Anda di halaman 1dari 32

RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

DAFTAR ISI

BAB II ..................................................................................................................................................................... 1

PROFIL KABUPATEN KOTA............................................................................................................................... 1

2.1 WILAYAH ADMINISTRASI............................................................................................................ 1


2.1.1 Wilayah Administrasi ..................................................................................................... 1
2.1.2 Gambaran Topografi...................................................................................................... 2
2.1.3 Gambaran Geohidrologi ................................................................................................ 3
2.1.4 Gambaran Geologi ......................................................................................................... 5
2.1.5 Gambaran Klimatologi ................................................................................................... 5
2.1.6 Kondisi Sosial dan Ekonomi ............................................................................................ 9
2.2 POTENSI WILAYAH KABUPATEN................................................................................................... 13
2.2.1 Kawasan Budidaya Hutan ............................................................................................ 13
2.2.2 Kawasan Pertanian ...................................................................................................... 13
2.2.3 Kawasan Peternakan ................................................................................................... 14
2.2.4 Kawasan Perikanan ...................................................................................................... 14
2.2.5 Kawasan Pertambangan .............................................................................................. 15
2.2.6 Kawasan Permukiman ................................................................................................. 15
2.2.7 Kawasan Industri.......................................................................................................... 15
2.2.8 Kawasan Pariwisata ..................................................................................................... 15
2.2.9 Kawasan Perdagangan dan Jasa ................................................................................. 16
2.2.10 Flora dan Fauna ......................................................................................................... 16
2.3 DEMOGRAFI DAN URBANISASI..................................................................................................... 17
2.3.1 Jumlah Penduduk dan KK Keseluruhan ........................................................................ 17
2.3.2 Jumlah Penduduk Miskin dan Persebarannya ............................................................. 20
2.3.2 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk ................................................................................ 23
2.4 ISU STRATEGIS SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN BERDASARKAN RPJMD DAN RTRW ...................... 24
2.4.1 Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi ................................................................ 24
2.4.2 Kawasan Wilayah Rawan Bencana.............................................................................. 26
2.4.3 Isu Strategis Nasional dan Global ......................................................................................................... 27

i
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

BAB II
PROFIL KABUPATEN KOTA

2.1 Wilayah Administrasi


2.1.1 Wilayah Administrasi
Kabupaten Minahasa Utara merupakan bagian integral dari Provinsi Sulawesi Utara
dengan ibukota Airmadidi dan berjarak sekitar 35 Km dari ibukota Provinsi Sulawesi Utara.
Kabupaten Minahasa Utara terletak antara 1°18’30” - 1°53’00” LU dan 124°44’00” -
125°11’00” BT, berbatasan dengan kepulauan Sitaro di sebelah Utara, dengan kabupaten
Minahasa di Selatan, dengan Kota Bitung di sebelah Timur, dan dengan Kota Manado di sebelah
Barat. Minahasa Utara dibentuk pada tahun 2004 yang merupakan hasil pemekaran dari

Kabupaten Minahasa. .Luas wilayah Kabupaten Minahasa Utara adalah sebesar1.059,24 km2
yang terbagi menjadi 10 kecamatan. Likupang Timur adalah kecamatan terluas dengan wilayah

290,84 km 2 (sekitar 27,46 persen dari total luas wilayah kabupaten Minahasa Utara) dan

Likupang Selatan menjadi kecamatan dengan luas wilayah terkecil, yaitu hanya 11,82 km 2
(atau 1,12 persen dari luas wilayah Minahasa Utara). Sebagai Kabupaten yang terletak di wilayah
pesisir, ada tiga kecamatan yang sebagian wilayahnya terpisah dari pulau Sulawesi, yaitu
kecamatan Wori (Mantehage dan Nain), Kecamatan Likupang Timur (Bangka), dan dan Kecamata
Likupang Barat (Gangga, Talise, Kinabuhutan)
Gambar 2.1 Luas Daerah Kab. Minahasa Utara

Sumber : Minahasa Utara dalam angka 2015 BPS

1
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Tabel 2.1 Luas Daerah Kecamatan Minahasa Utara

Kecamatan / District Luas / Area (Km²) %


No
-1 -2 -3
1 Kema 78,76 7,44
2 Kauditan 108,20 10,21
3 Airmadidi 86,66 8,18
4 Kalawat 39,03 3,68
5 Dimembe 166,43 15,71
6 Talawaan 82,51 7,79
7 Wori 90,70 8,56
8 Likupang Barat 104,29 9,85
9 Likupang Timur 290,84 27,46
10 Likupang Selatan 11,82 1,12
Jumlah / Total 1 059,24 100,00

2.1.2 Gambaran Topografi


Keadaan topografi wilayah sebagian besar merupakan dataran dan perbukitan pada
ketinggian di sekitar 0 – 650 meter tinggi dari permukaan laut, kecuali wilayah sekitar
pegunungan terutama Gunung Klabat yang mencapai sekitar 1.995 meter tinggi dari permukaan
laut.
Karakter topografi hampir sama untuk semua wilayah kecamatan, yaitu dikategorikan
datar, landai dan bergelombang. Wilayah dengan kemiringan tanah antara 0-3º adalah sekitar
30,49 persen, antara 3º -15º adalah sekitar 43,42 persen, antara 15º - 45 º adalah sekitar 19,66
persen, dan sisanya yaitu kemiringan lebih dari 45 º adalah sekitar 6,43 persen. Kedalaman efektif
tanah rata-rata 0-3 m,PH tanah rata-rata 6,0 sampai 8,0, dengan tekstur tanah yang bervariasi
dari liat (alluvial), liat berpasir (latosol), liat berlempung (meditrean) dan lempung berpasir
(regosol). Tabel 2.2 Tingkat Kemiringan di tiap Kecamatan
Kecamatan / District Tingkat Kemiringan
No
-1 -2
1 Kema Landai
2 Kauditan Landai
3 Airmadidi Landai
4 Kalawat Sedang
5 Dimembe Sedang
6 Talawaan Sedang
7 Wori Landai
8 Likupang Barat Sedang
9 Likupang Timur Landai
10 Likupang Selatan Landai
Jumlah / Total

Sumber : Minahasa Utara dalam angka 2015


2
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

2.1.3 Gambaran Geohidrologi


Wilayah kabupaten Minahasa Utara terdapat sungai-sungai mengalir dari bukit,
perbukitan, gunung atau pegunungan yang dalam istilah setempat disebut Kentur atau Kuntung.
Sungai dan anak sungai dalam aliran DAS tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk
penyediaan air bersih, irigasi, budidaya perikanan darat hingga suplai energi listrik yang terolah
dari stasiun pembangkit tenaga listrik.
Sungai-sungai utama yang melalui wilayah Kabupaten Minahasa Utara berhulu di gunung yang
mengalir dari wilayah yang tinggi bermuara ke teluk maupun danau dan dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk penyediaan air bersih, irigasi, budidaya perikanan darat dan suplai energi
listrik.
Sungai tersebut dari hulu kehilir menjadi sebuah sistem sungai yang tidak bisa dipandang dalam
batas administrasi.
Tabel 2. 3 Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Minahasa Utara
No Nama Sungai Potensi (m3/det)
1 Sungai Tondano 300
2 Sungai Sawangan 200
3 Sungai Talawaan 150
4 Sungai Likupang 80
Sumber : RPJM Kabupaten Minahasa Utara, 2005 – 2010

