Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN PENDAHULUAN

KAJIAN SEMPADAN PANTAI DAN


SUNGAI DI KABUPATEN PANGANDARAN
1
PENDAHULUAN
2 3
TINJAUAN KEBIJAKAN GAMBARAN UMUM
• Latar belakang • Peraturan perundang-undangan • Fisik & lingkungan
• Tujuan dan sasaran • Kebijakan pembangunan • Sosial & kependudukan
• Dasar hukum • Kebijakan tata ruang • Ekonomi wilayah
• Ruang lingkup pelaksanaan • Kebijakan sektoral • Infrastruktur
• Kebencanaan

4 5
METODE ANALISIS RENCANA KERJA &
ORGANISASI PELAKSANAAN
• Aspek legal
• Tahapan pelaksanaan
• Lingkungan
• Jadwal waktu pelaksanaan
• Fisik pesisir
• Kebutuhan tenaga ahli
• Fisik sungai
• Kebencanaan
• ICZM
• Pengendalian pemanfaatan ruang
1
PENDAHULUAN
1 PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Kabupaten Pangandaran Sempadan pantai sebagai kawasan


memiliki panjang pantai ± perlindungan setempat pada
Kabupaten Pangandaran
91 km dengan wilayah dasarnya mempunyai fungsi untuk
sebagai Kawasan Strategis
pesisir terdapat di 6 melindungi dan menjaga
Pariwisata Nasional (KSPN), Perlu adanya pengaturan
(enam) Kecamatan. kelestarian fungsi ekosistem dan
menjadi salah satu tujuan pemanfaatan ruang di
Potensi yang sangat besar segenap sumber daya di wilayah
wisata unggulan di Jawa wilayah sempadan
baik dari potensi pesisir
Barat dan Nasional pantai dan sungai serta
pariwisata maupun
potensi perikanan zonasi pemanfaatan
ruangnya dengan
memperhatikan fungsi
Pemanfaatan sempadan pantai dan sempadan pantai dan
sungai untuk kawasan budidaya sungai
terbangun maupun kawasan
Perkembangan sektor pariwisata yang cukup pesat budidaya non terbangun
- Jumlah wisatawan meningkat dari 2,4 juta (2015) menjadi 5,6 juta
(2019)
- PAD dari sektor wisata meningkat dari 6 M (2015) menjadi 18 M
(2019)

Berdampak pada pemanfaatan


Multiplier effect untuk sektor-sektor lainnya seperti ruang di kawasan pesisir terutama
sektor perdagangan, jasa perhotelan dan restoran, jasa di sempadan pantai dan sempadan
transportasi dan sektor-sektor lainnya sungai di sekitar muara pantai

4
1 PENDAHULUAN
TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan
Menyusun kajian pemanfaatan ruang pada sempadan pantai dan sempadan sungai sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku

Sasaran
1. Mengetahui pemanfaatan eksisting sempadan pantai dan sempadan sungai
2. Mengetahui kegiatan apa saja yang diperbolehkan, diperbolehkan dengan syarat, dan kegiatan yang
dilarang di sempadan pantai dan sempadan sungai
3. Mengevaluasi pemanfaatan sempadan pantai dan sempadan sungai eksisting
4. Menyusun zonasi kawasan sempadan pantai dan sempadan sungai serta rencana pengembangannya
5. Memberikan rekomendasi terkait insentif dan disinsentif pemanfaatan sempadan pantai dan sempadan
sungai
6. Menyusun visualisasi rencana pemanfaatan sempadan pantai dan sempadan sungai sesuai zonasi dan
rencana pemanfaatannya
7. Memberikan masukan untuk pemanfaatan ruang sempadan pantai dan sempadan sungai

5
1 PENDAHULUAN
DASAR HUKUM

1. Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan;
4. Undang - Undang Nomor 21 Tahun 2012 tentang Pembentukan Kabupaten Pangandaran di Provinsi Jawa Barat;
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Taun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
10. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(PPLH)
11. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2016 tentang Batas Sempadan Pantai
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 28/PRT/M/2015 tentang Penatapan Garis Sempadan
Sungai dan Garis Sempadan Danau;
13. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun
2009-2029;
14. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Provinsi Jawa Barat Tahun 2019-2039;
15. Peraturan Daerah Kabupaten Pangandaran Nomor 3 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Pangandaran Tahun 2018-2038

6
1 PENDAHULUAN
RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup Wilayah
Wilayah pesisir pantai Kabupaten Pangandaran serta
sungai-sungai besar di wilayah Kabupaten Pangandaran

Lingkup Substansi
• Lingkup substansi: konsep, pemanfaatan, dan
pengendalian sempadan pantai dan sungai di
Kabupaten Pangandaran.

• Tinjauan ditekankan pada aktivitas yang sudah dan


akan dikembangkan pesisir dan sempadan sungai.

• Posisi studi adalah menguatkan RTRW Kabupaten


Pangandaran dengan RZWP3K Provinsi, hubungan
dengan RDTR.

7
2
TINJAUAN KEBIJAKAN
2 TINJAUAN KEBIJAKAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan Pemerintah Nomor
Peraturan Pemerintah Peraturan Presiden Republik Permen PUPR Nomor
22 Tahun 2021 tentang
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Nomor 38 Tahun 2011 Indonesia Nomor 51 Tahun 8 Tahun 2015
No Penyelenggaraan Perlindungan
Penataan Ruang tentang Sungai 2016 tentang Batas tentang Garis
dan Pengelolaan Lingkungan
Sempadan Pantai Sempadan Sungai
Hidup (PPLH)

A. Fungsi penataan dan pengendalian ruang Fungsi Dan Pengelolaan A. Pasal 5 ayat (5) A. Fungsi sempadan dan A. Fungsi dan batas garis
• Pasal 2 – 4 (tujuan dan hal yang diatur dalam PP Kawasan mengenai fungsi batas sempadan sempadan sungai
21/2021 berkaitan dengan ruang lingkup) • Pasal 2 (Ruang lingkup sempadan sungai • Pasal 1 angka 2 (batasn • Pasal 2 (penetapan garis,
peraturan ) B. Ketentuan bangunan sempadan secara umum) pemanfaatan sempadan dan
B. Bentuk-bentuk pengendalian ruang • Pasal 3-162 (persetujuan • Pasal 18 (kategori • Pasal 4 (tujuan dan pengawasan
• Pasal 98 (bentuk pemanfaatan ruang yang perlu lingkungan, bentuk badan sungai fiungsi pembatasan jarak pemanfaatannya)
diatur oleh PPPR) kegiatan dan syarat untuk berdsaarkan fungsinya) sempadan) • Pasal 3 (tujuan penetapan
• 101 (kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang dapat dilaksanakannya • Pasal 22 (perlindungan garis sempadan sungai)
kategori Berusaha) kegiatan pemanfaaatan) tanggul dan sempadan • Pasal 15 ayat (2) (bangunan
• 103-106(ketentuan penyelnggaraan kegiatan sungai ) yang dapat dibangun di
pemanfaatan ruang untuk berusaha sempadan sungai)
• 107-115 (bentuk kegiatan dan kawasan yang • Pasal 22 (1) dimanfaatkan
boleh dilakukan pembanguna) terbatas untuk sempadan
• 116-118 (kegiatan pemanfaatan non-berusaha) sungai)
• 127 (sama seperti 110, mengenai kegiatan • Pasal 22 (2) larangan untuk
pemanfaatan non-berusaha) kepentingan pengendalian
• 136-143 (pemanfaatan strategis nasional, yang banjir
harus termuat dalam RTR, RZKSNT, RZKAW
• 144-146 (sinkronisasi pemanfaatan ruang
terhadap RTRW NASIONAL; RTR PULAU; RTR KSN;
RZ KAW; RZ KSNT)
• 147 (tujuan Pengendalian)
• 153 (langkah prosedur pengendalian melalui
penilaian Kesesuaian Kegiatan pemanfaatan)

9
2 TINJAUAN KEBIJAKAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan Daerah Kabupaten
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Pangandaran Nomor 3 Tahun
Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Rencana Induk Pembangunan
Nomor 22 Tahun 2010 tentang 2018 tentang Rencana Tata
Perda RPJM Kabupaten Pangandaran Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Kepariwisataan Provinsi Jawa Barat 2015-
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Ruang Wilayah Kabupaten
dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Jawa 2025
Jawa Barat Tahun 2009-2029 Pangandaran Tahun 2018-
Barat Tahun 2019-2039
2038

