Anda di halaman 1dari 57

KRK/KKPR, RTBL dan RETRIBUSI PBG dalam

PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG


berdasarkan Peraturan Pemerintah 16/2021

Oleh:
Ir. M. Sulton Sahara, M.Eng.
. Madya Tata Bangunan dan Perumahan
JFT
Mengapa Perlu Dilakukan UU CK dan PP No. 21 Tahun 2021 merupakan langkah strategis

Penataan Ruang?
pemerintah dalam mengatasi permasalahan investasi dan penciptaan
lapangan kerja, yang salah satunya diakibatkan oleh tumpang tindih
pengaturan penataan ruang.

Populasi Manusia Aktivitas Manusia Ruang Bukan Hanya Mengatur Aktivitas di


Ruang Terbatas
Terus Meningkat Tidak Terbatas Untuk Manusia Sekitar Daerah Rawan
Ukuran ruang yang Ruang menampung semua Hewan dan tumbuhan Bencana
tersedia di muka bumi Jumlah penduduk terus
mengalami peningkatan aktivitas manusia, dari bekerja, juga memerlukan ruang Dengan RTR, manusia dapat
tidak pernah bertambah. tempat tinggal, rekreasi mengantisipasi pembangunan
hingga peristirahatan terakhir dan aktivitas di sekitar daerah
(Tempat Pemakaman Umum) rawan bencana

Tujuan Penataan Ruang

Mewujudkan keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan.


Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan sumber daya manusia.
Mewujudkan pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
2
Penyelenggaraan Penataan Ruang
sebagai amanah UU No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja
Asas UU CK No. 11/2020 Pasal 13: Penyederhanaan persyaratan dasar perizinan berusaha
meliputi
Pasal 2: UU CK diselenggarakan berdasarkan asas: 1) Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR);
1) Pemerataan hak; 2) Persetujuan Lingkungan; dan
2) Kepastian hukum; 3) Persetujuan Bangunan Gedung-Sertifikat Laik Fungsi.
3) Kemudahan berusaha;
4) Kebersamaan, dan
5) Kemandirian. Pasal 14: KKPR diberikan sebagai kesesuaian rencana lokasi
kegiatan dan/atau usaha dengan RDTR, dengan
ketentuan:
Dengan tujuan antara lain untuk
peningkatan ekosistem investasi dan Pasal 15:
kegiatan berusaha Pemerintah Daerah yang belum menyusun
Pemerintah
Daerah yang dan menyediakan RDTR, maka KKPR
Pasal 6: Peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan sudah menyusun diberikan melalui persetujuan dengan asas
berusaha meliputi: dan menyediakan berjenjang dan komplementer berdasarkan:
a. Penerapan perijinan berbasis risiko; RDTR • RTRW Nasional • RZ KSNT
b. Penyederhanaan persyaratan dasar • RTRW Provinsi • RZ KAW
Perizinan Berusaha; maka KKPR • RTRW • RTR
c. Penyederhanaan Perizinan Berusaha diberikan melalui Kabupaten/Kota Pulau/Kepulauan
sektor; dan konfirmasi • RTR KSN
d. Penyederhanaan persyaratan investasi.

3
SEBELUM UU CK & PP No. 21 TAHUN 2021

Produk Rencana Tata Ruang (RTR) Masyarakat dan investor yang Proses penerbitan izin Banyaknya kasus
hanya dimiliki dan disimpan ingin mengakses informasi RTR berusaha menjadi rumit tumpang tindih
oleh Pemerintah dalam bentuk harus datang langsung ke kantor dan tidak transparan. pemanfaatan ruang.
fisik (hard copy), sehingga tata pemerintah dan menempuh
ruang terkesan ‘menghambat’ proses administrasi yang lama
investasi. dan rumit.

SESUDAH UU CK & PP No. 21 TAHUN 2021

Produk RTR telah dipublikasi Masyarakat dan pihak terkait Platform produk RTR juga terkoneksi dengan Perizinan berusaha yang telah
oleh Pemerintah melalui berbagai dapat memanfaatkan informasi portal pelayanan perizinan, sehingga proses diterbitkan menjadi pertimbangan
platform. RTR secara online. perizinan berusaha dan non-usaha menjadi lebih dalam peningkatan kualitas RTR
cepat dan transparan.
4
Perbandingan Outline PP No. 15/2010 dengan PP No. 21/2021
1 BAB I KETENTUAN UMUM
Outline Outline 1 BAB I KETENTUAN UMUM
2 BAB II PENGATURAN TATA RUANG
PP No. 15 PP No. 21 2 BAB II PERENCANAAN TATA RUANG
3 BAB III PEMBINAAN PENATAAN RUANG I. Umum
Tahun I. Umum Tahun II. Penyusunan Rencana Umum Tata Ruang
2010 II. Bentuk dan Tata Cara Pembinaan Penataan Ruang 2021 III. Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang
4 BAB IV PELAKSANAAN PERENCANAAN TATA RUANG IV. Penetapan Rencana Umum Tata Ruang
I. Umum V. Penetapan Rencana Rinci Tata Ruang
II. Penyusunan dan Penetapan Rencana Umum Tata Ruang VI. Peninjauan Kembali dan Revisi Rencana Tata Ruang
III. Penyusunan dan Penetapan Rencana Rinci Tata Ruang 3 BAB III PEMANFAATAN RUANG
IV. Penyusunan dan Penetapan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan I. Umum
V. Penyusunan dan Penetapan Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan II. Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
VI. Kriteria dan Tata Cara Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang III. Pelaksanaan Sinkronisasi Program Pemanfaatan Ruang
5 BAB V PELAKSANAAN PEMANFAATAN RUANG 4 BAB IV PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
I. Umum I. Umum
II. Pemanfaatan Ruang Wilayah II. Penilaian Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
III. Pemanfaatan Ruang Kawasan Strategis III. Pemberian Insentif dan Disinsentif
IV. Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan IV. Pengenaan Sanksi
V. Pemanfaatan Ruang Kawasan Perdesaan V. Penyelesaian Sengketa Pemanfaatan Ruang
6 BAB VI PELAKSANAAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG 5 BAB V PENGAWASAN PENATAAN RUANG
I. Umum I. Umum
II. Pengaturan Zonasi II. Lingkup Pengawasan Penataan Ruang
III. Perizinan III. Tata Cara Pengawasan Khusus Penataan Ruang
IV. Pemberian Insentif dan Disinsentif
6 BAB VI PEMBINAAN PENATAAN RUANG
V. Sanksi Administratif
I. Umum
7 BAB VII PENGAWASAN PENATAAN RUANG
II. Bentuk dan Tata Cara Pembinaan Penataan Ruang
I. Umum
III. Pengembangan Profesi Perencana Tata Ruang
II. Bentuk dan Tata Cara Pengawasan
III. Perizinan 7 BAB VII KELEMBAGAAN PENATAAN RUANG
IV. Pemberian Insentif dan Disinsentif 8 BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN
V. Sanksi Administratif
8 BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN 9 BAB IX KETENTUAN PERALIHAN
9 BAB IX KETENTUAN PENUTUP 10 BAB X KETENTUAN PENUTUP
5
1 2 3 4 5 6 Perencanaan
UU CK dan PP No. 21/2021 memandatkan
Terobosan Kebijakan terkait Perencanaan Tata Ruang penyederhanaan (streamlining) hierarki penataan

Penyederhanaan Produk RTR ruang.

