Anda di halaman 1dari 3

KONSULTASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR TENTANG

RENCANA DETAIL TATA RUANG BAGIAN WILAYAH PERKOTAAN KANIGORO TAHUN 2019-2039

1. Pertanyaan
Sesuai dengan ketentuan yang ada esensi RDTR adalah rencana secara terperinci tentang tata
ruang wilayah Daerah yang dilengkapi dengan peraturan zonasi Kabupaten, kami mohon diberikan
gambaran umum apa saja yang mesti ada dan diatur dalam Peraturan Daerah tentang RDTR?

Jawaban
Muatan yang diatur dalam Peraturan Daerah tentang RDTR meliputi:
- Tujuan Penataan Ruang
Tujuan penataan ruang merupakan nilai dan/atau kualitas terukur yang ingin dicapai sesuai
dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW dan merupakan alasan
disusunnya RDTR tersebut. Tujuan penataan BWP pada dasarnya merupakan penjabaran lebih
lanjut dari tujuan penataan ruang yang telah dinyatakan dalam RTRW Kab/Kota ;
- Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang merupakan susunan pusat-pusat pelayanan dan sistem jaringan
prasarana di BWP yang akan dikembangkan untuk mencapai tujuan dalam melayani kegiatan
skala BWP. Rencana struktur ruang sebagai acuan arah perkembangan kota, pengaturan
intensitas pemanfaatan ruang serta rujukan untuk alokasi pola ruang;
- Rencana Pola Ruang
Rencana Pola Ruang merupakan rencana distribusi zona pada BWP yang akan diatur sesuai
dengan fungsi dan peruntukannya. Rencana pola ruang sebagai acuan dasar penerbitan izin
pemanfaatan ruang, alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial budaya, ekonomi, serta
pelestarian lingkungan serta sebadagi dasar penyusunan RTBL dan rencana teknis lainnya.
- Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya
Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya merupakan upaya untuk
mengembangkan, melestarikan, melindungi, memperbaiki, mengkoordinasikan keterpaduan
pembangunan, dan/atau melaksanakan revitalisasi di kawasan yang bersangkutan, yang dianggap
memiliki prioritas tinggi dibandingkan Sub BWP lainnya. Muatan utama Sub BWP yang
diprioritaskan penanganannya meliputi lokasi dan tema penanganannya;
- Ketentuan Pemanfaatan Ruang
Ketentuan Pemanfaatan Ruang merupakan upaya mewujudkan RDTR dalam bentuk program
pengembangan BWP dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun masa
perencanaan;
- Peraturan Zonasi
Peraturan Zonasi merupakan ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang
dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan
zonanya dalam rencana detail tata ruang.

2. Pertanyaan
Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan
ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan
zonanya dalam rencana rinci tata ruang. Mohan diberikan penjelasan mengenai Peraturan Zonasi
ini.

Jawaban
Peraturan Zonasi merupakan ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang
dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan
zonanya dalam rencana detail tata ruang. Peraturan Zonasi memiki 3 fungsi antara lain:
a. Sebagai INSTRUMEN PENGENDALIAN pembangunan
Peraturan zoning yang lengkap akan memuat prosedur pelaksanaan pembangunan sampai ke
tata cara pengawasannya;
b. Sebagai PEDOMAN penyusunan RENCANA OPERASIONAL
Ketentuan zoning dapat menjadi jembatan dalam penyusunan rencana tata ruang yang
bersifat operasional, karena memuat ketentuan-ketentuan tentang penjabaran rencana yang
bersifat makro ke dalam rencana yang bersifat sub makro sampai pada rencana yang rinci;
c. Sebagai PANDUAN TEKNIS pengembangan/ pemanfaatan lahan
Ketentuan zoning mencakup guna lahan, intensitas pembangunan, tata bangunan, prasarana
minimum, dan standar perencanaan.
Muatan Peraturan Zonasi meliputi:
a. Zoning Map
Peta alokasi Zona/Sub Zona
b. Zoning Text
Ketentuan ITBX, KDB, KLB, GSB, prasarana minimum, standar prasaranan minimum, dll.
c. Teknik Pengaturan Zonasi
Ketentuan lain dari aturan dasar yang disediakan atau dikembangkan untuk memberikan
fleksibilitas dalam penerapan aturan dasar dan ditujukan untuk mengatasi berbagai
permasalahan dengan mempertimbangkan karakteristik blok/zona.

3. Pertanyaan
Proses atau tahapan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang RDTR yang saat ini kami
bahas adalah berjalan dalam masa transisi (perubahan) baik dari kelembagaan maupun
regulasinya. Mohon petunjuk bagaimana kami menyikapi kondisi ini.

