Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENGANTAR TRANSFORTASI

(Perencanaan Transfortasi dan Perencanaan Ruang)

DOSEN PENGAMPU: MUHAMMAD SOFWAN ST.MT

SANTOSO
183410857
III B
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesaipada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada yang telah berkontribusi dengan memberikan
ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.Kami berharap semoga
makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami
memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.

Pekanbaru,15 Desember 2019

SANTOSO

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................... I


DAFTAR ISI.................................................................................. II
BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1
1.1 Latar belakang ................................................................................... 1
1.2 Ruang lingkup pembahasan ............................................................. 2
1.3 Tujuan penelitian ............................................................................... 2

BAB II PERENCANAAN TRANSFORTASI ................................. 3


2.1 Pengertian Perencanaan Transfortasi ............................................. 3
2.2 Perencanaan Ruang ........................................................................... 3
2.3 Konektivitas Tansfortasi ................................................................... 5
2.4 Intraksi Land use dan Transfortasi ................................................. 5
2.5 Perbedaan Konetivitas dan Aksebilitas Transfortasi .................... 6
2.6 Kaitan Transfortasi dengan Tata Ruang ........................................ 8

BAB III PENUTUP ...................................................................... 10


3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 10
DAFTAR ISI................................................................................ 11

II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan transportasi merupakan rangkaian kegiatan persiapan pengadaan atau
penyediaan sistem transportasi agar sesuai dengan tingkat kebutuhan (demand) pada setiap
waktu di suatu ruang. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk memperkirakan
kebutuhan (demand) yaitu dengan menggunakan metode empat tahap (four stage method).
Langkah awal yang terdapat pada metode empat tahap yaitu analisis bangkitan perjalanan
yang merupakan analisa terhadap jumlah perjalanan yang berasal atau bertujuan pada suatu
zona. Adapun tujuan analisis bangkitan perjalanan ini adalah untuk memperkirakan jumlah
perjalanan orang/kendaraan yang berasal atau bertujuan pada suatu zona di masa yang akan
datang dengan menetapkan hubungan / model antara karakteristik perjalanan dengan tata guna
lahan.
Pada dasarnya suatu daerah atau kompleks pemukiman akan membangkitkan perjalanan
atau pergerakan yang dapat menambah beban lalu lintas pada jaringan jalan yang ada sehingga
nantinya dapat mempengaruhi derajat pelayanan jalan tersebut. Keadaan seperti ini juga dapat
dilihat di kawasan Ciputat terutama Kelurahan Sawah Lama, yang terletak di dekat daerah
pinggiran Jakarta Selatan. Sebagian besar dari wilayah ini merupakan kawasan pemukiman
penduduk yang dihuni warga dengan banyak aktifitas di luar kawasan pemukiman,
diantaranya ke kawasan perkantoran, sekolah, pasar, dan sebagainya. Sehingga menyebabkan
timbulnya suatu bangkitan perjalanan.
Bangkitan perjalanan ini akan menambah beban lalulintas pada jalan-jalan utama menuju
ke tempat aktifitas masing- masing sehingga akan mempengaruhi tingkat pelayanan jalan yang
ada. Arus lalulintas yang berasal dari daerah studi yaitu Perumahan Ciputat Baru dan Graha
Permai yang ingin menuju Jakarta, secara tidak langsung melalui akses Jalan Ki Hajar
Dewantoro dan Jalan Ir. Juanda yang berfungsi sebagai jalan penghubung. Begitu pula
sebaliknya pada sore hari. Pada kenyataannya saat ini, setiap pagi dan sore hari terjadi
beberapa kemacetan yang disebabkan oleh kepadatan lalu lintas di sepanjang Jalan Ir. Juanda
yang digunakan sebagai jalan utama menuju daerah Jakarta.

1
Dengan menghasilkan suatu model bangkitan perjalanan, diharapkan dapat menjadi contoh
untuk memperkirakan jumlah perjalanan yang dilakukan penghuni rumah tangga di daerah
Ciputat, sehingga dapat menjadi masukkan pada perencanaan sistem transportasi di daerah
tersebut untuk mengurangi penurunan tingkat pelayanan jalan.