Penghapusan Ketentuan Penetapan Kawasan Strategis (KS)

Penghapusan RTR KS Provinsi dan Kabupaten/Kota, untuk menghindari


tumpang tindih antar produk RTR.

Substansi KS tersebut akan diintegrasikan ke dalam RTRW Provinsi


dan Kabupaten/Kota.

Pasal 15 PP No. 21/2021:


(1) Rencana tata ruang wilayah provinsi paling sedikit memuat:
f. kebijakan pengembangan kawasan strategis provinsi

Pasal 18 PP No. 21/2021:


(1) Rencana tata ruang wilayah kabupaten paling sedikit memuat:
f. kebijakan pengembangan kawasan strategis kabupaten

Pasal 21 PP No. 21/2021:


(1) Rencana tata ruang wilayah kota paling sedikit memuat:
f. kebijakan pengembangan kawasan strategis kota

PP No. 21/2021: Pasal 5 ayat (2) dan (3)


6
1 2 3 4 5 6 Perencanaan
Penataan ruang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
Terobosan Kebijakan terkait Perencanaan Tata Ruang termasuk ruang dalam bumi sebagai satu kesatuan (satu dokumen

Integrasi Tata Ruang Darat dan Laut penataan ruang). Pengelolaan sumber daya ruang laut dan ruang
udara diatur dengan UU tersendiri.

‘One Spatial Planning Policy’


Satu Produk Rencana Tata Ruang

Ruang
Udara

PP No. 21 Tahun
Ruang
2021 telah mengatur
Darat
pengintegrasian
muatan teknis
ruang laut menjadi Ruang
satu produk rencana Laut
tata ruang.

Ruang
Dalam
Bumi

PP No. 21/2021: Pasal 5 dan Pasal 7


7
1 2 3 4 5 6 Perencanaan

Terobosan Kebijakan terkait Perencanaan Tata Ruang

Integrasi RTR Wilayah Darat dan Laut/Perairan di Masa Transisi

Diintegrasikan RTRWN Ditetapkan melalui satu… Peraturan


RTRL Maks. 2 tahun sejak PP berlaku
1:1.000.000 Pemerintah

Diintegrasikan RTRW Provinsi Peraturan


Ditetapkan melalui satu…
RZWP3K Maks. 18 bulan sejak PP berlaku
1:250.000 Daerah

RZ KSN Diintegrasikan RTR KSN Ditetapkan melalui satu… Peraturan


Maks. 2 tahun sejak PP berlaku
RZ KSNT 1:25.000 – 1:50.000 Presiden
yang berupa PPKT
dari sudut kepentingan
pertahanan dan keamanan di
kawasan perbatasan negara.

PP No. 21/2021: Pasal 245 – 246 ayat (4), (5), (6)


8
1 2 3 4 5 6 Pemanfaatan

Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR)


KKPR sebagai penilaian kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang dengan Rencana Tata Ruang,
serta sebagai dasar administrasi pertanahan.

RDTR
Konfirmasi KKPR
Berusaha
Persetujuan KKPR
RDTR

RDTR
Konfirmasi KKPR
Konfirmasi KKPR
KKPR Nonberusaha
Persetujuan KKPR
RDTR

termuat
di RTR Konfirmasi/ Perizinan Berusaha/
Konfirmasi KKPR
Kebijakan yang Persetujuan KKPR Perizinan lainnya
Bersifat Strategis
Nasional Rekomendasi KKPR
termuat
di RTR

PP No. 21/2021: Pasal 100 – 115, Pasal 135-143


9
1 2 3 4 5 6 Pemanfaatan

Proses Bisnis KKPR dalam Perizinan Berusaha


Proses Pengisian Perizinan
Identitas Usaha
Proses Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Berusaha

SUB-SISTEM PELAYANAN Permohonan


INFORMASI (SPI) Perizinan Berusaha
BARU (Pemohon belum Pelaku usaha Self Declaration/ Automated Response
memiliki NIB)
Melihat Informasi menginput
(Self Assessed) rencana usaha ATR/BPN: Wilayah Darat KKP: Wilayah Perairan/Laut
UMK
Cek Lokasi Kegiatan
GIS KBLI 5 digit – Berusaha dapat
TARU GISTARU
Satupeta.KKP risiko usaha MODUL KKPR dijalankan
Cek Risiko HAK
Skala usaha Pendaftaran/
Satupeta. • KBLI-Risiko REGISTRASI AKSES
Pembayaran
KKP Koordinat PNBP
• NSPK lokasi
Apakah RDTR Penilaian KKPR
Standar Data Identitas tersedia? (otomatis sistem)
RDTR
• Negative Kebutuhan INTERAKTIF
SPI List Daerah/ Data Legalitas luas lahan Perizinan Berusaha
(SUBSISTEM
catatan Berlokasi di dalam berbasis Risiko:
PELAYANAN
INFORMASI)
kekhususan
Informasi
KEK/KI/KP yang
Konfirmasi
penguasaan
telah memiliki HPL?
KKPR
tanah (by system)

Non UMK ▪ Risiko rendah:


▪ Kegiatan bersifat NIB sebagai legalitas
RTRWN
strategis nasional RTR KSN Pengecekan RTR & Pertek**
RTRWP
▪ HPL Bank Tanah
Permohonan Perizinan RTRWK untuk Persetujuan KKPR Persetujuan ▪ Risiko menengah
▪ Kawasan/tanah yang
Berusaha TAMBAHAN (RTRL, GISTARU (sementara manual) KKPR rendah:
akan diberikan HPL (Pemohon telah memiliki NIB)
RZ KAW, Satupeta. (by system) NIB + sertifikat standar
RZ KSN/T, KKP
untuk kegiatan RZWP3K) ATR/BPN: Wilayah Darat (self declare)
strategis nasional KKP: Wilayah Perairan/Laut
▪ Risiko menengah
tinggi:
Hanya untuk Pemohon Badan Usaha* NIB + sertifikat standar

▪ Risiko tinggi:
Rekomendasi
NIB + Izin
Termuat Penilaian berdasarkan asas KKPR
(diterbitkan
di RTR? penataan ruang & Pertek melalui OSS)

*Untuk Pemohon non-Badan Usaha melalui Mekanisme Perizinan Non-Berusaha


PP No. 21/2021: Pasal 100 – 115, Pasal 135-143
**Pertek disampaikan paling lama 10 hari sejak pendaftaran/penerimaan PNBP UU CK: Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15 UU CK 10
1 2 3 4 5 6 Pemanfaatan

