PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan dan Sasaran
Adapun tujuan dari penulisan essai ini, yaitu :
1. Mengidentifikasi factor apa saja yang menghambat penerapan dari Bus Rapit Transit
Mamminasata
Adapun sasaran dari penulisan essai ini, yaitu :
1. Terwujudnya Bus Rapid Transit Mammisata sebagai Angkutan Umum Terpadu Perkotaan
2
BAB II
GAMBARAN MANAJEMEN DAN SISTEM TRANSPORTASI
3
“Dalam penyusunan RPJMN 2015-2019 ada nomenklatur baru di sana terkait dengan
transportasi yaitu muncul transportasi perkotaan,”tambahnya. Transportasi perkotaan
menjadi perhatian yang besar untuk 5 tahun yang akan datang. Lebih lanjut Joko Sasono
mengatakan, “Dengan Direktif Presiden itu kita bisa menyelamatkan tidak saja ekonomi di
perkotaan tetapi juga mampu memberikan nilai tambah yang lebih baik.” Pemilihan 6 kota
aglomerasi tentu ada dasarnya karena sudah dicantumkan dalam RPJMN dan juga ada
Kepres yang mengatur tentang hal itu. Keenam Kota Aglomerasi tersebut adalah :
1. MBIDANGRO (Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo )
2. JABODTABEK (Jakaerta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi)
3. BANDUNG METROPOLITAN AREA (Bandung, Cimahi, Sumedang)
4. SURABAYA METROPOLITAN AREA (Gresik, BAngkalan, Mojokerto, Surbaya,
Sidoarjo, Lamongan)
5. SARBAGITA (Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan)
6. MAMMINASATA ( Makassawr, Maros, Sungguminasa, Takalar)
Di dalam RPJMN ditegaskan bahwa Indonesia harus menyelenggarakan transportasi
perkotaan yang berkelanjutan (sustainable urban transportation). Maksudnya berkelanjutan
secara sosial, ekonomi dan lingkungan melalui tersedianya transportasi yang selamat,
sehat, hemat energi dalam rangka untuk mewujudkan pertumbuhan yang ramah lingkungan
(green growth) dan keamanan energi (energy security).Terdapat 5 pilar kebijakan yang
harus dilaksanakan secara pararel (dalam satu paket kebijakan) untuk menuju keberhasilan
transportasi perkotaan yang berkelanjutan. Kelima pilar kebijakan tersebut adalah :
1. Peningkatan Peran Angkutan Umum (Prioritasi) yang terdiri dari pengembangan
transit system, pengembanga jaringan dan infrastruktur angkutan umum massal,
perbaikan intermodalitas dan aksesibilitas angkutan umum, perbaikan sistem
kepemilikan agkutan umum
2. Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas (MRLL) yang terdiri dari perbaikan
kapasitas jalan, penerapan ATCS / ITS, manajemen lalu lintas, andalalin.
3. Penurunan Polusi Udara dan Suara yang terdiri dari gasifikasi, pemanfaatan energi
alternatif, penerapan teknologi ramah lingkungan (green transport-environmentally
friendly)
4. Transportation Demand Management (TDM) yang terdiri dari ERP (Electronic
Road Pricing), Perparkiran (Parking Policy), Dis-incentive using private car
(kewajiban mengkonsumsi BBM non subsidi bagi kendaraan pribadi).
5. Pengembangan Transportasi Tidak Bermotor (Non Motorized Transport) yang
terdiri dari pengembangan fasilitas pejalan kaki, pengembangan jalur sepeda, car
free day.
4
BAB III
KARAKTERISTIK PERSOALAN DAN MASALAH
Secara geografis, letak Kota Makassar berada di tengah diantara pulau-pulau besar lain
dari wilayah kepulauan nusantara sehingga menjadikan Kota Makassar dengan sebutan
“angin mammiri” ini menjadi pusat pergerakan spasial dari wilayah Barat ke bagian Timur
maupun Utara ke Selatan Indonesia. Dengan posisi ini menyebabkan Kota Makassar
memiliki daya tarik kuat bagi para imigran dari daerah Sulawesi Selatan itu sendiri maupun
daerah lain seperti provinsi yang ada di kawasan Timur Indonesia untuk datang mencari
tempat tinggal dan lapangan pekerjaan.