Misi : A. Rencana kebijakan A. Rencana kebijakan A. Kebijakan pengembangan VISI “Menjadikan Jawa Barat Sebagai
Meningkatkan Pengelolaan Pariwisata 1. Mempertahankan dan menjaga 1. menciptakan harmonisasi dan kawasan wisata Destinasi Pariwisata Berkelas Dunia Yang
dengan menerapkan Kearifan Lokal kelestarian kawasan lindung sinergi perencanaan dan berskala nasional dan Terintegrasi, Berkelanjutan, Dan
Tujuan: yang telah ditetapkan; pemanfaatan ruang laut antara internasional yang Menjunjung Tinggi Nilai Budaya”
Terwujudnya Pengelolaan Pariwisata yang 2. Meningkatkan produktivitas Pemerintah dan Pemerintah terintegrasi dan ramah a. Membangun destinasi pariwisata
efektif dan efisien yang menunjunjung lahan dan aktivitas budidaya Daerah Provinsi lingkungan berkelas dunia
nilai-nilai kearifan lokal secara optimal dengan tetap 2. menciptakan harmonisasi B. Rencana struktur ruang b. Membangun struktru industri
Sasaran: Kualitas pengelolaan pariwisata memperhatikan fungsi lindung dan sinergi perencanaan dan • Rencana pusat pariwisata yang terintegrasi
Strategi: Meningkatkan penataan dan yang telah ditetapkan; pemanfaatan ruang laut kegiatan c. Membangun pemasaran pariwisata
pengeloaan pariwisata 3. Meningkatkan akses menuju dan ruang darat • Rencana jaringan yang terpadu antar daerah
dan ke luar kawasan; 3. mewujudkan kelestarian sumber prasarana wilayah d. Membangun kelembangaan
Arah kebijakan: 4. Meningkatkan sarana dan daya pesisir dan pulau-pulau kecil kepariwisata yang mampu
• Melanjutkan penataan kawasan wisata prasarana permukiman secara terpadu dan berkelanjutan meningkatkan integrasi
untuk meningkatkan daya tarik wisata terutama di wilayah perbatasan. 4. mewujudkan pemanfaatan sumbe pembangunan
• Meningkatkan promosi pariwisata 5. Meningkatkan koordinasi dan r daya pesisir dan pulau-pulau
melalui kerja sama antar provinsi dalam kecil bagi peningkatan Beberapa objek wisata di Kabupaten
pemanfaatan teknologi informasi dan mewujudkan kestaraan peran kesejahteraan masyarakat Pangandaran meliputi Pantai
fasilitas promosi dari pemerintah dan fungsi di KSN; dan 5. menjamin kepastian hukum dan Pangandaran, Cagar Alam Pananjung,
provinsi/pusat 6. Mengembangkan mekanisme keadilan dalam Pantai Karang Tirta, Pantai Batu Hiu,
• Meningkatkan pembagian peran (role sharing) pengelolaan sumber daya pesisir Pantai Batu Karas, Pantai Madasari, Pantai
kapasitas sumberdaya pelaku terutama dengan provinsi yang dan pulau-pulau kecil. Karapyak, serta Wisata Sungai Cukang
wisataMenciptakan sentra ekonomi berbatasan dalam pengelolaan B. Rencana aloskasi ruang Taneuh (Green Canyon), Citumang, dan
kreatif sebagai pendukung pariwisata kawasan lindung berbasis DAS • Pengembangan KPU Santirah.
• Mendorong penerapan nilai luhur • Pengelolaan Kawasan
budaya lokal dalam pembentukan B. Rencana struktur ruang konservasi
masyarakat pariwisata C. Rencana pola ruang • Pengembangan KSN dan KSNT
• Mendorong peningkatan kapasitas dan D. Arahan pengembangan KSP • Pengelolaan AL
kemandirian desa wisata

10
2 TINJAUAN KEBIJAKAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Sempadan Sungai
Diperbolehkan Tidak Diperbolehkan
Melakukan pemanfaatan untuk kegiatan yang bersifat konservasi Menanam tanaman selain rumput

Bangunan prasarana sumber daya air; Mendirikan bangunan


Fasilitas jembatan dan dermaga Mengurangi dimensi tanggul
Jalur pipa gas dan air minum;
Rentangan kabel listrik dan telekomunikasi
Kegiatan lain sepanjang tidak mengganggu fungsi sungai, antara lain
kegiatan menanam tanaman sayur-mayur
Bangunan ketenagalistrikan

Sempadan Pantai
Diperbolehkan Tidak Diperbolehkan
Kelestarian fungsi ekosistem (terumbu karang, lahan basah, mangrove, Pembangunan yang merusak ekosistem pesisir
padang lamun, gumuk pasir, estuaria, dan delta)
Alokasi ruang untuk akses publik pantai Dilarang membuat batas wilayah di sepanjang pesisir pantai

Alokasi saluran limbah dan air

11
2 TINJAUAN KEBIJAKAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Ketentuan Pengitungan Batas Sempadan Pantai


Peraturan Batas Sempadan Pantai (Perpres No. 51/2016)
Batas sempadan pantai adalah ruang sempadan pantai yang ditetapkan No Ketentuan Ditentukan Berdasarkan
berdasarkan metode tertentu. Sempadan pantai sendiri merupakan
daratan sepanjang tepian pantai, yang lebarnya proporsional dengan 1 Tingkat risiko bencana,
Perlindungan terhadap gempa
bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 meter dari titik pasang yang ditentukan
tertinggi ke arah darat. dan/atau tsunami
berdasarkan indeks
2 Perlindungan pantai dari erosi dan
Penetapan batas sempadan pantai dilakukan dengan tujuan untuk ancaman* dan indeks
abrasi
melindungi dan menjaga: kerentanan*
3 Perlindungan sumber daya buatan di (*penjelasan di slide selanjutnya)
a. kelestarian fungsi ekosistem dan segenap sumber daya di wilayah pesisir dari badai, banjir, dan
pesisir dan pulau-pulau kecil bencana alam lainnya
b. kehidupan masyarakat di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dari 4 Perlindungan terhadap ekosistem Batas akhir keberadaan
ancaman bencana alam pesisir, seperti lahan basah, ekosistem pesisir ke arah
mangrove, terumbu karang, padang darat
c. alokasi ruang untuk akses publik melewati pantai lamun, gumuk pasir, estuaria, dan
d. alokasi ruang untuk saluran air dan limbah delta
5 Pengaturan akses publik Jenis dan intensitas
Penetapan batas sempadan pantai untuk daerah rawan bencana di aktivitas di wilayah
wilayah pesisir dapat dilakukan kurang dari hasil penghitungan dengan 6 Pengaturan untuk saluran air dan pesisir dan pulau-pulau
ketentuan wajib menerapkan pedoman bangunan (building code) bencana. limbah kecil
Sumber: Hasil Sintesis Perpres 51/2016 (Pasal 6 dan Pasal 19 s/d 21), 2021.

