang melayani
wilayah kabupaten;
b. sistem jaringan LNG (liquid natural gas) dari depo gas terdekat yang melayani wilayah
kabupaten;
c. rencana pengembangan interkoneksi jaringan energi pipa gas antar Pulau Jawa-Bali
setelah melalui kajian; dan
d. rencana pengembangan jaringan perpipaan gas kabupaten, setelah melalui kajian.
N.3.3. SISTEM JARINGAN TELEKOMUNIKASI
Dewasa ini, peran sistem jaringan telekomunikasi khususnya pada jaringan nirkabel sangat
strategis dalam pembangunan kawasan. Keberadaan alat komunikasi berbasis internet telah
memudahkan komunikasi antara produsen, distributor, dan pasar produksi. Jarak bukan menjadi
kendala dalam memasarkan produk karena dengan sistem komunikasi yang ada saat ini, siapapun
dapat memasarkanl produknya ke seluruh wilayah di Indonesia.
Saat ini, sistem jaringan telekomunikasi di Kabupaten Buleleng bertumpu pada sistem jaringan nir
kabel. Pemanfaatan telepon seluler yang memanfaatkan sinyar yang dipacarkan oleh BTS milik
82
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
penyedia jasa layanan telepon seluler menyebabkan jalannya komunikasi bergantung pada
kekuatan pancaran sinyal yang diterima oleh konsumen. Pada wilayah-wilayah dengan geografis
tertentu seperti perbukitan mengalami kendala lemahnya sinyal yang ditangkap oleh telepon
suleler. Kondisi ini mengakibatkan komunikasi, khususnya pada internet menjadi lebih lamban
dibandingkan pada wilayah dengan kondisi geografis datar. Beberapa perusahaan penyedia jasa
komunikasi seluler telah mengembangkan jumlah BTS nya di Kabupaten Buleleng guna
menjangkau konsumen yang berada di wilayah terpencil atau dengan kondisi geografis berbukit.
Kondisi ini sangat membantu komunikasi antar masyarakat sekaligus meningkatkan jumlah
pengguna jasa internet di Kabupaten Buleleng.
Kementerian Komunikasi dan Informasi telah melakukan beragam upaya untuk meningkatkan
kualitas sistem jaringan komunikasi di Indonesia. Program-program strategis nasional yang sudah
dilakukan antara lain sebagai berikut:
Palapa Ring merupakan proyek infrastruktur telekomunikasi berupa pembangunan serat optik
di seluruh Indonesia sepanjang 36.000 kilometer. Proyek itu terdiri atas tujuh lingkar kecil serat
optik (untuk wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi, dan
Maluku) dan satu backhaul untuk menghubungkan semuanya. Pembangunan jaringan serat
optik nasional, yang akan menjangkau 440 kota/kabupaten di seluruh Indonesia.
Proyek Palapa Ring ini akan mengintegrasikan jaringan yang sudah ada (existing network)
dengan jaringan baru (new network) pada wilayah timur Indonesia (Palapa Ring-
Timur). Palapa Ring-Timur akan dibangun sejauh 4.450 KM yang terdiri dari sub marine cable
sejauh 3.850 km dan land cable sepanjang 600 KM dengan landing point sejumlah lima belas
titik pada 21 kota/kabupaten.
Jaringan tersebut berkapasitas 100 GB (Upgradeable 160 GB) dengan mengusung konsep ring,
dua pair (empat core). Strategi pembangunan proyek Palapa Ring ini adalah dengan
membentuk suatu konsorsium dimana anggota konsorsium terdiri dari penyelenggara
telekomunikasi di tanah air.
83
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
Jaringan ini akan menjadi tumpuan semua penyelenggara telekomunikasi dan pengguna jasa
telekomunikasi di Indonesia dan terintegrasi dengan jaringan yang telah ada milik
penyelenggara telekomunikasi.
1.800 MHz merupakan salah satu frekuensi yang populer digunakan untuk menggelar 4G LTE.
Sekarang sudah banyak tersedia ponsel pintar dengan antena yang mendukung 4G LTE di 1.800
MHz. Harganya pun ada yang murah sampai yang mahal. Hal lain yang membuat 1.800 MHz
istimewa, adalah karena operator seluler di Indonesia memiliki sumber daya frekuensi yang
besar di spektrum tersebut.
Program tersebut diatas sudah dapat dirasakan manfaatnya saat ini. Dengan keberadaan jaringan
serat optik, maka jaringan internet di daerah terpencil di Indonesia sudah dapat berkembang lebih
baik. Kemudian dengan adanya penataan frekwensi telekimunikasi telah mendukung peningkatan
aksesibilitas masyarakat terhadap internet. Jaringan 4G LTE merupakan jaringan dengan
kecepatan internet yang mumpuni dalam mendukung pengembangan kehidupan masyarakat di
Indonesia.
84
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
1. Jaringan tetap meliputi jaringan lokal, jaringan sambungan langsung jarak jauh dan jaringan
sambungan international; dan
2. Jaringan bergerak meliputi jaringan terestrial, jaringan seluler dan jaringan satelit.
85
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
4. Pengembangan jaringan melalui satelit komunikasi dan stasiun bumi untuk melengkapi sistem
telekomunikasi jaringan bergerak.
Pemberdayaan industri kecil dan menengah dilakukan melalui peningkatan kualitas SDM pelaku
industri. Peningkatan kualitas SDM dilakukan melalui skema fasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten
Buleleng. Fasilitasi ini berupa pelatihan-pelatihan kepada pelaku industri. Kabupaten Buleleng sendiri
belum memiliki unit pelayanan teknis balai latihan kerja yang secara khusus didirikan untuk
meningkatkan kualitas tenaga kerja di Kabupaten Buleleng. Peran BLK ini (pada bidang industri)
kemudian dilaksanakan oleh Dinas Koperasi Perindustrian dan perdagangan. Diskoperindag Kabupaten
Buleleng rutin melakukan pelatihan-pelatihan setiap tahun, baik melalui dana APBD maupun bantuan
dari Pemerintah Provinsi Bali maupun program Kementerian Perindustrian.
Adapun pelatihan yang pernah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui Dinas Koperasi
Perindustrian dan Perdagangan pada tahun 2017 adalah sebagai berikut.
Tabel N.29.
Pelatihan Peningkatan Kualitas SDM Pelaku Industri di Kabupaten Buleleng Tahun 2017
2 Pelatihan IT 2 Denpasar
86
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng
87