Anda di halaman 1dari 87

BAGIAN

N PENGUASAAN
WILAYAH

USULAN TEKNIS
KAJIAN TEKNIS, EVALUASI
DAN PENILAIAN
PELAKSANAAN RTRW
TAHUN 2013 – 2033
KABUPATEN BULELENG

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG


KABUPATEN BULELENG
TAHUN 2019

1
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

N.1. KONDISI DAERAH KABUPATEN BULELENG

N.1.1. WILAYAH ADMINISTRASI

Kabupaten Buleleng merupakan kabupaten yang memiliki luas wilayah terluas dari 9
(sembilan) Kabupaten dan Kota di Bali dengan luas wilayah 1.365,88 Km2 (24,25% dari Luas
Pulau Bali). Secara geografis Kabupaten Buleleng terletak pada 8o3'40" 8o23'00" Lintang
Selatan dan 114o25'55" - 115o27'28" Bujur Timur yang posisinya berada di bagian utara Pulau
Bali dengan batas-batas :

- Utara : Laut Bali


- Timur : Kabupaten Karangasem
- Selatan : Kabupaten Jembrana, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Badung,
Kabupaten Bangli
- Barat : Selat Bali, Kabupaten Jembrana
Kabupaten Buleleng terdiri atas 9 (sembilan) kecamatan yaitu Kecamatan Gerokgak, Seririt,
Busungbiu, Banjar, Sukasada, Buleleng, Sawan, Kubutambahan dan Tejakula dengan 129 Desa,
19 Kelurahan dan 167 Desa Pekraman. Lebih jelasnya batas administratif Kabupaten Buleleng
dan luasan masing-masing kecamatan dapat dilihat pada gambar dan tabel berikut ini.

Tabel N.1.
Luas Wilayah Tiap Kecamatan di Kabupaten Buleleng

No. Kecamatan Luas (km2) Prosentase (%)


1. Gerokgak 356,57 26,11
2. Seririt 111,78 8,18
3. Busungbiu 196,62 14,40
4. Banjar 172,60 12,64
5. Sukasada 172,93 12,66
6. Buleleng 46,94 3,44
7. Sawan 92,52 6,77
8. Kubutambahan 118,24 8,66
9. Tejakula 97,68 7,15
Sumber : Materi Teknis RTRW Kabupaten Buleleng

2
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Kecamatan terluas di Kabupaten Buleleng adalah Gerokgak dengan persentase 26,11% dan
yang paling kecil adalah Kecamatan Buleleng dengan 3,44% dari total luas wilayah Kabupaten.

Tabel N.2.
Jumlah Desa dan Kelurahan di Kabupaten Buleleng

Administrasi Desa
No Kecamatan Desa Kelurahan Dusun/Banjar Lingkungan Pekramana RT

1 Gerokgak 14 - 77 - 14 -
2 Seririt 20 1 80 5 25 19
3 Busungbiu 15 - 41 - 16 -
4 Banjar 17 - 74 - 17 -
5 Sukasada 14 1 63 5 20 -
6 Buleleng 12 17 41 53 21 -
7 Sawan 14 - 69 - 17 -
8 Kubutambahan 13 - 52 - 22 -
9 Tejakula 10 - 60 - 15 -
Jumlah 129 19 557 63 167 19
Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2017

Kecamatan Seririt merupakan wilayah dengan jumlah desa terbanyak yaitu 20 desa,
sedangkan Kecamatan Buleleng merupakan wilayah dengan kelurahan terbanyak yaitu 17
kelurahan. Kecamatan Buleleng merupakan wilayah dengan pembagian wilayah administrasi
desa/kelurahan paling banyak yaitu dengan jumlah desa/kelurahan 29 unit.

Untuk lebih jelasnya, wilayah administrasi desa/kelurahan masing-masing kecamatan di


Kabupaten Buleleng dapat dilihat pada Tabel 3.3. Sedangkan peta wilayah administrasi
Kabupaten Buleleng dapat dilihat pada Gambar 3.1.

3
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

N.1.2. POTENSI BENCANA

Secara umum, jenis-jenis bencana yang relatif sering terjadi di daerah Buleleng yaitu
erosi/tanah longsor, abrasi dan banjir. Selain itu terdapat juga daerah-daerah yang rawan
terhadap terjadinya gempa bumi.

A. KAWASAN RAWAN EROSI/TANAH LONGSOR


Berdasarkan informasi yang dapat dikumpulkan dan dilakukan analisis, daerah-daerah yang
dikategorikan sebagai kawasan rawan erosi/tanah longsor meliputi Kecamatan Gerokgak,
Kecamatan Busungbiu, Kecamatan Sukasada dan Kecamatan Tejakula.

Pada setiap kecamatan di Kabupaten Buleleng memiliki daerah miring sampai terjal, kecuali
Kecamatan Buleleng. Kondisi tersebut mengindikasikan sebagai wilayah yang rawan
terhadap erosi. Secara hidrologis daerah miring dan terjal memiliki nilai koefisien
pengaliran (kf) lebih tinggi dibandingkan daerah datar, sehingga butir-butir air hujan yang
mencapai bumi secara relatif lebih besar menjadi aliran permukaan dibandingkan dengan
yang diresapkan ke dalam tanah.

4
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Tabel N.3.
Nama Desa/Kelurahan di Kabupaten Buleleng

Kecamatan Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula
No
Desa/Kelurahan Sumber Klampok Unggahan Sepang Kelod Banyautis Pancasari Kalibukbuk Lemukih Tambakan Sembiran
1 Pejarakan Gunungsari Tista Gesing Wanagiri Anturan Galungan Pakisan Pacung
2 Sumber Kima Munduk Bestala Bongancina Munduk Ambengan Tukadmungga Sekumpul Bontihing Julah
3 Pemuteran Bestala Pucak Sari Gobleg Gitgit Pemaron Bebetin Tajun Bondalem
4 Banyupoh Mayong Sepang Kayuputih Pegayaman Baktiseraga Sudaji Tunjung Madenan
5 Penyabangan Rangdu Telaga Tirta Sari Silangjana Banyuasri Sawan Depeha Tejakula
6 Musi Ularan Titab Banyuseri Pegadungan Banjar Tegal Menyali Bulian Les
7 Sanggalangit Ringdikit Kekeran Pedawa Padangbulia Paket Agung Suwug Tamblang Penuktukan
8 Gerokgak Joanyar Busungbiu Tigawasa Sukasada Beratan Jagaraga Bila Sambirenteng
9 Patas Kalianget Pelapuan Cempaga Sambangan Liligundi Sinabun Bengkala Tembok
10 Pengulon Tangguwisia Subuk Sidetapa Panji Kp.Singaraja Kerobokan Kubutambahan
11 Tinga-Tinga Sulanyah Tinggasari Tampekan Panji Anom Kendran Sangsit Mengening
12 Celukan Bawang Bubunan Kedis Banjar Tegeha Tegallinggah Astina Bungkulan
13 Tukad Sumaga Seririt Bengkel Banjar Selat Banjar Jawa Giri Emas
14 Pengastulan Umejero Dencarik Kayuputih Banjar Bali
15 Patemon Temukus Kp. Kajanan
16 Lokapaksa Kaliasem Kaliuntu
17 Umeanyar Kampung Bungis

5
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Kecamatan Gerokgak Seririt Busungbiu Banjar Sukasada Buleleng Sawan Kubutambahan Tejakula
No
Desa/Kelurahan Sumber Klampok Unggahan Sepang Kelod Banyautis Pancasari Kalibukbuk Lemukih Tambakan Sembiran
18 Banjar Asem Kampung Baru
19 Kalisada Banyuning
20 Pangkung Paruk Penarukan
21 Jinengdalem
22 Penglatan
23 Petandakan
24 Sari Mekar
25 Nagesepeha
26 Alasangker
27 Poh Bergong
Sumber : BPS Kabupaten Buleleng Tahun 2019

6
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Gambar N.1
Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Buleleng

7
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Tabel N.4.
Kawasan Rawan Tanah Longsor di Kabupaten Buleleng

No Kecamatan Pengaruh Erosi Keterangan


1. Gerokgak  48,50% wilayahnya berada pada kemiringan di atas
25%.
 69,60% terdiri atas tanah dari jenis latosol coklat
2 Busungbiu  51,63% wilayahnya berada pada daerah kemiringan
di atas 40%, dan 36,10% berada pada kemiringan 25
– 39,90%
3 Sukasada  14,42% daerah terjal (kemiringan di atas 40%), dan Di beberapa tempat pada
6,77% merupakan daerah miring (25-39,9%) daerah terjal masih sering
 Jenis tanah yang dominan (regosol) memiliki tekstur terjadi bahaya erosi pada
kasar dengan kadar pasir lebih dari 60% waktu musim hujan
4 Tejakula  29,64% wilayah ini berada pada daerah miring dan
20,18% berada pada daerah terjal
 49,90% lahan dipergunakan untuk tegalan/kebun,
21,49% untuk perkebunan.
 Tanah regosol coklat 98,82%. Tanah regosol
bertekstur kasar dengan kadar pasir lebih dari 60%.
Sumber : Matek RTRW Kabupaten Buleleng

Gangguan kerusakan hutan dan DAS dominan terjadi di daerah terjal dan miring. Umumnya
longsor terjadi di daerah hulu dan disebabkan oleh perbedaan intensitas hujan yang
menyolok antara musim hujan dan kemarau, serta distribusi hujan yang tidak merata antar
wilayah dataran tinggi dan rendah. Kerusakan hutan dan DAS juga ada hubungannya
dengan penggunaan lahan oleh masyarakat Buleleng, dimana hampir sebagian besar
penduduk (49,90%) bertani dan 90% bertani lahan kering, umumnya pada lahan-lahan
miring.

Selain kecamatan-kecamatan yang disebutkan diatas, data dari Dinas Sosial menyebutkan
kawasan rawan tanah longsor juga terdapat di Kecamatan Seririt (Desa Bestala),
Kecamatan Banjar (Desa Sidetapa, Desa Pedawa, Desa Munduk), Kecamatan Buleleng
(Desa Sarimekar, Desa Penglatan), Kecamatan Sawan (Desa Sudaji, Desa Lemukih, Desa
Galungan), Kecamatan Kubutambahan (Desa Pakisan, Desa Tajun, Desa Bukti).

8
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

B. Kawasan Rawan Abrasi


Pantai di Kabupaten Buleleng dapat dibagi menjadi 7 zona, yang masing-masing
perinciannya adalah sebagai berikut :

1. Zona Kecamatan Gerokgak, dengan panjang pantai 68,830 km;


2. Zona Kecamatan Seririt, dengan panjang pantai 10,760 km;
3. Zona Kecamatan Banjar, dengan panjang pantai 7,760 km;
4. Zona Kecamatan Buleleng, dengan panjang pantai 14,560 km;
5. Zona Kecamatan Sawan, dengan panjang pantai 6,720 km;
6. Zona Kecamatan Kubutambahan, dengan panjang pantai 9,620 km;
7. Zona Kecamatan Tejakula, dengan panjang pantai 25,750 km.

Panjang pantai di Kabupaten Buleleng (7 zona) adalah sepanjang 159.050 m dan


berdasarkan data diperoleh dari Dinas PU, cukup banyak pantai yang mengalami abrasi.
Total panjang pantai yang terabrasi adalah sepanjang 30.090 m atau 18,92%. Pantai yang
paling banyak mengalami abrasi terutama pada pantai-pantai di Kecamatan Tejakula
(44,63%).

C. Kawasan Rawan Banjir


Banjir dapat didefinisikan sebagai suatu peristiwa alam yang disebabkan oleh
meningkatnya debit air pada suatu daerah aliran yang disebabkan oleh curah hujan yang
tinggi. Selain itu, banjir juga dipengaruhi oleh faktor-faktor topografi lahan, vegetasi, sifat-
sifat tanah, dan perilaku manusia pada suatu daerah. Secara cakupan luas, maka banjir
umumnya ditentukan dari besar kecilnya daerah tangkapan air (catchment area) dan ada
tidaknya saluran pembuang (sungai) sebagai penampung aliran air.

Peristiwa banjir merupakan akibat lanjutan dari kerusakan hutan dan DAS, dan peristiwa ini
memang secara alami terjadi di wilayah dengan kondisi hidrologis seperti Kabupaten
Buleleng. Hal ini merupakan indikasi rusaknya permukaan bumi, imbuhan air tanah yang
merosot, sebaliknya aliran permukaan yang meningkat, menyebabkan petani makin sulit
mengelola sumberdaya air lebih-lebih pada sistem irigasi terbuka dengan aliran gravitasi
tanpa melalui proses penampungan terlebih dahulu. Akibatnya luas panen dan produksi
padi merosot, sumberdaya air semakin langka, eksploitasi sumberdaya tanah yang tidak
terarah. Berdasarkan data yang dikeluarkan Dinas Sosial dan bencana banjir yang pernah

9
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

terjadi maka kawasan rawan banjir hampir terdapat di semua kecamatan kecuali
Kecamatan Sukasada dan Busungbiu

D. Kawasan Rawan Gempa Bumi


Kawasan ini terdapat pada kawasan di sekitar pusat-pusat sumber gempa bumi yang
menimbulkan kerusakan. Berdasarkan RTRW Provinsi Bali, terdapat 4 (empat) titik lokasi
pusat-pusat sumber gempa dimana salah satunya terdapat di utara perairan kawasan
Seririt. Hal ini juga diperkuat oleh data dari Dinas Sosial yang juga menyebutkan bahwa
daerah-daerah yang rawan terhadap terjadinya gempa bumi meliputi 12 desa di
Kecamatan Seririt yaitu Desa Seririt, Desa Kalisada, Desa Banjar Asem, Desa Pangkung
Paruk, Desa Uma Anyar, Desa Kalopaksa, Desa Pengastulan, Desa Patemon, Desa Ringdikit,
Desa Sulanyah, Desa Rangdu, dan Desa Bubunan.

N.1.3. KONDISI FISIK DASAR WILAYAH

A. Topografi
Bila ditinjau dari kondisi topografi menurut besarnya kemiringan lereng, perbedaan
ketinggian dari permukaan laut serta bentang alamnya, maka Kabupaten Buleleng dapat
dikelompokkan menjadi empat satuan topografi yaitu daerah datar dengan tingkat
kemiringan 0 – 1,9 %, landai dengan tingkat kemiringan 2 – 7,9 % dan 8 – 24,9 %, daerah
miring dengan tingkat kemiringan 25 – 39,9 %, dan daerah terjal dengan tingkat kemiringan
> 40%.

Tabel N.5.
Luas Lahan Atas Dasar Kemiringan Lereng di Kabupaten Buleleng
Luas Kemiringan Lereng (ha)

0 – 1,9 % 2 – 7,9 % 8 – 24,9 % 25 – 39,9 40 % + Jumlah


Kecamatan
%

(datar) (landai) (landai) (miring) (terjal)

1. Gerokgak 6.984,00 5.067,00 6.299,00 3.843,00 13.464,00 35.657,00

2. Seririt 1.818,00 5.805,00 855,00 900,00 1.800,00 11.178,00

10
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Luas Kemiringan Lereng (ha)

0 – 1,9 % 2 – 7,9 % 8 – 24,9 % 25 – 39,9 40 % + Jumlah


Kecamatan
%

(datar) (landai) (landai) (miring) (terjal)

3. Busungbiu - - 2.448,00 7.083,00 10.131,00 19.662,00

4. Banjar 562,50 2.943,00 9.452,00 3.240,00 1.062,00 17.260,00

5. Sukasada - 4.005,00 9.625,00 1.170,00 2.493,00 17.293,00

6. Buleleng 1.125,00 3.569,00 - - - 4.694,00

7. Sawan 731,25 4.527,00 2.756,25 675,00 562,50 9.252,00

8. Kubutambahan 1.044,00 1.856,25 6.115,75 1.657,00 1.151,00 11.824,00

9. Tejakula - 1.966,25 2.936,00 2.894,75 1.971,00 9.768,00

Jumlah 12.264,75 29.738,50 40.487,50 21.462,75 32.634,50 136.588,00

Sumber : Materi Teknis RTRW Kabupaten Buleleng

Tabel N.6.
Persentase Luas Lahan Atas Dasar Kemiringan Lereng di Kabupaten Buleleng
Prosentase Kemiringan Lereng (%)

Kecamatan 0 – 1,9 % 2 – 7,9 % 8 – 24,9 % 25 – 39,9 % 40 % + Jumlah

(datar) (landai) (landai) (miring) (terjal)

1. Gerokgak 19,59 14,21 17,66 10,78 37,76 100,00

2. Seririt 16,26 51,93 7,65 8,05 16,10 100,00

3. Busungbiu - - 12,45 36,02 51,52 100,00

4. Banjar 3,26 17,05 54,76 18,77 6,15 100,00

5. Sukasada - 23,16 55,66 6,76 14,42 100,00

6. Buleleng 23,97 76,03 - - - 100,00

11
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

7. Sawan 7,90 48,93 29,79 7,29 6,08 100,00

8. Kubutambahan 8,83 15,70 51,72 14,01 9,73 100,00

9. Tejakula - 20,13 30,06 29,63 20,18 100,00

Jumlah 8,98 21,77 29,64 15,71 23,89 100,00

Sumber : Materi Teknis RTRW Kabupaten Buleleng

Gambar N.2

Prosentase Luas Lahan Berdasarkan Tingkat Kemiringan Lereng di Kabupaten Buleleng

(datar)
(terjal) 9%
24%

(miring)
16% (landai)
51%
Sumber : Materi Teknis RTRW Kabupaten Buleleng

Berdasarkan tabel dan diagram diatas dapat diketahui bahwa :

 Daerah Datar

Sebagian kecil wilayah Kabupaten Buleleng merupakan daerah datar yaitu 8,98%
(12.264,75 ha). Kecamatan yang memiliki persentase daerah datar yang lebih dominan
dibandingkan dengan daerah miringnya adalah Gerokgak 19,59% (6.984,00 ha), Seririt
16,26% (1.818,00 ha) dan Buleleng 23,97% (1.125 ha).

12
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

 Daerah Landai

Sebagian besar dari luas wilayah merupakan daerah landai yaitu mencapai 51,41%
(70.226,00 ha). Sisanya, sekitar 40% merupakan daerah miring dan terjal. Kecamatan
yang memiliki prosentase daerah landai yang lebih dominan adalah Seririt, Banjar,
Sukasada, Buleleng, Sawan, Kubutambahan, dan Tejakula. Sedangkan wilayah
kecamatan lainnya, perbandingan daerah miring dengan daerah landainya hampir
sebanding.

