PENDAHULUAN
Setiap kegiatan manusia akan menghasilkan limbah. Air limbah domestik atau air buangan
merupakan air yang tidak terpakai yang berasal dari usaha atau kegiatan pemukiman, restoran,
perkantoran, perniagaan, apartemen, serta asrama. Bila tidak dikelola, air buangan akan
mencemari lingkungan termasuk badan air penerima seperti sungai, danau, laut dan sebagainya
yang pada akhirnya menyebabkan beberapa masalah seperti kerusakan keseimbangan ekologi di
aliran sungai, mssalah kesehatan penduduk yang memanfaatkan air sungai secara langsung,
sehingga menurunkan derajat kesehatan masyarakat dan meningkatkan angka kematian akibat
penyakit infeksi air, bertambahnya biaya pengolahan air minum oleh Perusahaan Air Minum serta
kerusakan perikanan di muara.
Pengelolaan air buangan adalah upaya penyaluran dan pengolahan air buangan sebelum
dibuang ke badan air penerima. Debit air buangan tergantung pada pemakaian air bersih sehari-
hari, sedangkan pemakaian air besarnya selalu meningkat sesuai dengan pertambahan penduduk,
kemajuan teknologi, dan tingkat sosial. Oleh karena itu, sistem penyaluran air buangan yang akan
direncanakan senantiasa mengacu pada pemakaian air minum dan pertumbuhan penduduk daerah
tersebut.
Kondisi sanitasi di Kabupaten Semarang masih tergolong kurang yang dilihat dari padatnya
jumlah penduduk dan penyakit diare. Oleh karena itu perlu adanya sebuah perencanaan untuk
penyaluran dan pengolahan air buangan di Kabupaten Semarang tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
Air buangan yang berasal dari aktivitas kegiatan penghunian, seperti rumah tinggal,
kampus, pasar, hotel, pertokoan, sekolah dan fasilitas-fasilitas/pelayanan umum dapat
dikategorikan dalam air buangan domestik (Soeparman, 2000).
Air buangan domestik dapat dikelompokkan menjadi :
1. Air buangan kamar mandi
2. Air buangan dapur dan cuci
3. Air buangan WC : air kotor dan air tinja
Air buangan domestik didominasi oleh kontaminan organik yang langsung dapat diolah
secara biologis (Moduto, 2000). Menurut Tjokrokusumo (1995), air limbah domestik umumnya
banyak mengandung zat organik sehingga memungkinkan timbulnya bakteri patogen.
Air buangan non domestik adalah air bekas pemakaian yang berasal dari daerah non
pemukiman, yaitu daerah komersial, institusional, perkantoran, rumah sakit, industri, laboraturium
dan lainnya (Moduto, 2000).
Air buangan non domestik yang didominasi oleh bahan anorganik berasal dari industri-
industri dan dapat dikategorikan sebagai air buangan domestik, yang pengolahannya tidak dapat
diolah secara langsung dengan proses biologis. Karena sifatnya yang korosif, maka sistem
penyaluran air buangan yang berasal dari industri menggunakan saluran khusus yang tahan
terhadap korosi. Jika air buangan industri setelah diolah dalam tingkat pra pengolahan atau
pengolahan pendahuluan (pre-treatment) telah memenuhi standar yang sama dengan air domestik,
maka sistem penyalirannya dapat diijinkan bersama-sama dengan saluran air buangan domestik.
Namun, apabila pada tingkat pengelolaan pendahuluan tidak dapat menurunkan kadarkontaminan
sehingga memenuhi standar yang sama dengan air buangan domestik, maka air buangan industri
harus ditangani secara khusus dan individual oleh industri itu sendiri dengan instalasi penglolahan
air limbah industri.
(Moduto, 2000)
Air buangan limpasan dan rembesan air hujan adalah air buangan yang melimpas diatas
permukaan tanah dan meresap ke dalam tanah sebagai akibat terjadinya banjir.