Daerah aliran sungai merupakan tempat presipitasi air hujan yang kemudian berkonsentrasi ke
sungai. Garis batas daerah aliran yang berdampingan disebut batas daerah pengaliran
Kemiringan lahan bervariasi dari datar sampai kemiringan 35º. Sama seperti wilayah sekitarnya,
pola drainase di Kabupaten Minahasa Utara sebagian besar adalah dendritis dengan pola
percabangan pohon. Tidak diketemukan pola aliran sungai, keseluruhannya merupakan aliran
yang unik dan tidak berulang.
Tidak ada data yang menunjukkan aliran debit sungai utama tersebut. Namun dari pengamatan
di dapat informasi bahwa sungai utama mengalir setiap tahun sedang anak sungai dan
percabangannya sebagian besar mengalami debit yang fluktuatif bahkan kering di masa kemarau.
Sungai-sungai tersebut berfungsi mengumpulkan curah hujan dalam suatu daerah tertentu dan
mengalirkannya ke laut.
Data Luas DAS di wilayah 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Kauditan, Kecamatan Airmadidi
dan Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara dari data perencanaan saluran adalah
sebagai berikut :
Pembagian DAS, panjang sungai dan luasan dari masing-masing setiap DAS 3 (tiga) Kecamatan di
Minahasa Utara dibagi menjadi 22 bagian sebagai berikut :

3
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Tabel 2. 4 Pembagian DAS di wilayah 3 Kecamatan Kabupaten Minahasa Utara


PANJANG LUAS DAS DEBIT
NO NAMA SUNGAI
(KM) (KM2) (M3/detik)
A SUNGAI TONDANO
1 DAS 6 2.320 4,13 14,50
2 DAS 7 4.120 7,07 18,90
3 DAS 8 9.230 13,05 24,11
4 DAS 9 1.875 8,36 28,80
5 DAS 10 1.745 2,66 10,52
6 DAS 14 16.830 39,66 72,98
7 DAS 21 8.410 8,94 27,96
B SUNGAI SAWANGAN
1 DAS 15 5.420 8,27 16,53
2 DAS 16 6.825 7,98 13,85
3 DAS 17 10.570 19,43 27,96
4 DAS 18 9.450 15,19 27,52
5 DAS 19 3.940 4,62 16,53
6 DAS 20 8.720 18,21 13,85
7 DAS 22 5.760 15,49 27,52
C SUNGAI TALAWAAN
1 DAS 1 10.650 20,64 36,41
2 DAS 2 14.150 25,16 47,70
3 DAS 3 17.235 30,34 47,80
4 DAS 4 9.410 9,99 17,40
5 DAS 5 7.840 11,27 20,37
6 DAS 11 4.270 7,23 16,70
7 DAS 12 3.875 11,45 27,04
8 DAS 13 4.350 5,63 10,71
Sumber : Master Plan Drainase Kab. Minahasa Utara
Kawasan sekitar mata air yang harus dilindungi di wilayah Kabupaten Minahasa Utara
terdapat di 28 lokasi yaitu ; Talawaan I, Mata Air Tunan, Mata Air Warat, Mata Air Malupu, Mata
Air Tumbohon, Mata Air Kumersot, Mata Air Huluatikup, Mata Air Doud Tewasen, Mata Air Doud
Pinakiwe, Mata Air Doud Minawanua, Mata Air Papi, Mata Air Tamblang, Mata Air Talise, Mata
Air Malimbukan, Mata Air Keluarga, Mata Air Pancoran Lima, Mata Air Alam Suwaan, Mata Air
Keluarga Wenas, Mata Air Keluarga Menanga, Mata Air Tontalete, Mata Air Tumatenden, Mata
Air Tambuk Terang, Mata Air Kema I, Mata Air Tuan, Mata Air Tinaan, Mata Air Tumaratak, Mata

4
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Air Doud Waidan, dan Mata Air Malinow dengan luas kawasan sekitar mata air secara
keseluruhan adalah 351,68 Ha.
Tabel 2.5 Kondisi Air Tanah
LOKASI Debit Pemanfaatan
No Nama Sumber Desa Kecamatan (m3/ Dtk) Air Kolam
Minu Ikan
1 Mata Air Airmadidi Aimadidi Airmadidi 50 v v
2 Mata Air Tatelu – Tatelu Dimembe 20 vm v
3 Mata
Klabat Air Wori Wori Wori 10 v v
4 Mata Air Minawerot Minawerot Kauditan 10 v v
Sumber : RPJM Kabupaten Minahasa Utara, 2005 - 2010
2.1.4 Gambaran Geologi
Struktur geologi merupakan pencerminan seberapa besar suatu wilayah mengalami “deraan”
tektonik. Semakin rumit struktur geologi yang berkembang di suatu wilayah, maka menunjukkan
bahwa wilayah tersebut cenderung sebagai wilayah yang tidak stabil.
Daerah Kabupaten Minahasa Utara memiliki kondisi Geologis yang terbagi atas beberapa jenis
yaitu, batuan Endapan, batuan Organic dan batuan Beku/Vulkanik yang persebarannya ada pada
bagian selatan Kabupaten Minahasa Utara ini, yaitu meliputi kecamatan Kauditan, Airmadidi, dan
kecamatan Kalawat, yang merupakan jenis batuan gunung api, sedangkan pada bagian
kecamatan Talawaan, Wori dan Likupang Barat adalah batuan sedimen
2.1.5 Gambaran Klimatologi
Tipe iklim di daerah ini adalah type A (iklim basah), dengan musim kemarau pada bulan Mei –
Oktober dan iklim hujan pada bulan-bulan November – April. Curah hujan maksimum pada bulan
Desember – Maret yang sering dibarengi dengan angin kencang sehingga sering mengakibatkan
banjir dan gelombang laut maksimum dengan angka curah hujan rata-rata setiap tahun berkisar
2.000 – 3.000 mm dengan jumlah hari hujan 90 – 130 hari per tahun.Secara umum, suhu udara
rata-rata per bulan pada tahun 2014 pada pengukuran Stasiun Klimatologi Kayuwatu Manado

adalah 26,6 0C, dengansuhu terendah terjadi pada bulan Februari, yaitu mencapai 25,4 0C dan

suhu tertinggi mencapai 27,7 0C yang terjadi pada bulan juli.