12
2 TINJAUAN KEBIJAKAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan Batas Sempadan Pantai (Perpres No. 51/2016)
Indeks Kerentanan
No
1
Jenis
Bencana
Gempa
Karakteristik
Topografi
Biofisik
Parameter Kerentanan
Kemiringan pantai dan elevasi
Material penyusun pantai
Keb. Ekonomi Kerugian ekonomi dari nilai pemanfaatan ruang
Indeks Ancaman 2 Tsunami Topografi
Biofisik
Kemiringan pantai dan elevasi
a. Ketebalan dan kerapatan hutan pantai
Dilakukan Jenis
No Pendekatan Ditentukan Berdasarkan b. Ketinggian gumuk pasir atau beting gisik
Berdasarkan Bencana
1 Pendekatan Rekaman atau Gempa Data, informasi, dan peta magnitude gempa c. Morfologi pantai; dan
Praktis riwayat Tsunami Data, informasi, dan peta yang menggambarkan tinggi gelombang d. Material penyusun pantai
sejarah Erosi/ Data, informasi, dan peta yang menggambarkan laju perubahan Keb. Ekonomi Kerugian ekonomi dari nilai pemanfaatan ruang
kejadian Abrasi garis pantai Keb. Budaya a. Keberadaan cagar budaya; dan
Badai Data, informasi, dan peta yang menggambarkan kecepatan angin b. Aktivitas ritual keagamaan atau kepercayaan
Banjir Data, informasi, dan peta yang menggambarkan tinggi genangan Ketentuan Lain a. Jumlah penduduk
dari Laut yang pernah terjadi b. Jenis dan material bangunan; dan
Keberadaan Gempa a. Zona penunjaman (subduction zone) dan zona tumbukan c. Benda-benda yang mudah hanyut
faktor (collision zone) 3 Erosi atau Biofisik a. Material penyusun pantai; dan
ancaman b. Sesar (fault) di dasar laut dan/atau pesisir Abrasi b. Pelindung alami pantai (vegetasi)
Tsunami a. Zona penunjaman (subduction zone) Keb. Ekonomi Kerugian ekonomi dari nilai pemanfaatan ruang
b. Sesar (fault) di dasar laut Keb. Budaya a. Keberadaan cagar budaya; dan
c. Gunung api dasar laut b. Aktivitas ritual keagamaan, budaya, atau
Erosi/ a. Kondisi gelombang dominan meliputi tinggi gelombang kepercayaan
Abrasi b. Arah datang gelombang Ketentuan Lain Keberadaan bangunan pelindung pantai terhadap
c. Kecuraman gelombang erosi atau abrasi
Badai Kondisi angin 4 Badai Biofisik Keberadaan mangrove
Banjir a. Pemanasan global (global warming) Keb. Ekonomi Kerugian ekonomi dari nilai pemanfaatan ruang
dari Laut b. Amblesan/penurunan tanah (land subsidence) Keb. Budaya a. Keberadaan cagar budaya; dan
2 Pendekatan Analitik/Numerik Gempa Kekuatan gempa b. Aktivitas ritual keagamaan, budaya, atau
Tsunami Tinggi gelombang dari muka air laut sebelum tsunami datang dan kepercayaan
tinggi genangan pada lokasi dengan jarak 100 meter dari titik Ketentuan Lain Posisi infrastruktur terhadap garis pantai
pasang tertinggi ke arah darat 5 Banjir dari Topografi Elevasi
Erosi Perubahan garis pantai karena angkutan sedimen menyusur Laut Biofisik Keberadaaan material penyusun pantai
atau pantai (long shore transport) dan perubahan garis pantai karena Keb. Ekonomi Kerugian ekonomi dari nilai pemanfaatan ruang
Abrasi angkutan sedimen tegak lurus pantai (cross shore transport) Keb. Budaya a. Keberadaan cagar budaya; dan
dengan memperhitungkan kenaikan muka air laut b. Aktivitas ritual keagamaan, budaya, atau
Badai Kondisi angin kepercayaan
Banjir Laju kenaikan muka air laut Ketentuan Lain Keberadaaan bangunan pelindung pantai terhadap
dari Laut banjir dari laut
Sumber: Hasil Sintesis Perpres 51/2016 (Pasal 8 s/d Pasal 12), 2021. Sumber: Hasil Sintesis Perpres 51/2016 (Pasal 13 s/d Pasal 18), 2021.
13
2 TINJAUAN KEBIJAKAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
No
Kriteria Penetapan Garis Sempadan Sungai
Jenis Garis
Sempadan
Ditentukan Berdasarkan
1 Sungai tidak a. Paling sedikit berjarak 10 meter dari tepi kiri dan
Peraturan Batas Sempadan Sungai bertanggul di dalam kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam
(PermenPUPR 26/2015) kawasan perkotaan hal kedalaman sungai kurang dari atau sama dengan
3 meter
Garis sempadan sungai adalah garis maya di kiri dan kanan b. Paling sedikit berjarak 15 meter dari tepi kiri dan
palung sungai yang ditetapkan sebagai batas perlindungan kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam
sungai. Penetapan garis sempadan sungai dimaksudkan hal kedalaman sungai lebih dari 3 meter sampai
sebagai upaya agar kegiatan perlindungan, penggunaan, dan dengan 20 meter
pengendalian atas sumber daya yang ada pada sungai dapat c. Paling sedikit berjarak 30 meter dari tepi kiri dan
dilaksanakan sesuai dengan tujuannya, yaitu: kanan palung sungai sepanjang alur sungai, dalam
hal kedalaman sungai lebih dari 20 meter
a. Fungsi sungai tidak terganggu oleh aktivitas yang 2 Sungai tidak Untuk sungai besar dengan luas daerah aliran sungai
berkembang di sekitarnya; bertanggul di luar lebih besar dari 500 km2, paling sedikit berjarak 100
kawasan perkotaan meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai
b. Kegiatan pemanfaatan dan upaya peningkatan nilai sepanjang alur sungai
manfaat sumber daya yang ada di sungai dapat Untuk sungai kecil dengan luas daerah aliran sungai
memberikan hasil secara optimal sekaligus menjaga kurang dari atau sama dengan 500 km2, paling
kelestarian fungsi sungai; dan sedikit 50 meter dari tepi kiri dan kanan palung
sungai sepanjang alur sungai
c. Daya rusak air sungai terhadap lingkungannya dapat 3 Sungai bertanggul di Paling sedikit berjarak 3 meter dari tepi luar kaki
dibatasi. dalam kawasan tanggul sepanjang alur sungai
Sempadan sungai meliputi ruang di kiri dan kanan palung perkotaan
4 Sungai bertanggul di Paling sedikit berjarak 5 meter dari tepi luar kaki
sungai di antara garis sempadan dan tepi palung sungai tanggul sepanjang alur sungai
luar kawasan
untuk sungai tidak bertanggul, atau di antara garis semadan perkotaan
dan tepi luar kaki tanggul untuk sungai bertanggul. Tanggul 5 Sungai yang Cara yang sama dengan penentuan garis sempadan
merupakan bangunan penahan banjir yang terbuan dari terpengaruh pasang sungai sesuai nomor 1, 2, 3, dan 4
timbunan tanah. air laut
6 Mata Air Paling sedikit berjarak 200 meter dari pusat mata air
Sumber: Hasil Sintesis PermenPUPR 28/2015 (Pasal 4 s/d 11), 2021.
14
2 TINJAUAN KEBIJAKAN
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
A. Visi RPJPD Kabupaten Pangandaran B. Misi RPJPD Kabupaten Pangandaran
"Kabupaten Pangandaran sebagai Tujuan Wisata Termaju di Berikut ini adalah misi yang berhubungan erat dengan bahan
Pulau Jawa" kajian terkait pengembangan kawasan sepadan sungai dan
Termajukan dalam visi yang dimaksud dapat dipecah pantai yang bersifat strategis :
menjadi beberapa :
• Kabupaten Pangandaran memiliki ketersediaan 1. Mewujudkan Perekonomian Masyarakat yang berdaya
infrastruktur, suprastruktur, fasilitas dan pelayanan yang Saing
berkelas dunia; 2. Mewujudkan Pemanfaatan Ruang, Penyediaan
• Kabupaten Pangandaran dengan potensi wisata dan Infrastruktur dan Fasilitas yang Berwawasan Lingkungan
keanekaragaman kekhasannya masing-masing dapat 3. Mewujudkan Kebijakan Sosial Budaya yang Bertumpu
ditata agar terintegrasi secara harmonis sehingga pada Nilai Religius dan Kearifan Lokal.
menjadi kawasan pusat pariwisata terpadu;
• Kabupaten Pangandaran menjadi salah satu daerah
tujuan wisata utama di Pulau Jawa;
• Kabupaten Pangandaran dapat menyejahterakan
masyarakat melalui pengembangan potensi pariwisata
dengan tetap memperhatikan pembangunan
berkelanjutan serta kearifan lokalnya.

15
2 TINJAUAN KEBIJAKAN
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

A. Visi RPJMD Kabupaten Pangandaran 2021-2026


"Kabupaten Pariwisata Yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan Berbasis Kearifan Lokal"

B. MISI RPJMD KABUPATEN PANGANDARAN 2021-2026


Misi Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

Meningkatkan Terwujudnya Kualitas pengelolaan Meningkatkan 1. Melanjutkan penataan kawasan wisata untuk
Pengelolaan Pengelolaan pariwisata penataan dan meningkatkan daya tarik wisata
Pariwisata den pariwisata pengelolaan pariwisata 2. Meningkatkan promosi pariwisata melalui
gan menerapk yang efektf dan pemanfaatan teknologi informasi dan fasilitas
an Kearifan efisien yang promosi dari pemerintah provinsi/pusat
Lokal menjunjung nilai- 3. Meningkatkan kapasitas sumberdaya pelaku wisata
nilai kearifan 4. Menciptakan sentra ekonomi kreatif sebagai
lokal pendukung pariwisata
5. Mendorong penerapan nilai luhur budaya lokal
dalam pembentukan masyarakat pariwisata
6. Mendorong peningkatan kapasitas dan
kemandirian desa wisata

16
2 TINJAUAN KEBIJAKAN
KEBIJAKAN TATA RUANG

RTRW Provinsi Jawa Barat

Struktur ruang
• Pangandaran sebagai PKNp dan
PKW dengan peran pusat koleksi
dan distribusi skala nasional
• Optimalisasi Bandara Nusawiru
sebagai pusat persebaran tersier
• Reaktivasi jalur KA Banjar-Cijulang
• Penataan kawasan permukiman
perdesaan dengan prinsip
konservasi dan penanggulangan
bencana
• Pengembangan infrastruktur
permukiman
• Peningkatan jalan poros timur
Pangandaran-Ciamis-Cikijing-
Cirebon
• TPA Regional