 Daerah Miring

Meskipun daerah miring luasnya kurang dari seperlima, namun pada beberapa wilayah
kecamatan, daerah-daerah miring ini luasnya hampir dan bahkan lebih dari sepertiga
luas wilayah kecamatannya. Pada beberapa wilayah kecamatan, seperti Busungbiu dan
Tejakula memiliki persentase daerah miring yang relatif besar dibandingkan dengan
wilayah kecamatan lainnya. Persentase daerah miring pada kecamatan-kecamatan yang
disebutkan tersebut berturut-turut adalah 36,02%, dan 29,63 %.

 Daerah Terjal

Daerah terjal yang cukup dominan tersebar di Kecamatan Busungbiu (51,52 %),
Gerokgak (37,76 %), dan Tejakula (20,18 %).

Selanjutnya, berdasarkan letak ketinggian tempat, dikelompokkan menjadi empat


ketinggian yaitu dataran rendah (0 – 24,9 m dpl dan 25 – 99,9 m dpl), dataran sedang (100
– 499,9 m dpl), dataran tinggi (500 – 999,9 m dpl), dan pegunungan (>1000 m dpl).

Tabel N.7.
Luas Lahan Atas Dasar Ketinggian Tempat di Kabupaten Buleleng
Luas Lahan (ha)
Dataran Dataran Dataran Dataran
Jumlah
Kecamatan rendah rendah sedang tinggi Pegunungan
(ha)
500-999,9 1000 m +
0-24,9 m 25-99,9 m 100-499,9 m
m
1. Gerokgak 7.935 10.429 11.515 5.543 235 35.657
2. Seririt 1.875 2.668 4.985 1.650 - 11.178

13
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

3. Busungbiu - - 6.563 12.231 868 19.662


4. Banjar 468 1.187 5.826 4.228 5.551 17.260
5. Sukasada - 1.787 4.509 3.425 7.572 17.293
6. Buleleng 912 1.808 1.974 - - 4.694
7. Sawan 234 1.322 885 2.612 4.099 9.252
8. 1.687 1.625 2.508 3.125 2.879 11.824
Kubutambahan
9. Tejakula 771 1.473 4.340 3.184 - 9.768
Jumlah 13.982 22.299 43.105 35.998 21.204 136.588
Sumber : Materi Teknis RTRW Kabupaten Buleleng

Tabel N.8.
Prosentase Luas Lahan Atas Dasar Ketinggian Tempat di Kabupaten Buleleng
Prosentase Luas Lahan (%) Jumlah
Dataran Dataran Dataran Dataran
Pegunungan
Kecamatan rendah rendah sedang tinggi
500-999,9 (%)
0-24,9 m 25-99,9 m 100-499,9 m 1000 m +
m
1. Gerokgak 22,25 29,25 32,29 15,54 0,66 100,00
2. Seririt 16,77 23,89 44,60 14,76 - 100,00
3. Busungbiu - - 33,38 62,21 4,41 100,00
4. Banjar 2,71 6,88 33,75 24,50 32,16 100,00
5. Sukasada - 10,33 26,07 19,81 43,79 100,00
6. Buleleng 19,43 38,52 42,05 - - 100,00
7. Sawan 2,53 14,29 9,56 28,23 44,31 100,00
8. 14,27 13,74 21,21 26,43 24,35 100,00
Kubutambahan
9. Tejakula 7,89 15,08 44,44 32,59 - 100,00
Jumlah 10,24 16,32 31,56 26,35 15,52 100,00
Sumber : Hasil Pengolahan data

14
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

 Dataran Rendah

Hanya seperempat dari luas kabupaten (36281,00 ha) merupakan daerah dataran
rendah. Selebihnya merupakan dataran sedang, tinggi dan pegunungan. Wilayah
kecamatan yang prosentase lahannya sebagian besar merupakan dataran rendah
adalah Gerokgak (51,50 %), Seririt (40,66 %), dan Buleleng (57,95 %).

 Dataran Sedang

Secara umum, Kabupaten Buleleng termasuk pada daerah dataran sedang, kecuali di
Kecamatan Sawan daerahnya lebih banyak termasuk dataran tinggi dan pegunungan.

 Dataran Tinggi

Hampir semua kecamatan memiliki wilayah dataran tinggi, kecuali Kecamatan Buleleng.
Prosentase luas dataran tinggi terhadap luas wilayah kecamatannya yang paling besar
adalah Kecamatan Busungbiu.

 Pegunungan

Untuk wilayah-wilayah kecamatan yang persentase luas lahannya cukup besar


merupakan pegunungan adalah Kecamatan Banjar (32,16 %), Sukasada (43,79 %), dan
Sawan (44,31%).

B. Struktur Geologi
Stuktur yang ada di daerah Kabupaten Buleleng pada umumnya terdiri dari sesar/fault yang
diperkirakan terdapat di daerah Kecamatan Gerokgak, yaitu dua busur sesar yang sejajar
memanjang ke arah barat timur, yang berada pada formasi batuan gunung api Pulaki yang
terdiri dari Breksi dan Lava. Dua buah sesar mendatar yang diperkirakan terdapat di daerah
ujung barat Pulau Bali (diantara Formasi Prarat Agung yang dominan ditutupi oleh batuan
gamping dengan formasi palasari yang terdiri batu pasir, konglomerat dan batuan Gamping
Terumbu).

Dua buah sesar lagi yang diperkirakan berada di daerah Kecamatan Tejakula yaitu terletak
di antara formasi Batuan Tufa dan Endapan Lahan Buyan, Bratan dan Batur dengan formasi
Buyan Bratan dan Batur Purba.

Di samping struktur tersebut diatas masih diketemukan pula struktur pelapiasan pada
batuan tufa, lahar dan breksi, sedangkan struktur kekar berlembar terdapat pada satuan
batuan lava dari kelompok batuan api buyan bratan purba.

15
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Kendala fisik lainnya adalah berupa erosi dan gerakan tanah seperti adanya longsoran.
Untuk erosi bagian barat dapat dijumpai di daerah Kecamatan Gerokgak, dan daerah
Prapat Agung, sedangkan pada bagian timur proses erosi terjadi di daerah di sekitar
Tejakula. Pada umumnya bagian-bagian tersebut merupakan proses erosi yang terjadi
secara intensif, karena sebagian besar tanah penutup telah hilang, sehingga tampak batuan
dasarnya.

Gerakan tanah berupa longsoran yang terjadi disebabkan oleh perpindahan masa batuan
dari tempat yang relatif tinggi kebagian yang lebih rendah, untuk daerah Buleleng banyak
dijumpai di daerah sepanjang jalan antara Singaraja-Kintamani dan beberapa daerah
antara jalan Singaraja-Bedugul (Danau Beratan).

C. Morfologi
Dibagian selatan yaitu membentang dari barat-timur merupakan wilayah dengan morfologi
pegunungan/berbukit dengan ketinggian yang bervariasi dari 25 – 1400 meter dpl.
Dibagian utara juga membentang dari barat ke timur pada umumnya merupakan dataran
rendah dengan ketinggian antara 0 – 25 meter dpl.

Secara lebih rinci keadaaan morfologi dan tofografi pada kawasan pegunungan/perbukitan
dapat diuraikan sebagai berikut :

 Pada kawasan hutan prapat agung, Teluk Terima dan Banyu wedang morfologi terdiri

dari perbukitan berelief halus dengan kemiringan antara 0 – 10%, ketinggian tempat 1 –
150 meter dpl dan perbukitan berelief sedang dengan kemiringan antara 10 – 30%,
ketinggian tempat 25 – 650 meter dpl.

 Pada kawasan Kecamatan Gerokgak morfologi wilayahnya terdiri dari perbukitan

berelief kasar dengan ketinggian tempat 30 – 70% dan setempat >70 % dengan
ketinggian tempat 25 – 1380 meter dpl dan perbukitan berelief sedang dengan
kemiringan lereng 10 – 30% dan ketinggian tempat 25 – 650 meter dpl.

 Pada kawasan Kecamatan Seririt, Busungbiu dan Banjar morfologi terdiri dari

perbukitan berelief sedang dengan kemiringan lereng 10 – 30% dan ketinggian 25 – 650
meter dpl dan pegunungan berelief sedang kemiringan lereng antara 10 – 30%,
ketinggian medan antara 100 – 1400 meter dpl.

 Pada kawasan Kecamatan Buleleng dan Sukasada morfologi perbukitan berelief kasar

kemiringan lereng terjal 30 – 70% setempat > 70% dengan ketinggian 25 - 1380 meter

16
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

dpl, pegunungan berelief kasar dengan kemiringan lereng antara 30 – 70%, setempat >
70% terutama pada tebing-tebing kaldera, sungai dan terdapat dipuncak-puncak
pegunungan, pegunungan berelief sedang, meringan lereng antara 10 – 30% ketinggian
tempat 100 – 1400 meter dpl, pegunungan berelief halus dengan medan landai (0 –
10%) ketinggian tempat 1 – 200 meter dpl.

 Pada kawasan Kecamatan Sawan, Kubutambahan dan Tejakula morfologi terdiridari

perbukitan berelief sedang, kemiringan lereng antara 10 – 30% ketinggian tempat


antara 0 – 1400 meter dpl, perbukitan berelief kasar, kemiringan terjal 30 – 70% dan
setempat > 70% ketinggian tempat 25 – 1380 meter dpl, pegunungan berelief sedang
kemiringan lereng 10 – 30% ketinggian antara 100 – 1400 meter dpl, pegunungan
berelief kasar, kemiringan lereng antara 30 – 70% setempat > 70% dengan ketinggian
tempat 100 – 1400 meter dpl, pegunungan berelief halus, kemiringan antara 0 – 10%
ketinggian lereng antara 0 – 2000 meter dpl.

Keadaan morfologi dan topografi pada dataran rendah pada umumnya terdiri dari dataran
rendah alluvial pantai dan sungai, berelief halus, kemiringan medan antara 0 – 5%,
ketinggian tempat antara 0 – 25 meter dpl.

D. Jenis Tanah
Jenis tanah yang ada di Kabupaten Buleleng terdiri atas tanah alluvial, tanah regosol, tanah
andosol, tanah latosol dan tanah mediteran. Mengenai tekstur tanah wilayah di Kabupaten
Buleleng sebagian besar dalam kategori tekstur sedang. Selanjutnya, tekstur tanah dengan
kategori berpasir hanya terdapat pada sebagian kecil wilayah Kecamatan Gerokgak dan
Kecamatan Tejakula.

N.2. SUMBERDAYA INDUSTRI

N.2.1. KONDISI KEPENDUDUKAN

A. JUMLAH DAN KEPADATAN PENDUDUK

Berdasarkan data BPS Kabupaten Buleleng, jumlah penduduk Kabupaten Buleleng tahun
2016 adalah 811.923 jiwa. Berdasarkan sebarannya pada maisng-masing kecamatan,
jumlah penduduk di Kabupaten Buleleng cenderung merata. Kecamatan Buleleng adalah
wilayah dengan jumlah penduduk tertinggi yaitu sebesar 154.936 Jiwa atau 19% dari total

17
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

jumlah penduduk Kabupaten Buleleng. Kecamatan Busungbiu adalah wilayah dengan


jumlah penduduk terendah yaitu 55.241 jiwa atau 7% dari total penduduk Kabupaten
Buleleng.

Tabel N.9.
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Buleleng Tahun 2016

Luas Jumlah
Kepadatan Rata-Rata
No Kecamatan Wilayah KK Penduduk
(Jiwa/Ha) Jiwa/KK
(Ha) (Jiwa)
1 Gerokgak 35.657 27.902 99.429 3 4
2 Seririt 11.178 23.949 94.374 8 4
3 Busungbiu 19.662 12.843 55.241 3 4
4 Banjar 17.260 22.292 87.617 5 4
5 Sukasada 17.293 21.906 86.544 5 4
6 Buleleng 4.694 37.751 154.936 33 4
7 Sawan 9.252 21.171 84.123 9 4
8 Kubutambahan 11.824 17.735 69.372 6 4
9 Tejakula 9.768 20.179 80.287 8 4
Jumlah 136.588 205.728 811.923 6 4
Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2017

18
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Gambar N.3
Grafik Jumlah Penduduk Kabupaten Buleleng Tahun 2016

Jumlah Penduduk Kabupaten Buleleng (Jiwa)


Tahun 2016
Jumlah Penduduk (Jiwa)

Tejakula 80287
Kubutambahan 69372
Sawan 84123
Buleleng 154936
Sukasada 86544
Banjar 87617
Busungbiu 55241
Seririt 94374
Gerokgak 99429

Sumber : Olahan Data BPS Kabupaten Buleleng, 2017

Berdasarkan data tabel dan grafik di atas, dapat dilihat bahwa sebaran jumlah penduduk di
Kabupaten Buleleng cenderung merata. Kecamatan Buleleng memiliki jumlah penduduk
jauh lebih tinggi disebabkan karena berperan sebagai pusat pertumbuhan wilayah
Kabupaten Buleleng. Kondisi ini dapat menjadi asumsi awal bahwa perekonomian di
Kabupaten Buleleng cenderung merata di seluruh wilayah. Masyarakat merasakan dampak
pembangunan secara merata dan relatif setara hampir di seluruh wilayah.

19
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Gambar N.4
Perbandingan Kepadatan Penduduk Kabupaten Buleleng

Perbandingan Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha)


Kabupaten Buleleng
Tejakula
Kubutambahan
Sawan
Buleleng
Sukasada
Kepadatan (Jiwa/Ha)
Banjar
Busungbiu
Seririt
Gerokgak

0 5 10 15 20 25 30 35

Sumber : Olahan Data BPS Kabupaten Buleleng, 2017

Bila melihat pada kepadatan penduduknya, rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten


Buleleng adalah sebesar 6 jiwa/Ha. Kecamatan Buleleng merupakan wilayah dengan
kepadatan penduduk tertinggi yaitu mencapai 33 jiwa/Ha, sedangkan kepadatan terendah
terjadi di Kecamatan Gerokgak dan Kecamatan Busungbiu. Kecamatan Buleleng memiliki
luas wilayah terendah yaitu hanya 3,44% dari total luas Kabupaten Buleleng namun
ditempati 19% total jumlah penduduknya. Kondisi ini berdampak pada kepadatan
penduduk yang sangat tinggi, lebih dari 5 kali rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten.

Tingginya kepadatan penduduk ini berdampak pada keterbatasan ruang pengembangan


kawasan sebagai kawasan industri karena sebagian besar ruang telah berkembang menjadi
kawasan permukiman. Kecamatan dengan kepadatan penduduk sangat tinggi (bila
dibandingkan dengan kecamatan lainnya) dapat berperan sebagai kawasan pendukung
industri yang menjadi lokasi simpul-simpul transportasi dan pusat pemasaran produk
industri.

20
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

B. PERTUMBUHAN PENDUDUK

Pertumbuhan penduduk Kabupaten Buleleng pada periode tahun 2015-2016 adalah


0,604% tiap tahunnya. Angka ini menurun dari periode 2014-2015 sebelumnya yaitu
0,607% dan periode 2013-2014 yaitu 0,627%. Pertumbuhan jumlah penduduk tertinggi
terjadi di Kecamatan Sukasada yaitu sebesar 0,924%. Kecamatan Tejakula merupakan
wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk paling rendah, yaitu hanya 0,074%.

Tabel N.10.
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Buleleng

Pertumbuhan Penduduk
No Kecamatan
2013-2014 2014-2015 2015-2016
1 Gerokgak 0.886 0.854 0.762
2 Seririt 0.549 0.476 0.585
3 Busungbiu 0.447 0.198 0.469
4 Banjar 0.666 0.606 0.630
5 Sukasada 0.954 0.865 0.924
6 Buleleng 0.769 0.860 0.764
7 Sawan 0.420 0.401 0.350
8 Kubutambahan 0.421 0.456 0.417
9 Tejakula 0.056 0.111 0.074
Kabupaten 0.627 0.607 0.604
Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2017

21
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Gambar N.5
Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Buleleng Periode Tahun 2015-2016

Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Buleleng


Tahun 2015-2016
Pertumbuhan Penduduk

Tejakula 0.074
Kubutambahan 0.417
Sawan 0.350
Buleleng 0.764
Sukasada 0.924
Banjar 0.630
Busungbiu 0.469
Seririt 0.585
Gerokgak 0.762

Sumber : Olahan Data BPS Kabupaten Buleleng, 2017

Melihat pada grafik yang ditunjukkan pada gambar 3.5 di atas, laju pertumbuhan penduduk
di masing-masing kecamatan tidaklah merata. Wilayah dengan pertumbuhan penduduk
tinggi adalah wilayah dengan kondisi perekonomian yang lebih baik dibandingkan wilayah
lainnya. Kecamatan Buleleng dan Kecamatan Sukasada merupakan wilayah yang berperan
sebagai pusat pertumbuhan wilayah Kabupaten Buleleng. Sedangkan Kecamatan Gerokgak
adalah pusat pengembangan wilayah Kabupaten Buleleng bagian barat dimana saat ini
tengah berkembang kawasan wisata baru yang menjadi daya tarik utama kawasan.

C. KARAKTERISTIK PENDUDUK BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN UTAMA

Berdasarkan sektor mata pencahariannya, penduduk Kabupaten Buleleng sebagian besar


bekerja pada sektor pertanian dalam arti luas. Pertanian dalam arti luas mencakup pada
kehutanan, perikanan, dan peternakan. Berdasarkan data BPS Kabupaten Buleleng, pada

22
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

tahun 2015 jumlah penduduk yang bekerja pada sektor pertanian adalah sebesar 123.397
jiwa atau 36% dari total tenaga kerja yang telah bekerja.

Sektor industri pada tahun 2015 menyerap sebanyak 32.293 jiwa atau 9% dari total jumlah
penduduk yang bekerja. Sektor industri merupakan sektor dengan penyerapan tenaga
kerja terbesar keempat setelah sektor pertanian, perdagangan dan pariwisata, dan jasa
kemasyarakatan.

Meskipun salah satu sektor terbesar, namun gap persentase antara sektor industri dengan
3 sektor teratas lainnya masih cukup jauh. Kondisi ini mengindikasikan sektor industri
bukan sebagai sektor yang dominan di Kabupaten Buleleng mengingat serapan tenaga
kerjanya tergolong rendah.

