Tujuan Pembelajaran:
MODUL
4
1. Mampu memahami faktor-faktor produksi dan tri
tunggal usahatani
2. Mampu memahami perencanaan kegiatan dan
anggaran usahatani
3. Mampu memahami resiko dalam usahatani
Page 2 of 17
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019
Masalah lingkungan dan ancaman degradasi lahan di negara-negara
berkembang sebagian besar disebabkan karena eksploitasi lahan yang
berlebihan dan penggundulan hutan sehingga akan terjadi erosi tahah, hilangnya
lahan tadah hujan, hilangnya kesuburan tanah dan sebagainya. Penyebaran
varietas-varietas modern, irigasi, pupuk buatan dan mesin-mesin pertanian
mengakibatkan pertumbuhan dinamis dalam pertanian, namun juga
menimbulkan banyak masalah pada lahan pertanian.
Page 3 of 17
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019
latihan dalam menjalankan pekerjaannya. Misalnya tukang sapu, pemulung,
dan lain-lain. Berdasarkan sifat kerjanya, tenaga kerja dibagi menjadi tenaga
kerja rohani dan tenaga kerja jasmani. Tenaga kerja rohani adalah tenaga
kerja yang menggunakan pikiran, rasa, dan karsa. Misalnya guru, editor,
konsultan, dan pengacara. Sementara itu, tenaga kerja jasmani adalah
tenaga kerja yang menggunakan kekuatan fisik dalam kegiatan produksi.
Misalnya tukang las, pengayuh becak, dan sopir.
Dalam usahatani, Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk
memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam
arti luas yang meliputi usahatani pertanian, peternakan, perikanan dan
pemungutan hasil laut. Petani memiliki banyak fungsi dan kedudukan atas
perannya, antara lain
a. Petani sebagai pribadi
b. Petani sebagai kepala keluarga
c. Petani sebagai guru (tempat bertanya bagi petani lain)
d. Petani sebagai pengelola usahatani
e. Petani sebagai warga sosial, kelompok
f. Petani sebagai warga negara
Dalam pertanian masa depan, diharapkan petani menjadi petani sejati yang
menguasai hak untuk memiliki keragaman hayati, hak untuk melestarikan,
memuliakan, mengembangkan, saling tukar dan jual benih, hak untuk
memperoleh makanan yang aman dan menyelamatkan. Termasuk hak untuk
memperoleh keadilan harga dan dorongan untuk bertani secara berkelanjutan
serta hak untuk memperoleh informasi yang benar. Pertanian lokal setempat
menemukan cara-cara untuk memperbaiki struktur tanah, kapasitas menahan air
serta keberadaan unsur hara dan air tanpa pemanfaatan input buatan. Dalam
banyak kasus, sistem pertanian mereka kini dan dahulu merupakan bentuk-
bentuk pertanian ekologis yang lebih canggih dan tidak destruktif serta tepat
bagi kondisi-kondisi lingkungan yang khusus.
Page 4 of 17
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019
barang yang dihasilkan dan dimiliki masyarakat disebut kekayaan masyarakat.
Kekayaan itu sebagian untuk konsumsi dan sebagian untuk memproduksi
barang-barang baru, inilah yang disebut modal masyarakat atau modal sosial.
Perkataan modal atau kapital dalam arti sehari-hari digunakan dalam bermacam
arti, yaitu modal sama artinya dengan harta kekayaan seseorang dan modal
dapat mendatangkan penghasilan bagi si pemilik modal, dan ini terlepas dari
kerjanya. Menurut sifatnya modal dibagi menjadi: modal tetap dan modal
bergerak. Modal tetap adalah barang-barang modal yang digunakan dalam
proses produksi yang dapat digunakan beberapa kali. Meskipun akhirnya modal
itu tandas atau habis juga, tetapi sama sekali tidak terhisap dalam hasil. Contoh
modal tetap : mesin, bangunan, alat-alat pertanian. Modal bergerak adalah
barang-barang modal yang dipakai dalam proses produksi dan habis terpakai
dalam proses produksi. Contoh modal bergerak: pupuk, bahan bakar, bahan
mentah.
