Anda di halaman 1dari 12

TUGAS 1 INDIVIDU

TEORI EKONOMI MAKRO II

PDRB, IHK, PENDAPATAN PERKAPITA, INFLASI dan LAJU PERTUMBUHAN


PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Disusun Oleh :
Muhamad Aziz Raynaldi 1711021023

Program Studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung
A. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah barang dan jasa
yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di suatu daerah. Penghitungan
PDRB menggunakan dua macam harga yaitu harga berlaku dan harga konstan.
- PDRB atas harga berlaku merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga yang berlaku pada tahun bersangkutan.
- Sementara PDRB atas dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan harga
pada tahun tertentu sebagai tahun dasar.

1. Data PDRB Provinsi Sulawesi Tenggara Menurut Harga Berlaku dan Konstan
Untuk Kurun Waktu 20 Tahun Terakhir

Harga Berlaku Harga Konstan


Tahun Menurut Harga Berlaku Tahun Menurut Harga Konstan
1998 4.376.686,95 1998 1.549.032,52
1999 4.732.378,58 1999 1.558.457,00
Rata rata 455453276.5 Rata rata 155374476
2000 5.774.652,61 2000 5.774.652,61
2001 6.864.339,77 2001 6.063.985,85
2002 8.043.485,24 2002 6.468.061,84
2003 6.908.781,22 2003 6.957.662,46
2004 10.267.955,37 2004 7.480.180,34
2005 12.981.046,48 2005 8.026.856,21
2006 15.270.350,75 2006 8.643.330,06
2007 17.953.074,41 2007 9.331.719,95
2008 22.202.848,01 2008 10.010.586,35
2009 25.655.940,66 2009 10.768.577,19
2010 28.376.580,35 2010 11.653.906,41
2011 32.113.037,29 2011 12.698.120,77
2012 36.647.498,49 2012 14.039.649,91
2013 40.861.465,37 2013 15.076.855,84
Rata rata 1928007543 Rata rata 949958184.2
2014 44.813.343,21 2014 15.984.647,00
2015 87.714.475,09 2015 72.993.327,94
2016 97.011.989,52 2016 77.747.545,56

2017 107.465.199,33 2017 83.038.496,86


Rata rata 8425125179 Rata rata 6244100434

2. Data Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara Untuk Kurun Waktu 20 Tahun
Terakhir

Tahun Jumlah Penduduk


1198 1672659
1999 1710912
2000 1776292
2001 1815548
2002 1915326
2003 1216516
2004 1223275
2005 1956048
2006 1995685
2007 2024353
2008 2066062
2009 2107673
2010 2243587
2011 2294392
2012 2345465
2013 2396713
2014 2448081
2015 2499540
2016 2551008
2017 2571562

3. Data IHK Provinsi Sulawesi Tenggara Untuk Kurun Waktu 20 Tahun Terakhir

Rumus : IHK pertahun = Jumlah seluruh IHK perbulan / 12 bulan

Tahun Indeks Harga Konsumen


1198 100
1999 226,40
2000 236,36
2001 265,84
2002 292,79
2003 308,30 4
2004 112,60
2005 128,91
2006 149,84
2007 164,40
2008 111,06
2009 121,69
2010 125,33
2011 133,35
2012 139,21
2013 149,50
2014 116,16
2015 118,06
2016 121,68
2017 115,78

Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi penting
yang dapat memberikan informasi mengenai perkembangan harga barang dan jasa
(komoditas) yang dibayar oleh konsumen atau masyarakat khususnya masyarakat
kota. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan fluktuasi harga dari paket
barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat, yang inflasi jika terjadi kenaikan dan
deflasi jika terjadi penurunan. Gejolak harga barang dan jasa di suatu wilayah
sangat berpengaruh terhadap kondisi ekonomi masyarakat setempat.
IHK sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi suatu negara dan juga
sebagai pertimbangan untuk penyesuaian gaji, upah, uang pensiun, dan kontrak
lainnya. Untuk memperkirakan nilai IHK pada masa depan, ekonom menggunakan
indeks harga produsen, yaitu harga rata-rata bahan mentah yang dibutuhkan
produsen untuk membuat produknya. [1] Untuk mengukur tingkat harga secara
makro, biasanya menggunakan pengukuran Indeks Harga Konsumen (IHK) atau
Consumer Price Indeks (CPI). Indeks Harga Konsumen (IHK) dapat diartikan
sebagai indeks harga dari biaya sekumpulan barang konsumsi yang masing-masing
diberi bobot menurut proporsi belanja masyarakat untuk komoditi yang
bersangkutan. IHK mengukur harga sekumpulan barang tertentu (sepertti bahan
makanan pokok, sandang, perumahan, dan aneka barang dan jasa) yang dibeli
konsumen.
A.Pendapatan Perkapita Provinsi Sulawesi Tenggara Untuk Kurun Waktu 20
Tahun
Menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan.

