Anda di halaman 1dari 26

Laporan Pendahuluan

Survey Identifikasi Desain Dam Parit di Das Cisadane lanjutan

2 2 Gambaran Umum Pekerjaan

2.1 DERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CISADANE


2.1.1 Lokasi dan Luas DAS Cisadane

Secara geografis DAS Cisadane terletak pada 6°05’ – 6°46 LS dan 106°36’ –106°55’
BT. Mata air Sungai Cisadane berasal dari Gunung Kendeng (1.374 m), Gunung Salak
(2.211 m) dan Gunung Gede Pangrango (2.853 m). Batas-batas DAS Cisadane adalah
sebagai berikut:
a. Sebelah Barat : DAS Cimanceuri
b. Sebelah Utara : Laut Jawa
c. Sebelah Timur : DAS Angke
d. Sebelah Selatan : DAS Cimandiri dan DAS Citarik

Luas wilayah DAS Cisadane adalah 1.375,43 km² yang meliputi wilayah 5
Kabupaten/Kota dengan sebaran seperti disajikan pada Tabel 2.1.
Tabel 2-1 Lingkup Wilayah DAS Cisadane

No Kabupaten/Kota Luas (km2)


Kota Tangerang 65,37
Kota Tangerang Selatan 43,21
Kabupaten Tangerang 145,18
Kabupaten Bogor 1.074,16
Kota bogor 47,50
Total 1.375,43
Sumber: Analisis GIS dari Peta RBI, Bakosurtanal, 2012
Kepres No.12 Tahun 2012 ttg Wilayah Sungai

Dengan daerah tangkapan seluas ±1.375,43 km², Sungai Cisadane merupakan salah
satu sungai utama di Propinsi Banten dan Jawa Barat. Fluktuasi aliran Sungai
Cisadane sangat bergantung pada curah hujan di daerah tangkapannya. Aliran yang
tinggi terjadi saat musim hujan dan menurun saat musim kemarau. Debit normal
Sungai Cisadane adalah 70 m3/detik. Antara tahun 1971 dan 1997, berdasarkan

2-1
Laporan Pendahuluan
Survey Identifikasi Desain Dam Parit di Das Cisadane lanjutan

pemantauan di stasiun Pengamat Serpong, aliran sungai terendah yang pernah terjadi
tercatat sebesar 2,93 m³/detik di tahun 1991 dan tertinggi 973,35 m3/detik pada tahun
1997. Berdasarkan catatan bulanan antara tahun 1981 dan 1997, aliran minimum
terjadi antara bulan Juli dan September dengan rata-rata aliran di bawah 25 m³/detik.

Tabel 2.1 Lingkup Wilayah DAS Cisadane

No Kabupaten/Kota Kecamatan Luas (km2)

Batuceper 0,53
Cibodas 6,78
Cipondoh 3,01
1 KOTA TANGERANG Jati uwung 1,53
Karawaci 15,25
Neglasari 13,52
Periuk 6,58

2-2
Laporan Pendahuluan
Survey Identifikasi Desain Dam Parit di Das Cisadane lanjutan

No Kabupaten/Kota Kecamatan Luas (km2)

Pinang 3,12
Tangerang 15,05
KOTA TANGERANG Cisauk 37,97
2
SELATAN Serpong 5,25
Curug 35,79
Kosambi 0,97
Legok 21,18
3 TANGERANG Pagedangan 51,35
Pakuhaji 9,13
Sepatan 12,31
Teluknaga 14,46
Caringin 59,19
Ciawi 64,06
Cibungbulang 43,66
Cigudeg 46,65
Ciomas 14,85
Cisarua 3,25
Ciseeng 42,13
Dramaga 26,46
Gunung Sindur 42,96
Kemang 22,74
Leuwiliang 108,60
4 BOGOR
Megamendung 7,08
Nanggung 187,97
Pamijahan 89,68
Parung 20,18
Parung Panjang 0,06
Rancabungur 13,95
Rumpin 100,69
Sukajaya 0,99
Cijeruk 77,15
Ciampea 71,23
Tamansari 30,66
Kota Bogor Barat 16,61
Kota Bogor Selatan 29,52
5 KOTA BOGOR
Kota Bogor Tengah 1,23
Kota Bogor Timur 0,15
Total 1.375,43
Sumber: Analisis GIS dari Peta RBI, Bakosurtanal, 2012
Kepres No.12 Tahun 2012 ttg Wilayah Sungai

2-3
Laporan Pendahuluan
Survey Identifikasi Desain Dam Parit di Das Cisadane lanjutan

2.1.2 Sistem Sungai

Sungai Cisadane merupakan salah satu sungai yang cukup penting di propinsi Jawa
Barat dan Banten. Selain untuk keperluan pengairan irigasi sawah, sungai ini juga
dimanfaatkan sebagai sumber air baku untuk memenuhi kebutuhan penduduk di
Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang. Sungai
Cisadane bermata air dari dua gunung yang berada di Jawa Barat, yaitu Gunung Salak
dan Gunung Gede Pangrango. Kedua gunung tersebut terletak di perbatasan
Kabupaten Bogor sebelah selatan. Dari Gunung Gede Pangrango mengalir anak-anak
sungai yang kemudian bersatu menjadi sungai Cisadane Hulu, sedangkan dari Gunung
Salak mengalir anak-anak sungai kecil yang bertemu menjadi S. Cikaniki. Dua buah
sungai ini kemudian bertemu menjadi sungai Cisadane. Skema sistem sungai
Cisadane disajikan pada Gambar 2-2 berikut ini.
Gambar 2-1. Peta Pembagian SUB-DAS Cisadane

2-4
Laporan Pendahuluan
Survey Identifikasi Desain Dam Parit di Das Cisadane lanjutan

