Anda di halaman 1dari 6

UJIAN TENGAH SEMESTER SOSIOLOGI POLITIK

ESSAY TENTANG PARTISIPASI POLITIK INDONESIA

OLEH

Nama : Maria Magdalena Gure Hurint

Nim : 1803030150

Kelas/ Semester : Sosiologi C/ 6

Dosenwali : Drs Yosep Emanuel Jelahut,M.Si

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2021

Partisipasi Politik Indonesia⁹


Menurut saya Pengertian partisipasi politik adalah Suatu kegiatan warganegara yang
bertujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan politik.
Adapun Bentuk- bentuk partisipasi

Bentuk partisipasi:
Kegiatan Pemilihan : yaitu kegiatan pemberian suara dalam pemilihan umum, mencari
dana partai, menjadi tim sukses, mencari dukungan bagi calon legislatif atau eksekutif,
atau tindakan lain yang berusaha mempengaruhi hasil pemilu.
Lobby : yaitu upaya perorangan atau kelompok menghubungi pimpinan politik dengan
maksud mempengaruhi keputusan mereka tentang suatu isu
Kegiatan Organisasi : yaitu partisipasi individu ke dalam organisasi, baik selaku anggota
maupun pemimpinnya, guna mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah

Kalau.menurut.saya.tidak,.karena.budaya.politik.merupakan.hukum buatan orang


barat/mayoritas kafir.jika suatu calon berpolitik dengan jumlah politik paling banyak insyaAllah
dia menang, tetapi skill/kemampuannya tidak terlihat oleh masyarakat.dalam islam para calon
dirundingkan/seperti lomba,jadi skill,dan kemampuannya dapat terlihat,dan terjamin. sebagian
besar sudah terealisasi dengan baik, tapi masih banyak juga daerah- daerah di indonesia yang
partisipasi politiknya masih terbilang minim

Perkembangan partisipasi politik di indonesia sangatlah pesat dikarenakan adanya sistem


political ( politik) dan seorang pemikir yaitu politikus yang akan membentuk suatu usaha untuk
memajukan sebuah partai yang ada , agar seorang kandidat lebih paham akan politik di
indonesia.

Inilah Bentuk Partisipasi Warga Negara dalam Sistem Politik di Indonesia. Peran serta dalam
sistem politik lazimnya disebut dengan partisipasi politik. Partisipasi politik secara umum berarti
keterlibatan seseorang/sekelompok orang dalam suatu kegiatan politik.

Definisi partisipasi politik salah satunya dikemukakan oleh Verba, yang mengungkapkan
bahwa partisipasi politik adalah kegiatan pribadi warga negara yang legal, yang sedikit banyak
langsung bertujuan untuk mempengaruhi seleksi pejabat-pejabat negara dan atau tindakan-
tindakan yang diambil oleh mereka.
Partisipasi politik adalah kegiatan yang dilakukan oleh warga negara baik secara individu
maupun kolektif, atas dasar keinginan sendiri maupun dorongan dari pihak lain yang tujuannya
untuk memengaruhi keputusan politik yang akan diambil oleh pemerintah, agar keputusan
tersebut menguntungkannya.

Kegiatan politik yang tercakup dalam konsep partisipasi politik mempunyai bermacam-
macam bentuk dan intensitas. Hal ini menyebabkan bervariasinya partisipasi politik yang
dilakukan oleh warga negara dari mulai tingkatan yang pasif sampai pada tingkatan yang aktif.
Bila dihubungkan dengan hak dan kewajiban warga negara, partisipasi politik meruapakan
kewajiban yang harus dilaksanakan sebagai wujud tanggung jawab warga negara yang
berkesadaran politik tinggi dan baik.

Jika di tanya Mengapa partisipasi warga negara sangat dibutuhkan dalam penyelenggaraan
sistem politik indonesia? Menurut saya Partisipasi politik masyarakat merupakan salah satu
bentuk aktualisasi dari proses demokratisasi.Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau
kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan
memilih pimpinan negara, dan juga peran aktif secara langsung atau tidak langsung, untuk
mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy).Dengan demikian Partisipasi politik erat
kaitanya dengan kesadaran politik, karena semakin sadar bahwa dirinya diperintah, orang
kemudian menuntut diberikan hak bersuara dalam penyelenggaraan pemerintah.

Menurut saya rendahnya Partisipasi kaum perempuan terhadap politik Indonesia

Karena adanya Kultur Patriarki, Kehadiran perempuan di ranah politik praktis yang dibuktikan
dengan keterwakilan perempuan di parlemen menjadi syarat mutlak bagi terciptanya kultur
pengambilan kebijakan publik yang ramah dan sensitif pada kepentingan perempuan. Tanpa
keterwakilan perempuan di parlemen dalam jumlah yang memadai, kecenderungan untuk
menempatkan kepentingan laki-laki sebagai pusat dari pengambilan kebijakan akan sulit
dibendung.
Rendahnya keterwakilan perempuan di ranah politik dapat dijelaskan ke dalam setidaknya dua
pembacaan. Pertama, masih mengakar kuatnya paradigma patriarki di sebagian besar masyarakat
Indonesia. Pola pikir patriarki cenderung menempatkan perempuan di bawah kekuasaan laki-
laki. Perempuan dicitrakan sekaligus diposisikan sebagai pihak yang tidak memiliki otonomi dan
kemandirian di semua bidang, termasuk politik.