1.2 Ruang Lingkup Pembahasan


Ruang lingkup pembahasan masalah memberikan wawasan tentang perencanaan transfortasi
dan perencanaan ruang baik itu konektivitas,intraksi landuse dan transfortasi,perbedaan
konektivitas dan aksebilitas.

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian perencanaan transfortasi dan perencanaan ruang yaitu:
1. Untuk memperkirakan jumlah dan lokasi kebutuhan akan transportasi (jumlah
perjalanan, baik untuk angkutan umum ataupun angkutan pribadi) pada masa yang
akan datang (tahun rencana) untuk kepentingan kebijaksanaan investasi perencanaan
transportasi sehingga efektif, efisien dan ekonomis. Prosesnya diawali dengan
identiikasi awal mengapa perencanaan diperlukan,
2. dilanjutkan dengan pengumpulan informasi mengenai pola perjalanan melalui survei
asal tujuan beserta pengumpulan data skunder, modeling dan dilanjutkan dengan
membuat perkiraan permintaan dimasa yang akan datang.
3. Selanjutnya dirumuskan kebijakan untuk menghadapi masa yang akan datang dan
sebagai tahapan terakhir adalah penyusunan rumusan rencana yang akan
dikembangkan pada masa yang akan datang beserta jadwal waktunya.

2
BAB II
PERENCANAAN TRANSFORTASI

2.1 Pengertian Perencanaan Transfortasi


Perencanaan transportasi adalah suatu perencanaan kebutuhan prasarana transportasi seperti
jalan, terminal, pelabuhan, pengaturan serta sarana untuk mendukung sistem transportasi yang
efisien, aman dan lancar serta berwawasan lingkungan. Perencanaan adalah suatu proses yang
kontinu yang melibatkan keputusan/pilihan tentang bagaimana memanfaatkan/mengalokasi
sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan tertentu di masa yang akan datang.

Visi

Iptek, Strategi Mimpi

Keahlian Instrument Keinginan

Tujuan

Dari gambar di atas, perencanaan transportasi dapat diartikan “dengan bekal ilmu
pengetahuan, teknologi dan keahlian kita berusaha menentukan strategi, memilih instrument/alat
atau cara yang paling efektif untuk ‘mencapai tujuan’ atau ‘impian’ yang kita kehendaki terjadi
di ‘masa yang akan datang’ tentang ‘kinerja’ system transportasi yang menjadi objek
perencanaan, dengan memanfaatkan sumber daya yang mungkin diadakan.
Kegiatan perencanaan transfortasi:
1. Identifikasi masalah
Merupakan sumber kesenjangan antara ’harapan/tujuan’ dengan ’kondisi sekarang’.
2. Alternatif kebijakan (policy options) atau solusi
Berbagai alternatif kebijakan diperiksa efektifitasnya dalam mencapai tujuan, dan untuk ini
biasanya akan lebih mudah bila tersedia alat bantu (model).
2.2 Perencanaan Ruang
Perencanaan ruang adalah ekspresi geografis yang merupakan cermin lingkup kebijakan yang
dibuat dalam masyarakat terkait dengan perekonomian, sosial, dan kebudayaan mereka. Metode

3
metode perencanaan ruang digunakan oleh sektor-sektor umum untuk membentuk alur distribusi
sumber daya dan aktivitas yang terjadi dalam sebuah ruang dengan berbagai jenis dan skala.
Perencanaan tata ruang juga istilah yang digunakan untuk jurusan akademis, dimana berbagai
teknik administrasi dan kebijakan dikembangkan sebagai pendekatan menyeluruh lintas disiplin
terhadap pembangunan daerah yang seimbang dan penataaan ruang yang sesuai dengan strategi
besar pembangunan masyarakat.[1] Perencanaan tata ruang terdiri dari semua
tingkat penatagunaan tanah, termasuk perencanaan kota, perencanaan regional, perencanaan
lingkungan, rencana tata ruang nasional, sampai tingkat internasional seperti Uni Eropa.