Kelembaban relative adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jumlah uap air yang
terkandung di dalam campuran air-udara dalam fase gas. Tahun 2014, kelembaban relatif
tertinggi terjadi pada bulan Desember, yang mencapai 89 persen dengan 25 hari hujan,
sedangkan kelembaban terendah terjadi pada bulan Oktober, yaitu mencapai 71 persen dengan
jumlah hari hujan9 hari.

5
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Dari gambaran iklim ini menunjukan kondisi daerah di mana sebagian besar wilayah merupakan
wilayah yang subur dan potensial untuk dimanfaatkan bagi pengembangan pertanian pangan,
perkebunan, peternakan, kehutanan, dan secara keseluruhan bagi kepentingan masyarakat dan
pembangunan.

Gambar 2.2 Jumlah hari hujan dan rata-rata suhu udara di Kabupaten Minahasa Utara

Sumber : Minahasa Utara dalam angka 2015 BPS

Gambar 2.3 Rata-rata tekanan udara dan kecepatan angin per bulan Kabupaten Minahasa Utara

Sumber : Minahasa Utara dalam angka 2015 BPS

6
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Tabel 2.6 Rata-rata Suhu Udara dan Kelembaban Relatif di Kabupaten Minahasa Utara

Sumber : Minahasa Utara dalam angka 2015 BPS

7
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Tabel 2.7 Rata-rata Tekanan Udara dan Kecepatan Angin Setiap Bulan Kab. Minahasa Utara

Sumber : Minahasa Utara dalam angka 2015 BPS

8
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Tabel 2.8 Rata-rata Curah Hujan Setiap Bulan di Kabupaten Minahasa Utara

Sumber : Minahasa Utara dalam angka 2015 BPS

2.1.6 Kondisi Sosial dan Ekonomi


• Kondisi Sosial Budaya
Kondisi di bidang sosial budaya menunjukkan tetap terpeliharanya dengan baik kerukunan hidup
bermasyarakat dari berbagai latar belakang suku, budaya, dan agama. Kesemuanya ini telah
menciptakan kondisi sosial budaya daerah yang baik, aman, tenang, tentram, namun dinamis dan
kondusif untuk pembangunan daerah.
Jumlah penduduk Minahasa Utara pada tahun 2005 adalah sebanyak 174.455 orang, dengan
tingkat kepadatan 199,22 orang jiwa/km². Persebaran penduduk di kecamatan Dimembe yaitu
21.728 orang, kemudian berturut-turut kecamatan Airmadidi sebanyak 24.2966 orang, Likupang
Timur sebanyak 21.683 orang, Kauditan sebanyak 22.337 orang, Kalawat sebanyak 22.610 orang,
Wori sebanyak 18.355 orang, likupang Barat sebanyak 17.125 orang, kecamatan Kema yaitu
13.637 orang sedangkan yang tersedikit di kecamatan Talawaan 12.684 orang.

9
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Pendidikan merupakan salah satu pilar penting dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM). Di Kabupaten Minahasa Utara, jumlah murid sekolah mencapai 35.955 murid,
dengan jumlah kelas sebanyak 1.273 ruang kelas dan ruang belajar 1.444 ruang. Secara
keseluruhan terdapat 107 buah TK dengan jumlah murid 2.503 murid dan 152 guru. SD sebanyak
188 buah dengan jumlah murid 21.675 murid dan guru sebanyak 1.130 guru. SLTP sebanyak 54
sekolah dengan jumlah murid 7971 murid dan guru sebanyak 612 guru, sedangkan SLTA sebanyak
19 sekolah dengan murid sebanyak 3.563 murid dan 340 guru. Selain itu, terdapat sekolah
internasional (Manado Internasional School-MIS), SMK Kelautan dan Perikanan, serta 3
Perguruan Tinggi yaitu Universitas Klabat (Unklab). Akademi Keperawatan, dan sekolah Tinggi
Alkitab Airmadidi.

Kondisi kesehatan dilihat dari sarana, prasarana dan SDM kesehatan, adalah sebagai berikut:
Rumah Sakit (RS) swasta sebanyak 2 RS, masing-masing di Kecamatan Airmadidi dan Kecamatan
Kauditan. Pelayanan kesehatan melalui PKM (Pusat Kesehatan Masyarakat) Rawat Jalan
sebanyak 6 buah, melalui PKM rawat Inap sebanyak 4 buah, dan PKM pembantu 31 buah yang
tersebar di seluruh kecamatan. Selain itu terdapat 2 klinik umum dan 2 klinik Bersalin, toko
obat/Apotek sebanyak 5 buah.

Kasus infeksi saluran Pernapasan Akut sebanyak 22.622 kasus, diikuti oleh hypertensi dengan
5.193 kasus, penyakit kulit dengan 3.894 kasus, malaria dengan 3.477 kasus, penyakit usus
dengan 3.129 kasus, rematik sebanyak 2.587 kasus, penyakit telinga 2.517 kasus, penyakit mulut
2.101 kasus, dan penyakit lainnya dengan jumlah kasus di bawah 2.000 kasus. Kunjungan ke PKM
sebanyak 84.160 orang. Khusus penduduk miskin yang berkunjung ke PKM mencapai 63.186
orang.
Kerukunan umat beragama senantiasa terwujud dan terpelihara dengan baik, sebagai ciri
masyarakat yang religius. Penduduk menurut agama yang dianut menunjukkan bahwa Agama
Kristen terbanyak dianut penduduk yaitu 112.800 orang. Kemudian berturut-turut Agama Islam
sebanyak 34.551 orang, agama Katolik sebanyak 13.763 orang, dan sisinya beragama Hindu
sebanyak 14 orang. Sarana keagamaan yang ada, yaitu Gereja 544 buah bangunan, Mesjid
sebanyak 50 buah bangunan.
Adanya kemiskinan masyarakat merupakan fenomena yang diutamakan penanggulangannya
secara nasional. Terdapat 20.487 orang (11.74 persen dari penduduk) penduduk miskin yang
perlu mendapat perhatian. Kenyataan bahwa sekitar 89,70 persen penduduk miskin hanyalah
berpendidikan maksimum tamatan SD. Kebanyakan penduduk miskin, yaitu 20.269 orang bekerja
sebagai petani penggarap/buruh tani, sebagai petani sebanyak 1.716 orang, sebagai nelayan 327
orang dan sebagai buruh bangunan sebanyak 853 orang.

