Anda di halaman 1dari 124

RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021

BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

I BAB 2 I
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Gambaran Umum kondisi daerah Kabupaten Lingga memberikan gambaran awal


tentang kondisi daerah dan capaian pembangunan Kabupaten Lingga secara umum.
Gambaran umum tersebut menjadi pijakan awal penyusunan rencana pembangunan 5 (lima)
tahun kedepan melalui pemetaan secara objektif kondisi daerah dari aspek geografi dan
demografi, kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.
Sebagaimana kita ketahui bersama, Kabupaten Lingga telah dikenal beberapa abad
silam sebagai Kerajaan Melayu Lingga dan mendapat julukan “Negeri Bunda Tanah Melayu”.
Pada kurun waktu 1722-1911, terdapat dua Kerajaan Melayu yang berkuasa dan berdaulat
yaitu Kerajaan Riau Lingga yang pusat kerajaan dan Kerajaan Melayu Riau di Pulau Bintan.
Sebelum ditandatanganinya Treaty of London, maka kedua Kerajaan Melayu tersebut
dilebur menjadi satu sehingga kerajaan tersebut menjadi semakin kuat. Wilayah
kekuasaannya pun tidak hanya terbatas di Kepulauan Riau saja, tetapi telah meliputi daerah
Johor dan Malaka (Malaysia), Singapura, dan sebagian kecil wilayah Indragiri Hilir. Pusat
kerajaan terletak di wilayah Pulau Penyengat dan menjadi terkenal di seluruh wilayah
nusantara dan juga kawasan Sepenanjung Malaka. Setelah Sultan Riau meninggal pada
tahun 1911, Pemerintah Hindia Belanda menempatkan amir-amirnya sebagai Districh
Thoarden untuk daerah yang besar dan Onder Districh Thoarden untuk daerah yang agak
kecil. Pemerintah Hindia Belanda akhirnya menyatukan wilayah Riau Lingga dengan Indragiri
untuk dijadikan sebuah karesidenan yaitu: Afdelling Tanjungpinang yang meliputi Kepulauan
Riau-Lingga, Indragiri Hilir, dan Kateman yang kedudukannya berada di wilayah
Tanjungpinang dan sebagai penguasanya ditunjuk seorang Residen.
Berdasarkan Surat Keputusan dari delegasi Republik Indonesia (RI) maka Provinsi
Sumatera Tengah pada tanggal 18 Mei 1950 menggabungkan diri ke dalam Republik
Indonesia dan Kepulauan Riau diberi status daerah Otonom Tingkat II yang dikepalai oleh
Bupati sebagai kepala daerah dengan membawahi empat daerah kewedanan sebagai
berikut:

II.1
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

1. Kewedanan Tanjungpinang meliputi wilayah Kecamatan Bintan Selatan (termasuk


Kecamatan Bintan Timur, Galang, Tanjungpinang Barat, dan Tanjungpinang Timur
sekarang).
2. Kewedanan Karimun meliputi wilayah Kecamatan Karimun, Kundur, dan Moro.
3. Kewedanan Lingga meliputi wilayah Kecamatan Lingga, Kecamatan Singkep, dan
Kecamatan Senayang.
4. Kewedanan Pulau Tujuh meliputi wilayah Kecamatan Jemaja, Siantan, Midai, Serasan,
Tambelan, Bunguran Barat dan Bunguran Timur.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2000, Kabupaten Kepulauan Riau dimekarkan menjadi 3 kabupaten yang terdiri dari:
Kabupaten Kepulauan Riau, Kabupaten Karimun dan Kabupaten Natuna. Wilayah Kabupaten
Kepulauan Riau hanya meliputi 9 kecamatan saja,meliputi: Kecamatan Singkep, Kecamatan
Lingga, Kecamatan Senayang, Kecamatan Teluk Bintan, Kecamatan Bintan Utara, Kecamatan
Bintan Timur, Kecamatan Tambelan, Kecamatan Tanjungpinang Barat, dan Kecamatan
Tanjungpinang Timur. Kemudian dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 5 tahun
2001, maka Kota Administratif Tanjungpinang berubah menjadi Kota Tanjungpinang yang
mana statusnya sama dengan kabupaten yang membawahi Kecamatan Tanjungpinang Barat
dan Tanjungpinang Timur. Dengan demikian, maka Kabupaten Kepulauan Riau hanya
meliputi Kecamatan Singkep, Lingga, Senayang, Teluk Bintan, Bintan Utara, Bintan Timur dan
Tambelan.Pada akhir tahun 2003 dibentuklah Kabupaten Lingga sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003, yang mana memiliki wilayah
Kecamatan Singkep, Singkep Barat, Lingga, Lingga Utara dan Senayang.

2.1. Aspek Geografis dan Demografi


Aspek geografi dan demografi merupakan salah satu aspek kondisi kewilayahan yang
mutlak diperhatikan sebagai ruang dan subyek pembangunan. Aspek geografi memberikan
gambaran mengenai karakteristik lokasi dan wilayah, potensi pengembangan wilayah.
Sedangkan gambaran kondisi demografi, antara lain mencakup perubahan penduduk,
komposisi dan populasi masyarakat secara keseluruhan atau kelompok dalam waktu
tertentu. Dari uraian ini diharapkan dapat terpetakan potensi dan permasalahan yang
dihadapi dalam pembangunan Kabupaten Lingga lima tahun kedepan.

II.2
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah


Karateristik lokasi dan wilayah pada sub bab ini menjelaskan tentang luas dan batas
wilayah serta letak dan kondisi geografis Kabupaten Lingga.

2.1.1.1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi


Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2003 tentang
Pembentukan Kabupaten Lingga di Provinsi Kepulauan Riau, Kabupaten Lingga mempunyai
luas wilayah daratan dan lautan mencapai 211,772 km2 dengan luas daratan 2.117,72 km2 (1
%) dan lautan 209,654 km2 (99%).
Kabupaten Lingga secara administrasi berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Kota Batam dan laut Cina Selatan.
Sebelah Selatan : Laut Bangka dan Selat Berhala.
Sebelah Barat : Laut Indragiri Hilir.
Sebelah Timur : Laut Cina Selatan.

Gambar. G-II.1
Peta Wilayah Kabupaten Lingga

II.3
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.1.
Pembagian Dan Luas Wilayah Kabupaten Lingga

Banyaknya Luas Daratan


No Kecamatan
Kelurahan Desa Km2
1 Singkep Barat 1 11 337,10
2 Singkep 3 3 242,80
3 Singkep Selatan 0 3 138,80
4 Singkep Pesisir 0 6 110,30
5 Lingga 1 10 383,45
6 Selayar 0 4 84,86
7 Lingga Timur 0 6 141,20
8 Lingga Utara 1 11 283,21
9 Senayang 1 18 396,00
10 Posek 0 3 *
Jumlah 7 75 2.177,72
Sumber : Lingga Dalam Angka 2015, Hasil Analisis
ket :* data belum tersedia

Gambar. G-II.2
Luas Daratan Menurut Kecamatan di Kabupaten Lingga

Singkep Barat, Posek


Singkep
Singkep Selatan
Singkep Pesisir
Lingga
Selayar
Lingga Timur
Lingga Utara
Senayang

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2015

II.4
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Dari Kecamatan yang ada di Kabupaten Lingga, terluas adalah Kecamatan Senayang
yaitu 396,00 km2 (18.7 % dari total luas daratan) yang terdiri dari 18 Desa dan 1 Kelurahan,
kemudian Kecamatan Lingga yaitu 383,45 km2 (23% dari total luas daratan) yang terdiri dari
10 Desa dan 1 Kelurahan. Tabel. T-II.2. berikut ini menunjukkan jumlah Desa/Kelurahan yang
ada dimasing-masing Kecamatan.
Tabel. T-II.2.
Desa/Kelurahan Yang Ada di Kabupaten Lingga

No Kecamatan Desa/Kelurahan
1 Singkep Barat Marok Tua Sungai Buluh
Kuala Raya Bakong
Tinjul Sungai Harapan
Jagoh Sungai Raya
Kel. Raya Bukit Belah
Tanjung Irat Langkap
2 Singkep Dabo Batu Berdaun
Dabo Lama Batu Kacang
Tanjung Harapan Kel. Sungai Lumpur
3 Singkep Selatan Marok Kecil Berhala
Resang
4 Singkep Pesisir Berindat Persing
Sedamai Lanjut
Kote Pelakak
5 Lingga Pekajang Kelumu
Mepar Kelombok
Merawang Daik
Panggak Darat Panggak Laut
Musai Mentuda
Nerekeh
6 Selayar Selayar Penuba
Pantai Harapan Penuba Timur
7 Lingga Timur Bukit Langkap Kerandin

II.5
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

No Kecamatan Desa/Kelurahan
Pekaka Keton
8 Lingga Utara Sekanah Duara
Resun Limbung
Bukit Harapan Teluk
Linau Pancur
Rantau Panjang Sungai Besar
Rusun Pesisir Belungkur
9 Senayang Mamut Senayang
Rejai Pasir Panjang
Temiang Pulau Medang
Tanjung Kelit Batu Belubang
Pulau Batang Mensanak
Benan Tanjung Lipat
Pena’ah Laboh
Baran Cempa
Tajur Biru Pulau Duyung
Pulau Bukit
10 Kepulauan Posek Busung Panjang Suak Buaya
Posek
Sumber: Bag. Pemerintahan, 2016

2.1.1.2. Letak dan Kondisi Geografis


Secara Geografis Kabupaten Lingga terletak di antara 0° 00’ - 1° 00’ Lintang Selatan
dan 103° 30’ - 105°00’ Bujur Timur.
Berdasarkan RTRW Kabupaten Lingga 2011-2031, luas wilayah daratan dan lautan
mencapai 45.667,56 km persegi dengan luas daratan 2.235,48 km persegi dan lautan
43.432,08 km persegi. Wilayahnya terdiri dari 604 buah pulau besar dan kecil. Tidak kurang
dari 86 buah diantaranya sudah dihuni, sedangkan sisanya 518 buah walaupun belum
berpenghuni sebagiannya sudah dimanfaatkan untuk berbagai aktifitas kegiatan pertanian,
khususnya pada usaha perkebunan.

II.6
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1.1.3. Topografi
Jika dilihat dari topografinya, sebagian besar daerah di Kabupaten Lingga adalah
berbukit-bukit. Berdasarkan data dari Badan Pertanahan Nasional (BPN), terdapat 73.947 ha
yang berupa daerah berbukit-bukit, sementara daerah datarnya hanya sekitar 11.015 ha.
Pada dasarnya, wilayah Kebupaten Lingga memiliki kemiringan yang ideal untuk
dikembangkan sebagai kawasan perkotaan, karena hampir mencapai 65 %, wilayah
Kabupaten Lingga berada dalam kemiringan 0-2 %, disusul oleh wilayah dengan kemiringan
di atas 40 % yaitu mencapai hampir 17 %.

Tabel. T-II.3.
Tinggi Rata-Rata Dari Permukaan Laut Menurut Kecamatan Induk
No Kecamatan Tinggi (m dpl)

1. Singkep Barat 0-415


2. Singkep 0-519
3. Lingga 0-1.272
4. Lingga Utara 0-800
5. Senayang 0-200
Sumber: Lingga Dalam Angka Tahun 2015.

Berdasarkan bentuk bentang alam dan sudut lerengnya, daerah penyelidikan dapat
dibagi menjadi 6 (enam) satuan morfologi, yaitu:
1) Dataran
Merupakan daerah dataran aluvial sungai dengan kemiringan lereng medan antara 0-5%
(0-30), ketinggian wilayah antara 18-45 meter di atas permukaan laut. Pada daerah yang
termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai tingkat erosi sangat rendah.
Penyebaran satuan ini adalah di bagian timur daerah pemetaan, yaitu sekitar Kecamatan
Senayang, Kecamatan Lingga Utara, dan sebagian di Kecamatan Singkep Barat.
2) Perbukitan berelief halus
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang halus dengan
kemiringan lereng medan 5-15% (3-80), ketinggian wilayah antara 45-144 meter di atas
permukaan laut. Pada daerah yang termasuk ke dalam satuan morfologi ini mempunyai

II.7
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

tingkat erosi rendah. Penyebaran satuan ini antara lain menempati daerah sebagian di
Kecamatan Singkep Barat dan Kecamatan Singkep.
3) Perbukitan berelief sedang
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang sedang dengan
kemiringan lereng medan 15-30% (8-170) dengan ketinggian wilayah 150-400 meter di
atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai
tingkat erosi rendah sampai menengah. Penyebaran satuan ini antara lain di daerah
sekitar sebagian di Kecamatan Singkep Barat dan Kecamatan Singkep serta sebagian di
Kecamatan Lingga.
4) Perbukitan berelief agak kasar
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang agak kasar dengan
kemiringan lereng 30-50% (17-270), dengan ketinggian wilayah 200-550 meter di atas
permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai
tingkat erosi menengah. Penyebaran satuan ini antara lain di daerah sekitar Kecamatan
Singkep, dan sebagian kesil terdapat di Kecamatan Singkep Barat, Kecamatan Lingga dan
Kecamatan Lingga Utara.
5) Perbukitan berelief kasar
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang kasar dengan
kemiringan lereng 50-70% (27-360), dengan ketinggian wilayah 225-644 meter di atas
permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini mempunyai
tingkat erosi tinggi. Penyebaran satuan ini antara lain sebagian besar di Kecamatan
Lingga dan sebagian kecil di Kecamatan Lingga Utara serta sebagian kecil di sekitar
Kecamatan Singkep.
6) Perbukitan berelief sangat kasar sampai hampir tegak
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang sangat kasar dengan
kemiringan lereng lebih besar dari 70% (>360), dengan ketinggian wilayah 262-815 meter
di atas permukaan laut. Pada daerah yang termasuk dalam satuan morfologi ini
mempunyai tingkat erosi sangat tinggi, terutama erosi vertikalnya. Penyebaran satuan ini
antara lain terdapat di sekitar di Kecamatan Lingga dan sebagian kecil di Kecamatan
Lingga Utara serta sebagian kecil di sekitar Kecamatan Singkep.

II.8
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.4.
Kelas Lereng Dengan Luas Penyebaran Di Kabupaten Lingga

0 - 2% 2 - 15% 15 - 40% > 40% Jumlah (Ha)


No Kecamatan
Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) %
1 Singkep Barat 13,810.34 40.97 4,790.96 14.20 11,203.17 33.18 3,905.53 11.56 33,798.34 100
2 Singkep 31,250.60 63.53 13,696.30 27.81 3,726.88 7.56 516.22 1.05 49,288.90 100
3 Lingga 35,281.80 57.89 1,421.89 2.33 3,354.13 5.50 20,893.18 34.24 61,016.71 100
4 Lingga Utara 16,571.13 58.51 - - 1,478.35 5.21 10,271.52 36.19 28,384.72 100
5 Senayang 39,247.41 99.11 - - 352.59 0.89 - - 39,700.00 100
Jumlah 136,161.28 64.30 19,909.15 9.39 20,115.12 9.48 35,586.45 16.77 212,188.68 100

Sumber: Bakosurtanal dan Hasil Analisis, 2014

2.1.1.4. Geologi
Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Lingga pada umumnya adalah podsolik merah
kuning, litosol, dan organosol. Adapun lapisan tanahnya berstruktur remah sampai gumpal.
Sedangkan lapisan bawahnya berselaput liat dan teguh. Sementara untuk jenis batu-
batuannya, batuan Pluton Asam (Acid Pluton) yang berupa batuan sejenis granit tersebar
pada kawasan Gunung Daik di bagian barat Pulau Lingga, selain itu terdapat juga batuan
endapan dari Zaman Prateseiser yang tersebar di seluruh Pulau Lingga.

2.1.1.5. Hidrologi
Pada umumnya sungai–sungai yang terdapat di Kabupaten Lingga yang berbukit-
bukit, sehingga sangat banyak ditutupi oleh vegetasi hutan. Kedalaman dari permukaan air
pada kawasan datar berkisar 2-3 meter. Sedangkan pada tempat yang berbukit-bukit antara
3 - 7 meter.

2.1.1.6. Klimatologi
Kabupaten Lingga mempunyai iklim tropis dan basah dengan variasi curah hujan rata-
rata 146,4 mm sepanjang tahun 2014. Setiap bulannya curah hujan cenderung bervariasi.
Sementara pada bulan desember merupakan bulan dengan curah hujan paling banyak.
Berdasarkan data-data yang ada maka dapat diketahui bahwa iklim di daerah Lingga
mempunyai sifat-sifat yaitu suhu rata-rata 26,8 ⁰C; kelembaban relatif rata-rata 84%;
Kecepatan angin rata-rata 5 knot; tekanan udara rata-rata 1009,4 millibar; jumlah curah
hujan rata-rata 13,5 mm/hari. Kabupaten Lingga dialiri oleh sungai-sungai yang menjadi

II.9
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

potensi sumber air bagi pemenuhan kebutuhan air baik bagi pertanian ataupun kegiatan
yang lainnnya. Kabupaten Lingga mempunyai potensi air yang surplus sepanjang tahun,
dengan jumlah curah hujan yang berkisar antara 2000-3500 mm/thn dengan kondisi air
surplus maka potensi sumber daya air cukup besar yang dapat dimanfaatkan, berikut
merupakan uraian potensi ketersediaan air lahan.

Tabel. T-II.5.
Potensi Ketersediaan Air Lahan Di Pulau Kabupaten Lingga

Curah Hujan Air Tersedia Kondisi Air (mm/th)


Nama Pulau
(mm/th) (mm) Defisit Surplus
Lingga 2600,7 64 0 968
Singkep 2600,7 82,2 0 968
Senayang 2600,7 62,7 0 968
Sumber: Hasil Analisis, 2014

2.1.1.7. Penggunaan Lahan


Faktor-faktor yang merupakan daya dukung Kabupaten Lingga, dan yang menjadi
potensi bagi pengembangannya telah diakomodasi kedalam dalam dokumen Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lingga Tahun 2011-2031. Dokumen tersebut menjadi
landasan bagi pengembangan wilayah Kabupaten Lingga, dimana, pengembangan daerah
diarahkan untuk bisa lebih merata kesemua wilayah kabupaten.
Potensi Pengembangan Kabupaten Lingga sebagaimana terdapat dalam Rencana Pola
Ruang Wilayah Kabupaten Lingga, pada bagian rencana pola ruang di Kabupaten Lingga
terdiri dari rencana pola ruang darat dan pola ruang laut. Dengan memperhatikan ketentuan
penyusunan pola ruang, kebijakan pola ruang nasional dan provinsi, kebijakan pembangunan
daerah, kondisi objektif wilayah, daya tampung dan kebutuhan ruang untuk masa
mendatang serta, perkembangan tata guna lahan dan kesesuaian lahan, maka dapat
dirumuskan rencana pola ruang untuk Kabupaten Lingga sebagaimana diuraikan berikut ini:

1) Rencana Pola Ruang Darat


a. Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya manusia,
II.10
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.
Kawasan lindung yang akan dimantapkan di wilayah Kabupaten Lingga yang dinyatakan
sebagai kawasan non-budidaya adalah kawasan yang memberikan perlindungan
kawasan bawahannya, yaitu daerah-daerah yang memiliki kendala fisik tertentu
seperti lereng curam, rawan banjir, rawan longsor dan erosi, kawasan bergambut, dan
kedalaman efektif agak dangkal hingga dangkal.
1. Kawasan Hutan Lindung
Kawasan hutan lindung adalah kawasan yang merupakan bagian dari kawasan
lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga
kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi,
mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah .
Kawasan hutan lindung di Kabupaten Lingga ditetapkan di:
 kawasan hutan lindung Gunung Daik terletak di Kecamatan Lingga dengan luas
kurang lebih 18.640 Ha
 kawasan hutan lindung Gunung Muncung terletak di Kecamatan Singkep dengan
luas kurang lebih 2.120 Ha.
 kawasan hutan lindung sebagian Gunung Lanjut terletak di Kecamatan Singkep
Pesisir dengan luas kurang lebih 3.190 Ha.
 kawasan hutan lindung di Kecamatan Singkep Selatan dengan luas kurang lebih
430 Ha.
 kawasan hutan lindung di Kecamatan Lingga Utara dengan luas kurang lebih 220
Ha.
Total keseluruhan kawasan hutan lindung Kabupaten Lingga adalah kurang lebih
28.950 Ha.

2. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya


Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya di
Kabupaten Lingga berupa kawasan resapan air. Berdasarkan hasil analisis lahan
maka rencana pengembangan kawasan resapan air kurang lebih seluas 5.520 Ha,
dengan rincian sebagai berikut:
 Kawasan resapan air di Kecamatan Lingga seluas kurang lebih 1.540 Ha.

II.11
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

 Kawasan resapan air di Kecamatan Lingga Utara seluas kurang lebih 250 Ha
meliputi kawasan resapan air Bukit Raja dan Bukit Meninjau.
 Kawasan resapan air Gunung Muncung di Kecamatan Singkep seluas kurang lebih
1.300 Ha.
 Kawasan resapan air sebagian Gunung Lanjut seluas kurang lebih 890 Ha.
 Kawasan resapan air di Kecamatan Singkep Selatan seluas kurang lebih 100 Ha.
dan
 Kawasan resapan air di Kecamatan Singkep Barat seluas kurang lebih 1.330 Ha
meliputi kawasan resapan air Gunung Lanjut, Gunung Dadelang, dan Gunung
Maninjang.
 Kawasan resapan air di Kecamatan Selayar seluas kurang lebih 110.

3. Kawasan Perlindungan Setempat


Kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Lingga meliputi kawasan sempadan
pantai, kawasan sempadan sungai, kawasan sepadan kolong, kawasan sekitar mata
air, kawasan hutan kota, dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) kawasan perkotaan.
Kawasan sempadan pantai :
Kabupaten Lingga terdiri dari pulau-pulau kecil dan pantai. Garis pantai yang ada
harus dipertahankan kondisinya terutama pada daerah-daerah rawan abrasi yang
berhadapan langsung ke laut lepas atau kerusakan lingkungan akibat kegiatan
manusia sehingga penetapan sempadan pantai menjadi sangat penting bagi
kelestarian ekonsistem pantai dan laut. Sempadan pantai adalah daratan sepanjang
tepian yang lebarnya proposional dengan bentuk dan kondisi pantai, memiliki
kriteria tertentu.
Kawasan sempadan sungai :
Kabupaten Lingga memiliki 25 sungai yang tersebar di 2 pulau yakni di Lingga dan
Singkep. Sungai-sungai pada pulau-pulau tersebut perlu dilindungi dengan
pembentukan sempadan sungai yang sesuai dengan kondisi fisiknya masing-masing.
Berdasarkan Sistem DAS, Kabupaten Lingga terbagi menjadi DAS Daik, DAS Nerekeh,
DAS Panggak, DAS Tanda, DAS Keton, DAS Sungai Pinang.

II.12
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Kawasan sepadan kolong :


Penetapan kawasan sempadan kolong bertujuan untuk melindungi sumber air baku
dari kegiatan manusia yang mengganggu dan merusak kualitas air, kondisi fisik
pinggir kolong dan dasar kolong. Di Pulau Singkep terdapat banyak kolong yang
berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber air baku bagi pelayanan
kebutuhan air minum.
Kawasan sekitar mata air :
Tujuan penetapan ruang sempadan mata air adalah untuk melindungi mata air atau
sumber air baku dari kegiatan manusia yang mengganggu dan merusak kualitas air,
kondisi fisik mata air di Kabupaten Lingga terdapat sumber mata air yang menjadi
air baku bagi kebutuhan air bersih yang terdapat di:
 Kecamatan Singkep Pesisir di Desa Kote.
 Kecamatan Singkep Selatan di Desa Marok Kecil.
 Kecamatan Lingga di Desa Merawang.
 Kecamatan Lingga Barat di Desa Penuba.
 Kecamatan Lingga Timur di Desa Keton, Desa Sungai Pinang, dan Desa Kudung.
 Kecamatan Lingga Utara di Desa Bukit Harapan, Desa Resun, Desa Limbung, dan
Desa Teluk.
Kawasan hutan kota :
Kawasan hutan Kota di Kabupaten Lingga akan dikembangkan sebagai Kebun Raya
Kabupaten Lingga. Kebun Raya ini akan dikembangkan di Kecamatan Lingga di
sekitar kawasan pusat pemerintahan Kabupetan Lingga dan Hutan Lindung Gunung
Daik dengan luas 1.010 Ha. Selain itu, hutan kota juga akan dikembangkan di
Kecamatan Singkep dengan luas kurang lebih 80 Ha dan Kecamatan Singkep Pesisir
dengan luas kurang lebih 230 Ha. Total luas kawasan Hutan kota yang akan
dikembangkan di Kabupaten Lingga direncanakan seluas 1.320 Ha.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) kawasan perkotaan:
Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan dikembangkan sebagaimana tertuang dalam
amanat Undang-undang penataan ruang bahwa 30 % dari luas kawasan
permukiman perkotaan akan dikembangkan sebagai RTH yang terdiri dari 20 % RTH
Publik dan 10% RTH privat.

II.13
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

4. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya


Kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Lingga meliputi Kawasan Pantai
Berhutan Bakau dan Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan.
Kawasan Pantai Berhutan Bakau:
Ekosistem hutan bakau merupakan salah satu ekosistem yang dominan dan
memiliki peranan yang penting mengingat fungsinya sebagai penjaga kestabilan
sumberdaya hayati di wilayah peisisir. Kawasan ini berperan dalam pengasuhan dan
pemijahan aneka biota laut, melindungi pantai dari sedimentasi, dan penyerap
bahan tercemar. Sebagian dari hutan bakau di Kabupaten Lingga tersebut diarahkan
untuk dimasukkan dalam kategori Hutan Lindung, Hutan Produksi Terbatas dan
fungsi pariwisata alam.
Alokasi hutan bakau yang ada di Kabupaten Lingga adalah:
 Pulau Lingga: (a) Pesisir Barat Tanjung Menagun Kecamatan Lingga. Fungsi dan
pemanfaatan: hutan konservasi dan pariwisata, (b) Teluk Pancur, Kecamatan
Lingga Utara. Fungsi dan pemanfaatan: hutan konservasi, perlindungan setempat
lokasi bendungan, dan pariwisata, dan (c) Teluk Tengkis, Kecamatan Lingga dan
Lingga Utara. Fungsi dan pemanfaatan: hutan konservasi dan pariwisata.
 Pulau Singkep: (a) Pesisir Barat Selat Sebayur Kecamatan Singkep Barat. Fungsi
dan pemanfaatan: hutan konservasi, perlindungan setempat lokasi bendungan,
dan pariwisata, (b) Pesisir Barat Genting-Panggak-Ponok Kecamatan Singkep
Barat. Fungsi dan pemanfaatan: hutan konservasi, perlindungan setempat lokasi
bendungan, dan pariwisata, (c) Pesisir Teluk Baruk Kecamatan Singkep Barat.
Fungsi dan pemanfaatan: hutan konservasi, perlindungan setempat lokasi
bendungan, dan pariwisata, dan (d) Hutan bakau yang terdapat di Pulau Singkep
merupakan Hutan Tanaman Rakyat.
 Pulau-pulau lainnya: (a) Pulau Bakung Kecamatan Senayang. Fungsi dan
pemanfaatan: hutan konservasi, perlindungan setempat lokasi bendungan, dan
pariwisata, (b) Pesisir Pulau Sebangka Kecamatan Senayang. Fungsi dan
pemanfaatan: hutan konservasi, perlindungan setempat lokasi bendungan dan
pariwisata, dan (c) Pulau-Pulau kecil lainnya fungsi dan pemanfaatan hutan
konservasi, perlindungan setempat lokasi bendungan dan pariwisata.

II.14
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan


Kawasan cagar alam budaya dan ilmu pengetahuan adalah kawasan dimana lokasi
bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi
alami yang khas. Tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi,
situs purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu yang mempunyai
manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Termasuk dalam kawasan
ini adalah kawasan peninggalan sejarah dan budaya serta perkampungan tua,
antara lain kawasan sejarah Melayu di Daik Lingga.
Berdasarkan kondisi eksisting terdapat situs peninggalan sejarah yang ditetapkan
sebagai kawasan lindung cagar budaya adalah: (1) Kawasan Damnah Kecamatan
Lingga seluas kurang lebih 126 Ha dan (2) Kawasan Pulau Mepar Kecamatan Lingga
seluas kurang lebih 7 Ha.
Selain itu juga, di Kabupaten Lingga terdapat kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan yang lainnya, yaitu kawasan lindung budaya Komunitas Adat Terpencil
(KAT).
Komunitas Adat Terpencil (KAT) ini terdapat di: (a) KAT di Kecamatan Senayang
meliputi Kelurahan Senayang (Pulau Akat, Pulau Kongki, Pulau Buluh, Dusun
Ponggok, Pulau Mensemut, dan Ujung Beting) Desa Temiang (Dusun Lemoi, Pulau
Senang, dan Pasir Gajah), Desa Tanjung Kelit (Dusun Linau, Dusun Air Batu, Pulau
Mengkuang, dan Dusun Kerakap), Desa Pulau Medang (Dusun Terikeh), Desa Pasir
Panjang. (b) KAT di Kecamatan Lingga Utara di Kelurahan Pancur, Desa Teluk, dan
Desa Limbung, (c) KAT di Kecamatan Selayar terdapat di Desa Penuba (Pulau Lipan),
(d) KAT di Kecamatan Lingga terdapat di Desa Kelumu dan Desa Mentuda dan (e)
KAT di Kecamatan Singkep Barat terdapat di Desa Sungai Buluh.

