Anda di halaman 1dari 4

21 pendukung dalam budidaya laut.

Faktor-faktor
Media Litbang Sulteng III (1) : 21 – 26, Mei 2010 pendukung tersebut antara lain pemilihan
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI lokasi budidaya yang tepat, penggunaan jenis
RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii yang bermutu baik, teknik atau metode
PADA KEDALAMAN PENANAMAN budidaya yang tepat, serta panen dan pasca
YANG BERBEDA panen.
Oleh :
Novalina Serdiati, Irawati Mei Widiastuti 1)
Salah satu faktor yang sangat penting adalah
ABSTRAK kedalaman penanaman yang tepat pada saat
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan rumput laut ditanam. Kedalaman penanaman
produksi rumput laut Eucheuma cottonii yang tertinggi apabila rumput laut perlu diperhatikan karena
ditanam pada kedalaman yang berbeda. Penelitian dilakukan
selama kurang lebih 50 hari. Penelitian ini menggunakan kedalaman akan mempengaruhi pertumbuhan
Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari tiga perlakuan yang rumput laut. Penanaman rumput laut yang
masing-masing diulang tiga kali. Perlakuannya adalah: K1
( kedalaman 30 cm ), K2 ( Kedalaman 45 cm ), K3 ( Kedalaman
terlalu dalam akan menyebabkan kesulitan
60 cm ). Parameter yang diukur adalah pertumbuhan dan dalam pemeliharaannya sedangkan apabila
produksi. Metode budidaya yang digunakan dalam penelitian terlalu dangkal akan menyebabkan rumput laut
adalah metode long line. Data yang diperoleh selama penelitian
dianalisis ragam, apabila hasil analisis ragam menunjukkan terkena sinar matahari langsung. Kedalaman
pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT. Penanaman penanaman berhubungan dengan besarnya
rumput laut Eucheuma cottonii pada kedalaman yang berbeda penetrasi cahaya matahari yang sangat
memberikan pengaruhyang sangat nyata secara statistik terhadap
pertumbuhan dan produksi. Pertumbuhan dan produksi rumput berperan dalam proses fotosintesis. Informasi
laut Eucheuma cottonii tertinggi adalah yang ditanam pada tentang kedalaman penanaman rumput laut ini
kedalaman 30 cm. Kisaran kualitas air yang diperoleh selama
penelitian masih layak untuk budidaya rumput laut Eucheuma
masih kurang terutama di kabupaten-
cottonii kabupaten yang jauh dari jangkauan. Oleh
Kata kunci : Rumput laut, Eucheuma cottonii, pertumbuhan, karena itu perlu adanya22 kajian tentang
produksi, kedalaman
pertumbuhan dan produksi rumput laut yang
I. PENDAHULUAN
ditanam pada kedalaman tertentu.
Rumput laut yang digunakan dalam penelitian
Rumput laut merupakan salah satu komoditas
adalah Eucheuma cottonii yang mempunyai
unggulan pada kegiatan revitalisasi perikanan
thallus berbentuk silindris atau pipih,
yang prospektif. Saat ini potensi lahan untuk
percabangan thallus tidak teratur, berujung
budidaya rumput laut di Indonesia sekitar 1,2
runcing atau tumpul, cabangnya bersifat
juta ha, namun baru termanfaatkan sebanyak
dichotomus atau trichotomus, berwarna merah,
26.700 ha (2,2%) dengan total produksi
merah coklat, hijau kuning, serta memiliki
sebesar 410.570 ton basah. Budidaya rumput
nodule dan spine (Meiyana, dkk., 2001).
laut tidak memerlukan teknologi yang tinggi,
Pemilihan Eucheuma cottonii sebagai obyek
investasi cenderung rendah, menyerap tenaga
penelitian dengan alasan jenis tersebut banyak
kerja yang cukup banyak dan menghasilkan
dibudidayakan di wilayah Sulawesi Tengah
keuntungan yang relatif besar (Dinas Kelautan
sehingga bibitnya mudah untuk diperoleh.
dan Perikanan Prov. Sulawesi Tengah, 2007).
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui
Sulawesi Tengah memiliki potensi budidaya
pertumbuhan dan produksi rumput laut
rumput laut seluas 106.000 ha dan baru
Eucheuma cottonii yang tertinggi apabila
termanfaatkan sebanyak 4000 ha. Sulawesi
ditanam pada kedalaman yang berbeda. Hasil
Tengah dapat menjadi penyokong utama
yang diperoleh diharapkan dapat memberikan
mewujudkan Indonesia sebagai produsen
informasi baru terutama bagi pembudidaya
rumput laut terbesar di dunia pada yahun 2012.
rumput laut tentang penanaman rumput laut
Tahun 2007, produksi rumput laut di Sulawesi
pada kedalaman yang berbeda yang dapat
Tengah mencapai sekitar 17.000 ton/tahun dan
menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang
tahun 2008 dengan luas lahan budidaya 4000
tinggi.
ha menghasilkan rumput laut sebesar sekitar
II. MATERI DAN METODE PENELITIAN
38.000 ton/tahun dalam bentuk kering.
1)Staf Pengajar pada Program Studi Budidaya Perairan Fakultas
Pertanian Universitas Tadulako Palu. 2.1. Materi Penelitian
ISSN : 1979 - 5971