Jawaban
Mekanisme Penetapan Rancangan Peraturan Daerah RDTR dan PZ Kabupaten/Kota meliputi:
a. Penyusunan RDTR dan PZ Kabupaten/Kota;
b. Proses Konsultasi Teknis dengan Dinas yang membidangi urusan Tata Ruang;
c. Penyampaian hasil konsultasi teknis ke Pemernintah Daerah Kabupaten/Kota;
d. Proses Permohonan Rekomendasi Gubernur;
e. Penyampaian hasil Rekomendasi Gubernur ke Pemernintah Daerah Kabupaten/Kota;
f. Proses Pengajuan Persetujuan Substansi ke Kementerian ATR/BPN;
g. Forum Lintas Sektor oleh Kementerian ATR/BPN;
h. Proses perbaikan hasil forum lintas sector oleh Kabupaten/Kota;
i. Penerbitan Persetujuan Substansi Rancangan Peraturan Daerah RDTR dan PZ Kabupaten/Kota;
j. Pembahasan substansi dengan DPRD Kabupaten/Kota;
k. Proses Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah RDTR dan PZ Kabupaten/Kota oleh Gubernur;
l. Proses Penetapan Rancangan Peraturan Daerah RDTR dan PZ Kabupaten/Kota.

Sesuai dengan Mekanisme Penetapan Rancangan Peraturan Daerah RDTR dan PZ Kabupaten/Kota
tersebut, setelah diterbitkannya Persetujuan Substansi oleh Kementerian ATR/BPN diperlukan
pembahasan kembali dengan DPRD Kabupaten/Kota dengan tetap memperhatikan peraturan
perundangan yang diacu pada saat proses penyusunan Raperda RDTR dan PZ Kabupaten/Kota.

4. Pertanyaan
Mengingat hasil yang pernah kami bahas dulu ternyata ada beberapa substansi yang berbeda
dengan Draft RDTR yang sudah mendapatkan Persetujuan Substansi dari Gubernur Jawa Timur
(No. 188/18.K/KPTS/013.4/2018). Apakah dalam hal ini kami masih bisa melakukan penyesuaian
atau pembahasan ulang?

Jawaban
Terkait substansi RDTR dan PZ yang telah mendapatkan persetujuan substansi dari Gubernur Jawa
Timur sebelum ada pelimpahan wewenang penerbitan persetujuan substansi yang awalnya
diterbitkan oleh Gubernur lalu menjadi diterbitkan oleh Menteri ATR/Kepala BPN, dan sebelum
adanya pedoman terbaru terkait penyusunan RDTR dan PZ (Permen ATR No. 16 tahun 2018), maka
untuk RDTR dan PZ yang telah mendapatkan persetujuan substansi dari Gubernur dapat dilanjutkan
pembahasannya di Provinsi. Untuk mekanisme selanjutnya, setelah didapatkan persetujuan
substansi dari Gubernur maka tahapan selanjutnya adalah dilakukan pembahasan untuk
mendapatkan persetujuan bersama antara Pemda setempat dengan DPRD (seperti pada jawaban
pertanyaan nomor 3).
Setelah dilakukan pembahasan dengan DPRD, tahapan selanjutnya adalah Evaluasi Raperda oleh
Gubernur Jawa Timur melalui Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah (TKPRD) Provinsi Jawa
Timur. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 13 tahun 2016 tentang Evaluasi
Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Daerah beberapa tahapan untuk
evaluasi raperda adalah sebagai berikut :
1. Rancangan Perda Kab/Kota tentang RTR Daerah yang telah disetujui bersama antara
Bupati/Walikota dan DPRD, sebelum ditetapkan oleh Bupati/Walikota paling lama 3 hari
disampaikan kepada Gubernur untuk dilakukan evaluasi.
2. Penyampaian rancangan perda kabupaten/kota tentang RTR Daerah melalui surat permohonan
evaluasi dari Bupati/Walikota yang dilengkapi dengan dokumen pendukung
3. Dokumen pendukung terdiri atas:
a) Berita acara/naskah persetujuan DPRD;
b) Rancangan perda kabupaten/kota tentang RTR Daerah beserta penjelasan; dan
c) Arsip Data Komputer (ADK) dalam format teks.
4. Evaluasi Raperda RTR Kab/Kota dengan Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah Provinsi Jawa
Timur;
5. Perbaikan/Penyempurnaan yang ditindaklanjuti dengan tahapan klarifikasi.
6. Penetapan Raperda oleh Bupati/Walikota

5 Pertanyaan
Sesuai dengan ketentuan baik dalam UU No 41 Tahun 2009 tentang Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan maupun Perpres No 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan, penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dimasukkan
dalam Peraturan Daerah tentang RDTR. Mohan petunjuknya.

Jawaban
Terkait muatan lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) dapat menjadi salah satu substansi
dalam RDTR dengan tetap memperhatikan pemetaan lahan baku sawah pada Keputusan Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor : 399/KEP-23.3/X/2018
tentang Penetapan Lahan Baku Sawah Nasional Tahun 2018. Namun, apabila kondisi eksisting
pertanian di wilayah perencanaan kurang sesuai dengan Kepmen tersebut, maka perlunya
justifikasi secara jelas dan detail (dapat berupa peta kesesuaian dan data tabulasi).

Anda mungkin juga menyukai