5. Kawasan Rawan Bencana


Berdasarkan hasil analisis terhadap kondisi geoligi dan morfologi ruang, kawasan
rawan bencana di Kabupaten Lingga meliputi:
 Kawasan Rawan Bencana Gerakan Tanah dan Tanah Longsor.
Kawasan rawan bencana gerakan tanah dan longsor yang teridentifikasi di
Kabupaten Lingga adalah : (a) Kecamatan Lingga di sekitar Desa Kelumu, Desa
Mentuda, Desa Panggak Darat, Desa Mepar, Desa Merawang, dan Kelurahan
II.15
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Daik, (b) Kecamatan Lingga Timur di sekitar Desa Pekaka, (c) Kecamatan Lingga
Utara di sekitar Desa Bukit Harapan, Desa Resun, Desa Linau, dan Desa Limbung,
dan (d) Kecamatan Senayang di sekitar Desa Cempa, Desa Laboh, dan Kelurahan
Senayang.
 Kawasan Rawan Bencana Banjir
Kawasan rawan bencana banjir yang teridentifikasi di Kabupaten Lingga adalah
(a) Kawasan rawan bencana banjir Kelurahan Daik, Desa Merawang, Desa
Nerekeh, Desa Panggak Laut, dan Desa Musai terletak di Kecamatan Lingga, (b)
Kawasan rawan bencana banjir Kelurahan Dabo dan Kelurahan Dabo Lama
terletak di Kecamatan Singkep, (c) Kawasan rawan bencana banjir Resun, Sungai
Besar dan sekitarnya terletak di Kecamatan Lingga Utara, dan (d) Kawasan rawan
bencana banjir Desa Sungai Raya terletak di Kecamatan Singkep Barat.
 Kawasan Rawan Bencana Gelombang Pasang dan Abrasi
Kawasan rawan gelombang pasang dan abrasi pantai yang teridentifikasi di
Kabupaten Lingga adalah (a) Kawasan pesisir dan sepanjang pantai Desa Tanjung
Harapan – Dabo Lama – Desa Batu Berdaun, (b) Kawasan pesisir dan sepanjang
pantai Desa Berindat – Desa Persing - Desa Lanjut – Desa Sedamai – Desa Kote –
Desa Pelakak terletak di Kecamatan Singkep Pesisir , (c) Kawasan pesisir dan
sepanjang pantai di Kecamatan Senayang dan (d) Kawasan pesisir dan sepanjang
pantai di kecamatan Lingga Utara ( pesisir dan sepanjang pantai desa Teregeh,
Sasah, Tanjung Awak dan Sungai Nona).

6. Kawasan Lindung Lainnya


Kawasan lindung lainnya sebagaimana arahan dalam RTRW Provinsi Kepulauan
Riau, antara lain kawasan terumbu karang dan pulau-pulau yang memiliki luas
sangat kecil. Kawasan lindung pulau-pulau kecil direncanakan di Kabupaten Lingga
seluas lebih kurang 950 Ha.

II.16
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

b. Kawasan Budidaya
1. Kawasan Hutan Produksi
Kawasan hutan produksi adalah kawasan hutan memiliki fungsi pokok memproduksi
hasil hutan. Kawasan ini di Kabupaten Lingga terdiri dari Hutan produksi terbatas
dan Hutan produksi terbatas yang dapat dikonversi.
Areal hutan produksi terbatas di Kabupaten Lingga direncanakan seluas kurang
lebih 18.340 Ha dengan rincian sebagai berikut:
 Kecamatan Singkep dengan luas kurang lebih 1.130 ha,
 Kecamatan Singkep Pesisir dengan luas + 580 ha,
 Kecamatan Singkep Selatan dengan luas + 250 ha,
 Kecamatan Lingga dengan luas + 1.770 ha,
 Kecamatan Lingga Timur dengan luas + 20 ha,
 Kecamatan Selayar dengan luas + 20 ha,
 Kecamatan Lingga Utara dengan luas + 4.690 ha,
 Kecamatan Senayang dengan luas + 8.880 ha.
 Kecamatan Singkep Barat dengan luas + 1.000 ha.
Sedangkan areal hutan produksi yang dapat dikonversi di Kabupaten Lingga,
direncanakan seluas kurang lebih 4.120 Ha dengan rincian sebagai berikut:
 Kecamatan Lingga Timur dengan luas + 860 Ha
 Kecamatan Lingga Utara dengan luas + 2.830 Ha,
 Kecamatan Senayang dengan luas + 430 Ha.

2. Kawasan Hutan Rakyat


Kawasan hutan rakyat berfungsi dalam menanggulangi lahan kritis, konservasi
lahan, perlindungan hutan, juga sebagai salah satu upaya pengentasan kemiskinan
dengan memperdayakan masyarakat setempat.
Berdasarkan usulan paduserasi Provinsi Kepulauan Riau dan hasil analisis
kesesuaian lahan, Hutan Rakyat (HTR) di Kabupaten Lingga akan dikembangkan
dengan luas kurang lebih 9.320 Ha dengan rincian penyebaran sebagai berikut:
 Kecamatan Lingga dengan luas + 1.420 Ha;
 Kecamatan Lingga Timur dengan luas + 1.120 Ha;

II.17
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

 Kecamatan Selayar dengan luas + 50 Ha;


 Kecamatan Lingga Utara dengan luas + 390 Ha;
 Kecamatan Senayang dengan luas + 2.500 Ha;
 Kecamatan Singkep Selatan dengan luas + 160 Ha;
 Kecamatan Singkep Barat dengan luas + 3.680 Ha.

3. Kawasan Peruntukan Pertanian


(a) Kawasan Peruntukan Pertanian Tanaman Pangan
Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Lingga
direncanakan seluas 6.250 Ha, meliputi:
 Kecamatan Lingga seluas + 1.390 Ha.
 Kecamatan Lingga Timur seluas + 1.790 Ha
 Kecamatan Lingga Utara seluas + 710 Ha
 Kecamatan Singkep Barat seluas + 2.360 Ha
(b) Kawasan Peruntukan Hortikultura
Pengembangan kawasan pertanian hortikultura di Kabupaten Lingga
direncanakan seluas kurang lebih 1.680 Ha dengan rincian sebagai berikut:
 Kecamatan Lingga Utara di Belungkur – Tebing – Sambau – Sungai Nona –
Tengkis seluas + 640 Ha.
 Kecamatan Lingga seluas + 90 Ha.
 Kecamatan Lingga Timur di Kudung- Sungai Pinang seluas + 210 Ha.
 Singkep Barat seluas + 740 Ha.
(c) Kawasan Peruntukan Perkebunan
Rencana pengembangan kawasan perkebunan di Kabupaten Lingga meliputi
areal seluas kurang lebih 121.720 Ha yang tersebar di seluruh wilayah
kecamatan. Prioritas pengembangan kawasan perkebunan di masing-masing
kecamatan adalah sebagai berikut:
 Kecamatan Singkep Barat dikembangkan untuk perkebunan dengan
komoditas utama adalah Karet, Kelapa, Lada, dan Gaharu dengan luas lahan
+ 30.390 Ha.

II.18
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

 Kecamatan Singkep dikembangkan untuk perkebunan dengan komoditas


utama adalah karet dan kelapa, dengan luas lahan + 5.910 Ha.
 Kecamatan Singkep Pesisir dikembangkan untuk perkebunan dengan
komoditas utama adalah karet, dengan laus lahan + 3.900 Ha.
 Kecamatan Singkep Selatan dikembangkan untuk perkebunan dengan
komoditas utama adalah karet dan kelapa seluas + 12.220 Ha.
 Kecamatan Lingga dikembangkan untuk perkebunan dengan luas + 9.270 Ha.
 Kecamatan Lingga Timur (Kudung – Sungai Pinang) dikembangkan untuk
perkebunan dengan komoditas utama adalah karet dan sagu seluas + 6.190
Ha.
 Kecamatan Lingga Utara dikembangkan untuk perkebunan dengan
komoditas utama adalah karet seluas + 23.170 Ha.
 Kecamatan Selayar dikembangkan untuk perkebunan dengan komoditas
utama karet seluas + 3.350 Ha.
 Kecamatan Senayang (Pulau Sebangka - Pulau Bakung – Pulau Temiang)
dikembangkan untuk perkebunan dengan komoditas utama adalah karet
dan kelapa dengan luas lahan + 27.320 Ha.
(d) Kawasan Peruntukan Peternakan
Pengembangan Kawasan peternakan dibagi berdasarkan peruntukan skala
agribisnis dan skala peternakan rakyat (backyard farming).
Rencana pengembangan kawasan peternakan berskala agribisnis di Kecamatan
Senayang (Pulau Buaya dan Pulau Mabong) yang akan didorong sebagai
kawasan peternakan terpadu (KUNAK) dan akan dilengkapi dengan sarana-
prasarana pendukung pengembangan peternakan. Kawasan peternakan yang
dialokasikan di Kabupaten Lingga secara keseluruhan adalah seluas kurang lebih
2.990 Ha dengan pola penyebaran sebagai berikut:
 Kecamatan Lingga Utara dikembangkan untuk peternakan seluas + 30 Ha,
dengan komoditas ternak sapi dan kambing.
 Kecamatan Senayang dikembangkan untuk peternakan seluas + 1.960 Ha,
dengan komoditas ternak sapi dan kambing.

II.19
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

 Kecamatan Singkep Barat dikembangkan untuk peternakan seluas + 370 Ha,


dengan komoditas sapi, kambing, ayam kampung, dan ayam ras.
 Kecamatan Singkep Selatan dikembangkan untuk peternakan seluas + 630
Ha, dengan komoditas sapi, ayam ras, dan kambing.

4. Kawasan Peruntukan Perikanan


Kawasan peruntukan perikanan darat di Kabupaten Lingga berupa kawasan
peruntukan perikanan budidaya (tambak/air tawar) dan kawasan peruntukan
pengembangan pelabuhan perikanan berupa Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI).
(a) Kawasan Peruntukan Perikanan Budidaya Tambak/Air Tawar
Rencana pengembangan kawasan perikanan budidaya tambak/air tawar di
Kabupaten Lingga direncanakan seluas kurang lebih 3.130 Ha dengan rincian
sebagai berikut:
 Kecamatan Lingga Timur seluas + 620 Ha.
 Kecamatan Selayar seluas + 170 Ha
 Kecamatan Lingga Utara seluas + 90 Ha
 Kecamatan Senayang seluas + 50 Ha
 Kecamatan Singkep Barat seluas + 1.590 Ha
 Kecamatan Singkep Selatan seluas + 610 Ha
(b) Kawasan Peruntukan Pengembangan Pangkalan Pendaratan Ikan ( PPI )
Rencana pengembangan pelabuhan perikanan di Kabupaten Lingga
berdasarkan arahan dari RTRW Provinsi Kepulauan Riau adalah Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI). Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) melayani kapal
perikanan berukuran sekurang-kurangnya 3 GT dan menampung 20 buah kapal
atau 60 GT kapal perikanan sekaligus. Sesuai dengan arahan Kementerian
Kelautan, rencana pengembangan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) terletak di:
 Tajur Biru Kecamatan Senayang
 Rejai Kecamatan Senayang
 Senayang Kecamatan Senayang
 Singkep Kecamatan Singkep
 Penuba Kecamatan Selayar

II.20
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

 Pulau Mas Kecamatan Singkep Barat


 Desa Teluk Kecamatan Lingga Utara

5. Kawasan Peruntukan Industri


Pengembangan kawasan industri di Kabupaten Lingga diintegrasikan dengan
rencana pengembangan pelabuhan serta mempertimbangkan ketersediaan bahan
baku yang ada di Kabupaten Lingga. Rencana pengembangan kawasan industri di
Kabupaten Lingga meliputi kawasan industri besar, kawasan industri kecil dan
kawasan industri mikro seluas kurang lebih 460 Ha dengan penyebaran sebagai
berikut.
(a) Kawasan industri besar meliputi :
 Kawasan industri Sungai Tenam di Kecamatan Lingga seluas kurang lebih 160
Ha yang terintegrasi dengan pergudangan dan pelabuhan Sungai Tenam.
 Kawasan industri Marok Tua Kecamatan Singkep Barat seluas kurang lebih
300 Ha yang terintegrasi dengan pergudangan dan pelabuhan Marok Tua
sebagai pintu/gate sumatera (Jambi).
(b) Kawasan industri kecil berupa industri sagu di Kecamatan Lingga, Kecamatan
Lingga Timur, dan Kecamatan Lingga Utara.
(c) Kawasan industri mikro berupa industri rumah tangga yang tersebar di
lingkungan permukiman di Kecamatan Lingga, Kecamatan Lingga Timur,
Kecamatan Selayar, Kecamatan Lingga Utara, Kecamatan Singkep, Kecamatan
Singkep Pesisir, Kecamatan Singkep Selatan, Kecamatan Singkep Barat, dan
Kecamatan Senayang.

6. Kawasan Peruntukan Pariwisata


Luas kawasan pariwisata yang akan dikembangkan untuk mendukung struktur
perekonomian Kabupaten Lingga pada masa yang akan datang kurang lebih seluas
3.050 Ha dengan rincian sebagai berikut:
 Kecamatan Singkep seluas + 270 Ha
 Kecamatan Singkep Pesisir seluas + 220 Ha.
 Kecamatan Singkep Barat seluas + 50 Ha

II.21
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

 Kecamatan Singkep Selatan seluas + 30 Ha


 Kecamatan Lingga seluas + 750 Ha
 Kecamatan Lingga Timur seluas + 50 Ha.
 Kecamatan Lingga Utara seluas + 270 Ha
 Kecamatan Selayar seluas + 40 Ha
 Kecamatan Senayang seluas + 1370 Ha

7. Kawasan Peruntukan Permukiman


Kawasan Permukiman merupakan kawasan yang diperuntukan bagi permukiman
penduduk diluar kawasan lindung yang digunakan sebagai lingkungan tempat
tinggal masyarakat yang berada di wilayah perkotaan dan perdesaan.
Pengembangan kawasan permukiman direncanakan seluas kurang lebih 14.320 Ha,
meliputi:
(a) Kawasan Permukiman Perkotaan
Pengembangan kawasan permukiman perkotaan di wilayah Kabupaten Lingga
sampai dengan akhir tahun perencanaan seluas kurang lebih 7.790 Ha yang
tersebar di wilayah Kecamatan Lingga, Lingga Timur, Kecamatan Lingga Utara,
Kecamatan Singkep, Kecamatan Singkep Pesisir, Kecamatan Singkep Barat, dan
Kecamatan Senayang, dengan rincian sebagai berikut:
 Rencana permukiman perkotaan Daik dan Kota Baru Sungai Tenam terletak
di Kecamatan Lingga seluas + 3.330 Ha.
 Rencana permukiman perkotaan Sungai Pinang terletak di Kecamatan Lingga
Timur seluas + 290 Ha.
 Rencana permukiman perkotaan Dabo terletak di Kecamatan Singkep seluas
+ 2.730 Ha.
 Rencana permukiman perkotaan Lanjut di Kecamatan Singkep Pesisir seluas
+ 140 Ha.
 Rencana permukiman perkotaan Pancur terletak di Kecamatan Lingga Utara
seluas + 410 Ha.
 Rencana permukiman perkotaan Senayang dan Rejai terletak di Kecamatan
Senayang seluas + 760 Ha.

II.22
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

 Rencana permukiman perkotaan Marok Tua terletak di Kecamatan Singkep


Barat seluas + 130 Ha.
(b) Kawasan Permukiman Pedesaan
Pengembangan permukiman pedesaan di Kabupaten Lingga sampai dengan
akhir tahun perencanaan dikembangkan seluas kurang lebih 6.530 Ha yang
tersebar di seluruh wilayah kecamatan. Penyebaran permukiman pedesaan
direncanakan sebagai berikut:
 Kecamatan Lingga: Desa Pekajang, Desa Kelumu, Desa Mepar, Desa
Mentuda, Desa Kelombok, dan Desa Musai dengan luas + 300 Ha.
 Kecamatan Lingga Timur: Desa Kerandin, Desa Pekaka, Desa Keton, Desa
Bukit Langkap dan Desa Kudung dengan luas + 640 Ha.
 Kecamatan Lingga Utara: Desa Sekanah, Desa Limbung, Desa Resun, Desa
Bukit Harapan, Desa Linau dan Desa Teluk dengan luas + 1.270 Ha.
 Kecamatan Selayar: Desa Penuba, Desa Selayar, Desa Pantai Harapan dan
Desa Penuba Timur dengan luas + 420 Ha.
 Kecamatan Singkep: Desa Batu Berdaun dengan luas + 110 Ha.
 Kecamatan Singkep Pesisir: Desa Berindat, Desa Persing, Desa Lanjut, Desa
Kote, dan Desa Sedamai dengan luas + 490 Ha.
 Kecamatan Singkep Selatan: Desa Marok Kecil dan Desa Berhala dengan luas
+ 400 Ha.
 Kecamatan Singkep Barat: Desa Marok Tua, Desa Sungai Buluh, Desa Kuala
Raya, Desa Bakong, Desa Posek, Desa Jagoh dan Desa Sungai Raya dengan
luas + 1.680 Ha.
 Kecamatan Senayang: Desa Mamut, Desa Rejai, Desa Pasir Panjang, Desa
Temiang, Desa Pulau Medang, Desa Tanjung Kelit, Desa Batu Belubang, Desa
Pulau Batang, Desa Mesanak, dan Desa Benan dengan luas kurang lebih
1.220 Ha.

8. Kawasan Peruntukan Lainnya


Kawasan lainnya adalah kawasan yang peruntukan dan pemanfaatan ruangnya
disebutkan dalam Permen Nomor 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan

II.23
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah berupa: Kawasan Pertahanan dan Kawasan
Pusat Pemerintahan.
(a) Kawasan Pusat Pemerintahan
Pengembangan perkantoran pemerintah di Kabupaten Lingga dikembangkan di
Daik dengan luas lahan kurang lebih 121 Ha.
Kantor-kantor pemerintah yang saat ini berada tersebar di berbagai lokasi,
secara bertahap akan dipindahkan ke Kawasan Perkantoran Pemerintah di
bukit Kanti dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat secara
terintegrasi, efektif dan efisien. Kantor-kantor pada lokasi di luar Kawasan
Perkantoran Pemerintahan masih dimungkinkan karena pertimbangan
tertentu, misalnya terkait dengan bidang kelautan dan perikanan, atau bidang-
bidang lainnya, sejauh tidak berada pada kawasan yang ditetapkan sebagai
Kawasan Lindung dan/atau kawasan rawan bencana.
(b) Kawasan Pertahanan dan Keamanan
Kawasan militer Lanal merupakan kawasan khusus untuk kepentingan
pertahanan dan keamanan karena didalamnya terdapat berbagai instalasi
penting. Dengan demikian, maka kawasan ini perlu ditetapkan sebagai kawasan
khusus. Adapun kawasan pertahanan negara di Kabupaten Lingga meliputi:
 Lanal terletak di Kecamatan Singkep dengan luas lahan kurang lebih 3 Ha;
 Polres terletak di Kecamatan Singkep dengan luas kurang lebih 2 Ha; dan
 Kodim terletak di Kecamatan Lingga dengan luas kurang lebih 2 Ha.
(c) Kawasan Potensi Pertambangan
Kawasan potensi tambang merupakan lahan yang diindikasikan memiliki
kandungan sumber daya tambang migas, mineral logam , mineral bukan logam
dan batuan.
Kabupaten Lingga memiliki potensi sumber daya tambang mineral bukan logam
dan batuan yang tersebar di setiap kecamatan ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan bahan bangunan di Kabupaten.

2) Rencana Pola Ruang Laut


Pengelolaan wilayah laut tidak disajikan pada bagian ini sebab masih berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang
II.24
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Wilayah Kabupaten Lingga Tahun 2011-2031, dimana pengelolaan kawasan 0 (nol) sampai
dengan 4 (empat) mil laut merupakan wewenang kabupaten/kota, 4 (empat) sampai
dengan 12 (dua belas) mil laut menjadi kewenangan provinsi dan diatas 12 (dua belas) mil
laut merupakan kewenangan pemerintah pusat. Dengan demikian belum berdasarkan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa pengelolaan kawasan
laut mulai dari 0 sampai 12 mil merupakan kewenangan provinsi dan diatas 12 mil
merupakan kewenangan pemerintah pusat.

Berikut ini disajikan peta pola dan struktur ruang Kabupaten Lingga berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Lingga Tahun 2011-2031 untuk melengkapi penjelasan rencana
pemanfaatan ruang.
Gambar. G-II.3
Peta Pola Ruang Kabupaten Lingga

Sumber : RTRW Kab. Lingga, 2011-2031

II.25
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Sedangkan Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Lingga meliputi rencana sistem
pusat kegiatan, dan rencana sistem jaringan prasarana wilayah. Rencana pusat kegiatan terdiri
dari sistem perkotaan dan sistem perdesaan. Sedangkan sistem jaringan prasarana wilayah
terdiri dari (i) Sistem prasarana utama yang meliputi jaringan transportasi darat, laut dan
udara; (ii) Sistem prasarana lainnya yang meliputi rencana sistem jaringan energi, rencana
sistem jaringan telekomunikasi, rencana sistem jaringan sumber daya air, dan rencana sistem
jaringan prasarana lainnya. Adapun peta struktur ruang Kabupaten Lingga terlihat sebagai
berikut:

Gambar. G-II.4
Peta Struktur Ruang Kabupaten Lingga

Sumber : RTRW Kab. Lingga 2011-2031

1) Rencana Sistem Pusat Kegiatan Wilayah Kabupaten Lingga


1.1) Rencana Sistem Perkotaan
A. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

II.26
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah di Kabupaten Lingga dilakukan dengan


merujuk pada rencana sistem perkotaan nasional yang tertuang didalam RTRWN.
Dalam sistem perkotaan nasional Daik Lingga dan Dabo Pulau Singkep ditetapkan
sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) tahap pengembangan ke II dengan
mendorong pengembangan kota-kota sentra produksi. Berkaitan dengan hal tersebut
maka peran kedua kawasan perkotaan tersebut diharapkan dapat berperan:
 Sebagai simpul kedua kegiatan ekspor–impor yang mendukung PKN di Batam;
 Sebagai pusat kegiatan industri dan jasa serta pusat pengolahan/
pengumpulan barang di wilayahkabupaten dan sekitarnya dan/ atau melayani
skala Provinsi Kepulauan Riau;
 Sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa
kabupaten di sekitarnya.

B. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)


Pengembangan Pusat Kegiatan Lokal merujuk pada sistem perkotaan yang ditetapkan
dalam RTRW Provinsi Kepulauan Riau.Dalam sistem perkotaan wilayah Provinsi
Kepulauan Riau, Senayang dan Pancur (Lingga Utara) ditetapkan sebagai Pusat
Kegiatan Lokal (PKL).Dengan demikian diharapkan kedua kawasan perkotaan tersebut
dapat berperan sebagai:
 Pusat pelayanan keuangan beberapa kecamatandi wilayah Kabupaten Lingga.
 Pusat pengolahan/pengumpulan barang beberapa kecamatandi wilayah
Kabupaten Lingga.
 Simpul transportasi beberapa kecamatandi wilayah Kabupaten Lingga.
 Jasa pemerintahan beberapa kecamatandi wilayah Kabupaten Lingga.

C. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)


Untuk menetapkan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) diKabupaten Lingga, hal-hal
yang mendasari antara lain Mempertimbangkan arahan PKW dan PKL sebagaimana
tersebut diatas, sehingga penetapan PPK dapat mendukung pengembangan PKL
maupun PKW yang sudah ditetapkan dalam rencana sistem perkotaan Nasional
maupun sistem perkotaan di tingkat Provinsi.
Dengan memperhatikan arahan PKW dan PKL sebagaimana tertuang didalam RTRWN
dan RTRW Provinsi Kepulauan Riau, maka pengembangan Pusat Pelayanan Kawasan

II.27
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

diharapkan dapat mendukung pengembangan PKL di Senayang dan Pancur.Selain itu,


pengembangan PPK khususnya di Pulau Singkep dan Pulau Lingga, diharapkan dapat
menjadi pendukung pengembangan PKW di Dabo dan Daik.
Berkaitan dengan beberapa hal tersebut diatas, maka Pusat Pelayanan
Kawasanmerupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan
skala kecamatan atau beberapa desa dan juga mendukung pengembangan Pusat
Kegiatan Lokal direncanakan sebagai berikut:
1. PPK Pulau Rejai (Kecamatan Senayang)
Pengembangan Pulau Rejai diharapkan dapat menjadi pusat pertumbuhan di bagian
utara wilayah Kabupaten Lingga khususnya pada pusat pengembangan pulau-pulau
kecil yang berbasis pada kelautan (wisata bahari, perikanan, pertanian).
2. PPK Sungai Tenam (Kecamatan Lingga)
Keberadaan pelabuhan Sungai Tenam diharapkan dapat menjadi simpul transportasi
yang menghubungkan pulau-pulau kecil di bagian utara wilayah Kabupaten Lingga
dengan Pulau Lingga maupun Pulau Singkep. Dengan demikian, diharapkan pada
simpul transportasi tersebut tumbuh perkotaan yang dapat menjadi Pusat Pelayanan
Kawasan di wilayah sekitarnya yang berbasis pada pengembangan perdagangan jasa,
pergudangan industri maritim, dan pemukiman baru.
3. PPK Marok Tua (Kecamatan Singkep Barat)
Pengembangan Marok Tua sebagai Pusat Pelayanan Kawasan diharapkan dapat
memperkecil kesenjangan pengembangan wilayah barat dan wilayah timur Pulau
Singkep. Pengembangan Marok Tua diharapkan dapat mendorong tumbuhnya
kawasan dengan basis pengembangan sektor perkebunan, pertambangan, dan
perikanan. Selain itu, pengembangan MarokTua juga dipersiapkan untuk mendorong
pengembangan transportasi ke Provinsi Jambi.
4. PPK Sungai Pinang (Kecamatan Lingga Timur)
Pengembangan Sungai Pinang sebagai Pusat Pelayanan Kawasan diharapkan dapat
memperkecil kesenjangan pengembangan wilayah timur Pulau Lingga.
Pengembangan Sungai Pinang diharapkan dapat mendorong tumbuhnya kawasan
dengan basis pengembangan sektor perkebunan dan perikanan.

II.28
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

1.2) Rencana Sistem Perdesaan


Rencana sistem perdesaan di wilayah Kabupaten Lingga merupakan penetapan Pusat
Pelayanan Lingkungan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. Pusat
Pelayanan Lingkungan (PPL) dikembangkan untuk mendukung pengembangan PPK yang ada
di Kabupaten Lingga.
1) Pusat Pelayanan Lingkungan yang mendukung pengembangan PPK Pulau Rejai adalah
sebagai berikut:

a. PPL Cempaterletak di Kecamatan Senayang.

b. PPL Tajur Biru (PulauTemiang) terletak diKecamatan Senayang.

c. PPL Pulau Benan (pendukung pelayanan wisata) terletak di Kecamatan Senayang.

2) Pusat Pelayanan Lingkungan yang akan dikembangkan untuk mendukung


pengembangan PPK Sungai Tenam adalah:
a. PPL Penarik terletak di Kecamatan Lingga.

b. PPL Centeng (pelayanan wisata,agropolitan) terletak di Kecamatan Lingga Utara.

c. PPL Penuba (pelayanan perikanan)terletak di KecamatanSelayar.


3) Pusat Pelayanan Lingkungan yang akan dikembangkan untuk mendukung
pengembangan PPK Marok Tua adalah:
a. PPL Kuala Rayaterletak di Kecamatan Singkep Barat.

b. PPL Jagoh terletak di Kecamatan Singkep Barat.

c. PPL Resang terletak di Kecamatan Singkep Selatan.

d. PPL Pulau Mas terletak di Kecamatan Singkep Barat.

e. PPL Lanjut terletak di Kecamatan Singkep Pesisir.


4) Pusat Pelayanan Lingkungan yang akan dikembangkan untuk mendukung
pengembangan PPK Sungai Pinang adalah PPL Centeng di Kecamatan Lingga Utara.

2) Rencana Sistem Pusat Kegiatan Wilayah Kabupaten Lingga


2.1) Rencana Sistem Jaringan Prasarana Utama
Sistem jaringan prasarana utama merupakan pengembangan jaringan transportasiyeng
meliputi sistem jaringan transportasi darat, transportasi laut, dan transportasi udara.
Pengembangan jaringan transportasi di Kabupaten Lingga menjadi sangat penting dalam

II.29
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

upaya untuk mengembangkan wilayah kepulauan yang terdiri dari lautan dan daratan
berupa pulau-pulau kecil dengan daya dukung terbatas. Faktor yang memegang peranan
penting dalam perencanaan transportasi adalah unsur yang mempengaruhi pola pergerakan
penduduk yaitu sistem kegiatan penduduk. Pengembangan sistem jaringan transportasi
diarahkan untuk meningkatkan aksesibilitas penduduk, pelaku pembangunan dan pelaku
ekonomi terhadap pusat-pusat kegiatan dan pusat-pusat pelayanan, baik yang berada di
dalam maupun di luar wilayah Kabupaten Lingga yang dilakukan dengan cara meningkatkan
dan mengembangkan prasarana dan sarana transportasi darat, laut, dan udara.
Sistem jaringan transportasi Kabupaten Lingga yang direncanakan mencakup Sistem
Jaringan Transportasi Darat, Sistem Jaringan Transportasi Udara dan Sistem Jaringan
Transportasi Laut. Ketiga sistem jaringan tersebut akan menentukan struktur ruang wilayah
Kabupaten Lingga sampai tahun 2030, karena faktor yang paling menentukan dalam
pembentukan struktur wilayah Kabupaten Lingga yang berupa kepulauan adalah jaringan
transportasi, khususnya jaringan transportasi laut dan transportasi darat. Secara mendetail
sistem jaringan transportasi dapat dilihat pada bab 3 RTRW Kabupaten Lingga pada Struktur
Ruang.

2.2) Rencana Sistem Prasarana Lainnya


A. Rencana Sistem Jaringan Energi
Pengembangan sistem penyediaan energi di Kabupaten Lingga meliputi jaringan minyak
bumi dan gas; jaringan transmisi tenaga listrik; dan pembangkit tenaga listrik.
Pengembangan sistem penyediaan energi di Kabupaten Lingga bertujuan :
1. Menyediakan tenaga listrik yang terjamin keandalan dan kesinambungan
penyediaannya dalan rangka penunjang kegiatan di seluruh wilayah kabupaten Lingga.
2. Melaksanakan pemanfaatan energi gas maupun minyak untuk kebutuhan rumah tangga,
industri,dan transportasi.