Sulawesi Tengah menempati urutan ketiga Penelitian dilakukan selama kurang lebih 50
produsen nasional setelah Nusa Tenggara hari di perairan Kabupaten Banggai Kepulauan
Timur dan Sulawesi Selatan (Zatnika dan Propinsi Sulawesi Tengah. Materi yang
Istini, 2007). digunakan dalam penelitian adalah rumput laut
Keberhasilan produksi rumput laut dapat jenis Eucheuma cottonii yang berasal dari hasil
dicapai dengan mengoptimalkan faktor-faktor
budidaya rumput laut yang ada di sekitar lokasi tahan lama terhadap perubahan kualitas air,
penelitian. Peralatan yang digunakan adalah terbebas hama yang biasa menyerang dari
tali polyethelen untuk mengikat dan membuat dasar perairan, pertumbuhannya lebih cepat
tali jalur, tali rafia untuk mengikat bibit, dan kualitas yang dihasilkan baik, cara
pelampung agar rumput laut tetap berada pada kerjanya mudah dan biaya produksinya lebih
permukaan perairan, meteran, gunting, murah. Sampling dilakukan setiap 10 hari
timbangan ohaus, secchi disc, thermometer, sekali selama masa pemelihraan dan panen
DO meter, refraktometer, pH meter, floating dilakukan setelah rumput laut berumur 50 hari.
bottle current meter, papan pasut, perahu, Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
bambu dan kayu. Lengkap yang terdiri dari tiga perlakuan
2.2. Metode penelitian masing-masing diulang tiga kali, jadi terdapat
9 unit percobaan. Perlakuannya sebagai berikut
Kedalaman penanaman rumput laut dalam :
penelitian ini adalah 30 cm, 45 cm dan 60 cm  K1 = kedalaman 30 cm
dari permukaan perairan. Pemilihan kedalaman  K2 = kedalaman 45 cm
disesuaikan dengan berdasarkan pada  K3 = kedalaman 60 cm
pengalaman yang pernah dilakukan di
lapangan. Bibit rumput laut yang ditanam Parameter :
dengan berat yang sama yaitu 100 gram. 1. Pertumbuhan
Pemotongan bibit rumput laut diambil bagian
ujungnya karena pada ujung tanaman ini Pertumbuhan rumput laut dihitung dengan
terdapat sel dan jaringan muda sehingga menggunakan rumus dari Heddy (2001) :
pertumbuhannya bisa optimal. Berat awal bibit Wt2 – Wt1
yang digunakan sebesar 9 kg, untuk setiap G = ------------------
perlakuan digunakan 100 gram setiap rumpun t2 - t1
dengan jarak tanam setiap rumpun 30 cm. Keterangan :
Metode budidaya yang digunakan dalam G = pertumbuhan (g/hari)
penelitian adalah metode long line. Metode ini Wt1 = berat rumput laut pada umur t1 (g)
memiliki beberapa kelebihan antara lain Wt2 = berat rumput laut pada umur t2 (g)
tanaman cukup menerima sinar matahari, lebih t1& t2 = waktu pengamatan23
0 3. Data penunjang :
1
2
3 Pengukuran arus dilakukan setiap hari yaitu
4 pagi dan sore dengan menggunakan floating
5
6 bottle current meter yang dibentangkan dengan
K1 tali meteran 5 meter dan mecatat waktunya
K2
K3
dengan menggunakan stopwatch. Pengukuran
laju pertumbuhan harian (g/hari) pasang surut dilakukan dengan cara
Kedalaman menancapkan papan pasut yang panjangnya 7
Pertumbuhan Eucheuma cottonii pada kedalaman yang
berbeda meter di dasar laut kemudian dicatat
Kedalaman 1
Kedalaman 2
ketinggian air laut yang diukur secara in situ.
kedalaman 3 Parameter kualitas air yang diukur selama
2. Produksi rumput laut penelitian adalah suhu, salinitas, pH, oksigen
terlarut dan kecerahan.
Produksi rumput laut dihitung dengan Analisis data
menggunakan rumus dari Samawi dan Data yang diperoleh selama penelitian
Zainudin (1996) sebagai berikut : dianalisis dengan menggunakan sidik ragam
(Wt - Wo) B untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang
Pr = ---------------------- diberikan terhadap pertumbuhan dan produksi
A rumput laut. Apabila hasil analisis ragam
Keterangan : menunjukkan pengaruh nyata maka
Pr = produksi (g/m) dilanjutkan dengan uji lanjut Beda Nyata
Wo = berat awal bibit rumput laut (g) Terkecil (BNT) tetapi apabila tidak
Wt = berat akhir penanaman rumput laut (g) menunjukkan perbedaan maka tidak dilakukan
A = panjang tali (m) uji lanjut.
B = jumlah titik tanam III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Rata-rata Rata-rata pertumbuhan
Pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii
3.1. Pertumbuhan Eucheuma cottonii (g/hari)
(g/hari) Perlakuan
Pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii Kedalaman 30 cm 5.32
Kedalaman 45 cm 4.44
yang diperoleh selama penelitian terdapat pada Kedalaman 60 cm 4.27
Tabel 1 berikut : 24
0
200 Rata-rata produksi Eucheuma cottonii selama
400
600
penelitian dapat dilihat pada Tabel 2 dan
800
1000
Gambar 2 berikut :
K1 Tabel 2. Rata-rata Rata-rata Produksi
K2 Produksi Eucheuma cottonii
K3
produksi rumput laut Eucheuma cottonii (g)