(Sanropie, Djasio, 1984)
2.2.2.2 Kualitas
Menurut Babbit (1969) faktor yang mempengaruhi kualitas air limbah adalah :
a. Musim/Cuaca, negara yang mengalami 4 musim debit maksimum terjadi biasanya pada musim
dingin, karena terjadi penggelontoran yang cukup besar untuk mencegah terjadinya
pembekuan didalam pipa.
b. Waktu harian, konsumsi air bersih tiap jamnya dalam sehari sangat bervariasi. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap debit air limbah yang diterima oleh bangunan pengolah. Konsumsi air
ini mengalami puncak rata-rata ada jam 06.00-08.00 dan jam 16.00 18.30.
c. Waktu perjalanan, Waktu konsumsi puncak air belum tentu sama dengan waktu puncak
timbulnya air limbah yang diterima oleh badan pengolahan, karena adanya waktu perjalanan
dari sumber ke unit pengolahan. Semakin dekat perjalanan maka semakin dekat perbedaan
puncak konsumsi air dengan waktu puncak timbulnya air limbah.
d. Jumlah Penduduk, semakin banyak populasi yang akan dilayani semakin besar pula debit air
limbah yang timbul.
e. Jenis aktifitas atau sumber penggunaan air bersih yang dihasilkan dari suatu tempat memiliki
kualitas yang bermacam-macam. Misalnya air limbah dari pasar memiliki kandungan organik
lebih tinggi dari pada air limbah dari perkantoran.
f. Jenis saluran pengumpul air limbah yang digunakan, jika menggunakan sistem tercampur
maka air limbah akan lebih buruk karena partikulat. Dalam sistem terpisah kontaminan yang
ada pada air limbah memiliki konsenterasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan dengan
sistem tercampur karena adanya pengenceran oleh air hujan.
Kualitas air buangan dapat diketahui dari karakteristik fisik, karakteristik kimia dan karakteristik
biologi (Tchobanoglous dan Burton, 1991).
a. Karateristik fisik
Beberapa sifat fisik air buangan adalah :
1. Suhu air buangan biasanya lebih tinggi dari pada suhu air bersih.
2. Tercium bau busuk saat air limbah terurai secara anaerob.
3. Zat padat yang menyebabkan kekeruhan berupa : zat padat tersuspensi, terapung dan
terlarut.
4. Warna air limbah dapat digunakan untuk memperkirakan umur air limbah:
a. Cokelat muda, mengindikasikan air limbah berumur 6 jam.
b. Abu-abu tua, mengindikasikan air limbah sedang mengalami pembusukan.
c. Hitam, mengindikasikan air limbah yang telah membusuk oleh penguraian bakteri
anaerob.
Klasifikasi karakteristik fisik air buangan dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2 1 Karakteristik Fisik Air Buangan
Sifat-sifat Sumber
Menurut Fair Gordon, 1996, sistem pengaliran air limbah domestik dapat dibagi menjadi 4,
yaitu:
1. Pola Interceptor
Pola interceptor adalah pola sistem campuran terkendali ke dalam pipa riol hulu
dimasukkan porsi tertentu air hujan dengan pemasukan terkendali. Pada waktu air hujan
masuk, aliran pipa riol hulu penuh dan bertekanan dari awal hingga pipa riol interceptor.
Karena tidak ada gradien hidrolis maka terjadi peluapan air balik pada pelengkapan saniter
pada daerah pelayanannya. Ujung akhir riol hulu didesain melintasi atas riol interceptor.
Pada perlintasan itu keduanya dihubungkan dengan pipa tegak. Kecepatan aliran pada
musim kering didesain agar tidak dapat meloncati lubang pipa tegak dan seluruh aliran, masuk
ke dalam pipa riol interceptor. Kecepatan aliran saat musim hujan menjadi besar. Air limbah
domestik didesain dapat meloncati pipa lubang tegak langsung menuju ke badan air penerima
terdekat. Jadi riol interceptor hanya terisi sewaktu tidak air hujan atau saat kecepatannya tidak
dapat meloncati lubang pipa tegak. Riol interceptor dipandang sejajar dengan sungai besar
sebagai badan air penerima dan berakhir pada bangunan pengolahan air limbah domestik.
Pumping
Intercepter station
outfall
2. Pola Zona
Pola zona merupakan pola yang biasa diaplikasikan pada daerah pelayanan yang terbagi
oleh sungai, sehingga pipa penyeberangan atau pelintasannya sulit dibangun. Bangunan
pengolahan air limbah domestik dibangun pada akhir riol.