Tabel N.11.
Karakteristik Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Utama

No Mata Pencaharian Utama 2012 2013 2014 2015


Pertanian, Kehutanan,
1 Perkebunan, Perikanan, dan 123.753 102.813 109.700 123.397
Peternakan
2 Pertambangan dan Penggalian - 1.540 1.644 1.459
3 Industri Pengolahan 30.880 31.683 33.209 32.293
4 Listrik, Gas, dan Air 398 402 357 1.394
5 Bangunan 25.722 39.942 30.456 22.371
Perdagangan Besar, Eceran,
6 89.363 96.114 88.324 93.495
Rumah Makan
Angkutan, Pergudangan, dan
7 11.299 7.625 5.133 8.396
Komunikasi
Keuangan, Asuransi, Usaha
8 9.932 11.470 9.514 11.408
Persewaan
9 Jasa Kemasyarakatan 63.399 57.114 55.257 51.113
Total 354.746 348.703 333.594 345.326
Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2017

23
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Berdasarkan data yang ditunjukkan pada tabel 3.11 di atas, penduduk yang bekerja di
sektor industri mengalami penurunan pada tahun 2015 dari tahun 2014. Pada tahun 2014,
jumlah penduduk yang bekerja pada sektor industri adalah 33.209 jiwa, menurun menjadi
32.293 jiwa pada tahun 2015 atau menurun sebesar 2,75%. Penurunan ini menunjukkan
adanya kelesuan pada sektor industri di tahun 2015.

Gambar N.6
Grafik Perbandingan Jumlah Serapan Tenaga Kerja Per Sektor di Kabupaten Buleleng

Komposisi Penduduk Menurut Mata


Pencaharian Utama Tahun 2016
Mata Pencaharian Utama

Jasa Kemasyarakatan 51.113


Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan 11.408
Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi 8.396
Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan 93.495
Bangunan 22.371
Listrik, Gas, dan Air 1.394
Industri Pengolahan 32.293
Pertambangan dan Penggalian 1.459
Pertanian, Kehutanan, Perkebunan, Perikanan, dan Peternakan 123.397

Sumber : Olahan Data BPS Kabupaten Buleleng, 2017

24
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Gambar N.7
Trend Jumlah Penduduk Yang Bekerja Pada Sektor Industri di Kabupaten Buleleng

Trend Serapan Tenaga Kerja sektor Industri


Pengolahan
Industri Pengolahan
33.209

32.293

31.683
30.880

2012 2013 2014 2015

Sumber : Olahan Data BPS Kabupaten Buleleng, 2017

Pada gambar 3.7 ditunjukkan bahwa terjadi trend peningkatan jumlah penduduk yang
bekerja di sektor industri pada tahun 2012-2014. Namun, pada tahun 2015 mengalami
penurunan sbesar 2,75% menjad 32.293 jiwa. Bila dibandingkan dengan sektor lainnya,
sektor yang mengalami penurunan adalah pertambangan dan penggalian, bangunan, dan
jasa kemasyarakatan. Sektor dengan penurunan tertinggi adalah pada sektor bangunan.

N.2.2. KONDISI KETENAGAKERJAAN

Tenaga Kerja merupakan salah satu aspek penting dalam sektor industri. Ketersediaan secara
kuantitas dan kualitas tenaga kerja akan mempengaruhi jalannya sektor industri pada
kawasan tertentu. Aspek tenaga kerja memberikan gambaran bagaimana peranan sektor
industri pada perekonomian suatu wilayah baik secara makro maupun mikro. Ketersediaan
tenaga kerja yang cukup akan sangat mendukung pengembangan industri yang sehat dan
bermanfaat secara sosial dan wilayah.

Pada tahun 2015, diantara 352.510 jiwa penduduk angkatan kerja di Kabupaten Buleleng,
97,96% diantaranya merupakan angkatan kerja yang aktif bekerja pada seluruh aktivitas
ekonomi yang ada. Berdasarkan data Sakernas 2015, jumlah penduduk yang bekerja di
Kabupaten Buleleng adalah sekitar 345.326 jiwa pekerja.

25
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

A. JUMLAH TENAGA KERJA BERDASARKAN JENIS KELAMIN

Berdasarkan jenis kelamin, maka proporsi angkatan kerja perempuan dan laki-laki yang
telah memiliki pekerjaan adalah mendekati seimbang. Sebanyak 54,35% angkatan kerja
Kabupaten Buleleng adalah berjenis kelamin laki-laki dan 45, 64% sisanya adalah berjenis
kelamin perempuan. Sedangkan pada angkatan kerja yang menganggur, sebanyak 72,51%
diantaranya adalah laki-laki dan hanya 27,49% diantaranya adalah perempuan.

Pada kelompok penganggur, proporsi jenis kelamin laki-laki lebih besar dibandingkan
perempuan karena jumlah angkatan kerja yang memang didominasi oleh laki-laki.
Penduduk perempuan mendominasi pada kelompok bukan angkatan kerja. Kondisi faktual
sosial di Kabupaten Buleleng menunjukkan bahwa masih ada anggapan bahwa wanita
memiliki kodrat sebagai ibu rumah tangga dan tidak mencari nafkah sehingga tidak
ditempatkan sebagai angkatan kerja. Kondisi ini memunculkan anggapan bahwa penduduk
laki-laki yang lebih dianggap ‘siap kerja’ sedangkankan penduduk perempuan secara
normal ‘tidak siapk kerja’.

B. JUMLAH TENAGA KERJA BERDASARKAN KELOMPOK UMUR

Berdasarkan kelompok umur, jumlah pekerja di Kabupaten Buleleng tahun 2015 sebagian
besar pada kelompok umur 40-45 tahun. Kelompok usia tersebut merupakan kelompok
usia emas dalam bekerja karena sedang aktif mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
keluarga. Pada kelompok umur tersebut jumlah pekerja laki-laki lebih besar dibandingkan
dengan pekerja perempuan.

Pada kelompok umur 55-59 tahun, dan di atas 60 tahun, jumlah pekerja perempuan justru
lebih banyak dibandingkan dengan pekerja laki-laki. Hal ini mengindikasikan suatu
fenomena dimana banyak wanita masih menanggung beban mencari nafkah, bahkan
hingga

memasuki usia senja. Kondisi ini juga dimungkinkan terkait dengan Angka Harapan Hidup
perempuan yang lebih besar daripada laki-laki. Sehingga kebanyakan lansia perempuan
yang bekerja tersebut merupakan janda yang masih harus menghidupi dirinya sendiri.
Fenomena tersebut cukup menarik perhatian, terkait dengan upaya penyetaraan gender
dan juga upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama lansia.

26
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Gambar N.8
Jumlah Angkatan Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Buleleng Tahun 2015

Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2017

C. JUMLAH TENAGA KERJA MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN TERAKHIR YANG DITAMATKAN

Menurut tingkat pendidikan terakhir yang ditamatkan, kelompok penduduk lulusan SD


sederajat memiliki persentase terbanyak, yakni sebanyak 26,31 persen dari seluruh
penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja. Dari hasil Sakernas 2015, hanya 6,08 persen
atau sekitar 21.007 pekerja yang berpendidikan sarjana atau Diploma IV dan 0,64 persen
atau sekitar 2.214 pekerja saja yang menyelesaikan pendidikan pasca sarjana.

27
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Gambar N.9
Persentase Penduduk Yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan Terakhir Yang Ditamatkan di
Kabupaten Buleleng Tahun 2015

Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2017

Secara umum, penduduk yang bekerja di Kabupaten Buleleng pada tahun 2015 didominasi
oleh mereka yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD) kebawah, yakni mencapai 48,87
persen. Sedangkan sebanyak 17,99 persen penduduk bekerja berlatar belakang pendidikan
lulus SMA sederajat (kecuali SMK). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa secara umum
kualitas pekerja di Kabupaten Buleleng belum cukup memuaskan dari sisi latar belakang
pendidikannya. Kondisi ini juga tidak bisa dikatakan buruk mengingat saat ini juga sudah
banyak pekerja yang mungkin memiliki tingkat pendidikan rendah namun memiliki
berbagai keterampilan yang juga bisa menjadi potensi untuk mendapatkan produktivitas
yang baik.

Tenaga kerja yang berkualitas merupakan modal penting bagi keberhasilan pembangunan
ekonomi. Pendidikan formal merupakan faktor utama pembentuk kecerdasan seseorang
untuk bisa menjadi manusia yang berkualitas. Karena dengan bekal pendidikan yang baik,
seseorang akan memiliki peluang untuk lebih berhasil dalam persaingan untuk
mendapatkan pekerjaan. Namun demikian, dalam praktek kehidupan menghadapi era

28
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

globalisasi yang penuh dengan persaingan, pintar secara akademik saja tidak akan cukup,
melainkan juga dibutuhkan daya inisiatif, inovatif, kreatif, dan jiwa interpreneur yang
cerdas dan ulet.

Peningkatan di bidang pendidikan diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya


manusia para pekerja di Kabupaten Buleleng, namun bekal keterampilan atau skill yang
matang, baik skill dalam proses produksi, perencanaan, hingga pemasaran juga sangat
perlu dikembangkan untuk menjawab tantangan perkembangan ekonomi di era modern
ini.

Pekerja laki-laki didominasi oleh mereka yang berpendidikan SMA/SMK sederajat (29,27
persen), sedangkan untuk kelompok pekerja perempuan didominasi oleh mereka yang
berpendidikan SD sederajat (29,23 persen). Secara total, 39,78 persen dari seluruh
penduduk laki-laki yang bekerja di Kabupaten Buleleng pada tahun 2015 berpendidikan
SMA/SMK ke atas sedangkan pada kelompok penduduk perempuan yang bekerja hanya
26,62 persen yang berpendidikan SMA/SMK ke atas.

D. PENDUDUK YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA

Kegiatan ekonomi dikelompokkkan berdasarkan Buku Klasifikasi Baku Lapangan Usaha


Indonesia (KBLI) Tahun 2005, dimana kegiatan ekonomi masyarakat dikelompokkan
kedalam 18 kategori sebagai berikut:

1. Kategori A meliputi kegiatan ekonomi yang bergerak di sektor pertanian, perburuan,


dan kehutanan
2. Kategori B meliputi kegiatan ekonomi yang bergerak di sektor perikanan.
3. Kategori C meliputi kegiatan ekonomi yang bergerak di sektor pertambangan dan
penggalian
4. Kategori D meliputi kegiatan ekonomi yang bergerak di sektor industri
5. Kategori E meliputi kegiatan ekonomi yang bergerak di sektor listrik, gas, dan air
6. Kategori F meliputi kegiatan ekonomi yang bergerak di sektor konstruksi
7. Kategori G meliputi kegiatan ekonomi yang bergerak di sektor perdagangan besar dan
eceran
8. Kategori H meliputi kegiatan ekonomi yang bergerak di sektor penyediaan akomodasi
dan penyediaan makan minum

29
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

9. Kategori I meliputi kegiatan ekonomi yang bergerak di sektor transportasi,


pergudangan, dan komunikasi.
10.Kategori J meliputi kegiatan ekonomi yang bergerak di sektor perantara keuangan
11.Kategori K meliputi kegiatan ekonomi yang bergerak di sektor real estate, usaha
persewaan, dan jasa perusahaan.
12.Kategori L meliputi kegiatan ekonomi yang bergerak di sektor administrasi
pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial.
13.Kategori M meliputi kegiatan ekonomi yang bergerak di sektor jasa pendidikan
14.Kategori N meliputi kegiatan ekonomi yang bergerak di sektor jasa kesehatan dan
kegiatan sosial
15.Kategori O meliputi kegiatan ekonomi yang bergerak di sektor jasa kemasyarakatan,
sosial budaya, hiburan, dan perorangan lainnya.
16.Kategori P meliputi kegiatan ekonomi yang bergerak di sektor jasa perseorangan yang
melayani rumah tangga
17.Kategori Q meliputi kegiatan ekonomi yang bergerak di sektor badan internasional dan
badan ekstra nasional lainnya.
18.Kategori X meliputi kegiatan ekonomi yang bergerak di sektor kegiatan yang belum jelas
batasannya.

Pembagian sektor pada publikasi ini masih mengacu pada KLUI (Klasifikasi Lapangan Usaha
Indonesia) tahun 1990 yang membagi kegiatan ekonomi menjadi 9 sektor usaha. Dasar
pertimbangannya adalah:

 KLUI tahun 1990 lebih sederhana untuk dipahami konsumen data


 KBLI tahun 2005 merupakan penjabaran KLUI tahun 1990 secara lebih rinci

Untuk membantu konsumen data dalam memahami keterkaitan antara penggunaan KBLI
2005 dan KLUI 1990, maka pembagian kesembilan sektor usaha tersebut dijelaskan sebagai
berikut:

1. Lapangan Usaha Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan


mencakup kategori A dan B
2. Lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian mencakup kategori C
3. Lapangan usaha Industri merupakan kategori D
4. Lapangan usaha Listrik, Gas, dan Air Minum merupakan kategori E
5. Lapangan usaha Konstruksi merupakan kategori F
30
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

6. Lapangan usaha Perdagangan, Rumah Makan, dan Jasa Akomodasi mencakup kategori
G dan H
7. Lapangan usaha Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi merupakan kategori I
8. Lapangan usaha Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha persewaan dan Jasa
Perusahaan merupakan kategori J dan K
9. Lapngan usaha Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perseorangan mencakup kategori
L,M,N,O,P, dan Q
10.Lapangan usaha lainnya memrupakan kategori X

Pada tahun 2015 penduduk yang bekerja di Kabupaten Buleleng didominasi oleh pekerja
sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan yakni sebesar 35,73
persen dari seluruh penduduk yang bekerja. Sektor terbanyak kedua setelahnya adalah
lapangan pekerjaan bidang perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi yakni
sebanyak 27,07 persen kemudian diikuti oleh sektor jasa kemasyarakatan, sosial, dan
perorangan dengan proporsi sebesar 14,80 persen. Hal ini mengingat selain Kabupaten
Buleleng memiliki potensi lahan pertanian dan laut, sektor pariwisata juga merupakan
sektor andalan sehingga kegiatan ekonomi yang menunjang kedua potensi ini cukup
berkembang. Sedangkan untuk sektor pertambangan dan penggalian (0,42 persen) serta
sektor listrik, air, dan gas (0,40 persen) dapat dikatakan merupakan sektor yang kurang
potensial.

Penduduk yang bekerja di lapangan usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan,


dan perikanan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (51,47 persen), namun dominasi
laki-laki pada lapangan usaha ini tidak terlalu besar. Sedangkan pada kelompok lapangan
usaha perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi lebih didominasi oleh pekerja
perempuan (59,93 persen) mengingat lapangan usaha ini biasanya tidak membutuhkan
tenaga yang besar dan untuk jenis usaha rumah makan lebih banyak dijalankan oleh
perempuan. Pada kelompok lapangan usaha jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan
jumlah pekerja laki laki (62,98 persen) lebih besar dibandingkan dengan pekerja
perempuan (37,02 persen).

31
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

N.2.3. KONDISI INDUSTRI


A. PEMETAAN POSISI INDUSTRI KABUPATEN BULELENG DI PROVINSI BALI
1. PERKEMBANGAN INDUSTRI BALI

a) Perkembangan Industri Bali Dalam Kontribusinya Bagi Perekonomian Wilayah

Sektor industri, yang dalam hal ini adalah industri pengolahan, menyumbang 6,36%
share dalam PDRB Provinsi Bali pada tahun 2016. Sektor industri berada pada posisi
ke enam sebagai sektor dengan share tertinggi setelah Pariwisata, Pertanian,
Transportasi, Konstruksi, dan Perdagangan.

Kontribusi sektor industri dalam PDRB Provinsi Bali terus mengalami peningkatan.
Pada tahun 2010, kontribusi sektor industri adalah sebesar 6,562,938.80 juta rupiah,
meningkat menjadi 12,423,278.90 juta rupiah pada tahun 2016 atau meningkat
89,29%. Kondisi ini memberikan harapan pada pengembangan sektor industri
pengolahan di Provinsi Bali, mengingat sektor industri bukan merupakan tulang
punggung perekonomian Bali.

Gambar N.10
Perkembangan Kontribusi Industri Pengolahan Dalam PDRB Provinsi Bali Periode 2010-2016

Sumber : BPS Provinsi Bali, 2017

Namun demikian, apabila melihat pada laju pertumbuhannya, maka sektor industri
pengolahan justru mengalami perlambatan. Pada tahun 2010, laju pertumbuhan

32
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

sektor industri adalah 3,94% yang kemudian mengalami penurunan pada periode
2011 menjadi hanya 0,88%. Sektor industri pada tahun 2012 kembali menggeliat dan
mampu mencapai pertumbuhan 5,23% dan terus meningkat di tahun berikutnya
hingga mengalami puncak pertumbuhan pada tahun 2014 dengan angka
pertumbuhan 8,88%. Pada tahun 2015, pertumbuhan sektor industri mulai menurun
menjadi 7,13% dan 2016 menjadi hanya 3,26%.