Tabel 2-2. Luas Masing-masing SUB-DAS Cisadane

Luas
No SUB-DAS Luas (km2) No SUB-DAS
(km2)
1 Cianten 223,79 9 Cisadane 0,30
2 Ciapus 63,26 10 Cisadane Hilir Kanan 44,03
3 Ciaruten 111,39 11 Cisadane Hilir Kiri 55,02
4 Cicayur 55,77 12 Cisadane Hulu 249,84
5 Cihowe 78,72 13 Cisadane Tengah 63,58
6 Cikaniki 199,04 14 Cisauk 24,30
7 Cipinang 22,33 15 Citempuhan 77,25
8 Cisabik 54,57 16 Jelentreng 52,23
Total 1.375,43
Sumber : Hasil Analisa, 2012
Laut Jawa
S. Sabi

S. Jelentreng
S. Cisadane
S. Cijantra

S. Cipinang

S. Cihowea
S. Citempuhan

S. Cisadane
S. Cianten

S. Ciapus
S. Ciarutan
S. Cikaniki

S. Cisadane

S. Citeureup S. Cipakancilan
S. Cigamea
S. Cipinang Gading
S. Cikaratag
S. Cipurasada
S. Cibadak S. Cimanda
S. Cisadane Hulu

S. Cikuluwang
S. Cigombong

G. Gede Pangrango G. Salak

Sumber: Analisis dari Peta RBI Skala 1:25,000, Studi Water Balance, 2009

Gambar 2-2. Sistem Sungai Cisadane

2-5
Laporan Pendahuluan
Survey Identifikasi Desain Dam Parit di Das Cisadane lanjutan

2.1.3 Debit Sungai

Fluktuasi debit sungai Cisadane dapat dilihat dari debit pengamatan yang dilakukan di
beberapa tempat. Dari hasil pengumpulan data awal diketahui bahwa di DAS Cisadane
terdapat 3 tempat debit yaitu: Pos Pengamatan Legok Muncang, Batu Beulah, dan
Bendung Pasar Baru. Pos duga air Legok Muncang berupa manual, sedangkan 2 yang
lain sudah otomatis dengan menggunakan AWLR (Automatic Water Level Recorder).
Lokasi pos pengamatan debit sungai Cisadane disajikan pada Gambar 2-3.
Pengamatan debit sungai Cisadane di Pos Legok Muncang menunjukkan bahwa debit
rata-rata sungai Cisadane selama empat tahun terakhir cukup konstan pada kisaran
13-17 m³/det. Akan tetapi debit banjir mengalami peningkatan terutama kejadian
banjir pada awal tahun 2007 dan 2008. Fluktuasi debit harian sungai Cisadane pada
Pos Legok Muncang disajikan pada Gambar 2-6.

Gambar 2-3. Lokasi Pos Pengamatan Debit dan Curah Hujan di DAS Cisadane

2-6
Laporan Pendahuluan
Survey Identifikasi Desain Dam Parit di Das Cisadane lanjutan

Sedangkan pengamatan debit harian di Pos Batu Beulah menunjukkan bahwa debit
sungai rata-rata selama empat tahun terakhir cenderung menunjukkan peningkatan.
Begitu juga dengan debit banjir yang terjadi. Besar debit rata-rata mempunyai nilai
kisaran antara 65-75 m³/det. Gambaran fluktuasi debit sungai Cisadane di lokasi
pengamatan Batu Beulah dapat dilihat pada Gambar 2-4 berikut ini.

250
y = -0.0019x + 87.718
200
Debit [m3/det]

150

100

50

0
2004 2005 2006 2007 2008
Tahun

Gambar 2-4 Debit Harian Sungai Cisadane (Pos Legok Muncang)

300
y = 0.0102x - 328.03
250

200
Debit [m3/det]

150

100

50

0
2004 2005 2006 2007 2008
Tahun

Gambar 2-5 Debit Harian Sungai Cisadane (Pos Batu Beulah)

Sedangkan debit sungai Cisadane yang diamati di kota Tangerang melalui Pos
Bendung Pasar Baru mempunyai kisaran rata-rata antara 80-90 m³/det. Debit ini lebih
tinggi karena pos pengamatan debit ini terletak di bagian paling hilir. Fluktuasi debit
harian sungai Cisadane pada Pos Pengamatan Bendung Pasar Baru disajikan pada
Gambar 2.5 berikut ini.

2-7
Laporan Pendahuluan
Survey Identifikasi Desain Dam Parit di Das Cisadane lanjutan

1,200.00
y = -0.0061x + 304.49
1,000.00

Debit [m3/det]
800.00

600.00

400.00

200.00

-
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Waktu

Gambar 2-6 Debit Harian Sungai Cisadane (Pos Bendung Pasar Baru)

2.1.4 Pembagian Sub-DAS

Sungai Cisadane mempunyai panjang total kurang lebih 127.55 km dan memiliki
beberapa anak sungai yang cukup besar. Anak-anak sungai tersebut berasal dari
Gunung Salak dan Gunung Gede Pangrango. Terdapat kurang lebih 17 sub-DAS
penting yang terdapat pada DAS Cisadane dengan luas sub-DAS yang bervariasi
antara 14.69 km² sampai dengan 227.02 km². Selengkapnya sub-DAS dan panjang
sungai serta anak-anak sungai yang terdapat pada Sub-DAS tersebut disajikan pada
Tabel 2.2 dan Gambar 2.3.
Tabel 2.2 Pembagian dan Luas Sub-DAS