5
Sungai Jene’berang yang bermuara disebelah selatan dan Sungai Tallo yang bermuara di
sebelah utara.
3.1.5. Klimatologi
Kota Makassar termasuk daerah yang beriklim tropis, karena letaknya menghampiri garis
khatulistiwa.
Kelembaban udara berkisar antara 67 % - 86 %
Curah hujan tahunan rata-rata 337 mm, dimana curah hujan tertinggi dicapai pada
bulan Januari dengan rata-rata 660 mm/bulan dan terendah pada bulan Agustus
berkisar 14,4 mm/bulan dengan jumlah hari hujan berkisar 149 hari hujan pertahun.
Temperatur/suhu udara di Kota Makassar rata-rata sekitar 26C sampai dengan 33
C.
Kecepatan angin rata-rata 2-3 Knot/Jam
Penyinaran matahari rata-rata 49,33
3.1.6. Penggunaan Lahan
Secara umum, konteks pola ruang Kota Makassar mencakup Wilayah Kota Makassar
yang memiliki 14 kecamatan dimana didalamnya mencakup kawasan lindung dan kawasan
budidaya.
3.1.7. Aspek Kependudukan dan Ketenagakerjaan
3.1.7.1. Kependudukan
Penduduk Kota Makassar berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2015 sebanyak
1.449.401 jiwa yang terdiri atas 717.047 jiwa penduduk laki-laki dan 732.354 jiwa
penduduk perempuan. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun
2014, penduduk Kota Makassar mengalami pertumbuhan sebesar 1,41 persen
dengan masing-masing presentase pertumbuhan penduduk laki-laki sebesar 1,45
persen dan penduduk perempuan sebesar 1,37 persen. Sementara itu besarnya
angka rasio jenis keamin tahun 2015 penduduk laki-laki terhadap penduduk
perempuan sebesar 97,91.
Kepadatan penduduk di Kota Makassar tahun 2015 mencapai 8.246 jiwa/km 2
dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga empat orang.
Tabel 3.1
Jumlah Penduduk dan Laju PErtumbuhan Penduduk Menurut KEcamatan
di Kota Makassar tiga tahun terkahir
Laju Pertumbuhan
Jumlah Penduduk
Penduduk per Tahun
No Kecamatan
2013 2014 2015 2013- 2014-
2014 2015
1. Mariso 57790 58327 58815 0,88 0,84
2. Mamajang 60236 60537 60779 0,45 0,40
3. Tamalate 183039 186921 190694 2,07 2,02
4. Rappocini 158325 160499 162539 1,32 1,27
5. Makassar 83550 84014 84396 0,51 0,45
6. Ujuang 27802 28053 28278 0,85 0,80
Pandang
7. Wajo 30258 30505 30772 0,76 0,71
8. Bontoala 55578 55937 56243 0,60 0,55
9. Ujung Tanah 48133 48531 48882 0,78 0,72
10. Tallo 137260 137997 138598 0,49 0,44
11. Panakukkang 145132 146121 146968 0,63 0,58
6
12. Manggala 127915 131500 135049 2,75 2,70
13. Biringkanaya 185030 190829 196612 3,08 3,03
14. Tamalanrea 108024 109471 110826 1,29 1,24
Total 1408072 1429242 1449401 1,46 1,41
Sumber ; Kota Makassar Dalam Angka 2016
3.1.7.2. Ketenagakerjaan
Pada tahun 2015 jumlah pencari kerja terdaftar di Kota Makassar pada Dinas
Tenaga Kerja Kota Makassar sebesar 10.326 pekerja dengan penurunan 2,80
persen. Dari 10.326 pekerja yang terdaftar sebesar 8.351 telah ditempatkan bekerja.