33
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Tabel N.12.
Perkembangan PDRB Provinsi Bali Atas Harga Berlaku Tahun 2010-2016

NILAI KONTRIBUSI DALAM PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU


LAPANGAN USAHA
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 16,092,721.60 16,980,562.70 18,518,184.60 20,451,528.10 22,912,353.00 26,255,423.90 28,795,929.50
Pertambangan dan Penggalian 1,133,915.00 1,310,695.50 1,548,326.70 1,758,245.30 1,955,757.70 1,951,951.80 2,095,830.40
Industri Pengolahan 6,562,938.80 7,002,597.80 7,699,337.90 8,656,357.70 9,984,338.70 11,544,672.20 12,423,278.90
Pengadaan Listrik dan Gas 192,097.30 183,641.10 180,884.80 175,411.50 240,675.40 326,624.20 419,189.40
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
239,294.30 239,573.60 246,476.40 262,977.90 286,673.60 326,072.10 358,111.80
Limbah dan Daur Ulang
Konstruksi 8,321,002.40 9,398,294.60 11,959,011.10 13,258,591.50 14,114,257.00 15,835,024.40 17,218,563.50
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
8,152,933.40 9,285,384.10 10,036,397.50 11,173,464.30 12,926,739.40 14,713,877.90 16,209,453.20
Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 6,935,672.50 8,110,717.70 9,364,595.80 11,310,696.30 14,203,195.40 16,443,175.80 18,513,154.00
Penyediaan Akomodasi dan Makan
17,922,994.70 20,265,021.70 23,975,775.40 28,936,175.10 36,131,578.60 40,554,457.50 44,594,364.60
Minum
Informasi dan Komunikasi 5,879,643.50 6,414,930.10 6,938,730.80 7,312,441.40 8,034,798.20 9,140,532.80 10,055,321.30
Jasa Keuangan dan Asuransi 3,682,864.80 4,072,470.20 4,864,873.20 5,780,573.60 6,558,390.30 7,274,895.30 8,064,313.60
Real Estat 4,550,508.50 4,921,382.60 5,330,942.50 5,966,633.30 6,813,218.60 7,398,491.70 7,864,579.70
Jasa Perusahaan 1,060,817.90 1,109,617.70 1,198,606.70 1,344,009.80 1,534,457.10 1,799,529.90 2,043,297.50

34
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan


5,206,208.80 6,645,791.10 6,761,454.30 6,845,972.60 7,828,075.70 8,738,309.70 9,606,533.50
dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 4,480,913.10 5,000,083.00 5,322,806.00 6,484,149.60 7,465,413.80 8,592,013.70 9,986,785.80
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,860,018.50 2,054,039.50 2,269,724.10 2,673,578.40 3,090,468.60 3,622,983.20 4,152,975.00
Jasa lainnya 1,474,804.60 1,617,386.40 1,771,275.40 2,016,722.90 2,315,341.20 2,638,302.00 2,974,626.40
Produk Domestik Regional Bruto 93,749,349.70 104,612,189.30 117,987,403.30 134,407,529.20 156,395,732.20 177,156,338.00 195,376,308.00

Sumber : BPS Provinsi Bali, 2017

35
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Tabel N.13.
Pertumbuhan Lapangan Usaha Dalam PDRB Provinsi Bali Atas Dasar Harga Berlaku Periode Tahun
2010-2016

Laju Pertumbuhan PDRB 17 Sektor Lapangan Usaha


LAPANGAN USAHA Tahunan (Persen)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.89 1.03 4.37 2.2 4.66 2.72 3.1

Pertambangan dan Penggalian 8.99 10.44 15.32 7.7 -0.6 -6.83 4.28
Industri Pengolahan 3.94 0.88 5.23 8.59 8.88 7.13 3.26
Pengadaan Listrik dan Gas 2.86 9.11 11.39 7.64 8.97 1.59 8.31
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
9.63 0.34 3.35 5.39 7.4 1.99 6.34
Ulang
Konstruksi 7.97 6.81 19.36 5.95 1.8 5.01 7.26
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
8.8 5.76 5.93 9.09 7.17 7.94 6.61
Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 7.1 8.24 6.25 6.72 5.84 4.54 7.72
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.68 6.9 7.81 7.9 6.82 6.11 6.69
Informasi dan Komunikasi 6.75 8.99 8.06 5.78 7.21 9.94 8.59
12.7
Jasa Keuangan dan Asuransi 4.47 5.42 8.9 8.34 6.66 8.06
3
Real Estat 5.83 4.54 6.35 6.98 8.89 5.2 4.63
Jasa Perusahaan 8.22 3.38 2.24 9 7.49 6.99 6.85
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan 10.7
6.16 25.74 0.97 0.02 8.27 5.44
Sosial Wajib 5
13.4 10.5
Jasa Pendidikan 9.1 11.1 0.68 8.94 8.91
8 8
12.4
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5.35 6.63 5.98 12.8 8.76 9
3
Jasa lainnya 6.94 7.19 4.85 4.22 7.63 7.99 8.52
Produk Domestik Regional Bruto 5.74 6.66 6.96 6.69 6.73 6.03 6.24

Sumber : BPS Provinsi Bali, 2017

36
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Gambar N.11
Laju Pertumbuhan Industri Pengolahan Periode 2010-2016

Sumber : BPS Provinsi Bali, 2017

Sektor industri, dalam data PDRB yang dikeluarkan oleh BPS, terbagi ke dalam 16 sub
sektor namun di Provinsi Bali hanya terdapat 14 sub sektor industri saja. Sub sektor
industri tersebut adalah sebagai berikut.

1. Industri Batubara dan Pengilangan Migas


2. Industri Makanan dan Minuman
3. Industri Pengolahan Tembakau
4. Industri Tekstil dan Pakaian Jadi
5. Industri Kulit, Barang dari kulit, dan Alas Kaki
6. Industri Kayu, Barang Dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman Dari Bambu,
Rotan dan Sejenisnya
7. Industri Kertas dan Barang Dari Kertas, Percetakan dan Reproduksi Media
Rekaman
8. Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisiional
9. Industri Karet, Barang Dari Karet dan Plastik
10.Industri Barang Galian Bukan Logam

37
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

11.Industri Logam Dasar


12.Industri Barang Logam, Komputer, Barang Elektronik, Optik, dan Peralatan Listrik
13.Industri Mesin dan Perlengkapan
14.Industri Alat Angkutan
15.Industri Furnitur
16.Industri Pengolahan Lainnya;Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan.

Sub Sektor industri yang tidak berkembang di Provinsi Bali adalah Industri Batubara
dan Pengilangan Migas, dan Industri Logam Dasar.

Penciptaan nilai tambah oleh 14 sub sektor industri pengolahan ini secara rata-rata
mencapai 10,06 trilyun rupiah pada periode 2012-2016 dengan kontribusi rata-rata
per tahun adalah 6,45%. Sub sektor yang paling dominan di Provinsi Bali adalah
industri makanan dan minuman yaitu dengan rata-rata kontribusi 2,47% per tahun
terhadap total PDRB Bali. Jika dihitung terhadap total lapangan usaha industri
pengolahan, rata-rata kontribusi dari industri makanan dan minuman mencapai
38,26% per tahun.

Selama periode 2012-2016, kontribusi industri makanan dan minuman terus


menunjukkan trend peningkatan. Pada tahun 2012, indstri ini hanya memiliki
kontribusi 27,57%, kemudian meningkat menjadi 38,30% pada tahun 2014 dan
mencapai 39,22% pada tahun 2016.

Sub Sektor industri pengolahan yang turut memberikan peranan cukup besar dalam
PDRB Provinsi Bali adalah industri kayu, barang dari kayu dan gabus dan barang
anyaman, rotan dan sejensinya. Industri ini memberikan kontribusi rata-rata 31,53%
pada periode 2012-2016 terhadap nilai tambah lapangan usaha industri pengolahan.

b) Perkembangan Unit Dan Tenaga Kerja Industri Provinsi Bali

Berdasarkan data Dinas Perindustrian Provinsi Bali, pada tahun 2016 jumlah unit
usaha industri yang terdaftar secara sah adalah sebanyak 12.730 unit dengan jumlah
total tenaga kerja sebanyak 96.601 jiwa. Berdasarkan jumlah unit industri tersebut,
nilai investasi sektor industri di Provinsi Bali diperkirakan mencapai
Rp3.392.041.722.000 dan dengan nilai produksi sebesar Rp7.183.291.023.000.

Jumlah unit industri terbesar di Provinsi Bali terdapat di Kota Denpasar yaitu
sebanyak 3.993 unit ( 31,37% dari total Provinsi Bali) dengan tenaga kerja yang

38
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

terdaftar sebanyak 29.784 jiwa (30,83% dari total provinsi Bali). Jumlah unit industri
terendah berada di Kabupaten Klungkung yaitu sebanyak 397 unit industri atau
hanya 3,12% dari total Provinsi Bali.

Namun apabila melihat pada nilai investasi dan nilai produksnya, Kabupaten Gianyar
menempati urutan pertama sebagai wilayah dengan nilai investasi dan produksi
industri tertinggi di Provinsi Bali. Nilai investasi industri di Kabupaten Gianyar tahun
2016 adalah Rp2.335.992.601.000 atau 68,87% dari total Provinsi Bali. Sedangkan
nilai produksinya mencapai Rp3.004.685.464.000 atau 41,83% dari total Provinsi
Bali.

Tabel N.14.
Jumlah Unit Industri dan Tenaga Kerjanya di Provinsi Bali Tahun 2016

JUMLAH TENAGA NILAI NILAI


NO KABUPATEN/KOTA UNIT USAHA KERJA INVESTASI PRODUKSI
(UNIT ) (ORANG) (RP.000) (RP.000)
1 2 3 4 5 6
1 JEMBRANA 1,560 8,357 72,368,493 427,650,739
2 TABANAN 805 6,838 493,202,819 536,348,830
3 KOTA DENPASAR 3,993 29,784 334,388,600 1,446,425,449
4 BADUNG 1,230 14,943 72,444,562 1,246,268,358
5 GIANYAR 812 13,894 2,335,992,601 3,004,685,464
6 BANGLI 2,581 8,352 18,466,760 262,619,527
7 KARANGASEM 501 4,181 23,495,962 31,490,381
8 KLUNGKUNG 397 4,439 24,040,104 73,969,681
9 BULELENG 851 5,813 17,641,821 153,832,594
JUMLAH : 12,730 96,601 3,392,041,722 7,183,291,023

Sumber : Dinas Perindustrian Provinsi Bali, 2017

39
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Gambar N.12
Perbandingan Jumlah Unit Usaha Industri Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2016

Sumber : Dinas Perindustrian Provinsi Bali, 2017

Gambar N.13
Perbandingan Jumlah Tenaga Kerja Industri Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2016

Sumber : Dinas Perindustrian Provinsi Bali, 2017

40
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Gambar N.14
Perbandingan Nilai Investasi Industri Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2016

Sumber : Dinas Perindustrian Provinsi Bali, 2017

Kota Denpasar memiliki nilai strategis bagi industri pemula dalam mengembangkan
bisnisnya karena memiliki pasar yang lebih besar dibandingkan dengan wilayah
lainnya di Provinsi Bali. Oleh karenanya, jumlahnya terus mengalami peningkatan
dan merupakan yang terbesar di Provinsi Bali. Kabupaten Gianyar meskipun memiliki
jumlah industri yang relatif kecil namun nilai investasi dan produksinya jauh lebih
besar karena memiliki pasar ekspor yang besar. Meskipun jumlah industrinya tidak
sebesar wilayah lainnya, namun kapasitas ekspornya jauh lebih besar sehingga nilai
inevstasi yang dibutuhkan menjadi jauh lebih besar dibandingkan kabupaten/kota
lainnya.

Melihat dari perkembangan unit industrinya, selama periode tahun 2012-2016


jumlah unit industri yang terdaftar di Provinsi Bali terus mengalami peingkatan
secara kuantitas. Pada tahun 2012 jumlah unit usaha industri yang terdaftar adalah
sebanyak 9.418 unit dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 87.784 jiwa. Pemetaan
posisi industri pun berbeda dengan tahun 2016. Pada tahun 2012, Kabupaten
Gianyar beserta dengan Kota Denpasar merupakan wilayah dengan nilai investasi
industri terbesar di Provinsi Bali. Sedangkan untuk nilai produksi, disamping kedua

41
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

kabupaten/kota tersebut, Kabupaten Badung juga merupakan wilayah dengan nilai


produksi industri terbesar di Provinsi Bali.

Peningkatan unit usaha industri yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2013 yaitu
sebanyak 26% menjadi 11.905 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja 92.959 jiwa.

Tabel N.15.
Perkembangan Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja, Nilai Investasi, dan Nilai Produksi Industri di
Provinsi Bali Periode 2012-2016

JUMLAH TENAGA NILAI NILAI


NO TAHUN UNIT USAHA KERJA INVESTASI PRODUKSI
(UNIT ) (ORANG) (RP.000) (RP.000)
1 2012 9.418 87.784 6.339.053.959 9.445.561.173
2 2013 11.905 92.959 5.293.805.993 7.950.447.645
3 2014 12.084 92.997 3.419.879.403 9.459.849.418
4 2015 12.326 93.180 3.130.497.937 6.953.338.467
5 2016 12.730 96.601 3.392.041.722 7.183.291.023
Sumber : Dinas Perindustrian Provinsi Bali, 2017

42
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Gambar N.15
Perkembangan Jumlah Unit Usahan Industri di Provinsi Bali Periode 2012-2016

Sumber : Dinas Perindustrian Provinsi Bali, 2017

Gambar N.16
Perkembangan Nilai Investasi Industri di Provinsi Bali Periode 2012-2016

Sumber : Dinas Perindustrian Provinsi Bali, 2017

43
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Perkembangan nilai inevstasi industri di Provinsi Bali tidaklah menggembirakan. Pada


periode 2012-2016, nilai investasi industri cenderung menurun. Pada tahun 2012
jumlah investasi mencapai Rp6.339.053.959.000 namun menurun drastis menjadi
Rp3.392.041.722.000 atau turun 46,49%. Penurunan ini terjadi karena semakin
rendahnya nilai ekspor produk industri Provinsi Bali. Kabupaten Gianyar merupakan
wilayah yang masih bertahan dengan kontribusi nilai inevstasi industri di atas 2
trilyun rupiah.

2. POSISI INDUSTRI BULELENG DI PROVINSI BALI

Pada tahun 2016, jumlah unit usaha industri di Kabupaten Buleleng adalah sebesar 851
unit usaha atau 6,68% dari total unit usaha industri di Provinsi Bali dengan jumlah
tenaga kerja sebanyak 5.813 jiwa. Dengan jumlah unit usaha tersebut ternyata serapan
tenaga kerja industrinya tidak sebesar Kabupaten Klungkung. Sebagai perbandingan,
Kabupaten Klungkung dengan jumlah unit industri 397 unit mampu menyerap tenaga
kerja sebanyak 4.439 jiwa tenaga kerja atau rata-rata 11,18 jiwa tenaga kerja untuk satu
unit usaha industri. Kabupaten Buleleng hanya mampu menyerap rata-rata 6,83 jiwa
tenaga kerja untuk satu unit usaha industri. Hal ini mengindikasikan sektor industri di
Kabupaten Buleleng masih belum sefektif Kabupaten Klungkung dalam menyerap
tenaga kerja. Meskipun dengan jumlah unit usaha yang lebih besar, namun kapasitas
produksinya tidak lebih besar dari Kabupaten Klungkung yang jumlah unit usahanya
paling kecil di Provinsi Bali.

Tabel N.14 sudah menunjukkan bahwa pada tahun 2016 Kabupaten Buleleng
merupakan wilayah dengan nilai investasi industri paling rendah di Provinsi Bali. Jumlah
investasi industri di Kabupaten Buleleng tahun 2016 adalah sebesar Rp17,641,821 atau
hanya 0,52% dari total investasi industri di Kabupaten Buleleng. Kecilnya nilai investasi
industri ini mengindikasikan bahwa iklim investasi di Kabupaten Buleleng belum
semenarik wilayah lainnya di Provinsi Bali. Bila kembali dibandingkan dengan Kabupaten
Klungkung yang merupakan wilayah dengan jumlah unit usaha industri paling rendah di
Provinsi Bali, jumlah investasi Kabupaten Buleleng masih jauh lebih rendah. Apabila
dibandingkan dengan nilai produksi, rata-rata nilai produksi satu unit usaha di
Kabupaten Klungkung masih lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Buleleng.
Rata-rata nilai produksi untuk 1 unit usaha di Kabupaten Klungkung adalah 186 juta

44
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

rupiah, sedangkan Rata-rata nilai produksi untuk 1 unit usaha di Kabupaten Buleleng
lebih rendah yaitu 180 juta rupiah.

Kondisi berbeda ditunjukkan pada data potensi industri Provinsi Bali tahun 2012. Tahun
2012, nilai investasi di Kabupaten Buleleng mencapai 12 milyar rupiah yang lebih tinggi
dari Kabupaten Klungkung yaitu 8 milyar rupiah. Nilai Produksi industri di Kabupaten
Buleleng pun lebih besar yaitu 127 milyar, sedangkan di Kabupaten Klungkung hanya 86
milyar rupiah.

Tabel N.16.
Potensi Industri Provinsi Bali Tahun 2012

NO KABUPATEN/KOTA TENAGA NILAI NILAI


KERJA INVESTASI PRODUKSI
(ORANG) (RP.000) (RP.000)
1 2 4 5 6

1 JEMBRANA 21,357 104,856,626 887,031,107


2 TABANAN 5,820 91,694,170 384,106,262
3 KOTA DENPASAR 1,668 1,771,830,331 75,325,187
4 BADUNG 17,338 411,594,453,086 3,763,334,642,400
5 GIANYAR 72,043 2,506,900,054 3,611,141,409
6 BANGLI 25,913 13,755,377 90,286,084
7 KARANGASEM 7,211 1,474,814,904 195,579,898
8 KLUNGKUNG 4,390 8,202,718 86,092,631
9 BULELENG 10,073 12,899,253 127,853,088
JUMLAH : 165,813 417,579,406,519 3,768,792,058,066
Sumber : Dinas Perindustrian Provinsi Bali, 2017

Sektor industri di Kabupaten Buleleng memegang peranan kecil dalam peta industri
Provinsi Bali. Nilai investasinya yang merupakan terendah diantara Kabupaten/Kota
lainnya pada tahun 2016 menunjukkan bahwa Kabupaten Buleleng bukan merupakan
pilihan bagi investor dalam mengembangkan industri di Provinsi Bali.

45
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Tabel N.17.
Perkembangan Nilai Investasi di Kabupaten Buleleng dan Kontribusinya Bagi Nilai Investasi Industri
Provinsi Bali

No Nilai Investasi (Rp.000) Tahun Persentase (%)


Bali Buleleng
1 4.459.168.589 12.899.253 2012 0,29
2 6.339.053.959 13.857.626 2013 0,22
3 5.293.805.993 15.520.681 2014 0,29
4 3.419.879.403 17.005.306 2015 0,50
5 3.130.497.937 17.641.821 2016 0,56
Sumber : Dinas Perindustrian Provinsi Bali, 2017

Persentase nilai investasi industri di Kabupaten Buleleng bila disandingkan dengan total
investasi industri di Provinsi Bali hanya berkisar pada angka 0,29% hingga 0,56%.
Meskipun nilai investasi industri di Kabupaten Buleleng terus meningkat selama periode
2012-2016, namun dengan fakta bahwa kontribusinya tergolong sangat rendah bagi
Provinsi Bali, maka sektor industri di Kabupaten Buleleng dapat dikatakan bukan
merupakan andalan bagi Provinsi Bali. Untuk dapat menjadikan sektor industri
Kabupaten Buleleng memiliki nilai strategis bagi Provinsi Bali, maka salah satu upaya
yang harus dilakukan adalah meningkatkan kualitas sektor industri itu sendiri yaitu salah
satunya dengan meningkatkan nilai investasinya.