Berdasarkan sumbernya, modal dapat dibagi menjadi dua: modal sendiri
dan modal asing. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari dalam
perusahaan sendiri. Misalnya setoran dari pemilik perusahaan. Sementara itu,
modal asing adalah modal yang bersumber dari luar perusahaan. Misalnya modal
yang berupa pinjaman bank.
Berdasarkan bentuknya, modal dibagi menjadi modal konkret dan modal
abstrak. Modal konkret adalah modal yang dapat dilihat secara nyata dalam
proses produksi. Misalnya mesin, gedung, mobil, dan peralatan. Sedangkan yang
dimaksud dengan modal abstrak adalah modal yang tidak memiliki bentuk nyata,
tetapi mempunyai nilai bagi perusahaan. Misalnya hak paten, nama baik, dan
hak merek.
Berdasarkan pemilikannya, modal dibagi menjadi modal individu dan modal
masyarakat. Modal individu adalah modal yang sumbernya dari perorangan dan
hasilnya menjadi sumber pendapatan bagi pemiliknya. Contohnya adalah rumah
pribadi yang disewakan atau bunga tabungan di bank. Sedangkan yang
dimaksud dengan modal masyarakat adalah modal yang dimiliki oleh pemerintah
dan digunakan untuk kepentingan umum dalam proses produksi. Contohnya
adalah rumah sakit umum milik pemerintah, jalan, jembatan, atau pelabuhan.
Terakhir, Modal sebagai salah satu faktor produksi bisa dibedakan kedalam:
modal tetap dan modal lancar (variabel). Modal tetap terkait dengan modal
yang tidak bisa diubah dalam jangka pendek, diantaranya tanah (sudah dibahas
tersendiri diatas), alat-alat pertanian, bangunan dan sebagainya. Sedangkan
Page 5 of 17
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019
modal lancar (variabel) adalah modal yang bisa diubah dalam jangka pendek
seperti bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan sebagainya. Pelaksanaan
usahatani memerlukan modal sehingga tidak terlepas dari masalah pendanaan
dan pengelolaaan (manajemen) keuangan.
Sumber pembentukan modal dapat berasal dari milik sendiri, pinjaman
(kredit dari bank, dari koperasi dari tetangga atau famili), warisan, dari usaha
lain dan kontrak sewa. Modal dari kontrak sewa diatur menurut jangka waktu
tertentu, sampai peminjam dapat mengembalikan, sehingga angsuran (biasanya
tanah, rumah dll) menjadi dan dikuasai pemilik modal.
Page 6 of 17
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019
pada usahataninya? Apakah produknya dapat bersaing pada era globalisasi saat
ini? Untuk menjawab pertanyaan ini, paling tidak ada tiga hal yang harus
diperbaiki, yaitu:
Peningkatan Kemampuan Manajemen Usahatani:
1) Peningkatan produktifitas komoditi tanaman pangan dilakukan dengan
meningkatkan mutu intensifikasi yang dijalankan secara berkelanjutan dan
efisien guna meningkatkan daya saing, dengan tetap mengacu kepada
kelestarian lingkungan. Peningkatan produktifitas usahatani dilakukan dengan
penerapan teknologi maju, cara lain untuk meningkatkan usahatani adalah
dengan perluasan areal tanam. Peningkatan Intensitas Pertanaman (PIP) baik
dari intensitas pertanaman (IP) 100 menjadi IP 200 maupun dari IP 200
menjadi IP 300 pada berbagai tipologi lahan. Penambahan baku lahan (PBL)
yang diupayakan melalui pemanfaatan lahan-lahan potensial, terutama diluar
Jawa.