Pendapatan per kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada
periode tertentu (umumnya satu tahun).
1. Harga Berlaku
Jika kita menghitung berdasarkan harga yang berlaku maka hasilnya disebut
pendapatan per kapita nominal, Pendapatan per kapita nominal adalah pendapatan per
kapita yang tidak memperhitungkan tingkat kenaikan harga atau inflasi.
2. Harga Konstan
Jika dihitung berdasarkan harga tetap (konstan), hasilnya disebut pendapatan perkapita
riil. Pendapatan per kapita riil adalah pendapatan perkapita yang sudah memperhitungkan
tingkat kenaikan harga atau inflasi.

Rumus : Pendapatan Perkapita = PDB berlaku / PDB konstan


Jumlah Penduduk

Harga Berlaku Harga Konstan


Tahun Menurut Harga Berlaku Tahun Menurut Harga Konstan

1998 261,660 1998 92.60898


1999 4,461,9 1999 9.10892,5
2000 3,056,245 2000 325.095,9
2001 3,657,427 2001 3.230,986
2002 4,157,171 2002 3.342,934
2003 4.720,254 2003 3.684,468
2004 5.340,428 2004 2.108284
2005 6,612,777 2005 2.196,242
2006 7,628,241 2006 433.1009
2007 886,8549 2007 460.9729
2008 1074,645 2008 484.5249
2009 1217.26 2009 510.9225
2010 48.401,15 2010 21.573,11
2011 55.758,55 2011 23.338,07
2012 64.693,98 2012 25.489,79
2013 71.041,29 2013 26.817,47
2014 78.620,39 2014 27.898,88
2015 35.112,85 2015 29.201,90
2016 38.017,51 2016 30.474,05
2017 4.129.482 2017 3.190,856

B. Laju Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Tenggara Untuk Kurun Waktu 20 Tahun

Menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan.

Laju pertumbuhan adalah membutuhkan ukuran secara tepat dan dapat dibaca

dengan bentuk kuantitatif yang dapat diukur. Analisis pertumbuhan merupakan suatu

cara untuk mengikutidinamika fotosintesis yang diukur oleh produksi bahan kering.

Tahun Harga Berlaku


1998 437.668.695
1999 473.237.858 Rumus : Laju Pertumbuhan = PDBt-
2000 577.465.261
2001 686.433.977 PDBt-1 x 100%
2002 804.348.524
2003 690.878.122 PDBt-1
2004 1.026.795.537
2005 1.298.104.648
2006 1.527.035.075
2007 1.795.307.441
2008 2.220.284.801
2009 2.565.594.066
Harga Berlaku 2010 2.837.658.035
2011 3.211.303.729
Harga Konstan
2012 3.664.749.849
2013 4.086.146.537
2014 4.481.334.321
2015 8.771.447.509
2016 9.701.198.952
2017 10.746.519.933
Tahun Harga Konstan
1998 154903252
1999 155845700
2000 577465261
2001 606398585
2002 646806184
2003 695766246
2004 748018034
2005 802685621
2006 864333006
2007 933171995
2008 1001058635
2009 1076857719
2010 1165390641
2011 1269812077
2012 1403964991
2013 1507685584
2014 1598464700
2015 7299332794
2016 7774754556
2017 8303849686

C.Laju Inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara Untuk Kurun Waktu 20 Tahun Menurut

Harga yang Berlaku dan Harga Konstanberdasarkan Indeks Harga Konsumen dan

Produk Domestik Regional Bruto.

A. Indeks Harga Konsumen

Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan biaya atas barang-barang konsumsi yang

dinyatakan dalam indeks harga yang telah diberi nilai dan telah diklasifikasi menurut proporsi

belanja masyarakat dalam suatu komoditi. 

B. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit

usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang

dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah.