Perbandingan pencari kerja laki-laki lebih sedikit dibandingkan perempuan,
terdaftar 5.052 laki-laki dan 5.274 pencari kerja perempuan yang terdaftar pada
Dinas Tenaga Kerja.
Pendidikan terakhir SMA yang paling mendominasi terhadap pencari kerja, yaitu
sebesar 43,91 persen ( 4.534 pekerja ) dan yang ditempatkan sebanyak 906 pekerja
di tahun 2015. Hal ini juga berarti kepada besarnya jumlah pengangguran di Kota
Makassar.
Tabel 3.2
Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan
Selama Seminggu yang Lalu dan Jenis Kelamin di Kota Makassar Tahun
2015
Jenis Kelamin
Kegiatan Utama Jumlah
Laki-Laki Perempuan
Angkatan Kerja 368820 224340 593160
Bekerja 323289 198565 521854
Pengangguran Terbuka 45531 25775 71306
Bukan Angkatan Kerja 156408 324916 481324
Sekolah 96992 109255 206247
Mengurus Rumah Tangga 19088 201701 220789
Lainnya 40328 13960 54288
Total 525228 549256 107484
Tingkat Partisipasi
70,22 40,84 55,20
Angkatan Kerja
Tingkat Pengangguran 12,35 11,49 12,02
Sumber : Kota Makassar Dalam Angka 2016
1. Koridor
BRT Mamminasata direncanakan beroperasi di 11 koridor yang rutenya akan
menghubunglan antar-wilayah di Kota Makassar antar –wilayah Mamminasata (Maros,
Makassar, Sungguminasa dan Takalar). Namun sampai saat ini baru 5 koridor yang telah
berfungsi yaitu koridor 1,2,3,4,8. Adapun rutenya yaitu :
7
Bandara-Tol-Jl.Nusantara-Jl . Ahmad Yani-Jl. Jenderal Sudirman-
Jl, Haji Bau-Jl Metro Tanjung Bunga-Trans Studio-Mal GTC
(pergi). Mal GTC-Trans Studio-Jl. Metro Tanjung Bunga-Jl
Koridor 1
Penghibur-Jl Pasar Ikan-Jl Ujung Pandang-Jl Nusantara-Tol-
Bandara (Pulang).
2. Tarif
Karcis BRT Mamminasata dapat dibeli di halte dengan tariff sebesar RP. 5000 untuk
umum untuk satu kali perjalanan jauh atau dekat, sedangkan untuk koridor satu yang
menghubungkan Jl. Ahmad Yani dan BAndara Internasional Sultan Hassanuddin dikenakan
taris sebesar Rp 27.000. Perum Damri menyediakan tariff khusus yakni rp.2.400 bagi pelajar
dan mahasiswa yang telah mendaftarkan diri,
3. Kapasitas
BRT Mamminasata memiliki kapasitas penumpang sebanyak 79 orang dengan rincian
prang duduk dan 30 orang berdiri dengan pegangan tangan. Dengan kapasitas 79 orang ini,
BRT mamminasata optimal dapat menyerap 1.000 penumpang dan saat ini jumlah Bus yang
beroperasi adalah 30 unit, maka daya serap keslutuhan BRT Mamminasata adalah
30.000/hari.
4. Fasilitas
BRT MAmminasta serta dilengkapi fasiltuas tempat duduk prioritas untuk para
penumpang lanjut usia, ibu hamil dan pengmpang dengan anak serta penumpang
berkebutuhan khusus. Adapun fasilitas lain yang disediakan oleh BRT Maminasata adalah
pendinginin Udara/AC, Koan, serta fasilitas wii kepada penumpang.
5. Halte
BRT MAmminasata hanya dapat megmabil dan meurunkan penumpang di halte khusus
BRT, yang sampai saat ini tlah tersedia 12 unit halte permanenn dan 22 unithalte yang tidka
permanen.