Luas Sub-DAS Panjang


No. Nama Sub-DAS Sungai
(km2) Sungai (km)
Citeureup, Ciletuh, Cigamea, Cikuluwung,
Cianten 223,79 42,95 Cipuraseda, Cipanas, Cimanggu, Ciasmara,
1 Cipurwabakti, Cisurupan, Cimapag
Cisindangbarang, Ciherang, Cibinong,
Ciapus 63,26 24,48
2 Cikoneng
Ciampea, Cinanggeng, Cinangka, Cihideung,
Ciaruten 111,39 23,31
3 Cipakar, Cisasah
4 Cicayur 55,77 17,34 Cicayur, Cijantra

5 Cihowe 78,72 22,61 Kalijati, Cihowe, Cibentang


Cisadeng Girang, Cisarua, Ciangsana,
Cikaniki 199,04 48,00
6 Cilanggar
Cigintung, Ciletuh, Ciherangstim, Cimulang,
Cimande 22,33 17,82
8 Cipasirkuda, Ciheranggede
9 Cipinang 54,57 15,44 Cibodas
Cisaat, Cinala, Cikaret, Cihideung, Cibadak,
Cipinanggading 0,30 11,77
10 Cimenteng, Cikuda, Cileungsir
11 Cisabik 44,03 13,01 Cisabik

12 Cisadane Hilir Kanan 55,02 11,23 Cisdane

13 Cisadane Hilir Kiri 249,84 7,44 Cisadane

2-8
Laporan Pendahuluan
Survey Identifikasi Desain Dam Parit di Das Cisadane lanjutan

Luas Sub-DAS Panjang


No. Nama Sub-DAS Sungai
(km2) Sungai (km)
Cigombaong, Ciseblak, Ciboga. Ciencred,
Ciketuf, Citamiang, Cisalopa, Cinagara,
Cisadane Hulu 63,58 8,37 Cicukanggaleuh, Cilebak, Cipaok, Cidahu,
Cipondokmenteng, Cibedug, Cibanteng,
14 Cipaku, Cileuwibangke, Cilulumpang, Cibalok
15 Cisauk 24,30 10,12 Cisauk

16 Citempuhan 77,25 24,40 Ciwalang, Cikawung, Cisarua

17 Jelentereng 52,23 29,81 Jelentreng


Total 1.375,43

Sumber: Analisis dari Peta RBI Skala 1:25,000, Bakosurtanal, Bogor, 2012

2.2 KONDISI TOPOGRAFI


Bentuk DAS Cisadane membesar di bagian hulu dan semakin menyempit di bagian
hilirnya. Terkait dengan kondisi topografi dan kelerengannya, maka variasi lereng yang
curam terdapat di daerah hulu dan semakin datar di bagian hilirnya. Dengan melihat
kondisi ini, maka pada saat aliran air permukaan DAS Cisadane tersebut masuk ke
outlet akan mengalami kecenderungan waktu konsentrasi yang lebih lama atau
dengan kata lain mempunyai potensi genangan yang lebih tinggi. Berdasarkan
pembagian kelas lereng sebagian besar masih didominasi oleh kemiringan lereng
kurang dari 5%. Wilayah ini pada umumnya terletak di bagian tengah sampai hilir DAS
dengan luas kurang lebih 57 km². Semakin ke hulu kemiringan lereng DAS semakin
curam hingga mencapai deretan pegunungan di bagian tengah provinsi Jawa Barat.
Klasifikasi kemiringan lereng dan luas DAS Sungai Cisadane disajikan pada Tabel 2.2
di bawah ini.
Tabel 2-3 Kemiringan Lereng DAS Cisadane

Kemiringan Luas Persentase


No
Lahan (km2) (%)
1 0-8 432.57 31%
2 8-15 380.22 28%
3 15-25 249.11 18%
4 25-45 197.35 14%
5 >45 116.18 8%
1,375.43 100%
Sumber: Hasil Analisa Konsultan, 2012

Daerah dengan kemiringan datar terletak di bagian hilir yang meliputi wilayah
Kabupaten Bogor bagian utara, Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang, Semakin

2-9
Laporan Pendahuluan
Survey Identifikasi Desain Dam Parit di Das Cisadane lanjutan

ke selatan, kemiringan lereng pada umumnya semakin terjal hinggal mencapai


kemiringan >41% yang berada di deretan pegunungan antara Gunung Salak dan Gede
Pangrango. Kondisi kemiringan lereng DAS Cisadane dapat dilihat pada Gambar 2.6
berikut ini.

Gambar 2-7 Kondisi Topografi DAS Cisadane

2.3 KONDISI HIDROKLIMATOLOGI


2.3.1 Curah Hujan

Kondisi klimatologi dan hidrologi wilayah yang dikaji dipengaruhi oleh topografi, elevasi
dan angin musim. Sejalan dengan semakin tingginya elevasi, secara umum curah
hujan bertambah sementara sinar matahari dan suhu udara menurun. Kondisi curah
hujan DAS Cisadane dapat dilihat catatan curah hujan yang berasal dari pos-pos

2-10
Laporan Pendahuluan
Survey Identifikasi Desain Dam Parit di Das Cisadane lanjutan

pengamatan curah hujan yang terletak di DAS Cisadane dan sekitarnya yang
jumlahnya 6 buah, yaitu:

 Pos Hujan Dermaga Bogor


 Pos Hujan Cihideung
 Pos Hujan Empang
 Pos Hujan Kuripan
 Pos Hujan Kracak
 Pos Hujan Pasir Jaya
 Pos Hujan Bendung Pasar Baru
Curah hujan bulanan rata-rata yang tercatat pada pos-pos pengamatan curah hujan
tersebut disajikan pada Tabel 2.3 dan Gambar 2.8.
Tabel 2.3 Curah Hujan Bulanan Rata-rata (mm) Tahun 1997 -2010

