kesatuan tanah air dari seluruh rakyat Indoneisa, yang bersatu sebagai bangsa
tergolong sangat pesat dari tahun ke tahun. Diperkirakan mencapai 240 juta
jiwa pada tahun 2014. Pertumbuhan penduduk (LPP) mencapai 1,49 persen
juta jiwa. Itu berarti setiap hari lahir 10.000 bayi. Selain itu, kualitas sumber
keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat.4 Jumlah penduduk
1
Pasal 25A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
2
Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria
3
http://www.dkn.go.id/site/index.php/ruang-opini/126-jumlah-pulau-di-indonesia diakses,
tanggal 15 juni 2014
4
http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/13/11/01/mvjx78-bkkbn-
jumlah penduduk-indonesia-sangat-tinggi diakses, tanggal 15 juni 2014
1
Provinsi Riau sendiri sebanyak 5.538.367 jiwa yang mencakup mereka yang
lahan untuk tempat tinggal. Hal ini meningkatkan intensitas eksploitasi hutan
maupun tempat tiggal. Ekploitasi hutan menjadi lahan ini merupakan salah
satu contoh tindak pidana yang kini marak terjadi di tengah masyarakat
Indonesia, yaitu tindak pidana kehutanan. Hal ini juga di tunjang oleh kultur
masyarakat Indonesia secara umum dan Riau secara khusus adalah bertani
maupun berkebun.
Salah satu daerah yang marak terjadi tindak pidana kehutanan adalah
satu kecamatan yang berada dalam wilayah Kabupaten Rokan Hilir Provinsi
Riau. Di wilayah ini, masih terdapat banyak sekali hutan yang dieksploitasi
5
http://sp2010.bps.go.id/index.php/site?id=14&wilayah=Riau diakses, tanggal 15 juni 2014
2
terjadi ini merupakan hulu dari tindak pidana lain yang saling berkaitan di
Kecamatan Bangko Pusako, karena hutan yang telah ditebang dan diambil
kayunya akan menjadi tanah/lahan kosong yang kemudian akan dikuasai dan
tersebut akan menjadi objek ekonomi bagi masyrakat sekitar, biasanya akan
dijual kepada pihak lain atau dimanfaatkan sendiri, namun yang paling sering
terjadi adalah tanah/lahan tersebut akan dijual dan ditanami kelapa sawit.6
proses jual beli yang cukup rumit, di mana pihak yang memiliki tanah/lahan
pelaku penipuan ini juga mengajak korban untuk melihat tanah/lahan yang
6
Wawancara dengan Bapak Ipda R.Ginting, SH Kepala Unit Reserse Kriminal Kepolisian
Bangko Pusako, Hari Rabu, Tanggal 5 Juni 2014, Bertempat di kantor Kepolisian Sektor Bangko
Pusako.
3
menjadi objek jual beli untuk lebih meyakinkan korban. Namun, setelah
terjadi proses jual beli dan korban menyerahkan sejumlah uang, ternyata
tanah/lahan yang menjadi objek jual beli bukanlah milik dari pelaku penipuan
melainkan milik warga lain yang tidak ingin menjual tanah/lahan tersebut.
Kasus tindak pidana penipuan ini, terus terjadi setiap tahunnya di wilayah
tujukan terhadap harta benda yang mana oleh si pelaku telah dipergunakan
pasal pertama dari judul itu, yaitu pada Pasal 378, mengenai tindak pidana
oplichting yang berarti juga penipuan tetapi dalam arti sempit. Penipuan
dalam arti luas (bedrog) yang memuat tidak kurang dari 17 pasal (Pasal 379a
7
Wawancara dengan Bapak Ipda R.Ginting, SH Kepala Unit Reserse Kriminal Kepolisian
Bangko Pusako, Hari Rabu, Tanggal 5 Juni 2014, Bertempat di kantor Kepolisian Sektor Bangko
Pusako.
8
Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1984, hal. 262.
4
- 379bis) yang merumuskan tindak-tindak pidana lain yang semuanya bersifat
menipu (bedriegen).9
berbunyi: 10
menghapuskan piutang;
Kasus tindak pidana penipuan ini mempunyai titik tekan pada cara
pelaku untuk merayu atau membujuk orang lain dengan kebohongan atau tipu
muslihat agar orang lain memberikan suatu barang. Hal ini sebagaimana
9
http://saifudiendjsh.blogspot.com/2014/02/pengertian-tindak-pidana-penipuan.html diakses,
tanggal 17 juni 2014.
10
Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
11
R.Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-komentarnya
Lengkap Pasal Demi Pasal, Politeia, Bogor, 1995, hal 261.
5
kaidah dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung No.1601.K/Pid/1990 tanggal
“Unsur pokok delict penipuan (ex Pasal 378 KUHP) adalah terletak
pada cara/upaya yang telah digunakan oleh si pelaku delict untuk
menggerakan orang lain agar menyerahkan sesuatu barang.”
