Anda di halaman 1dari 76

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Situs dan Lokasi Penelitian

a. Keadaan Geografis Kota Bengkulu

Menurut hasil survey terakhir Bakosurtanal, sebagai Ibu Kota Propinsi

Bengkulu, Kota Bengkulu memiliki luas 151.7 KM2. Kota Bengkulu

terletak diposisi Barat Pulau Sumatera, berada diantara 2° 16’ LU dan 3°

31’ Lintang Selatan dan antara 101° 01' - 03° 41’Bujur Timur dengan

batas wilayah sebelah utara adalah Sumatera Barat, sebelah timur adalah

Jambi dan Sumatera Selatan, sebelah barat adalah Samudera Indonesia dan

sebelah selatan adalah Samudera Indonesia dan Lampung.

Pada Gambar 1 dapat dilihat dalam Peta bahwa letak Provinsi

Bengkulu berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia pada garis

pantai sepanjang lebih kurang 525 kilometer. Bagian timurnya berbukit-

bukit dengan dataran tinggi yang subur, sedangkan bagian barat

merupakan dataran rendah, memanjang dari utara ke selatan diselingi

daerah yang bergelombang. Provinsi Bengkulu memanjang dari perbatasan

Provinsi Sumatera Barat sampai ke perbatasan Provinsi Lampung dan

jaraknya lebih kurang 567 kilometer. Luas wilayah Provinsi Bengkulu

adalah 19.919,33 km² atau 1.991.933 hektar

50
51

Gambar 2. Peta Provinsi Bengkulu

Kota Bengkulu memiliki relief permukaan tanah yang bergelombang ,

terdiri dari daratan pantai dan daerah bukit-bukit serta dibeberapa tempat

terdapat cekungan alur sungai kecil. Kota Bengkulu di sebelah Utara dan

Timur berbatasan dengan Kabupaten Seluma dan sebelah Barat berbatasan

dengan Samudera Indonesia. Curah hujan pada tahun 2010 lebih rendah

dibanding dengan tahun 2010. Curah hujan terbanyak terjadi pada bulan

Oktober, Maret dan Februari. Sedang jumlah hujan tertinggi yaitu selama

27 hari terjadi pada bulan Maret dan Oktober dan rata-rata hari hujan di

Kota Bengkulu pada tahun 2010 sebanyak 23 hari hujan.


52

Letak Kota Bengkulu yang berada di daerah pesisir pantai

menyebabkab udaranya relatif panas dengan suhu udara sepanjang tahun

relatif sama. Suhu udara maksimum rata-rata setiap bulanya berkisar 290C

– 300C dan suhu minimum berkisar antara 230C dengan kelembaban udara

berkisar antara 81%-91% serta kisaran kecepatan angin maksimum berada

pada 14-19 knot. Curah hujan bulanan berkisar 200-600 mm dengan

jumlah hari hujan setiap bulan antara 10-21 hari. Berdasarkan klasifikasi

iklim Kota Bengkulu tergolong tipe iklim A (Tropis Basah) dengan

jumlah bulan basah 10 bulan dimulai dari Bulan Oktober sampai Bulan

Juli. Pada Bulan Mei sampai Oktober ditandai dengan musim kemarau,

hujan lebat akan terjadi pada Bulan Desember sampai Januari.

b. Sejarah Kota Bengkulu

Berdasarkan situs resmi Kota Bengkulu yaitu

http://www.bengkulukota.go.id, Bengkulu dalam bahasa Belanda disebut

Benkoelen atau Bengkulen, dalam bahasa Inggris disebut Bencoolen,

sementara dalam bahasa melayu disebut Bangkahulu. Ada banyak cerita

tentang asal usul dan nama Bengkulu, ada yang menyebutkan bahwa nama

Bengkulu berasal dari bahasa Melayu dan kata bang yang berarti “pesisir”

dan kulon yang berarti “barat”, kemudian terjadi pergeseran pengucapan

bang berubah menjadi beng dan kulon menjadi kulu. Sementara sumber

lain menyatakan Nama “Bencoolen” diperkirakan diambil dari sebuah

nama bukit di Cullen, Skotlandia, Bm of Cullen (atau variasmya, Ben

Cullen). Penamaan ini kurang berdasar karena bukanlah tabiat bangsa


53

Melayu untuk menamakan daerahnya dengan nama daerah yang tidak

dikenal, apalagi asal nama itu dari Skotlandia yang jauh disana.

Sumber tradisional menyebutkan bahwa Bengkulu atau Bangkahulu

berasal dan kata Bangkai dan Hulu yang maksudnya bangkai di hulu.

Konon menurut cerita, dulu pernah terjadi perang antara kerajaan-kerajaan

kecil yang ada di Bengkulu dan dari pertempuran itu banyak menimbulkan

korban dari kedua belah pihak di hulu sungai Bengkulu. Korban-korban

perang inilah yang menjadi bangkai tak terkuburkan di hulu sungai

tersebut maka tersohorlah sebutan Bangkaihulu yang lama-kelamaan

berubah pengucapan menjadi Bangkahulu atau Bengkulu.

Secara historis Kota Bengkulu terbentuk berdasarkan Undang-undang

No. 6 tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom

Kabupatenkabupaten dalam lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Selatan.

Sejak dikeluarkannya UU No. I tahun 1957, Kota kecil Bengkulu diubah

statusnya menjadi Kotapraja, meliputi 4 wilayah kedudukan yang

membawahi 28 Kepangkuan. Berdasarkan UU. No. 9 tahun 1967.

Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1988 Propinsi Bengkulu berdiri di

Kota Bengkulu dijadikan sebagai Ibu Kota. Kemudian sebutan Kotapraja

diganti dengan Kotamdya Dati II Bengkulu sesuai dengan UU. No. 5 tahun

1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Istilah Kotamadya

Dati II Bengkulu berubah menjadi Kota Bengkulu berdasarkan UU. No. 22

tahun 1999 tentang Pemerinthan Daerah. Pada tahun 2003 Kota Bengkulu

mengalami pemekaran wilayah, yang semula 4 kecamatan dengan 57

Kelurahan menjadi 9 kecamatan dan 67 kelurahan berdasarkan Peraturan


54

Daerah Kota Bengkulu No. 28 tahun 2003. Selanjutnya pada tahun 2011,

Kota Bengkulu mengalami pemekaran kecamatan kembali, sebagaimana

pada tabel berikut :

Tabel 1. Pemekaran Kecamatan dan Kelurahan Di Kota Bengkulu


Pada Tahun 2011
No Kecamatan Luas Wilayah (HA) Jumlah Kelurahan
1. Selebar 4.636 13
2. Kampung Melayu 2.314 5
3. Gading Cempaka 1.444 6
4. Ratu Agung 1.102 7
5. Ratu Samban 284 7
6. Teluk Segara 276 9
7. Sungai Berut 1.353 8
8. Muara Bangkahulu 2.316 6
9. Singaran Pati 1.442 6
Total 67
Sumber : Kota Bengkulu Dalam Angka, 2011.

c. Visi dan Misi Kota Bengkulu

Berdasarkan situs resmi Kota Bengkulu yaitu

http://www.bengkulukota.go.id, visi Kota Bengkulu adalah

“Terwujudnya Bengkulu yang sejahtera dan bermartabat, APBD

untuk rakyat”. Visi di atas mengandung 3 (tiga) kata kunci yaitu

sejahtera, bermartabat dan APBD untuk rakyat. Masyarakat Bengkulu

yang sejahtera ditandai dengan terwujudnya peningkatan kesejahteraan

rakyat, melalui peningkatan pembangunan ekonomi, peningkatan IPM dan

Penurunan angka kemiskinan. Masyarakat yang bermartabat bermakna

bahwa masyarakat Kota Bengkulu menjalankan kehidupannya dalam

kemulian akhlak, keluhuran budi pekerti, iman dan taqwa, bebas Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme dalam tatanan kehidupan kota yang madani. “

APBD untuk Rakyat “ bermakna bahwa Struktur Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah ( APBD) akan lebih ditekankan pada program dan
55

kegiatan yang dirasakan langsung oleh rakyat / masyarakat sehingga

pencapaian Bengkulu yang sejahtera dan bermartabat dapat dicapai serta

pembangunan yang dilakukan diharapkan mampu memberikan kontribusi

yang besar terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Misi Kota Bengkulu dalam periode 2013 - 2018 diarahkan untuk

mewujudkan kota Bengkulu yang lebih sejahtera dan bermartabat APBD

untuk rakyat, meletakkan fondasi yang lebih kuat bagi Kota Bengkulu

yang adil dan makmur. Usaha-usaha Perwujudan visi Kota Bengkulu

dijabarkan dalam misi sebagai berikut:

1) Misi 1 Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik.

Memayungi semua kebijakan, program dan kegiatan di bidang

pemerintahan, hukum, politik, dan ketertiban umum.

2) Misi 2 Mewujudkan Percepatan Pembangunan Infrastruktur

Perkotaan . Memayungi semua kebijakan, program dan kegiatan

pembangunan daerah dibidang infrastruktur perkotaan, energi dan

sumber daya mineral, lingkungan hidup, mitigasi bencana,

pariwisata, kehutanan, perhubungan, komunikasi dan informatika.

3) Misi 3 Mewujudkan Masyarakat Cerdas, Sehat dan Berakhlak

Mulia. Memayungi semua kebijakan, program dan pembangunan

daerah dalam bidang agama, pendidikan, kesehatan, kesejahteraan

sosial, kebudayaan, kepemudaan, olahraga serta pemberdayaan

perempuan, anak dan lansia serta bidang kependudukan.

4) Misi 4 Membangkitkan ekonomi kreatif dan iklim usaha yang

kondusif. Memayungi semua kebijakan, program dan kegiatan


56

pembangunan di bidang investasi, perindustrian, perdagangan,

koperasi dan usaha kecil menengah, pertanian dalam arti luas,

ketenagakerjaan dan keuangan daerah.

d. Keadaan Pemerintahan

Pemerintah Kota Bengkulu dipimpin oleh seorang Walikota dan

Wakil Walikota yang dipilih langsung melalui Pemilihan Umum Kepala

Daerah tahun 2008. Pada tahun 2010 untuk pemilihan legeslatif terlah

terpilih 30 orang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah terdiri dari 22

orang laki-laki dan 8 orang perempuan. Untuk berjalannya roda

Pemerintahan, Pemerintah Kota Bengkulu memiliki 108 unit kerja

sebagaimana pada tabel 4 berikut :

Tabel 2. Persebaran Unit Kerja di Pemerintah Kota Bengkulu

No. Unit Kerja Jumlah


1. Sekretariat 3
2. Badan 10
3. Dinas 15
4. Kantor 4
5. Kecamatan 9
6. Kelurahan 67
Total 108
Sumber :Bappeda Kota Bengkulu, 2011.

e. Keadaan Penduduk

Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010 oleh Badan Statistik yang

dikenal dengan SP2010 menunjukkan bahwa penduduk Kota Bengkulu

berjumlah 308.544 Jiwa, yang terdiri dari 155.372 jiwa laki-laki

dan153.384 jiwa perempuan. Sementara jumlah rumah tangga tercatat

sebesar 79.168 rumah tangga. Adapun sebaran penduduk menurut

kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut :


57

Tabel 3. Persebaran Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Bengkulu Tahun 2012

Laki-Laki
No Kecamatan Perempuan (Jiwa) Jumlah
(Jiwa)
1. Selebar 23.504 22.707 46.211
2. Kampung Melayu 14.519 13.853 28.372
3. Gading Cempaka 39.468 39.299 78.767
4. Ratu Agung 24.742 24.513 49.255
5. Ratu Samban 12.149 12.457 24.624
6. Teluk Segara 11.714 12.284 23.998
7. Sungai Serut 11.023 10.958 21.981
8. Muara Bangkahulu 18.169 17.167 35.336
9 Singaran Pati - - -
TOTAL 155.288 153.256 308.544
Sumber: Kota Bengkulu Dalam Angka, 2012.

Laju pertumbuhan penduduk berdasarkan Sensus Penduduk tahun

2012 sebesar 2,9 % per tahun, laju pertumbuhan penduduk tertinggi di

Kecamatan Selebar sebesar 11,03 % dan terendah di kecamatan Teluk

Segara sebesar 0,08%. Tingkat kepadatan penduduk Kota Bengkulu pada

tahun 2010 dengan luas wilayah 151.7 KM2 adalah 2.033 jiwa per KM2.

Angka ini mengalami kenaikan 10,6 % di banding tahun 2009, dimana

tingkat kepadatan penduduk Kota Bengkulu tahun tersebut adalah

1,838 jiwa. Dilihat penyebaranya dari 9 Kecamatan di wilayah Kota

Bengkulu, penduduk yang lebih banyak tinggal di kecamatan Gading

Cempaka yaitu sebanyak 78.767 jiwa (25,5%), disusul kecamatan Ratu

Agung 49.255jiwa (16,0%). Kedua kecamatan ini merupakan pusat

Pemerintahan dan ekonomi Kota Bengkulu.


58

2. Gambaran Umum Dinas Pariwisata Kota Bengkulu

a. Visi dan Misi Dinas Pariwisata Kota Bengkulu

Dinas Pariwisata Kota Bengkulu adalah salah satu instansi

pemerintah dalam koordinasi Pemerintah Bengkulu yang membidangi

bidang Pariwisata. Dinas Pariwisata Kota Bengkulu memiliki visi yaitu

“Terwujudnya Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata Sebagai

Sektor Pembangunan yang dapat meningkatkan Pertumbuhan dan

Kesejahteraan Masyarakat Berakar Pada Nilai Agama, Budaya

dan Lingkungan Hidup”. Sementara itu Misi Dinas Pariwisata Kota

Bengkulu yaitu :

1) Meningkatkan Perlindungan, Pelestarian, Pemanfaatan dan

Pengembangan Kebudayaan Daerah Sebagai Aset yang dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

2) Membangun dan mengembangkan destinasi unggulan yang

berdaya saing, berkelanjutan dan mampu mendorong

pembangunan perekonomian daerah.

3) Mengembangkan sumber daya kebudayaan dan pariwisata sebagai

produk yang berkualitas dan memiliki nilai ekonomi tinggi.

4) Meningkatkan kualitas dan profesionalitas sumber daya manusia

(SDM) Bidang Kebudayaan dan Pariwisata yang memiliki daya

saing secara nasional dan internasional.

