Pencemaran air permukaan dirasakan semakin meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan
meningkatnya beban pencemaran yang berasal dari industri, pertanian dan peternakan serta peningkatan
jumlah penduduk. Hal ini diperparah dengan belum memadainya sarana dan prasarana pengendalian
pencemaran. Dampak dari kondisi ini, badan air menjadi tercemar berat karena juga menampung air yang
diindikasikan tingginya kadar BOD, COD, unsur hara (N dan P) dan koli tinja serta rendahnya kadar oksigen
terlarut (DO) pada perairan. Keadaan ini tidak dapat dibiarkan berlangsung terus, perlu dilakukan suatu
pengolahan air limbah sebelum dibuang ke badan air.
Sampai saat ini berbagai teknik pengolahan telah banyak digunakan untuk menurunkan kadar pencemar,
diantaranya dengan sistem pengolahan secara Fisika, Kimia dan Biologi atau kombinasinya, namun
teknologi ini memerlukan biaya Operasi dan Pemeliharaan (O&P) yang tinggi. Salah satu teknologi alternatif
sederhana dengan biaya O&P yang murah adalah dengan menggunakan ekoteknologi atau dikenal
sebagai Wetland.
Fungsi Teknologi
Menyerap bahan pencemar (BOD,COD, Detergen, SS) dari air limbah dengan memanfaatkan tanaman.
Proses penyerapan unsur pencemar pada Sistem Pengolahan Air Limbah dengan Ekoteknologi, adalah:
Kadar BOD air limbah diturunkan melalui proses oksidasi dan reduksi (fermentasi aerobic)
¤
Amonium (NH4 N), dioksidasi oleh bakteri autotrop pada rhizosphere menjadi nitrat dan kemudian nitrit,
¤
akhirnya pada kondisi anaerobik diubah bakteri fakultatif anaerobik pada tanah menjadi gas N2
Fosfat diikat koloid Fe,Ca dan Al yang ada dalam tanah (kondisi aerobik), oksidasi pada rhizosphere,
¤
dapat mengurangi keracunan tumbuhan akibat gas H2S dan dapat mengurangi kadar Fe dan Mn dari
limbah.
Keunggulan
Biaya Operasional dan Pemeliharaan lebih murah karena tidak memerlukan peralatan mekanikal dan
¤
elektrikal.
Tidak membutuhkan tenaga ahli.
¤
Efisiensi pengolahan dengan tanaman mampu menyerap zat pencemar khususnya BOD, COD,
¤
Amonium, P-total, Nitrat dan Bakteri.
Spesifikasi Teknik
Pekerjaan tanah (galian dan urugan) meliputi perpipaan gabungan, bak kontrol (manhole), kolam
¤
ekoteknologi dan kolam kontrol tanpa tanaman.
Pekerjaan sipil (pekerjaan pondasi, beton, pasangan, plesteran dan acian) meliputi:
¤
l bak kontrol (manhole) berukuran : P x L x D = 0,6 x 0,6 x 1,0 m
l bak ekualisasi berukuran : P x L x D = 7,5 x 2,0 x 2,5 m.
l alat ukur debit tipe V notch Thomson bahan dari plat besi tebal 5 mm, lebar saluran 1 m dan aerasi tipe
Cascade jumlah terjunan 2 buah berukuran : P x L x T = 0,9 x 1,0 x 0,2 m.
l 1 kolam kontrol ekoteknologi (tanpa tanaman) dan 4 kolam ekoteknologi (dengan tanaman) masing-
masing berukuran : P x L x D =15,0 x 6,0 x 0,85 m, serta 1 kolam kontrol monitoring berukuran : P x L x D
=1 x 1 x 1 m.
Pekerjaan mekanikal terdiri dari:
¤
l pintu air manual dengan ulir 1 unit : P x L x T = 1,0 x 0,8 x 0,05 m
l bar-screen terdiri dari besi diameter 6 mm jumlah 21 buah sudut kemiringan 60o
Pekerjaan perpipaan dan perlengkapannya yang terdiri dari perpipaan gabungan, kolam kontrol (manhole)
¤
dan perpipaan antar unit pengolahan. .
Pekerjaan media tanaman yang terdiri dari pasangan batu koral, tanah lembang dan tanaman ekoteknologi
¤
Thypa sp., Cyperus alternifolius, Pontederia cordata dan Thalia dealbata (kana air).
Kolam Ekoteknolog
(dengan tanaman)
Saluran Pembawa
Bak Equalisasi a. Pintu air Bak Kontrol
b. Bar screen
c. Alat ukur debit Kolam Ekoteknolog
d. Aerasi (tanpa tanaman)
Bak
Equalisasi Pintu Air
Bar Screen
Alat ukur
debit
Lokasi Prototip Ekoteknologi Skala Lapangan terletak pada Green Belt (sempadan) Waduk Saguling, Desa
Cangkorah, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung.
Prototip Ekoteknologi Skala Lapangan dapat diterapkan pada badan air lainnya (danau, sungai, saluran
umum).
Cikalong wetan
W. Cirata
Cipatat Lembang
Cisarua
Padalarang Cimahi
Maribaya
Majalaya
Banjaran
Ciwidey
Ds. Cangkorah
Kec. Batujajar Pangalengan
Kab. Bandung
Situ Cileunca
Operasi dan pemeliharaan
1. Periksa semua sistem perpipaan, termasuk kran inlet pada masing-masing kolam, yaitu pada kolam
:Thypa sp., Cyperus alternifolius, Pontederia cordata, Thalia dealbata dan kolam kontrol tanpa
tanaman.
2. Atur debit pengolahan pada masing-masing kolam sebesar 0,01 L/s.
3. Amati pertumbuhan tanaman selama pengoperasian prototip, bila terdapat tanaman yang tidak sehat
atau rusak akibat serangan hama, tanaman segera diganti dengan tanaman baru.
4. Lakukan pemanenan secara periodik berdasarkan kepadatan populasi setiap jenis tanaman.
Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut 2-3 baris ( ± 1,5 m), diganti dengan tanaman muda
yang ada pada masing-masing kolam. Pemanenan selanjutnya, pencabutan pada 2-3 baris yang
belum dipanen sebelumnya.
5. Hasil pemanenan tanaman sebagian kecil dapat digunakan sebagai bibit dan sebagian lainnya dapat
dijual (misalnya tanaman Thypa sp., Cyperus alternifolius, dan Thalia dealbata (kana air)).
Pemanenan Tanaman