Anda di halaman 1dari 10

Prosiding Seminar Nasional dan Konsultasi Teknologi Lingkungan

Jakarta, 20 September 2018

TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DAN


DAUR ULANG AIR LIMBAH
Setiyono
Pusat Teknologi Lingkungan,
Kedeputian Teknologi Sumberdaya Alam
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
e-mail: setiyonoi@hotmail.com

Abstrak
Kebutuhan air bersih dari waktu ke waktu semakin meningkat, sementara sumber air baku yang ada
sebagian sudah tercemar akibat pembuangan limbah yang tidak memenuhi standar baku mutu.
Teknologi pengolahan limbah yang tepat yang dilengkapi dengan sistem daur ulang air limbah
merupakan solusi tepat untuk mengatasi kedua hal tersebut. Lingkungan dan sumber air baku akan
terhindar dari resiko pencemaran, dan sebagian kebutuhan air bersih akan dapat tercukupi dari
hasil daur ulang air limbah. Teknologi pengolahan limbah dengan proses lumpur aktif yang
dikobinasikan dengan teknologi biofilter yang dilengkapi dengan teknologi filtrasi dengan multi
media filter dan utra filtrasi merupakan teknologi yang tepat utuk pengolahan limbah dari berbagai
industry.

Kata kunci : limbah industry, daur ulang air limbah, teknologi pengolahan limbah, air baku, air
bersih

1. PENDAHULUAN
Perkembangan industri yang pesat dewasa ini tidak lain karena penerapan teknologi modern oleh manusia
guna mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Di sisi lain, pesatnya perkembangan industry yang
sangat pesat dapat menimbulkan dampak yang merugikan kelangsungan hidup manusia. Dampak tersebut
harus dicegah karena keseimbangan lingkungan dapat terganggu oleh kegiatan industri tersebut.
Pencemaran akibat aktivitas industri juga telah merusak sumber daya air (terutama air tanah) akibat kontaminasi
berbagai jenis limbah sehingga menurunkan kualitas air tanah menjadi tidak layak untuk dikonsumsi lagi.
Pencemaran air tanah mengakibatkan beralihnya sumber air masyarakat ke sumber air dari PDAM, yang
mengakibatkan kenaikan jumlah kebutuhan air bersih yang harus disediakan oleh PDAM. Jika hal ini
berlangsung dalam waktu yang cukup lama, maka akan menimbulkan terjadinya krisis air bersih.

1.1 Permasalahan
Meskipun berbagai cara telah ditempuh untuk mencapai proses produksi bersih (nir limbah), tetapi
belum semua industry dapat menerapkannya sehingga perlu ditempuh upaya minimisasi limbah dan teknik
pengelolaan dan pengolahan limbah yang effektif dan effisien.
Permasalahan lain adalah peningkatan kebutuhan air bersih sementara sumber air baku banyak yang telah
tercemar oleh limbah. Teknologi pengolahan limbah dan daur ulang air limbah merupakan solusi yang tepat
untuk mengatasi kedua hal tersebut.

1.2 Tujuan
Terkait permasalahan diatas, maka tujuan penyusunan makalah ini memberikan panduan mengenai
pengelolaan limbah serta panduan untuk mengembangkan teknologi IPAL aplikatif yang dapat membantu
menyelesaikan permasalahan limbah industri“

2. PEMBAHASAN
2.1 Sumber Limbah
Air limbah secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga yaitu air limbah domestik, air limbah industri dan
air limbah pertanian. Dalam suatu kegiatan industri, limbah dihasilkan dari berbagai sumber. Sumber-sumber
limbah yang potensial antara lain berasal dari proses produksi, seperti sisa produk, produk gagal, ceceran
produk, bekas bahan pembersih, bahan yang rusak, bekas bahan pembantu proses, laboratorium, dan limbah
domestik.