Eucheuma cottonii (g)
Kedalaman Perlakuan
Produksi Rumput Laut Eucheuma cottonii pada Kedalaman Berbeda Kedalaman 30 cm 887,24
Kedalaman 30 cm Kedalaman 45 cm 728,87
Kedalaman 45 cm
Kedalaman 60 cm Kedalaman 60 cm 718,31
pertumbuhannya, selain itu pergerakan air juga
dapat membersihkan rumput laut dari kotoran 25
yang menempel sehingga tidak menghalangi
proses fotosintesis. Hal ini sesuai dengan untuk memperoleh sinar matahari dan
pernyataan Mubarak (1982), pergerakan air unsur hara yang berbeda sehingga
yang diakibatkan arus dan gelombang pertumbuhannya juga berbeda, ada
permukaan sangat membantu dalam yang cepat dan ada yang lambat.
mendistribusikan unsur hara dan fisika kimia
air lainnya baik secara horisontal maupun
3.3. Kualitas air
vertikal dalam suatu wilayah perairan. Kondisi
ini sangat mendukung pertumbuhan organisme
yang dibudidayakan. Hasil pengukuran kualitas air selama
Rumput laut Eucheuma cottonii yang ditanam penelitian yang meliputi pengukuran
pada kedalaman 60 cm pertumbuhannya lebih suhu, salinitas, pH, arus, oksigen dan
lambat dibandingkan dengan pada kedalaman kecerahan. Hasil pengukuran diperoleh
30 cm dan 45 cm. Hal ini dikarenakan suhu rata-rata berkisar antar 28 – 30º
pergerakan air yang disebabkan arus dan C, hal ini sesuai dengan pernyataan
gelombang hanya terjadi di permukaan Kadi dan Atmadja (1988) bahwa
sehingga unsur hara atau nutrient juga lebih kisaran suhu perairan yang baik untuk
sedikit daripada kedalaman yang lebih Eucheuma cottonii adalah 27-30º C.
mendekati permukaan. Menurut Mubarak
(1982), rumput laut yang ditanam terlalu dalam Menurut Anggadiredja, dkk. (2006),
pergerakan airnya kurang sehingga kisaran salinitas yang baik untuk
menyebabkan proses masuknya nutrient ke
pertumbuhan Eucheuma cottonii
dalam sel-sel tanaman dan keluarnya sisa-sisa
antara 28 – 30 ppt. Hasil pengukuran
metabolisme terhambat serta tertutupnya
thallus oleh lumpur yang mengakibatkan salinitas yang diperoleh selama
terhalangnya proses fotosintesis sehingga penelitian berkisar 30 - 32 ppt.
pertumbuhannya menjadi lambat.
Secara umum rata-rata laju pertumbuhan Rumput laut membutuhkan pH yang
harian rumput laut selama penelitian pada baik untuk pertumbuhannya. Kisaran
semua perlakuan cukup baik yaitu lebih dari pH selama penelitian berkisar 8 – 8,5
3% per hari. Hal ini sesuai dengan pernyataan dan kisaran ini sangat baik untuk
Supratno (2007) bahwa suatu kegiatan pertumbuhan rumput laut. Rumput
budidaya rumput laut dikategorikan baik jika laut masih dapat tumbuh dan
laju pertumbuhan hariannya rata-rata minimal berkembang optimal pada kisaran pH
3%. 8 – 8,9 (Aslan, 1991).
3.2. Produksi Rumput Laut Eucheuma
cottonii Kisaran oksigen terlarut selama
penelitian 8,4 – 9,2 ppm. Kisaran ini
masih layak bagi Eucheuma cottonii Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah, 2007.
Grand Strategi Pengembangan Budidaya Rumput Laut di
untuk tumbuh dan berkembang. Sulawesi Tengah, Palu
Heddy, 2001. Ekofisiologi Tumbuhan, Suatu Kajian Kuantitatif
Pertumbuhan Tanaman. PT Raja Grafika, Yogyakarta.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Kadi, A. dan Atmadja, S. 1988. Rumput Laut (Algae) Jenis,
Wardoyo (1975) bahwa rumput laut Reproduksi, Produksi, Budidaya dan Pasca Panen. Proyek Studi
Potensi Sumber Daya Alam Indonesia. Pusat Penelitian dan
dapat tumbuh dan berkembang secara Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan
optimal pada kisaran lebih dari 6,5 Indonesia.
Meiyana, M., Evalawati dan Prihaningrum, A., 2001. Biologi
ppm dan belum tercemar. Rumput Laut. Balai Budidaya Laut, Lampung
Poncomulyo, 2006. Budidaya dan Pengolahan Rumput Laut.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Jakarta.
Kecerahan, kisaran selama penelitian Samawi dan Zainudin, 1996. Studi penggunaan Pupuk Cair
antara 6 – 8 m. Menurut Soleh (2007), Invitro Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Gracilaria sp.
Torani Buletin Ilmu Kelautan, Jakarta.
kondisi air yang jernih dengan tingkat Santika, I., 1985. Budidaya Rumput laut. Balai Budidaya,
transparansi lebih dari 1,5 meter Lampung.
Sulistijo, 1996. Perkembangan Budidaya Rumput Laut di
cukup baik bagi pertumbuhan rumput Indonesia. Puslitbang Oseanologi LIPI, Jakarta.
laut. Supratno, T.K.P., 2007. Prosiding Pemasyarakatan Teknologi
Perikanan. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau,
Jepara.
Arus dan pasang surut, kisaran selama Wardoyo, S.T.H., 1975. Pengolahan Kualitas Air. Proyek
penelitian yaitu 35 – 40 cm/detik. Hal Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi IPB, Bogor.