10
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Gambar 2.4 Peta Kabupaten Minahasa Utara

Sumber : RPJMD Minahasa Utara 2005-2010

11
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Gambar 2.5 Peta Pola Ruang Kabupaten Minahasa Utara

12
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

2.2 Potensi Wilayah Kabupaten


2.2.1 Kawasan Budidaya Hutan
Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah dapat diidentifikasikan wilayah yang
memilki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya seperti Kawasan
Peruntukan Hutan Produksi, Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat, Kawasan Peruntukan
Pertanian, Kawasan Peruntukan Perikanan, Kawasan Peruntukan Pertambangan,
Kawasan Peruntukan Permukiman, Kawasan Peruntukan Industri, Kawasan Peruntukan
Pariwisata, dan Kawasan Peruntukkan lainnya (Kawasan Tempat Ibadah, Kawasan
Pendidikan, Kawasan Pertahanan Keamanan dan Kawasan Peruntukan Perdagangan dan
Jasa) dengan berpedoman pada pada rencana tata ruang wilayah Kabupaten Minahasa
Utara.
Potensi Kawasan Peruntukan Hutan Produksi yaitu Hutan Produksi Terbatas Gunung
Wiau kurang lebih 3.336,27 Ha, Hutan Produksi Terbatas Gunung Saoan kurang lebih
4.734,95 Ha, Hutan Produksi Terbatas Pulau Talise kurang lebih 106,76 Ha, Hutan Produksi
Terbatas Pulau Bangka kurang lebih 1.506,64 Ha dengan luas keseluruhan kurang lebih
9.684,62 Ha. Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat adalah kawasan di luar kawasan hutan yang
yang memiliki tingkat kelerengan lebih dari 30% yang sudah tidak sesuai untuk
pengembangan kegiatan budidaya pertanian dan perkebunan dan dapat dikembangkan
oleh masyarakat untuk budidaya tanaman/vegetasi hutan yang memiliki nilai ekonomis
tinggi. Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat ini tersebar di Kecamatan Airmadidi, Kecamatan
Kalawat, Kecamatan Wori, Kecamatan Dimembe, Kecamatan Likupang Barat, Kecamatan
Likupang Timur, Kecamatan Kauditan dan Kecamatan Kema dengan luas keseluruhan kurang
lebih 4.027,60 Ha
2.2.2 Kawasan Pertanian
Kawasan pertanian tanaman pangan adalah kawasan yang secara teknis sesuai dan
dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya tanaman pangan lahan basah yang didukung
prasarana irigasi, tersebar di Kecamatan Airmadidi, Kecamatan Kalawat, Kecamatan Wori,
Kecamatan Dimembe, Kecamatan Talawaan, Kecamatan Kauditan dan Kecamatan Kema
dengan luas keseluruhan kurang lebih 3.716,50 Ha.
Kawasan pertanian hortikultura adalah kawasan yang secara teknis dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya tanaman pangan hortikultura, tersebar di seluruh
wilayah kecamatan dengan luas keseluruhan kurang lebih 27.721,62 Ha, dengan
komoditas unggulan Pisang Barangan, komoditi andalan adalah Nenas, Mangga damar
Merah, Rambutan dan Pepaya, sedangkan komoditi potensi adalah Durian dan Manggis.
Kawasan perkebunan adalah kawasan yang secara teknis dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan budidaya perkebunan, tersebar di seluruh wilayah kecamatan dengan luas

13
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

keseluruhan kurang lebih 54.222,94 Ha, dengan komoditas unggulan Kelapa, Pala, Kakao
dan Jambu Mente.
2.2.3 Kawasan Peternakan
Kawasan peternakan adalah kawasan yang secara teknis dapat di manfaatkan untuk
pengembangan kegiatan peternakan dengan meminimalisir dampak pencemaran, yaitu
minimal 500 meter dari lokasi pemukiman terdekat, tersebar di seluruh wilayah
kecamatan dengan luas keseluruhan sama dengan kawasan pertanian tanaman pangan
lahan kering yaitu kurang lebih 27.721,62 Ha, dengan komoditas unggulan Sapi, Babi, Ayam
dan Itik.
2.2.4 Kawasan Perikanan
Kawasan peruntukkan perikanan adalah kawasan yang secara teknis dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan :
a. perikanan darat;
b. perikanan air payau;
c. perikanan air laut; dan
d. budidaya perikanan.
Kawasan perikanan darat sebagaimana yang dimaksud adalah kawasan yang secara
teknis sesuai untuk pengembangan budidaya perikanan air tawar disawah, kolam dan
perairan yang tersebar dikecamatan Dimembe, Kecamatan Talawaan dengan luas
keseluruhan kurang lebih 2.549,56 Ha.
Kawasan perikanan air payau adalah kawasan yang secara teknis sesuai untuk
pengembangan budidaya perikanan air payau di tambak sepanjang pantai yang tersebar
di Kecamatan Kema, Kecamatan Wori dan Kecamatan Likupang Timur dengan luas
keseluruhan kurang lebih 117,12 Ha.
Kawasan perikanan laut adalah kawasan yang secara teknis seusia untuk
pengembangan kegiatan budidaya perikanan laut maupun untuk kegiatan perikanan
tangkap jalur IA. Pengelolaan laut untuk kegiatan penangkapan ikan wilayah kurang dari 4
mil di wilayah laut Kecamatan Wori, Likupang Barat, Likupang Timur dan Kema.
Kawasan budidaya perikanan yang dimaksud didukung oleh Loka Budidaya Air tawar
di Desa Tatelu Kecamatan Dimembe dan Balai Benih Ikan Pantai di Desa Likupang II
Kecamatan Likupang Timur. Pengembangan budidaya tawar yaitu di Kecamatan Kema,
Kecamatan Kauditan, Kecamatan Airmadidi, Kecamatan Kalawat, Kecamatan Dimembe,
Kecamatan Talawaan, dan Kecamatan Likupang Selatan. Kawasan perikanan sentra
pengolahan sebagaimana sesuai untuk pengembangan pengolahan hasil perikanan yang
tersebar di Kecamatan Kema, Kecamatan Airmadidi, Kecamatan Kalawat, Kecamatan
Likupang Barat dan Kecamatan Wori.