Salah satu definisi awal perencanaan tata ruang diambil dari European Regional/Spatial
Planning Charter (disebut juga Torremolinos Charter), yang diadopsi pada tahun 1983 oleh
Konferensi Menteri Eropa yang bertanggung jawab atas Regional Planning (CEMAT), yang
berbunyi: "Perencanaan tata ruang memberikan ekspresi geografis terhadap kebijakan-kebijakan
ekonomi, sosial, budaya, dan ekologis. Perencanaan tata ruang juga merupakan sebuah ilmu
ilmiah, teknik administrasi, dan kebijakan, yang dikembangkan sebagai pendekatan lengkap dan
antar-ilmu, yang diarahkan kepada pengembangan regional dan organisasi fisik terhadap sebuah
strategi utama."

Di Indonesia konsep perencanaan tata ruang mempunyai kaitan erat dengan konsep
pengembangan wilayah. Konsep pengembangan wilayah telah dikembangkan antara lain oleh
Sutami pada era 1970-an, dengan gagasan bahwa pembangunan infrastruktur yang intensif akan
mampu mempercepat terjadinya pengembangan wilayah, juga Poernomosidhi (era transisi)
memberikan kontribusi lahirnya konsep hierarki kota-kota yang hierarki prasarana jalan melalui
Orde Kota.

Selanjutnya Ruslan Diwiryo (era 1980-an) yang memperkenalkan konsep Pola dan Struktur
ruang yang bahkan menjadi inspirasi utama bagi lahirnya UU No.24/1992 tentang Penataan
Ruang. Pada era 90-an, konsep pengembangan wilayah mulai diarahkan untuk mengatasi
kesenjangan wilayah, misal antara KTI dan KBI, antar kawasan dalam wilayah pulau, maupun
antara kawasan perkotaan dan perdesaan. Perkembangan terakhir pada awal abad millennium,
bahkan, mengarahkan konsep pengembangan wilayah sebagai alat untuk mewujudkan integrasi
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4
2.3 Konektivitas Tansfortasi
Pertumbuhan ekonomi Indonesia ditentukan oleh sejumlah faktor. Di antaranya yang paling
penting adalah konektivitas antar daerah dan konektivitas suatu wilayah dalam negeri dengan
luar negeri.Konektivitas pasti terkait dengan transportasi. Keterjangkauan daerah di penjuru
Indonesia dengan moda transportasi darat, laut, dan udara serta terjaminnya sarana-sarana
terkaitseperti Pelabuhan Laut, Bandara, Stasiun KeretaApi, dan lain-lain sudah pasti
menumbuhkan perekonomian yang baik.“Konektivitas menciptakan kelancaran dan kemudahan
perhubungan dan perdagangan nasional” ucap Menteri Perhubungan Budi Karya
Sumadi.Berbagai potensi wilayah seperti pariwisata akan semakin terangkat dengan kemudahan
perpindahan individu dari satu wilayah ke wilayah lain di Indonesia.Kebutuhan logistik
masyarakat di wilayah-wilayah Indonesia akan semakin terpenuhi, sehingga berefek pada
penekanan perbedaan harga produk pada masing-masing wilayah.Pada akhirnya, efek dari
konektivitas yang terjaga ini akan menstimulus pertumbuhan ekonomi.

Konektivitas transportasi akan memungkinkan wilayah-wilayah di penjuru Indonesia dapat


dijangkau. Arus orang dan logistik di wilayah-wilayah itu akan menegaskan kehadiran
negara.Selain itu, kedaulatan Indonesia akan terjaga.Konektivitas perhubungan memerlukan
sokongan dana yang besar. APBN dirasa tidak mencukupi. Salah satu jalan adalah memberi
peluang bagi swasta untuk bermitra dengan pemerintah guna mewujudkan konektivitas
transportasi.