I. Rencana Jaringan Minyak Bumi dan Gas


Rencana fasilitas stasiun pengisian bahan bakar gas untuk kebutuhan rumah tangga
akan dikembangkan di Sungai Tenam (Kecamatan Lingga) dan Dabo (Kecamatan
Singkep). Sedangkan Rencana pengisian bahan bakar untuk transportasi akan

II.30
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

dikembangkan di Dusun Penarik Desa Kelumu (Kecamatan Lingga), Desa Sungai Buluh
(Kecamatan Singkep Barat), dan Pulau Sebangka (Kecamatan Senayang).
II. Rencana Jaringan Transmisi Tenaga Listrik
Kebutuhan listrik di Kabupaten Lingga diperhitungkan berdasarkan kebutuhan listrik
untuk rumah tangga, sarana pelayanan umum, dan penerangan jalan. Berdasarkan hasil
perhitungan kebutuhan listrik sampai dengan tahun perencanaan 2031 adalah 162.368
kw yang meliputi listrik untuk rumah tangga sebesar 116,170 KW, listrik untuk sarana
pelayanan umum sebesar 29,043 KW dan listrik untuk penerangan jalan sebesar 17,426
KW.
Kondisi geografis Kabupaten Lingga yang berupa kepulauan menuntut perencanaan
sistem pembangkit listrik yang efisien. Kebutuhan listrik di pulau-pulau kecil untuk
menunjang pengembangan kegiatan yang direncanakan pada pulau tersebut akan
dipenuhi dengan pola pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel(PLTD).
Berdasarkan perhitungan kebutuhan listrik sebagaimanatersebut diatas, maka untuk
pembangkit listrik direncanakan sebagai berikut:
1. Pulau Lingga akan menggunakan PLTD dengan kapasitas 10 MW sejumlah 7 unit
yang akan ditempatkan di Desa Sungai Pinang, Kelurahan Daik, Desa Limbung,
Sungai TenamDesa Mentuda, Desa Penuba, Desa Kerandin, dan Kelurahan Pancur.
Di Pulau Lingga terdapat potensi sumber airyang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan sistem Pembangkit Tenaga Listrik Min Hidro (PLMNH) di Sungai
Jelutung dengan kapasitas 1,5 Mw.
2. Pulau Singkep diperlukan 10 unit PLTD dengan kapasitas masing-masing pembangkit
10 MW. yang akan ditempatkan di Kelurahan Dabo, Desa Marok tua, Desa Marok
Kecil, dan Desa Bakong. Selain itu, di Pulau Singkep (Desa Jagoh-Kecamatan Singkep
Barat) juga akan dikembangkan Pembangit Listrik Tenaga Gasifikasi Batubara
(PLTGB) dengan kapasitas 2 x 3 Mw.
3. Pulau Sebangka diperlukan 3 unit PLTD dengan kapasitas masing-masing
pembangkit 10 Mw yang akan ditempatkan di Pulau Senayang.
4. Pada pulau-pulau kecil yang akan dikembangkan untuk kawasan permukiman dan
wisata yang meliputi Pulau Benan, Pulau Bakung, dan Pulau Cempa masing-masing
akan dilayani oleh 2 unit PLTD dengan kapasitas 5 Mw. Selain itu juga akan
dikembangkan pembangkit listrik alternatif tenaga surya dengan skala kecil untuk
II.31
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

kebutuhan penerangan rumah tangga, penerangan jalan, dan energi untuk menara
telekomunikasi serta kebutuhan kebutuhan skala kecil lainnya.

B. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi

1. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Kabel


Pengembangan jaringan telepon kabel, harus dikembangkan secara bertahap dan
ekonomis sesuai dengan kebutuhan serta arah pengembangan wilayah terutama kawasan
yang di tetapkan sebagai pusat kegiatan wilayah (PKW) dan pusat kegiatan lokal (PKL) serta
pusat pelayanan kawasan (PPK). Pada tahun akhir perencanaan (tahun 2031) kebutuhan
mencapai 6.936 sambungan dengan kebutuhan 116 Rumah Kabel dan 9 unit STO.
2. Pengembangan Sistem Jaringan Nirkabel
Pengembangan jaringan telekomunikasi di pulau-pulau kecil akan dikembangkan dengan
jaringan telepon nirkabel melalui pengembangan menara BTS yang tersebar dan menjangkau
seluruh wilayah Kabupaten Lingga.Rencana pengembangan BTS di Kabupaten Lingga adalah
sebagai berikut:
a. Pengembangan BTS di Kecamatan Lingga meliputi Daik sebanyak 3 (tiga) BTS, Musai
sebanyak 2 (dua) BTS, Panggak Darat sebanyak 2 (dua) BTS, Mepar sebanyak 2 (dua)
BTS, Mentuda sebanyak 2 (dua) BTS), Pekajang, dan Kelumu.
b. Pengembangan BTS di Kecamatan Lingga Utara meliputi Bukit Harapan sebanyak 2 (dua)
BTS, Pancur sebanyak 3 (tiga) BTS, Resun, Sungai Besar, Teluk, dan Limbung.
c. Pengembangan BTS di Kecamatan Lingga Timur berada di Sungai Pinang dan Kudung.
d. Pengembangan BTS di Kecamatan Selayar berada di Pulau Selayar.
e. Pengembangan BTS di Kecamatan Singkep meliputi Dabo sebanyak 4 (empat) BTS dan
Batu Berdaun sebanyak 3 (tiga) BTS.
f. Pengembangan BTS di Kecamatan Singkep Barat meliputi Jagoh sebanyak 3 (tiga) BTS,
Raya sebanyak 3 (tiga) BTS, Marok Tua sebanyak 3 (tiga) BTS, Sungai Harapan sebanyak
2 (dua) BTS, Sungai Buluh, Tinjul, dan Posek.
g. Pengembangan BTS di Kecamatan Singkep Pesisir meliputi Persing sebanyak 2 (dua) BTS
dan Kote.
h. Pengembangan BTS di Kecamatan Singkep Selatan berada di Berhala dan Marok Kecil
(Resang).

II.32
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

i. Pengembangan BTS di Kecamatan Senayang meliputi Pulau Senayang sebanyak 2 (dua)


BTS, Penaah sebanyak 2 (dua) BTS berada di Pulau Buluh dan Pulau Kongki Besar,
Cempa, Rejai, Benan, Mensanak, Pulau Bukit, Tajur Biru, Pulau Kentar, Pasir Panjang,
Mamut, Batu Berlobang, Baran, Pulau Batang, dan Temiang.

C. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air


Rencana sistem jaringan sumber daya air dikembangkan yang terdiri atas: Daerah
Aliran Sungai (DAS), Prasarana Air Baku untuk Air Bersih, dan Sistem Pengendalian B.
I. Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah aliran sungai yang terdapat di wilayah Kabupaten Lingga terdiri dari DAS
Bakung, DAS Cikasim, DAS Daik, DAS Jelutung, DAS Kelumu, DAS Keton, DAS Langkap, DAS
Limas, DAS Marok Tua, DAS Mengkuding, DAS Mentuda, DAS Nerekeh, DAS Pancur, DAS
Panggak Darat, DAS Petengah, DAS Resun, DAS Selayar, DAS Senayang, DAS Serak, DAS
Sergang, DAS Sungai Besar, DAS Sungai Pinang, DAS Tanda, dan DAS Temiang.

II. Prasarana Air Baku Untuk Air Bersih


Pada saat ini pelayanan kebutuhan air minum perpipaan didapat dari sumber mata
air yang terdapat di Pulau Lingga dan Pulau Singkep. Untuk memenuhi kebutuhan air minum
yang lebih besar sampai dengan akhir tahun perencanaan maka akan di kembangkan sistem
pengolahan air bersih dengan memanfaatkan air sungai Daik dan sumber air baku dari
kolong yang banyak terdapat di Pulau Singkep.
Berdasarkan hasil inventarisasi di lapangan, sumber mata air yang terdapat di Wilayah
Kabupaten Lingga umumnya dijumpai di sekitar kaki, lereng dan bagian atas perbukitan dan
mempunyai penyebaran tidak merata. Sumber mata air di wilayah Kabupaten Lingga adalah
sebagai berikut: Gunung Muncung Kecamatan Singkep; Cenot Kecamatan Lingga; Bukit Raja
Kecamatan Lingga Utara; Limbung Kecamatan Lingga Utara; Sungai Kerandin Kecamatan
Lingga Timur; Kudung Kecamatan Lingga Timur; Sungai Pinang Kecamatan Lingga Timur;
Tebing Kecamatan Lingga Utara; Sumber Mata Air Gunung Lanjut Kecamatan Singkep Pesisir;
Gunung Daik Kecamatan Lingga; mata air terjun Ciklatip Kecamatan Singkep Barat; mata air
terjun Resun Kecamatan Lingga Utara; Tanjung Keriting Kecamatan Lingga Timur; Gunung
Tunggal Kecamatan Singkep Barat; Gemuruh Kecamatan Singkep; Sungai Lanjut Kecamatan
Singkep Pesisir; Sungai Ulu Medap Kecamatan Lingga Utara; Sungai Tanjung Gantung

II.33
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Kecamatan Senayang; Tanah Tinggi Kecamatan Selayar; dan Bukit Selayar Kecamatan Selayar;
kolong Berindat di Kecamatan Singkep Pesisir; kolong Pasir Kuning di Kecamatan Singkep;
kolong Serayak di Kecamatan Singkep Selatan; kolong Sungai Kerekel di Kecamatan Singkep
Selatan; kolong Marok Tua di Kecamatan Singkep Barat; dan kolong Tanah Sejuk terletak di
Kecamatan Singkep.

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah


Kabupaten Lingga memiliki sejumlah potensi yang perlu dikembangkan demi
kesejahteraan masyarakat serta kemajuan pembangunan Kabupaten Lingga itu sendiri, salah
satunya adalah potensi sektor pertanian. Luas wilayah daratan Kab. Lingga yang mencapai
2.117,72 KM² (211.772 Ha) meskipun hanya sekitar 1% dari total luas Kab. Lingga, namun
merupakan lahan yang cukup subur dan potensial yang sangat prospektif untuk
dikembangkan menjadi wilayah sentra produksi bagi produk pangan dan pertanian.

Dari data yang ada diketahui bahwa lahan yang dapat digunakan sebagai area
pertanian, perkebunan dan penggembalaan ternak tidak kurang dari 80.000 – 100.000 Ha,
sedangkan yang telah dimanfaatkan (tradisional) kurang dari 25 % (21.610 Ha). Potensi lahan
pertanian terdiri potensi lahan sawah seluas 2.250 ha, potensi lahan bukan sawah (lahan
kering) perkebunan seluas 46.112 ha dan potensi lahan pertanian seluas 29.870 ha.
Untuk pertanian tanaman pangan yang terdiri dari tanaman palawija dan
hortikultura, telah dikembangkan oleh masyarakat untuk keperluan pasar lokal maupun
dipasarkan keluar daerah Kabupaten Lingga. Untuk tanaman pangan jenis komoditi ubi kayu
merupakan unggulan daerah dengan luas tanam 200,50 ha dan produksi sebanyak 4.253,69
ton. Kemudian diikuti oleh jagung seluas 150,5 ha dengan produksi sebanyak 743,96 ton dan
ubi jalar seluas 82,6 ha dengan produksi sebanyak 779,73 ton.
Pada sektor komoditas sayur-sayuran, luas tanam sayur-sayuran pada tahun 2015
seluas 160 ha dengan rata-rata produksi sebanyak 1.615,3 ton/ha. Rata-rata produksi sayur-
sayuran terbesar adalah Kangkung dengan luas tanam 39 ha dan rata-rata produksi sebanyak
510,3 ton/ha. Kedua adalah Bayam dengan luas tanam 39 ha dan rata-rata produksi
sebanyak 304,9 ton/ha. Dan ketiga adalah Petai/Sawi dengan luas tanam 20 ha dan rata-rata
produksi sebanyak 240,9 ton/ha. Sebaliknya produksi terendah adalah terung yaitu 22 ton.
Beberapa kendala yang dihadapi para petani selain disebabkan kendala produksi adalah

II.34
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

karena sulitnya pemasaran produk hasil pertanian. Meskipun demikian upaya peningkatan
dan pengembangan produktivitas sayur-mayur di Kabupaten Lingga terus dilaksanakan.
Beberapa produksi buah-buahan di Kabupaten Lingga mempunyai potensi untuk
dikembangkan di masa mendatang yaitu Pada tahun 2015, produksi buah pisang mencapai
1.216 ton/tahun. Komoditas buah-buahan yang cukup berkembang adalah buah Durian,
Pisang dan Nenas. Buah Durian mampu menghasilkan 1108 ton/tahun dan Pisang mampu
menghasilkan 324 ton/tahun.
Potensi perkebunan di Kabupaten Lingga didominasi oleh komoditas karet yang luas
lahannya mencapai 10.199,50 Ha dengan produksi yang dihasilkan seluruhnya adalah 4.127
Ton pada tahun 2015. Potensi perkebunan lainnya yang menjadi unggulan yaitu Sagu dengan
luas lahan perkebunan mencapai 3.449 Ha dengan hasil produksi perkebunan seluruhnya
sebanyak 2.618 Ton/ Tahun. Kemudian Kelapa dengan luas lahan perkebunan mencapai
2.694 Ha dengan hasil produksi perkebunan kelapa sebanyak 1.290,6 Ton.. Pada tahun 2013
pemerintah Kabupaten Lingga juga mulai mengembangkan tanaman Lada. Luas lahan yang
telah digunakan sampai tahun 2015 seluas 148,5 Ha dan telah berproduksi sebesar 43,8 ton/
tahun. Tanaman lada terutama lada hitam saat ini menjadi primadona di Kabupaten Lingga
mengingat nilai jual nya yang tinggi beriksar antara Rp. 150.000 – Rp. 190.000/ Kg. Dan
saampai sekarang kebanyakan lahan milik masyarakat telah berubah fungsi menjadi
perkebunan lada hitam (sahang).
Potensi peternakan juga memiliki peluang pengembangan yang cukup besar di
Kabupaten Lingga. Pada tahun 2015, populasi ternak sapi dan kambing telah dihasilkan 1.958
ekor sapi dan 896 ekor kambing dan telah tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten
Lingga. Untuk jenis ternak kecil/unggas yaitu ayam kampung, ayam buras dan itik,
populasinya menyebar diseluruh kecamatan dengan rincian populasi ayam kampung
sebanyak 116.682 ekor, ayam buras dan itik sebanyak 1.548 ekor itik, sedangkan ayam ras
pedaging populasinya sebanyak 35.850 ekor, ayam ras petelur sebanyak 6.500 ekor.
Untuk potensi Potensi perikanan di Kabupaten Lingga didominasi oleh perikanan laut,
baik itu penangkapan maupun budidaya laut (keramba jaring apung). Sektor perikanan laut
merupakan sektor andalan di Kabupaten Lingga. Pada tahun 2012 sebesar 32.100 ton
meningkat lagi pada tahun 2013 menjadi 33.214. Tahun 2014, produksi Penangkapan
sebanyak 33.396 ton. Nilai produksi pada tahun 2011 sebesar Rp 466.846.708 dan
meningkat pada tahun 2012 menjadi Rp 963.000.000 meningkat lagi pada tahun 2013
II.35
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

menjadi Rp. 996.420.000. pada tahun 2014 kembali meningkat menjadi RP. 1.001.880.000,-.
Untuk budidaya laut volume produksi tahun 2011 sebanyak 251 ton, meningkat pada tahun
2012 menjadi 330 ton dan pada tahun 2013 menjadi 292,72 ton dengan nilai produksi pada
tahun 2011 sebesar Rp 26.384.523.000 dan meningkat pada tahun 2012 menjadi Rp
34.311.000.000 menurun pada tahun 2013 menjadi Rp. 1.895.475.670 dan tahun 2014

meningkat menjadi 58,503 Ton dengan nilai produksi Rp. 9.484.696.800,-. Secara

keseluruhan, volume produksi maupun nilai produksi perikanan di Kabupaten Lingga


mengalami peningkatan pada tahun 2013. Meningkatnya hasil produksi perikanan di
Kabupaten Lingga tidak bisa terlepas dari usaha Pemerintah Kabupaten Lingga dalam
meningkatkan sarana dan prasarana sektor perikanan. Pada tahun 2013, jumlah armada
kapal/perahu penangkapan ikan mencapai 6.128 unit, terdiri dari perahu tanpa motor
sebanyak 2.630 unit, perahu bermotor sebanyak 283 unit, dan perahu tempel sebanyak
3.215 unit.Untuk jumlah alat penangkap ikan mencapai 8.820 unit terdiri dari lampara dasar
sebanyak 14 unit, jaring insang sebanyak 1.459, jaring udang sebanyak 740, pancing ulur
sebanyak 1.723, kelong bilis sebanyak 655, bubu sebanyak 1.305, jaring tamban sebanyak
285, dan lainnya sebanyak 1.076 unit.
Untuk pengembangan pariwisata dan panorama alam, Kabupaten Lingga mempunyai
tempat-tempat peninggalan sejarah yang layak untuk pengembangan pariwisata dan
panorama alam yang indah yang berbukit dan terjal. Daerah ini mempunyai nilai-nilai budaya
sebagai inti peradaban masyarakat yang kuat yang dapat dijadikan objek wisata. Objek
wisata di Kabupaten Lingga seluruhnya ada 95 objek wisata yang terdapat di Kecamatan
Singkep 10 objek wisata, Singkep Barat 7 objek wisata, Lingga 35 objek wisata, Lingga Utara 3
objek wisata, Senayang 17 objek wisata, Singkep Selatan 2 objek wisata, Singkep Pesisir 8
objek wisata dan Lingga Timur 7 objek wisata.
Selain potensi sumber daya alam Kabupaten Lingga tersebut, potensi
pengembangan wilayah juga menjelaskan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Lingga
yang merupakan peruntukan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah Kabupaten
Lingga untuk melaksanakan cita-cita pembangunan, yang meliputi peruntukkan ruang untuk
fungsi lindung dan rencana peruntukkan ruang untuk fungsi budidaya.

II.36
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel T.II-6
Rencana Pola Ruang Kabupaten Lingga Tahun 2011-2031

RINCIAN LUASAN TIAP KECAMATAN (Ha)


No POLA RUANG LINGGA LINGGA SINGKEP SINGKEP SINGKEP TOTAL (Ha)
LINGGA SENAYANG SELAYAR SINGKEP
TIMUR UTARA BARAT SELATAN PESISIR

I KAWASAN LINDUNG 38.047


Hutan Lindung 18.640 220 3430 2.120 920 430 3190 28.950
Resapan Air 1.540 250 - 110 1.300 1.330 100 890 5.520
Hutan Kota 1.010 - - 80 - 230 1.320

Kawasan Lindung Lainnya 90 10 10 690 40 10 80 10 10 950

II KAWASAN BUDIDAYA 185.501

Hutan Produksi Terbatas 1.770 20 4.690 8.880 20 1.130 1.000 250 580 18.340

Hutan Produksi Konversi 860 2.830 430 4.120

Hutan Tanaman Rakyat 1.420 1.120 390 2.500 50 3.680 160 9.320
Industri 160 300 460
Pusat Pemerintah 121 121
Pemukiman Perkotaan 3.330 290 410 760 2.730 130 140 7.790
Pemukiman Pedesaan 300 640 1.270 1.220 420 110 1.680 400 490 6.530
Perkebunan 9.270 6.190 23.170 27.320 3.350 12.220 81.520
Perikanan 620 90 50 170 1.590 610 3.130
Tanaman Pangan 1.390 1.790 710 2.360 6.250
Hortikultura 90 210 640 740 1.680
Peternakan 30 1.960 370 630 2.990
Pariwisata 750 50 270 1370 40 270 50 30 220 3.050
TOTAL KAWASAN 223.548

II.37
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana


Di beberapa wilayah Kabupaten Lingga yang meliputi Kecamatan Lingga dan sebagian
kecil di Kecamatan Lingga Utara serta Kecamatan Singkep, terindikasi termasuk wilayah
rawan bencana, terutama wilayah yang memiliki kemiringan lereng lebih besar dari 70%
(>360), ketinggian wilayah 262-815 meter di atas permukaan laut, dan tingkat erosi sangat
tinggi terutama erosi vertikalnya. Dengan rasio luas daratan 2.117,72 km2 (1 %) dan lautan
209,654 km2 (99%), dapat dipastikan ancaman abrasi laut didukung dengan perubahan cuaca
yang ekstrim dapat saja terjadi.
Aktivitas penambangan timah, pembabatan hutan dan pembangunan yang terus
meningkat, akan menuntut dibukanya jaringan jalan lintas wilayah perkotaan pedesaan dan
fasilitas publik lainnya, sehingga dapat dipastikan jika tidak dilakukan pengendalian secara
baik maka akan mempercepat kerusakan ekosistem lingkungan hidup. Kerusakan ekosistem
dengan mengeksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali akan cenderung
menimbulkan bencana longsor dan banjir.
Bencana gempa bumi, air pasang, angin ribut walaupun tidak dapat diprediksi
kejadiannya juga masih menjadi tantangan di masa 20 tahun mendatang, sehingga upaya-
upaya penanggulangan bencana dan penyadaran masyarakat bahwa wilayah Kabupaten
Lingga merupakan daerah yang rawan bencana harus terus dilakukan.

2.1.4. Demografi
Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari suatu pembangunan.
Pembangunan yang dilaksanakan adalah dalam rangka membentuk manusia Indonesia
seutuhnya. Untuk itu, maka pemerintah pusat telah melaksanakan berbagai usaha dalam
rangka untuk memecahkan masalah kependudukan. Masalah kependudukan apabila tidak
diantisipasi secara dini maka akan menjadi bumerang bagi pemerintah Indonesia, khususnya
Kabupaten Lingga.
Berdasarkan data penduduk Tahun 2010, penduduk Kabupaten Lingga berjumlah
100.395 jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki 51.825 jiwa (51,62 %) dan jenis kelamin
perempuan 48.570 jiwa (48,38 %). Pada tahun 2011, penduduk Kabupaten Lingga berjumlah
101.323 jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki 52.232 jiwa (51,55 %) dan jenis kelamin
perempuan 49.091 jiwa (48,45 %). Data penduduk tahun 2012, penduduk Kabupaten Lingga

II.38
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

berjumlah 103.679 jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki 53.421 jiwa (51,52 %) dan
jenis kelamin perempuan 50.258 jiwa (48,48 %).
Sedangkan menurut data penduduk tahun 2013 mengalami penurunan. Penduduk
Kabupaten Lingga berjumlah 100.732 jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki 52.010 jiwa
(51,63 %) dan jenis kelamin perempuan 48.722 jiwa (48,37 %). Tahun 2014 penduduk
Kabupaten Lingga mengalami penurunan disbanding tahun sebelumnya, dengan jumlah
penduduknya berjumlah 100.320 jiwa yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki 51.787 jiwa
(51,63 %) dan jenis kelamin perempuan 48.533 jiwa (48,37 %). Untuk lebih jelas jumlah
penduduk Kabupaten Lingga tahun 2010 - 2014 menurut jenis kelamin dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.

Tabel. T-II.7.
Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Lingga Tahun 2010 - 2014

Tahun Perempuan Laki - Laki Jumlah


2010 48.570 51.825 100.395
2011 49.091 52.232 101.323
2012 50.258 53.421 103.679
2013 48.722 52.010 100.732
2014 48.533 51.787 100.320
Sumber: LKPJ AMJ Bupati Lingga 2010-2015

Berdasarkan struktur penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten Lingga


sebagaimana disajikan di Tabel. T-II.8. terlihat bahwa antara tahun 2010 - 2014 struktur
penduduk didominasi oleh penduduk usia 30 - 34 tahun sebanyak 49.516 jiwa, kemudian
usia 5 -9 tahun sebanyak 47.790 jiwa dan selanjutnya usia 25 - 29 tahun sebanyak 47.300
jiwa. Adapun kelompok terendah adalah usia 70 -75 tahun sebanyak 8.639 jiwa. Untuk lebih
jelas penduduk Kabupaten Lingga tahun 2010 - 2014 menurut kelompok umur dan jenis
kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

II.39
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.8.
Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
di Kabupaten Lingga Tahun 2010 – 2014
Kelompok Umur Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
0-4 6.118 5.953 5.964 5.800 5.627
5–9 9.970 9.918 9.694 9.232 8.968
10 – 14 8.457 8.866 9.399 9.388 9.847
15 – 19 8.192 8.390 8.408 8.039 8.168
20 – 24 8.588 8.217 8.190 7.863 7.873
25 – 29 10.157 9.893 9.769 8.933 8.548
30 – 34 9.457 10.085 10.476 9.808 9.690
35 – 39 7.933 8.221 8.432 8.116 8.728
40 – 44 6.577 7.106 7.336 7.172 7.539
45 – 49 5.761 5.660 5.864 5.813 6.183
50 – 54 5.111 5.335 5.376 5.373 5.347
55 – 59 4.432 4.455 4.674 4.611 4.938
60 – 64 3.032 3.270 3.513 3.519 3.763
65 – 69 2.380 2.290 2.333 2.306 2.568
70 - 75 1.503 1.658 1.815 1.722 1.941
>75 1.634 1.722 1.888 1.788 2.226
Sumber: LKPJ AMJ Bupati Lingga 2010-2015

Jumlah Penduduk Kabupaten Lingga berdasarkan jenis pekerjaan ditunjukkan dalam


Tabel. T-II.9. Jenis pekerjaan yang terbanyak dijalankan oleh penduduk dari tahun 2010 -
2014 adalah Nelayan/perikanan yaitu sebanyak 31.921 jiwa , kemudian diikuti oleh jenis
pekerjaan sebagai buruh harian lepas sebanyak 24.360 jiwa dan jenis pekerjaan sebagai
wiraswasta sebanyak 22.533 jiwa dari keseluruhan jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten
Lingga.

Tabel. T-II.9.
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan di Kabupaten Lingga Tahun 2010 - 2014
(penduduk usia kerja/ usia 15 tahun ke atas)

Tahun
No Jenis Pekerjaan
2010 2011 2012 2013 2014
1 Wiraswasta 2.221 5.409 5.508 4.314 5.081
2 Buruh/Nelayan Perikanan 153 3.013 2.974 2.750 2.752
3 Nelayan/Perikanan 405 7.984 8.186 7.297 8.049

II.40
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tahun
No Jenis Pekerjaan
2010 2011 2012 2013 2014
4 Buruh Harian Lepas 3.005 5.938 5.878 4.138 5.401
5 Karyawan Swasta 2.404 5.125 5.171 3.443 4.533
6 Pegawai Negeri Sipil 923 2.098 2.225 1.805 2.202
7 Guru 262 629 633 508 587
8 Karyawan Honorer 477 1.176 1.197 944 1.171
9 Petani/ Pekebun 486 1.860 1.874 1.610 1.740
10 Pembantu Rumah Tangga 113 317 273 179 211
10.449 33.549 33.919 26.988 31.727
Sumber : LKPJ AMJ Bupati Lingga 2010-2015

Struktur sosial budaya masyarakat Kabupaten Lingga yang mendiami wilayah


Kabupaten Lingga berasal dari berbagai suku bangsa, kebudayaan, dan golongan sosial.
Umumnya masyarakat Kabupaten Lingga berasal dari Suku Melayu yang masih kental
budayanya dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seperti: bahasa melayu, agama Islam dan
berbagai adat istiadat berkenaan dengan lingkaran hidupnya. Karakteristik masyarakat
Melayu dikenal sebagai masyarakat yang identik dengan tradisi Islam, ramah, mementingkan
hidup secara kekeluargaan, dan secara ekonomi tidak agresif atau rakus. Secara tradisional
masyarakat melayu yang ada di Kabupaten Lingga umumnya bermata pencaharian sebagai
nelayan, buruh/ harian lepas, wiraswasta, pedagang, petani/ pekebun serta pegawai negeri
sipil.
Berdasarkan data Tahun 2014, penduduk Lingga yang memeluk agama Islam sebanyak
91.684 orang, Kristen Protestan sabanyak 1.789 orang, Katolik sebanyak 1,086 orang, Hindu
sebanyak 21 orang, Budha sebanyak 6.686 orang dan Konghucu sebanyak 70.

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat


Aspek kesejahteraan masyarakat menjelaskan tentang perkembangan kesejahteraan
Kabupaten Lingga, ditinjau dari sisi kesejahteraan masyarakat dan pemerataan ekonomi,
kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga.

II.41
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi


2.2.1.1. Pertumbuhan PDRB
Gambaran umum ditinjau dari kesejahteraan masyarakat dan pemerataan ekonomi
didasarkan atas indikator pertumbuhan ekonomi, PDRB perkapita dan pendapatan perkapita
serta penduduk miskin. Laju pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator ekonomi
makro yang dapat menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi.Laju pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Lingga pada tahun 2014 adalah sebesar 6,80%, mengalami peningkatan
jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 6,54%.

Gambar. G-II.5
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lingga Tahun 2010-2014

6.85
6.8
6.75
6.7
6.65
6.6
6.55
6.5
6.45
6.4
2010 2011 2012 2013 2014

Sumber: BPS Kabupaten Lingga- 2015

Jika dilihat pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha pada tahun 2010-2014
hampir seluruh sektor mengalami pertumbuhan positif. Bahkan untuk beberapa sektor laju
pertumbuhannya mencapai lebih dari 10%. Namun, perlu diperhatikan bahwa walaupun
secara persentase, kenaikan laju pertumbuhan beberapa sektor tersebut cukup besar namun
secara besaran nominal nilainya masih sangat kecil.
Laju pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha untuk 3 sektor tertinggi adalah
sektor Industri Pengolahan (14,03%), Transportasi dan Pergudangan (11,47%), dan
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (11,07%). Sedangkan bila
ditinjau dari pengelompokan tiga sektor; primer, sekunder, dan tersier, kelompok sektor

II.42
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

sekunder mengalami laju pertumbuhan tertinggi yakni mencapai 9,31 persen, disusul oleh
sektor tersier sebesar 8,34 persen, dan terakhir sektor primer sebesar 3,34 persen.