Hukum Acara Pidana (KUHAP), maka sistem peradilan pidana yang dianut
pengadilan, dan penjara.15 Agar fungsi hukum pidana sebagai hasil dari
legislator ini dapat terselenggara secara maksimal, maka peran polisi sebagai
masyarakat, polisi dalam hal ini mempunyai peran penting untuk melakukan
12
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4df06353199b8/apakah-kasus-wanprestasi-
bisa-dilaporkan-jadi-penipuan diakses, tanggal 18 Juni 2014
13
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2008,
hal 15.
14
Yahya Harahap, Pemabahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Penyidikan dan
Penuntutan, Sinar Grafika, Jakarta, 2000, hlm. 90.
15
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineke Cipta, Jakarta, 2002, hlm.76
6
Tindak pidana penipuan jual beli tanah/lahan di wilayah Kepolisian
dari aparat kepolisian karena telah banyaknya masyarakat menjadi korban dan
mengalami kerugian yang cukup besar. Penyidikan yang baik dari pihak
sebagai berikut:
Dari data tersebut didapat gambaran bahwa kasus penipuan jual beli
tanah tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan diperkirakan akan
untuk mengkaji lebih dalam tentang masalah ini untuk diteliti yang
7
dituangkan dalam bentuk proposal skripsi dengan judul: “Penyidikan
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
2. Kegunaan Penelitian
8
a) Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memenuhi syarat
tolak dalam penelitian lebih lanjut tentang tindak pidana penipuan jual
beli tanah/lahan.
D. Kerangka Teori
16
RE. Baringbing, Catur Wangsa Simpul Mewujudkan Supremasi Hukum, Pusat Kajian
Informasi, Jakarta, 2001, hlm. 54.
17
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, PT.Raja
Grafindo, Jakarta, 2005, hlm. 5.
9
Manusia di dalam pergaulan hidup pada dasarnya mempunyai
berikut:19
18
Ibid, hlm. 6.
19
Ibid.
10
d) Faktor masyarakat, yaitu lingkungan dimana hukum tersebut berlaku
e) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang
penegakan hukum.
menegaskan bahwa pada intinya ada dua tugas polisi dibidang penegakan
lebih menitik beratkan pada sifat represif) dan penegakan hukum dengan
anggapan bahwa kejahatan atau pelanggaran akan terjadi jika faktor niat
20
Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hlm. 244.
21
Kunarto, Perilaku Organisasi Polisi, Cipta Manunggal, Jakarta, 1997, hlm. 111.
11
yang dimaksud adalah tindakan yang diambil oleh petugas apabila
menanggulangi kejahatan.
umumnya. Oleh karena itu, berdasarkan aspek ini maka tujuan dari
22
Ibid, hlm. 112.
23
Barda Nawawi Arif, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum
Pidana, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, hlm. 13.
12
d) Masyarakat memerlukan perlindungan terhadap keseimbangan atau
hukum.
terdapat dua unsur pembentuk kata, yaitu Straafbaar dan feit. Perkataan
24
P.A.F Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1997, hlm. 181.
13
pandangan yang tidak memisahkan antara unsur-unsur mengenai
a) Pandangan Dualisme
perundang-undangan.
pidana yaitu: 28
25
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2008, hlm. 72.
26
Ibid
27
Evi Hartati, Tindak Pidana Korupsi edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hlm. 6.
28
Ibid, hlm. 72.
14
2) Perbuatan tersebut harus sesuai dengan apa yang dilukiskan di
dalam undang-undang.
b) Pandangan Monoisme
dipertanggungjawabkan.29
peraturan perundang-undangan.31
29
Ibid, hlm. 75
30
Ibid.
31
Ibid.
15
kepada pelakunya diancam dengan sanksi pidana sedangkan melawan
dipertanggungjawabkan.
1. Pidana mati
2. Pidana penjara
3. Pidana kurungan
4. Pidana denda.
32
Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
16
Dari jenis-jenis ancaman pidana yang dijatuhkan, maka tidak
33
Erdianto Effendi, Hukum Pidana Indonesia – Suatu Pengantar, Refika Aditama, Bandung:
2011, hlm. 139.
34
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, Refika Aditama, Bandung:
2009, hlm. 22.
35
Erdianto Effendi, Op.cit, hlm. 141.
17
Alasan pemidanaan dapat digolongkan dalam tiga golongan
sebutan teori absolut (mutlak), menurut teori ini setiap kejahatan harus
ke masa depan.37
antara lain Immanuel Kant yang mengatakan fiat justitia ruat coelom
36
Ibid.
37
Wirjono Prodjodikoro, Op.cit, hlm. 23.
38
Erdianto Effendi, Op.cit, hlm. 141-142.
18
Teori absolut atau teori pembalasan ini terbagi dalam dua
macam, yaitu:39
teori ini antara lain Paul Anselm van Feurbach yang mengemukakan
pejabat.40
39
Ibid.
40
Ibid.
19
kejahatan, tetapi harus dipersoalkan perlu dan manfaatnya suatu
dilihat pada masa lampau, tetapi juga pada masa depan. Tujuan
siksaan.
umum).
