Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN ESKURSI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR
BALAI LINGKUNGAN KEAIRAN
Pengolahan grey water dengan kombinasi ecotech garden (EGA) satira dan
saras

Yupiter Abdi Toto Negoro


1806244282

UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN SUMBER DAYA AIR


BAB 1
PENDAHULUAN

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air mempunyai tugas dan fungsi
berdasarkan peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.15/PRT/M/2015
Pasal 11 43 yaitu melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang Sumber Daya Air.
Pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan tersebut harus didukung oleh teknologi
dan sistem informasi yang memadai sehingga dibutuhkan layanan helpdesk yang dapat
meningkatkan sharing knowledge antar petugas layanan pemangku kebijakan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air Bandung terbagi menjadi
beberapa bidang yang masing-masing mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda. Salah satu
bidangnya yaitu Bidang Program dan Kerjasama adalah bidang yang bertugas untuk
mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi di Pusat
Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air Bandung. Dengan memanfaatkan
perkembangan teknologi informasi, bidang ini dapat mengembangkan sumberdaya dan
meningkatkan kinerja operasional.
Balai ini mempunyai tugas dan fungsi untuk melaksanakan litbang serta pengkajian
teknologi yang berkaitan dengan bangunan hidraulik dan geoteknik keairan dalam menunjang
upaya pendayagunaan, pengendalian daya rusak dan konservasi sumber daya air. Balai ini
dilengkapi dengan Laboratorium Hidraulika, Laboratorium Mekanika Tanah, Laboratorium
Mekanika Batuan, Laboratorium Bahan Bangunan dan Piranti Uji Model Numerik Bidang
Hidraulik dan Geoteknik.
Balai ini berkemampuan untuk melaksanakan pemecahan masalah serta memberikan layanan
teknik yang berkaitan dengan :
 Survei, investigasi dan disain dengan uji model hidraulik fisik dan matematik untuk
mendukung bangunan keairan.
 Penyelidikan lapangan dan uji laboratorium dalam desain fondasi bangunan
hidraulik, tubuh bendungan, tanggul banjir dan perbaikan sifat teknik tanah.
 Instrumentasi pemantau, termasuk evaluasi keamanan.
 Pelatihan pada bangunan keairan untuk penyelidikan lapangan dan uji laboratorium
dalam bidang geoteknik, pelatihan dalam bidang desain, dan pelatihan instrumentasi
termasuk evaluasi keamanan bangunan keairan.
Cakupan kegiatan litbang bidang hidraulika meliputi :
 Permasalahan aliran (debit, kecepatan aliran dan tinggi muka air),
 Energi hidraulik (pemanfaatan energi dan pemecahan energi),
 Instrumentasi hidraulika, pengendalian aliran dan angkutan sedimen.
Cakupan kegiatan litbang bidang geoteknik meliputi :
 Permasalahan sifat material bahan bangunan (tanah dan batuan) untuk tanggul,
bendungan, dan stuktur hidraulik lainnya.
 Stabilitas lereng dan umur efektif bangunan keairan
 Kegempaan dan resiko kerawanan bencana
 Instrumnetasi dan pemantauan pada bangunan keairan
 Kapasitas daya dukung tanah dan batuan yang berkaitan dengan pondasi bangunan
keairan.

Balai Bangunan Hidraulik dan Geoteknik Keairan juga melakukan penyusunan basis
data hasil evaluasi kinerja bangunan keairan dalam bidang hidraulik dan Geoteknik.
Berdasarkan Permen PU No. 21 Tahun 2010 Pasal 218 Balai Bangunan Hidraulik dan
Geoteknik Keairan Mempunyai Tugas dan Fungsi Balai (pasal 219) sebagai berikut :\

Tugas
Melaksanakan penelitian dan pengembangan bidang Bangunan Hidraulik dan Geoteknik
Keairan