Pendetailan Proses Bisnis KKPR dalam Perizinan Berusaha


Pendaftaran Penilaian Dokumen Usulan KKPR Penerbitan KKPR

SISTEM OSS KKPR dan PKKPR Berlaku


MODUL KKPR
dalam jangka waktu 3 tahun

Apakah RDTR
Konfirmasi
tersedia dan Penilaian KKPR KKPR Penerbitan KKPR paling
Pendaftaran terintegrasi (otomatis sistem) (by system) sedikit memuat:
RDTR
dengan OSS? INTERAKTIF
a. Lokasi kegiatan
Dokumen usulan kegiatan b. Jenis kegiatan
KKKPR diterbitkan
pemanfaatan ruang untuk
paling sedikit dilengkapi paling lama 1 hari
Termasuk dalam 6 KKKPR/jenis peruntukan
dengan: sejak pembayaran
pemanfaatan ruang untuk
kategori usaha yang
a. koordinat lokasi PNBP Perizinan
dikecualikan? PKKPR
(polygon/titik/garis) c. Koefisien dasar bangunan Berusaha
Penilaian berbasis
b. kebutuhan luas lahan Kelengkapan d. Koefisien lantai bangunan
Risiko
c. Informasi penguasaan tanah RTRWK Persetujuan e. Ketentuan tata bangunan
d. informasi jenis usaha RTRWP Pengecekan RTR & Pertek KKPR untuk KKKPR/indikasi
RTR KSN
e. rencana jumlah lantai RTR Pulau/Kep. untuk Persetujuan KKPR (by system) program pemanfaatan
RTRWN (sementara manual oleh Menteri ruang untuk PKKPR
bangunan (RTRL, GISTARU
ATR/BPN melalui Dirjen Tata Ruang)
RZ KAW, Satupeta. f. Persyaratan pelaksanaan
f. rencana luas lantai bangunan RZ KSN/T, KKP PKKPR diterbitkan
RZWP3K) kegiatan pemanfaatan
g. rencana teknis bangunan ATR/BPN: Wilayah Darat paling lama 20 hari ruang.
dan/atau rencana induk Pembayaran KKP: Wilayah Perairan/Laut sejak pembayaran
kawasan* PNBP PNBP
h. rencana penggunaan air diperhatikan
baku/air bersih**
i. Surat keterangan berlokasi di Kantor Pertek Pertanahan
KI/KP/KEK*** (disampaikan paling lambat 10 hari
Pertanahan
sejak pembayaran PNBP)

*khusus untuk permohonan PKKPR


**khusus untuk permohonan PKKPR yang kegiatan usahanya berdampak terhadap ketersediaan & kualitas air baku
***khusus untuk permohonan PKKPR untuk usulan lokasi usaha yang berada di dalam KI/KP/KEK, harus dilengkapi dengan surat keterangan dari
pengelola kawasan yang telah terdaftar sesuai dengan ketentuan peraturan per-UU-an 11
1 2 3 4 5 6 Pemanfaatan

Keterkaitan KKPR dalam PP21/2021 dengan PP 16/2021


PP 21/2021 PP 16/2021

1. Konfirmasi KKPR diberikan 1. Bangunan Gedung harus didirikan


berdasarkan kesesuaian rencana pada lokasi yang sesuai dengan
lokasi kegiatan pemanfaatan ketentuan RDTR
ruang dengan RDTR 2. Dalam hal RDTR belum
2. Konfirmasi KKPR untuk kegiatan disusun/tersedia maka Bangunan
berusaha dilaksanakan melalui Gedung digunakan sesuai
OSS peruntukan lokasi dalam Rencana
3. Persetujuan KKPR untuk kegiatan Tata Ruang (RTR)
berusaha diberikan dalam hal 3. Ketentuan peruntukan Bangunan
belum tersedia RDTR di lokasi Gedung merupakan kesesuaian
rencana kegiatan pemanfaatan fungsinya dengan peruntukan pada
ruang lokasinya sesuai RDTR dan/atau
RTBL
4. Setiap Bangunan Gedung harus
mengikuti ketentuan yang ditetapkan
dalam RDTR dan/atau RTBL

PP No. 16/2021: Pasal 8, 20, 21, 22, 51


PP No. 21/2021: Pasal 102, 103, 106 12
1 2 3 4 5 6 Pemanfaatan

Keterkaitan KKPR dalam PP21/2021 dengan PP 16/2021


RDTR
1. Tujuan penataan wilayah
perencanaan;
2. Rencana Struktur Ruang; 1. Jaringan utilitas kota
3. Rencana Pola Ruang;
4. Peraturan Zonasi
a. Aturan dasar
- Ketentuan kegiatan dan
peggunaan lahan (Matriks ITBX) 2. Fungsi Bangunan Gedung
- TB yang diizinkan 3. TB yang diizinkan

KRK
- Jumlah lantai maks 4. Jumlah lantai maks
- KTB maksimum 5. KTB maksimum
- GSB minimum 6. GSB minimum
- KDB maksimum 7. KDB maksimum
- KLB maksimum 8. KLB maksimum Muatan Keterangan Rencana
- KDH minimum 9. KDH minimum
Kota (KRK) penyusunannya
- KWT maksimum
- Kepadatan bangunan & didasarkan pada RDTR
penduduk maksimum dan/atau RTBL
- Tampilan bangunan
b. Teknik Pengaturan Zonasi

PP No. 16/2021: Penjelasan Pasal 19


PP No. 21/2021: Pasal 51, 56
Permen ATR/BPN Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan PZ Kab/Kota 13
1 2 3 4 5 6 Pemanfaatan

Keterkaitan KKPR dalam PP21/2021 dengan PP 16/2021


Perizinan yang diberikan kepada pemilik Bangunan
Gedung untuk membangun baru, mengubah,
memperluas, mengurangi, dan/atau merawat Bangunan Menilai kesesuaian
PBG Gedung sesuai dengan standar teknis Bangunan Gedung antara pelaksanaan
pembangunan
dengan arahan
KRK merupakan ketentuan yang berlaku untuk pemanfaatan
lokasi yang bersangkutan dan berisi: ruang berupa:
a. fungsi bangunan Gedung;
b. ketinggian maksimum Bangunan Gedung;
c. jumlah lantai/lapis Bangunan Gedung di bawah • Konfirmasi KKPR • Persetujuan
KRK permukaan tanah dan KTB yang diizinkan Lingkungan
• Persetujuan KKPR
RDTR d. GSB minimum;
e. KDB maksimum yang diizinkan; • Persetujuan
f. KLB maksimum yang diizinkan; • Rekomendasi Bangunan
g. KDH minimum yang diwajibkan; KKPR
h. KTB maksimum yang diizinkan; dan
i. jaringan utilitas kota

