Bengkulu
BAB 2
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Gambar 2.1
Peta Administratif Kota Bengkulu
Tabel 2.1
Jumlah Kecamatan, Kelurahan/Desa, Rukun Warga, Rukun Tetangga dan Luas Wilayah Kota Bengkulu
Bengkulu Tahun 2012
2
NO Kecamatan Kelurahan RW RT Luas (Km )
1 Selebar 6 39 169 46.36
2 Kampung Melayu 6 25 111 23.14
3 Gading Cempaka 5 30 123 14.42
4 Ratu Agung 8 40 166 11.02
5 Ratu Samban 9 28 92 2.84
6 Singgaran Pati 6 35 123 14.44
7 Teluk Segara 13 31 96 2.76
8 Sungai Serut 7 22 77 13.53
9 Muara Bangkahulu 7 30 134 23.18
Jumlah 67 351 1091 151.70
Sumber : BDA Kota Bengkulu 2012
Wilayah Kota Bengkulu berdasarkan letak geografis berada ditepi pantai Barat
0 0 0 0
Sumatera dengan posisi 102 12-102 22 Bujur Timur dan 3 45-3 59 Lintang
Selatan. Kota Bengkulu terletak pada ketinggian antara 0 100 m/dpl, dengan
persebaran sporadis pada setiap wilayah kota, sehingga menyebabkan morfologi kota
yang bergelombang. Lokasi dengan titik tertinggi (hingga 100m/dpl) berada dibagian
Tenggara (Kec. Selebar). Sementara titik terendah (antara 0 10 m/dpl) di bagian
Selatan, Utara dan Timur, sedangkan Pusat Kota Bengkulu sendiri berada pada
ketinggian antara 10 25 m/dpl.
Dalam Peta Geologi Lembar Bengkulu dan sekitarnya (S. Gafoer, T. C. Amin dan R.
Pardede, 1992/ skala 1:250.000, bahwa wilayah Kota Bengkulu secara umum
tersusun oleh endapan permukaan (surfifal deposits) berumur Kuarter dan batuan
sendimen dan gunung api (sendimrntary and volcanic rocks) serta batuan terobosan
berumur Tersier.
Urutan stratigrafi dari batuan termuda sampai tertua adalah sebagai berikut:
a. Undak Aluvium (Qat), batuan ini merupakan endapan permukaan termuda,
berumur Holosen Kuarter yang tersusun oleh pasir, lanau, lempung dan kerikil
yang dibentuk oleh endapan sungai, pantai dan rawa. Endapan ini penyebarannya
hampir diseluruh Kota Bengkulu, mulai dari bagian Utara hingga bagian Selatan,
namun tidak mencapai batas kota di sebelah Timur, dengan luas sekitar 62,8
persen.
b. Aluvium (Qa), batuan ini berumur Holosen Kuarter yang tersusun oleh bongkah,
kerikil, pasir, lanau dan lumpur. Endapan permukaan ini penyebarannya hanya
pada sebagian wilayah Kecamatan Muara Bangkahulu, Kecamatan Sungai Serut
dan Kecamatan Singaran Pati (seluruh kawasan Danau Dendam Tak Sudah),
dengan luasan berkisar sekitar 15 persen.
c. Endapan Rawa (Qs), endapan permukaan yang berumur Holosen Kuarter ini
tersusun oleh pasir, lanau dan lumpur dengan sisa tumbuhan. Penyebarannya
hanya terdapat pada bagian Utara Kecamatan Muara Bangkahulu dan Kecamatan
Singaran Pati, dengan luas total sekitar 3 persen.
d. Batu Gamping Terumbu Karang (QI), endapan permukaan yang berumur Plistosen
Kuarter ini tersusun oleh batu gamping terumbu. Penyebarannya sporadis pada
beberapa kecamatan, umumnya berbatasan langsung dengan laut, yaitu
a. Air Permukaan terdapat di Kota Bengkulu dapat ditemu kenali dari informasi
Satuan Wilayah Sungai/Wilayah Sungai (SWS/WS) dan Daerah Aliran Sungai
(DAS). Pentingnya informasi mengenai SWS/WS dan DAS, karena masing-masing
WS umumnya mempunyai karakteristik berbeda, demikian juga dengan DAS yang
diharapkan dapat memberikan gambaran potensi sungai sampai orde yang
terkecil.
Air permukaan yang terdapat di Kota Bengkulu dimanfaatkan sebagai sumber air
baku bagi penduduk Kota Bengkulu oleh PDAM. Salah satunya adalah IPA
Surabaya yang memanfaatkan Air Bengkulu sebagai sumber air baku. Selain IPA
Surabaya, pemanfaatan sumber air baku oleh PDAM adalah Air Jenggalu, dengan
IPA Nelas, yang terletak di Kabupaten Seluma. Dari kedua IPA tersebut mempunyai
kapasitas terpasang dan kapasitas produksi sebesar 650lt/detik.
b. Air Tanah, potensi air tanah dangkal di Kota Bengkulu berupa sumur dan mata air.
Penggunaan sumur sebagai sumber air baku oleh penduduk digunakan hampir
merata di seluruh wilayah kota. Kedalaman sumur untuk mendapatkan air adalah
sekitar 10-15 m. Adapun sumber mata air di Kota Bengkulu terdapat di beberapa
lokasi, yang dimanfaatkan sebagai sumber air baku. Potensi air tanah dalam Kota
Bengkulu berdasarkan Peta Hidrogeologi Lembar Bengkulu, skala 1 : 250.000 dari
Direktorat Geologi Tata Lingkungan digambarkan sebagai berikut:
Tabel 2.2
Kondisi Air Tanah Kota Bengkulu
Daerah air tanah buruk yang terdapat pada bagian selatan Kec. Kampung Melayu
Gambar 2.2
Gambar Peta Penggunaan Lahan
PENYUSUNAN RENCANA
PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN
PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
KOTA BENGKULU
PETA 2.3
LEGENDA:
Jalan
Sungai
Kantor Camat
Kantor Desa
Permukiman
Pertanian
Ruang Terbuka Hijau
Perdagangan
Jasa
Pemerintahan
Pendidikan
Peribadatan
PELUD FATMAWATI Industri
SOEKARNO
Ke Seluma
Ke Jenggalu
Ke Simpang
Tiga
Ngalam
KOTA BENGKULU
PEMERINTAH KOTA BENGKULU
II - 14
Samban dan Kecamatan Gading Cempaka, dengan luas keseluruhan sekitar 3,19
km.
2. Lahan non-terbangun masih cukup luas dan merupakan kawasan potensial untuk
dikembangkan pada masa mendatang. Jenis penggunaan lahan non-terbangun
yang cukup mendominasi di Kota Bengkulu adalah kebun campuran seluas 20,41
km dan semak belukar seluas 27,28 km. Kebun campuran dan semak belukar
menyebar merata di seluruh kecamatan, kecuali di Kecamatan Teluk Segara dan
Kecamatan Ratu Samban.
Untuk lebih jelasnya, penggunaan lahan di Kota Bengkulu dapat dilihat pada tabel
2.3 berikut ini:
Tabel 2.3
Penggunaan Lahan Kota Bengkulu, Tahun 2010
Iklim di wilayah Kota Bengkulu adalah iklim tropis, dengan temperatur udara
rata-rata 22 C - 32 C. Lama penyinaran matahari rata-rata berkisar antara 40 80,5.