17
2 TINJAUAN KEBIJAKAN
KEBIJAKAN TATA RUANG

RTRW Provinsi Jawa Barat


Pola ruang
Kawasan Lindung
• Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan
di bawahya
• Kawasan perlindungan setempat
• Kawasan cagar alam
• Kawasan rawab bencana alam dan geologi
• Kawasan terumbu karang
• Kawasan koridor bagi satwa/biota laut yang dilindungi

Kawasan Budidaya
• Kawasan hutan produksi
• Kawasan pertanian pangan irigasi teknis
• Kawasan perkebunan
• Kawasan peternakan
• Pengembangan kawasan pesisir, laut, dan pulau kecil,
• Pengembangan kawasan perikanan
• Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa
• Pengembangan kawasan pariwisata

18
2 TINJAUAN KEBIJAKAN
KEBIJAKAN TATA RUANG

RTRW Provinsi Jawa Barat

Kawasan Strategis Provinsi

1. KSP Pangandaran dan sekitarnya


2. KSP perbatasan Jawa Barat-Jawa
Tengah
3. KSP kilang minyak Balongan

19
2 TINJAUAN KEBIJAKAN
KEBIJAKAN TATA RUANG

RZWP-3-K Provinsi Jawa Barat

Pengembangan Kawasan Pemanfaatan Umum (KPU)


2. Zona Pelabuhan (KPU-PL)
1. Zona Pariwisata (KPU-W)
a. Sub Zona KPU-PL-DLK
a. Sub Zona wisata alam pantai/pesisir dan pulau-pulau
- Pelabuhan Bojong Salawe (KPU-PL-DLK-07)
kecil (KPU-W-P3K)
- Pelabuhan Penyebrangan Majingklak (KPU-PL-DLK-08)
- Pantai Madasari (KPU-W-P3K-69)
b. Sub Zona KPU-PL-WKOPP
- Pantai Batu Karas (KPU-W-P3K-70)
- PPI Muara Gatah (KPU-PL-WKO-52),
- Pantai Cijulang (KPU-W-P3K-71)
- PPI Legok Jawa (KPU-PL-WKO-53),
- Pantai Parigi / Batu Hiu (KPU-W-P3K-72)
- PPI Madasari (KPU-PL-WKO-54),
- Pantai Karang Tirta (KPU-W-P3K-73)
- PPI Nusawiru (KPU-PL-WKO-56),
- Pantai Barat Pangandaran (KPU-W-P3K-74)
- PI Bojong Salawe (KPU-PL-WKO-57),
- Pantai Timur Pangandaran (KPU-W-P3K-75)
- PPI Cikidang (KPU-PL-WKO-58),
- Pantai Lembah Putri (KPU-W-P3K-76)
- PPI Palataragung (KPU-PL-WKO-59)
- Pantai Karang Nini (KPU-W-P3K-77)
3. Zona Perikanan Tangkap (KPU-PT)
- Pantai Karapyak (KPU-W-P3K-78)
a. Sub Zona Pelagis (KPU-PT-P)
b. Sub Zona wisata olahraga (KPU-W-OR)
- KPU-PT-P-32 dan KPU-PT-P-33
- Pantai Batu Karas (KPU-W-OR-03)
b. Sub Zona Pelagis dan Demersal (KPU-PT-PD)
- KPU-PT-PD-20, KPU-PT-PD-21, dan KPU-PT-PD-22

20
2 TINJAUAN KEBIJAKAN
KEBIJAKAN TATA RUANG

RZWP-3-K Provinsi Jawa Barat

4. Zona Perikanan Budidaya (KPU-BD) Pengelolaan Alur Laut (AL)


a. Sub Zona Budidaya Laut (KPU-BD-BL) 1. Pengelolaan Alur Laut meliputi Alur Pelayaran dan/atau
- KJA Offshore Pangandaran (KPU-BD-BL-12) Perlintasan (AL-APP)
a. Alur Pelayaran dan/atau Perlintasan Nasional (AL-APP-N)
Pengelolaan Kawasan Konservasi (KK) - Perairan Pangandaran: (AL-APP-N-24) dan (AL-APP-
1. Kawasan Konservasi Perairan (KK-KKP) N26)
- Kawasan Konservasi Taman Pesisir Pangandaran (KK-KKP- - Pelabuhan Bojong Salawe (AL-APP-N-25)
06) b. Alur Pelayaran dan/atau Perlintasan Regional (AL-APP-R)
2. Kawasan Konservasi Kawasan Lindung (KK-KL) - PPI Cikidang Pangandaran: (AL-APP-R-25) dan (AL-APP-
- Cagar Alam Laut Pangandaran (KK-KL-02) R-26)
2. Migrasi Biota Laut (AL-MB)
Pengembangan Kawasan Strategis Nasional (KSN) & Kawasan a. Migrasi Penyu (AL-MB-P)
Strategis Nasional Tertentu (KSNT) - Perairan Legok Jawa (AL-MB-P-05)
1. KSN untuk kepentingan lingkungan hidup (KSN-LH) - Perairan Cimerak (AL-MB-P-06)
- KSN Pacangsanak (Pangandaran Kalipucang Sagara - Perairan Batu Hiu (AL-MB-P-07)
Anakan Nusa Kambangan) (KSN-LH-01) - (AL-MB-P-08)

21
2 TINJAUAN KEBIJAKAN
KEBIJAKAN TATA RUANG

RZWP-3-K Provinsi Jawa Barat

22
2 TINJAUAN KEBIJAKAN Jaringan Jalan
KEBIJAKAN TATA RUANG Jaringan Jalan Nasional
1. mengembangkan jalan Tol Banjar – Pangandaran

RTRW Kabupaten Pangandaran


2. pengembangan jalan arteri primer (JAP) berupa ruas jalan
poros timur melalui jalur Pangandaran – Ciamis – Cikijing –
Cirebon;
3. pemeliharaan JAP ruas jalan Kalapagenep – Cimerak, ruas
jalan Cimerak – Batas Kota Pangandaran, ruas jalan
Kalipucang – Batas Provinsi Jawa Tengah; dan
4. pemeliharaan jalan kolektor primer satu (JKP-1) ruas jalan
merdeka
Jalan Provinsi
1. pengembangan jalan horizontal Jawa Barat bagian selatan;
2. pengembangan jalan horizontal tengah selatan – selatan
Jawa Barat;
3. pemeliharaan jalan kolektor primer tiga (JKP-3) ruas
Kalipucang –Majingklak; dan
4. pemeliharaan jalan kolektor primer dua (JKP-2) ruas Jalan
Bandara Nusawiru.

Jaringan jalan Kabupaten meliputi Jaringan Jalan Kolektor


Primer, Lokal Primer dan Jalan Lingkungan Primer

Pada wilayah studi terdapat beberapa


rencana infrastruktur, yaitu:
1. Bandara udara umum pelayanan tersier
2. Terminal tipe B dan tipe C
3. Stasiun kereta api dan jalurnya
4. Pelabuhan regional dan lokal

23
2 TINJAUAN KEBIJAKAN
KEBIJAKAN TATA RUANG

RTRW Kabupaten Pangandaran


Kawasan Lindung
1. Sempadan Pantai 638 Ha
2. Sempadan Sungai 3.990 Ha
3. SDEW 33 Ha
4. RTH 2584 Ha
5. Cagar Alam 454,62 Ha
6. Cagar Alam Laut 470 Ha
7. TWA 34,32 Ha
8. Hutan Bakau ±188 Ha
9. Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan
Situs Batu Kalde berada di area TWA
Kawasan Lindung Lainnya
1. Kawasan terumbu karang tersebar di
wilayah pesisir
2. Kawasan koridor jenis satwa atau biota
laut yang dilindungi:
• Pantai Batu Hiu Kecamatan Parigi;
• Pantai Batukaras Kecamatan Cijulang;
• Pantai Legok Jawa Kecamatan Cimerak;
• Kawasan Perairan Pancangsanak

24
2 TINJAUAN KEBIJAKAN
KEBIJAKAN TATA RUANG

RTRW Kabupaten Pangandaran


Kawasan Budaya
1. Kawasan Hutan Produksi
2. Kawasan Pertanian
3. Kawasan Peruntukan Pertaian
4. Kawasan Peruntukan Perikanan
5. Kawasan Peruntukan Pertambangan
6. Kawasan Pertahanan dan Keamanan
7. Kawasan Peruntukan Industri
8. Kawasan Peruntukan Permukiman
9. Kawasan Peruntukan Pariwisata

