Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH MANAJMEN BERBASIS SEKOLAH

“Pelaksanaan Standar Nasional di Sekolah”

KELOMPOK 3 :

SYAHRUL RAMADAN : A241 17 105

HESTI LONDONG PADANG : A241 17 054

ERNA KRISDAYANTI TALETO : A241 17 027

NI LUH TRISNAYANTI : A241 17 012

NURSAHNI SITI NORMA : A241 17 099

ATIKA SASKIA PUTRI : A241 16 003

SIGIT APRIAWAN P : A241 16 051

AL MUZAMMIL : A241 16 056

GRACE WILDYA S : A241 16 100

OKTAVIANI : A241 16 121

NUR RAHMI : A241 16 118


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ..

BAB 1. PENDAHULUAN .....................................................................................

1.1 Latar Belakang ....................................................................................

1.2 Perumusan Masalah ............................................................................

1.3 Manfaat ...............................................................................................

BAB 2. PEMBAHASAN ........................................................................................

2.1 Pengertian teori pendekatan dan pendekatan kurikulum ....................

2.2 Teori-teori pendekatan pendidikan......................................................

2.3 Pendekatan dalam teori kurikulum......................................................

BAB 3. SARAN DAN KESIMPULAN ................................................................

3.1 Saran...............................................................................................
3.2 Kesimpulan .........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.. ........................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan kehidupan


bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga disebutkan bahwa
Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Mempunyai tujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Hubungannya dengan pendidikan itulah dibentuk suatu aturan tentang materi


apa saja yang harus diberikan kepada peserta didik, yang sering kita kenal dengan
“kurikulum”. Berdasarkan hal tersebut, maka kurikulum harus bisa memberikan
bentuk pelayanan yang segar kepada peserta didik agar didapat hasil yang
optimal. Untuk itu diperlukanlah suatu pendekatan yang dianggap bisa
memberikan pelayanan.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi


dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu
ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta 1 2 kesesuaian dengan kekhasan,
kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu
kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian
program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam
mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Standar Nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses,
kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional
pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan
kurikulum.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003)


tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional
Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan
menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI dan SKL
serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP). Selain dari itu, penyusunan KTSP juga harus mengikuti
ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005.

Otonomi dalam penyelenggaraan pendidikan memberikan implikasi terhadap


masing-masing daerah untuk mengembangkan pendidikan sesuai dengan potensi
yang dimilikinya. Berdasarkan hal tersebut maka akan terdapat 3 variasi baik
pengelolaan maupun perolehan pendidikan pada masing-masing daerah tersebut.
Dengan demikian, kurikulum konvensional-sentralistik yang berlaku untuk semua
daerah dan lapisan masyarakat tampaknya sudah tidak relevan lagi diterapkan saat
ini, keadaan seperti itu memberikan konsekuensi terhadap perubahan paradigma
tentang kurikulum sekolah di mana diperlukan suatu kurikulum yang dapat
mengakomodasi semua potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah
(Hernawan, 2007.

Implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan
dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu: standar isi, standar
proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan.

Berdasarkan aturan tersebut ditetapkan pula kerangka dasar dan struktur


kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kalender
pendidikan atau akademik. Kurikulum tingkat satuan adalah kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan dimasing-masing satuan
pendidikan. Pemahamannya adalah pada tingkat satuan pendidikan, yaitu sekolah
harus dikembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-
masing. Tujuan pendidikan sekolah dasar adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, ahlak mulia, serta keterampilan untuk 4 hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Sebagai pelaksanaan UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikeluarkan Peraturan Pemerintah
sebagai pelaksanana undang-undang tersebut. Peraturan Pemerintah yang telah
dikeluarkan harus segera dilaksanakan penyesuaianpenyesuaian aturan
dibawahnya adalah Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan mengatur tentang
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan
tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan dan standar penilaian pendidikan. Berdasarkan aturan tersebut
ditetapkan pula kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum
tingkat satuan pendidikan dan kalender pendidikan atau akademik.

Kurikulum tingkat satuan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh


dan dilaksanakan dimasing-masing satuan pendidikan. Pemahamannya adalah
bahwa pada tingkat satuan pendidikan, yaitu sekolah, harus dikembangkan
kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya masingmasing. Agar
pengembangan kurikulum ditingkat satuan pendidikan dapat dilaksanakan sesuai
kondisi nyata, maka sekolah harus memahami aturan tentang hal apa saja yang
dapat ditetapkan dimasing-masing sekolah dan hal apa saja yang telah ditetapkan
secara nasional sebagai standar nasional. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah
tentang Standar Nasional Pendidikan penyusunan kurikulum pada satuan
pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada panduan
yang disusun oleh BSNP.