Fungsi
Balai Bangunan Hidraulik dan Geoteknik Keairan menyelenggarakan fungsi :
 Penyusunan program;
 Pelaksanaan penelitian;
 Pelaksanaan pengembangan;
 Pelaksanaan penerapan meliputi perekayasaan dan difusi teknologi;
 Pelaksanaan pelayanan teknis meliputi pengujian dan pengkajian;
 Pelaksanaan alih teknologi;
 Penyiapan standar, pedoman dan manual;
 Penyelenggaraan laboratorium serta sertifikasi; dan
 Evaluasi dan pelaporan
BAB II
STUDI LITERATUR

Masalah lingkungan dari selokan terbuka grey water telah diatasi dengan Ecotech
Garden (EGA) yang merupakan teknologi tepat guna sebagai alternatif untuk mengolah air
selokan yang tercemar oleh grey water dengan memanfaatkan proses biologis dari tanaman hias
air. EGA diterapkan sejak tahun 2005, dengan cara membelokkan aliran selokan yang
tercemar grey water yang ada di depan rumah ke pekarangan dari salah satu rumah di
Kompleks Perumahan Bumi Asri Bandung. Unsur hara atau bahan pupuk tanaman (N, P dan K)
yang terdapat didalam grey water telah menumbuhkan aneka tanaman hias air yang merupakan
media dari EGA, sedangkan unsur pencemar lainnya (COD, Detergent, dsb) dapat berkurang
karena diserap akar tanaman.
Berdasarkan area pekarangan yang ada, EGA dibuat dalam bentuk U, sehingga aliran
keluar pekarangan dapat dimasukan kembali ke aliran selokan yang sebagian airnya telah
diambil untuk mengairi EGA. Ukuran EGA, lebih kecil bila dibandingkan dengan ketentuan
ukuran desain luas permukaan instalasi pengolahan sejenis yang mengacu pada disain kriteria
“Metcalf &Eddy” (Design guideline for constructed wetlands, p.995). EGA, memang tidak semata
mata dirancang berdasarkan aliran permukaan, tetapi mempertimbangkan kebutuhan pupuk
untuk jenis tanaman yang akan ditanam. Aplikasi EGA, selain menurunkan unsur pencemar,
juga meningkatkan estetika lingkungan dengan tanaman bunganya yang beraneka ragam.
Dengan kata lain, EGA berperan menjaga kelestarian sumber sumber air, seraya meningkatkan
estetika lingkungan, dan bahkan memberikan tambahan pendapatan bagi pengelolanya.

Keunggulan EGA
1. Menambah estetika lingkungan permukiman yang nyaman.
2. Mengurangi pencemaran sungai, karena zat-zat pencemar seperti BOD, Total-N dan
Total-P diserap oleh tanaman.
3. Dapat menurunkan bau, dengan indikator dari penurunan kadar Amonia sebesar 50 %
(semula 10,50 mg/L turun di outlet EGA menjadi 5,3 mg/L) sedangkan kriteria limbah
domestik berbau minimal 6 mg/L (Arnold S.Vernik,1987)
4. Tidak memerlukan biaya operasional yang mahal karena pengaliran air kotor
menggunakan gaya gravitasi, bukan dengan pompa atau pipa.
5. Dapat menambah pendapatan dari penjualan bibit bunga yang dihasilkan, yaitu
±Rp.219.000 per tahun,atau Rp.106.000,-per m2, walau harga cenderung menurun bila
ada jenis tanaman hias baru.
6. Air sisa olahan dapat digunakan kembali, salah satunya untuk mengairi kolam ikan.
Kelemahan EGA
1. Perlu pemeliharaan ekstra di bagian aliran masuk (inlet), karena teknologi bangunan
peninggi air, menjadi tempat berkumpulnya sampah

Prinsip Kerja EGA


 Pengaliran grey water ke EGA, dilakukan dengan cara memasang bendung di selokan,
sehingga air dapat dibelokkan ke EGA.
 Sistem EGA tersebut dapat dibangun di halaman rumah, atau taman taman yang ada di
kompleks perumahan atau di bagian atas suatu situ atau danau alami.
 EGA akan menyaring unsur unsur hara (pupuk) yang terkandung didalam air, dan unsur
bahan pencemar air lainnya. Unsur pupuk digunakan oleh tanaman untuk bertumbuh,
sedangkan unsur pencemar, disaring oleh akar dan media penahan tanaman.
 Air yang keluar dari EGA (sudah disaring secara biologis), dapat dialirkan kembali ke
selokan dibagian hilir bendung, atau dialirkan ke waduk, dan sumber sumber air
lainnya.