Tabel. T-II.10.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lingga
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2014 (%)

Sektor 2011 2012 2013* 2014**


1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 3,23 3,29 3,41 3,48
2. Pertambangan & Penggalian 5,40 5,56 5,80 2,98
3. Industri Pengolahan 7,36 10,75 -5,35 14,03
4. Pengadaan Listrik dan Gas 6,05 12,64 0,01 5,72
5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 7,20 7,25 4,05
6,89
dan Daur Ulang
6. Konstruksi 8,37 8,30 8,71 9,22
7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil 9,84 10,93 11,07
9,75
dan Sepeda Motor
8. Transportasi dan Pergudangan 10,13 10,88 10,48 11,47
9. Penyediaan Akomodasi dan Makanan 7,25 7,04 6,76 7,73
10. Informasi dan Komunikasi 7,12 6,92 5,74 5,43
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 4,18 3,85 3,53 3,17
12. Real Estat 4,91 3,15 4,90 4,39
13. Jasa Perusahaan 5,24 6,35 5,24 1,14
14. Administrasi Pmerintahan, Pertahanan dan 6,73 7,13 731
6,86
Jaminan Sosial Wajib
15. Jasa Pendidikan 10,86 7,97 7,71 6,99
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,02 6,58 7,86 7,09
17. Jasa Lainnya 1,02 11,33 4,37 5,21
PDRB 6,65 6,58 6,54 6,80
Sumber: PDRB Kabupaten Lingga Menurut Lapangan Usaha 2010-2014 (BPS)
Keterangan:
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

Tabel diatas menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki peranan yang sangat besar
dalam penciptaan nilai tambah pada perekonomian Kabupaten Lingga dalam kurun waktu
empat tahun terakhir, dengan kontribusi diatas 2%, namun memiliki kecenderungan
sumbangan yang terus menurun dari 27,37% pada tahun 2010 menjadi 23,36% pada tahun

II.43
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2014. Subsektor yang memegang peranan penting pada sektor ini adalah perikanan.
Kemudian kontributor terbesar kedua adalah sector konstruksi yaitu 21,96%. Berbeda
dengan sektor Pertanian, sektor ini memiliki kecendrungan yang positif, yaitu 19,19% pada
tahun 2010 menjadi 21,96% pada tahun 2014. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor ini
disokong oleh pembangunan fisik di daerah dengan adanya proyek-proyek fisik berupa
bangunan, jalan, jembatan dan lainnya. Sedangkan sektor yang paling kecil memberikan
kontribusi pembentukan PDRB adalah sektor Jasa Perusahaan sebesar 0,00%

Tabel. T-II.11.
Kontributor Pembentukan PDRB Kabupaten Lingga
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2014 (%)

Sektor 2010 2011 2012 2013* 2014**


1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 27,37 24,60 25,60 25,03 23,36
2. Pertambangan & Penggalian 10,41 10,03 10,13 9,21 9,33
3. Industri Pengolahan 0,70 0,71 0,73 0,64 0,69
4. Pengadaan Listrik dan Gas 0,27 0,31 0,34 0,32 0,27
5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
0,03 0,03 0,03 0,03 0,03
Limbah dan Daur Ulang
6. Konstruksi 19,19 20,57 20,78 21,73 21,96
7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi
14,99 15,46 15,62 15,80 17,05
Mobil dan Sepeda Motor
8. Transportasi dan Pergudangan 1,66 1,66 1,74 1,85 2,05
9. Penyediaan Akomodasi dan Makanan 1,90 1,84 1,83 1,86 1,89
10. Informasi dan Komunikasi 3,32 3,10 3,00 2,88 2,78
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 0,99 0,95 0,90 0,87 0,83
12. Real Estat 2,95 2,86 2,77 2,68 2,66
13. Jasa Perusahaan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
6,89 6,71 6,91 7,42 7,45
dan Jaminan Sosial Wajib
15. Jasa Pendidikan 5,87 5,98 6,24 6,26 6,23
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 272 270 265 270 270
17. Jasa Lainnya 0,74 0,68 0,72 0,72 0,71
PDRB 100 100 100 100 100
Sumber: PDRB Kabupaten Lingga Menurut Lapangan Usaha 2010-2014 (BPS)
Keterangan:
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

II.44
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.2.1.2. Laju Inflasi Provinsi


Inflasi adalah proses meningkatnya harga dari sekelompok barang dan jasa secara
terus menerus yang berkaitan dengan mekanisme pasar. Inflasi diukur sebagai persentase
perubahan Indeks Harga Konsumen (indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang
tertentu), deflektor Produk Domestik Bruto (menunjukkan besarnya perubahan harga dari
semua barang baru, atau indeks-indeks lain dalam tingkat harga keseluruhan. Inflasi dapat
disebabkan antara lain konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar
yang memicu konsumsi atau spekulasi, serta akibat adanya ketidaklancaran suplai dan
distribusi barang. Jika besarannya tidak terkendali, inflasi akan mempengaruhi kondisi
perekenomian masyarakat.
Suatu daerah dikatakan memiliki stabilitas yang lebih kecil jika tingkat inflasinya lebih
rendah dibandingkan daerah lain dalam kurun waktu tertentu. Inflasi yang tinggi berarti juga
terjadinya pelonjakan harga yang tajam, hal ini bisa menunjukkan penurunan daya beli
masyarakat.
Inflasi Kabupaten Lingga dapat menggunakan pendekatan inflasi Tanjungpinang dan
Batam. Laju inflasi tahun kalender (Januari - April) Tahun 2014 di Kota Tanjungpinang
tercatat sebesar 1,41 persen, lebih rendah dibanding laju inflasi periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar 1,83 persen. Sedangkan laju inflasi 'year on year' (April 2014 dibanding
dengan April 2013) di Kota Tanjungpinang sebesar 8,58 persen, lebih tinggi dibandingkan laju
inflasi periode yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya sebesar 5,38 persen.
Laju inflasi tahun kalender (Januari-Desember) 2014 di Kota Batam tercatat sebesar
7,61 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 108,74 pada Bulan Desember 2013 menjadi
117,01 pada Bulan Desember 2014. Laju inflasi sebesar 7,61 persen pada tahun 2014 masih
lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2013. Selama periode 2010-2014, laju inflasi
tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar 7,81 persen dan terendah terjadi pada tahun 2012
dengan laju inflasi sebesar 7,02 persen.

2.2.1.3. PDRB Per Kapita dan Pendapatan Perkapita


Peningkatan PDRB dan pendapatan per kapita menjadi salah satu ukuran dalam
pencapaian tingkat kemakmuran masyarakat disuatu wilayah jika data tersebut disajikan
secara berkala. PDRB Perkapita dan pendapatan perkapita Kabupaten Lingga dari tahun ke

II.45
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

tahun mengalami peningkatan, baik itu atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga
konstan tahun 2010.
Pada tahun 2011 PDRB perkapita atas dasar harga berlaku sebesar Rp 23.918.023,83,-
dan terus mengalami peningkatan sampai dengan posisi Rp. 36.280.000,- pada Tahun 2015.
Sedangkan untuk PDRB atas dasar harga konstan, dari Rp. 21.857.873,- pada tahun 2011
meningkat menjadi Rp. 28.990.000,-.

Tabel. T-II.12.
Pendapatan Regional dan Angka Per Kapita
di Kabupaten Lingga, 2011-2014

Harga Konstan Thn


Rincian Harga Berlaku
2000
I . PDRB per Kapita
2011 23.918.023,83 21.857.873
2012 26.581.870,74 23.191.202
2013 29.467.258,44 25.604.055
2014* 32.694.393,93 27.217.816
2015** 36.280.000 28.990.000
Sumber: BPS Kabupaten Lingga
Keterangan : *) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

2.2.1.4. Indeks Gini/Koefiesien Gini


Indeks gini adalah ukuran ketimpangan ekonomi dalam pendapatan distribusi yang
ditentukan dengan koefisien gini rasio antara 0 – 1 (>0 dan <1), semakin rendah koefisien
gini maka pendapatan pada suatu wilayah/daerah semakin merata. Kategori ketimpangan
tinggi apabila indeks gini besar dari 0,5 dan kategori rendah dengan indeks gini dibawah 0,5.
Dari data BPS, indeks Gini Ratio Kabupaten Lingga Tahun 2011 sebesar 0,312 dan
sempat mengalami peningkatan menjadi 0,344 tahun berikutnya. Selanjutnya pada tahun
2013 mengalami penurunan menjadi 0,302 dan tahun 2014 cenderung meningkat sedikit
menjadi 0,306 dan 0,310 di tahun 2015. Dengan angka indeks Gini Ratio lima tahun terakhir
yang berada di bawah 0,5 maka ketimpangan pendapatan di Lingga masuk kategori rendah.

II.46
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.13.
Distribusi Pembagian Pengeluaran per Kapita dan Rasio Gini
di Kabupaten Lingga Tahun 2011-2014

40 % 40 % 40 %
Ratio
Tahun Berpengeluaran Berpengeluaran Berpengeluaran
Gini
Rendah Sedang Tinggi
2014 21,86 37,78 40,36 0,306
2013 21,43 38,86 39,71 0,302
2012 20,50 36,78 42,72 0,344
2011 20,81 38,31 40,88 0,312
Sumber: Diolah dari data Susenas, BPS Kabupaten Lingga

2.2.1.5. Pengeluaran Rumah Tangga


Salah satu survei yang diselenggarakan BPS setiap tahun dan sangat dibutuhkan
pemerintah sebagai alat monitoring program pembangunan khususnya bidang sosial adalah
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Data yang dicakup pada kegiatan Susenas ini
diantaranya adalah pengeluaran rumah tangga dan konsumsi rumah tangga yang dibedakan
menjadi konsumsi makanan dan bukan makanan.
Data pengeluaran yang dibedakan menurut kelompok makanan dan bukan makanan
ini dapat digunakan untuk melihat pola pengeluaran penduduk. Dari data pengeluaran
(sebagai proksi dari pendapatan) dapat pula dihitung tingkat ketimpangan pendapatan. Pada
kondisi pendapatan terbatas, pemenuhan kebutuhan makanan akan menjadi prioritas utama
sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian
besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan. Seiring dengan peningkatan
pendapatan maka lambat laun akan terjadi pergeseran pola pengeluaran, yaitu penurunan
porsi pendapatan untuk makanan dan peningkatan porsi pendapatan untuk bukan makanan.
Secara umum, pengeluaran rata-rata perkapita di Kabupaten Lingga mengalami
kenaikan, yaitu dari Rp 774.469 pada tahun 2014 menjadi Rp 690.410 pada tahun 2013. Dari
data 2014 tercatat bahwa penduduk Kabupaten Lingga menghabiskan sekitar 57.27% dari
pendapatannya untuk belanja makanan, angka ini cenderung menurun dari tahun
sebelumnya yang sebesar 58.64%. Sedangkan 42,73% sisanya digunakan untuk belanja non
makanan yang jika dilihat persentasenya cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun.

II.47
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.2.1.6. Persentase penduduk Miskin


Perkembangan tingkat kemiskinan Kabupaten Lingga selama periode lima tahun terakhir
yaitu periode 2010-2014 mengalami kecenderungan menurun. Pada Tahun 2010 tingkat
kemiskinan berada pada 15,83 persen dan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan
kondisi Tahun 2014 yaitu 14,75 persen. Walau demikian, pada Tahun 2012 sedikit mengalami
peningkatan dari 12,98 pada Tahun 2011 menjadi 14,20 pada Tahun 2012. Demikian juga dari
2013 ke 2014 mengalami sedikit peningkatan dari 13,55 persen menjadi 14,75 persen.
Upaya untuk mengurangi/menurunkan jumlah penduduk miskin didorong dengan
berbagai program yang diarahkan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi yang pro-rakyat
miskin (pro-poor), memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat, serta
meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar.

Tabel. T-II.14.
Garis Kemiskinan, Persentase Penduduk Miskin
dan Banyaknya Penduduk Miskin di Kabupaten Lingga 2010 – 2014

Persentase Jumlah Penduduk


Tahun Garis Kemiskinan
Penduduk Miskin Miskin

2014 342.358,73 14,75 13.096


2013 338.049 13,55 12.340
2012 331.881 14,20 12.393
2011 326.239 12,98 12.055
2010 310.489 15,83 13.652
Sumber: Lingga Dalam Angka Tahun 2015

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial


Pada fokus kesejahteraan sosial Kabupaten Lingga diukur dengan sejumlah indikator
yang terkait dengan pendidikan, kesehatan, ekonomi dan sosial. Bidang pendidikan,
kesehatan dan ekonomi secara langsung terkait dengan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM).

2.2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)


Sejak terbentuknya Lingga menjadi Kabupaten pada tahun 2003 dan dikeluarkannya
nilai IPM tahun 2014, nilai IPM Kabupaten Lingga mencapai 60,75, yang berarti bahwa pada

II.48
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

tahun 2014 Kabupaten Lingga masih termasuk ke dalam status sedang. Namun, jika
dibandingkan dengan wilayah lain di Kepulauan Riau, Kabupaten Lingga memiliki peringkat
IPM terendah dan Kota Batam memiliki peringkat IPM tertinggi. Hal ini juga disebabkan oleh
rendahnya indikator-indikator yang menyusun IPM.
Jika dilihat pada Gambar. G-II.66, nilai IPM Kabupaten Lingga dari tahun 2010 s.d
2014 meningkat dari 71,35 tahun 2010, meningkat sebesar 71,68 tahun 2011, meningkat
sebesar 72,09 pada tahun 2012, dan tahun 2013 meningkat sebesar 72,41, serta menurun
sebesar 60,75 pada tahun 2014. Hal ini disebabkan oleh masuknya komponen baru dalam
perhitungan IPM yaitu Angka Harapan Lama Sekolah. Peningkatan angka IPM yang lambat di
Tahun 2010 sampai dengan 2012 yang diduga dipengaruhi oleh meningkatnya penduduk
masuk ke Kabupaten Lingga yang berprofesi sebagai pegawai negeri dan tenaga pegawai
daerah lainnya, utamanya dibagian pemerintahan, pendidikan dan kesehatan. Selain itu,
berbagai program pemerintah yang menyentuh masyarakat sudah mulai digulirkan.
Nilai pertumbuhan IPM di Kabupaten Lingga cenderung lebih tinggi dibandingkan
dengan Kepulauan Riau. Pada tahun 2010-2011 bertumbuh sebesar 2 poin. Tahun 2011-
2012 bertumbuh sebesar 1,49 poin. Tahun 2012-2013 bertumbuh sebesar 1,25 poin dan
tahun 2013-2014 sebesar 1,03 poin. Semakin tinggi nilai pertumbuhan, maka akan semakin
cepat IPM suatu wilayah untuk mencapai nilai maksimalnya. Namun terlihat bahwa nilai
pertumbuhan dari tahun ke tahun semakin rendah, hal ini yang patut menjadi sorotan bagi
pemerintah untuk terus meningkatkan pembangunan di wilayah kabupaten Lingga.

Gambar. G-II.6
Nilai IPM Kabupaten Lingga Tahun 2010-2014

75

70

65

60

55

50
2010 2011 2012 2013 2014

Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga Tahun 2010 s/d 2014

II.49
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Secara persentase, IPM Kabupaten Lingga meningkat dari tahun ke tahun secara
perlahan, namun secara peringkat terjadi penurunan. Pada tahun 2010 sampai dengan tahun
2013 menempatkan Kabupaten Lingga berada pada peringkat lima diantara tujuh
Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau. Sedangkan pada tahun 2014 dengan IPM sebesar
60,75 turun dua level ke peringkat 7 dari tujuh 11 kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau.

Tabel. T-II.15.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota/Propinsi Se-Kepulauan Riau, dan
Indonesia, Serta Peringkatnya Tahun 2014

Angka Pengeluaran per


Harapan Lama Rata2 Lama
Kabupaten/ Harapan Kapita Riil
Sekolah Sekolah
Kota/Propinsi Hidup Disesuaikan IPM
(tahun) (tahun)
(tahun) (Rp 000)
Karimun 69,01 11,86 7,73 11,090 68,72
Bintan 69,91 11,80 8,30 13,477 71,65
Natuna 63,24 13,84 8,07 13,414 70,06
Lingga 59,47 11,59 5,53 10,949 60,75
Kep. Anambas 66,23 11,62 6,16 11,182 65,12
Batam 72,80 12,62 10,80 16,375 79,13
Tanjungpinang 71,55 14,03 9,94 14,141 77,29
Prop. Kepri 69,15 12,51 9,64 13,090 73,40
Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga Tahun 2015

2.2.2.2. Pendidikan
2.2.2.2.1. Angka Melek Huruf
Kemampuan baca tulis terefleksikan dari angka melek huruf, yang merupakan
persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang dapat membaca serta menulis huruf latin
dan atau huruf lainnya (arab, china, dan lain-lain). Semakin tinggi angka melek huruf, akan
semakin efektif pendidikan dasar yang terlaksana di sebuah daerah. Namun perlu diingat,
bahwa angka tersebut hanya angka dasar sehingga untuk ke depannya perlu dihitung ukuran
yang lebih dapat merefleksikan pencapaian pendidikan suatu daerah secara keseluruhan,
dan bukan hanya pendidikan dasar saja.
Angka melek huruf penduduk usia 10 tahun ke atas di Kabupaten Lingga pada tahun
2014 sebesar 89,71. Angka tersebut berarti dari sekitar 100 orang penduduk Kabupaten

II.50
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Lingga berusia 10 tahun ke atas, baru sekitar 89 hingga 90 orang diantaranya yang bebas
buta huruf dan sekitar 10 hingga 11 orang yang masih tergolong dalam kategori buta aksara.

Tabel. T-II.16.
Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Yang Melek Huruf
Berdasarkan Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Tahun 2011-2014 (%)
Kelompok
Umur L + P (2011) L + P (2012) L + P (2013) L + P (2014) Laki-Laki Perempuan
(Tahun)
10–14 96,50 94,05 97,11 94,99 96,01 93,93
15–34 96,53 94,40 93,27 96,90 98,24 95,40
35–44 94,48 87,87 94,15 91,12 94,12 88,27
45–49 82,76 70,16 84,40 87,41 94,31 80,51
50–54 64,23 68,97 78,04 79,77 90,45 67,65
55 + 75,26 73,03 66,53 73,38 85,77 61,51
10 + 90,73 87,29 88,88 89,71 94,37 84,85
Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga, 2011-2014

Dalam tabel di atas, angka melek huruf memiliki perbedaan yang signifikan jika
diklasifikasikan menurut kelompok umur dan jenis kelamin. Penduduk yang tergolong dalam
kelompok usia muda ternyata memiliki tingkat melek huruf yang jauh lebih tinggi jika
dibandingkan dengan kelompok usia tua. Sedangkan menurut jenis kelamin, penduduk laki-
laki cenderung memiliki angka melek huruf yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
penduduk perempuan.
Angka melek huruf Kabupaten Lingga yang hanya sebesar 89,71% masih tertinggal
dari capaian Provinsi Keori dan nasional. Hal ini memerlukan kerja keras selama lima tahun
untuk mengejar selisih capaian angka melek huruf.

Gambar. G-II.7
Perbandingan Angka Melek Huruf Kabupaten Lingga,
Provinsi Kepulauan Riau dan Indonesia, 2011-2014 (Persen)

120
100 91.7997.67 91.7997.8 91.8698.07 89.71
80
60
40
20
0
0
2011 2012 2013 2014

Kab. Lingga Kepri Indonesia

Sumber : IPM Kab. Lingga, 2015

II.51
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.2.2.2.2. Rata-Rata Lama Sekolah dan Harapan Lama Sekolah


Rata-rata lama sekolah digunakan untuk mendapatkan informasi tentang sejauh
mana tingkat pendidikan yang dicapai oleh penduduk dengan merujuk kepada rata-rata
jenjang pendidikan yang telah diselesaikan oleh penduduk berusia 15 tahun. Pada tahun
2014 rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Lingga adalah 5,53 tahun.
Hal ini berarti bahwa rata-rata penduduk Kabupaten Lingga baru mampu menempuh
pendidikan sampai dengan kelas 5 SD atau putus sekolah dikelas 6 SD. Rata-rata lama sekolah
Kabupaten Lingga yang masih jauh dibawah rata-rata lama sekolah mengindikasikan bahwa
pembangunan pendidikan di Kabupaten Lingga masih perlu ditingkatkan, sehingga pencapaian
target lima tahun mendatang minimal sama dengan pencapaian rata-rata lama sekolah nasional.

Gambar. G-II.8
Grafik Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Lingga dan
Provinsi Kepulauan Riau, 2010-2014 (Tahun)

12

10

0
2010 2011 2012 2013 2014

Kepri Lingga

Sumber : IPM Kab. Lingga, 2015

Nilai Harapan Lama Sekolah (HLS) Kabupaten Lingga berada pada rentang 10,73
hingga 11,59 tahun dalam rentang waktu 2010 hingga 2014, yang berarti lamanya sekolah
yang dapat diharapkan oleh anak-anak di Kabupaten Lingga pada masa mendatang hanya
berkisar 10 hingga 11 tahun, atau maksimal hanya mengeyam pendidikan hingga tingkat
SMA. Ini berarti kondisi pembangunan sistem pendidikan di Kabupaten Lingga belum cukup
baik yang mungkin disebabkan kurangnya ketersediaan fasilitas sekolah yang ada di wilayah
tersebut. Walaupun angka HLS Kabupaten Lingga mengalami kenaikan dibandingkan dengan
empat tahun sebelumnya, namun angka tersebut termasuk rendah jika dibandingkan

II.52
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

dengan HLS Kepulauan Riau yang mencapai 12,51 tahun atau diharapkan anak di masa
mendatang dapat mengeyam pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi.

Gambar. G-II.9
Grafik Harapan Lama Sekolah Kabupaten Lingga dan
Provinsi Kepulauan Riau, 2010-2014 (Tahun)
13
12.5
12
11.5
11
10.5
10
9.5
2010 2011 2012 2013 2014

Kepri Lingga

2.2.2.2.3. Angka Partisipasi Murni


Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan proporsi anak sekolah pada satu
kelompok umur tertentu yang bersekolah tepat pada tingkat yang sesuai dengan kelompok
umurnya. Menurut definisi, besarnya APM akan selalu lebih kecil daripada APK. Nilai APM
yang lebih kecil daripada nilai APKnya dapat menunjukkan komposisi umur penduduk yang
sedang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan.

Gambar. G-II.10
Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Tahun 2014
Laki+laki
100 Perempuan

Laki-laki + Perempuan
80

60

40

20

0
SD / 7-12 SLTP / 13 -15 SLTA / 16-18 PT / 19-24

Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga, 2014

II.53
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Di Kabupaten Lingga capaian APM tahun 2014 untuk SD sebesar 93.63%, berarti
selisih dengan APK sebesar 15.52% artinya bahwa diantara murid SD sebanyak 15.52 % nya
berumur kurang dari 7 tahun atau lebih dari 12 tahun, sedangkan untuk APM SLTP sebesar
56.77% ada selisih 6.78% terhadap APK, APM-nya SLTA sebesar 55.07% dan APM PT sebesar
6.16%.

Tabel. T-II.17.
Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun 2011 – 2015
No. Jenjang Pendidikan Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun
2015*
1. APM SD/MI 88,03 91,33 93,63 93,63 85,79
2. APM SMP/MTs 52,10 64,71 56,77 56,77 57,65
3. APM SMA/MA/SMK 41,92 34,67 55,07 55,07 57,95
4. Perguruan Tinggi 5,00 3,45 3,45 36,67
Sumber : BPS, Dinas Pendidikan Kab. Lingga, 2016
Ket : *Angka Sementara

APM juga menunjukkan seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah
memanfaatkan fasilitas pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya. Jika nilai APM
menunjukkan angka 100 persen, maka berarti seluruh anak usia sekolah telah bersekolah
sesuai dengan jenjang pendidikannya dengan tepat waktu. Sehingga, angka APM yang makin
mendekati angka 100 menunjukkan semakin baiknya tingkat partisipasi sekolah di suatu
daerah.
Di Kabupaten Lingga pergerakan APM selaras dengan pergerakan APK-nya untuk
setiap tingkat pendidikan. Namundata lapangan pada tahun 2014 menunjukkan bahwa APM
Kabupaten Lingga untuk tingkat pendidikan SD belum mencapai 100 persen, baru berkisar di
93 hingga 94 persen. Hal ini berarti di Kabupaten Lingga masih terdapat cukup
banyak anak usia sekolah yang tingkat pendidikannya tidak sesuai dengan usianya. Beragam
permasalahan yang dapat menyebabkan hal tersebut terjadi, misalnya seorang anak
telat masuk sekolah formal atau bahkan terlalu muda; putus sambung bersekolah karena
harus membantu orang tua akibat permasalahan ekonomi sehingga sering tinggal kelas;
ketiadaan guru untuk kelas tertentu biasanya di daerah marjinal yang menyebabkan proses
belajar belajar terhenti, dan lain sebagainya.

II.54
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.2.2.2.4. Angka Partisipasi Kasar


Angka Partisipasi Kasar/APK merupakan indikator untuk mengukur proporsi anak
sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan
jenjang pendidikan tersebut. APK memberikan gambaran secara umum tentang banyaknya
anak yang sedang/telah menerima pendidikan dasar dan menengah.

Gambar. G-II.11
Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Tahun 2014

120 Laki+laki
Perempuan
100 Laki-laki + Perempuan

80

60

40

20

0
SD / 7-12 SLTP / 13 -15 SLTA / 16-18 PT / 19-24

Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga, 2014

Dari data yang ada, hanya nilai APK pada jenjang SD yang memiliki angka diatas
seratus sedangkan untuk nilai APK pada jenjang SLTP, SLTA dan PT pada tahun 2014masih
dibawah seratus. Hal ini mengindikasikan bahwa hanya sebagian dari anak berusia 13-15
tahun, 16-18 tahun, dan 19-24 tahun sedang bersekolah pada jenjang tersebut dan
kemungkinan sisanya sedang sekolah pada jenjang pendidikan di bawahnya/di atasnya atau
bahkan mereka tidak sekolah lagi.

Tabel. T-II.18.
Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) Tahun 2011 – 2015
No. Jenjang Pendidikan Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
1. APK SD/MI 108,09 100,26 109,15 109,15 101,24
2. APK SMP/MTs 83,95 73,05 63,55 63,55 79,1
3. APK SMA/MA/SMK 68,11 50,00 90,46 90,46 67,59
4. Perguruan Tinggi 10,74 - 9,61 9,61 43,52

II.55
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Pada Tabel diatas, nilai APK untuk jenjang pendidikan SD biasanya masih lebih dari 100
persen, seperti yang terlihat pada grafik di atas nilai APK menunjukkan angka lebih dari 100
persen. Artinya untuk jenjang pendidikan SD di Kabupaten Lingga, masih terdapat anak sekolah
baik laki-laki maupun perempuan yang usianya kurang dari atau bahkan melebihi umur sekolah
yang seharusnya, yaitu antara 7 hingga 12 tahun. Hal tersebut jugaberarti Kabupaten Lingga
dapat menampung penduduk usia sekolah pada jenjang pendidikan SD lebih dari yang
seharusnya. Sebaliknya, untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi sangat disayangkan tingkat
partisipasi anak sekolah sangat rendah, terutama untuk tingkat SMP dan akademi/universitas.

2.2.2.2.5. Angka Pendidikan yang ditamatkan


APT adalah menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang
sekolah disekolah negeri maupun swasta dengan mendapatkan surat tanda tamat
belajar/ijazah. Angka pendidikan yang ditamatkan merupakan ukuran kualitas sumber daya
manusia yang selanjutnya dapat dijadikan ukuran keberhasilan baik dari sudut sosial maupun
ekonomi. APT bermanfaat untuk menunjukkan pencapaian pembangunan pendidikan di
suatu daerah, juga berguna untuk melakukan perencanaan penawaran tenaga kerja,
terutama untuk melihat kualifikasi pendidikan angkatan kerja disuatu wilayah. APT
merupakan persentase jumlah penduduk, baik yang masih sekolah ataupun tidak sekolah
lagi, menurut pendidikan tertinggi yang telah ditamatkan.`

Tabel. T-II.19.
Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi
Yang Ditamatkan Dan Jenis Kelamin, 2011 - 2014 (%)

Laki- Perem- Tahun Tahun Tahun


Pendidikan Tertinggi L+P
Laki puan 2012 2013 2014
yang Ditamatkan (2011)
2014 2014
Tidak/belum pernah 10,02 16,16 11,59 13,61 12,06 13,03
bersekolah
Tidak/belum tamat SD 23,10 25,53 29,12 28,49 26,94 24,29
SD/MI 30,24 26,45 29,25 27,06 30,01 28,38
SMP/MTs 15,46 13,04 14,13 12,51 13,19 14,27
SMU/MA/SMK 15,99 11,42 11,33 14,26 12,00 13,76
Akademi/universitas 5,18 7,39 4,58 4,06 5,80 6,27
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga Tahun 2014

II.56
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Di Kabupaten Lingga persentase penduduk berusia 15 tahun keatas yang


menamatkan hingga ke jenjang SLTP sampai perguruan tinggi hanya sebesar 30,04% di
Tahun 2011, meningkat menjadi 30,83 di Tahun 2012, meningkat menjadi 30,99 di Tahun
2013 dan meningkat kembali di Tahun 2014 sebesar 34.3%. Tingkat pendidikan penduduk di
dominasi oleh tamatan SD/MI dan SMU/MA/SMK yaitu masing-masing sebesar 28,38% dan
13,76%.
Ditahun 2014, jika dipilah berdasarkan jenis kelamin pada semua tingkat pendidikan
tertinggi yang telah ditamatkan, laki-laki memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan
dengan perempuan walaupun dengan selisih yang tidak terlalu jauh di masing-masing
tingkat pendidikan, kecuali untuk tingkat pendidikan Akademi/Universitas. Namun, tingginya
persentase perempuan yang tidak/belum pernah sekolah dan tidak/belum tamat SD jika
dibandingkan dengan laki-laki dengan selisih yang cukup signifikan mengindikasikan bahwa
secara umum perempuan masih jauh tertinggal dari laki-laki dalam mengenyam pendidikan
formal, atau dapat dikatakan bias gender masih terjadi dalam masalah pendidikan di
Kabupaten Lingga.