Curah hujan rata-rata 268,17 mm/bulan dengan jumlah rata-rata hari hujan setiap
bulannya pada tahun 2012 adalah sejumlah 18 hari hujan. Berdasarkan klasifikasi
iklim, daerah ini tergolong tipe iklim A (Tropis Basah) dengan kelembaban 70
87persen. Jumlah bulan basah 10 bulan, yakni pada bulan Oktober - Juli. Temperatur
rata-rata tahunan antara 25 - 27C dengan curah hujan bulanan berkisar 230 - 620
mm, dengan jumlah hari hujan berkisar antara 10 - 23 hari.
0 0
Suhu udara maksimum berkisar antara 29,6 C 31,5 C dan suhu minimum
0 0
berkisar antara 23,1 C 24,2 C dengan curah hujan rata-rata 2.626 mm/ tahun dan
rata-rata hari hujan sekitar 188 hari/tahun. Curah hujan tahunan berkisar 2.500
4.000 mm. Kecepatan angin rata-rata 18 knot atau sekitar 10 km/jam, tekanan udara
berkisar antara 1008,4 1012,6 MB dan kecepatan angin maksimum berkisar 14 - 32
mil/jam. Lama penyinaran matahari rata-rata berkisar antara 55 86 persen. Untuk
lebih jelasnya beberapa informasi klimatologi Kota Bengkulu pada tahun 2007-2011,
dapat dilihat pada Tabel : 2.4.
Tabel 2.4
Jumlah Curah Hujan (mm) tiap bulan Tahun 2007 2011
1. Pertanian
Sektor pertanian yang memberikan kontribusi PDRB sebesar 6,99 persen pada
tahun 2010 dan sektor ini mengalami pertumbuhan paling tinggi dibandingkan
sektor lainnya. Kontribusi sektor pertanian pada PDRB terbesar disumbangkan
oleh subsektor perikanan, sedangkan sumbangan sektor peternakan, tanaman
pangan dan perkebunan jauh lebih kecil. Subsektor Perikanan dan Peternakan
mempunyai peluang yang sangat baik untuk ditingkatkan agar memberikan
kontribusi yang signifikan.
Tabel 2.5
Luas Panen dan Produksi Komoditi Pertanian
Tanaman Pangan di Kota Bengkulu Tahun 2011
Luas Tanam Luas Produksi Rata-rata
Tahun Produksi
(Ha) Panen (Ha) (Ton)
(Ton/Ha)
(1) (2) (3) (4) (5)
Padi Sawah 3.760,00 2.761,00 14.042,25 5,03
Padi Gogo 0 0 0 0
Jagung 610,00 590,00 2.507,50 4,25
Kedelai 0 0 0 0
Kacang Tanah 20,00 21,00 20,00 1,00
Kacang Hijau 14,00 13,00 13,72 0,98
Ketela Pohon 747,00 704,00 8.060,80 11,45
Ubi Jalar 20,00 22,00 203,50 9,25
Sumber : BDA Kota Bengkulu 2012
Tabel 2.6
Luas tanaman, luas panen, produksi dan rata-rata produksi tanaman sayuran Kota Bengkulu 2011
Tahun Luas Tanaman Luas Panen Produksi Rata-rata
(HA) (HA) (Ton) Produksi
(Ton/HA)
lombok 47 63 896,60 14,23
Ketimun 49 43 516 12
terung 78 94 797,60 8,49
Kacang Panjang 68 82 1100,40 13,42
Kangkung 217 221 2005 9,07
Bayam 260 256 958,20 3,74
Melinjo 0,36 8,55 63,28 740
Tomat 26 30 338,40 11,28
Sumber : BDA Kota Bengkulu 2012
2. Peternakan
Sub sektor peternakan memberikan kontribusi yang cukup kuat terhadap sektor
pertanian Kota Bengkulu. Hasil produksi ternak di Kota Bengkulu meliputi ternak
unggas seperti ayam kampung, ayam petelur, ayam potong dan itik serta ternak
ruminansia yang meliputi sapi, kerbau, kambing dan domba. Meskipun demikian sub
sektor ini masih sangat mungkin untuk didorong perkembangannya agar prospeknya
lebih baik. Selain untuk mencukupi kebutuhan di dalam kota, upaya peningkatan
produksi ternak juga dapat ditujukan untuk memenuhi permintaan
daerah/propinsi lain. Komoditi ternak yang prospeknya baik adalah ternak sapi
potong dan ayam potong.
Tabel 2.7
Populasi Ternak Menurut Jenisnya di
Kota Bengkulu Tahun 2007-2012
Tabel 2.8
Produksi daging ternak menurut jenisnya ( Ton )
Di Kota Bengkulu 2007-2011
Permasalahan yang ada pada sub sektor peternakan ini sebagian besar disebabkan
oleh antara lain:
1. Lemahnya manajemen usaha tani peternakan,
2. Kurangnya akses permodalan.
3. Rendahnya kualitas sumber daya manusia yang berkecimpung di sub sektor
peternakan baik di bidang manajemen maupun teknis usaha peternakan.
Tabel 2.9
Perkembangan Jumlah Nelayan dan Petani Ikan di Kota Bengkulu
Tahun 2007-2011
Pada tabel 2.9 dapat dilihat bahwa jumlah nelayan mengalami penurunan dari
tahun 2007 yang sebanyak 3.850 menjadi 3.700 pada tahun 2011, petani tambak
menunjukkan jumlah kenaikan yang signifikan yaitu dari 25 pada tahun 2007 menjadi
800 pada tahun 2011, begitu juga jumlah petani kolam menunjukkan kenaikan dari
412 pada tahun 2007 menjadi 960 pada tahun 2011.
Sedangkan produksi perikanan menunjukkan peningkatan pada perikanan
tangkap dan petani kolam seperti terlihat pada tabel 2.10.
Tabel 2.10
Perkembangan Produksi Perikanan Laut dan Darat di Kota
Bengkulu Tahun 2010-2011
Tahun Produksi (ton)
Laut Tambak Kolam
2007 21.097.00 246.70 210.68
2008 18.555.90 246.70 210.68
2009 24.141.00 296.70 310.60
2010 24.226.80 154.62 3.580.00
2011 25.536.00 101.60 3.980.00
Sumber : BDA Kota Bengkulu 2012
a. Perikanan Tangkap
Produksi perikanan terbesar disumbangkan perikanan tangkap. Produksi
perikanan tangkap tahun 2011 meningkat sebesar 5.13 persen dibandingkan
dengan produksi tahun 2010. Walupun dari persentase peningkatan produksi
perikanan tangkap lebih rendah dari peningkatan produksi perikanan kolam,
yang meningkat sebesar 10,05 persen pada tahun 2011 jika dibandingkan
dengan tahun 2010, namun produksi perikanan tangkap pada tahun 2011
memberikan sumbangan sebesar 86,22 persen dari total produksi perikanan.
Produksi perikanan kolam menyumbangkan sebesar 13,44 persen sedangkan
produksi perikanan tambak hanya menyumbangkan sebesar 0,34 persen dari
total produksi perikanan di tahun 2011.
Jenis dan jumlah armada penangkapan ikan yang beroperasi di perairan
Kota Bengkulu tersaji dalam Tabel 2.11.