Pada wilayah studi terdapat beberapa


zona yang dominan, yaitu:
1. Kawasan Rawan Tsunami Tinggi
2. Permukiman Perkotaan
3. Kawasan Cagar Alam
4. Kawasan Cagar Alam Laut
5. Kawasan Karst

25
2 TINJAUAN KEBIJAKAN
KEBIJAKAN TATA RUANG

RTRW Kabupaten Pangandaran


Kawasan Strategis Kabupaten

Dibagian selatan Kabupaten Pangandaran


yang menjadi wilayah studi telah ditetapkan
sebagai kawasan strategis, yaitu
1. N.1 : KSN Pacangsanak
2. P.1 : KSP Pangandaran & sekitarnya
3. K.3 : KSK Minapolitan
4. K.5 : KSK Pangandaran & sekitarnya
5. K.6 : KSK Cimerak & sekitarnya
6. K.10 : KSK Pengembangan IPTEK

26
2 TINJAUAN KEBIJAKAN
KEBIJAKAN SEKTORAL

Visi Pembangunan kepariwisataan Daerah Provinsi Jawa Barat: “Menjadikan Jawa Barat Sebagai
Destinasi Pariwisata Berkelas Dunia Yang Terintegrasi, Berkelanjutan, Dan Menjunjung Tinggi
Nilai Budaya”

Misi pembangunan kepariwisataan Daerah Provinsi Jawa Barat:


a. Membangun destinasi pariwisata berkelas dunia yang mengintegrasikan kekayaan potensi pariwisata daerah yang
khas dan berdaya saing global;
b. Membangun struktur industri pariwisata yang kuat dan terintegrasi, serta bertanggung jawab terhadap lingkungan
alam dan budaya dalam menghadapi persaingan global;
c. Membangun pemasaran pariwisata yang terpadu antar daerah, efektif dan efisien, serta bertanggung jawab dalam
membangun citra pariwisata di Daerah Provinsi berkelas dunia; dan
d. Membangun kelembagaan kepariwisataan yang mampu meningkatkan integrasi pembangunan kepariwisataan di
Daerah Provinsi dan menciptakan sumber daya manusia yang berkompetensi internasional

27 Sumber : Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Jawa Barat 2015-2025


2 TINJAUAN KEBIJAKAN
KEBIJAKAN SEKTORAL

Pangandaran ditetapkan sebagai pusat


Daerah Pariwisata Provinsi (DPP) yaitu
Destinasi Pariwisata Pangandaran-
Tasikmalaya-Garut-Cianjur dalam
Ripparprov Jawa Barat.
Daya tarik wisata primer yang ada di
Daerah Kabupaten Pangandaran
Pantai Pangandaran meliputi:
Pantai Karapyak 1. Pantai Pangandaran
Pantai Batu Hiu 2. Cagar Alam Pananjung
Green Canyon Cagar Alam 3. Pantai Batu Karas
Pantai Batukaras 4. Green Canyon
5. Pantai Batu Hiu
6. Pantai Madasari
7. Pantai Karapyak.
Pantai Madasari

Sumber : Rencana Induk Pembangunan


28 Kepariwisataan Provinsi Jawa Barat 2015-2025
3
GAMBARAN UMUM WILAYAH
3 GAMBARAN UMUM WILAYAH
KARAKTERISTIK FISIK & LINGKUNGAN

• Lingkup wilayah studi meliputi Teluk


Parigi dan Teluk Pangandaran, yang
dipisahkan oleh Tombolo Pananjung.
• Di sisi utara terdapat kawasan
pegunungan yang tersusun oleh unit-unit
litologi, terutama breksi vulkanik,
batupasir, dan batu gamping berlapis.
Kikisan/endapan material pegunungan
terbawa oleh aliran sungai yang
bermuara di pantai-pantai tersebut.
• Dari sisi selatan, wilayah ini berhadapan
langsung dengan Samudera Hindia.
Proses alam yang terjadi puluhan tahun
mengakibatkan pembentukan pasir
pantai yang indah dan juga tombolo
Sumber: https://www.tribunnewswiki.com/2020/01/17/pantai-pangandaran Pananjung.

30
3 GAMBARAN UMUM WILAYAH
KARAKTERISTIK FISIK & LINGKUNGAN

Karena tak ada daratan penghalang di


depan wilayah studi, maka gelombang di
wilayah ini cukup tinggi. Berdasarkan data
BMKG 28 Mei 2021, rentang tinggi
gelombang rata-rata adalah 2.5 – 4 meter
datang dari arah selatan dan tenggara.
Sedangkan untuk tipe pasang surut di
wilayah ini, berdasarkan klasifikasi Wyrtki
(1961), masuk ke dalam tipe mixed tide
semidiurnal, yaitu 2 kali pasang dan 2 kali
surut dengan ketinggian muka air yang
Sumber: https://peta-maritim.bmkg.go.id/area/pelayanan?kode=H.02 diakses 28 Mei 2021 berbeda.
31
3 GAMBARAN UMUM WILAYAH
KARAKTERISTIK SOSIAL & KEPENDUDUKAN
Komposisi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian
• Jumlah penduduk di Kabupaten Pangandaran pada tahun 2020
sebesar 423.670 jiwa atau meningkat 0,04 kali dari jumlah
penduduk tahun 2016. Bukan
Angkatan
Kerja Jasa Pertanian
• Kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Pengangguran 23% 43% 28%
Pandaherang sebesar 1.121 jiwa/km2 dan kepadatan Terbuka
4% Bekerja
penduduk terendah di Kecamatan Cigugur, yaitu 193 jiwa/km2 73%
Manufaktur
29%
Komposisi penduduk berdasarkan usia & jenis kelamin
18.853 19377

11.392 11892 IPM Kabupaten Pangandaran Tahun 2013-2020


12.990 13886

14.264 15479 69 68,21 68,06


14.752 15837 68 67,44
14.297 15115
67 66,6
14.961 15169
65,62 65,79
14.536 13988
66 65,29
64,73
16.626 15739 65
17.777 16800
64
15.977 15555

17.457 16326
63
16.564 15368 62
14.095 13170 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Laki-Laki (50,1 %) Perempuan (49,9 %)

32
3 GAMBARAN UMUM WILAYAH
KARAKTERISTIK EKONOMI WILAYAH
Struktur Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
7
Pertambangan dan Penggalian 5,94
Pertanian, 6
Kehutanan, dan Industri Pengolahan 5,29 5,32
5,1
Penyediaan Perikanan
5
Akomodasi Pengadaan Listrik dan Gas
dan Makan
Minum Pengadaan Air; Pengelolaan Sampah, 4
9% Limbah, dan Daur Ulang
Konstruksi
3
Perdagangan Besar dan Eceran;
Industri Pengolahan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2
5% Transportasi dan Pergudangan
Transportasi Penyediaan Akomodasi dan Makan 1
dan
Minum
Pergudangan -0,05
12% Konstruksi Informasi dan Komunikasi 0
8%
Perdagangan Besar dan Jasa Keuangan dan Asuransi
-1
Eceran; Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor Real Estat 2016 2017 2018 2019 2020

Laju Pertumbuhan Ekonomi


Jasa Perusahaan

Struktur perekonomian Pangandaran (2016-2020) didominasi oleh 5 (lima) kategori lapangan


usaha, diantaranya: • Nilai PDRB Pangandaran pada tahun 2020 menurun dibandingkan tahun 2019,
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Terbesar (27,34%) kontraksi sebesar 0,05%.
2. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil, dan Sepeda Motor; • 9 kategori mengalami pertumbuhan yang negatif (mengalami kontraksi). Kontraksi
3. Transportasi dan Pergudangan; paling tinggi adalah kategori lapangan usaha Jasa Perusahaan (12,24%)
4. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum;
5. serta Konstruksi.

33
3 GAMBARAN UMUM WILAYAH
KARAKTERISTIK INFRASTRUKTUR

Jaringan Transportasi Rencana Pengembangan Jalan Kolektor Kawasan Perkotaan Pangandaran


Perkotaan Pangandaran rentan terjadi kepadatan lalu lintas
terutama pada saat musim peak season wisata karena
hanya mengandalkan satu jalur arteri saja.
Pada kondisi lalu lintas padat, jalan arteri difungsikan satu
arah dari Banjar menuju Parigi kemudian menyebar ke arah
Pejaten dan KEK Grand Pangandaran sehingga lalu lintas
harus memutar untuk mencapai pusat pelayanan dan
akomodasi wisata
Terdapat rencana jaringan jalan kolektor untuk membagi
beban lalu lintas serta membuat pergerakan dalam
Kawasan Perkotaan Pangandaran, seperti pada tabel.
Rute moda trasportasi umum meliputi Jalan Pantai
TimurJalan Baru Desa Babakan-Jalan Raya Banjar
Pangandaran-Jalan Pamugaran Bulak Laut-Jalan
Pamugaran-Jalan Kidang Pananjung-Jalan Purbahayu-Jalan
Baru Desa Pananjung-Jalan Sidiproyo-Jalan Drawolong-Jalan
Raya Sidamulih.