89
Prosiding Seminar Nasional dan Konsultasi Teknologi Lingkungan
Jakarta, 20 September 2018

2.2 Pengelolaan Limbah


Pengelolaan limbah merupakan suatu usaha untuk mengurangi dan menghindari terjadinya pencemaran
lingkungan. Hal ini dapat ditempuh dengan dua jalan, yaitu melalui pengendalian secara non teknis dan
pengendalian secara teknis.
- Pengendalian non teknis, yaitu suatu usaha untuk melakukan pengelolaan dengan cara memberlakukan
peraturan perundang-undangan dengan mewajibkan semua pihak yang menghasilkan limbah untuk
mengelola limbahnya sampai batas standar yang telah ditentukan sehingga aman terhadap lingkungan.
- Pengendalian teknis, yaitu suatu usaha untuk melakukan pengelolaan dan pengolahan limbah melalui
kegiatan-kegiatan secara teknis mulai dari perbaikan proses, minimisasi limbah, daur ulang limbah, dan
teknik pengolahan limbah. (Utami, 2013)
Hampir semua proses pengelolaan limbah di Indonesia, berakhir dengan pembuangan ke saluran umum atau
sungai terdekat, sehingga sangat beresiko terhadap terjadinya pencemaran air sungai yang banyak digunakan
sebagai sumber air baku air minum (PDAM) maupun untuk kegiatan lainnya (pertanian, industri dan lain-lain).
Selain limbah yang diolah, masih sering ditemukan limbah yang dibuang tanpa melalui pengolahan terlebih
dahulu sehingga merupakan sumber resiko pencemaran terberat. Hal ini dapat dilihat dari hasil pemantauan
kualitas air sungai yang ada di setiap wilayah, dimana kualitas air tersebut dari tahun ke tahun menunjukkan
kualitas yang semakin menurun.

2.3 Pengolahan Limbah


Pengolahan limbah bertujuan untuk menetralkan air dari bahan-bahan tersuspensi dan terlarut, menguraikan
bahan organic biodegradable, meminimalkan bakteri patogen dengan tetap memperhatikan faktor estetika dan
lingkungan. Pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
- Pengolahan air limbah secara alami dapat dilakukan dengan pembuatan stabilisation pond atau land
application. Dalam kolam stabilisasi, air limbah diolah secara alami untuk menetralisasi zat-zat pencemar
sebelum dialirkan ke sungai. (Pasal 3, KEP. MEN. LH No. 29 TAHUN 2003, tentang “Pedoman Syarat dan
Tata Cara Perizinan Pemanfaatan Air Limbah Industri Minyak Sawit Pada Tanah Di Perkebunan Kelapa
Sawit”)
- Pengolahan air limbah buatan, yaitu dengan menggunakan sarana Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL). (Denny Setiawan, 2011)
Seringkali kita jumpai kegagalan dalam pembangunan IPAL, penyebab diantaranya penerapan teknologi
yang tidak tepat, desain yang tidak sesuai, tidak dioperasikannya IPAL sesuai SOP nya dan lain lain. Untuk
menghindari hal-hal seperti itu, maka diperlukan langkah-langkah perencanaan IPAL yang baik.

2.4 Perencanaan IPAL


Agar IPAL dapat beroperasi sesuai dengan yang diharapkan, maka diperlukan satu teknologi yang sesuai
dengan karakter limbah yang akan diolah. Banyak teknologi IPAL yang telah tersedia, dimana setiap teknologi
tersebut mempunyai spesifikasi dan fungsi yang berbeda. Kesesuaian penerapan proses IPAL yang akan
digunakan untuk mengolah limbah memegang peran yang sangat penting dalam melakukan pemilihan teknologi
IPAL. Jika proses-proses IPAL yang diterapkan tidak sesuai dengan karakteristik limbah yang diolah, maka
IPAL tidak akan berfungsi seperti yang diharapkan.
Jika IPAL akan digunakan bersama (IPAL terpadu), maka dalam perencanaanya perlu diperhatikan beberapa
hal hal sebagai berikut :
 Lokasi IPAL (di kawasan industri / sentra industri kecil).
 Hubungan antar perusahaan (harmonis / tidak).
 Sistem instalasi saluran limbah menuju IPAL.
 Sistem pembiayaannya (investasi, operasional & perawatannya).
 Sistem pengelolaan IPAL.
 Karakteristik standar limbah yang boleh masuk ke IPAL terpadu.