Nama Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Tahunan
Pos
Cihideung 359 342 250 309 286 218 181 156 229 259 373 268 3.230
Empang 359 111 60 78 232 33 34 77 68 66 144 81 1.343
Kuripan 296 402 265 200 238 197 127 143 161 270 295 297 2.978
Kracak 284 331 220 340 321 186 131 134 158 302 382 251 3.041
Pasar Jaya 325 433 399 374 246 61 107 94 218 297 387 462 3.403
Dermaga 433 378 347 390 369 280 199 158 240 335 369 271 3.768
Pasar Baru 176 237 121 134 135 90 59 49 51 60 184 165 1.461
Rata-rata 319 319 238 273 261 152 120 116 161 227 305 256 2.746

Sumber: - Balai PSDA Ciliwung-Cisadane, Dinas PSDA Prov. Jabar


- Balai PSDA Cidurian-Cisadane, Dinas PSDA Prov. Banten

500
450
400 Cihideung
350 Empang
300 Kuripan
250 Kracak
200 Pasar Jaya

150 Dermaga
Pasar Baru
100
50
0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Gambar 2-8. Grafik Curah Hujan Bulanan Pos Hujan DAS Cisadane

2-11
Laporan Pendahuluan
Survey Identifikasi Desain Dam Parit di Das Cisadane lanjutan

Pada umumnya curah hujan tahunan DAS Cisadane cukup besar dengan nilai kisaran
1343-3768 mm, dengan fluktuasi bulanan yang tidak terlalu besar. Pengaruh angin
musim terlihat pada adanya pola curah hujan musiman yang menunjukan musim
kemarau di lokasi studi, terjadi dari bulan Juni s.d. September dan musim penghujan
pada periode Nopember s.d. Mei.

2.3.2 Iklim

Sedangkan kondisi iklim DAS Cisadane dapat dilihat dari data iklim yang diamati dari
stasiun iklim Darmaga Bogor, 1997-2010. Dari data ini dapat dilihat kondisi iklim
sepanjang tahun cukup konstan. Data kondisi iklim DAS Cisadane selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 2-4.
Tabel 2-4. Kondisi Iklim DAS Cisadane Tahun 1997 - 2010

Tahun Parameter Klimatologi


Tempertur Kelembaban Evaporasi Kec. Angin
Udara ( OC) Udara (%) (mm) (m/det)
1997 25,5 82 4,1 0,5
1998 26,1 86 3,5 1,8
1999 25,4 84 3,6 2,1
2000 25,7 84 3,7 2,0
2001 25,8 85 3,2 2,7
2002 25,8 84 3,7 2,1
2003 25,8 83 3,9 2,0
2004 25,8 84 3,7 2,5
2005 25,8 87 4,0 2,1
2006 25,9 83 4,2 2,3
2007 25,9 85 3,6 2,4
2008 25,9 86 3,8 2,3
2009 25, 89 4,2 2,6
2010 25,9 82 4,3 2,7
Sumber: Stasiun Klimatologi Darmaga, 1997-2010

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa fluktuasi besaran klimatologi untuk DAS
Cisadane pada umumnya tidak terlalu banyak berubah. Temperatur udara rata-rata
bulanan berkisar 20.8 -25.9°C. Kelembaban udara berkisar pada nila 82-87%.
Evaporasi berada pada kisaran 3.2 – 4.1 mm dan kecepatan angin pada kisaran 0.5-
2.4 m/det.

2-12
Laporan Pendahuluan
Survey Identifikasi Desain Dam Parit di Das Cisadane lanjutan

2.4 KONDISI GEOLOGI


Berdasarkan tatanan geologi DAS Cisadane termasuk kedalam 2 (dua) zona fisiografi,
yakni zona Bogor, menempati wilayah Bogor yang dicirikan oleh adanya antiklinorium
dengan arah barat-timur dan terdiri dari sedimen tua menyembul di antara endapan
vulkanik. Batas kedua zona tersebut di lapangan tidak terlalu jelas karena tertutup oleh
endapan gunung api kuarter.
Batuan tertua menempati inti antiklin yang secara berurutan ditutupi oleh batuan yang
lebih muda yang tersingkap pada bagian sayap antiklin di bagian utara dan selatan.
Berdasarkan peta geologi Lembar Bogor oleh A.C. Effendi, (1986) yang dikorelasikan
dengan peta geologi lembar Jakarta oleh T. Turkandi, (1992) dapat dikelompokkan
secara sederhana menjadi 3 (tiga) satuan batuan, yakni :

 Batuan sedimen tersier


 Batuan volkanik dan terobosan
 Batuan endapan permukaan
Berikut ini adalah penjelasan dari kondisi formasi batuan yang ada di DAS Cisadane:
a. Formasi Jatiluhur (Tmj)
Formasi ini berumur Miosen Tengah terdiri dari napal berwarna kelabu, tidak
berlapis dan lunak, kaya akan plankton dan mengandung nodul batulempung
karbonatan, serpih, lempung berwarna kebiruan, berlapis baik tebal 3-5 cm,
mengandung banyak fosil moluska, koral dan foraminifera kecil serta batupasir
kuarsa. Batuan yang menyusun formasi ini mempunyai permeabilitas yang
relatif kecil sehingga bertindak sebagai nir-akuifer.
b. Formasi Klapanunggal (Tmk)
Formasi ini berumur Miosen Tengah terdiri dari batulgamping terumbu padat
dengan foraminifera besar dan echinodermata, batugamping pasiran, napal,
batupasir kuarsa glokonitan dan batupasir hijau. Secara hidrogeologi
batugamping terumbu yang menyusun bagian bawah formasi ini di mana
terjadi perekahan dan pelarutan tingkat lanjut (karstifikasi) dapat diharapkan
sebagai akuifer yang baik dengan harga kelulusan yang besar. Pada
batugamping pasiran yang menyusun bagian atas formasi ini, proses pelarutan