34
3 GAMBARAN UMUM WILAYAH
KARAKTERISTIK INFRASTRUKTUR

Jaringan Prasarana
Jaringan Air Minum
Jaringan Drainase
• Jaringan air minum di Kawasan Perkotaan Pangandaran
disusun dengan mengikuti struktur rencana jalan, yakni • Jaringan drainase disusun berdasarkan hierarki sistem
pipa transmisi primer mengikuti jalan arteri dan pipa pengatusan air di Kawasan Perkotaan Pangandaran.
transmisi sekunder mengikuti rencana jalan kolektor. Secara keseluruhan, terdapat dua sungai yang mengalir
di Kawasan Perkotaan Pangandaran yang berfungsi
• Rencana pipa transmisi sekunder akan dikembangkan di
sebagai muara sistem drainase primer, yakni Sungai
Jalan Pantai Timur (arah Putrapinggan), Jalan Pantai
Cikidang dan Sungai Ciputrapinggan.
Barat, Jalan Sidamulih, rencana jalan penghubung Jalan
Sidamulih-Sidaproyo, rencana jalan penghubung Jalan • Jaringan drainase sekunder mengalirkan air menuju
Sidaproyo-Pemuda Bojongjati untuk melayani kawasan jaringan drainase primer dan terdapat di sisi jalan-jalan
permukiman baru, Jalan Kidang Pananjung, dan Jalan yang bertemu dengan Jalan Raya Banjar-Pangandaran dan
Purbahayu. Jalan Raya Cijulang/Wonoharjo. Jaringan Air Limbah

Jaringan Air Limbah Jaringan Energi/Kelistrikan


Rencana jaringan air limbah yang diprioritaskan adalah • Jaringan air kelistrikan di Kawasan Perkotaan
jaringan di pusat Kawasan Perkotaan Pangandaran (Desa Pangandaran didasarkan pada rencana pemindahan
Pangandaran) yang merupakan pusat jasa akomodasi wisata gardu listrik ke utara Jalan Banjar-Pangandaran untuk
dengan zona IPAL di sebelah kompleks pasar. menjauhi zona rawan tsunami.

35
3 GAMBARAN UMUM WILAYAH
KARAKTERISTIK KEBENCANAAN

Kawasan Rawan Bencana Tsunami Kabupaten Pangandaran

Indeks Bahaya Tsunami

Sumber : Peta Bahaya Tsunami


(inarisk,.bnpb.go.id)
36
3 GAMBARAN UMUM WILAYAH
KARAKTERISTIK KEBENCANAAN

Kejadian Gempa Bumi dan Tsunami di Kab. Pangandaran

• Dua gempa bumi besar pernah mengguncang daerah Pangandaran pada 28 Maret 1875 dan 11
September 1921. Keduanya menyebabkan tsunami. (BPBD Kab. Pangandaran, 2018)

• Pada 17 Juli 2006, terjadi gempa dengan kekuatan 6,8 SR di Pangandaran, yang normalnya tidak
menyebabkan tsunami dengan ketinggian lebih dari 5 meter. Namun, ternyata ketinggian rayapan
tsunami tersebut mencapai hingga 21 meter. Jumlah korban jiwa mencapai 668 orang dan 65 orang
dinyatakan hilang, sedangkan korban luka mencapai 9.299 orang. Ribuan rumah dan perahu nelayan
pun hancur. (Mori, et.al., 2007)

37
3 GAMBARAN UMUM WILAYAH
KARAKTERISTIK KEBENCANAAN

Tsunami Pangandaran 2006


• Gempa berkekuatan 6,8 SR
(http://geodesy.gd.itb.ac.id/2007/01/05/studi-
mekanisme-gempa-dan-tsunami-pangandaran-
secara-geodetik/)
• Merupakan tsunami earthquake, gempa tidak
terlalu dirasakan oleh masyarakat yang berada di
sekitar pantai (Mori, 2007)
• Kerugian ditaksir mencapai Rp 500 M

Hancur/Rusak Hancur/Rusak

Rumah 1163/110 Sekolah 2/1

Hotel 346/0 Tempat Ibadah 12/3


Perahu 1650/224 Pos kesehatan 1/1
Nelayan/boat
Toko 163 Kantor 42 / 0
pemerintahan
Restoran 162 Jembatan 5/3
Kios 103/0 Sawah 137 Ha
Sumber: Hebert, et al (2012)
Jalan 18,830/13,7 km
38 Feedthehungry.org.au update 25 juli 2006
3 GAMBARAN UMUM WILAYAH
KARAKTERISTIK KEBENCANAAN

Kejadian Bencana Banjir Kab. Pangandaran Oktober 2020

Tercatat kejadian banjir yang


cukup parah di Kab
Pangandaran pada bulan
Oktober 2020, terdapat enam
desa di empat kecamatan yang
terendam banjir, dengan
ketinggian banjir mencapai 0.5
meter

Sumber: kompas.com Banjir tersebut berdampak


pada 111 KK yang terdiri dari
311 jiwa. (liputan6.com).

39
4
METODOLOGI ANALISIS

Aspek:
1. Legal
2. Lingkungan
3. Fisik Pesisir
4. Fisik Sungai
5. Kebencanaan
6. ICZM
7. Pengendalian Pemanfaatan Ruang
4 METODOLOGI ANALISIS
ANALISIS ASPEK LEGAL

Analisa hukum mengenai peraturan perundang-undangan Data utama penelitian ini adalah data sekunder yang
dan kebijakan pemerintah daerah terkait menggunakan terdiri atas bahan hukum primer adalah bahan hukum
metode pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian yang diperoleh langsung dari sumber yang berwenang
hukum yang dilakukan dengan mengkaji dan menerbitkannya, baik berupa peraturan perundang-
meneliti data sekunder (data kepustakaan) yang terdiri dari undangan dan yurisprudensi.Selain data sekunder,
bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Pertanyaan- penelitian ini juga didukung oleh data primer yang
pertanyaan utama dirumuskan dalam bentuk normatif, didapatkan melalui penelitian langsung ke lapangan,
mengenai bagaimana seharusnya sesuatu menurut hukum melalui pengamatan dan wawancara mendalam yang
(what the law ought to be). dikombinasikan dengan wawancara terarah dan diskusi
terfokus dengan narasumber.

41
4 METODOLOGI ANALISIS
ANALISIS LINGKUNGAN

Analisis DPSIR
Driving Forces, Pressures, State, Impacts, Responses

• DPSIR adalah sebuah kerangka untuk


mengorganisasikan informasi dan data tentang
kondisi/masalah lingkungan.
• Kerangka model ini mempertimbangkan bahwa
kegiatan sosial-ekonomi manusia (Driving Forces)
memberikan tekanan (Pressures) terhadap
lingkungan, mempengaruhi kualitas dan kuantitas
Sumber Daya Alam (State), menimbulkan dampak
(Impacts) terhadap lingkungan, sehingga
menyebabkan pemerintah dan masyarakat
memberikan respon perubahan yang terjadi melalui
kebijakan lingkungan, ekonomi dan sektoral dan
melalui perubahan kesadaran dan perilaku
(Responses).

Sumber: European Environmental Agency/EEA, 1999

42
4 METODOLOGI ANALISIS
ANALISIS FISIK PESISIR

Untuk kebutuhan “Kajian Sempadan Pantai dan Sungai di Pangandaran” dengan


bekal data sekunder, analisis fisik pesisir yang dilakukan adalah:

1. Analisis Pasang Surut

2. Analisis Gelombang

3. Identifikasi Rip Current

4. Identifikasi Kondisi Perubahan Garis Pantai

5. Identifikasi Bangunan Pengaman Pantai Eksisting

43
4 METODOLOGI ANALISIS
ANALISIS FISIK PESISIR
Analisis pasang surut dilakukan untuk mendapatkan elevasi
penting, sebagai berikut:
Data Pasut
1. Highest Astronomical Tide (HAT)
2. Highest High Water Level (HHWL)
Least Square
3. Mean High Water Spring (MHWS)
4. Mean High Water Level (MHWL
Komponen Pasang 5. Mean Sea Level (MSL)
Surut Jenis Pasang Surut
6. Mean Low Water Level (MLWL)
7. Mean Low Water Spring (MLWS)
Peramalan Pasang Surut 18.6
Tahun 8. Lowest Low Water Spring (LLWL)
9. Lowest Astronomical Tide (LAT)

Elevasi Penting Pasang Surut Probabilitas Terlampaui Elevasi Dalam kaitannya dengan studi ini, elevasi penting berguna
Pasang Surut sebagai datum penarikan sempadan.