2.2.2.3. Kesehatan
2.2.2.3.1. Angka Kematian Bayi/Angka Kelangsungan Hidup Bayi
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi
belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara
garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan
eksogen.
Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neo-natal adalah
kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya
disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang
tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau
kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai
menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan
pengaruh lingkungan luar.
Angka kematian bayi (AKB) menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat
dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan AKB untuk pengembangan perencanaan
berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal
II.57
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-
program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan
program pelayanan kesehatan ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan
anti tetanus. Sedangkan angka kematian Post-Neo Natal dan angka kematian anak serta
kematian balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program-
program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan
tentang gizi dan pemberian makanan sehatuntuk anak dibawah usia 5 tahun.

Tabel. T-II.20.
Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Tahun 2011 – 2015
No. Jenis Indikator Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
1. AKB 25 12,2 27,2 12 20

Sumber: RKPD Tahun 2016 dan Lampiran Tabel Profil Dinas Kesehatan 2015

Berdasarkan Tabel diatas, AKB di Kabupaten Lingga Tahun 2015 berada pada kisaran
20%. Artinya dari setiap 1000 kelahiran hidup terdapat 20 bayi berumur kurang dari satu
tahun yang meninggal. Dimana Tahun 2011 AKB berkisar angka 25%, turun di Tahun 2012
menjadi 12,2%, naik di Tahun 2013 menjadi 27,2%, turun kembali di Tahun 2014 sebesar
12%, dan kembali naik di Tahun 2015 sebesar 20%.

2.2.2.3.2. Angka Kematian Ibu


Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil
atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat
persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena
sebab-sebab lain, seperti kecelakaan, terjatuh, tenggelam dan lain-lain. Angka Kematian Ibu
dinyatakan per 100.000 kelahiran hidup.
Tabel. T-II.21.
Perkembangan Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 2011 – 2015
No. Jenis Indikator Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
1. AKI 249 289,4 226 143 142

Sumber: RKPD Tahun 2016 dan Lampiran Tabel Profil Dinas Kesehatan 2015

II.58
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

AKI di Kabupaten Lingga dari tahun 2011–2015 menunjukkan angka yang fluktuatif
dengan kecenderungan menurun dari sebesar 249 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 142
per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini mengalami peningkatan pada Tahun 2012 yaitu 289,4
per 100.000 kelahiran hidup. Namun untuk tahun-tahun berikutnya mengalami penurunan.
Walau mengalami kecenderungan penurunan, namun kondisi ini masih dibawah target
MDGs (102 kematian per 100.000 kelahiran hidup).

2.2.2.3.3. Angka Usia Harapan Hidup


Angka usia harapan hidup pada waktu lahir adalah perkiraan lama hidup rata-rata
penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Angka
harapan hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada
khususnya.
Gambar. G-II.12
Nilai Angka Usia Harapan Hidup Kabupaten Lingga dan Provinsi Kepulauan Riau
Tahun 2010-2014

80
68.42 68.63 68.85 69.05 69.15
70
57.57 58.45 59.13 59.47
60 56.49

50

40

30

20

10

0
2010 2011 2012 2013 2014

Kepri Lingga

Sumber : Badan Pusat Statistik, IPM 2010-2014

Berdasarkan Tabel diatas Tahun 2014, Nilai AHH penduduk Kabupaten Lingga pada tahun
2014 sekitar 59,47. Artinya, bayi yang lahir pada tahun 2014 di Kabupaten Lingga diperkirakan
akan dapat hidup selama 59 tahun 5 bulan dengan syarat besarnya kematian atau kondisi
kesehatan tidak ada yang berubah. Angka ini lebih rendah dari AHH Provinsi Kepri yang besarnya

II.59
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

69,15. Sedangkan di Kabupaten Lingga Sendiri, Nilai AHH dari tahun ke tahun semakin baik, hal
ini mengindikasikan secara rata-rata derajat kesehatan di Kabupaten Lingga semakin membaik.

2.2.2.3.4. Status Gizi Balita


Kesehatan Balita dapat dilihat dari kecukupan gizi yang diterima oleh balita.
Kecukupan gizi akan mendorong pertumbuhan bayi secara optimal, sedangkan kekurangan
akan gizi selain dapat menghambat pertumbuhan, juga dapat menimbulkan resiko penyakit.
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Status
gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan
menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah
ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi
baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar
dikatakan gizi buruk.
Berdasarkan data Tahun 2015, jumlah balita di Kabupaten Lingga 11.406 orang, balita
di Kabupaten Lingga sebagian besar telah mencukupi kriteria gizi baik yaitu 11.275 orang dari
total balita atau 98,85%. Sisanya sebesar 1,15% adalah balita yang menderita gizi kurang
sebanyak 95 orang dan gizi buruk sebanyak 36 orang.
Persentase balita gizi buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi buruk
terhadap jumlah balita. Kondisi di Lingga dalam beberapa tahun terakhir, persentase balita
gizi buruk mengalami fluktuasi. Pada Tahun 2011 berada pada angka 2,24% dan mengalami
kecendrungan meningkat sampai dengan tahun 2013 yaitu 3,91%. Namun pada Tahun 2014
mengalami penurunan menjadi 0,79%.

1.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga


Kabupaten Lingga adalah masyarakat melayu sehingga memiliki daya tarik yang kuat
terhadap kesenian. Bahkan sampai sekarang banyak yang terus dikembangkan dan
dikenalkan, seperti kesusastraan, seni tari rakyat, seni teater dan lainnya. Ada beberapa
kesenian yang terdapat di Kabupaten Lingga diantaranya:
a) Gurindam
Bahasa Gurindam cukup dikenal dan tidak asing lagi bagi telinga masyarakat Melayu
Lingga. Bahkan Gema Gurindam menerobos sampai lintas negara dari yang paling dekat
sampai yang paling jauh. Gurindam merupakan karya yang berisikan petuah dan nasehat.
II.60
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Gurindam 12 ini adalah karya dari Raja Ali Haji, beliau merupakan pujangga Istana masa
Kerajaan Lingga-Riau. Konstum yang dikenakan untuk melantunkan Gurindam ini adalah
baju kurung melayu, dengan peralatan musiknya berupa serunai, kompang dan gong.
Dipentaskan pada saat penyambutan tamu, hari besar nasional dan festival kebudayaan-
kesenian.
b) Teater Bangsawan
Teater Bangsawan adalah salah satu seni pertunjukan tradisional komedi stambul
dengan cerita seputar kehidupan istana, keseniaan ini juga dikenal dengan nama
wayang Bangsawan. Seni pertunjukan ini adalah kesenian yang menggabungkan musik,
lagu, tari dan laga, dengan iringan musik seperti: biola, akordion, gendang, gong dan
tambur.
c) Joget
Joget adalah salah satu tarian tradisional masyarakat Melayu. Joget diantaranya:
Joget Tandak atau Joget Lambak, disebut tandak karena penarinya bisa menjadi
“ebeng”, dengan laki-lakinya yang membayar disebut “Pandak”. Joget ini dikenal
sejak abad 17 dengan iringan musik seperti: drum, violin dan gong dengan lagu
dondang sayang dan tarian bertabik. Joget akan ditutup lagu khusus yaitu Cik Milik.
d) Zapin
Sebenarnya kesenian tari Zapin ini berasal dari Arab yang mentradisi masyarakat
Melayu. Kesenian ini dibawa oleh kaum laki-laki karena tarian ini memang bayak
mengeluarkan tenaga (energik). Seiring perkembangan jaman tarian ini tidak hanya
dimonopoli oleh kaum lelaki tetapi kaum wanita juga ikut menarikannya, bahkan
kesenian ini menjadi tarian pergaulan masyarakat Melayu.
Selaras dengan asalnya, tarian ini tidak terlepas dari rohnya yang islami, yang tercermin
dari konstumnya berupa teluk belanga dan baju kurung yang tidak memperlihatkan
aurat. Zapi ini diiringi dengan alat musik gambus. Kreasi tarian zapin terbaru adalah Zapin
Tali, Zapin Lambak, Zapin Pedang, Zapin Tepurung, Zapin Bengkalis, Zapin Silang, Zapin
Ar-Rajul (Para Lelaki), Zapin Tembong, Zapin Tradisional dan lainnya. Sementara di
Masyarakat Daik Lingga Bunda Tanah Melayu di kenal tarian Zapin Damnah yang
merupakan tarian dengan diangkat dari kehidupan masyarakat sehari-hari.
e) Gazal

II.61
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Kesenian ini juga berasal dari timur tengah. Gazal adalah bahasa Arab yang berarti
masuk Kepulaun Riau dan tumbuh subur di Pulau Penyengat. Kesenian Gazal juga
merupakan alat dakwah untuk penyebaran agama Islam, namun sekarang ini lebih
berfungsi sebagai salah satu hiburan.
f) Kompang
Kompang adalah kesenian yang menyerupai hadrah dengan para pemain
melantunkan syair berbahasa Arab-Parsi yang berisi puji-pujian terhadap Tuhan Yang
Maha Esa yang diiringi dengan lantunan rebana. Kesenian ini biasanya
diselenggarakan pada pesta perkawinan, khitanan, penyambutan tamu dan lainnya.

Kabupaten Lingga memiliki grup kesenian yang berjumlah 63 buah pada Tahun 2015
yang tersebar di beberapa Kecamatan. Group kesenian ini mengalami peningkatand ari
Tahun 2011 yang berjumlah 40 buah. Group kesenian terbanyak terdapat di Kecamatan
Singkep.
Selain itu, untuk mendukung minat olahraga masyarakat, maka disediakan juga
sarana olahraga berupa lapangan olahraga. Berdasarkan data, rasio lapangan olahraga per
1000 penduduk mengalami penurunan dari Tahun 2011 sebesar 2,16 menjadi 2,15 pada
tahun 2015.

2.3. Aspek Pelayanan Umum


Bagian aspek pelayanan umum berikut ini mejelaskan perkembangan kinerja yang
dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Lingga, baik pada urusan wajib maupun urusan
pilihan.

2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib


Urusan wajib merupakan urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh
pemerintah daerah.
2.3.1.1 Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam pembangunan, untuk itu
Pemerintah Kabupaten Lingga terus berupaya meningkatkan sarana dan prasarana
pendidikan yang ada serta meningkatkan kualitas tenaga pendidik. Pengembangan sarana
pendidikan dilakukan sesuai dengan peningkatan kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan
II.62
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

oleh penduduk seoptimal mungkin dan pemerataan penyebaran jumlah penduduk yang
akan dilayani dan perkiraan tingkat kebutuhan yang telah ditetapkan.

2.3.1.1.1 Angka Partisipasi Sekolah


APS merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia
sekolah. Angka tersebut memperhitungkan adanya perubahan penduduk terutama usia
muda. Ukuran yang banyak digunakan di sektor pendidikan seperti pertumbuhan jumlah
murid lebih menunjukkan perubahanjumlah murid yang mampu ditampung di setiap jenjang
sekolah. Sehingga, naiknya persentasejumlah murid tidak dapat diartikan sebagai semakin
meningkatnya partisipasi sekolah. Kenaikantersebut dapat pula dipengaruhi oleh semakin
besarnya jumlah penduduk usia sekolah yang tidak diimbangi dengan ditambahnya
infrastruktur sekolah serta peningkatan akses masuk sekolah sehingga partisipasi sekolah
seharusnya tidak berubah atau malah semakin rendah.

Gambar. G-II.13
Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Tahun 2014

Laki+laki
100 Perempuan
90 Laki-laki + Perempuan
80
70
60
50
40
30
20
10
0
'7-12 13-15 16-18 19-24

Sumber: Laporan Pembangunan Manusia Kabupaten Lingga, 2014

Di Kabupaten Lingga, hanya kelompok umur 7-12 tahun yang mendekati angka 100%
sedangkan kelompok umur lainnya masih di bawah 92%, terutama untuk kelompok umur 19-
24 tahun yang hanya 15.23%. Sedangkan jika dilihat berdasarkan jenis kelamin perbedaan
yang cukup berarti terjadi pada kelompok umur 16-18 tahun, dimana perempuan sebanyak
71.69% sedangkan laki-laki hanya 81.51%.

II.63
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.22.
Angka Partisipasi Sekolah Kabupaten Lingga
Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2011 – 2014

No. Jenis Tahun Tahun Tahun Tahun Ket


Indikator 2011 2012 2013 2014
1. 7-12 Tahun
Laki-Laki 92,77 100 96,39 97,17
Perempuan 96,15 98,16 92,21 94,11
Laki-laki dan 94,40 99,03 94,39 95,68
Perempuan
2. 13-15 Tahun
Laki-Laki 92,45 91,87 82,80 90,74
Perempuan 94,74 86,52 86,64 93,72
Laki-laki dan 93,68 89,99 84,47 92,07
Perempuan
3. 16-18 Tahun
Laki-Laki 50,96 40,99 59,27 71,69
Perempuan 63,48 31,72 79,98 81,51
Laki-laki dan 56,61 36,42 68,61 75,90
Perempuan
4. 19-24 Tahun
Laki-Laki 9,51 12,55 14,72
Perempuan 7,05 5,13 15,82
Laki-laki dan 8,12 8,58 15,23
Perempuan
Sumber: BPS Kabupaten Lingga 2011-2015

Partisipasi dan peran serta penduduk usia muda Kabupaten Lingga telah
menunjukkan angka yang tinggi. Sebagai contoh, pada kelompok umur 7-12 tahun APS total
bernilai lebih dari 92 persen. Artinya hampir semua penduduk pada kelompok umur ini
masih mengikuti pendidikan pada berbagai jenjang, terutama pendidikan dasar. Jika dilihat
menurut jenis kelamin-pun, baik laki-laki maupun perempuan juga menunjukkan angka yang
besar yaitu berturut-turut sebesar 92 persen. Namun sangat disayangkan APS Kabupaten
Lingga menunjukkan penurunan di setiap peningkatan kelompok umur, baik kelompok 13-15
Tahun, kelompok 16-18 Tahun maupun 19-24 Tahun. Apaslagi APS secara total pada
kelompok umur 13-15 tahun yang seharusnya menjadi fokus perhatian serius mengingat

II.64
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

pendidikan harus menjadi prioritas utama mereka yang berada pada kelompok umur
tersebut. Apalagi program Wajib Belajar (Wajar) 9 tahun telah dicanangkan oleh pemerintah
sejak era Orde Baru, seharusnya APS pada kelompok umur tersebut setidaknya sama atau
hanya memiliki sedikit selisih dengan APS pada kelompok usia 7-12 tahun.

2.3.1.1.2 Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah


Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan dasar per
10.000 jumlah penduduk usia pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan kemampuan
untuk menampung semua penduduk usia pendidikan dasar.

Tabel. T-II.23.
Jumlah Sekolah Penduduk Usia Sekolah dan Rasio Sekolah Penduduk Usia Sekolah
Kabupaten Lingga Menurut Jenjang Pendikan Tahun 2011 – 2015

Jumlah Jumlah Ratio Penduduk


Jenjang Pendidikan
Penduduk Sekolah Sekolah
Tahun 2011
SD/MI 7928 127 62:1
SMP/MTs 6854 34 201:1
SMA/MA/SMK 7081 17 416:1
Tahun 2012
SD/MI 8262 136 60:1
SMP/MTs 6121 39 157:1
SMA/MA/SMK 5795 20 290:1
Tahun 2013
SD/MI 8647 137 63:1
SMP/MTs 6065 39 155:1
SMA/MA/SMK 5067 19 266:1
Tahun 2014
SD/MI 8700 138 63: 1
SMP/MTs 6097 42 145: 1
SMA/MA/SMK 5063 22 230: 1
Tahun 2015
SD/MI 121:1
SMP/MTs 72:1
SMA/MA/SMK 39:1
Sumber:BPS Kabupaten Lingga Tahun 2011-2014, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga,2016

2.3.1.1.3 Rasio Murid dan Guru


Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan dasar per 1.000
jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar. Di

II.65
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu
pengajaran.
Rasio murid dan guru menunjukkan beban kerja guru dalam mengajar. Rasio murid
dan guru di Lingga untuk SLTP/MTs yaitu 1:16 (1 guru mengajar 16 murid) dan
SMU/SMK/MA, yaitu 1:14 (1 guru mengajar 14 murid) sedangkan ratio untuk SD/MI yaitu
1:11 (1 guru mengajar 11 murid).

Tabel. T-II.24.
Jumlah Murid, Guru dan Rasio Murid Guru Kabupaten Lingga Menurut Jenjang Pendikan
Tahun 2011 - 2015

Jenjang Pendidikan Jumlah Murid Jumlah Guru Ratio Murid Guru


Tahun 2011
SD/MI 11192 1117 10
SMP/MTs 3854 303 13
SMA/MA/SMK 2948 242 12
Tahun 2012
SD/MI 11500 1102 10
SMP/MTs 3911 299 13
SMA/MA/SMK 3082 3911 12
Tahun 2013
SD/MI 11.552 1.609 7:1
SMP/MTs 3.983 425 9:1
SMA/MA/SMK 3.214 338 10 : 1
Tahun 2014
SD/MI 11.782 1.088 11: 1
SMP/MTs 4.668 314 15: 1
SMA/MA/SMK 3.447 255 14: 1
Tahun 2015
SD/MI 11.525 1060 11 : 1
SMP/MTs 4314 278 16 : 1
SMA/MA/SMK 3279 236 14 : 1
Sumber: BPS Kabupaten Lingga Tahun 2011-2014, Dinas pendidikan Pemuda dan Olahraga Kab.
Lingga,2016

2.3.1.1.4 Rasio Murid dan Sekolah


Rasio murid-sekolah menunjukkan kemampuan sekolah menampung murid. Rasio
murid dan sekolah terbanyak adalah SMU/SMK/MA yaitu 1:173 artinya 1 sekolah
menampung 173 murid sedangkan rasio yang paling sedikit adalah di SD/MI yaitu 1:84 (1
sekolah menampung 84 murid).

II.66
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.25.
Jumlah Murid, Sekolah dan Rasio Murid Sekolah Kabupaten Lingga
Menurut Jenjang Pendikan Tahun 2011-2015

Jumlah Ratio Murid


Jenjang Pendidikan Jumlah Murid
Sekolah Sekolah
Tahun 2011
SD/MI 11192 127 88:1
SMP/MTs 3854 34 113:1
SMA/MA/SMK 2948 17 173:1
Tahun 2012
SD/MI 11500 136 85:1
SMP/MTs 3911 39 100:1
SMA/MA/SMK 3082 20 154:1
Tahun 2013
SD/MI 11.552 137 84:1
SMP/MTs 3.983 39 102:1
SMA/MA/SMK 3.214 19 169:1
Tahun 2014
SD/MI 11.782 138 85: 1
SMP/MTs 4.668 39 111: 1
SMA/MA/SMK 3.447 19 157: 1
Tahun 2015
SD/MI 11.525 138 84 : 1
SMP/MTs 4314 39 111 : 1
SMA/MA/SMK 3279 19 173 : 1
Sumber:BPS Kabupaten Lingga Tahun 2011-2014, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kab. Lingga ,2016

Selain itu, terdapat capaian indicator pembangunan pendidikan lainnya sebagai


berikut:

Tabel. T-II.26.
Capaian Indicator Pembangunan Bidang Kesehatan

No. Uraian satuan 2011 2012 2013 2014 2015


Persentase Pendidikan Anak
1 persen 49,62 51,45 53,27 53,97 38,68
Usia Dini (PAUD)
Angka Putus Sekolah (APS)
2 persen 0,91 0,82 0,58 0,28 0,59
SD/MI
Angka Putus Sekolah (APS)
3 persen 1 0,9 0,89 0,25 0,65
SMP/MTs
Angka Putus Sekolah (APS)
4 persen 1 0,84 0,92 1 0,50
SMA/SMK/MA
5 Angka Kelulusan (AL) SD/MI persen 100 100 100 100 100
6 Angka Kelulusan (AL) persen 82,18 85,52 84,83 98,73 99,92

II.67
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

No. Uraian satuan 2011 2012 2013 2014 2015


SMP/MTs
Angka Kelulusan (AL)
7 persen 92,45 97,49 98,69 98,91 99,90
SMA/SMK/MA
Angka melanjutkan (AM) dari
8 persen 85,79 91,39 95,30 95,93 89,95
SD/MI ke SMP/MTs
Angka melanjutkan (AM) dari
9 persen 85,67 89,98 89,78 96,24 91,72
SMP/MTS ke SMA/SMK/MA
Guru yang memenuhi
10 orang 47,37 48,09 47,79 53,21 78,64
kualifikasi S1/D-IV
Sumber: Dinas Pendidikan Lingga

2.3.1.2 Kesehatan
Pembangunan bidang kesehatan di kabupaten Lingga bertujuan agar semua lapisan
masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara merata dan murah.
Pembangunan kesehatan juga memuat mutu dan upaya kesehatan dengan menciptakan
akses pelayanan kesehatan dasar yang didukung oleh sumberdaya yang memadai.

2.3.1.2.1. Sarana Kesehatan


Pembangunan tersebut diarahkan kepada peningkatan fasilitas kesehatan dan akses
pelayanan kesehatan dasar yang didukung oleh sumber daya yang memadai, seperti rumah
sakit, puskesmas, tenaga kesehatan dan ketersediaan obat. Jika dilihat pada Tabel. T-II.274.
bahwa pada tahun 2010 jumlah sarana kesehatan yang terdapat di Kabupaten Lingga terdiri
dari: Rumah Sakit 2 buah, Puskemas sebanyak 8 buah, Puskesmas Pembantu sebanyak 36 buah,
Puskesmas Keliling sebanyak 6 buah, dan polindes 64 buah. Satu-satunya Rumah Sakit yang ada
Di Kabupaten Lingga terdapat di Kecamatan Singkep dan Kecamatan Lingga, sedangkan untuk
Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, serta polindes sudah tersebar di masing-masing
Kecamatan.

Tabel. T-II.27.
Banyaknya Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Balai
Pengobatan/Klinik, Dan Polindes Menurut Kecamatan Tahun 2011-2015
Kecamatan Rumah Puskesmas Puskesmas Puskesmas Balai Polindes
Sakit Pembantu Keliling Pengobatan
Singkep Barat 0 1 7 1 0 10
Singkep 1 1 0 1 0 1
Singkep Selatan 0 0 3 0 0 1
Singkep Pesisir 0 0 1 0 0 4
Lingga 1 1 6 1 3 9
Selayar 0 1 1 0 0 2
Lingga Timur 0 1 4 0 0 4
Lingga Utara 0 1 6 1 1 6

II.68
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Kecamatan Rumah Puskesmas Puskesmas Puskesmas Balai Polindes


Sakit Pembantu Keliling Pengobatan
Senayang 0 2 8 2 3 27
Rasio Per Satuan 1 : 44.137 1 : 11.000 1 : 848 1 : 29.424 0 1 : 1.131
Penduduk
2015 2 8 104 3 0 78
2014 2 8 36 6 7 64
2013 2 8 36 3 10 62
2012 2 7 36 2 1 66
2011 2 7 36 2 0 56
Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Lingga, 2015

2.3.1.2.2. Tenaga Kesehatan


Untuk menunjang sarana kesehatan yang ada, diperlukan tenaga kesehatan yang sesuai
dengan kebutuhannya, Jumlah tenaga kesehatan dari tahun ke tahun terjadi peningkatan. Hal
ini untuk mengakomodir pemenuhan kebutuhan kesehatan yang semakin meningkat, dengan
diikuti meningkatnya sarana kesehatan. Tenaga kesehatan tersebut terdiri dari dokter dan
paramedis, dokter yang tersedia sebanyak 48 orang, terdiri dari dokter umum 32 orang, dokter
gigi sebanyak 10 orang dan spesialis 6 orang, sedangkan paramedis terdiri dari perawat (247
orang), Perawat Gigi (8 orang), AA (1 orang), farmasi (17 orang), kesehatan masyarakat dan
kesehatan lingkungan (32 orang), dan Bidan (157 orang). Gizi 14 orang dan terapi fisik 2 orang.

Tabel. T-II.28.
Banyaknya Dokter Dan Paramedis Menurut Kecamatan Tahun 2011-2015
Dokter Paramedis
Kecamatan Perawat
Spesialis Umum Gigi Perawat AA Sanitasi Bidan
Gigi
Singkep Barat 0 3 1 22 0 0 1 17
Singkep 3 8 3 58 3 4 3 46
Lingga 3 5 2 54 3 2 5 30
Lingga Utara 0 1 1 15 1 0 0 8
Senayang 0 2 1 27 1 0 0 35
Selayar 0 2 1 8 0 1 1 5
Lingga Timur 0 1 1 10 0 0 0 6
Rasio Per
1: 1: 1:
Satuan 1 : 14.712 1 8.827 1 : 357 1 : 2.758 1 : 562
2.758 11.034 12.610
Penduduk
2015 6 32 10 247 8 7 32 157
2014 0 11 3 129 5 1 4 91
2013 0 17 6 208 8 0 0 144
2012 0 32 11 257 0 0 6 157
2011 0 8 5 171 4 0 6 159
Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2015, Profil Dinas Kesehatan Kab. Lingga 2015

II.69
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Selain itu, terdapat pula capaian kinerja bidang kesehatan yang lain, sebagai berikut:
Tabel. T-II.29.
Capaian indikator Kinerja Bidang Kesehatan Kabupaten Lingga Tahun 2011-2015
No Indikator satuan 2011 2012 2013 2014 2015
1 Posyandu Aktif rasio 100 100 100 100 100
Cakupan pertolongan persalinan
2 oleh tenaga kesehatan yang rasio 95,42 93,30 96,81 97,07 90,34
memiliki kompetensi kebidanan
Cakupan Balita gizi buruk yang
3 persen 100 100 100 100 100
mendapatkan perawatan
Cakupan penemuan dan
4 penanganan penderita penyakit persen 85,79 92,17 95,09 47,30 48,27
TBC BTA
5 Angka kesakitan DBD persen 100 100 100 100 100
cakupan pelayanan kesehatan
6 Persen 37,45 34,78 37,79 71,21 2
rujukan pasien masyarakat
7 Cakupan kunjungan bayi persen 50,85 56,66 73,62 78,60 89,7
Cakupan desa/kelurahan
8 persen 20 47,06 77,19 85,33 64,2
Universal Children Immunization

Cakupan komplikasi kebidanan


9 persen 69,59 75,72 79,30 87,65 89,13
yang ditangani
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Lingga

2.3.1.3 Pekerjaan Umum


Semakin meningkatnya usaha pembangunan, maka akan menuntut peningkatan
pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas
barang dari suatu daerah ke daerah lain. Data panjang jalan tahun 2015 berdasarkan
kondisinya disajikan berikut ini.
Tabel. T-II.30.
Capaian Kinerja Urusan Pekerjaan Umum Tahun 2015
No. Indikator Panjang Jalan (km)
1 Jalan Negara 70,45
Kondisi Baik 56,73
Kondisi Sedang 5,94
Kondisi Rusak 2,59
Kondisi Rusak Berat 5,19
2 Jalan Provinsi 149,25
Kondisi Baik 37,66
Kondisi Sedang 21,16
Kondisi Rusak 36,17
Kondisi Rusak Berat 55,26
3 Jalan Kabupaten 524,83
Kondisi Baik 225,81
Kondisi Sedang 170,63
Kondisi Rusak 100,04

II.70
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

No. Indikator Panjang Jalan (km)


Kondisi Rusak Berat 28,35
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lingga,2016

Selain pembangunan/rehabilitasi jalan, maka hal lain yang menjadi indicator kinerja
bidang pekerjaan umum berdasarkan Lampiran I Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 yaitu
jumlah rumah ibadah. Berikut ini disajikan jumlah rumah ibadah di Kabupaten Lingga.

Tabel. T-II.31.
Jumlah Tempat Ibadah Persatuan Penduduk Tahun 2015
Jenis Jumlah
Mesjid/ Mushola/ Surau 167
Gereja Protestan 12
Gereja Katholik 12
Vihara 3
Kelenteng 12
Jumlah 206
Rasio per 1000 penduduk 1 : 2,3
Sumber : Bagian Kesejahteraan Rakyat Kab. Lingga, 2016

Beberapa capaian kinerja pembangunan di bidang pekerjaan umum sebagai berikut:


Tabel. T-II.32.
Capaian Kinerja Pembangunan Di Bidang Pekerjaan Umum

No Urain satuan 2011 2012 2013 2014 2015

Proporsi panjang
1 jaringan jalan dalam persen 58,14 58,71 59,26 60,19 26
kondisi baik
Persentase pemukiman
2 persen 72,51 71,95 72,54 72,54 30
bersanitasi baik
Rasio Tempat
Pembuangan Sampah
3 rasio 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
(TPS) per satuan
penduduk
4 Rasio Rumah Layak Huni jumlah 71,72 72,16 72,54 72,63
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lingga

II.71
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.3.1.4 Perumahan
Air Bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak. Air Minum adalah air yang
melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
dan dapat langsung diminum. Rumah Tangga Pengguna Air Bersih dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel. T-II.33.
Rumah Tangga Pengguna Air Bersih Tahun 2011 – 2015
No. Jenis Indikator Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
1. Rumah Tangga Pengguna 28.989 29.124 29.303 30.18
Air Bersih
2. Jumlah RumahTangga 35.033 35.372 35.525 35.789
3. Prosentase RT Pengguna 82,75 82,34 82,49 84,35
Air Bersih
Sumber: LKPJ AMJ Kabupaten Lingga, 2011-2014

2.3.1.5 Penataan Ruang


Penataan ruang di daerah sangat penting untuk mewujudkan keterpaduan
pembangunan dalam wilayah kota maupun keserasian dengan wilayah disekitarnya.
Pengaturan mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lingga sudah ditetapkan
dengan Perda Nomor 2 Tahun 2013 yang berlaku selama 20 tahun dari tahun 2011 sampai
dengan 2031.

2.3.1.6 Perencanaan Pembangunan


Perencanaan Pembangunan ini bertujuan untuk mengembangan pola perencanaan
pembangunan daerah yang mampu menjawab prioritas daerah, mengantisipasi perubahan
yang ada dengan melibatkan para pemangku kepentingan (stakeholders) melalui mekanisme
musrenbang sebagaimana diatur oleh peraturan perundang-undangan utamanya Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional berikut
peraturan turunannya.