2) Peningkatan Nilai Tambah, upaya pengembangan usaha yang mampu
memberikan nilai tambah bagi petani perlu terus ditingkatkan, sehingga
petani dapat memasarkan produknya bukan hanya dalam bentuk makanan
mentah akan tetapi dalam bentuk olahan. Untuk itu perlu dilakukan upaya-
upaya antara lain:
a) Penerapan teknologi panen dan pasca panen yang tepat
b) Penyebarluasan teknologi pengolahan hasil
c) Pemasyarakatan penerapan standart mutu
d) Pemanfaatan peluang kredit
3) Pengembangan sarana dan prasarana pertanian tanaman pangan diarahkan
untuk menjamin aksesbilitas guna mendukung keberhasilan upaya
peningkatan produktifitas, perluasan areal tanam. Termasuk pengolahan dan
pemasaran hasil, melalui upaya-upaya antara lain sebagai berikut:
a) Peningkatan fasilitas penyediaan dan distribusi sarana produksi dilapangan
untuk menciptakan iklim yang kondusif dan berusahatani
b) Peningkatan efektivitas dan efisiensi koordinasi antar instansi terkait
dalam melakukan pengembangan sarana dan prasarana
Untuk pemasaran komoditi usahatani, dikembangkan dengan sistem
pemasaran yang efisien dan berorientasi pada kebutuhan konsumen melalui
upaya-upaya pengembangan kelembagaan informasi pemasaran, standarisasi
dan mutu produk, pengamanan harga, kemitraan usaha, serta promosi
pemasaran.
Page 7 of 17
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019
4) Pengembangan kelembagaan
Upaya pemberdayaan petani diperlukan pengembangan kelembagaan baik
kelembagaan petani maupun pemerintah sebagai berikut:
a) Pengembangan kelompok tani melalui peningkatan kemampuannya tidak
hanya dari aspek budidayanya saja namun juga aspek agribisnis secara
keseluruhan dan kemampuan bekerja sama sehingga dapat berkembang
menjadi kelompok usaha baik dalam bentuk koperasi maupun unit usaha
kecil mandiri dan tumbuh dari bawah.
b) Peningkatan kualitas SDM, bantuan alat-alat prosessing, penyediaan
kredit, dan mengembangkan pola kemitran.
c) Pengembangan usaha Pelayanan Jasa Alsin (UPJA) dengan memperkuat
dan melakukan pembinaan terhadap petugas, manajer, operator, dan
petani melalui peningkatan fasilitas perbengkelan, kerjasama dengan
swasta, pelayanan kredit dan pelatihan.
d) Penguatan lembaga pemerintah seperti BPSB, BPTPH, balai benih maupun
Brigade proteksi sehingga dapat memberikan pelayanan prima kepada
masyarakat terutama petani melalui upaya peningkatan profesionalisme
terus operasional dan admisnistrasi, serta peningkatan kerja sama antar
petugas lapangan dan intansi terkait melalui forum konsultasi dan
konsolidasi.
2. PERENCANAAN USAHATANI
Perencanaan usahatani bersifat menguji implikasi pengaturan kembali
sumberdaya usahatani, perencana tertarik untuk mengevaluasi akibat yang
disebabkan oleh perubahan dalam metode berproduksi maupun organisasinya,
perencanaan dapat dilakukan pada usahatani sebagai satu kesatuan (whole farm
planning) atau sebagian saja (partial analysis). Sehingga anggaran pun harus
disusun berdasarkan semua penerimaan dan pengeluaran usahatani yaitu
dengan data masa lalu yang mewakili populasi usahatani dan dengan metode
penyuluhan massal.
Perencanaan meliputi 3 langkah pokok, yaitu:
1) Menyusun rencana terperinci mengenai cabang-cabang usaha dan metode
produksi yang akan digunakan. Contoh: macam tanaman, jumlah ternak yang
akan diusahakan, perincian varietas tanaman, waktu penanaman, macam pupuk
dan obat-obatan yang dipakai, intensitas penyiangan dll.