Keperluan tersebut, sesuai tugas dan fungsinya sebagai pengembang


kurikulum, Pusat Kurikulum membantu BSNP untuk mengembangkan panduan
kurikulum untuk tingkat satuan pendidikan. Hal lain yang perlu dicermati
sehubungan dengan implikasi perubahan kurikulum setelah terbitnya Peraturan
Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan adalah menjawab pertanyaan
mengapa harus ada kurikulum tingkat satuan pendidikan. Pentingnya kurikulum
dikembangkan berdasarkan keseimbangan antara kepentingan nasional dan
kepentingan daerah. Kompetensi dan materi kurikulum dikembangkan
berdasarkan keharmonisan antara kepentingan nasional untuk membangun
kehidupan berbangsa yang kuat dan bermartabat dengan kepentingan daerah baik
kepentingan sosial, budaya dan ekonomi setempat maupun dalam kontribusinya
terhadap pengembangan kehidupan daerah dan sebaliknya kepentingan daerah
tidak boleh diabaikan demi kepentingan nasional.

Tujuan akhir dari pengembangan kurikulum adalah pengembangun silabus


dan penilaian pembelajaran (hasil belajar) yang difokuskan pada mata pelajaran
Sekolah Dasar Negeri. Hubungan antara silabus dengan penilaian hasil belajar
adalah silabus merupakan muatan bahan ajar yang harus dikuasai siswa,
sedangkan penilaian hasil belajar merupakan kegiatan mengadakan penilaian
setelah siswa mengikuti pembelajaran pada materi yang terangkum pada silabus
sebagaimana yang tertuang dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
KTSP disesuaikan dengan karakteristik pembelajaran di Sekolah Dasar
Muhammadiyah Boja, yang saat ini sedang memasuki Sekolah 6 Berbasis
Internasional (SBI). Kebutuhan dan kondisi nyata di Sekolah Dasar
Muhammadiyah Boja berbeda dengan SD-SD di sekitarnya. Di Sekolah Dasar
Muhammadiyah Boja, inputnya tinggi (hasil seleksi penerimaan siswa baru), daya
dukung orang tua sangat tinggi, sarana prasarana pembelajaran lengkap, iklim
pembelajaran kondusif, dan sebagainya.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Standar Sarana dan Prasarana ?
2. Bagaimana Standar Pengelolaan ?
3. Bagaimana Standar Pembiayaan Pendidikan ?
4. Bagaimana Standar Penilaian Pendidikan ?

C. Tujuan
1. Agar memahani Standar Sarana dan Prasarana.
2. Agar memahami Standar Pengelolaan.
3. Agar memahami Standar Pembiayaan Pendidikan
4. Agar memahami Standar Penilaian Pendidikan
BAB II

PEMBAHASAN

1. Standar Sarana dan Prasarana

Sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah.


Standar sarana adalah sarana yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran, termasuk di dalamnya buku-buku Panduan Belajar, penggunaan
teknologi informasi /komunikasi, dll.

Standar sarana dan prasarana adalah Standar nasional pendidikan yang


berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga,
tempat beribadah, perputakaan, laboratorium,bengkel kerja, tempat bermain,
tempat berkreasi dan berrekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk
menunjang proses pembeljaran termasuk penggunaan tehnologi informasi dan
komonikasi.

Ada lima faktor penting yang harus ada pada proses belajar mengajar yaitu:
guru, murid, tujuan, materi dan waktu. Ketidak adaan salah satu faktor saja dari
faktor tersebut, maka tidak mungkin terjadi proses belajar mengajar. Dengan 5
faktor tersebut, proses belajar mengajar dapat dilaksanakan walaupun kadang-
kadang dengan hasil yang minimal pula. Hasil tersebut dapat ditingkatkan apabila
ada sarana penunjang, yaitu faktor fasilitas/Sarana dan Prasarana Pendidikan.

“Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai
maksud atau tujuan; alat; media”.1 Menurut E. Mulyasa, “Sarana pendidikan
adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan
menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar, mengajar, seperti
gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran”.

Sarana pendidikan merupakan sarana penunjang bagi proses belajar-mengajar.


Menurut Tim Penyusun Pedoman Pembakuan Media Pendidikan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, yang dimaksud dengan: “Sarana pendidikan adalah
semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar-mengajar, baik yang
bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat
berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien”.3

Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud sarana pendidikan adalah


semua fasilitas yang secara langsung dan menunjang proses pendidikan,
khususnya proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur,
efektif dan efesien.

Sedangkan pengertian prasarana secara etimologis (arti kata) prasarana berarti


alat tidak langsung untuk mencapai tujuan. Dalam pendidikan misalnya :
lokasi/tempat, bangunan sekolah, lapangan olah raga, uang dan sebagainya.
Sedang sarana seperti alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya :
ruang, buku, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya.4

Sedangkan menurut Ibrahim Bafadal bahwa “prasarana pendidikan adalah


semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang
pelaksanaan proses pendidikan di sekolah”.

1. Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prasaranapendidikan


adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses
pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan
menuju sekolah, tetapi dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar
mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah
sebagai sekaligus lapangan olah raga, komponen tersebut merupakan sarana
pendidikan.
2. Jenis-jenis Sarana dan Prasarana Pendidikan
Fasilitas atau benda-benda pendidikan dapat ditinjau dari fungsi, jenis atau
sifatnya, yaitu:
A. Ditinjau dari fungsinya terhadap PBM, prasarana pendidikan berfungsi
tidak langsung (kehadirannya tidak sangat menentukan). Sedangkan
sarana pendidikan berfungsi langsung (kehadirannya sangat
menentukan) terhadap PBM.
B. Ditinjau dari jenisnya, fasilitas pendidikan dapat dibedakan menjadi
fasilitas fisik dan fasilitas nonfisik.
C. Ditinjau dari sifat barangnya, benda-benda pendidikan dapat dibedakan
menjadi barang bergerak dan barang tidak bergerak, yang kesemuanya
dapat mendukung pelaksanaan tugas.
1.1 Macam-macam Standar Sarana dan Prasarana Pendidika

Adapun macam-macam Sarana dan Prasarana yang di perlukan di sekolah


demi kelancaran dan keberhasilan kegiatan proses pendidikan sekolah adalah :
a. Ruang kelas: tempat siswa dan guru melaksanakan proses kegiatan belajar
mengajar.
b. Ruang perpustakaan: tempat koleksi berbagai jenis bacaan bagi siswa dan dari
sinilah siswa dapat menambah pengetahuan.
c. Ruang laboratorium ( tempat praktek) : tempat siswa mengembangkan
pengetahuan sikap dan keterampilan serta tempat meneliti dengan menggunakan
media yang ada untuk memecahkan suatu masalah atau konsep pengetahuan .
d. Ruang keterampilan adalah tempat siswa melaksanakan latihan mengenai
keterampilan tertentu.
e. Ruang kesenian: adalah tempat berlangsungnya kegiatan-kegiatan seni
f. Fasilitas olah raga: tempat berlangsungnya latihan-latihan olahraga.

1.2 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana

Untuk menyempurnakan pelaksanaan administrasi Sarana dan Prasarana para


ahli menyarankan beberapa pedoman pelaksanaan administrasinya, diantaranya
adalah sebagai berikut :

a. Kepala sekolah tidak terlalu menyibukkan diri secara langsung dengan urusan
pelaksanaan administrasi Sarana dan Prasarana pengajaran.

b. Melakukan sistem pencatatan yang tepat sehingga mudah di kerjakan.

c. Senantiasa di tinjau dari segi pelayanan untuk turut memperlancar pelaksanaan


program pengajaran.

Adapun masalah yang sering timbul dalam pemeliharaan Sarana dan


Prasarana di sekolah adalah pengrusakan yang di lakukan oleh siswa –siswa di
sekolah itu sendiri. Namun ada beberapa upaya yang bisa di lakukan dalam
menangani masalah tersebut diantaranya adalah :

a. Membangkitkan rasa memiliki sekolah pada siswa –siswi

b. Sarana dan prasarana sekolah di siapkan yang prima sehingga tidak mudah di
rusak

c. Membina siswa untuk disiplin dengan cara yang efektif dan di terima oleh
semua siswa .

d. Memupuk rasa tanggung jawab kepada siswa untuk menjaga dan memelihara
keutuhan dari sarana dan prasarana sekolah yang ada

Koordinasi dalam mengelola dan memelihara sarana dan prasarana


sekolah agar tetap prima adalah tugas utama dari administrator , oleh karena itu
para petugas yang berhubungan dengan sarana dan prasarana sekolah bertanggung
jawab langsung kepada kepala sekolah Adapun kebijaksanaan yang di perlukan
dalam memelihara dan mengelola sarana dan prasarana sekolah adalah :

a. Membina hubungan kerja sama yang baik dengan petugas

b. Memimpin kerja sama dengan staf yang membantu petugas.


c. Memberikan pelatihan pada petugas untuk peningkatan kerjanya.

d. Mengawasi pembaharuan dan perbaikan sarana dan prasarana

e. Mengadakan inspeksi secara periodik dan teliti terhadap sarana dan


prasarana.

1.3 Hubungan Antara Sarana dan prasarana dengan Program Pengajaran


Jenis peralatan dan perlengkapan yang di sediakan di sekolah dan cara-cara
pengadministrasiannya mempunyai pengaruh besar terhadap proses belajar
mengajar. Persediaan yang kurang dan tidak memadai akan menghambat proses
belajar mengajar , demikian pula administrasinya yang jelek akan mengurangi
kegunaan alat-alat dan perlengkapan tersebut, sekalipun peralatan dan
perlengkapan pengajaran itu keadaannya istimewa. Namun yang lebih penting
dari itu semua adalah penyediaan sarana di sekolah di sesuaikan dengan
kebutuhan anak didik serta kegunaan hasilnya di masa mendatang.