14
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

2.2.5 Kawasan Pertambangan


Kawasan pertambangan yang berpotensi di wilayah Kabupaten Minahasa Utara yaitu
kawasan yang secara teknis-geologis memiliki potensi deposit bahan tambang, atau area
kontrak karya pertambangan/kuasa pertambangan/izin pertambangan daerah/tambang
rakyat baik yang sudah di lakukan kegiatan pertambangan ataupun belum, yang berada
di luar kawasan lindung, tersebar di wilayah Kecamatan Likupang Barat, Kecamatan
Likupang Timur, Kecamatan Likupang Selatan, Kecamatan Wori, Kecamatan Kema,
Kecamatan Dimembe dan Kecamatan Talawaan
2.2.6 Kawasan Permukiman
Potensi Kawasan peruntukan permukiman adalah kawasan yang secara teknis dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan permukiman yang aman dari bahaya bencana alam,
sehat, dengan luas keseluruhan kurang lebih 5.141,78 hektar yang terdiri dari : Permukiman
perkotaan meliputi permukiman yang terbentuk kawasan perkotaan yang tersebar di
seluruh wilayah Kabupaten, yaitu : Permukiman perdesaan meliputi pemukiman
yang terbentuk kawasan perdesaan yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten,
permukiman baru skala besar dikembangkan di Kecamatan Talawaan, Kecamatan Kalawat,
Kecamatan Airmadidi dan Kecamatan Kauditan.
2.2.7 Kawasan Industri
Kawasan peruntukan industri di wilayah Kabupaten Minahasa Utara adalah
kawasan yang diperuntukan pengembangannya bagi pemusatan kegiatan industri
pengolahan hasil pertanian maupun industri manufaktur yang terdiri atas:
a. Kawasan Peruntukan Industri besar meliputi Kauditan-Bitung-Kema di Kecamatan
Kauditan dan Kecamatan Kema dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung yang
mencakup Kecamatan Kauditan dan Kecamatan Kema.
b. Kawasan Peruntukan Industri Sedang di Kecamatan Likupang Barat.
c. Kawasan Peruntukan Industri Kecil dan Ringan tersebar diseluruh Kabupaten.
d. Kawasan Pergudangan terbatas dan terkendali terletak di Kecamatan Kalawat dan di
kawasan yang diperuntukkan untuk kegiatan industri.
2.2.8 Kawasan Pariwisata
Potensi Kawasan pariwisata di wilayah Kabupaten Minahasa utara yaitu kawasan
yang memiliki potensi objek dan daya tarik wisata alam, wisata budaya, wisata agro dan
wisata lainnya baik yang sudah berkembang maupun yang belum berkembang. Potensi
dan objek wisata alam antara lain: di Pulau Bangka, Pulau Sahaung, Pantai Surabaya, Pantai
Kalinaun di Kecamatan Likupang Timur, Pantai Makalisung, Pantai Batu Nona, Danau Tasik
Oki di Kacamatan Kema, Arung Jeram Sungai Tondano, Pemandian Air Panas Tanggari,
Gunung Klabat di Kecamatan Airmadidi, Air Terjun Tunan di Kecamatan Talawaan, Danau
Zepper di Kecamatan Kauditan, Pulau Naen dan Pulau Mentehage di Kecamatan Wori.
15
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Potensi dan Objek Wisata Budaya antara lain : Taman Purbakala di Desa Sawangan
Kecamatan Airmadidi, Taman Waruga di Kelurahan Airmadidi Bawah Kecamatan Airmadidi,
Mata Air Tumatenden di Kelurahan Airmadidi Bawah Kecamatan Airmadidi, Goa Jepang di
Desa Sawangan Kecamatan Airmadidi, Waruga di Desa Kokoleh Satu Kecamatan
Likupang Selatan, Penjara Tua di Desa Kema Dua Kecamatan Kema. Potensi dan objek
wisata agro antara lain : kebun kelapa hibrida di Kecamatan Wori dan Kecamatan
Likupang Barat, kebun rambutan di Kecamatan Dimembe dan Kecamatan Talawaan, kolam
ikan mas dan nila di Kecamatan Dimembe. Potensi dan objek wisata lainnya antara lain
: Gangga Island Resort di Kecamatan Likupang Barat, Pulisan Jungle Resort di Desa Pulisan
Kecamatan Likupang Timur, Kima Bajo Resort di Desa Kima Bajo di Kecamatan Wori,
penangkaran satwa langka di Desa Pimpim Kecamatan Kema.
2.2.9 Kawasan Perdagangan dan Jasa
Potensi perdagangan dan jasa di wilayah Kabupaten Minahasa Utara yaitu
kawasan yang dapat memfasilitasi kegiatan transaksi perdagangan dan jasa antar
masyarakat yang membutuhkan (sisi permintaan) dan masyarakat yang menjual jasa (sisi
penawaran). Kawasan perdagangan dan jasa menyerap tenaga kerja di perkotaan dan
memberikan kontribusi yang dominan terhadap PDRB yaitu di sepanjang kawasan
perkotaan Manado – Bitung.
2.2.10 Flora dan Fauna
Keadaan flora di Kabupaten Minahasa Utara didominasi oleh tanaman kelapa yang
ditanam oleh masyarakat mulai dari garis pantai sampai ke bukit dengan ketinggian 500 m
dpl mencakup kurang lebih 40.776 Ha. Tanaman Pala dan Mangga Damar Merah
terdapat di Kecamatan Airmadidi dan Kauditan juga terdapat tanaman Kopi, Cengkeh, Vanili
dan Kakao tersebat di beberapa kecamatan. Disamping itu terdapat pula hutan lindung
terutama di kawasan gunung dan daerah aliran sungai.
Fauna di Kabupaten Minahasa Utara memiliki hewan langka seperti Burung Maleo
dan Burung Taong juga terdapat Kera terkecil di dunia yakni Tarsius Spectrum atau
dikenal dengan nama Tangkasi. Perairan Laut di Kabupaten Minahasa Utara menyimpan
berbagai jenis ikan antara lain Ikan Cakalang, Tuna dan Malalugis. Saat ini mulai
dibudidayakan Rumput Laut, Kerang Mutiara, Ikan Laut (Ikan Bobara dan Ikan Kerapu

16
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

2.3 Demografi dan Urbanisasi


2.3.1 Jumlah Penduduk dan KK Keseluruhan
penduduk Kabupaten Minahasa Utara pada tahun 2014 berdasarkan hasil proyeksi penduduk

adalah 196.419 jiwa (50,82 persen adalah laki-laki) dengan kepadatan penduduk 185,43 jiwa/km 2.
Pada tahun 2014, Kalawat adalah kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak, yaitu
mencapai 29.743 jiwa (15,14 persen) yang tersebar di 12 desa dengan kepadatan penduduk 762,05

jiwa/km2 (kepadatan tertinggi). Kecamatan dengan penduduk paling sedikit adalah Likupang Selatan,
yaitu hanya 4.958 jiwa (2,52 persen) yang tersebar di 7 desa.
Jika dilihat menurut kelompok umur, jumlah penduduk usia produktif (umur 15 – 64 tahun) ada
sekitar 67,96 persen. Tahun 2014, nilai sex rasio kabupaten Minahasa Utara adalah 103,32 yang
berarti bahwa jumlah laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan. Pada tahun 2014,
semua kecamatan di Minahasa Utara memiliki nilai sex rasio di atas 100. Kecamatan dengan nilai
sex rasio tertinggi adalah Talawaan, yaitu mencapai 106,53

Gambar 2.6 Piramida Penduduk Kabupaten Minahasa Utara 2014


Sumber : Minahasa Utara dalam angka 2015 BPS

17
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Gambar 2.7 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Kab. Minahasa Utara 2014

Sumber : Minahasa Utara dalam angka 2015 BPS

Tabel 2.9 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Kab. Minahasa Utara 2014

18
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Tabel 2.10 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Minahasa Utara

Tabel 2.11 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Kab. Minahasa Utara 2014

19
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Tabel 2.12 Jumlah Penduduk, Rumah Tangga, dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga Kab Minahasa
Utara 2014

Tabel 2.13 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Minahasa Utara

2.3.2 Jumlah Penduduk Miskin dan Persebarannya


Masalah kemiskinan adalah salah satu masalah mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah
di negara manapun. Pengukuran kemiskinan yang dapat dipercaya, dapat menjadi instrumen tangguh
bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan perhatian pada kondisi hidup orang miskin.