44
4 METODOLOGI ANALISIS
ANALISIS FISIK PESISIR

Data penting yang akan


dimanfaatkan dalam pekerjaan
ini diperoleh dari European
Centre for Medium-Range
Weather Forecasts, yaitu berupa:
• Data angin jam-jaman
• Data tinggi dan perioda
gelombang swell
• Data tinggi dan perioda
gelombang wind wave
Untuk kemudian ditindaklanjuti
dengan analisis gelombang
ekstrim.

Sumber: https://www.ecmwf.int/

45
4 METODOLOGI ANALISIS
ANALISIS FISIK PESISIR

Sumber: https://www.navionics.com/aus/charts?charts=NavionicsPlus&fn=1/

Identifikasi rip currents akan dilakukan dengan:


- analisis peta batimetri
- penelusuran arsip berita
- wawancara masyarakat sekitar.
Output kegiatan ini adalah daftar lokasi berbahaya yang berpotensi menimbulkan rip current,
sehingga dapat digunakan untuk pertimbangan rencana pemanfaatan sempadan.
46
4 METODOLOGI ANALISIS
ANALISIS FISIK PESISIR

2006
2017

Sumber: Googleearth Pro diakses 28 Mei 2021

Identifikasi Kondisi Perubahan Garis Pantai dilakukan untuk melihat ruas-ruas pantai yang mengalami erosi maupun
sedimentasi sehingga dapat digunakan untuk pertimbangan rencana pemanfaatan sempadan. Dilakukan dengan cara:
- Analisis kronologi seri waktu peta satelit.
47 - Analisis kondisi sebelum dan setelah dibangunnya Bangunan Pengaman Pantai
4 METODOLOGI ANALISIS
ANALISIS FISIK PESISIR

Bangunan Pengaman Pantai terdiri dari:


✓ Groin
✓ Breakwater
✓ Seawall
✓ Jetty
✓ Revetment
✓ Tanggul Laut
Berdasarkan pengamatan awal dari peta satelit, jenis
bangunan pengaman pantai yang dijumpai di lokasi studi
adalah groin dan jetty. Bangunan Pengaman Pantai lain akan
diidentifikasi melalui survei visual lapangan.
Langkah selanjutnya adalah menganalisis kondisi kinerja
prasarana tersebut.

48
4
Groin untuk pelindung pantai
METODOLOGI ANALISIS
ANALISIS FISIK PESISIR

Trestle untuk berfoto

Berdasarkan identifikasi bangunan


pengaman pantai eksisting melalui
citra satelit. Ditemukan 9 groin dan 7
trestle bambu

49
Sumber: Googleearth Pro diakses 28 Mei 2021
4 METODOLOGI ANALISIS
ANALISIS FISIK SUNGAI

Analisis yang akan dilakukan dalam menunjang “Kajian Sempadan Pantai dan Sungai di
Pangandaran”
1. Analisis catchment sungai: delineasi catchment, identifikasi tutupan lahan eksisting
2. Analisis debit dan muka air banjir.
3. Analisis karakteristik dinamika morfologi sungai.
Analisis yang dilakukan akan didasarkan pada data sekunder sejauh dapat dilakukan.
Dengan diketahuinya karakter dinamika sungai berdasarkan analisis di atas diharapkan dapat
menunjang pengambilan keputusan terkait sempadan sungai.

50
4 METODOLOGI ANALISIS
ANALISIS FISIK SUNGAI Penentuan suatu daerah sebagai batasan catchment
adalah sebagai berikut:

Analisis catchment sungai a. Punggung – punggung Gunung


b. Puncak – puncak Bukit ( Stream devide Range )
c. Sungai disebelahnya
1.Delineasi catchment d. Batas daerah aliran atau titik – titik tertinggi muka bumi berbentuk
punggungan (Stream Devide)

Daerah Aliran Sungai atau sering


disingkat dengan DAS adalah suatu
wilayah yang dibatasi oleh batas
alam, seperti punggung bukit – bukit
atau
gunung, maupun batas batuan,
seperti jalan atau tanggul, dimana
air hujan
turun di wilayah tersebut memberi
kontribusi aliran ke titik kontrol
(outlet)
(Suripin, 2002).

Gambar.x. Daerah Aliran Sungai Pangandaran


51
4 METODOLOGI ANALISIS
ANALISIS FISIK SUNGAI
2. Identifikasi tutupan lahan
eksisting

Tata guna lahan biasanya dibedakan


oleh beberapa tipe tutupan lahan,
misalnya :
a. Hutan
b. Perkebunan
c. Pertanian
d. Pemukiman, dll

Gambar.x. Tutupan Lahan Pangandaran

52
4 METODOLOGI ANALISIS
ANALISIS FISIK SUNGAI

Analisis debit dan muka


air banjir

Dalam (Suripin, 2004) menerangkan, banjir


adalah suatu kondisi dimana tidak
tertampungnya air dalam saluran
pembuang (palung sungai) atau
terhambatnya air di dalam saluran
pembuang, sehingga meluap mengenai
daerah(dataran banjir) sekitarnya.

Gambar.x. Metodologi Analisa Data Curah Hujan

53
4 METODOLOGI ANALISIS
ANALISIS FISIK SUNGAI

Data Debit Data Hujan > 20 th& Data Debit Data Debit DataHujan &
Data Debit (1 ~ 3) th DataKarakteristikBasin
> 20 th (10 ~ 20) th (4 ~ 10) th

Cara Cara Cara Banjir Debit Cara Cara Regresi Cara

Empiris Matematis Diatas Ambang Alur Penuh Empiris - IOH Rational

- GAMA I
Kalibrasi
Unit - Hidrograf Satuan - Der Weduwen
Hydrograph Data Debit - SCS - Haspers

Diperpanjang - Melchior
Banjir rata-rata tahunan (Q)

Analisis Probabilitas Frekwuensi


Analisis Probabilitas Frekwuensi
Gumbel, Log Pearson, Log Normal, EV1
Banjir Regional

Dibandingkan dengan cara perhitungan lain

Debit Banjir Rencana (Qt)

Gambar. Xx. Bagan Alir Metodologi Perhitungan Debit Banjir (Kepmen PU no


306/KPTS/1989)

54
4 METODOLOGI ANALISIS
ANALISIS FISIK SUNGAI
Analisis karakteristik
dinamika morfologi
sungai

Morfologi sungai merupakan ukuran dan


bentuk sungai sebagai hasil reaksi
terhadap perubahan kondisi hidraulik
dari aliran. sehingga sungai akan leluasa
dalam menyesuaikan ukuran-ukuran dan
bentuknya baik bentuk geometri
atau kekasaran dasar sungai.

Analisis karakteristik dinamika morfologi


sungai bisa dengan beberapa cara,
diantaranya :
a. SIG atau GIS (Geographic Information
System)
b. Citra Satelit
c. Digitasi Peta
Gambar. Xx. Beberapa bagian dan bentuk Morfologi
Sungai

55
4 METODOLOGI ANALISIS
ANALISIS KEBENCANAAN

Analisis Bahaya
• Indeks Ancaman Bencana disusun berdasarkan dua komponen utama, yaitu
kemungkinan terjadi suatu ancaman dan besaran dampak yang pernah tercatat
untuk bencana yang terjadi tersebut.
• Analisis bahaya dilakukan untuk bahaya tsunami dan banjir di Kab. Pangandaran

56
4 METODOLOGI ANALISIS
ANALISIS KEBENCANAAN

Analisis Kerentanan
Kerentanan merupakan sebuah kondisi atau kecenderungan yang dapat berlaku untuk individu, kelompok individu atau
masyarakat, yang menyebabkan masyarakat tersebut tidak mampu menghadapi bencana (UU 24 thn 2007).

