BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, wilayah adalah ruang
yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang ada didalamnya
yang batas dan fungsinya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan
fungsionalnya. Perkembangan suatu wilayah akan terus terjadi sejalan dengan
perkembangan jumlah penduduk, kegiatan sosial ekonomi, dan infrastruktur yang
menyertainya.
Perkembangan dan pengembangan suatu daerah itu perlu, karena perkembangan
dan pengembangan suatu daerah merupakan tanda dari perubahan daerah tersebut
kearah yang lebih baik daerah dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang
ada secara optimal, efisien dan efektif untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat
setempat.
Dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
antara lain ditetapkan bahwa daerah berwenang mengelola sumberdaya nasional
yang tersedia di wilayahnya, yang meliputi; sumberdaya alam, sumberdaya buatan,
dan sumberdaya manusia.
Dari aspek geografis Kabupaten Buton memiliki posisi strategis karena
berbatasan dengan dua wilayah admistrasi strategis di Provinsi Sulawesi Tenggara,
yakni Kota Baubau dan Kabupaten Wakatobi dimana kedua daerah ini merupakan
daerah yang ditetapkan sebagai kawasan strategis provinsi (KSP) untuk kegiatan
perdagangan dan jasa dan industri pariwisata. Selain itu, Kabupaten Buton sendiri
dalam rencana tata ruang wilayah Kawasan Strategis Provinsi yaitu sebagai pusat
kawasan industri pertambangan.
Kabupaten Buton memiliki potensi pertambangan yang cukup kaya, dan beragam.
Selain aspal yang sudah lama dikelola, juga ada tambang nikel yang terdapat di
Kecamatan Kapuntori. Kegiatan pertambangan aspal di Kabupaten Buton saat ini ada
2 yaitu kegiatan eksploitasi dan ekplorasi, dan untuk nikel sendiri saat ini masih
dalam tahap eksplorasi karena selama ini potensi nikel tersebut masih belum begitu
dilirik sementara potensi nikel yang dimiliki oleh kabupaten buton sendiri cukup
melimpah.
Untuk besaran potensi aspal yang terbesar di Kabupaten Buton sendiri yaitu
terdapat di Kecamatan Lasalimu yang tersebar di beberapa desa yaitu Desa Nambo,
Desa Lawele, Desa Suandala, dan desa-desa lain di sekitarnya dengan jumlah
kandungan aspal sebesar 200.000.000 juta Ton/Ha. Dan untuk kandungan tambang
nikel yang terdapat di Kecamatan Kapuntori sendiri tersebar di daerah Desa
Lambusango dengan kandungan sebesar 10.000 Ton/Ha. (Sumber data kandungan
potensi tambang: RPJMD Kab. Buton, Tahun 2013-2017).
Sektor pertambangan merupakan salah satu sektor unggulan yang dimiliki oleh
kebupaten buton karena potensinya yang melimpah serta kontribusinya terhadap
pendapatan aset daerah (PAD) cukup tinggi. Namun, untuk saat ini sektor
1
Strategi Peningkatan Peranan Fungsional Kawasan Pertambangan Aspal Dan Nikel
Kabupaten Buton Dalam Mendukung Pemerataan Pembangunan Daerah
pertambangan yang merupakan salah satu dari sektor unggulan utama di Kabupaten
Buton belum memberikan dampak positif terhadap pembangunan daerah, karena
ditinjau dari kondisi eksisting di Kabupaten Buton sendiri masih terjadi disparitas
pembangunan dimana daerah yang hanya tumbuh dan berkembang hanyalah di
daerah Ibu Kotanya saja yaitu Kecamatan Pasarwajo, sedangkaan daerah-daerah lain
yang terdapat di pelosok dan termasuk dalam administrasi Kabupaten Buton sendiri
masih terjadi kesenjangan dimana masih banyak desa-sesa terpencil yang masih
belum menikmati ketersediaan jaringan jalan, listrik dan air bersih yang memadai.