20
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

BPS menyajikan data dan informasi kemiskinan untuk tingkat kabupaten/kota dengan menggunakan
data Susenas Kor (kecuali tahun 2008). Dalam lima tahun terakhir, persentase penduduk miskin di
Minahasa Utara mengalami fluktuasi. Tahun 2010, persentase penduduk miskin sebesar 8,39
persen. Tahun 2011, angka ini turun menjadi 7,38 persen kemudian turun lagi di tahun 2012
menjadi 6,69 persen. Tahun 2013 naik menjadi 8,02 persen dan pada tahun 2014 kembali turun
menjadi 7.75 persen.
Tiga tahun terakhir jumlah keluarga pra sejahtera terus menurun. Pada tahun 2012 jumlah
keluarga pra sejahtera berjumlah12.409 keluarga, angka ini kemudian turun 0,61 persen menjadi
12.333 keluarga pada tahun 2013. Pada tahun 2014, jumlah keluarga pra sejahtera turun sebesar
3,03 persen menjadi
11.959 keluarga.

Gambar 2.8 Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Minahasa Utara 2007-2014.


Sumber : Minahasa Utara dalam angka 2015 BPS

21
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Gambar 2. 9 Pentahapan Keluarga Menurut Klasifikasi keluarga Kab. Minahasa Utara, 2012-2014

Sumber : Minahasa Utara dalam angka 2015 BPS

Gambar 2.9 Perkembangan Garis Kemiskinan di Kabupaten Minahasa Utara 2007-2014

Sumber : Minahasa Utara dalam angka 2015 BPS

Tabel 2.14 Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kabupaten Minahasa Utara 2005-2014

22
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Tabel 2.15 Klasifikasi Keluarga di Kab Minahasa Utara 2012-2014

2.3.2 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk


Proyeksi Penduduk Kabupaten Minahasa Utara selama lima tahun kedepan yakni sampai dengan
2019 bervariasi di tiap kecamatan di Kabupaten Minahasa Utara ini dengan Laju pertumbuhan
penduduk yang berbeda maka akan dihitung proyeksi pertumbuhan penduduknya. Untuk Menghitung
proyeksi laju pertumbuhan penduduk menggunakan asumsi pada pertumbuhan geometri, karena laju
pertumbuhan ini bersifat berskala atau bertahap dalam selang waktu tertentu. Adapun rumus yang
digunakan sebagai berikut :

Pn = P0 ( 1 + r )n dimana :
Pn = Jumlah penduduk pada n tahun
P0 = Jumlah penduduk pada awal tahun
r = Tingkat pertumbuhan penduduk
n = Periode waktu dalam tahun

23
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Tabel 2.16 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Minahasa Utara Sampai Tahun 2019
Laju
Luas Penduduk Proyeksi Proyeksi Proyeksi Proyeksi Proyeksi
Kecamatan Pertumbuhan
Wilayah 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Penduduk
Kema 78.76 16205 3.57% 16783.52 17382.69 18003.25 18645.97 19311.63
Kauditan 108.2 24263 2.33% 24828.33 25406.83 25998.81 26604.58 27224.47
Airmadidi 86.66 28153 3.11% 29028.56 29931.35 30862.21 31822.03 32811.69
Kalawat 39.03 29743 4.39% 31048.72 32411.76 33834.63 35319.97 36870.52
Dimembe 166.43 23568 2.51% 24159.56 24765.96 25387.59 26024.82 26678.04
Talawaan 82.51 19932 4.67% 20862.82 21837.12 22856.91 23924.33 25041.6
Wori 90.7 17288 0.70% 17409.02 17530.88 17653.6 17777.17 17901.61
Likupang Barat 104.29 16404 0.80% 16535.23 16667.51 16800.85 16935.26 17070.74
Likupang Timur 290.84 15905 0.73% 16021.11 16138.06 16255.87 16374.54 16494.07
Likupang Selatan 11.82 4958 0.95% 5005.101 5052.649 5100.65 5149.106 5198.022
Jumlah 1059.24 196419 201682 207124.8 212754.4 218577.8 224602.4

Sumber : Hasil Analisis

2.4 Isu Strategis Sosial Ekonomi dan Lingkungan Berdasarkan RPJMD dan RTRW
2.4.1 Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi
Penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dilakukan atas dasar harga berlaku (ADHB) dan
harga konstan (ADHK). PDRB ADHB Kabupaten Minahasa Utara tahun 2014 mencapai 8.252,76 miliar
rupiah, sedangkan PDRB ADHK mencapai 6.790,12 miliar rupiah. Perkembangan PDRB ADHB maupun
ADHK selama 5 tahun dapat dilihat pada Gambar dibawah. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari
nilai PDRB ADHK. Tahun 2013, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Minahasa Utara sebesar 6,92
persen. Tahun 2014, pertumbuhan ekonomi meningkat dibandingkan tahun 2013, menjadi 7,45
persen. Jika dilihat menurut sektor, maka sektor konstruksi, pengadaan listrik dan gas, serta sektor
informasi dan komunikasi tumbuh paling tinggi, yaitu masing-masing 10,29 persen, 10,26 persen, dan
10,25 persen.
Struktur perekonomian Kabupaten Minahasa Utara tahun 2014 didominasi oleh sektor pertanian,
yaitu mencapai 30,50 persen dari total PDRB, diikuti oleh sektor konstruksi sebesar 12,94 persen.
Sedangkan sektor yang memberikan kontribusi terkecil adalah sektor jasa perusahaan yang hanya
mencapai 0,02 persen.