1.4 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Pemeliharaan merupakan kegiatan penjagaan atau pencegahan dari
kerusakan suatu barang, sehingga barang tersebut selalu dalam kondisi baik dan
siap pakai. Pemeliharaan dilakukan secara continue terhadap semua barang-
barang inventaris kadang-kadang dianggap sebagai suatu hal yang sepele, padahal
pemeliharaan ini merupakan suatu tahap kerja yang tidak kalah pentingnya engan
tahap-tahap yang lain dalam administrasi sarana dan prasarana. Sarana dan
prasarana yang sudah dibeli dengan harga mahal apabila tidak dipelihara maka
tidak dapat dipergunakan.

Pemeliharaan dimulai dari pemakai barang, yaitu dengan berhati-hati


dalam menggunakannya. Pemeliharaan yang bersifat khusus harus dilakukan oleh
petugas professional yang mempunyai keahlian sesuai dengan jenis barang yang
dimaksud.Pelaksanaan barang inventaris meliputi:

a. Perawatan

b. Pencegahan kerusakan

c. Penggantian ringan
2. Standar pengelolaan sekolah

Standar Pengelolaan adalah Standar nasional pendidikan yang berkaitan


dngan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, propinsi, atau nasional agar tercapai
efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pendidikan Standar Pengelolaan
Pendidikan disajikan pada Diklat Peingkatan Profesi Pengawas TK/SD dan
Kepala Sekolah Dasar Kab. Wonosobo Tahun 2007 Berdasarkan Peraturan
Mendiknas Nomor 19 Tanggal 23 Mei Tahun 2007 Pengelolaan satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen
berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi,
keterbukaan, dan akuntabilitas Pengelolaan sekolah didasarkan pada perencanaan
program, pelaksanaan rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan
sekolah, dan sistem informasi manajemen. Sekolah mengembangkan perencanaan
program mulai dari penetapan visi, misi, tujuan, dan rencana kerja.

Pelaksanaan rencana kerja sekolah didasarkan pada struktur organisasi dan


pedoman pengelolaan secara tertulis dibidang kesiswaan, kurikulum dan kegiatan
pembelajaran, pendidikan dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
keuangan dan pembiayaan Disamping itu pelaksanaannya juga
mempertimbangkan budaya dan lingkungan sekolah, serta melibatkan peran serta
masyarakat.

2.1 Konsep Standar Pengelolaan Pendidikan

Standar Pengelolaan terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni Standar Pengelolaan


oleh satuan pendidikan, Standar Pengelolaan oleh Pemerintah Daerah dan Standar
Pengelolaan oleh Pemerintah.

Berikut ini, Peraturan Menteri pendidikan Nasional Republik Indonesia


yang berkaitan dengan Standar Pengelolaan. Peraturan Menteri pendidikan
Nasional Republik Indonesia No 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
pendidikan oleh Satuan pendidikan Dasar dan Menengah.

a. Standar Pengelolaan Oleh Satuan pendidikan, menurut Pasal 49


Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah menerapkan manajemen berbasisi sekolah ynag ditunjkan
dengan kemandirian,kemitraan,partisipasi,keterbukaan,dan akuntabilitas
Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi
menerapkan otonomi perguruan tinggi
b. Standar Pengelolaan Oleh Pemerintah Menurut Pasal 60-Pemerintah
menyusun rencana kerja tahunan bidang pendidikan dengan
memprioritaskan program: wajib belajar;peningkatan angka partisipasi
pendidikan untuk jenjang pendidikan menengah dan tinggi; penuntasan
pemberantasan buta aksara; penjaminan mutu pada satuan pendidikan,baik
ysng diselengarakan oleh pemerintah maupun masyarakat; peningkatan
status guru sebagai profesi; peningkatan mutu dosen;
standarisasi pendidikan; akreditasi pendidikan; peningkatan relevansi
pendidikan terhadap kebutuhan lokal,nasional,dan global; pemenuhan
Standar Pelayanan Minimal(SPM)bidang pendidikan; dan Penjaminan
mutu pendidikan nasional.
c. Standar Pengelolaan Oleh Pemerintah Daerah Pasal 59-(1)Pemerintah
daerah menyusun rencana kerja tahunan bidang pendidikan dengan
memprioritaskan program: wajib belajar peningkatan angka partisipasi
pendidikan untuk jenjang pendidikan menengah; penuntasan
pemberantasan buta aksara; penjaminan mutu pada satuan pendidikan,baik
yang diselengarakan oleh Pemerintah Daerah maupun masyarakat;
peningkatan status guru sebagai profesi; akreditasi pendidika;
peningkatan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat;dan
pemenuhan Standar pelayanan minimal(SPM)bidang pendidikan
d. Beberapa aspek standar pengelolaan sekolah yang harus dipenuhi adalah
meliputi: perencanaan program pelaksanaan rencana kerja pengawasan dan
evaluasi kepemimpinan sekolah/madrasah sistem informasi manajemen.