5) Mendorong pertumbuhan industri dan investasi bidang kebudayaan

dan pariwisata melalui penguatan regulasi dan penyediaan sarana

dan prasarana.
59

6) Meningkatkan sinergi pembangunan antar stakeholders dalam

mengembangkan kebudayaan dan kepariwisataan dalam percepatan

pembangunan.

b. Tugas dan Fungsi Dinas Pariwisata Kota Bengkulu

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bengkulu Nomor 09 Tahun

2008 Tentang Pembentukan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota

Bengkulu, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan mempunyai

tugas pokok melaksanakan kewenangan otonomi daerah dalam

Bidang Pariwisata dan Kebudayaan. Dalam melaksanakan tugas

sebagaimana dimaksud sebelumnya, Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan mempunyai fungsi :

1) Perumusan dan penetapan kebijaksanaan di bidang pelayanan dan

pengembangan kepariwisataan dengan berpedoman pada

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kebijaksanaan

umum yang ditetapkan Walikota;

2) Penyediaan dan pengolahan data informasi, perumusan dan

penetapan kebijakan di bidang pelayanan informasi daerah dan

pembangunan pariwisata dengan berpedoman pada peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan kebijaksanaan umum yang

ditetapkan Walikota;

3) Melaksanakan kebijakan operasional, pemberian bimbingan dan

pembinaan, pemberian perizinan sesuai kebijaksanaan yang

ditetapkan Walikota;
60

4) Membimbing dan membina pendapat umum masyarakat yang

dapat mendorong partisipasi masyarakat terhadap pembangunan

dan pengembangan kepariwisataan daerah;

5) Menggali, meneliti, mendokumentasikan dan memelihara

berbagai bentuk seni budaya daerah;

6) Meningkatkan dan mengembangkan apresiasi seni budaya daerah;

7) Menyusun program penyediaan sarana, menginventarisasikan,

menyalurkan dan merawat serta mengawasi penggunaan sarana

seni budaya;

8) Meningkatkan dan mengembangkan apresiasi seni budaya dan

menilai mutu seni budaya masyarakat ;

9) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan

tugas dan fungsinya

c. Struktur Dinas Pariwisata Kota Bengkulu

Berikut merupakan Struktur Dinas Pariwisata Kota Bengkulu, yang

diambil dari Arsip Dinas Pariwisata Kota Bengkulu (2016):


61

KEPALA DINAS
PARIWISATA

KELOMPOK
JABATAN SEKRETARIAT
FUNGSIONAL

SUB BAG SUB BAG SUB BAG


UMUM KEPEGAWAIAN KEUANGAN

BIDANG BIDANG BIDANG OBYEK BIDANG


PERENCANAAN KEBUDAYAAN DAN DAYA PELAYANAN
TARIK WISATA PARIWISATA

SEKSI SEKSI PEMBINAAN


PENYUSUNAN ADAT SEKSI SEKSI
PROGRAM PENGELOLAAN PROMOSI
DAN
SEKSI
PENGEMBANGAN SEKSI
SEKSI PENGEMBANGAN
OBYEK WISATA PERIZINAN
PENGOLAHAN SENI BUDAYA
DATA
SEKSI
SEKSI SEJARAH SEKSI
PEMELIHARAAN
SEKSI DAN PEMANDU
OBYEK WISATA
MONITORING, KEPURBAKALAAN WISATA
EVALUASI
SEKSI MEDIA
DAN
TRADISIONAL,
PELAPORAN
ATRAKSI
WISATA DAN
PAMERAN
UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS

Gambar 3. Struktur Dinas Pariwisata Kota Bengkulu

d. Susunan Dinas Pariwisata Kota Bengkulu

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bengkulu Nomor 09 Tahun

2008 Tentang Pembentukan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota

Bengkulu, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan mempunyai

struktur organisasi sebagai berikut:


62

a. Kepala.

b. Sekretariat, yang terdiri dari Sub Bagian Umum, Sub Bagian

Kepegawaian; dan Sub Bagian Keuangan.

c. Bidang Perencanaan terdiri dari Seksi Penyusunan Program, Seksi

Pengolahan Data dan Seksi Monitoring, Evaluasi Dan Pelaporan.

d. Bidang Kebudayaan terdiri dari : Seksi Pembinaan Adat; Seksi

Pengembangan Seni Budaya; Seksi Sejarah dan Kepurbakalaan.

e. Bidang Obyek dan Daya Tarik Wisata terdiri dari : Seksi

Pengelolaan dan Pengembangan Obyek Wisata; Seksi

Pemeliharaan Obyek Wisata; Seksi Media Tradisional, Atraksi

Wisata dan Pameran.

f. Bidang Pelayanan Pariwisata terdiri dari : Seksi Promosi; Seksi

Perizinan; Seksi Pemandu Wisata.

g. Unit Pelaksana Teknis Dinas.

h. Kelompok Jabatan Fungsional.

B. Penyajian Data Penelitian

1. Strategi Pemerintah dalam mengembangkan Pariwisata Pantai

Panjang Kota Bengkulu dalam Perspektif Local Economic

Development

Pada bab berikut akan dijelasakan terkait bagaimana Strategi

Pemerintah dalam mengembangkan Pariwisata Pantai Panjang Kota

Bengkulu dalam Perspektif Local Economic Development.


63

a. Kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam mengembangkan

Pariwisata Pantai Panjang Kota Bengkulu

Local Economic Development atau Pengembangan ekonomi lokal

merupakan konsep pengembangan wilayah yang menyempurnakan

konsep yang dilaksanakan sebelumnya, seperti konsep development from

above, development from below dan selective spatial closure. Orientasi

ini menekankan pada pemberian prakarsa lokal dalam proses

pembangunan yang tujuannya untuk menciptakan lapangan kerja baru

dan mendorong peningkatan kegiatan ekonomi secara luas (Rahardjo,

2005).

Kota Bengkulu memiliki berbagai obyek wisata yang menarik untuk

dikunjungi. Wisata di Kota Bengkulu yang sangat beragam adalah

salah satu alasan mengapa Kota Bengkulu menarik untuk

dikunjungi. Keanekaragaman wisatanya antara lain wisata sejarah,

wisata alam, wisata buatan, wisata budaya dan wisata minat khusus.

Pemerintah Daerah (Pemda) melalui Dinas Pariwisata Kota Bengkulu

melakukan berbagai langkah promosi wisata.

Dinas Pariwisata Kota Bengkulu sebagai salah satu dinas yang

terletak di Kota Bengkuli yang bertugas sebagai penyelenggara urusan

pemerintah daerah serta pembantuan di bidang pariwisata. Sesuai

dengan tugas dan fungsinya, dinas ini memiliki peranan yang besar

khususnya dalam sektor pariwisata di Kota Bengkulu. Untuk

mewujudkan Kota Bengkulu sebagai destinasi pariwisata berbasis alam

dan budaya, Dinas Pariwisata Kota Bengkulu dituntut untuk terus


64

melakukan inovasi terkait dengan pengembangan pariwisata di daerah

Kota Bengkulu.

Pada dasarnya kegiatan pengembangan potensi pariwisata yang

diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Kota Bengkulu diwujudkan

melalui dua bagian, yang pertama adalah pada bagian pengembangan

potensi pariwisata itu sendiri, serta bagian pemasaran dan promosi

wisata. Masing- masing bagian ini memiliki peranannya tersendiri

dalam hal mengembangkan potensi pariwisata di Kota Bengkulu.

Bagian pengembangan wisata memiliki peran dan kewajiban untuk

mengakomodir sarana dan prasarana di seluruh obyek wisata dan usaha

wisata yang terdapat di Kota Bengkulu, seperti penyediaan akses

menuju obyek wisata, penyediaan toilet, penyediaan loket dan karcis

retribusi masuk obyek wisata dan lain sebagainya, sedangkan bagian

pemasaran dan promosi wisata secara garis besar berperan dalam

rangka mempromosikan obyek-obyek wisata yang terdapat di Kota

Bengkulu kepada wisatawan melalui berbagai program yang telah

disusun sebelumnya.

Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini terpusat di Dinas

Pariwisata Kota Bengkulu. Menurut informasi yang diperoleh dari

wawancara pada tanggal 05 Januari 2017 dengan Seksi Pengelolaan dan

Pengembangan Obyek Wisata Dinas Pariwisata Kota Bengkulu, Ibu

Silvi Yani Krisnawati, pihaknya melakukan antara lain:


65

“Strategi promosi yang dilakukan adalah dengan menyusun


Rencana Strategis dan Rencana Kerja. Selanjutnya mereka
membagi tugas-tugas (job description) kepada seluruh pegawai.
Hal ini dilaksanakan agar kerja- kerja promosi wisata bisa
berlangsung optimal”. (Wawancara hari Senin tanggal 05 Juni
2017, pukul 09.00 WIB di Dinas Pariwisata Kota Bengkulu)

Dari pendapat Ibu Silvi Yani Krisnawati di atas diketahui bahwa

Dinas Pariwisata Kota Bengkulu berusaha melakukan perencanaan

promosi wisata Pantai Panjang dengan sangat seksama dan cermat.

Dinas Pariwisata Kota Bengkulu juga berusaha profesional dalam

membagi tugas-tugas (job description) promosi wisata ke para pegawai

agar promosi dapat berhasil. Pengembangan pariwisata di Pantai

Panjang Kota Bengkulu selama ini diarahkan pada peningkatan daya

tarik serta promosi potensi pariwisata. Dalam rangka mencapai hal

tersebut tentu saja diperlukan sarana prasarana yang memadai di Pantai

Panjang Kota Bengkulu, sedangkan pada realitanya di Pantai Panjang

belum mendapatkan sarana prasarana yang cukup, hal tersebut tentu saja

menjadi kendala tersendiri bagi obyek wisata itu untuk berkembang.

Jumlah sarana dan prasarana yang kurang memadai tersebut dikarenakan

kondisi anggaran yang tersedia tidak akan mencukupi untuk penyediaan

sarana prasarana di Pantai Panjang Kota Bengkulu, hal tersebut

diungkapkan oleh Bapak Deddy Sutanto saat wawancara yaitu:

“Mengenai ketersediaan sarana prasarana saya rasa belum


mencukupi di Pantai Panjang Kota Bengkulu, penyediaan sarana
prasarana yang cukup di sana untuk saat ini dirasa tidak
mungkin karena anggaran yang ada sangat terbatas”.
(Wawancara hari Senin tanggal 05 Juni 2017, pukul 09.00 WIB
di Dinas Pariwisata Kota Bengkulu)
66

Mengenai minimnya anggaran untuk sarana prasarana di Pantai

Panjang Kota Bengkulu juga diungkapkan oleh Ibu Hanifa, selaku

Kepala Seksi Aneka Wisata Dinas Pariwisata Kota Bengkulu :

“Sebenarnya potensi pariwisata di Pantai Panjang cukup besar,


namun perkembangannya kurang maksimal karena masalah
anggaran yang minim, jadi banyak sarana yang kurang di obyek
wisata tersebut, gampangnya saja akses ke obyek wisata saja
banyak yang masih kesulitan” (Wawancara hari Senin tanggal 05
Juni 2017, pukul 10.00 WIB di Dinas Pariwisata Kota Bengkulu)

Minimnya anggaran tersebut tentu saja merupakan masalah klasik

yang dihadapi oleh hampir seluruh lembaga pemerintahan di

Indonesia. Terkait dengan keterbatasan anggaran tersebut, maka

bidang pengembangan wisata Dinas Pariwisata Kota Bengkulu setiap

tahunnya harus menyusun rencana penyediaan sarana prasarana obyek

wisata sedemikian rupa, sesuai dengan kemampuan anggaran yang

tersedia, seperti diungkapkan dalam wawancara dengan Bapak Deddy

Sutanto yaitu:

“Terbatasnya anggaran tidak lantas membuat fungsi bidang ini


berhenti, namun kita mengakalinya dengan program yang
bertahap setiap tahunnya, sesuai dengan kemampuan anggaran
yang disediakan”. (Wawancara hari Senin tanggal 05 Juni 2017,
pukul 10.00 WIB di Dinas Pariwisata Kota Bengkulu)

Meskipun kondisi sarana dan prasarana di obyek wisata Pantai

Panjang belum dapat maksimal, namun dijelaskan bahwa terjadi

peningkatan dari tahun ke tahun, khususnya terkait dengan kondisi dan

jumlah sarana dan prasarana di obyek wisata.

Seksi promosi adalah salah satu bagian yang ada di dalam susunan

organisasi Dinas Pariwisata Kota Bengkulu. Bidang ini memiliki fungsi


67

dasar untuk menyelenggarakan pemasaran dan promosi, baik itu

dalam lingkup regional maupun interregional, selanjutnya bidang ini

juga memiliki tugas untuk menyelenggarakan pelayanan data dan

informasi khususnya terkait dengan kondisi pariwisata di daerah Kota

Bengkulu.

Dalam kaitannya dengan pengembangan potensi pariwisata Pantai

Panjang di Kota Bengkulu, seksi promosi memiliki tugas untuk

mengembangkan jaringan promosi wisata, menganalisis pasar terkait

dengan potensi pemasaran atau promosi wisata, pemanfaatan teknologi

informasi untuk mendukung pemasaran wisata, penyelenggaraan

atraksi wisata, pemilihan duta wisata dan lain sebagainya. Sebagai

promotor utama promosi pariwisata di Kota Bengkulu, bidang ini

memiliki peranan yang penting dalam rangka mengembangkan potensi

pariwisata di Kota Bengkulu. Melalui berbagai program yang telah

diselenggarakan, bidang ini dianggap telah mencapai target, yang

diwujudkan dengan kunjungan wisatawan yang dari tahun ke tahun

semakin meningkat jumlahnya

Mengenai promosi ini, informasi diperoleh dari Ibu Hanifa, beliau

menyatakan bahwa strategi promosi yang dilakukan untuk Pantai

Panjang sebagai berikut:

“Kami memanfaatkan media sebagai salah satu strategi promosi


wisata Pantai Panjang. Harapannya dengan beragam media
tersebut bisa menjangkau semua orang baik wisatawan domestik
maupun mancanegara. Selain itu, sasaran promosi wisata
Pantai Panjang juga ditujukan untuk pegawai dinas dan obyek
wisata serta budaya yang ada di Kota Bengkulu. Program
promosi wisata yang kami lakukan pada intinya adalah untuk
menarik minat wisatawan, dan selama ini kunjungan
68

wisatawan dari tahun ke tahun semakin meningkat“(Wawancara


hari Senin tanggal 05 Juni 2017, pukul 09.00 WIB di Dinas
Pariwisata Kota Bengkulu)

Media yang digunakan pada Dinas Pariwisata Kota Bengkulu yaitu

sebagai berikut:

1) Media cetak
Media cetak yang digunakan adalah menerbitkan brosur, booklet yang

dilengkapi dengan calendar event selama satu tahun, peta wisata serta

informasi dari Dinas Pariwisata Kota Bengkulu yang disampaikan

melalui surat kabar.

2) Media elektronik

Media elektronik yang digunakan adalah telepon, radio dan internet

yang memuat informasi seputar Kota Bengkulu secara keseluruhan.


3) Promosi dan pameran wisata

Berdasarkan pernyataan Ibu Hanifa tersebut dapat diketahui bahwa

Dinas Pariwisata Kota Bengkulu telah melakukan promosi wisata Pantai

Panjang secara modern tidak konvensional. Dinas telah memanfaatkan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam

mendukung tugas dan fungsinya. Hal tersebut tentu lebih efektif dan

efisien dilakukan di era globalisasi seperti sekarang ini.