8
3.3 Ketrkaitan Komponen Sistem Transportasi
Sistem transportasi merupakan satu kesatuan dari komponen-komponen transportasi yang jika
terdapat satu komponen yang hilang maka mempengaruhi yang lain. Tentu saja terdapat keterkairan
yang sangar erat antar komponen dari sistem transporrasi, yaitu antara sistem keegiatan, sistem
jaringan, sistem aktivitas/pergerakan dan sistem lingkungan/kelembagaan.
Gambar
Ketrkaitan antar Komponen Sistem Transportasi
Sistem Sistem
Kegiatan jaringan
Sistem
pergerakan
Sistem
kelembagaa
n
Seperti kita ketahui, pergerakan lalu lintas timbul karena adanya proses pemenuhan kebutuhan.
Yang berarti kita perlu bergerak karenakebutuhan kita tidak bisa terpenuhi ditempat kita berada.
Karena itu hal ini juga berarti bahawa setiap tata guna lahan atau sistem kegiatan mempunyai jenis
kegiatan tertentu seperti kegiatan sosisal, ekonomi, budaya dan lain lain, yang akan membangkitkan
pergerakan dan akan menarik pergerakan dalam proses pemenuhan kebutuhan. Dalam hal ini
tentunya akan tercipta pergerakan yang besar yang berupa pergerakan manusia atau barang yang
tentu saja pergerakan ini membutuhkan moda transportasi sarana dna prasaran sebgai alat pembantu
untuk melakukan suatu kegiatan tersebut. Prasarana yang tentunya sangat dibutuhkan yaitu sistem
jaringan yang meliputi sistem jaringan jalan raya, kereta api, terminal bus, bandara dan pelabuhan
laut, yang tanpa sistem jaringan ini tentu saja tidak akan adanya pemenuhan dalam sistem kegiatan
tersebut. Interaksi antara sistem kegiatan dan sistem jaringan ini menghasilkan pergerakan manusia
dan barang dalam bentuk pergerakan kendaraan atau pejalan kaki. Maka dari itu dibutuhkannya
sistem pergerakan yang aman, nyaman, murah, dan sesuai dengan lingkungannya. Hal ini dapat
terwujud jika pergerakan tersebut diatur oleh sistem rekayasa dan manajemen lalulintas yang baik.
Sistem kegiatan, sistem jarring dan sistem pergerakan akan saling mempengaruhi, yang dimana
perubahan pada sistem kegiatan jelas akan mempengaruhi sistem jaringan meallui perubahan pada
tingkat pelayanan pada sistem pergerakan. Begitu juga perubahan pada sistem jaringan akan dpat
mempengaruhi sistem kegiatan melalui peningkatan mobilitas dan aksesibilitas dari sistem
pergerakna tersebut. Dan dalam usaha untuk menjamin terwujudnya sistem pergerakanyang aman,
nyaman lancer, murah dan sesuai dengan lingkungannya, maka dibutuhkan sistem kelembagaan
yang dapat mengawasi memantau dan mengendalikan dari sistem pergerakan tersebut.
9
4.1.1. Isu dan Persoalan
1. Isu
Penggunaan kendaraan pribadi
yang terus menerus meningkat menjadi
hal yang hampir dirasakan oleh seluruh
kota di Indonesia tidak terkecuali Kota
Makassar. Yang dimana kondisi dari
transportasi Kota Makassar itu sendiri
sudah sangat mengkhawatirkan,
dibuktikan dengan peningkatan jumlah
kendaraan bermotor sebesar 2,4 juta,
jumlah ini sudah melebihi dari jumlah
penduduk di Kota Makassar yaitu
sebesar 1,7 juta jiwa. Yang jika tidak ditangani secepatnya bisa menimbulkan banyak
permasalahan transportasi, baik dari segi keterbatasan prasarana transportasi, kemacetan,
tingkat polusi, kebisingan bahkan sampai masalah sosial. Tentunya permasalahan transportasi
tersbut bisa mempengaruhi penggunaan lahan bahkan perkembangan Kota Makassar untuk
kedepannya. Maka dari itu perlu perencanaan transportasi yang sekiranya dapat menekan laju
dari peningkatan penggunaan transportasi pribadi. Salah satu cara yaitu dengan lebih
memanfaatkan pengembangan sistem angkutan umum massal, baik itu lebih kepada jenis atau
penyedian moda angkutan maupun kepada kebijakan kebijakan yang tentunya bisa menjadi
solusi permasalahan diatas.