3. TEKNOLOGI IPAL
Pengoperasian IPAL bertujuan untuk menghilangkan parameter pencemar yang ada di dalam air limbah
sampai batas yang diperbolehkan untuk dibuang ke badan air sesuai dengan syarat baku mutu yang diijinkan.
Pengolahan air limbah secara garis besar dapat dibagi dalam beberapa bagian, yakni pemisahan padatan
tersuspensi (solid–liquid separation), pemisahan senyawa koloid, serta penghilangan senyawa polutan terlarut.
Ditinjau dari jenis prosesnya dapat dikelompokkan menjadi: proses pengolahan secara fisika, kimia, fisika-
kimia serta secara biologis.
Penerapan masing-masing metode tergantung pada karakteristik limbah. Dalam Tabel 1 ditampilkan
kontaminan yang umum ditemukan dalam air limbah serta sistem pengolahan yang sesuai.

90
Prosiding Seminar Nasional dan Konsultasi Teknologi Lingkungan
Jakarta, 20 September 2018

Tabel 1. Jenis Kontaminan dan Proses Pengolahan Limbah


KONTAMINAN SISTEM PENGOLAHAN KLASIFIKASI
Screening dan communition F
Sedimentasi F
Padatan Flotasi F
Tersuspensi Filtrasi F
Koagulasi/sedimentasi K/F
Land treatment F
Lumpur aktif B
Trickling filters B
Biodegradable Rotating biological contactors B
Organics Aerated lagoons (kolam aerasi) B
Saringan pasir F/B
Land treatment B/K/F
Khlorinasi K
Pathogens Ozonisasi K
Land treatment F
Suspended-growth nitrification and denitrification B
Fixed-film nitrification and denitrification B
Nitrogen Ammonia stripping K/F
Ion Exchange K
Breakpoint khlorinasi K
Land treatment B/K/F
Koagulasi garam logam/sedimentasi K/F
Phospor Koagulasi kapur/sedimentasi K/F
Biological/Chemical phosphorus removal B/K
Land treatment K/F
Refractory Adsorpsi karbon F
Organics Tertiary ozonation K
Sistem land treatment F
Pengendapan kimia K
Logam Berat Ion Exchange K
Land treatment F
Padatan Ion Exchange K
Inorganik Reverse Osmosis F
Terlarut Elektrodialisis K
Keterangan : B = Biologi, K = Kimia, F = Fisika, (Said, N.I, 2006)

Ditinjau dari urutannya proses pengolahan air limbah dapat dibagi menjadi tiga jenis, yakni :
1. Pengolahan primer, digunakan sebagai pengolahan pendahuluan untuk menghilangkan padatan
tersuspensi, koloid, serta penetralan yang umumnya menggunakan proses fisika atau proses kimia.
2. Pengolahan sekunder, digunakan untuk menghilangkan senyawa polutan organik terlarut yang umumnya
dilakukan secara biologis.
3. Pengolahan tersier atau pengolahan lanjut, digunakan untuk menghasilkan air olahan dengan kualitas
yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. Prosesnya dapat dilakukan secara biologis, fisika, kimia
atau kombinasi ke tiga proses tersebut.

Gambar 1 berikut ini menunjukan urutan dalam proses pengolahan limbah yang dilengkapi dengan unit daur
ulang.

91
Prosiding Seminar Nasional dan Konsultasi Teknologi Lingkungan
Jakarta, 20 September 2018

Recycle

Bhn. Netralisasi
Koagulan - Flokulan

Proses Limbah Hasil Olahan


Produksi Peng. Primer Peng. Sekunder Peng. Tersier - Ke saluran
Segar
- resapan
- Re-use

Bahan padat/lumpur, minyak/lemak dll.

Gambar 1. Urutan Proses Pengolahan Limbah

3.1 Pengolahan Secara Fisika


Equalisation pond
Equalisation pond merupakan suatu fasilitas untuk meningkatkan efektivitas dari proses pengolahan
limbah. Keluaran dari bak adalah adalah parameter operasional bagi unit pengolahan selanjutnya seperti flow,
level/derajat kandungan polutant, temperatur, padatan dan sebagainya. Contoh foto equalisation pond dapat
dilihat seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Foto bak equalisasi IPAL


Screening
Pada umumnya setiap sistem pengolahan limbah cair mempunyai unit alat penyaring awal atau
pendahuluan. Proses penyaringan awal ini disebut screening dan tujuannya adalah untuk menyaring atau
menghilangkan sampah atau benda padat yang besar untuk mempermudah proses penanganan berikutnya.
Gambar 3 menunjukkan beberapa jenis penyaring yang banyak dipakai, Gambar 3 menunjukkan jenis-jenis
penyaring yag biasa digunakan. (Said, 2000).