2.2 Pedoman Pengelolaan Sekolah / Madrasah Meliputi :

Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan Kalender pendidikan


/akademik Struktur organisasi sekolah/madrasah Pembagian tugas di antara
pendidik Pembagian tugas di antara tenaga kependidikan Peraturan
akademik Tata tertib sekolah/madrasah Kode etik sekolah/madrasah Biaya
operasional sekolah/madrasah

2.3 Penyusun Pedoman

Pedoman sekolah/madrasah berfungsi sebagai petunjuk pelaksanaan


operasional Pedoman Pengelolaan KTSP, kaldik dan pembagian tugas pendidik
dan tenaga kependidikan harus dievaluasi dalam skala tahunan Pedoman
Pengelolaan lainnya dievaluasi sesuai kebutuhan

2.4 Pelaksanaan Kegiatan Pendidikan


Membuat laporan pertanggungjawaban Pelaksanaan Pengelolaan bidang
akademik pada rapat Dewan Pendidik Pelaksanaan Pengelolaan bidang non-
akademik pada rapat Komite Sekolah/Madrasah Menyampaikan laporan tersebut
pada akhir tahun sebelum penyusunan RK S/M tahunan berikutnya

3. Standar pembiayaan pendidikan

Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya
personal.Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas
meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya
manusia, dan modal kerja tetap. Biaya personal sebagaimana dimaksud pada di
atas meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk
bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.Biaya operasi
satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas meliputi: Gaji pendidik dan
tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, Bahan atau
peralatan pendidikan habis pakai, dan Biaya operasi pendidikan tak langsung
berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang
lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya

Permen No 69 Tahun 2009 Ttg Standar Biaya

3.1 Standar Pembiayaan Pendidikan

Pembiayaan pendidikan telah diatur dalam UUD Negara Republik


Indonesia 1945 (Amandemen IV) yang menyatakan bahwa setiap warga negara
berhak mendapat pendidikan; setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan
dasar dan pemerintah wajib membiayainya; pemerintah mengusahakan dan
mengatur satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak yang mulia dalam kerangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, yang mengatur dengan undang-undang; negara memprioritaskan anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) serta dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional;

Anggaran khusus selain pendidikan pendidik dan biaya pendidikan


minimum 20% dari APBN pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari
APBD. Guru Gaji dan dosen yang ditunjuk oleh Pemerintah dialokasikan dalam
APBN dan APBD.
Partisipasi masyarakat dalam pendidikan berbasis masyarakat dengan
partisipasi dalam pengembangan, pelaksanaan kurikulum, dan evaluasi
pendidikan, serta manajemen dan pelaksanaannya sesuai dengan standar nasional
pendidikan. Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat
bersumber dari penyelenggara, masyarakat, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan /
atau sumber lain yang tidak setuju dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Sistem pembiayaan pendidikan merupakan proses di mana Dana dan


sumber daya tersedia digunakan untuk memformulasikan dan
mengoperasionalkan sekolah. Sistem pembiayaan pendidikan sangat bervariasi
tergantung dari masing-masing negara masing-masing negara seperti negara,
tingkat pendidikan, kebijakan pendidikan, pendidikan, program pendidikan
pemerintah dan administrasi sekolah.

Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan


biaya pribadi. Biaya investasi satuan pendidikan biaya pengadaan sarana dan
prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya
pendidikan tambahan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk dapat
mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

Biaya operasi satuan pendidikan diterbitkan:

1. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang


melekat pada penerima,
2. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan
3. Biaya operasi pendidikan tidak langsung terdiri dari udara, udara,
telekomunikasi, pemeliharaan dan prasarana, uang lembur, transportasi,
konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya

Menurut Levin (1987) pembiayaan sekolah adalah proses dimana dana dan
sumber daya tersedia digunakan untuk memformulasikan dan
mengoperasionalkan sekolah di berbagai wilayah dan tingkat pendidikan yang
berbeda-beda.

Menurut J. Wiseman (1987) termasuk tiga aspek yang perlu dikaji dalam
melihat apakah perlu administrasi dalam masalah pembiayaan pendidikan:

1. Kebutuhan dan pendidikan yang terkait dengan sektor pendidikan dapat


dipertimbangkan sebagai salah satu alat perdagangan dan kebutuhan akan
investasi dalam sumber daya manusia
2. Pembiayaan pendidikan terkait dengan hak orang tua dan siswa untuk
memilih menyekolahkan pendidikan kearah yang akan berdampak pada
manfaat sosial secara keseluruhan
3. Pengaruh faktor politik dan ekonomi terhadap sektor pendidikan

Mengukur biaya pendidikan untuk menitikberatkan pada dana yang harus


dikeluarkan sekaligus membahas tentang standar minimal untuk melakukan
pelayanan pendidikan. Penilaian biaya pendidikan berdasarkan kecukupan
ditentukan oleh beberapa faktor, dihargai:

1. Besar kecilnya sebuah rencana pendidikan


2. Jumlah siswa
3. Tingkat gaji guru (karena bidang pendidikan dianggap sangat padat karya)
4. Rasio siswa dibandingkan jumlah guru
5. Kualifikasi guru
6. Tingkat pertumbuhan populasi penduduk (khususnya di negara
berkembang)
7. Perubahan dari Pendapatan (teori pendapatan dari biaya)

Standar pembiayaan pendidikan adalah biaya minimum yang diperlukan


sebuah satuan pendidikan agar dapat melaksanakan kegiatan pendidikan selama
satu tahun. Biaya disini meliputi biaya investasi, biaya operasi, dan biaya
personal. Standar pembiayaan diatur dalam Permendiknas no 41 tahun 2007. Di
permendiknas ini diatur biaya minimum yang harus dikeluarkan untuk setiap
satuan pendidikan dan juga setiap jalur pendidikanya. Baik yang jalur umum atau
jalur berkebutuhan khsusus, UU telah merinci berapa biaya yang harus
ditanggung setiap peserta didik selama setahun agar proses belajar dapat berjalan.
Permendiknas ini mengatur standar biaya nonpersonalia.

Biaya operasi nonpersonalia meliputi: biaya alat tulis sekolah (ATS), biaya
bahan dan alat habis pakai (BAHP), biaya pemeliharaan dan perbaikan ringan,
biaya daya dan jasa, biaya transportasi atau perjalanan dinas, biaya konsumsi,
biaya asuransi, biaya pembinaan siswa atau ekstra kurikuler, biaya uji kompetensi,
biaya praktek kerja industri, dan biaya pelaporan. Permendiknas ini memuat
standar pembiayaan untuk DKI jakarta, untuk daerah lain, ada yang disebut indeks
biaya, yakni angka yang menunjukan perbandingan standar pembiyaan di daerah
tersebut terhadap standar biaya di DKI Jakarta.

3.1 Landasan Hukum Pembiayaan Pendidikan


UUD Negara Republik Indonesia 1945 (Amandemen IV) menyatakan
bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, setiap warga negara
wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya,
pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, negara memprioritaskan anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) serta dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional;
pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung
tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia.

Secara khusus disebutkan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan
biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari APBN pada sektor
pendidikan dan minimal 20% dari APBD. Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh
Pemerintah dialokasikan dalam APBN dan APBD.

Partisipasi masyarakat dalam pendidikan berbasis masyarakat adalah


dengan berperan serta dalam pengembangan, pelaksanaan kurikulum, dan evaluasi
pendidikan, serta manajemen dan pendanaannya sesuai dengan standar nasional
pendidikan. Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat
bersumber dari penyelenggara, masyarakat, Pemerintah, Pemerintah Daerah dan
atau sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

a. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 11 Ayat


2 “Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana
guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia
tujuh sampai lima belas tahun”
b. Pasal 12, Ayat 1 “Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan
berhak mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orangtuanya
tidak mampu membiayai pendidikannya dan mendapatkan biaya
pendidikan bagi mereka yang orangtuanya tidak mampu membiayai
pendidikannya. Setiap peserta didik berkewajiban ikut menanggung biaya
penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan
dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.”
c. Bab VIII Wajib Belajar Pasal 34 “Setiap warga negara yang berusia 6
(enam) tahun dapat mengikuti program wajib belajar; Pemerintah dan
Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal
pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, wajib belajar
merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga
pendidikan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat. dana
pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan
dialokasikan minimal 20% dari APBN pada sektor pendidikan dan
minimal 20% dari APBD. Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh
Pemerintah dialokasikan dalam APBN dan APBD.”
d. UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 13 “Pemerintah dan
Pemerintah Daerah wajib menyediakan anggaran untuk peningkatan
kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru dalam jabatan
yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Ketentuan lebih lanjut
mengenai anggaran untuk peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi
pendidik diatur dengan PP.”

3.2 Konsep Pembiayaan Pendidikan

Sistem pembiayaan pendidikan adalah proses dimana pendapatan dan sumber


daya tersedia digunakan untuk memformulasikan dan mengoperasionalkan
sekolah, tergantung dari kondisi masing-masing negara seperti kondisi geografis,
tingkat pendidikan, kondisi politik pendidikan, hukum pendidikan, ekonomi
pendidikan, program pembiayaan pemerintah dan administrasi sekolah

Untuk mengetahui apakah sistem tersebut memuaskan, dapat dilakukan


dengan cara: Menghitung berbagai proporsi dari kelompok usia, jenis kelamin,
tingkat buta huruf. Distribusi alokasi sumber daya pendidikan secara efisien dan
adil sebagai kewajiban pemerintah pusat mensubsidi sektor pendidikan
dibandingkan dengan sektor lainnya.