Tabel 2.11
Jenis dan Jumlah Armada Penangkapan Ikan di Kota Bengkulu
Tahun 2007-2011
Ditinjau dari jenis komoditi perikanan tangkap ada beberapa potensi perikanan
tangkap yang cukup dominan yang dihasilkan dari perairan laut Kota Bengkulu
diantaranya adalah ikan tuna, cakalang, tongkol dan udang, namun demikian jika
dibandingkan dengan potensi perikanan yang ada dengan produksi para nelayan,
maka produktivitas nelayan masih rendah, menunjukkan bahwa sesungguhnya secara
riil masih banyak potensi perikanan yang belum termanfaatkan. Hal ini juga
dipengaruhi oleh alat tangkap ikan yang dimiliki nelayan yang masih menggunakan
alat tangkap pancing, seperti yang tertera pada tabel 2.12.
Tabel 2.12
Perkembangan Jenis dan Jumlah Alat Tangkap Ikan Milik Nelayan di Kota Bengkulu
Tahun 2007-2011
Jenis Alat Penangkap 2007 2008 2009 2010 2011
Ikan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
A. Jaring
Tramelnet 140 140 146 72 72
Gilnet-Multi Filamen 71 71 76 75 89
Gilnet-Mono Fiamen 137 206 209 83 106
Bagan 15 15 16 50 50
B. Pancing
Tetap 63 63 68 230 73
Tonda 80 110 118 30 39
Lainnya 120 120 126 600 375
C. Pukat
Tepi 17 17 18 2 2
Dogol 102 102 102 72 70
Payang 35 35 30 99 90
Cincin 60 60 56 23 26
Lainnya 16 16 10 10 10
Sumber : BDA Kota Bengkulu 2012
b. Perikanan Budidaya
Produksi perikanan budidaya hanya merupakan bagian kecil saja dari total
produksi perikanan Kota Bengkulu, sumbangannya terhadap produksi total hanya
13,36 persen pada tahun 2010 dan meningkat menjadi 13,78 persen pada tahun
2011. Produksi perikanan tambak menurun dan tidak berkembang, sedangkan
produksi perikanan kolam meningkat sebanyak 94,72 persen ditahun 2011 bila
dibandingkan dengan produksi di tahun 2007.
Gambar 2.4
Banyaknya Kamar dan Tempat Tidur Hotel/
Di Kota Bengkulu 2011
Seperti yang disebutkan di atas bahwa Kota Bengkulu memiliki berbagai potensi
dan daya tarik wisata yang dapat dikembangkan untuk menarik wisatawan datang
dan menikmati kekayaan alam dan budaya Kota Bengkulu. Namun dari sekian banyak
potensi dan daya tarik yang dimiliki masih banyak yang belum diolah dan
dimanfaatkan sebagai potensi wisata dan sebagian potensi yang telah dimanfaatkan
cenderung belum dikelola dengan baik. Beberapa permasalahan yang ada sebagai
berikut :
a. Belum terjalinnya koordinasi yang baik antara pemerintah daerah serta industri
pariwisata untuk menangani pariwisata daerah
b. Belum terolahnya objek-objek dan kawasan potensial pariwisata secara optimal
c. Perencanaan pariwisata yang masih parsial
d. Belum adanya pengembangan sistem informasi kepariwisataan
e. Belum tercapainya keterpaduan berbagai sektor untuk secara bersama
mengembangkan pariwisata
f. Belum tersosialisasinya misi pengembangan pariwisata ke berbagai sektor, instansi
dan lembaga terkait lainnya
Selain sektor pariwisata dan sektor budaya, sektor kepemudaan dan peran
pemuda bagi suatu bangsa adalah sangat strategis, karena pemuda adalah generasi
penerus bangsa yang akan melanjutkan proses pembangunan. Berdasarkan data
pemuda dan olah raga tahun 2012 jumlah organisasi kepemudaan yang ada di Kota
Bengkulu adalah sebanyak 5 organisasi ( OKP) sedangkan organisai keolahragaan
sebanyak 13 organisasi . Untuk event yang di ikuti oleh kepemudaan ada dua 2 event
yaitu event regional (POPDA ) dan event nasional (POPNAS) yang dilaksanakan setiap
2 tahun sekali.
Tabel 2.13
Banyaknya Koperasi Menurut Jenisnya di Kota Bengkulu Tahun 2007 2011
Dari berbagai bentuk koperasi di atas, koperasi yang memiliki jumlah anggota
paling banyak adalah koperasi lainnya dengan jumlah anggota 17.833 orang.
Perkembangan anggota koperasi dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.14
Anggota Koperasi Menurut Jenisnya di Kota Bengkulu Tahun 2007 2011
6. Industri
Industri pengolahan memberikan kontribusi pada PDRB Kota Bengkulu
sebesar 4,66 persen. Dari kontribusi tersebut lebih dari separuhnya
disumbangkan oleh industri makanan dan minuman yang dalam klasifikasi
industri termasuk ke dalam usaha mikro kecil dan menengah, termasuk di
dalamnya adalah industri skala rumah tangga. Sedangkan sumbangan Industri
pengolahan lainnya sangat kecil.
Usaha industri pengolahan/kerajian tersebar di semua kecamatan,
tetapi yang paling banyak ada di Kecamatan Gading Cempaka, Teluk Segara,
Selebar dan Ratu Samban.
Industri skala kecil pada umumnya menghadapi banyak kendala, mulai
dari permodalan, standar mutu dan pemasaran. Oleh sebab itu pembangunan sub
sektor ini harus difokuskan pada upaya mengatasi kendala-kendala tersebut.
7. Perdagangan
Sub sektor perdagangan dan jasa merupakan leading sektor di Kota
Bengkulu dan pengaruhnya cukup besar terhadap roda perekonomian kota.
Kontribusinya terhadap PDRB mencapai 7,70 persen pada tahun 2010.
Pertumbuhan PDRB sektor perdagangan dan jasa tahun 2010 lebih tinggi dari
pada tahun-tahun sebelumnya, tetapi masih rendah dibandingkan dengan sub
sektor Perikanan. Skala pelayanan sektor ini lokal dan regional. Barang-barang
yang diperdagangkan tidak hanya berasal dari wilayah Propinsi Bengkulu, tetapi
berasal dari luar Propinsi, seperti Jakarta, Palembang dan Kota Lainnya. Sebagai
leading sektor di dalam perekonomian Kota Bengkulu, sub sektor ini seharusnya
lebih didorong lagi agar perannya meningkat terus. Beberapa kendala yang
dihadapi oleh sub sektor Perdagangan dan Jasa antara lain adalah proses perijinan
yang kurang cepat, dan daya beli masyarakat yang relatif masih rendah, dan data
yang minim. Subsektor ini sangat minim data yang tersedia sehingga akan
menyulitkan dalam perencanaan pembangunan. Kedepan, perlu dilakukan
perbaikan data untuk sub sektor ini.