Gambar 3. Beberapa jenis penyaring yang sering digunakan.

92
Prosiding Seminar Nasional dan Konsultasi Teknologi Lingkungan
Jakarta, 20 September 2018

Unit Pemisah Pasir (Grit Removal)


Dalam proses pengolahan air limbah, pasir, kerikil halus, dan juga benda-benda lain misalnya kepingan
logam, pecahan kaca, tulang, dan lain lain yang tidak dapat membusuk , harus dipisahkan terlebih dahulu. Hal
ini dilakukan untuk melindungi pompa dan peralatan lainnya dari resiko kerusakan. Gambar 4 menunjukkan
contoh unit pemisah pasir sederhana.

Gambar 4. Bak Pengumpul Limbah dan Pemisah Pasir.

Bak Sedimentasi atau Pengendapan


Proses sedimentasi adalah suatu unit operasi untuk menghilangkan materi tersuspensi atau flok kimia
secara gravitasi yang terjadi di bak sedimentasi. Dalam suatu sistem pengolahan limbah, proses ini biasanya
terjadi setelah proses koagulasi – flokulasi dan sebelum proses biologi. Gambar 5 menunjukkan contoh unit bak
sedimentasi dari IPAL. (Setiyono, 2014).

Gambar 5. Bak sedimentasi dan pemekat lumpur.

Flotasi
Berlawanan dengan proses pengendapan, flotasi adalah proses pemisahan padatan-cairan atau cairan-
cairan, yang dalam hal ini partikel atau cairan yang dipisahkan mempunyai berat jenis yang lebih kecil dari pada
cairan. Apabila perbedaan berat jenis secara alamiah cukup untuk dilakukan pemisahan, maka proses flotasi
dinamakan “flotasi alamiah” (natural flotation).

Untuk menentukan kecepatan naik gelembung suatu partikel dalam proses flotasi maka dapat digunakan
persamaan Stoke, yang menjelaskan tentang gelembung gas naik pada aliran laminer sebagai berikut:

V = g/18 . ( l - g) . d2

Dimana : d = diameter gelembung  g = berat jenis gas


 l = berat jenis cairan  = viskositas absolut

93
Prosiding Seminar Nasional dan Konsultasi Teknologi Lingkungan
Jakarta, 20 September 2018

Dari persamaan ini dapat disimpulkan, bahwa semakin besar diameter gelembung semakin besar pula
kecepatan naiknya. Gambar 6 menunjukkan contoh unit flotasi di IPAL industri. (Setiyono, 2014)

Gambar 6. Foto sistem flotasi minyak (pengolahan primer).

Pengolahan Lumpur atau Pengeringan


Lumpur yang dihasilkan dari proses sedimentasi diolah lebih lanjut untuk mengurangi sebanyak mungkin
air yang masih terkandung didalamnya. Proses pengolahan lumpur yang bertujuan mengurangi kadar air
tersebut sering disebut dengan pengeringan lumpur. Ada empat cara proses pengurangan kadar air, yaitu secara
alamiah, dengan tekanan (pengepresan), dengan gaya sentrifugal dan dengan pemanasan. Gambar 7
menunjukkan bak pengering lumpur yang banyak digunakan oleh berbagai perusahaan.

Gambar 7. Bak pen gering lumpur.

3.2 Pengolahan Air Limbah Secara Kimia


Proses Pengaturan pH
Proses pengaturan pH dimaksudkan agar proses pengolahan air limbah secara kimia ataupun biologis
dapat berjalan sesuai dengan kondisi optimum yang sesuai. Bahan kimia yang umum digunakan adalah asam
sulfat (H2SO4) atau asam klorida (HCl) untuk menetralkan air limbah yang bersifat alkali. Sedangkan untuk zat
alkali yang banyak digunakan antara lain yakni soda ash atau soda abu (NaHCO3), kapur tohor (CaO), Ca(OH) 2
, CaCO3, dan natrium hidroksida (NaOH). Gambar 8 menunjukan sistem pengontrol pH di bak equalisasi.