Menurut Levin (1987) pembiayaan sekolah adalah proses dimana pendapatan


dan sumber daya tersedia digunakan untuk memformulasikan dan
mengoperasionalkan sekolah di berbagai wilayah geografis dan tingkat
pendidikan yang berbeda-beda. Menurut J. Wiseman (1987) terdapat tiga aspek
yang perlu dikaji dalam melihat apakah pemerintahan perlu terlibat dalam
masalah pembiayaan pendidikan:

Kebutuhan dan ketersediaan pendidikan terkait dengan sektor pendidikan


dapat dianggap sebagai salah satu alat perdagangan dan kebutuhan akan investasi
dalam sumberdaya manusia atau human capital.

Pembiayaan pendidikan terkait dengan hak orang tua dan murid untuk
memilih menyekolahkan anaknya ke pendidikan yang akan berdampak
pada social benefit secara keseluruhan Pengaruh faktor politik dan ekonomi
terhadap sektor pendidikan Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi,
biaya operasi, dan biaya personal.

 Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas meliputi


biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya
manusia, dan modal kerja tetap.
 Biaya personal sebagaimana dimaksud pada di atas meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa
mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas meliputi:

 Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang


melekat pada gaji.
 Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan

Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi,
pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak,
asuransi, dan lain sebagainya

3.3 Pendidikan Tanggung jawab Pemerintah

Pendidikan merupakan kebutuhan primer olehkarena itu negara berkewajiban


menyediakan sarana dan prasarana pendidikan bagi seluruh rakyat dari tingkat
dasar hingga tingkat perguruan tinggi. Untuk itu tugas utama penyelenggara
pendidikan adalah pemerintah. Pemerintah mendapatkan biaya untuk pendidikan
dari sektor

1. Sektor pajak
2. Sektor kepemilikan umum (bersama) atau sumber daya alam (SDA)
3. Biaya Operasional Pendidikan

Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan


uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu
(Mulyadi, 1999: 8-9). Ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya: Biaya merupakan
pengorbanan sumber ekonomi Diukur dalam satuan uang Yang telah terjadi atau
yang secara potensial akan terjadi

Jenis-jenis biaya pendidikan menurut Badan Standar Nasional Pendidikan


(PP 19 Tahun 2005 Pasal 62) adalah

1. Biaya investasi yaitu biaya penyediaan sarana dan prasarana,


pengembangan sumber daya manusia dan modal kerja tetap
2. Biaya operasional adalah biaya yang meliputi gaji pendidik, tenaga
pendidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji.

3.4 Sifat Dan Karakteristik Pembiayaan Operasional Pendidikan

Tinggi rendahnya kualitas SDM dapat diukur melalui tingkat kreativitas


dan produktivitas yang diwujudkan dalam hasil kerja atau kinerja baik secara
perorangan maupun kelompok.

Hal-Hal Yang Mempengaruhi Pembiayaan Operasional Pendidikan

1) Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang ada di luar sistem pendidikan


2) Berkembangnya demokrasi pendidikan
3) Kebijaksanaan pemerintah
4) Tuntutan akan pendidikan
5) Kenaikan tuntutan akan pendidikan
6) Adanya inflasi

4. Standar penilaian pendidikan

Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi


untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar
peserta didik dilaksanakan berdasarkan standar penilaian pendidikan yang berlaku
secara nasional. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan
yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil
belajar peserta didik

4.1 Prinsip Penilaian

Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan


kemampuan yang diukur.
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas
dan tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen
yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik
mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik
penilaian yang sesuai. Hal ini dilakukan untuk memantau perkembangan
kemampuan peserta didik.
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap
dengan mengikuti langkah-langkah baku.
8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan.
9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi
teknik, prosedur, maupun hasilnya.

Standar Penilaian Pendidikan yang relevan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah meliputi :

a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik.

b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan.

c. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.

4.2 Penilaian hasil belajar oleh pendidik

Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesi-nambungan


untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil, dalam bentuk ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan
kelas. Penilaian tersebut di atas digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi
peserta didik, dan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, serta
untuk memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan melalui :

a) pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai


perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik.
b) ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif
peserta didik.
Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi diukur melalui ulangan, penugasan, dan/atau ben- tuk lain yang sesuai
dengan karakteristik materi yang dinilai. Penilaian hasil belajar kelompok mata
pelajaran estetika dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku dan
sikap untuk menilai perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik peserta
didik. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan
kesehatan dilakukan melalui :

a) Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai


perkembangan psikomotorik dan afeksi peserta didik.
b) Ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta
didik.

4.3 Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan

Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan merupakan peni- laian akhir
yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk menen- tukan kelulusan peserta
didik, dengan mempertimbangkan hasil penilaian peserta didik oleh pendidik.
Penilaian tersebut bertujuan untuk menilai pencapaian standar kompetensi lulusan
untuk se- mua mata pelajaran, yang dilakukan melalui Ujian Sekolah (US).
Peserta didik yang mengikuti Ujian Sekolah harus mendapatkan nilai sama atau
lebih besar dari nilai batas ambang kompetensi yang dirumuskan oleh BSNP.