RTBL RTBL memuat materi pokok tentang:


a. Program bangunan dan lingkungan
b. Rencana umum dan panduan rancangan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
c. Rencana investasi
d. Ketentuan pngendalian rencana, dan
e. Pedoman pengendalian pelaksanaan

Perencanaan dan Pemanfaatan Ruang 14


1 2 3 4 5 6 Pemanfaatan

PP Nomor 16 Tahun 2021


Keterangan Rencana Kota (KRK)
▪ KRK adalah Informasi tentang ketentuan tata bangunan dan lingkungan yang
diberlakukan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota pada lokasi tertentu.
▪ KRK merupakan ketentuan yang berlaku untuk lokasi yang bersangkutan dan
berisi:
a. fungsi bangunan Gedung yang dapat dibangun pada lokasi bersangkutan;
b. ketinggian maksimum Bangunan Gedung yang diizinkan;
c. jumlah lantai/lapis Bangunan Gedung di bawah permukaan tanah dan
KTB yang diizinkan;
d. garis sempadan dan jarak bebas minimum Bangunan Gedung yang
diizinkan;
e. KDB maksimum yang diizinkan;
f. KLB maksimum yang diizinkan;
g. KDH minimum yang diwajibkan;
h. KTB maksimum yang diizinkan; dan
i. jaringan utilitas kota
▪ KRK didasarkan pada RDTR dan/atau RTBL
▪ Pemerintah daerah kabupaten/kota harus menyediakan KRK kepada
Masyarakat secara elektronik.

15
1 2 3 4 5 6 Pemanfaatan

PP Nomor 16 Tahun 2021


Persetujuan Bangunan Gedung (PBG)
▪ PBG adalah perizinan yang diberikan kepada pemilik
Bangunan Gedung untuk membangun baru, mengubah,
memperluas, mengurangi, dan/atau merawat Bangunan
Gedung sesuai dengan standar teknis Bangunan Gedung
▪ Bangunan Gedung dengan fungsi bangunan gedung harus
▪ Bangunan Gedung ditetapkan berdasarkan:
didirikan pada lokasi yang sesuai dengan ketentuan RDTR.
a. Fungsi Bangunan Gedung, berdasarkan (fungsi utama);
1. fungsi hunian ▪ Dalam hal RDTR belum disusun dan/atau belum tersedia maka
2. fungsi keagamaan fungsi Bangunan Gedung digunakan sesuai dengan peruntukan
3. fungsi usaha (untuk kegiatan berusaha) lokasi yang diatur dalam rencana tata ruang.
4. fungsi sosial dan budaya ▪ Dalam Dalam hal belum terdapat RTRL, rencana tata ruang
5. fungsi khusus (ditetapkan oleh Menteri) wilayah, RDTR, dan/atau RTBL penetapan peruntukan lokasi harus
6. fungsi campuran (lebih dari 1 fungsi) memperoleh persetujuan kepala daerah atas pertimbangan TPA
b. Klasifikasi Bangunan Gedung, berdasarkan: (Tim Profesi Ahli) yang ditunjuk oleh pemerintah daerah
1. Tingkat kompleksitas kabupaten/kota.
2. Tingkat permanensitingkat risiko bahaya kebakaran
▪ Bangunan Gedung yang telah memperoleh izin mendirikan
3. Lokasi
bangunan dari Pemerintah Daerah kabupaten/kota sebelum
4. Ketinggian Bangunan Gedung
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, izinnya masih tetap
5. Kepemilikan Bangunan Gedung
berlaku sampai dengan berakhirnya izin.
6. Klas bangunan
▪ Pemilik yang tidak memenuhi kesesuaian penetapan fungsi
dalam PBG dikenai sanksi administratif.
16
1 2 3 4 5 6 Pemanfaatan

Permen PU Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) • Kawasan perencanaan mencakup suatu lingkungan/kawasan
dengan luas 5-60 Ha, dengan ketentuan sebagai berikut:
▪ RTBL merupakan pengaturan ketentuan tata bangunan - kota metropolitan dengan luasan minimal 5 Ha.
sebagai tindak lanjut rencana tata ruang wilayah - kota besar/sedang dengan luasan 15-60 Ha.
kabupaten/kota dan/atau RDTR wilayah perkotaan, - kota kecil/desa dengan luasan 30-60 Ha.
digunakan dalam pengendalian pemanfaatan ruang suatu
kawasan dan panduan rancangan kawasan atau kota
untuk mewujudkan kesatuan karakter serta kualitas Diagram 1: Kedudukan RTBL
Bangunan Gedung dan lingkungan yang berkelanjutan. dalam Pengendalian Bangunan
▪ RTBL memuat materi pokok tentang: Gedung dan Lingkungan
a. Program bangunan dan lingkungan
b. Rencana umum dan panduan rancangan
c. Rencana investasi
d. Ketentuan pngendalian rencana, dan
e. Pedoman pengendalian pelaksanaan
▪ Sesuai kompleksitas permasalahan kawasannya, dalam
pelaksanaannya, RTBL juga dapat berupa:
a. Rencana aksi/kegiatan komunitas (community-action
plan (CAP)
b. Rencana penataan lingkungan (neighbourhood-
development plan/NDP)
c. Panduan rancang kota (urban-design
guidelines/UDGL)
17
1 2 3 4 5 6 Pemanfaatan

Muatan Peraturan Zonasi dalam RDTR


Permen ATR/BPN Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan PZ Kab/Kota
• Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam penyusunan
RDTR dan PZ kabupaten/kota.
• Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:
a. muatan RDTR;
b. muatan PZ; dan
c. tata cara penyusunan RDTR dan PZ

Muatan Peraturan Zonasi (PZ) kabupaten/kota


1. Aturan dasar; dan/atau a. ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan;
b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang;
2. Teknik pengaturan zonasi c. ketentuan tata bangunan;
d. ketentuan prasarana dan sarana minimal;
e. ketentuan khusus;
f. standar teknis; dan
g. ketentuan pelaksanaan.

Teknik pengaturan zonasi merupakan ketentuan lain dari aturan dasar yang disediakan atau dikembangkan
untuk memberikan fleksibilitas dalam penerapan aturan dasar dan ditujukan untuk mengatasi berbagai
permasalahan dengan mempertimbangkan karakteristik blok/zona.
18
1 2 3 4 5 6 Pemanfaatan

Muatan Peraturan Zonasi dalam RDTR


Permen ATR/BPN Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan PZ Kab/Kota

b. ketentuan intensitas pemanfaatan ruang


Ketentuan teknis tentang kepadatan zona terbangun yang dipersyaratkan pada zona tersebut dan diukur melalui
Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), dan Koefisien Daerah Hijau (KDH) baik di atas
maupun di bawah permukaan tanah

KDB adalah koefisien perbandingan antara KLB adalah koefisien KDH adalah angka prosentase perbandingan antara
luas lantai dasar bangunan gedung dengan perbandingan antara luas luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan
luas persil/kavling. KDB maksimum ditetapkan seluruh lantai bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/
dengan mempertimbangkan tingkat pengisian gedung dan luas persil/ penghijauan dengan luas persil/kavling. KDH
atau peresapan air, kapasitas drainase, dan kavling. minimal digunakan untuk mewujudkan RTH dan
jenis penggunaan lahan. diberlakukan secara umum pada suatu zona

KLB minimum dan maksimum .