Kemudian diperoleh informasi lain yang diperoleh dari hasil

wawancara dengan Bapak Deddy Susanto, selaku Kepala Bidang

Pengembangan Destinasi Wisata Dinas Pariwisata Kota Bengkulu yaitu:


69

“Dalam melaksanakan promosi wisata kami melibatkan semua


pihak baik pemerintah, dinas dan masyarakat serta kelompok
sadar wisata yang ada di Kota Bengkulu. Agar dalam bekerja
kita lebih mudah. Hal ini sebagai sebuah konsekwensi dari
banyaknya potensi wisata yang dimiliki Kota Bengkulu. Kami
jujur tidak bisa bekerja sendiri menanganinya”. (Wawancara hari
Senin tanggal 05 Juni 2017, pukul 09.00 WIB di Dinas
Pariwisata Kota Bengkulu)

Dari pendapat Bapak Deddy Susanto tersebut diketahui bahwa Dinas

Pariwisata Kota Bengkulu tidak bekerja sendiri mempromosikan potensi

wisata yang ada di Kota Bengkulu. Mereka bekerjasama dengan

berbagai pihak baik instansi/lembaga pemerintah maupun swasta. Hal

ini dilakukan karena begitu banyak potensi wisata di Kota Bengkulu

yang belum dikelola sebagaimana mestinya.

Hampir seluruh dana untuk program fisik yang diselenggarakan oleh

bidang ini bersumber dari APBD, meskipun terdapat beberapa

program yang tidak menggunakan APBD namun dijelaskan bahwa

sumber utama anggaran tetap pada APBD, sesuai dengan yang telah

direncanakan di awal tahun. Hal tersebut diungkapkan oleh Bapak

Deddy Susanto:

“Hampir seluruh program yang kami selenggarakan sumber


dananya dari APBD, sedangkan yang tidak bersumber dari
APBD merupakan hasil kerjasama ataupun di anggarkan oleh
pemerintah provinsi, seperti mengikuti travel fair, kunjungan
bersama dan lain sebagainya”. (Wawancara hari Senin tanggal 05
Juni 2017, pukul 09.00 WIB di Dinas Pariwisata Kota Bengkulu)

Seksi promosi dalam Dinas Pariwisata Kota Bengkulu memiliki peran

penting dalam rangka mengoptimalkan kunjungan wisatawan di obyek

wisata Pantai Panjang Kota Bengkulu. Kegiatan yang dilakukan untuk


70

meningkatkan kunjungan wisatawan setiap tahunnya juga diusahakan

untuk inovatif, mengikuti selera pasar pariwisata yang berkembang.

Dalam rangka mengoptimalkan potensi pariwisata Pantai Panjang,

tidak hanya sebatas memasarkan dan mempromosikan obyek wisata

tersebut kepada calon wisatawan, namun juga terkait dengan

penjaringan aspirasi dan ide baik itu dari wisatawan maupun masyarakat

daerah. Penjaringan aspirasi ini ditujukan agar dapat diketahui

apa saja kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan yang ada,

sehingga secara lebih jauh lagi dapat digunakan sebagai bahan

perbaikan di periode selanjutnya. Hal tersebut seperti diungkapkan

oleh Ibu Naya Sumarni:

“Penjaringan aspirasi dilakukan setiap ada event, seperti pada


saat festival, pameran, lomba, dan lain sebagainya, sebagai bahan
perbaikan di periode yang selanjutnya“.(Wawancara hari Senin
tanggal 05 Juni 2017, pukul 09.00 WIB di Dinas Pariwisata Kota
Bengkulu)

b. Peran serta masyarakat dalam Pariwisata Pantai Panjang Kota

Bengkulu

Masyarakat setempat atau mereka yang bertempat tinggal di sekitar

daerah tujuan wisata Pantai Panjang, Kota Bengkulu mempunyai peran

yang amat penting dalam menunjang keberhasilan pengembangan

ekowisata tersebut. Peran dari masyarakat dalam memelihara lingkungan

yang menjadi daya tarik utama ekowisata tidak dapat diabaikan. Hal yang

terpenting adalah upaya memberdayakan masyarakat setempat dengan

mengikutsertakan mereka dalam berbagai kegiatan wisata (Hartono 2003


71

dalam Nugroho 2013). Untuk itu pengelola Pantai Panjang, Kota

Bengkulu harus dapat menghimbau masyarakat agar bersedia

berpartisipasi aktif secara positif di dalam pembangunan pariwisata

dengan memelihara lingkungan di sekitar mereka. Agar pembangunan

pariwisata dapat berkelanjutan dan efektif, serta pandangan dan harapan

masyarakat setempat perlu dipertimbangkan. Hal ini sejalan dengan hasil

wawancara yang dilakukan dengan Bapak Harun, masyarakat disekitar

Pantai Panjang, yaitu:

“Masyarakat sekitar memang memiliki peranan penting dalam


pengembangan Pantai Panjang. Pengelolaan objek wisata ini
sudah optimal karena masyarakat sekitar mau ikut
berpartisipasi”. (Wawancara hari Rabu tanggal 07 Juni 2017,
pukul 14.00 WIB di Daerah Sekitar Pantai Panjang, Kota
Bengkulu)

Partisipasi masyarakat lokal sangat dibutuhkan dalam pengembangan

kawasan wisata/ ekowisata karena masyarakat lokal sebagai pemilik

sumber daya pariwisata yang ditawarkan kepada wisatawan. Secara

umum partisipasi dapat dimaknai sebagai hak warga masyarakat untuk

terlibat dalam proses pengambilan keputusan pada setiap tahapan

pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan

pelestarian. Masyarakat bukanlah sekadar penerima manfaat atau objek

belaka, melainkan sebagai subjek pembangunan. Hal ini sesuai dengan

wawancara bersama Ibu Anita, masyarakat disekitar Pantai Panjang,

yaitu:

“Dalam pengelolaan obyek wisata ini, Pemerintah beberapa kali


meminta pendapat kami sebagai masyarakat sekitar, guna
mencari masukan tentang pengembangan kawasan wisata Pantai
Panjang. Kami ikut berpartisipasi dalam pengusulan
pengembangan Pantai Panjang, seperti penambahan fasilitas dan
72

lainnya”. (Wawancara hari Rabu tanggal 07 Juni 2017, pukul


14.00 WIB di Daerah Sekitar Pantai Panjang, Kota Bengkulu)

Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan disebutkan bahwa penyelenggaraan kepariwisataan

dilaksanakan berdasarkan azas, manfaat, usaha bersama dan

kekeluargaan, asli dan merata, perikehidupan dalam keseimbangan, dan

kepercayaan pada diri sendiri. dalam melaksanakan program atau proyek

pembangunan, diperlukan adanya peran serta atau partisipasi masyarakat,

sehingga proyek ataupun program pembangunan tersebut tepat sasaran

yang mencapai target sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya.

Peran masyarakat yang tercantum dalam UU No. 9 Tahun 1990 adalah 1)

Masyarakat memiliki kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk

berperan serta dalam penyelenggaraan kepariwisataan. 2) Dalam rangka

proses pengambilan keputusan, Pemerintah dapat mengikutsertakan

masyarakat sebagaimana yang dimaksud dalam poin 1 melalui

penyampaian saran, pendapat, dan pertimbangan. Partisipasi masyarakat

dapat diartikan dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses

perencanaan, pelaksanaan atau pengelolaan, pengawasan dan evaluasi

dalam usaha pengembangan industri pariwisata, sehingga rasa memiliki

dan tanggung jawab tumbuh pada masyarakat terhadap objek wisata yang

ada di daerahnya.

Pengembangan ekonomi sangat diperlukan sebagai upaya

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sejak diberlakukannya


73

kebijakan otonomi daerah maka pengembangan ekonomi mulai

dilakukan daerah masing-masing.

Pengembangan ekonomi daerah berkaitan erat dengan potensi

sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang ada.

Pengembangan Ekonomi lokal diartikan sebagai suatu proses yang

melibatkan perumusan kelembagaan pembangunan di daerah dan

peningkatan SDM untuk menciptakan produk-produk yang lebih baik,

pencarian pasar, serta pembinaan industri dan kegiatan usaha pada

skala lokal (Munir, 2007).

Pada pengembangan kawasan Pantai Panjang Kota Bengkulu terlihat

komponen-kompenen pokok yang menjadi strategi dalam pengembangan

ekonomi lokal. Dimana komponen tersebut harus dipertimbangkan

oleh stakeholder dalam penyusunan rencana pengembangan ekonomi

lokal (Blakely, 2002).

Rencana strategis wilayah pantai panjang secara terpadu dan

berkelanjutan demi mewujudkan kesejahteraan ekonomi masyarakat

sekitar yaitu:

1. Sektor Konservasi

Kegiatan Konservasi harus dilakukan di Pantai Panjang, karena

dengan adanya kegiatan konservasi disana akan menjaga keindahan

pantai, misalkan penanaman mangrove di dekat muara, penanaman

pohon cemara di pinggir pantai, transplantasi Terumbu Karang, semua

kegiatan tersebut bisa dijadikan sebagai daya tarik wisata dan juga

memberikan Ilmu Pengetahuan bagi pelajar dan masyarakat umum


74

tentang pentingnya konservasi tersebut. Dengan adanya kegiatan

konservasi di pantai panjang dapat menyadarkan masyarakat bahwa

pantai panjang tidak hanya bisa dinikmati oleh generasi kita saja, tetapi

generasi seterusnya bias menikmati keindahan pantai panjang tersebut.

2. Sektor Resort Wisata

Pantai Panjang memiliki pantai dengan keindahan pemandangan

yang sangat mempesona, saya akan menjadikan pantai panjang sebagai

salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi oleh wisatawan seluruh

Indonesia lebih-lebih lagi bagi wisatawan didunia. hal yang saya

kemukakan diatas akan dapat terwujud jika infrastruktur,

pelayanan,bekerjasama dengan para investor, menjaga dan merawat

keindahan pantai, menyediakan tempat penginapan, sumberdaya

manusia, wahana permainan, wahana Education, tempat olahraga dan

lain-lainnya di sediakan dengan baik dan semua kebutuhan para

wisatawan lengkap disana. Apabila semua itu telah tersedia disana,

Pantai Panjang akan terkenal di seluruh indonesia ataupun di dunia.

3. Sektor Nelayan

Suatu wilayah pesisir pastinya ada yang namanya Nelayan, para

nelayan ini kita berikan pelatihan tentang cara menangkap ikan dengan

ramah lingkungan, tentu dengan menggunakan alat tangkap yang ramah

lingkungan pula. saya akan memberikan bantuan modal berupa alat

tangkap ramah lingkungan yang moderen dan kapal-kapal yang

berukuran besar, agar kegiatan penangkapan ikan para nelayan tersebut

bisa menghasilkan tangkapan yang optimum demi kesejahteraan ekonomi


75

masyarakat. tidak lupa pula sosialisasi tentang ukuran ikan-ikan yang

boleh ditangkap dan yang tidak boleh ditangkap agar kehidupan ikan

dilaut dapat tetap terjaga supaya tidak terjadi yang namanya Over

Fishing.

4. Sektor Keindahan Lingkungan

Wilayah Pesisir yang dekat dengan pantai atau wilayah pesisir

identik dengan kata lingkungan yang kumuh, tidak terawat, dan hal

negatif lainnya. Oleh sebab itu hal tersebut harus dihilangskan dan

menjadikan Keindahan Lingkungan menjadi salah satu syarat yang harus

Mutlak diwujudkan oleh masyarakat, dengan menjaga kebersihan pantai,

keindahan tempat tingggal para nelayan, penataan lingkungan yang rapi

dan hal-hal positif lainnya harus diwujudkan.

5. Sektor Perdagangan

Sektor perdagangan mempunyai peran penting dalam pengelolaan

wilayah pesisir di pantai panjang, karena disektor ini ekonomi

masyarakat akan menjadi lebih baik jika perdagangan / barang yang

dijual oleh masyrakat bagus kualiatasnya. saya akan memperbanyak

tempat-tempat berjualan seperti membuat toko-toko, supermarket di

wilayah pesisir pantai panjang, tentu dengan tata ruang yang rapi dan

tetap menjadikan keindahan lingkungan sebagai nomor satu dalam

penyediaan tempat tersebut. tujuannya yaitu agar masyarakat dapat

berjualan dengan aman, rapi, dan masyarakat harus memberikan

pelayanan terbaik bagi para wisatawan yang berkunjung kesana.


76

6. Sektor Sumberdaya Manusia

Sumberdaya Manusia yang terlibat dalam Pengelolaan Rencana

Strategis Wilayah Pesisir Secara Terpadu dan Berkelanjutan Demi

Mewujudkan Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat harus yang

berkompeten dimasing-masing bidangnya. Dalam mewujudkan hal

tersebut perlu adanya pendidikan untuk masyarakat yang terlibat disana.

jika sumberdaya manusia telah meningkat kualitasnya maka hal yang

saya cita-citakan diawal akan terwujud dengan mudah.

7. Sektor Budidaya Perikanan

Wilayah Pesisir pantai panjang harus mempunyai Budidaya

Perikanan, seperti tambak, kolam, aquarium, pembesaran Lobster, dan

kegiatan Budidaya Perikanan lainnya. Tujuannya yaitu dengan adanya

Budidaya Perikanan, masyarakat bisa memanfaatkannya sebagai salah

satu penghasilan tetap. diharapkan dengan adanya budidaya perikanan

tersebut dapat menjadi sumber penghasilan ekonomi dalam

mensejahterakan kehidupan mereka, serta dapat menjadi daya tarik

wisata juga.

2. Pengembangan Ekonomi Lokal di Pantai Panjang Kota Bengkulu

Pada bab berikut akan dijelaskan terkait bagaimana Pengembangan

Ekonomi Lokal di Pantai Panjang Kota Bengkulu.

a. Lapangan kerja yang tercipta bagi masyarakat

Adanya kegiatan kepariwisataan di Pantai Panjang sudah dapat

dipastikan akan membuka lapangan kerja dan lapangan usaha, baik

langsung maupun tidak langsung, misalnya di bidang prasarana dan


77

sarana seperti pada pembangunan Villa dan Resort yang dapat memakan

tahunan ini berarti memberi peluang kepada pekerjaan untuk dapat

menghasilkan uang dari pekerjaan tersebut. Hal ini diperoleh dari hasil

wawancara dengan Ibu Santina disekitar wilayah Pantai Panjang, yaitu:

“Sejak mulai dibangun fasilitas di sekitar Pantai Panjang,


ekonomi masyarakat sekitar mengalama peningkatan”.
(Wawancara hari Rabu tanggal 07 Juni 2017, pukul 15.00 WIB
di Daerah Sekitar Pantai Panjang, Kota Bengkulu)

Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Kota Bengkulu ini,

khususnya di Pantai Panjang dapat memperbaiki keadaan perekonomian

masyarakat, dimana pada saat sebelum pengembangan kawasan wisata

pantai masyarakat banyak yang bekerja sebagai nelayan, petani dan ada

pula yang merantau keluar daerah untuk mencari pekerjaan, namun

sesudah adanya pengembangan obyek wisata pantai masyarakat yang

tadinya merantau banyak yang kembali untuk beraktivitas di sektor

pariwisata. Berdasarkan hasil wawancara dengan warga setempat mereka

bekerja sebagai pedagang dan penyedia jasa dan lain-lain yang semuanya

itu untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan. Adanya sumber mata

pencaharian itu tentu akan membuat mereka betah tinggal di kampung

halaman serta dengan meningkatnya kunjungan wisatawan dapat merubah

keadaan perekonomian responden ke arah yang lebih baik dibanding

sebelum adanya pengembangan obyek wisata. Hal ini diperoleh dari hasil

wawancara dengan Ibu Santina disekitar wilayah Pantai Panjang, yaitu:

“Sekarang masyarakat lokal lebih memiliki rasa untuk


mengembangkan perekonomian disekitar Pantai Panjang., karena
semakin ramainya daerah wisata ini dan semakin tersedianya
lapangan pekerjaan. Mereka memiliki pemahaman bahwa
78

berkegiatan ekonomi di sekitar tempat tinggal lebih baik untuk


mereka dan keluarga dibanding harus merantau”. (Wawancara
hari Rabu tanggal 07 Juni 2017, pukul 15.00 WIB di Daerah
Sekitar Pantai Panjang, Kota Bengkulu)

Berdasarkan hasil penelitian jenis aktivitas ekonomi tambahan responden

sesudah adanya pengembangan obyek wisata Pantai Panjang yang

bergerak di sektor pelayanan jasa kepariwisataan dimana responden telah

mendapatkan pekerjaan tambahan yang akan menambah aktivitas

responden kearah yang lebih baik dan akan menambah pendapatan yang

lebih besar dibandingkan dengan sebelum adanya pengembangan wisata

pantai.

b. Jumlah pendapatan masyarakat Pantai Panjang Kota Bengkulu

dengan adanya pengembangan ekonomi lokal

Adanya pengembangan wisata pantai maka dampak perekonomian

terlihat dari aktivitas masyarakat menunjukkan suatu perubahan kearah

yang lebih baik, dimana sebelum pengembangan obyek wisata pantai

aktivitas responden sebagian besar adalah petani dan nelayan serta yang

lainnya sebagai pedagang, tukang kayu/batu dan PNS. Namun dengan

adanya pengembangan obyek wisata pantai responden mendapatkan

pekerjaan sampingan (tambahan) untuk menambah pendapatan.