Dalam penyediaan angkutan umum massal, Kota Makassaar sendiri masih bertumpu pada
penggunaan angkutan umum non bus, yang didalam bahasa Makassar disebut dengan pete-
pete. Angkutan umum ini melayani pergerakan masyarakat baik itu didaerah pinggiran
maupun pada daerah pusat kota dan terkadang justru menjadi sumber kemacetan karena
jumlahnya yang sudah terlampau banyak saat ini. Disamping itu juga pemerintah Kota
Makassar mengeluarkan kebijakan untuk mengoperasikan Bus Rapid Transit Mamminasata.
BRT Mamminasata ini masih dibilang belum efektif, entah dari sarana prasarana
pendukung sampai kepada minat masyarakat. Akan tetapi kita tidak bisa berkata bahwa
masyarakat Kota Makassar tidak tertarik untuk menggunakan moda transportasi yang satu ini.
Penulis mewawancari salah satu dari petugas
BRT Mamminasata yang bernama Pak Abdul Samad,
yang berada di Mall Panakukkang, yang dimana
penulis menanyakan “kenapa tidak ada halte bus
disana?” dikarenakan tidak jarang pemberhentian
BRT Mamminasata di depan Mall Panakukkang
menyebabkan Kemacetan. Beliau mengatakan bahwa
tidak adanya persetujuan dari pihak Mall
Panakukkang untuk membangun Halte disana, maka
dari itu pihak Mall Panakukkang hanya menyediakan
sejenis tangga untuk menaiki BRT tersebut.
Dari hasil survey wawancara yang penulis lakukan
terhadap 15 responden, terdapat sebanyak 3 responden
yang lebih memilih moda angkutan berbasis online,
10
dengan alasan lebih mudah untuk dijangkau ( hanya menggunakan smartphone) sistemnya
diantar sampai didepan rumah. Sebanyak 4 responden
belum pernah menggunakan BRT Mamminasata, yang
dikarenakan mereka tidak tahu dimana pemberhentian
bus tersebut, kapan jadwal bus tersbut dan beraepa biaya
yan digunakan, disatu sisi ke 4 responden ini sudah lama
ingin menggunakan BRT Mamminasata, hanya saj
aterkendala oleh factor kurangnya informasi kepada
masyarakat. Terdapat juga sebanyak 8 responden yang
lebih memilih untuk menggunakan BRT Mamminasata
dikarenakan, biaya yang relative terjangkau, nyaman, aman
dan memiliki kapasitas yang besar. Tetapi dilain sisi,
mereka mengeluhkan akan jumlah halte yang masih sedikit.
Dari ke 12 resonden berharap adanya penyebaran informasi
tentang BRT Mamminasata lebih baik lagi dan berharap
pemerintah meningkatkan kualitas manajemen dan
kuantitas dari moda serta sarana prasarana angkutan tersbut. Sehingga kiranya BRT ini dapat
menjadi Angkutan Umum Terpadu yang tentunya untuk kedepannya BRT Mamminasata ini
sangat menunjang Trans Sulawesi, dimana BRT sendiri berfungsi sebagai pengumpan.
Sehingga terwujudnya peningkatan minat masyarakat untuk menggunakan transportasi umum
BRT Mamminasata.