II.72
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.34.
Capaian Kinerja Urusan Perencanaan Pembangunan
Tahun
No Indikator
2011 2012 2013 2014 2015
1 Tersedianya dokumen Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia
perencanaan RPJPD yang telah
ditetapkan dengan Perda
2 Tersedianya Dokumen Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia
Perencanaan RPJMD yang telah
ditetapkan dengan Perda
3 Tersedianya Dokumen Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia Tersedia
Perencanaan RKPD dan
kelengkaannya yang telah
ditetapkan dengan Perkada
Sumber: RKPD Kabupaten Lingga Tahun 2016

2.3.1.7 Perhubungan
Angkutan laut merupakan sarana perhubungan yang sangat vital dan strategis bagi
masyarakat Kabupaten Lingga sebagai daerah kepulauan. Oleh karena itu, maka
pembangunan di bidang pelayaran terus ditingkatkan dan diperluas termasuk
penyempurnaan manajemen dan dukungan fasilitas pelabuhan. Untuk transportasi laut,
data tahun 2015 menunjukkan jumlah pelabuhan sebanyak 84 unit. Armada kapal sebanyak
7 armada yang melayani antar pulau dengan jumlah penumpang yang terlayani sebanyak
17.200 orang.
Tabel. T-II.35.
Capaian Urusan Perhubungan Tahun 2013 – 2015
Nilai
Nama Satuan Ket
2013 2014 2015
I. Perhubungan
1) Angkutan Penyebrangan
Dermaga 1 1 1 Unit
kapal ferry 1 1 1 Unit Ro-ro
jumlah orang melalui Melalui Ro-
7337 27678 orang
dermaga ro
2) Jumlah pemasangan
704 704 Unit
rambu-rambu
II. Transportasi Laut
1) Jumlah Pelabuhan 81 84 84 Unit
I. Pelabuhan yang tidak
diusahakan
Kapal 5 6 7 Armada
Penumpang 12.800 14.500 17.200 Orang
III. Transportasi Udara

II.73
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

1) Jumlah Bandara 1 1 1 Unit


2) Jumlah orang melalui
2.640 - 4.300 Orang
bandara
IV. Jumlah Penumpang
Angkutan
Kapal Laut 12.800 14.500 17.200 Orang

Berikut ini disajikan beberapa pelabuhan laut yang ada di wilayah Lingga.

Tabel. T-II.36.
Nama Pelabuhan Laut Menurut Kelas Dan Peranannya
Pelabuhan Laut Kelas Peranannya

Dabo Singkep Kanpel Kelas IV Umum


Sungai Buluh Satuan Kerja Umum
Penuba Satuan Kerja Umum
Daik Lingga Satuan Kerja Umum
Kuala Raya Satuan Kerja Umum
Pulau Mas Pos Kerja Umum
Senayang Kanpel Kelas V Umum
Pancur Satuan Kerja Umum
Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2014

Di Pelabuhan Dabo Singkep, angkutan barang luar negeri yang dimuat pada tahun 2014
mencapai 205.600 ton. Berbeda dengan angkutan barang antar pulau, maka pada tahun
2014 barang yang dibongkar pada angkutan antar pulau tercatat sebesar 96.397 ton.

Jumlah Kunjungan Kapal Menurut Bulan


Di Pelabuhan Dabo, Daik Dan Senayang Tahun 2014 (Orang)

600
500
400
300 Senayang
200 Daik
100
Dabo
0

Sumber: Data dalam angka Kab. Lingga, 2014

II.74
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Gambar. G-II.14
Jumlah Arus Penumpang Domestik Yang Berangkat Dan Datang Menurut Bulan
Di Bandara Dabo Singkep, 2014 (Orang)

800
700
600
500
400
Datang
300
200 Berangkat

100
0

Sumber: Data dalam angka Kab. Lingga, 2014

Selain angkutan laut, terdapat juga angkutan udara. Lalu lintas pesawat dan
penumpang dari dan ke Kabupaten Lingga melalui Bandara Dabo Singkep Tahun 2014
terlihat cukup berfluktuasi. Jika dilihat selama tahun 2010 lonjakan penumpang yang datang
dan berangkat dari Bandara Dabo Singkep terjadi pada bulan Agustus. Untuk bongkar muat
bagasi, barang, dan pos paket perkembangannya juga bervariasi.
Untuk angkutan darat, Kabupaten Lingga belum memiliki terminal penumpang baik
kelas A, B maupun C. Jumlah angkutan umum berupa bus sebanyak 20 unit di tahun 2015
dan mobil barang 360 unit. Jumlah KIR angkutan umum terdata sebanyak 134 unit di tahun
2015. Dengan biaya uji KIR bervariasi antara Rp. 40.000,- sampai dengan Rp. 65.000,-.
Fasilitas perlengkapan jalan terdiri dari trotoar 1 unit, jalur sepeda 13 unit, halte 18 unit.
Manajemen rekayasa ada 9 unit. Jumlah angkutan penyebrangan Ro-ro sebanyak 2 unit
dengan kapal Ro-ro 2 unit. Jumlah rambu-rambu yang terpasang sebanyak 704 unit dari yang
seharusnya sebanyak 1456 unit.

II.75
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.37.
Data Jumlah Angkutan Umum Tahun 2013 – 2015
Tahun
Jenis Satuan
2013 2014 2015

Jumlah Angkutan
Umum
- Mobil bus - 5 20 Unit
- Mobil barang - 360 260 Unit
Jumlah Uji KIR
- Mobil barang 78 197 134 Unit
Lama Uji KIR 1 1 Hari
Biaya Uji KIR
- Mobil 45.000 45.000 40.000 Rupiah
penumpang
umum
- Bus 45.000 45.000 70.000 Rupiah
- Mobil barang 45.000 45.000 65.000 Rupiah

2.3.1.8 Pertanahan
Tanah merupakan sumber daya yang penting dan strategis karena menyangkut hajat
hidup seluruh masyarakat Indonesia yang sangat mendasar. Pengelolaan pertanahan yang
adil dan memperhatikan kearifan lokal diperlukan untuk mendukung keseluruhan elemen
pelaksanaan pembangunan wilayah yang berkelanjutan. Undang-Undang Dasar 1945
menyatakan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya digunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Jumlah luas lahan yang bersertifikat di Kabupaten Lingga pada tahun 2011– 2014 dapat
dilihat pada tabel-tabel berikut:

Tabel. T-II.38.
Persentase Luas Lahan bersertifikat Tahun 2011-2014

Indikator 2011 2012 2013 2014


Luas Lahan Bersertifikat 59,15 59,63 59,72 59,72
Sumber LKPJ AMJ Kabupaten Lingga 2010-2015

Penyelesaian kasus tanah negara selama 5 (lima) tahun terakhir disajikan pada tabel
dibawah ini.

II.76
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.39.
Penyelesaian Kasus Tanah Negara di Kabupaten Lingga Tahun 2011 - 2015
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Kasus 1 1 1 1 1
Kasus Terdaftar 1 1 1 1 1
Penyelesaian KASUS (%) 100 100 100 100 100
Sumber LKPJ AMJ Kabupaten Lingga 2010-2015

Penyelesaian ijin lokasi selama beberapa tahun terakhir disajikan sebagai berikut:

Tabel. T-II.40.
Penyelesaian Ijin Lokasi di Kabupaten Lingga Tahun 2011 - 2014
Indikator 2011 2012 2013 2014
Jumlah Ijin 4 3 4 4
Permohonan Ijin 5 5 5 4
Penyelesaian IJIN LOKASI (%) 80 60 80 100
Sumber LKPJ AMJ Kabupaten Lingga 2010-2015

Selain kinerja terkait pertanahan yang telah disajikan diatas, berikut ini disajikan
sertifikat hak atas tanah yang diterbitkan berdasarkan jenisnya.

Tabel. T-II.41.
Sertifikat Hak Atas Tanah yang Diterbitkan Tahun 2014

Sertifikat Hak Atas Tanah yang


No Jumlah
Diterbitkan
1 Hak Milik 6301
2 Hak Guna Bangunan 240
3 Hak Guna Usaha 0
4 Hak Pakai 243
5 Hak Pengelolaan 0
6 Wakaf 0
Sumber LKPJ AMJ Kabupaten Lingga 2010-2015

2.3.1.9 Kependudukan dan Catatan Sipil


Pembangunan di bidang kependudukan dan catatan sipil dilaksanakan dalam rangka
meningkatnya keterpaduan dan sinkronisasi kebijakan penyelenggaraan adminitrasi

II.77
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

kependudukan dan catatan sipil, serta mewujudkan pengelolaan informasi administrasi


kependudukan.
Kinerja kependudukan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kesadaran penduduk,
pentingnya dokumen kependudukan, kemudahan akses, kesederhanaan prosedur dan aspek
biaya pengurusan. Sampai dengan tahun 2015, persentase kepemilikan KTP sebanyak
99,48%.

Tabel. T-II.42.
Kepemilikan KTP di Kabupaten Lingga Tahun 2011 - 2015
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
Penduduk Ber KTP 38.613 38.979 39.359 64.648 72.588

Penduduk Wajib KTP 66.323 66.515 66.722 72.503 72.961

Persentase Kepemilikan KTP 58,22 58,60 58,99 89,17 99,48

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lingga, 2016

Guna mendukung kebijakan nasional di bidang kependudukan, maka Kabupaten Lingga


telah menerapkan KTP nasional berbasis NIK.

Tabel. T-II.43.
Penerapan KTP Nasional Berbasis NIK di Kabupaten Lingga Tahun 2011 - 2015
Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
Status Penerapan KTP Sudah Sudah Sudah Sudah Sudah
Nasional Berbasis NIK dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan dilakukan
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lingga, 2016

Selain persentase penduduk yang ber-KTP, indicator pembangunan di bidang


kependudukan dan pencatatan sipil adalah persentase penduduk yang memiliki akta
kelahiran. Kondisi 5 (lima) tahun terakhir disajikan sebagai berikut:

II.78
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.44.
Persentase capaian kinerja untuk Kepemilikan Akta Kelahiran per 1.000 penduduk
Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah penduduk memiliki akta 34.515 34.623 34.950 69.648 35.257
kelahiran
Persentase capaian kinerja untuk 0,2 0,3 0,3 0,7 0,3
Kepemilikan Akta Kelahiran per
1.000 penduduk
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Lingga, 2016

2.3.1.10 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


Dalam rangka pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak diperlukan akses
seluas-luasnya terhadap perempuan untuk berperan aktif di semua bidang kehidupan dalam
rangka pemberdayaan untuk menuju kesetaraan gender. Untuk mengetahui peran aktif
perempuan dapat diukur dari partisipasi perempuan di lembaga pemerintah maupun
swasta, besarnya angka kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Tabel. T-II.45.
Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah Tahun 2015

NO Uraian Jumlah

1 Pekerja perempuan di pemerintah


Tenaga Teknis 332
Tenaga Medis 320
Tenaga Guru 950
2 Jumlah pekerja perempuan 1602
Persentase pekerja perempuan di lembaga
3 53,13%
pemerintah
Sumber data : BP3AKB Kab. Lingga, 2016

Dapat dilihat persentase perempuan yang bekerja di pemerintah lebih besar daripada
laki-laki yaitu sebesar 53,13%. Sebarannya antara lain di tenaga teknis jumlah pekerja
perempuan sebesar 332 orang,tenaga medis sebanyak 320 orang dan guru sebanyak 950
orang. Dari total 3015 orang pekerja pemerintah di Kabupaten Lingga sebanyak 1602 orang
adalah perempuan.

II.79
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Demikian juga rasio kekerasan dalam rumah tangga di Kabupaten Lingga dapat
dikatakan jarang dijumpai selama 5 tahun terakhir. Pada tahun 2013 angka kekerasan paling
tinggi terjadi sebanyak 6 kasus. Untuk selengkapnya dapat disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel. T-II.46.
Rasio Kekerasan Dalam Rumah Tangga Kabupaten Lingga Tahun 2011-2015

NO Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

1 Jumlah KDRT 0 1 6 5 2
2 Jumlah Rumah Tangga 22.831 22.950 23.051 23.158 23.310
3 Rasio KDRT 0 0,004 0,026 0,021 0,008
Sumber data : BP3AKB Kab. Lingga,2016

Pekerja anak dibawah umur di Kabupaten Lingga juga menunjukkan angka yang
rendah. Hal ini berarti eksploitasi terhadap anak dapat dikatakan rendah. Pada tahun 2014
sebanyak 145 anak didapati bekerja dan angka nya meningkat tahun 2015 menjadi 256 anak.

Tabel. T-II.47.
Persentase Tenaga Kerja di Bawah Umur Kabupaten Lingga Tahun 2015

NO Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

1 Pekerja anak usia 5-14 tahun n.a n.a n.a 145 256
Jumlah pekerja usia 5 tahun
2 25505 26408 26098 26202 26920
keatas
Persentase jumlah tenaga kerja
3 - - - 0,56% 0,92%
dibawah umur
Sumber data : BP3AKB Kab. Lingga, 2016

2.3.1.11 Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera


Salah satu indikator keberhasilan keluarga berencana adalah penurunan rata-rata
jumlah anak per keluarga. Kabupaten Lingga memiliki jumlah anak yang rendah dengan rata-
rata sebesar 1 anak. Hal ini membuktikan program KB berhasil di Kabupaten Lingga.

II.80
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.48.
Rata- rata Jumlah Anak per Keluarga Kabupaten Lingga Tahun 2015

NO Uraian 2011 2012 2013 2014 2015


1
Jumlah anak 27954 27574 27456 27361 27239
2
Jumlah keluarga 26560 26548 26534 26512 26500
3 Rata-rata jumlah anak per
1,05 1,04 1,03 1,03 1,03
keluarga
Sumber data : BP3AKB Kab. Lingga,2016

Dengan sedikitnya jumlah anak yang dimiliki per keluarga maka berkaitan erat
dengan rasio akseptor KB di Kabupaten Lingga. Pasangan usia subur yang menjadi akseptor
KB terdata sebanyak 66,54% di Tahun 2015. Berikut gambarannya :

Tabel. T-II.49.
Jumlah Akseptor KB Kabupaten Lingga Tahun 2015

NO Uraian 2011 (2012 2013 2014 2015


1 Jumlah akseptor KB 11162 11067 10974 9278 8326
2 Jumlah pasangan usia subur 17092 16137 16037 13913 12513
3 Rasio akseptor KB 68,58 67,79 68,43 66,69 66,54
Sumber data : BP3AKB Kab. Lingga,2016

2.3.1.12 Sosial
Berdasarkan data yang bersumber dari Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2015
menunjukkan bahwa jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial yang ada di
Kabupaten Lingga sebanyak 1.154 orang, terbanyak adalah dewasa cacat yaitu 441 orang,
kemudian Tuna Daksa terlantar berjumlah 207 orang, Anak Cacat sebanyak 168 orang, dan
198 orang penyandang tuna Grahita.
Berdasarkan sebarannya, Kecamatan Singkep memiliki penyandang masalah
kesejahteraan sosial terbanyak yaitu 295 orang, kemudian Kecamatan Singkep Barat
sebanyak 264 orang, 155 orang di Kecamatan Senayang, Kecamatan Lingga 127 orang, 118
orang di Kecamatan Singkep Pesisir, 94 orang di Kecamatan Singkep Selatan, 82 orang di
Kecamatan Lingga Utara, 13 orang di Kecamatan Lingga Timur dan 6 orang di Kecamatan
Selayar.

II.81
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.50.
Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
Kabupaten Lingga Tahun 2015

Jumlah penyebaran lokasi kecamatan

Jenis PMKS
Singkep Singkep Singkep Singkep Lingga Selayar Lingga Lingga Senayang jumlah
Barat Selatan Pesisir Timur Utara

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

1 Tuna Daksa 62 49 20 29 19 3 25 207

2 Tuna Netra 18 12 4 4 11 8 13 70

3 Tuna 27 13 2 6 6 3 13 70
Rungu/Wicara

4 Tuna Grahita 21 67 8 15 19 6 12 32 18 198

5 Anak Cacat 19 59 5 9 33 1 13 29 168

6 Dewasa Cacat 117 95 55 55 39 23 57 441

Jumlah total 264 295 94 118 127 6 13 82 155 1154

Sumber Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lingga 2010-2015

Sedangkan jumlah PMKS yang mendapatkan bantuan sepanjang lima tahun terakhir
menunjukkan peningkatan yaitu Tahun 2015 sebanyak 61 orang.

Tabel. T-II.51.
Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
Yang Mendapatkan Bantuan Kabupaten Lingga Tahun 2011 – 2015

Jumlah 2011 2012 2013 2014 2015


Jumlah PMKS
yang
0 29 20 34 61
mendapatkan
Bantuan Sosial

2.3.1.13 Ketenagakerjaan
Tenaga kerja adalah modal dasar bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan
komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya
proses demografi. Angkatan Kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja,

II.82
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

sementara tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Penduduk berumur kurang dari 15
tahun meskipun telah melakukan pekerjaan guna memenuhi suatu kebutuhan hidup tidak
dikategorikan sebagai angkatan kerja. Angkatan kerja merupakan bagian dari aspek demografi
penduduk yang mempunyai kecenderungan bertambah atau menurun sejalan dengan
perubahan yang dialami oleh penduduk itu sendiri. Hal ini terjadi karena faktor alamiah sepeti
kelahiran, kematian maupun perpindahan yang menyebabkan jadi bergesernya pola
kependudukan secara keseluruhan.

Tabel. T-II.52.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan
di Kabupaten Lingga Tahun 2011 – 2015

Indikator 2011 2012 2013 2014 2015


Jumlah Partisipasi 251 251 279 8.612
Jumlah Angkatan Kerja 742 759 883 25.684
Persentase Tingkat Partisipasi 33,83 33,16 31,60 33,53 32,97
Sumber: LKPJ AMJ Kabupaten Lingga 2010-2015 dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Tingkat pastisipasi angkatan kerja perempuan di Lingga selama beberapa tahun


terakhir berkisar di angka 31% sampai 33%. Bila dibandingkan Tahun 2011 sebesar 33,83
maka Tahun 2015 mengalami penurunan menjadi 32,97%.

Tabel. T-II.53.
Pencari Kerja Yang Ditempatkan di Kabupaten Lingga Tahun 2011 – 2015

Indkator 2011 2012 2013 2014 2015


Jumlah Pencari Kerja ditempatkan 313 515 883 176 41
Jumlah Pencari Kerja Terdaftar 757 823 979 193 97
Persentase Pencari Kerja yang
41,35 62,58 90,19 91,19 41,26
ditempatkan
Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lingga, 2016

Persentase pencari kerja yang ditempatkan sejak Tahun 2011 terus mengalami
peningkatan sampai dengan Tahun 2014, yaitu pada posisi 91,9%. Pada tahun berikutnya
mengalami penurunan drastis menjadi 41,26%.

II.83
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.54.
Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas
Menurut Kegiatan Utama Dan Jenis Kelamin Tahun 2014

Uraian Laki - laki Perempuan Lk + Pr


1. Angkatan Kerja 86,03 33,54 60,33
1. Bekerja 82,17 32,47 57,83
2. Mencari Pekerjaan 3,86 1,07 2,50
2. Bukan Angkatan Kerja 13,97 66,45 39,67
1. Sekolah 6,11 5,91 6,01
2. Mengurus Rumah Tangga 5,33 56,91 30,59
3. Lainnya 2,53 3,63 3,07
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2014

Berdasarkan data yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik, pada tahun 2014 terdapat
60,33% penduduk angkatan kerja dan 39,67% penduduk bukan angkatan kerja. Bila
dibandingkan berdasarkan jenis kelamin, diketahui bahwa penduduk laki-laki yang bekerja
sebanyak 82,17% sementara penduduk perempuan yang bekerja sebanyak 32,47%.

Tabel. T-II.55.
Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja
Menurut Lapangan Usaha Dan Jenis Kelamin Tahun 2014

Lapangan Usaha Laki-Laki Perempuan Lk + Pr


1. Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 52,01 14,63 41,73
2. Pertambangan dan Penggalian 3,96 0,96 3,13
3. Industri Pengolahan 7,79 16,64 10,23
4. Listrik, Gas dan Air Minum 0 0 0
5. Konstruksi 7,74 0,00 5,61
6. Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan Dan Hotel 8,27 24,44 12,72
7. Transportasi, Pergudangan dan komunikasi 3,39 0 2,46
Lembaga Keuangan, Real Estate,Usaha Persewaanan Jasa
8.
Perusahaan 0,74 0 0,53
9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan Perorangan 16,11 43,32 23,60
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2015

Berdasarkan tabel diatas, penduduk yang bekerja sebagian besar bekerja di sektor
pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan (41,73%) dan sektor Jasa Kemasyarakatan,
Sosial, dan Perorangan (23,60%). Sementara lapangan kerja yang paling sedikit dijadikan
mata pencaharian oleh penduduk Lingga yaitu sektor Listrik, gas dan air minum yaitu 0%.

II.84
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.56.
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan Di Kabupaten Lingga Tahun 2014
(Penduduk Usia Kerja/Usia 15 Tahun Ke Atas)

No Jenis Pekerjaan Jumlah Prosentase


1 Wiraswasta 4.161 8,68
2 Buruh/ Nelayan Perikanan 3.989 8,32
3 Nelayan/ Perikanan 3.687 7,69
4 Buruh Harian Lepas 2.049 4,27
5 Karyawan Swasta 981 2,05
6 Pegawai Negeri Sipil 639 1,33
7 Guru 575 1,20
8 Karyawan Honorer 525 1,10
9 Petani/ Pekebun 437 0,91
10 Pembantu Rumah Tangga 437 0,91
11 Lainnya 30.456 63,53
Jumlah 47.936 100,00
Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2015

Dari jenis pekerjaan yang ada, wiraswasta adalah yang paling banyak dijalankan
oleh penduduk. Tabel diatas menunjukkan penduduk yang bekerja sebagaiwiraswasta
sebanyak 4.161 jiwa atau 8,68 % dari keseluruhan jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten
Lingga. Kemudian diikuti oleh jenis pekerjaan sebagai buruh/nelayan perikanan sebanyak
3.989 jiwa atau 8,32% dari keseluruhan jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten Lingga.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah persentase jumlah pengangguran
terhadap jumlah angkatan kerja. Nilaiu TPT di Kabupaten Lingga pada Tahun 2015 sebesar
4,01%. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yang berada di
angka 4,14%.
Tabel. T-II.57.
Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Lingga Tahun 2011 – 2015

Jenis Data 2011 2012 2013 2014 2015

Tingkat Pengangguran terbuka 3,55 3,38 2,78 4,14 4,01


Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lingga, 2016

Dibandingkan dengan kabupaten/kota se-Provinsi Kepulauan Riau, tingkat


pengangguran terbuka pada Tahun 2014 tertinggi di Kabupaten Bintan, sedangkan terendah
di Kabupaten Lingga, seperti terlihat pada gambar berikut ini.

II.85
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Gambar. G-II.15
Perbandingan Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota
di Provinsi Kepri Tahun 2014

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, 2015

Angka sengketa pengusaha – pekerja dari tahun 2011 sampai 2015 adalah 0 dalam
artian tidak ada kejadian konflik sengketa antara pengusaha dengan pekerja.

2.3.1.14 Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah


Dalam mengembangkan usahanya koperasi menghadapi kendala utama yang bersifat
internal yaitu kelemahan dalam permodalan. Sebagaimana diketahui modal secara otonomi
adalah sebagai “darah” yang akan mendorong sumber daya ekonomi lainnya dalam kegiatan
usaha. Oleh karena itu pengembangan permodalan bagi koperasi harus diprioritaskan, baik
yang bersumber dari dalam maupun dari luar koperasi.

Tabel. T-II.58.
Data Koperasi Kabupaten Lingga Tahun 2013 – 2015

Tahun
2013 2014 2015
No. Uraian KUD Non KUD KUD Non KUD KUD Non KUD
1. Jumlah Unit Usaha 11 83 11 95 11 95
2. Jumlah Anggota 987 6.190 1.068 6.080 1.068 6.216
Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kab. Lingga

Jumlah koperasi tahun 2015 dan 2014 sebanyak 106 unit, dengan rincian 11 KUD dan
95 Non KUD, sedangkan jumlah anggota koperasi untuk tahun 2015 dan tahun 2014
sebanyak 7.284 orang dan 7.148 orang, dengan rincian untuk KUD 1.068 orang 6.212 orang

II.86
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

dan 6.216 orang dan untuk Non KUD 1068 orang dan 6080 orang. Sedangkan untuk tahun
2013 ada sebanyak 94 unit, dengan rincian 11 KUD dan 83 Non KUD, sedangkan jumlah
anggota koperasinya 987 orang dan 6.190 orang.

Gambar. G-II.16
Jumlah Koperasi Menurut Jenis Tahun 2015

KUD
10%
Lainnya Perikanan
30% 18%

Serba Usaha
42%

Sumber: Data dalam angka Kab. Lingga, 2015

Perkembangan koperasi dapat dilihat melalui indicator persentase koperasi aktif. Data
beberapa tahun terakhir menujukkan koperasi aktif di Lingga mengalami penurunan. Tahun
2011 koperasi aktif sebanyak 62,30%, terus meningkat menjadi 63,20% Tahun 2012, 82%
pada Tahun 2013 dan mengalami penurunan Tahun 2014 menjadi 47,50%. Angka ini kembali
meningkat menjadi 50% pada tahun 2015.
Selain koperasi, di Kabupaten Lingga juga berkembangan usaha kecil dan menengah
(UKM). Jumlah UKM selama 4 (empat) tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang
menggembirakan dalam arti mengalami peningkatan jumlah.

Tabel. T-II.59.
Usaha Mikro dan Kecil di Kabupaten Lingga Tahun 2011 – 2015

Indikator 2011 2012 2013 2014


Jumlah UKM 850 898 979 1.000
Sumber: LKPJ AMJ Kabupaten Lingga 2010-2015

2.3.2.1. Penanaman Modal


Jumlah investor yang menanamkan modalnya di Kabupaten Lingga terhitung dari
tahun 2011 sampai 2015 hanya 1 investor dalam negeri. Kabupaten Lingga nampaknya
II.87
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

belum dilirik oleh investor disebabkan oleh masalah lahan yang tumpang tindih dan
infrastruktur yang belum baik. Ketersediaan pelayanan penunjang pemerintah daerah dalam
menarik investor masih kurang. Adapun nilai realisasi PMDN selama beberapa tahun
terkahir sebagai berikut:
Tabel. T-II.60.
Nilai Realisasi PMDN Kabupaten Lingga Tahun 2011-2014

Tahun (Milyar Rupiah)

2011 2012 2013 2014

465,94 3.540,09 3.541 3.654

Sumber: LKPJ AMJ Kabupaten Lingga 2010-2015

2.3.1.15 Kepemudaan dan Olahraga


Salah satu indicator yang menunjukkan perhatian pemerintah terhadap
pengembangan olaharaga yaitu jumlah lapangan olahraga. Adapun jumlah lapangan
olahraga di Lingga selama 5 tahun terakhir tetap sama yaitu 19 buah.

Tabel. T-II.61.
Jumlah Lapangan Olahraga Tahun 2011 – 2015

Indikator Kinerja Satuan 2011 2012 2013 2014 2015

Lapangan Olahraga Jumlah 19 19 19 19 19

2.3.1.16 Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri


Dalam mewadahi urusan wajib Kesatuan Bangsa dan Plitik Dalam Negeri maka Badan
Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Lingga melaksanakan kegiatan berupa pembinaan
terhadap partai politik dan berbagai kegiatan yang terkait dengan kesatuan bangsa. Adapun
indikator capaian kesatuan bangsa dan politik dalam negeri sebagai berikut:

II.88
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.62.
Indikator Capaian Kesatuan Bangsa Dan Politik Dalam Negeri Tahun 2011 – 2015

No Indikator Kinerja Satuan 2011 2012 2013 2014 2015


Jumlah Kegiatan
Kegiata
1 Pembinaan 5 5 5 5 0
n
terhadap Parpol
Tingkat Partipasi
Pemilih dalam
2 Persen - - - 80 90
Pileg, Pilbup dan
Pilpres

2.3.1.17 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,


Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 31
Tahun 2003 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten Lingga di Provinsi Kepulauan Riau. Secara
administrasi, maka Kabupaten Lingga terdiri dari 9 kecamatan dengan rincian sebanyak 75
desa/kelurahan dan 7 diantaranya adalah berstatus kelurahan. Dan kecamatan yang termasuk
wilayah Kabupaten Lingga adalah Singkep Barat, Singkep, Singkep Selatan, Singkep Pesisir,
Lingga, Selayar, Lingga Timur, Lingga Utara, dan Senayang. Dengan dijadikannnya Kabupaten
Lingga sebagai daerah otonom, maka kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga adalah
mencakup seluruh bidang pemerintahan kecuali kewenangan dalam bidang Politik Luar Negeri,
Pertahanan Keamanan, Yuridis, Moneter dan Fiskal Nasional, Agama, serta kewenangan di
bidang lain seperti kebijakan perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional
secara makro, dana perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga
perekonomian negara, pembinaan di bidang Sumber Daya Manusia (SDM), pendayagunaan SDM
dan Sumber Daya Alam (SDA) serta teknologi tinggi yang strategis, konservasi dan standarisasi
nasional.
Jumlah satpol PP (banpol PP) di Kabupaten Lingga pada tahun 2015 tercatat sebanyak
111 orang yang bertugas. Sedang jumlah Linmas yang aktif sebanyak 512 orang. Dengan
pertumbuhan ekonomi sebesar 15,63% dan Indeks Kepuasan Masyarakat dari tahun 2011
sampai dengan 2015 belum ada survey.

II.89
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.63.
Capaian Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,
Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Tahun 2011 – 2015

No Indikator Kinerja Satuan 2011 2012 2013 2014 2015


1 Rasio Satpol PP per
Rasio 1 : 11 1 : 11 1 : 12 1 : 12 1 : 12
10.000 penduduk
2 Jumlah Satlinmas
per 10.000 rasio 1 : 71 1 : 72 1 : 72 1 : 98 1 : 58
penduduk
3 Petugas Linmas orang 632 632 632 868 512
4 Pertumbuhan persen 6,65 6,58 6,54 6,80 3,12
ekonomi
5 Kemiskinan Persen 12,98 14,17 13,55 14,75 14,63
6 Indeks kepuasan Ada/tidak tidak tidak tidak Tidak Tidak
layanan masyarakat

2.3.1.18 Perpustakaan
Pembangunan di bidang perpustakaan diarahkan untuk meningkatkan kuantitas dan
kualitas perpustakan, meningkatkan layanan informasi perpustakaan berbasis teknologi
informasi, meningkatkan minat baca masyarakat dengan mengoptimalkan fungsi Taman
Bacaan Masyarakat (TBM), perpustakaan di sekolah, meningkatkan kualitas dan kuantitas
sarana prasarana perpustakaan melalui operasionalisasi perpustakan keliling.