2-13
Laporan Pendahuluan
Survey Identifikasi Desain Dam Parit di Das Cisadane lanjutan

dan pengkekaran berkembang kurang baik, mengingat batuan ini berselingan


dengan napal yang bertindak sebagai lapisan penyekat (akuiklud).
c. Anggota Breksi Cantayan(Tmch)
Satuan batuan ini berumur Miosen Tengah terdiri dari breksi polymik dengan
pecahan-pecahan batuan bersusun andesit-basal, batugamping koral dan
batupasir andesit tersisip di bagian atas. Ketebalan satuan batuan ini dapat
mencapai 1200 m (Sudjatmiko, 1972). Tersingkap terbatas di bagian timur
lembar peta.
d. Satuan Lensa Batugamping Bojongmanik (Tmbl)
Satuan batuan ini berumur Miosen Atas, terdiri dari batugamping keras
mengandung moluska. Penyebarannya terbatas disekitar Leuwiliang. Satuan
ini bertindak sebagai nir-akuifer.
e. Formasi Bojongmanik (Tmb)
Formasi ini terdiri dari perselingan batupasir, tufa batuapung, napal
batugamping dan batulempung bitumen dengan sisipan lignit dan sisa-sisa
damar. Batupasir berwarna kelabu kehijauan, berbutir halus-sedang,
membundar tanggung sampai bundar, terpilah baik, tersusun oleh kuarsa dan
banyka glokonit dengan ketebalan 40-80 cm. Batulempung berwarna kelabu-
kebiruan, berlapis baik, berstruktur perairan agak padat dengan ketebalan
berkisar dari 10 – 30 cm. Formasi Bojongmanik yang tersusun oleh batupasir
dan batulempung mempunyai permeabilitas sedang sampai kecil, dapat
bersifat lulus air (akuifer) dan pada batulempungnya bersifat kedap air
merupakan batuan nir-akuifer.
f. Endapan Volkanik Tua (Qvt)
Batuan endapan batuan ini berumur Kwarter Tua, terdiri dari breksi, aliran lava
bersusun andesit sampai basal, dan tufa batuapung, umumnya berwarna
merah kecoklatan sebagian besar lapuk kuat.
g. Endapan Gunungapi muda (Qvm)
Satuan batuan ini berumur Kwarter Muda (Pleistosen), terdiri dari breksi, lahar,
lava, bersusun andesit basal, lavili dan tufa batuapung, pasiran berselingan
dengan tufa pasir atau tufa halus. Breksi. Lahar dan lava berstruktur bantal.
Umumnya berwarna kelabu, padat, permukaan kasar, menyudut-membundar

2-14
Laporan Pendahuluan
Survey Identifikasi Desain Dam Parit di Das Cisadane lanjutan

tanggung, terpilah buruk, dengan masa dasar batupasir kasar bersusun


andesitan. Batuan ini mempunyai harga kelulusan rendah-sedang, setempat
sebagai akuifer.
h. Endapan Permukaan Kipasa Aluvium (Qav)
Terdiri dari lanau, pasir, kerikil dan kerakal dari batuan volkanik kuarter, bersifat
tufaan yang diendapkan kembali membentuk morfologi kipas dengan pola
aliran ”dischotomic”. Pada batupasir kerikilan diduga mempunyai kelulusan
sedang-tinggi, batuan ini sebagai akuifer.

Gambar 2-9. Peta Geologi DAS Cisadane

2-15
Laporan Pendahuluan
Survey Identifikasi Desain Dam Parit di Das Cisadane lanjutan

2.5 KONDISI HIDROGEOLOGI


2.5.1 Mandala Air tanah
Berdasarkan faktor-faktor pendukung DAS Cisadane dapat dikelompokkan menjadi 4
satuan Mandala Airtanah, yaitu :
a. Mandala Airtanah Gunungapi Strato
b. Mandala Airtanah Perbukitan
c. Mandala Airtanah Daratan

Mandala Air tanah Gunung api Strato


Secara alami, air tanah yang terbentuk dari bagian puncak dan tubuh/lereng gunung
akan mengalir menyebar kearah kaki gunung, sehingga produktivitas akuifer secara
berangsur akan meninggi kearah bagian kaki gunung.
Bagian puncak digolongkan sebagai daerah airtanah langka/nirakuifer, sedang bagian
tubuh dan kaki merupakan daerah produktif tinggi hingga lebih dari 10 l/det.
Kedudukan muka airtanah bervariasi dari mulai dekat permukaan tanah sampai dalam,
terutama sangat dalam bagian tubuh gunung api.
Permunculan mata air dari mulai kurang dari 10 l/det hingga lebih dari 100 l/det,
terutama menyebar pada bagian tubuh gunung api.

Mandala Airt anah Perbukitan


Litologi penyusun dari Mandala Airtanah perbukitan terdiri dari endapan tersier dan
endapan kuarter. Endapan tersier berupa batulempung, batupasir, konglomerat, tufa,
sisipan batugamping. Endapan kuarter terdiri dari batuan vulkanik muda dan vulkanik
tua terdiri dari breksi, lahar, tufa batuapung di daerah lereng curam. Penyebaran mata
air di Mandala ini sering dijumpai dengan debit umumnya kurang dari 10 l/det. Akuifer
pada satuan Mandala ini umumnya dikelompokkan dalam akuifer produktivitas rendah
terutama pada daerah-daerah dengan timbulan tajam yang merupakan pencerminan
tingkat kelulusan batuan yang rendah, sehingga aliran permukaan semakin menonjol
dibandingkan dengan tingkat peresapannya. Tataguna lahan di mandala ini berupa
ladang, belukar, sawah, pemukiman, kebun teh, kebun karet, dan hutan.