4.4 Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah

Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan untuk menilai pencapaian


kompetensi lulusan secara nasional pada mata pe- lajaran tertentu dalam bentuk
Ujian Nasional (UN).

Hasil Ujian Nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk :

a) Pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan.


b) Dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya.
c) Penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan
pendidikan.
d) Pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam
upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
4.5 Teknik dan Instrumen Penilaian

Penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian


berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain
yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta
didik;

 Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja;
 Teknik observasi atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran
berlangsung dan atau di luar kegiatan pembelajaran;
 Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat berbentuk
tugas rumah dan atau proyek;

Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik memenuhi persyaratan:

a) substansi, adalah merepresentasikan kompetensi yang dinilai,


b) konstruksi, adalah memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk
instrumen yang digunakan,
c) bahasa, adalah menggunakan bahasa yang baik dan benar serta
komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik.

Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dan pemerintah


dalam bentuk ujian sekolah atau madrasah harus memenuhi persyaratan substansi,
konstruksi, dan bahasa, serta memiliki bukti validitas empirik. Sedangkan
instrumen penilaian yang digunakan oleh pernerintah dalam bentuk UN
memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas
empirik serta menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antarsekolah,
antardaerah, dan antar tahun.

Standar Penilaian Pendidikan

1. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan


informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik;
2. Penilaian hasil belajar peserta didik dilaksanakan berdasarkan standar
penilaian pendidikan yang berlaku secara nasional;
3. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil
belajar peserta didik;
4. Penilaian dapat berupa ulangan dan atau ujian.
BAB III
KESIMPULAN
1. Kesimpulan

Sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah.


Standar sarana adalah sarana yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran, termasuk di dalamnya buku-buku Panduan Belajar, penggunaan
teknologi informasi /komunikasi, dll. Standar sarana dan prasarana adalah Standar
nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar,
tempat berolahraga, tempat beribadah, perputakaan, laboratorium,bengkel kerja,
tempat bermain, tempat berkreasi dan berrekreasi, serta sumber belajar lain, yang
diperlukan untuk menunjang proses pembeljaran termasuk penggunaan tehnologi
informasi dan komonikasi.

Standar Pengelolaan adalah Standar nasional pendidikan yang berkaitan


dngan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, propinsi, atau nasional agar tercapai
efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pendidikan Standar Pengelolaan
Pendidikan disajikan pada Diklat Peingkatan Profesi Pengawas TK/SD dan
Kepala Sekolah Dasar Kab. Wonosobo Tahun 2007 Berdasarkan Peraturan
Mendiknas Nomor 19 Tanggal 23 Mei Tahun 2007 Pengelolaan satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen
berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi,
keterbukaan, dan akuntabilitas Pengelolaan sekolah didasarkan pada perencanaan
program, pelaksanaan rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan
sekolah, dan sistem informasi manajemen. Sekolah mengembangkan perencanaan
program mulai dari penetapan visi, misi, tujuan, dan rencana kerja.

Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya
personal.Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas
meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya
manusia, dan modal kerja tetap. Biaya personal sebagaimana dimaksud pada di
atas meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk
bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.Biaya operasi
satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas meliputi: Gaji pendidik dan
tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, Bahan atau
peralatan pendidikan habis pakai, dan Biaya operasi pendidikan tak langsung
berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang
lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya

Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi


untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar
peserta didik dilaksanakan berdasarkan standar penilaian pendidikan yang berlaku
secara nasional. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan
yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil
belajar peserta didik
DAFTAR PUSTAKA

Soetjipto, Prof. Profesi Keguruan. Rineka Cipta. Jakarta. 2004


Http://Media.Diknas.Go.Id
Oteng, Sutisna. Administrasi Pendidikan. Penerbit Angkasa. Bandung. !985
Burhanuddin, Yusak. Administrasi Pendidikan. Pustaka Setia. Bandung. 2005
Yusak Burhanudin. Aministrasi Pendidikan. Bab III, Hlm 77.
Http://Media.Diknas.Go.Id
Sutisno, Oteng. Administrasi Pendidikan. Bab II. Hlm 33.
Ibid…. Hlm 53.
Prof. Soetjipto. Profesi Keguruan. Bab VII. Hlm 172.

Undang-Undang RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan,


Fokus Media, Bandung, 2006. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem pendidikan Nasional, Fokus Media, Bandung, 2006. Murip Yahya,
Pengantar pendidikan, Prospect, Bandung, 2009. Departemen pendidikan
Nasional, Data Balitbang Depdiknas tahun 2003. Surat Kabar, Kompas. Jakarta.
Surat Kabar, Sriwijaya Post. Jakarta. Buletin, BSNP. Jakarta: Departemen
pendidikan Nasional.
Referensi:
http://bsnp-indonesia.org/id/?page_id=113/
http://www.pustakaguru.com/2011/07/standar-pembiayaan-pendidikan.html

Anda mungkin juga menyukai