Disisi lain terkait dengan permasalahan proses pengelolaan potensi
pertambangan yang sampai saat ini belum memberikan dampak yang positif secara
optimal terhadap pemerataan pembangunan di Kabupaten Buton ialah disebabkan
oleh izin usaha pertambangan (IUP) yang diterbitkan tidak terkontrol dan hasil
tambangnya langsung di ekspor (ke luar negeri) dalam bentuk bahan mentah (raw
material).
Dengan melihat berbagai permasalahan yang terjadi di Kabupaten Buton seperti
yang telah dijabarkan diatas maka perlu dilakukan suatu kajian mendalam yang
mampu mengeluarkan sebuah rumusan konsep program pembangunan yang
staretgis dalam menunjang pembangunan wilayah Kabupaten Buton dari sektor
pertambangan aspal serta nikel yang cukup melimpah di Kecamatan Kapuntori dan
Kecamatan Lasalimu (KAPOLIMU) guna mendukung pengembangan dan
pemerataan pembanguanan wilayah dalam meningkatkan PAD dan meningkatkan
kesejahteraan hidup penduduk di Kabupaten Buton pada masa yang akan datang.
1.2 .Tujuan dan sasaran
Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan suatu rumusan rencana
strategis guna mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan berbasis sektor pertambangan aspal dan nikel guna meningkatan
kesejatraan daerah ke depannya. Adapun tujuan dan sasaran yang diharapkan dapat
tercapai dalam perumusan rencana strategis ini ialah :
a. Tujuan
1. Mewujudkan pemeretaan pembangunan di wilayah Kabupaten Buton dengan
memanfaatkan potensi sumber daya alam daerah berbasis sektor
pertambangan aspal dan nikel.
2. Mengupayakan pemanfaatan potensi unggulan aspal daerah yang mampu
mendukung perkembangan daerah.
b. Sasaran
1. Mengidentifikasi peranan sektor unggulan wilayah khususnya aspal dalam
menunjang pembangunan daerah di Kabupaten Buton.
2. Menganalisis potensi unggulan pertambangan aspal daerah, guna mengetahui
duduk perkara dari permasalahan yang tengah dihadapi dalam proses
pengelolaannya.
2
Strategi Peningkatan Peranan Fungsional Kawasan Pertambangan Aspal Dan Nikel
Kabupaten Buton Dalam Mendukung Pemerataan Pembangunan Daerah
3
Strategi Peningkatan Peranan Fungsional Kawasan Pertambangan Aspal Dan Nikel
Kabupaten Buton Dalam Mendukung Pemerataan Pembangunan Daerah
4
Strategi Peningkatan Peranan Fungsional Kawasan Pertambangan Aspal Dan Nikel
Kabupaten Buton Dalam Mendukung Pemerataan Pembangunan Daerah
BAB II
REVIEW KEBIJAKAN PEMB. WIL. KASUS ( EKSTERNAL & INTERNAL )
2.1 EKSTERNAL
2.1.1 Kedudukan Kabupaten Buton Dalam RTRWN 2008 – 2028
Kedudukan kabupaten buton dalam RTRWN masuk dalam kawasan andalan diliat
dari sektor pertambangan, adapun kawasan peruntukkan pertambangan :
a) Kawasan peruntukkan pertambangan
- Kawasan peruntukkan pertambangan yang memiliki nilai strategis
nasional terdiri atas pertambangan mineral dan batubara, pertambangan
minyak dan gas bumi, pertambangan panas bumi, serta air tanah.
b) Kawasan peruntukkan pertambangan ditetapkan dengan kriteria:
- Memiliki sumberdaya bahan tambang yang berwujud padat, cair atau gas
berdasarkan peta/data geologi
- Merupakan wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk pemusatan kegiatan
pertambangan secara berkelanjutan dan/atau
- Merupakan bagian proses upaya merubah kekuatan ekonomi potensial
menjadi kekuatan ekonomi riil
c) kriteria teknis kawasan peruntukkan pertambangan ditetapkan oleh menteri
yang tugas dan tanggug jawabnya di bidang pertambangan
2.1.2 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 35/PRT/M/2006, Tentang
Peningkatan Pemanfaatan Asbuton
Bagian Pertama
Jalan Nasional
Pasal 5
(1) Dengan mempertimbangkan aspek kekuatan dan ketahanan jalan serta aspek
keterlaksanaan, dan setelah mendapatkan masukan dari Badan Litbang tentang
teknologi, pelaksanaan, standarisasi teknik, dan kajian kelayakan ekonomi
pemanfaatan bahan asbuton, setiap akhir tahun Direktorat Jenderal menetapkan
ruas-ruas jalan nasional yang akan memanfaatkan bahan asbuton pada kegiatan
pemeliharaan dan/atau pembangunan jalan tahun berikutnya, sesuai teknologi
dan spesifikasi yang tersedia.