Kemitraan ini dilakukan dengan tetap memberi porsi besar pada pengawasan oleh pemerintah
sehingga menjamin pelayanan publik terpenuhi.Konektivitas transportasi adalah hal yang dewasa
ini mempengaruhi kehidupan dan aktivitas manusia. Ada banyak pihak yang terlibat
(stakeholder) dalam penyelenggaraan konektivitas transportasi. Sektor–sektor ekonomi ada yang
terkait langsung dan tidak langsung dengan konektivitas transportasi. Perekonomian Indonesia
juga tergantung dari adanya konektivitas transportasi.

2.4 Intraksi Land use dan Transfortasi


Transportasi dan penggunaan lahan adalah bagian dari sistem umpan balik retroaktif.
Aksesibilitas dibentuk oleh struktur, kapasitas dan konektivitas infrastruktur transportasi, yang
tidak seragam. Karena aksesibilitas berbeda, atribut ini berdampak pada penggunaan lahan,

5
Seperti lokasi kegiatan baru, perluasan atau kepadatannya. Perubahan-perubahan ini akan
mempengaruhi pola kegiatan dalam hal distribusi dan tingkat permintaan transportasi. Perubahan
permintaan ini akan membentuk perencanaan, pemeliharaan, dan peningkatan infrastruktur dan
layanan transportasi seperti jalan dan angkutan umum. Sekali lagi, perubahan-perubahan ini
selanjutnya akan memengaruhi aksesibilitas ke dalam siklus interaksi baru.
Interaksi antara guna lahan dan transportasi merupakan interaksi yang berjalan terus dan
membentuk suatu siklus dalam sistem Land Use Transportasi yang akan selalu menuju
keseimbangan. Dalam Konteks menuju keseimbangan, perlu dipahami interaksi Land Use dan
Transportasi. Pemahaman dilakukan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi guna
lahan dan tranportasi, yaitu harga lahan, aksesibilitas, populasi dan sistem aktivitas. Hubungan
sebab akibat antar faktor-faktor di atas, diterjemahkan ke dalam model simulasi dinamika sistem
interaksi Land Use dan Transportasi. Bila terjadi perubahan pada salah satu faktor akan
mengakibatkan perubahan faktor lainnya. tujuan untuk merumuskaa model interaksi Land Use
dan Transportasi dengan menggunakan motode dinamika sistem. Karya tulis ini juga bertujuan
merumuskan dominasi penggunaan lahan dan kebijakan pengembangan lahan pada setiap zona,
berdasarkan model interaksi tersebut.

2.5 Perbedaan Konetivitas dan Aksebilitas Transfortasi


Konektivitas merupakan salah satu strategi yang ditempuh dalam rangka percepatan dan
perluasan pembangunan ekonomi nasional. Oleh karena itu, terdapat tiga prinsip konsep
konektivitas.Pertama, memaksimalkan pertumbuhan melalui kesatuan kawasan, bukan
keseragaman (inclusive development) dengan menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan. Kedua,

6
memperluas pertumbuhan melalui konektivitas wilayah-wilayah melalui inter-moda supply chain
system yang menghubungkan hinterland dan yang tertinggal dengan pusat-pusat pertumbuhan.
Ketiga, mencapai pertumbuhan inklusif dengan menghubungkan daerah terpencil dengan
infrastruktur dan pelayanan dasar dalam mendapatkan manfaat pembangunan.