Treatment
works
Low level interceptor
River
3. Pola Kipas
Pola kipas adalah pola yang biasa diaplikasikan pada daerah pelayanan yang terletak
disuatu lembah.
lateral
submain
ou
trunk tfa
ls
sewer ew
er
Treatment works
outfall
lake
Gambar 2 3 Pola Kipas
Sumber: Fair Gordon, 1996
4. Pola Radial
Pola radial adalah pola yang biasa diaplikasikan pada daerah pelayanan yang terletak di
daerah bukit.
Irrigation
fields
Treatment
works
Treatment
works
Irrigation
fields
Supaya saluran tetap berfungsi baik dalam keadaan debit maksimum maupun minimum, ada
beberapa faktor seperti:
a. Luas penampang saluran
b. Kemiringan saluran serta kekasarannya
c. Kondisi pengaliran
d. Belokan atau rintangan lain
e. Karakteristik efluen
(Dept. KimPrasWil, 2003)
PRASARANA TRANSPORT
AIR LIMBAH DARI KAKUS
KE TANGKI SEPTIK
TANGKI SEPTIK
SANITASI SETEMPAT
PADAT
( PUPUK )
DAPUR KAKUS
KAMAR MANDI
SEWERAGE CAIR
(TRANSPORT) ( SUNGAI )
INSTALASI PENGOLAHAN
LIMBAH TERPUSAT
Gambar 2 6 Sistem Pembuangan Air Limbah Off-Site
a+b
x - y=0
n n
x xy = 0
2
a+b -
n n
Dimana : y = laju pertumbuhan (%)
x = jumlah populasi tahun ke-x
e. Metode Least Square Geometric
Jika metode yang digunakan adalah metodeLeast Square Geometric, maka pertambahan
penduduk dapat dihitung dengan rumus :
log y = a + bx
Dimana : y = laju pertumbuhan (%)
x = jumlah populasi tahun ke-n
Pemilihan metode proyeksi penduduk daerah perencanaan dilakukan dengan cara pengujian
statistik, yaitu dengan koefisien korelasi. Metode proyeksi yang paling tepat adalah metode yang
memberikan nilai R2 mendekati atau sama dengan 1. Setelah itu, metode tersebut dipakai untuk
memproyeksikan jumlah penduduk yang diinginkan.
d. Kecepatan penuh
Kecepatan penuh adalah kecepatan dalam keadaan pipa penuh tetapi tanpa tekanan.
Dalam penyaluran tidak boleh terjadi aliran penuh, sehingga istilah kecepatan penuh
hanya untuk media perhitungan. Perhitungan kecepatan penuh (Vf) ini berguna untuk
menentukan diameter pipa, kemiringan lajur pipa, dan kedalaman air pipa. Persaman
untuk kecepatan penuh adalah (Masduki, 2000):
vf = 1,364 . D0,5
Keterangan :
vf : kecepatan penuh (m/dt)
D : diameter pipa (m)
b. Kontrol Endapan
Kontrol endapan dilakukan untuk mendapatkan kemiringan yang memberikan
kecepatan pembersihan sendiri, yang dapat membersihkan endapan dari dasar saluran
(Supeno, 1987). Kemiringan saluran berdasarkan kontrol endapan diformulasikan
sebagai berikut:
16
13
S 0,1094
Rm
Rf Qr
3
8
Keterangan:
S : kemiringan saluran (/m)
: gaya geser kritis ( 0,33 << 0,38 kg/m2 )
Rm : jari-jari hidrolis saluran opada kedalaman minimum (m)
Rf : jari-jari hidrolis saluran pada aliran penuh (m)
Qp : debit aliran pada kondisi puncak (L/dt)
2.3.3.4 Perhitungan Hidrolis
Metode dasar analisa aliran dalam pipa riol meliputi pengertian kontinuitas dan energi.