KDB maksimum dinyatakan dalam KDH minimal ditetapkan dengan
satuan persentase, misalnya di ditetapkan dengan mempertimbangkan tingkat pengisian
sebuah zona dengan KDB 60%, maka mempertimbangkan harga atau peresapan air dan kapasitas
lahan, ketersediaan dan
properti yang dapat dibangun luasnya drainase. KDH minimal dinyatakan
tingkat pelayanan prasarana,
tak lebih dari 60% dari luas lahan. dampak atau kebutuhan dinyatakan dalam satuan persentase,
terhadap prasarana tambahan, misalnya di sebuah zona dengan KDH
serta ekonomi, sosial dan 20%. 19
1 2 3 4 5 6 Pemanfaatan

Muatan Peraturan Zonasi dalam RDTR


Permen ATR/BPN Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan PZ Kab/Kota

Ketentuan lain yang dapat ditambahkan


Ketentuan yang mengatur bentuk, besaran, peletakan, dan tampilan bangunan pada suatu zona untuk menjaga
keselamatan dan keamanan bangunan.
1. Koefisien Tapak Basement (KTB) Maksimum
KTB maksimum ditetapkan dengan mempertimbangkan KDH minimal. KTB
adalah angka prosentasi luas tapak bangunan yang dihitung dari proyeksi
dinding terluar bangunan dibawah permukaan tanah terhadap luas Perumusan Ketentuan Intensitas
perpetakan atau lahan perencanaan yang dikuasai sesuai RTRW, RDTR dan PZ. Pemanfaatan Ruang, dilakukan berdasarkan:
1. ketentuan kegiatan dalam zona; dan
2. Koefisien Wilayah Terbangun (KWT) Maksimum
2. peraturan perundang-undangan tentang
KWT adalah perbandingan antara luas wilayah terbangun dengan luas seluruh
bangunan gedung
wilayah. KWT ditetapkan dengan mempertimbangkan:
a. Tingkat pengisian peresapan air/water recharge
b. Jenis penggunaan lahan Intensitas pemanfaatan ruang
c. Kebutuhan akan buffer zone yang terdapat dalam ketentuan
3. Kepadatan Bangunan atau Unit Maksimum intensitas pemanfaatan ruang
4. Kepadatan Penduduk Maksimal dapat didetailkan kembali lebih
Untuk menentukan intensitas pemanfaatan ruang pada suatu zona diperlukan lanjut dalam RTBL.
analisis proyeksi penduduk yang disesuaikan dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan dan ditetapkan berdasarkan rekomendasi/pendapat
teknis para ahli terkait
20
1 2 3 4 5 6 Pemanfaatan

Muatan Peraturan Zonasi dalam RDTR


Permen ATR/BPN Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan PZ Kab/Kota

c. ketentuan tata bangunan


Ketentuan yang mengatur bentuk, besaran, peletakan, dan tampilan bangunan pada suatu zona untuk menjaga
keselamatan dan keamanan bangunan.
1. Ketinggian bangunan (TB) maksimum 5. Tampilan Bangunan
Tinggi maksimum bangunan Gedung yang diizinkan pada lokasi
tertentu dan diukur dari jarak maksimum puncak atap bangunan
terhadap (permukaan) tanah yang dinyatakan dalam satuan meter. Tata bangunan yang terdapat
2. Garis sempadan bangunan (GSB) minimum dalam ketentuan tata bangunan
Jarak minimum antara garis pagar terhadap dinding bangunan ruang dapat didetailkan kembali
terdepan. GSB ditetapkan dengan mempertimbangkan lebih lanjut dalam RTBL
keselamatan, risiko kebakaran, Kesehatan, kenyamanan, dan
estetika.
3. Jarak bebas antar bangunan minimal yang harus
memenuhi ketentuan tentang jarak bebas yang ditentukan
oleh jenis peruntukan dan ketinggian bangunan
4. Jarak bebas samping (JBS) dan jarak bebas belakang (JBB)
JBB adalah jarak minimum antara garis batas petak belakang
terhadap dinding bangunan terbelakang. Jarak Bebas Samping
JBS merupakan jarak minimum antara batas petak samping
terhadap dinding bangunan terdekat.
21
1 2 3 4 5 6 Pemanfaatan

Penetapan Zona Berdasarkan Kesesuaian Terhadap Fungsi Kawasan


SE Dirjen Penataan Ruang Kementerian PU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Kriteria Lokasi Menara Telekomunikasi

22
1 2 3 4 5 6 Pemanfaatan

Kriteria Penentuan Kebutuhan Menara Pada Zona Menara


SE Dirjen Penataan Ruang Kementerian PU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Kriteria Lokasi Menara Telekomunikasi

23
Kedudukan RTBL dalam Pengendalian
BANGUNAN GEDUNG dan LINGKUNGAN
RTRW
NASIONAL
RTR PULAU
RTR KAWASAN
STRATEGIS NASIONAL
RTRW
PROVINSI
RTR KAWASAN
STRATEGIS PROVINSI

RDTR KOTA
* RENCANA TATA BANGUNAN

RTRW
* RTR KAWASAN
DAN LINGKUNGAN
PERBAIKAN KAWASAN
KOTA STRATEGIS KOTA
PENGEMBANGAN KEMBALI
RTR KAWASAN
KAWASAN
PERKOTAAN
PEMBANGUNAN BARU
KAWASAN
PELESTARIAN/PELINDUNGAN
RDTR KABUPATEN
KAWASAN
RTR KAWASAN PROSES PBG DAN
RTRW STRATEGIS KABUPATEN PENYELENGGARAAN
KABUPATEN
RTR KAWASAN BANGUNAN GEDUNG
PERDESAAN DAN LINGKUNGAN

RTR KAWASAN PERATURAN DAERAH


AGROPOLITAN BANGUNAN GEDUNG

Penataan Ruang Penataan Bangunan dan Lingkungan

* Termasuk Peraturan Zonasi 24


PERSYARATAN
UUBG 28/2002 BANGUNAN GEDUNG
BANGUNAN GEDUNG
Bab IV, Pasal 7-15 STANDAR TEKNIS

PERSY. ADMINISTRATIF PERSY. TEKNIS BG

PERSY. TATA BANGUNAN PERSY. KEANDALAN BG

PERSY. PERUNTUKAN PERSY. ARSITEKTUR PERSY. PENGENDALIAN


DAN INTENSITAS BG BANGUNAN GEDUNG DAMPAK LINGKUNGAN

PERUNTUKAN LOKASI PENAMPILAN BG DAMPAK PENTING


LINGKUNGAN
KEPADATAN TATA RUANG DALAM

KETINGGIAN SEIMBANG, SERASI,


SELARAS DGN LINGK.
JARAK BEBAS
NILAI SOSIAL-BUDAYA
PERATURAN PEMERINTAH
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 16 TAHUN 2021
TENTANG Persyaratan tata bangunan ditetapkan minimal sebagai Peraturan
Bupati/Walikota Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
PERATURAN PELAKSANAAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 28
TAHUN 2002
TENTANG (RTBL) oleh Pemda.
BANGUNAN GEDUNG 25
RT PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NOMOR: 06/PRT/M/2007
TENTANG