Kondisi serupa juga terlihat apabila jumlah unit industri kecil dan menengah di
Kabupaten Buleleng disandingkan dengan jumlah unit UKM Provinsi Bali. Tabel 3.18 di
bawah memperlihatkan bagaimana persentase kontribusi unit usaha industri di
Kabupaten Buleleng terhadap Provinsi Bali. Pada tahun 2012, jumlah unit usaha industri
di Kabupaten Buleleng adalah sebanyak 734 unit atau 7,79% dari total jumlah unit
industri di Provinsi Bali. Pada tahun 2016, jumlah unit industri Kabupaten Buleleng
meningkat menjadi 851 unit, namun dengan persentase terhadap jumlah total unit
usaha industri Provinsi Bali yang menurun yaitu 6,77%. Kondisi ini menunjukkan fakta
bahwa perkembangan unit usaha di Kabupaten Buleleng tidak secepat di

46
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

kabupaten/kota lainnya di Provinsi Bali. Perbedaan laju pertumbuhan unit usaha yang
tidak sejalan ini menjadikan jumlah industri di Kabupaten Buleleng akan selalu
tertinggal dari kabupaten/kota lainnya meskipun jumlah unitnya terus meningkat
sepanjang tahun.

Tabel N.18.
Perkembangan Jumlah Unit Industri di Kabupaten Buleleng dan Provinsi Bali

Jumlah Unit Industri (Unit)


No Tahun Persentase (%)
Bali Buleleng
1 9.418 734 2012 7,79
2 11.905 783 2013 6,58
3 12.084 827 2014 6,84
4 12.326 834 2015 6,77
5 12.573 851 2016 6,77
Sumber : Dinas Perindustrian Provinsi Bali, 2017

B. POTENSI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN BULELENG

Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Buleleng, pada tahun
2017 terdapat 99 kelompok industri kecil dan menengah yang beroperasi dengan jumlah
unit usaha sebanyak 977 unit dan dengan tenaga kerja sebanyak 6.220 jiwa tenaga
kerja.Kelompok Furniture Dari Kayu merupakan kelompok industri dengan jumlah unit
usaha terbanyak yaitu 118 unit, serta dengan jumlah tenaga kerja terbesar yaitu sebesar
593 jiwa. Namun demikian, untuk besar nilai investasi, Industri Furniture Dari Kayu
bukanlah yang terbesar. Kelompok industri kecil dan menengah di Kabupaten Buleleng
yang memiliki nilai investasi terbesar adalah Industri Air Minum Dan Air Mineral yaitu
sebesar Rp3.046.460.000.

Adapun kelompok industri kecil dan menengah yang berkembang di Kabupaten Buleleng
adalah sebagai berikut:

1. 31001-Industri Furnitur Dari Kayu


2. 16221-Industri Barang Bangunan Dari Kayu

47
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

3. 10761-Industri Pengolahan Kopi Dan Teh


4. 16292-Industri Barang Anyaman Dari Tanaman Bukan Rotan Dan Bambu
5. 25111-Industri Barang Dari Logam Bukan Aluminium Siap Pasang Untuk Bangunan
6. 18111-Industri Pencetakan Umum
7. 10710-Industri Produk Roti Dan Kue
8. 10792-Industri Kue Basah
9. 10794-Industri Kerupuk Keripik Peyek Dan Sejenisnya
10.11050-Industri Air Minum Dan Air Mineral
11.14111-Industri Pakaian Jadi (Konveksi) Dari Tekstil
12.16291-Industri Barang Anyaman Dari Rotan Dan Bambu
13.16293-Industri Kerajinan Ukiran Dari Kayu Bukan Mebeller
14.11040-Industri Minuman Ringan
15.32903-Industri Kerajinan Ytdl
16.23953-Industri Barang Dari Semen Dan Kapur Untuk Konstruksi
17.25931-Industri Alat Potong Dan Perkakas Tangan Untuk Pertanian
18.23921-Industri Batu Bata Dari Tanah Liat/Keramik
19.28224-Industri Mesin Dan Perkakas Mesin Untuk Pengelasan Yang Menggunakan Arus
Listrik
20.16299-Industri Barang Dari Kayu Rotan Dan Gabus Lainnya Ytdl
21.23951-Industri Barang Dari Semen
22.10391-Industri Tempe Kedelai
23.21022-Industri Produk Obat Tradisional
24.28291-Industri Mesin Percetakan
25.10793-Industri Makanan Dari Kedele Dan Kacang-Kacangan Lainnya Bukan Kecap Tempe
Dan Tahu
26.32112-Industri Barang Perhiasan Dari Logam Mulia Untuk Keperluan Pribadi
27.13121-Industri Pertenunan (Bukan Pertenunan Karung Goni Dan Karung Lainnya)
28.10799-Industri Produk Makanan Lainnya
29.10750-Industri Makanan Dan Masakan Olahan
30.23963-Industri Barang Dari Batu Untuk Keperluan Rumah Tangga Dan Pajangan
31.18202-Reproduksi Media Rekaman Film Dan Video
32.20129-Industri Pupuk Lainnya
33.11090-Industri Minuman Lainnya

48
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

34.25920-Jasa Industri Untuk Berbagai Pengerjaan Khusus Logam Dan Barang Dari Logam
35.20232-Industri Bahan Kosmetik Dan Kosmetik Dan Termasuk Pasta Gigi
36.20294-Industri Minyak Atsiri
37.21021-Industri Simplisia (Bahan Obat Tradisional)
38.10392-Industri Tahu Kedelai
39.32901-Industri Alat Tulis Dan Gambar Termasuk Perlengkapannya
40.16230-Industri Wadah Dari Kayu
41.13921-Industri Barang Jadi Tekstil Untuk Keperluan Rumah Tangga
42.32201-Industri Alat Musik Tradisional
43.10772-Industri Bumbu Masak Dan Penyedap Masakan
44.10510-Industri Pengolahan Susu Segar Dan Krim
45.10422-Industri Minyak Makan Kelapa
46.28111-Industri Mesin Uap Turbin Dan Kincir
47.10423-Industri Minyak Goreng Kelapa
48.14302-Industri Pakaian Jadi Sulaman/Bordir
49.23939-Industri Barang Tanah Liat/Keramik Dan Porselen Lainnya Bukan Bahan
Bangunan (26209)
50.10219-Industri Pengolahan Dan Pengawetan Lainnya Untuk Ikan
51.10739-Industri Kembang Gula Lainnya
52.10130-Industri Pengolahan Dan Pengawetan Produk Daging Dan Daging Unggas
53.10774-Industri Pengolahan Garam
54.15129-Industri Barang Dari Kulit Dan Kulit Buatan Untuk Keperluan Lainnya
55.11020-Industri Minuman Anggur (Wine)
56.13924-Industri Barang Jadi Rajutan Dan Sulaman
57.20231-Industri Sabun Dan Bahan Pembersih Keperluan Rumah Tangga
58.32909-Industri Pengolahan Lainnya Ytdl
59.13999-Industri Tekstil Lainnya Ytdl
60.14120-Penjahitan Dan Pembuatan Pakaian Sesuai Pesanan
61.20123-Industri Pupuk Buatan Majemuk Hara Makro Primer
62.13122-Industri Kain Tenun Ikat
63.10802-Industri Konsentrat Makanan Hewan
64.10771-Industri Kecap

49
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

65.10532-Industri Pengolahan Es Sejenisnya Yang Dapat Dimakan (Bukan Es Batu Dan Es


Balok)
66.13134-Industri Batik
67.23922-Industri Genteng Dari Tanah Liat/Keramik
68.32202-Industri Alat Musik Bukan Tradisional
69.23969-Industri Barang Dari Marmer Granit Dan Batu Lainnya
70.32113-Industri Barang Perhiasan Dari Logam Mulia Bukan Untuk Keperluan Pribadi
71.25993-Industri Keperluan Rumah Tangga Dari Logam Bukan Peralatan Dapur Dan
Peralatan Meja
72.15121-Industri Barang Dari Kulit Dan Kulit Buatan Untuk Keperluan Pribadi
73.28199-Industri Mesin Untuk Keperluan Umum Lainnya Ytdl
74.15201-Industri Alas Kaki Untuk Keperluan Sehari-Hari
75.25119-Industri Barang Dari Logam Siap Pasang Untuk Konstruksi Lainnya
76.23990-Industri Barang Galian Bukan Logam Lainnya Ytdl
77.22299-Industri Barang Plastik Lainnya Ytdl
78.16294-Industri Alat Dapur Dari Kayu Rotan Dan Bambu
79.30922-Industri Perlengkapan Sepeda Dan Kursi Roda Termasuk Becak
80.20299-Industri Barang Kimia Lainnya Ytdl
81.25999-Industri Barang Logam Lainnya Ytdl
82.32119-Industri Barang Lainnya Dari Logam Mulia
83.10399-Industri Pengolahan Dan Pengawetan Lainnya Buah-Buahan Dan Sayuran
84.10618-Industri Berbagai Macam Tepung Dari Padi-Padian Biji-Bijian Kacang-Kacangan
Umbi-Umbian Dan Sejenisnya
85.16104-Industri Pengolahan Rotan
86.10762-Industri Pengolahan Herbal (Herb Infusion)
87.10531-Industri Pengolahan Es Krim
88.30111-Industri Kapal Dan Perahu
89.26490-Industri Peralatan Audio Dan Video Elektronik Lainnya
90.23932-Industri Perlengkapan Rumah Tangga Dari Tanah Liat/Keramik
91.21012-Industri Produk Farmasi
92.20221-Industri Cat Dan Tinta Cetak
93.10212-Industri Pengasapan Ikan
94.10291-Industri Penggaraman/Pengeringan Biota Air Lainnya

50
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

95.10312-Industri Pelumatan Buah-Buahan Dan Sayuran


96.15112-Industri Penyamakan Kulit
97.10320-Industri Pengolahan Dan Pengawetan Buah-Buahan Dan Sayuran Dalam Kaleng
98.18201-Reproduksi Media Rekaman Suara Dan Piranti Lunak
99.11030-Industri Minuman Keras Dari Malt Dan Malt

Untuk lebih jelasnya, mengenai jumlah unit industri dan tenaga kerja kelompok industri di
atas dapat dilihat pada tabel 3.12, sedangkan untuk direktori industri kecil dan menengah
di Kabupaten Buleleng akan dilampirkan pada laporan akhir ini.

51
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Tabel N.19.
Potensi Industri Kecil dan Menengah Kabupaten Buleleng Tahun 2017

TENAGA NILAI
JUMLAH
NO KBLI KERJA INVESTASI
PERUSAHAAN
(ORANG) (Rp.000)
1 31001-INDUSTRI FURNITUR DARI KAYU 118 593 2,295,879
2 16221-INDUSTRI BARANG BANGUNAN DARI KAYU 85 538 1,630,205
3 10761-INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI DAN TEH 68 346 1,094,380
4 16292-INDUSTRI BARANG ANYAMAN DARI TANAMAN BUKAN ROTAN DAN BAMBU 42 549 104,220
5 25111-INDUSTRI BARANG DARI LOGAM BUKAN ALUMINIUM SIAP PASANG UNTUK BANGUNAN 40 177 916,505
6 18111-INDUSTRI PENCETAKAN UMUM 36 129 2,421,602
7 10710-INDUSTRI PRODUK ROTI DAN KUE 35 175 819,203
8 10792-INDUSTRI KUE BASAH 32 203 112,662
9 10794-INDUSTRI KERUPUK KERIPIK PEYEK DAN SEJENISNYA 31 145 202,750
10 11050-INDUSTRI AIR MINUM DAN AIR MINERAL 29 149 3,046,460
11 14111-INDUSTRI PAKAIAN JADI (KONVEKSI) DARI TEKSTIL 27 156 375,296
12 16291-INDUSTRI BARANG ANYAMAN DARI ROTAN DAN BAMBU 27 305 79,374
13 16293-INDUSTRI KERAJINAN UKIRAN DARI KAYU BUKAN MEBELLER 23 144 206,148
14 11040-INDUSTRI MINUMAN RINGAN 22 95 185,595
15 32903-INDUSTRI KERAJINAN YTDL 21 127 134,401

52
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

TENAGA NILAI
JUMLAH
NO KBLI KERJA INVESTASI
PERUSAHAAN
(ORANG) (Rp.000)
16 23953-INDUSTRI BARANG DARI SEMEN DAN KAPUR UNTUK KONSTRUKSI 18 73 275,391
17 25931-INDUSTRI ALAT POTONG DAN PERKAKAS TANGAN UNTUK PERTANIAN 18 64 84,159
18 23921-INDUSTRI BATU BATA DARI TANAH LIAT/KERAMIK 17 116 119,909
28224-INDUSTRI MESIN DAN PERKAKAS MESIN UNTUK PENGELASAN YANG MENGGUNAKAN ARUS
19 16 92 276,630
LISTRIK
20 16299-INDUSTRI BARANG DARI KAYU ROTAN DAN GABUS LAINNYA YTDL 14 149 102,480
21 23951-INDUSTRI BARANG DARI SEMEN 14 98 117,282
22 10391-INDUSTRI TEMPE KEDELAI 13 47 81,653
23 21022-INDUSTRI PRODUK OBAT TRADISIONAL 12 42 114,000
24 28291-INDUSTRI MESIN PERCETAKAN 12 39 472,890
10793-INDUSTRI MAKANAN DARI KEDELE DAN KACANG-KACANGAN LAINNYA BUKAN KECAP
25 12 90 75,635
TEMPE DAN TAHU
26 32112-INDUSTRI BARANG PERHIASAN DARI LOGAM MULIA UNTUK KEPERLUAN PRIBADI 11 64 226,805
27 13121-INDUSTRI PERTENUNAN (BUKAN PERTENUNAN KARUNG GONI DAN KARUNG LAINNYA) 9 79 117,369
28 10799-INDUSTRI PRODUK MAKANAN LAINNYA 9 87 65,715
29 10750-INDUSTRI MAKANAN DAN MASAKAN OLAHAN 8 58 154,570
30 23963-INDUSTRI BARANG DARI BATU UNTUK KEPERLUAN RUMAH TANGGA DAN PAJANGAN 6 60 91,104

53
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

TENAGA NILAI
JUMLAH
NO KBLI KERJA INVESTASI
PERUSAHAAN
(ORANG) (Rp.000)
31 18202-REPRODUKSI MEDIA REKAMAN FILM DAN VIDEO 6 14 201,250
32 20129-INDUSTRI PUPUK LAINNYA 6 29 139,540
33 11090-INDUSTRI MINUMAN LAINNYA 6 16 157,274
34 25920-JASA INDUSTRI UNTUK BERBAGAI PENGERJAAN KHUSUS LOGAM DAN BARANG DARI LOGAM 6 31 211,800
35 20232-INDUSTRI BAHAN KOSMETIK DAN KOSMETIK DAN TERMASUK PASTA GIGI 5 24 84,040
36 20294-INDUSTRI MINYAK ATSIRI 5 45 240,900
37 21021-INDUSTRI SIMPLISIA (BAHAN OBAT TRADISIONAL) 5 40 13,840
38 10392-INDUSTRI TAHU KEDELAI 4 22 58,920
39 32901-INDUSTRI ALAT TULIS DAN GAMBAR TERMASUK PERLENGKAPANNYA 4 13 37,700
40 16230-INDUSTRI WADAH DARI KAYU 4 35 11,200
41 13921-INDUSTRI BARANG JADI TEKSTIL UNTUK KEPERLUAN RUMAH TANGGA 4 20 571,250
42 32201-INDUSTRI ALAT MUSIK TRADISIONAL 4 21 61,345
43 10772-INDUSTRI BUMBU MASAK DAN PENYEDAP MASAKAN 4 8 75,952
44 10510-INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU SEGAR DAN KRIM 3 25 12,700
45 10422-INDUSTRI MINYAK MAKAN KELAPA 3 8 7,130
46 28111-INDUSTRI MESIN UAP TURBIN DAN KINCIR 3 11 60,570
47 10423-INDUSTRI MINYAK GORENG KELAPA 3 19 13,650

54
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

TENAGA NILAI
JUMLAH
NO KBLI KERJA INVESTASI
PERUSAHAAN
(ORANG) (Rp.000)
48 14302-INDUSTRI PAKAIAN JADI SULAMAN/BORDIR 3 62 139,701
23939-INDUSTRI BARANG TANAH LIAT/KERAMIK DAN PORSELEN LAINNYA BUKAN BAHAN
49 3 33 14,985
BANGUNAN (26209)
50 10219-INDUSTRI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN LAINNYA UNTUK IKAN 3 16 12,791
51 10739-INDUSTRI KEMBANG GULA LAINNYA 3 26 2,595
52 10130-INDUSTRI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN PRODUK DAGING DAN DAGING UNGGAS 3 7 9,542
53 10774-INDUSTRI PENGOLAHAN GARAM 2 13 51,794
54 15129-INDUSTRI BARANG DARI KULIT DAN KULIT BUATAN UNTUK KEPERLUAN LAINNYA 2 7 3,610
55 11020-INDUSTRI MINUMAN ANGGUR (WINE) 2 17 34,900
56 13924-INDUSTRI BARANG JADI RAJUTAN DAN SULAMAN 2 16 6,840
57 20231-INDUSTRI SABUN DAN BAHAN PEMBERSIH KEPERLUAN RUMAH TANGGA 2 8 25,450
58 32909-INDUSTRI PENGOLAHAN LAINNYA YTDL 2 225 37,000
59 13999-INDUSTRI TEKSTIL LAINNYA YTDL 2 7 13,540
60 14120-PENJAHITAN DAN PEMBUATAN PAKAIAN SESUAI PESANAN 2 12 554,245
61 20123-INDUSTRI PUPUK BUATAN MAJEMUK HARA MAKRO PRIMER 2 19 12,580
62 13122-INDUSTRI KAIN TENUN IKAT 2 33 81,325
63 10802-INDUSTRI KONSENTRAT MAKANAN HEWAN 2 19 376,977