41
Wirjono Prodjodikoro, Op.cit, hlm. 25
42
Samidjo, Pengantar Hukum Indonesia, Armico, Bandung: 1985, hlm. 154
20
disebut sebagai teori gabungan (verenigings theorien). Penganutnya
penting dari teori ini.43 Dasar pemikiran teori gabungan adalah bahwa
pemidanaan bukan saja untuk masa lalu tetapi juga untuk masa yang
pidana yang telah dilakukan. Pidana ini didasarkan pada berat dan
pidana.
Pidan(KUHP).45
E. Kerangka Konseptual
43
Wirjono Prodjodikoro, Op.cit, hlm. 27.
44
Erdianto Effendi, Op.cit, hlm. 143-144.
45
Ibid. hlm. 145.
21
Kerangka konseptual merupakan kerangka yang menggambarkan
serta Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus
oleh undang-undang.48
perbuatan yang dilarang yang mana di sertai sanksi berupa pidana tertentu
sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama
46
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1990, hlm. 132.
47
Pasal 1 angka 2 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
48
Ibid., pasal 1 angka 1 jo. Pasal 6 jo. pasal 10
49
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hlm.5.
22
kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu
piutang.50
5. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu barang, dan pihak yang lain
untuk usaha dan atau kegiatan ladang dan atau kebun bagi masyarakat.52
F. Metode Penelitian
1) Jenis Penelitian
adanya kesenjangan antara das sollen dan das sein.53 Penelitian hukum
50
Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
51
Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer)
52
Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Meneteri Lingkungan Hidup Nomor 10 Tahun 2010 tentang
Mekanisme Pencegahan Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup yang Berkaitan
dengan Kebakaran Hutan dan/atau Lahan.
53
Nico Ngani, Metodologi Penelitian dan Penulisan Hukum, Pusaka Yustisia, Yogyakarta,
2012, hlm 82.
54
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2010, hlm. 35.
23
menggambarkan hukum sebagai suatu kontrol sosial yang berkaitan
perilaku tersebut.55
2) Lokasi Penelitian
Bangko Pusako, lokasi ini dipilih mengingat daerah ini merupakan salah
satu daerah yang memiliki potensi cukup tinggi terjadinya tindak pidana
penipuan jual beli tanah/lahan. Hal ini dikarenakan masih cukup luasnya
a. Populasi
yang sama. Populasi dapat berupa himpunan orang, benda (hidup atau
mati), kejadian, kasus-kasus, waktu, atau tempat dengan sifat atau ciri
55
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Pustaka, Jakarta: 2003,
hlm. 76.
24
yang sama.56 Dari definisi diatas penulis mengambil populasi dalam
b. Sampel
jelasnya mengenai populasi dan sampel dapat kita lihat tabel berikut:
Tabel 1.1
Jumlah Populasi dan Sample
No Responden Populasi Sample Persentase (%)
Kanit Reskrim Polsek
1 1 1 100%
Bangko Pusako
Penyidik Pembantu Polsek
2 6 4 67%
Bangko Pusako
56
Ibid, hlm. 118.
57
Bambang Suggono, Metode Penelitian Hukum, PT Persada Raja Grafindo, Jakarta, 1996,
hlm.121.
25
Pelaku Tindak Pidana
3 2 2 100%
Penipuan
Jumlah 9 7 -
Sumber : Kepolisian Sektor Bangko Pusako, Bulan Mei Tahun 2014
4. Sumber Data
a. Data Primer
b. Data Sekunder
peroleh dari :
58
Amirudin Zainal Askin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2004, hlm.32.
26
Yaitu buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan hukum yang
6. Analisa Data
59
Burhan Ashshafa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm.95
27
Berdasarkan dengan rumusan permasalahan dan pembahasan atas
dalam bentuk kalimat yang teratur, logis, dan efektif sehingga dapat
yang menarik suatu kesimpulan dari suatu pernyataan atau dalil yang
G. Jadwal Penelitian
waktu 6 bulan. Penelitian ini dimulai bulan Maret 2014 dan selesai bulan
Tabel 1.2.
Jadwal Penelitian
Penulisan Proposal √ √ √
Seminar Proposal √
Perbaikan Proposal √
Pengumpulan Data √
60
Ibid, hlm 100.
28
Pengelolaan Data √
Seminar Skripsi √
Perbaikan Skripsi √
Penyerahan Skripsi √
29
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Hartati, Evi, 2008, Tindak Pidana Korupsi edisi Kedua, Sinar Grafika,
Jakarta.
30
Sunggono, Bambang, 2003, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo
Pustaka, Jakarta.
B. Perundang-undangan
C. Website:
http://www.republika.co.id/bkkbn-jumlah penduduk-indonesia-sangat-tinggi
diakses, tanggal 15 juni 2014
http://saifudiendjsh.blogspot.com/pengertian-tindak-pidana-penipuan.html
diakses, tanggal 17 juni 2014.
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4df06353199b8/apakah-kasus-
wanprestasi-bisa-dilaporkan-jadi-penipuan diakses, tanggal 18 Juni 2014
31