Mandala Air tanah Daratan


Litologi penyusun dari mandala ini terutama terdiri dari endapan bersifat lepas dari
endapan kuarter berupa kerakal, kerikil, pasir, lempung. Bahan-bahan lepas terutama

2-16
Laporan Pendahuluan
Survey Identifikasi Desain Dam Parit di Das Cisadane lanjutan

diendapkan oleh S. Citepus berupa cabang-cabangnya berupa endapan aluvium


pantai. Produktivitas tergolong sedang, terdiri dari akuifer yang tidak menerus dan
tipis, muku air tanah beragam dari sangat dangkal hingga lebih dari 10 m dibawah
muka tanah setempat , debit sumur umumnya lebih dari 5 l/det.
Tatagunu lahan di daerah ini berupa pemukiman, ladang, kebun sawah dan merupakan
daerah wisata.

2.5.2 Tataan Air tanah

Kedudukan muka airtanah preatik (water table) di daerah penyelidikan diketahui


dengan pengukuran melalui sumur gali yang dilakukan selama penyelidikan lapangan.
Sedangkan kedudukan muka airtanah tertekan (peizometric head) diketahui dari
pengukuran muka airtanah statis pada sumurbor Satriyo Hadipurwo (1990) dan Iwaco
(1989). Selain itu pada penyelidikan ini dilakukan juga pengukuran pada beberapa
sumurbor.

Airtanah Dangkal
Sistem airtanah dangkal dijumpai sampai kedalaman sekitar 20 m bmt. Sistem
akuifernya terdiri dari beberapa lapisan pasir hingga kerakal diselingi dengan lapisan-
lapisan, lempung dengan ketebalan total lapisan mencapai 10 m.
Didasarkan pada pengamatan sumurgali yang ada di daerah penyelidikan, muka
airtanah sangat beragam. Di wilayah utara meliputi daerah Bogor, Ciawi,
Kedunghalang, Leuwiliang secara berangsur ke arah utara semakin dangkal dengan
kisaran 0,5 – 15m di atas muka laut, dengan kedalaman sumur antara 1 – 19 m di
bawah muka tanah setempat.

Air tanah Dalam


Sistem akuifer dalam umumnya dijumpai pada endapan Kuarter dengan litologi akuifer
berupa pasir tufaan dijumpai di bagian utara daerah penyelidikan, meliputi daerah
Bogor, Kedunghalang, Cimanggu. Kearah selatan meliputi daerah Cijeruk, Cicurug,
Klapanunggal, Cibadak, Cisaat, dan Sukaraja, litologi penyusun akuifer umumnya
berupa breksi dan tufa pasiran.
Ketebalan system akuifer pada lapisan Kuarter di daerah Keduhalang, Bogor mencapai
50 m, kearah lebih selatan disekitar Ciawi, Wanguntipar lapisan kuarter ini semakin
menipis. Secara regional system akuifer wilayah DAS Cisadane diselingi oleh lapisan

2-17
Laporan Pendahuluan
Survey Identifikasi Desain Dam Parit di Das Cisadane lanjutan

akuitar (lempung) yang mempunyai ketebalan umum sekitar 20 m dan alas dari
lapisan kuarter ini adalah lapisan tersier yang umumnya kedap air atau produktif kecil.
Didasarkan pada pengamatan sumurbor yang ada di daerah penyelidikan, muka
airtanah statis sangat beragam, di wilayah utara meliputi daerah Bogor – Tangerang.
Muka airtanah statis berkisar antara 40,5 m bmt hingga 1,3 m amt (mengalir sendiri),
kedalaman sumur antara 81 – 160 m bmt setempat dengan kedudukan akuifer antara
37 – 157 m bmt. Airtanah ini umumnya setengah tertekan sampai tertekan. Arah aliran
airtanah dalam di daerah Bogor kearah utara.

2.5.3 Pemunculan Mata air

Pemunculan mataair (MA) di daerah penyelidikan umumnya di kontrol oleh factor-


faktor morfologi, litologi, struktur geologi, dan tata guna lahan.
Menurut jenisnya (Todd, 1980) mata air di daerah penyelidikan dapat digolongkan
menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :
a. Mataair depresi (depretion springs) terbentuk karena permukaan tanah
memotong muka air tanah
b. Mataair rekahan/struktur sesar (fracture / fault springs), muncul dari struktur
rekahan atau jalur sesar.
c. Mataair kontak (contact spring), muncul pada kontak batuan impermeable
(batuan tersier) dan permeable (batuan kuarter).
Berdasarkan data mataair tersebut, maka dapat dilihat debit mata air yang terbesar
terdapat pada jenis mata air depresi dengan debit umumnya lebih dari 100 l/dtk.

2-18
Laporan Pendahuluan
Survey Identifikasi Desain Dam Parit di Das Cisadane lanjutan

Gambar 2-10. Peta Cekungan Air Tanah di DAS Cisadane

2.5.4 Sistem Akuifer Endapan Permukaan dan Batuan Dasar

Penyebaran dan Sistem Akuifer


Seperti telah disebutkan sebelumnya, beberapa formasi batuan dapat bertindak
sebagai akuifer baik pada akuifer endapan permukaan maupun endapan batuan dasar,
sedang selebihnya merupakan formasi batuan nir-akuifer. Oleh sebab itu penyebaran
akuifer, baik vertical maupun horizontal identik dengan penyebaran formasi batuan
tersebut.
Sistem akuifer endapan permukaan dan batuan dasar dipakai sebagai landasan
disusunnya peta hydrogeology akuifer endapan permukaan (surficial aquifers) dan
peta hydrogeology akuifer batuan dasar (bedrock akuifers ).
System akuifer endapan permukaan didasarkan pada telaah penyebaran endapan