Karena bahan cemaran dalam air sudah berkurang, maka kualitas air yang dikembalikan ke
selokan atau ke badan badan air lainnya, sudah lebih baik dari kualitas air sebelum melalui EGA.

Kriteria Desain
Spesifikasi EGA Skala Rumah tangga:

1. Profil EGA:
 Berbentuk saluran dengan Lebar 40 cm
 Saluran didisain dengan debit 0,07 liter/detik atau setara dengan 4.2 liter/menit
 Tinggi/kedalaman saluran adalah 45 cm (ambang bebas 7,5 cm, tinggi air 7,5 cm,
lapisan tanah 10 cm dan lapisan kerikil 20 cm)
 Dasar saluran : tanah

2. Tepi saluran ditembok agar tidak longsor dan untuk tujuan kerapihan
Investasi dan Biaya Operasional
Biaya Pembuatan EGA untuk ukuran pada Gambar-2 adalah Rp.300.000,- (40% untuk biaya
tanaman hias dan 60% untuk ongkos galian dan bahan).

 Biaya EGA relatif murah, yaitu 429 US$ per L/det limbah yang diolah. (Kurs 1 US$ =
Rp.10.000, Desember 2005). Sementara itu, Biaya sarana pengolahan Grey water di
Pulau Miyako, Okinawa (Naoko,2005) adalah 797.538 US$ per L/det limbah yang
diolah, atau sebesar 2600 kali EGA.
 Perbedaan tersebut disebabkan karena biaya bahan dan ongkos yang sangat murah di
Indonesia.
 EGA pada contoh tersebut, dialirkan secara gravitasi, sedangkan pengolahan Grey
water di Pulau Miyako menggunakai pompa yang mengkonsumsi listrik sebesar 78
Kwh/bulan.

Kinerja EGA Skala Rumah Tangga


Kinerja EGA bisa diketahui dengan membandingkan unsur pencemar di inlet dengan
unsur unsur pencemar di outlet system.

Peluang Replikasi EGA


Ada dua faktor yang memberikan peluang sangat besar untuk mereplikasikan EGA
dalam berbagai bentuk. Pertama, Saat ini hampir semua grey water masih dibuang ke selokan
tanpa diolah. Hal ini mengakibatkan tingginya tingkat pencemaran sungai sungai di Indonesia.
Selain itu sarana Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik terpusat yang dapat
mengolah grey water dan black water hanya terbatas pada 11 kota besar, dengan cakupan
pelayanan sangat rendah yaitu sebesar 2,5 juta jiwa, atau baru sekitar 1 % dari total penduduk
Indonesia.
Kedua, Indonesia terletak di khatulistiwa yang beriklim tropis, dimana kondisi ini sangat
mendukung pertumbuhan tanaman air, hal ini berlainan dengan negara yang mengalami empat
musim dimana pada musim dingin ada kendala untuk tumbuhnya tanaman air, EGA dapat
dibangun pada kawasan pemukiman yang telah terbangun, maupun bersamaan dengan
pembangunan suatu kawasan perumahan baru, atau disekitar (bagian Hulu) sumber sumber air
seperti waduk, embung embung, situ situ, waduk waduk pengendali banjir di daerah perkotaan.
apabila pengembang perumahan merancang penerapan EGA, selain dapat menghasilkan
kawasan permukiman yang berwawasan lingkungan, juga sekaligus menjadi daya tarik tersendiri
bagi calon pembeli yang merupakan salah satu faktor pasar dan daya jual.
Implementasi EGA dapat disesuaikan dengan ketersediaan lahan pekarangan yang
ada, pemilihan jenis tanaman sebagai media penyerap unsur pencemar tanaman dapat
disesuaikan dengan kebutuhan, misal jenis tanaman obat (jaringao), memiliki nilai ekonomi
pandan (bahan baku kerajinan: topi, tikar, tas, dll), pembungkus nasi timbel (pisang brazilia),
dsb.
BAB III
TINJAUAN LAPANGAN