b. Zona B (Zona sedang) yaitu daerah yang termasuk kategori sedang diterpa
gempa bumi, struktur batuan pada zona ini cukup kuat menahan
goncangan gempa, sehingga waktu terjadi gempa goncangannya tidak
terlalu kuat dan dampak kerusakannya cukup besar. Zona ini meliputi
daerah kandang limun, kampung bali, Sukamerindu, Sawah Lebar,
Surabaya, Tanjung Agung, Air Sebakul, dan betungan. Secara geomorfologi
termasuk sebagian daerah satuan dataran aluvialnya dibangun oleh pasir,
lanau, lempung dan kerikil. Sifat endapan ini hampir serupa dengan sifat
endapan pasir pantai pada zona A yang rentan terhadap pelulukan yang
menyebabkan bangunan bangunan hampir seluruhnya rusak berat-
sedang. Sesar-sesar kecil yang turut mengontrol didaerah ini seperti di
Tanjung Agung-Kandang Limun yang bersamaan dengan bahaya banjir.
c. Zona C (Zona Kuat) yaitu daerah yang mempunyai struktur batuan yang
sangat kuat, sehingga jika terjadi gempa getaran pada zona tersebut relatif
rendah dan dampak kerusakan relatif kecil. Zona ini meliputi Daerah
Pematang Gubernur, Bentiring dan nakau. Secara geomorfologi merupakan
daerah pada satuan dataran aluvial serta endapan aluvium hampir menempati
tiga perempat daerah zona C dan sisanya satuan bergelombang
0
sedang, dengan sudut lereng berkisar antara 10-20 . Kondisi
tanah/batuan didominasi oleh endapan aluvial yang terdiri dari bongkah
kerikil, pasir, lonan, lumpur dan lempung.
Dalam rangka mengantisipasi dan mengurangi risiko atas bencana yang akan
terjadi, dan dalam upaya menjalankan mandat UU No. 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (PB), Pemerintah Kota Bengkulu telah memiliki sejumlah
kebijakan dan regulasi terkait Penanggulangan Bencana untuk penanganan pasca
bencana terutama untuk rehabilitasi dan rekonstruksi (rehab/rekon).
Dalam upaya penanggulangan Bencana Pemerintah Kota Bengkulu telah
mengarahkan berbagai program/kegiatan sebagai berikut : Perlu dibangunnya barrier
yang berupa benteng vegetasi di sepanjang pantai mulai dari Sungai Hitam hingga
Pulau Baai, sebagai antisipasi terjadinya tsunami; Penentuan titik-titik/zona aman
bencana pada setiap wilayah di Kota Bengkulu; Penentuan Titik-titik Berkumpul (TB)
dalam Kota Bengkulu yang diprediksi aman dan mudah dijangkau oleh masyarakat
jika terjadi bencana gempa bumi dan tsunami; Titik-titik Berkumpul yang telah
ditentukan dilengkapi dengan sarana dapur umum, air bersih, MCK, penerangan dan
sarana kesehatan yang cukup memadai; Melakukan sosialisasi bencana alam kepada
masyarakat melalui penyebaran stiker, peta rawan bencana dan rambu-rambu jalur
evakuasi menuju titik berkumpul; Melakukan simulasi bencana alam yang melibatkan
seluruh elemen masyarakat agar masyarakat siap, selalu siaga dan tidak gagap
menghadapi bencana yang mungkin terjadi; Membenahi struktur organisasi
penanggulangan bencana alam (Satlak PBP Kota Bengkulu dan Satgas di Tingkat
Kecamatan).
SKPD TAHUN
I. Demografi
Faktor utama yang sangat menentukan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan kota adalah faktor manusia dan kegiatannya serta pola pergerakan
manusia. Ketiga faktor tersebut secara fisik termanifestasikan kepada perubahan
akan tuntutan kebutuhan ruang. Pertumbuhan dan perkembangan kota
dipenggaruhi oleh faktor manusia yang menyangkut kelahiran, kematian, adanya
migrasi, perkembangan tenaga kerja dan lain sebagainya.
Jumlah penduduk Kota Bengkulu pada tahun 2007 adalah 270,079 jiwa,
tahun 2008 adalah 274,477 jiwa, tahun 2009 adalah 278,831 jiwa, tahun 2010
adalah 308,544 jiwa, tahun 2011 adalah 313,324 jiwa dan tahun 2012 adalah
412.467 jiwa, seperti dapat diuraikan pada tabel 2.16.
Tabel 2.16
Jumlah Penduduk Kota Bengkulu Tahun 2007-2012
Sedangkan kalau kita lihat laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2011-2012
adalah 4,25 persen. Angka ini mengindikasikan pesatnya perkembangan penduduk
Kota Bengkulu. Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk dapat dilihat pada tabel 2.17
Tabel 2.17
Angka Pertambahan Penduduk Kota Bengkulu Tahun 2012
Rasio Jenis Kelamin (RJK) atau Sex Ratio di Kota Bengkulu adalah 106,15 yang
berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 106-107 orang
penduduk laki-laki. Gambaran rasio jenis kelamin Kota Bengkulu sedikit berbeda
dengan gambaran rasio jenis kelamin secara nasional dimana lebih banyak penduduk
perempuan dibanding penduduk laki-laki. Namun demikian, jika dilihat dari
kelompok umur menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan yang lebih besar
berada pada kelompok umur 20 tahun ke atas. Hal ini diduga disebabkan penduduk
laki-laki lebih banyak yang bermigrasi dibandingkan dengan penduduk
perempuannya. Sedangkan jika dilihat pada kelompok umur 0-4 tahun sebesar
109,64 yang artinya terdapat 109 balita berjenis kelamin laki-laki dari 100 balita
perempuan. Secara biologis jumlah kelahiran bayi laki-laki pada umumnya lebih besar
dibanding dengan kelahiran bayi perempuan, namun bayi laki-laki lebih rentan
terhadap kematian dibanding bayi perempuan. Rasio jenis kelamin pada kelompok
Tabel 2.18
Rasio Jenis Kelamin Berdasarkan Kecamatan Tahun 2012
Tabel 2.19
Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2012
Kelompok Laki-laki Perempuan Jumlah RJK
Umur
1 2 4 6 7
0-4 17.448 15.914 33.362 109,64
5-9 19.032 17.638 36.670 107,90
10-14 18.088 16.908 34.996 106,98
15-19 18.525 17.975 36.500 103,06
20-24 24.406 24.637 49.043 99,06
25-29 24.472 23.500 47.972 104,14
30-34 21.529 19.437 40.966 110,76
35-39 16.159 15.313 31.472 105,52
40-44 13.558 13.282 26.840 102,08
45-49 11.923 11.280 23.203 105,70
50-54 10.584 8.797 19.381 120,31
55-59 7.070 5.564 12.634 127,07
60-64 3.981 3.327 7.308 119,66
65-69 2.152 2.323 4.475 92,64
70-74 1.466 1.544 3.010 94,95
> 75 1.993 2.640 4.633 75,49
Total 212.388 200.079 412.467 106,15
Sumber: BDA Kota Bengkulu 2012
Tabel 2.20
Jumlah Penduduk Kota Bengkulu menurut Umur Muda,Umur Produktif
dan Umur Tua Tahun 2012
Tabel 2.21
Rasio Ketergantungan Kota Bengkulu Tahun 2012
3 RTH Kota
Kecamatan Singaran
RTH Publik 2130 HA pati,Kecamatan Seleber,
Kecamatan kampung melayu
kecamatan kampung melayu
RTH Privat 846 HA Daerah Kota Bengkulu
4 Kawasan Suaka alam dan 1542 HA Daerah Kota Bengkulu
cagar budaya
5 Kawasan rawan bencana _ Seluruh kecamatan di Kota
Bengkulu
Sumber: Perda Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bengkulu Tahun 2012-2032
Nomor 14 Tahun 2012
2. Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya
buatan, dan sumberdaya manusia. Penetapan kawasan budidaya di Kota
Bengkulu yang terdiri dari Kawasan peruntukan perumahan; Kawasan
peruntukan perdagangan; Kawasan peruntukan perkantoran; Kawasan
RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 44
Pemerintah Kota
Bengkulu
Tabel 2.23
Kawasan Budidaya Kota Bengkulu
Peruntukan Luas
Kawasan Budidaya
a. Kawasan peruntukan perumahan 6833,99
Sumber: Perda Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bengkulu Tahun 2012-2032 Nomor 14 Tahun 2012
2. Struktur Ruang
Sistem pusat pelayanan Kota Bengkulu secara hirarki dapat dibedakan
menjadi 3 (tiga), sesuai dengan ketentuan dalam Pedoman Penyusunan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota (Permen PU Nomor: 17/PRT/M/2009), bahwa Pusat
pelayanan di wilayah kota merupakan pusat pelayanan sosial, budaya, ekonomi,
dan/atau administrasi masyarakat yang melayani wilayah kota dan regional, yang
meliputi:
Pusat Kota (pusat pelayanan kota), melayani seluruh wilayah kota
dan/atau regional, dengan skala pelayanan kota dan regional (Pusat
Primer).