Dari hasil survey lapangan maka dapat disimpulkan factor apa saja yang membuat BRT
Mamminasata ini kurang efektif, kita dapat melihat pada pembahasan selanjutnya:
2. Persoalan
1. Tidak Terintegrasinya antar moda angkutan, yang dimana seharunya masing masing
moda angkutan mempunyai jalur khusus, dan penempatan yang tepat.
2. Kurang baiknya manajemen serta pelayanan dari Bus Rapid Transit Mamminasata. Yang
dimana maksud saya, seperti :
Jam operasional BRT yang tidak jelas
Tidak ada jalur khusus untuk BRT, sehinga tak jarang BRT terjebak macet
3. Kurangnya sosialisasi dari pemerintah dalam mempromosikan BRT kepada masyarakat
Kota Makassar. Karena menurut hasil survey wawancara, terdapat 4 dari 15 responden,
yang bahkan mereka tidak tahu ternyata Bus besar berwarna biru yg mereka sering lihat
adalah BRT Mamminasata. Karena saat survey ketika 4 responden tadi sudah mengetahui
apa BRT itu, ternyata anime dari 4 responden tersebut cukup besar terhadap BRT, yang
dimana mereka sangat ingin menggunakan BRT tetapi tidak tahu biaya, jam berapa
operasional BRT, pemberhentian BRT dan rute
BRT. Hal ini tentunya sangat disayangkan.
4. Sulitnya membangun halte, dikarenakan
minimnya lahan.
5. Masih terdapat beberapa Halte Bus yang tidak
didukung oleh fasilitas penunjang yang baik
dan kurang terpelihara.
6. Masih ada halte bus yang disalah gunakan,
yaitu halte bus didepan Mall Makassar Town
Square, oleh angkutan umum pete-pet yang
menggunakan halte bus itu untuk mengetem,
sehingga tidak jarang menyebabkan
kemacetan.
11
BAB IV
KESIMPULAN
12
7. Mmbuat pedestrian senyaman mungkin dengan tujuan untuk kemudahan pejalan kaki.
Untuk merangsang masyarakat menggunakan angkutan umum, hal pertama yang perlu di
perhatikan adalah pejalan kaki. Perjalanan dengan angkutan umum selalu diawali dan di
akhiri dengan berjalan kaki. Maka, jika fasilitas pejalan kaki tidak disediakan dengan
baik, masyarakat tentunya tidak akan pernah menggunakan transportasi umum. Hal yang
perlu diperhatikan adalah masalah fasilitas, kenyamanan dan kselamatan.
8. Dibutuhkannya ketegasan hukum untuk para moda angkutan yang lain, yang
menyalahgunakan halte bus.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://dephub.go.id/berita/baca/benahi-transportasi-kota-makassar,--harus-ada-langkah-ekstrim/?
cat=QmVyaXRhfHNlY3Rpb24tNjU=
http://belajjarilmuteknik.blogspot.co.id/2013/12/sistem-transportasi.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Trans_Mamminasata
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/19882
http://ubermenschaddres.blogspot.co.id/2016/06/bus-rapid-trans-mamminasata-dan-world.html
http://wwwperadabanpecinta.blogspot.co.id/2012/12/ujian-take-home-mata-kuliah-perencanaan.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/59188/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=6BA78B3A82F1775FD34043F173215FDE?sequence=3
https://makassarkota.bps.go.id/index.php/publikasi/113
https://portal.makassar.go.id/makassarku/geografis/karakteristik-fisik
http://www.dephub.go.id/berita/baca/382-Milliar-Rupiah-Dianggarkan-Untuk-Pengembangan-BRT-di-6-
Kota-Aglomerasi-60465/?cat=QmVyaXRhfHNlY3Rpb24tNjU=
http://www.dephub.go.id/berita/baca/382-Milliar-Rupiah-Dianggarkan-Untuk-Pengembangan-BRT-di-6-
Kota-Aglomerasi-60465/?cat=QmVyaXRhfHNlY3Rpb24tNjU=
14