a. Persamaan Kontinuitas
Prinsip kontinuitas menyatakan bahwa debit pada suatu penampang saluran merupakan
perkalian antara luas penampang saluran dengan kecepatan pada penampang saluran
tersebut dan besarnya sama di setiap titik pada satu saluran. Persamaan kontinuitas pada
aliran tunak tak bertekanan diformulasikan dalam bentuk matematik sebagai :
Q = A1 . V1 = A2 . V2 = konstan
Keterangan:
Q = debit aliran (m3/det)
A = luas penampang saluran (m2)
V = kecepatan aliran (m/det)
b. Persamaan Energi
Konsep energi meliputi seluruh pengertian hidrolika. Energi mekanis air adalah akibat
tinggi tempat atau potensi, kecepatan, dan tekanannya. Persamaan umum energi adalah
sebagai berikut :
(V2/2g + P/g + z)1 + Ha = (V2/2g + P/g + z)2 + Hl
Keterangan:
V2/2g = head kecepatan (m)
P/g = head tekanan (m)
Z = ketinggian saluran dari datum (m)
Ha = energi tambahan (m)
Hl = kehilangan tekanan (m)
e. Persamaan Darcy-Weisbach
v 2 L
h = fD .
2g 4R
R = Ac/P
Keterangan:
h : kehilangan tekanan (m)
fD : faktor gesekan Darcy-Weisbach
v : kecepatan rerata (m/dt)
L : panjang pipa (m)
D : diameter pipa (m)
R : jari-jari hidrolis (m)
Ac : luas penampang basah (m2)
P : keliling basah (m)
f. Persamaan Chezy
V = C (R.s)0,5
Keterangan:
V : kecepatan (m/dt)
C : koefisien geser chezy, untuk pipa penuh C = (8g/fD)0,5
R : jari-jari hidrolis (m)
s : kemiringan gradien hidrolis/kemiringan permukaan air
g. Persamaan Hazen-William
v = 1,318 . Chw . R0,63 . S0,54
Keterangan:
V : kecepatan (m/dt)
C : koefisien Hazen-William
R : jari-jari hidrolis (m)
s : kemiringan gradien hidrolis/kemiringan permukaan air
h. Persamaan Manning
1 2/3 1/2
V= R S
n
Keterangan:
V : kecepatan aliran rata-rata (m/det)S : slope saluran (m/m)
n : koefisien kekasaran ManningR : jari-jari hidraulis saluran (m)
Hubungan antar elemen hidrolika diatas dapat dicari dengan bantuan grafik seperti dibawah
ini:
Q A V
Q full A full V full
Keterangan:
A = potongan melintang area dari aliran (m2)
Afull = potongan melintang area dari aliran pada saat pipa penuh (m2)
= 1-2 (d/D)
d = kedalaman berenang (m)
D = diameter pipa (m)
P = keliling basah (m)
Pfull = keliling basah pada saat pipa penuh (m)
R = jari-jari hidrolik (m)
Rfull = jari-jari hidrolik pada saat pipa penuh (m)
V = kecepatan (m/dt)
Vfull = kecepatan pada saat pipa penuh (m)
Q = debit (m3/dt)
Qfull = debit pada saat pipa penuh (m2/dt)
Penampang melintang pipa air limbah dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
d d
Untuk > 0,5 Untuk < 0,5
D D
Gambar 2 8 Penampang Melintang Pipa Air Limbah
Sumber: Mecalf dan Eddy, 1981
b. Persamaan Energi
Persamaan umum energi adalah sebagai berikut :
v 2
/ 2 g p / g z 1 Ha v 2 / 2 g p / g z
2 Hl
18 p 2.5
fp
4 p 0.5
sedangkan debit maksimum dirumuskan sebagai :
Qmd = fp. Qab
Dimana :
Qmd = debit hari maksimum (l/dt)
Fp = faktor peak
Qab = debit air buangan rata-rata (l/dt)
P = jumlah penduduk dalam ribuan (jiwa)
(Moduto, 2000)
c. Debit Minimum (Qmin)
Debit minimum adalah debit air buangan pada saat minimum. Debit minimum ini berguna
dalam penentuan kedalaman minimum, untuk menentukan apakah saluran harus digelontor atau
tidak. Persamaan untuk menghitung debit minimum adalah:
Q min 0,2 p1, 2 qr (l / det) (1 < p < 1000)
(Moduto, 2000)
d. Debit Inflow / Infiltrasi (Qinf)
Debit infiltrasi adalah debit air yang masuk saluran air buangan yang berasal dari air hujan,
infiltrasi air tanah, dan air permukaan. Infiltrasi air dari sumber-sumber di atas biasanya masuk
melalui jalur pipa dan sambungan rumah. Infiltrasi dari sumber-sumber yang disebutkan di atas
tidak dapat dihindari, hal ini disebabkan oleh:
1. pekerjaan sambungan pipa kurang sempurna
2. jenis bahan saluran dan sambungan yang dipergunakan
3. kondisi tanah dan air tanah
4. adanya celah-celah pada tutup manhole
Besar debit infiltrasi/inflow ditentukan berdasarkan :
1. luas daerah pelayanan
2. panjang saluran
3. panjang saluran dan diameter
Besarnya debit inflow berdasarkan luas daerah pelayanan menurut ASCE dan WPCF adalah 400
200000 gpd/acre.