Responden melakukan wawancara dengan masyarakat sekitar Pantai

Panjang Kota Bengkulu yang memiliki mata pencaharian sebagai

pedagang makanan dan minuman kecil dan diperoleh dari hasil

wawancara dengan Ibu Anisah disekitar wilayah Pantai Panjang, yaitu:


79

“Penghasilan kami mengalami peningkatan sejak adanya


pengembangan Pantai Panjang oleh Pemerintah, dulu
penghasilan kami hanya sekitar Rp. 500.000 Per bulan,
sedangkan sekarang bisa mencapai Rp. 2.000.000 ”. (Wawancara
hari Rabu tanggal 07 Juni 2017, pukul 15.00 WIB di Daerah
Sekitar Pantai Panjang, Kota Bengkulu)

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa pendapatan responden

umumnya di atas rata-rata dan mengalami peningkatan sesudah adanya

pengembangan pariwisata pantai, hal ini disebabkan selain pendapatan

pokok responden meningkat mereka juga mempunyai pendapatan lain

dari pekerjaan sampingan yang lebih menguntungkan. Pekerjaan

sampingan yang dimaksud seperti pedagang, penyedia banana boat,

penyedia pelampung ban serta masih banyak jasa-jasa lainnya yang

dibutuhkan oleh para wisatawan. Kondisi Pedagang di Pantai Panjang

dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5 dalam Lampiran Foto

Penelitian.

Pendapatan responden yang semakin meningkat tersebut maka

pemenuhan kebutuhan responden (masyarakat) atau keluarganya semakin

terpenuhi baik kebutuhan primer maupun sekunder, sehingga

kesejahteraan masyarakat atau keluarga diasumsikan akan semakin baik

dari sebelum adanya pengembangan obyek wisata pantai.

Perkembangan pariwisata mempunyai pengaruh dan hubungan

interpenden dengan pengembangan sektor lainnya, terutama terhadap

sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga, stabilitas lingkungan

hidup. Dampak yang ditimbulkan sebagai akibat adanya aktivitas


80

ekonomi sangat tergantung pada sistem ekonomi yang ada di daerah

tersebut.

c. Faktor pendukung dalam mengembangkan ekonomi lokal di

Pantai Panjang Kota Bengkulu

Pada perkembangannya Pantai Panjang di Bengkulu akan

diprioritaskan untuk dikembangkan oleh Dinas Pariwisata Kota

Bengkulu. Berbagai Keluhan pengunjung seperti sampah yang

berserakan dan pedagang yang berjualan sembarangan akan dituntaskan,

begitu pun dengan masalah pelayanan yang selama ini dirasa semakin

kurang. Kondisi Pantai Panjang dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar

7 dalam Lampiran Foto Penelitian. Hasil wawancara dengan Ibu Hanifa,

selaku Kepala Seksi Aneka Wisata Dinas Pariwisata Kota Bengkulu

Yaitu:

“Pantai Panjang secara infrastruktur sudah baik. Biro perjalanan


sudah banyak, jarak dari pantai ke hotel dan ke pusat kota sangat
dekat, begitu pun jika pengunjung ingin ke bandara. Akan tetapi,
promosi pariwisata Bengkulu masih kurang” (Wawancara hari
Senin tanggal 05 Juni 2017, pukul 10.00 WIB di Dinas
Pariwisata Kota Bengkulu)

Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Deddy Susanto, selaku

Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Wisata Dinas Pariwisata Kota

Bengkulu yaitu:

“Kami memang lemah di SDM, padahal setiap harinya ada 8


penerbangan ke Bengkulu, itu yang belum kami garap dan akan
kami coba kemas tahun depan,” (Wawancara hari Senin tanggal
05 Juni 2017, pukul 10.00 WIB di Dinas Pariwisata Kota
Bengkulu)
81

Berikut faktor pendukung dalam mengembangkan ekonomi lokal

di Pantai Panjang Kota Bengkulu yang diperoleh dari hasil penelitian:

1) Letak Geografis

Letak geografis sangat menentukan keberhasilan kebijakan

pengembangan pariwisata. Daerah-daerah yang strategis, misalnya

merupakan pusat bisnis, pusat budaya dll – akan lebih mudah

dikembangkan industri pariwisata. Daerah-daerah yang secara

geografis terpencil merupakan kendala bagi pengembangan industri

pariwisata meskipun daerah tersebut mempunyai alam dan iklim

yang ideal.

Bengkulu, ditinjau dari sisi geografis merupakan daerah yang

kurang strategis atau dengan kata lain terpencil. Posisi Bengkulu

terletak di daerah yang bukan merupakan jalur lintas antar propinsi.

Hal ini mengakibatkan, pendatang harus secara khusus datang ke

Bengkulu. Selain itu, posisi pantai yang langsung berhadapan

dengan Samudera Hindia ini menimbulkan ombak yang besar dan

berbahaya bagi siapa saja yang ingin berwisata dengan berselancar

atau mandi. Selain itu, di bagian timur Bengkulu dihadang oleh

Bukit Barisan yang menyebabkan posisinya semakin terpencil dan

sulit dijangjau melalui jalur darat. Sebagai akibatnya, Bengkulu

bukanlah tujuan utama baik untuk perdagangan maupun untuk

wisata.
82

2) Sarana transportasi

Sarana transportasi darat antar propinsi dapat dinyatakan

kurang baik. Meskipun jalur jalan di Kota Bengkulu cukup baik,

namun begitu melintasi daerah di luar propinsi maka jalur jalan

kondisinya rusak berat. Hal ini tentunya dapat menghambat arus

transportasi dari dan ke Bengkulu. Kondisi ini menyebabkan arus

perdagangan di batas propinsi lebih menuju ke lain propinsi dari

pada ke Bengkulu. Untuk mengatasi hal ini, tentunya perlu adanya

kerjasama antar propinsi, agar arus transportasi menjadi lebih

lancer. Sarana transportasi laut melalui jalur pulau Baai juga masih

mengalami beberapa kendala, antara lain adalah sifat Samudera

Hindia yang ganas serta pendangkalan yang cepat. Pendangkalan

pelabuhan berlarut-larut serta membutuhkan dana yang besar,

sehingga cukup menyedot dana APBD Bengkulu. Hal ini

mengakibatkan kurang lancarnya arus transportasi melalui jalur

laut. Sementara jalur udara telah diupayakan penerbangan empat

kali sehari. Namun, penerbangan hanya melewati jalur Bengkulu-

Jakarta, sementara jalur penerbangan Bengkulu-Palembang hanya

tiga kali dalam seminggu. Hal ini tentu saja akan menyulitkan arus

perdagangan dan wisata dari dan ke Bengkulu.

3) Proses ijin investasi

Investasi di Bengkulu mengalami beberapa hambatan antara

lain karena rumitnya birokrasi di Bengkulu. Badan Penelitian dan

Pengembangan Propinsi Bengkulu (2004) menemukan bahwa


83

terdapat tujuh faktor penyebab rendahnya minat investor untuk

berintestasi di Bengkulu yaitu: 1) patologi birokrasi, 2) tidak

adanya kepastian hokum, 3) kurangnya keterjaminan keamanan

investasi, 4) potensi investasi belum jelas, 5) fasilitas investasi

kurang, 6) sarana dan prasarana pendukung investasi kurang, 7)

ketidaksiapan masyarakat penerima investasi.

Balitbang Bengkulu (2004) menemukan bahwa investor

menganggap birokrasi merupakan faktor utama sebagai

penghambat investasi. Rumitnya birokrasi terutama berkaitan

dengan proses perijinan dan fasilitas investasi. Akhir-akhir ini

sedang direncanakan Perda tentang Pajak bagi Alat Berat. Hal ini

memicu berkurangnya investor di Bengkulu. Oleh sebab itu, agar

program wisata pantai Kota Bengkulu dapat dijalankan perlu

adanya kemudahan dalam berinvestasi di Propinsi Bengkulu.

Aparat-aparat yang bertndak di luar ketentuan perlu ditindak

dengan tegas untuk menghindari praktek-praktek KKN. Hal ini

tentu saja memberatkan dan mempersulit usaha investasi di

Bengkulu. Hal ini bertentangan dengan filosofi bahwa birokrasi

dibuat untuk mempermudah dan mengatur investasi, sekaligus

sebagai alat pengawasan.

Kepastian hukum juga merupakan kendala bagi investasi di

Bengkulu. Di Bengkulu banyak sekali lahan atau tanah yang tidak

jelas siapa pemiliknya saking banyaknya permasalahan

kepemilikan tanah, yang seringkali menimbulkan sengketa. Selain


84

itu, keamanan usaha dari tindak premanisme masih menjadi

kendala, yang menyebabkan biaya tinggi. Ini semua tentunya

sangat mempengaruhi minat investor dating ke Bengkulu. Pada

berbagai kasus, investor menilai dirugikan dalam penyelesaian

sengketa yang ternyata disebabkan oleh ketidakpastian hukum.

Mengenai ijin usaha, Gubernur Bengkulu telah berjanji akan

mempermudah proses administrasi perijinan bagi para investor,

penyediaan beberapa fasilitas gratis dll. Namun sejauh ini,

kebijakan tersebut belum direalisasikan secara formal berupa

pemotongan birokrasi dan perubahan Perda yang mengatur

investasi. Tentunya hal ini akan menghambat dan menurunkan

tingkat kepercayaan masyarakat terutama investor terhadap

kebijakan gubernur tersebut.

4) Kualitas sumber daya manusia

Kualitas sumber daya manusia juga menjadi masalah yang

serius. Untuk mendukung industri pariwisata, perlu sejumlah SDM

yang kompeten untuk menghasilkan industri pariwisata yang

handal. Hal ini agar pembangunan dan pengelolaan industri

pariwisata mampu menciptakan peluang-peluang yang dapat

dimanfaatkan sebagai peningkatan kesejahteraan masyarakat tetapi

tetap memperhatikan keseimbangan lingkungan baik fisik maupun

non-fisik.

Selain itu, mengingat industri pariwisata yang akan dibangun

diharapkan mampu menggaet wisatawan asing, maka perlu adanya


85

persiapan-persiapan yang matang terutama menata kondisi mental

masyarakat. Hal ini penting artinya karena jika industri pariwisata

berjalan maka akan dapat terjadi benturan-benturan social dan

budaya jika tidak diantisipasi sebelumnya. Untuk itu, studi Amdal

seharusnya telah dilakukan sebelum pembangunan dilaksanakan.

Pada kenyataaannya, pembangunan beberapa sector pariwisata

telah dibangun sebelum Amdal dilakukan dan tidak memperhatikan

master plan yang telah dibuat. Akibatnya, pembangunan fasilitas

industri pariwisata terkesan tidak terencana dan kurang

memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan.

5) Kurang sinkronnya antara perencanaan dan pelaksanaan

Keadaan ini ditunjuknya adanya beberapa kali perubahan di

lapangan yang berbeda dengan perencanaan awal. Pembangunan

beberapa proyek telah dilaksanakan walaupun belum ada

Amdalnya. Selain itu, beberapa proyek yang dilaksanakan tidak

sesuai dengan master plan yang telah dibuat. Perubahan-perubahan

tersebut tentu saja menunjukkan adanya ketidakberesan

pelaksanaan pembangunan fasilitas wisata. Selain belum adanya

Amdal, bahwa tampak bahwa proyek pembangunan wisata pantai

sebagian juga merupakan proyek Pemda Kota Bengkulu. Apakah

hal ini telah dilakukan koordinasikan atau tidak belum jelas.

Karena tidak adanya Amdal, maka pembangunan tersebut telah

melanggar ketentuan-ketentuan konservasi. Sebagai contoh

pembangunan jalan dua jalur di pantai panjang justru mendekati


86

pantai dan dengan menebang cemara laut yang merupakan

pelindung bahaya dari laut. Janji Gubernur yang akan menanam

kembali dengan cara yang lebih estetik belum menjadi kenyataan.

Sebagai akibat ditebangnya cemara laut, penduduk telah merasakan

akibatnya yaitu kencangnya angin laut menerpa pemukiman.

Beberapa proyek direncanakan kemudian yang ternyata

bertentangan dengan aspek konservasi.

6) Masalah Administrasi

Idealnya, suatu proyek pembangunan terlebih dahulu

dilakukan AMDAL. Amdal merupakan dokumen yang merupakan

pedoman dalam melaksanakan suatu proyek. Dengan adanya

pedoman tersebut diharapkan proyek mampu meminimisasi

dampak-dampak negative yang dapat ditimbulkan oleh suatu

proyek. Disamping itu, AMDAL penting sebagai pedoman

bagaimana mempertahankan kualitas lingkungan ketika proyek

tersebut telah berakhir dan masuk dalam tahap operasional.

Sayangnya, pembangunan proyek wisata pantai Kota

Bengkulu belum dilengkapi dengan AMDAL (Amdal sedang

dalam proses pembuatan), tetapi pembangunan telah dilaksanakan

sejak tahun 2006. Masalah terakhir adalah berkaitan dengan

pembangunan jalan Tapak Paderi – Pasar Bengkulu yang menuai

kritik dan meresahkan masyarakat. Pasalnya, pembangunan jalan

tersebut memotong makam. Memang upaya pendekatan telah

dilakukan oleh pemerintah, namun warga masyarakat tetap bulat


87

mempertahankan agar makam tidak dipindahkan. Ini terkait dengan

keyakinan warga masyarakat setempat bahwa menerima ganti rugi

makam sama saja memakan saudaranya yang telah dikubur.

Masalah lain adalah adanya budaya ziarah. Jika makam

dipindahkan maka banyak warga masyarakat yang telah pindah dari

Bengkulu akan kesulitan berziarah. Polemik ini diperparah oleh isu

tentang bahwa tulang belulang akan dikuburkan masal di dekat

lokasi makam lama, dengan alas an tanah yang tersedia tidak cukup

luas. Hal ini tentunya memicu keresahan masyarakat.