Aksesibilitas adalah konsep yang menghubungkan system pengaturan tata guna lahan secara
geografis dengan system jaringan transportasi yang menghubungkannya. Salah satu dimensi
aksesibilitas perkotaan yang penting adalah hubungan yang terbentuk antara perumahan dan
lokasi tempat kerja melalui penyediaan jaringan jalan yang ada.Perkembangan jaringan jalan
serta peningkatan kondisi ekonomi masyarakat dan tingginya persaingan untuk menguasai lahan
di pusat kota mengakibatkan perpindahan penduduk ke kawasan pinggiran kota. Hal ini juga
terjadi di kota Semarang, perkembangan wilayah perkotaannya cenderung mengarah ke wilayah
pinggiran. Hal ini menunjukan bahwa perkembangan wilayah perkotaan tidak bisa terlepas dar
kemudahan untuk mencapai suatu tempat (aksesibilitas).Aksesibilitas tersebut terdiri dari
prasarana (system jaringan jalan) yang ada beserta ketersediaan sarana untuk melakukan
pergerakannya (angkutan pribadi maupun angkutan umum). Oleh karena itu, penulisan ini
bertujuan untuk melakukan kajian terhadap salah satu dimensi aksesiblitas perkotaan yang
penting, yaitu berupa pemetaan permintaan pergerkaan penduduk ke tempat kerja serta
pengaruhnya terhadap perkembangan.Ada berbagai unsur yang mempengaruhi tingkat
aksesbilitas, misalnya kondisi jalan, jenis alat angkutan yang tersedia, frekuensi keberangkatan
dan jarak (Robinson Tarigan, 2003:140). Faktor lain yang juga mempengaruhi fungsi rendahnya
aksesibilitas adalah topografi, sebab dapat menjadi penghalang bagi kelancaran untuk
mengadakan interaksi di suatu daerah. Keadaan hidrologi seperti sungai, danau, rawa, dan laut
juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pembangunan pertanian, perikanan,
perhubungan, perindustrian, kepariwisataan. Jadi tinggi rendahnya wilayah sangat tergantung
pada morfologi, topografi, dan laut juga sistem jaringan serta tersedia, sarana dan prasarana
pendukung untuk memperlancar berbagai hubungan antara daerah sekitarnya (Sumaatmadja,
1988:44-45).

Jaringan jalan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kelancaran pelayanan
umum yang sangat penting, tersedianya prasarana jalan baik kualitas maupun kuantitas sangat
menentukan mudah dan tidaknya suatu daerah di jangkau (tingkat aksesibilitas). Apabila

7
aksesbilitas di suatu daerah tinggi maka perkembangan wilayah akan mengalami kelancaran.
Sehingga semakin baiknya sistem jaringan jalan dalam suatu wilayah, semakin lancar pula
distribusi baik barang, jasa maupun informaasi lainnya yang dapat memacu perkembangan
wilayah tersebut.
Sarana dan prasarana yang disuatu wilayah berupa jalan, jembatan, jaringan telekomunikasi,
kendaraan (darat, udara, dan laut), terminal, pelabuhan, dan lain-lain memberikan landasan
terhadap kelancaran perencanaan dan pelaksanaan pembangunan wilayah. Sarana dan prasarana
transpotasi akan menunjang dan mendukung pembangunan secara fisik (Sumaatmadja, 1988:44).
Dalam hal ini, untuk memudahkan pelayanan dan menghindarkan kemacetan perlu
mengembangkan jaringan jalan dan jasa pelayanan dalam dengan melibatkan peran pemerintah
setempat dan masyarakat serta dunia usaha. Faktor aksesbilitas memegang penting dalam upaya
perkembangan wilayah sebab tanpa di dukung oleh sistem transportasi, sarana dan prasarana
transportasi yang memadai, maka perkembangan suatu daerah akan sulit berkembang.

2.6 Kaitan Transfortasi dengan Tata Ruang


Indonesia merupakan Negara yang luas, terdiri dari beribu pulau dengan jumlah penduduk
yang besar. Semakin meningkatnya pertumbuhan jumlah dan kebutuhan penduduk, semakin
meningkat pula kebutuhan tempat atau lahan untuk tempat kegiatan dan tentunya prasarana
untuk menunjang dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Tidaklah berlebihan jika dikatakan
bahwa lingkungan identik dengan lahan. Sikap serta kebijaksanaan masyarakat terhadap lahan
akan menentukan aktifitasnya.
Aktifitas itulah yang akan meninggalkan bekas di atas lahan. Seiring dengan perkembangan
waktu, transportasi dan pengunaan lahan menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan. Dalam
konteks perencanaan, transportasi dan penggunaan lahan memiliki tujuan yang terarah dan
spesifik. Di dalam sistem transportasi, tujuan perencanaan adalah menyediakan fasilitas untuk
pergerakan penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain atau dari berbagai
pemanfaatan lahan. Sedangkan di dalam penggunaan lahan, tujuan dari perencanaan adalah
untuk tercapainya fungsi bangunan dan harus menguntungkan. Melalui makalah ini, kami
berusaha untuk memberikan persepsi atau pandangan serta ulasan secara lebih mendalam
mengenai aktifitas penggunaan lahan dalam kaitannya dengan aktifitas transportasi. Apakah
transportasi menjadi faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan aktifitas penggunaan