 PENGOLAHAN GREY WATER DENGAN KOMBINASI ECOTECH GARDEN


(EGA) SATIRA DAN SARAS
Berasal dari Grey Water dari selokan yang tercemar limbah cair domestic, Aplikasi
Ecotech Garden (EGA) – SATTIRA (Saringa Tetes Bertingkat Beraerasi) merupakan
alternative pengelolahan limbah cair dan perbaikan kualitas air dengan menggunakan
tanaman air dan media saringan berupa zeolite, arang batok, kerikil, teknologi ini selain
merupakan teknologi yang ramah lingkungan juga merupakan teknologi tepat guna yang
cukup efektif dalam mereduksi beberapa pencemar yang bermanfaat untuk pengadaan air
baku.
 ANAEROBIC UPFLOW FILTER (AUF)
Prinsip Kerja :
Pengolahan limbah secara anaerobic dengan mengaktifkan bakteri media upflow filter.
Proses :
Zat pencemar organic dan nutrient diserap oleh mikro organisme yang terlekat pada media
upflow filter untuk pertumbuhan mikro organisme tersebut, sehingga kadar pencemar
tereduksi, sehingga kadar pencemar tereduksi untuk diproses selanjutnya melalui Ecotech
Garden (EGA).

Gambar 3.1. AUF


 ECOTECH GARDEN (EGA)
Prinsip Kerja :
Pengolahan limbah cair menggunakan tanaman air
Proses :
 Penyerapan unsur pencemar oleh akar tanaman air
 Penyerapan unsur N & P untuk pertumbuhan tanaman air

Gambar 3.2. Ecotech Garden (EGA)


Gambar 3.3. Rumput medan (Cyperus Papyrus)

Gambar 3.4. Ponteria Cordata


\
 SATIRA (Saringan Tetes Bertingkat dan Berareasi)
Prinsip Kerja :
Pengolahan limbah cair menggunakan bakteri yang melekat pada media filter secara aerobic
dan gravitasi.

Gambar 3.5. Satira


 SARAS (Sarana Resapan Air Sangat Sederhana)
Untuk melakukan imbuhan buatan hasil olahan EGA dan SARAS tanpa mencemari air tanah.
Proses :
Penyerapan unsur pencemar dari hasil olahan EGA dan SARAS melalui filtrasi dan terjadi
penukaran ion.

Gambar 3.6. Unit Saras


 Sumur Resapan
Output terakhir dari tahap Saras dialirkan kedalam tanah melalui proses sumur resapan,
teknis fase ini adalah berdasarkan galian tanah diberi buis beton disusun.

Gambar 3.7. Sumur Resapan


BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Pengolahan Grey Water dengan kombinasi Ecotech Garden (EGA) Satira dan Saras
mampu digunakan untuk pengolahan limbah mulai dari skala kecil yaitu limbah domestik
rumah tangga sampai skala besar seperti pabrik dikarenakan proses pengolahan sangat
sederhana dan menggunakan media alamai seperti vegetasi, bakteri dan gravitasi untuk
menghilangkan polutan polutan, dan terbukti limbah yang berasal dari domestik rumah
tangga yang banyak membawa polutan bisa jernih kembali setelah melewati beberapa proses
pengolahan yang pada akhirnya hasil dari pengolahan limbah disalurkan ke dalam tanah
melalui sumur resapan.

Anda mungkin juga menyukai