Subpusat Pelayanan Kota berfungsi melayani sub-wilayah kota dan
harus terintegrasi dengan pusat pelayanan kota ;
RPJMD Kota Bengkulu |Tahun 2013-2018 45
Pemerintah Kota
Bengkulu
Tabel 2.24
Rencana Struktur Pusat Pelayanan Kota Bengkulu Tahun 2031
Kawasan Perumahan
Kepadatan Sedang-Tinggi;
Kawasan Lindung(kawasan
sekitar Danau Dendam);
1. Pertumbuhan Ekonomi
Jika dilihat dari perkembangan PDRB mulai tahun 2007-2012, kinerja
perekonomian Kota Bengkulu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. PDRB
menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam
dan indikator faktor produksi lainnya untuk memberikan nilai tambah yang
diperoleh dari seluruh aktifitas perekonomian disuatu daerah.
Nilai PDRB Atas dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan di Kota Bengkulu
dari tahun 2007 2012 untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.25 dibawah ini.
Tabel 2.25
PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Bengkulu Tahun 2007-2011
Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 2012
PDRB ADHB (Juta
Rupiah) 3,430,509.03 3,869,215.88 4,191,771.00 4,551,971.93 4,968,598.96 5.375432,43
Tabel 2.26
PDRB per Kapita Kota Bengkulu Tahun 2007-2011
Jumlah
Penduduk 270,079 274,477 278,831 308,544 313,324 412.467
PDRB perkapita
(Rupiah) 12,701,873 14,096,685 15,033,375 14,753,072 15,857,703 13,032,239
Berdasarkan tabel 2.26 pada tahun 2011 nilai nominal PDRB per kapita per
tahun penduduk Kota Bengkulu sebesar Rp. 15,857,703. Sementara itu nilai riil PDRB
per kapita per tahun penduduk Kota Bengkulu sebesar Rp. 7,247,684. Akan tetapi bila
dibandingkan dengan nilai nominal dan nilai riil PDRB per kapita, tingkat
kesejahteraan penduduk Kota Bengkulu sudah berada di atas tingkat kesejahteraan
penduduk di tingkat Propinsi dengan nilai nominal PDRB per kapita penduduk
Propinsi Bengkulu mencapai Rp. 4,8 juta pada tahun 2010.
Peranan sektor Perdagangan, Perhotelan dan Restoran dalam perekonomian
Kota Bengkulu masih sangat dominan. Kedudukan sektor Perdagangan, Perhotelan
dan Restoran sebagai leading sector dalam perekonomian Kota Bengkulu masih sangat
sulit ditransformasikan oleh sektor-sektor lainnya, hal ini dikarenakan posisi Kota
Bengkulu sebagai Ibukota Propinsi sangat berperan dalam pergerakan dan
perkembangan sektor perdagangan, perhotelan dan restoran. Kontribusi sektor
Perdagangan, Perhotelan dan Restoran dapat dilihat dari besarnya kontribusi dalam
PDRB Kota Bengkulu dibandingkan dengan sektor-sektor lain.
Gambar 2.5
Distribusi PDRB Kota Bengkulu Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011
5,23 Pertanian
9,69
Keuangan, Persewaan
dan Perusahaan
16,98 Lain-lain
Pada gambar 2.5 tampak bahwa sektor Perdagangan, Perhotelan dan Restoran
menempati urutan teratas dalam struktur perekonomian Kota Bengkulu. Nilai
nominal PDRB sektor Perdagangan, Perhotelan dan Restoran Atas Dasar Harga
Berlaku pada tahun 2011 sebesar Rp. 1,810,418.13 triliun, sedangkan kontribusinya
dalam PDRB Kota Bengkulu sebesar 35,09 persen.
Selain Sektor Perdagangan, Perhotelan dan Restoran, struktur perekonomian
Kota Bengkulu juga dibentuk oleh Sektor Jasa. Sektor Jasa-jasa ini memberikan
kontribusi besar dalam PDRB pada tahun 2011 yaitu sebesar 22,54 persen lebih besar
dibandingkan tahun 2010 yang hanya 22,34 persen, hal ini diakibatkan kenaikan
kontribusi layanan jasa yang diberikan pihak swasta pada tahun 2011 sebesar 7,38
persen meningkat dibandingkan tahun 2010 yang hanya sebesar 7,19 persen. Kinerja
tinggi dari kedua sektor ini menegaskan karakteristik Kota Bengkulu sebagai pusat
pemerintahan, pelayanan dan jasa serta daerah tujuan wisata. Hal ini juga
mengindikasikan kenaikan permintaan domestik sebagai akibat kenaikan pendapatan
masyarakat.
Kontribusi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi dalam PDRB Kota Bengkulu
tahun 2011 sebesar 16,62 persen, sedikit menurun dibandingkan dengan tahun 2010
yang nilainya mencapai 16,39 persen, hal ini diakibatkan karena terjadinya
2. Laju Inflasi
Tingginya pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada melonjaknya tingkat
inflasi di Kota Bengkulu , hal Ini perlu diwaspadai karena laju inflasi yang
cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan besaran pertumbuhan ekonomi di
Kota Bengkulu. Ini menunjukkan bahwa besarnya pengaruh kenaikan harga
yang dapat mengurangi pendapatan riil penduduk Kota Bengkulu secara
keseluruhan.
Tabel 2.27
Laju Inflasi Kota Bengkulu Tahun 2009-2011
Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan hasil perhitungan proyeksi yang sering
dipakai sebagai salah satu indikator kesejahteraan rakyat, AHH penduduk Kota
Bengkulu menurut BPS tahun 2011 adalah 70,49 tahun meningkat dibanding tahun
2010 yang mencapai 70,34 tahun dan berada pada peringkat pertama dibanding
kabupaten-kabupaten lain di Provinsi Bengkulu.
Angka Melek Huruf (AMH) yang menggambarkan proporsi penduduk usia 15
tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis di Kota Bengkulu pada tahun 2011
juga mengalami peningkatan yaitu dari 99,07 pada tahun 2009 menjadi 99,25.
