Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

Nama : Conchita Tinara Efenda Hutahaean


NPM : 19025010177
Kelas :A
Mata Kuliah : Crop Production
Komoditi : Apel (Molus sylvestris.mill)

A. Periode pertumbuhan Tanaman Apel (Molus sylvestris.mill)


Apel (Molus sylvestris.mill) adalah tanaman tahunan yang berasal dari daerah Asia barat
dengan iklim subtropis. Produksi apel dipengaruhi oleh teknik budidaya, kesuburan tanah,
pengendalian hama dan penyakit tanaman, dan kondisi iklim. Unsur iklim yang sangat
mempengaruhi produksi apel adalah temperatur dan curah hujan. Tanaman apel menghendaki
temperatur rendah dan curah hujan yang tidak terlalu tinggi yakni sekitar 700 – 1.200 mdpl
dengan suhu udara sekitar 16 – 27°C. Menurut sistematika, tanaman apel termasuk dalam:
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Rosceae
Genus : Malus
Spesies : Malus sytvestris Mill
Tanaman apel di Indonesia dapat dipanen 2 kali dalam setahun yaitu di bulan mei dan Oktober.
Untuk budidaya apel yang berasal dari biji, pohon apel akan mulai berbuah saat usia 5-7 tahun
setelah tanam, sedangkan penanaman bibit hasil stek grafting umur 2 tahun pohon apel sudah
mulai berbuah. Secara umum, periode berbunga apel terjadi 2 kali, yaitu maret-april dan agustus-
september. Penggolongan masa perkembangan bunga apel pada setiap varietas menjadi 9 fase,
yaitu (Sukardi, 2016):
No Fase Perkembangan Rome Beauty Manalagi Anna
1 Dorman 12 hari 11 hari 10 hari
2 Tunas Pucuk perak 2 hari 1-2 hari 1 hari
3 Tunas pucuk hijau 1-2 hari 1-2 hari 2 hari
4 Tunas pucuk hijau 1 cm 1-2 hari 1-2 hari 1-2 hari
5 Kluster bunga (dompolan) 1-2 hari 1-2 hari 1-2 hari
6 Pink 1 hari 1-2 hari 1-2 hari
7 Bunga mekar 2 hari 1-2 hari 1-2 hari
8 Gugur mahkota 2-3 hari 2-3 hari 3 hari
9 Fruit set 8-9 hari 8-10 hari 7-8 hari
Lama atau cepatnya masa perkembangan bunga tergantung dari masing-masing varietas
apel tersebut, dengan demikian rata-rata lama fase perkembangan bunga sampai pembentukan
bakal buah apel yakni 27-36 hari. Kerontokan bunga atau munculnya buah terjadi dalam dua
periode.
Periode I: Kerontokan setelah mahkota bunga gugur dan dilanjutkan dua atau tiga minggu
kemudian.
Periode II: Kerontokan saat buah telah berkembang dengan ukuran lebih besar, terjadi empat
minggu dari periode I (Sukardi, 2016).
Berbeda dengan apel di daerah subtropika, perlakuan pelengkungan cabang dengan perompesan
daun menjadikan apel di Indonesia dapat dipanen setahun dua kali. Apel Rome Beauty dapat
dipanen ketika buah berumur sekitar 120 – 140 hari, Manalagi sekitar 115 dan Ana sekitar 100
hari dari bunga mekar (BALITJESTRO, 2016).
B. Masalah dan Solusi Pada Budidaya Apel (us sylvestris.mill)
1. Kebutuhan Bibit
Biasanya petani apel konvensional memperbanyak bibit tanaman apel dengan layering,
akan tetapi cara tersebut masih belum dapat memenuhi permintaan pasar akan benih.
Untuk memenuhi permintaan bibit apel dalam jumlah besar dalam waktu relative singkat
dan juga bebas dari penyakit, digunakan cara perbanyakan dengan kultur meristem in vitro
bertujuan untuk mendapatkan bibit secara masal dalam kurun waktu yang relatif cepat
dibandingkan dengan perbanyakan secara konvensional dan dapat memperoleh bahan
tanaman bebas dari penyakit (Ahmad, 2014).
2. Faktor lingkungan yang tidak Mendukung Pertumbuhan Tanaman Apel
Produksi apel yang menurun sering diakibatkan dengan kekurangan unsur hara, penataan
lingkungan tanam, kenaikan suhu serta perubahan iklim yang tidak menentu. Hal tersebut
mengakibatkan proses produksi tanaman apel tidak berjalan dengan optimal.
a) Teknik pengolahan lahan yang optimal bagi tanaman apel, yaitu 10-20 kg pupuk
organik serta NPK 3 kg per pohon, yang diaplikasikan satu bulan sebelum panen.
Selain itu penambahan kapur sangat penting dengan dosis 2 kg per pohon, yang
bermanfaat mengurangi keasaman tanah.
b) Tata letak dan tanam budidaya apel harus tertata dengan baik. Penataan ini bergunan
untuk memudahkan perawatan tanaman dan memperlancar tanaman dalam
mendistribusikan makanan untuk pembentukan buah serta optimalisasi masuknya
cahaya matahari. Jarak tanam yang ideal untuk tanaman apel tergantung pada varietas
khususnya arsitektur tajuk dan sistem perakaran. Jarak tanam yang dianjurkan adalah
3-3.5 x 3.5 M pada varietas Manalagi dan Princess Noble, dan 2-3 x 2,5-3 M untuk
