Anda di halaman 1dari 5

EVALUASI TENGAH SEMESTER

Nama : Avicenna Shafa Alifada Bachtiar


NRP : 03311840000039
Mata Kuliah : Toponimi
Kelas :B
Hari, tanggal : Senin, 23 Maret 2020
Dosen : Prof Dr Ir Bangun Muljo Sukojo,DEA,DESS

1. Jelaskan konsep terkait dengan toponimi untuk : Penamaan, Penghapusan dan


Pembakuan (20 %) (CPL/ELO No 1, 3)
Jawab:
 Secara umum, toponimi berarti ilmu tentang penamaan unsur rupabumi. Konsep
toponimi didasarkan pada sejarah tempat yang bersangkutan, legenda, atau fenomena
alam spesifik yang terjadi di wilayah tersebut.
 Prosedur tentang pemberian nama, perubahan nama dan penghapusan Tata cara
penamaan (pemberian, perubahan dan penghapusan) nama rupa bumi :
- diusulkan oleh masyarakat desa setempat kepada Kepala Desa
- Kepala Desa mengolah bersama Badan Permusyawaratan desa dan selanjutnya
diteruskan ke Bupati/Walikota melalui camat
- Camat menyampaikan usulan pemberian, perubahan dan penghapusan nama
kepada Bupati/Walikota
- Bupati/Walikota memberikan tugas kepada panitia pemberian dan pembakuan
nama rupa bumi tingkat kabupaten/kota untuk dikaji
- Panitia merekomendasikan kepada Bupati/Walikota untuk dilaporkan kepada
Gubernur
- Berdasarkan usulan dari Bupati/Walikota, Gubernur memberikan tugas kepada
panitia pemberian dan pembakuan nama rupa bumi tingkat provinsi dan
selanjutnya dilaporkan ke Timnas.
a. Penamaan : pemberian nama yang layak terhadap suatu unsur rupa bumi baik alami
maupun buatan. Nama unsur kenampakan atau ciri (features) di permukaan bumi
tersebut meliputi unsur alamiah, unsur buatan, dan unsur administratif.
Contoh: Semarang, terjadi karena di tempat itu dahulu menjadi pusat penimbunan
buah asam (asem) dan arang (Asem) dan arang menjadi Asemarang-Semarang.
b. Penghapusan : menghapuskan/menghilangkan/menggabungkan suatu unsur rupabumi
akibat dari terjadinya bencana alam yang menghilangkan unsur geografis, terjadinya
perpindahan masyarakat secara serempak, kepentingan nasional, serta ketidaksesuaian
tata ruang suatu daerah.
Contoh : Negara Yugoslavia, karena terjadinya peperangan yang menjadi kepentingan
nasional, sehingga memaksa Yugoslavia untuk bergabung menjadi Serbia
Montonegro (akibat referendum nasional)
c. Pembakuan : suatu penetapan / pengakuan / standardisasi / pengadministrasian secara
resmi dengan proses identifikasi, inventarisasi, verifikasi, hingga penetapan nama
yang baku dan resmi oleh lembaga yang berwenang sehingga tempat tersebut
memiliki ID tetap.
Contoh : Candi Borobudur telah dibakukan dengan ID = 592