55
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

TENAGA NILAI
JUMLAH
NO KBLI KERJA INVESTASI
PERUSAHAAN
(ORANG) (Rp.000)
64 10771-INDUSTRI KECAP 2 89 139,800
10532-INDUSTRI PENGOLAHAN ES SEJENISNYA YANG DAPAT DIMAKAN (BUKAN ES BATU DAN ES
65 2 5 135,105
BALOK)
66 13134-INDUSTRI BATIK 2 21 1,432
67 23922-INDUSTRI GENTENG DARI TANAH LIAT/KERAMIK 2 9 38,475
68 32202-INDUSTRI ALAT MUSIK BUKAN TRADISIONAL 1 4 6,440
69 23969-INDUSTRI BARANG DARI MARMER GRANIT DAN BATU LAINNYA 1 5 600
70 32113-INDUSTRI BARANG PERHIASAN DARI LOGAM MULIA BUKAN UNTUK KEPERLUAN PRIBADI 1 4 2,145
25993-INDUSTRI KEPERLUAN RUMAH TANGGA DARI LOGAM BUKAN PERALATAN DAPUR DAN
71 1 4 18,740
PERALATAN MEJA
72 15121-INDUSTRI BARANG DARI KULIT DAN KULIT BUATAN UNTUK KEPERLUAN PRIBADI 1 1 492
73 28199-INDUSTRI MESIN UNTUK KEPERLUAN UMUM LAINNYA YTDL 1 11 24,925
74 15201-INDUSTRI ALAS KAKI UNTUK KEPERLUAN SEHARI-HARI 1 5 65,000
75 25119-INDUSTRI BARANG DARI LOGAM SIAP PASANG UNTUK KONSTRUKSI LAINNYA 1 5 9,500
76 23990-INDUSTRI BARANG GALIAN BUKAN LOGAM LAINNYA YTDL 1 22 1,402,400
77 22299-INDUSTRI BARANG PLASTIK LAINNYA YTDL 1 5 250,000
78 16294-INDUSTRI ALAT DAPUR DARI KAYU ROTAN DAN BAMBU 1 10 10,000

56
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

TENAGA NILAI
JUMLAH
NO KBLI KERJA INVESTASI
PERUSAHAAN
(ORANG) (Rp.000)
79 30922-INDUSTRI PERLENGKAPAN SEPEDA DAN KURSI RODA TERMASUK BECAK 1 4 3,549
80 20299-INDUSTRI BARANG KIMIA LAINNYA YTDL 1 20 4,105
81 25999-INDUSTRI BARANG LOGAM LAINNYA YTDL 1 4 550
82 32119-INDUSTRI BARANG LAINNYA DARI LOGAM MULIA 1 2 1,000
83 10399-INDUSTRI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN LAINNYA BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN 1 5 9,375
10618-INDUSTRI BERBAGAI MACAM TEPUNG DARI PADI-PADIAN BIJI-BIJIAN KACANG-KACANGAN
84 1 3 16,810
UMBI-UMBIAN DAN SEJENISNYA
85 16104-INDUSTRI PENGOLAHAN ROTAN 1 10 58,290
86 10762-INDUSTRI PENGOLAHAN HERBAL (HERB INFUSION) 1 5 12,000
87 10531-INDUSTRI PENGOLAHAN ES KRIM 1 2 5,500
88 30111-INDUSTRI KAPAL DAN PERAHU 1 6 21,000
89 26490-INDUSTRI PERALATAN AUDIO DAN VIDEO ELEKTRONIK LAINNYA 1 2 1,630
90 23932-INDUSTRI PERLENGKAPAN RUMAH TANGGA DARI TANAH LIAT/KERAMIK 1 5 116,800
91 21012-INDUSTRI PRODUK FARMASI 1 2 3,500
92 20221-INDUSTRI CAT DAN TINTA CETAK 1 2 56,000
93 10212-INDUSTRI PENGASAPAN IKAN 1 6 1,230
94 10291-INDUSTRI PENGGARAMAN/PENGERINGAN BIOTA AIR LAINNYA 1 3 2,225

57
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

TENAGA NILAI
JUMLAH
NO KBLI KERJA INVESTASI
PERUSAHAAN
(ORANG) (Rp.000)
95 10312-INDUSTRI PELUMATAN BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN 1 2 2,285
96 15112-INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT 1 2 80,260
10320-INDUSTRI PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN DALAM
97 1 5 7,700
KALENG
98 18201-REPRODUKSI MEDIA REKAMAN SUARA DAN PIRANTI LUNAK 1 10 50,500
99 11030-INDUSTRI MINUMAN KERAS DARI MALT DAN MALT 1 30 115,550
JUMLAH 977 6,220 22,012,121
Sumber : Dinas Perindustiran dan Perdagangan Kabupaten Buleleng, 2017

58
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

C. SENTRA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH

Selain unit industri yang kemudian dikelompokkan ke dalam jenis industri berdasarkan
komoditas produksinya, potensi industri kecil dan menengah di Kabupaten Buleleng juga
dikelompokkan menjadi sentra-sentra industri kecil dan menengah. Sentra-sentra idustri ini
merupakan beberapa industri yang mengelompok satu wilayah tertentu dengan komoditas
industri yang sama.

Berdasarkan kondisi di atas, terdapat 23 sentra industri yang beroperasi pada tahun 2017
dengan jumlah industri sebanyak 582 unit dan tenaga kerja sebanyak 1.352 jiwa. Jumlah
nilai produksi sentra industri adalah sebesar Rp4.742.054.000. Sentra Industri Anyaman
Bambu merupakan sentra industri dengan jumlah unit terbanyak yaitu 118 unit dengan
tenaga kerja sebanyak 425 jiwa. Sentra Ayaman Bambu berlokasi di Desa Ambengan,
Kecamatan Sukasada, dan Desa Sidatapa, dan Desa Tigawasa, di Kecamatan Banjar.

Namun berdasarkan nilai produksinya, Sentra Industri Dodol Bali dan Sentra Industri
Tahu/Tempe merupakan dengan nilai produksi terbesar. Sentra Industri Dodol Bali di Desa
Penglatan, Kecamatan Buleleng menghasilkan nilai produksi sebesar Rp1.518.000.000 di
tahun 2017. Pada tahun yang sama, Sentra Tahu/Tempe di Desa Seririt, Kecamatan Seririt,
menghasilkan tempe dengan nilai produksi sebesar Rp1.200.000.000.

Sentra industri Kecil dan Menengah di Kabupaten Buleleng adalah sebagai berikut :

1. Industri.Pngolahan & Pengawetan Ikan


2. Minyak Kelapa
3. Gula Merah
4. Gula Merah
5. Industri Tahu/Tempe
6. Industri Tahu/Tempe
7. Industri Dodol Bali
8. Industri Dodol Bali
9. Tenun
10.Tenun
11.Anyaman Bambu
12.Anyaman Bambu
13.Anyaman Bambu

59
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

14.Anyaman Lidi
15.Kerajinan Saab Mote
16.Pengolahan Tanah Liat
17.Industri Kerajinan dari Batu Untuk RumahTangga
18.Pande Besi
19.Pande Besi
20.Kerajinan Perak
21.Kerajinan Tempurung Kelapa
22.Industri Dodol Bali
23.Industri Pengolahan Kayu

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel 3.13 berikut.

60
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Tabel N.20.
Potensi Sentra Industri Kecil dan Menengah Kabupaten Buleleng Tahun 2017

LOKASI JUMLAH JUMLAH KAPASITAS PRODUKSI NILAI


NO SENTRA INDUSTRI UNIT TENAGA PRODUKS
DESA/KELURAHAN KECAMATAN JUMLAH SATUAN
INDUSTRI KERJA I (RP.000)
KILOGRA
1 IND.PNGLHN & PNGWTN IKAN SANGSIT SAWAN 10 20 6,750 378.000
M
2 MINYAK KELAPA BANJAR BANJAR 23 60 2,119 LITER 7.949
3 GULA MERAH PEDAWA BANJAR 34 68 1,566 BUAH 5.875
4 GULA MERAH SAMBIRENTENG TEJAKULA 45 90 259 BUAH 9.720
5 INDUSTRI TAHU/TEMPE KAMPUNG BARU BULELENG 43 90 33,600 BUAH 138.000
KILOGRA
6 INDUSTRI TAHU/TEMPE SERIRIT SERIRIT 5 10 230,000 1.200.000
M
7 INDUSTRI DODOL BALI KUBUTAMBAHAN KUBUTAMBAHAN 11 24 1,188 BUAH 7.128
8 INDUSTRI DODOL BALI BONDALEM TEJAKULA 1 15 108 BUAH 648
9 TENUN KALIANGET SERIRIT 28 30 113 METER 6.384
10 TENUN BERATAN BULELENG 80 80 192 METER 12.240
11 ANYAMAN BAMBU AMBENGAN SUKASADA 40 135 2,560 BUAH 25.920
12 ANYAMAN BAMBU SIDATAPA BANJAR 125 255 6,912 BUAH 64.800
13 ANYAMAN BAMBU TIGAWASA BANJAR 15 35 1,152 BUAH 12.960

61
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

LOKASI JUMLAH JUMLAH KAPASITAS PRODUKSI NILAI


NO SENTRA INDUSTRI UNIT TENAGA PRODUKS
DESA/KELURAHAN KECAMATAN JUMLAH SATUAN
INDUSTRI KERJA I (RP.000)
14 ANYAMAN LIDI SAMBIRENTENG TEJAKULA 18 28 1,960 BUAH 4.840
15 KERAJINAN SAAB MOTE NAGASEPAHA BULELENG 10 47 1,769 BUAH 11.280
16 PENGOLAHAN TANAH LIAT BANYUNING BULELENG 8 26 1,280,000 BIJI 28.800
17 IND.KRJ.DR BATU UTK RT SANGSIT SAWAN 10 20 168 BUAH 17600
18 PANDE BESI SAWAN SAWAN 36 154 13,824 BUAH 129.600
19 PANDE BESI KUBUTAMBAHAN KUBUTAMBAHAN 15 33 10,138 BUAH 95.040
20 KERAJINAN PERAK NAGASEPAHA BULELENG 5 10 1,100 BUAH 189.000
21 KERAJINAN TEMPURUNG KELAPA SUMBER KIMA GEROKGAK 7 77 426,200 BUAH 860.750
22 INDUSTRI DODOL BALI PENGLATAN BULELENG 10 20 69,000 KG 1.518.000
23 INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU PETANDAKAN BULELENG 2 25 11,300 BUAH 17.520
TOTAL 581 1.352 4.742.054

62
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

D. POSISI SEKTOR INDUSTRI DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN


BULELENG

Kondisi perekonomian wilayah Kabupaten Buleleng dapat dilihat, salah satunya, pada PDRB
(Produk Domestik Regional Bruto). Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar
adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor
perekonomian di suatu wilayah. Nilai tambah adalah nilai yang ditambahkan dari
kombinasi faktor produksi dan bahan baku dalam proses produksi. Penghitungan nilai
tambah adalah nilai produksi (output) dikurangi biaya antara. Nilai tambah bruto di sini
mencakup komponen-komponen pendapatan faktor (upah dan gaji, bunga, sewa tanah
dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Jadi dengan menjumlahkan
nlai tambah bruto dari masing-masing sektor dan menjumlahkan nilai tambah bruto dari
seluruh sektor tadi, akan diperoleh Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga
pasar.

Semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang beroperasi di
wilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya berasal dari atau
dimiliki oleh penduduk dareha tersebut, merupakan produk domestik daerah yang
bersangkutan. Pendapatan yang timbul oleh karena adanya kegiatan produksi tersebut
merupakan pendapatan domestik. Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian dari faktor
produksi yang digunakan dalam kegiatan produksi di suatu daerah berasal dari daerah lain
atau dari luar negeri, demikian juga sebaliknya faktor produksi yang dimilki oleh penduduk
daerah tersebut ikut serta dalam proses produksi di daerah lain atau di luar negeri. Hal ini
menyebabkan nilai produk domestik yang timbul di suatu daerah tidak sama dengan
pendapatan yang diterima penduduk daerah tersebut. Dengan adanya arus pendapatan
yang mengalir antar daerah ini (termasuk juga dari da ke luar negeri) yang pada umumnya
berupa upah/gaji, bunga, deviden dan keuntungan maka timbul perbedaan antara produk
domestik dan produk regional.

Produk regional merupakan produk domestik ditambah dengan pendapatan dari faktor
produksi yang diterima dari luar daerah/negeri dikurangi dengan pendapatan dari faktor
produksi yang dibayarkan ke luar daerah/negeri. Jadi produk regional merupakan produk
yang ditimbulkan oleh faktor produksi yang dimiliki oleh residen.

Pengertian domestik/regional disini dapat merupakan Propinsi atau Daerah


Kabupaten/Kota. Transaksi Ekonomi yang akan dihitung adalah transaksi yang terjadi di

63
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

wilayah domestik suatu daerah tanpa memperhatikan apakah transaksi dilakukan oleh
masyarakat (residen) dari daerah tersebut atau masyarakat lain (non-residen).

Data pendapatan wilayah adalah salah satu indikator makro yang dapat menunjukkan
kondisi perekonomian nasional setiap tahun. Manfaat yang dapat diperoleh dari data ini
antara lain adalah:

1. PDRB harga berlaku (nominal) menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang
dihasilkan oleh suatu wilayah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber
daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.
2. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan atau setiap kategori dari tahun ke tahun.
3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut lapangan usaha menunjukkan struktur
perekonomian atau peranan setiap kategori ekonomi dalam suatu wilayah. Kategori-
kategori ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian
suatu wilayah.
4. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDB dan PNB per satu
orang penduduk.
5. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui perumbuhan
nyata ekonomi perkapita penduduk suatu negara.

PDRB Kabupaten Buleleng pada tahun 2015 dan tahun 2016 berdasarkan harga berlaku
dan harga konstan dapat dilihat pada tabel 3.19 berikut.

64
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Tabel N.21.
PDRB Kabupaten Buleleng Tahun 2015 dan 2016

Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan


No Lapangan Usaha
2015 2016 2015 2016
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5,830,841.72 6,365,396.59 4,048,526.08 4,176,491.88
2 Pertambangan dan Penggalian 309,350.65 368,236.19 226,095.58 246,726.70
3 Industri Pengolahan 1,523,192.24 1,651,519.14 1,124,680.82 1,163,847.66
4 Pengadaan Listrik dan Gas 30,328.16 38,372.88 25,801.50 27,391.40
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 33,362.67 36,832.35 29,612.60 30,860.53
6 Konstruksi 2,179,944.08 2,350,410.82 1,594,865.95 1,700,914.83
7 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2,915,780.27 3,092,677.20 2,231,121.31 2,312,512.69
8 Transportasi dan Pergudangan 318,169.35 332,275.76 248,788.00 253,856.48
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4,568,390.83 5,142,361.52 2,850,331.99 3,111,659.35
10 Informasi dan Komunikasi 1,329,434.19 1,493,693.72 1,216,479.65 1,336,330.07
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1,112,633.96 1,194,221.34 836,819.39 881,385.62
12 Real Estate 1,219,217.11 1,257,884.77 1,013,232.39 1,038,062.25
13 Jasa Perusahaan 161,312.55 184,611.11 126,166.48 134,294.08
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1,302,672.06 1,443,672.42 1,175,870.56 1,249,249.17
15 Jasa Pendidikan 1,705,187.86 2,034,482.38 1,337,772.90 1,492,726.41
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 512,723.54 584,824.48 410,224.98 444,462.41
17 Jasa Lainnya 444,314.11 497,067.21 331,702.85 359,158.01
PDRB Kabupaten Buleleng 25,496,855.35 28,068,539.88 18,828,093.03 19,959,929.54

Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2017

65
Berdasarkan tabel 3.19 diketahui bahwa PDRB Kabupaten Buleleng atas harga berlaku adalah
sebesar Rp.28,068,539.88 juta. Angka ini menunjukkan kemampuan sumberdaya ekonomi
Kabupaten Buleleng. Apabila dibandingkan dengan angka PDRB yang sama pada tahun 2015,
terjadi peningkatan sebesar 10,08%. Pada tahun 2015, PDRB Kabupaten Buleleng atas dasar
harga berlaku adalah Rp.25,496,855.35 juta.

Sektor Pertanian merupakan sektor dengan share tertinggi dalam PDRB Kabupaten Buleleng
tahun 2016. Jumlah share sektor pertanian tersebut adalah Rp.6,365,396.59 juta atau 23% dari
total PDRB. Sedangkan Sektor Pengadaan Listrik dan Gas dan Sektor Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang merupakan sektor dengan share terendah yaitu
0,136% dan 0,131%.

Gambar N.17
Grafik Perbandingan Share Masing-Masing Sektor dalam PDRB Kabupaten Buleleng Atas Dasar Harga
Berlaku Tahun 2016

PDRB Kabupaten Buleleng Tahun 2016 Atas


Dasar Harga Berlaku
Atas Dasar Harga Berlaku

Jasa Lainnya 497,067.21

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 584,824.48

Jasa Pendidikan 2,034,482.38

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan… 1,443,672.42

Jasa Perusahaan 184,611.11

Real Estate 1,257,884.77

Jasa Keuangan dan Asuransi 1,194,221.34

Informasi dan Komunikasi 1,493,693.72

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,142,361.52

Transportasi dan Pergudangan 332,275.76

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil… 3,092,677.20

Konstruksi 2,350,410.82

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan… 36,832.35

Pengadaan Listrik dan Gas 38,372.88

Industri Pengolahan 1,651,519.14

Pertambangan dan Penggalian 368,236.19

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6,365,396.59

Sumber : Olahan Data BPS Tahun 2017

1
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Sektor industri sendiri menyumbang share sebesar Rp. 1,651,519.14 juta atau sebesar 6% dari
total PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Buleleng. Besarnya share sektor industri pada
PDRB Atas Harga Berlaku mengalami peningkatan dari tahun 2015. Pada tahun 2015, besarnya
share sektor industri adalah Rp. 1,523,192.24 juta, meningkat 8,43% pada tahun 2016.
Berdasarkan data yang ditunjuukan pada tabel 3.19 dan gambar 3.8, maka share tertinggi yang
disumbang oleh masing-masing sektor, berturut-turut adalah sebagai berikut :

1. Pertanian
2. Pariwisata
3. Perdagangan
4. Jasa Pendidikan
5. Konstruksi
6. Industri Pengolahan

Berdasarkan daftar di atas, terlihat bahwa Sektor Industri hanya menempati urutan ke-6 pada
klasifikasi urutan sektor dengan share terbesar hingga terkecil. Bila dibandingkan dengan
sektor pertanian, terdapat gap nilai 17% share antar kedua sektor. Tentunya kondisi ini
mengindikasikan sektor industri memegang peranan kecil dalam pembangunan ekonomi di
Kabupaten Buleleng.