2-19
Laporan Pendahuluan
Survey Identifikasi Desain Dam Parit di Das Cisadane lanjutan

alluvium sungai, alluvium pantai dan kedalaman dari sumur-sumur gali di daerah
penyelidikan. Ketebalan endapan permukaan maupun kedalaman dari sumur-sumur
gali tersebut dapat mencapai sekitar 15 m.
Pada umumnya system ekuifer endapan permukaan dijumpai pada endapan-endapan
kuarter dan di beberapa bagian dijumpai di daerah pelapukan batuan Tersier. Pada
penyusunan peta hidrogeologi endapan permukaan di daerah penyelidikan, tinjauan
kedalamannya dianggap sampai 20 m. hal ini mengingat kedalaman sumur-sumur
gali yang ada di Indonesia pada umumnya kedalamannya dapat mencapai 20 m.
Untuk penyusunan peta hidrogeologi batuan dasar, telaah kedalaman akuifer diambil
lebih dari 20 m. titik-titik minatan hidrogeologi batuan dasar diambil dari pengamatan
sumurbor dan mataair. Di daerah penyelidikan kedalaman lebih besar dari 20 m
melibatkan endapan Kuarter dan Tersier.

Akuifer Endapan Permukaan


Akuifer endapan permukaan pada umumnya menempati daerah dataran aluvium
pantai, alluvium sungai dan dataran kipas alluvium. Berdasarkan telaah morfologi dan
geologi, cekungan airtanah secara ringkas terbagi menjadi 3 wilayah, yaitu wilayah
cekungan airtanah dengan luah sumur antara 1-5 l/det, wilayah airtanah dengan luah
kurang dari 1 l/det dan wilayah airtanah langka/nir-akuifer (Lihat Peta Hidrogeologi)
System aliran airtanah pada ekuifer ini melalui ruang antar butir, umumnya
dimanfaatkan melalui sumurgali dengan diameter kurang dari 2m dan kedalaman
sumur sampai 14 m. akuifer umumnya terdiri dari beberapa lapisan, ketebalan akuifer
antara 1-4 m dengan selingan lapisan lempung.

Akuifer Batuan Dasar


Akuifer batuan dasar, di daerah penyelidikan penyebarannya terutama menempati
daerah kaki gunungapi dari G. Salak dan G. Gede – Pangrango. Berdasarkan telaah
morfologi dan geologi, cekungan air tanah dapat dibagi menjadi 3 (tiga) wilayah, yaitu
wilayah air tanah dengan luas sumur antara 5-25 l/det, wilayah airtanah dengan luah
sumur kurang dari 5 l/det, wilayah airtanah langka/nir-akuifer (Lihat Peta Hidrogeologi)
System aliran airtanah pada akuifer batuan dasar bervariasi, umumnya melalui ruang
antar butir dan rekahan dan system aliran melalui celahan/saluran pelarutan pada
mandala air tanah karst.

2-20
Laporan Pendahuluan
Survey Identifikasi Desain Dam Parit di Das Cisadane lanjutan

Akuifer batuan dasar umumnya terdiri dari beberarapa lapis ekuifer dengan ketebalan
lapisan antara 3 – 66 m. Litologi akuifer di derah ini umumnya merupakan batuan
Kuarter, terdiri dari beberapa lapis pasir dan tufa pasiran dijumpai di daerah utara
lembar peta meliputi daerah Bogor, Kedunghalang, Ciawi. Didasarkan pada diagram
pagar dari sumurbor-sumurbor terpilih disekitar Bogor, Kedunghalang, lapisan-lapisan
akuifer tersebut penyebarannya di sebagian tempat menerus dan di berbagai tempat
lainnya tidak menerus.

Gambar 2-11 Kondisi Hidrogeologi Kabupaten dan Kota Bogor

2.6 KONDISI TATA GUNA LAHAN


Penutupan lahan di bagian hulu DAS Cisadane didominasi oleh lahan pertanian
semusim dan daerah ladang, sawah dan tegalan. Khusus untuk daerah Cisadane hulu
terutama di daerah Kecamatan Caringin dan Ciawai yang meliputi Desa Pasir Buncir,
Cinagara, Tangkil, Lemah Duwur dan Pancawati sebagian besar dikuasasi oleh para
pengembang yang merupakan tanah bekas perkebunan karet sehingga banyak
masalah yang berkaitan dengan masalah sosial terkait dengan status kepemilikan dan
masalah sosial terkait dengan kesempatan kerja yang ada sehingga memerlukan
penanganan yang seksama.

2-21
Laporan Pendahuluan
Survey Identifikasi Desain Dam Parit di Das Cisadane lanjutan

Gambar 2-12 Kondisi Hidrogeologi Kabupaten dan Kota Tangerang

Di bagian tengah yang meliputi Kota Bogor, Rumpin dan Serpong terdapat lahan
terbangun tersebar merata di bagian tengah. Kurang lebih 17,7% dari total luas DAS ini
adalah lahan terbangun. Daerah yang termasuk pemukiman ± 15,45%. Selengkapnya,
proporsi luasan tipe penutupan lahan yang lainnya disajikan pada Tabel 2.4 ini.
Tabel 2-5. Tata Guna Lahan DAS Cisadane

No Tutupan lahan Luas (km2)


1 Air Tawar 16.35
2 Belukar/Semak 131.92
3 Empang 8.63
4 Gedung 3.25
5 Hutan 183.03
6 Kebun/Perkebunan 284.27
8 Pemukiman 217.29
9 Rawa 1.35
10 Rumput/Tanah kosong 57.58
11 Sawah Irigasi 194.61
12 Sawah Tadah Hujan 152.79
14 Tegalan/Ladang 124.36
Total 1,375.43
Sumber: Pusat Penelitian Tanah dan Agrolimat Bogor, 2012