(Moduto, 2000)
e. Debit Puncak (Qpeak)
Debit puncak adalah debit air buangan yang dipergunakan dalam menghitung dimensi
saluran. Debit puncak merupakan penjumlahan dari debit maksimum dan debit infiltrasi / inflow.
Qp 5 p 0,8 qmd Cr. p.qr L / 1000.q inf( l / det)
qx
pek
qr
pek = jumlah penduduk ekivalen ( jiwa )
qx = total debit air minum non domestik (l/dt)
qr = pemakaian air rata-rata (l/orang/hari)
(Moduto, 2000)
a. Kedalaman Aliran
Kedalaman aliran sangat berpengaruh terhadap keancaran aliran, oleh karena itu ditetapkan
kedalaman minimum yang harus dipenuhi dalam penyaluran air buangan. Kedalaman minimum
ini disamakan dengan kedalaman berenang tinja. Di Indonesia kedalaman berenang ditetapkan 5
cm pada pipa halus, dan 7,5 cm pada pipa kasar. Kedalaman minimum didapat dari nomogram
Design Main Sewer dengan mengetahui debit minimum, jika kedalaman minimum kurang dari
kedalaman berenang maka saluran tersebut harus digelontor. Karena aliran air buangan bersifat
terbuka, maka kedalaman aliran dalam pipa tidak boleh penuh. Kedalaman aliran dalam pipa
dibatasi 0,6 D sampai 0,8 D pada debit puncak. Jika kedalaman saluran sudah melebihi 0,8
diameter, maka diameter pipa harus diperbesar atau kemiringan saluran diperbesar.
(Moduto, 2000)
b. Kedalaman Pemasangan Pipa
Kedalaman pemasangan pipa saluran air buangan bergantung dari fungsi pipa itu sendiri
yang dibagi menjadi : pipa persil, pipa service dan pipa lateral.
1. Kedalaman awal pemasangan pipa
a. Persil = 0,45 meter
b. Service = 0,6 meter
c. Lateral = 1,00 1,20 meter
Kedalaman akhir pemasangan pipa. Kedalaman akhir pemasangan pipa air buangan
diisyaratkan tidak melebihi 7 meter, jika penanaman pipa sudah melebihi 7 meter harus
dipergunakan pompa untuk menaikkan air buangan untuk mendapatkan kedalaman galian yang
disyaratkan
3.1.1 Geomorfologi
Keadaan Topografi wilayah Kabupaten Semarang dapat diklasifikasikan ke dalam 4
(empat) kelompok, yaitu :
ilayah bergelombang dengan tingkat kemiringan kisaran 2 - 15% seluas 57.659 Ha.
wilayah curam dengan tingkat kemiringan kisaran 15 - 40% seluas 21.725 Ha.
wilayah sangat curam dengan tingkat kemiringan >40% seluas 9.467,674 Ha.
Ketinggian wilayah Kabupaten Semarang berkisar pada 500 2000 m diatas permukaan laut
(dpl), dengan ketinggian terendah terletak di desa Candirejo Kecamatan Pringapus dan tertinggi di
desa Batur Kecamatan Getasan.