Page 8 of 17
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019
2) Menguji rencana yang telah diperinci itu kaitannya dengan sumberdaya yang
diminta dan apakah konsisten dengan kendala-kendala sumberdaya yang ada dan
faktor-faktor lain yang berpengaruh seperti institusional, kelembagaan, sosial dan
kebudayaan.
3) Mengevaluasi rencana dan menyusun urutan-urutan rencana alternatif
berdasarkan patokan yang sesuai, misalnya standart yang digunakan adalah
penghasilan bersih usahatani, maka alat yang bisa digunakan adalah metode
anggaran (budgeting method) dan perencanaan linier (linier programming).
Dalam kegiatan usahatani diperlukan penyusunan anggaran kegiatan (activity
budget). Activity budget merupakan suatu daftar informasi mengenai teknologi
produksi tertentu. Informasi tersebut bisa dikumpulkan dari : survey usahatani,
catatan usahatani, penyuluh yang berpengalaman, data experimen dll. Terdapat 2
istilah dalam Activity budget, yaitu:
1) Cabang usahatani (enterprise) : produksi komoditi tertentu untuk keperluan dijual
atau memenuhi konsumsi sendiri (misalnya padi dan jerami).
2) Kegiatan (activity): metode tertentu untuk memproduksi tanaman atau
mengusahakan ternak (misalnya padi sawah irigasi dan padi lahan kering adalah
kegiatan yang berbeda tetapi cabang usahanya sama).
Anggaran kegiatan mencakup:
1) Batasan kegiatan secara singkat tetapi jelas dan menyatakan apa yang diproduksi
serta bagaimana memproduksinya
2) Daftar kebutuhan sumberdaya (lahan, tenaga kerja dll)
3) Kuantifikasi hubungan dari berbagai kegiatan
4) Daftar kendala
5) Daftar biaya tidak tetap
6) Pernyataan jumlah produk yang dihasilkan dan taksiran harga yang diterima bila
produk dijual.
Page 9 of 17
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019
Umumnya ditanam antara bulan Maret dan oktober, tetapi dapat pula ditanam
sepanjang tahun.
b. Umur
Empat sampai tujuh bulan sesuai dengan keadaan iklim, tapi umumnya lima bulan.
c. Daya simpan dalam tanah
Panen dapat ditunda sampai dua bulan tanpa penyusutan hasil yang berarti.
3. Syarat pergiliran
a. Urutan tanam :
Umumnya ditanam sesudah ubi rambat atau talas atau sebagai tanaman pertama
sesudah masa bera pada lahan yang kurang subur. Umumnya disusul dengan
tanaman ubi kayu atau diberakan. Tidak dianjurkan untuk ditanam berturut-turut
pada lahan yang sama.
b. Tumpangsari :
Dapat ditanam sebagai tanaman lain bersama-sama dengan tanaman pisang (luas
efektif 33 persen).
c. Kesuburan tanah :
Kandungan nitrogen yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan vegetatif yang
berlebihan dan produksi ubi yang rendah.
4. Penanaman
a. Jarak tanam :
Umumnya ditanam kira-kira 1 m x 1 m (di tanam berjajar dengan mekanisasi)
b. Bahan tanaman :
Tumbuh sari potongan yang panjangnya kira-kira 30 cm, tiga atau empat batang di
tiap lubang. Lahan 0,05 ha akan memberikan bibit yang cukup untuk 1 ha.
5. Masukan lainnya
Pupuk tidak digunakan. Penyemprotan obat terhadap kumbang penggerek batang
dianjurkan tetapi jarang dilakukan.