(2) Kepala Satuan Kerja pemeliharaan dan/atau pembangunan jalan nasional
melaksanakan secara optimal pemanfaatan bahan asbuton pada ruas-ruas jalan
nasional yang telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
(3) Kepala Satuan Kerja pemeliharaan dan/atau pembangunan jalan nasional
dengan mempertimbangkan aspek efektifitas, efisiensi, dan keterlaksanaan dapat
mengembangkan pemanfaatan bahan asbuton pada ruas-ruas jalan lainnya.
(4) Pengembangan pemanfaatan bahan asbuton pada ruas-ruas lainnya oleh
Kepala Satuan Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan
berdasarkan petunjuk teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal.
Bagian kedua
Jalan Provinsi, jalan Kabupaten, Jalan Kota
5
Strategi Peningkatan Peranan Fungsional Kawasan Pertambangan Aspal Dan Nikel
Kabupaten Buton Dalam Mendukung Pemerataan Pembangunan Daerah
Pasal 6
(1) Pemerintah daerah berperan aktif dalam meningkatkan pemanfaatan bahan
asbuton untuk pemeliharaan dan/atau pembangunan jalan provinsi, jalan
kabupaten, dan jalan kota.
(2) Pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengajukan
usulan program stimulan bahan asbuton kepada Direktur Jenderal disertai dengan
dokumen pendukung yang menjelaskan rencana pemanfaatan asbuton untuk
pemeliharaan dan/atau pembangunan jalan provinsi, jalan kabupaten, dan jalan
kota.
(3) Direktur Jenderal setelah mempertimbangkan usulan pemerintah daerah
berdasarkan kriteria manfaat pembangunan, tingkat urgensi, prioritas, dan
etersediaan bahan, dapat memberikan bantuan stimulan bahan asbuton untuk
pemeliharaan dan/atau pembangunan jalan provinsi, jalan kabupaten dan jalan
kota.
(4) Pemerintah daerah yang mendapatkan stimulan bahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) melaksanakan pemanfaatan bahan asbuton untuk
pemeliharaan dan/atau pembangunan jalan sesuai rencana dan waktu
pelaksanaan secara optimal.
(5) Bagi pemerintah daerah yang pernah mendapatkan bantuan stimulan bahan
asbuton pada tahun-tahun sebelumnya dapat mengusulkan kembali permintaan
bantuan dengan mengajukan usulan program pembagian peran (role-sharing)
kepada Direktur Jenderal, dan setelah melalui proses evaluasi pemanfaatan bahan
asbuton yang telah diterima dan dilaksanakan oleh daerah.
KETENTUAN TEKNIS
Pasal 7
(1) Bahan dasar campuran beraspal terdiri atas asbuton olahan butir dan cair.
(2) Campuran beraspal asbuton dapat dilaksanakan dengan metoda campuran
panas, hangat atau dingin dengan peruntukan seperti dimaksud pada lampiran 1
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(3) Asbuton butir mempunyai spesifikasi teknis dengan penetrasi dan kandungan
bitumen tertentu seperti dimaksud pada lampiran 1 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(4) Asbuton cair terdiri atas :
a. Bitumen asbuton murni, yaitu asbuton yang diproses dengan metode ekstraksi
penuh;
b. Abuton modifikasi, yaitu asbuton yang diekstraksi sebagian sebagai bahan
untuk modifikasi aspal minyak atau sebagai bahan peremaja/pelunak.