Dengan belum adanya AMDAL juga telah memakan korban

berupa populasi cemara laut di sepanjang Pantai Panjang secara

drastic telah berkurang akibat ditebang. Hal ini tentunya tidak akan

terjadi jika pembangunan tersebut didasarkan kepada AMDAL.

Beberapa pembangunan lainnya juga tidak memperhatikan aspek

lingkungan. Hal ini tentunya perlu mendapat perhatian yang serius

dari pengambil kebijakan di propinsi Bengkulu.

7) Kerusakan Lingkungan Fisik yang mungkin akan terjadi

Kerusakan daerah pesisir secara alami dapat terjadi akibat

perubahan musim yang mempengaruhi pergerakan arus dan

gelombang. Energi ini kemudian akan menyebabkan perpindahan

material dari satu tempat ke tempat yang lain. Kekuatan gelombang

dan arus sangat menentukan kecepatan dan tingkat kerusakan yang

ditimbulkannya (Walhi, 2006). Perubahan bentang alam pesisir

selain karena factor alam ini, lebih diakibatkan oleh aktivitas


88

manusia, seperti penambangan pasir, penebangan hutan pantai di

sepanjang pantai Kota Bengkulu hingga konversi hutan pantai

menjadi perumahan penduduk dan hotel serta pusat wisata.

Penambangan pasir di Teluk Sepang, pembuangan limbah

pengerukan Pelabuhan Pulau Baai, Penebangan hutan pantai dan

mangrove untuk pembuatan jalan dari Pulau Baai, Pantai Panjang

hingga Tapak Padri hingga pengambilan pasir pantai di sekitar

sungai hitam (Walhi, 2006).

Kerusakan hutan pantai akibat pembangunan wisata pantai ini

telah dirasakan oleh penduduk di sekitar pantai antara lain daya

lindung terhadap angin laut berkurang, suhu udara di kawasan

yang meningkat serta ketidaknyamanan lainnya. Dengan

ditebangnya hutan cemara laut dan mangrove di sepanjang pantai,

maka diprediksi jumlah flora dan fauna menurun drastic. Aktivitas

manusia lainnya yang dapat menimbulkan pencemaran dan

kerusakan lingkungan adalah sampah yang dihasilkan oleh

pengunjung, hotel, pedagang dan sumber penghasil sampah lainnya

disekitar kawasan pantai.

Menurut Walhi (2006) secara ekologi, kerusakan kawasan

pantai menimbulkan dampak: hilangnya media pengembangbiakan

biota laut, seperti padang lamun dan terumbu karang, perubahan

iklim mikro di sekitar pantai akibat hilangnya vegetasi pantai,

terputusnya mata rantai ekosistem hutan pantai akibat eksploitasi.

Hal lainnya adalah matinya beberapa jenis vegetasi yang tidak


89

mampu hidup akibat intrusi air laut, serta semakin besarnya tingkat

kerawanan bencana akibat kerusakan lingkungan. Walhi (2006)

juga menyoroti bahwa secara ekonomi kerusakan pantai akan

berdampak kepada penurunan pendapatan masyarakat nelayan. Hal

ini disebabkan antara lain oleh hilangnya jenis ikan tertentu hingga

hilang/berpindahnya wilayah tangkap nelayan tradisional di sekitar

Pantai Kota Bengkulu dan semakin tingginya biaya melaut yang

harus dikeluarkan oleh nelayan. Selain itu, Pemerintah Provinsi

Bengkulu harus mengeluarkan dana lebih besar untuk melakukan

pengerukan kolam alur pelabuhan Pulau Baai hingga semakin

tingginya biaya yang diperlukan untuk melakukan reklamasi pantai.

C. Analisis Data Penelitian

1. Strategi Pemerintah dalam mengembangkan Pariwisata Pantai

Panjang Kota Bengkulu dalam Perspektif Local Economic

Development

Dalam penelitian ini, penulis akan mendeskripsikan strategi Dinas

Pariwisata Kota Bengkulu dalam mengembangkan pariwisata Pantai

Panjang dalam perspektif Local Economic Development. Analisis data

penelitian ini adalah perpaduan antara teori dengan data yang sesuai dengan

fokus penelitian ini.


90

a. Kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam mengembangkan

Pariwisata Pantai Panjang Kota Bengkulu

Menurut Fayos–Sola (1996) peran pemerintah dalam menentukan

kebijakan pariwisata sangat strategis dan bertanggungjawab terhadap

beberapa hal sebagai berikut :

1) Menyediakan dan memfasilitasi kebutuhan legislasi, regulasi

dan control yang diterapkan dalam pariwisata, perlindungan

lingkungan dan pelestarian budaya serta warisan budaya.

2) Membangun dan memfasilitasi peningkatan kualitas sumber

daya manusia dengan menjamin pendidikan dan pelatihan yang

profesional untuk menyuplai kebutuhan tenaga kerja disektor

pariwisata.

3) Membangun kerangka (framework) operasional dimana sector

public dan swasta terlibat dalam menggerakkan denyut

pariwisata.

4) Menyediakan dan membangun infrastruktur transportasi darat,

laut dan udara dengan kelengkapan prasarana komunikasi.

Pendapatan Asli Daerah merupakan gambaran potensi keuangan

daerah yang pada umumnya mengandalkan unsur pajak daerah dan

retribusi daerah. Berkaitan dengan pendapatan asli daerah dari sektor

retribusi, maka daerah dapat menggali potensi sumber daya alam yang

berupa sektor pariwisata. Pemerintah menyadari bahwa sektor pariwisata

bukanlah merupakan sektor penyumbang terbesar dalam pendapatan

daerah, tetapi berpotensi dalam meningkatkan PAD. Di Indonesia


91

mempunyai potensi alam dan seni budaya yang besar yang dapat

dimanfaatkan oleh daerah untuk meningkatkan PAD.

Bidang pariwisata merupakan salah satu kegiatan yang mempunyai

peranan yang sangat strategis dalam menunjang pembangunan

perekonomian nasional. Sektor ini dicanangkan selain sebagai salah satu

sumber penghasil devisa yang cukup handal, juga merupakan sektor yang

mampu menyerap tenaga kerja dan mendorong perkembangan investasi.

Dalam mengembangkan sektor ini pemerintah berusaha keras membuat

rencana dan berbagai kebijakan yang mendukung kearah kemajuan

sektor ini. Salah satu kebijakan tersebut adalah menggali,

menginventarisir dan mengembangkan obyek-obyek wisata yang ada

sebagai daya tarik utama bagi wisatawan.

Pariwisata merupakan salah satu pemegang peranan penting dalam

program penanggulangan kemiskinan. Negara-negara maju maupun

Negara yang sedang berkembang sekalipun, mengandalkan potensi-

potensi pariwisata sebagai sumber pemasukan devisa negaranya.

Sebahagian besar Negara dengan populasi miskin menyatakan

ketergantungannya kepada sektor pariwisata yang dimiliki. Walaupun

pariwisata belum mampu untuk menghilangkan kemiskinan secara

keseluruhan.

Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh

dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai manfaat

terhadap masyarakat setempat dan sekitarnya. Pariwisata memiliki

banyak manfaat untuk masyarakat bahkan Negara. Manfaat tersebut


92

berupa manfaat positif dan negative. Baik manfaat positif dan negative

dapat dilihat dari segi ekonomi, sisial budaya, lingkungan hidup, nilai

pergaulan dan ilmu pengetahuan, lapangan pekerjaan, serta politik.

Pembangunan Pariwisata Kota Bengkulu tidak terlepas dari

kebijakan jangka menengah yang dilaksanakan oleh pemerintah Pusat

melalui Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yang menjalankan

tugas dan fungsi di Bidang Pariwisata. Seiring dengan terbitnya

Peraturan Presiden No. 92 Tahun 2011 tentang perubahan Kedua Atas

Peraturan Presiden No. 24 Tahun 2010 tentang kedudukan, tugas pokok

dan fungsi Kementrian Negara serta susunan Organisasi, tugas, dan

Fungsi Eselon 1 Kementrian Negara, sasaran jangka menengah

pembangunan pariwisata dan kebudayaan mengalami perubahan dan

penyesuaian. Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata berubah struktur

Organisasi tugas pokok dan fungsinya menjadi kementrian Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif. Berbagai kebijakan pariwisata di laksanakan guna

meningkatkan pariwisata daerah Kota Bengkulu seperti halnya kebijakan

meningkatkan internalisasi, revitalisasi dan reaktualisasi nilai-nilai

budaya dan kesejarahan pariwisata.

Adapun peran pemerintah Kota Bengkulu dalam Pengembangan

kawasan wisata pantai adalah salah satu bentuk pengelolaan kawasan

wisata yang berupaya dan bertujuan untuk memberikan manfaat

terutama bagi perlindungan, pelestarian serta pemanfaatan potensi

wisata dan jasa lingkungan sumber daya alam khususnya di wilayah

pesisir pantai. Di lain pihak, masyarakat dapat merasakan manfaatnya


93

secara langsung di sektor kepariwisataan melalui terbukanya lapangan

usaha yang menciptakan kesempatan kerja baru serta mampu

meningkatkan pendapatan baik bagi masyarakat.

Peran pemerintah tersebut tertuang ke dalam bentuk sebagai

berikut:

1) Rencana Pengembangan Objek Wisata (RPOW)

Pengembangan adalah proses, cara pembuatan

mengembangkan kesasaran yang dikehendaki (KBBI 1986,

Balai Pustaka, Jakarta). Pengembangan adalah suatu usaha

menuju kearah yang lebih baik yang menyebabkan adanya

perubahan dan pertumbuhan. Perubahan itu bisa dalam arti

kualitas dan kuantitas. Secara kualitas berarti meningkatkan

daya tarik obyek wisata melalui peningkatan mutu pelayanan.

Sedangkan secara kuantitas berarti perluasan keanekaragaman

obyek wisata serta akomodasi lainnya.

Dalam upaya pengembangan suatu obyek wisata strategi-

strategi dalam pelaksanaannya diperlukan untuk membuat suatu

obyek wisata menarik dan memilikidaya jual yang tinggi.

Adapun bentuk-bentuk strategi yang dilakukan adalah strategi

promosi keseluruhan paket wisata baik obyek wisata alam

maupun obyek wisata buatan melalui program pengembangan

seperti:
94

a) Promosi dapat dilakukan melalui media brosur yang

disebarkan di hotel atau tempat umum (mall atau pusat

perbelanjaan)

b) Bekerja sama pada pihak hotel-hotel untuk mempromosikan

obyek wisata ke pasar wisata internasional.

c) Promosi melalui media internet yang dapat dilakukan oleh

pihak Sub Dinas Pariwisata bekerjasama dengan pihak

sponsor yang memiliki jaringan bisnis di bidang pariwisata.

Suatu obyek wisata agar menjadi daerah tujuan wisata maka

obyek wisata tersebut harus siap menerima kedatangan

wisatawan dengan memberikan pelayanan yang baik setiap

kunjungan wisatawan.

Spilance (1990) menyatakan bahwa untuk menciptakan

pemasukan yang banyak dari wisatawan maka dilakukan

langkah-langkah diantara lain:

a) Meningkatkan pelayanan terpadu di pintu gerbang masuk

wisatawan sehingga mempermudah masuk wisatawan

maupun keluar.

b) Meningkatkan pelayanan ke tempat tujuan wisata baik

kegiatan pokok maupun penunjang

Menurut Yoeti (1996) ada tiga faktor yang dapat

menentukan berhasilnya pengembangan pariwisata sebagai

industri. Ketiga faktor tersebut adalah:


95

a) Tersedianya obyek dan atraksi wisata yaitu segala sesuatu

yang menjadi daya tarik bagi orang yang mengunjungi

suatu daerah wisata. Misalnya keindahan alam, hasil

kebudayaan, tata cara hidup masyarakat, festival tradisional,

dan upacara keagamaan.

b) Adanya accessibility yaitu prasara dan sarana dengan segala

fasilitas sehingga memungkinkan para wisatawan

mengunjungi suatu daerah tujuan wisata tersebut.

c) Tersedianya amenities yaitu sarana kepariwisataan yang

dapat memberikan pelayanan kepada wisatawan selama

dalam perjalanan wisata yang dapat dilakukan baik di dalam

maupun di luar negeri.

2) Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah

(RIPPDA)

Peraturan daerah (perda) pariwisata belum dapat dikeluarkan

menginggat Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah

(RIPPDA) hingga kini belum selesai dilakukan penyempurnaan.

DPRD kota Bengkulu melalui Panitia Khusus (Pansus) pariwisata,

terus mendorong pihak pemerintah kota untuk mempercepat

penyempurnaan RIPPDA tersebut. Meski Perda tersebut telah

direncanakan untuk dikeluarkan pada tahun 2018, RIPPDA yang ada

sekarang sangat tidak cocok untuk perkembangan pariwisata zaman

sekarang jadi harus diperbaharui. Didalam RIPPDA itu sendiri

mengatur, tentang visi dan misi, tujuan dan sasaran, arah kebijakan,
96

strategi dan indikasi program serta ilustrasi pengembangan objek-

objek wisata terutama pengembangan kawasan wisata yang menjadi

andalan Kota Bengkulu seperti Pantai Panjang,Dengan RIPPDA

nantinya, diharapkan pengelolaan objek wisata dapat dilakukan

dengan lebih profesional, apalagi kepariwisataan Kota Bengkulu saat

ini belum memiliki brand atau citra Pariwisata padahal

pengembangan tersebut penting mengingat brand merupakan

identitas bagi suatu destinasi pariwisata. Brand juga merupakan

cerminan destinasi atau tujuan wisata yang kuat dan jelas untuk

membedakan diri dari pesaing atau objek wisata daerah lainnya.

Demikian dalam upaya promosi, yang sangat diperlukan untuk

memperkenalkan diri kepada calon pengunjung sehingga lebih

tertarik

Dari beberapa ulasan tersebut, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa baik Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah

(RIPPDA) maupun Rencana Pengembangan Objek Wisata ( RPOW

) harus cepat di realisasikan, mengingat perkembangan pariwisata

juga mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Kegiatan

pariwisata menciptakan permintaan, baik konsumsi maupun investasi

yang pada gilirannya akan menimbulkan kegiatan produksi barang

dan jasa. Selama berwisata, wisatawan akan melakukan belanja,

sehingga secara langsung menimbulkan permintaan (Tourism Final

Demand) pasar barang dan jasa. Selanjunya final demand wisatawan

secara tidak langsung menimbulkan permintaan akan barang modal


97

dan bahan baku (Investmen Derived Demand) untuk berproduksi

memenuhi permintaan wisatawan akan barang dan jasa tersebut.

Dalam usaha memenuhi permintaan wisatawan diperlukan investasi

di bidang transportasi dan komunikasi, perhotelan dan akomodasi

lain, industri kerajinan dan industri produk konsumen, industri jasa,

rumah makan restoran dan lain-lain.