24
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Gambar 2.10 PDRB Kabupaten Minahasa Utara 2010-2014


Sumber : Minahasa Utara dalam angka 2015 BPS

Gambar 2.11 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Minahasa Utara 2010-2014


Sumber : Minahasa Utara dalam angka 2015 BPS

Tabel 2.17 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Minahasa Utara

25
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

Tabel 2.18 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha di Kab. Minahasa Utara

2.4.2 Kawasan Wilayah Rawan Bencana


Kawasan wilayah rawan bencana yang berpotensi tinggi mengalami bencana alam diwilayah
Kabupaten Minahasa Utara meliputi :
• Kawasan rawan bencana pada jalur sesar; Kawasan rawan bencana jalur sesar dan amblesan
adalah berada di sepanjang garis sesar Manado-Kema dan garis sesar Likupang –
G.Tayapu/G.Werot dengan luas keseluruhan kurang lebih 1.985,70 Ha ;

26
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

• Kawasan rawan gerakan tanah/longsor; Kawasan rawan gerakan tanah/longsor yang


dimaksud adalah kawasan yang berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material
berupa batuan, bahan rombakan, tanah atau material campuran, lahan yang memiliki
kemiringan lereng ± 40 % sangat berpotensi untuk terjadinya longsor.Kawasan rawan longsor
di Kabupaten Minahasa Utara tersebar di Kecamatan Likupang Selatan, Kecamatan Kema, dan
Kecamatan Airmadidi.
• Kawasan rawan gelombang pasang/tsunami, adalah kawasan di pesisir pantai yang mengalami
hempasan gelombang laut yang besar dan kawasan ini berada di Pulau Mantehage dan
sekitarnya , Pulau Naen dan sekitarnya , Pulau Talise dan sekitarnya, Pulau Gangga dan
sekitarnya, Pulau Bangka dan sekitarnya, Pesisir Pantai Kecamatan Wori, Kecamatan Likupang
Barat, Kecamatan Likupang Timur dan Kecamatan Kema. Luas keseluruhan kawasan rawan
gelombang pasang/tsunami kurang lebih 2.339 Ha ;
• Kawasan rawan banjir tersebar di dataran rendah di muara sungai di Kecamatan Likupang
Timur, Kecamatan Wori, Kecamatan Dimembe, Kecamatan Talawaan, Kecamatan Airmadidi
dan Kecamatan Kema dengan luas keseluruhan diperkirakan 1.582 Ha.

2.4.3 Isu Strategis Nasional dan Global


Isu yang kecenderungan besar mempengaruhi dan mewarnai kehidupan sosial
ekonomi Kabupaten Minahasa Utara 5 (lima) tahun ke depan adalah :
Milenium Development Goals (MDGs)
Tujuan Pembangunan Milenium berisikan tujuan kuantitatif yang harus dicapai dalam
jangka waktu tertentu, terutama persoalan penanggulangan kemiskinan pada tahun 2015. Tujuan
ini dirumuskan dari ‘Deklarasi Milennium’, dan Indonesia merupakan salah satu dari 189
negara penandatangan pada Deklarasi September 2000.

Delapan Tujuan Pembangunan Milenium juga menjelaskan mengenai tujuan pembangunan


manusia, yang secara langsung juga dapat memberikan dampak bagi penanggulangan kemiskinan
ekstrim. Masing-masing tujuan MDGs terdiri dari target-target yang memiliki batas pencapaian
minimum yang harus dicapai Indonesia pada 2015. Untuk mencapai tujuan MDGs tahun 2015
diperlukan koordinasi,

kerjasama serta komitmen dari seluruh pemangku kepentingan, utamanya pemerintah (nasional
dan lokal), masyarakat sipil, akademis, media, sektor swasta dan lembaga donor. Secara kolektif
kelompok ini akan memastikan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai tersebar merata di
seluruh wilayah Indonesia. Pemerintah Indonesia tetap memegang komitmennya untuk
melaksanakan dan melaporkan kemajuan pencapaian MDGs. MDGs menempatkan pembangunan

27
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

manusia sebagai fokus utama pembangunan, dengan memiliki tenggat waktu dan kemajuan yang terukur.
Komitmen bersama terhadap pemenuhan hak-hak dasar manusia, dirumuskan dalam delapan Tujuan
Pembangunan Milenium, yakni:
1. Penghapusan kemiskinan (Eradicate extreme poverty and hunger),
2. Pendidikan untuk semua (Achieve universal primary education),
3. Persamaan gender (Promote gender equality and empower women)
4. Perlawanan terhadap penyakit (Combat HI V/AIDS, malaria, and other diseases),
5. Penurunan angka kematian anak (Reduce child mortality),
6. Peningkatan kesehatan ibu (Improve Maternal Health),
7. Pelestarian lingkungan hidup (Ensure Environmental Sustainability),
8. Kerja sama global (Develop a global partnership for development)

Isu Strategis Regional


Pengembangan wilayah Sulawesi, didalam dokumen perencanaan nasional diletakkan sebagai
salah satu pulau besar di Indonesia, sangat penting dalam mendukung peningkatan kinerja
pembangunan nasional. Wilayah Sulawesi ditempatkan sebagai wilayah pusat pertumbuhan di
kawasan Timur Indonesia dan sub-regional ASEAN. Dengan kondisi ini, wilayah Sulawesi memiliki
akses perdagangan yang cukup strategis di dalam pembangunan Nasional.
Pembangunan Wilayah Sulawesi sebagaimana tertuang didalam RPJM Nasional 2010-2014,
diarahkan untuk menjadi salah satu lumbung pangan nasional dengan meningkatkan produktivitas
dan nilai tambah pertanian tanaman pangan, perkebunan dan perikanan; mengembangkan
bioenergi; serta meningkatkan dan memperluas perdagangan, jasa dan pariwisata bertaraf
intenasional. Sesuai dengan RTRWN pengembangan wilayah Sulawesi diarahkan untuk: (1)
mendorong perkembangan peran Pulau Sulawesi sebagai salah satu wilayah yang memiliki
peluang-peluang eksternal cukup besar; (2) mengembangkan komoditas unggulan Pulau
Sulawesi yang memiliki daya saing tinggi melalui kerjasama lintas sektor dan lintas wilayah
provinsi dalam pengelolaan dan pemasarannya; (3) memprioritaskan kawasan-kawasan
tertinggal dan kawasan perbatasan dalam rangka pencapaian pemerataan tingkat perkembangan
antar wilayah, termasuk pengembangan pulau-pulau kecil dan gugus kepulauan; (4) memanfaatkan
potensi sumber daya di darat dan laut secara optimal serta mengatasi potensi konflik lintas wilayah
provinsi yang terjadi di beberapa wilayah perairan dan daratan; (5) mempertahankan keberadaan
sentra-sentra produksi pangan nasional, khususnya bagi sawah-sawah beririgasi teknis dari ancaman
konversi lahan; (6) memantapkan keterkaitan antara kawasan andalan dan kawasan budidaya
lainnya, kota-kota dan pusat- pusat kegiatan di dalamnya, dengan kawasan-kawasan dan pusat-
pusat pertumbuhan antar pulau di wilayah nasional, serta dengan pusat-pusat pertumbuhan di
kawasan sub regional ASEAN, Asia Pasifik dan kawasan internasional lainnya dalam menciptakan