DEFINISI PEDOMAN UMUM

BL
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

adalah panduan rancang bangun suatu


lingkungan/kawasan yang dimaksudkan
untuk mengendalikan pemanfaatan ruang,
penataan bangunan dan lingkungan;
memuat materi pokok:
1.Program Bangunan dan Lingkungan;
2.Rencana Umum dan Panduan Rancangan;
PERATURAN PEMERINTAH 3.Rencana Investasi;
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 16 TAHUN 2021 4.Ketentuan Pengendalian Rencana;
TENTANG
PERATURAN PELAKSANAAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 28
5.Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.
TAHUN 2002
TENTANG
BANGUNAN GEDUNG 26
RT
CAKUPAN DAN POLA PENATAAN
BL
Cakupan:
1. kawasan baru berkembang cepat;
2. kawasan terbangun;
3. kawasan dilestarikan;
4. kawasan rawan bencana;
5. kawasan gabungan atau campuran.
Pola Penataan:
1. Perbaikan kawasan, seperti penataan lingkungan permukiman kumuh/nelayan (perbaikan kampung),
perbaikan desa pusat pertumbuhan, perbaikan kawasan, serta pelestarian kawasan;

2. pengembangan kembali kawasan, seperti peremajaan kawasan, pengembangan kawasan terpadu,


revitalisasi kawasan, serta rehabilitasi dan rekonstruksi kawasan pascabencana;
3. pembangunan baru kawasan, seperti pembangunan kawasan permukiman (Kawasan Siap Bangun/Lingkungan
Siap Bangun – Berdiri Sendiri), pembangunan kawasan terpadu, pembangunan desa agropolitan, pembangunan kawasan terpilih pusat
pertumbuhan desa (KTP2D), pembangunan kawasan perbatasan, dan pembangunan kawasan pengendalian ketat (high-control zone);

4. pelestarian/pelindungan kawasan, seperti pengendalian kawasan pelestarian, revitalisasi kawasan, serta


pengendalian kawasan rawan bencana.
27
RT
PENGATURAN PELAKSANAAN
BL
1. Dokumen RTBL disusun oleh pemerintah daerah atau berdasarkan
kemitraan pemerintah daerah, swasta, masyarakat dan/atau
dengan dukungan fasilitasi penyusunannya oleh Pemerintah sesuai
dengan tingkat permasalahan pada lingkungan/kawasan yang
bersangkutan.
2. Penyusunan Dokumen RTBL dilakukan dengan mendapat
pertimbangan teknis dari tim ahli bangunan gedung dan
mempertimbangkan pendapat publik.
3. Dokumen RTBL ditetapkan dengan peraturan Bupati/Walikota, dan
untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan peraturan Gubernur.
4. Dalam penyusunan dokumen RTBL, Pemerintah dan pemerintah
daerah melaksanakan kewajibannya sesuai ketentuan.
28
RT
MANFAAT
BL
1. Mengarahkan jalannya pembangunan sejak dini;
2. Mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik
setempat dan konkret sesuai dengan rencana tata ruang wilayah;
3. Melengkapi peraturan daerah tentang bangunan gedung;
4. Mewujudkan kesatuan karakter dan meningkatkan kualitas bangunan
gedung dan lingkungan/kawasan;
5. Mengendalikan pertumbuhan fisik suatu lingkungan/kawasan;
6. Menjamin implementasi pembangunan agar sesuai dengan aspirasi
dan kebutuhan masyarakat dalam pengembangan lingkungan/
kawasan yang berkelanjutan;
7. Menjamin terpeliharanya hasil pembangunan pascapelaksanaan,
karena adanya rasa memiliki dari masyarakat terhadap semua hasil
pembangunan.
29
RT
KAWASAN PERENCANAAN
BL
Lingkungan/kawasan dengan luas 5-60 hektar (Ha), dengan ketentuan:
1. kota metropolitan dengan luasan minimal 5 Ha;
2. kota besar/sedang dengan luasan 15-60 Ha;
3. kota kecil/desa dengan luasan 30-60 Ha.

Penentuan batas dan luasan kawasan perencanaan (delineasi) berdasarkan satu


atau kombinasi:
1. Administratif, seperti wilayah RT, RW, kelurahan, kecamatan, dan bagian wilayah kota/desa.
2. Nonadministratif, yang ditentukan secara kultural tradisional (traditional cultural-spatial units), seperti desa adat,
gampong, dan nagari.
3. Kawasan yang memiliki kesatuan karakter tematis, seperti kawasan kota lama, lingkungan
sentra perindustrian rakyat, kawasan sentra pendidikan, dan kawasan permukiman tradisional.
4. Kawasan yang memiliki sifat campuran, seperti kawasan campuran antara fungsi hunian, fungsi usaha,
fungsi sosial-budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga (central business district), industri, dan
kawasan bersejarah.
5. Jenis kawasan, seperti kawasan baru yang berkembang cepat, kawasan terbangun yang memerlukan penataan,
kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, dan kawasan gabungan atau campuran.
30
STRUKTUR dan
PROGRAM BANGUNAN
1 DAN LINGKUNGAN

ANALISIS

SISTEMATIKA
KAWASAN DAN
WILAYAH
PERENCANAAN KONSEP DASAR
TAHAP ANALISIS
PERANCANGAN
VISI
KAWASAN TATA

DOKUMEN RTBL
PEMBANGUNAN
PERENCANAAN BANGUNAN DAN
ANALISIS LINGKUNGAN
PENGEMBANGAN
PEMBANGUNAN
BERBASIS PERAN
MASYARAKAT

RENCANA UMUM
2 DAN PANDUAN RANCANGAN

PERUNTUKAN LAHAN MAKRO DAN


MIKRO
RENCANA

PERAN MASYARAKAT
UMUM RENCANA PERPETAKAN

RENCANA TAPAK
P erat ura n Mente ri P eke rjaan Umum Nomor 06/P RT/M/2007

TAHAP PERUMUSAN RENCANA SISTEM PERGERAKAN,


RENCANA AKSESIBILITAS LINGKUNGAN
DAN
PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
PERANCANGAN RENCANA WUJUD VISUAL BG