varietas Rome Beauty dan Anna. Penggunaan jarak tanam dapat memepengaruhi pada
populasi tanaman dan optimalisasi penggunaan cahaya, juga mempengaruhi
kompetensi antara tanaman dalam menggunakan air dan zat hara dengan demikian
akan mempengaruhi hasil produksi tanaman apel. Populasi yang relatif tinggi
mendorong pertumbuhan vegetatif yang membuat kondisi lingkungan mikro tidak
menguntungkan. Jarak tanam yang sempit mengakibatkan tingginya kelembaban di
sekitar lahan yang mendorong pertumbuhan penyakit (Aditya, 2013).
c) Curah hujan merupakan salah satu variabel penting yang mempengaruhi pertumbuhan
danperkembangan tanaman apel. Rahayu dan Muhandoyo (2017) mengidentifikasi
bahwa curah hujan adalah faktor iklim yang paling berpengaruh terhadap produksi
apel di Malang, Jawa Timur. Hujan yang turun terus menerus menyebabkan tanah
menajdi basah sedangkan tanaman apel membutuhkan tanah yang kering untuk dapat
tumbuh dengan baik. Selain itu curah hujan tinggi pada fase berbunga dan berbuah
dapat menyebabkan gugurnya bunga dan calon buah. Pada proses pematangan buah,
curah hujan tinggi mempercepat pembusukan buah sehingga merusak kualitas buah.
Untuk dapat menstabilkan produksi akibat perubahan iklim dapat dilakukan beberapa
upaya diantaranya, penyesuain waktu tanam, pemilihan lokasi, pemilihan varietas,
penggunaan rumah kasa, dan pengembangan teknologi irigasi.
- Penyesuaian waktu tanam
Kalender tanam adalah salah satu inovasi yang tepat digunakan untuk menentukan
waktu tanam berdasarkan dinamika iklim (Ramadhani et al, 2013). Untuk
penyesuaian waktu tanam dan kalender budidaya pada tanaman buah-buahan dan
sayuran diperlukan prakiraan musim. BMKG telah mengeluarkan prediksi musim
menggunakan zona musim, serta Badan Litbang Pertanian melalui Balai Penelitian
Agroklimat dan Hidrologi (Balitklimat).
- Pengembangan varietas dan teknologi rumah kasa
Salah satu langkah adaptasi yang sangat penting ialah penggunaan dan
pengembangan varietas yang adaptif san toleran terhadap cekaman lingkungan dan
tahan serangan hama penyakit. Teknologi lain yang dapat digunakan dalam rangka
adaptasi perubahan iklim lainnya adalah teknologi rumah kasa. Teknologi rumah
kasa ditujukan untuk mengurangi serangan hama dan penyakit serta menciptakan
kondisi lingkungan optimal bagi pertumbuhan tanaman (Moekasam and
Prabaningrum, 2012).
- Pengembangan teknologi irigasi
Irigasi tetes adalah sistem yang telah banyak digunakan pada budidaya tanaman
hortikultura (Fitirana et al. 2015). Dengan sistem ini, penggunaan air lebih efisien
karena irigasi dapat diberikan sesuai kebutuhan tanaman dan area irigasi lebih
kecil sehingga menghemat penggunaan air. Selain itu peningkatan retensi tanah
dapat menghemat air telah dikembangkan teknologi pembenah tanah (Dariah et al,
2015) dan pengembangan biochar (Nurida, 2014). Biochar berfungsi sebagai
pembenah tanah yang dapat meme[erbaiki sifat fisik dan kimia tanah sehingga
mampu meretensi hara dan air pada lahan yang tergradasi. Biochar dikembangkan
dari sisa-sisa bahan pertanian seperti sabut, tempurung kelapa, dan kulit jagung.
d) Penanganan panen dan pasca panen
Penanganan pascapanen pada buah apel harus dilakukan secara tepat dan terkendali.
Menurut Gardjito dan Saifudin (2011), ada beberapa faktor lingkungan eksternal yang
perlu dikendalikan seperti suhu, kelembababan, konsentrasi amosfer dan tahapan
penanganan pascapanen buah apel yang tepat. Penanganan pascapanen yang tepat
akan membuat buah apel tetap memiliki kualitas buah segar. Penanganan pascapanen
buah apel meliputi:
 Sorting dan sizing
Pemilihan dengan memisahkan buah yang baik bebas dari penyakit agar
buah yang berpenyakit tidak menular keseluruh buah yang telah dipanen.
 Grading
Pemilihan buah-buah berdasarkan tingkat kualitas pasar.
 Packaging
Buah apel pada umumnya dikemas menggunakan kemasan berupa kotak
kardus yang berukuran 48 cm x 33 cm x 37 cm yag dapat memuat kurang
lebih 35 kg buah apel.
 Coating
Pelapisan permukaan buah dengan bahan yang dapat menekan laju
respirasi maupun menekan laju transpirasi buah selama penyimpanan atau
pemasaran.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Syahrian dan Supriyanto, Arry. 2014. Prosiding Seminar Nasional PERHORTI
Perbanyakan Apel Mellaui Inisiasi Kultur Meristem Apel In Vitro: Balai Penelitian
Tanaman dan Jeruk Buah Subtropika BALITJESTRO. ISBNN 978-979-508-017-6