3.1.2 Meteorologi
Berikut merupakan data ketinggian tiap wilayah dan curah hujan tiap kecamatan yang ada
di Kabupaten Semarang tahun 2012 yang dimuat dalam tabel:
Tabel 3 1 Tinggi Tempat & Curah Hujan per Kecamatan di Kabupaten Semarang
Tinggi Tempat dan Curah Hujan Tahun 2012
Kaliwungu 497 - -
Bandungan 750 - -
3.2 Demografi
Penduduk Kabupaten Semarang hasil registrasi penduduk akhir tahun 2013 tercatat sebanyak
949.815 jiwa. Dibandingkan data penduduk tahun 2013 sebesar 944.277 mengalami peningkatan
sebanyak 5.538 jiwa atau mengalami pertumbuhan penduduk sebesar 0,59%. Seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Semarang tahun 2013, kepadatan penduduk setiap km
juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 kepadatan penduduknya adalah 1000 jiwa di setiap
km, kepadatan penduduk meningkat sebanyak 6 jiwa/km.
Gambar 3 3 Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Semarang
Sumber : BAPPEDA Kabupaten Semarang, 2014
Jumlah penduduk merupakan indikator untuk melihat dan mengkaji sampai sejauh mana
kecenderungan pertumbuhan dan perkembangan di wilayah perencanaan. Jumlah perkembangan
penduduk di wilayah Kabupaten Semarang tahun 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3 2 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk per Kecamatan, Tahun 2013
Kecamatan Luas Kec Jumlah Penduduk Kepadatan
(km) jiwa/km
Getasan 65,80 48.966 744
Tengaran 47,30 64.662 1.367
Susukan 48,87 43.382 888
Kaliwungu 29,95 26.389 881
Suruh 64,02 60.286 942
Pabelan 47,97 37.794 788
Tuntang 56,24 61.755 1.098
Banyubiru 54,41 40.847 751
Jambu 51,63 37.470 726
Sumowono 55,63 30.543 549
Ambarawa 28,22 58.990 2.090
Bandungan 48,23 54.216 1.124
Bawen 46,57 55.986 1.202
Bringin 61,89 41.332 668
Bancak 43,85 20.029 457
Pringapus 78,35 51.131 653
Bergas 47,33 70.191 1.483
Ungaran 35,96 76.215 2.119
Barat
Ungaran 37,99 69.631 1.833
Timur
Sumber :Kabupaten Semarang Dalam Angka 2014
Peningkatan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai memang sangat diperlukan
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah Kabupaten Semarang tergolong cukup peduli dengan masalah kesehatan bagi
masyarakatnya. Hal ini terbukti dengan adanya berbagai macam fasilitas kesehatan yang tersedia,
di antaranya Puskesmas, Rumah Sakit Ibu dan Anak, Rumah Sakit Umum (RSU), Klinik,
Puskesmas Pembantu.
BAB IV
Pengumpulan
& Pembuang
Inpu User Pengalira Pengolah Kode/na
penampungan an/Daur
t Interface n an Akhir ma aliran
/Pengolahan ulang
Awal
Blac Kloset Tangki septic Truk - Sungai/laut Aliran
k jongkok/dudu tangki Limbah 1
Wat k leher angsa sedot WC (AL 1)
er
WC Umum
Kloset
jongkok/dudu
k leher angsa
WC Umum Tangki septic
tidak kedap air
WC - - Tanah Aliran
plengsengan Limbah 2
(AL 2)
WC
plengsengan
WC Tanah
Cubluk/Cemp
lung
BABS di
kebun/pekara
ngan
Pengumpulan
& Pembuang
Inpu User Pengalira Pengolah Kode/na
penampungan an/Daur
t Interface n an Akhir ma aliran
/Pengolahan ulang
Awal
Kloset
jongkok/dudu
k leher angsa
WC
plengsengan
BABS di Sungai, saluran - - Badan Air Aliran
sungai/seloka irigasi Limbah 3
n/parit/got (AL 3)
WC
Helikopter
WC Kolam ikan - -
Helikopter
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kabupaten Semarang
Aliran limbah 1 (AL1) berupa black water (limbah tinja dan urine) yang berasal dari WC
pribadi maupun umum yang ditampung di tangki septic dan dikuras untuk kemudian dibuang ke
pembuangan akhir. Jumlah ini yang paling sedikit karena dari 71,9% pemilik tangki septic hanya
7,3% saja yang melakukan pengurasan.