2. Apa peranan lembaga yang terlibat di dalam toponimi jelaskan untuk Lembaga
Nasional dan Lembaga Internasional (20 %) (CPL/ELO No 1, 2)
Jawab:
a. Peran lembaga secara umum dalam toponimi antara lain:
 Update penerbitan gasetir, nama-nama geografik baru atau perubahan atau
penghapusan nama
 Pengembangan sistem informasi nama-nama geografik nasional
 Pelatihan dan pengembangan sumberdaya manusia
b. Lembaga Nasional
 Di Indonesia lembaga tersebut bernama Tim Nasional Pembakuan Nama
Rupabumi, yang mempunyai kebijakan dalam pembakuan nama rupabumi.
 Kebijakan pembakuan nama rupabumi tertuang di dalam PERPRES 112/2006
tentang Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi
 Tim Nasional ini diketuai oleh Menteri Dalam Negeri, dan beranggotakan antara
lain:
a. Menteri Pertahanan
b. Menteri Luar Negeri
c. Menteri Kelautan dan Perikanan
d. Menteri Pendidikan Nasional.
 Lembaga nasional dalam toponimi berperan untuk:
a. Pemberi inovasi dalam standardisasi (pembakuan) nama geografi di Indonesia
b. Standardisasi dalam standardisasi (pembakuan) nama geografi di Indonesia
c. Lembaga Internasional
UN Group of Experts on Geographical Names (UNGEGN),
a. Fasilitas pemasokan bantuan ilmiah dan teknis, khususnya kepada negara –
negara berkembang, dalam menciptakan mekanisme untuk pembakuan
nasional dan internasional dari nama geografis
b. Menangani masalah pelatihan, file data digital dan gazetir, sistem romanisasi,
nama negara, terminologi, publisitas dan pendanaan, dan pedoman toponimi.
UN Conference on Standardization of Geographical Names (UNCSGN)
a. Sebagai tindak lanjut kegiatan Kelompok Pakar untuk mendukung upaya
pembakuan secara internasional berdasarkan pembakuan nasional dalam
bentuk pertemuan internasional yang dihadiri seluruh anggota PBB untuk
pengambilan keputusan berupa resolusi PBB.
3. Jelaskan pengertian Toponimi untuk obyek fisik dan lengkapi dengan contoh untuk
Administrasi, Gunung dan Pulau (30 %) (CPL/ELO No 1, 2)
Jawab:
 Yang dimaksud obyek fisik disini adalah semua fenomena dipermukaan bumi
yang terbentuk/terjadi karena proses alam, baik dalam waktu yang panjang
maupun pendek. Untuk ini dibedakan menjadi dua yaitu statis dan dinamis. Unsur
alam berada di darat dan di laut (maritim) seperti gunung, pegunungan, bukit,
lembah, pulau, laut, selat, hutan, muara, teluk, palung, gunung bawah laut, basin
laut, dan lain-lain. Maka toponimi untuk obyek fisik adalah pemberian nama
untuk obyek fisik atau alam seperti yang tertera di penjelasan atas.
 Pemberian nama atau toponimi unsur rupa bumi dengan ketentuan:
a) Menggunakan abjad Romawi atau huruf Latin
b) Mengutamakan nama lokal, singkat dan jelas sedapat mungkin mempunyai
nilai sejarah, kebudayaan dan tradisi.
c) Tidak menggunakan nama yang sudah digunakan di tempat lain dalam wilayah
yang sama
d) Tidak menggunakan nama yang menimbulkan pertentangan suku, agama, ras
dan antar golongan (SARA)
e) Tidak menggunakan nama orang atau tokoh masyarakat yang masih hidup
f) Tidak menggunakan nama perusahaan
g) Tidak menggunakan nama asing atau bahasa asing
h) Menggunakan kaedah bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam penulisan
nama unsur geografi
i) Menggunakan nama yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang
undangan yang berlaku secara nasional dan internasional
 Pada umumnya nama suatu unsur rupa bumi dapat diambil dari sejarahnya,
legendanya, maupun fenomena alam yang spesifik
 Administrasi: Untuk mendukung kebijakan toponomi nasional dalam mendukung
tertib administrasi pemerintahan. Dari basis data nama-nama geografis dapat dilihat
nama-nama pemukiman; kampung, desa, kecamatan, posisinya serta jumlahnya.
Sangat penting untuk diketahui selain posisi geografis dan administratif dari
kampung, desa dan kecamatan tersebut, juga informasi nama yang benar dari obyek
yang bersangkutan.
Contoh: Kelurahan Mojo yang namanya didasarkan pada dasar kelompok dari nama
tanaman yang tumbuh didaerah itu
 Gunung adalah suatu bentuk permukaan tanah yang menjulang yang letaknya jauh
lebih tinggi daripada tanah-tanah di daerah sekitarnya.
Contoh: Gunung Sumbing yang namanya berasal dari nama dua orang anak yang
cacat bibir alias sumbing akibat ayahnya sendiri karena pertengkarannya dengan
istrinya. Atau ada juga yang menafsirkan bahwa nama Sumbing berasal dari kondisi
fisik dimana di Gunung Sumbing terlihat mulut kawah telah hancur pada arah timur
laut, sehingga nampak seolah sobek, maka disebut Gunung Sumbing, karena
nampak seperti bibir yang terkoyak.
 Pulau adalah daratan yang terbentuk secara alami, dikelilingi oleh air dan selalu
berada di atas permukaan air pada saat pasang tertinggi
Contoh: Pulau Bunaken yang namanya berasal dari masyarakat setempat. Di tempat
yang belum memiliki nama ini, mereka kemudian mencetuskan nama “Wunakeng”
yang berasal dari kata “Kiwunakeng” yang berarti tempat tinggal. Dalam
perkembangannya, nama tersebut kemudian berubah menjadi “Bunaken” yang
berasal dari kata “Pamunakeng” yang berarti tempat mendarat kapal-kapal yang
bersandar di tempat tersebut.

