Anda di halaman 1dari 5

Nama : Conchita Tinara Efenda Hutahaean

NPM : 19025010177
Golongan : B3

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN


KEGIATAN 1 : PEMBUATAN AKTIVATOR

Tanggal Pembuatan : 03 Oktober 2021

Tabel 1. Pengamatan Pembuatan Aktivator pada Awal Pembuatan


Parameter Keterangan
Aroma Bau seperti aslinya (kotoran sapi, daun dan
sedikit bau molase)
Warna Coklat kekuningan
Kekentalan Cair
Buih Tidak berbuih
Temperatur 30°C
pH 7 Netral
Pengukuran Ec (Electrica
Conductivity) #tdk dapat dilakukan
karna tdk ada alatnya (dikampus)

ULASAN
Larutan aktivator (mikroorganisme melokal) adalah larutan hasil fermentasi berbahan dasar
kotoran sapi atau dari berbagai sumber daya yang tersedia seperti kotoran kelinci, kambing.
Larutan aktivator mengandung unsur hara mikro dan makro serta megandung bakteri yang
berpotensi sebagai pengurai bahan organik, perangsang pertumbuhan dan sebagai pengendali
hama dan penyakit tanaman. Menurut Harahap dkk., (2015) Aktivator adalah bahan tambahan
yang mampu meningkatkan penguraian mikrobiologis dalam tumpukkan bahan organik.
Pembuatan aktivator diharapkan dapat digunakan dalm mengelola sampah sebagai
pendekomposisi guna mempercepat penguraian sampah organik sehingga akan tercipta
lingkungan bersih dan sehat dalam waktu yang cepat. Aktivator dikenal dengan dua macam yaitu
aktivator organik dan anorganik. Pemakaian aktivator dalam proses pembuatan kompos akan
memperbaiki kualitas kompos. Praktikum Sistem Pertanian Berkelanjutan kali ini melakukan
kegiatan pembuatan activator organik dari limbah kotoran sapi serta daun lamtoro. Bioaktivator
yang digunakan dalam kegiatan kali ini adalah bioaktivator EM4. Bahan-bahan yang diguankan
dalam praktikum kali ini antara lain kotoran sapi, molase, air bersih, daun lamtaro dan EM4.
Kegiatan pembuatan aktivator menggunakan timbangan, gelas ukur, pengaduk, tong plastik,
kertas lakmus dan thermometer.
Pembuatan aktivator dilaksanakan pada tanggal 03 Oktober 2021 di Perumahan Bumi Citra
Fajar,Sidoarjo. Langkah pertama yang dilakukan dalam proses pembuatan aktivator adalah
mengumpulkan bahan pembuatan aktivator yaitu kotoran sapi, daun lamtoro, molase, EM4, dan
air bersih, selanjutnya daun di pisahkan dari tangkainya. Bahan yang sudah ada kemudian
ditimbang dengan berat kotoran sapi 2kg, daun lamtoro 3 kg, molase 250 ml, EM 4 250 ml dan
air bersih 20 Liter. Penentuan dosis molase dan EM4 menggunakan rujukan pada penelitian
Wulansari et al., (2020) dimana tertulis penggunaan 20 kg feses sapi memerlukan 2,5 liter air.
Jika dikonversikan maka untuk penggunaan EM4 pada kotoran sapi sebanyak 2 kg adalah 250
ml. Langkah kerja pembuatan aktivator sebagai berikut:
1. Mengumpulkan alat dan bahan
2. Menimbang bahan sesuai dengan takaran yang telah ditentukan
3. Menyiapkan tong plastik ukuran 30 liter
4. Memasukkan 3kg daun lamtoro segar ke dalam tong plastik
5. Memasukkan kotoran sapi sebanyak 2 kg dan molase 250 ml ke dalam tong plastik
6. Menambahkan bioaktivator sebanyak 250 ml dan air sebanyak 20 liter
7. Selanjutnya aduk sampai tercampur rata kemudian tutup selama 2 minggu
8. Melakukan pengadukan dan checking temperatur setiap hari
9. Panen aktivator pada hari ke 15 dengan checking pH
Setelah langkah kerja dilakukan semua, selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan
pengukuran terhadap beberapa parameter, seperti aroma, kekentalan, buih, pengkuran pH awal
dan pengukuran suhu. Aroma aktivator diamati secara visual. Aktivator beraromakan seperti
aslinya yaitu berbau khas daun dan kotoran sapi serta sedikit bau molase. Warna yang dihasilkan
yakni coklat kekuningan kekentalan cair serta tidak berbuih. Temperatur merupakan faktor
penting penentu pertumbuhan mikrooganisme pengurai. Temperatur aktivator di awal
pengamatan yaitu 30°C, temperatur ini sesuai dengan teori (Happy Mulyani, 2014) suhu dalam
kondisi baik sehingga mikroorganisme dapat bekerja dengan optimal. Hasil pengamatan pH awal
aktivator menujukkan hasil 7 (netral) belum terjadinya aktivitas mikroorganisme dalam
menguraikan bahan organik.

DAFTAR PUSTAKA
Harahap, R. T., T. Sabrina dan P. Marbun, 2015. Penggunaan Beberapa Sumber dan Dosis
Aktivator Organik Untuk Meningkatkan Laju Dekomposisi Kompos Tandan Kosong
Kelapa Sawit. Jurnal Online Agroekoteaknologi,Vol.3, No.2, Hal. 581- 589. ISSN No.
2337- 6597.

Mulyani, Happy, Cet.1 2014. Optimasi Perancangan Model Pengomposan. Jakarta, CV. Trans
Info Media

Wulansari, Restu., Yuniarti, Anni, dan Rezamela, Erdiansyah. 2020. Efektifitas Pembuatan
Kompos Limbah Pabrik Teh Hijau (Tea fluff) menggunakan EM4 dan Pupuk Kandang
Sapi. Soilrens, 8(1)

DOKUMENTASI

Gambar 1. Kotoran sapi Gambar 2. Molase dan EM4 Gambar 3. Daun lamataro
Gambar 4. Menimbang Gambar 5. Menimbang Gambar 6. Mengukur
kotoran sapi sebanyak 2 kg daun lamtoro sebanyak 3kg dosis molase sebanyak 250
ml

Gambar 7. Mengukur dosis Gambar 8. Menuangkan Gambar 9. Menuangkan

EM4 sebanyak 250 ml daun lamtoro ke dalam tong kotoran sapi ke dalam tong

Gambar 10. Menambahkan Gambar 11. Menambahkan Gambar 12. Mengaduk


molase dan EM4 air bersih sebanyak 20 Liter hingga bahan tercampur
semua
Gambar 13. Mengukur pH Gambar 14. Menutup
awal aktivator aktivator dengan rapat

Anda mungkin juga menyukai