6. Kebutuhan kerja
Pekerjaan Jumlah pria/ha
Menyiapkan bahan tanam 60
Menanam 100
Membuat bukit dan lubang 100
Menyiang setelah 1 bulan 75
menanam 55
Menyiang setelah 2 bulan 35
menanam
Menyiang setelah 3 bulan
menanam
Panen 345
Page 10 of 17
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019
7. Hasil
Rata-rata: 12,5 ton/ha
8. Kandungan gizi
Umumnya dimakan setelah direbus atau dipanggang. Mengandung 4,2 MJ/kg
bagian yang dapat dimakan, 1,5 persen protein, 1,5 persen bahan sisa. Makanan
pokok yang kurang disukai. Maksimum 35 persen energi yang diperoleh berasal
dari makanan ini. Tidak tahan lama disimpan setelah panen.
9. Tataniaga
Harga jual bersih di tingkat lokal $ 5,5/100 kg tahun 1974.
Sumber: Hardker (1975, halaman 18 – 22)
(E,V) :
Efficient
set
Pemecahan untuk petani tidak memperdulikan resiko
Ragam Pendapatan
kotor (V)
Page 11 of 17
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019
Page 12 of 17
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019
3. RESIKO USAHATANI
Menurut Soekartawi (1995), ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan
efisien untuk tujuan memperoleh pendapatan yang tinggi pada waktu tertentu.
Sedangkan usahatani adalah suatu organisasi produksi dimana petani sebagai
usahawan yang mengorganisisr lahan atau tanah, tenaga kerja dan modal yang
ditujukan pada produksi dalam lapangan pertanian, bisa berdasarkan pada pencarian
pendapatan maupun tidak. Sebagai usahawan dimana petani berhadapan dengan
berbagai permasalahan yang perlu segera diputuskan. Salah satu permasalahan
tersebut adalah apa yang harus ditanam petani agar nantinya usaha yang dilakukan
tersebut dapat memberikan hasil yang menguntungkan, dengan kata lain hasil
tersebut sesuai dengan yang diharapkan.
Sumber ketidakpastian yang penting di sektor pertanian adalah adanya fluktuasi
hasil pertanian dan fluktuasi harga (Soekartawi, 1993). Sebagai contoh,
ketidakpastian akibat fluktuasi hasil pertanian dalam agribisnis kedelai disebabkan
faktor alam seperti hama dan penyakit, curah hujan yang deras pada saat panen.
Sedangkan ketidakpastian akibat fluktuasi harga disebabkan oeh ketergantungan
harga kedelai lokal terhadap kedelai impor yang terus mengalami perubahan.
Sikap petani terhadap resiko berpengaruh terhadap pengambilan keputusan
dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi yaitu apabila petani berani menanggung
resiko maka akan lebih optimal dalam mengalokasikan faktor produksi sehingga
efisiensi juga lebih tinggi. Perilaku petani dalam menghadapi resiko terbagi dalam tiga
macam fungsi utilitas (Lyncolin, 1995) yaitu:
1) Fungsi utilitas untuk risk averter atau orang yang enggan terhadap resiko
2) Fungsi utilitas untuk risk neutral atau orang yang netralterhadap resiko
3) Fungsi utilitas untuk risk lover atau orang yang berani menanggung resiko
Setiap pekerjaan yang telah direncanakan secara maksimal akan meminta
pertimbangan antara pengorbanan dan faedah. Begitu pula pada sektor produksi, untuk
setiap kebutuhan ekonomis perlu diadakan perhitungan antara hasil yang diharapkan
dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk mencapai tujuan/hasil tersebut. Demikian pula
sektor pertanian, khususnya dalam usahatani dimana kegiatan tersebut harus dianggap
suatu perusahaan, agar biaya dan hasil yang didapatkan harus diadakan perhitungan
untuk mengetahui pendapatan dan efisiensi serta tingkat resiko dari usahatani tersebut.
Untuk menganalisis resiko yang dialami dalam usahatani menurut Ichsa et al.
