Bernama Lengkap Raden Mas Soewardi Soerjaningrat dan nama panggilan Ki Hadjar
Dewantara beliau lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 dan wafat pada tanggal 26 April 1959,
meninggal dunia di usia 69 tahun. Ki Hajar Dewantara pada dasarnya merupakan anak dari
pasangan Pangeran Soerjaningrat dan juga Raden Ayu Sandiah, beliau berasal dari
lingkungan keluarga Kadipaten Pakualaman dari kalangan ningrat.
Beberapa buah pemikirannya tentang pendidikan yang dapat kami rangkum adalah sebagai
berikut :
Menuntun artinya memberikan arah, membimbing segala kukatan kodrat yang dimiliki
peserta didik agar mereka dalam pertumbuhan dan perkembangannya mencapai
keselamatan dan kebahagiaan lahir batin, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota
masyarakat.
2. Filosofis bertani.
Pendidik ibarat petani, dan benih-benih adalah peserta didik yang mempunyai karakter,
latar belakang, kemampuan, kodrat yang berbeda. Petani dengan segala kemampuannya
berupaya untuk menumbuhkembangkan bibit tanaman yang berbeda itu agar tumbuh
dengan baik, memberi pupuk, memberi perlindungan terhadap hama yang menyerang
tumbuhan dengan obat, tempet persemaian/ tanah yang subur, pengairan yang cukup. Juga
yang terpenting tidak berharap melawan kodrat benihnya. Benih padi tidak bisa tumbuh
dijadikan jagung atau sebaliknya. Perlakuan tiap jenis benih pun berbeda pula sesuai
dengan karakter tumbuhan masing-masing. Begitu pula seorang Pendidik yang
memperlakukan peserta didik yang berbeda-beda karakter.
Penumbuhan budi pekerti adalah hal mutlak dalam pendidikan. Bersatunya budi (kekuatan
pikiran, halusnya perasaan dan kuatnya kehendak/kemauan) sehingga menjadi Pekerti
(tenaga/kekuatan). Peserta didik akan kokoh dan kuat dalam menghadapi permaslahan
hidup yang manantang di setiap zamannya. Budi pekerti yang baik menjadikan pribadi yang
tangguh yang selamanya akan berlaku sesuai nilai-nilai kemanusiaan dan berjiwa
kebangsaan.
Bermain yang bermakna merupakan aktivitas terpadu yang ada pada setiap tumbuh
kembang anak. Bermain melatih kreatif, kebersamaan, keseimbangan motorik,
keseimbangan emosional, menerima, menghargai , sportifitas. olah raga, olah rasa, olah
karsa terdapat dalam permainan anak-anak. Jenis permainan disesuaikan dengan
kemampuan dan kodrat anak, artinya kadang berbeda permianan untuk perempuan dan
laki-laki. Banyak sekali jenis mainan yang diintegrasikan dengan belajar berhitung
(congklak), strategi, interaksi(gobak sodor) dan lain-lain. Filosofi bermain musik bagi
pendidik bisa dijadikan rujukan psikologi anak. Contoh dalam satu group musik
band/gamelan. Biarlah tiap alat musik berbunyi sesuai kodratnya, tetapi kalau dimainkan
bersama-sama dengan harmonisasi dan nada yang teratur/tertib maka akan menghasilkan
paduan musik yang indah. Begitu pula pada anak didik dengan berbeda karakternya.
Itulah lima point pemikiran Ki Hajar Dewantara yang positif yang dapat diterapkan di
sekolah dan relevan bagi pendidikan pada masa sekarang. Pemikiran KHD
menyeimbangkan antara peningkatan Pengetahuan intelektualnya dan budi pekerti. Karena
KHD mengungkapkan jika anak hanya menguasai dan cemerlnag kemampuan
intelektualnya tanpa dibarengi dengan budi pekerti yang baik, akan menjauhkan dari
masyarakat, individualisme, dan lemah akan jiwa kebangsaan.
Menurut KHD ‘budi pekerti’atau ‘watak’ diartikan sebagai bulatnya jiwa manusia. Dalam
bahasa asing, disebut sebagai ‘karakter’, yaitu jiwa yang berazaz hukum kebatinan. Orang
yang mempunyai kecerdasan budi pekerti akan senantiasa memikirkan dan merasakan serta
memakai ukuran, timbangan dan dasar-dasar yang pasti dan tetap. Watak atau budi pekerti
bersifat tetap dan pasti pada setiap manusia, sehingga kita dapat dengan mudah
membedakan orang yang satu dengan yang lainnya. Budi pekerti, watak, atau karakter
merupakan hasil dari bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan
sehingga menimbulkan tenaga. Perlu diketahui bahwa budi berarti pikiran-perasaan-
kemauan, sedangkan pekerti artinya ‘tenaga’. Jadi budi pekerti merupakan sifat jiwa
manusia, mulai angan-angan hingga menjelma sebagai tenaga..
Budi Pekerti terbagi menjadi 6 Jenis :
1.Kekuasaan
2. Agama
3. Keindahan
4. Kegunaan atau Faedah
5. Pengetahuan atau kenyataan
6. Menolong, mendermakan atau mengabdikan
John Locke mengatakan, “Tabula rasa mengatakan bahwa manusia yang baru dilahirkan itu
dapat diumpamakan sebagai kertas putih yang belum ditulisi (a sheet ot white paper avoid of
all characters).” Dengan demikian, sejak lahir seorang anak manusia tidak mempunyai bakat
dan pembawaan apa-apa. Tetapi bebeda pandangan dengan KHD yang menganggap anak
itu sudah memiliki kemampuan /Kodrat masing masing yang kita sebagai guru harus bisa
menuntun (Among) sesuai dengan kodratnya masing masing.
Dasar pemikiran memerdekakan memiliki makna bahwa merdeka dalam arti tidak
bergantung kepada orang lain. Dengan kata lain mandiri dengan berdiri pada kaki sendiri.
KHD pernah mengalami dan melaksanakan sendiri kehidupan yang merdeka tanpa
bergantung kepada orang lain ketika mengelola Taman Siswa yang saat itu sedang
kekurangan dana. Dasar pemikiran lain yang diramu oleh KHD adalah dari para
pemikir Montessori dan Taman Anak Frobel. Dimana Montoseri mementingkan pelajaran
panca indra, hingga ujung jari pun dihidupkan rasanya, menghadirkan beberapa alat untuk
latihan panca indra dan semua itu bersifat pelajaran. Anak diberi kemerdekaan dengan luas,
tetapi permainan tidak dipentingkan. Sedangkan Frobel mendjaikan panca indra sebagai
konsentrasi pembelajarannya, tetapi yang diutamakan adlah permainan anak-anak,
kegembiraan anak, sehingga pelajaran panca indra juga diwujudkan mengjadi barang-
barang yang menyenangkan anak. Namun, dalam proses pembelajarannya anak masih
diperintah. Sementara KHD menggabungkan kedua metode tersebut dengan
dinamakan yaitu Metode Kodrat Iradat (Natur dan Evolusi). Bisa juga dinamakan metode
Kaki Among Nini Among, yaitu metode Among Siswa.
Pada akhirnya prinsip dan Filos