2-22
Laporan Pendahuluan
Survey Identifikasi Desain Dam Parit di Das Cisadane lanjutan

2.7 JENIS TANAH


Berdasarkan peta tanah klasifikasi USDA skala 1 : 250.000 dari Pusat Penelitian Tanah
dan Agroklimat, daerah kajian meliputi 8 tipe jenis tanah, sebagai berikut:
a. Distrandept adalah jenis tanah abu vulkanik agak lapuk dengan nilai jenuh
rendah, berlapis tanah-bawah, basa dan lapis tanah atas tebal hitam
b. Distropept adalah tanah agak lapuk iklim panas dengan nilai jenuh tanah bawah
basa yang rendah
c. Eutropept adalah tanah iklim panas agak lapuk dengan kejenuhan basa
d. Hidroquent adalah tanah tak-lapuk, jenuh permanen, yang lembut bila terinjak
dan sebagian besar bertenstur halus
e. Paleudult adalah tanah asam sangat lapuk dengan tanah-bawah yang tebal,
merata dan bertekstur lebih halus
f. Rendole adalah tanah bersifat asam lemah sampai netral, lapuk moderat,
dangkal berwarna gelap pada bahan induk berkapur
g. Tropaquept adalah tanah iklim panas yang jenuh permanen, agak lapuk tak
diperbedakan
h. Tropulalf adalah tanah lapuk benar di iklim panas dengan tanah bawah
bertekstur lebih halus
i. Vitrandept adalah tanah debu vulkanik agak lapuk mempunyai tekstur dominan
kasar dan lapisan atas yang hitam.

2-23
Laporan Pendahuluan
Survey Identifikasi Desain Dam Parit di Das Cisadane lanjutan

Gambar 2-13. Peta Tata Guna lahan DAS Cisadane

Peta sebaran jenis tanah menunjukkan di bagian hulu DAS Cisadane, beragam jenis
tanahnya. Distropept lebih mendominasi jenis tanah di bagian hulu DAS Cisadane.
Jenis tanah Paleudult lebih mendominasi di bagian tengah DAS Cisadane dan di
bagian hilir lebih didominasi oleh jenis tanah Tropaquept.

2.8 KELOMPOK HIDROLOGI TANAH


Kelompok hidrologi tanah menggambarkan karakteristik kemampuan laju inflitrasi
tanah. United Stated Soil Conservation Service membagi tanah menjadi 4 kelompok
hidrologi tanah, yaitu:
a. Grup A : potensi run-off rendah, tanah mempunyai laju transmisi air tinggi (laju
infiltrasi final lebih besar 0,72 cm/jam), tektur berpasir

2-24
Laporan Pendahuluan
Survey Identifikasi Desain Dam Parit di Das Cisadane lanjutan

b. Grup B : tanah mempunyai laju transmisi air tergolong sedang (laju infiltrasi
final antara 0,72 – 0.36 cm/jam), tektur lempung berpasir
c. Grup C : tanah mempunyai laju transmisi air tergolong lambat (laju infiltrasi final
antara 0,36-0,12 cm/jam), lempung berliat, lempung berpasir dangkal, tanah
berkadar bahan organik rendah, dan tanah –tanah berkadar liat tinggi
d. Grup D : potensi run-off tinggi, tanah mempunyai laju transmisi air tergolong
sangat rendah (laju infiltrasi final lebih kecil 0,12 cm/jam), tanah-tanah yang
mengembang secara nyata jika basah, liat berat, dan plastis.

Gambar 2-14. Sebaran Jenis Tanah dan Bentuk lahan DAS Cisadane

Dari hasil kajian yang telah dilakukan, diketahui bahwa kelompok hidrolgi tanah DAS
Cisadane bagian hulu didominasi oleh kelompok hidrologi tanah B, kemudian daerah
tengah didominasi oleh kelompok hidrologi tanah C, dan di bagian hilirnya didominasi

2-25
Laporan Pendahuluan
Survey Identifikasi Desain Dam Parit di Das Cisadane lanjutan

oleh kelompok hidrologi tanah D. Selengkapnya, kelompok hidrologi tanah DAS


Cisadane disajikan pada Gambar 2.3.

2.9 JUMLAH DAN KEPADATAN KEPENDUDUKAN


Seperti pada umumnya wilayah di Pulau Jawa, DAS Cisadane mempunyai kepadatan
yang cukup tinggi. Di kota Tangerang yang merupakan wilayah hilir DAS Cisadane
kepadatan penduduk mencapai 9.167 jiwa/km². Sedangkan di bagian hulunya, yaitu di
Kabupaten Bogor, kepadatan penduduk adalah 1.596 jiwa/km². Jumlah penduduk dan
kepadatan wilayah DAS Cisadane dapat dilihat pada Tabel 2.5 berikut ini.
Tabel 2-6. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Jumlah
Luas Wilayah Kepadatan
No. Kabupaten/Kota Penduduk
(km²) (jiwa/km²)
(jiwa)
1 Kota Bogor 116,65 905.132 7.759
2 Kabupaten Bogor 2,663,82 4.251.838 1.596
3 Kota Tangerang 164,55 1.508.414 9.167
4 Kabupaten Tangerang 1.110,38 3.502.226 3.154
Kabupaten Tangerang
5 1.110,38 3.502.226 3.154
Selatan
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka 2011, Kab. Bogor Dalam Angka 2011, Kota
Tangerang Dalam Angka 2011, Kabupatn Tangerang Dalam Angka 2011

2-26

Anda mungkin juga menyukai