(1998), dapat dilakukan melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif
Page 13 of 17
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019
lebih berdasarkan pada penelitian subjektif dari pengambilan keputusan. Sedangkan
pendekatan kuantitatif dapat dihitung dengan menggunakan nilai hasil yang diharapkan
sebagai indikator probabilitas dari investasi dan ukuran ragam (variance) dan simpangan
baku (standart deiviation) sebagai indikator resikonya.
Pengetahuan tentang hubungan antara resiko dengan pendapatan merupakan bagian
yang penting dalam pengelolaan usahatani. Hubungan ini biasanya diukur dengan
koefisien variasi atau tingkat resiko terendah dan batas bawah pendapatan. Koefisien
variasi atau tingkat resiko terendah merupakan perbandingan antara resiko yang harus
ditanggung oleh petani dengan jumlah pendapatan yang akan diperoleh sebagai hasil dari
sejumlah modal yang ditanamkan dalam proses produksi, koefisien variasi dapat juga
digunakan untuk memilih alternatif yang memberikan resiko paling sedikit dalam
mengharapkan suatu hasil (Kadarsa, 1995). Sedangkan batas atas pendapatan menurut
Hernanto (1998), adalah menunjukkan nilai nominal pendapatan terendah yang mungkin
diterima oleh petani.
Menurut Lipsey (1995) menyatakan bahwa “kurva biaya rata-rata jangka panjang
berbentuk U atau membentuk cawan”. Biaya yang semakin menurun dan kemudian naik.
Perluasan output dimungkinkan penurunan biaya per unit output. Hal ini disebut sebagai
biaya per unit output atau disebut keekonomian skala (economic scale). Gambar kurva U
sebagai berikut:
Biaya per unit
C2
Tingkat Biaya yang
C0 E0 dapat dicapai
C1 E1
LRAC
Tingkat Biaya yang tidak dapat dicapai
0 q0 q1 qm
Output per periode
Page 14 of 17
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019
biaya di atas C1 katakanlah C2 harus diterima. Dalam jangka panjang, pabrik untuk
menghasilkan q1 dapat dibangun dan biaya sebesar C1 dapat dicapai. Pada output Qm
perusahaan mencapai produksi per unit yang mungkin terendah untuk teknologi dan
harga faktor produksi tertentu.
Dari teori tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa biaya produksi tetap selama
belum ada peningkatan produksi, pada saat produksi ditingkatkan satu satuan,
peningkatan satu satuan pada jangka pendek dimana petani tidak dapat mengatur
semua proses produksi sehingga terjadi peningkatan satu satuan biaya produksi.
Namun pada saat produksi diturunkan satu satuan, penurunan satu satuan dalam
jangka pendek dimana petani tidak dapat mengatur semua proses produksisehingga
terjadi penurunan satu satuan biaya produksi. Sehingga bila terjadi peningkatan
produksi pada strata sempit, maka biaya yang harus dikeluarkan sebesar satu satuan
dari biaya lahan sempit. Dan jika terjadi penurunan strata lahan luas maka terjadi
penurunan biaya pada strata lahan luas sebesar satu satuan. Peningkatan biaya pada
strata lahan sempit terjadi karena peningkatan biaya tenaga kerja sebesar satu
satuan dan belum dilakukan efisiensi biaya tenaga kerja.
Sedangkan penurunan biaya pada strata lahan luas karena terjadi pengurangan
biaya tenaga kerja yang telah diefisienkan pada lahan luas, sehingga saat diturunkan
biaya satu satuan biaya tenaga kerja lebih efisien. Sehingga pendapatan dan efisiensi
yang meningkat dapat terjadi karena bertambahnya peluang optimalisasi pekerjaan
yang dimungkinkan oleh pembagian tenaga kerja. Hal ini berbanding terbalik dengan
tingkat resiko, dimana tingkat resiko rendah di berbagai strata penggunaan lahan
umumnya terkait dengan perubahan produksi pada masing-masing strata yang tidak
begitu bervariasi, begitu juga pada pengguna lahan dengan tingkat pendapatan tinggi
dimana petani pengguna lahan tersebut lebih mampu memperhitungkan perubahan
produksi pada tiap musim tanamnya sehingga kemungkinan resiko petani pada
pengguna lahan yang memiliki pendapatan yang lebih tinggi mempunyai resiko lebih
rendah dibanding petani pengguna lahan yang memiliki pendapatan yang lebih
rendah.