Tabel. T-II.64.
Capaian Kinerja Urusan Perpustakaan
No Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
1 Jumlah Pengunjung 90.323 90.551 90.641 92.351 4.762
Perpustakaan
 Umum 880
 Mahasiswa 399
 Pelajar 1366
 Anak-anak 2117
2 Jumlah Judul Buku 7535
3 Jumlah Buku 10.885 11.338 11.406 11.500 20132
Sumber: RKPD Kabupaten Lingga Tahun 2016, Kantor Perpustakaan dan Arsip 2016

2.3.1.19 Ketahanan Pangan


Ketersediaan pangan utama adalah rata-rata ketersediaan beras per 1000 penduduk
dalam setahun. Indikator Kinerja ketersediaan pangan utama pada tahun 2011 mencapai
40,9% dan mengalami sedikit peningkatan pada tahun-tahun berikutnya. Tahun 2014

II.90
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

mencapai 41,9%. Berikut adalah tabel ketersediaan pangan utama di Kabupaten Lingga
tahun 2011–2014.

Tabel. T-II.65.
Ketersediaan Pangan Utama (Ton) Kabupaten Lingga Tahun 2011 – 2014 (%)

Indikator 2011 2012 2013 2014


Ketersediaan Pangan Utama 40,9 41,10 41,28 41,9
Sumber: Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Lingga, tahun 2016

2.3.1.20 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa


PKK aktif pada tahun 2011 mencapai 100%, kondisi ini bertahan setiap tahunnya
sampai dengan tahun 2015 masih tetap 100%. Hal ini berarti selama 5 tahun terakhir, dari
semua PKK di Kabupaten Lingga semuanya aktif.

2.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan


Urusan pilihan merupakan urusan pemerintah yang secara nyata ada dan berpotensi
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan
potensi unggulan yang ada di Kabupaten Lingga.

2.3.2.2. Pertanian
Sub sektor tanaman bahan makanan adalah merupakan salah satu sub sektor pada
sektor pertanian. Sub sektor tersebut mencakup tanaman ubi kayu dan ubi jalar.Produksi
bahan makanan/palawija pada tahun 2013 mencapai 1.191,6 ton. Apabila dibandingkan
dengan tahun 2012 sebesar 1.205 ton, maka terjadi penurunan sekitar 1,11%. Sedangkan
untuk tahun 2015 dengan jumlah produksi (ton) yaitu 135,48 ton. Dengan didominasi oleh
Ubi Kayu dan kedua adalah Jagung dan berikutnya adalah Ubi Jalar. Produksi dari tanaman
sayur-sayuran pada tahun 2015 mencapai 1.615,30 Ton. produksi tertinggi didominasi oleh
kangkung yakni sebesar 510,3 ton, diikuti bayam sebesar 304,9 ton. Sebaliknya produksi
terendah adalah terong yaitu 22 ton dan produksi untuk Kubis dan Buncis 0 Ton.

II.91
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Gambar. G-II.17
Jumlah Produksi Palawija Menurut Komoditi Tahun 2015 (Ton)

Ubi Jalar
14%
Ubi Kayu
38%

Jagung
48%

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab Lingga,2016

Untuk pertanian tanaman pangan yang terdiri dari tanaman palawija dan hortikultura,
telah dikembangkan oleh masyarakat untuk keperluan pasar lokal maupun dipasarkan keluar
daerah Kabupaten Lingga. Untuk tanaman pangan jenis komoditi ubi kayu merupakan
unggulan daerah dengan luas tanam 200,50 ha dan produksi sebanyak 4.253,69 ton.
Kemudian diikuti oleh jagung seluas 150,5 ha dengan produksi sebanyak 743,96 ton dan ubi
jalar seluas 82,6 ha dengan produksi sebanyak 779,73 ton. Luas tanaman dan potensi lahan
palawija tahun 2010 - 2014 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel. T-II.66.
Luas Tanam dan Produksi Tanaman Pangan/ Palawija Kabupaten LinggaTahun 2010 – 2015

Luas Tanam (Ha) Produksi (ton)


No Jenis Komoditi
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 Ubi Kayu 43 34 54 27 25,5 570 980 930 898 810 65,69
2 Jagung 43 40 38 25 4,5 36 174 155 276,6 50 52,36
3 Ubi Jalar 26,6 37 6 3 2 33,3 464 120 17 128 17,43
4 Kacang Tanah 1 10 0 0 0 0 6 0 0 0 0
5 Talas 3 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Padi 1 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0
118 121 99 55 32 643 1624 1205 1192 988 135,48
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Lingga, 2016

Luas tanam sayur mayur menurut komoditas pada dari tahun 2010 - 2015 mencapai
1,400,47 ha yang mayoritas ditanami dengan kangkung yaitu seluas 305,20 ha diikuti dengan
kacang panjang seluas 259,30 ha dan sawi seluas 196,20 ha. Produksi sayur mayur dari
tahun 2010 - 2014 sebanyak 59.837,30 ton menurut jenis komoditas Produksi tertinggi

II.92
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

didominasi oleh sawi yakni sebesar 20.834,90 ton, kemudian diikuti kangkung sebesar
15.647,30 ton. Sebaliknya produksi terendah adalah buncis yaitu 55 ton.

Tabel. T-II.67.
Luas Tanam dan Produksi Sayur-sayuranTahun 2010 - 2015

Jenis Luas Tanam (Ha) Produksi (ton)


No
Komoditi 2015 2015
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
240.9
1 Petsai/Sawi 66,2 52 37 10 11 20 162,3 2.676 487 17.256 13,5
198,6
2 K. Panjang 76,3 63 62 18 19 21 97,39 1.436 215 1.380,7 14,83
125,6
3 Cabe 22 38 50 14 17 29 30,33 407 84 238,5 5,16
0
4 Kubis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22
5 Terung 15,8 0 15 1 5 1 97 0 63 0 0,26
0
6 Buncis 1 0 6 0 0 0 0,06 0 55 0 0
213
7 Ketimun 49,97 36 57 15 12 11 292,4 2.544 561 310 12,94
510,3
8 Kangkung 89,2 69 52 30 26 39 596,3 2.466 700 11.342 33,61
304,9
9 Bayam 58 80 28 15 24 39 379,3 2.684 410 11.158,8 18,8
1.615,3
378 338 307 103 114 160 1655 12.213 2575 41.686 99,1
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Lingga,2016

Beberapa kendala yang dihadapi para petani selain disebabkan kendala produksi
adalah karena sulitnya mendapatkan sarana produksi pertanian salah satunya pupuk dan
masalah pemasaran hasil pertanian. Meskipun demikian upaya peningkatan dan
pengembangan produktivitas sayur-mayur di Kabupaten Lingga terus dilaksanakan.

Tabel. T-II.68.
Realisasi Produksi Buah-buahan Tahun 2010 – 2015

Produksi (ton)/ Tahun


No Jenis Komoditi
2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 Durian 1,4 45,99 49 42,9 118,03 1108
2 Pisang 689,65 18,37 167 244,84 36,85 324
3 Cempedak/Nangka 0,3 6,42 3 0 6,34 0
4 Rambutan 0 26,95 16 9 8,15 0
5 Manggis 0 3,4 5 0,1 10,56 0
6 Sukun 9,75 4,99 6 23,8 1,07 0
7 Nenas 158,29 3,61 33 27,5 2,07 47
8 Duku/Langsat 0 2,17 31 5,6 12,47 0
9 Pepaya 48,92 2,09 78 138,55 6,56 4
10 Jeruk 75,99 1,22 0 0,4 0,22 0

II.93
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

11 Mangga 8,35 3,4 2 9,9 9,35 20


12 Salak 10,12 0,08 119 4,42 1,45 11
13 Jambu Air 0,26 0,08 7 1,05 1,98 0
14 Jambu Biji 0,03 6,11 5 4,1 1,94 0
15 Sawo 1,7 2,91 26 0,7 0,01 2
16 Sirsak 1,47 1,61 0 0,3 0,11 0
17 Belimbing 0,02 2,17 0 0,7 0,12 0
1006,3 131,6 547 513,86 217,28 1.216

Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab. Lingga, 2016

Produksi buah-buahan di Kabupaten Lingga mempunyai potensi yang bagus untuk


dikembangkan di masa mendatang. Selama tahun 2010-2015, produksi buah durian mampu
menghasilkan 1.226,03 Ton, pisang mencapai 1480,71 ton, buah pepaya mampu
menghasilkan 278,12 ton, dan buah nenas mampu menghasilkan 271,47 ton.

2.3.2.3. Perkebunan
Potensi perkebunan di Kabupaten Lingga masih didominasi oleh komoditas karet. Pada
Tahun 2015, luas lahan yang digunakan untuk perkebunan karet mencapai 10.199,50 ha dengan
produksi sebanyak 4.127 ton. Secara umum, seluruh jenis komoditi mengalami peningkatan
produksi selama 5 tahun terakhir.

Gambar. G-II.18
Jumlah Produksi Perkebunanan Menurut Komoditi
Di Kabupaten Lingga Tahun 2015 (Ton)

Lada
2%
Kelapa Dalam
15%

Karet
51%
Sagu
32%

Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Lingga, 2016

II.94
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.69.
Luas Areal dan Produksi Perkebunan Tahun 2010 - 2015

Jenis Luas Tanam (Ha) Produksi (ton)


No
Komoditi 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 Sagu 3.391,69 3.447,93 3.455 1.414,50 2970 3.449 12.439,56 0 545 3.218 2.615 2.618
2 Karet 9.275,15 4.696,37 12.194,50 4.868,19 6.105,50 10.199,50 3.118,08 10.207 4.120 4.119,7 4.119 4.127
3 Kelapa Dalam 2.787,46 2.674,91 2.696,75 1.356,40 1.835 2.694 1.160,70 2.841 1.267 1.247 1.275 1.290,6
4 Lada 73,87 100,08 118,89 87,8 109 148,50 31,54 100 36,02 37,95 37 43,8
15528,2 10919,29 18465,14 7726,89 11019,5 16.491 16749,88 13.148 5968 8.623 8046 8.079,40
Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Lingga,2016

II.95
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.3.2.4. Peternakan
Potensi peternakan juga memiliki peluang yang cukup besar untuk dikembangkan di
Kabupaten Lingga. Pada tahun 2015, populasi ternak sapi dan kambing telah dihasilkan 1.958
ekor sapi, 896 ekor kambing yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Lingga.
Populasi Ayam Kampung memiliki jumlah terbanyak yaitu sebanyak 116.682 ekor,
populasi Ayam Petelur dan Ayam Pedaging masing-masing sebanyak 6.500 dan 35.850 ekor.
Dan populasi Itik sebanyak 1548 ekor.

Tabel. T-II.70.
Populasi Ternak di Kabupaten LinggaTahun 2010 – 2015

Populasi
No Jenis Komoditi
2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 Sapi 1.341 1.756 1.947 1.978 1.978 1958
2 Kambing 748 785 950 896 896 896
3 Ayam Buras 72.131 69.041 69.041 116.684 116.684 116.682
4 Itik 1.611 1.581 1.363 1.936 1.936 1548
5 Ayam Ras Pedaging 32.800 32.850 35.850 35.850 36.350 35.850
6 Ayam Ras Petelur 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500
7 Babi 335 - 450 923
115.466 112.513 115.651 164.294 -
Sumber: LKPJ AMJ Kabupaten Lingga 2010-2015

Untuk jenis ternak kecil/unggas yaitu ayam buras dan itik, populasinya menyebar
diseluruh kecamatan dengan rincian populasi ayam buras sebanyak 116.684 ekor ayam buras
dan itik sebanyak 1.936 ekor itik. Sedangkan ayam ras pedaging populasinya sebanyak 36.350
ekor,cayam ras petelur sebanyak 6.500 ekor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.

2.3.2.5. Perikanan
Potensi perikanan di Kabupaten Lingga didominasi oleh perikanan laut dan sektor
perikanan laut masih merupakan sektor andalan di Kabupaten Lingga. Volume produksi
perikanan laut selama lima tahun terakhir mengalami peningkatan. Penangkapan sebanyak
21.363 ton pada tahun 2010, meningkat menjadi 23.713,671 ton pada tahun 2011, meningkat
pada tahun 2012 menjadi 32.100 ton meningkat lagi pada tahun 2013 menjadi 33.214 ton, dan

II.96
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

pada tahun 2014 meningkat menjadi 33,396 ton. Nilai produksi pada tahun 2010 sebesar Rp.
339.339.014, meningkat pada tahun 2011 menjadi sebesar Rp 466.846.708 dan meningkat
pada tahun 2012 menjadi Rp 963.000.000 meningkat lagi pada tahun 2013 menjadi Rp.
996.420.000, meningkat lagi pada tahun 2014 sebesar Rp. 1.001.880.000. Untuk budidaya laut
volume produksi tahun 2010 sebanyak 183,13 ton, meningkat pada tahun 2011 sebanyak 251
ton, meningkat pada tahun 2012 menjadi 330 ton dan pada tahun 2013 menjadi 292,72 ton
serta pada tahun 2014 meningkat menjadi 58.530 ton, dengan nilai produksi pada tahun 2010
sebesar Rp. 12.653.890, meningkat pada tahun 2011 sebesar Rp 26.384.523 dan meningkat
pada tahun 2012 menjadi Rp 34.311.000 meningkat lagi pada tahun 2013 menjadi Rp.
1.895.475.670 serta pada tahun 2014 meningkat menjadi Rp.9.484.696.800. Secara
keseluruhan, volume produksi maupun nilai produksi perikanan di Kabupaten Lingga
mengalami peningkatan dari tahun 2010 - 2014. Meningkatnya hasil produksi perikanan di
Kabupaten Lingga tidak bisa terlepas dari usaha Pemerintah Kabupaten Lingga dalam
meningkatkan sarana dan prasarana sektor perikanan. Pada tahun 2013, jumlah armada
kapal/perahu penangkapan ikan mencapai 6.128 unit, terdiri dari perahu tanpa motor
sebanyak 2.630 unit, perahu bermotor sebanyak 283 unit, dan perahu tempel sebanyak 3.215
unit.

Tabel. T-II.71.
Volume Produksi Perikanan Laut dan Perikanan Darat
di Kabupaten Lingga Tahun 2010–2014 (Ton)
No Produksi 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 Penangkapan 21.363 23.713,67 32.100 33.214 33.396 33.587
2 Budidaya Laut 183,13 251 330 292,74 58,503 90,68
3 Budidaya Air Tawar 6,77 240 5.567 124 3.440
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lingga

Untuk jumlah alat penangkap ikan mencapai 8.820 unit terdiri dari lampara dasar
sebanyak 14 unit, jaring insang sebanyak 1.459, jaring udang sebanyak 740, pancing ulur
sebanyak 1.723, kelong bilis sebanyak 655, bubu sebanyak 1.305, jaring tamban sebanyak 285,
dan lainnya sebanyak 1.076 unit.

II.97
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Berikut ini disajikan nilai produksi perikanan laut sejak tahun 2010 sampai dengan 2014.
Dari darat tersebut diketahui bahwa produksi perikanan tangkap meningkat setiap tahun,
sedangkan budidaya laut juga mengalami peningkatan sejak 2010 sampai 2014.
Tabel. T-II.72.
Nilai Produksi Perikanan Laut di Kabupaten Lingga Tahun 2010 -2014

No Produksi 2010 2011 2012 2013 2014

1 Penangkapan 339.339.014 466.846.708 963.000.000 996.420.000 1.001.880.000

2 Budidaya Laut 12.653.890.000 26.383.523.000 34.311.000.000 1.895.475.670 9.484.696.800

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lingga

Indikator di bidang kelautan dan perikanan yaitu konsumsi ikan masyarakat. Konsumsi ikan
masyarakat Lingga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini ditunjukkan pada Tabel
berikut ini.
Tabel. T-II.73.
Konsumsi Ikan Masyarakat Lingga Tahun 2011-2015
Indikator satuan 2011 2012 2013 2014 2015
Kg/Kapita/ 41,52 41,95 42,10 43,54
Konsumsi ikan 46,59
Tahun
Sumber: Dinas Kelautan dan perikana Kabupaten Lingga

2.3.2.6. Kehutanan
Berdasarkan SK menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.76/MenLHK-II/2015
Luas dan persentase hutan menurut fungsi di Kabupaten Lingga dapat dilihat pada tabel ini.
Tabel. T-II.74.
Luas Dan Persentase Hutan Menurut Fungsi Tahun 2015
Fungsi Luas (Ha) Persentase (%)
(1) (2) (3)
01. Hutan Lindung 31.937 14,6
Conservation Forest
02. Hutan Suaka Alam - -
Natural Conservation Forest
03. Hutan Produksi 66.815 30,5
Production Forest
04. Hutan Produksi Konversi 11.154 5,1

II.98
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Conversion Production Forest


Jumlah 109.906,00 50,2
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Lingga, 2016

Capaian kinerja pembangunan bidang kehutanan sebagai berikut:


Tabel. T-II.75.
Capaian Kinerja Pembangunan Bidang Kehutanan
No Indikator satuan 2011 2012 2013 2014 2015
Persentase
kerusakan
2.1 persen 6,99 5,59 4,66 5,13 n.a
kawasan
hutan
Luas hutan Jumlah
dan lahan
2.2 1.299 1.201 1.104 989 n.a
kritis yang
direhabilitasi
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Lingga, 2016

2.3.2.7. Pariwisata
Pembangunan kepariwisataan diarahkan pada pariwisata yang menggalakkan kegiatan
ekonomi, sehingga lapangan pekerjaan, pendapatan masyarakat serta penerimaan devisa
akan dapat meningkat melalui upaya pengembangan dan pendayagunaan berbagai potensi
kepariwisataan. Kabupaten Lingga mempunyai tempat-tempat peninggalan sejarah yang
layak untuk pengembangan pariwisata dan panorama alam yang indah yang berbukit dan
terjal. Daerah ini mempunyai nilai-nilai budaya sebagai inti peradaban masyarakat yang kuat
yang dapat dijadikan objek wisata.

Gambar. G-II.19
Banyaknya Objek Wisata Menurut Kecamatan Di Kabupaten Lingga Tahun 2015

40 35
30
20 17
10 8
10 7 6 7
3 2
0
Singkep Singkep Lingga Lingga Senayang Singkep Singkep Selayar Lingga
Barat Utara Selatan Pesisir Timur

Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2015

II.99
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Objek wisata di Kabupaten Lingga seluruhnya ada 95 objek wisata yang terdapat di
Kecamatan Singkep 10 objek wisata, Singkep Barat 7 objek wisata, Lingga 35 objek wisata,
Lingga Utara 3 objek wisata, Senayang 17 objek wisata, Lingga Timur 7 objek wisata, Singkep
Pesisir 8 objek wisata, Singkep Selatan 2 objek wisata, serta Selayar 6 objek wisata Hal ini
dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Capaian kinerja bidang pariwisata disajikan sebagai berikut:
Tabel. T-II.76.
Capaian Kinerja Bidang Pariwisata
No Indikator satuan 2011 2012 2013 2014 2015
orang
1 Kunjungan wisata 7715 9196 10703 13262 12021

Kontribusi sektor
Jumlah
2 pariwisata terhadap 149.111,13 149.567,18 150.024,93 152.565,13 46.632,70
(jutaan)
PDRB
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lingga

2.3.2.8. Perdagangan
Nilai volume perdagangan yang ada di Kabupaten Lingga dapat diketahui dari
transaksi ekspor dan impor yang ada, berikut nilai ekspor dan impor yang ada di Kabupaten
Lingga.
Volume ekspor Kabupaten Lingga tahun 2014 mencapai 259.428.500 kg melalui
Pelabuhan Dabo Singkep. Nilainya mencapai 8.815.770US$ yang merupakan total nilai
ekspor dari Kabupaten Lingga. Adapun negara yang menjadi tujuan ekspor adalah Cina.

Gambar. G-II.20
Perkembangan Nilai Ekspor Melalui Kabupaten Lingga, 2006-2014 (US$)

Sumber: data dalam angka Kab. Lingga, 2014

II.100
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Pada tahun 2013 Volume impor dari negara Cina ke Kabupaten Lingga mencapai
163.000 kg dengan nilai sebesar 850.000 US Dollar. Barang tersebut dibongkar melalui
pelabuhan Dabo Singkep.

Gambar. G-II.21
Perkembangan Nilai Impor Melalui Kabupaten Lingga Tahun 2006-2014 (US$)

Sumber: Data dalam Angka Kab. Lingga, 2015

Tabel. T-II.77.
Kontribusi Sektor Perdagangan Terhadap PDRB
di Kabupaten Lingga Tahun 2011 – 2014

Uraian 2011 2012 2013 2014


Jumlah Kontribusi (dalam
232.176,10 232.889,13 233.216,08 233.455,88
jutaan)
Eksport Bersih (dalam US $) 35.555.189 36.128.889 36.452.374 38.889.551
Sumber: LKPJ AMJ Kabupaten Lingga 2010-2015

2.3.2.9. Perindustrian
Pembangunan di sektor industri adalah merupakan upaya dalam meningkatkan nilai
tambah, menciptakan lapangan usaha, memperoleh kesempatan kerja, menyediakan barang
dan jasa yang bermutu dengan harga yang bersaing di dalam negeri dan luar negeri,
meningkatkan ekspor guna menunjang pembangunan daerah dan sektor-sektor
pembangunan lainnya serta mengembangkan kemampuan teknologi

II.101
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Industri pengolahan dibagi menjadi empat kelompok, yaitu industri besar, industri
sedang, industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga. Pada tahun 2015 dan 2014
jumlah industri rumah tangga sebanyak 2.050 usaha, lebih sedikit dibandingkan tahun 2013
yang hanya 1.259 usaha. Hal yang sama juga terlihat pada industri kecil terdapat 6 usaha
pada tahun 2013 sampai dengan pada tahun 2015. Untuk industri besar sedang juga tidak
mengalami peningkatan atau penurunan sebanyak 0 usaha pada tahun 2013 sampai dengan
2015. Belum adanya jumlah usaha di masing-masing kelompok ini tentunya tidak akan
berpengaruh positif terhadap peningkatan keterserapan tenaga kerja. Pembangunan
industri diharapkan dapat berperan dalam pembangunan selama lima tahun kedepan
dengan memaksimalkan sumber daya alam yang ada di Kabupaten Lingga diolah dengan
sistem industrilisasi.

Tabel. T-II.78.
Data Industri Kabupaten Lingga Tahun 2013-2015
Tahun
No. Jenis Industri 2013 2014 2015 Keterangan
1. Industri Kecil 6 6 6 usaha industri yang memiliki
tenaga kerja antra 5-19 orang dan
memiliki TDI
2. Industri Menengah usaha industri yang memiliki
tenaga kerja antara 20-99 orang
dan memiliki TDI
3. Industri Besar usaha industri yang memiliki
tenaga kerja 100 orang atau lebih
dan memiliki TDI
4. Industri Rumah 1259 2050 2050 usaha industri yang memiliki
Tangga tenega kerja kurang dari 5 orang
dan tidak memiliki TDI
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kab. Lingga

Berikut ini disajikan kontribusi industry terhadaoPDRB tahun 2011 sampai 2015 yang
menunjukkan kecenderungan meningkat. Kontribusi yang meningkat dari tahun ke tahun
disebabkan semakin meningkatnya pula pertumbuhan indtsri di kabupaten Lingga.

II.102
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.79.
Kontribusi Sektor Industri Terhadap PDRB
di Kabupaten Lingga Tahun 2011 – 2015

Indikator 2011 2012 2013 2014


Jumlah Kontribusi (dalam 100.889,18 101.128,13 101.557,89 102.128,88
jutaan)
Pertumbuhan Industri 1.245 1.251 1.259 1.301
Sumber: LKPJ AMJ Kabupaten Lingga 2010-2015

2.4. Aspek Daya Saing Daerah


Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan otonomi
daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah. Suatu daya saing
(competitiveness) merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi
yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat
kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan.

2.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah


Tinjauan terhadap kemampuan ekonomi daerah bertujuan untuk mengetahui kualitas
pertumbuhan ekonomi daerah. Semakin baik kualitas pertumbuhan maka semakin tinggi
pula daya saing daerah tersebut.
Data-data perkembangan PDRB, khususnya sektor pertanian dan sektor perdagangan,
hotel, dan restoran menunjukkan daya saing daerah ini pada kedua sektor tersebut. Daya
saing ini semakin diperkuat dengan telah mapannya peran industri pengolahan untuk
selanjutnya terus dikembangkan guna membangun keterkaitan antar sektor yang lebih
kokoh.
2.4.1.1. PDRB Perkapita
Peningkatan PDRB dan pendapatan per kapita menjadi salah satu ukuran dalam
pencapaian tingkat kemakmuran masyarakat disuatu wilayah jika data tersebut disajikan
secara berkala. PDRB Perkapita dan pendapatan perkapita Kabupaten Lingga dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan, baik itu atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga
konstan tahun 2000.

II.103
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Pada tahun 2010 PDRB perkapita atas dasar harga berlaku sebesar Rp 21.473. 335,91,-
meningkat menjadi 32.694.393,93,- pada tahun 2014 (52,25%), sedangkan atas dasar harga
konstan, dari Rp. 21.540.312,- meningkat menjadi Rp. 27.217.816,- (126,35%).

Tabel. T-II.80.
PDRB Dan Pendapatan Perkapita Tahun 2010-2014 (Juta Rupiah)

Rincian Harga Berlaku Harga Konstan Thn 2010

I . PDRB per Kapita

2010 21 473 335,91 21.540.312

2011 23 918 023,83 21.857.873

2012 26 581 870,74 23.191.202

2013* 29 467 258,44 25.604.055

2014** 32 694 393,93 27.217.816


Sumber: PDRB Kab. Lingga Menurut Lapangan Usaha 2015
Keterangan:*) Angka Sementara
**)Angka Sangat Sementara.

2.4.2. Fasilitas Wilayah/Infrastuktur


Suatu fasilitas wilayah atau infrastruktur menunjang daya saing daerah dalam
hubungannya dengan ketersediaannya (availability) dalam mendukung aktivitas ekonomi
daerah di berbagai sektor di daerah dan antar-wilayah. Sarana dan prasarana merupakan
aspek yang sangat penting dalam mengelola suatu kawasan perkotaan. Ketersediaan sarana
dan prasarana perkotaan sangat menentukan dalam pengembangan suatu kota. Sarana
perkotaan meliputi infrastuktur jalan, jaringan listrik, air bersih, serta jaringan utilitas
lainnya. Kondisi sarana dan prasarana di Kabupaten Lingga saat ini masih perlu ditingkatkan
untuk meningkatkan daya saing Kabupaten Lingga.

II.104
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.4.2.1. Aksesibilitas daerah


2.4.2.1.1. Infrastuktur Jalan
Jalan merupakan salah satu prasarana pengangkutan darat yang penting untuk
memperlancar kegiatan sektor perekonomian. Dengan semakin meningkatnya usaha
pembangunan, maka akan pula menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk
memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari suatu daerah ke
daerah lain.Panjang jalan Kabupaten di Kabupaten Lingga pada tahun 2015 mencapai 524,835
km. Pada tahun tersebut jalan dalam kondisi baik sebesar 16,64% dari total panjang jalan yang
ada.

Tabel. T-II.81.
Panjang Jalan Kabupaten di Kabupaten Lingga Tahun 2015

Kondisi Jalan 2015


Panjang Jalan Kondisi Baik 225,81 Km
Panjang Jalan Seluruhnya 524,83 Km
Prosentase Capaian Kinerja 43,025%
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum, 2016

2.4.2.1.2. Listrik
Sebagian besar kebutuhan listrik di Kabupaten Lingga dipenuhi oleh PT. Perusahaan
Listrik Negara (PLN). Pada tahun 2013 jumlah mesin ada 33 unit dengan daya terpasangnya
sebesar 8.095 kwh dengan produksi listrik yang dihasilkan sebesar 19.675.380 kwh.
Kebutuhan listrik Kabupaten Lingga dipenuhi oleh PT. PLN Cabang Tanjungpinang.

Tabel. T-II.82.
Banyaknya Mesin, Daya Mampu dan Surplus/ Defisit PT. PLN menurut Unit Lokasi di
Kabupaten Lingga, 2015

NO UNIT MESIN DAYA BEBAN SURPLUS KET


PEMBANGKIT MAMPU PUNCAK (KW) /DEFISIT
(UNIT) (KW) (KW)
8 ( 7 UNIT SEWA, 1
1 DABO SINGKEP 3800 3800 24 JAM
UNIT PLN)
2 DAIK LINGGA 3 (SEWA) 1000 1300 300 24 JAM

3 KERANDIN 2 110 80 7 JAM

II.105
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

MASUK
4 LIMBUNG 2 180 130 7 JAM
SISTEM DAIK
5 SUNGAI PINANG 1 110 72 7 JAM

6 PANCUR 3 340 350 14 JAM

7 SENAYANG 3 240 214 14 JAM

8 TEMIANG 1 40 38 7 JAM

9 REJAI 2 180 80 7 JAM

10 BAKONG 1 85 55 7 JAM

11 MAROK TUA 1 85 74 7 JAM

12 MAROK KECIL 1 40 34 7 JAM

13 PENUBA 3 400 190 14 JAM


DABO
14 LANJUT MASUK SISTEM RAYON 24 JAM
SINGKEP
DABO
15 KUALA RAYA MASUK SISTEM RAYON 24 JAM
SINGKEP
Sumber : PLN Rayon Dabo Singkep, 2015

2.4.2.1.3. Air Minum


Ketersediaan air minum yang sehat sangat dibutuhkan masyarakat. Seperti pada tahun
sebelumnya, pada tahun 2014 jumlah perusahaan air minum di Kabupaten Lingga mencapai
dua perusahaan. Untuk jumlah tenaga kerja yang berkerja di kedua perusahaan tersebut ada
sebanyak 32 orang. Seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat akan air minum yang
bersih dan sehat, jumlah air minum yang telah di distribusikan tahun 2015 dengan jumlah
sambungan 4456 Sambungan Rumah. Dengan rincian di Wilayah Daik sebanyak 1304 SR
(10.520 orang), Wilayah Dabo sebanyak 3004 SR (26.585 jiwa) dan Selayar 148 SR (3.458
jiwa). Total pemakaian air per Desember 2015 tercatat sebesar 1.315.216 m3).

