Anda di halaman 1dari 4

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan
wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:


1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk
lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
2. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
3. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat
yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
4. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
5. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
6. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
7. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
8. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
9. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang.
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun
2021)
PP Penataan Ruang ini diharapkan mampu untuk mengintegrasikan berbagai Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten/Kota
kepentingan lintas sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan Melalui PP Penataaan Ruang jangka waktu penyusunan dan penetapan RDTR dibatasi paling lama 12
dalam hal penyelenggaraan penataan tata ruang. Dengan penyelenggaraan yang bulan sejak pelaksanaan penyusunan RDTR.[9] Adapun tahapannya yakni:[10]
baik selanjutnya akan dapat memperbaiki iklim investasi di Indonesia. PP 1. Konsultasi Publik rancangan peraturan daerah tentang RDTR (Ranperda RDTR) oleh
Penataan Ruang berisi ketentuan-ketentuan mengenai Perencanaan Tata Ruang, Pemkab/Pemkot Bersama masyarakat temasuk DPRD;
Pemanfaatan Ruang, Pengendalian Pemanfaatan Ruang, Pengawasan Penataan 2. Penyampaian Ranperda RDTR dari Bupati/Wali Kota kepada Menteri ATR;
Ruang, Pembinaan Penataan Ruang, dan Kelembagaan Penataan Ruang. 3. Pembahasan Lintas Sektor oleh Menteri ATR Bersama Pemprov dan Pemkab/Pemkot, DPRD, dan
pemangku kepentingan terkait;
• Penyederhanaan Produk Rencana Tata Ruang (RTR) 4. Penerbitan Persetujuan Substansi oleh Menteri ATR yang dapat didelegasikan kepada Gubernur;
UU Cipta Kerja dan PP Penataan Ruang melakukan penyederhanaan hierarki penataan ruang 5. Penetapan Peraturan Kepala Daerah (Perkada) tentang RDTR.
dengan menghapus RTR Kawasan Strategis Provinsi dan Kabupaten/Kota. [1] Muatan yang 6. Jika Perkada belum ditetapkan paling lama 2 bulan sejak mendapat Persub, maka Menteri ATR
terdapat dalam KS diintegrasikan ke dalam RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota.[2] menetapkan Peraturan Menteri yang wajib ditindaklanjuti oleh Bupati/Wali Kota dengan
penetapan Perkada RDTR Kabupaten/Kota.
• Integrasi Tata Ruang Darat dan Laut Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKPR)
PP Penataan Ruang melakukan integrasi muatan teknis ruang laut menjadi satu produk KKPR adalah kesesuaian antara kegiatan pemanfaatan ruang dengan RTR. KKPR diterbitkan oleh
rencana tata ruang. RTR Darat dan Laut yang telah terintegrasi selanjutnya ditetapkan dalam Menteri ATR. Adapun KKPR terdiri atas:[11]
satu produk hukum berikut: KKPR untuk kegiatan berusaha;
1. Peraturan Pemerintah untuk RTRWN;[3] Pelaksanaan KKPR untuk kegiatan berusaha diperoleh melalui OSS. Setelah mendapatkan KKPR,
2. Peraturan Presiden bagi Kawasan Strategis Nasional (KSN);[4] pelaku usaha selanjutnya dapat mengajukan permohonan Perizinan Berusaha.[12]
3. Peraturan Daerah atau Peraturan Gubernur untuk RTRW Provinsi;[5] KKPR untuk kegiatan nonberusaha;
4. Peraturan Daerah atau Peraturan Kepala Daerah untuk RTRW Kabupaten/Kota;[6] KKPR untuk kegiatan yang bersifat strategis nasional.
Dalam masa transisi, Menteri ATR mendelegasikan kewenangan penerbitan persetujuan KKPR untuk
Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi/Kabupaten/Kota kegiatan berusaha dan penerbitan KKPR untuk kegiatan nonberusaha secara elektronik kepada kepala
Melalui PP Penataan Ruang ini menetapkan jangka waktu penyusunan dan penetapan RTRW daerah.
dibatasi paling lama 18 bulan, terhitung sejak pelaksanaan penyusunan RTRW.[7] Adapun Kelembagaan Penataan Ruang
proses penyusunan hingga penetapan RTRW sebagai berikut:[8] Dalam PP Penataan Ruang dikenal Forum Penataan Ruang yang merupakan wadah di tingkat pusat
5. Penyusunan RTRW oleh Menteri ATR/Pemerintah Daerah; dan daerah yang bertugas membantu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan memberikan
6. Pengajuan rancangan peraturan daerah tentang RTRW (Ranperda RTRW); pertimbangan dalam penyelenggaraan penataan ruang. Forum Penataan Ruang memiliki beberapa
7. Pembahasan Ranperda RTRW di DPRD; peran dalam penyelenggaraan penataan ruang, yakni:
8. Penyampaian Ranperda RTRW ke Menteri ATR; Merekomendasikan peninjauan kembali peraturan kepala daerah tentang RDTR.[16]
9. Pembahasan Lintas Sektor oleh pemda, DPRD dan pemangku kepentingan terkait; Memberikan pertimbangan untuk Persetujuan KKPR untuk kegiatan berusaha dan nonberusaha.[17]
10. Penerbitan persetujuan substansi oleh Menteri ATR; Susunan keanggotaan Forum Penataan Ruang terdiri dari;[18]
11. Persetujuan Bersama antara kepala daerah dengan DPRD; Perwakilan dari kementerian/lembaga terkait penataan ruang, asosiasi profesi, asosiasi akademisi,
12. Evaluasi rancangan peraturan daerah tentang RTRW oleh Menteri Dalam Negeri (bagi dan tokoh masyarakat bagi Forum Penataan Ruang di pusat.
RTRW Provinsi)/Gubernur (bagi RTRW Kabupaten/Kota). Perangkat daerah, asosiasi profesi, asosiasi akademisi, dan tokoh masyarakat bagi Forum Penataan
13. Penetapan Peraturan Daerah tentang RTRW. Ruang di daerah.
Sanksi dan Penyelesaian Sengketa
Dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang, sanksi administratif dapat dikenakan. Bentuk
sanksi administratif yang dapat dikenakan meliputi:[13]
1.peringatan tertulis;
2.denda administratif;
3.penghentian sementara kegiatan;
4.penghentian sementara pelayanan umum;
5.penutupan lokasi;
6.pencabutan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang;
7.pembatalan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang;
8.pembongkaran bangunan; dan/atau
9.pemulihan fungsi ruang.
Sanksi administratif dapat dikenakan kepada setiap orang yang tidak menaati Rencana Tata Ruang
yang telah ditetapkan yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang.[14] Selain itu sanksi
administratif juga dapat dikenakan kepada pihak yang tidak mematuhi ketentuan pemanfaatan
ruang dalam RTR, menghalangi akses terhadap Kawasan yang dinyatakan sebagai milik umum.[15]
Pengenaan sanksi administratif dilakukan berdasarkan:
10.hasil penilaian pelaksanaan ketentuan KKPR;
11.hasil Pengawasan Penataan Ruang;
12.hasil audit Tata Ruang; dan/atau
13.pengaduan pelanggaran Pemanfaatan Ruang.

Anda mungkin juga menyukai