ini sesuai dengan pernyataan Ambas


Zatnika, A dan Istini, S., 2007. Produksi Rumput laut
(2006), kecepatan arus yang baik dan Pemasarannya di Indonesia. Seafarming
untuk budidaya Eucheuma cottonii Workshop, Bandar Lampung.
adalah 20 – 40 cm/detik. Pasang surut
selama penelitian antara 3,1 – 3,8 m.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan


dapat dikemukaan kesimpulan sebagai
berikut :

1. Penanaman rumput laut Eucheuma


cottonii pada kedalaman yang berbeda
memberikan pengaruh yang sangat
nyata secara statistik terhadap
pertumbuhan dan produksi Eucheuma
cottonii.

2. Pertumbuhan dan produksi


Eucheuma cottonii tertinggi adalah
rumput laut yang ditanam pada
kedalaman 30 cm dari permukaan air.

3. Kisaran kualitas air yang diperoleh


selama penelitian masih layak untuk
budidaya rumput laut Eucheuma cottonii.
26 DAFTAR PUSTAKA
Ambas, I., 2006. Budidaya Rumput Laut, Pelatihan Budidaya
Laut (cOremap Fase II Kab. Selayar). Yayasan Mattirotasi’.
Makassar.
Anggadiredja, J.T., Zatnika, A., Purwanto, H. dan Istini, S.,
2006. Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta
Aslan L., 1991. Budidaya Rumput Laut. Kanisius, Yogyakarta
Balai Budidaya Laut Lampung (BBL), 2001. Teknologi
Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii), Makalah.
DITJEN KANBUD BBL Lampung.

Anda mungkin juga menyukai