Rumus : - Cara 1 : IHK = IHKt – IHKt-1 x 100%

IHK-1

- Cara 2 : GDP Deflator = PDB berlaku

PDB konstan

- Cara 3 : Inflasi PDB = PDB Deflatort – PDB Deflatort-1 x 100%

PDB Deflatort-1

A. Indeks Harga Konsumen ( IHK ) B. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Tahun Indeks Harga Konsumen Tahun PDRB


1998 100 1998 0,35
1999 226,40 1999 0,32
2000 236,36 2000 1
2001 265,84 2001 0,88
2002 292,79 2002 0,80
2003 308,30 2003 1,0
2004 112,60 2004 0,72
2005 128,91 2005 0,61
2006 149,68 2006 0,56
2007 164,40 2007 0,51
2008 111,06 2008 0,45
2009 121,69 2009 0,41
2010 125,33 2010 0,41
2011 133,35 2011 0,39
2012 139,21 2012 0,38
2013 149,50 2013 0,36
2014 116,16 2014 0,35
2015 118,06 2015 0,83
2016 121,68 2016 0,80
2017 115,78 2017 7,72

Tabel Rata-rata

Jumlah Rata-rata Harga Konstan Harga berlaku

1. Rata-rata Selama Periode Dasar Tahun dasar 1998 : Tahun dasar 1998 :
155374476 455453276.5
Tahun dasar 2000 : Tahun dasar 2000 :
949958184.2 1928007543
Tahun dasar 2014 : Tahun dasar 2014 :
624410034 8425125179

2. Rata-rata Inflasi IHK tahun dasar 1998 : PDRB tahun dasar 1998
163.2 : 0.335
IHK tahun dasar 2000 : PDB tahun dasar 2000 :
182.5128571 0.635714285
IHK tahun dasar 2014 PDB tahun dasar 2014
: 117.92 : 2.425
3. Rata-rata Perkapita 330.7064 4.032.711

4. Rata-rata Pertumbuhan 1.929.328.263 3.080.175.644


Analisis Data

Menurut analisis kelompok kami, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara sebagai salah satu
indikator pembangunanya di ukur dengan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Karena
PDRB merupakan produk kegiatan seluruh sektor ekonomi dan juga merupakan gambaran
seberapa jauh pengaruh masing-masing sektor ekonomi 3 dalam pertumbuhan ekonomi suatu
daerah maka kita bisa mengetahui sektor mana yang harus kita prioritaskan dalam mencapai
pertumbuhan ekonomi seperti yang kita inginkan.
BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Sulawesi Tenggara mencatat pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Tenggara pada tahun 2011 mencapai kisaran angka 8,45 persen atau melebihi
pencapaian tahun 2010 sebesar 8,19 persen. Jika di bandingkan dengan pertumbuhan ekonomi di
seluruh Provinsi di wilayah Sulawesi, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara tahun 2011
berada pada posisi kedua. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara yang mencapai kisaran
angka 8,45 persen ini sangat di dukung oleh peran investasi yang semakin besar dengan
kontribusi sekitar 5 persen menggantikan kontribusi rumah tangga yang hanya mencapai 3
persen. Selain itu kinerja ekspor juga menunjukan adanya pertumbuhan yang mencapai hampir 2
kali lipat di banding tahun 2010. Meski demikian laju inflasi di Sulawesi Tenggara yang di
wakili inflasi Kota Kendari juga mengalami peningkatan. Dalam kurun waktu januari hingga
bulan november saja, inflasi di kota Kendari tercatat mencapai kisaran angka 4,90 persen.
Peningkatan angka inflasi ini terjadi karena meningkatnya permintaan kebutuhan barang
khususnya pada hari besar keagamaan.
Angka pertumbuhan ekonomi yang cenderung meningkat dari tahun ketahun ini berdampak pada
pengurangan angka kemiskinan di Sulawesi Tenggara. Berdasarkan data BPS (Badan Pusat
Statistik) tahun 2011. Tingkat kemiskinan di Sulawesi Tenggara mengalami perbaikan sekitar 3
persen dalan kurun waktu 3 tahun terakhir, namun secara nasional angka kemiskinan di Sulawesi
Tenggara masih berada pada level yang tinggi yakni sekitar 14,56 persen atau berada di urutan
13 dari 33 provinsi di Indonesia yang memiliki tingkat kemiskinan tertinggi.
Persentase angka kemiskinan yang cukup tinggi ini menjadi satu ironi di tengah melimpahnya
potensi sumber daya alam dimiliki Provinsi Sulawesi Tenggara. Sektor pertanian dan kelautan
perikanan yang menjadi sumber andalan masyarakat Sulawesi Tenggara, kontribusinya dalam
kurun waktu 5 tahun terakhir mengalami penurunan, padahal kedua sektor ini sangat
berpengaruh terhadap penyiapan lapangan kerja. Dari 2 juta lebih penduduk Sulawesi Tenggara
sekitar 500 ribu di antaranya hidup dari sektor pertanian.