Bila dilihat berdasarkan laju pertumbuhannya, sektor industri mengalami penurunan laju
pertumbuhan pada tahun 2016. Pada tahun 2015, tercatat laju pertumbuhan PDRB Kabupaten
Buleleng adalah 6,12% dari tahun sebelumnya. Sektor Industri Pengolahan memiliki laju 7,59%
dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2016, laju pertumbuhan sektor Industri Pengolahan
menurun menjadi 3,48%. Penurunan yang sangat signifikan ini mengindikasikan kondisi
internal industri Kabupaten Buleleng mengalami perlambatan perkembangan yang apabila
tetap dibiarkan akan menjadikan industri tidak berkembang.

Untuk lebih jelasnya, laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Buleleng dapat dilihat pada tabel
3.20 berikut.

67
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Tabel N.22.
Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Buleleng

No Lapangan Usaha 2015 2016


1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5.08 3.16
2 Pertambangan dan Penggalian 7.70 9.12
3 Industri Pengolahan 7.59 3.48
4 Pengadaan Listrik dan Gas 4.31 6.16
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 2.05 4.21
6 Konstruksi 4.91 6.65
7 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7.62 3.65
8 Transportasi dan Pergudangan 1.87 2.04
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6.14 9.17
10 Informasi dan Komunikasi 9.81 9.85
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 5.04 5.33
12 Real Estate 3.03 2.45
13 Jasa Perusahaan 6.96 6.44
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 6.57 6.24
15 Jasa Pendidikan 9.09 11.58
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8.52 8.35
17 Jasa Lainnya 7.61 8.28
Rata-Rata 6.12 6.01
Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2017

Meskipun pada kenyataannya, share sektor industri mengalami peningkatan pada tahun 2016,
namun laju peningkatannya justru mengalami penurunan. Artinya peningkatan besarnya share
sektor industri mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Artinya, kemampuan sumberdaya
ekonomi share sektor industri mengalami kelesuan, khsusunya tahun 2015-2016.

68
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Gambar N.18
Perbandingan Laju Pertumbuhan Antar Lapangan Usaha Dalam PDRB Kabupaten Buleleng Tahun 2015-
2016

Jasa Lainnya
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Jasa Pendidikan
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan…
Jasa Perusahaan
Real Estate
Jasa Keuangan dan Asuransi
Informasi dan Komunikasi
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2016
Transportasi dan Pergudangan 2015
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi…
Konstruksi
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,…
Pengadaan Listrik dan Gas
Industri Pengolahan
Pertambangan dan Penggalian
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00

Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2017

69
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Gambar N.19
Laju Pertumbuhan Antar Lapangan Usaha Dalam PDRB Kabupaten Buleleng Tahun 2016

Laju Pertumbuhan PDRB Buleleng


14.00
12.00
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
Laju Pertumbuhan PDRB Buleleng
0.00
Informasi dan…

Pertambangan dan…

Pertanian,…
Administrasi…

Transportasi dan…
Pengadaan Air,…
Penyediaan…

Jasa Keuangan dan…

Perdagangan Besar…
Jasa Kesehatan dan…

Pengadaan Listrik…
Konstruksi

Real Estate
Jasa Pendidikan

Jasa Lainnya

Jasa Perusahaan

Industri Pengolahan

Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2017

Sektor industri merupakan salah satu sektor yang pertumbuhannya paling lambat dalam
perekonomian Kabupaten Buleleng. Dalam 17 lapangan usaha seperti yang ditunjukkan dalam
gambar 3.12 yang menempatkan urutan sektor berdasarkan laju pertumbuhannya, Sektor
Industri Pengolahan menempati urutan ke-14, satu tingkat di bawah sektor perdagangan dan
satu tingkat di atas sektor pertanian. Laju pertumbuhan akan mempengaruhi progresifitas
perkembangan sektor. Semakin tinggi laju pertumbuhan, maka pembangunan sektor tersebut
semakin baik dan dapat menjadi sektor unggulan di masa depan.

Berdasarkan data pada gambar 3.12 diketahui bahwa Sektor Pendidikan memiliki laju
pertumbuhan tertinggi. Kondisi ini dipegaruhi oleh keberadaan universitas dan perguruan
tinggi di Kabupaten Buleleng yang berperan secara aktif dalam roda perekonomiannya. Kondisi
ini dapat dimanfaatkan untuk dapat mengembangakan sektor industri melalui kerjasama

70
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

dengan pihak universita dan perguruan tinggi dalam membantu peningkatan kualitas SDM
Tenaga Kerja dan Pengusaha industri di Kabupaten Buleleng.

N.3. INFRASTRUKTUR PENDUKUNG INDUSTRI

N.3.1. SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI

Sistem jaringan trasnportasi memiliki peran strategis dalam pengembangan suatu wilayah, tidak
hanya sektor industri. Sistem jaringan transportasi adalah urat nadi wilayah sebagai jalur
penghubung dan distribusi barang, jasa, dan penduduk. Pengembangan suatu wilayah akan sangat
bergantung pada jangkauan sistem transportasninya. Kawasan dengan aksesibilitas yang rendah
sudah dipastikan akan sangat sulit berkembang. Investasi juga dipengaruhi oleh kualitas
pelayanan jaringan transportasi. Semakin baik kualitas jaringan transportasi yang tersedia, maka
jaminan pembangunan juga akan semakin tinggi sehingga nilai investasi akan semakin meningkat
pula.

Peran sistem jaringan transportasi dalam pembangunan sektor industri sangatlah strategis. Sektor
industri yang sangat bergantung pada interaki antara pasar, bahan baku, dan lokasi produksi akan
sangat bergantung pada kualitas jaringan transportasi yang menghubungkan ketiga aspek
tersebut. Apabila salah satu aspek tersebut tidak terkoneksi dengan baik, maka dapat dipastikan
pembangunan industri pada kawasan tersebut mengalami kemunduran. Meskipun saat ini antara
produsen, distributor, dan pasar sudah tidak memiliki batasan territorial dengan keberadaan
sistem informasi berbasis internet, namun peran sistem transportasi dalam mendukung distribusi
produksi masih sangat vital bagi sektor industri.

A. Sistem Jaringan Jalan

Dari sudut pandang tradisional, transport dipandang sebagai kebutuhan sekunder yang
dihasilkan dari aktivitas ekonomi. Orang dan bisnis membutuhkan transport, salah satunya
jaringan jalan, untuk dapat memenuhi aktivitas yang diinginkan. Namun demikian, sudut
pandang ini terlalu sederhana, karena perubahan penyediaan transport dapat mengakibatkan

71
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

perubahan terhadap lokasi dan komposisi daripada aktivitas. Untuk individual, hal ini dapat
menyebabkan perubahan pada pola komuting atau tujuan rekreasi. Sedangkan untuk bisnis,
dampaknya mungkin akan terasa pada ketersediaan pemasok-pemasok baru, reorganisasi
daripada produksi atau tersedianya akses untuk pasar-pasar baru.

Aspek efisiensi, yang dihasilkan dari pengembangan jaringan jalan dalam rangka peningkatan
factor produktivitas total, menjadi faktor utama untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan
antara transport dan ekonomi. Hal ini menjadi dasar penentuan apakah peningkatan dalam
penyediaan jaringan jalan dapat memberikan suatu hal yang berarti bagi peningkatan
kompetisi atau peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Produktivitas suatu kegiatan ekonomi sangat tergantung pada efisiensi dan efektivitas
penyediaan dan penggunaan bahan-bahan kebutuhan produksi dan penyaluran hasil produksi.
Jaringan Jalan dapat memberikan kontribusi terhadap efisiensi penyediaan kebutuhan
produksi melalui penyediaan sistim transportasi yang baik sehingga biaya pengadaan
kebutuhan produksi dapat diminimalisasi. Disamping itu, penyediaan jaringan jalan yang baik
juga dapat menekan biaya penyaluran produksi ke pasar. Hal ini dapat memberikan kontribusi
positif terhadap peningkatan produktivitas secara keseluruhan sehingga dapat menunjang laju
pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat.

Penyediaan jaringan jalan sebagai bagian dari sistim transportasi yang baik ke kantong-kantong
kegiatan perekonomian akan menarik investor baru yang akan meingkatkan iklim kompetisi di
daerah tersebut. Melalui iklim kompetisi ini, para pelaku ekonomi di daerah tersebut dituntut
untuk dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan bahan-bahan produksi
untuk menghasilkan produk mereka, sehingga dapat dicapai suatu iklim ekonomi yang sehat
yang dapat menunjang laju pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan data BPS Kabupaten Buleleng, panjang ruas jalan di Kabupaten Buleleng adalah
1.303,35 Km yang meliputi 196,75 Km ruas jalan nasional, 106,65 Km panjang ruas jalan
provinsi, dan 999,95 Km panjang ruas jalan kabupaten.

Kondisi masing-masing ruas jalan di Kabupaten Buleleng dapat dilihat pada tabel 3.21 berikut.

72
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Tabel N.23.
Kondisi Jalan Kabupaten Buleleng Tahun 2014-2016

Jenis Jalan Kondisi 2014 2015 2016


Jalan Nasional 155,750 155,750 196,750
Baik 154,750 147,750 93,530
Sedang 1,000 8,000 101,020
Rusak 0,000 0,000 2,200
Jalan Provinsi 105,880 105,880 106,650
Baik 79,780 77,780 15,600
Sedang 26,100 28,100 67,930
Rusak 0,000 0,000 23,120
Jalan Kabupaten 878,192 999,950 999,950
Baik 517,280 461,757 652,406
Sedang 227,354 221,445 174,413
Rusak 137,750 233,106 173,131
Batu 2,600 1,200 2,600
Tanah 54,640 21,010 30,250
Total Panjang Jalan 1.139,822 1.261,580 1.303,350
Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2017

Tabel 3.21 di atas menujukkan bahwa tidak semua jenis jalan di Kabupaten Buleleng memiliki
kondisi yang baik. Untuk Jalan Nasional, hanya 47,53% saja yang dalam kondisi baik dari total
keseluruhan panjang ruas. Pada jalan provinsi, ruas dengan kondisi baik bahkan hanya 14,62%
diantaranya saja. Sisanya berada dalam kondisi sedang dan rusak. Untuk jalan kabupaten, ruas
yang mengalami kondisi baik adalah sepanjang 652,406 Km atau 65,25% dari total panjang
ruasnya.

73
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Tabel N.24.
Kondisi Perkerasan Masing-Masing Ruas Jalan di Kabupaten Buleleng
Jenis Jalan Kondisi 2014 2015 2016
Jalan Nasional 155,750 155,750 196,750
Diaspal 155,750 155,750 196,750
Kerikil 0,000 0,000 0,000
Tidak Dirinci 0,000 0,000 0,000
Jalan Provinsi 105,880 105,880 106,650
Diaspal 105,880 105,880 106,650
Kerikil 0,000 0,000 0,000
Tanah 0,000 0,000 0,000
Tidak Dirinci 0,000 0,000 0,000
Jalan Kabupaten 878,192 999,950 999,950
Diaspal 517,280 461,757 963,950
Kerikil 227,354 221,445 2,600
Tanah 0,000 0,000 30,250
Tidak Dirinci 137,750 233,106 3,175
Total Panjang Jalan 1.139,822 1.261,580 1.303,350
Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2017

Sebagian besar ruas jalan di Kabupaten Buleleng sudah diaspal, hanya saja tidak semua
kondisinya dalam keadaan baik. Untuk jalan nasional dan jalan provinsi, seluruhnya telah
mengalami pengaspalan. Sedangkan untuk ruas jalan kabupaten, 963,95 Km diantaranya sudah
diaspal. Terdapat 30,25 Km panjang ruas jalan kabupaten yang masih berupa jalan tanah.

Berdasrkan RTRW Kabupaten Buleleng, rencana sistem jaringan jalan Kabupaten Buleleng
adalah sebagai berikut.

74
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

1. Jaringan jalan nasional meliputi :


a. jaringan jalan bebas hambatan yang merupakan bagian dari rencana pengembangan
ruas jalan bebas hambatan Provinsi Bali yang melintasi wilayah kabupaten meliputi:
jalan bebas hambatan antar kota Mengwitani – Singaraja, dan Soka - Seririt;
b. jaringan jalan kolektor primer 1 (K-1) yang ada di kabupaten, meliputi :

1) ruas jalan mengwitani – Singaraja;


2) ruas jalan Jelantik Gingsir – Veteran (Singaraja);
3) ruas jalan Seririt – Cekik
4) ruas jalan A. Yani – Jalan S Parman (Seririt);
5) ruas jalan Singaraja – Seririt;
6) ruas jalan Gajah Mada – Dr Sutomo – A. Yani (Singaraja);
7) ruas jalan Kubutambahan-Singaraja;
8) ruas jalan Ngurah Rai-Pramuka-Diponegoro-Airlangga-Surapati-WR Supratman
(Singaraja);
9) ruas jalan Amlapura-Kubutambahan; dan
10) rencana pengembangan ruas jalan Soka-Seririt.

2. Jaringan jalan provinsi meliputi :


a. jaringan jalan kolektor primer 2 (K-2) meliputi :

1) ruas jalan Gempol – Banyuning – Penarukan (Perkotaan Singaraja);


2) ruas jalan Penelokan – Kubutambahan;
3) ruas jalan Pupuan – Seririt;
4) ruas jalan Pupuan – Pekutatan; dan
5) rencana pengembangan ruas jalan Sp. Tamblingan – Pujungan.

b. jaringan jalan kolektor primer 3 (K-3), meliputi :

1) ruas jalan Dausa – Madenan – Bondalem;


2) ruas jalan Wanagiri – Munduk – Mayong; dan
3) ruas jalan Surabrata – Blatungan – Kemuning.

75
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

c. jaringan jalan strategis provinsi, meliputi ruas jalan menuju Pura Dang Kahyangan.

3. Jaringan jalan kabupaten meliputi :

a. jaringan jalan kolektor primer 4 (K-4) yang ada meliputi ruas jalan yang menghubungkan
ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat desa,
antar ibukota kecamatan;
b. jaringan jalan lokal primer yang ada meliputi ruas jalan yang menghubungkan ibukota
kecamatan dengan desa, ruas jalan antar desa; dan
c. jaringan jalan sekunder terdapat di Kawasan Perkotaan di luar jaringan jalan fungsi
primer yang menerus dengan fungsi jalan arteri sekunder, jalan kolektor sekunder
maupun jalan lokal sekunder dan jalan lingkungan yang telah ada.

4. Pengembangan jaringan jalan baru, meliputi :

a. ruas jalan baru lingkar luar Kawasan Perkotaan Singaraja;


b. ruas jalan Seririt – Sangket;
c. ruas jalan Sangket – Sawan;
d. pengembangan jalan baru, penghubung rencana pengembangan Bandar Udara baru
dengan sistem jaringan jalan nasional setelah melalui kajian teknis;
e. pengembangan ruas jalan baru di kawasan perkotaan; dan
f. pengembangan ruas jalan baru di kawasan perdesaan setelah melalui kajian teknis

Tabel N.25.
Ruas Jalan Nasional di Kabupaten Buleleng

No Nama Ruas Panjang (Km) Fungsi


1 Cekik-Seririt 62,91 JKP-1
2 Gajah Mada-A.Yani-S.Parman 1,24 JKP-1
3 Seririt-BTS Kota Singaraja 18,05 JKP-1
4 Gajah Mada-Dr.Sutomo-A.Yani 4,50 JKP-1

76
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

5 Ngurah Rai Selatan-Pramuka-Diponegoro-Airlangga- 6,05 JKP-1


Surapati-WR.Supratman
6 Kubutambahan-Km 124 Dps (Bon Dalem/Ds.Tembok) 33,34 JKP-1
7 Km 124 (Bon Dalem/Ds.Tembok)-Bts Kota Amlapura 42,90 JKP-1
Sumber : SK Menteri PU dan Perumahan Rakyat No 248 Tahun 2015

Tabel N.26.
Ruas Jalan Provinsi di Kabupaten Buleleng
No Nama Ruas Panjang (Km)
1 Sp. Penelokan-Bts. Buleleng 23,40
2 Bts. Buleleng-Kubutambahan 22,95
3 Pupuan-Seririt 21,91
4 Gempol-Banyuning-Penarukan (SGR) 4,85
Sumber : Keputusan Gubernur No.2063/03-C/HK/2015 Tentang Ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai
Jalan Provinsi di Provinsi Bali

B. Sistem Jaringan Angkutan Umum dan Terminal

Berdasarkan data BPS Kabupaten Buleleng, pada tahun 2016 jumlah kendaraan angkutan
umum AKDP yang beroperasi di Kabupaten Buleleng adalah sebanyak 196 unit yang terdiri dari
Suburban 10 unit, Mikro Bus 175 unit, dan Bus 11 unit. Terdapat 6 trayek yang dilayani oleh
196 unit angkutan umum tersebut yang terdiri dari AKDP-1 hingga AKDP-4. Untuk lebih
jelasnya, dapat dilihat pada tabel 3.23 berikut.

77
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Tabel N.27.
Jumlah Angkutan Umum di Kabupaten Buleleng Tahun 2016

Jumlah Kendaraan
Lintasan Trayek Yang Dilayani
Suburban Mikro Bus Bus Jumlah
AKDP 1 - - - -
Singaraja-Denpasar Via Bedugul - 60 - 60
Singaraja-Denpasar Via Puputan - 20 - 20
Singaraja-Denpasar Via Banyuatis 8 - - 8
AKDP 2 - - - -
Singaraja-Gilimanuk - 65 4 69
AKDP 3 - - - -
Singaraja-Amlapura - 30 7 37
AKDP 4 - - - -
Singaraja-Klungkung Via Padang Bai 2 - - 2
Jumlah 10 175 11 196
Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2017

Berdasarkan RTRW Kabupaten Buleleng, rencana pengembangan angkutan umum dan


terminal adalah sebagai berikut.

1. Rencana Trayek Angkutan Penumpang dan Barang

a. trayek angkutan kota antar provinsi (AKAP), terdiri atas trayek Singaraja – Malang dan
Singaraja - Surabaya;
b. trayek angkutan kota dalam provinsi (AKDP), terdiri atas trayek Singaraja – Denpasar
(lewat Bedugul) , Singaraja – Denpasar (lewat Pupuan), Singaraja – Bangli, Singaraja -
Amlapura, Singaraja - Semarapura, Singaraja - Negara, Singaraja - Seririt;
c. trayek angkutan perkotaan di Kawasan Perkotaan Singaraja;

78
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

d. trayek angkutan perdesaan antar Kawasan Perkotaan Singaraja dan Kawasan Perkotaan
Seririt dengan desa-desa di sekitarnya; dan
e. lintasan angkutan barang diarahkan melalui jalanjalan nasional dan jalan provinsi.