Rata-rata Lama Sekolah (RLS) yang menggambarkan lamanya penduduk usia 15
tahun ke atas yang bersekolah meningkat menjadi 10,99 tahun pada tahun 2011 dari
10,91 tahun pada tahun 2010.
Pengeluaran Riil per kapita (Rp 000) sebagai salah satu komponen pembentukan
IPM, untuk Kota Bengkulu pengeluaran riil per kapita tahun 2010 yaitu 645,86 rupiah
dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 647,59 rupiah.
Kemajuan pembangunan manusia secara umum dapat ditunjukan dengan
melihat perkembangan IPM yang mencerminkan capaian kemajuan di bidang
pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Keempat komponen pembentuk IPM di Kota
Bengkulu seperti diuraikan di atas mengalami peningkatan dan hal ini mempengaruhi
meningkatkan IPM Kota Bengkulu tahun 2011 menjadi 77,62 dari 77,31 pada tahun
2010.
1. Pendidikan 101 98,77 99.15 113,95 106,10 104.90 93,00 91,17 94.13
Dasar/SD
Dari tabel 2.29 dapat dilihat untuk tingkat SD, APK masih melebihi 100 persen.
Ini artinya masih banyak siswa yang berumur di bawah tujuh tahun (underage) dan di
atas 12 tahun (overage) yang masih mengikuti pendidikan di tingkat SD. APK pada
tingkat SLTP mengalami peningkatan dari 107,25 persen pada tahun 2009 menjadi
109,25persen pada tahun 2010. Sedangkan APK pada tingkat SLTA terus mengalami
kenaikan selama kurun waktu 2009-2010. Angka Partisipasi Murni (APM) per jenjang
pendidikan terus menurun selama kurun waktu 2 tahun terakhir. Ini menunjukan
bahwa akses masyarakat untuk memasuki sekolah per jenjang pendidikan terus
meningkat.
APM menurut jenjang pendidikan adalah untuk mengukur banyaknya usia
sekolah yang bersekolah tepat waktu dalam suatu jenjang pendidikan dari setiap 100
penduduk usia sekolah, yaitu SD 7-12 tahun, SLTP 13-15 tahun dan SLTA 16-18 tahun.
Dari gambaran di atas juga dapat dilihat, semakin tinggi tingkat pendidikan maka
tingkat partisipasi sekolah semakin kecil. Hal ini di sebabkan oleh kurangnya fasilitas
sehingga mempersulit akses, keterbatasan ekonomi sehingga terpaksa harus bekerja
untuk memenuhi kebutuhan hidup dan intelektual.
2. Kesehatan
Angka Kematian Bayi (AKB) menggambarkan proporsi bayi meninggal
setelah dilahirkan dan belum cukup mencapai umur satu tahun per 1.000
kelahiran. Di Kota Bengkulu pada tahun 2011 terjadi 64 kasus kematian bayi,
lebih tinggi dibandingkan tahun 2010 yang hanya terjadi 50 kasus kematian bayi.
Hal ini dikarenakan data kematian bayi penduduk Kota Bengkulu dari Rumah
Sakit terjaring karena kegiatan Surveilans Respon KIA.
Sedangkan Angka Kematian Balita (AKAB) menggambarkan proposi balita
meninggal antara satu sampai lima tahun per 1.000 kelahiran. Angka kematian
Balita di Kota Bengkulu berdasarkan data dari Profil Kesehatan Kota Bengkulu
tahun 2011 diperoleh angka kasus kematian balita pada tahun 2011 yaitu 0,6 per
1000 kelahiran hidup, tahun 2010 sebesar 1,4 per 1000 kelahiran hidup, tahun
2009 0,67 per 1000 kelahiran hidup, , tahun 2008 sebesar 1,30 per 1000
kelahiran hidup dan tahun 2007 sebesar 1,20 per 1000 kelahiran hidup. Akan
tetapi data tentang kematian balita ini masih diragukan karena laporan kematian
dari kelurahan tidp kelahir hidup sehingga data yang dipeoleh tidak mewakili
keadaan yang sebenarnya.
Indikator kesejahteraan rakyat yang lainnya adalah jumlah penderita gizi
buruk. Di Kota Bengkulu dalam kurun waktu Tahun 2007-2011, terjadi
penurunan persentase penderita gizi buruk yang cukup signifikan. Hal ini
menunjukan bahwa adanya perkembangan dalam pemenuhan gizi.
Tabel 2.30
Perkembangan Penderita Gizi Buruk 2007 2011
Selain itu, indikator kesehatan dapat dilihat dari Usia Harapan Hidup
penduduk Kota Bengkulu menurut BPS pada tahun 2011 adalah 70,49 hal ini terjadi
peningkatan sebesar 0,15 dibandingkan tahun 2010 yaitu sebesar 70,34, kenaikan ini
menunjukkan adanya peningkatan taraf kesehatan penduduk Kota Bengkulu. Hal ini
diikuti dengan penurunan angka indikator Prevalensia Anak Balita Pendek (Sunting),
Presentase Peta Infromasi Masyarakat Kurang gizi, Prevalensia HIV, Prevalensia TBC,
Prevalensia Malaria, Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap, Angka Kesakitan DBD, Angka
Kematian Ibu, Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Nenonatal, Cakupan KN lengkap,
Cakupan Peserta KB.
Indikator yang penting adalah penolong persalinan karena semestinya
persalinan yang aman adalah persalinan dibantu oleh dokter atau bidan. Hal ini untuk
mengurangi tingkat kematian ibu dan bayi yang angkanya di Indonesia masih cukup
tinggi. Dari gambar 2.6 dapat dilihat bahwa baik persalinan yang ditolongan bidan,
kunjungan internal maupun postnatal yang paling banyak terjadi pada tahun 2009
dan tahun berikutnya tahun 2010 hingga tahun 2011 terus mengalami penurunan.
Gambar 2.6
Persalinan yang Ditolong Bidan, Kunjungan Internal dan Postnatal
di Kota Bengkulu 2007-2011
9.000
8.000
7.000 Persalinan yang
Ditolong oleh Bidan
6.000
5.000
4.000 Kunjungan Internal
3.000
2.000
1.000
0 Kunjungan Postnatal
3. Kemiskinan
4. Gambar 2.7
Posisi Relatif Tingkat Kemiskinan Kota Bengkulu Per September 2011
22,26
20,90
22,23
20,00
16,79
15,02
15,00
14,40
13,28
12,43
10,00
6,49
5,00
0,00
Sumber : BPS, data diolah Bappeda Kota
Bengkulu
Berdasarkan gambar 2.7 terlihat bahwa posisi relatif tingkat kemiskinan Kota
Bengkulu mempunyai angka kemiskinan rata-rata sebesar 22,23 persen Per
September tahun 2011. Posisi kemiskinan ini masih berada di atas Propinsi yang rata-
rata 17,36 persen dan posisi nasional rata-rata 12,36 persen. Tingkat kemiskinan Kota
Bengkulu berada pada urutan ke tiga setelah Kabupaten Bengkulu Selatan dan
Kabupaten Kaur. Berdasarkan RPJM Nasional, Pada tahun 2014 diharapkan tingkat
kemiskinan nasional berada pada 8-10 persen.