94
Prosiding Seminar Nasional dan Konsultasi Teknologi Lingkungan
Jakarta, 20 September 2018

Gambar 8. Sistem pengatur pH dan foto unitnya.

Proses Koagulasi – Flokulasi


Koagulasi adalah proses destabilisasi partikel koloid dengan cara penambahan senyawa kimia yang
disebut koagulan. Koloid mempunyai ukuran tertentu sehingga gaya tarik menarik antara partikel lebih
kecil dari pada gaya tolak menolak akibat muatan listrik. Pada kondisi stabil ini penggumpalan partikel
tidak terjadi dan gerakan Brown menyebabkan partikel tetap berada sebagai suspensi. Melalui proses
koagulasi terjadi destabilisasi, sehingga partikel-partikel koloid bersatu dan menjadi besar. Dengan
demikian partikel-partikel koloid yang pada awalnya sukar dipisahkan dari air, setelah proses koagulasi
akan menjadi kumpulan partikel yang lebih besar sehingga mudah dipisahkan dengan cara sedimentasi,
filtrasi atau proses pemisahan lainnya yang lebih mudah. Gambar 9 menunjukkan diagram alir sistem
koagulasi-flokulasi.

Gambar 9. Sistem koagulasi-flokulasi dan sedimentasi.

3.3 Pengolahan Air Limbah Secara Biologi


Untuk mengolah air yang mengandung senyawa organik umumnya menggunakan teknologi
pengolahan air limbah secara biologis atau gabungan antara proses biologis dengan proses kimia-fisika.
Proses secara biologis tersebut dapat dilakukan pada kondisi aerobik (dengan udara), kondisi anaerobik
(tanpa udara) atau kombinasi anaerobik dan aerobik.

95
Prosiding Seminar Nasional dan Konsultasi Teknologi Lingkungan
Jakarta, 20 September 2018

Tabel 2. Karakterisitik Operasional Proses Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Biologis
EFISIENSI
JENIS PROSES PENGHILANGAN KETERANGAN
BOD (%)
Lumpur Aktif 85 - 95 -
Standar
Step Aeration 85 - 95 Digunakan untuk beban
pengolahan yang besar.
Modified 60 - 75 Untuk pengolahan dengan
Aeration kualitas air olahan sedang.
PROSES BIOMASA Contact 80 - 90 Digunakan untuk pengolahan
TERSUSPENSI Stabilization paket. Untuk mereduksi ekses
lumpur.
High Rate 75 - 90 Untuk pengolahan paket, bak
Aeration aerasi dan bak pengendap akhir
merupakan satu paket.
Memerlukan area yang kecil.
Pure Oxygen 85 - 95 Untuk pengolahan air limbah
Process yang sulit diuraikan secara
bilogis. Luas area yang
dibutuhkan kecil.
Oxidation Ditch 75 - 95 Konstruksinya mudah, tetapi
memerlukan area yang luas.
Trickling Filter 80 - 95 Sering timbul lalat dan bau.
Proses operasinya mudah.
PROSES BIOMASA Rotating 80 - 95 Konsumsi energi rendah,
MELEKAT Biological produksi lumpur kecil. Tidak
Contactor memerlukan proses aerasi.
Contact 80 - 95 Memungkinkan untuk
Aeration penghilangan nitrogen dan
Process phospor.
Biofilter 65 - 85 memerlukan waktu tinggal yang
Unaerobic lama, lumpur yang terjadi kecil.
LAGOON Kolam stabilisai 60 - 80 memerlukan waktu tinggal yang
cukup lama, dan area yang
dibutukkan sangat luas
(Said, 2006)

3.4 Pengolahan Tersier


Pengolahan Secara Filtrasi (Penyaringan)
Tujuan penyaringan adalah untuk memisahkan padatan tersuspensi dari dalam air yang diolah. Pada
penerapannya filtrasi digunakan untuk menghilangkan sisa padatan tersuspensi yang tidak terendapkan
pada proses sedimentasi.