Pengembangan kawasan wisata pantai adalah salah satu bentuk

pengelolaan kawasan wisata yang berupaya dan bertujuan untuk

memberikan manfaat terutama bagi perlindungan, pelestarian serta

pemanfaatan potensi wisata dan jasa lingkungan sumber daya alam

khususnya di wilayah pesisir pantai. Di lain pihak, masyarakat dapat

merasakan manfaatnya secara langsung di sektor kepariwisataan melalui

terbukanya lapangan usaha yang menciptakan kesempatan kerja baru

serta mampu meningkatkan pendapatan baik bagi masyarakat.

Pengembangan kawasan wisata bahari membutuhkan penentuan

lokasi yang tepat dari setiap wilayah supaya tidak terjadi permasalahan

kepentingan antara pertumbuhan pemukiman dengan kawasan wisata

bahari yang dikelola dan dimanfaatkan bagi kegiatan rekreasi.

Penyelenggaraan kepariwisataan juga ditujukan untuk meningkatkan

pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan

kemakmuran rakyat, memperluas, memeratakan kesempatan berusaha

dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan

dan mendaya gunakan obyek dan daya tarik wisata di Indonesia serta
98

memupuk rasa cinta tanah air dan mempererat persahabatan antar

bangsa.

Perkembangan pariwisata juga mendorong dan mempercepat

pertumbuhan ekonomi. Kegiatan pariwisata menciptakan permintaan,

baik konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya akan

menimbulkan kegiatan produksi barang dan jasa. Selama berwisata,

wisatawan akan melakukan belanja, sehingga secara langsung

menimbulkan permintaan (Tourism Final Demand) pasar barang dan

jasa. Selanjunya final demand wisatawan secara tidak langsung

menimbulkan permintaan akan barang modal dan bahan baku

(Investmen Derived Demand) untuk berproduksi memenuhi permintaan

wisatawan akan barang dan jasa tersebut. Dalam usaha memenuhi

permintaan wisatawan diperlukan investasi di bidang transportasi dan

komunikasi, perhotelan dan akomodasi lain, industri kerajinan dan

industri produk konsumen, industri jasa, rumah makan restoran dan lain-

lain.

Sehubungan dengan pesatnya perkembangan pariwisata, pola

pembangunan berkelanjutan tersebut sangat cocok diterapkan dalam

pengembangan pariwisata ini bertujuan untuk melestarikan keberadaan

pariwisata yang ada sekarang ini kepada generasi yang akan datang.

Pembangunan pariwisata difokuskan pada tiga aspek utama yaitu

ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan.

Pariwisata yang diharapkan mampu untuk meningkatkan

pendapatan asli daerah (PAD) dan kesejahteraan masyarakat suatu


99

daerah belum seluruhnya berjalan dengan mulus. Banyak beberapa

permasalahan yang harus menjadi topik pembahasan pemerintah. Seperti

letak geografis yang terpencil, sarana transportasi yang terbatas, kurang

dukungan akan investasi yang efisien, kualitas SDM yang rendah,dan

lain sebagainya. Pariwisata yang memiliki hubungan ketat dengan

masyarakat mempengaruhi maju mundurnya pengembangan suatu objek

pariwisata. SDM yang tidak memahami arti penting pariwisata serta

kualitas yang rendah mempengaruhi proses pengembangan pariwisata

suatu daerah. Maka pada penelitian ini, penulis tertarik untuk mengkaji

sejauh mana partisipasi masyarakat disekitar daerah objek pariwisata,

bisa mempengaruhi peningkatan pengembangan objek pariwisata di kota

Bengkulu.

Kota Bengkulu yang terletak di pesisir barat pulau Sumatera

mempunyai potensi alam untuk dikembangkan menjadi kota pariwisata.

Kota Bengkulu yang memiliki pantai yang sangat indah merupakan

pantai terpanjang ke-dua di dunia. Bengkulu juga memiliki situs-situs

purbakala seperti rumah Bung Karno, Rumah Fatmawati, kampung cina,

Thomas Parr, Benteng Malborough, makam Sentot Ali Basa, serta

mempunyai budaya khas yang seharusnya dapat menyedot wisatawan.

Potensi yang dimiliki oleh kawasan kota Bengkulu yang disadari

oleh pemerintah daerah dijadikan sebagai kawasan wisata yang

diharapkan mampu menyedot wisatawan lokal, wisatawan nasional, dan

manca Negara. Sehingga pemasukan terhadap PAD daerah setempat

dapat meningkat dengan lebih baik. Namun dari potensi yang ada,
100

ternyata kondisi objek pariwisata di kota Bengkulu sangat

memprihatinkan, akses infrastruktur menuju objek pariwisata yang rusak

ditambah lagi dengan lemahnya sumber daya mausia (SDM) dan

redahnya komitmen pemerintah menyebabkan pariwisata tidak

berkembang.

Dalam proses pengembangan pariwisata termasuk didalamnya

masyarakat, masyarakat yang kurang ambil dalam berpartisipasi dalam

meningkatkan pariwisata Bengkulu menjadikan dampak yang negative

pada kawasan yang dibangun sebagai objek kunjungan pariwisata.

Masyarakat yang tidak memiliki kesiapan, seperti dalam menerima

pembangunan dan pengembangan pariwisata, komitmen masyarakat

dalam pembangunan khususnya pembangunan dan pengembangan

pariwisata, peran serta dan partisipasi, semua aspek tersebut kurang

dimiliki oleh masyarakat Bengkulu.

Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan kajian terhadap

pengaruh partisipasi masyarakat dalam ambil alih terhadap

pengembangan objek pariwisata yang dimiliki oleh Kota Bengkulu.

Sehingga permasalahan dalam pengembangan pariwisata dapat

diminimalisir, sumber PAD dapat meingkatkan volumenya, objek

pariwisata jadi lebih aman dan nyaman, infrastruktur terawat lebih baik,

alur perekonomian masyarakat meningkat, lapangan pekerjaan tersedia

lebih luas,serta kecerdasa masyarakatpun dapat terlatih dengan lebih

baik.
101

Kawasan objek wisata Pantai Panjang berlokasi disisi barat Kota

Bengkulu yang berjarak lebih kurang 3 kilo meter dari pusat kota dan

pertokoan di Kota Bengkulu. Selain mengunjungi objek wisata Pantai

Panjang wisatawan dapat juga langsung mengunjungi objek wisata

benteng Marlborough yang merupakan peninggalan sejarah

pemerintahan koloni Inggris ketika masa pendudukan di wilayah

Bengkulu. Keberadaan benteng Marlborought di Tapak Paderi

menambah daya tarik tersendiri untuk wisatawan yang berkunjung ke

daerah ini. Dengan adanya image yang baik dan motto “Pantai

Panjang Elok Nian” ini merupakan suatu keuntungan tersendiri untuk

perkembangan pariwisata di kawasan ini.

Kondisi Pantai PanjangPantai Panjang memiliki kondisi pantai yang

landai tanpa karang, air yang bersihdan pasir putih yang terhampar

sangat luas. Pantai Panjang membentang 7 km denga nditumbuhi pohon

cemara laut dan terletak 1.5 km dari pusat kota Bengkulu. Di pantai ini

berbagai fasilitas mulai dibangun, seperti jogging track, sport centre dan

mall. Pembangunan ini dimaksudkan untuk lebih membuat suasana di

sekitar Pantai Panjang menjadi lebih indah. Misalnya dengan jogging

track pengunjung pantai dapat berjogging denganmenikmati semilir

angin pantai yang sejuk dan menenangkan. Setiap pengunjung dapat

menelusuri area ini dengan nyaman dan aman. Selain itu ada sport

centre, merupakan kawasan olahraga yang dibangun oleh pemerintah

untuk digunakan pengunjung yang ingin melakukan berbagai kegiatan

olahraga karena di tempat ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas


102

olahraga seperti area untuk footsal ataupun ring basket ball. Pengunjung

biasanya memadati kawasan ini pada pagi dan sore di hari libur. Tidak

hanya digunakan sebagai sarana olahraga, sport centre juga biasa

digunakan sebagai tempat penyelenggaraan festival band di kota

Bengkulu. Selain itu, di sepanjang area pantai panjang, terdapat jasa

penyewaan sepedadimana para wisatawan dapat menyewa sepeda dan

bersepeda mengelilingi pantaipanjang sambil berolahraga sembari

menikmati pemandangan sekitar. Di sepanjang jalur Pantai Panjang

terdapat penawaran resort penginapan sesuai yang dibutuhkan wisata

lokal ataupun luar daerah. Namun, beberapa penginapan tidak layak

huni, beberapa bangunan yang tidak terawat dapat kita lihat di kawasan

Pantai Panjang. Di daerah Pantai Zakat yang termasuk dalam wilayah

Pantai Panjang menyediakan fasilitas banana boat, papan selancar untuk

surving dan penyewaan ban untuk berenang serta disediakan kamar ganti

di wilayah ini. Pantai Panjang ini sangat berpotensi sebagai tempat

wisata yang akanmeningkatkan APBD Bengkulu. Namun, keadaan

pantai saat ini yang kotor, fasilitasyang disediakan tidak terawat baik

dengan pecahnya lampu taman, coretan dinding dengan piloks, dan

keadaan toilet yang kurang baik membuat minat untuk berlibur di Pantai

Panjang berkurang.

Suatu obyek pariwisata harus memenuhi tiga kriteria agar obyek

tersebut diminati pengunjung, yaitu : Something to see adalah obyek

wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisadi lihat atau

dijadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain obyek


103

tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk

menyedot minat dari wisatawan untuk berkunjung di obyek tersebut. Air

laut yang tenang, pasir putih bersih,ombak yang besar, serta hutan

cemara yang sangat unik, karena pantai panjang di Bengkulu berbeda

dengan pantai kebanyakan, di mana jenis tanaman yang adalah pohon

kelapa, sehingga Pantai Panjang Bengkulu dapat dijadikan tontonan

serta tempat berteduh bagi pengunjung Something to do adalah agar

wisatawan yang melakukan pariwisata di sana bisamelakukan sesuatu

yang berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, berupa

fasilitas rekreasi, baik itu arena bermain ataupun tempat makan,

terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat

wisatawan lebih betah untuk tinggal disana. Upaya ini, sudah terlihat

pada saat ini dimana pemerintah telah membangun sarana sport center,

dan di daerah Pantai Zakat yang termasuk dalam wilayah Pantai Panjang

yang menyediakan fasilitas banana boat, papan selancar untuk surving

dan penyewaan ban untuk berenang serta disediakan kamar ganti di

wilayah ini.

Kesadaran masyarakat untuk menjaga fasilitas-fasilitas ini sangat

diperlukan.Something to buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja

yang pada umumnya aadalah ciri khas atau icon dari daerah tersebut,

sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh (Yoeti, 1985, p.164). Upaya

ini belum terlaksana dengan baik di daerah kawasan Pantai Panjang

Bengkulu. Dapat dilihat, tidak ada yang menjual cenderamata asli

Bengkulu. Seperti kerajinan dari kulit lantung, miniatur alat tradisional,


104

batik dan makanan khas Bengkulu. Inilah yang perlu ditingkatkan pada

kawasan pariwisata Pantai Panjang.

Letak geografi Bengkulu yang terpencil, posisi Bengkulu terletak di

daerah yang bukan merupakan jalur lintas antar propinsi. Hal ini

mengakibatkan, pendatang harus secara khusus datang ke Bengkulu.

Selain itu, posisi pantai yang langsung berhadapan dengan Samudera

Hindia ini menimbulkan ombak yang besar dan berbahaya bagi siapasaja

yang ingin berwisata dengan berselancar atau mandi. Selain itu, di

bagian timur Bengkulu dihadang oleh Bukit Barisan yang menyebabkan

posisinya semakin terpencildan sulit dijangkau melalui jalur darat.

Sebagai akibatnya, Bengkulu bukanlah tujuanutama baik untuk

perdagangan maupun untuk wisata. Sarana transportasi yang masih

terbatas. Jalur jalan pada Kota Bengkulu dapat dinyatakan cukup baik,

namun jalur jalan di luar Kota Bengkulu dapat dinyatakan rusak berat.

Hal ini tentunya dapat menghambat arus transportasi dari dan ke

Bengkulu. Sarana transportasi laut melalui jalur pulau Baai juga masih

mengalami beberapa kendala, antara lain adalah sifat Samudera Hindia

yang ganas serta pendangkalan yang cepat. Pendangkalan pelabuhan

berlarut-larut serta membutuhkan dana yang besar,sehingga cukup

menyedot dana APBD Bengkulu. Sementara jalur udara telah

diupayakan penerbangan empat kali sehari. Namun, penerbangan hanya

melewati jalur Bengkulu-Jakarta, sementara jalur penerbangan

Bengkulu-Palembang hanya tiga kali dalam seminggu. Hal ini tentu saja

akan menyulitkan arus perdagangan dan wisata daridan ke


105

Bengkulu.Kurangnya dukungan investasi yang efisien. Investasi di

Bengkulu mengalamibeberapa hambatan antara lain karena rumitnya

birokrasi di Bengkulu.

Badan Penelitiandan Pengembangan Propinsi Bengkulu (2004)

menemukan bahwa terdapat tujuh faktor penyebab rendahnya minat

investor untuk berintestasi di Bengkulu yaitu: 1) patologibirokrasi, 2)

tidak adanya kepastian hokum, 3) kurangnya keterjaminan keamanan

investasi, 4) potensi investasi belum jelas, 5) fasilitas investasi kurang,

6) sarana danprasarana pendukung investasi kurang, 7) ketidaksiapan

masyarakat penerima investasi. Balitbang Bengkulu (2004) menemukan

bahwa investor menganggap birokrasi merupakan faktor utama sebagai

penghambat investasi. Rumitnya birokrasi terutam aberkaitan dengan

proses perizinan dan fasilitas investasi. Rendahnya kualitas sumber daya

manusia, Kualitas sumber daya manusia juga menjadi masalah yang

serius.

b. Jumlah pendapatan masyarakat Pantai Panjang Kota Bengkulu

dengan adanya pengembangan ekonomi lokal

Partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan dan pengelolaan

pariwisata di Kota Bengkulu sangat penting sehingga masyarakat lokal

akan memiliki rasa untuk peduli terhadap pariwisata. Masyarakat lokal

harusnya menjadi pelaku bukan hanya sekedar menjadi penonton yang

tidak melakukan apa-apa. Dengan adanya partisipasi masyarakat lokal

yang membuka lapak jualan di sekitaran daerah obyek wisata tentunya

akan memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat


106

sekitar. Dampak bukan hanya dirasakan bagi masyarakat lokal saja

namun pengunjung wisatawan merasakan kemudahan dengan

ketersediaannya para penjual di sekitar obyek wisata.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan, penulis melihat bahwa

pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah juga mengikutsertakan

peran masyarakat lokal, Sehingga masyarakat lokal merasa memiliki

kepedulian terhadap pariwisata yang ada di Kota Bengkulu. Masyarakat

lokal harus berperan aktif dalam pengembangan pariwisata bukan hanya

sekedar sebagai penonton. Peran masyarakat dapat membantu

pelaksanakan setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Seperti

penyediaan tempat jualan bagi masyarakat agar pengunjung dapat dengan

mudah memperoleh makanan dan minuman. Berdasarkan wawancara,

penulis melihat bahwa partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan

pariwisata di Kota Bengkulu merupakan hal yang mendukung karena

memberikan rasa nyaman terhadap pengunjung obyek wisata. Dukungan

tersebut bukan hanya memberikan keuntungan bagi pengunjung obyek

wisata namun masyarakat sekitar juga ikut merasakan keuntungan seperti

meningkatnya pendapatan ekonomi. Dari wawancara yang telah

dilakukan, penulis melihat bahwa partisipasi masyarakat lokal sangat

berperan penting dalam pengembangan obyek wisata di Kota Bengkulu.