8
lahan, ataukah sebaliknya, penggunaan lahan menjadi faktor yang mempengaruhi aktifitas
transportasi. Berdasarkan berbagai sumber referensi yang kami pergunakan, definisi Penggunaan
Lahan dan Transportasi adalah sebagai berikut. Menurut Vink (1975), ”Lahan merupakan suatu
wilayah tertentu di atas permukaan bumi, khususnya meliputi semua benda penyusun biosfer
yang dapat dianggap bersifat menetap atau berpindah berada di atas dan di bawah wilayah
tersebut, meliputi atmosfer, tanah, batuan induk, topografi, air, tumbuhan-tumbuhan, binatang,
serta akibat-akibat kegiatan manusia pada masa lalu maupun sekarang, yang semuanya memiliki
pengaruh nyata terhadap penggunaan lahan oleh manusia, pada masa sekarang maupun masa
yang akan datang”. Sedangkan definisi Penggunaan Lahan menurut Malingreau (1978),
”Pengunaan Lahan adalah segala macam campur tangan manusia, baik secara menetap ataupun
berpindah-pindah terhadap suatu kelompok sumberdaya alam dan buatan, yang secara
keseluruhan disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik material maupun
spiritual, ataupun kebutuhan kedua-duanya”. Mengenai definisi Transportasi adalah perpindahan
atau pergerakan orang, barang, informasi, untuk tujuan spesifik dari area atau satu tempat
ketempat lain.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perencanaan adalah suatu proses yang kontinu yang melibatkan keputusan/pilihan tentang
bagaimana memanfaatkan/mengalokasi sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan tertentu di
masa yang akan datang. Perencanaan transportasi merupakan rangkaian kegiatan persiapan
pengadaan atau penyediaan sistem transportasi agar sesuai dengan tingkat kebutuhan (demand)
pada setiap waktu di suatu ruang. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk
memperkirakan kebutuhan (demand) yaitu dengan menggunakan metode empat tahap (four stage
method).
Langkah awal yang terdapat pada metode empat tahap yaitu analisis bangkitan perjalanan
yang merupakan analisa terhadap jumlah perjalanan yang berasal atau bertujuan pada suatu zona.
Adapun tujuan analisis bangkitan perjalanan ini adalah untuk memperkirakan jumlah perjalanan
orang/kendaraan yang berasal atau bertujuan pada suatu zona di masa yang akan datang dengan
menetapkan hubungan / model antara karakteristik perjalanan dengan tata guna lahan.
Kaitan perencnaan transfortasi dengan perencanaan ruang digunakan oleh sektor-sektor
umum untuk membentuk alur distribusi sumber daya dan aktivitas yang terjadi dalam sebuah
ruang dengan berbagai jenis dan skala. Perencanaan tata ruang juga istilah yang digunakan untuk
jurusan akademis, dimana berbagai teknik administrasi dan kebijakan dikembangkan sebagai
pendekatan menyeluruh lintas disiplin terhadap pembangunan daerah yang seimbang dan
penataaan ruang yang sesuai dengan strategi besar pembangunan masyarakat.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Perencanaan_tata_ruang
https://trtb.pemkomedan.go.id/artikel-808-peranan-transportasi-dalam-tata-ruang-kota-dan-
wilayah.html
http://referensigeography.blogspot.com/2013/05/konektivitas-dan-aksesibilitas-wilayah.html
https://transportgeography.org/?page_id=4882
https://muhamadmuslihlatief91.wordpress.com/2012/10/30/12-perencanaan-transportasi/
https://id.wikipedia.org/wiki/Perencanaan_transportasi

11

Anda mungkin juga menyukai