Pengolahan Secara Adsorpsi


Adsorpsi adalah penumpukan materi pada interface antara dua fase. Pada umumnya zat terlarut
terkumpul pada interface. Proses adsorpsi memanfaatkan fenomena ini untuk menghilangkan materi dari
cairan. Banyak sekali adsorbent yang digunakan di industri, namun karbon aktif merupakan bahan yang
sering digunakan karena harganya murah dan sifatnya nonpolar. Gambar 10 menunjukkan contor peralatan
pengolahan air secara tersier.

96
Prosiding Seminar Nasional dan Konsultasi Teknologi Lingkungan
Jakarta, 20 September 2018

Gambar 10. Foto Multi Media Filter Unit Re-use PT. KMI, (Setiyono, 2014)

Ultra Filtrasi
Ultra filtrasi merupakan teknologi penyaringan air dengan menggunakan membran untuk
memisahkan senyawa maupun partikel koloid, protein, polutan dari unsur microbiologis yang ada pada air
baku. Gambar 11 menunjukkan diagram alir pengolahan limbah secara tersier dengan unit ultra filtrasi.

Gambar 11. Diagram Alir Sistem Re-use Air Limbah PT. KMI, (Setiyono, 2014)

4. APLIKASI TEKNOLOGI IPAL DI INDUSTRI OUTOMOTIF


Sebagai salah satu perusahaan ternama yang sangat peduli dengan program perlindungan
lingkungan, PT. Kawasaki Motor Indonesia (PT. KMI) melengkapi pabrik barunya dengan sarana
pengolahan limbah industri dan domestik yang dilengkapi dengan sistem daur ulang air limbah. Dengan
dibangunnya WWTP ini, nantinya diharapkan kualitas air limbah yang akan disalurkan ke IPAL kawasan
dapat memenuhi persyaratan sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh pihak kawasan. Untuk
selanjutnya limbah ini akan dikirim untuk diolah di WWTP komunal milik kawasan industri MM 2100
melalui sistem saluran limbah tertutup yang dibangun oleh pengelola kawasan. Total kapasitas pengolahan
WWTP ini adalah sebesar 320 m3/hari dan unit re-use sebesar 50 m3/hari . Gambar 12 menunjukkan
diagram alir sistem pengelolaan limbah PT. KMI.

97
Prosiding Seminar Nasional dan Konsultasi Teknologi Lingkungan
Jakarta, 20 September 2018

Gambar 12. Diagram Alir Instalasi Pengolahan Air Limbah PT. KMI, (Setiyono, 2014)

4. KESIMPULAN
1. Teknologi pengolahan limbah yang dilengkapi dengan fasilitas daur ulang air limbah merupakan
solusi yang tepat untuk menghindari terjadinya pencemaran lingkungann dan mengatasi kebutuhan
air bersih yang semakin meningkat.
2. Penerapan teknolgi IPAL yang tidak tepat, beresiko terhadap terjadinya kegagalan dalam
pengelolaan limbah.
3. Manajemen pengelolaan limbah, berperan sangat penting dalam pengolahan limbah.

DAFTAR PUSTAKA
Denny Setiawan. 2011. Pengolahan Air Limbah. 02 Januari 2011, http://gunadarma-
dennysetiawan.blogspot.com/2011/01/pengolahan-air-limbah-dean-jenis.html [15 Agustus 2018]
Said, N.I. (2000). “Pengolahan Air Limbah dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob”. Jurnal Teknologi
Lingkungan, BPPT. Jakarta.
Said, N.I. 2005. Proses Dasar Dalam Pengolahan Limbah Cair.
Said, N.I ”Daur Ulang Air Limbah (Water Recycle) Ditinjau Dari Aspek Teknologi, Lingkungan dan
Ekonomi” Jurnal Air Indonesia Vol. 2 No. 2, tahun 2006
Setiyono, Satmoko Yudo. 2014. Panduan Pengelolaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri Otomotif.
BPPT Press.
Setiyono. 2014. Kawasaki Motor Green Industry. BPPT Press.
Utami. 2013. Pengolahan dan Penanganan Limbah. Utamisubardo's Blog. 21 April 2013.
https://utamisubardo.wordpress.com/2013/04/21/pengolahan-dan-penanganan-limbah/ [14 Agustus 2018]
Scherfig, J., and Mosharraf. F., Two-stage backwash system for wastewater filters using primary and final
effluent. J. WPCF, 1651-1657, 1989.

98

Anda mungkin juga menyukai