Keramahtamahan masyarakat lokal dan pintarnya melihat peluang yang

ada memberikan keuntungan terhadap pengunjung dan masyarakat

sekitar. Hal tersebut dapat memberikan kesan yang baik bagi pengunjung

obyek wisata sehingga akan memberikan rasa aman dan nyaman.


107

Ada enam fokus bentuk wisata yang akan dikembangkan di

kawasan Pantai Panjang yaitu: wisata pantai, wisata urban, wisata

rakyat, wisata air, wisata ekoturism dan wisata pelabuhan.

Pengembangan wisata kawasan pantai Kota Bengkulu ini diharapkan

mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan kesejahteraan

masyarakat Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Kota

Bengkulu memberikan kontribusi besar dalam perkembangan

pariwisata. Hal ini dapat dilihat data dari Dinas Kebudayaan dan

Ekonomi Kreatif Kota Bengkulu mengenai data kunjungan wisman dan

wisnus tahun 2007-2014 yang menunjukkan ada kenaikan jumlah

kunjungan wisatawan setiap tahunnya rerata sebesar 19,71

persen, yang akan memberikan peluang besar bagi peningkatan

pendapatan masyarakat maupun Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota

Bengkulu.

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan di kantor Dinas Pariwisata

Kota Bengkulu terhadap data jumlah kunjungan wisatawan

Mancanegara dan Nusantara dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2014,

adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Nusantara di


Kota Bengkulu, Tahun 2007 – 2014.
No. Tahun Mancanegara Nusantara Total Pertumbuhan (%)
1 2007 301 109.747 110.048 -
2 2008 326 214.452 214.778 95,17
3 2009 430 210.321 210.751 -1,87
4 2010 443 225.051 225.494 7,00
5 2011 523 226.753 227.276 0,79
6 2012 551 299.193 299.744 31,89
7 2013 796 249.569 250.365 -16,47
8 2014 895 303.186 304.081 21,46
Sumber : Dinas Pariwisata Kota Bengkulu, 2016
108

Permasalahan jumlah pendapatan masyarakat yang dihadapi propinsi

Bengkulu tidak jauh berbeda dengan yang dihadapi propinsi-propinsi

yang lainnya. Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh

pemerintah maupun penduduk Kota Bengkulu adalah pembenahan sarana

akomodasi dan fasilitas yang diperlukan wisatawan, pembenahan

infrastruktur dan penyediaan sarana transportasi yang menghubungkan

kota-kota gerbang utama turis mancanegara ke Bengkulu, menyediakan

biro-biro perjalanan yang mengantarkan para wisatawan ke objek wisata

dan memasyarakatkan pariwisata sebagai sektor andalan bagi propinsi

Bengkulu. Membuka jaringan atau kerjasama dengan biro-biro

perjalanan yang ada di kota-kota gerbang utama tujuan wisatawan

menggelar festival dan promosi yang diselenggarakan secara rutin dan

terkoordinasi memberikan kemudahan kepada investor untuk

menanamkan modal di objek-objek wisata menyediakan atau

menyiapkan sumberdaya manusia yang mampu memberikan pelayanan

proporsional. Penataan lahan, pembersihan, pembangunan jalan,

pembangunan drainase,pembangunan kawasan wisata dilaksanakan

sesuai dengan kelayakan teknispembangunan pada daerah pantai dan

berpasir. Mempertimbangkan aspek perubahan geofisik lingkungan

Pantai Panjang, sepertidampak abrasi, kualitas air, kerusakan lahan,

morfologi lahan. Lahan-lahan rawasebaiknya dijaga luasannya. Rawa ini

sebagai penahan masukkanya air laut kedaratan, rawa ini juga penyedia

air bagi tanaman yang ada disekitarnya. Kerusakan lingkungan, sampah

akibat aktivitas atau kegiatan yang berlangsung dikawasan pantai


109

panjang harus dipertimbangkan pemrosesannya. Jangan dibuang keTPA

akan tetapi dilakukan pengkomposan di tempat yang akan memperkaya

unsurhara pasir pantai panjang. Sehingga akan menambah suburnya

vegetasi di areal tersebut. Memperhatikan kesempatan kerja, baik dari

sisi hilangnya pekerjaan penduduk,maupun peluang kerja baru yang bisa

diikuti oleh penduduk sekitar.

Pengembangan daerah sebagai objek pariwisata Pantai Panjang

merupakan salah satu isu strategis Kota Bengkulu terutama karena belum

optimalnya pengelolaan sumber daya alam. Oleh karena itu

Pemerintah Daerah Kota Bengkulu memiliki tanggung jawab untuk

menjadi pelopor pengembangan objek pariwisata pantai yang dalam

hal ini diamanahkan kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

terkait.

Strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah strategi yang

mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented

strategy). Strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang

agresif (growth oriented strategy) dapat terjadi karena faktor kekuatan

dan peluang yang jumlahnya besar. Kondisi tersebut memungkinkan

organisasi untuk mengoptimalkan strategi yang ada. Optimalisasi strategi

yang mendukung kebijakan pertumbuhan agresif berpotensi untuk

mengelola kawasan Pantai Panjang dengan lebih baik.

Hasil pengamatan secara langsung di lokasi penelitian, diketahui

kesadaran masyarakat lokal terhadap kebersihan lingkungan dan

sanitasi lingkungan masih sangat kurang. Kondisi inilah menjadi


110

tantangan utama pemerintah Propinsi Bengkulu dan Kota Bengkulu

untuk dijadikan prioritas pertama dalam menjaga lingkungan wisata

dengan jalan melibatkan semua stageholder yang terkait dibidang

pariwisata, seperti: pemerintah, pengusaha perjalanan wisata,

perhotelan, wisatawan, dan masyarakat yang berdomisili di sekitar

kawasan wisata Pantai Panjang dengan cara memberikan penyuluhan

dan pengarahan kepada masyarakat tentang pentingnya arti

lingkungan yang bersih dan sehat untuk menunjang pembangunan

pariwisata di Kota Bengkulu.

Pemerintah Kota Bengkulu harus dapat segera membuat

rencana program jangka pendek maupun jangka panjang untuk

mengembangkan objek wisata Pantai Panjang, supaya dapat dijadikan

salah satu sektor andalan dan juga merupakan sumber Pendapatan Asli

Daerah Kota Bengkulu.

Keberhasilan peran pemerintah selanjutnya juga dipengaruhi oleh

tingkat partisipasi masyarakat, dalam hal ini adalah seberapa besar

kesadaran masyarakat akan pentingnya pariwisata sebagai salah satu

sektor yang potensial untuk memajukan ekonomi daerah pada umumnya,

dan ekonomi masyarakat lokal itu sendiri. Berdasarkan hasil observasi,

mengapa pariwisata Kota Bengkulu kurang mampu bersaing dengan

Pariwisata di daerah lain salah satunya adalah mengenai kurangnya

kesadaran masyarakat terkait dengan pengembangan pariwisata di

daerahnya.
111

Pantai Panjang memiliki potensi yang seharusnya dapat menjadi

sumber sekaligus penggerak ekonomi masyarakat, namun di sisi lain

ternyata jumlah masyarakat yang sadar akan potensi ini masih sangat

kurang.

Selanjutnya dijelaskan pula bahwa dalam pengembangan

pariwisata, Dinas Pariwisata Kota Bengkulu selalu memberikan motivasi

kepada masyarakat, yang bertujuan agar meningkatnya kesadaran akan

pentingnya sektor pariwisata. Sikap masyarakat yang cenderung ke

arah oportunis namun negatif juga menjadi salah satu hambatan yang

perlu segera di atasi.

Pengembangan pariwisata, selain dapat digunakan sebagai salah satu

sumber pemasukan daerah juga dapat digunakan sebagai sarana

melestarikan budaya dan kearifan lokal. Dengan melihat beragamnya

potensi pariwisata yang terdapat di Kota Bengkulu, salah satunya Pantai

Panjang yang menjadi fokus penelitian ini, Pemerintah Daerah sebagai

salah satu stakeholder pengembang pariwisata sudah seharusnya dapat

mengoptimalkan potensi tersebut demi kesejahteraan masyarakat Kota

Bengkulu. Berdasarkan teori yang disampaikan oleh Pitana dan Gayatri

(2005 : 95), pemerintah daerah memiliki peran untuk mengembangkan

potensi pariwisata di daerahnya sebagai :

1) Motivator
Dalam pengembangan pariwisata Pantai Panjang, peran

pemerintah daerah sebagai motivator diperlukan agar geliat usaha

pariwisata di Pantai Panjang terus berjalan. Investor, masyarakat,


112

serta pengusaha di bidang pariwisata merupakan sasaran utama

yang perlu untuk terus diberikan motivasi agar perkembangan

pariwisata Pantai Panjang dapat berjalan dengan baik.

Tidak dapat dipungkiri bahwa proses pengembangan pariwisata

Pantai Panjang tidak bisa dilepaskan dari dukungan investor,

pengusaha wisata serta masyarakat. Investor sebagai pemilik modal

dapat menanamkan modalnya di obyek obyek wisata Pantai

Panjang, pengusaha di bidang pariwisata dapat

mengembangkan usahanya sekaligus dapat membantu

mengembangkan pariwisata di Pantai Panjang, dan masyarakat

mendapatkan keuntungan secara ekonomi dari perkembangan

pariwisata di lingkungan mereka.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pemerintah

daerah Kota Bengkulu, melalui Dinas Pariwisata telah melakukan

beberapa upaya untuk memotivasi kalangan investor, pengusaha

wisata serta masyarakat agar tertarik turut serta mengembangkan

potensi pariwisata di Pantai Panjang melalui program sosialisasi

sadar wisata, pelatihan pengelolaan usaha wisata, sampai dengan

dukungan dana stimulant bagi usaha wisata berbasis masyarakat.

Selama ini, upaya yang telah dilakukan oleh Dinas Pariwisata

dalam memotivasi masyarakat peneliti nilai belum cukup

optimal, hal tersebut dapat dilihat dari tingkat kesadaran

masyarakat akan pentingnya pariwisata Pantai Panjang yang masih

rendah. Masih terdapat beberapa kalangan masyarakat yang belum


113

sadar akan pentingnya pariwisata di Pantai Panjang, meskipun

sebagian lagi telah mengerti dan mulai mengembangkan usaha

wisata secara swadaya.

Melalui program sosialisasi dan promosi wisata Pantai Panjang,

Dinas Pariwisata juga terus mengupayakan kalangan investor dan

pengusaha wisata agar tertarik turut mengembangkan potensi

pariwisata di Pantai Panjang, namun peneliti melihat upaya tersebut

juga masih belum optimal, sehingga investor dan pengusaha wisata

selama ini belum tertarik untuk ikut mengembangkan potensi

pariwisata di Pantai Panjang.

Masih minimnya jalinan dengan pihak ketiga tersebut

disebabkan oleh beberapa hal, termasuk didalamnya adalah faktor

anggaran yang terbatas, sehingga menjadi terbatas pula peran

penyediaan fasilitas oleh Dinas Pariwisata. Terbatasnya fasilitas

yang ditawarkan di obyek wisata tersebut lalu turut

menghambat ketertarikan investor dan pengusaha wisata untuk

mengembangkan usahanya di Pantai Panjang Kota Bengkulu. Masih

minimnya promosi serta informasi akan potensi ekonomi wisata

pada pengusaha wisata juga menghambat pihak ketiga tertarik

mengembangkan usahanya.

Peran pemerintah daerah dalam mengembangkan pariwisata

tidak lantas hanya terbatas sebagai motivator seperti dijelaskan

diatas, namun, diperlukan juga upaya lanjutan dari Dinas Pariwisata

sebagai stakeholder pariwisata Pantai Panjang untuk dapat


114

memfasilitasi para investor dan pengusaha serta masyarakat

tersebut.

2) Fasilitator

Sebagai fasilitator pengembangan potensi pariwisata di Pantai

Panjang, peran dari Dinas Pariwisata adalah untuk menyediakan

berbagai fasilitas, baik fasilitas fisik maupun non fisik. Beberapa

upaya yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata adalah menyediakan

sarana prasarana obyek wisata, memfasilitasi pengembangan

obyek wisata berbasis masyarakat, penyediaan informasi terkait

potensi ekonomi wisata pada pihak ketiga sampai dengan

promosi obyek wisata yang terdapat di Kota Bengkulu.

Khusus untuk penyediaan sarana prasarana obyek wisata Pantai

Panjang, peran Dinas Pariwisata masih sangat dominan, sedangkan

pada realitanya sumber anggaran yang dimiliki dinas terbatas,

sehingga sarana prasarana di obyek wisata Pantai Panjang terlihat

masih sangat kurang jumlahnya. Faktor yang paling mempengaruhi

adalah masih minimnya partisipasi dari pihak ketiga dalam

pengembangan pariwisata yang secara tidak langsung memaksa

pemerintah daerah sebagai stakeholder pengembang wisata untuk

memfasilitasi sebagian besar sarana prasarana yang terdapat di

Obyek Wisata Pantai Panjang, akibatnya anggaran yang dimiliki

oleh pemerintah tersebut seakan akan hanya habis untuk

membiayai penyelenggaraan di obyek obyek wisata.


115

Investor dan pengusaha wisata sebagai pihak yang berhubungan

langsung dengan wisatawan sudah seharusnya juga memberikan

kontribusi yang lebih dalam pengembangan pariwisata, sehingga

pemerintah daerah sebagai salah satu stakeholder wisata tidak

kewalahan khususnya dalam pembiayaan pengembangan pariwisata,

lebih jauh lagi, pemerintah daerah harus mampu bersinergis dengan

pihak lain, sehingga permasalahan tentang keterbatasan sumber

daya dapat diatasi.

3) Dinamisator

Dalam pilar Good Governance, agar dapat berlangsung

pembangunan yang ideal, maka pemerintah, swasta dan masyarakat

harus dapat bersinergi dengan baik. Pemerintah daerah sebagai

salah satu stakeholder pembangunan pariwisata di Pantai

Panjang memiliki peran untuk mensinergiskan ketiga pihak tersebut,

agar diantaranya tercipta suatu simbiosis mutualisme demi

perkembangan pariwisata.

Sebagai upaya dinamisasi antar stakeholder pengembang

pariwisata di Pantai Panjang, Dinas Pariwisata selama ini telah

melakukan berbagai hal terkait dengan kerja sama antar sektor,

baik itu sektor swasta, sektor pemerintahan lainnya,

maupun masyarakat. Upaya dinamisasi ini utamanya diwujudkan

melalui berbagai kesempatan dialog mengenai perkembangan

pariwisata dengan pihak-pihak tersebut.


116

Upaya untuk mensinergiskan antar stakeholder ini peneliti nilai

masih dalam taraf normal, namun mengingat kondisi pariwisata

Pantai Panjang di Kota Bengkulu yang membutuhkan suatu inovasi

lebih, pemerintah daerah seharusnya perlu meningkatkan perannya

ini secara lebih intens lagi. Berdasarkan hasil observasi peneliti,

obyek wisata Pantai Panjang pengembangannya masih didominasi

oleh peran dari pemerintah, sedangkan peran dari pihak swasta dan

masyarakat masih minim.