Sedangkan aliran limbah 2 (AL2) berupa black water (limbah tinja dan urine) yang berasal
dari WC pribadi (baik yang berupa kloset leher angsa maupun plengsengan) dan WC umum yang
ditampung di tangki septic, namun tidak pernah dikuras. Juga yang berasal dari WC plengsengan
dan WC cubluk/cemplung (sebanyak kurang lebih 7%) yang langsung ditampung di lubang tanah
serta dari BABS di kebun/pekarangan (0,3%). Aliran limbah 2 bermuara terakhir di badan tanah.
Aliran limbah 3 (AL3) berupa black water (limbah tinja dan urine) yang berasal dari WC
pribadi baik itu berupa kloset atau plengsengan yang pembuangannya langsung dialirkan ke
sungai/saluran irigasi karena tidak mempunyai mempunyai septic tank, juga yang berasal dari WC
helicopter serta perilaku BABS di sungai/saluran irigasi/drainase, rawa, dan kolam. Aliran limbah
3 yang bermuara terakhir di badan air ini meliputi 6,8% pengguna.
Sedangkan data dari masing-masing kelompok fungsi dan teknologi yang digunakan dalam
sistem pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Semarang sebagaimana tampak dalam Tabel
4.2 berikut:
Teknologi Jenis
Kelompo (Perkiraan)
yang Data Sumber Data
k Fungsi Nilai Data
Digunakan Sekunder
Black
Water
User Jamban Sehat Jumlah 58,07% Data STBM Dinkes
Interface Permanen (kuantitas)
(Kloset
duduk/jongkok
leher angsa)
KK 165.878 KK Data STBM Dinkes
Tersambu
ng
WC Umum, Jumlah 12,53% Data STBM Dinkes
WC bersama (kuantitas)
KK 35.794 KK Data STBM Dinkes
Tersambu
ng
Jamban Sehat Jumlah 12,23% Data STBM Dinkes
Semi (kuantitas)
Permanen (WC
plengsengan,
Teknologi Jenis
Kelompo (Perkiraan)
yang Data Sumber Data
k Fungsi Nilai Data
Digunakan Sekunder
WC
Cemplung)
KK 34.937 KK Data STBM Dinkes
Tersambu
ng
Lainnya Jumlah 17,17% Data STBM Dinkes
(BABS) (kuantitas)
KK 49.059 KK Data STBM Dinkes
Tersambu
ng
Penampun Tangki Septik Jumlah 117.300 rumah KDA 2012
gan Awal (kuantitas)
Tanpa tangki Jumlah 36.602 rumah KDA 2012
septik (sungai, (kuantitas)
kolam ikan,
tanah/kebun,
pekarangan)
Pengaliran Jasa Truk sedot
WC
Pembuang Sungai Nama
an akhir Sungai
Sumber : Buku Putih Sanitasi Kabupaten Semarang
Pembangunan Jalan Tol Semarang-Solo membutuhkan biaya investasi sebesar 6,1 triliun
rupiah, biaya konstruksi 2,4 triliun rupiah, dan biaya pengadaan tanah 800 miliar rupiah.
Konstruksi tol seksi I Semarang (Tembalang)-Ungaran dimulai pada awal tahun 2009. Seksi I
Semarang-Ungarang telah beroperasi sejak November 2011. Sedangkan konstruksi untuk seksi II
Ungaran-Bawen sudah ada sejak tahun lalu 2013.
4.4.2 Jembatan
Tabel 4 4 Jalan Keluar Masuk Tol Semarang-Solo
Persimpangan Asal/Tujuan Keterangan
Simpang Susun Jalan Tol Semarang Seksi C Half Trumpet
Tembalang Utara : Interchange
Jalan Tol Semarang Jatingaleh/Krapyak
Kaligawe/Pelabuhan Tanjung Emas
Jakarta
Demak/Surabaya
Simpang Susun Gerbang Tol Ungaran , Kota Ungaran Trumpet
Tembalang Utara : Interchange
Banyumanik/Semarang
Selatan :
Bawen/Ambarawa
Magelang/Yogyakarta
Salatiga/Solo
Sumber: Wikipedia, 2014