II.106
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Gambar. G-II.22
Kapasitas Produksi Air Minum Di Perusahaan Air Minum Menurut Bulan Tahun 2014 (M3)

90000
80000
70000
60000
50000
40000
Daik
30000
Dabo
20000
10000
0

Sumber: Data dalam Angka Kab. Lingga, 2015

Dalam memenuhi kebutuhan air minum yang sehat yang dibutuhkan masyarakat.
Kabupaten Lingga memiliki dua perusahaan daerah air minum, yaitu Perusahaan Daerah Air
Minum Cabang Dabo Singkep, dengan kapasitas produksi sebanyak 879.583 M3dan
Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Daik Lingga dengan kapasitas produksi sebanyak
388.540 M3.

Tabel. T-II.83.
Banyaknya Kapasitas Produksi Air Minum Dan Tenaga Kerja
Di Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Daik Lingga Tahun 2013-2014

Jumlah
Uraian
2013 2014
01. Kapasitas Produksi (M3) 409.522 M3 388.540 M3
02. Jumlah Tenaga Kerja 12 16
- Pekerja Teknis 3 9
- Pekerja Administrasi 4 7
- Tenaga Keamanan 0 0
Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2013 dan 2014

II.107
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.84.
Banyaknya Kapasitas Produksi Air Minum Dan Tenaga Kerja
Di Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Dabo Singkep Tahun 2014

Uraian Jumlah 2014


01. Kapasitas Produksi (M3) 879.583
02. Jumlah Tenaga Kerja 16
- Pekerja Teknis 0
- Pekerja Administrasi 16
- Tenaga Keamanan -
Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2014

Seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat atas air minum yang bersih dan sehat,
jumlah air minum yang telah didistribusikan tahun 2015 sebanyak 1.315.216 meter kubik
dengan pelanggan sebanyak 1.235 orang di PDAM Cabang Daik.

Tabel. T-II.85.
Banyaknya Air Minum Yang disalurkan Menurut Kategori Pelanggan
Di Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Daik Lingga Tahun 2013-2015

Jumlah (M3)
Kategori Pelanggan
2013 2014 2015
Rumah Tangga (Tempat Tinggal), Instansi/Kantor
01. 289.414 233.575 1.024.806
Pemerintah
02. Hotel/Objek Wisata, Toko, Industri, Perusahaan 113.600 109.808 168.752
03. Badan Sosial, Rumah Sakit, Rumah Ibadah 6.508 35.328 62.227
04. Sarana Umum - - -
05. Hydran Pelabuhan - - -
06. Lainnya - 9.829 -
Jumlah 409.552 388.540 1.315.216
Sumber: BPS, Kabupaten Lngga Dalam Angka Tahun 2013 dan 2014, PDAM Kab. Lingga 2016

Sementara di PDAM Cabang Dabo didistribusikan sebanyak 879.583 meter kubik


dengan pelanggan sebanyak 2.889 orang pada Tahun 2014.

II.108
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.86.
Banyaknya Air Minum Yang Disalurkan Menurut Kategori Pelanggan
Di Perusahaan Daerah Air Minum Cabang Dabo Singkep Tahun 2013-2014

Kategori Pelanggan Jumlah (M3)


2013 2014
Rumah Tangga (Tempat Tinggal), Instansi/Kantor Pemerintah 58.481 750.878
Hotel/Objek Wisata, Toko, Industri, Perusahaan 5.580 68.579
Badan Sosial, Rumah Sakit, Rumah Ibadah 3.915 12.919
Sarana Umum - -
Hydran Pelabuhan - -
Lainnya - 47.207
Jumlah 67.976 879.583
Sumber: BPS, Kabupaten Lingga Dalam Angka Tahun 2013 dan 2014

2.4.2.1.4. Pos dan Telekomunikasi


Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa kegiatan pengiriman dan
penerimaan benda-benda pos, seperti surat menyurat, paket pos, wesel, giro, dan tabungan,
telah didukung dengan keberadaan Kantor Pos. Pada tahun 2014 Surat tercatat yang dikirim
sebanyak 487 surat. Surat kilat khusus yang diterima dan dikirim masing-masing sebanyak 5.307
dan 5.771 surat. Sedangkan jumlah paket pos diterima sebanyak 343 paket dan dikirim sebanyak
230 paket.

2.4.2.1.5. Perhotelan dan Pariwisata


Pembangunan kepariwisataan diarahkan pada pariwisata yang menggalakkan kegiatan
ekonomi, sehingga lapangan pekerjaan, pendapatan masyarakat serta penerimaan devisa akan
dapat meningkat melalui upaya pengembangan dan pendayagunaan berbagai potensi
kepariwisataan. Jumlah objek wisata di Kabupaten Lingga selama tahun 2014 ada sebanyak 95
buah.

2.4.3. Iklim Berinvestasi


Investasi yang akan masuk ke suatu daerah bergantung kepada daya saing investasi
yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Daya saing investasi suatu daerah tidak terjadi
dengan serta merta. Pembentukan daya saing investasi, berlangsung secara terus-menerus
dari waktu ke waktu dan dipengaruhi oleh banyak faktor, beberapa diantaranya adalah

II.109
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

regulasi, perbankkan, kriminalitas hotel dan perijinan. Investor akan tertarik berinvestasi
pada suatu daerah jika didukung dengan regulasi yang baik, regulasi tersebut diantaranya
adalah adanya kemudahaan perijinan serta pengenaan pajak dan retribusi daerah dengan
tingkat biaya yang kompetitif. Kemudahan perijinan adalah proses pengurusan perijinan
yang terkait dengan persoalan investasi.

2.4.3.1. Lalu Lintas dan Kriminalitas


Jumlah kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada tahun 2014 di Kabupaten Lingga adalah
sebanyak 7 kasus dengan korban meninggal 5 orang dan kerugian diperkirakan sebesar Rp.
21.000.000. Sementara jumlah dari peristiwa kejahatan yang dilaporkan dalam kurun waktu
tahun 2014 adalah sebanyak 79 kasus. Jenis kasus yang terbanyak dilaporkan adalah pencurian
sebanyak 31 kasus. Namun angka kriminalitas ini mengalami peningkatan menjadi 87 di Tahun
2015.

Tabel. T-II.87.
Angka Kriminalitas di Kabupaten Lingga

Uraian Satuan 2011 2012 2013 2014 2015

Angka Kriminalitas Kasus N/A N/A 79 79 87

2.4.3.2. Pajak dan Retribusi


Berdasarkan Perda Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah, maka ditetapkan
beberapa jenis pajak yang ada di Kabupaten Lingga. Untuk mengetahui rincian pajak yang
dipungut oleh Pemerintah Kabupaten Lingga dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel. T-II.88.
Jenis Pajak Daerah di Kabupaten Lingga
No Jenis Pajak Daerah
1 Pajak Hotel
2 Pajak Restoran
3 Pajak Hiburan
4 Pajak Reklame
5 Pajak Penerangan Jalan
6 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
7 Pajak Parkir
8 Pajak Air Tanah
9 Pajak Sarang Burung Walet

II.110
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

10 Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan


11 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Sumber: Perda Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah

2.4.3.3. Perbankan
Sampai dengan akhir tahun 2014, sektor perbankan di wilayah Kabupaten Lingga belum
menunjukkan adanya peningkatan yang cukup berarti, baik dari segi kuantitas maupun
aktivitasnya. Hal ini terbukti dari jumlah bank di Kabupaten Lingga baru sebanyak 5 (lima)
buah sama seperti tahun-tahun sebelumnya.Bank-bank tersebut adalah Bank Rakyat
Indonesia (BRI) Cabang Pembantu Dabo Singkep, Bank Riau Cabang Pembantu Dabo Singkep,
BRI Unit Daik Lingga, Bank Riau Unit Daik Lingga dan Bank Danamas.

2.4.4. Sumber Daya Manusia


Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kunci keberhasilan
pembangunan nasional dan daerah. Hal ini dapat disadari oleh karena manusia sebagai
subyek dan obyek dalam pembangunan. Mengingat hal tersebut, maka pembangunan SDM
diarahkan agar benar-benar mampu dan memiliki etos kerja yang produktif, terampil,
kreatif, disiplin dan profesional. Disamping itu juga mampu memanfaatkan,
mengembangkan dan menguasai ilmu dan teknologi yang inovatif dalam rangka memacu
pelaksanaan pembangunan nasional.
Kualitas sumberdaya manusia juga memiliki peranan penting dalam meningkatkan daya
saing daerah dan perkembangan investasi di daerah. Indikator kualitas sumberdaya manusia
dalam rangka peningkatan daya saing daerah dapat dilihat dari kualitas tenaga kerja dan tingkat
ketergantungan penduduk untuk melihat sejauh mana beban ketergantungan penduduk.

2.4.4.1. Kualitas tenaga kerja (Rasio lulusan S1/S2/S3)


Salah satu faktor penting yang tidak dapat diabaikan dalam kerangka pembangunan
daerah adalah menyangkut kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas SDM ini berkaitan
erat dengan kualitas tenaga kerja yang tersedia untuk mengisi kesempatan kerja di dalam
negeri dan di luar negeri. Kualitas tenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh
tingkat pendidikan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk

II.111
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

suatu wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya. Kualitas tenaga kerja pada suatu
daerah dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk yang telah menyelesaikan S1, S2 dan S3.
Tabel dibawah menunjukkan adanya peningkatan jumlah penduduk yang tamat S1
selama tiga tahun terakhir mulai 2013 sampai dengan 2015, yaitu berada pada angka 1.818
orang. Sementara untuk penduduk yang lulus S2 dan S3 masing-masing mengalami
kecenderungan penurunan selama tiga tahun terakhir. Walau demikian, penduduka dengan
lulusan S2 mulai mengalami peningkatan sejak Tahujn 2014 menuju ke Tahun 2015 menjadi 54
orang.

Tabel. T-II.89.
Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan yang di Tamatkan
di Kabupaten Lingga Tahun 2013-2015

No Kategori Tahun
2013 2014 2015
1 Tidak Tamat SD 12.879 11.574 10.915
2 Tamat SD 32,930 30.605 29.199
3 Tamat SMP 8.696 8.524 8.691
4 Tamat SMA 9.290 9.208 9.454
5 Diploma 2.032 1.955 1.918
6 Sarjana S1 1.527 1.582 1.818
7 Sarjana S2 52 50 54
8 Sarjana S3 5 4 2
9 Migrasi Masuk 685 520 563
10 Migrasi Keluar 929 724 930
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Lingga, 2016

2.4.4.2. Tingkat Ketergantungan


Tinjauan terhadap tingkat pendidikan sumber daya manusia dalam konteks daya saing
daerah menunjukkan bahwa pada saat ini kualitas sumber daya manusia Kabupaten Lingga
masih perlu banyxak peningkatan. Beban rasio tanggungan penduduk (Dependensy Ratio) dapat
digunakan sebagai indikator daya saing suatu daerah. Tingginya angka beban tanggungan
menyimpulkan tingginya juga faktor penghambat pembangunan ekonomi, karena penduduk
yang produktif harus menopang kehidupan yang tidak produktif. Usia tidak produktif adalah usia
antara 0–14 dan 65 tahun keatas, jumlah penduduk tidak produktif Kabupaten Lingga adalah
30.747 orang (34,83%). Sedangkan usia produktif Kabupaten Lingga adalah 57.527 (15-55

II.112
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

tahun – 65,17%). Rasio ketergantungan diketahui dari umur produktif dibagi dengan usia tidak
produktif.
Rasio ketergantungan Kabupaten Lingga adalah 53,55%. Artinya dari 100 penduduk
Lingga akan menanggung 53,55 orang tidak produktif. Dengan angka beban tanggungan yang
cukup rendah ini maka daya saing daerah sebenarnya relatif lebih baik. Penguatan daya saing
pada sisi sumber daya manusia adalah dengan mengoptimalkan kualitas penduduk usia
produktif melalui program pelatihan dan pendidikan agar lebih siap masuk dalam lapangan
kerja yang membutuhkan tingkat keterampilan yang tinggi.

II.113
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Tabel. T-II.90.
Capaian Indikator Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
Kabupaten Lingga Tahun 2011-2015

No Indikator Kinerja Daerah Satuan Target Capaian Setiap Tahun


2011 2012 2013 2014 2015
1 2 3 4 5 6 7 8
ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi


1.1 Pertumbuhan PDRB % 6,65% 6,58 % 6,54 % 6,80 % 3,12
1.2 PDRB per kapita
PDRB per kapita ADHB Juta 23.918.023,83 26.581.870,74 29.467.258,44 32.694.393,93 36.280.000.
PDRB per kapita ADHK Juta 21.857.873 23.191.202 25.604.055 27.217.816 28,990.000
1.4 Laju Inflasi % n.a 7,02 7,81 7,61 2,43
1.4 Pendapatan Perkapita Juta 23.918.023,83 26.581.870,74 29.467.258,44 32.694.393,93 36.280.000
ADHB
1.5 Pendapatan Perkapita Juta 21.857.873 23.191.202 25.604.055 27.217.816 28.990.000
ADHK
1.6 Indeks Gini % 0,312 0,344 0,302 0,306 0,310

Fokus Kesejahteran Sosial


1 Pendidikan
1.1 Angka Melek Huruf % 90,73 87,29 88,88 89,71 n.a
1.2 Angka Rata-rata Lama tahun 7,24 7,27 7,31 5,53 5,65
Sekolah
1.3 APM SD % 88,03 91,33 93,63 93,63 85,79
1.4 APM SMP/MTs % 52,10 64,71 56,77 56,77 57,65
APM SMU/MA % 41,92 34,67 55,07 55,07 57,95
APM PT % 5,00 - 3,45 3,45 36,67
1.5 APK SD % 108,09 100,26 109,15 109,15 101,24
1.6 APK SMP % 83,95 73,05 63,55 63,55 79,1
APK SMU/MA % 68,11 50,00 90,46 90,46 67,59

II.114
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

No Indikator Kinerja Daerah Satuan Target Capaian Setiap Tahun


2011 2012 2013 2014 2015
APK PT % 10,74 - 9,61 9,61 43,52
2 Kesehatan
2.1 Angka Kematian Bayi Indeks 25 12,2 27,2 12 20
2.2 Angka Kematian Ibu indeks 249 289,4 226 143 142
2.3 Angka Harapan Hidup Tahun 57.57 58.45 59.13 59,47 n.a
2.5 Prevalensi Gizi Buruk % 2,24 3,91 3,91 0,79 n.a

Fokus Budaya dan Olahraga

1 Kebudayaan
1.1 Jumlah Grup Kesenian Grup 40 57 57 63 63
2 Pemuda dan Olahraga
2.1 Jumlah Lapangan Jumlah 19 19 19 19 19
Olahraga
2.2 Lapangan Olahraga per Jumlah 2,16 2,10 1,89 2,16 2,15
1000 penduduk
ASPEK PELAYANAN UMUM

Fokus Layanan Urusan Wajib


1 Pendidikan
1.1 Pendidikan Dasar
1.1.1 Angka partisipasi sekolah Rasio 94,40 99,03 94,39 95,68 94
SD
1.1.2 Rasio ketersediaan Rasio 62:1 60:1 63:1 63:1 1 : 121
sekolah terhadap
penduduk usia sekolah
dasar
1.1.2 Rasio guru/murid SD/MI Rasio 10:1 10:1 7:1 11:1 11 : 1

1.2 Pendidikan Menengah


1.2.1 Angka partisipasi sekolah Rasio 93,68 89,99 84,87 92,07 74
SMP

II.115
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

No Indikator Kinerja Daerah Satuan Target Capaian Setiap Tahun


2011 2012 2013 2014 2015
1.2.2 Rasio ketersediaan Rasio 201:1 157:1 155:1 145: 1 72 : 1
sekolah terhadap
penduduk usia sekolah
menengah pertama
1.2.3 Rasio Guru terhadap Rasio 13:1 13:1 9:1 15:11 16 : 1
murid
1.3. Fasilitas Pendidikan

1.3.1 Angka Partisipasi Sekolah Rasio 56,61 36,42 68,61 75,90 63,78
SMA
1.3.2 Rasio ketersediaan Rasio 416:1 290:1 266:1 230: 1 39 : 1
sekolah terhadap
penduduk usia sekolah
menengah atas
1.3.3 Rasio guru terhadap Rasio 12:1 12:1 10:1 14:1 14 : 1
murid
1.3.4 Angka Partisipasi Sekolah Rasio 8,12 - 8,58 15,23 39,24
PT
1.4 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
1.4.1 Persentase Pendidikan persen 49,62 51,45 53,27 53,97 38,68
Anak Usia Dini (PAUD)
1.5 Angka Putus Sekolah
1.5.1 Angka Putus Sekolah persen 0,91 0,82 0,58 0,28 0,59
(APS) SD/MI
1.5.2 Angka Putus Sekolah persen 1 0,9 0,89 0,25 0,65
(APS) SMP/MTs
1.5.3 Angka Putus Sekolah persen 1 0,84 0,92 1 0,50
(APS) SMA/SMK/MA
1.6 Angka Kelulusan
1.6.1 Angka Kelulusan (AL) persen 100 100 100 100 100
SD/MI
1.6.2 Angka Kelulusan (AL) persen 82,18 85,52 84,83 98,73 99,92
SMP/MTs

II.116
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

No Indikator Kinerja Daerah Satuan Target Capaian Setiap Tahun


2011 2012 2013 2014 2015
1.6.3 Angka Kelulusan (AL) persen 92,45 97,49 98,69 98,91 99,90
SMA/SMK/MA
1.6.4 Angka melanjutkan (AM) persen 85,79 91,39 95,30 95,93 89,95
dari SD/MI ke SMP/MTs
1.6.5 Angka melanjutkan (AM) persen 85,67 89,98 89,78 96,24 91,72
dari SMP/MTS ke
SMA/SMK/MA
1.6.6 Guru yang memenuhi orang 47,37 48,09 47,79 53,21 78,64
kualifikasi S1/D-IV
2 Kesehatan
2.1 Posyandu Aktif rasio 100 100 100 100 100
2.2 Cakupan pertolongan rasio 95,42 93,30 96,81 97,07 90,34
persalinan oleh tenaga
kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan
2.3 Cakupan Balita gizi buruk persen 100 100 100 100 100
yang mendapatkan
perawatan
2.4 Cakupan penemuan dan persen 85,79 92,17 95,09 47,30 48,27
penanganan penderita
penyakit TBC BTA
2.5 Angka kesakitan DBD persen 100 100 100 100 100
2.6 cakupan pelayanan Persen 37,45 34,78 37,79 71,21 2
kesehatan rujukan
pasien masyarakat
2.7 Cakupan kunjungan bayi persen 50,85 56,66 73,62 78,60 89,7
2.8 Cakupan desa/kelurahan persen 20 47,06 77,19 85,33 64,2
Universal Children
Immunization
2.9 Cakupan komplikasi persen 69,59 75,72 79,30 87,65 89,13
kebidanan yang
ditangani
3 Pekerjaan Umum

II.117
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

No Indikator Kinerja Daerah Satuan Target Capaian Setiap Tahun


2011 2012 2013 2014 2015
3.1 Proporsi panjang persen 58,14 58,71 59,26 60,19 26
jaringan jalan dalam
kondisi baik
3.2 Persentase pemukiman persen 72,51 71,95 72,54 72,54 30
bersanitasi baik
3.3 Rasio Tempat rasio 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Pembuangan Sampah
(TPS) per satuan
penduduk
3.4 Rasio Rumah Layak Huni jumlah 71,72 72,16 72,54 72,63 n.a
4 Perumahan
4.1 Persentase Rumah persen 82,75 82,34 82,49 84,35 40
Tangga pengguna air
bersih
4.2 Rumah tangga persen 72,51 71,95 72,54 72,54 30
bersanitasi
5 Penataan Ruang
5.1 Rasio Ruang Terbuka rasio 92,1 92,5 92,7 92,8 n.a
Hijau per satuan luas
wilayah ber HPL/HGB
6 Perencanan
Pembangunan
6.1 Tersedianya dokumen ada/tidak ada ada ada Ada Ada
perencanaan RPJPD yang
telah ditetapkan dengan
Perda
6.2 Tersedianya dokumen ada/tidak ada ada ada Ada Ada
perencanaan RPJMD
yang telah ditetapkan
dengan Perda
6.3 Tersedianya dokumen ada/tidak ada ada ada Ada Ada
perencanaan RKPD yang
telah ditetapkan dengan
Perkada

II.118
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

No Indikator Kinerja Daerah Satuan Target Capaian Setiap Tahun


2011 2012 2013 2014 2015
6.4 Persentase keselarasan persen 95,89 95,98 96,03 96,3 96,5
penjabaran Program
RPJMD ke dalam RKPD
7 Perhubungan
7.1 Jumlah Arus Penumpang Orang - - 15.260 14.500 54.120
Angkutan Umum (bukan
Plat Kuning)
7.2 Jumlah Uji KIR Angkutan Jumlah - - - 197 134
Umum
7.3. Jumlah Pelabuhan - - 82 85 85
Laut/Udara/Terminal Bis
7.4 Jumlah Angkutan Darat Jumlah 45 50 70 365 370

7.5 Jumlah Penumpang jumlah - - - - 32.620


angkutan darat
8 Lingkungan Hidup
8.1 Persentase jumlah desa persen 0 0 0 1
yang menangani sampah 0
dengan prinsip 3R (%)
8.2 Penegakan hukum persen 100 100 100 100 100
lingkungan (%)
9 Pertanahan
9.1 Penyelesaian Izin Lokasi Persen 80 60 80 0
100
Luas lahan bersertifikat Persen 59,15 59,63 59,72 59,72 59,83
penyelesaian kasus Persen 100 100 100 100 0
tanah Negara
10 Kependudukan dan Catatan Sipil
10.1 Persentase penduduk persen 58,22 58,60 58,99 89,17 99,48
ber KTP per satuan
penduduk
10.2 Persentase bayi berakte persen 0,2 0,3 0,2 0,7 0,3
kelahiran

II.119
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

No Indikator Kinerja Daerah Satuan Target Capaian Setiap Tahun


2011 2012 2013 2014 2015
10.3 Penerapan KTP Nasional Sudah/belum sudah Sudah Sudah sudah sudah
berbasis NIK
11 Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak
11.1 Jumlah pekerja orang 1.323 1.467 1.554 1.691 1.602
Perempuan di lembaga
pemerintah
11.2 Persentase partisipasi persen 16,09 17,40 18,04 19,18 32,51
perempuan di lembaga
pemerintah dan swasta
11.3 Rasio KDRT Persen 0 0,004 0,026 0,021 0,008

11.4 Persentase jumlah Persen - - - 0,56% 0,92%


tenaga kerja dibawah
umur
12 Keluarga Berancana dan Keluarga sejahtera

12.1 Cakupan peserta KB aktif persen 68,58 67,79 68,43 66,69 66,54
12.2 PLKB/PKB terhadap Persen 66,67 88,23 110,53 114,67 0
jumlah kelurahan/desa
13 Sosial
13.1 Sarana sosial seperti panti 2 3 3 4 3
panti asuhan, panti
jompo dan panti
rehabilitasi
13.2 Penanganan penyandang Persen 0 0 23 31 23
masalah kesejahteraan
social
13.3 PMKS yang memperoleh Persen 0 29 20 34 61
bantuan social
14 Ketenagakerjaan
14.1 Tingkat partisipasi Rasio 33,83 33,16 31,60 33,53 32,97
angkatan kerja
perempuan

II.120
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

No Indikator Kinerja Daerah Satuan Target Capaian Setiap Tahun


2011 2012 2013 2014 2015
14.2 Angka Sengketa Rasio 0 0 0 0 0
Pengusaha Pekerja tiap
tahun
14.3 Persentase Pencari Kerja persen 41,35 62,58 90,19 91,19 41,26
yang ditempatkan
14.4 Tingkat pengangguran persen 3,55 3,38 2,78 4,14 4,01
terbuka
15 Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah
15.1 Persentase koperasi aktif persen 62,30 63,20 82 47,50 50
15.2 Persentase Usaha Mikro persen 100 100 100 100 100
dan kecil
15.3 Jumlah UKM jumlah 850 898 979 1.000 3446
16 Penanaman Modal
16.1 Kenaikan/penurunan miliar rupiah 465,94 3.540,09 3.541 3.654 n.a
Nilai Realisasi PMDN
(milyar rupiah)
17 Kebudayaan
17.1 Jumlah penyelenggaraan jumlah 6 6 7 6 2
festival seni dan budaya
17.2 Jumlah Sarana jumlah 6 8 9 9 9
Penyelenggaraan Seni
dan Budaya
17.3 Benda, situs dan persen 98,96 99,02 99,11 99,12 99,13
Kawasan Cagar Budaya
yang dilestarikan
19 Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
19.1 Kegiatan pembinaan jumlah kegiatan 5 5 5 5 0
politik daerah
20 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
20.1 Penduduk miskin persen 12,98 14,20 13,55 14,75 14,63
21 Ketahanan Pangan

II.121
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

No Indikator Kinerja Daerah Satuan Target Capaian Setiap Tahun


2011 2012 2013 2014 2015
21.1 Ketersedian Pangan % 40,9 41,10 41,28 41,9 n.a

22 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

22.1 Persentase PKK aktif persen 100 100 100 100 100
23 Statistik
23.1. Buku Kabupaten Dalam ada/tidak Ada Ada Ada Ada Ada
Angka
23.2 Buku PDRB Kabupaten ada/tidak Ada Ada Ada Ada Ada
24 Kearsipan
24.1 Pengelolaan arsip secara Sudah/belum sudah Sudah Sudah Sudah Sudah
baku
25 Komunikasi dan Informatika
25.1 Jumlah Wartel Jumlah 0 0 0 0 0
25.2 Jumlah Surat Kabar Jumlah - - 16 22 22
Nasional/ Lokal
25.3 Jumlah Penyiaran TV/ Jumlah - - 5 4 4
Radio Lokal
25.4 Web site milik jumlah Ada Ada Ada Ada Ada
pemerintah daerah
25.5 Jumlah pelaksanan Jumlah kali 5 5 5 5 14
pameran/expo
26 Perpustakaan
26.1 Jumlah perpustakaan buah 164 176 192 204 213

26.2 Jumlah pengunjung orang 90.323 90.551 90.641 92.351 4.762


perpustakaan per tahun
26.3 Koleksi buku yang jumlah buku 10.885 11.338 11.406 11.500 20.132
tersedia di perpustakaan
daerah
Fokus Layanan Urusan Pilihan

II.122
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

No Indikator Kinerja Daerah Satuan Target Capaian Setiap Tahun


2011 2012 2013 2014 2015
1 Pertanian
1.1 Kontribusi sektor Jumlah 24,60 25,60 25,03 23,36 38,90
pertanian terhadap
PDRB
1.2 Produksi tanaman padi / Jumlah 0 0 0 0 0
bahan pangan utama
2 Kehutanan
2.1 Persentase kerusakan persen 6,99 5,59 4,66 5,13 n.a
kawasan hutan
2.2 Luas hutan dan lahan Jumlah 1.299 1.201 1.104 989 n.a
kritis yang direhabilitasi
2.3 Rehabilitasi hutan dan Persen 100 100 100 100
lahan kritis
3 Energi dan Sumber Daya Mineral
3.1 Kontribusi PDRB dari Jumlah 128.515,99 131.181,03 132.080,13 134.151,10 n.a
sektor pertambangan
4 Pariwisata
4.1 Kunjungan wisata orang 7715 9196 10703 13262 12021
4.2 Kontribusi sektor Jumlah (jutaan) 149.111,13 149.567,18 150.024,93 152.565,13 46.632,70
pariwisata terhadap
PDRB
5 Kelautan dan Perikanan
5.1 Produksi Perikanan ton per tahun 23.713,671 32.100 33.214 33,396 33.587
5.2 Konsumsi ikan Kg/Kapita/Tahun 41,52 41,95 42,10 43,54 46,59
6 Perdagangan
6.1 Kontribusi sektor Jumlah jutaan 232.176,10 232.889,13 233.216,08 233.455,88 492.174,70
perdagangan terhadap
PDRB
6.2 Nilai ekspor bersih US$ 35.555.189 36.128.889 36.452.374 38.889.551 7.965.770
perdagangan
7 Perindustrian

II.123
RPJMD KABUPATEN LINGGA 2016-2021
BAB 2 - GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

No Indikator Kinerja Daerah Satuan Target Capaian Setiap Tahun


2011 2012 2013 2014 2015
7.1 Kontribusi sektor industri Juta 100.889,18 101.128,13 101.557,89 102.128,88 20.032,50
terhadap PDRB ADHK
(tanpa migas)
7.2 Pertumbuhan Industri. persen 1,245 1,251 1,259 1,301 0,570
ASPEK DAYA SAING

Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

1 Pendapatan Perkapita Juta 23.918.023,83 26.581.870,74 29.467.258,44 32.694.393,93 36.280.000


ADHB
2 Pendapatan Perkapita Juta 21.857.873 23.191.202 25.604.055 27.217.816 28.990.000
ADHK
Fokus Wilayah/Infrastruktur

1. Banyaknya Air Minum M3 n.a n.a 409.552 388.540 1.315.216


Yang disalurkan Menurut
Kategori Pelanggan
Di Perusahaan Daerah
Air Minum Cabang Daik
Lingga
2. Banyaknya Air Minum M3 n.a n.a n.a 67.976 879.583
Yang Disalurkan
Menurut Kategori
Pelanggan
Di Perusahaan Daerah
Air Minum Cabang Dabo
Singkep
3. Angka Kriminalitas kasus n.a n.a 79 79 87

Fokus Sumber Daya Manusia

4. Rasio lulusan S1/S2/S3 Orang n.a n.a 1.527/52/5 1.582/50/4 1.818/54/2

II.124

Anda mungkin juga menyukai