Dengan begitu jika kontribusinya kurun waktu 5 tahun terakhir mengalami penurunan maka
potensi meningkatnya angka kemiskinan dan pengangguran semakin terbuka lebar, sementara
investasi di sektor padat modal seperti 5 pertambangan terus menunjukan angka peningkatan
namun kontribusinya terhadap pembukaan lapangan kerja sangat kecil.
Capaian angka pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2011 sebesar 8,45 persen ini, memang
bisa saja menjadi prestasi yang di banggakan pemerintah Sulawesi Tenggara, tetapi dampak
nyata yang di rasakan masyarakat akibat adanya pertumbuhan ini nyaris tidak kelihatan, sebab
pertumbuhan ekonomi yang di ukur dari PDRB (Produk Regional Bruto) tidak bisa di jadikan
indikator kesejahteraan masyarakat karena hitungan angka PDRB atau Produk Domestik
Regional Bruto sebagian besar adalah akumulasi nilai produksi barang dan jasa yang di wilayah
Sulawesi Tenggara termasuk di dalamnya adalah investasi, karena Nilai Tukar Petani sebagai
cerminan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Tenggara yang 45 persennya bekerja di sektor
pertanian berada pada urutan ke 4 terendah dengan nilai di bawah angka 100.
Nilai investasi yang masuk di wilayah Sulawesi Tenggara memang terbilang sangat tinggi dalam
beberapa tahun terakhir, namun uang yang harus digunakan keluar wilayah Sulawesi Tenggara
juga mencapai trilyunan rupiah. Pada tahun 2011 saja Bank Indonesia Kendari sepanjang tahun
2011 telah menyalurkan uang kartal senilai 2,75 trilyun rupiah, namun dari jumlah tersebut,
aliran uang yang masuk hanya mencapai 431 milyar rupiah.
Namun terlepas dari persoalan itu, kini kita mulai melangkah pada tahun 2012. Bank Indonesia
Kendari masih memproyeksikan angka pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara menunjukan
angka peningkatan, akan tetapi 6 dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat masih perlu
pembuktian. Angka-angka pertumbuhan ekonomi tersebut tidak akan berarti tanpa ada dampak
nyata terhadap kesejahteraan masyarakat
Pembagunan bukan merupakan tujuan melainkan hanya alat sebagai proses untuk menurunkan
kemiskinan dan mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan. Maka berkurangnya
ketidakmerataan distribusi pendapatan merupakan inti dari pembagunan. Selama pertumbuhan
ekonomi dan hasil-hasil dari pembagunan dapat dinikmati secara adil dan merata oleh seluruh
masyarakat, maka masalah ketidakmerataan distribusi pendapatan tidak akan muncul. Jika
kinerja ekonomi lebih baik atau mengalami kemajuan maka seluruh rakyat juga harus merasakan
dampak kemujuan tersebut dalam bentuk naiknya tingkat pendapatan.
Ketimpangan distibusi pendapatan pada daerah-daerah disebabkan oleh pertumbuhan dan
keterbatasan yang dimiliki masing-masing daerah yang berbeda-beda serta pembagunan yang
cenderung terpusat pada daerah yang sudah berkembang atau maju. Hal ini merupakan salah satu
faktor pendorong terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan antar daerah semakin melebar,
ketimpangan dalam distribusi pendapatan menggambarkan bahwa hanya sebagian kecil
masyarakat yang menguasai kehidupan ekonomi dan menikmati sebagian besar pendapatan
Negara. Sebaliknya sebagian besar masyrakat yang terdiri dari karyawan dan buruh hanya
menikmati sedikit dari pendapatan Negara (Djojohadikusumo, 1995). Adanya ketimpangan
distibusi 7 pendapatan tersebut menyebabkan adanya suatu jarak antara masyarakat kaya dengan
masyarakat miskin sehingga yang miskin sulit keluar dari kemiskinan

Anda mungkin juga menyukai