Gambar 2.8
Perkembangan Tingkat Kemiskinan Kota Bengkulu
Tahun 2002- Per September 2011
Perkembangan Tingkat Kemiskinan (%)
Kota Bengkulu, Tahun 2002 - Per September 2011
22,23
18,16 17,57 17,69
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Terlihat pada gambar 2.8 Perkembangan Penduduk miskin Kota Bengkulu dari
tahun 2002 Per September 2011 mengalami kenaikan yang cukup sigifikan dimana
pada tahun 2002 sebesar 10,71 persen mengalami peningkatan menjadi 22,23 persen
per September 2011. Dalam kurun waktu 2002 sampai dengan September 2011 ini,
dari tahun ketahun mengalami varisi penurunan dan kenaikan tingkat kemiskinan
dimana pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2005 terjadi penurunan. Pada tahun
2002 ke tahun 2005 mengalami penurunan sebesar 2, 06 persen. Pada tahun 2005
hingga 2011 terjadi kenaikan tingkat kemiskinan sebesar 12,95 Persen,
perkembangan jumlah penduduk miskin Kota Bengkulu terlihat pada gambar 2.9.
Gambar 2.9
Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan Kota Bengkulu
Tahun 2007-2011
1,00
0,00
Jumlah Rumah Tangga Miskin (RTSM)dan individu miskin per kecamatan dan
per kelurahan di Kota Bengkulu dapat dilihat pada tabel 2.31 dan tabel 2.32. Simpul
kemiskinan Kota Bengkulu berdasarkan jumlah individu berada pada Kecamatan
Selebar, Kecamatan Kampung Melayu, Kecamatan Ratu Agung, Kecamatan Singaran
Pati, dan Kecamatan Muara Bangkahulu. Namun demikian bila dibandingkan dengan
jumlah penduduk perkecamatan konsentrasi individu miskin tertinggi berada pada
Kecamatan Kampung Melayu sebesar 55,02persen, diikuti Kecamatan Sungai Serut,
Kecamatan Ratu Samban, Kecamatan Selebar, Kecamatan Singaran Pati dan
Kecamatan Muara Bangkahulu.
Tabel 2.31
Data Rumah Tangga Miskin (RTSM) dan Individu Miskin Kota Bengkulu Per 2012
Tabel 2.32
Data Rumah Tangga Miskin (RTSM) Per Kelurahan di Kota Bengkulu Per 2012
Tabel 2.33
Persentase Penduduk 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2008 2011
Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011
Dari tabel statistik di atas, dapat kita lihat bahwa pada Tahun 2011 Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kota Bengkulu sebesar 66,70, tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,11 dan merupakan TPT tertinggi terdapat di
Propinsi.
Pada tahun 2011, penduduk umur 15 tahun ke atas yang termasuk angkatan
kerja di Kota Bengkulu berjumlah 67 persen sedangkan 33 persen bukan angkatan
kerja. Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang berkerja sebesar 65 persen dan
penggangguran 2 persen. Sementara itu yang bukan angkatan kerja terdiri dari
penduduk yang bersekolah 12 persen, mengurus rumah tangga 17 persen dan lainnya
sebesar 4 persen.
Dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan, penduduk yang bekerja pada
tahun 2011 didominasi oleh tamatan SLTA sebesar 40 persen sedangkan tamatan
sarjana hanya 16 persen.
Gambar 2.10
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas yang Bekerja
Menurut Status Pekerjaan Utama di Kota Bengkulu 2011
Dari data jenis kontrasepsi yang digunakan terlihat pada gambar 15 bahwa
kontrasepsi yang paling banyak diminati adalah suntik yaitu sebesar 46 persen
kemudian pil 29 persen sedangkan penggunaan alat KB kondom sebesar 4 persen.
Hal ini mengindikasikan bahwa keikutsertaan kaum pria di kota Bengkulu masih
sangat kecil dalam pelaksaanaan program KB.
Gambar 2.12
Persentase Akseptor Aktif & Penggunaan Alat Kontrasepsi
di Kota Bengkulu 2011
Selama tahun 2010 dan 2011 rata-rata jumlah anak per keluarga mengalami
penurunan yang mengartikan bahwa program keluarga berencana yang direncanakan
dapat berjalan dengan baik, dimana pada tahun 2010 rata-rata jumlah anak per
keluarga sebesar 4.7 dan turun menjadi 4.54.
Gambar 2.13
Persentase Penduduk Umur 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Seminggu
Yang Lalu di Kota Bengkulu 2011
7. Kriminalitas
Dari data tambahan kriminalitas berdasarkan keputusan Pengadilan
Negeri menurut jenis kejahatan dari tahun 2007 2011 mengalami peningkatan
pada tahun 2010 terdapat 341 narapidana naik menjadi 506 napi tahun 2011.
Pada tahun 2011 kasus yang paling banyak adalah pencurian 154 kasus disusul
oleh kasus Narkotika 111 kasus.
Tabel 2.35
Rasio Tindak Kriminalitas Tahun 2007 2012
URAIAN TAHUN
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Jumlah 422 424 341 341 506 523
Kriminal
Jumlah 270.079 274.477 278.831 308.544 313.324 412.467
Penduduk
Rasio 1,56 1,54 1,22 1,10 1,61 1,26
Sumber : Profil Daerah Kota Bengkulu 2013
Tabel 2.36
Rasio Murid-Guru dan Rasio Murid Sekolah Kota Bengkulu 2011
Dari tabel 2.36 terlihat bahwa tahun 2011 rasio murid-guru pada jenjang
pendidikan TK paling rendah yaitu 8,65 yang berarti bahwa rata-rata murid yang
diajar oleh 1 orang guru adalah kurang lebih 9 anak. Sedangkan rasio murid-guru
paling tinggi adalah pada jenjang pendidikan SD yaitu 17,27. Untuk rasio murid-
sekolah paling tinggi terjadi di jenjang pendidikan SMK dimana rasionya 399,60 yang
berarti bahwa daya tampung pada jenjang pendidikan di SMU kurang lebih 400 anak
per sekolah. Sedangkan rasio murid-sekolah paling rendah terjadi pada jenjang
pendidikan TK yaitu 55,04.
Tabel 2.37
Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Kota Bengkulu Tahun 2012
2. Kesehatan
Upaya yang dilakukan pemerintah sebagai penjabaran dari arah
kebijaksaan pembangunan kesehatan di Kota Bengkulu diantaranya
meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan melalui pembangunan sarana
kesehatan di setiap wilayah. Hingga 2011 jumlah Puskesmas yang telah dibangun
di Kota Bengkulu telah mencapai 20 puskesmas dan Posyandu sebanyak 192 unit.
Tapi, apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk Kota Bengkulu, jumlah
Posyandu yang ada masih jauh dari cukup. Hal ini terlihat dari kecilnya rasio
Posyandu terhadap penduduk yaitu sebesar 0.62 per 100 balita.
Penyediaan sarana kesehatan sebagai kebutuhan pokok dalam upaya
peningkatan derajat kesehatan dan merupakan salah satu perhatian utama
pembangunan di bidang kesehatan, yang memiliki tujuan agar seluruh lapisan
masyarakat dapat menikmati pelayanan dan sarana serta fasilitas kesehatan.