28
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

daya saing wilayah; (7) mempertahankan dan merehabilitasi kawasan lindung hingga mencapai
luasan minimal 40% dari luas Pulau Sulawesi dalam rangka mengurangi resiko dampak bencana
lingkungan yang dapat mengancam keselamatan masyarakat dan asset-asset sosial- ekonominya
yang berbentuk prasarana, pusat permukiman maupun kawasan budidaya; (8) mempertahankan dan
merehabilitasi kawasan cagar budaya sebagai asset sosial budaya masyarakat yang memiliki nilai-
nilai budaya tradisional dan kearifan lokal; (9) mengembangkan industri pengolahan yang berbasis
pada sektor kelautan, pertanian, perkebunan, pertambangan, dan kehutanan secara berkelanjutan;
dan (10) mengembangkan pemanfaatan ruang untuk mewadahi dinamika kehidupan ekonomi,
sosial, dan budaya.
Pusat-pusat pengembangan di Pulau Sulawesi yang merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
diarahkan untuk: (1) mendorong optimalisasi pengembangan kawasan perkotaan Maminasata
(Makassar–Maros–Sungguminasa–Takalar) dan Manado-Bitung sebagai pusat pelayanan primer
yang sesuai dengan daya dukung lingkungannya; dan (2) mendorong pengembangan kota-kota
Gorontalo, Palu, Kendari dan Mamuju sebagai pusat pelayanan sekunder.
Kebijakan pengembangan wilayah Sulawesi secara nasional juga

diarahkan pada optimalisasi peran strategis kelautan dalam meningkatkan interaksi perdagangan intra
pulau (antar provinsi di Sulawesi) maupun dalam mendukung peran wilayah Sulawesi sebagai
penggerak Kawasan Timur Indonesia. Untuk itu strategi yang diterapkan adalah: (1) peningkatan
sistem transportasi laut yang menghubungkan provinsi-provinsi di Pulau Sulawesi; (2) pemantapan
sistem transportasi laut untuk memperkuat fungsi intermediasi Sulawesi bagi KBI dan KTI; (3)
pembangunan pelabuhan-pelabuhan ikan dalam klaster-klaster industri pengolahan hasil laut;
(4) pengembangan pelabuhan hubungan ekspor komoditas unggulan; (5) peningkatan pengawasan
jalur pelayaran internasional untuk mencegah aktivitas penyelundupan; (6) pengembangan lembaga
pendidikan dan kurikulum berbasis kelautan (perikanan, pariwisata, perkapalan); (7) pengembangan
industri angkutan laut (perkapalan); dan (8) pengembangan wisata bahari.

Isu Strategis Provinsi Sulawesi Utara


Isu strategis Provinsi Sulawesi Utara yang perlu mendapatkan perhatian dalam
perumusan strategi Kabupaten Minahasa Utara adalah:
1. Menegakkan prinsip-prinsip demokrasi, supremasi hukum, dan hak asasi manusia
serta memantapkan landasan etik dan moral untuk mewujudkan kondisi aman, damai,
nyaman, tertib, dan disiplin;
2. Mengembangkan kebudayaan dan berbagai potensi alam daerah sebagai bagian dari
warisan dunia;

29
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

3. Memantapkan penerapan Clean Government dan Good Governance yang bebas


korupsi, kolusi, dan nepotisme serta melaksanakan pelayanan publik yang optimal;
4. Mewujudkan masyarakat yang sehat, memiliki harapan hidup yang panjang, cerdas,
berdaya saing tinggi, dan berprestasi;
5. Memberdayakan pelaku bisnis dalam kegiatan ekonomi global, regional dan lokal
yang berbasiskan pada pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dan
koperasi;
6. Meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, dan menjamin
kebebasan pers yang bertanggung jawab;
7. Meningkatkan pembangunan di kawasan perbatasan;
8. Mewujudkan Sulawesi Utara sebagai bagian dari masyarakat Ekonomi ASEAN yang
menjadi Pintu Gerbang Indonesia ke Asia Timur dan Pasifik;
9. Meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Sulawesi Utara danIndonesia Timur
Bagian Utara;
10. Meningkatkan kerjasama lokal, nasional dan internasional;
11. Memantapkan revitalisasi pertanian, perikanan, dan fasilitas penunjang
perekonomian daerah;
12. Menyediakan infrastruktur publik yang memadai;
13. Mengelola sumber daya alam secara efektif, efisien, berkelanjutan, dan melestarikan
lingkungan hidup serta melakukan upaya adaptasi dan mitigasi terhadap akibat-akibat
perubahan iklim;
14. Melaksanakan penataan kelembagaan dan pelaksanaan system perlindungan sosial
dengan memperhatikan kepentingan kaum perempuan, anak dan lanjut usia;
15. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (petani, nelayan, buruh dan
pegawai).

Isu Strategis Kabupaten Minahasa Utara


Berdasarkan fakta, potensi dan permasalahan di wilayah Kabupaten Minahasa Utara, dapat di
tarik beberapa isu strategis, sebagai berikut :
1. Optimalisasi Pengembangan Sektor dan Komoditas Unggulan;
2. Pengembangan Wilayah Perbatasan, Tertinggal dan Pulau Terpencil;
3. Pemantapan kinerja birokrasi dan tata kelola menuju Clean Government dan Good
Governance yang bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme serta melaksanakan
pelayanan publik yang optimal.

30
RPIJM 2015-2019 KABUPATEN MINAHASA UTARA

4. Perubahan iklim akibat pemanasan global yang akan menjadi ancaman bagi
keselamatan penduduk yang bermukim di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
5. Pengembangan kebudayaan daerah dan pariwisata.
6. Pengembangan fasilitas dan infrastruktur publik.
7. Pengembangan teknologi informasi dan komunikasi.
8. Perdagangan perempuan dan anak (Trafficking).

Tabel 2.19 Rata-rata skor Isu-isu strategis


Rata-Rata
No Isu-Isu Strategis Total Skor skor

(1) (2) (3) (4)


1. Optimalisasi Pengembangan Sektor dan 92 8.36
Komoditas Unggulan
2. Pengembangan Wilayah Perbatasan, 85 7.73
Tertinggal dan Pulau Terpencil
3. Pemantapan kinerja birokrasi dan tata Kelola menuju 93 8.45
Clean Government dan Good Governance yang bebas
korupsi,
Perubahankolusi, dan
iklim akibat pemanasan global yang 88 8.00
nepotisme
4. akan serta melaksanakan
menjadi ancaman bagi pelayanan publik
yang optimal
5. keselamatan
Pengembangan penduduk yang bermukim
kebudayaan daerah dandi wilayah 95 8.64
pesisir dan pulau-pulau kecil
Pariwisata
6. Pengembangan fasilitas dan infrastruktur 86 7.82
Public
7. Pengembangan teknologi informasi dan 83 7.55
komunikasi
8. Perdagangan perempuan dan anak 87 7.91
(Trackficking)

31

Anda mungkin juga menyukai