Upaya pemerintah daerah dalam mensinergiskan antar

stakeholder pengembang pariwisata ini memang tidak mudah,

mengingat masih minimnya partisipasi dari pihak swasta dan

masyarakat dalam mengembangkan pariwisata di Pantai Panjang.

Melihat hal tersebut, maka peneliti menilai perlu dilakukan suatu

konsolidasi rutin dan massive antar sektor, yang didalamnya

pemerintah daerah bertindak sebagai suatu perantara sehingga

diharapkan dapat timbul suatu inovasi lintas sektor yang sinergis.

2. Pengembangan Ekonomi Lokal di Pantai Panjang Kota Bengkulu

a. Lapangan kerja yang tercipta bagi masyarakat

Untuk mendukung industri pariwisata, perlu sejumlah SDM yang

kompeten untuk menghasilkan industri pariwisata yang handal. Hal ini

agar pembangunan dan pengelolaan industri pariwisata mampu

menciptakan peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan sebagai

peningkatan kesejahteraan masyarakat tetapi tetap memperhatikan

keseimbangan lingkungan baik fisik maupun non-fisik. Pembangunan


117

sarana dan prasarana wisata belum maksimal, Fasilitas umumyang

menjadi standar minimal seperti toilet dan kamar mandi kurang layak.

Lokasi tempat makan yang higienis dan nyaman sulit ditemui. Kampung

nelayan kurang tertatarapi sehingga menimbulkan kesan kotor dan

kumuh. Banyaknya bangunan liar di malam hari (warung remang-

remang), serta bangunan-bangunan penginapan yang tak terhuni (tak

layak huni) dan tak terawat berada pinggir pantai. Hotel, bungalow atau

penginapan yang nyaman sangat sedikit. Warung-warung ataupun

pondok-pondok dipinggir pantai yang tak terawat memberikan kesan

kotor ditambah tembok-tembok yang dicoreti menggunakan piloks oleh

tangan-tangan jahil. Kurangnya Pelayanan keamananbaik itu pos satpam

penjaga obyek wisata maupun pos-pos polisi untuk menjaga keamanan

di sekitar obyek wisata. Begitu pula dengan kurangnya Pelayanan

wistawan baik itu berupa pusat informasi ataupun kantor pemandu

wisata. Kurang sinkronnya antara perencanaan dengan pelaksanaan,

keadaan ini ditunjuknya adanya beberapa kali perubahan di lapangan

yang berbeda dengan perencanaan awal. Pembangunan beberapa proyek

telah dilaksanakan walaupun belum ada modalnya. Selain itu, beberapa

proyek yang dilaksanakan tidak sesuai dengan master plan yang telah

dibuat. Perubahan-perubahan tersebut tentu saja menunjukkan adanya

ketidakberesan pelaksanaan pembangunan fasilitas wisata. Sebagai

contoh pembangunan jalan dua jalur di pantai panjang justru mendekati

pantai dan denganmenebang cemara laut yang merupakan pelindung

bahaya dari laut. Janji Gubernur yang akan menanam kembali dengan
118

cara yang lebih estetik belum menjadi kenyataan. Sebagai akibat

ditebangnya cemara laut, penduduk telah merasakan akibatnya yaitu

kencangnya angin laut menerpa pemukiman.

Kota Bengkulu mempunyai potensi wisata yang sangat

potensial untuk dikembangkan, salah satunya adalah Pantai Panjang

yang terletak di sisi barat Kota Bengkulu yang jaraknya dari pusat kota

hanya lebih kurang 2 kilo meter. Letak yang strategis dan tidak jauh dari

pusat kota merupakan kekuatan yang dimiliki selain indahnya panorama

alam dan laut sehingga perlu mendapatkan perhatian serius dari

Pemerintah Propinsi dan Kota Bengkulu untuk menjadikan Pantai

Panjang sebagai kawasan wisata yang menarik para wisatawan untuk

datang ke Kota Bengkulu.

b. Faktor pendukung dalam mengembangkan ekonomi lokal di

Pantai Panjang Kota Bengkulu

Pariwisata dalam pengembangan dan Pengelolaan harus melibatkan

masyarakat setempat. Hal ini merupakan hal penting karena dari

pengalaman pada beberapa daerah tujuan wisata, apabila tidak

melibatkan masyarakat setempat, akibatnya tidak ada sumbangsih

ekonomi yang diperoleh masyarakat sekitar. Kegiatan promosi harus

beraneka ragam, selain dengan mencanangkan cara kampanye dan

program yang sudah dilakukan sebelumnya. Kegiatan promosi juga perlu

dilakukan dengan membentuk system informasi yang handal dan

membangun kerjasama yang baik dengan pihak tertentu. Perlu

menentukan daerah tujuan wisata yang memiliki keunikan dibanding


119

dengan daerah tujuan wisata lain, terutama yang bersifat tradisional dan

alami. Karena era kekinian lah objek wisata yang alami dan tradisional

yang menjadi sasaran wisatawan asing. Pemerintah daerah membangun

kerjasama dengan kalangan swasta dan pemerintah pusat, dengan system

terbuka, jujur dan adil. Kerja sama ini penting karena untuk mempelancar

pengelolah secara professional dengan mutu pelayanan yang memadai.

Ketersediaan sumber daya manusia yang berkompeten dalam

pelaksanaan pengembangan dan pengawasan di sektor pariwisata. Hal ini

dikarenakan pengelolaan dan pengawasan yang tepat akan memberikan

dampak yang baik bagi pendapatan asli daerah tersebut. Sarana dan

prasarana yang dibutuhkan perlu dipersiapkan secara baik untuk

menunjang kelancaran pariwisata. misalnya dengan pengadaan perbaikan

jalan, telepon, internet dan pusat pembelanjaan disekitar lokasi daerah

wisata.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari pengamatan

langsung, wawancara dan dokumen di obyek wisata, maka peneliti

mengidentifikasikan hasil penilaian terhadap potensi obyek wisata.

Dalam pengembangan obyek wisata di Kota Bengkulu sangat

dipengaruhi dengan adanya faktor pendukung. Faktor tersebut meliputi

daya tarik obyek wisata dan partisipasi masyarakat lokal. Peran

masyarakat lokal dalam pengembangan obyek wisata di Kota Bengkulu

memberikan dampak yang positif terhadap pengunjung maupun

masyarakat yang berdagang di lokasi obyek wisata. Keramah-tamahan


120

masyarakat lokal memberikan rasa nyaman terhadap wisatawan yang

berkunjung di lokasi obyek wisata.

Hasil penelitian terhadap persepsi wisawatawan dan

masyarakat lokal terhadap pengembangan kawasan Pantai Panjang

Kota Bengkulu, adalah sebagai berikut:

1. Melakukan Promosi Pariwisata

Promosi pada hakikatnya harus melaksanakan upaya pemasaran.

Strategi yang telah diterapkan oleh Dinas Pariwisata Kota

Bengkulu terkait dengan promosi adalah dengan marketisasi

melalui internet, melalui booklet, leaflet, serta mengikuti pameran

pariwisata di tingkat regional maupun nasional. Ada beberapa

sarana lain yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan promosi

wisata Pantai Panjang, antara lain melalui duta wisata dan

promosi daya tarik wisata berbasis budaya. Untuk duta wisata dapat

dilakukan dengan menjadikan pemuda-pemudi Kota Bengkuli yang

belajar ke luar daerah sebagai duta wisata yang menjadi agen untuk

menyebarluaskan daya tarik wisata kepada masyarakat di daerah

lain. Sedangkan untuk promosi daya tarik wisata berbasis

budaya adalah dengan mengadakan kegiatan kebudayaan di daya

tarik wisata tertentu dan dipublikasikan ke media massa. Selain

identik dengan pariwisata Pantai Panjang, Kota Bengkulu juga

memiliki banyak wisata budaya yang menarik, antara lain Benteng

Marlborough, Museum Negeri Provinsi Bengkulu, Bukit Kaba dan

sebagainya. Wisata budaya tersebut dapat diadakan di darah pesisir


121

pantai yang akan dikembangkan bersamaan dengan event tertentu,

seperti Ulang Tahun Kota Bengkulu dan sejenisnya. Melalui

penggabungan wisata budaya dan daya tarik wisata Pantai Panjang

maka ada dua keuntungan yang diperoleh dari kegiatan tersebut,

yaitu marketisasi wisata budaya sekaligus wisata Pantai Panjang

kepada khalayak umum.

2. Penataan Wisata Kuliner

Penataan dan pengembangan obyek wisata Pantai Panjang Kota

Bengkulu, yang menonjolkan potensi alam pantai dan potensi

keragaman biota ikan laut sebagai unsur dominan, menuntut

keselarasan antara kebutuhan fungsional dengan lingkungan alam,

sehingga perlu ada desain dengan konsep ekoarsitektur. Kawasan

obyek wisata Pantai Panjang Bengkulu, yang selama ini dikenal

sebagai obyek wisata kuliner makanan laut, dalam waktu dekat

perlu dikembangkan ke arah yang lebih baik dan profesional .

Untuk menuju kawasan obyek wisata kuliner makanan ikan laut,

maka perlu adanya penataan; lingkungan wisata, pedagang,

nelayan dan warung-warung yang ada di kawasan Pantai

Panjang Bengkulu. Selain itu, juru masak serta lingkungan warung

serta cara menyajikan juga harus sopan, bersih dan sebagainya.

Untuk melakukan itu semua, Dinas Pariwisata Kota Bengkulu

bekerja sama dengan pihak travel agent dan perhotelan dapat

memberi penyuluhan kepada semua pelaku usaha kuliner.


122

3. Penataan Perhotelan dan Penginapan

Penghasilan terbesar dari pengelolaan sebuah hotel adalah

penyewaan kamar dan kegiatan lainnya seperti kegiatan seminar,

simposium, dan acara resepsi pernikahan. Pembangunan perhotelan

di kawasan Pantai Panjang perlu ditata sedemikian rupa

untuk menunjang kenyamanan para wisatawan yang menginap di

lokasi wisata. Peningkatan jumlah tamu yang menginap di hotel

hanya terjadi pada hari-hari libur terutama pada tahun baru, acara

perayaan Tabot, dan lainnya. Penataan perhotelan yang paling

penting adalah pada area hotel supaya ada ruang-ruang yang

membentuk area menjadi satu kesatuan fungsi. Setiap area harus

dibangun hubungan antar ruang mikro yang akan membentuk area

makro berdasarkan analisis hubungan ruang mikro, sehingga jika

keseluruhan ruang digabungkan akan menjadi satu organisasi ruang

keseluruhan hotel resort. Secara keseluruhan organisasi ruang pada

hotel dimulai dari enterance pada area depan hingga masuk ke

dalam ruang-ruang dalam kawasan hotel tersebut.

Bangunan dan konsep hotel yang sudah ada sekarang tidak

perlu di relokasi namun kalau ada pemugaran atau rebuilding

harus disesuaikan dengan konsep rencana penataan hotel yang

telah direncanakan. Demikian pula dengan hotel-hotel yang akan

dibangun harus disesuaikan dengan standardisasi hotel-hotel di yang

ada kawasan Pantai Panjang Kota Bengkulu.


123

4. Penataan Pedagang Kaki Lima

Sebagai objek wisata Kota Bengkulu yang memiliki potensi

besar di sektor pariwisata, penataan sarana penunjang objek wisata

Pantai Panjang di Kota Bengkulu harus dilakukan secara

permanen, misalnya penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang

berada dalam kawasan Pantai Panjang. Sekarang ini di Pantai

Panjang Kota Bengkulu banyak sekali terdapat PKL yang tidak

teratur berjualan di kawasan objek wisata. Penataan terhadap PKL di

Pantai Panjang Kota Bengkulu harus manusiawi dengan tidak akan

mengabaikan hajat hidup para PKL. Maksudnya, para pedagang boleh

berdagang namun ada upaya penanganan para PKL perlu diatur dan

dikelola supaya lokasi kawasan wisata tertata dengan rapi dan tidak

mengganggu wisatawan untuk berkunjung disana. Misalnya para

PKL dibangun dan diberikan tempat khusus oleh pemerintah dan

membongkar warung-warung yang semrawut dan tidak memenuhi

standar kebersihan dan penerangan untuk wisata.

Untuk melakukan penataan pedagang kaki lima, perlu adanya

koordinasi dan pertemuan dengan para pemilik PKL dengan

pemerintah. Pekerjaan ini bukan hal mudah, karena banyak

masyarakat yang memiliki kepentingan mata pencaharian di

Pantai Panjang Kota Bengkulu. Dinas Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif Kota Bengkulu harus melakukan koordinasi dan berbicara

dengan tokoh masyarakat dan para PKL di objek Wisata Pantai


124

Panjang Kota Bengkulu untuk membangun semangat kebersamaan

dalam mengembangkan kawasan wisata Pantai Panjang.

5. Pengamanan Kawasan Pantai

Keamanan kawasan Pantai Panjang di Kota Bengkulu perlu

ditingkatkan, yang harus berbanding lurus dengan luas wilayah dan

jumlah personel SAR, yang selama ini belum terpenuhi.

Pengawasan objek wisata Pantai Panjang membutuhkan

keterampilan dan dukungan peralatan yang memadai dari Tim SAR

Pantai Panjang sehingga dapat menciptakan rasa aman dan nyaman

bagi wisatawan. Pengamanan objek wisata lainnya adalah keamanan

tindakan kriminal dari penjahat yang sering terjadi pada malam hari

dan kecelakaan lalu lintas di sepanjang jalan Pantai Panjang yang

berujung dengan maut.

Untuk masalah pengamanan kawasan wisata, yang perlu

dilakukan adalah adalah membuat posko- posko keamaan minimal

ada dua di objek wisata pantai yaitu: 1 (satu) posko keamanan

untuk keamanan dan ketertiban objek dan 1 (satu) lagi posko

keamanan pengunjung laut yang berada pada kawasan rawan di

objek Pantai Panjang. Pengamanan lainnya adalah pemasangan

rambu- rambu/larangan tempat berbahaya untuk tempat mandi para

pengunjung. Antisipasi ini harus segera dilakukan, mengingat

kecelakaan sering terjadi pada waktu tahun baru/liburan

sekolah dengan pengunjung yang sangat banyak terutama dari luar

kota.
125

6. Pengaturan Kegiatan Olahraga

Sebagai sarana olah raga di Pantai Panjang Kota kini telah

dibangun Sport Center, namun pemanfatannya masih sangat

terbatas hanya dilaksanakan pada event tertentu saja. Pemanfaatan

lainnya adalah olah raga jalan santai yang banyak dilakukan oleh

para pengunjung terutama pada pagi hari minggu/hari libur lainnya.

Namun demikian dalam penataan sarana olah raga pantai haruslah

dibuat sarana olah raga pantai seperti; volly pantai, surfing dan lain-

lainnya.

Penataan olah raga pantai, harus dibarengi dengan pembangunan

sarana dan prasarana olah raga lainnya, dengan mengikuti kategori

olah raga yang sesuai dengan objek wisata Pantai Panjang Kota

Bengkulu.

Anda mungkin juga menyukai