(5) Kriteria penggunaan metoda campuran dan peralatan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(6) Spesifikasi teknik campuran beraspal yang menggunakan asbuton secara
terinci mengikuti standar, petunjuk, dan pedoman teknis yang berlaku.
6
Strategi Peningkatan Peranan Fungsional Kawasan Pertambangan Aspal Dan Nikel
Kabupaten Buton Dalam Mendukung Pemerataan Pembangunan Daerah
PEMBINAAN TEKNIS
Pasal 8
(1) Dalam Rangka tata kelola pemanfaatan bahan asbuton untuk pemeliharaan
dan/atau pembangunan jalan, menteri menyelenggarakan pembinaan teknis
meliputi kegiatan sosialisasi, pendampingan teknis, serta monitoring dan evaluasi.
(2) Pelaksanaan sosialisasi program peningkatan pemanfaatan asbuton untuk
pemeliharaan dan/atau pembangunan jalan kepada UPT/balai, satuan kerja,
pemerintah daerah, dan mitra usaha dikoordinasikan oleh Direktur Jenderal.
(3) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi program peningkatan pemanfaatan
asbuton untuk pemeliharaan dan/atau pembangunan jalan secara keseluruhan,
termasuk untuk pengembangan jalan provinsi, jalan kabupaten dan jalan kota,
dikoordinasikan oleh Direktur Jenderal.
(4) Pelaksanaan pendampingan teknis kepada satuan kerja dan pemerintah
daerah dalam pelaksanaan penggunaan asbuton untuk pemeliharaan dan/atau
pembangunan jalan dikoordinasikan oleh Kepala Balitbang.
(5) Pelaksanaan sosialisasi serta monitoring dan evaluasi bersifat partisipatif dan
inklusif dengan melibatkan peran aktif UPT/balai, pemerintah daerah dan mitra
usaha.
(6) Bagi pemerintah daerah yang menerima bantuan stimulan bahan asbuton
namun tidak memanfaatkan secara optimal berdasarkan hasil pelaksanaan
monitoring dan evaluasi, akan dipertimbangkan untuk tidak diberikan
kesempatan mendapatkan lagi bantuan timulan bahan asbuton.
2.1.3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Kebijakan
Pembangunan Nasional
Membangun konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan
pembangunan
1. Meningkatnya kinerja dan pelayanan industri transportasi nasional untuk
mendukung konektiitas nasional, sistim logistik nasional (siglognas)
konektivitas global melalui:
Termanfaatkannya hasil industri transportasi nasional dalam rangka
pemberdayaan hasil industri transportasi dalam negeri yang meliputi
pengembangan pesawat udara (N-219), armad serta gelangan kapal nasional,
bus, fasilitas dan sarana perkeretaapian nasional serta industri Aspal Buton dan
meningkatnya kapasitas jasa konstruksi nasional.
2.2 INTERNAL
2.2.1 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Buton Dalam RTRW
Provinsi
Arahan tentang kedudukan strategis kabupaten Buton dalam peruntukan
fungsional wilayah dalam rencana tata ruang provinsi yakni:
(1) KSP dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi yaitu Kawasan
Ekonomi Khusus Pertambangan Nasional yang memiliki Pusat Kawasan
Industri Pertambangan (PKIP) terdiri atas :
7
Strategi Peningkatan Peranan Fungsional Kawasan Pertambangan Aspal Dan Nikel
Kabupaten Buton Dalam Mendukung Pemerataan Pembangunan Daerah
8
Strategi Peningkatan Peranan Fungsional Kawasan Pertambangan Aspal Dan Nikel
Kabupaten Buton Dalam Mendukung Pemerataan Pembangunan Daerah
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Pemanfaatan Aspal Buton Untuk Pembangunan
dan Pemeliharaan Jalan Provinsi dan Jalan Kabupaten/Kota (Lembaran
Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2010 Nomor 2), diubah sebagai
berikut:
1. Diantara Pasal 3 dan Pasal 4 disispkan 2 (dua) Pasal yaitu Pasal 3A dan
Pasal 3B yang berbunyi sebagai berikut:
Pasal 3A
Kewenangan Gubernur dalam Pemanfaatan Asbuton dilaksanakan sesuai
ketentuan Peraturan Perundang-Undangan
Pasal 3B
Jenis Produk dan Pengunaan Asbuton terdiri:
1. Untuk lalu lintas berat, digunakan campuran panas asbuton butir,
campuran panas asbuton semi ekstraksi dan campuran panas asbuton
lawele;
2. Untuk lalu lintas sedang digunakan campuran hangat asbuton, lapis
penetrasi maka dan asbuton (LPMA) dan Cold Paving Hotmix asbuton
(CPHMA);