Aditya, S., Hasannudin, dan Mukhtar Iskandar Pinem. 2013. Uji Ketahanan Beberapa Varietas
Dan Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Penyakit Karat Daun (Puccinia Polysora Underw)
Pada Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Di Dataran Rendah. Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. J. Online
Agroekoteknologi 1(4) : 1402-1472.

[BALITJESTRO] Badan Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika. 2016. Budidaya Apel

Dariah, A., Sutono, S., Nurida, N.L., Hartatik, W. and Pratiwi, E. (2015). Pembenah Tanah untuk
Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian. Jurnal Sumber Daya Lahan 9(2):67–84.
Fitriana et al (2015). Pemanfaatan Jaringan Irigasi Tetes di Dalam Budidaya Tanaman
Hortikultura. Hlm 263- 272. Dalam I. Jatnika, M. J. A. Syah, D, Widiastoety, M. P. Yufdy,
S. Prabawati, S. Pratikno, O. Lutjfiyah (ed). Inovasi Hortikultura Pengungkit Peningkatan
Pendapatan Rak

Gardjito, Murdjiati & Saifudin, Umar.(2011). Penanganan Pascapanen Buahbuahan Tropis.


Yogyakarta: Kanisius

Moekasam, T.K., Gunadi, N., Adiyoga, W. and Sulastrini, I. (2015). Moekasam, T.K., Gunadi,
N., Adiyoga, W., Sulastrini,I. J. Hort. 25(2):180–192.

Nurida, N.L. (2014). Potensi Pemanfaatan Biochar untuk Rehabilitasi Lahan Kering di
Indonesia. Jurnal Sumber Daya Lahan:57–68

Rahayu, J., dan Muhandoyo, M. 2017. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Usaha Apel di
Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. AGROMIX, 5 (1)

Ramadhani, F., Runtunuwu, E. and Syahbuddin, H. (2013). Sistem Teknologi Informasi


Kalender Tanam Terpadu. Informatika Pertanian 22(2):103–122.

Sukardi., Isharti, Erny., dan Ruhiyat Misbah. 2016. Prosiding Seminar Nasional dan Gelar
Produk: Karakterisasi Fase Pembungaan dan Pembentukan Bakal Buah Apel (Malus x
Domestica Borkh. ‘Manalagi’, ‘Rome Beauty’ and ‘Anna’) Untuk Mendapatkan Kultivar
Baru Dalam Program Pemuliaan Apel. Universitas Muhammadiyah Malang

Anda mungkin juga menyukai