2. Rencana Terminal

a. terminal penumpang Tipe A yang ada di kabupaten meliputi Terminal Banyuasri di


Kawasan Perkotaan Singaraja yang selanjutnya akan di relokasi dengan membangun
baru yang penetapan lokasinya dilakukan setelah melalui kajian;
b. terminal penumpang Tipe B, meliputi Terminal Pancasari, Terminal Seririt, Terminal
Sangket, dan Terminal Penarukan;
c. rencana pembangunan terminal Tipe C, setelah melalui kajian teknis;
d. terminal barang yang ada meliputi Terminal Barang Bakti Seraga di Singaraja dan
rencana pembangunan terminal barang di sekitar Kecamatan Buleleng setelah melalui
kajian;
e. jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan dilengkapi dengan unit PKB (Pengujian
Kendaraan Bermotor) dan jembatan timbang yang terdapat di Kecamatan Seririt; dan
f. terminal khusus pariwisata dalam bentuk sentral parkir di pusat-pusat kegiatan wisata
yang telah berkembang.

Meskipun secara umum Kabupaten Buleleng memiliki infrastruktur transportasi yang lengkap dan
dengan kondisi yang memadai, namun kondisi ini belum dapat menjadi jaminan bahwa
aksesibilitas intra dan antar wilayah menjadi baik. Guna menciptakan iklim industri yang ideal baik
bagi pengusaha, pasa industri, maupun pada calon investor, maka dibutuhkan dukungan
konektivitas yang baik antara Kabupaten Buleleng dengan wilayah kabupaten di sekitarnya di
Provinsi Bali baik yang berbatasan langsung ataupun tidak. Sistem jaringan transportasi antar
wilayah harus mendukung konektivitas tersebut agar iklim usaha industri di Kabupaten Buleleng
dapat senantiasa berjalan dengan optimal bagi seluruh stakeholder. Saat ini, sistem jaringan
transportasi darat yang menghubungkan antara Kabupaten Buleleng dengan Kabupaten/Kota
lainnya di Provinsi Bali sudah berjalan dengan baik namun belum optimal. Saat ini, biaya distribusi
79
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

khususnya distribusi barang menuju atau keluar Kabupaten Buleleng khususnya antara Kabupaten
Buleleng dengan Kota Denpasar menjadi mahal karena jarak tempuh antara Kota Denpasar
dengan Kabupaten Buleleng yang cukup jauh (74 Km) dan ditambah dengan terbatasnya jaringan
angkutan antar kota/kabupaten yang dapat melayani kedua wilayah secara berkala.

Terbatasnya aksesibilitas antara Kota Denpasar dengan Kabupaten Buleleng menyebabkan


distribusi barang menjadi terhambat. Berdasarkan wawancara dengan salah satu pelaku industri
yang bergerak pada bidang produksi alat musik non tradisional, distribusi produksi industrinya
terkendala oleh ketiadaan jasa kurir pengiriman barang yang beroperasi di Kota Singaraja. Kondisi
ini menyebabkan barang yang harus didistribusikan keluar daerah harus didistribusikan sendiri
oleh pelaku industri, atau konsumen yang datang langsung ke Kota Singaraja. Barang baku
pesanan dari luar Provinsi Bali yang akan digunakan sebagai bahan baku industri pun tidak dapat
dikirim langsung ke Kota Singaraja, melainkan hanya akan dikirim sampai di Kota Denpasar
dimana kantor jasa kurir berlokasi. Mengingat ketiadaan kantor cabang jasa kurir di Kota
Singaraja, maka jasa kurir tidak dapat mengantarkan paket hingga ke tangan konsumennya di Kota
Singaraja dan sebagai solusi maka konsumen yang diminta untuk datang ke kantor jasa kurir di
Kota Denpasar. Kondisi ini menyebabkan biaya distribusi menjadi lebih besar karena terdapat
biaya perjalanan tambahan untuk mendatangkan bahan baku dari Kota Denpasar menuju Kota
Singaraja.

N.3.2. SISTEM JARINGAN ENERGI

Data BPS Kabupaten Buleleng menunjukkan bahwa seluruh wilayah di Kabupaten Buleleng sudah
terlayani oleh sistem jaringan energi PLN. Seluruh wilayah desa dan kecamatan sudah terlayani
dengan optimal. Untuk pelayanan energi usaha industri, terdapat fluktuasi besarnya KWh yang
terjual pada pelanggan usaha industri (Tarif I). Pada tahun 2016, jumlah Kwh yang terjual adalah
10.107.652 Kwh. menurun dari tahun 2015 dengan jumlah 9.998.990.820 Kwh.

Untuk lebih jelasnya, besarnya KWh yang terjual untuk pelanggan usaha industri di Kabupaten
Buleleng dapat dilihat pada tabel 3.24 berikut.

80
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Tabel N.28.
Besarnya Energi Listrik Yang Terjual Pada Sektor Industri di Kabupaten Buleleng

No Uraian 2012 2013 2014 2015 2016


1 Kwh Jual Tarif I 830.399.594 787.651.092 9.314.224 9.998.990.820 10.107.652
Sumber : BPS Kabupaten Buleleng, 2017

Rencana pengembangan sistem energi dalam RTRW Kabupaten Buleleng, adalah sebagai berikut.

A. Pembangkit Tenaga Listrik

1. pembangkit listrik tenaga gas/uap yang sudah ada adalah PLTGU Pemaron dengan kapasitas
80 MW;
2. pengembangan pembangkit tenaga listrik baru terdiri atas: PLTU Celukan Bawang di
Kecamatan Gerokgak dengan kapasitas rencana kurang lebih 800 MW dan di lokasi lainnya
setelah melalui kajian teknis; dan
3. pengembangan pembangkit tenaga listrik alternatif dari sumber energi terbarukan terdiri
atas PLT Mikro Hidro, PLT Biomasa, PLT Bayu, PLT Surya dan PLT lainnya

B. Jaringan Prasarana Energi

1. jaringan transmisi tenaga listrik, terdiri atas:

a. optimalisasi gardu induk yang ada di wilayah kabupaten meliputi Gardu Induk Pemaron
di Kecamatan Buleleng dan rencana pengembangan gardu induk lainnya yang
terintegrasi dengan Gardu Induk di luar wilayah kabupaten;
b. pengembangan jaringan saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) yang melintasi
Kecamatan Gerokgak, Kecamatan Seririt dan Kecamatan Busungbiu setelah melalui
kajian;
c. jaringan saluran udara Tegangan Tinggi (SUTT) yaitu melintasi Kecamatan Buleleng dan
Kecamatan Sukasada; dan

81
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

d. jaringan distribusi tenaga listrik melalui saluran udara tegangan menengah (SUTM) di
seluruh wilayah Kabupaten
e. jaringan distribusi bawah tanah dan/atau udara pada kawasan permukiman dan aktivitas
pendukungnya.

2. jaringan pipa minyak dan gas bumi, terdiri atas:

a. sistem jaringan pipa minyak dari pelabuhan ke depo minyak terdekat yang melayani
wilayah kabupaten;
b. sistem jaringan LNG (liquid natural gas) dari depo gas terdekat yang melayani wilayah
kabupaten;
c. rencana pengembangan interkoneksi jaringan energi pipa gas antar Pulau Jawa-Bali
setelah melalui kajian; dan
d. rencana pengembangan jaringan perpipaan gas kabupaten, setelah melalui kajian.
N.3.3. SISTEM JARINGAN TELEKOMUNIKASI

Dewasa ini, peran sistem jaringan telekomunikasi khususnya pada jaringan nirkabel sangat
strategis dalam pembangunan kawasan. Keberadaan alat komunikasi berbasis internet telah
memudahkan komunikasi antara produsen, distributor, dan pasar produksi. Jarak bukan menjadi
kendala dalam memasarkan produk karena dengan sistem komunikasi yang ada saat ini, siapapun
dapat memasarkanl produknya ke seluruh wilayah di Indonesia.

Mengingat pentingnya keberadaan sistem telekomunikasi guna mendukung pembangunan


industri, maka sudah sepatutnya pembanguan sistem telekomunikasi menjadi salah satu langkah
strategis Pemerintah Kabupaten Buleleng.

Rencana pengembangan sistem jaringan telekomunikasi diarahkan pada upaya peningkatan


pelayanan telekomunikasi secara memadai dan merata ke seluruh Buleleng serta dapat melayani
secara maksimal pada tingkat Propinsi, nasional dan internasional terutama melayani industri jasa
dan industri kreatif.

Saat ini, sistem jaringan telekomunikasi di Kabupaten Buleleng bertumpu pada sistem jaringan nir
kabel. Pemanfaatan telepon seluler yang memanfaatkan sinyar yang dipacarkan oleh BTS milik

82
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

penyedia jasa layanan telepon seluler menyebabkan jalannya komunikasi bergantung pada
kekuatan pancaran sinyal yang diterima oleh konsumen. Pada wilayah-wilayah dengan geografis
tertentu seperti perbukitan mengalami kendala lemahnya sinyal yang ditangkap oleh telepon
suleler. Kondisi ini mengakibatkan komunikasi, khususnya pada internet menjadi lebih lamban
dibandingkan pada wilayah dengan kondisi geografis datar. Beberapa perusahaan penyedia jasa
komunikasi seluler telah mengembangkan jumlah BTS nya di Kabupaten Buleleng guna
menjangkau konsumen yang berada di wilayah terpencil atau dengan kondisi geografis berbukit.
Kondisi ini sangat membantu komunikasi antar masyarakat sekaligus meningkatkan jumlah
pengguna jasa internet di Kabupaten Buleleng.

Kementerian Komunikasi dan Informasi telah melakukan beragam upaya untuk meningkatkan
kualitas sistem jaringan komunikasi di Indonesia. Program-program strategis nasional yang sudah
dilakukan antara lain sebagai berikut:

1. Program Palapa Ring

Palapa Ring merupakan proyek infrastruktur telekomunikasi berupa pembangunan serat optik
di seluruh Indonesia sepanjang 36.000 kilometer. Proyek itu terdiri atas tujuh lingkar kecil serat
optik (untuk wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi, dan
Maluku) dan satu backhaul untuk menghubungkan semuanya. Pembangunan jaringan serat
optik nasional, yang akan menjangkau 440 kota/kabupaten di seluruh Indonesia.

Proyek Palapa Ring ini akan mengintegrasikan jaringan yang sudah ada (existing network)
dengan jaringan baru (new network) pada wilayah timur Indonesia (Palapa Ring-
Timur). Palapa Ring-Timur akan dibangun sejauh 4.450 KM yang terdiri dari sub marine cable
sejauh 3.850 km dan land cable sepanjang 600 KM dengan landing point sejumlah lima belas
titik pada 21 kota/kabupaten.

Jaringan tersebut berkapasitas 100 GB (Upgradeable 160 GB) dengan mengusung konsep ring,
dua pair (empat core). Strategi pembangunan proyek Palapa Ring ini adalah dengan
membentuk suatu konsorsium dimana anggota konsorsium terdiri dari penyelenggara
telekomunikasi di tanah air.

83
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

Jaringan ini akan menjadi tumpuan semua penyelenggara telekomunikasi dan pengguna jasa
telekomunikasi di Indonesia dan terintegrasi dengan jaringan yang telah ada milik
penyelenggara telekomunikasi.

"Sovereignty/Kedaulatan Negara" dan "Ketahanan Nasional" melalui ketersediaan infrastruktur


telekomunikasi yang terintegrasi.

Akselerasi pertumbuhan dan pemerataan pembangunan sosial ekonomi melalui ketersediaan


infrastruktur jaringan telekomunikasi berkapasitas besar yang terpadu bisa memberikan
jaminan kualitas internet dan komunikasi yang berkualitas tinggi, aman, dan murah.

2. Penataan Frekwensi Telekomunikasi

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mengklaim reframing 4G LTE pada


frekuensi 1.800 MHz telah selesai. Penataan yang telah dimulai sejak Mei 2015 itu saat ini
sedang diuji coba sehingga jika berjalan lancar maka operator dipastikan boleh melakukan
komersialisasi layanan 4G LTE pada 1.800 MHz.

1.800 MHz merupakan salah satu frekuensi yang populer digunakan untuk menggelar 4G LTE.
Sekarang sudah banyak tersedia ponsel pintar dengan antena yang mendukung 4G LTE di 1.800
MHz. Harganya pun ada yang murah sampai yang mahal. Hal lain yang membuat 1.800 MHz
istimewa, adalah karena operator seluler di Indonesia memiliki sumber daya frekuensi yang
besar di spektrum tersebut.

Program tersebut diatas sudah dapat dirasakan manfaatnya saat ini. Dengan keberadaan jaringan
serat optik, maka jaringan internet di daerah terpencil di Indonesia sudah dapat berkembang lebih
baik. Kemudian dengan adanya penataan frekwensi telekimunikasi telah mendukung peningkatan
aksesibilitas masyarakat terhadap internet. Jaringan 4G LTE merupakan jaringan dengan
kecepatan internet yang mumpuni dalam mendukung pengembangan kehidupan masyarakat di
Indonesia.

Secara khusus, Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi di Kabupaten Buleleng dalam


RTRW Kabupaten Buleleng, mencakup:

84
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

1. Jaringan tetap meliputi jaringan lokal, jaringan sambungan langsung jarak jauh dan jaringan
sambungan international; dan
2. Jaringan bergerak meliputi jaringan terestrial, jaringan seluler dan jaringan satelit.

Pengembangan jaringan tetap di Kabupaten Buleleng diarahkan pada :

1. Peningkatan kapasitas pelayanan dengan mengoptimalkan pemanfaatan Stasiun Telepon


Otomat (STO) yang sudah ada;
2. Pengembangan STO baru sesuai perkembangan kebutuhan pelayanan;
3. Pemerataan dan penyediaan pelayanan bagi kawasan yang belum terlayani terutama pada
kawasan-kawaasan perdesaan di seluruh wilayah;
4. Pengembangan jaringan bawah tanah untuk menjaga dan meningkatkan kualitas ruang dan
estetika lingkungan; dan
5. Pengembangan jaringan baru secara berkesinambungan untuk kawasan yang belum terlayani
jaringan telekomunikasi.

Pengembangan jaringan bergerak di Kabupaten Buleleng meliputi :

1. Menara telekomunikasi terpadu secara bersama oleh beberapa penyedia layanan


telekomunikasi (operator) untuk menempatkan dan mengoperasikan peralatan
telekomunikasi berbasis radio (Base Transceiver Station) berdasarkan cellular planning yang
diselaraskan dengan Rencana Induk Menara Telekomunikasi Terpadu;
2. Pembangunan dan pengoperasian menara telekomunikasi khusus seperti untuk keperluan
meteorologi dan geofisika, radio siaran, navigasi, penerbangan, pencarian dan pertolongan
kecelakaan, amatir radio, TV, komunikasi antar penduduk dan keperluan transmisi jaringan
telekomunikasi utama (backbone) diatur sesuai ketentuan Peraturan Perudang-undangan
yang berlaku;
3. Pemenuhan kebutuhan lalu lintas telekomunikasi selular nirkabel secara optimal untuk
seluruh operator baik gsm (global system for mobile comunications) maupun CDMA (code
division multiple access) dengan kehandalan cakupan (coverage) yang menjangkau seluruh
wilayah; dan

85
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

4. Pengembangan jaringan melalui satelit komunikasi dan stasiun bumi untuk melengkapi sistem
telekomunikasi jaringan bergerak.

N.4. PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH

Pemberdayaan industri kecil dan menengah dilakukan melalui peningkatan kualitas SDM pelaku
industri. Peningkatan kualitas SDM dilakukan melalui skema fasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten
Buleleng. Fasilitasi ini berupa pelatihan-pelatihan kepada pelaku industri. Kabupaten Buleleng sendiri
belum memiliki unit pelayanan teknis balai latihan kerja yang secara khusus didirikan untuk
meningkatkan kualitas tenaga kerja di Kabupaten Buleleng. Peran BLK ini (pada bidang industri)
kemudian dilaksanakan oleh Dinas Koperasi Perindustrian dan perdagangan. Diskoperindag Kabupaten
Buleleng rutin melakukan pelatihan-pelatihan setiap tahun, baik melalui dana APBD maupun bantuan
dari Pemerintah Provinsi Bali maupun program Kementerian Perindustrian.

Adapun pelatihan yang pernah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Buleleng melalui Dinas Koperasi
Perindustrian dan Perdagangan pada tahun 2017 adalah sebagai berikut.

Tabel N.29.
Pelatihan Peningkatan Kualitas SDM Pelaku Industri di Kabupaten Buleleng Tahun 2017

No Pelatihan Jumlah Lokasi Keterangan


Peserta
(orang)

1 Bintek Pengembangan 30 Desa Gerokgak


Kerajinan Batok Kelapa

2 Pelatihan IT 2 Denpasar

3 Bintek Motif dan Desain 2 Denpasar


Tenun

4 Bintek Produksi Pangan 2 Denpasar

5 Bintek Kerajinan Kayu 25 Desa Sidetapa Program Kemenperin yang

86
USULAN TEKNIS
Kajian Teknis, Evaluasi dan Penilaian Pelaksanaan RTRW
Tahun 2013 – 2033 Kabupaten Buleleng

No Pelatihan Jumlah Lokasi Keterangan


Peserta
(orang)

difasilitasi Diskoperindag Kab


Buleleng

6 Bintek Peningkatan Daya 25 Undiksha Program Kemenperin yang


Saing difasilitasi Diskoperindag Kab
Buleleng

7 Pelatihan e-smart 50 Hotel Puri Sharon Program Kemenperin yang


difasilitasi Diskoperindag Kab
Buleleng

8 Bintek HAKI 15 Diskoperindag

9 Pelatihan Pembuatan 30 Kelurahan Bakti


Kue Seraga, dan Desa
Gitgit

10 Pelatihan Pengolahan 25 Desa Gitgit


Bambu Hitam

11 Pelatihan Pembuatan 15 Desa Sekumpul


Kue

12 Pelatihan Pembuatan 15 Desa Lemukih


Kue

Sumber : Diskoperindag Kabupaten Buleleng, 2018

87

Anda mungkin juga menyukai