NOMOR 06/PRT/M/2007 RENCANA PRASARANA DAN SARANA


LINGKUNGAN
TANGGAL 16 MARET 2007
TENTANG
KETENTUAN DASAR IMPLEMENTASI

PEDOMAN UMUM
RANCANGAN
PANDUAN
RANCANGAN PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN

RENCANA TATA BANGUNAN


RANCANGAN KAWASAN

DAN LINGKUNGAN

3 RENCANA INVESTASI

SKENARIO STRATEGI RENCANA INVESTASI

POLA KERJASAMA OPERASIONAL INVESTASI

TAHAP
PENGEMBANGAN
4 KETENTUAN
PENGENDALIAN RENCANA
DUKUNGAN STRATEGI PENGENDALIAN RENCANA
PELAKSANAAN ARAHAN PENGENDALIAN RENCANA

5 PEDOMAN PENGENDALIAN
PELAKSANAAN
ASPEK-ASPEK PENGENDALIAN PELAKSANAAN

ARAHAN PENGELOLAAN KAWASAN

31
01 PBG

PP No 16 Tahun 2021

PASAL 1
Persetujuan Bangunan Gedung yang selanjutnya disingkat PBG adalah perizinan
yang diberikan kepada pemilik Bangunan Gedung untuk membangun baru,
mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat Bangunan Gedung
sesuai dengan standar teknis Bangunan Gedung

PASAL 326 (1)


Proses Penyelenggaraan Bangunan Gedung (salah satunya adalah penyelenggaraan
PBG) dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melalui SIMBG

32
01 PBG
1. Penyelenggaraan BG hunian sederhana
2. Penyelenggaraan BG hunian tidak sederhana
3. Penyelenggaraan BG desain prototipe Sesuai berdasarkan
4. Penyelenggaraan BG penyesuaian desain prototipe
fungsi dan klasifikasi bangunan gedung
5. Penyelenggaraan BG ketentuan pokok tahan gem pa
6. Penyelenggaraan BG kepentingan um um
7. Penyelenggaraan BG kepentingan umum dengan pertelaan
8.
9.
Penyelenggaraan BG kepentingan um um ber tahap
Penyelenggaraan BG Fungsi Khusus
BISNIS PROSES
10. Penyelenggaraan BG Fungsi Khusus B er tahap PENYELENGGARAAN
11. Penyelenggaraan BG kolektif
12. Penyelenggaraan BG Prasarana BANGUNAN GEDUNG
13. Penyelenggaraan BG fungsi c am puran
14. Penyelenggaraan BG Eksisting DALAM SIMBG
15. Penyelenggaraan BG Eksisting (Perpanjangan)
16. Penyelenggaraan BG Eksisting (adm inistratif)
17. Penyelenggaraan BG Eksisting (B G FK)
18. Penyelenggaraan BG Eksisting (B G C B )
19. Penyelenggaraan BG Eksisting (m engubah, m em perluas, m enam bah, Berlaku baik untuk Bangunan Gedung
m engurangi) Umum maupun Bangunan Gedung Negara
20. Penyeenggaraan Pembongkaran B G
21. Pendataan B G

33
01 PBG

Keterangan:
Pemohon Dinas teknis DPMPTSP

34
01 PBG

PP No 16 Tahun 2021, Pasal 261

1) Penerbitan PBG meliputi:


• Penetapan nilai retribusi daerah
• Pembayaran retribusi daerah
2) Penerbitan PBG Penetapan nilai retribusi daerah dilakukan oleh Dinas Teknis
3) Nilai retribusi daerah ditetapkan berdasarkan indeks terintegrasi dan harga satuan
retribusi
5) Harga satuan retribusi ditetapkan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota
6) Penerbitan PB G dilakukan setelah DPM P TSP m endapatkan bukti p e m bayaran
retribusi

35
01 PBG

Retribusi dikenakan kepada pemohon PBG oleh Pemerintah Daerah atas:


❑ layanan pemeriksaan pemenuhan standar teknis,
❑ penerbitan PBG,
❑ inspeksi bangunan gedung,
❑ penerbitan SLF dan SBKBG, serta
❑ pencetakan plakat SLF

Lampiran VIII B PP No 16 Tahun 2021

36
RUMUS
02 PERHITUNGAN RETRIBUSI
37
02
PELAKURUMUS
02 PERHITUNGAN
PENYELENGGARA BANGUNAN GEDUNG RETRIBUSI

Nilai Retribusi (Nr) = LLt x (Ilo x SHST) x It x Ibg


LLt : Luas Total Lantai LLt = ∑ (Lli +Lbi) It = If x ∑ (bp x lp) x Fm
Ilo : Indeks Lokalitas (merupakan
persentase pengali terhadap LLt : Luas Total Lantai It : Indeks Terintegrasi
SHST yang ditetapkan oleh Lli : Luas Lantai ke - i If : Indeks Fungsi
Pemerintah Daerah, dengan Lbi : Luas Basemen ke - i bp : Bobot Parameter
nilai Ip : Indeks Parameter
paling tinggi 0,5% ) Fm : Faktor Kepemilikan
SHST : Standar Harga Satuan
Tertinggi
It : Indeks Terintegrasi
Ibg : Indeks Terbangun

38
02
PELAKURUMUS
02 PERHITUNGAN
PENYELENGGARA BANGUNAN GEDUNG RETRIBUSI

LUAS TOTAL LANTAI INDEKS LOKALITAS SHST


Luas total lantai: Koefisien untuk menjaga -Standar Harga di tiap Kab/Kota
-Lantai nilai besaran retribusi -dari harga survey material
-Lantai Basemen -ditetapkan oleh Dinas Teknis
-Diupload di SIMBG

Nilai Retribusi (Nr) = LLt x (Ilo x SHST) x It x Ibg

INDEKS TERINTEGRASI
INDEKS BG TERBANGUN
It = If x ∑ (bp x Ip) x Fm -BG baru : 1
-BG Renovasi
Renov sedang: 0,225
Indeks Fungsi Perimeter Faktor
Kepemilikan
Renov berat : 0,325
- Usaha • B obot (bp) • Indeks (Ip)
- Prototipe UMKM - Negara -BGCB Pelestarian dan Pemugaran
- Hunian - Kompleksitas : Sederhana & - Perorangan Pratama : 0,325
- Keagamaan Tidak Sederhana M adya : 0,225
- Fungsi Khusus - Permanensi : Permanen &
Non Permanen U tam a : 0,150
- Sosial Budaya
- Mixed-Use - Ketinggian → koefisien
ketinggian

39
02
PELAKURUMUS
02 PERHITUNGAN
PENYELENGGARA BANGUNAN GEDUNG RETRIBUSI

Nilai Retribusi (Nr) = LLt x (Ilo x SHST) x It x Ibg

INDEKS LOKALITAS (Ilo)


• Indeks Lokalitas (Ilo) merupakan persentase pengali terhadap SHST yang ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah

• Pemerintah daerah menetapkan Indeks lokalitas dengan mensimulasikan nilai perhitungan retribusi
bangunan sesuai PP no.16 tahun 2021 dan perbandingannya dengan nilai retribusi yang berlaku
sebelumnya. Indeks Lokalitas menjadi kontrol agar perbandingan nilai perhitungan retribusi tidak jauh
berbeda dengan nilai retribusi yang berlaku sebelumnya

• Nilai Indeks Lokalitas paling tinggi adalah 0,5% (nol koma lima per seratus persen)

40
02
PELAKURUMUS
02 PERHITUNGAN
PENYELENGGARA BANGUNAN GEDUNG RETRIBUSI

Nilai Retribusi (Nr) = LLt x (Ilo x SHST) x It x Ibg

SHST
• Standar H arga Satuan Tertinggi (SHST ) yang dipakai
dalam perhitungan retribusi m erupakan SHST untuk
Bangunan G edung N egara sederhana.
• Pemerintah Daerah yang telah menetapkan HSBGN,
dapat langsung menggunakan nilai tersebut sebaga
SHST
• SHST dihitung menggunakan apikasi Perhitungan
Standar Harga Satuan Tertinggi yang disediakan
oleh Kementerian PUPR dan dapat diunduh di
SIMBG.pu.go.id

Lampiran VIII B PP No 16 Tahun 2021

41
02
PELAKURUMUS
02 PERHITUNGAN
PENYELENGGARA BANGUNAN GEDUNG RETRIBUSI

Nilai Retribusi (Nr) = LLt x (Ilo x SHST) x It x Ibg

INDEKS TERINTEGRASI (It)

It : If x Σ (bp x Ip) x Fm
It : Indeks Terintegrasi
If : Indeks Fungsi
bp : Bobot Parameter
Ip : Indeks Param eter
Fm : Faktor Kepemilikan

42
02
PELAKURUMUS
02 PERHITUNGAN
PENYELENGGARA BANGUNAN GEDUNG RETRIBUSI

INDEKS TERINTEGRASI (It)

Keterangan:
• Jika BG tidak m emiliki
basemen, langsung
menggunakan nilai pada
tabel berikut
• Jika BG dengan
basemen,
menggunakan rumus
Koefisien Ketinggian BG

43
02
PELAKURUMUS
02 PERHITUNGAN
PENYELENGGARA BANGUNAN GEDUNG RETRIBUSI

KOEFISIEN KETINGGIAN BG

Digunakan apabila BG memiliki basemen Koefisien Ketinggian BG =


Keterangan: (∑(Lli x KL)) + (∑(Lbi x KB))
Untuk basemen disebut koefisien jumlah
lapis
• Untuk lantai disebut koefisien jum lah lantai
(∑ LLi x ∑ LBi )
• Koefisien jumlah lantai/lapis digunakan
Lli : Luas Lantai ke – I
sesuai dengan jumlah lantai atau lapis
KL : Koefisien Jumlah Lantai
basemen pada bangunan gedung.
Lbi : Luas Basemen ke – I
• D iatas 3 lapis basemen, koefisien KBi : Koefisien Jumlah Lapis
ditambahkan 0,1 setiap lapisnya.
• D iatas 60 lantai, koefisien ditambahkan
0,003 setiap lantainya

44
02
PELAKURUMUS
02 PERHITUNGAN
PENYELENGGARA BANGUNAN GEDUNG RETRIBUSI

KOEFISIEN KETINGGIAN BG

Digunakan apabila BG memiliki basemen Koefisien Ketinggian BG =


Keterangan: (∑(Lli x KL)) + (∑(Lbi x KB))
Untuk basemen disebut koefisien jumlah
lapis
• Untuk lantai disebut koefisien jum lah lantai
(∑ LLi x ∑ LBi )
• Koefisien jumlah lantai/lapis digunakan
Lli : Luas Lantai ke – I
sesuai dengan jumlah lantai atau lapis
KL : Koefisien Jumlah Lantai
basemen pada bangunan gedung.
Lbi : Luas Basemen ke – I
• D iatas 3 lapis basemen, koefisien KBi : Koefisien Jumlah Lapis
ditambahkan 0,1 setiap lapisnya.
• D iatas 60 lantai, koefisien ditambahkan
0,003 setiap lantainya

45
02
PELAKURUMUS
02 PERHITUNGAN
PENYELENGGARA BANGUNAN GEDUNG RETRIBUSI

INDEKS BG TERBANGUN (Ibg)


Nilai Retribusi (Nr) = LLt x (Ilo x SHST) x It x Ibg

46
CONTOH
03 PERHITUNGAN RETRIBUSI

47
03 CONTOH PERHITUNGAN RETRIBUSI

Contoh Penetapan Indeks


Perhitungan Besarnya Retribusi BG

48
03 CONTOH PERHITUNGAN RETRIBUSI

Contoh Perhitungan Retribusi


dengan Studi Kasus

• Rumah Tinggal Tipe 36


• Luas Bangunan 36m 2
• Bangunan Baru
• Lokasi di Kota Denpasar

49
03 CONTOH PERHITUNGAN RETRIBUSI
Contoh Perhitungan Retribusi dengan
Studi Kasus
• Bangunan Gedung Usaha
• Luas Bangunan 738 m 2
• Bangunan Baru
• Lokasi di Kota Denpasar

50
RUMUS PERHITUNGAN
04 RETRIBUSI PRASARANA

51
04 RUMUS PERHITUNGAN RETRIBUSI

INDEKS PRASARANA BG INDEKS BG TERBANGUN


-Baru -Baru
-Rusak Berat -Renovasi
-Rusak Sedang -BGCB

Nilai Retribusi Prasarana : V x I x Ibg x HSPbg


V : Volume
I : Indeks Prasarana BG
HARGA SATUAN PRASARANA BG
Ibg : Indeks BG Terbangun Sesuai jenis dan bangunan
HSpbg : Harga Satuan Retribusi Prasarana BG (m dan/atau m2)

52
04 RUMUS PERHITUNGAN RETRIBUSI
INDEKS PRASARANA BG
Keterangan:
Jenis konstruksi
bangunan lainnya
yang termasuk
p rasarana bangunan
gedung ditetapkan
oleh pemerintah
daerah

53
CONTOH PERHITUNGAN
05 RETRIBUSI BG PRASARANA

54
04 RUMUS PERHITUNGAN RETRIBUSI

Contoh Perhitungan Retribusi Prasarana


dengan Studi Kasus

• Pagar Rumah Baru


• Panjang 48 m
• Bangunan Baru
• Lokasi di Kota M agelang

55
04 RUMUS PERHITUNGAN RETRIBUSI

Contoh Perhitungan Retribusi Prasarana


dengan Studi Kasus
• Kolam Renang
• Panjang 48 m
• Bangunan Baru
• Lokasi di Kota M agelang

56
TERIMA KASIH
57

Anda mungkin juga menyukai