REFERENSI
Adiwilaga, A., 1975. Ilmu Usahatani. Penerbit Alumni. Bandung.
Anwar Adiwilaga, 1982, Ilmu Usahatani, Penerbit Alumni, Bandung
Blogspot. 2001. Sejarah Kerajaan Lombok (online). (Available on-line with updates
at http://www.kompas.com/menelusuri SisaMajapahitDiLombok.htm)
Damodar Gujarati,2000, Basic Econometric, McGrawHill,Illinois
Page 15 of 17
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019
Fadholi Hernanto, 1991, Ilmu Usahatani, BPFE, Yogjakarta
Hananto, S. 1980. Masalah perhitungan distribusi pendapatan di Indonesia. Prisma.
No. 1. LP3S. Jakarta
Harwood, R.R., 1990. A History of Sustainable Agriculture. Dalam Edwards, C.A., R.
Lai, P. Madden, R.H. Miller & G. House, 1990. Sustainable Agricultural
System. Soil and Water Conservation Society. Iowa: 3-19.
Hernanto, F., 1988. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hernanto, Fadholi. 1991, Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya: Jakarta
Irawijaya. 2006. Prospek Sektor Pertanian Lombok. (Available on-line with updates
at http://www.kompas.com/KabupatenLombokBarat.htm)
Makeham and Malcolm, 1981, Manajemen Usahatani di daerah Tropis
Moenandir, Jody, Prof, Dr, Ir. 2004. Diktat Kuliah Pengantar Ilmu Pertanian: Ilmu
Pertanian Umum. Universitas Brawijaya: Malang.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian Edisi III. LP3ES: Jakarta
Saragih Bungaran, 2004. Kuliah Tamu Perkembangan Mutakhir Pertanian Indonesia
dan Agenda Pembangunan ke Depan. Universitas Brawijaya. Malang
Shinta, A., 2005. Ilmu Usahatani. Diktat Kuliah Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.
Soeharto Prawirokusumo, 1990, Ilmu Usahatani, BPFE, Yogyakarta
Soekartawi, 1984, Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk pengembangan petani
kecil, UI-ress- Jakarta
-------------,1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani
Kecil. UI-Press. Jakarta.
-------------,1995, Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Soekartawi, A. Soeharjo, J.L. Dillon dan J.B. Hardaker, 1986. Ilmu Usahatani dan
Penelitian untuk Pengambangan Petani Kecil. Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta.
Suratiyah, K., 2002. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Cimanggis-Depok.
Indonesia.
PROPAGASI
TUGAS KEGIATAN BELAJAR :
A. Latihan dan Diskusi (Propagasi vertical dan Horizontal)
Indonesia dikenal kaya akan sumberdaya/factor produksi alam (natural
resources) dan sumber daya manusia (human resources) namun mengapa
Page 16 of 17
Manajemen Usahatani University of Brawijaya 2019
usahatani di Indonesia terutama petani kecil masih sulit berkembang.
Jelaskan!
B. Pertanyaan (Evaluasi mandiri)
1. Sebut dan Jelaskan factor produksi dalam pertanian
2. Sebut dan jelaskan factor produksi (sumberdaya) dalam ilmu manajemen
3. Apa yang dimaksud dengan human capital?
4. Mengapa perencanaan dalam usahatani penting? Jelaskan
5. Apakah resiko harus menjadi pertimbangan pokok dalam mengambil
keputusan berusahatani. Jelaskan!
6. Buat sebuah perencanaan suatu usahatani dengan memperhatikan resiko
dalam usahatani tersebut.
Page 17 of 17