3. Untuk lalu lintas ringan, digunakan butu seal.
2. Ketentuan Pasal 4 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 4
Ruang Lingkup Meliputi :
9
Strategi Peningkatan Peranan Fungsional Kawasan Pertambangan Aspal Dan Nikel
Kabupaten Buton Dalam Mendukung Pemerataan Pembangunan Daerah
1. Pemanfaatan asbuton;
2. Pengadaan asbuton;
3. Pembinaan dan Pengawasan.
3. Ketentuan Pasal 6 di tambahkan 2 (dua) ayat, danayat (3) serta ayat (4)
diubah sehingga selengkapnya Pasal 6 berbunyi sebagai berikut :
Pasal 6
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah sesuai kewenangan masing-masing
wajib mengusulkan kepada Gubernur dan Bupati/Walikota pada setiap
akhir tahun rencana pemanfaantan bahan asbuton pada ruas-ruas jalan
sesuai beban lalu lintas dan spesifikasi yang ditentukan;
Gubernur Bupati/Walikota pada setiap tahun menetapkan ruas jalan
provinsi dan kabupaten/kota yang akan memanfaatkan bahan asbuton
pada kegiatan pembangunan dan pemeliharaan jalan;
Provinsi dan Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya diwajibkan
menggunakan asbuton dari anggaran pembangunan jalan yang bersumber
dari dana APBD masing-masing, kecuali ruas – ruas jalan akan dibangun
tidak dapat menggunakan asbuton karena disebabkan kendala teknis maka
harus dibuatkankan jalan teknis dari SKPD yang berwenang;
Provinsi dan Kabupaten/Kota sesuai kewenangannya di wajibkan
menggunakan asbuton paling sedikit 50% (lima puluhpersen) dari target
total panjang program pembanguan dan pemeliharaan jalan yang
menggunakan produk akhir aspal;
Bagi Kabuapten/Kota yang menggunakan asbuton 100% (seratus persen)
dari target total panjang program pembanguandan pemeliharaan jalan
yang menggunakan produk akhir aspal, maka Pemerintah Provinsi akan
memberikan insentif dan/atau subsidi untuk pembangunan jalan yang
besarnya ditetapkan dengan Keputusan Gubernur;
Kontraktor pembanguan dan/atau pemeliharaan dan pembangunan jalan
dalam pelaksanaan lelang pekerjaan jalan wajib melampirkan perjanjian
kerjasama dengan produsen asbuton sebagai salah satu syarat administrasi
dalam pelelangan pekerjaan jalan.
4. Ketentuan Pasal 7 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 7
Penggunaan asbuton untuk pembangunan dan pemliharaan jalan harus
menggunakan teknologi asbuton olahan;
Teknologi perkerasan jalan yang menggunakan asbuton olahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas asbuton campuran panas,
asbuton campuran hangat, asbuton campuran panas hampar dingin (Cold
Paving Hotmix Asbuton), Lapis Pentrasi Maka dam Asbuton (LPMA) dan
Lapis tipis asbuton butur (Butur Seal);
Spesifikasi tehnik campuran beraspal yang menggunakan asbuton secara
terinci mengikuti standar, petunjuk dan pedoman tehnik yang berlaku.
10
Strategi Peningkatan Peranan Fungsional Kawasan Pertambangan Aspal Dan Nikel
Kabupaten Buton Dalam Mendukung Pemerataan Pembangunan Daerah
11