4. Jelaskan pengertian Toponimi untuk obyek non fisik dan lengkapi dengan contoh
untuk Budaya, Suku dan Bahasa (30 %) (CPL/ELO No 1, 2, 3)
Jawab:
 Yang dimaksud obyek non fisik disini antara lain pemukiman seperti kampung,
kota, desa, dukuh, komplek perumahan, dsb. Serta non-pemukiman seperti kawasan
industri, perkebunan, pelabuhan, bendungan, jembatan, terowongan, dsb. Unsur non
fisik tersebut juga diberi penamaan dimana nama geografis atau toponimi juga
merupakan cerminan sosio-kultural yang mengandung sejarah kehidupan sosial,
ideologis dan nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat. Dalam penentuan titik
koordinat di lapangan terkait dengan penamaan daerah, jalan, gedung dan
sebagainya, dipandang perlu untuk dilakukan pendataan penamaan rupabumi unsur
buatan sebagai bagian dari pelaksanaan tertib administrasi.
 Budaya berasal dari bahasa sansakerta ”buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari
buddhi yang berarti “budi” atau “akal” atau “daya budi” yang berupa cipta, karsa
dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu sehingga
dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia. Atau
juga dapat didefinisikan sebagai suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Contoh: Budaya Tanam Sasi yang merupakan bentuk upacara kematian yang
dilakukan oleh Suku Marin, Kabupaten Merauke. Sasi adalah sejenis kayu yang
ditanam ketika seseorang meninggal selama 40 hari. Kemudian Sasi tersebut akan
dicabut setelah mencapai 1000 hari.
 Suku adalah suatu kesatuan sosial yang dapat membedakan kesatuan berdasarkan
persamaan asal-usul seseorang sehingga dapat dikategorikan dalam status kelompok
mana ia dimasukkan. Suku atau etnis mengacu pada satu kelompok, atau ketegori
sosial yang perbedaannya terletak pada kriteria kebudayaan.
Contoh: Suku Dayak yang arti dari kata ‘Dayak’ itu menurut sebagian pengarang
‘Dayak’ berarti manusia, sementara pengarang lainnya menyatakan bahwa kata itu
berarti pedalaman. Commans mengatakan bahwa arti yang paling tepat adalah
orang yang tinggal di hulu sungai.
 Bahasa adalah alat komunikasi yang terorganisasi dalam bentuk satuansatuan,
seperti kata, kelompok kata, klausa, dan kalimat yang diungkapkan baik secara lisan
maupun tulis. Sedangkan bahasa daerah atau bahasa regional adalah bahasa yang
dituturkan di suatu wilayah dalam sebuah negara berdaulat, yaitu di suatu daerah
kecil, negara bagian federal, provinsi, atau teritori yang lebih luas
Contoh: Bahasa Jawa, Bahasa Sunda yang namanya berdasarkan letak daerah
berkembangnya bahasa tersebut. Sedangkan Bahasa Osing yang mana kata osing
artinya mirip dengan kata tusing seperti dalam bahasa Bali, bahasa daerah
tetangganya, yang berarti "tidak" dan dalam penggunaan bahasanya masih
dipengaruhi oleh beberapa Bahasa Bali juga.

Anda mungkin juga menyukai