Praktik politik patriarkis ini tumbuh subur dan cenderung ditanggapi secara permisif
lantaran dilatari oleh sejumlah hal. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, patriarkisme
kadung menjadi tradisi dan budaya yang diwariskan turun-temurun, lalu dianggap sebagai
sesuatu yang wajar belaka. Bahkan, perempuan yang nyaris selalu menjadi pihak pesakitan alias
korban atas budaya patriarki tersebut pun lebih sering hanya menerimanya sebagai kodrat.
Budaya patriarki kian mendapat pembenarannya ketika penafsiran ajaran agama pun dalam
banyak hal lebih berpihak pada kepentingan laki-laki.

Kelindan antara tradisi-budaya dan penafsiran agama inilah yang memungkinkan


patriarkisme langgeng dan mewarnai hampir seluruh ranah kehidupan masyarakat Indonesia,
tidak terkecuali ranah politik. institusi politik pada umumnya tidak benar-benar memiliki
komitmen penuh pada pemberdayaan perempuan. Misalnya, dalam hal pengajuan bakal calon
legislatif perempuan oleh parpol yang kerapkali hanya dilakukan demi memenuhi persyaratan
pemilu. Selama ini, nyaris tidak ada langkah berarti yang menunjukkan komitmen parpol pada
pemberdayaan politik perempuan.

Di level rekrutmen anggota dan kaderisasi, perempuan tetap masih menjadi pilihan kedua
bagi parpol. Pada umumnya, parpol masih kurang yakin perempuan mampu menjadi vote getter
dan menaikkan elektabilitas parpol. Asumsi ini tentu berkaitan dengan keterbatasan perempuan
dalam kapital, baik finansial maupun sosial. Rantai marjinalisasi yang terus berulang inilah yang
menjadikan perempuan cenderung tidak memiliki kemandirian politik. Dalam panggung politik
baik nasional maupun lokal, perempuan lebih sering diposisikan sebagai objek, alih-alih subjek.
Alhasil, partisipasi politik perempuan pun cenderung rendah.

Kemudian bagaimana partisipasi kita sebagai seorang mahasiswa, Tentu mahasiswa juga
merupakan rakyat Indonesia yang wajib berpartisipasi dalam politik baik secara aktif maupun
pasif. Di era digital seperti sekarang ini, saya kira untuk berpartisipasi didalam politik sudah
sangat mudah dilakukan oleh para mahasiswa. Mahasiswa di era digital dapat berpartisipasi
melalui media sosial yang dimilikinya, sebagai sarana untuk memberikan masukan, saran dan
kritik terhadap pemerintah dalam perencanan dan pelaksanaan program-program pembangunan.
Tentunya ketika memberikan berbagai respon politik kepada pemerintah didalam media sosial,
mahasiswa harus tahu bagaimana batasan-batasan yang ada.

Di tahun politik inilah biasanya muncul berbagai isu-isu politik tentang pemilihan presiden
mendatang. Ada rakyat yang menginginkan presiden tahun depan harus diganti, ada pula rakyat
yang menginginkan presiden yang sekarang harus tetap duduk di bangku kekuasaannya. Dari
berbagai isu yang muncul di tengah-tengah masyarakat inilah mahasiswa memiliki perannya
sebagai akademisi untuk dapat menengahi supaya tidak ada yang merasa dirugikan.

Berat memang, di tahun politik seperti sekarang ini. Dimana adanya hitam dan putih di
masing-masing calon presiden jadi senjata oleh masyarakat luas untuk saling berargumen secara
luas di media sosial. Namun, di balik itu semua pasti ada titik dimana mahasiswa dapat beropini
atau berargumen secara cerdas untuk tidak memihak kepada salah satu calon presiden.
Mahasiswa dapat berperan dan berpartisipasi di media sosial dengan mengeluarkan pendapatnya
sesuai dengan bidang keahliannya. Seperti bidang sosial, bidang ekonomi, bidang kebudayaan,
dan berbagai disiplin ilmu lain yang sesuai dengan bidang mahasiswa.

Kemudian ketika berpartisipasi politik di media sosial, hendaknya mahasiswa harus bisa
memilih dan memilah mana informasi yang sekiranya dapat dibagikan kepada masyarakat luas.
Sebab, di tahun politik seperti sekarang ini akan banyak informasi hoax atau palsu yang beredar
apalagi di media sosial.
Daftar Pustaka

https://brainly.co.id/tugas

Anda mungkin juga menyukai