Kerentanan Bangunan &


Kerentanan Fisik Prasarana

Kepadatan Penduduk &


Kerentanan Sosial Kepekaan Sosial

Indeks Kerentanan
PDRB per Sektor &
Kerentanan Penggunaan lahan (kawasan
Ekonomi budidaya)

Kerentanan Penggunaan Lahan


Lingkungan (Kawasan Lindung)

Sumber: Perka BNPB No. 2 Tahun 2012


57
4 METODOLOGI ANALISIS
ANALISIS KEBENCANAAN

Analisis Kerentanan Kab. Pangandaran


• Kerentanan sosial • Kerentanan fisik
• Kepadatan penduduk • Rumah
• Rasio jenis kelamin • Fasilitas umum
• Rasio penduduk disabilitas • Fasilitas kritis
• Rasio kelompok umur • Fasilitas penunjang ekonomi
• Jumlah penduduk tidak tetap • Kerentanan ekologi/lingkungan
• Kerentanan ekonomi • Hutan lindung
• PDRB per sektor
• Hutan alam
• Nilai lahan produktif
• Hutan bakau
• Kerugian ekonomi akibat bencana terdahulu
• Rawa
• Semak belukar

58
4 METODOLOGI ANALISIS
ANALISIS KEBENCANAAN

Analisis Kapasitas
1. Aturan dan kelembagaan penanggulangan bencana
2. Peringatan dini dan kajian risiko bencana
3. Pendidikan kebencanaan
4. Pengurangan faktor risiko dasar
5. Pembangunan kesiapsiagaan pada seluruh lini
6. Penilaian kesiapan SDM
7. Ketersediaan infrastruktur evakuasi bencana

59
4 METODOLOGI ANALISIS
ANALISIS KEBENCANAAN

Analisis Risiko – Perhitungan dengan Rumus Matematik

𝑅𝑖𝑠𝑘 = 3√𝐻𝑎𝑧𝑎𝑟𝑑 𝑥 𝑉𝑢𝑙𝑛𝑒𝑟𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 𝑥 (1 − 𝐶𝑎𝑝𝑎𝑐𝑖𝑡𝑦)

60 Sumber: Perka BNPB No. 2 Tahun 2012


4 METODOLOGI ANALISIS
ANALISIS KEBENCANAAN

Analisis Risiko –
Perhitungan dengan
Matriks Komposit
Sumber: Perka BNPB No. 2 Tahun 2012

61
4 METODOLOGI ANALISIS
ANALISIS KEBENCANAAN

Analisis Risiko – Perhitungan dengan Matriks


Komposit (2)

Penentuan Tingkat Kerugian merupakan Penentuan Tingkat Kapasitas merupakan


kombinasi indeks kerugian dan tingkat kombinasi indeks kapasitas dan tingkat
ancaman ancaman
62 Sumber: Perka BNPB No. 2 Tahun 2012
4 METODOLOGI ANALISIS
ANALISIS KEBENCANAAN

Analisis Risiko – Perhitungan dengan Matriks


Komposit (3)

Penentuan Tingkat Risiko merupakan


kombinasi antara Tingkat Kapasitas dan
63 Tingkat Kerugian Sumber: Perka BNPB No. 2 Tahun 2012
4 METODOLOGI ANALISIS
ANALISIS ICZM

• Untuk menelaah mengenai pengelolaan pesisir yang kompleks, dinamis, dan berhadapan
dengan beragam tantangan sektoral maka perlu dibentuk framework pengelolaan wilayah
pesisir di Pangandaran berbasis ICZM.
• Analisis pemetaan keterkaitan stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan pesisir Pangandaran.
• Analisis matriks SWOT yang diperoleh dari analisis aspek legal, analisis lingkungan, analisis fisik
pesisir, analisis fisik sungai, dan analisis kebencanaan.
• Keluaran dari analisis tersebut dapat menjadi evaluasi strategi dan penstrukturan
implementasi pengelolaan pesisir Pangandaran.
• Contoh analisis terlampir di halaman berikut:

64
4 METODOLOGI ANALISIS
ANALISIS ICZM
Contoh analisis matriks SWOT yang diperoleh dari analisis lain:
Contoh analisis pemetaan keterkaitan stakeholder:

Sumber: Susanto, A. (2019). Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir Kecamatan Kuala Jelai
Sumber: McGowan, L. (2011). 'Practice and prospects for ICZM in the UK.
Kabupaten Sukamara Berbasis ICZM. Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika, 3(2), 21-30.
65
4 METODOLOGI ANALISIS
ANALISIS PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

4.7 ANALISIS PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

ANALISIS DATA DAN INFORMASI


Ketentuan Normatif Pemanfaatan
Ruang Sempadan Pantai, Sungai dan Area terbangun, tidak terbangun, jenis kegiatan, lokasi,
Pesisir (4.1) 1. Karakteristik Kegiatan luasan, jam operasional dan dampak kegiatan terhadap
Pemanfaatan Ruang fungsi lindung sungai dan pantai (termasuk rencana
pemanfaatan ruang yang sudah disepakati)
Karakteristik Fisik Lingkungan, Pantai
dan Sungai (4.1; 4.2; 4.3)
2. Karakteristik Bangunan dan Intensitas Pemanfaatan Ruang: KDB, KLB,
Bangun-Bangunan Ketinggian
Kerentanan dan Risiko Bencana serta
Upaya Adaptasi & Mitigasinya (4.4; 4.5)
Tata Massa Bangunan (luas perpetakan/kavling,
jenis bangunan, GSB, material, kualitas bangunan,
Integrated Coastal Zone bangunan cagar budaya dll), bangun bangunan
Management/ICZM (4.6)

Sirkulasi (kendaraan, pejalan kaki dll), sistem


4. Infrastruktur, Utilitas jaringan infrastuktur dan utilitas lainnya dalam
sempadan (Jaringan, dimensi, kualitas dll)
Tipologi kawasan dalam sempadan pantai
dan sungai yang harus dilindungi, dapat
Landform (bentuk lahan, tutupan lahan, ruang terbuka,
dikembangkan dan persyaratan teknis 3. Lanskap ruang terbuka hijau) , badan air, vegetasi.
pemanfaatan ruang

66
4 METODOLOGI ANALISIS
ANALISIS PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

LUARAN

1) TIPOLOGI dan KUALITAS KINERJA ruang sempatan pantai dan sungai

2) KEBIJAKAN PEMANFAATAN RUANG dan KEBIJAKAN PERANCANGAN


(Design Policy) dan Prinsip Pengendalian pemanfaatan ruang

3) KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG sempadan pantai dan sungai

4) PRINSIP (penataan dan perancangan) dan


STANDAR TEKNIS pemanfaatan ruang

5) SIMULASI penerapan Prinsip dan Standar Teknis Pemanfaatan Ruang

67
5
RENCANA KERJA DAN ORGANISASI
PELAKSANAAN
5 RENCANA KERJA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN
TAHAPAN PELAKSANAAN

Persiapan Pengumpulan Data dan Pengolahan dan Analisis Penyusunan Dokumen


Informasi Data Kajian

Kegiatan:
Kegiatan:
1. Pembentukan Tim
1. Analisis Aspek
2. Kajian awal data sekunder
a. Aspek Legal
3. Persiapan teknis
Kegiatan: b. Lingkungan
pelaksanaan (data awal, Kegiatan:
1. Pengumpulan Data Primer c. Fisik Pesisir
metodologi, rencana kerja 1. Penyusunan alternatif
(Survei Lapangan) d. Fisik Sungai
rinci, perangkat survei) konsep rencana
2. Pengumpulan Data e. Kebencanaan
2. Pemilihan konsep rencana
Sekunder (Survei Instansi) f. ICZM
Keluaran: 3. Perumusan rencana
3. Kajian Studi Literatur g. Pengendalian
Laporan Pendahuluan terpilih
Pemanfaatan Ruang
1. Gambaran Umum
Keluaran: Data dan Informasi 2. Analisis SWOT
2. Kajian awal kebijakan, isu Keluaran: Hasil kajian dalam
seluruh analisis untuk input
strategis bentuk Laporan Akhir
Laporan Antara Keluaran:
3. Rencana kerja
Laporan Antara
4. Perangkat survei primer
1. Hasil analisis aspek
dan sekunder
2. Analisis SWOT

69
5 RENCANA KERJA DAN ORGANISASI PELAKSANAAN

JADWAL WAKTU PELAKSANAAN


Bulan Ke -1 Bulan Ke-2 Bulan Ke-3 Bulan Ke-4 Bulan Ke-5
No Uraian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan (desk study)
2 Pelaksanaan Kegiatan
a. Laporan
Pendahuluan
- Pengambilan data
primer & sekunder
- Analisis dan
perumusan SWOT
b. Laporan Antara
- Perumusan
kebijakan
pemanfaatan dan
perancangan
- Prinsip dan standar
teknis
- Simulasi desain
c. Laporan Akhir

70
TERIMA KASIH
KAMIS, 3 JUNI 2021

Anda mungkin juga menyukai