Sarana Kesehatan yang berada di Kota Bengkulu dari Tahun 2007-2012 dapat
dilihat pada Tabel 2.38 berikut ini :
Tabel 2.38
Sarana Kesehatan di Kota Bengkulu Tahun 2005-2009
Tabel 2.39
Banyaknya Tenaga Kesehatan di Kota Bengkulu Tahun 2007 2012
Adapun jumlah tenaga kesehatan yang ada di Kota Bengkulu masih sangat
sedikit dimana rasio tenaga kesehatan per 1000 penduduk hanya 1,78, berarti bahwa
1 orang kurang lebih melayani 1000 penduduk. Adapun persentase tenaga kesehatan
menurut keahliannya dapat dilihat pada gambar 2.15
Gambar 2.14
Persentase Tenaga Kesehatan Menurut Keahlian Tahun di Kota Bengkulu 2011
30,16 Apoteker
Bidan
4,22 Sanitarian
Tenaga Gizi
Tenaga kesehatan paling banyak di Kota Bengkulu adalah bidan yaitu sebanyak
31,56 persen. Disusul oleh perawat umum sebanyak 30,16 persen dan Sarjana
Kesehatan Masyarakat (SKM) sebanyak 14,84 persen. Angka ini menunjukkan bahwa
masyarakat di Kota Bengkulu belum banyak mendapat pelayanan kesehatan dari
tenaga kesehatan dokter.
Tabel 2.40
Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan (Km)
di Kota Bengkulu Tahun 2007 2011
Gambar 2.15
Persentase Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan
Di Kota BengkuluTahun 2011
Tabel 2.41
Jumlah Sampah Rumah Tangga Yang Telah Dikelola Oleh
PEMDA kota Bengkulu
Tahun
Jumlah Sampah 2008 2009 2010 2011 2012
Rumah Tangga 485.296,2 624.072,6 501.894 710.911,8 700.803
(M3)
Sumber data : Dinas Kebersihan Kota Bengkulu 2012
g. Perhubungan
Provinsi Bengkulu saat ini memiliki 1 (satu) bandara yaitu Fatmawati
Soekarno yang merupakan gerbang utama lalu lintas angkutan udara di Provinsi
Bengkulu dan terletak di Kota Bengkulu sebagai Ibukota Propinsi. Terletak 14 km
dari pusat Kota Bengkulu, saat ini Bandara Fatmawati Soekarno telah dapat
melayani pesawat jenis Boeing 737 200 dengan rute penerbangan masih
terbatas pada rute Bengkulu Jakarta PP dengan maskapai Batavia Air, Lion Air, dan
Sriwijaya Air, Citilink, Garuda, dan Wing Air.
Pada tahun 2011 lalu lintas pesawat dan penumpang di Bandara Fatmawati
Soekarno Kota Bengkulu cukup fluktuatif. Hal ini dapat dilihat pada gambar di
bawah ini, dimana pada Bulan Juli, kedatangan dan keberangkatan pesawat
mencapai titik puncak yakni 258 kali yang bertepatan dengan musim liburan
sekolah.
Gambar 2.16
Lalu Lintas Pesawat (Keberangkatan dan Kedatangan) di
Bandara Fatmawati Soekarno Kota Bengkulu 2011
Hal ini sedikit berbeda pada jumlah penumpang yang berangkat maupun datang
ke Bengkulu, dimana keberangkatan paling padat penumpang pada Bulan September
yakni 26.436 orang yang bertepatan dengan cuti bersama lebaran. Namun sebaliknya
keberangkatan dan kedatangan paling jarang pada Bulan Agustus bertepatan dengan
Bulan Ramadhan yakni 19.202 dan 20.668 orang.
Gambar 2.17
Jumlah Penumpang yang Berangkat dari Kota Bengkulu 2011
.
Sumber : Pelabuhan Udara Fatmawati Soekarno Bengkulu
Gambar 2.18
Jumlah Penumpang yang Datang Ke Kota Bengkulu 2011
Transportasi laut melalui Pelabuhan Pulau Baai yang merupakan pintu gerbang
utama lalu lintas angkutan barang melalui Barat Laut bagi Provinsi Bengkulu yang
terletak sekitar 25 km dari pusat kota dan mempunyai akses yang cukup dekat
dengan sentra produksi pertanian di bagian Selatan Pulau Sumatera. Dan secara
ekonomis mempunyai potensi strategis sebagai Pelabuhan untuk laut lepas di bagian
Barat Pulau Sumatera.
Pelabuhan Pulau Baai ditunjang dengan prasarana pokok seperti : lahan
Pelabuhan seluas 1.200 Ha, wilayah perairan seluas 3.180 Ha, kolam pelabuhan seluas
250 Ha. Kondisi fisik Pelabuhan Pulau Baai saat ini panjang alur masuk pelabuhan
adalah 800 m dengan jumlah dermaga sebanyak 3 buah yaitu Dermaga Samudera
panjang 165 m dan lebar 18 m, Dermaga Nusantara panjang 84 m dan lebar 18 m
serta Dermaga Lokal panjang 124 m dan lebar 10 m. Peralatan bongkar muat
sebanyak 2 unit dengan kapasitas 500 ton/jam dan 1000 ton/jam. Break water kanan
panjang 420 m dan tinggi 4,7 m; break water kiri panjang 395 m dan tinggi 4,7 m.
Untuk kelancaran dan keamanan lalu lintas kapal di Pelabuhan Pulau Baai
dipertahankan kedalaman alur antara -7 MLWS 10 MLWS (Meter Low Water Spring),
namun saat ini kedalaman alur menjadi + 3.8 MLWS karena dampak sedimentasi yang
cukup tinggi pada alur Pelabuhan Bulau Baai. Untuk memulihkan fungsi alur
Pelabuhan dilaksanakan program pemeliharaan dengan melakukan pengerukan
secara rutin.
Volume bongkar muat barang di Pelabuhan Pulau Baai Kota Bengkulu pada tahun
2011 mengalami peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada gambar
dapat dilihat bahwa volume muat barang sebesar 8.882.921 ton atau empat kali lipat
terhadap 2010. Hal serupa juga terjadi untuk volume bongkar barang yakni 1.994.217
ton atau lima kali lipat dibandingkan tahun 2010 yang hanya 413.210 ton.
Gambar 2.19
Volume Bongkar Muat Barang (Ton)di Pelabuhan Pulau Baai
Tahun 2007-2011
Tabel 2.42
Rekapitulasi Indikator Kinerja Daerah 2007-2011
Indikator 2008 2009 2010 2011
ASPEK KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT
Kesejahteraan dan Pemerataan
Ekonomi
a. Pertumbuhan ekonomi (persen) 5.11 5.46 6.36 6.66
Kesejahteraan Sosial
Pendidikan
Angka melek huruf (persen) 98,85* 98,31 99,07 99,25
Kemiskinan
Kesempatan kerja
Pelayanan Dasar
Pendidikan
Pendidikan dasar
Pendidikan menengah
Kesehatan
Ketenagakerjaan
KB da n KS
a. Rata-rata jumlah anak per keluarga 4.09 3.83 4.7 4.54
(jiwa)
Pertanahan
Persentase luas lahan bersertifikat 20.77 25.75 29.67 33,30*
Aksesibilitas daerah
a. Rasio panjang jalan per jumlah 0.035 0.026 0.023 0,018*
kendaraan
Fasilitas bank
Fasilitas listrik
a. Persentase rumah tangga yang 63.034 63.778 66.801 74.631
menggunakan listrik
Ketersediaan penginapan